ph meter dan potensiometer

25
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN “ pH METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI ” O L E H Nama : JULIYAT FADLI No BP : 1320078 Kelompok : VI K.A 3B Anggota : Sisri Putri Yolanda b. Nilam Maulani c. Nur Ainun d. Nurrahma yanti LABORATORIUM INSTRUMENT

Upload: juliyat-fadli

Post on 11-Apr-2016

471 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

analisis instrumen

TRANSCRIPT

Page 1: Ph Meter Dan Potensiometer

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTRUMEN

“ pH METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI ”

O L E H

Nama : JULIYAT FADLI

No BP : 1320078

Kelompok : VI K.A 3B

Anggota : Sisri Putri Yolanda

b. Nilam Maulani

c. Nur Ainun

d. Nurrahma yanti

LABORATORIUM INSTRUMENT

AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

2015

Page 2: Ph Meter Dan Potensiometer

pH METER DAN TITRASI POTENSIOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk mengetahui tentang pH meter dan potensiometer.

2. Untuk memahami prinsip kerja pH meter dan potensiometer.

3. Untuk menentukan beda potensial suatu larutan dengan titrasi

permanganometri secara potensiometer serta menentukan pH suatu

larutan dengan pH meter.

4. Untuk menentukan beda potensial dan volume larutan standar saat

mencapai titik ekivalen.

5. Untuk menentukan beda potensial larutan tugas (Cx) dan menentukan

volume larutan tugas saat titik ekivalen tercapai.

II. TEORI DASAR

pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH

(keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang

digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat). Sebuah pH meter khas terdiri dari

probe pengukuran khusus atau elektroda yang terhubung ke meteran elektronik

yang mengukur dan menampilkan pembacaan pH.

Probe atau Elektroda merupakan bagian penting dari pH meter, Elektroda

adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian bawah

elektroda ada bohlam, bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi

sensor. Jangan pernah menyentuh bola dengan tangan dan bersihkan dengan

bantuan kertas tisu dengan tangan sangat lembut. Untuk mengukur pH larutan,

probe dicelupkan ke dalam larutan. Probe dipasang di lengan dikenal sebagai

probe lengan.

Untuk pekerjaan yang sangat tepat pH meter harus dikalibrasi sebelum

setiap pengukuran. Untuk penggunaan kalibrasi normal harus dilakukan pada awal

setiap hari. Alasan untuk ini adalah bahwa elektroda kaca tidak memberikan emf

direproduksi selama waktu yang cukup lama. Kalibrasi harus dilakukan dengan

setidaknya dua larutan buffer standar yang menjangkau rentang nilai pH yang

akan diukur. Untuk tujuan umum buffer pada pH 4 dan pH 10 yang diterima.

Page 3: Ph Meter Dan Potensiometer

pH meter memiliki satu kontrol (kalibrasi) untuk mengatur pembacaan

meter sama dengan nilai dari buffer pertama standar dan kontrol kedua (slope)

yang digunakan untuk mengatur pembacaan meter dengan nilai buffer kedua.

Kontrol ketiga memungkinkan suhu harus ditetapkan. Sachet penyangga standar,

yang dapat diperoleh dari berbagai pemasok, biasanya negara bagaimana

perubahan nilai buffer dengan suhu. Untuk pengukuran yang lebih tepat, tiga

penyangga solusi kalibrasi lebih disukai.Sebagai pH 7 pada dasarnya, sebuah

"titik nol" kalibrasi (mirip dengan penekanan atau taring skala atau

keseimbangan), kalibrasi pada pH 7 pertama, kalibrasi pada pH terdekat dengan

tempat tujuan (misalnya 4 atau 10) kedua dan memeriksa titik ketiga akan

memberikan akurasi lebih linier dengan apa yang pada dasarnya adalah masalah

non-linear. Beberapa meter akan memungkinkan tiga kalibrasi titik dan itu adalah

skema yang lebih disukai untuk pekerjaan yang paling akurat.

Kualitas meter lebih tinggi akan memiliki ketentuan untuk

memperhitungkan koreksi koefisien temperatur, dan pH probe high-end memiliki

probe suhu built in Proses kalibrasi berkorelasi tegangan yang dihasilkan oleh

probe (sekitar 0,06 volt per pH unit) dengan skala pH. Setelah setiap pengukuran

tunggal, probe dibilas dengan air suling atau air deionisasi untuk menghilangkan

jejak dari solusi yang diukur, dihapus dengan menghapus ilmiah untuk menyerap

air yang tersisa yang bisa mencairkan sampel dan dengan demikian mengubah

membaca, dan kemudian dengan cepat tenggelam dalam solusi lain.

Pada pH meter, yang diukur adalah potensial sel bukan langsung harga pH

larutan. Elektroda kaca sebagai elektroda penunjuk mempunyai notasi sel.

Ag | AgCl, Cl- , H+ | membran kaca

Kaca yang digunakan sebagai elektroda terdiri atas jaringan silikat yang

bermuatan negatif dan mengandung sejumlah kation terutama ion natrium yang

dapat ditukar oleh ion hidrogen.

Elektroda gelas (kaca) sebelum digunakan harus direndam dalam air agar

molekul-molekul air masuk ke kisi-kisi kaca dan akan mengembang sehingga

proses pertukaran ion akan mencapai maksimum. Dengan kata lain gugus Na+

dapat dengan mudah ditukar dengan ion H+. Oleh sebab itu, pada saat pengukuran

perlu waktu respon bagi elektroda.

Page 4: Ph Meter Dan Potensiometer

Pengukuran ion hidrogen harus dibandingkan terhadap ion hidrogen yang

sudah diketahui konsentrasinya dan tetap. Oleh karena itu, bentuk elektroda kaca

spesifik yang berupa wadah kecil yang didalamnya berisi larutan dapar asetat atau

HCl 0,1 N. Dengan demikian lapisan dalam kaca mempunyai konsentrasi H+

yang tetap dan diketahui, sedangkan lapisan luar kaca konsentrasi H+ bergantung

pada larutan yang akan diukur.

Potensiometer adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengukur

beda potensial (tegangan) antara dua elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan,

dimana salah satu elektroda merupakan elektroda penunjuk (indicator electrode)

dan elektroda yang satu lagi merupakan elektroda pembanding (reference

elektroda). Jenis-jenis Elektroda Pembanding adalah sebagai berikut :

1. Elektroda Hidrogen Normal (EHN) atau NHE

E = 0,00 volt

2. Elektroda Kalomel

Elektroda kalomel terbagi dua yaitu :

Elektroda Kalomel Normal (EKN) atau NCE

E = + 0,281 volt

Elektroda Kalomel Jenuh (EKJ) atau SCE

E = + 0,245

3. Elektroda Perak Normal (EPN) atau NSC

E = + 0,225 volt

4. Elektroda Thalamide

E = - 0,581 volt

T = 0o – 135 oC

Digunakan pada industri yang menggunakan system boiler atau sistem

uap panas dengan suhu di atas 100 oC. Jenis-jenis Elektro Indikator Elektroda ion

Hidrogen adalah :

1. Elektroda Hidrogen

E = 0,00 - 0,059 log [H+]

E = 0,00 – 0,059 pH

2. Elektroda Antimon

E = Eo + 0,059 pH

Page 5: Ph Meter Dan Potensiometer

Dioperasikan pada rentang pH 2-7 maka alat akan berfungsi dengan baik.

3. Elektroda Quine Hidron

E = Eo – 0,059 pH

Dapat berfungsi dengan baik pada pH 0-8,0

4. Elektroda Gelas

Perbedaan H+ out dan H+

in akan mempengaruhi harga E.

E = Eo + 0,059 pH

Dapat berfungsi dengan pada baik pada pH 0-12

Elektroda gelas bentuknya bisa dikombinasikan dengan elektroda

pembanding.

Potensiometer dapat digunakan secara :

Langsung yaitu untuk penentuan konsentrasi ion tertentu seperti pH, Ag+,

NO2

Tidak langsung (titrasi potensiometer)

Potensiometer berfungsi sebagai penunjuk pada titrasi

Peralatan yang mempunyai prinsip kerja sama seperti potensiometer

dikenal dengan peralatan pH meter dan ion selektif meter.

pH meter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengukur beda

potensial diantara dua elektroda yang dicelupkan ke dalam larutan, dimana salah

satu elektroda merupakan elektroda penunjuk ion hIdrogen. Dan elektroda yang

satu lagi merupakan elektroda pembanding serta beda potensial yang dihasilkan

dikonfersikan oleh alat menjadi besaran pH.

Ion selektif meter adalah suatu peralatan yang digunakan untuk

menentukan konsentrasi ion-ion tertentu yang dipilih selain dari ion Hidrogen.

Komponen-komponen utama dari peralatan potensiometer adalah :

1. Sumber arus

Sebagai sumber arus yang digunakan arus searah (DC)

2. Elektroda

Page 6: Ph Meter Dan Potensiometer

Pada umumnya digunakan elektroda yang disebut dengan elektroda

kombinasi. Di samping menggunakan satu elektroda kadangkala peralatan

dilengkapi dengan thermometer loging untuk membaca suhu larutan.

3. Tahanan geser

Digunakan untuk menstandarisasi peralatan dengan menggunakan larutan

buffer (penyangga) yang pH nya telah diketahui.

4. Recorder

Digunakan untuk membaca atau mencatat besaran pH larutan maupun beda

potensial larutan dinyatakan dalam satuan mV (mili Volt).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda

indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi

yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter

yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan.

Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini

bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir

titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek

dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu

reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi

redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang

terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan

elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.

Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda

indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan

reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi

redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-

oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer

(Khopkar, 1990).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan

sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan

perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda

indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung

Page 7: Ph Meter Dan Potensiometer

pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,

elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain

yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak

nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi

redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-

mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Salah satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau

lebih dikenal sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan

ditentukan konsentrasinya dtitrasi cengan titran yang sesuai dan elektroda

indicator digunakan untuk mengikuti perubahan potensial akibat titrasi. Plot

antara potensial elektroda dengan volume titrasi akan berupa kurva sigmold,

dimana titik ekivale dapat ditentukan dari kurva tersebut.

Titik akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan

volume pada saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah

titran. Untuk titrasi yang menggunakan suatu elektroda kaca dapat digunakan

untuk semua reaksi titrimetri, misalnya asam basa, redoks, pengendapan dan

pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan tangan, ataupun

prosedur itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur setelah

penambahan tiap tetes berurutan dari titran dan pembacaan yang diperoleh dari

volume titran dibuat kurva titrasi. Jika digunnkan elektoda kaca, diperlukan

piranti ukur dengan impedansi masukan yang tinggi karena resistan kaca yang

tinggi. Namun sebagian besar telah menggunakan pH meter. Karena pH meter ini

digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal tertentu

penggunaannya tidak diwajibkan.

Titrasi potensiometri biasanya tidak diperlukan potensial–potensial

mutlak ataupun potensial relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan

pengukuran dilakukan sementara titrasi berlangsung. Titik ekuivalensi reaksi

akan ditunjukkan oleh perubahan potensial e.m.f. suatu elektroda haruslah

konstan potensialnya meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus

berperan sebagai indikator perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons

dengan cepat (Basset, 1994).

 

Page 8: Ph Meter Dan Potensiometer

III. PROSEDUR KERJA

III.1 ALAT

1. pH Meter : untuk mengukur pH suatu larutan

2. Potensiometer : untuk mengukur beda potensial suatu

larutan

3. Pipet gondok 10 mL : untuk memipet larutan secara teliti

4. Gelas piala 100 mL : untuk melarutkan zat secara teliti

5. Buret 50 mL : untuk mengeluarkan zat secara teliti

6. Gelas piala 250 mL : untuk melarutkan zat secara tidak teliti

7. Standar : tempat tegaknya alat gelas

8. Klem : untuk menjepit alat gelas pada standar

9. Magnetic stirrer : untuk mengaduk larutan

10. Pipet takar 10 mL : untuk memipet larutan secara tidak teliti

11. Pipet tetes : untuk mengambil larutan per tetes

12. Bola hisap : untuk membantu memipet larutan

13. Botol semprot : untuk menyimpan aquades

14. Elektroda gelas : sebagai elektroda indikator

15. Elektroda kalomel jenuh : sebagai elektroda pembanding

III.2 BAHAN

1. Aquades : sebagai pelarut dan pembilas

2. Tisu : untuk mengeringkan pH Meter

3. KMnO4 0,1 N : sebagai larutan penitar (oksidator)

4. Fero Ammonium Sulfat : sebagai larutan yang dititar

5. NH4Cl 0,1 Nsebagai sampel : pengukuran pH

6. CH3COONH4 0,1 N : sebagai sampel pengukuran pH

7. H2SO4 4 N : sebagai sampel pengukuran pH

8. Larutan buffer 7,00 : sebagai larutan standar pH Meter

III.3 CARA KERJA

1. Pengukuran pH Larutan dengan pH Meter

Page 9: Ph Meter Dan Potensiometer

a. Diisi larutan buffer 7,00 dalam gelas piala 250 mL sebanyak 100

mL. Dicelupkan kedua elektroda alat pH meter. Dibiarkan 1 menit.

b. Diukur suhu larutan buffer, tekan tombol koreksi suhu pada nilai

suhu larutan.

c. Ditempatkan selektor pada fungsi pH, diamati nilai penunjukannya.

d. Diatur tombol buffer atau standarisasi sedemikian rupa sehingga

menunjukkan indikator tepat pada nilai 7,00 (nilai pH buffer standar

yang digunakan).

e. Dikeluarkan elektroda dari larutan, dibilas dengan aquades dan

dikeringkan dengan menggunakan tisu. Alat pH meter siap

digunakan untuk pengukuran.

f. Diambil larutan tugas NH4Cl 0,1 N ; CH3COONH4 0,1 N ;

CH3COONa 0,1 N. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala 100

mL sebanyak 50 mL.

g. Dicelupkan kedua elektrodanya. Diukur suhu larutan dengan

mengatur tombol koreksi suhu pada nilai suhu larutan.

h. Dibaca dan dicatat nilai pH dari larutan tugas tersebut.

2. Pengukuran Beda Potensial dengan Potensiometer

a. Dipipet 10 mL larutan Fe+2 (fero ammonium sulfat). Dimasukkan ke

dalam gelas piala 250 mL. Ditambahkan 10 mL H2SO44 N. Lalu

diencerkan dengan aquades hingga 100 mL. Diaduk dan

dihomogenkan.

b. Diisikan larutan KMnO4 0,1 N ke dalam mikroburet, diusahakan

jangan sampai ada gelembung udara dalam mikroburet. Kemudian

dilanjutkan dengan pengukuran beda potensial larutan.

c. Dibilas kedua elektroda potensiometer dengan mencelupkannya ke

dalam aquades.

d. Diambil larutan Fe+2 (fero ammonium sulfat) tadi. Dimasukkan

magnetic stirrer. Dan ditempatkan di atas alat potensiometer.

e. Dihidupkan stirrer selama 30 detik. Lalu dimatikan dan ditunggu 20

detik, dibaca nilai potensial sel yang dihasilkan.

Page 10: Ph Meter Dan Potensiometer

f. Dilakukan penambahan KMnO4 0,1 N 1 mL, ditunggu 20 detik,

dibaca potensialnya.

g. Dihitung nilai ∆E pada setiap penambahan penitar ini. Bila nilai

perubahan potensial yang dihasilkan mencapai nilai besar dari 20

mV, maka penambahan penitar KMnO4 0,1 N diperkecil menjadi

interval 0,1 mL.

h. Jika kembali didapatkan nilai ∆E besar dari 20 mV, dilakukan

penambahan KMnO4 0,1 N dengan interval 0,05 mL, tetes demi

tetes.

i. Dilanjutkan titrasi ini minimal 5 kali penambahan secara tetes demi

tetes ini. Kemudian titrasi ini dapat dihentikan.

j. Titik ekivalen titrasi ini merupakan titik maksimum dari kurva.

Ditentukan volume KMnO4 0,1 N yang dibutuhkan.

k. Dilakukan hal yang sama untuk larutan tugas (Cx) dan ditentukan

volume larutan Cx.

IV. PENGAMATAN

a. Pengukuran pH dengan pH Meter

Larutan buffer 7,00 Larutan kuning, bening

Larutan NH4Cl 0,1 N Larutan bening, tak berwarna

Larutan CH3COONH4 0,1 N Larutan bening, tak berwarna

Larutan CH3COOH 0,1 N Larutan bening, tak berwarna

b. Pengukuran Beda Potensial dengan Potensiometer

Larutan Fero Ammonium Sulfat Larutan bening, tak berwarna

Larutan H2SO4 4 N Larutan bening, tak berwarna

Larutan KMnO4 0,1 N Larutan berwarna ungu

Larutan tugas (Cx) Larutan bening, tak berwarna

Larutan Fero Ammonium Sulfat + H2SO4 4 N Larutan bening, tak

berwarna + KMnO4 0,1 N Larutan berwarna pink seulas saat titik ekivalen

tercapai.

Page 11: Ph Meter Dan Potensiometer

Pada saat titrasi, nilai beda potensial naik dan mengalami kenaikan perubahan

beda potensial yang signifikan pada satu titik. Dan inilah titik ekivalennya.

Setelah itu, nilai beda potensia naik kembali tapi naik secara konstan (tidak

signifikan).

V. HASIL DAN PERHITUNGAN

V.1 HASIL

a) Tabel hasil pengukuran pH Larutan Tugas

No Larutan pH Suhu (oC)

1 NH4Cl 0,1 N 6,31 31,0

2 CH3COONH4 0,1 N 8,60 27,5

3 CH3COOH 0,1 N 2,82 27,3

b) Tabel hasil pengukuran beda potensial (E) larutan standar (FAS vs

KMnO4)

NoVolume KMnO4

(mL)E ∆E

1 0 270 02 0,5 270 03 1 266 44 1,5 265 15 2 265 06 2,5 264 17 3 264 08 3,5 264 09 4 264 010 4,5 264 011 5 264 012 5,5 264 013 6 264 014 6,5 265 115 7 265 016 7,5 266 117 8 266 018 8,5 267 119 9 278 11

Page 12: Ph Meter Dan Potensiometer

20 9,5 278 021 10 279 122 10,5 280 123 11 280 024 11,5 281 125 12 282 126 12,5 284 227 13 285 128 13,5 285 029 14 287 230 14,5 420 13331 14,6 298 12232 14,7 298 033 14,8 305 734 14,9 303 235 15 318 15

c) Tabel hasil pengukuran beda potensial (E) larutan sampel (Cx) dengan

KMnO4

NoVolume KMnO4

(mL)E ∆E

1 0 269 02 0,5 269 03 1 269 04 1,5 268 15 2 269 16 2,5 269 07 3 269 08 3,5 267 29 4 267 010 4,5 271 411 5 272 112 5,5 272 013 6 273 114 6,5 273 015 7 274 116 7,5 275 117 8 272 318 8,5 272 019 9 272 020 9,5 273 121 10 278 5

Page 13: Ph Meter Dan Potensiometer

22 10,5 279 123 11 280 124 11,5 277 325 12 277 026 12,5 280 327 13 282 228 13,5 280 229 14 280 030 14,5 281 131 15 285 432 15,5 285 033 16 286 134 16,5 285 135 17 287 236 17,5 288 137 18 290 238 18,5 291 139 19 295 440 19,5 402 10741 19,6 439 3742 19,7 440 143 19,8 436 444 19,9 440 445 20 441 146 20,1 443 2

V.2 PERHITUNGAN

a. Konsentrasi KMnO4 (Lihat tabel titrasi larutan standar)

(V1.N1) KMnO4 = (V2.N2) Fero Ammonium Sulfat

14,50 mL . N1 KMnO4 = 10,00 mL . 0,1000 N

N KMnO4 =

= 0,0689 N

b. Volume Larutan Tugas (Cx) Lihat tabel titrasi larutan sampel

(V1.N1) KMnO4 = (V2.N2) Fero Ammonium Sulfat

Page 14: Ph Meter Dan Potensiometer

19,50 mL . 0,0689 N = V2 . 0,1000 N

V2 Fero Ammonium Sulfat =

= 13,4 mL

VI. PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada titrasi potensiometri

dapat dilihat bahwa penambahan larutan KMnO4 pada larutan fero ammonium

sulfat (FAS) menghasilkan nilai beda potensial yang semakin naik dengan

perubahan nilai beda potensial yang berbeda-beda. Selama proses titrasi, terjadi

perubahan beda potensial yang signifikan pada satu titik. Perubahan nilai beda

potensial (∆E) yang terjadi secara signifikan ini, disebabkan oleh banyaknya

jumlah penambahan larutan penitar. Sehingga perlu dikurangi penambahannya,

yaitu setetes demi setetes. Titik maksimum dalam kurva titrasi potensiometri ini

adalah titik ekivalen titrasi. Sehingga dengan menentukan nilai perubahan beda

potensial tertinggi, didapatkan konsentrasi larutan standar dan volume dari larutan

tugas yang diberikan. Sedangkan pada pengukuran pH larutan dengan pH meter,

terlihat bahwa pH larutan tugas bermaca-macam. Ada yang bersifat basa, asam,

maupun netral. Hal ini disebabkan oleh senyawa penyusun garam tersebut. Di

mana NH4Cl 0,1 N merupakan garam dari asam kuat HCl, CH3COONH4 0,1 N

merupakan garam dari asam dan basa lemah, dan CH3COOH 0,1 N merupakan

aam lemah. Sehingga nilai pH larutan garam tersebut berbeda-beda.

VII. KURVA KALIBRASI STANDAR

Page 15: Ph Meter Dan Potensiometer

a. Kurva Larutan Standar

b. Kurva Larutan Tugas / Sampel (Cx)

VIII.KESIMPULAN DAN SARAN

TE

TE

Page 16: Ph Meter Dan Potensiometer

VIII.1 KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Titrasi potensiometri dapat menentukan konsentrasi suatu larutan

berdasarkan nilai beda potensialnya.

2. pH larutan garam berbeda-beda karena dipengaruhi oleh senyawa

penyusunnya.

3. Konsentrasi larutan standar KMnO4 yang didapatkan adalah sebesar

0,0689 N dan volume larutan tugas sebesar 13,4mL.

VIII.2 SARAN

Pada praktikum ini, penulis menyarankan agar penambahan larutan penitar

dilakukan secara hati-hati dan teliti. Sehingga data yang didapatkan valid. Untuk

praktikum selanjutnya, dilakukan juga titrasi potensiometri ini secara

argentometri. Supaya pengetahuan praktikan bertambah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Ph Meter Dan Potensiometer

Bassett , J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC.

Brink O.C. et. all. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Instrument. Bandung : Bina Cipta.

Khopkar,1990 Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.

http://agmiel.blogspot.com/laporan-praktikum-instrumen-analisis-ii.html/diakses

tanggal 21 November 2014, pukul 07.00 WIB.

http://agung92.blogspot.com/praktikum-1-titrasi-potensiometri.html/diakses

tanggal 21 November 2014, pukul 07.05 WIB.

http://himka1polban.wordpress.com/ laporan-ph-metri/.html/diakses tanggal 21

November 2014, pukul 07.10 WIB.

Volume Cx (Larutan Tugas) = 13,4 mL