pit- dr. sit

Upload: andikaagus13

Post on 07-Jul-2015

107 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

PERBANDINGAN EKSPRESI sFlt-1 DAN PlGF URINE PADA KEHAMILAN NORMAL DENGAN KEHAMILAN PREEKLAMPSIAAgustinus Sugiarto*

*Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ RSU dr.Saiful Anwar Malang

Abstrak Latar belakang: Preeklampsia terjadi 5 10% dari seluruh kehamilan, dan berkontribusi besar terhadap angka morbiditas dan mortalitas ibu. Plasenta memiliki peranan penting pada terjadinya preeklampsia. Salah satu hipotesis yang paling diikuti adalah preeklampsia disebabkan oleh invasi dari trofoblas extravillous yang dangkal, kemudian diikuti kegagalan remodeling yang tidak lengkap dari struktur pembuluh darah ibu yang menyebabkan insuffisiensi uteroplasenta dan retardasi pertumbuhan janin. Insufisiensi dari invasi ini menyebabkan perubahan pada angiogenesis plasenta, yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia. Ketidakseimbangan antara faktor yang merangsang angiogenesis (VEGF/Vascular Endothelial Growth Factor atau PlGF/Placental Growth Factor) dan faktor-faktor antiangiogenesis (sFlt-1/Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase-1) berperan dalam patogenesis preeklampsia. Pada penelitian ini, kami tertarik untuk meneliti perubahan kadar angiogenik faktor yaitu: peningkatan kadar soluble fms-like tyrosin kinase-1 (sFlt-1) dan penurunan kadar PIGF dalam urine sebagai marker preeklampsia. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar sFlt-1 dan PlGF urine pada kehamilan normal dengan kehamilan dengan preeklampsia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kasus-kontrol, dimana 11 kasus adalah pasien-pasien dengan preeklampsia dan 11 kontrol adalah pasien -pasien dengan kehamilan normal yang di-matching dalam hal umur ibu, umur kehamilan, dan paritas. Sampel urine dari seluruh subyek penelitian diperiksa kadar sFlt-1 dan PlGF nya dengan menggunakan ELISA. Hasil di analysa dengan menggunakan independent t-test. Hasil: . Kadar sFlt pada pasien preeklamsia berat lebih tinggi secara bermakna ( p < 0.01) jika dibandingan dengan pasien normal, sedangkan kadar PIGF pada pasien normal lebih tinggi secara bermakna ( p < 0.01) jika dibandingan dengan pasien preeklamsia berat. Terdapat hubungan yang bermakna antara status preeklamsia dengan kadar sFlt dan PIGF (p = 0.000; p = 0.000) , atau dengan kata lain status preeklamsia mempengaruhi kadar sFlt dan PIGF pasien. Semakin

pasien mengalami preeklamsia maka semakin tinggi kadar sFlt, dan semakin rendah kadar PIGF pada urin pasien. Kesimpulan: Pada Preeklampsia terjadi perubahan yang bermakna faktor-faktor dan antiangiogenik dan faktor angiogenik yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar sFlt-1 urine dan penurunan kadar PlGF urine secara bermakna. Nilai ratio sFlt-1/PlGF yang tinggi dapat digunakan untuk menentukan tingkat keparahan dari preeklampsia. Kata kunci: sFlt-1 urine, PlGF urine, preeklampsia.PENDAHULUAN Preeklampsia terjadi 5 10% dari seluruh kehamilan, dan merupakan salah satu trias yang mematikan bersama perdarahan dan infeksi. Sindrom

preeklampsia, baik sendiri atau superimpose pada hipertensi kronis, adalah yang paling berbahaya (Cuningham, 2010 ). Preeklampsia adalah gangguan kompleks yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi di seluruh dunia Di Indonesia, insidensinya bervariasi pada tiap daerah. Pernah dilaporkan di RS Sardjito Yogjakarta insidensinya berkisar 4,1% -14,3 % antara tahun 1990 2000 (Sofoewan, 2000). Preeklampsia ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria. Salah satu hipotesis yang paling diikuti adalah preeklampsia disebabkan oleh invasi dari trofoblas ekstravillous yang dangkal. Dimana pada preeklampsia terjadi

kegagalan remodeling plasenta yang menyebabkan insufisiensi uteroplasenta. Insufisiensi ini menyebabkan hipoksia yang memicu pelepasan berbagai faktor anti-angiogenik terjadinya dari plasenta ke dalam sirkulasi maternal, dan mendorong diyakini

vasokonstrisi.

Faktor anti-angiogenik plasenta yang

mempengaruhi patogenesis preeklampsia adalah peningkatan kadar sFlt-1 dan S-Eng yang diikuti antara faktor yang penurunan merangsang kadar PlGF dan VEGF. Ketidakseimbangan angiogenesis (VEGF/Vascular Endothelial dan faktor-faktor berperan

Growth Factor

atau PlGF/ Placental Growth Factor )

antiangiogenesis (sFlt -1/ Soluble Fms-Like Tyrosine penting dalam patogenesis preeklampsia (Schmidt, 2009). Maynard (2003)

Kinase -1)

berhipotesis bahwa sFlt 1 masuk dalam

sirkulasi

maternal kemudian mengikat dan menginaktivasi VEGF bebas dan PlGF bebas. Selanjutnya kadar sFlt-1 yang tinggi dalam sirkulasi akan menciptakan kondisi

intravaskular yang tidak seimbang antara faktor -faktor antiangiogenic dan

proangiogenic ; merupakan suatu kondisi yang mendasari terjadinya sindromapreeklampsia. Pada preeklampsia kadar soluble fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt 1) maternal meningkat dan sebaliknya kadar

Vascular Endothelial Growth

Factor (VEGF) dan Placental Growth Factor (PlGF) bebas menurun ( Maynard,2003). Ohkuchi (2006) mendahului sFlt-1 pada berpendapat bahwa perubahan PlGF mungkin

early-onset preeklampsia dengan alasan bahwa padaTernyata p eningkatan sFlt-1

usia kehamilan sekitar 20 minggu, dimana kadar PlGF serum rendah, tetapi kadar sFlt-1 belum menunjukkan peningkatan.

mengikuti penurunan PlGF, da n akhirnya, penurunan PlGF bersamaan dengan kenaikan sFlt-1 terjadi pada hampir semua kasus early- onset preeklampsia. Kemungkinan yang berperan pada preeklampsia adalah hipoksia plasenta. Hipoksia telah mendorong penurunan produksi PlGF dan peningkatan produksi sFlt-1 di sel trofoblast plasenta. Perubahan PlGF ternyata terjadi lebih awal dibanding sFlt -1, sehingga PlGF mungkin dapat dipertimbangkan sebagai

marker yang lebih baik untuk memprediksi preeklampsia. Rasio serum sFlt 1/PlGF meningkat signifikan pada pasien preeklampsia dibanding kontrol, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi preeklampsia. Aspek penting

lainnya PlGF mempunyai berat molekul yang kecil, sehingga PlGF diekskresi di urine dan PlGF urine mungkin dapat digunakan sebagai marker preeklampsia. (Ohkuchi, 2006; Chen, 2009). Pada penelitian Buhimschi menunjukkan adanya peningkatan kadar sFlt 1 dan penurunan kadar VEGF serta PlGF pada urine ibu hamil dengan preeklampsia berat bila dibandingkan dengan ibu hamil normotensi f. Telah

diketahui PlGF dan VEGF mempunyai berat molekul yang kecil yaitu PlGF 30 kDa, dan VEGF 45kDa sehingga dapat menembus barier glomerular filtrasi dan terkandung dalam urine. Sedangkan berat molekul sFlt -1 +100kDa baru dapat menembus barier glomerulus filtrasi jika terdapat gangguan ginjal berupa endotheliosis glomerular. Peningkatan kadar sFlt -1 urine merupakan gambaran preeklampsia berat karena adanya kebocoran glomerular (Buhimschi, 2005) Gangguan hipertensi dalam kehamilan sampai sekarang tetap merupakan masalah kebidanan yang penting dan belum terpecahkan . Dan kami berusaha

menemukan

hubungan terjadinya

penurunan

kadar PlGF urine dan

peningkatan sFlt -1 urine pada ibu hamil dengan p reeclampsia.

RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah kasus -kontrol. Penelitian dilaksanakan di ruang bersalin RS dr. Saiful Anwar dan Laboratorium Biomedik FKUB selama bulan Januari 2011 sampai bulan April 2011. Populasi pene litian adalah semua pasien hamil yang datang ke ruang bersalin Malang selama periode waktu tersebut. Kasus adalah RS Saiful Anwar pasien dengan

preeklampsia yang dirawat di ruang bersalin

RS Saiful Anwar Malang, yang

sudah memenuhi kriteria inklusi y aitu : kehamilan tunggal, janin hidup, dan bersedia mengikuti penelitian. Sebagai kriteria eksklusi adalah : ibu hamil dengan diabetes mellitus, hipertensi kronis, obesitas, bayi besar, ibu hamil dengan riwayat PE/Eklampsia dalam keluarga, dan ibu hamil de ngan penyakit ginjal. Kontrol adalah pasien hamil normal dengan umur ibu, umur kehamilan, dan

paritas yang disesuaikan ( matching ) dengan kasus, yang telah memenuhi kriteria inklusi tersebut diatas. Bagi kasus dan kontrol yang bersedia ikut dalam penelitian, diminta untuk menandatangani formulir yang telah disediakan. Setelah ditentukan kasus dan kontrol, maka dilakukan pengambilan urine sebanyak 5 cc untuk pemeriksaan kadar sFlt -1 dan PlGF di laboratorium Biomedik. Sampel urine yang ada diberi label ide ntitas sesuai dengan nomer urut kasus dan kontrol dengan menuliskan diagnosis pasien. Selanjutnya sampel urine diperiksa oleh petugas laboratorium (Laboratorium Biomedik FKUB) untuk dilakukan pemeriksaan kadar sFlt -1 dan PlGF menggunakan metode ELISA

dengan alat AWARENESS. Hasil pemeriksaan akan dikumpulkan oleh peneliti, ditabulasi, dan selanjutnya dilakukan analisa data.

Tabel 1. Distribusi subyek penelitian berdasarkan umur ibu hamil, umur kehamilan,

N O 1 2 3 4 5 6

NAMA

UMU R 36 20 27 42 33 31

HAMI L KE 3 1 1 5 1 2

Yuliati Siti Rofiah Siti Khorotul Tatik Nurhayati Puji Astutik Nila Sugiarti Ngatmina h Gus Wulandari Mega Sandra Luluk Nuril Istiqomah Risa Hernawati Sriani Susanti Darwati Kustianti Istini Mariatul Khusnul Nalurita

U. HAMI L 38 39 mg 37 38 mg 41 42 mg 39 40 mg 41 -42 mg 38 39 mg 41 42 mg 37 38 mg 38 39 mg 39 40 mg 40 41 mg 38 39 mg 38 39 mg 36 37 mg 38 39 mg 39 40 mg 37 38 mg 39 40 mg 39 40 mg 38 39 mg 39 -40 mg 41 42 mg

PENDIDIKA N SD SMA SD SD SD SMA

PEKERJAA N Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Buruh pabrik Buruh pabrik

DX

Normal Normal Normal Normal Normal Ht. gestasiona l Normal Normal Normal Normal Normal PEB PEB PEB PEB PEB PEB PEB PEB PEB PEB PEB

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

18 18 29 32 25 26 21 32 41 20 31 26 38 38 35 25

1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 3 3 1 1

SD SD SD Sarjana SD SD SD SMA SMA SMA SD SMP SMA SMA SMA Sarjana

Ibu RT Ibu RT Buruh pabrik Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Tani Buruh Pabrik Ibu RT Buruh Pabrik Ibu RT Ibu RT