pilihan memperkuat advokasi ham dengan mekanisme...

18
Pilihan Memperkuat Advokasi HAM dengan Mekanisme Pasar 1 Oleh Norman Jiwan, TuK INDONESIA Pendahuluan Konflik agraria, kehutanan dan sumber daya alam semakin meningkat akibat perluasan modal dan bisnis yang sangat masif dan tak terkendali. Pemerintah pusat, provinsi dan daerah mengeluarkan izin usaha pertambangan, perkebunan dan kegiatan ekstraktif lainnya sehingga menempatkan pemerintah berada dalam keadaan konflik kepentingan dan kurang mendapat kepercayaan rakyat, baik sebagai penegak hukum, pembuat kebijakan, fasilitator dan mediator penyelesaian sengketa sumber daya alam atau pelanggaran HAM, buruh dan lingkungan hidup. Dalam dua dekade terakhir, inisiatif pencarian pilihan jalan keluar dan tanggapan (temporary measures) terhadap situasi dan kebiasaan (business as usual) bisnis yang bermasalah secara sosial dan lingkungan akibat desakan pasar dan kesadaran konsumen memaksa aktor bisnis dan faktor produksi melakukan perbaikan atau penyesuaian dalam beberapa komoditas pasar. Desakan dan tuntutan tersebut semakin menguat akibat tata kelola sumber daya alam dan lingkungan hidup yang buruk (KKN), peneggakan hukum lemah (mafia), kelembagaan dan kapasitas pemerintah terbatas yang berdampak semakin pengendalian dampak pembangunan terhadap lingkungan dan sosial, pelanggaran hak asasi manusia, dll. Gabungan pengaruh, kesadaran konsumen dan kepentingan perluasan pasar itu sendiri, menjadi sejumlah faktor pemicu lahirnya mekanisme pasar seperti RSPO, OECD, CAO dan ISPO. Dalam keempat model tersebut, mekanisme pasar dapat diartikan sebagai pilihan proses dan pendekatan penyelesaian dampak bisnis (pelanggaran) terhadap hak asasi manusia, kepentingan sosial dan lingkungan, kondisi dan hak pekerja, kesehatan dan keselamatan kerja, korupsi dan penyuapan, persoalan pajak, persaingan usaha, dan perubahan iklim. 1. Pengenalan mekanisme pasar baik di tingkat internasional dan nasional 1.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) RSPO merupakan mekanisme pasar, berlaku global, dan mengatur produksi minyak sawit berkelanjutan. RSPO 2 adalah organisasi berbasis asosiasi anggota dari 7 kelompok organisasi termasuk perusahaan perkebunan kelapa sawit, prosesor, manufaktur, pengecer, bank, NGO lingkungan dan sosial yang bergerak dalam industri sawit dan pihak berkepentingan lainnya. Yang dimaksud dengan minyak sawit berkelanjutan adalah pengelolaan dan kegiatan yang sah secara hukum, berkesinambungan secara ekonomi, ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial. Standard tersebut diatur dalam Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 3 yang bersifat sukarela oleh perusahaan perkebunan dan pabrik minyak 1 Working paper ini disiapkan untuk Kursus Hak Asasi Manusia Tingkat Lanjut Untuk Pengacara yang diselenggarakan oleh ELSAM, GG House, Cisarua-Bogor, 12-20 Januari 2015 2 www.rspo.org 3 Principles and Criteria 2013, unduh di http://www.rspo.org/resources/key- documents/certification/rspo-principles-and-criteria

Upload: lybao

Post on 05-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pilihan Memperkuat Advokasi HAM dengan Mekanisme Pasar1

Oleh

Norman Jiwan, TuK INDONESIA

Pendahuluan

Konflik agraria, kehutanan dan sumber daya alam semakin meningkat akibat perluasan

modal dan bisnis yang sangat masif dan tak terkendali. Pemerintah pusat, provinsi dan

daerah mengeluarkan izin usaha pertambangan, perkebunan dan kegiatan ekstraktif

lainnya sehingga menempatkan pemerintah berada dalam keadaan konflik kepentingan

dan kurang mendapat kepercayaan rakyat, baik sebagai penegak hukum, pembuat

kebijakan, fasilitator dan mediator penyelesaian sengketa sumber daya alam atau

pelanggaran HAM, buruh dan lingkungan hidup.

Dalam dua dekade terakhir, inisiatif pencarian pilihan jalan keluar dan tanggapan

(temporary measures) terhadap situasi dan kebiasaan (business as usual) bisnis yang

bermasalah secara sosial dan lingkungan akibat desakan pasar dan kesadaran konsumen

memaksa aktor bisnis dan faktor produksi melakukan perbaikan atau penyesuaian dalam

beberapa komoditas pasar. Desakan dan tuntutan tersebut semakin menguat akibat tata

kelola sumber daya alam dan lingkungan hidup yang buruk (KKN), peneggakan hukum

lemah (mafia), kelembagaan dan kapasitas pemerintah terbatas yang berdampak semakin

pengendalian dampak pembangunan terhadap lingkungan dan sosial, pelanggaran hak

asasi manusia, dll. Gabungan pengaruh, kesadaran konsumen dan kepentingan perluasan

pasar itu sendiri, menjadi sejumlah faktor pemicu lahirnya mekanisme pasar seperti RSPO,

OECD, CAO dan ISPO. Dalam keempat model tersebut, mekanisme pasar dapat diartikan sebagai pilihan proses

dan pendekatan penyelesaian dampak bisnis (pelanggaran) terhadap hak asasi manusia,

kepentingan sosial dan lingkungan, kondisi dan hak pekerja, kesehatan dan keselamatan

kerja, korupsi dan penyuapan, persoalan pajak, persaingan usaha, dan perubahan iklim.

1. Pengenalan mekanisme pasar baik di tingkat internasional dan nasional

1.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) RSPO merupakan mekanisme pasar, berlaku global, dan mengatur produksi minyak sawit

berkelanjutan. RSPO2 adalah organisasi berbasis asosiasi anggota dari 7 kelompok

organisasi termasuk perusahaan perkebunan kelapa sawit, prosesor, manufaktur, pengecer,

bank, NGO lingkungan dan sosial yang bergerak dalam industri sawit dan pihak

berkepentingan lainnya. Yang dimaksud dengan minyak sawit berkelanjutan adalah

pengelolaan dan kegiatan yang sah secara hukum, berkesinambungan secara ekonomi,

ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial.

Standard tersebut diatur dalam Prinsip dan Kriteria untuk Produksi Minyak Sawit

Berkelanjutan3 yang bersifat sukarela oleh perusahaan perkebunan dan pabrik minyak

1 Working paper ini disiapkan untuk Kursus Hak Asasi Manusia Tingkat Lanjut Untuk Pengacara yang diselenggarakan oleh ELSAM, GG House, Cisarua-Bogor, 12-20 Januari 2015 2 www.rspo.org 3 Principles and Criteria 2013, unduh di http://www.rspo.org/resources/key- documents/certification/rspo-principles-and-criteria

kelapa sawit. Standard RSPO untuk produksi minyak sawit terdiri dari 8 Prinsip, yaitu (1)

Komitmen terhadap transparansi; (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

berlaku; (3) Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang; (4)

Praktek terbaik pengelolaan kebun dan pabrik; (5) Tanggung jawab lingkungan dan

konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati; (6) Tanggung jawab pekerja,

indivisu dan komunitas terkena dampak kebun dan pabrik; (7) Pembangunan bertanggung

jawab penanaman baru; dan (8) Komitmen terhadap perbaikan terus­menerus dalam

wilayah utama aktifitas. Setiap Prinsip memiliki kriteria dan indikator yang menjadi

rujukan pembuktian kepatuhan dalam proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi.

Untuk menjaga itegritas dan kredibilitas, RSPO membangun mekanisme check­and­balance

melalui sebagai mekanisme akuntabilitas, apabila ada pelanggaran terhadap Statuta,

aturan, kode etik, kriteria dan indikator produksi minyak sawit berkelanjutan. Sekretariat

RSPO membangun mekanisme keluhan atau Complaints System4 yang menerima dan

menangani keluhan atau keberatan melawan Anggota RSPO dan terhadap RSPO secara

kelembagaan. Mekanisme keluhan ini tersedia online dan dapat diunduh.

Tahun 2013, RSPO secara resmi mengesahkan revisi Prinsip dan Kriteria standar produksi

minyak sawit berkelanjutan yang menerapkan aturan tentang Hak Asasi Manusia. Prinsip 6

Kriteria 13 Perusahaan dan pabrik menghormati hak asasi manusia. Dengan indikator

indikator: 6.13.1 Suatu kebijakan untuk menghormati hak asasi manusia harus

didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada semua tingkat tenaga kerja dan operasi

Penerapan kriteria 13 tersebut harus merujuk pula terhadap Kriteria 1.2 dan 2.1.

1.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)

OECD5 merupakan sebuah forum yang didalamnya pemerintah berkerja bersama untuk

mencari jalan keluar terhadap masalah bersama, berbagi pengalaman dan mencari praktek

terbaik untuk mendorong kebijakan­kebijakan untuk hidup yang lebih baik. Selama lebih

dari 50 tahun, OECD telah menerbitkan standar global, konvensi internasional,

kesepakatan dan rekomendasi dalam bidang tata kelola dan perlawanan terhadap

penyuapan dan korupsi, tanggung jawab korporasi, pembangunan, investasi internasional,

pajak, dan lingkungan, dll. Pedoman OECD untuk Perusahaan Multinasional mencakup 11 utama yang dianjurkan

harus dipatuhi adalah (I) Concepts and Principles; (II) General Policies; (III) Disclosure;

(IV) Human Rights; (V) Employment and Industrial Relations; (VI) Environment; (VII)

Combating Bribery, Bribe Solicitation and Extortion; (VIII) Consumer Interests; (IX)

Science and Technology; (X) Competition; dan (XI) Taxation. Secara khsusu, Hak Asasi

Manusia, adalah bab tambahan setelah terjadi revisi terhadap OECD Guidelines for

Multinational Enterprises pada tahun 2011.

Prosedur Tuntutan Khusus6

Dalam Prosedur Contoh/Tuntutan Khusus (Specific Instance Procedure), Pemerintah yang

mematuhi Pedoman OECD untuk Perusahaan­Perusahaan Multinasional (OECD Guidelines

for Multinational Enterprises) harus membentuk National Contact Point untuk

4 RSPO Complaints System, unduh di http://www.rspo.org/members/complaints 5 http://www.oecd.org/ 6 http://oecdwatch.org/oecd-guidelines

mempromosikan Pedoman OECD dan menangani keluhan terhadap perusahaan­

perusahaan yang diduga gagal untuk mematuhi standar Pedoman OECD. Prosedur

Tuntutan Khusus – sebagai proses keluhan (complaint process) Pedoman OECD resmi

dinamakan – difokuskan pada upaya penyelesaian sengketa – terutama melalui mediasi dan

konsiliasi, tetapi dapat juga melalui cara­cara lainnya – dan dapat digunakan oleh siapapun

yang dapat membuktikan suatu 'kepentingan' (didefinisikan lebih luas) dalam dugaan

pelanggaran. LSM/Ornop dan serikat pekerja dari seluruh dunia telah menggunakan proses

pengaduan untuk menangani dampak sosial dan lingkungan yang merugikan yang

disebabkan oleh kesalahan perusahaan. LSM/Ornop juga telah menggunakan proses

pengaduan untuk meningkatkan kesadaran tentang fakta bahwa perusahaan­perusahaan

diharapkan untuk menegakkan standar yang diakui secara internasional, kontribusi

terhadap pembangunan berkelanjutan, dan minimal 'tidak melakukan hal yang

membahayakan' dimanapun mereka berusaha.

Prosedur Tuntutan Khusus meliputi beberapa tahapan:

Tahap 1: awal penilaian: tahap ini mulai ketika keluhan diajukan ke NCP. Pada fase

ini NCP harus melakukan penilaian awal untuk menentukan apakah kasus layak

untuk pengkajian lebih lanjut.

Tahap 2: mediasi: Fase ini mulai ketika NCP memutuskan kasus layak untuk

pengkajian lebih lanjut. Pada tahap ini NCP mencoba untuk membawa para pengadu

dan perusahaan bersama­sama untuk menyelesaikan kasus ini melalui proses yang

berfokus pada mediasi dan konsiliasi.

Tahap 3: pernyataan akhir: Fase ini NCP mengeluarkan pernyataan akhir tentang

proses pengaduan dan mediasi. Ini harus menguraikan dugaan pelanggaran dan

bagaimana NCP menangani kasus tersebut. Pernyataan akhir mungkin termasuk

sejumlah rekomendasi tentang pelaksanaan Pedoman OECD, serta tekad NCP

apakah suatu pelanggaran terhadap Pedoman OECD telah terjadi. Dalam hal kasus

di mana salah satu pihak menolak untuk berpartisipasi dalam proses mediasi, jika

pihak tidak dapat menyetujui persyaratan untuk mediasi, atau jika mediasi gagal,

maka NCP harus tetap mengeluarkan pernyataan akhir sendiri dan

mendokumentasikan keadaan­keadaan tersebut.

1.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)

CAO7 adalah mekanisme akuntabilitas yang menolong korban dan pihak berkepentingan

atas dampak dari pinjaman, investasi dan jaminan oleh International Finance Corporation

dan Multilateral Investment Guarantee Agency/Badan Pemberi Garansi Penanaman Modal

Multilateral (MIGA)8. Meskipun begitu, cara kerja CAO tidak bertanggung jawab atau

memberikan laporan kepada IFC dan MIGA tetapi bertanggung jawab langsung kepada

Presiden World Bank Group. Apabila orang percaya mereka terpengaruh secara negatif

atau terkena dampak oleh proyek IFC atau MIGA, mereka dapat meminta bantuan dari

CAO untuk mengatasi maksud mereka. CAO bekerja dengan semua pihak yang

berkepentingan yang terlibat dalam proyek untuk mencari solusi nyata yang meningkatkan

hasil sosial dan lingkungan di lapangan.

CAO memiliki 3 kriteria persyaratan sederhana agar keluhan lolos untuk pengkajian, yaitu,

Keluhan berkaitan dengan proyek IFC atau MIGA (termasuk proyek dalam pertimbangan);

kedua, Keluhan berkaitan dengan isu­isu sosial dan/atau lingkungan yang terkait dengan

7 http://www.cao-ombudsman.org/ 8 http://www.miga.org/index.cfm

proyek­proyek tersebut; dan ketiga, Pihak yang mengajukan keluhan percaya bahwa

mereka, atau mungkin, terpengaruh oleh isu­isu sosial dan/atau lingkungan yang timbul.

CAO berkerja memastikan kebijakan Standar Kinerja IFC atau IFC Performance Standards9

tidak dikompromikan atau dilanggar oleh pinjaman, investasi, dan proyek dimana IFC

dan/atau MIGA terlibat. Standar Kinerja tersebut adalah (1) Assessment and Management

of Environmental and Social Risks and Impacts; (2) Labor and Working Conditions; (3)

Resource Efficiency and Pollution Prevention; (4) Community Health, Safety, and Security;

(5) Land Acquisition and Involuntary Resettlement; (6) Biodiversity Conservation and

Sustainable Management of Living Natural Resources; (7) Indigenous Peoples; dan (8)

Cultural Heritage.

1.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)

Indonesia Sustainable Palm Oil atau ISPO adalah produk hukum Indonesia yang

dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian10. ISPO merupakan persyaratan kerbelanjutan

tentang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. ISPO mengatur standar wajib

terdiri dari 7 Prinsip, 41 Kriteria dan 127 indikator untuk memeriksa keberlanjutan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Kebijakan ISPO dikeluarkan pada Maret 2011,

dengan masa percobaan diharapkan berlaku penuh dan wajib bulan Desember 2014. ISPO

telah melalui sejumlah uji coba lapangan dengan melibatkan perusahaan perkebunan

kelapa sawit, lembaga sertifikasi, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten yang menjadi

provinsi percontohan.

Prinsip dan Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah: 1. Sistem

Perizinan dan Manajemen Perkebunan; 2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan

Pengolahan Kelapa Sawit; 3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; 4. Tanggung

Jawab Terhadap Pekerja; 5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas; 6. Pemberdayaan

Kegiatan Ekonomi Masyarakat; dan 7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan. Keluhan/pengaduan terhadap kinerja Lembaga Sertifikasi

Apabila terdapat keluhan dari Lembaga Sertifikasi maka Badan Akreditasi harus dapat

menyelesaikannya dalam waktu 30 hari. Apabila Badan Akreditasi tidak dapat

menyelesaikan dalam waktu tersebut maka Badan Akreditasi harus melaporkannya ke

Komisi ISPO. Keluhan/Pengaduan pemangku kepentingan

Apabila terdapat pengaduan berkaitan dengan penilaian perusahaan perkebunan kelapa

sawit Indonesia berkelanjutan (sertifikasi ISPO), maka para pemangku kepentingan dapat

menyampaikan pengaduan secara tertulis dilengkapi bukti –bukti terkait kepada Tim

Penilai ISPO melalui Sekretariat Komisi ISPO. Komisi ISPO akan menyelesaikan pengaduan

sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku terhadap permasalahan di luar

kewenangan Komisi ISPO serta akan diserahkan kepada instansi yang berwenang di

bidangnya untuk diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangan berlaku.

2. Bagaimana menggunakan mekanisme

9 IFC Performance Standards on Environmental and Social Sustainability. Effective January 1, 2012 10 Permentan No.19/Permentan/OT.140/3/2011

2.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL

Mekanisme RSPO pada dasarnya berlaku bagi Anggota RSPO dan RSPO sendiri. Sebelum

menggunakan mekanisme RSPO, pegiat HAM harus memastikan bahwa perusahaan

perkebunan kelapa sawit dan pabrik yang bermasalah adalah anggota RSPO. Mekanisme

RSPO bisa disalurkan melalui Sistem Sertifikasi, Prosedur Penanaman Baru (New Planting

Procedure), Sertifikasi Rantai Pasok (Supply Chain Certification), dan Badan Akreditasi.

Menyiapkan laporan pengaduan sesuai dengan format yang tersedia dalam online dan

Menghubungi laporan kepada Penggunaan mekanisme RSPO sangat tergantung pada isu

dan masalah apa yang sedang yang ada. Persoalan hak asasi manusia diatur secara khusus

dalam Prinsip dan Kriteria RSPO.

2.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)

Tidak ada format yang diperlukan atau gaya penulisan pengaduan Pedoman OECD.

Namun, beberapa NCP memberikan petunjuk seperti apa jenis informasi yang mereka

harapkan untuk dimasukkan dalam pengaduan, jadi pastikan untuk memeriksa situs web

dari NCP yang Anda harapkan mengirimkan keluhan Anda untuk melihat apakah hal ini

terjadi.

Mengidentifikasi bab dan ketentuan Pedoman OECD

Anda perlu mengutip bab­bab tertentu dan paragraf yang diduga dilanggar perusahaan

dalam pengaduan Anda dan menjelaskan secara rinci bagaimana perusahaan melanggar

ketentuan tertentu. Adalah tidak cukup untuk menyatakan suatu perusahaan melanggar

Pedoman OECD tanpa menjelaskan siapa, bagaimana, apa, mengapa, kapan dan di mana

pelanggaran tersebut.

Siapa (atau apa) yang dirugikan oleh pelanggaran perusahaan?

Bagaimana aktivitas perusahaan merugikan pengadu, anggota masyarakat,

lingkungan dan lain­lain?

Apa kegiatan atau perilaku dimana perusahaan terlibat dalam hal yang merupakan

pelanggaran terhadap Pedoman OECD?

Mengapa kegiatan adalah pelanggaran terhadap Pedoman OECD?

Kapan dugaan pelanggaran terjadi?

Dimana dugaan pelanggaran terjadi?

Selanjutnya mencari bab­bab tertentu dan ketentuan yang diduga dilanggar perusahaan

mungkin cukup sulit. Oleh karena itu, disarankan untuk mengembangkan cara memeriksa

kasus dengan online untuk membantu para pengadu mengetahui bagian mana dari

Pedoman OECD mungkin telah melanggar. Sangat disarankan agar mereka yang tertarik

untuk mengajukan pengaduan untuk membaca teks resmi lengkap dan komentar terhadap

Pedoman OECD.

2.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)

Bagaimana kerja proses penanganan keluhan

CAO mengadopsi prosedur spesifik untuk setiap keluhan dan telah berkomitmen untuk

mengatasi keluhan tepat pada waktunya. Apabila keluhan memenuhi 3 kriteria persyaratan

CAO:

Ombudsman CAO pertama bekerjasama dengan pihak yang mengajukan keluhan,

sponsor proyek, dan pemangku kepentingan lokal lain untuk menentukan apakah

para pihak bersama­sama dapat mencapai suatu solusi yang dapat disetujui bersama

terhadap isu­isu yang muncul.

Apabila para pihak tidak berkeinginan atau tidak dapat mencapai kesepakatan

tentang bagaimana mengatasi suatu isu, CAO Compliance melakukan penilaian

terhadap kesesuaian IFC/MIGA dengan kebijakan dan pedoman sosial dan

lingkungan terkait untuk menentukan apakah audit diperlukan.

Bagaimana Ombudsman CAO mengatasi keluhan

Ombudsman CAO melakukan suatu pengkajian terhadap situasi, dan membantu para pihak

dalam menentukan alternatif terbaik untuk mengatasi keluhan. Ombudsman tidak

membuat penilaian tentang manfaat dari keluhan, dan tidak juga menentukan solusi atau

mencari kesalahan. Spesialis kami bekerjasama dengan para pihak untuk mengidentifikasi

pendekatan­pendekatan dan strategi­strategi alternatif untuk mengatasi isu­isu. Hal

tersebut dapat melibatkan pencarian fakta secara bersama, memfasilitasi diskusi diantara

para pemangku kepentingan, menengahi perselisihan diantara para pihak, atau

membangun meja dialog atau program pemantauan bersama. Spesialis CAO dilatih di

Alternatif Resolusi Sengketa (ADR) dengan para ahli dalam pengkajian konflik, mediasi,

dan pemberian kemudahan multi partai. Kami bekerja dengan para mediator independen

yang memiliki pengalaman khusus sesuai negara dan yang ahli dalam pemberian

kemudahan dan membangun konsensus di lingkungan proyek pembangunan.

Keluhan atau pengaduan harus disampaikan secara tertulis dan dapat menggunakan

bahasa apapun. Keluhan­keluhan dapat dikirim melalui e­mail, faks, pos, atau dikirim ke

Kantor Office CAO di Washington, DC. 2.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)

Meskipun tidak memasukan kriteria dan indikator khusus tentang hak asasi manusia,

Persyaratan standar ISPO yang mungkin dapat digunakan oleh pegiat HAM dan bisnis.

Pertama, Kriteria 1.5 Sengketa Lahan dan Kompensasi. Pengelola perkebunan harus

memastikan bahwa lahan perkebunan yang digunakan bebas dari status sengketa dengan

masyarakat/petani disekitarnya. Apabila terdapat sengketa maka harus diselesaikan secara

musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan

dan/atau ketentuan adat yang berlaku namun bila tidak terjadi kesepakatan maka

penyelesaian sengketa lahan harus menempuh jalur hukum. Kriteria ini memiliki sejumlah

indikator, yaitu: 1. Tersedia mekanisme penyelesaian sengketa lahan yang terdokumentasi;

2. Tersedia peta lokasi lahan yang disengketakan; 3. Tersedia salinan perjanjian yang telah

disepakati; dan 4. Tersedia rekaman progres musyawarah untuk penyelesaian sengketa

disimpan.

Kedua, Kriteria 4.4 Pembentukan Serikat Pekerja. Pengelola perkebunan harus

memfasilitasi terbentuknya Serikat Pekerja dalam rangka memperjuangkan hak­hak

karyawan/buruh. Indikator kriteria tersebut terdiri dari 1. Perusahaan memiliki peraturan

terkait dengan keberadaan serikat pekerja; 2. Memiliki daftar pekerja yang menjadi

anggota serikat pekerja; dan 3. Tersedia Rekaman pertemuan­pertemuan baik antara

perusahaan dengan serikat pekerja maupun internal serikat.

3. Bagaimana strategi penggunaan mekanisme

3.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL

Untuk menggunakan mekanisme RSPO dengan optimal, masyarakat korban, NGO

pendamping, dan pengacara HAM harus mampu membangun hubungan yang kuat antara

masalah yang disampaikan, fakta kasus dilapangan dan pengorganisasian masyarakat

dengan segala dinamikanya. Sebab kasus tanah yang melibatkan petani sawit belum tentu

sama pendekatan dengan kasus tanah yang melibatkan masyarakat adat. Atau sebaliknya

masalah tenaga kerja dan pencemaran limbah pada perusahaan dan pabrik yang sama akan

memiliki dinamika dan tantangan lapangan yang berbeda.

Beberapa hal yang mungkin untuk dipertimbangkan dalam menggunakan mekanisme

RSPO adalah 1) pertimbangan tujuan strategis; 2) peninjauan, perumusan dan

penyampaian masalah; 3) pemetaan dan penentuan parapihak utama; 4) rancangan

tahapan, proses dan capaian penyelesaian; 5) rekomendasi jadwal terukur dan batas waktu

mengikat; 6) memobilisasi jaringan dan dukungan dari organisasi NGO, kelompok

masyarakat dan media; 7) peninjauan dan pemantauan proses dan hasil; dan 8) banding

keberatan. 3.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD)

Untuk memandu para pengadu dalam menulis pengaduan yang jelas, ringkas dan persuasif,

OECD Watch mengembangkan format atau lembar surat pengaduan yang tersedia di

http://oecdwatch.org/. Meskipun begitu pelapor tidak wajib mengikuti format ini persis,

tapi format tersebut adalah berdasarkan pengalaman OECD Watch agar pengaduan yang

ditulis mencakup semua informasi yang dijelaskan di bawah ini.

1. Identitas Anda, termasuk orang penghubung, nama atau organisasi, alamat, nomor

telepon, nomor fax dan alat surat elektronik/email.

2. Nama dan alamat NCP

3. Pengantar singkat atas kasus yang diajukan, termasuk perusahaan, masalah dan

lokasi pelanggaran

4. Penjelasan kepentingan Anda dalam kasus ini dan tujuan Anda untuk menulis

pengaduan

5. Informasi perusahaan, termasuk rincian penghubung perusahaan dan struktur

perusahaan

6. Informasi tentang tentang latar belakang, konteks atau lokasi pelanggaran

7. Daftar bab dan kalimat apa saja dalam Pedoman OECD yang dilanggar

8. rincian informasi mengenai dugaan pelanggaran dan perkembangan sampai saat ini

9. Standar (internasional) terkait lainnya yang harus diperhitungkan NCP ketika

mempertimbangkan pengaduan/keluhan

10. Gambaran upaya/usaha yang sudah dilakukan sebelumnya dalam penyelesaian

kasus tersebut langsung dengan perusahaan atau aktor dan/atau instansi terkait

lainnya

11. Jabaran garis besar tujuan, tuntutan dan permintaan pengaduan terhadap

perusahaan dan/atau NCP. Sebelum mengajukan pengaduan, Anda harus

memastikan bahwa Anda memiliki pandangan yang jelas tentang apa hasil yang

Anda capai, serta apa saja hasil yang masuk akan dan mungkin tercapai.

12. Permintaan kerahasiaan, seperti nama­nama individu, sumber bukti atau

dokumentasi yang tidak dapat dibagi dengan perusahaan

13. Pernyataan "itikad/niat baik" untuk terlibat dalam prosedur pengaduan. Jika Anda

mengupayakan beberapa strategi, jelaskan mengapa Anda menganggap kegiatan

tersebut sesuai dan mengapa kegitatan tersebut tidak akan bertentangan dengan

atau melemahkan proses pengaduan.

14. Lampiran dan/atau sisipan tambahan dengan informasi yang lebih rinci terkait

dengan pengaduan

Bahasa

Pengaduan umumnya harus ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa nasional NCP

penerima kasus yang bersangkutan. Jika pengaduan akan diajukan dengan beberapa

pemerintah, pertimbangkan untuk menulis dalam bahasa yang dimengerti semua NCP.

Namun, jika terlalu memberatkan untuk menulis keluhan dalam bahasa lain (atau untuk

memberikan bukti dalam bahasa lain), sampaikan keluhan dan bukti dalam bahasa Anda

sendiri. Perlu diingat, bagaimanapun, apabila anda tidak menerjemahkan pengaduan

keluhan dapat mengakibatkan penundaan tambahan dan NCP mungkin tidak bersedia

untuk menerjemahkan (semua) dokumen.

Waktu dan sumber daya

Proses penyelesaian sengketa Pedoman OECD sering kali makan banyak waktu dan sumber

daya. Panduan Prosedural menganjurkan agar NCP harus berusaha untuk menyelesaikan

pengaduan dalam satu tahun, dan beberapa kasus berhasil diselesaikan dalam waktu

kurang dari enam bulan. Namun, masih banyak contoh kasus yang telah bertahun­tahun

berlum disimpulkan atau ditutup.

Proses mungkin mewajibkan Anda untuk menghabiskan sumber daya yang signifikan,

termasuk biaya personil, penerjemahan, penelitian dan investigasi, perjalanan dan nasihat

dan dukungan konsultan. Jika Anda mengajukan pengaduan bersama (dengan pemangku

kepentingan yang terkena dampak atau organisasi masyarakat sipil), ingat proses itu butuh

waktu dan usaha untuk koordinasi dengan organisasi mitra lokal dan internasional. Anda

mungkin perlu melakukan perjalanan hadir dalam pertemuan dengan NCP atau

perusahaan. Banyak pengadu juga harus menyiapkan waktu untuk tindak lanjut dan

memastikan perusahaan yang mematuhi kesepakatan dan/atau rekomendasi yang

dihasilkan dari proses tuntutan/contoh tertentu.

Kemungkinan menggunakan strategi simultan

Pengaduan Pedoman OECD dapat menjadi salah satu dari beberapa strategi yang ditempuh

secara bersamaan. Pengaduan Pedoman OECD dapat digunakan sebagai pengganti, atau

disamping, strategi advokasi lain seperti gugatan hukum, kampanye publik dan media dan

tindakan pemegang saham. Mekanisme keluhan kelembagaan non­yudisial lainnya atau

prosedur penyelesaian sengketa juga mungkin tepat.

Perlu diingat bahwa prosedur contoh spesifik Pedoman OECD sebagian besar merupakan

proses mediasi/konsiliasi yang dirancang untuk mendapatkan para pihak bersama­sama

untuk menyelesaikan sengketa secara damai. NCP berharap pihak untuk terlibat dengan

maksud untuk menemukan resolusi atas masalah yang saling menguntung para pihak. Sifat

dan harapan dari proses ini harus ditimbangi dengan tindakan dan instrumen lain yang

tersedia untuk mengatasi masalah tersebut. Pengaduan harus mendukung, dan tidak

merusak upaya­upaya yang sedang dilakukan jika ada strategi yang dilakukan secara

paralel.

Jika Anda mempertimbangkan untuk menggunakan strategi simultan selain mengajukan

pengaduan Pedoman OECD, jangan lupa memperhatikan posisi NCP dalam proses­proses

paralel yang ada.

3.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)

Untuk memandu para pengadu dalam menulis pengaduan yang jelas, ringkas dan persuasif,

CAO menyusun Operational Guidlines yang juga menjabarkan pedomen pengaduan dan

proses mediasi masing­masing peran CAO – mediasi, audit kepatuhan dan nasehat kepada

Presiden Bank Dunia dan Dewan Direktur Kelompok Bank Dunia.

Identitas Anda, termasuk orang penghubung, nama atau organisasi, alamat, nomor

telepon, nomor fax dan alat surat elektronik/email.

Nama dan alamat CAO

Pengantar singkat atas kasus yang diajukan, termasuk perusahaan, masalah dan

lokasi pelanggaran

Penjelasan kepentingan Anda dalam kasus ini dan tujuan Anda untuk menulis

pengaduan

Informasi perusahaan, termasuk rincian penghubung perusahaan dan struktur

perusahaan

Informasi tentang tentang latar belakang, konteks atau lokasi pelanggaran

Standar Kinerja yang dilanggar

Rincian informasi mengenai dugaan pelanggaran dan perkembangan sampai saat ini

Standar (internasional) terkait lainnya yang harus diperhitungkan ketika

mempertimbangkan pengaduan/keluhan

Gambaran upaya/usaha yang sudah dilakukan sebelumnya dalam penyelesaian

kasus tersebut langsung dengan perusahaan atau aktor dan/atau instansi terkait

lainnya

Jabaran tujuan, tuntutan dan permintaan pengaduan terhadap perusahaan.

Permintaan kerahasiaan, seperti nama­nama individu, sumber bukti atau

dokumentasi yang tidak dapat dibagi dengan perusahaan

Lampiran dan/atau sisipan tambahan dengan informasi yang lebih rinci terkait

dengan pengaduan

3.4 INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat, LSM/Ornop, serikat buruh, dan

pihak berkepentingan dalam mempertimbangkan strategi menggunakan standar ISPO

dimulai dengan kegiatan lapangan oleh Pejabat Pemerintah Provinsi dan Kabupaten yaitu

Penilaian Usaha Perkebunan.

Keluhan/pengaduan terhadap kinerja Lembaga Sertifikasi

Apabila terdapat keluhan dari Lembaga Sertifikasi maka Badan Akreditasi harus dapat

menyelesaikannya dalam waktu 30 hari. Apabila Badan Akreditasi tidak dapat

menyelesaikan dalam waktu tersebut maka Badan Akreditasi harus melaporkannya ke

Komisi ISPO.

Pengaduan pemangku kepentingan

Apabila terdapat pengaduan berkaitan dengan penilaian perusahaan perkebunan kelapa

sawit Indonesia berkelanjutan (sertifikasi ISPO), maka para pemangku kepentingan dapat

menyampaikan pengaduan secara tertulis dilengkapi bukti –bukti terkait kepada Tim

Penilai ISPO melalui Sekretariat Komisi ISPO.

Komisi ISPO akan menyelesaikan pengaduan sesuai dengan peraturan dan perundangan

yang berlaku terhadap permasalahan di luar kewenangan Komisi ISPO serta akan

diserahkan kepada instansi yang berwenang di bidangnya untuk diselesaikan sesuai dengan

peraturan perundangan berlaku.

Akreditasi lembaga sertifikasi

Agar diakui sebagai lembaga yang terakreditasi untuk melakukan audit sertifikasi ISPO,

suatu lembaga sertifikasi harus memperoleh pengesahaan akreditasi oleh Komite Akreditasi

Nasional (KAN). Unit sertifikasi ISPO adalah pabrik dan sumber pemasok buah. Perusahaan

perkebunan kelapa sawit dapat mengajukan sertifikasi kelompok atau holding perusahaan,

hanya jika kelompok perkebunan menerapkan sistem standar keberlanjutan yang sama di

seluruh anak perusahaannya. Sertifikat ISPO berlaku dalam masa 5 tahun dengan

pengawasan berkala setiap tahun.

Prasyarat sertifikasi ISPO

Tidak semua perkebunan kelapa sawit dapat mengajukan program audit dan sertifikasi

ISPO. Sertifikasi ISPO hanya dapat diajukan oleh perkebunan besar kelapa sawit yang

memiliki perkebunan kelas I, II, dan III. Sementara perkebunan kelapa IV dan V diberikan

masa 1 tahun untuk melakukan perbaikan dengan 3 kali peringatan sebelum izin

perkebunan dicabut sebagai sanksi apabila gagal menjalankan perbaikan dan gagal

mematuhi peringatan tersebut. Praysarat Penilaian Usaha Perkebunan terhadap penilaian

usaha budidaya perkebunan dilakukan oleh penilai yang layak dan terlatih serta disyahkan

oleh Dinas Perkebunan/Kehutanan Provinsi. Kegiatan biaya penilaian dan lapangan didanai

oleh APBN dari alokasi Anggaran Anggaran Tahunan Kementerian Pertanian.

Pengumuman penilaian11

Pemberitahuan sertifikasi dimasukan di situs dunia maya ISPO dengan mencantukan nama

perusahaan pemohon, lembaga sertifikasi, dan tanggal­tanggal kegiatan penilaian. Masing­

masing lembaga sertifikasi menguraikan profil perusahaan perkebunan dan pabrik dengan

format yang berbeda tanpa meminta masukan, dan mempersilakan masukan teknis dan

ulasan substantif. Kebanyakan tidak transparan dan kurangnya keterlibatan publik

sehingga komentar publik bersifat luas.

4. Contoh/keberhasilan penggunaan mekanisme

4.1 ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL Pengaduan melawan Control Union Certifications12 Control Union Certifications dari

Belanda merupakan lembaga sertifikasi terakreditasi oleh RSPO. Keluhan disampaikan 22

Desember 2009, oleh Sawit Watch. Lembaga sertifikasi/CUC melanggar aturan Sistem

Sertifikasi RSPO, dua alasan utama untuk pengaduan tersebut adalah: 1. Ketidak­puasan

terhadap cara CUC mengelola proses audit; 2. Isi laporan audit CUC tidak dapat diterima,

termasuk kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat CUC.

Dalam melakukan aduti sertifikasi RSPO, CUC melakukan penilaian yang tidak lengkap dan

menghasilkan laporan penilaian yang menyimpang atau bias, dan gagal

11 http://www.ispo-org.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79:pengumuman- publik&catid=10&Itemid=225&showall=&limitstart=1&lang=ina 12 http://www.rspo.org/members/complaints/status-of-complaints/view/55

mempertimbangkan semua aspek yang sistem sertifikasi yang diwajibkan standar Sertifikasi

RSPO dalam melakukan sertifikasi anak perusahaan United Plantations PT Sinar Sawit

Sejati di Kalimantan Tengah. Pada 7 November 2011, Control Union Certification (CUC) memutuskan secara suka rela

menempuh penangguhan­sendiri dalam membuat kontrak klien atau pelanggan baru untuk

audit kepatuhan utama Prinsip dan Kriteria RSPO untuk memastikan semua audit dimasa

depan benar­benar mematuhi prosedur RSPO. Pada 18 September 2012, RSPO menerima

keputusan oleh Control Union Certification (CUC) untuk mencabut penangguhan­sendiri

dalam melakukan jasa­jasa sertifikasi Prinsip dan Kriteria RSPO. Permintaan tersebut

diterima RSPO setelah melakukan peninjauan terhadap laporan dari badan akreditasi pihak

ketiga, Accreditation Services International/ASI13, tentang tindakan/upaya yang

dikembangkan oleh CUC dalam menangani permasalahan spesifik yang diamati selama

proses audit akreditasi pada bulan November 2011.

4.2 ORGANISATION FOR ECONOMIC COOPERATION AND DEVELOPMENT (OECD) Ringkasan kasus14

5 September 2002. Pelanggaran hak buruh dalam rantai pasok Indonesia. Laporan

pengaduan atau keluhan diarahkan kepada perwakilan Adidas di Austria dan kantor pusat

Adidas di Jerman. Pengaduan tersebut menuduh para pemasok Adidas di Indonesia

melanggar hak­hak buruh. Khususnya, para pekerja tidak diberikan hak untuk berserikat

dan berunding bersama. Para pekerja mengalami intimidasi melalui penghinaan,

penahanan semena­mena dan ancaman terhadap kesehatan dan keamanan mereka.

Akibatnya, pekerja enggan untuk berbicara terbuka mengenai pelanggaran yang mereka

alami sebab takut akan tindakan balasan.

Selain itu pekerja juga tidak menerima kehiduapn yang layak. Dampak dari upah murah

mengakibatkan para orang tua, khsusunya perempuan, yang kerapkali dipaksa hidup jauh

dari anak­anak mereka. Laporan pengaduan tersebut juga mengangkat persoalan kesehatan

dan keselamatan kerja.

Perkembangan/capaian

NCP Austria meneruskan kasus Adidas kepada NCP Jerman, yang menerima kasus tersebut

pada 10 Februari 2003. NCP mengadakan dua pertemuan dengan para pihak NCP.

Sebelum pertemuan kedua, NCP Jerman menyebarkan satu rancangan naskah atau draf

pernyataan dengan harapan bahwa para pihak mungkin akan mencapai suatu konsensus.

Draf pernyataan tersebut memuji kebijakan “Standar Pelibatan” Adidas dan keanggotaan

Adidas dalam Asosiasi Buruh Adil (Fair Labour Association).

Meskipun begitu draf pernyataan tidak membuat suatu ketentuan mengenai pelanggaran

hak pekerja di pemasok Adidas dibenarkan. CCC menolak gagasan pembahasan draf

pernyataan NCP tanpa terlebih dahulu mendengar tanggapan Adidas terhadap proposal

aksi/solusi yang diajukan oleh CCC. Adidas kemudian menanggapi empat usulan/proposal

CCC, tetapi menolak menjabarkan langkah­langkah konkrit untuk menyelesaikan

pelanggaran hak­hak pekerja.

13 http://www.rspo.org/en/ 14 http://oecdwatch.org/cases/Case_27

NCP Jerman mengeluarkan pernyataan pada bulan September 2004 setelah parapihak

gagal membuat suatu kesepakatan mengenai tindakan yang harus dilakukan. Pernyataan

tersebut menilai kasus Adidas dan membuat sejumlah proposal untuk tindakan dimasa

mendatang. CCC kecewa terhadap capaian tersebut mengingat waktu dan sumber daya

yang mereka keluarkan dalam menyiapkan keluhan (complaint) dan berpartisipasi dalam

proses tersebut.

Adidas telah menempuh sejumlah langkah positif, tetapi CCC tidak puas. Persoalannya

adalah upah minimum tidak dibahas dalam Guidelines, tetapi Adidas setuju untuk

menangani bagian masalah ini dari keluhan tersebut.

4.3 COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN (CAO)

Keluhan/complaint15

Pada bulan Juli tahun 2007, CAO menerima keluhan dari kelompok­kelompok komunitas

dan organisasi­organisasi sipil masyarakat, mengenai pencemaran sosial dan lingkungan

yang mereka percayai dikarenakan oleh Wilmar melalui perkebunan­perkebunan minyak

kelapa sawit mereka di Indonesia.

CAO menerima keluhan­keluhan dari komunitas­komunitas yang terkena dampak sosial

dan lingkungan dari proyek­proyek yang menerima dana dari International Finance

Corporation atau Multilateral Investment Guarantee Agency/MIGA, cabang investasi sektor

swasta Kelompok Bank Dunia. Kelompok Wilmar menerima dana dari IFC.

Keluhan yang diajukan melibatkan bermacammacam masalah, dari masalah pembersihan

tanah adat, milik penduduk asli dengan tanpa ijin ataupun tanpa dukungan komunitas

luas, sampai ke keprihatinan tentang dampakdampak lingkungan dari pada penebangan

hutan­hutan utama serta daerah­daerah yang mempunyai nilai konservasi tinggi, sampai ke

keprihatinan mengenai soal pemenuhan persyaratan IFC, yang bersangkutan dengan

prosedur operasional dan persyaratanpersyaratan yang telah dipenuhi mereka. Keluhan ini

juga mempertanyakan apakah semua tindakan perusahaan adalah legal.

Proses/pendekatan16

Pertama­tama CAO memberi jawaban terhadap keluhan tersebut dengan mempelajari

situasi dan mengadakan diskusi­diskusi terpisah dengan pihak­pihak yang bersangkutan –

komunitas­komunitas lokal dan organisasi­organisasi masyarakat sipil, termasuk mereka

yang mengajukan keluhan­keluhan, wakil­wakil dari perusahaan, pemerintah setempat,

para cendekiawan, tetangga­tetangga – dengan tujuan untuk mengerti akan keprihatinan

semua pihak, posisi mereka, dan mengajukan usulan­usulan bagaimana cara yang terbaik

untuk mengatasi masalah­masalah yang ditimbulkan oleh keluhan itu. Jawaban­jawaban

yang kami terima dirangkum dalam keluhan dengan nama penafsiran pendahuluan dari

keluhan.

Kesepakatan­kesepakatan17

15 http://www.cao-ombudsman.org/cases/document-links/documents/IFCCAOletter18july.pdf 16 http://www.cao-ombudsman.org/cases/document-links/documents/Wilmar_Conclusionreport-

Oct09_INDONESIAN.pdf 17 http://www.cao­ombudsman.org/cases/document­links/documents/ClosureReport­Wilmar1­

Dua kesepakatan dicapai pada bulan Oktober dan November 2008 antara kelompok­

kelompok komunitas terdampak Senujuh dan Sajingan Kecil dengan anak perusahaan­anak

perusahaan Wilmar untuk menyelesaikan perselisihan berkaitan dengan lahan seluas 3.170

hektar.

Kesepakatan­kesepakatan tersebut berisi ketentuan­ketentuan terperinci dimana

penekanannya adalah: 1. Pengembalian lahan hutan masyarakat seluas 1.699 hektar ke

kelompok­kelompok komunitas terdampak; 2. Perusahaan menyokong pembuatan kebun­

kebun plasma kelapa sawit; 3. Kompensasi dari perusahaan kepada keluarga­keluarga yang

tanahnya telah diambil alih dan untuk kerugian­kerugian yang diderita akibat dari kegiatan

pembukaan lahan; 4. Penyediaan dana­dana investasi untuk masyarakat oleh perusahaan,

dan akses ke peluang­peluang pembangunan untuk masyarakat lebih luas; 5. Pembentukan

tim terpadu Monitoring & Evaluasi demi memastikan implementasi kesepakatan­

kesepakatan tersebut.

June2014IND.pdf

LAMPIRAN FORMAT PENGADUAN/COMPLAINT

1. Lembar model pengaduan RSPO18

To

RSPO Secretariat Sdn Bhd No. A-33A-2, Tower A, Level 33A, Menara UOA Bangsar No 5, Jalan Bangsar Utama 1 59000 Kuala Lumpur, Malaysia Tel: +603 23021500 Fax: +603 22014053 Email:

Date:

Dear Sir,

SUBMISSION OF COMPLAINT

I/We, , wish to lodge a complaint concerning the

located in .

company,

This complaint is made on behalf of (please ignore if not applicable).

My full details are as follow: Name: Position: Address:

Telephone Fax Email

Please find attached herewith the details information regarding the complaint which includes:

A: Description of the name, address and location, and nature of the Company being complaint (please provide map if possible)

B: Description of the action taken by me/ us to try to settle the issues (please provide details based on chronological event)

C: List of other person(s) contacted by me/us in attempt to settle the issues (please provide any relevant documents if any)

D: Any other relevant facts and/or other materials to support this complaint.

I/we fully understand and agree that RSPO Secretariat will be looking into this complaint based on its standard Grievance & Dispute Settlement Handling Protocol.

Thank you.

Yours sincerely,

(Signature*)

*not required if email is sent by email.

18 http://www.rspo.org/members/complaints

'

2. Model surat pengaduan kepada COMPLIANCE ADVISOR OMBUDSMAN/CA0 19

Office of the Compliance Advisor Ombudsman

International Finance Corporation

2121 Pennsylvania Avenue NW

'W;!shington,DC 20433 USA

Tel: + 1 202-458-1973

Fax:+1 202-522·7400

e-mail:[email protected]

I!We,------------------• lodge a complaint concerning the ,project,located in------------

This complaint is made on behalf of----------- (ignore if not applicable).

I!We live in the area knownas (show on an attached map if possible).I!We

can be contacted through the following address,telephone and fax numbers,and e-mail:

&reetadcres _

Mailing adjress (if different from street addres>) -------------------- Country Postal code _ Telephone

Fax. _

e-mail _

I!We do net wish our identity to be disclosed (gnore if not applicable).

I!We have Jeen,or are likely to be affected by environmental or social impacts of :he project in the following

way(s):

If possible,please provide the following information:

• A description of the name,location,and nature of the project (provide a map,if possible).

• A description of the actions taken by me'us to try to resolve these issues (include dates or time frame,

possibe).

• A list cJ other person(s) contacted by me/us inattempting to resolve these issues (attach copies of

correspondence,if possible).

• Any other relevant facts to suppJrt this co11plaint.

Inadditiol\ please answer the following queston:

• I!Wewould like to see this complaint resolvej in the following way:(CAO cannot guarantee to help the

complainant achieve this resul but this infon11ation will help torus on problem-solving approaches.)

Attach copies of any relevant documents and other material.

Note:CAO will keep the identity of complainant confidential if requested to do so, but will not accept

anonymous complaints. Material may also be submitted on a confidential basis to support a complaint and

will not be released without the consent of the party that submitted .

Complainc.nts should be aware that other parties,including the client and IFC or I IGA staff,will usually be

informed about the substance of the complaint. Complainants should inform CAO at the very beginning of

any discLJEsions or correspondence about any information that complainants do not wish to be disclosed. A

process for handling the complaint will beagreed with the complainant.

9 CAO Operalional Guidelines

3. OECD – struktur pengaduan dengan contoh

Element of complaint Description Hypothetical examples

Date Date the complaint will be submitted to the NCP and any other recipients.

1 May 2013

Contact information of NCP receiving the complaint

This includes the full address of the NCP and, if known, the name of the chair or representative, email address and telephone number(s). If you are sending the complaint to other NCPs, the OECD, government officials, OECD Watch, TUAC, etc., you should also mention in this part of the letter here using ‘cc’.

NCP of <host country> <name contact person at NCP> <Address>, <E-mail>, <Telephone / Fax> cc: NCP of <company’s home country> <name contact person at NCP> <Address>, <E-mail>, <Telephone / Fax> cc: OECD Watch, [email protected]

Subject line OECD Watch recommends stating the name of the company, the issues raised, and the country where the problem is occurring.

Subject: Complaint against <company> concerning <e.g. violation of human rights and environmental pollution> by <name subsidiary> in <country>.

Introduction List at a minimum: name of the complainant, company name, the problem and the location of the violations. You can also briefly state the main request to the NCP and the chapters that are breached.

We, <your organisation(s)>, the Complainant(s), hereby file a specific instance against <company> for operating in violation of the OECD Guidelines for MNEs in relation to <e.g. violation of human rights and environmental pollution resulting from gold mining in Australia>. We request the Norwegian NCP to address breaches to <...> Chapters resulting from <company> and <subsidiary’s> mining activities in <country>.

Explain your interest in the complaint/who you represent

For example, an NGO’s interest could stem from its mission or work with the affected union members or community.

<Your organisation(s)> is an NGO working on social and ecological issues related to mining activities in Asia-Pacific. Since 1990, <your organisation> has investigated the activities of MNEs and the consequences of their activities for local communities and the environment.

Enterprise contact details

Contact details for the enterprises, include full company names, addresses, and any other relevant details that are known, such as contact names, telephone numbers, email addresses and website addresses.

<company> <name contact person company> <Address> <E-mail / Website> <Telephone / Fax> <company subsidiary> <name contact person company> <Address> <E-mail / Website> <Telephone / Fax>

Structure of the company

If the case involves more than one company, describe their structure and relationships. For example, parent- subsidiary relationship, supply chain relationship, enterprise-bank relationship, etc.

<Parent company>, is an MNE headquartered in <country> with operations across the world. <Local company> is a fully owned subsidiary of <parent enterprise> with headquarters in <country> and operations in Australia.

Context of the complaint

Include general information about the broader background, context or location of violations mentioned in the complaint before going into detail about the specific breaches.

<company> operates in an environmentally sensitive area that is inhabited by different indigenous communities.

List the chapter and This information should include the who, We allege <company> is in violation of Chapter

Element of complaint Description Hypothetical examples

paragraphs you believe the company has breached

how, what, when, where and why for each allegation. In addition, you should provide detailed evidence and information that supports the allegations. You can make this section as short or long as you see fit, but make sure your argumentation is clear. The documents can be annexed to the complaint, but they should be mentioned and referenced in the text.

IV, Paragraph < ... > which states: <‘......’> As documented in <evidence listed in annex> the activities <company> has carried out in <location> in <year / date of breach> have severely harmed <local communities surrounding the company’s facilities> by endangering their livelihoods through <alleged violation>. The <activities> of the company constitute a breach of the OECD Guidelines because <company> has not <..... >.

Other relevant international standards the NCP should take into account when considering the complaint

If applicable, other instruments can be highlighted to show the severity of the problem. Complainants will have to decide the most effective way of presenting this information.

The Complainants maintain the <company> has furthermore breached the Human Rights Chapter, §1 by not taking adequate consideration of Indigenous Peoples rights in Australia. Article 7 of the UN Declaration on the Rights of Indigenous People declares that ‘States shall....resources’.

Previous Attempts at Resolution

Explain whether you have sought to resolve the issues directly with the enterprise and if so, what was the enterprise’s response?

Over the past year, <company> has ignored our requests to start discussions to resolve the issue. Attached to this complaint are copies of the correspondence sent to <company> requesting a resolution to these issues. In light of the <company’s> refusal to engage directly with us, we hope that the Guideline’s specific instance procedure can help resolve our issues.

Recipient NCP and justification (if necessary)

In some instances, the host and home countries both have NCPs. The complaint can be submitted to both NCPs. However, an explanation on why the case is being submitted to both NCPs is recommended.

As the alleged violations of the OECD Guidelines takes place in <country>, we ask the <host country NCP> to consider the complaint. Additionally, we are submitting this request also to the <home country NCP>, because an MNE’s headquarters is of vital importance to ensure responsible business conduct in a global context.

Complaint goals If it makes strategic sense, explain your demands and/or what you think the company should do to resolve the problem.

We want <company> to adopt and implement a <company-wide human rights and environmental policy to end and prevent negative impacts on .....>

Request to the NCP State what you expect from the NCP, e.g. mediation, a fact-finding mission, make a determination, etc.

We request the NCP to offer its good offices to facilitate mediation between the parties. Given the severe impacts the community is experiencing, we ask the NCP to carry out a fact-finding mission to verify the facts. We furthermore request the NCP make an assessment of the facts and circumstances and determine whether the OECD Guidelines have been breached.

Confidentiality request and justification (if necessary)

Indicate if the names of individuals, sources of evidence or any documentation have been anonymised, and why this is justified.

Please note that we do not reveal identities of whistle-blowers in Annex A to protect them from reprisals by <company or government>.

Statement of ‘good faith’ to engage in the complaint procedure

Acknowledge your good intentions to engage in the process and what you will do to facilitate this. You can also reference how you will respect confidentiality in case you are, for example, pursuing other

By submitting this specific instance, we commit to engaging in the specific instance process in ‘good faith’ in order to resolve the issues raised in this complaint. However, the NCP and company should note that we need to keep the

Element of complaint Description Hypothetical examples

strategies such as media outreach, advocacy and campaigning.

community informed about the progress of the complaint and may also need to respond to unsolicited enquiries from the media. We will respect the confidentiality of the proceedings when doing so.

Closing The closing should state that a written confirmation of receipt is expected.

We look forward to a written confirmation of receipt of this complaint and appreciate your assistance and leadership in resolving the issues presented in this complaint.

Signature Add names and signatures of all of organisations who co-sign the complaint.

Kind regards, <name, organisation>

Attachments and/or Appendices

Provide a list of attachments and/or appendices to the complaint.

Annex A: Report of alleged violations Annex B: Supporting government statement Annex C: Witness statements