pkm asi 2015

28
BAB I PENDAHULUAN ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Bagi bayi ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan yang sangat penting dalam mencegah timbulnya berbagai penyakit, juga mampu meningkatkan keakraban batiniahantara ibu dan anak yang sangat dibutuhkan dikemudian hari. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh BALITBANGKES, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quetient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif (Roesli, 2005). Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif selama empat hingga enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI bagi kesehatan anak, bagi ibu, dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk belanja. susu formula, dukungan dari ayah juga memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. 1

Upload: satya

Post on 22-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PKM

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Bagi bayi ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan yang sangat penting dalam mencegah timbulnya berbagai penyakit, juga mampu meningkatkan keakraban batiniahantara ibu dan anak yang sangat dibutuhkan dikemudian hari. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh BALITBANGKES, anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quetient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif (Roesli, 2005). Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif selama empat hingga enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI bagi kesehatan anak, bagi ibu, dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk belanja. susu formula, dukungan dari ayah juga memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Keputusan ibu untuk menyusui dipengaruhi informasi anggota keluarga tentang manfaat menyusui, serta konsultan laktasi (Wulandari, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari tiga puluh ribu balita di Indonesia. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun karena semakin banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2% dan jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007 (Sutama, 2008).

Banyak faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan. Berdasarkan hasil penelitian Judarwanto (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI adalah (32%) disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup melainkan karena kurangnya pengetahuan ibu; (28%) disebabkan oleh ibu bekerja sehingga ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena harus kembali bekerja; (16%) disebabkan oleh gencarnya promosi susu formula, dimana ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena pengaruh iklan susu formula. Sedangkan lainnya (24%) disebabkan oleh faktor sosial budaya yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, faktor dukungan dari petugas kesehatan dimana kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan kurangnya dukungan dari petugas kesehatan yang dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan keberhasilan penggalakan ASI dan faktor dari keluarga dimana banyak ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif karena orang tua, nenek atau ibu mertua mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula. Hal ini juga didukung oleh pernyataan UNICEF yang menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua didalam memberikan ASI Eksklusif (Aprillia, 2010)Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Bali dalam 5 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif sangat fluktuatif. Dibandingkan dengan cakupan tahun 2009 (46.25%), pada tahun 2010 turun menjadi 36,54%, tapi kembali naik tajam tahun 2011 (58,65%) dan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (tahun 2011, 2012 dan 2013) terus mengalami peningkatan, cakupan tahun 2013 sebesar 67,4%. Kabupaten/Kota dengan cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan terendah berturut-turut yaitu Kabupaten Karangsem (59,06%) dan Kabupaten Klungkung (61,1%), sedangkan kabupaten dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Jembrana (81,5%) dan Gianyar (74,27%) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013).Kabupaten Bangli angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2013 sebesar 70,7%. Sementara data Puskesmas Susut 1 Kabupaten Bangli tahun 2014 cakupan ASI eksklusif 51,38 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Susut tersebut masih belum mencapai target Nasional yaitu 80% (Profil Dinas Kesehatan Puskesmas Susut 1, 2014).Data di atas memperlihatkan bahwa pemberian ASI eksklusif yang masih rendah. Lama pemberian ASI eksklusif yang seharusnya diberi selama 6 (enam) bulan masih jauh dari target yang diharapkan. Atas dasar permasalahan di atas, perlu diberikan penyuluhan kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka.BAB II

PERENCANAAN

2.1. Identifikasi MasalahProgram peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung pada kesehatan ibu terutama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui (Jafar,2011). Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak asasi anak. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) (Prawirohardjo, 2009). Salah satu hak asasi anak yang berkaitan dengan pemberian ASI adalah hak untuk hidup dan mendapat makanan, bayi berhak mendapat makanan yang berstandar emas dimana dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI setelah bayi 6 bulan, dan ASI sampai bayi berusia 2 tahun (Maryunani, 2012).Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI Eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI Eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Hasil telaah artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara Eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal, dan lebih sedikit mengalami gangguan pertumbuhan (Fikawati & Syafiq, 2010). Perkembangan terbaru tentang ASI Eksklusif terdapat di dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 tahun 2009 bahwa, setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 (enam) bulan baik di tempat kerja maupun di sarana umum. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI Eksklusif, akan mendapat sanksi hukuman denda atau kurungan penjara (Depkes, 2012).Oleh karena itu, upaya peningkatan penggunaan ASI sangat penting karena ASI adalah hak dasar yang harus diterima anak untuk tumbuh kembang secara optimal (Depkes, 2012). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Sebagai makanan terbaik bagi bayi, ASI harus diberikan sedini mungkin, yaitu 30 menit setelah persalinan. Pemberian ASI dini memberikan keuntungan dan merupakan kunci keberhasilan menyusui selanjutnya. Keuntungan bagi bayi yaitu bayi lebih cepat mendaptat kolostrum yang banyak mengandung anti bodi dan bagi ibu memperkecil terjadinya pendarahan setelah persalinan, mempercepat rangsangan pada payudara untuk mengeluarkan ASI dan menambah rasa percaya diri bahwa ia mampu menyusui (Suradi, 2003).Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI Ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI Eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati & Syafiq, 2010).Adanya berbagai hambatan dalam hal pemberian ASI eksklusif terjadi hampir di seluruh puskesmas di Indonesia, salah satunya adalah di wilayah kerja Puskesmas Susut I. Berdasarkan Laporan Puskesmas Susut I, masalah ASI eksklusif selalu menjadi salah satu permasalahan yang muncul dalam setiap rapat rutin maupun rapat evaluasi tahunan Puskesmas Susut I. Berdasarkan laporan tahunan program gizi Puskesmas Susut I tahun 2014, tertera bahwa pemberian ASI eksklusif di masyarakat tidak mencapai target puskesmas (Profil Puskesmas Susut, 2014).

Ditambah lagi pencapaian program pemantauan ASI Eksklusif di Kabupaten Bangli masih rendah dan belum pernah mencapai target. Pada tahun 2009, pencapaian ASI Ekslusif adalah 30,28% dan pada tahun 2010, pencapaian ASI Ekslusif adalah 35,48%. Angka ini mengalami penurunan kembali jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 38,13%. Secara rata-rata dari tahun 2008 sampai dengan 2010, pencapaian ini juga masih rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI di Kabupaten Bangli pada tahun 2008 yaitu 65% (Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, 2008). Bila dibandingkan dengan target pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Kabupaten/Kota, di mana target pencapaian ASI Eksklusif adalah 80% pada tahun 2010 (Kepmenkes, 2004), juga berdasarkan target Indonesia Sehat 2010 bahwa persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif adalah 80% (Depkes, 2012), maka pencapaian di Kabupaten Bangli tersebut masih rendah.Belum maksimalnya kinerja suatu program dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: faktor masukan atau input, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah, dana yang terbatas, peralatan yang terbatas dan lain sebagainya; faktor proses atau process, seperti sistem organisasi SDM yang tidak tepat; dan faktor keluaran atau output (Muninjaya, 2004).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi terhadap program pemantauan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Susut I sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam upaya meningkatkan pencapaian pemantauan ASI eksklusif selanjutnya, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Propinsi, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2.2. Analisis Masalah

2.2.1. Penyebab Langsung

1. ASI yang tidak keluar

2.2.2. Penyebab Tidak Langsung

1. Perilaku Perorangan/Masyarakat Pada Saat Ini yang Membantu Timbul dan Menyebarnya Masalah Pemberian ASI eksklusif

a. Tidak melakukan pemberian ASI eksklusif penuh selama 6 bulan

b. Komunitas ibu menyusui rata-rata tidak melakukan pemberian ASI eksklusif

c. Pemberian susu formula dan makanan pendamping ASI

2. Latar Belakang Perilaku yang Membantu Timbul dan Menyebarnya Masalah

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif

b. Kesibukan ibu yang tidak sempat memberi ASI eksklusif

c. Kurangnya dukungan dari keluarga kepada ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif

3. Perilaku Perorangan/Masyarakat yang Diharapkan Akan Dapat Mengurangi Timbul dan Menyebarnya Masalah

a. Membagikan informasi kepada ibu menyusui mengenai pemberian ASI eksklusif

b. Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh

c. Mengajak ibu-ibu menyusui untuk bersama-sama memberikan ASI ekslusif

d. Keluarga memberikan dukungan dan perhatian lebih kepada ibu-ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif

e. Membagi pengalaman mengenai pemberian ASI eksklusif

f. Memberikan susu formula dan makanan pendamping ASI setelah usia bayi lebih dari 6 bulan

4. Kelompok masyarakat yang diharapkan berperilaku seperti tersebut diatas meliputi semua lapisan masyarakat terutama ibu-ibu menyusui dan keluarga disekitarnya.

5. Hambatan-Hambatan yang Akan Dihadapi oleh Kelompok Masyarakat yang Bersangkutan untuk Merubah Perilakunya

a. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya wanita usia produktif tentang permasalahan ASI eksklusif relatif rendah karena informasi yang kurang

b. Susah terbentuk kebiasaan baru pada masyarakat yang sudah lama menjalani suatu kebiasaan tertentu

6. Hal-hal yang Mendorong ke Arah Terjadinya Perubahan Perilaku

a. Adanya media untuk mempelajari dan memahami materi terkait pemberian ASI eksklusif

b. Terdapat tenaga puskesmas dan fasilitas yang memadai untuk memantau pemberian ASI eksklusif

c. Terdapat dukungan serta perhatian dari keluarga untuk memantau pemberian ASI eksklusif

d. Adanya pemberian penghargaan kepada ibu-ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

2.2.3 Keadaan sarana

1. Dari institusi: telah tersedia tenaga pelayanan kesehatan yang memadai untuk membantu pemecahan masalah pemberian ASI eksklusif

2.2.4 Keadaan ketenagaan

1. Kategori petugas kesehatan: dokter umum, perawat, bidan

2. Tugas dokter umum : memberikan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan pada ibu menyusui sesuai dengan kompetensi.

3. Tugas perawat: membantu dokter umum dalam memberikan pelayanan dan penanganan masalah kesehatan pada ibu menyusui.

4. Tugas bidan: Melakukan penyuluhan dan memberikan konseling terkait pemberian ASI eksklusif.

2.3 Sasaran

Kelompok sasaran dalam kegiatan PKM adalah Ibu- ibu yang memiliki Balita di wilayah kerja puskesmas pembantu Susut Kaja yang mengikuti kegiatan posyandu. Jumlah peserta yang akan mengikuti penyuluhan ini adalah sebanyak 27 orang.

2.4 Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan ini berakhir diharapkan supaya masyarakat khususnya wanita usia produktif mengerti manfaat dari pemberian ASI eksklusif dan cara pemberian ASI eksklusif.2. Tujuan Khusus : Pada akhir kegiatan masyarakat khususnya wanita usia produktif diharapkan

a. Memiliki pemahaman yang cukup mengenai dari pemberian ASI eksklusif secara umum sehingga mampu mengetahui manfat dari pemberian ASI eksklusif.

b. Mengubah perilaku ibu-ibu menyusui yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

2.5 Strategi Penyuluhan

2.5.1 Persiapan Penyuluhan

Sebelum kegiatan PKM dilaksanakan penyuluh (mahasiswa) berkoordinasi dengan kelian banjar dan petugas puskesmas pembantu di daerah tersebut tentang masalah yang akan penyuluh angkat. Kemudian beliau akan berkoordinasi dengan masyarakat yang penyuluh tuju tentang penyuluhan yang akan penyuluh lakukan.

Selain itu, penyuluh selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan diri dalam hal penguasaan materi penyuluhan serta penguasaan cara-cara penyampaian pesan. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan cara membaca buku, mencari informasi di internet, melihat video-video tentang ASI eksklusif. Selain itu, persiapan penyuluhan juga terdiri dari beberapa bagian antara lain :1. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk power point presentation/slide serta gambar/video yang relevan.

2. Persiapan pertanyaan untuk pre-test dan post-test secara tertulis2.5.2 Tempat dan waktu pelaksanaan

Hari/tanggal: Rabu, 14 Januari 2015Waktu

: 08.00 10.00Tempat

: Bale Banjar Dusun Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan ...Susut2.5.3 Pelaksanaan penyuluhan

Pada hari Rabu, 14 Januari 2015, tim penyuluh akan mengadakan penyuluhan di Bale Banjar Dusun Susut Kaja. Sebelumnya penyuluh akan meminta ijin serta memperkenalkan diri kepada Kepala Desa yang bersangkutan. Kemudian diadakan pre-test untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan mereka tentang ASI eksklusif Setelah itu penyuluh akan memutarkan video pembuka mengenai ASI eksklusif yang dilanjutkan dengan materi mengenai ASI eksklusif. Selanjutnya dilakukan post test, dengan menggunakan pertanyaan yang sama dengan pre test. Ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta tentang ASI eksklusif. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.

2.6 Isi Penyuluhan

Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:

1. Pengetahuan tentang pengertian ASI eksklusif

2. Pengetahuan tentang cara pemberian ASI eksklusif yang benar

3. Pengetahuan tentang manfaat dari ASI eksklusif

4. Pengetahuan tentang cara pemerahan dan penyimpanan ASI

2.7 Metode Penyuluhan

Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah ceramah dan menonton video.2.8 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah :

a. Slide power point yang berisikan materi penyuluhan yang akan disampaikan

b. Video mengenai cara pemberian ASI eksklusif

c. Materi pre-test dan post-test secara tertulis

2.9 Rencana Evaluasi

2.9.1 Penilaian Proses

1. Indikator penilaian

Dukungan dari pihak Puskesmas Susut I dan pihak desa yang bersangkutan

Ketepatan waktu pelaksanaan.

Keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan.

2. Waktu penilaian

Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan.

3. Cara pelaksanaan

Tidak adanya kesulitan dalam melaksanakan koordinasi dengan pihak Puskesmas maupun pihak Kepala Desa.

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan

4. Penilai

Dokter muda

2.9.2 Penilaian Hasil

1. Indikator penilaian

Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah, melalui jumlah peserta yang berbicara dengan temannya sendiri, jumlah peserta yang mengantuk/menguap selama jalannya penyuluhan, dan jumlah peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

-Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab berlangsung.

-Penilaian pengetahuan tentang ASI eksklusif yang dinilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan membagikan soal pre-test dan post-test secara tertulis sebanyak 10 soal pilihan ganda mengenai materi ASI eksklusif

2. Waktu penilaian

-Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan.

3. Cara penilaian

-Menggunakan pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis, dan pengamatan langsung.

4. Penilai

-Dokter muda.BAB III

PELAKSANAAN PKM

3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan

Hari/tanggal : Rabu, 14 Januari 2015Tempat : Bale Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli

3.2. Peserta

Peserta yang hadir adalah ibu yang memiliki balita yang berjumlah 27 orang.

3.2. Pelaksanaan Penyuluhan

Sebagai penceramah adalah ketiga mahasiswa Fakultas Kedokteran UNUD yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik madya (KKM) di bagian IKK/IKP dan bertugas di Puskesmas Susut I.

3.3. Proses Kegiatan

Sebelum diadakan penyuluhan, kami mengunjungi banjar tersebut untuk melakukan observasi dan meminta ijin kepada pihak banjar agar dapat mengadakan penyuluhan pada ibu-ibu posyandu. Kami disambut dengan baik oleh Bapak Kelian Banjar dan kami menjelaskan tujuan kedatangan kami adalah untuk memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif pada wanita usia produktif. Kemudian beliau dengan antusias mengizinkan kami untuk memberikan penyuluhan dan menyetujui waktunya adalah hari Rabu, 14 Januari 2015 pagi dimana hari tersebut bertepatan dengan posyandu di Banjar Susut Kaja.

Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami datang pukul 08.00 ke banjar yang kami tuju yaitu Banjar Susut Kaja. Kami menemui bapak Kelian Banjar dan kami diajak berbincang-bincang sedikit mengenai gambaran penyuluhan. Kemudian membantu bapak Kelian Banjar dan beberapa masyarakat untuk memasang layar dan LCD untuk pemutaran video dan penyuluhan. Setelah mempersiapkan seluruh alat- alat, kurang lebih 20 menit kemudian sudah terkumpul ibu-ibu sebanyak 27 orang yang sudah untuk mendengarkan penyuluhan.

Pada awalnya kami memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kami mengumpulkan ibu-ibu posyandu adalah untuk memberikan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Kemudian kami membagikan pre test pada semua peserta yang hadir. Saat mengerjakan pre test datang kembali beberapa orang ibu-ibu, lalu kami membagikan lagi soal kepada peserta yang baru datang. Setelah melakukan pre test, kami melakukan pemutaran video mengenai ASI eksklusif. Ketika pemutaran video yang berdurasi kurang lebih 10 menit, kami melakukan penyuluhan mengenai materi ASI eksklusif dengan metode ceramah selama 10 menit. Kemudian diteruskan dengan diskusi dan tanya jawab selama tiga menit. Pada sesi tanya jawab ini kami mendapatkan 2 orang peserta yang bertanya mengenai cara pemerahan dan penyimpanan ASI yang benar. Setelah itu kami membagikan post test dan peserta diberikan waktu 10 menit untuk menjawab.

Pada pukul 10.00 acara penyuluhan kami sudahi dengan mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang sudah meluangkan waktu untuk mendengarkan penyuluhan dari kami, kemudian kegiatan posyandu kami serahkan kembali kepada petugas puskesmas yang bersangkutan.

BAB IV

EVALUASI KEGIATAN

4.1 Evaluasi Proses

Dari segi proses kegiatan ini, meliputi dukungan dari pihak Puskesmas Susut I dan pihak banjar yang bersangkutan, ketepatan waktu pelaksanaan, jumlah peserta yang datang, serta keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan. Dukungan Puskesmas Susut I dan pihak Banjar Susut Kaja selaku tempat diselenggarakannya kegiatan sangat mendukung dengan kegiatan kami lakukan. Hal ini dibuktikan dengan saran yang diberikan oleh Puskesmas Susut I dalam peminjaman sarana prasarana sebagai media penyuluhan, selain itu juga pihak banjarpun sangat mendukung kegiatan kami yang dilihat dari penyediaan waktu dan tempat yang telah disediakan oleh pihak banjar. Waktu pelaksanaan kegiatan, kegiatan kami disetujui untuk dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Januari 2015 bertepatan dengan hari dilaksanakannya posyandu. Keseriusan peserta penyuluhan secara umum terlihat cukup baik dilihat dari tidak adanya peserta yang berbicara dengan temannya sendiri, tidak peserta yang mengantuk atau sampai tertidur, serta tidak ada peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung. Namun saat penyuluhan berlangsung, terlihat beberapa orang ibu-ibu yang sibuk menenangkan anaknya yang sedang ribut atau menangis, mengingat penyuluhan ini diadakan bertepatan dengan posyandu.

4.2 Evaluasi Hasil

Dari segi penilaian hasil kegiatan, meliputi proses diskusi yang dilakukan selama proses tanya jawab berlangsung, serta penilaian pre test maupun post test. Proses diskusi yang telah berlangsung dapat dilaporkan bahwa diskusi telah berlangsung secara dua arah. Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik dilihat dari dua orang ibu-ibu yang bertanya.

Pada kegiatan ini, dilaksanakan pre-test sebelum dilakukannya penyuluhan dan post-test di akhir kegiatan sebagai penilaian tertulis. Evaluasi tertulis ini ditujukan kepada seluruh peserta penyuluhan yaitu sebanyak 27 orang ibu-ibu. Pre-test dan post-test berisi 10 pertanyaan pilihan ganda yang menggambarkan materi mengenai pemberian ASI eksklusif. Tingkat pemahaman peserta dikategorikan baik apabila mampu menjawab benar sebesar 70% dari total 10 pertanyaan pilihan ganda.

Tabel yang menggambarkan hasil pre-test pada penyuluhan ini sebagai berikut:

SkorJumlah%

701037

< 701763

Total27100

Gambaran awal tingkat pemahaman peserta terhadap materi pemberian ASI eksklusif pencegahannya yang masuk kategori baik dengan skor 70 hanya 10 orang (31%), sedangkan 17 orang (63%) masih memiliki pemahaman yang tergolong kurang, dengan skor < 70. Dilihat dari data pre-test tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum peserta belum memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai pemberian ASI eksklusif.

Di akhir kegiatan, setelah dilakukan post-test maka diperoleh tabel berikut:

SkorJumlah%

702177,77

< 70 622,33

Total27100

Berdasarkan dua tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah peserta yang mendapatkan skor 70, yaitu dari 37% menjadi 77,77%. Sedangkan terjadi penurunan jumlah peserta yang mendapatkan skor < 70, yaitu dari 63% menjadi 22,33%. Dari data tersebut di atas diketahui bahwa setelah dilakukan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif, telah terjadi peningkatan pemahaman peserta yang pada kegiatan ini mampu mencapai target keberhasilan berupa peningkatan pemahanan menjadi lebih dari 70% peserta.

Pendapat peserta secara lisan tentang kegiatan penyuluhan ini sangat baik dan mereka berharap di kemudian hari akan ada penyuluhan seperti ini namun dikemas dalam bentuk diskusi kelompok agar ibu-ibu satu dengan yang lain mampu berbagi pengalaman.

4.3 Hambatan PKM

Hambatan yang kami rasakan dalam penyelenggaraan penyuluhan ini adalah pada beberapa menit awal, masih sedikit ibu-ibu yang datang sehingga kami harus menunggu kurang lebih 20 menit untuk mengumpulkan 27 orang ibu-ibu. Saat penyuluhan berjalan, beberapa peserta sibuk mengurus anak-anak nya yang ribut dan menangis sehingga tidak memperhatikan video yang ditampilkan dan ceramah yang diberikan. Selebihnya secara teknis dalam persiapan penyuluhan dan umpan balik dari peserta penyuluhan, secara umum kami merasakan tidak ada hambatan lain karena acara berlangsung dengan lancar sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya.

4.4 Manfaat PKM

Beberapa manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan kegiatan PKM ini adalah sebagai latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari perencanaan, persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan alat dan sarana penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar menarik dan dapat dimengerti oleh pendengar.

Sedangkan manfaat bagi peserta yakni diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang pemberian ASI eksklusif agar dapat memecahkan setiap permasalahan dari rendahnya angka pemberian ASI eksklusif serta mengimplementasikan ilmu tersebut pada diri sendiri ataupun mampu memberikan informasi kepada ibu-ibu yang lain mengenai pemberian ASI eksklusif.

BAB VPENUTUP

5.1 Simpulan

Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah berjalan dengan baik. Selama persiapan pihak dokter muda banyak mendapat bantuan dari pihak Puskesmas Susut I dan pihak Banjar Susut Kaja. Selama penyuluhan berlangsung dan setelah penyuluhan, terdapat perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu tentang pemberian ASI eksklusif serta didapatkan umpan balik dari peserta penyuluhan dengan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :Apabila akan diadakan pendidikan kesehatan masyarakat berikutnya mengenai ASI eksklusif, diharapkan agar dikemas dalam bentuk diskusi kelompok kecil untuk mengetahui lebih dalam mengenai permasalahan yang dihadapi oleh ibu-ibu menyusui.LAMPIRAN

67

19