laporan pkm asi gianyar ii

26
BAB 1 PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, untuk mencapai pertumbuhan, dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur enam bulan, dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim dalam jangka waktu minimal empat bulan, dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Roesli, 2005). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi yang dimulai sejak lahir hingga bayi berumur enam bulan tanpa tambahan cairan, dan makanan lain. Pemberian ASI secara eksklusif juga merupakan wujud nyata pemenuhan kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi agar anak tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi anak yang sehat dan cerdas. Berbagai penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif mampu mengurangi insiden, dan atau beratnya diare, infeksi paru bagian bawah, infeksi telinga tengah (otitis media), radang selaput otak (meningitis bakterialis), infeksi saluran kemih,

Upload: ngurah-putu-puja-astawa

Post on 27-Oct-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PKM ASI Gianyar II

BAB 1

PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat

gizi paling sesuai untuk pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, untuk

mencapai pertumbuhan, dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan

secara eksklusif sampai umur enam bulan, dan dapat dilanjutkan sampai anak

berumur dua tahun. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa

tambahan makanan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan tim dalam jangka waktu minimal empat bulan, dan akan lebih baik lagi

apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Roesli, 2005). Berdasarkan

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah pemberian

air susu ibu kepada bayi yang dimulai sejak lahir hingga bayi berumur enam bulan

tanpa tambahan cairan, dan makanan lain. Pemberian ASI secara eksklusif juga

merupakan wujud nyata pemenuhan kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi agar

anak tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi anak yang sehat dan cerdas.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif mampu

mengurangi insiden, dan atau beratnya diare, infeksi paru bagian bawah, infeksi

telinga tengah (otitis media), radang selaput otak (meningitis bakterialis), infeksi

saluran kemih, atau masalah saluran cerna yang sering dijumpai pada bayi baru lahir

yang jika infeksinya tidak segera ditangani akan menimbulkan kerusakan pada usus

(enterokolitis nikrotikans) (Kusuma, 2007).

Kandungan ASI berupa zat anti infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi.

Immunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig A

tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.Coli, dan berbagai virus

pada saluran pencernaan. Laktoferin dalam ASI, yaitu sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Lisosim,

enzim yang melindungi bayi dari virus serta bakteri E.Coli, dan Salmonella. Jumlah

lisosim dalam ASI adalah 3000 kali lebih banyak dibandingkan susu sapi. Faktor

bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan

bakteri laktobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi, dan

berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Kandungan

tersebutlah yang dapat melindungi pencernaan bayi dari bakteri patogen. Pemberian

Page 2: Laporan PKM ASI Gianyar II

makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan dapat menyebabkan bayi

terserang diare.

Sel darah putih pada ASI pada dua minggu pertama lebih dari 4000 sel per

mil. Salah satunya adalah Brochus-Asociated Lympocite Tissue (BALT) yang

merupakan antibodi pernapasan. Antibodi tersebut dapat melindungi bayi dari bakteri

patogen yang menyerang sistem pernapasan. Hal tersebut menjelaskan fungsi

pemberian ASI dalam menurunkan angka kejadian infeksi saluran pernapasan pada

bayi.

Menurut data dari Demographic and Health Survery World Health

Organization tahun 1986-1989, persentase bayi di Indonesia yang mendapat ASI

sebesar 96%, dan 36% bayi mendapatkan ASI eksklusif hingga berusia enam bulan

(Depkes, 2000). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002,

hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI

pada bayi umur kurang dua bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5

bulan 13,9%, dan antara 6-7 bulan 7,8%. Menurut Survei Sosial Ekonomi Daerah

(SUSEDA) 2008, persentase Balita umur 2-4 tahun yang mendapat ASI eksklusif di

provinsi Bali hanya mencapai 16,86%. Sementara itu cakupan pemberian susu

formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8%

menjadi 32,4% pada tahun 2002. Lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua

bulan telah diberi susu formula, dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi

makanan tambahan. Dilain pihak menurut pedoman pemberantasan penyakit diare

Depkes RI Direktorat Jenderal PP, dan PL Tahun 2007, hingga saat ini penyakit diare

merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan

meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdiv diare,

angka kesakitan diare pada semua umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk,

374/1000 penduduk pada tahun 2003. Proporsi diare pada golongan Balita sebesar

55%. Berdasarkan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2001,

menyatakan bahwa kematian diare pada Balita adalah sebesar 75,3/100.000 Balita.

Hasil penelitian Roesli (2000, dalam Purwanti, 2004) menunjukkan bahwa bayi yang

tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena

diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Untuk menurunkan angka kejadian penyakit infeksi pada bayi, dan agar

mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global

Strategy for Infant and Young Child Feeding, yang di Indonesia ditindaklanjuti

Page 3: Laporan PKM ASI Gianyar II

dengan “Penyusunan Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak” yaitu

memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau

ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan, memberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi berumur enam bulan,

serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur dua tahun. Keputusan Menteri

Kesehatan RI nomor 1457 tahun 2003 tentang standar pelayanan minimal bidang

kesehatan di kabupaten/kota disebutkan bahwa target bayi mendapatkan ASI eksklusif

pada tahun 2010 adalah sebesar 80%.

Page 4: Laporan PKM ASI Gianyar II

BAB 2

PERENCANAAN

2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah Bali tahun 2008 menyebutkan

pesentase Balita umur 2-4 tahun yang mendapat ASI Eksklusif adalah sebesar 16,86%

dengan kabupaten Gianyar sebesar 24,62%. Puskesmas Gianyar II mempunyai

wilayah kerja yang terdiri dari tujuh desa. Dari jumlah bayi yang dipantau di wilayah

kerja Puskesmas Gianyar II, melalui program Posyandu dan pelaporan bidan-bidan

swasta, didapatkan data bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah

Puskesmas Gianyar II pada tahun 2008 adalah 60,61%, kurang dari target sebesar

80%. Dari tujuh desa wilayah kerja Puskesmas Gianyar II, didapatkan persentase bayi

yang lulus ASI Eksklusif pada tahun 2008 yaitu desa Petak Kaja sebesar 90,12%, desa

Petak 29,27%, desa Bakbakan 33,46%, desa Bitra 75,16%, desa Siangan 72,94%, desa

Suwat 50,56%, dan desa Sumita sebesar 72,78%. Dari ketujuh desa tersebut,

didapatkan persentase terendah di desa Petak.

Tabel 1. Persentase Bayi yang lulus ASI Eksklusif pada tahun 2008 di wilayah kerja

Puskesmas Gianyar II

Tahun Pemberian Asi Eksklusif Menurut Desa (%)

Petak Kaja Petak Bakbakan Bitra Siangan Suwat Sumita

2008 90,12 29,27 33,46 75,16 72,94 50,56 72,78

Tidak diberikannya ASI eksklusif akan mempengaruhi status kesehatan dan

status gizi anak. Anak yang tidak diberikan ASI eksklusif menjadi mudah sakit oleh

karena infeksi, seperti infeksi saluran nafas atas dan diare. Kekurangan gizi yang

terjadi akan berdampak pada gangguan pertumbuhan, gangguan psikomotor, serta

gangguan kognitif . Hal-hal di atas akan mempengaruhi tingginya angka kesakitan

dan kematian bayi dan anak berumur di bawah lima tahun (balita).

Infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak dan Balita merupakan bagian

dari sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Gianyar II. Dimana

proporsi diare pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar II tahun 2008 adalah 35,9%,

dan angka kejadian diare pada Balita adalah 10,6%. Desa Petak memiliki angka

kejadian diare tertinggi diantara enam desa lainnya yaitu sebesar 15,7%. Setelah itu

Page 5: Laporan PKM ASI Gianyar II

urutan kedua dan ketiga tertinggi adalah desa Siangan sebesar 15,3%, dan desa Suwat

sebesar 11,7%. Angka kejadian pneumonia pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar

II sebesar 1,75%, dan tiga desa tertinggi berturut-turut adalah desa Siangan 3,49%,

desa Petak Kaja 3,47%, dan desa Petak 2,47%. Dari data-data tersebut diatas,

didapatkan bahwa desa Petak memiliki cakupan ASI Eksklusif terendah, angka

kejadian diare pada Balita tertinggi, serta urutan ketiga tertinggi untuk angka kejadian

pneumonia pada Balita di wilayah Puskesmas Gianyar II.

2.2 Analisa Masalah

Kejadian infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak dan Balita diketahui

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebersihan lingkungan, pemberian ASI

eksklusif, dan pola hidup sehat dalam rumah tangga seperti kebiasaan memotong

kuku, mencuci tangan, dan membersihkan payudara sebelum memberikan ASI. Hasil

survei PHBS rumah tangga yang dilakukan pada tahun 2008, dari 210 rumah tangga

yang disurvei didapatkan 80% memberikan ASI ekskusif, 90% menggunakan air

bersih, 50% mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 85% menggunakan jamban

sehat, dan 40% tidak merokok di dalam rumah. Akan tetapi hasil ini tidak

mencerminkan kejadian sebenarnya di seluruh wilayah kerja Puskesmas Gianyar II,

karena survei ini dilakukan hanya pada dua wilayah yaitu desa Siangan, dan kelurahan

Bitera.

Dari data diatas masih belum diketahui secara pasti apakah tingginya kejadian

infeksi saluran pernapasan, dan diare pada anak, dan Balita di desa Petak tersebut

hanya disebabkan rendahnya cakupan ASI eksklusif atau faktor lainnya.

Analisis masalah dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu

menyusui yang memiliki bayi berumur kurang dari enam bulan selama kegiatan

Posyandu dan imunisasi di desa Petak Kaja, dimana dua orang (20%) diantara mereka

memiliki pekerjaan di luar rumah. Dari hasil wawancara didapatkan semua ibu pernah

mendengar tentang ASI eksklusif, sembilan orang (90%) mengetahui manfaat

pemberian ASI eksklusif, dan satu orang (10%) tidak mengetahui manfaat dari

pemberian ASI eksklusif. Sembilan dari ibu yang diwawancarai pernah mendengar

istilah kolostrum, dan mengetahui manfaatnya. Dari 10 ibu yang diwawancarai,

delapan orang (80%) yang melaksanakan pemberian ASI ekslusif, dua ibu lainnya (20

%) tidak melaksanakan pemberian ASI eksklusif dengan alasan ibu bekerja di luar

Page 6: Laporan PKM ASI Gianyar II

rumah, dan pemberian susu formula untuk membiasakan bayi agar tidak bergantung

pada ibu sehingga dapat ditinggal.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu menyusui yang memiliki

bayi berumur kurang dari enam bulan selama kegiatan Posyandu dan imunisasi di

desa Petak, dimana empat orang (40%) diantara mereka memiliki pekerjaan diluar

rumah. Dari hasil wawancara didapatkan semua ibu pernah mendengar tentang ASI

eksklusif, tiga orang (30%) mengetahui tentang manfaat pemberian ASI eksklusif, dan

tujuh orang (70%) tidak mengetahui tentang manfaat dari pemberian ASI eksklusif.

Hanya dua dari ibu yang diwawancarai (20%) pernah mendengar istilah kolostrum

dan mengetahui manfaatnya. Dari 10 ibu yang diwawancarai, hanya empat orang (40

%) yang melaksanakan pemberian ASI ekslusif. Enam ibu lainnya (60%) tidak

melaksanakan pemberian ASI eksklusif dengan berbagai alasan, diantaranya seperti

produksi ASI yang tidak memenuhi kebutuhan bayi, ibu bekerja di luar rumah,

pemberian susu formula untuk membiasakan bayi agar tidak bergantung pada ibu

sehingga dapat di tinggal, bayi memerlukan gizi lain selain ASI, pemberian buah atau

bubur agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel, serta rasa nyeri yang timbul saat ibu

menyusui.

Dari survei awal yang dilakukan pada 10 ibu menyusui di masing-masing desa

dengan cakupan ASI tertinggi yaitu desa Petak Kaja, dan cakupan ASI terendah desa

Petak, didapatkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang

ASI eksklusif pada kedua desa tersebut, dimana tingkat pengetahuan lebih tinggi di

desa Petak Kaja dibandingkan desa Petak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif adalah promosi kesehatan berupa

penyuluhan. Namun penyuluhan tersebut berlangsung satu tahun sekali di masing-

masing banjar bersamaan dengan materi penyuluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan

hal-hal tersebut, diperlukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif khususnya untuk ibu-

ibu menyusui, dan wanita usia subur di wilayah desa Petak. Pemberian ASI eksklusif

akan dapat mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita

serta meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status

gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai.

2.3 Kelompok Sasaran

Sasaran penyuluhan ini adalah ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur di Desa Petak,

Kecamatan Gianyar. Dipilihnya sasaran tersebut karena walaupun ibu-ibu tersebut ada

Page 7: Laporan PKM ASI Gianyar II

beberapa yang masih menyususi dengan penyuluhan ini diharapkan menyusui

anaknya untuk memberikan ASI eksklusif dan menyampaikan informasi tentang ASI

eksklusif yang didapatkan nantinya kepada teman atau kerabat lainnya. Pada

pelaksanaannya penyuluhan akan dilakukan hanya pada posyandu di salah satu banjar

di desa Petak yang memiliki jumlah Balita terbanyak dikarenakan keterbatasan

sumber daya yang dimiliki.

2.4 Tujuan Penyuluhan

A. Tujuan umum

Tujuan umum dari penyuluhan adalah meningkatkan derajat kesehatan bayi dan

Balita.

B. Tujuan khusus

1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengertian dan manfaat ASI Eksklusif

bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi, manfaat menyusui bagi kesehatan ibu,

dan keuntungan yang diperoleh dari pemberian ASI.

2. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang risiko memberikan makanan, dan atau

susu tambahan selain ASI kepada bayi 0-6 bulan.

2.5 Strategi

2.5.1 Persiapan Penyuluhan

Kelompok sasaran diberitahukan informasi tentang jadwal pelaksanaan penyuluhan.

Pertama-tama Kepala Desa Petak dihubungi untuk pemberitahuan jadwal kegiatan

PKM di desanya yang akan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Posyandu di

desa tersebut. Setelah itu kelihan dinas banjar dihubungi untuk pemberitahuan jadwal

PKM. Pemberitahuan juga kepada bidan, dan kader Posyandu setempat. Sebelum

penyuluhan dimulai, petugas penyuluhan mempersiapkan diri dengan membaca

metode dan teknik penyuluhan kesehatan dalam hal ini adalah dengan mempelajari

teknik-teknik ceramah, dan membaca kepustakaan yang berhubungan dengan ASI

eksklusif.

2.5.2 Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dimulai dengan pre test menggunakan kuesioner mengenai ASI ekslusif

(meliputi pengertian ASI eksklusif, kandungan ASI, manfaat pemberian ASI

eksklusif, cara pemberian ASI yang benar, serta cara penyimpanan ASI yang benar)

Page 8: Laporan PKM ASI Gianyar II

selama kurang lebih 10 menit. Kemudian dilakukan ceramah disertai tayangan

gambar-gambar mengenai pemberian ASI ekslusif selama 20 menit. Setelah itu

peserta dipersilahkan untuk berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, dan diskusi selama

20 menit. Acara terakhir adalah post test selama 10 menit serta pemberian hadiah bagi

ibu yang telah melaksanakan ASI Eksklusif.

2.6 Isi Penyuluhan

Isi dari penyuluhan adalah informasi mengenai pengertian ASI eksklusif, kandungan

ASI, manfaat ASI eksklusif, cara pemberian ASI yang benar, dan cara penyimpanan

ASI yang benar.

2.7 Metode Penyuluhan

Penyuluhan ini dilakukan di balai banjar bersamaan dengan tempat pelaksanaan

kegiatan Posyandu. Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah ceramah

tentang pemberian ASI eksklusif. Media penyuluhan yang digunakan adalah

presentasi powerpoint berisi materi pemberian ASI eksklusif. Selain itu juga

digunakan brosur yang berisi sekilas pengetahuan tentang arti pemberian ASI

eksklusif, pengertian kolostrum, manfaat ASI dan manfaat menyusui, cara

penyimpanan ASI, cara yang digunakan untuk meningkatkan produksi ASI, dan

pemberian makanan pendamping ASI sesuai dengan umur Balita.

2.8 Media Penyuluhan

Beberapa media digunakan dalam penyuluhan ini guna mempermudah, dan

memperlancar penyampaian materi, media yang digunakan antara lain:

1. Laptop, LCD serta layar putih untuk melihat materi presentasi.

2. Brosur untuk memudahkan pemahaman materi penyuluhan.

3. Materi pre, dan post test.

2.9 Tempat, dan Waktu Penyuluhan

Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2009.

Pukul : 08.00-09.30 WITA.

Tempat : Banjar Madangan Kelod, desa Petak, kecamatan Gianyar.

Page 9: Laporan PKM ASI Gianyar II

2.10 Rencana Evaluasi

2.10.1 Penilaian Proses

1. Indikator Penilaian

a. Dukungan dari pihak Puskesmas Gianyar II, dan masyarakat banjar di desa

Petak.

b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan penyuluhan.

c. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan 50 orang ibu-ibu menyusui,

dan wanita usia subur di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja.

d. Jumlah peserta yang mengikuti dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan

75% dari ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir dalam

kegiatan penyuluhan di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja

e. Ketertiban dan kegiatan yang diakukan peserta ceramah selama ceramah

berlangsung

2. Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan kegiatan

3. Cara penilaian

a. Tidak adanya kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan pihak

Puskesmas Gianyar II dan masyarakat desa Petak.

b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana

c. Pendataan seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir

d. Pendataan seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang mengikuti

e. Memperhatikan ketertiban dan kegitan yang dilakukan peserta ceramah

selama ceramah berlangsung dari awal hingga akhir kegiatan

4. Output

a. 25 orang (50% target) dari seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur

di banjar Madangan Kelod, desa Petak Kaja hadir dalam kegiatan

penyuluhan.

b. 75% dari seluruh ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir

mengikuti dari awal hingga akhir kegiatan ceramah.

5. Penilai

Dokter muda

Page 10: Laporan PKM ASI Gianyar II

2.10.2 Penilaian Hasil

1. Indikator penilaian

a. Pertanyaan yang diajukan, partisipasi peserta selama diskusi berlangsung.

b. Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif sebelum dan setelah

ceramah dilakukan.

2. Waktu penilaian

Selama, dan sesudah penyuluhan

3. Cara penilaian

a. Mencatat pertanyaan yang diajukan.

b. Melalui tanya jawab yang dilakukan dengan kuesioner sebelum, dan

sesudah penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif.

4. Output

a. 10% ibu-ibu menyusui dan wanita usia subur yang hadir mengajukan

pertanyaan tentang materi ceramah.

b. Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif (meliputi

pengetahuan mengenai ASI Ekslusif, manfaat pemberian ASI Eksklusif,

pengetahuan mengenai kolostrum, kandungan ASI dan pengetahuan

mengenai cara penyimpanan ASI) setelah ceramah dan sesi tanya jawab

yang dievaluasi melalui post-test dengan jumlah peningkatan minimal 25%

dari hasil pre test dan post test yang dilakukan.

5. Penilai

Dokter Muda.

Page 11: Laporan PKM ASI Gianyar II

BAB 3

EVALUASI

3.1 Penilaian Proses

Pihak Puskesmas dan Kepala Dusun Madangan Kelod memberikan dukungan penuh

terhadap kegiatan yang kami laksanakan. Dana yang dibutuhkan untuk

mempersiapkan kegiatan ini sepenuhnya berasal dari pelaksana kegiatan dan dana

yang dibutuhkan tidak sampai memberatkan pelaksana kegiatan. Sarana yang

dipergunakan untuk penyuluhan yaitu brosur tentang pemberian ASI dan materi

ceramah. Waktu dan tempat pelaksanaan sesuai jadwal posyandu yaitu di Balai Banjar

Madangan Kelod, Desa Petak pada hari Rabu, 1 Juli 2009. Sebanyak 57 orang ibu-ibu

menyusui yang hadir dalam kegiatan posyandu hanya 28 orang ibu-ibu menyusui dan

2 orang wanita usia subur yang mengikuti ceramah tersebut. Sehingga total jumlah

peserta yang mengikuti ceramah adalah sebanyak 30 orang (60%). Sedangkan ibu-ibu

menyusui lainnya tidak mengikuti ceramah dengan alasan harus bekerja kesawah,

memasak, dan terdapat anggota keluarga sedang sakit. Dari 30 orang yang mengikuti

ceramah, 21 orang (70%) mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir, dan

9 orang peserta lainnya tidak mengikuti kegiatan ceramah hingga akhir dikarenakan

anaknya rewel dan menangis terus. Selama ceramah berlangsung sekelompok ibu-ibu

tampak mengobrol diluar topik ceramah yang diberikan dan sebagian besar ibu-ibu

tampak memperhatikan materi ceramah dengan seksama, hal tersebut dapat dilihat

dari aktivitas yang dilakukan ibu-ibu tersebut, dimana 5 menit setelah materi ceramah

mulai disampaikan ibu-ibu tersebut tampak segera menyusui anaknya, serta

menirukan berbagai macam posisi menyusui.

3.2 Penilaian hasil

Dalam pelaksanaan kegiatan, beberapa peserta terlihat serius dalam mengikuti

kegiatan yang diberikan. Pada saat diskusi peserta terlihat antusias dan

memperhatikan pertanyaan maupun diskusi yang berlangsung. Hanya satu orang

peserta yeng mengajukan pertanyaan, yaitu “bagaimana cara menyusui jika memiliki

bayi kembar? Dan apakah pengeluaran ASI saja mencukupi keperluan bayi?”

Page 12: Laporan PKM ASI Gianyar II

Setelah dilakukan penilaian terhadap pre-test dan post-test didapatkan data

sebagai berikut:

Tabel 2. Pengetahuan Pre-test Ibu-ibu peserta posyandu

Pengetahuan (Skor) Frekuensi Persentase(%)

Cukup (3-5) 8 26,7

Kurang (< 3) 22 73,3

Jumlah 30 100

Dari hasil penilaian terhadap jawaban pertanyaan pre-test diatas didapatkan

hasil bahwa hanya 8 peserta (26,7%) yang memiliki pengetahuan cukup mengenai

ASI eksklusif dan 22 peserta (73,3%) lainnya memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai ASI.

Tabel 3. Pengetahuan Post-test Ibu-ibu peserta posyandu

Pengetahuan

(Skor)

Frekuensi Persentase(%)

Cukup (3-5) 21 100

Kurang (< 3) 0 0

Jumlah 21 100

Dari hasil penilaian terhadap jawaban pertanyaan post-test diatas didapatkan

hasil bahwa yang pengetahuannya cukup sebanyak 21 orang (100%), sedangkan tidak

ada yang memiliki pengetahuan kurang. Dari data tersebut diketahui bahwa setelah

diberikan penyuluhan, pengetahuan ibu-ibu menjadi cukup.

3.3 Hambatan PKM

Hambatan yang kami rasakan adalah tempat pelaksanaan yaitu balai banjar Madangan

Kelod yang sempit. Sarana untuk penyuluhan cukup modern yaitu menggunakan

brosur dan power point sehingga materi yang ditampilkan lebih menarik yang disertai

gambar-gambar. Namun karena keterbatasan fasilitas yang tersedia, yaitu daya listrik

Page 13: Laporan PKM ASI Gianyar II

yang tersedia hanya 450 Watt sehingga terdapat keterbatasan waktu untuk dapat

menyampaikan materi ceramah yang diberikan. Sehingga beberapa materi hanya

disampaikan dalam waktu yang singkat. Karena pelaksanaan penyuluhan yang

diadakan bersamaan dengan program posyandu, dimana hampir seluruh ibu-ibu

datang membawa Balita, maka pada saat penyuluhan berlangsung tampak beberapa

Balita yang rewel, menangis dan berlarian sehingga menyebabkan perhatian peserta

teralih.

Page 14: Laporan PKM ASI Gianyar II

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan penyuluhan yang direncanakan telah dapat direalisasikan dengan

baik.

2. Telah terjadi peningkatan pengetahuan ibu-ibu menyusui yang hadir dalam

penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pertanyaan yang dapat

dijawab sebelum penyuluhan, dibandingkan sesudah penyuluhan.

4.2 Saran

1. Para peserta penyuluhan hendaknya menerapkan pengetahuan yang mereka

dapatkan dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Puskesmas lebih aktif melakukan penyuluhan ke banjar-banjar, misalnya dengan

mengisi jam pada pertemuan ibu-ibu PKK, atau sangkep banjar.

3. Setiap pelaksanaan posyandu disertai dengan konseling mengenai ASI bagi ibu

menyusui.

4. Konseling mengenai praktek pemberian ASI bagi ibu hamil oleh bidan atau dokter

yang merawat agar pelaksaanaan pemberian ASI eksklusif dapat segera di mulai

setelah kelahiran.

Page 15: Laporan PKM ASI Gianyar II

LAMPIRAN

ASI EKSKLUSIF

1. ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa disertai pemberian

makanan tambahan lainnya selama:

a. 2 Hari

b. 6 Bulan

c. 2 Tahun

2. Kandungan ASI terbanyak adalah:

a. Air

b. Protein

c. Lemak

3. Manfaat ASI eksklusif adalah:

a. Mencegah diare pada bayi

b. Mencegah kehamilan pada ibu

c. a dan b benar

4. Cara memberikan ASI yang benar adalah:

a. Puting susu dan daerah hitam disekitarnya masuk ke mulut bayi

b. Hanya putting susu saja yang masuk kemulut bayi

c. a dan b salah

5. Berapa lama ASI dapat disimpan:

a. 3 hari di dalam kulkas

b. 7 hari di dalam kulkas

c. a dan b salah

Page 16: Laporan PKM ASI Gianyar II
Page 17: Laporan PKM ASI Gianyar II
Page 18: Laporan PKM ASI Gianyar II

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)

TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

Oleh:

D. P. Wisnu Wardhana (0302005149)

D. A. Kartika Tejawati (0302005152)

Nur Anis Agustina (0302005172)

Pembimbing:

Prof. dr. D. N. Wirawan, MPH

dr. Pande Putu Irma Yustini

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2009