pisa dan timss

Upload: wulan-ambar-pratiwi

Post on 06-Jul-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    1/12

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Biologi sebagai sains memiliki karakteristik keilmuan yang mencakup

    aspek produk, proses, dan sikap. Aspek produk berupa fakta, konsep, prinsip,

    teori, dan hukum mengenai biologi. Aspek proses berupa keterampilan proses

    sains yang merupakan rangkaian kegiatan ilmiah digunakan untuk menemukan

    aspek produk. Aspek sikap berupa nilai-nilai ilmiah yang terinternalisasi pada diri

    siswa setelah mempelajari biologi yang akan menumbuhkan sikap ilmiah seperti

    sikap obyektif, jujur, terbuka, teliti, dan tanggung jawab (Mei, 2007). Ketiga

    aspek tersebut dipikirkan melalui pembelajaran biologi.

    Pembelajaran biologi idealnya lebih menekankan pada aspek proses.

    Pelatihan proses menuntut siswa untuk mengkontruksi konsep pengetahuan

     biologi secara mandiri. Konsep yang ditemukan secara mandiri dapat membuat

    siswa lebih memahami materi dibandingkan dengan sekedar menghafal

    (Wijayanti dkk, 2013). Pelatihan proses berpotensi membuat siswa lebih aktif

    dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat maksimal (Rustaman, 2005;

    Trianto, 2008; Yuniastuti, 2013; Ajaja, 2010).

    Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah

    mengikuti proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dapat ditandai dengan

     perubahan kemampuan berpikir dan tingkat penguasaan terhadap materi yang

    diberikan. Hasil belajar yang mencakup kognitif, psikomotorik, dan afektif

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    2/12

    2

    dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010). Pengalaman

     belajar dibutuhkan oleh siswa dalam mempelajari biologi sehingga pengetahuan

    menjadi luas. Hal ini sesuai dengan hakikat biologi sebagai sains.

    Pembelajaran biologi tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan bahan ajar.

    Bahan ajar idealnya mengacu pada hakikat sains yaitu produk, proses, dan sikap

    karena dapat mengakomodasi pengalaman belajar siswa sehingga siswa dapat

    mengkonstruksi konsep secara mandiri. Siswa melalui bahan ajar biologi

    diharapkan mampu menguasai produk sains seperti konsep-konsep, menggunakan

    metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah-masalah sains, dan memiliki sikap

     positif terhadap sains (Toharudin dkk, 2011). Bahan ajar biologi berpotensi

    mengarahkan proses pembelajaran berpusat pada siswa ( student centered ).

    Fakta di lapangan terkait penguasaan biologi sebagai bagian dari sains

    menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia masih jauh dari harapan. Hal

    ini diperkuat dengan hasil studi PISA (Programme for Internasional Student

     Assessment) dan TIMMS  (Trends in Internasional Mathematics and Sciences

    Study) tentang pengukuran prestasi sains siswa. Hasil studi PISA pada tahun 2012

    menunjukkan bahwa prestasi sains siswa Indonesia menempati peringkat 64 dari

    65 negara peserta dengan skor 382 (PISA, 2012). Hasil studi TIMMS tahun 2011

    menunjukkan bahwa prestasi sains siswa Indonesia menempati peringkat 40 dari

    42 negara peserta dengan skor 406 (TIMMS, 2011). Hasil studi PISA dan TIMMS

    menunjukkan bahwa siswa Indonesia masih dalam level dasar pada kemampuan

    menghafal dalam pembelajaran sains.

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    3/12

    3

    Penguasaan pembelajaran biologi yang rendah disebabkan oleh proses

     pembelajaran di sekolah yang masih kurang optimal. Permasalahan utama dalam

     proses pembelajaran di sekolah terkait bahan ajar. Bahan ajar belum

    mengoptimalkan pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.

    Hasil observasi di SMA Negeri 1 Karanganyar menunjukkan bahwa bahan ajar

     biologi yang terdapat di sekolah belum mengakomodasi peningkatan kemampuan

    siswa. Bahan ajar biologi yang digunakan lebih dominan kumpulan materi yang

    terdiri teori, fakta, dan konsep. Bahan ajar yang ada belum mengarah ke hakikat

     pembelajaran sains. Isi bahan ajar kurang memberi kesempatan siswa dalam

    mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan berinkuiri, dan keterampilan

     proses. Isi bahan ajar juga kurang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa.

    Hasil wawancara dengan guru dan siswa di SMA Negeri 1 Karanganyar

    terkait bahan ajar biologi menyatakan bahwa bahan ajar biologi belum sesuai

    dengan kurikulum 2013. Bahan ajar dibuat oleh MGMP setempat dan masih

    mengacu ke kurikulum tahun 2006. Bahan ajar yang digunakan berisi kumpulan

    ringkasan materi, bersifat umum, kurang menarik, kurang variatif, dan belum

    mengarah ke hakikat pembelajaran sains. Selain itu, bahan ajar seperti modul

     belum dikembangkan di SMA Negeri 1 Karanganyar.

    Permasalahan lain terkait pembelajaran biologi di SMA Negeri 1

    Karanganyar menunjukkan bahwa pembelajaran belum sesuai dengan

    karakteristik biologi sebagai sains. Pembelajaran biologi cenderung menekankan

     pada aspek produk sehingga aspek proses dan sikap kurang berkembang.

    Kurangnya pengembangan proses dan sikap karena dilatarbelakangi oleh

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    4/12

    4

     banyaknya materi biologi dan kurangnya waktu guru dalam menyampaikan

    konsep-konsep biologi. Ketidaksesuaian porsi dalam pengembangan aspek sains

    oleh guru berpengaruh pada perkembangan hasil belajar siswa. Pembelajaran

     biologi juga kurang memberdayakan kemampuan belajar mandiri melalui

     partisipasi aktif siswa. Aktivitas belajar biologi siswa di dalam kelas terbatas

    hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru sehingga konsep yang

    didapatkan tidak berasal dari usaha pembangunan konsep sendiri, melainkan

     bersifat instant . Pembelajaran yang cenderung teoritis mengakibatkan kurang

    optimalnya hasil belajar siswa.

    Hasil observasi di SMA Negeri 1 Karanganyar berdasarkan persentase

     penguasaan materi soal biologi ujian nasional SMA/MA tahun pelajaran

    2012/2013 dan tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa materi keterkaitan

    kegiatan manusia dengan masalah perubahan/pencemaran lingkungan mempunyai

     penurunan ketuntasan. Skor penguasaan materi tahun 2011/2012 sebesar 95,43

    sedangkan skor tahun pelajaran 2012/2013 sebesar 77,60. Penurunan ketuntasan

    siswa pada materi pencemaran lingkungan disebabkan kurang optimalnya

    memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran.

    Pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan cenderung teoritis sehingga

    siswa kurang optimal dalam memahami konsep-konsep yang saling berkaitan dan

    kompleks. Selain itu, kecepatan belajar masing-masing siswa berbeda-beda.

    Berdasarkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan diatas diperlukan

    solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Salah satu alternatif solusi

    yaitu pengembangan bahan ajar biologi berupa modul yang diharapkan mampu

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    5/12

    5

    mengatasi kecepatan belajar masing-masing siswa, harapannya hasil belajar siswa

    menjadi lebih optimal. Modul yang dikembangkan berorientasi pada model

     pembelajaran PBL. Model PBL merupakan kolaborasi antara problem solving  dan

     penemuan konsep secara mandiri. Model pembelajaran PBL menghadapkan siswa

     pada permasalahan-permasalahan nyata dan bermakna.

    Penerapan model  PBL  pada modul yang dikembangkan dapat

    mengaktifkan siswa. Tahapan pertama dimulai dengan mengorientasikan siswa

     pada masalah melalui wacana ill-structure kemudian dilanjutkan dengan membuat

     pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan wacana. Pertanyaan-pertanyaan

    yang telah dibuat kemudian dipilih salah satu untuk dijadikan rumusan masalah.

    Rumusan masalah yang telah dipilih digunakan untuk menyusun hipotesis dan

    merancang percobaan pada tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar. Tahap

    selanjutnya pada penyelidikan mandiri dan kelompok dilakukan kegiatan

     percobaan sesuai dengan rancangan percobaan yang telah dibuat siswa. Hasil

     percobaan kemudian dikomunikasikan melalui diskusi kelas pada tahapan

    mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya. Karya yang

    dikembangkan berupa pembuatan slogan terkait upaya penanggulangan

     pencemaran. Tahapan terakhir dari model  PBL adalah menganalisis dan

    mengevaluasi proses pemecahan masalah berupa kegiatan menarik kesimpulan

    tentang upaya untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan.

    Pengembangan modul berorientasi  PBL  berpotensi untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa. Modul berorientasi  PBL dapat meningkatkan kemampuan

    kognitif, psikomotor, dan afektif siswa. Modul berorientasi  PBL  juga berpotensi

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    6/12

    6

    meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah sehingga tujuan pembelajaran

    tercapai optimal. Selain itu, modul berorientasi  PBL  dapat digunakan sebagai

    sarana untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

     permasalahan di kehidupan sehari-hari.

    Pengembangan modul berorientasi  PBL  memiliki karakteristik yaitu

    adanya permasalahan yang ill-structure. Hal ini juga menjadi pertimbangan dalam

     pemilihan materi pembelajaran. Materi pencemaran lingkungan dirasa sesuai

    dengan karakteristik ill-structure PBL  yang lebih menekankan pada

     permasalahan-permasalahan nyata di lapangan dan sebagai sarana untuk

    memberikan solusi terhadap masalah yang ada di lingkungan.

    Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka perlu dilakukan

     penelitian yang berjudul: "Pengembangan Modul Berorientasi  Problem Based

     Learning (PBL) Pada Materi Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar ”.

    B.  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

     berikut:

    1. 

    Bagaimana pengembangan modul berorientasi  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1

    Karanganyar?

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    7/12

    7

    2.  Bagaimana kelayakan prototipe modul berorientasi  PBL  pada materi

     pencemaran lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri

    1 Karanganyar?

    3.  Bagaimana tingkat keefektifan modul berorientasi  PBL  pada materi

     pencemaran lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri

    1 Karanganyar?

    C.  Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian untuk mengetahui:

    1.  Tahapan pengembangan modul berorientasi  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1

    Karanganyar.

    2. 

    Kelayakan prototipe modul berorientasi  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1

    Karanganyar.

    3.  Tingkat keefektifan modul berorientasi  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1

    Karanganyar.

    D.  Spesifikasi Produk

    Produk modul berorientasi model pembelajaran  PBL  pada materi

     pencemaran lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar siswa  mempunyai

    spesifikasi sebagai berikut:

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    8/12

    8

    1.  Modul yang dikembangkan adalah modul cetak berorientasi model

     pembelajaran PBL untuk siswa SMA Negeri 1 Karanganyar kelas X semester

    genap pada materi Pencemaran Lingkungan.

    2.  Pengembangan modul berorientasi pada sintaks model pembelajaran PBL. 

    3.  Modul berorientasi model pembelajaran  PBL  disesuaikan dengan kurikulum

    yang berlaku di SMA Negeri 1 Karanganyar yaitu Kurikulum 2013.

    4.  Modul berorientasi model pembelajaran  PBL dilengkapi content  yang sesuai

    dengan langkah-langkah dalam pembelajaran PBL. Modul tersebut meliputi:

    a.  Cover  judul yang memuat judul modul, model pembelajaran yang

    digunakan, gambar yang relevan dengan materi modul, sasaran modul, dan

    nama pembuat modul.

     b.  Kata pengantar yang memuat pengalaman sains mengarah pada materi

     pencemaran lingkungan.

    c.  Petunjuk penggunaan, memuat penjelasan tentang penggunaan modul

    dalam proses pembelajaran sehingga dapat berjalan secara efektif.

    d.  Rumusan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam KI 1, KI 2, KI 3, KI

    4 berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013.

    e. 

    Setiap kegiatan yang dilakukan siswa sesuai dengan sintaks model

     pembelajaran  PBL. Langkah-langkah yang sesuai dengan sintaks model

     pembelajaran PBL meliputi:

    1)  Orientasi masalah, siswa diberikan suatu wacana permasalahan yang

     berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Siswa diminta membuat

    rumusan masalah berdasarkan wacana.

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    9/12

    9

    2)  Organisasi belajar, siswa diminta untuk menyusun hipotesis

     berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dan menyusun

    rancangan percobaan terkait wacana.

    3)  Investigasi, siswa diminta melakukan kegiatan percobaan sesuai

    dengan rancangan yang telah dibuat oleh siswa.

    4) 

    Karyaku, siswa diminta membuat slogan upaya penanggulangan

     pencemaran dan upaya pelestarian lingkungan.

    5)  Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah terkait

    upaya untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan.

    f.  Lembar latihan dan tugas yang dijawab oleh siswa.

    g.  Lembar tes formatif beserta kunci jawaban digunakan untuk mengukur

    keberhasilan siswa.

    h. 

    Modul menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan komunikatif.

    i.  Tampilan gambar yang diperoleh bersumber dari internet dan koleksi data

     primer.

    E.  Manfaat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bermanfaat antara lain:

    1. 

    Bagi siswa

    a.  Menumbuhkan kemandirian belajar siswa dalam memahami dan

    menguasai materi pelajaran sehingga dapat meningkatan hasil belajar.

     b.  Menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    10/12

    10

    2.  Bagi Guru

    Meningkatkan kemampuan guru biologi dalam mengimplemaentasikan modul

     berorientasi model pembelajaran PBL dalam pembelajaran KD 3.10.

    3.  Bagi Sekolah

    Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran

    yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa

    sehingga dapat meningkatkan sumber daya pendidikan dan mencetak generasi

    yang berkarakter.

    F.  Asumsi dan Keterbatasan Produk Pengembangan

    Asumsi dan keterbatasan produk dari pengembangan modul berorientasi

    model pembelajaran PBL pada materi pencemaran lingkungan antara lain: 

    1. 

    Asumsi

    a.  Modul berorientasi model pembelajaran  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan belum pernah dikembangkan.

     b.  Modul berorientasi model pembelajaran  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan layak diterapkan dalam pembelajaran.

    c. 

    Modul berorientasi model pembelajaran  PBL  pada materi pencemaran

    lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar.

    2.  Keterbatasan Produk Pengembangan 

    a.  Materi pembelajaran yang diajarkan yaitu materi pada Kompetensi Dasar

    3.10 Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan

     perubahan tersebut bagi kehidupan.

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    11/12

    11

     b.  Produk yang dikembangkan hanya modul untuk siswa.

    c. 

    Sasaran pengguna modul adalah siswa SMA/MA kelas X.

    G.  Definisi Istilah

    Pengembangan modul berorientasi  Problem Based Learning (PBL)  pada

    materi pencemaran untuk meningkatkan hasil belajar memiliki beberapa definisi

    istilah sebagai berikut: 

    1.  Modul

    Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran mandiri yang berisi

    materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara

    sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

    dengan tingkat kompleksitasnya. Modul bertujuan untuk memperjelas dan

    mempermudah penyajian materi pelajaran agar tidak terlalu bersifat verbal

    serta mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera.

    2.  Model Pembelajaran PBL 

    Model  PBL merupakan model pembelajaran yang membantu siswa

    untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan

    informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu

    keputusan pemecahan masalahnya yang kemudian akan dipresentasikan dalam

     bentuk unjuk kerja. Sintaks  PBL meliputi mengorientasikan siswa kepada

    masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan

    mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta

  • 8/18/2019 Pisa Dan Timss

    12/12

    12

    memamerkannya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

    masalah (Nur, 2011).

    3.  Modul Berorientasi PBL 

    Modul yang memiliki karakteristik pembelajaran berdasarkan masalah.

    Modul tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa sehingga proses

     belajar akan terpusat pada siswa. Modul tersusun atas tiga komponen yaitu

     bagian awal, inti dan akhir. Bagian awal terdiri atas judul, kata pengantar,

     petunjuk penggunaan dan tujuan pembelajaran. Bagian inti terdiri atas

    kegiatan belajar yang menerapkan model  PBL  dengan tahapan, meliputi: 1)

    orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3)

    membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan

    menyajikan hasil karya dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses

     pemecahan masalah. Bagian akhir terdiri atas umpan balik, tindak lanjut dan

    daftar pustaka.

    4.  Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan baik itu

     pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

    keterampilan. Hasil belajar dicapai siswa setelah mengalami proses belajar

    dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar

    menunjukkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

    diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan. (Suprijono, 2009).