pl i
DESCRIPTION
pengecoranTRANSCRIPT
PL I
PENGUJIAN KOMPOSISI PASIR CETAK
1.1 Pengujian kadar air pasir cetak
1.1.1 Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengetahui dan memahami presentase kadar air pada pengujian
komposisi pasai cetak
2. Praktikan mengetahui laju penguapan pasir cetak
3. Praktikan mengetahui penguapan rata – rata pasir cetak
1.1.2 Dasar Teori
1.1.2.1 Definisi dan Fungsi Kadar air
Kadar air merupakan jumlah air yang terkadang didalam pasir cetak yang
dinyatakan dalam presentase.
Rumus kadar air(%)= x 100%
Dimana :
Berat awal = Berat awal ketika pasir masih bercampur dengan pengikat
Berat akhir = Berat akhir setelah ditambah NaOH dan dibersihakan dari
pengikat
Fungsi kadar air adalah untuk mendapatkan komposisi perbandingan yang
cocok dan pas antara pasir cetak.Tak ada dan kadar air agar pasir cetak
mendapatkan kekuatan maksimal. Standar kadar air berkisar antara 1,5-8%. Jika
kadar air kurang dari 1,5% maka berakibat pada butir pasar yang tidak dapat
teraktivasi secara sempurna, menyebabkan ikatan anta pasir cetak menurun dan
kurang kuat. Namun ketika kadar air berlebih maka air sudah tidak bias
mengaktivasi pasir dan air yang sudah ada, sehingga ikatan pasir yang ada
semakin merenggang.
1.1.2.2 Macam- macam air
1. Air terikat
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Air terikat adalah air yang terikat pada lempung, sehingga dapat
mengikat antar butir pasir. Fungsinya sebagai aktivator antar lempung
dengan butiran pasir. Sehingga lempung menjadi mudah dibentuk.
2. Air bebas
Air bebas adalah air yang tidak terikat pada pasir, fungsinya adalah
mengisi celah-celah dan butiran pasir, apabila air bebas terlalu banyak
mengakibatkan lempung menjadi lembek dan sulit dibentuk.
1.1.2.3 Pengaruh kadar air terhadap pengujian karakteristik pasir cetak
Gambar 1.1. Grafik pengaruh kadar air terhadap karakteristik pasir
Sumber : Tata Surdia “Teknik pengecoran Logam” hal 112.
Pada grafik dapat kita lihat bagaimana hubungan antara pengaruh kadar
air terhadap karakteristik pasir cetak , diantaranya adalah kekuatan kering,
kekuatan basah dan permeabilitas pasir cetak.
Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwa pada kadar air meningkat dan
kadar bentonit tetap, kekuatan tekan keringnya akan meningkat. Hal ini
dikarenakan ketika diberikan perlakuan panas, air semakin banyak mengikat
pasir dan air akan terus berikatan sehingga membentuk pasta dan ketika terus
diperlakukan panas maka air bentonit dan pasir akan semakin keras, sehingga
kekuatan tekan keringya meningkat.
Sedangkan pada grafik kekuatan basah, dengan kadar bentonit yang tetap
dan kadar air meningkat, kekuatan tekan basahnya akan meningkat sampai titik
optimal kemudian menurun grafik kekuatan basah meningkat dikarenakan air
yang baru dituang mengikat butir –butir pasir perlahan sehingga keseluruhan
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
pasir benar-benar terikat, hingga mencapai kekuatan tekan maksimal. Setelah
mencapai titik maksimalnya kemudian grafiknya menurun , hal ini dikarenakan
kadar air terus meningkat namun tidak mengikat pasir dan bentonit , dan berada
pada celah-celah rongga butiran pasir dan membuat ikatan antar butiran pasir
merenggang, sehingga kekuatan tekan basahnya menurun.
Berbeda dengan kekuatan kering dengan kekuatan basah, ketika kadar air
bertambah dan kadar bentonit tetap, permeabilitasnya meningkat. Penyebab dari
hal ini adalah karena semakin banyak kadar air makan akan semakin banyak
mengikat bentonit secara keseluruhan ketika sudah mencapai titik maksimalnya,
maka pasir sudah terikat dengan air pada komposisi yang baik. Namun soal
kadar air bertambah setelah mencapai titik maksimalnya permeabilitasnya
menurun, karena rongga-rongga terisi oleh air bebas sehingga air menghalangi
jalan keluarnya udara.
1.1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan
1. Waktu Pemanasan
Ketika waktu pemanasan semakin lama , maka kalor yang terkumpul
untuk memanaskan air semakin banyak, sehingga air yang dapat diuapkan
semakin banyak. Sebaliknya apabila waktu pemanasan hanya sebentar,
maka kalor yang terkumpul untuk menguapkan air hanya sedikit, sehingga
kadar air yang diucapkan hanya sedikit.
2. Temperatur Pemanasan
Jika temperatur pemanasan semakin tinggi maka penguapan yang
terjadi akan semakin besar, hal ini disebabkan oleh kecenderungan air untuk
merubah fase air menjadi fase gas ketika telah mencapai titik didihnya,
sehingga kadar air pada pasir cetak berkurang, begitu juga sebaliknya ketika
temperature pemanasan rendah maka sulit mencapai titik didih air dan
merubah fase air, sehingga hanya sedikit kadar air yang diuapkan. Pada
praktikum kali ini suhu yang digunakan 110ºC.
3. Luas penampang permukaan pasir cetak
Semakin besar luas penampang permukaan maka laju penguapan
yang terjadi semakin tinggi , hal ini dikarenakan pasir yang berkontak
secara langsung menerima kalor semakin banyak , sehingga kalor dapat
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
menguapkan air yang berikatan dengan pasir lebih mudah daripada ketika
luas penampang semakin kecil, karena ketika luas penampang kalor juga
sedikit, sehingga penguapan lebih sulit terjadi.
4. Ukuran dimensi
Butiran yang berukuran besar mempunyai laju penguapan yang lebih
tinggi daripada butiran yang berukuran kecil . Hal ini dikarenakan butiran
yang besar mempunyai rongga antar butir yang semakin besar sehingga
mudah terjadi penguapan. Dari bentuk butiran yang mempunyai laju
penguapan tinggi adalah butiran pasir yang berbentuk bulat pasir
berbentuk bulat dibandingkan butir pasir berbentuk kristal. Hal ini karena
butir bulat mempunyai rongga-rongga yang lebih besar daripada butir
kristal, sehingga mempunyai sifat mampu alir yang lebih baik, dan ketika
diberikan kalor , penguapan lebih cepat terjadi pada butir pasir bulat.
5. Kelembaban udara
Semakin tinggi kelembapan, maka jumlah kadar air yang diuapkan
semakin banyak . Hal ini dikarenakan kelembapan menunjukan hubungan
perbandingan antara kandungan uap air dengan udara dilinkungan . Maka
semakin tinggi sehingga air yang dapat diuapkan juga akan semakin
banyak.
6. Tekanan atmosfer
Tekanan yang berbeda ketika pengujian kadar air juga
mempengaruhi. Pada dataran tinggi dan dataran rendah terdapat peredaan
tekanan atmosfer yang menyebabkan titik didih pada air menjadi berbeda,
hal ini berdampak pada penguapan yang dihasilkan , pada dataran tinggi
air lebih cepat mendidih sehingga lebih mudah menguap, sehingga
penguapan yang dihasilkan lebih banyak.
1.1.3 Pelaksanaan Pengujian
1.1.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah
1. Moisture Analyzer
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Alat ini digunakan untuk mengetahui jumlah kadar air yang terkandung
didalam pasir cetrak, berikut spesifikasi dari Moisture Analyzer yang
digunakan
Merk : Saitorius
Model : MA 30
Arus : 3,3 A / 1,6 A
Frekuensi : 50-60 Hz
Gambar 1.2. Moisture Analyzer
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2. Cawan
Alat ini digunakan sebagi wadah spesimen pasir cetak yang akan
digunakan
Gambar 1.3 Cawan
Sumber :Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Brawijaya
3. Timbangan Elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir cetak sebelum dan
sesudah diukur kadar airnya , Berikut spesifikasinya :
Merk : Melter
Type : PJ 3000
Frekuensi : 50-60 Hz
Voltax : 100-120 V 80 mA /200-240 V 45 mA
Gambar 1.4 Timbangan Elektrik
Sumber :Laboratorium Pengecoran Logam
jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
1.1.3.2 Urutan Kerja Pengujian
Urutan kerja dalam pengujian kadar air adalah sebagai berikut :
1. Ambil pasir cetak seberat 25 gram sebanyak 3 buah sebagi spesimen
2. Menyalakan moisture analyzer dengan menekan tombol on/off hingga
terdengar bunyi alarm
3. Masukkan cawan pertama kedalam alat penentu kelembaban kemudian
memanaskannya pada suhu 1100C selama 10 menit.
4. Mengatur temperatur dengan menekan tombol “F1” dan teakn tombol “F1”
untuk menaikkan suhu sampai 1100C kemudian tekan enter.
5. Waktu pemanasan diatur dengan menekan tombol “F2” dan tekan tombol
“F1” untuk mengatur waktu sampai 10 menit kemudian tekan “ENTER”
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
6. Tekan “ENTER” menghilangkan “TAR” lalu letgakkan spesimen dalam
cawan.
7. Menutup penutup moisture analyzer lalu menekan “ENTER” untuk eksekusi.
8. Mencatat kandungan air yang terbaca pada alat pengukur tiap menitnya.
9. Setelah terdengar bunyi alarm, dilanjutkan dengan , mengukur berat akhir
pasir cetak setelah dikeringkan dengan menekan tombol “CF”
10. Mengulangi langkah 3-9 untuk cawan berikutnya.
1.1.4 Pengolahan Data dan Pembahasan
1.1.4.1 Data Hasil Pengujian Kadar Air
Tabel 1.1 Data hasil pengujian
No.Berat Awal Spesimen
(gram)
Berat Akhir Spesimen
(gram)
Kadar Air
(%)
1 25 24.242 3.032
2 25 24.725 1.1
3 25 24.695 1.22
∑ 75 73.662 5.352
Kadar air (%) = x 100%
Kadar air (spesimen 1) = x 100% = 3.032%
Kadar air (spesimen 2) = x 100% = 1.1%
Kadar air (spesimen 3) = x 100% = 1.22%
Tabel 1.2 Data hasil perhitungan kadar air
No. Berat Spesimen
(gram)
Kadar Air (x- ) (x- )2
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
(%)Awal Akhir
1 25 24.242 3.032 1.248 1.557
2 25 24.725 1.1 -0.684 0.468
3 25 24.695 1.22 -0.564 0.318
∑ 75 73.662 5.352 0 2.343
Kadar air rata-rata =
=
= 1.784%
Tabel 1.3 Hubungan antara penguapan rata-rata, laju penguapan dengan waktu pemanasan
SpesimenWaktu Pemanasan (Menit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0.05 0.38 1.28 2.5 3.71 4.49 4.73 4.76 4.75 4.75
2 0.06 0.47 2.12 3.32 .05 4.24 4.26 4.27 4.29 4.28
3 0.19 0.75 1.75 2.78 3.43 3.51 3.59 3.6 3.6 3.6
∑ 0.3 1.6 5.15 8.6 11.19 12.3 12.58 12.63 12.64 12.63
Penguapan
Rata-Rata0.1 0.53 1.72 2.87 3.73 4.10 4.19 4.21 4.21 4.21
Laju
Penguapan0.1 0.27 0.57 0.72 0.75 0.68 0.6 0.53 0.47 0.42
Penguapan Rata-Rata = = = 0,1 %
Laju Penguapan = = = 0,1
1.1.4.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kadar Air
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kadar Air Rata-rata ( )
Simpangan Baku (δ)
Simpangan Baku Rata-Rata ( )
Kesalahan Relatif (KR)
KR =
Dengan mengambil resiko kesalahan α = 5%
α = KR x 100%
= 0.35 x 100%
= 35%
Derajat Kebebasan
db = n-1 = 3-1 = 2
t (α/2 ; db) = t(0,5/2 ; 2) = 4,303
Range Nilai Kesalahan
– (t(α/2 ; db)δ) ≤ x ≤ (t(α/2 ; db)δ) +
5,483 – (t(0,05 ; 2) 0,0089447) ≤ x ≤ (t(0,05 ; 2) 0,0089447) + 5,483
5,09813 ≤ x ≤ 5,86787
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
-2.872 6.44
Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa daerah tolak ≤ -2.872 atau ≥
6.44, sedangkan daerah terimanya adalah -2.872 sampai 6.44 artinya bahwa
pada daerah tolak adalah daerah yang memiliki tingkat kesalahan, sedangkan
pada daerah terimanya adalah daerah tingkat kebenaran, maka nilai kadar air
rata-rata 1.784 diterima.
1.1.4.3 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata-rata
Grafik 1.1 Hubungan antara waktu pemanasan terhadap penguapan rata-rata
Pada grafik hubungan antara penguapan rata-rata dengan waktu
pemanasan dapat diketahui bahwa pada menit ke-1 sampai menit ke-10
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama waktu pemanasan,
semakin banyak kadar air yang menguap sehingga peguapan rata-ratanya
meningkat seiring bertambahnya waktu.
Pada menit ke-1 (0,10%) sampai menit ke-2 (0.53%), peningkatan
penguapan rata-rata naik 0.4%. Kemudian secara bertahap meningkat antara
1-1,25 % pada menit ke 3 hingga menit ke 6 pasir cetak telah terpanasi.
Peningkatan yang kecil pada menit awal karena pemanasan yang belum
menyeluruh pada pasir cetak. Sedangkan pada menit 3 sampai 6 pasir cetak
telah terpanasi secara menyeluruh sehingga penguapan rata-rata meningkat.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Namun setelah menit ke 7 sampai 10, penguapan rata-rata turun karena kadar
air yang diuapkan sudah berkurang.
1.1.4.4 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata-rata Data Antar Kelompok
Grafik 1.2 Hubungan antara penguapan rata-rata dengan pemanasan antar
kelompok
Pada grafik hubungan rata-rata penguapan dengan waktu pemanasan
data antar kelompok dapat kita lihat bahwa pada grafik terjadi peningkatan
pada berbagai variasi kadar air 3%, 4% dan 5%. Hal ini disebabkan karena
semakin lama waktu pemanasan maka semakin banyak pula kadar air pada
pasir cetak yang dapat diuapkan sehingga penguapannya akan semakin
meningkat seiring bertambahnya waktu pemanasan yang menyebabkan
penguapan rata-rata semakin besar, namun setelah mencapai titik maksimum
penguapan rata-rata akan cenderung konstan, karena air yang terdapat pada
pasir cetak hanya air terikat.
Pada grafik terlihat pada kelompok dengan kadar air 3% dan kadar air
4% terjadi penguapan rata-rata yang bertahap serta cenderung meningkat
setelah menit ke-6 dan akan mulai konstan pada menit ke-7 pada spesimen
dengan kadar air 3% dan begitu juga terjadi pada kadar air 4%. Sedangkan
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
pada kelompok dengan spesimen dengan kadar air 5%, pada grafik awalnya
penguapan rata-rata juga cenderung meningkat dan kemudian konstan.
Pada menit ke-1 sampai ke-2, spesimen dengan kadar air 4% dan 5%
terjadi penyimpangan yaitu penguapan rata-rata spesimen dengan kadar air
5% lebih rendah daripada penguapan rata-rata spesimen dengan kadar air 4%,
hal ini disebabkan karena pemanasan moisture analyzer yang masih belum
mencapai suhu yang optimal dan luas permukaan pasir yang belum merata
sehingga yang manguap pada menit pertama dan keduabaru permukaannya
saja. Sedangkan pada menit ketiga dan seterusnyaoebguapan oasir
yangnenydahkan penguapan.
Dari faktor di atas. Terdapat faktor lain seperti bentuk dan dimensi
busir batik yang berdeda dari setiap pengujian akan menunjukkan
hadipengujian yang berbeda.apabila butir pasir memiliki butir pasir yang
besar, rongga yang terbentuk makin banyak dan akan memudahkan
penguapan yang terjadi
1.4.1.5 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju Penguapan
Grafik 1.3 Hubungan antara laju penguapan dengan waktu pemanasan
Laju penguapan adalah kecepatan pada spesimen untuk menguap
dalam interval waktu tertentu dimana pada grafik diatas terlihat apabila waktu
pemanasan semakin tinggi maka laju penguapan rata-rata akan semakin
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
tinggi. Namun pada saat mencapai titik maksimum, laju penguapan rata-rata
akan menurun, hal ini dikarenakan air yang terkandung dalam pasir cetak
berangsur-angsur habis.
Laju Penguapan =
Dari grafik di atas terdapat peningkatan yang signifikan pada menit ke
1 sampe ke3. Hal ini disebabkan pada moisture analyzer pemanasannya
belum optimal. Namun pada menit ke 4 dan ke 5 pemanasannya sudah mulai
merata. Setelah menit ke 5 sampai menit ke 10 laju penguapan mulai
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan air bebas yang dapat diuapkan
pada temperatur 110°C ini tinggal sedikit dan hanya menyisakan air terikat
yang telah mengaktivasi bentonit pada pasir cetak dan jika pemanasan secara
terus menerus maka air terikatpun ikut diuapkan, tetapi penguapan yang
terjadi tidak bertambah secara drastis.
1.1.4.6 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju Penguapan
Data Antar Kelompok
Grafik 14 Hubungan antara laju penguapan dengan waktu pemanasan antar
kelompok
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Pada grafik diatas terlihat apabila waktu pemanasan semakin tinggi
maka laju penguapan rata-rata akan semakin tinggi. Namun pada saat
mencapai titik maksimum, laju penguapan rata-rata akan menurun, hal ini
dikarenakan air yang terkandung dalam pasir cetak berangsur-angsur habis.
Pada grafik terlihat pada kelompok dengan kadar air 3%, 4% dan 5%
terjadi kenaikan laju penguapan secara bertahap hingga mencapai titik
maksimum kemudian mengalami penurunan. Penurunan laju penguapan
terjadi akibat jumlah air yang diuapkan telah berkurang sehingga laju
penguapan menurun.
Penyimpangan terjadi pada kadar air 5% yakni pada waktu pemanasan
pada menit ke 1 dan menit ke 2 lebih rendah dari kadar air 4% karena
pemanasan pada moisture analyzer belum mencapai suhu optimal dan
disebabkan luas permukaan pasir yang tidak merata yang mengakibatkan laju
penguapan kadar air 5% menyimpang.
1.1.5 Kesimpulan Dan Saran
1.1.5.1 Kesimpulan
1. Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam pasir cetak
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air
a. Waktu pemanasan
b. Temperatur pemanasan
c. Luas penampang cawan pasir cetak
d. Kelembapan udara sekitar
e. Ukuran dan bentuk butir pasir
f. Tekanan disekitar
3. Semakin lama waktu pemanasan, semakin tinggi pula penguapan rata-rata
sampai titik maksimum dan pada menit selanjutnya cenderung konstan.
Begitu juga dengan laju penguapan yang akan semakin naik seiring
semakin lamanya waktu pemanasan sampai titik maksimum kemudian
perlahan menurun. Pada pasir cetak dengan kadar air semakin tinggi
penguapan rata-rata serta laju penguapan juga semakin tinggi.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
4. Pada grafik data hubungan antara penguapan rata-rata dan laju penguapan
rata-rata terjadi penyimpangan yang disebabkan oleh kelembapan udara
sekitar yang tinggi dan juga pemanasan pada moisture analyzer yang
kurang optimal.
1.1.5.2 Saran
1. Sebaiknya alat yang ada dilaboratorium dirawat secara berkala
2. Pada saat pratikum sebaiknya menggunakan masker
3. Sebaiknya pada saat asistensi semua sub bab dibahas
1.2 Pengujian Kadar Pengikat
1.2.2.1 Definisi dan fungsi kadar pengikat
A. Pengertian Kadar Pengikat
Pengikat adalah material yang mepunyai daya tarik yang kuat
terhadap air dan juga digunakan untuk mengikat butir-butir pasir cetak
yang biasanya berukuran kurang dari 20µ atau 0,0008 in (Principle of
Metal casting, “Richard W”, hal. 100).
Kadar pengikat adalah banyak bahan yang digunakan untuk
mengikat butir-butir pasir yang dinyatakan dalam persen(%). Kadar
Pengikat berkisar antara 2%-80%(Principle of Mertal Casting,”Richard
W”, hal 101).
Bentonit mempunyai ukuran kurang dari 0,0001 in. Unsur penyusun
bentonit terdiri dari montmorillonite quarts dan lain-lain (tergantung jenis
bentonite), (Principle of Metal Casting Richard .W hal.89), Standar kadar
bentonite antara 4% sampai 8%.
B. Fungsi Kadar Pengikat
Fungsi kadar pengikat dalah untuk mendapatkan komposisi
perbandingan campuran pasir cetak dengan pengikatnya.
Kadar pengikat= x100%-Kadar air rata-rata
Dimana :
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Berat awal = berat awal ketika pasir masih bercampur dengan
pengikat
Berat akhir = berat akhir setelah ditambah NaOH dan dibersihkan dari
pengikat
1.2.2.2 Macam-macam pengikat
Macam-macam pengikat adalah
1. Lempung/tanah liat
Tanah liat dihasilkan dari batuan yang berasal dari pelapukan kerak
bumi, yang sebagian besar tersusun oleh bantuan feldspatik, terdiri bantuan
grafit dan bantuan beku, jenis – jenis lempung.
a. Lempung primer
Lempung primer adalah lempung yang berasal dari pelapukan
bantuan feldspatik yang dipicu tenaga endrogen dan bantuan induk
yang tidak berpindah lempung ini mempunyai ciri-ciri putih dan
kusan karena lempung ini tidak pernah bersentuhan dan bercampur
dengan bantuan organik dalam tanah bantuan organik dalam tanah
contohnya adalah bentonit. Berikut adalah macam-macam bentonit
1. Western bentonie.
Adalah lempung yang dipakai pada pasir yang membutuhkan
kekuatan tekan kering yang tinggi(±80 psi)
Kandungan=90% monmorilonit, 10% kwasa, feldspar, mika, dll.
2. Southern bentonite
Adalah lempung yang digunakan pada pasir yang
membutunhkan keuatan tekan kering yang rendah (±40-80 psi)
Kandungan=85% monmorlonit , 15% kwarsa, limonit, dll.
3. Fire Clays
Adalah lempung yang dapat menghasilkan kekuatan tekan
kering sesuai dengan yang kita butuhkan kekuatannya bias
mencapai 200 psi dengan campuran firevlays dan western
bentonit
Kandungan=60% kaolinit, 30% illit, 10% kwarsa, dll.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
b. Lempung sekunder
Lempung ini berasal dari pelapukan bantuan feldspatik yang
mengalami perpindahan jauh dari batuan induknya oleh tenaga
eksogen yang dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Tanah liat tahan api (fire clay)
Gambar 1.5 Tanah lliat tahan api
Sumber : Rio eko prasetio,2012
Lempung ini biasanya terang ke abu-abuan gelap menuju
hitam .Biasanya diperoleh dialam dalam wujud bongkohan
mengumpul dan padat. Jenis ini tahan api dengan suhu tinggi
tanpa mengubah bentuknya. Contohnya dari lempung ini adalah
alumina dan silika.
2. Tanah liat stoneware
Gambar 1.6. Tanah liat Stoneware
Sumber : Rio eko prasetio, 2012
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Jenis ini tidak mengalami perubahan bentuk soal
pembakaran gerabah, biasanya material ini digunakan untuk
membuat benda-benda keramik.
3. Tanah liat ball clay
Gambar 1.7 Tanah liat ball clay
Sumber : Rio eko prasetio,2012
Jenis ini disebut tanah liat / lempung sedimen , memiliki
butir-butir yang halus dengan daya plastic tinggi, pada umumnya
benwarna abu-abu.
4. Tanah liat merah
Gambar 1.8. Tanah liat merah
Sumber : Rio Eko Prasetio, 2012
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tanah liat ini memiliki tingkat plastik yang sedang dan
membuatnya mudah bentuk.
2. Semen
Semen adalah hasil industri dan paduan bahan baku batu kapur /
gamping sebagai bahan uttama dan lempung atau tanah liat sebagai
pengganti lainnya.
a. Semen abu/ Portland cement adalah bubuk bewarna abu-abu
dibentuk dari bahan utama batu kapur atau gamping berkadar
kalsium tinggi yang ddiolah dalan fanur uyang bersuhu dan tekanan
tinggi.
Gambar 1.9 Portland cement
Sumber : Eko , 2011
b. Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu
yang digunakan untuk perkerjaan finishing.
Gambar 1.10 semen putih
Sumber : Eko , 2011
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
c. Mixed and flyash adalah campuran semen abu dengan pozzolan
buatan. Flyash adalah hasil sampingan pembakaran batu bara
yang mengandung omorphus silika alumunium oksida, besi
oksida dan oksida lain. Semen ini untuk membuat beton lebih
keras.
Gambar 1.11 semen flyash
Sumber : Eko , 2011
d. Oil well cement adalah semua khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi.
Gambar 1.12 oil well cement
Sumber : Eko , 2011
1.2.3 Pengaruh kadar pengikat terhadap karakteristik pasir cetak
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.13 Pengaruh Kandungan Air terhadap karakteristik
pasir cetak
Sumber : Tata Surdia (1987 : 112)
Pada grafik dapat kita lihat kekuatan pasir cetak akan meningkat jika
pada pasir cetak dicampur lempung 10%. Hal ini karena pasir cetak
permukaan yang saling bersentuhan diikat oleh lempung. Namun jika
penambahan lebih dari 10% kekuatan cenderung konstan. Hal ini disebabkan
karena lempung tidak mengikat pasir saja, namun juga mengikat butiran antar
lempung.
1. Kekuatan tekan basah.
Kekuatan yang terdapat pada pasir cetak saat pasir cetak tersebut
mengandung air bebas. Dengan kadar air yang tetap, apabila kadar
pengikat sedikit maka kekuatan basah akan menurun karena butiran pasir
yang diikat oleh pengikat hanya sedikit dan jika kadar pengikat
bertambah karena butiran pasir yang diikat juga banyak.
2. Kekuatan tekan kering
Kekuatan yang terdapat pada pasir cetak , saat pasir cetak
tersebut tidak mengandung air bebas tersebut sudah sepenuhnya
menguap dengan kadar air yang tetap, apabila kadar pengikat
bertambah , maka kekuatan tekan kering juga meningkat hal ini
dikarenakan butir pasir yang diikat juga semakin banyak.
Berbeda dengan kekuatan kering dan kekuatan basah, ketika kadar
bentonit bertambah dengan kadar air tetap permeabilitasnya semakin
menurun. Penyebabnya dari hal ini adalah karena semakin banyak bentonit
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
yang ada dan mengikat pasir, maka rongga–rongga antar butiran pasir
semakin sedikit dan fluida yang ada dalam cetakan sulit untuk mengalir
keluar melalui pasir cetak, dalam hal ini fluida yang dimaksud adalah udara,
sehingga permeabilitasnya semakin menurun dan sebaliknya ketika kadar air
bertambah dengan kadar bentonit tetap permeabilitasnya semakin menurun
karena semakin banyak kadar air maka rongga antar butirnya banyak yang
tertutupi air bebas tersebut karena tidak bentonit sudah teraktivcasi
sepenuhnya.
Gambar 1.14 Grafik pengaruh kadar pengikat terhadap
bentonit
Sumber: Richard W. H. (1967:109)
Pada grafik diatas kadar bentonit mencapai 10% dan seiring penambahan
air maka kekuatan pasir cetak akan mencapai titik maksimal karena bentonit
telah teraktifasi sempurna, tetapi ketika penambahan kadar bentonit lebih dari
10% maka kekuatan pasir cetak akan kostan, karena akan kehilangan fungsi dan
hanya akan mengikat butiran bentonit itu sendiri dan tidak mengikat butiran
pasir
1.2.4 Pelaksanaan Pengujian
1.2.4.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar pengikat adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat pasir sebelum dan sesudah
dikeringkan .
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.15. Kompor listrik
Sumber : Laboratorium pengecoran logam
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
2. Kompor listrik
Alat ini digunakan untuk mengeringkan specimen
Gambar 1.16. Kompor listrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
3. Panci
Digunakan sebagai wadah tempat kita akan menghilangkan lempung
pada pasir dari untuk mengeringkan pasir. Pada kompor listrik.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar. 1.17 Panci
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
4. Gelas ukur
Alat ini digunakan untuk mengukur jumlah larutan yang akan
ditambahkan pada pasir cetak.
Gambar. 1.18. Gelas ukur
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Sedangkan bahan yang digunakan untuk pengujian kadar pengikat antara
lain :
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Pasir Cetak seberat 100 gr
Larutan NaOH 25%
Air sebanyak 950 ml
1.2.4.2 Urutan Kerja Pengujian
Urutan kerja pengujian kadar lempung pasir cetak adalah :
1. Timbang pasir cetak seberat 100 gram sebagai spesimen
2. Larutan pasir didalam 950 ml air pada panci
3. Tambahkan NaOH 25% sebanyak 50ml
4. Aduk campuran tersebut dan biarkan pasir mengendap selama 5 menit
5. Buang airnya sebanyak 5/6 dari tinggi permukkaan air ingatlah jangan
sampai ada pasir yang ikut terbuang
6. Tambahkan airnya hingga seperti semula dan ulangi langkah kerja 4,5,6
sebanyak beberapa kali hingga airnya bersih.
7. Panaskan pasir cetak dalam panic dengan suhu 100-110%
8. Aduk pasir hingga kering
9. Timbang pasir cetak kering dan catat hasilnya
10. Hitung kadar lempung dengan rumus :
Kadar lempung= x100%-Kadar air rata-rata
1.2.5 Pengolahan Data dan Pembahasan
1.2.5.1 Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
Tabel 1.4 Data hasil pengujian kadar peengikat
No.
Berat Spesimen
(gram)Kadar Pengikat
(%)(x- ) (x- )2
Awal Akhir
1 100 85.64 12.576 1.143 1.306
2 100 87.02 11.196 -0.237 0.056
3 100 87.69 10.526 -0.907 0.823
∑ 300 260.35 34.298 0 2.185
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.2.4.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
Presentase kadar bentonit spesimen
Kadar air (%) = x 100%
Kadar air (spesimen 1) = ( x 100%) – 1.784 = 12.576%
Kadar air (spesimen 2) = ( x 100%) – 1.784 = 11.196%
Kadar air (spesimen 3) = ( x 100%) – 1.784 = 10.526%
Kadar Air Rata-rata ( )
Simpangan Baku (δ)
Simpangan Baku Rata-Rata ( )
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kesalahan Relatif (KR)
KR
Dengan mengambil resiko kesalahan α = 5%
α = KR x 100%
= 0.053 x 100%
= 5.3%
Derajat Kebebasan
db = n-1 = 3-1 = 2
t (α/2 ; db) = t(0,5/2 ; 2) = 4,303
Range Nilai Kesalahan
– (t(α/2 ; db)δ) ≤ x ≤ (t(α/2 ; db)δ) +
11.433 - 4.497 ≤ x ≤ 4.497 + 11.433
6.937 ≤ x ≤ 15.93
6.937 15.93
Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa masuk pada daerah terima yaitu
dalam range 6.937 sampai 15.93 dengan keyakinan 95%.
1.2.5.3 Pembahasan
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Kadar bentonit standar pasir cetak adalah 4-8%. Apabila kadar bentonit
terlalu banyak, maka bentonit akan kehilangan fungsi sebagai pengikat dan
hanya mengisi celah-celah antar pasir. Jika terlalu sedikit, maka bentonit akan
menjadi pasta.
Dalam pengujian ini menggunakan NaOH untuk memisahkan pasir
dengan bentonit saat pencucian. Proses dimulai ketika NaOH bereaksi dan
menghasilkan panas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH + H2O 2Na+ + 2OH-
Secara teoritis seharusnya kadar bentonit sebesar 6%. Namun melalui
pengujian diketahui dengan kadar air 5% kadar bentonit 11.433%. dengan kadar
air 5% dan NaOH 5%, maka terjadi reaksi kesetimbangan sehingga mampu
memisahkan bentonit dari pasir yang menyebabkan kadar bentonit lebih banyak
dari teoritisnya.
1.2.5 Kesimpulan dan Saran
1.2.5.1 Kesimpulan
1. Pada pengujian kadar pengikat terjadi penyimpangan antara nilai kadar
pengikat teoritis 6% dengan kadar pengikat aktual 11,433%
2. Penyebab terjadinya penyimpangan dikarenakan pasir masih memiliki
kandungan bentonit sehingga kadar bentonit aktual lebih tinggi dari
teoritisnya.
1.2.5.2 Saran
1. Sebaiknya semua praktikan mengambil data tentang pengujian kadar
pengikat.
2. Sebaiknya praktikan fokus pada saat praktikum.
3. Sebaiknya asisten pembahasan yang menemani praktikan saat jalannya
praktikum.
1.3 Pasir
1.3.1 Tujuan Pengujian
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
1. Agar Praktikan mengetahui pengaruh distribusi besar pasir cetak terhadap
karakteristik pasir cetak (permeabilitas dan kekuatannya).
2. Agar praktikan mengetahui cara pengujian distribusi pasir cetak melalui
nomor kehalusan.
3. Agar praktikan mengetahui cara pengujian distribusi pasir cetak.
1.3.2 Dasar Teori
1.3.2.1 Definisi Pasir
Pasir adalah partikel granular dari SiO2 , yang pada prinsipnya 50-95%
dari total material pada pasir cetak. Pada pasir cetakan komposisinya berbeda-
beda, bergantung pada distribusi pasir cetak, komposisi kimia refraktori dan
thermal stability (Haine, 1976:185).
1.3.2.2 Macam-macam pasir
Pasir digolongkan menjadi pasir cetak alami dan buatan yang tergantung
ikatan tanah liat material tersebut.
A. Pasir alami
Pasir alami adalah yang pertama kali digunakan dengan pengembangan
industri pengecoran, hal ini dikarenakan persiapan, penanganan dan
penggunaan yang sederhana. Pada pasir cetak alami dibedakan dan tidak
dapat langsung digunakan(Heine, 1976 :115).
Dapat langsung digunakan
a. Pasir Gunung
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.18. Pasir Gunung
Sumber : Winckelman 2012
Umumnya pasir gunung terletak pada lapisan tua. Pasir ini
sudah mengandung lempung (abu vulkanik) sehingga kebanyakan
dapat langsung dipakai setelah dicampur air.
Tidak dapat langsung digunakan
a. Pasir pantai
Gambar 1.19. Pasir pantai
Sumber : Ratna 2002
Pasir ini dapat diambil dari pantai dan pasir ini tidak dapat
melekat dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan pengikat.
b. Pasir Sungai
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.20. Pasir sungai
Sumber : Oceanlight, 2012.
Pasir ini tidak memiliki kemampuan untuk melekat dengan
sendirinya, jadi masih harus ditambahkan pengikat.
c. Pasir silika alami
Gambar 1.21. Pasir silika alami
Sumber : Donithebora,2012
Pasir ini didapat dan gunung secara alamiah dan tidak
melekat dengan sendirinya sehingga dibutuhkan pengikat unuk
mengikat butir-butir pasir satu sama lain. Unsur-unsur yang
terkandung SiO2 samapi 99.8%(Heine, 1976:116).
d. Pasir silika Buatan
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.22. Pasir silika buatan
Sumber : Memed 2012
Pasir ini dapat diperoleh dengan memecah batuan kuarsa atau
kuarsit . Pasir ini tetap mengandunmg unsur utama yaitu SiO2.
e. Pasir Chromit
Gambar 1.23 Pasir chromit
Sumber : WTC, 2012
Pasir berkualitas tinggi dengan impuritis sedikit yang
mempunyai ekspansi thermal rendah dan konduktivitas thermal
tinggi , kandungan utamanya Cr2, O4 dan Fe(FeCr2O4)
1.2.3.4 Ukuran dan dimensi butiran pasir cetak
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Ukuran dan dimensi butiran pasir cetak macamnya adalah :
1. Bentuk butir pasit bulat (Rounded Grain)
Butiran bulat terbentuk karena butir-butir yang sedang bergesekan
berulang-ulang akibat adanya angin, gelombang ataupun aliran air
sehingga menghasilkan bentuk bulat.
Gambar 1.23 Butir pasir bulat
Sumber : Principle of Foundary man
hal,149
2. Bentuk pasir sebagian bersudut (Subangular grain)
Butiran pasir sebagian bersudut terjadi karena butiran bersudut
saling bergerak dan bertabrakan sehingga sudutnya pecah dan
membentuk sub-angular graim.
Gambar 1.24 Butir pasir sebagian
bersudut
Sumber : Principle of foundryman, hal
149
3. Bentuk butir pasir sebagian bersudut(Angular grain)
Butiran bersudut terbentuk oleh dekomposisi bahan tanpa adanya
gesekan
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.25. Butir pasir bersudut
Sumber : Principle of Foundaryman, hal
49.
4. Bentuk pasir Kristal(compound system)
Bentuk bidangnya memiliki luas bidang kotak yang sedikit.
Gambar 1.26. Butir pasir kristal
Sumber : Principle of Foundaryman ,
hal 49
Pada kondisi ideal, jenis butiran pasir bulat lebih baik dari pada
butir pasir Kristal, karena butiran pasir bulat yang diperlukan lebih
sedikit untuk mendapatkan kekuatan dan permebilitas tertentu alirnya
baik sekali.
1.3.2.4 Distribusi besar butir pasir cetak
Distribusi besar pasir cerak adalah persebaran butiran pasir atau
prosentase butiran pada pasir cetak suatu cara ukuran besarnya butiran pasir
cetak ditunjukan GFN(Grain Finnest Number) merupakan ukuran kehalusan
rata-rata butiran pasir, makin tinggi angkanya maka pasir semakin halus dan
daya salur udaranya (permebilitas) relative rendah.
Pada umumya pasir tidak terdiri dari butiran-butiran dengan ukuran
sama. Untuk mengetahui distribusi dari butir-butir yang mempunyaibesar butir
yang berbeda-beda makan dilakukan analisis ayak(sleve analysis)
Distribusi ukuran butir pasir dapat dibagi menjadi 4 jenis :
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
a. Distribusi ukuran butir sempit artinya susunan butir hanya terdiri dari kurang
lebih 2 fraksi saja.
b. Distribusi ukuran butir sangat sempit artinya 90% dari ukuran besar butir
terdiri dari 1 fraksi saja.
c. Distribusi ukuran butir lebar artinya susunan butiran terdiri lebih kurang 3
fraksi.
d. Distribusi ukuran sangat lebar artinya susunan-susunan ukuran butir terdiri
dari 3 fraksi
Distribusi butir sampai akan memberikan permebilitas yang lebih tinggi
dan sebaliknya distribusi ukuran butir berpengaruh juga pada kekuatan cetakan ,
beda butiran yang diinginkan adalah sedemikian sehingga 2/3 dari butiran pasir
mempunyai ukuran mesh-mesh yang berikutnya . Jadi lebih baik tidak
mempunyai besar butir yang seragam.
Tabel 1.1 Distribusi AFS Number
Sumber : Heine , 1973:103
AFS Ne = =
Keterangan :
AFS Ne= Nomer kehalusan butir pasir cetak standart AFS.
ω = Berat pasir pada ayakan ke ayakan ke-1
Distribusi pasir cetak dari AFS number untuk ukuran 50±1 akan
melewati 100% mesh berukuran 40, akan melewati 95% mesh berukuran 50
dan sisanya akan melewati mesh ukuran 70 dan 100.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Mesh adalah bagian yang berukuran sama dari suatu bentuk benda
berdiameter yang lebih besar atau dapat diartikan mesh adalah element kecil
dari suatu bagian benda , dalam hal ini mesh berfungsi untuk memisahkan
besar ukuran pasit berdasearkan ukurannya berdasarkan ”American
Faundymans Society” maka mesh dikelompokan berdasarkan tabel berikut.
Tabel 1.2 Distribusi AFS Number
Sumber : W. Heine , Richard “ Principle of Metal Casting” 1976 : hal
102
Untuk butir ukuran pasir yang ukurannya sama atau lebih besar dari
ukuran mesh maka pasir tersebut tudak dapat lolos dari mesh tersebut.
Sehingga ratio antara ukuran pasit dan ukuran mesh ”American
Faundrymans Society” distandarkan berdasarkan tabel diatas makan mesh
menggunakan satuan micron per inch.
1.2.3.7 Pengaruh distribusi besar butir pasir cetak terhadap karakteristik pasit
cetak
1. Pengaruh distribusi besar butir pasir cetak terhadap kekuatan
Jika butirannya seragam maka kekuatan tergantung ukuran
butirannya. Semakin kecil ukuran butir pada pasir cetak maka
kekuatannya semakin tinggi, hal ini dikarenakan lebih banyaknya luas
bidang kontak sehingga kerapatan antar butir tinggi , sehingga
kekuatannya lebih besar daripada yang berbutir besar. Sedangkan jika
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
butiran pasirnya berbeda maka kekuatannya bergantung pada jenis
butiranya. Jika bentuk butir pasir cetak bulat, kekuatannya rendah karena
luas bidang kontaknya kecil jika bentuk pasir sebagian bersudut
kekuatannya lebih tinggi dari bentuk pasir bulat karena luas bidang
kontaknya kecil, jika bentuk butir pasir sebagian bersudut kekuatannya
lebih tinggi dari bentuk pasir bulat karena lebih banyaknya luas bidang
kontak sehingga kerapatan antar butir tinggi dari bentuk pasir bulat
karena lebih banyaknya luas bidang kontak sehingga kerapatan antar
butir tinggi dan tingganya lebih sempit . Sedangkan jika bentuk butir
pasir bersudut akan memberikan kekuatan yang lebih tinggi
dibandingkan butiran sebagian bersudut dikarenakan luas bidang yang
lebih besar dan rongga yang ada kecil. Sehingga kerapatannya tinggi.
Jika butir pasir Kristal maka akan memiliki kekuatan paling tinggi
karena butir Kristal memiliki sudut sangat banyak seghingga bidang
kontaknya semakin tinggi dan kerapatannya juga tinggi.
2. Pengaruh distribusi besar butir pasir cetak terhadap permeabilitas
Jika butirannya seragam maka permebilitasnya tergantung pada
ukuran butirnya. Semakin besar ukuran butir pada pasir cetak maka
permebilitasnya semakin tinggi, hal ini dikarenakan jika ukuran butir
pasir besar, maka bidang kontaknya akan kecil, sehingga tercipta
rongga-rongga dan kerapatannya rendah, sedangkan pada pasir dengan
butiran berbeda, permabilitasnya tergantung pada bentuk butirannya.
Pada bentuk butir pasir bulat, permebilitasnya tinggi karena luas bidang
kontak antar butir sedikit sehingga rongga-rongga yang terbentuk besar.
Pada bentuk butir pasir sebagian bersudut permabilitasnya lebih rendah
darupada butir pasir bulat karena luas bidang kontaknya lebih bedar
sehingga rongga antar butir lebih sempit. Pada bentuk butir pasir
bersudut permebilitasnya lebih rendah daripada butir pasir sebagian
bersudut karena bidang kontaknya lebih besar . Jika bentuk butir
pasirnya Kristal permebilitasnya paling rendah karena butir Kristal
memiliki sudut sangat banyak sehingga kerapatan tinggi.
1.3.3 Pelaksanaan Pengujian
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.3.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
1. Mesin pengguncang rotap
Alat ini digunakan untuk menyaring pasir . Spesifikasi dari alat yang
digunakan adalah :
Jenis : Rotap
Tipe : V51
Mesh : Retsch
Voltase : 220 V
Daya : 430 watt
Buatan : Jerman
Artikel : 30 40 0010
No. Seri : 01849038
Frekuensi : 50 Hz
Gambar 1.25 : Mesin pengguncang rotap
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya
2. Timbangan elektrik
Alat ini digunakan untuk mengukur berat psair cetak
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Gambar 1.26 : Timbangan Elektrik
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam
jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
3. Tempat pasir
Alat ini digunakan sebagai wadah tempat pasir
Gambar. 1.27 Tempat Pasir
Sumber : Laboratorium Pengecoran Logam jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1.3.3.2 Urutan Kerja Pengujian
1. Ambil pasir cetak seberat 50 gram sebanyak 3 sample
2. Susun ayakan dari bawah ke atas dengan tingkat mesh semakin ke atas
semakin besar meshnya, kemudian letakkan pada mesin pengguncang rotap.
3. Letakan spesimen pasir cetak pada ayakan paling atas
4. Hidupkan mesin pengguncang rotap selama waktu dan juga frekuensi yang
dibutuhkan
5. Timbang berat pasir yang ada pada masing mesh setelah selesai di ayak
6. Cari harga Sn dari tiap-tiap mesh yang ada dari tabel yang terlampir
7. Hitung besar nomor kehalusan pasir cetak dalam skala EN maupun AFS
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
1.3.4 Pengolahan Data dan Pembahasan
1.3.4.1 Data Hasil Pengujian Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
Tabel 1.5 Data hasil pengujian
NO Ukuran MeshBerat 1
(gram)
Berat 2
(gram)
Berat 3
(gram)
1 315 26.85 28.29 29.12
2 280 2.78 6.64 2.81
3 250 7.38 2.80 2.73
4 200 10.05 5.35 4.98
5 180 7.74 2.98 2.58
6 160 7.67 3.13 2.78
7 140 6.09 1.60 1.24
8 125 6.08 1.26 1.30
9 6.12 1.45 1.23
A. Perhitungan
Tabel 1.6 Data hasil pengujian spesimen I
NO Ukuran MeshBerat 1
(gram)Sn Wn Sn
1 315 26.85 60.366 1620.827
2 280 2.78 68.080 189.262
3 250 7.38 77.046 568.599
4 200 10.05 95.066 955.413
5 180 7.74 107.197 829.705
6 160 7.67 119.328 915.246
7 140 6.09 136.636 832.113
8 125 6.08 154.364 938.533
9 6.12 620.000 3794.4
∑ 80.76 1438.083 10644.098
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Perbandingan
Mesh Sn
420 45
315 x
297 63
Mencari Sn Untuk mesh 315
=
=
-1890 = 5535-123x
123x = 7425
X = 60,366
Menghitung Finnest number
│Fn│= = =
Tabel 1.7 Data hasil pengujian spesimen II
NO Ukuran MeshBerat II
(gram)Sn Wn Sn
1 315 28.29 60.366 1707.754
2 280 6.64 68.080 452.051
3 250 2.80 77.046 215.729
4 200 5.35 95.066 508.603
5 180 2.98 107.197 319.447
6 160 3.13 119.328 373.497
7 140 1.60 136.636 218.618
8 125 1.26 154.364 194.499
9 1.45 620.000 899
∑ 53.5 1438.083 4889.198
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Perbandingan
Mesh Sn
297 63
250 x
210 89
Mencari Sn Untuk mesh 250
=
=
-1222 = 5481-87x
-87x = -6703
x = 77.046
Menghitung Finnest number
│Fn│= = = 9
Tabel 1.8 Data hasil pengujian spesimen III
NO Ukuran MeshBerat III
(gram)Sn Wn Sn
1 315 29.12 60.366 1757.858
2 280 2.81 68.080 191.305
3 250 2.73 77.046 210.335
4 200 4.98 95.066 473.429
5 180 2.58 107.197 276.568
6 160 2.78 119.328 331.732
7 140 1.24 136.636 169.429
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
8 125 1.30 154.364 200.673
9 1.23 620 762.6
∑ 48.77 1438.083 4373.929
Perbandingan
Mesh Sn
210 89
200 x
149 126
Mencari Sn Untuk mesh 200
=
=
-370 = 5429-61x
61x = 5799
x = 95.065
Menghitung Finnest number
│Fn│= = = 89.685
Tabel 1.9 Data Perhitungan Spesimen I
No Ukuran Mesh Us M Wn1 Wn1.M
1 315 48.319 38.320 26.85 1028.892
2 280 52.950 41.720 2.78 115.982
3 250 60.345 45.170 7.38 333.355
4 200 79.934 39.630 10.05 398.281
5 180 83.770 59.180 7.74 458.053
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
6 160 93.607 65.738 7.67 504.210
7 140 106.512 78.884 6.09 480.403
8 125 122.212 86.586 6.08 526.443
9 620 300 6.12 1836
∑ - - 80.76 5681.619
Perbandingan
Ukuran Mesh Us M
414 40 30
315 x y
295 50 40
Untuk Mencari ukuran mesh 315
= =
0,8319 = 0,832 =
x = 40 + 8,399 y = 30 + 0,832
= 48,319 = 3,832
AFSn = = = 70.352
Tabel 1.10 Data Perhitungan Spesimen II
No Ukuran Mesh Us M Wn1 Wn1.M
1 315 48.319 38.320 28.29 1084.073
2 280 52.950 41.720 6.64 277.021
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
3 250 60.345 45.170 2.80 126.336
4 200 79.934 39.630 5.35 212.020
5 180 83.770 59.180 2.98 176.356
6 160 93.607 65.738 3.13 205.760
7 140 106.512 78.884 1.6 126.214
8 125 122.212 86.586 1.26 103.098
9 620 300 1.45 435
∑ - - 53.5 2751.878
Perbandingan
Ukuran Mesh Us M
295 50 46
250 x y
268 70 50
Untuk Mencari ukuran mesh 250
= =
= =
x = 50 + 10.345 y = 40 + 5.120
= 60.345 = 45.120
AFSn = = = 51.437
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
Tabel 1.11 Data Perhitungan Spesimen III
No Ukuran Mesh Us M Wn1 Wn1.M
1 315 48.319 38.320 29.72 1138.87
2 280 52.950 41.720 2.81 117.233
3 250 60.345 45.170 2.73 123.178
4 200 79.934 39.630 4.98 197.357
5 180 83.770 59.180 2.58 152.684
6 160 93.607 65.738 2.78 182.752
7 140 106.512 78.884 1.24 97.779
8 125 122.212 86.586 1.30 112.562
9 620 300 1.23 369
∑ - - 48.77 2491.415
Perbandingan
Ukuran Mesh Us M
295 50 40
280 x y
208 70 50
Untuk Mencari ukuran mesh 280
= =
= 0,832 =
x = 52.95 y = 41.720
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
AFSn = = = 51.085
Perhitungan Statistika
Tabel 1.12 Skala FN
No Spesimen FN (FN-FNTot) (FN-FNTot)2
1 1 74,094 25,939 672,831
2 2 115,159 15,225 231,800
3 3 110,548 10,615 112,678
∑ 229,8 (-)0,099 8,017,309
FN =
=
= 104.291
Simpang Baku
=
=
= 23.838
Simpangan Baku Rata-Rata
=
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
=
= 13.763
Kesalahan Rata-rata
KR =
=
= 0.132
α = KR x 100%
= 0.132 x 100%
= 13.2% α = 5%
Derajat Kebebasan
Db= n – 1=3-1=2
t((α/2) ; db) = t (0,25;2) = 4.303
FN-( t((α/2) ; db)δ) < FN < FN+( t((α/2) ; db)δ)
104.291 – (4.303 x 23.838) < FN < 104.291 + (4.303 x 23.838)
1.716 < FN < 206.866
1.716 206.866
Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa daerah tolak <1.716 atau > 206.866 sedangkan
daerah terimanya adalah 1.716 samapai 206.866 artinya bahwa nilai kehalusan pasir
cetak sebesar 104.291 masuk pada daerah terima sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasir cetak rata-rata dapat diterima.
Tabel 1.13 Skala AFS
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
No Spesimen AFS (AFS-AFS Tot) (AFS-AFS Tot)2
1 1 70.352 12.727 161.976
2 2 51.437 -6.188 38.291
3 3 51.085 -6.54 42.772
∑ 172.874 -0.001 243.039
AFS =
=
= 104.291
Simpang Baku
=
=
= 11.02
Simpangan Baku Rata-Rata
=
=
= 6.632
Kesalahan Relatif
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
KR =
=
= 0.1104
α = KR x 100%
= 0.1104 x 100%
= 11.04% α = 5%
Derajat Kebebasan
Db= n – 1=3-1=2
t((α/2) ; db) = t (0,25;2) = 4.303
AFS - ( t((α/2) ; db)δ) < AFS < AFS + ( t((α/2) ; db)δ)
57.625 – (4.303 x 11.02) < AFS < 57.625 + (4.303 x 11.02)
10.206 < AFS < 105.044
10.206 105.044
Dari grafik uji T diatas terlihat bahwa daerah tolak <10.206 atau > 105.044
sedangkan daerah terimanya adalah 10.206 samapai 105.044 artinya bahwa nilai
kehalusan pasir cetak sebesar 57.625 masuk pada daerah terima sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasir cetak rata-rata dapat diterima.
B. Pembahasan Data hasil perhitungan Distribusi Besar Butir Pasir Cetak
1. Perhitungan FN
Pada data spesimen untuk nilai FN pada saat pengujian diperoleh data sebagai
berikut:
a. Berat 1 : Nilai FN = 74,094
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
b. Berat 2 : Nilai FN = 45,159
c. Berat 3 : Nilai FN =110,548
Dengan Perhitungan Statistika diperoleh resiko kesalahan 5% dan derajat kebebasan
sebesar 2 selain itu juga diperolehan 1.716 < FN < 206.866 dimana dengan derajat
tingkat keyakinan 95% menunjukan bahwa data sangat spesimen yang diperoleh
dalam daerah terima.
2. Perhitungan AFS
Pada data nilai AFS dari hasil pengujian diperoleh data sebagai berikut:
a. Berat 1 : Nilai AFS = 63,448
b. Berat 2 : Nilai AFS = 54,466
c. Berat 3 : Nilai AFS =59,928
Dengan perhitungan statistika diambil resiko kesalahan sebesar 5% dan derajat
kebebasan (db) sebesar 2 diperoleh 10.206 < AFS < 105.044 dimana dengan derajat
tingkat keyakinan 95% mengukur bahwa data sampel spesimen yang diperoleh
dalam daerah terima. Dari pengukuran tiap berat tersebut diperoleh data nilai AFS
sesuai dengan nomor kehalusan butir pasir berdasarkan standar AFS yaitu 57.625.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai FN digunakan untuk mencari nilai
kehalusan butir dengan memasukan kedalam range tersebut, sedangkan AFS yaitu
suatu nilai untuk mencari tingkat kehalusan butir pasirdengan memasukan kedalam
range nilai apakah memenuhi standar butir pasir cetak sehingga layak untuk cetakan.
1.3.5 Kesimpulan dan Saran
1.3.5.1 Kesimpulan
1. Butir pasir cetak pada perhitungan kelompok di dapat nilai FN berat
pertama 131.799, FN pada berat kedua 91.389 dan FN pada berat ketiga
89.685. Semakin tinggi nilai FN, kehalusannya semakin bagus.
2. AFS adalah suatu nilai untuk mencari tingkat kehalusan butir pasir. Pada
pengujian AFS mendapatkan nilai 70.352 pada spesimen 1, 51.437 pada
spesimen 2 dan 51.085 pada spesimen.
1.3.5.2 Saran
1. Pada saat asistensi sebaiknya untuk tidak menyalakan musik keras-keras
2. Kendaraan bermotor disarankan untuk tidak dimasukan kedalam lab
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya
3. Sebaiknya pada saat janjian harus lebih dipermudah.
Laboratorium Pengecoran LogamJurusan Mesin Universitas Brawijaya