pioderma.docx

18
ada Sistem Sensoris dan Integumentum terdapat beberapa bakteri yang paling sering menyebabkan kelainan/infeksi. Diantaranya adalah sebagai berikut : Kulit Staphylococus Streptococcus Mycobacterium Bacillus Pseudomonas Propionibacterium acnes dll Mata Haemophylus influenza konjungtivitis Chlamydia trachomatis konjungtivitis Staphylococcus aureus hordeolum Pseudomonas aeruginosa ulkus Neisseria gonorrhoe dll Telinga Streptococcus pneumonia otitis H.influenzae Pseudomonas aeruginosa otitis externa maligna dll PIODERMA A. Definisi Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya. Kadang

Upload: lydiachandra

Post on 10-Aug-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PIODERMA

TRANSCRIPT

Page 1: pioderma.docx

ada Sistem Sensoris dan Integumentum terdapat beberapa bakteri yang paling sering

menyebabkan kelainan/infeksi. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Kulit

Staphylococus

Streptococcus

Mycobacterium

Bacillus

Pseudomonas

Propionibacterium acnes

dll

Mata

Haemophylus influenza konjungtivitis

Chlamydia trachomatis konjungtivitis

Staphylococcus aureus hordeolum

Pseudomonas aeruginosa ulkus

Neisseria gonorrhoe

dll

Telinga

Streptococcus pneumonia otitis

H.influenzae

Pseudomonas aeruginosa otitis externa maligna

dll

PIODERMA

A.     Definisi

Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,

Streptococcus, atau oleh kedua-duanya. Kadang juga disebabkan oleh bakteri gram

negative seperi pseudomonas namun itu jarang terjadi dan efeknya biasanya lebih

parah.

B.      Etiologi

Page 2: pioderma.docx

Penyebab yang utama dari pioderma adalah Staphylococcus B hemolyticus,

Streptococcus aureus.

Tentang Staphylococcus dan Streptococcus

C.      Faktor Predisposisi

1.       Higiene yang kurang

2.       Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-

penyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus

3.       Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang

hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal itu

juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.

D.     Klasifikasi

Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :

1.       Pioderma Primer

Pioderma yang terjadi pada kulit yang normal.

2.       Pioderma Sekunder

Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit. Gambaran

klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organism pada

pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut

impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen,

krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat

pula disertai demam.

E.      Pengobatan Umum

1.       Sistemik

Contoh obat untuk pengobatan pioderma

a.       Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya

-          Penisilin G prokain, dosisnya 1,2 juta/hari i.m, obat ini sudah tidak dipakai lagi

karena dianggap tidak praktis dan pemakaiannya sering menimbulkan syok

anafilaktik

-          Ampisillin, dosis 4x500 mg, ante cunam

Page 3: pioderma.docx

-          Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan

absorbsinya lebih cepat sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi.

-          Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin,

kloksasillin, dikloksasillin, flukloksasillin. Dosis 3x250 mg/hari ante-cunam.

Kelebihan obat ini adalah juga berkashiat pada Staphylococcus yang telah membentuk

penisilinase.

b.      Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin, 3x500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih banyak karenanya

dosisnya lebih kecil yaitu 4x150 mg/hari/os, pada infeksi berat dosisnya 4x300-450

mg/hari. Linkomisin agar tidak dipakai lagi dan digantikan oleh Klindamisin karena

potensial antibakterinya lebih besar dan efek sampingnya lebih sedikit dan tidak

terlalu terhambat oleh adanya makanan dalam lambung.

c.       Eritromisi

d.      n

Dosis 4x500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang dibandingkan Linkomisin/klindamisin

dan obat golongan penisilin resisten-penisillinase. Cepat menyebabkan resistensi dan

kadang terjadi tak enak di lambung.

e.      Sefalosporin

Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak menunjukan hasil maka

dipakailah Sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman gram

positif yaitu generasi I juga generasi IV. Contohnya adalah sefadoksil dari generasi I

dengan dosis dewasa, 2x500 mg atau 2x1000 mg/hari

2.       Topikal

Bermacam obat topical dapat digunakan untuk pioderma, contohnya basitrasin,

neomisin, mupirosin. Neomisin berkhasiat juga untuk bakteri gram negative,

Neomisin dituliskan sering mengalami sensitisasi, sedangkan teramisin dan

kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai karenanya

harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk salep atau krim.

Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan permanganas

kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan

10kali.

Page 4: pioderma.docx

F.       Pemeriksaan

Terdapat leukositosis pada pemeriksaan lab. Pada kasus yang sulit sembuh dilakukan

kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya buka kedua bakteri

penyebab pioderma yang sering terjadi melainkan kuman gram negative.

G.     Bentuk Pioderma

1.      IMPETIGO

Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)

Terdapat tiga jenis dari impetigo, yaitu

a.      Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa,

impetigo vulgaris, impetigo Tillbury Fox), disebabkan biasanya oleh Streptococcus B

hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai. Predileksi di MUKA, yakni sekitar

lubang hidung dan mulut karena dianggap sember infeksi dari daerah tersebut. UKK

berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan terlihat krusta tebal

berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya,

sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi,

glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis

bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan

krusta dan diberi antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.

Page 5: pioderma.docx

b.      Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa,

cacar monyet), penyebab biasanya adalah Staphylococcus aureus, keadaan umum

tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah KETIAK, DADA, PUNGGUNG.

Sering bersama miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopion.

Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah koleret dan

dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah

dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula,

lalu berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka

berikan pula antibiotic sistemik.

c.       Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus. Kelainan

sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai

demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah

antibiotic sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%

2.      FOLIKULITIS

Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Terbagi menjadi dua jenis :

a.      Folikulitis Superfisial (terbatas didalam epidermis)

Page 6: pioderma.docx

Nama lainnya adalah impetigo Bockhart, tempat predileksi adalah TUNGKAI

BAWAH. UKK berupa papul atau pustule yang eritematosa, di tengahnya terdapat

rambut. Biasanya multiple.

b.      Folikulitis profunda (sampai ke subkutan)

Gambaran klinis sama, selain itu juga teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis

barbae, bersifat bilateral. Diagnosis banding penyakit ini adalah tinea barbae.

Pengobatan dipakai antibiotic sistemik/topical dan cari faktor predisposisinya.

3.      FURUNKEL/KARBUNKEL

Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika

lebih dari sebuah disebut furunkulosis, Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya

disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan

UKK berupa nodus eritem berbentuk kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian

melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk

fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong.

Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan antibiotic topical, jika banyak

perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi furunkulosis atau karbunkel

berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes mellitus.

4.      EKTIMA

Page 7: pioderma.docx

Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi

Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah

krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative

banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal.

Diagnosis bandingnya adalah impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa

sering terjadi pada anak dan berlokasi di muka dan dasarnya adalah erosi, ektima

terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi TUNGKAI BAWAH dan

dasarnya adalah ulkus.

Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak,

gabungkan dengan antibiotic sistemik.

5.      PIONIKA

Page 8: pioderma.docx

Radang sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau

Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma,

mulai infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks

dan lempeng kuku, dapat terbentuk abses subungual.

Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika

terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.

6.      ERISIPELAS

Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B

hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah

epidermis dan dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya TUNGKAI

BAWAH. UKK yang utama adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan

pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula.

Terdapat leukosistosis.

Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.

Diagnosis bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di

subkutan. Pengobatan terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang

diserang ditinggikan (elevasi), pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical

diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terjadi edem diberikan

diuretic.

7.      SELULITIS

Page 9: pioderma.docx

Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan lab, dan terapi

sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan

tanda-tanda radang akut.

8.      FLEGMON

Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah

dengan insisi.

9.      ULKUS PIOGENIK

Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya.

Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga

perlu dilakukan kultur.

10.  ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT

Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar keringat

berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor

Page 10: pioderma.docx

predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga

sering bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri,

berbentuk kubah dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.

Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan

bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah.

Pengobatan yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan

faktor predisposisi.

11.  HIDRADENITIS

Infeksi kelenjar apokrin biasanya oleh

Staphylococcus aureus. Sering didahului oleh trauma, dengan gejala konstitusi berupa

demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan kelima tanda radang akut (rubor, dolor,

kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah

membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada yang menahun dapat

terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di

perineum. Terdapat leukositosis.

Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis

didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang

digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum

melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin

dieksisi.

12.  S4 (STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME)

Page 11: pioderma.docx

S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter.

S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang

khas ialah terdapatnya epidermolisis.

Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun, pria lebih banyak dari

wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71.

Patogenesis. Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan

telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik (epidermolin,

eksofoliatin) yang beredar di seluruh tubuh sampai pada epidermis dan menyebabkan

kerusakan. Pada kulit tidak selalu ditemukan kuman penyebab. Fungsi ginjal yang

baik diperlukan untuk mengekskresikan eksofoliatin, pada bayi diduga fungsi ginjal

belum sempurna sehingga penyakit ini terjadi pada golongan usia tersebut.

Gejala Klinis. Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi disaluran

nafas bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema, yang timbul

mendadak pada muka, leher, ketiak dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam

waktu 24 jam. Dalam waktu 1-2 hari akan muncul bula-bula berdinding kendur, tanda

nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan

lembaran-lembaran kulit sehingga tanpak daerah erosif. Akibat epidermolisis tersebut

gambarannya mirip dengan kambustio. Daerah-daerah tersebut akan mongering dalam

Page 12: pioderma.docx

beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-

14 hari tanpa disertai sikatriks.

Komplikasi. Meskipun dapat sembuh spontan, dapat pula terjadi komplikasi seperti

selulitis, pneumonia dan septicemia.

Pemeriksaan bakteriologi. Jika terdapat infeksi ditempat lain maka dapat dilakukan

pemeriksaan bakteriologi. Juga dilihat tipe kuman karena tidak semua Satphylococcus

aureus dapat menyebabkan penyakit ini, hanya tipe tertentu. Pada kulit tidak

ditemukan kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin.

Histopatologi. Terdapat gambaran yang khas yaitu terlihat lepuh intraepidermal,

celah terdapat di stratum granulosum, meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-

sel akantolitik, epidermis sisanya tampaknya utuh tanpa disertai nekrosis sel.

Diagnosis banding. Penyakit ini mirip N.E.T (Nekrolisis Epidermal Toksik, bahkan

pada awalnya disebut N.E.T sebelum dilaporkan oleh Ritter). Perbedaannya S4

umumnya menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun, mulainya kelainan kulit

didaerah muka, leher, dan lipat paha, mukosa umumnya tidak diserang dan angka

kematian lebih rendah (meskipun begitu penyakit ini adalah pioderma penyebab

kematian paling mungkin). Kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga ada baiknya

dilakukan pemeriksaan histopatologi secara frozen section agar hasilnya cepat

diketahui, karena prinsip pengobatan keduanya berbeda.  Perbedaan terletak pada

celah, S4 di stratum granulosum, N.E.T di sub epidermal. Perbedaan lain pada N.E.T

terdapat nekrosis disekitar celah dan terdapat sel radang.

Pengobatan. Pengobatan antibiotic, kortikosteroid tidak perlu. Penisilin cukup

efektif, misalnya kloksasillin dengan dosis 3x250 mg untuk orang dewasa/hari/os.

Pada neonatus, dosisnya 3x50 mg/hari/os. Obat lain yang dapat diberikan ialah

klindamisin dan sefalosporin generasi I. topical dapat diberikan sufratulle, atau krim

antibiotic. Diperhatikan juga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prognosis. Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia kurang dari 1 tahun

dengan prevalensi sekitar 1-10%. Penyebab utama kematian adalah tidak adanya

keseimbangan cairan dan elektrolit juga karena sepsis.