laporan pkm asi gianyar ii
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat
gizi paling sesuai untuk pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, untuk
mencapai pertumbuhan, dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan
secara eksklusif sampai umur enam bulan, dan dapat dilanjutkan sampai anak
berumur dua tahun. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa
tambahan makanan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim dalam jangka waktu minimal empat bulan, dan akan lebih baik lagi
apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Roesli, 2005). Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah pemberian
air susu ibu kepada bayi yang dimulai sejak lahir hingga bayi berumur enam bulan
tanpa tambahan cairan, dan makanan lain. Pemberian ASI secara eksklusif juga
merupakan wujud nyata pemenuhan kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi agar
anak tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif mampu
mengurangi insiden, dan atau beratnya diare, infeksi paru bagian bawah, infeksi
telinga tengah (otitis media), radang selaput otak (meningitis bakterialis), infeksi
saluran kemih, atau masalah saluran cerna yang sering dijumpai pada bayi baru lahir
yang jika infeksinya tidak segera ditangani akan menimbulkan kerusakan pada usus
(enterokolitis nikrotikans) (Kusuma, 2007).
Kandungan ASI berupa zat anti infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig A
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.Coli, dan berbagai virus
pada saluran pencernaan. Laktoferin dalam ASI, yaitu sejenis protein yang merupakan
komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Lisosim,
enzim yang melindungi bayi dari virus serta bakteri E.Coli, dan Salmonella. Jumlah
lisosim dalam ASI adalah 3000 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi. Faktor
bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri laktobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi, dan
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kandungan
tersebutlah yang dapat melindungi pencernaan bayi dari bakteri patogen. Pemberian
makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan dapat menyebabkan bayi
terserang diare.
Sel darah putih pada ASI pada dua minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil. Salah satunya adalah Brochus-Asociated Lympocite Tissue (BALT) yang
merupakan antibodi pernapasan. Antibodi tersebut dapat melindungi bayi dari bakteri
patogen yang menyerang sistem pernapasan. Hal tersebut menjelaskan fungsi
pemberian ASI dalam menurunkan angka kejadian infeksi saluran pernapasan pada
bayi.
Menurut data dari Demographic and Health Survery World Health
Organization tahun 1986-1989, persentase bayi di Indonesia yang mendapat ASI
sebesar 96%, dan 36% bayi mendapatkan ASI eksklusif hingga berusia enam bulan
(Depkes, 2000). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002,
hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI
pada bayi umur kurang dua bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5
bulan 13,9%, dan antara 6-7 bulan 7,8%. Menurut Survei Sosial Ekonomi Daerah
(SUSEDA) 2008, persentase Balita umur 2-4 tahun yang mendapat ASI eksklusif di
provinsi Bali hanya mencapai 16,86%. Sementara itu cakupan pemberian susu
formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8%
menjadi 32,4% pada tahun 2002. Lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua
bulan telah diberi susu formula, dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi
makanan tambahan. Dilain pihak menurut pedoman pemberantasan penyakit diare
Depkes RI Direktorat Jenderal PP, dan PL Tahun 2007, hingga saat ini penyakit diare
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdiv diare,
angka kesakitan diare pada semua umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk,
374/1000 penduduk pada tahun 2003. Proporsi diare pada golongan Balita sebesar
55%. Berdasarkan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2001,
menyatakan bahwa kematian diare pada Balita adalah sebesar 75,3/100.000 Balita.
Hasil penelitian Roesli (2000, dalam Purwanti, 2004) menunjukkan bahwa bayi yang
tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena
diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Untuk menurunkan angka kejadian penyakit infeksi pada bayi, dan agar
mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global
Strategy for Infant and Young Child Feeding, yang di Indonesia ditindaklanjuti
dengan “Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak” yaitu
memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau
ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan, memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi berumur enam bulan,
serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur dua tahun. Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 1457 tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di kabupaten/kota disebutkan bahwa target bayi mendapatkan ASI eksklusif
pada tahun 2010 adalah sebesar 80%.
BAB 2
PERENCANAAN
2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah Bali tahun 2008 menyebutkan
pesentase Balita umur 2-4 tahun yang mendapat ASI Eksklusif adalah sebesar 16,86%
dengan kabupaten Gianyar sebesar 24,62%. Puskesmas Gianyar II mempunyai
wilayah kerja yang terdiri dari tujuh desa. Dari jumlah bayi yang dipantau di wilayah
kerja Puskesmas Gianyar II, melalui program Posyandu dan pelaporan bidan-bidan
swasta, didapatkan data bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah
Puskesmas Gianyar II pada tahun 2008 adalah 60,61%, kurang dari target sebesar
80%. Dari tujuh desa wilayah kerja Puskesmas Gianyar II, didapatkan persentase bayi
yang lulus ASI Eksklusif pada tahun 2008 yaitu desa Petak Kaja sebesar 90,12%, desa
Petak 29,27%, desa Bakbakan 33,46%, desa Bitra 75,16%, desa Siangan 72,94%, desa
Suwat 50,56%, dan desa Sumita sebesar 72,78%. Dari ketujuh desa tersebut,
didapatkan persentase terendah di desa Petak.
Tabel 1. Persentase Bayi yang lulus ASI Eksklusif pada tahun 2008 di wilayah kerja
Puskesmas Gianyar II
Tahun Pemberian Asi Eksklusif Menurut Desa (%)
Petak Kaja Petak Bakbakan Bitra Siangan Suwat Sumita
2008 90,12 29,27 33,46 75,16 72,94 50,56 72,78
Tidak diberikannya ASI eksklusif akan mempengaruhi status kesehatan dan
status gizi anak. Anak yang tidak diberikan ASI eksklusif menjadi mudah sakit oleh
karena infeksi, seperti infeksi saluran nafas atas dan diare. Kekurangan gizi yang
terjadi akan berdampak pada gangguan pertumbuhan, gangguan psikomotor, serta
gangguan kognitif . Hal-hal di atas akan mempengaruhi tingginya angka kesakitan
dan kematian bayi dan anak berumur di bawah lima tahun (balita).
Infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak dan Balita merupakan bagian
dari sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Gianyar II. Dimana
proporsi diare pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar II tahun 2008 adalah 35,9%,
dan angka kejadian diare pada Balita adalah 10,6%. Desa Petak memiliki angka
kejadian diare tertinggi diantara enam desa lainnya yaitu sebesar 15,7%. Setelah itu
urutan kedua dan ketiga tertinggi adalah desa Siangan sebesar 15,3%, dan desa Suwat
sebesar 11,7%. Angka kejadian pneumonia pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar
II sebesar 1,75%, dan tiga desa tertinggi berturut-turut adalah desa Siangan 3,49%,
desa Petak Kaja 3,47%, dan desa Petak 2,47%. Dari data-data tersebut diatas,
didapatkan bahwa desa Petak memiliki cakupan ASI Eksklusif terendah, angka
kejadian diare pada Balita tertinggi, serta urutan ketiga tertinggi untuk angka kejadian
pneumonia pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar II.
2.2 Analisa Masalah
Kejadian infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak dan Balita diketahui
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebersihan lingkungan, pemberian ASI
eksklusif, dan pola hidup sehat dalam rumah tangga seperti kebiasaan memotong
kuku, mencuci tangan, dan membersihkan payudara sebelum memberikan ASI. Hasil
survei PHBS rumah tangga yang dilakukan pada tahun 2008, dari 210 rumah tangga
yang disurvei didapatkan 80% memberikan ASI ekskusif, 90% menggunakan air
bersih, 50% mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 85% menggunakan jamban
sehat, dan 40% tidak merokok di dalam rumah. Akan tetapi hasil ini tidak
mencerminkan kejadian sebenarnya di seluruh wilayah kerja Puskesmas Gianyar II,
karena survei ini dilakukan hanya pada dua wilayah yaitu desa Siangan, dan kelurahan
Bitera.
Dari data diatas masih belum diketahui secara pasti apakah tingginya kejadian
infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak, dan Balita di desa Petak tersebut
hanya disebabkan rendahnya cakupan ASI eksklusif atau faktor lainnya.
Analisis masalah dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu
menyusui yang memiliki bayi berumur kurang dari enam bulan selama kegiatan
Posyandu dan imunisasi di desa Petak Kaja, dimana dua orang (20%) diantara mereka
memiliki pekerjaan di luar rumah. Dari hasil wawancara didapatkan semua ibu pernah
mendengar tentang ASI eksklusif, sembilan orang (90%) mengetahui manfaat
pemberian ASI eksklusif, dan satu orang (10%) tidak mengetahui manfaat dari
pemberian ASI eksklusif. Sembilan dari ibu yang diwawancarai pernah mendengar
istilah kolostrum, dan mengetahui manfaatnya. Dari 10 ibu yang diwawancarai,
delapan orang (80%) yang melaksanakan pemberian ASI ekslusif, dua ibu lainnya (20
%) tidak melaksanakan pemberian ASI eksklusif dengan alasan ibu bekerja di luar
rumah, dan pemberian susu formula untuk membiasakan bayi agar tidak bergantung
pada ibu sehingga dapat ditinggal.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu menyusui yang memiliki
bayi berumur kurang dari enam bulan selama kegiatan Posyandu dan imunisasi di
desa Petak, dimana empat orang (40%) diantara mereka memiliki pekerjaan diluar
rumah. Dari hasil wawancara didapatkan semua ibu pernah mendengar tentang ASI
eksklusif, tiga orang (30%) mengetahui tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, dan
tujuh orang (70%) tidak mengetahui tentang manfaat dari pemberian ASI eksklusif.
Hanya dua dari ibu yang diwawancarai (20%) pernah mendengar istilah kolostrum
dan mengetahui manfaatnya. Dari 10 ibu yang diwawancarai, hanya empat orang (40
%) yang melaksanakan pemberian ASI ekslusif. Enam ibu lainnya (60%) tidak
melaksanakan pemberian ASI eksklusif dengan berbagai alasan, diantaranya seperti
produksi ASI yang tidak memenuhi kebutuhan bayi, ibu bekerja di luar rumah,
pemberian susu formula untuk membiasakan bayi agar tidak bergantung pada ibu
sehingga dapat di tinggal, bayi memerlukan gizi lain selain ASI, pemberian buah atau
bubur agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel, serta rasa nyeri yang timbul saat ibu
menyusui.
Dari survei awal yang dilakukan pada 10 ibu menyusui di masing-masing desa
dengan cakupan ASI tertinggi yaitu desa Petak Kaja, dan cakupan ASI terendah desa
Petak, didapatkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang
ASI eksklusif pada kedua desa tersebut, dimana tingkat pengetahuan lebih tinggi di
desa Petak Kaja dibandingkan desa Petak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif adalah promosi kesehatan berupa
penyuluhan. Namun penyuluhan tersebut berlangsung satu tahun sekali di masing-
masing banjar bersamaan dengan materi penyuluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan
hal-hal tersebut, diperlukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif khususnya untuk ibu-
ibu menyusui, dan wanita usia subur di wilayah desa Petak. Pemberian ASI eksklusif
akan dapat mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita
serta meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status
gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai.
2.3 Kelompok Sasaran
Sasaran penyuluhan ini adalah ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur di Desa Petak,
Kecamatan Gianyar. Dipilihnya sasaran tersebut karena walaupun ibu-ibu tersebut ada
beberapa yang masih menyususi dengan penyuluhan ini diharapkan menyusui
anaknya untuk memberikan ASI eksklusif dan menyampaikan informasi tentang ASI
eksklusif yang didapatkan nantinya kepada teman atau kerabat lainnya. Pada
pelaksanaannya penyuluhan akan dilakukan hanya pada posyandu di salah satu banjar
di desa Petak yang memiliki jumlah Balita terbanyak dikarenakan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki.
2.4 Tujuan Penyuluhan
A. Tujuan umum
Tujuan umum dari penyuluhan adalah meningkatkan derajat kesehatan bayi dan
Balita.
B. Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengertian dan manfaat ASI Eksklusif
bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi, manfaat menyusui bagi kesehatan ibu,
dan keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang risiko memberikan makanan, dan atau
susu tambahan selain ASI kepada bayi 0-6 bulan.
2.5 Strategi
2.5.1 Persiapan Penyuluhan
Kelompok sasaran diberitahukan informasi tentang jadwal pelaksanaan penyuluhan.
Pertama-tama Kepala Desa Petak dihubungi untuk pemberitahuan jadwal kegiatan
PKM di desanya yang akan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Posyandu di
desa tersebut. Setelah itu kelihan dinas banjar dihubungi untuk pemberitahuan jadwal
PKM. Pemberitahuan juga kepada bidan, dan kader Posyandu setempat. Sebelum
penyuluhan dimulai, petugas penyuluhan mempersiapkan diri dengan membaca
metode dan teknik penyuluhan kesehatan dalam hal ini adalah dengan mempelajari
teknik-teknik ceramah, dan membaca kepustakaan yang berhubungan dengan ASI
eksklusif.
2.5.2 Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dimulai dengan pre test menggunakan kuesioner mengenai ASI ekslusif
(meliputi pengertian ASI eksklusif, kandungan ASI, manfaat pemberian ASI
eksklusif, cara pemberian ASI yang benar, serta cara penyimpanan ASI yang benar)
selama kurang lebih 10 menit. Kemudian dilakukan ceramah disertai tayangan
gambar-gambar mengenai pemberian ASI ekslusif selama 20 menit. Setelah itu
peserta dipersilahkan untuk berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, dan diskusi selama
20 menit. Acara terakhir adalah post test selama 10 menit serta pemberian hadiah bagi
ibu yang telah melaksanakan ASI Eksklusif.
2.6 Isi Penyuluhan
Isi dari penyuluhan adalah informasi mengenai pengertian ASI eksklusif, kandungan
ASI, manfaat ASI eksklusif, cara pemberian ASI yang benar, dan cara penyimpanan
ASI yang benar.
2.7 Metode Penyuluhan
Penyuluhan ini dilakukan di balai banjar bersamaan dengan tempat pelaksanaan
kegiatan Posyandu. Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah ceramah
tentang pemberian ASI eksklusif. Media penyuluhan yang digunakan adalah
presentasi powerpoint berisi materi pemberian ASI eksklusif. Selain itu juga
digunakan brosur yang berisi sekilas pengetahuan tentang arti pemberian ASI
eksklusif, pengertian kolostrum, manfaat ASI dan manfaat menyusui, cara
penyimpanan ASI, cara yang digunakan untuk meningkatkan produksi ASI, dan
pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan umur Balita.
2.8 Media Penyuluhan
Beberapa media digunakan dalam penyuluhan ini guna mempermudah, dan
memperlancar penyampaian materi, media yang digunakan antara lain:
1. Laptop, LCD serta layar putih untuk melihat materi presentasi.
2. Brosur untuk memudahkan pemahaman materi penyuluhan.
3. Materi pre, dan post test.
2.9 Tempat, dan Waktu Penyuluhan
Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2009.
Pukul : 08.00-09.30 WITA.
Tempat : Banjar Madangan Kelod, desa Petak, kecamatan Gianyar.
2.10 Rencana Evaluasi
2.10.1 Penilaian Proses
1. Indikator Penilaian
a. Dukungan dari pihak Puskesmas Gianyar II, dan masyarakat banjar di desa
Petak.
b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan.
c. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan 50 orang ibu-ibu menyusui,
dan wanita usia subur di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja.
d. Jumlah peserta yang mengikuti dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan
75% dari ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir dalam
kegiatan penyuluhan di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja
e. Ketertiban dan kegiatan yang diakukan peserta ceramah selama ceramah
berlangsung
2. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan
3. Cara penilaian
a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak
Puskesmas Gianyar II dan masyarakat desa Petak.
b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
c. Pendataan seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir
d. Pendataan seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang mengikuti
e. Memperhatikan ketertiban dan kegitan yang dilakukan peserta ceramah
selama ceramah berlangsung dari awal hingga akhir kegiatan
4. Output
a. 25 orang (50% target) dari seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur
di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja hadir dalam kegiatan
penyuluhan.
b. 75% dari seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir
mengikuti dari awal hingga akhir kegiatan ceramah.
5. Penilai
Dokter muda
2.10.2 Penilaian Hasil
1. Indikator penilaian
a. Pertanyaan yang diajukan, partisipasi peserta selama diskusi berlangsung.
b. Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif sebelum dan setelah
ceramah dilakukan.
2. Waktu penilaian
Selama, dan sesudah penyuluhan
3. Cara penilaian
a. Mencatat pertanyaan yang diajukan.
b. Melalui tanya jawab yang dilakukan dengan kuesioner sebelum, dan
sesudah penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif.
4. Output
a. 10% ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir mengajukan
pertanyaan tentang materi ceramah.
b. Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif (meliputi
pengetahuan mengenai ASI Ekslusif, manfaat pemberian ASI Eksklusif,
pengetahuan mengenai kolostrum, kandungan ASI dan pengetahuan
mengenai cara penyimpanan ASI) setelah ceramah dan sesi tanya jawab
yang dievaluasi melalui post-test dengan jumlah peningkatan minimal 25%
dari hasil pre test dan post test yang dilakukan.
5. Penilai
Dokter Muda.
BAB 3
EVALUASI
3.1 Penilaian Proses
Pihak Puskesmas dan Kepala Dusun Madangan Kelod memberikan dukungan penuh
terhadap kegiatan yang kami laksanakan. Dana yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan kegiatan ini sepenuhnya berasal dari pelaksana kegiatan dan dana
yang dibutuhkan tidak sampai memberatkan pelaksana kegiatan. Sarana yang
dipergunakan untuk penyuluhan yaitu brosur tentang pemberian ASI dan materi
ceramah. Waktu dan tempat pelaksanaan sesuai jadwal posyandu yaitu di Balai Banjar
Madangan Kelod, Desa Petak pada hari Rabu, 1 Juli 2009. Sebanyak 57 orang ibu-ibu
menyusui yang hadir dalam kegiatan posyandu hanya 28 orang ibu-ibu menyusui dan
2 orang wanita usia subur yang mengikuti ceramah tersebut. Sehingga total jumlah
peserta yang mengikuti ceramah adalah sebanyak 30 orang (60%). Sedangkan ibu-ibu
menyusui lainnya tidak mengikuti ceramah dengan alasan harus bekerja kesawah,
memasak, dan terdapat anggota keluarga sedang sakit. Dari 30 orang yang mengikuti
ceramah, 21 orang (70%) mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir, dan
9 orang peserta lainnya tidak mengikuti kegiatan ceramah hingga akhir dikarenakan
anaknya rewel dan menangis terus. Selama ceramah berlangsung sekelompok ibu-ibu
tampak mengobrol diluar topik ceramah yang diberikan dan sebagian besar ibu-ibu
tampak memperhatikan materi ceramah dengan seksama, hal tersebut dapat dilihat
dari aktivitas yang dilakukan ibu-ibu tersebut, dimana 5 menit setelah materi ceramah
mulai disampaikan ibu-ibu tersebut tampak segera menyusui anaknya, serta
menirukan berbagai macam posisi menyusui.
3.2 Penilaian hasil
Dalam pelaksanaan kegiatan, beberapa peserta terlihat serius dalam mengikuti
kegiatan yang diberikan. Pada saat diskusi peserta terlihat antusias dan
memperhatikan pertanyaan maupun diskusi yang berlangsung. Hanya satu orang
peserta yeng mengajukan pertanyaan, yaitu “bagaimana cara menyusui jika memiliki
bayi kembar? Dan apakah pengeluaran ASI saja mencukupi keperluan bayi?”
Setelah dilakukan penilaian terhadap pre-test dan post-test didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 2. Pengetahuan Pre-test Ibu-ibu peserta posyandu
Pengetahuan (Skor) Frekuensi Persentase(%)
Cukup (3-5) 8 26,7
Kurang (< 3) 22 73,3
Jumlah 30 100
Dari hasil penilaian terhadap jawaban pertanyaan pre-test diatas didapatkan
hasil bahwa hanya 8 peserta (26,7%) yang memiliki pengetahuan cukup mengenai
ASI eksklusif dan 22 peserta (73,3%) lainnya memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai ASI.
Tabel 3. Pengetahuan Post-test Ibu-ibu peserta posyandu
Pengetahuan
(Skor)
Frekuensi Persentase(%)
Cukup (3-5) 21 100
Kurang (< 3) 0 0
Jumlah 21 100
Dari hasil penilaian terhadap jawaban pertanyaan post-test diatas didapatkan
hasil bahwa yang pengetahuannya cukup sebanyak 21 orang (100%), sedangkan tidak
ada yang memiliki pengetahuan kurang. Dari data tersebut diketahui bahwa setelah
diberikan penyuluhan, pengetahuan ibu-ibu menjadi cukup.
3.3 Hambatan PKM
Hambatan yang kami rasakan adalah tempat pelaksanaan yaitu balai banjar Madangan
Kelod yang sempit. Sarana untuk penyuluhan cukup modern yaitu menggunakan
brosur dan power point sehingga materi yang ditampilkan lebih menarik yang disertai
gambar-gambar. Namun karena keterbatasan fasilitas yang tersedia, yaitu daya listrik
yang tersedia hanya 450 Watt sehingga terdapat keterbatasan waktu untuk dapat
menyampaikan materi ceramah yang diberikan. Sehingga beberapa materi hanya
disampaikan dalam waktu yang singkat. Karena pelaksanaan penyuluhan yang
diadakan bersamaan dengan program posyandu, dimana hampir seluruh ibu-ibu
datang membawa Balita, maka pada saat penyuluhan berlangsung tampak beberapa
Balita yang rewel, menangis dan berlarian sehingga menyebabkan perhatian peserta
teralih.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah dapat direalisasikan dengan
baik.
2. Telah terjadi peningkatan pengetahuan ibu-ibu menyusui yang hadir dalam
penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pertanyaan yang dapat
dijawab sebelum penyuluhan, dibandingkan sesudah penyuluhan.
4.2 Saran
1. Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang mereka
dapatkan dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Puskesmas lebih aktif melakukan penyuluhan ke banjar-banjar, misalnya dengan
mengisi jam pada pertemuan ibu-ibu PKK, atau sangkep banjar.
3. Setiap pelaksanaan posyandu disertai dengan konseling mengenai ASI bagi ibu
menyusui.
4. Konseling mengenai praktek pemberian ASI bagi ibu hamil oleh bidan atau dokter
yang merawat agar pelaksaanaan pemberian ASI eksklusif dapat segera di mulai
setelah kelahiran.
LAMPIRAN
ASI EKSKLUSIF
1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa disertai pemberian
makanan tambahan lainnya selama:
a. 2 Hari
b. 6 Bulan
c. 2 Tahun
2. Kandungan ASI terbanyak adalah:
a. Air
b. Protein
c. Lemak
3. Manfaat ASI eksklusif adalah:
a. Mencegah diare pada bayi
b. Mencegah kehamilan pada ibu
c. a dan b benar
4. Cara memberikan ASI yang benar adalah:
a. Puting susu dan daerah hitam disekitarnya masuk ke mulut bayi
b. Hanya putting susu saja yang masuk kemulut bayi
c. a dan b salah
5. Berapa lama ASI dapat disimpan:
a. 3 hari di dalam kulkas
b. 7 hari di dalam kulkas
c. a dan b salah
LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)
TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
Oleh:
D. P. Wisnu Wardhana (0302005149)
D. A. Kartika Tejawati (0302005152)
Nur Anis Agustina (0302005172)
Pembimbing:
Prof. dr. D. N. Wirawan, MPH
dr. Pande Putu Irma Yustini
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2009