pisa

Upload: the-tha-anestasia

Post on 09-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bhj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangProgram Analisa Mengenai Kemampuan Siswa secara internasional sebagaimana dilakukan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui Test PISA 2013 yang baru saja dirilis penting dicermati. Meskipun peringkat Indonesia secara agregat berada pada urutan 64 dari 65 negara yang dianalisa, sejumlah pelajaran dan patokan dapat dipelajari untuk perbaikan dimasa depan.Secara metodologis Test PISA dilakukan terhadap siswa dibawah 15 tahun dari 65 negara.Secara agregat pencapaian siswa Indonesian masih berada pada urutan terbawah. Statistik menunjukkan bahwa, nilai rata-rata matematika siswa Indonesia (375), untuk Sains nilai rata-rata siswa Indonesia (382) selanjutnya untuk kemampuan membaca rata-rata siswa Indonesia (396). Perbandingan masih jauh dengan pencapaian rata-rata siswa negara anggota OECD dalam matematika, sains dan bahasa berturut-turut 494, 501 dan 496. Menarik untuk dijadikan patokan dan motivasi bangsa Indonesia bahwa dari hasil test PISA tahun 2013 yang baru saja dirilis 10 besar negara dengan peringkat tertinggi didominasi negara-negara sanghai dengan urutan tertinggi Taiwan, China, Singapura, Hongkong, Korea selatan, Makau dan Jepang. Selanjutnya urutan kedelapan Liechtenstein, Swiss dan Belanda. Indonesia harus melakukan perbaikan tata kelola pendidikan secara progresif sebagaimana China.Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan standar kualitas hidup dalam pembangunan manusia suatu bangsa. Tujuan paling mendasar dari pembangunan pendidikan yang baik adalah memberikan pilihan yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara dalam menentukan hidupnya. Secara prinsip pilihan-pilihan rasional demikian dapat saja berubah dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan pendidikan dengan kualitas tinggi akan menciptakan kemampuan bagi siswa untuk meraih kehidupan yang lebih baik secara ekonomi, kesehatan, wawasan dan penciptaan peluang kehidupan masa depan.Sebagaimana Amartya Sen menyatakan bahwa pembangunan sebagai kebebasan dengan menekankan bahwa kebebasan manusia bukanlah sekedar tujuan akhir pembangunan namun juga tujuan prinsipil.Pendidikan yang bermutu tinggi akan menciptakan keadaban manusia (human dignity) lebih dari sekedar kemampuan menciptakan pendapatan yang tinggi. Pendidikan yang baik akan meretas kemiskinan antar generasi, karena hasil akhir dari pendidikan berkualitas akan memberikan pengetahuan yang baik dan bermutu kepada siswa didik tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi. B. Reformasi guru: Prioritas utamaUpaya meningkatkan peringkat Indonesia dalam hasil test PISA dapat dimulai pada reformasi guru dengan penekanan prioritas pada perbaikan dan transformasi beberapa hal diantaranya; pertama, proses belajar yang menekankan input diarahkan pada penekanan output, efektifitas dan efisiensi. Kedua, penakanan pada kuantitas guru yang berjumlah 3 juta berubah kearah kualitas, akuntabilitas dan mereduksi ketimpangan antara guru di kota dan guru didesa wilayah kabupaten, guru disekolah negeri dan swasta, guru disekolah unggul dan sekolah biasa. Ketiga, sebelumnya berfokus pada pengadaan guru ditransformasi kearah menciptakan kesesuaian antara penambahan guru dan kebutuhan. Keempat, perhatian pada ujian nasional sistem terpusat kearah menganalisa ketimpangan kualitas antar sekolah dan antar daerah. Kelima, prioritas yang rendah terhadap pentingnya kemampuan membaca (literacy) dan berhitung (numeracy) pada siswa Sekolah Dasar kearah penguatan standar kemampuan membaca dan berhitung dengan baik dan tepat. Keenam, kelebihan jumlah guru yang ada saat ini ditansformasikan kearah pengelolaan dan pengerahan guru secara efisien termasuk melakukan Ujian kembali (examination and upgrade) secara efektif dan selektif sesuai standar kebutuhan PISA. Ketujuh, penyampaian dan penjelasan proses belajar mengajar yang hanya menggunakan bahasa Indonesia dikembangkan untuk menggunakan bahasa Inggris atau minimal dua bahasa. Kedelapan, sosialisasi regulasi baik UU Sisdiknas maupun kurikulum yang sebelumnya dilakukan secara konvesnional diarahkan pada upaya merubah pemahaman dan perilaku termasuk tanggungjawab guru. Kesembilan, adanya fragmentasi data kearah sistem pendataan yang sesuai dengan tujuan MDGs dan standar Test PISA khususnya bagi siswa pada pendidikan dasar. Kesepuluh, dari sistem belajar dan tatap muka yang bersifat konvensional kearah sistem belajar menggunakan teknologi berbasis IT. Guru harus memiliki kompetensi menggunakan teknologi sebagai sarana belajar sehingga proses belajar mengajar efektif.C. Fakta mengenai Guru di IndonesiaData mengenai kondisi guru di Indonesia pada tahun 2010 belum berubah secara siginifukan hingga tahun 2013. Beberapa fakta mengenai guru adalah sebagai berikut: Pertama, dari jumlah terjadi surplus atau kelebihan berdasarkan rasio sekolah dan siswa. Selain itu terjadi ketimpangan antara jumlah guru yang berlebihan dengan jumlah jam mengajar yang sedikit atau kurang. Kedua, belum adanya data akurat mengenai perbaikan kualifikasi dan tingkatan hasil sertifikasi yang terkait langsung dengan perbaikan kualitas belajar siswa. Ketiga, dari 3 juta guru sekitar 80 % atau sebagian besar belum lulus ujian kompetensi guru termasuk kepala sekolah.Keempat, terjadi ketimpangan kualifikasi guru antara daerah dan antar sekolah khususnya pada pendidikan dasar. Kelima, akses data yang masih kurang mengenai informasi lengkap tentang kualitas guru, kualitas siswa dan kualitas sekolah. Kelima, rendahnya kapasitas lembaga sertifikasi guru dan pendidikan tinggi keguruan khususnya terkait dengan kebutuhan keilmuwan yang relevan dan sesuai kebutuhan standar Test PISA.Upaya memperbaiki peringkat Indonesia pada test PISA memiliki hubungan kuat dengan kemampuan Indonesia meretas kemiskinan antar generasi. Test PISA merupakan salah satu instrumen yang mendapat pengakuan internasional. Faktanya, 10 negara terbaik test PISA memiliki GNP tinggi dan standar kualitas hidup masyarakatnya juga tinggi. Meskipun variabel lain ikut menentukan dan mempengaruhi kualitas hidup suatu bangsa, namun telah terbukti bahwa perbaikan kualitas pendidikan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup, kapasitas dan keterampilan seseorang. Dengan demikian keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan memberikan sumbangan besar meretas kemiskinan antar generasi. Kita tidak boleh melupakan bahwa salah satu keberhasilan negara-negara 10 besar test PISA adalah kebijakan pendidikan yang memberikan akses yang sama bagi siswa miskin untuk mendapat pelayanan pendidikan berkulitas. Bukankah amanah konstitusi kita pada muqodimahnya menyatakan bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maknanya, melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang cerdas untuk mengantarkannya keluar dari kemiskinan.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. GAMBARAN SINGKAT PISAPISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15 tahun (Shiel, 2007). PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide utama dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi (Neubrand, 2005).PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Sejak tahun 2000 Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi pada PISA.Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara. Jumlah negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat pada tahun 2009 yaitu sebanyak 65 negara. PISA terakhir diadakan pada tahun 2012, dan laporan mengenai hasil studi ini belum dirilis oleh pihak OECD.Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu.Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang beranggotakanthe Australian Council for Educational Research(ACER),the Netherlands National Institute for Educational Measurement(Citogroep),the National Institute for Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.B. LITERASI MATEMATIKA DAN TUJUANNYASalah satu tujuan dari pisa adalah untuk menilai pengetahuan matematika siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa digunakan istilah literasi metematika karena dalam pisa matematika tidak hanya dipandang sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengplikasikan suatu pengetahuan dalam masalah dunia nyata (real world) atau kehidupan sehari-hari. Sehingga pengetahuan tersebut dapat dirasa lebih kebermanfaatan secara langsung oleh siswa.Pada PISA matematika, dengan memiliki kemampuan literasi matematika maka akan dapat menyiapkan siswa dalam pergaulan di masyarakat modern (OECD, 2010). Meningkatnya permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa dikehidupannya membutuhkan kepahaman akan matematika, penalaran matematika, peralatan matematika, dll sebelum mereka benar-benar menjalankan dan melewati permasalahan nyata itu.Dari definisi matematika literasi di atas dapat dikatakan bahwa literasi matematika merupakan kapasitas masing-masing individu untuk memformulasikan, menggunakan dan menginterpretasikan matematika di banyak situasi konteks. Kepahaman individu meliputi membuat penalaran matematika dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat untuk mendeskrepsikan, menjelaskan dan memprediksi sebuah kejadian. Hal itu membantu individu untuk memahami aturan yang menjadikan matematika sebagai acuan pada kenyataan dan untuk membuat pertimbangan serta keputusan yang dibutuhkan dengan mengkonstruksi, menggunakan dan merefleksikan diri sebagai warganegara.Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematika baik apabila ia mampu menganalisis, bernalar, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan penyelesaian matematika. Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang literasi matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari siswa.Kemampuan literasi matematika dapat dilakukan penilaian. PISA menyajikan teknik penilaian literasi matematika yang didasarkan pada konten, konteks dan kelompok kompetensi. PISA menilai level dan tipe matematika yang sesuai dengan anak usia 15 tahun dalam mengikuti alur (trajectory) untuk menjadi warga yang konstruktif, reflektif dan dapat memberikan keputusan dan pendapat yang baik (OECD, 2010).Matematika literasi yang dimiliki siswa dilihat bagaimana cara siswa dalam menggunakan kemampuan dan keahlian matematika untuk menyelesaikan permasalahan. Permasalahan mungkin terjadi di berbagai macam situasi atau konteks yang berhubungan dengan tiap individu. Untuk menyelesaikan permasalahan maka dibutuhkan mathematical content yang diorganisasikan oleh overaching ideas. Mathematical competencies harus diaktifkan untuk menyambungkan ke realita kehidupan dimana permasalahan muncul dengan matematika dan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.Setiap proses literasi matematika memiliki aktifitas-aktivitas yang bisa diketahui seperti tabel berikut:Proses literasi dan aktivitas siswaProses literasiAktivitas

Memformulasikan situasi secara matematikaMengidentifikasi aspek-aspek matematika dalam permasalahan yang terdapat pada situasi konteks nyata serta mengidentifikasi variabel yang pentingMemahami struktur matematika dalam permasalahan atau situasiMenyederhanakan situasi atau masalah untuk menjadikannya mudah diterima dengan analisis matematikaMengidentifikasi hambatan dan asumsi dibalik model matematika dan menyederhanakannyaMerepresentasikan situasi secara matematika dengan menggunakan variabel, simbol diagram dan model dasar yang sesuaiMerepresentasikan permasalahan dengan cara yang berbedaMemahami dan menjelaskan hubungan antara bahasa, simbol dan konteks sehingga dapat disajikan secara matematikaMengubah permasalahan menjadi bahasa matematika atau model matematikaMemahami aspek-aspek permasalahan yang berhubungan dengan masalah yang telah diketahui, konsep matematika, fakta atau prosedurMenggunakan teknologi untuk menggambarkan hubungan matematika sebagai bagian dari masalah konteks.

Menerapkan konsep, fakta, prosedur dan penalaran matematikaMerancang dan mengimplementasikan strategi untuk menemukan solusi matematikaMenggunakan alat dan teknologi matematika untuk membatu mendapatkan solusi yang tepatMenerapkan fakta, aturan, algoritma dan struktur matematika ketika mencari solusiMemanipulasi bilangan, grafik, data statistik, bentuk aljabar, informasi, persamaan, dan bentuk geometri.Membuat diagram matematika, grafik, dan mengkonstruksi serta mengekstraksi informasi matematika.Menggunakan dan menggantika berbagai macam situasi dalam proses menemukan solusiMembuat generalisasi berdasarkan pada prosedur dan hasil matematika untuk mencari solusiMerefleksikan pendapat matematika dan menjelaskan serta memberikan penguatan hasil matematika

Mengiterpretasikan, menggunakan dan mengevaluasi hasil matematika.Menginterpretasikan kembali hasil matematika ke dalam masalah nyata.Mengevaluasi alasan-alasan yang reasonable dari solusi matematika ke dalam masalah nyataMemahami bagaimana realita memberikan dampak terhadap hasil dan perhitungan dari prosedur atau model matematika dan bagaimana penerapan dari solusi yang didapatkan apakah sesuai dengan konteks perrmasalahanMenjelaskan mengapa hasil matematika dapat atau tidak dapat sesuai dengan permasalahan konteks yang diberikanMemahami perluasan dan batasan dari konsep dan solusi matematikaMengkritik dan mengidentifikasi batasan dari model yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

A. KEMAMPUAN MATEMATIS DALAM PISAAdapun kemampuan matematis yang digunakan dalam penilaian proses matematika dalam PISA adalah (OECD, 2010):1. Komunikasi (Communication)Siswa merasakan adanya beberapa tantangan dan dirangsang untuk mengenali dan memahami masalah. Membaca, mengkode dan menginterpretasikan pernyataan, pertanyaan, tugas atau benda yang memungkinkan siswa untuk membentuk mental dari model situasi yang merupakan langkah penting dalam memahami, menjelaskan, dan merumuskan masalah. Selama proses penyelesaian masalah, perlu diringkas dan disajikan. Kemudian setelah solusi ditemukan, maka pemecah masalah perlu untuk mempresentasikan solusi yang didapatkan, dan melakukan jsutifikasi terhadap solusinya.2. Matematisasi (Mathematizing)Istilah matematisasi digunakan untuk menggambarkan kegiatan matematika dasar yang terlibat dalam bentuk mentransformasi masalah yang didefinisikan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematis (yang mencakup struktur, konsep, membuat asumsi, dan atau merumuskan model), atau menafsirkan, mengevaluasi hsil matematika atau model matematika dalam hubungannya dengan masalah kontekstual.3. Representasi (Representation)Pada kemampuan representasi ini, siswa merepresentasikan hasilnya baik dalam bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan, rumus, deskripsi tekstual, dan materi yang konkrit.4. Penalaran dan Argumen (Reasoning and Argument)Kemampuan ini melibatkan kemampuan siswa untuk bernalar secara logis untuk mengekspolari dan menghubungkan masalah sehingga mereka membuat kesimpulan mereka sendiri, memberikan pembenaran terhadap solusi mereka.5. Merumuskan strategi untuk memecahkan masalah (Devising Strategies for Solving Problems)Kemampuan ini melibatkan siswa untuk mengenali, merumuskan, dan memecahkan masalah. Hal ini ditandai dengan kemampuan dalam merencanakan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah secara matematis.6. Menggunakan bahasa simbolik, formal, dan teknik, serta operasi (Using symbolic, formal, and technical language, and operations)Hal ini melibatkan kemampuan siswa untuk memahami, menginterpretasikan, memanipulasi, dan menggunakan simbol-simbol matematika dalam pemecahan masalah.7. Menggunakan alat-alat matematika (Using Mathematical Tools)Hal ini melibatkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat matematika seperti alat ukur, kalkulator, komputer, dan lain sebagainya.B. KONTEKS DALAM PISASalah satu aspek penting dari kemampuan literasi matematika adalah keterlibatan matematika dalam pemecahan masalah di berbagai konteks. Konteks yang dimaksud adalah situasi yang padanya dapatdilekatkan suatu permasalahan dan pada situasi tersebut terdapat informasi-informasi yang dapat dijadikan lolusi terhadap permasalahan tersebut (van den Heuvel-Panhuizen, 1996). Konteks yang digunakan adalah konteks yang dekat dan diketahui dalam kehidupan sehari-hari siswa.Adapun konteks matematika dalam PISA dapat dikategorikan menjadi empat konteks (OECD, 2010; Hayat dan Yusuf, 2010) yaitu:1. Konteks pribadi (Personal)Konteks pribadi yang berhubungan langsung dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari, baik kegiatan diri sendiri, kegiatan dengan keluarga, maupun kegiatan dengan teman sebayanya. Jenis konteks pribadi tidak terbatas pada persiapan makanan, belanja, bermain, kesehatan pribadi, transportasi pribadi, olahraga,traveling, jadwal pribadi, dan keuangan pribadi. Matematika diharapkan dapat berperan dan menginterpretasikan permasalahan dan kemudian memecahkannya.2. Konteks pekerjaan (Occupational)Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau tempat lingkungan siswa bekerja. Konteks pekerjaan tidak terbatas pada hal-hal seperti mengukur, biaya dan pemesanan bahan bangunan, menghitung gaji, pengendalian mutu, penjadwalan, arsitektur, dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Konteks pekerjaan berhubungan dengan setiap tingkat tenaga kerja, dari tingkatan terendah sampai tingkatan yang tertinggi yang dikenal oleh siswa. Matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah tersebut.3. Konteks umum (Societal)Konteks umum berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat baik lokal, nasional, maupun global dalam kehidupan sehari-hari. Konteks umum dapat berupa masalah sistem voting, angkutan umum, pemerintah, kebijakan publik, demografi, iklan, statistik nasional, masalah ekonomi, dan lain sebagainya. Siswa diharapkan dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep matematikanya untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam kehidupan di masyarakat.

4. Konteks keilmuan (scientific)Kegiatan keilmuan yang secara khusus berkaitan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan matematika. Konteks keilmuan juga berkaitan dengan penerapan matematika di alam, isu-isu dan topik-topik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti cuaca atau iklim, ekologi, kedokteran, ilmu ruang, genetika, pengukuran, dan dunia matematika itu sendiri.C. KONTEN PISAKonten matematika dalam PISA ditentukan berdasarkan hasil studi yang mendalam serta berdasarkan konsensus di antara negara-negara OECD agar pencapaian siswa itu dapat dibandingkan secara internasional dengan memperhatikan keragaman masing-masing negara peserta (Hayat dan Yusuf, 2010). Disamping itu, OECD (2010) juga menyebutkan bahwa konten matematika dalam PISA diusulkan berdasarkan fenomena matematika yang mendasari dari beberapa masalah dan yang telah memotivasi dalam pengembangan konsep matematika dan prosedur tertentu. Adapun konten matematika dalam PISA dibagi menjadi empat konten (OECD, 2010; Hayat dan Yusuf, 2010), yaitu:1. Change and Relationships(Perubahan dan Hubungan)Perubahan dan hubungan berkaitan dengan pokok pelajaran aljabar. Hubungan matematika sering dinyatakan dengan persamaan atau hubungan yang bersifat umum, seperti penambahan, pengurangan, dan pembagian. Hubungan ini juga dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, grafik, bentuk geometris, dan tabel. Oleh karena setiap representasi simbol itu memiliki tujuan dan sifatnya masing-masing, proses penerjemahannya sering menjadi sangat penting dan menentukan sesuai dengan situasi dan tugas yang harus dikerjakan.2. Space and Shape(Ruang dan Bentuk)Ruang dan bentuk berkaitan dengan pelajaran geometri. Soal tentang ruang dan bentuk ini menguji kemampuan siswa mengenali bentuk, mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk, serta mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda tersebut. Wijaya (2012) menyebutkan bahwa, untuk memahami konsepspace and shapedibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan objek berbeda, menganalisis komponen-komponen dari suatu objek, dan mengenali suatu bentuk dalam dimensi dan representasi yang berbeda.3. Quantity(Bilangan)Bilangan berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung dan mengukur benda tertentu. Termasuk dalam konten bilangan ini adalah kemampuan bernalar secara kuantitatif, merepresentasikan sesuatu dalam angka, memahami langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala, dan melakukan penaksiran.4. Uncertainty and Data(Probabilitas/Ketidakpastian dan Data)Probabilitas/ketidakpastian dan data berhubungan dengan statistik dan peluang yang sering digunakan dalam masyarakat informasi. Penyajian dan interpretasi data adalah konsep kunci dalam konten ini.Level 1(357,8)BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANPISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15 tahun (Shiel, 2007). PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide utama dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi (Neubrand, 2005).B. SARAN1. Setiap negara hendaknya bisa ikut serta dalam Programme Internationale for Student Assesment agar mampu mengevaluasi system pendidikan yang telah dimiliki.2. Programme Internationale for Student Assesment bisa lebih giat memberi sarankepada setiap negara untuk kemajuan pendidikan negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Science_Study.18November2010http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Penilaian_Pelajar_Internasionalhttp://www.pergerakankebangsaan.org/?p=736http://karya1-ilmiah.blogspot.com/2012/07/pengembangan-soal-matematika-model.html#r82SBD47GAX5kQGO.99http://aplikasikimia.blogspot.com/http://sekolahdi.blogspot.com/2010/05/un-dan-masa-depan-pendidikan-indonesia.htmlhttp://www/collegenet.co.uk/admin /download/inside theblack box_23_doc.pdfhttp://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=215

innnm

16