pgpls

29
1 MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO 1. Topik. Studi Kasus Pertempuran Laut Di Kepulauan Salomon Antara Angkatan Laut Amerika Serikat Dengan Angkatan Laut Jepang Pada Tahun 1942 Ditinjau Dari Aspek PGPLS. 2. Latar Belakang. a. Umum. 1) Peperangan laut merupakan suatu konflik yang melibatkan berbagai jenis peralatan tempur meliputi kapal- kapal perang dan pesawat udara dengan menggunakan berbagai peralatan dan jenis persenjataan serta didukung oleh kemajuan teknologi masing-masing untuk merebut keunggulan dan kemenangan. Salah satu bentuk operasi laut dalam perang adalah Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS) 1 . Keterlibatan Jepang pada perang dunia II bukanlah suatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Jepang dengan ambisinya ingin menjadikan Jepang sebagai negara yang paling hebat di asia. 2 2) Kekuatan Jepang dibidang militer tidak diragukan lagi. Angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara Jepang 1 Paket Instruksi, Pengantar Operasi Laut, BS 5000, Hal. 25. 2 Majalah angkasa tahun 2008 hal 13

Upload: hendrik

Post on 17-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

1. Topik.

Studi Kasus Pertempuran Laut Di Kepulauan Salomon Antara Angkatan Laut Amerika Serikat Dengan Angkatan Laut Jepang Pada Tahun 1942 Ditinjau Dari Aspek PGPLS.

2. Latar Belakang.

a. Umum.

1) Peperangan laut merupakan suatu konflik yang melibatkan berbagai jenis peralatan tempur meliputi kapal-kapal perang dan pesawat udara dengan menggunakan berbagai peralatan dan jenis persenjataan serta didukung oleh kemajuan teknologi masing-masing untuk merebut keunggulan dan kemenangan. Salah satu bentuk operasi laut dalam perang adalah Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS)[footnoteRef:1]. Keterlibatan Jepang pada perang dunia II bukanlah suatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Jepang dengan ambisinya ingin menjadikan Jepang sebagai negara yang paling hebat di asia.[footnoteRef:2] [1: Paket Instruksi, Pengantar Operasi Laut, BS 5000, Hal. 25.] [2: Majalah angkasa tahun 2008 hal 13]

2) Kekuatan Jepang dibidang militer tidak diragukan lagi. Angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara Jepang sangat kuat pada masa itu, bahkan terkuat ke-2 setelah Jerman. Jepang semakin agresif dan mulai mengusik negara-negara barat yang memiliki koloni di Timur juah seperti Amerika Serikat di Filipina, Inggris di Malaya, Hongkong dan Singapura, Belanda di Hindia Belanda (Indonesia) dan Perancis di Indocina. Penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1971 merupakan awal dimulainya keterlibatan Jepang dalam perang Pasifik.[footnoteRef:3] [3: Perang Pasifik, P.K Ojong tahun 2008 hal. 1]

3) Kepulauan Solomon merupakan gugusan pulau di Samudera Pasifik yang memiliki banyak pulau dan salah satunya adalah Pulau Guadalkanal yang diperebutkan oleh Jepang dan Amerika saat itu. Pulau ini menjadi ajang pertempuran yang sangat menentukan dalam sejarah perang Pasifik. Ternyata Jepang sebagai negara superior dalam persenjataan dan sulit dikalahkan ternyata di pulau Guadalkanal sangat sulit memperoleh kemenangan.

b. Kronologis Kejadian.

1) Pra Kejadian.

a) Pada 7 Agustus 1942, pasukan Sekutu (terutama Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon. Pendaratan Sekutu di Guadalkanal merupakan awal dari Kampanye Guadalkanal yang berlangsung selama enam bulan. Pendaratan Sekutu secara langsung didukung oleh tiga kapal induk dari gugus tugas: TF 11 (USS Saratoga), TF 16 (USS Enterprise), dan TF 18 (USS Wasp) berikut grup udara masing-masing serta kapal-kapal perang pendukung termasuk 1 kapal tempur, kapal-kapal penjelajah, dan kapal-kapal perusak. Komandan sepenuhnya untuk ketiga gugus tugas kapal induk adalah Laksamana Madya Frank Jack Fletcher yang mengibarkan bendera di atas kapal induk USS Saratoga. Ketiga gugus tugas kapal induk tetap berada di daerah Pasifik selatan dengan tugas menjaga garis komunikasi antara pangkalan-pangkalan utama Sekutu di Kaledonia Baru dan Espiritu Santo, mendukung pasukan darat Sekutu di Guadalkanal dan Tulagi terhadap setiap serangan balik Jepang, melindungi gerak kapal-kapal perbekalan yang menuju ke Guadalkanal, serta menyerang dan menghancurkan setiap kapal perang Jepang yang berada dalam jangkauan.

b) Antara 15 Agustus dan 20 Agustus 1942, kapal induk Amerika Serikat melindungi pengiriman pesawat tempur dan pesawat pengebom untuk Lapangan Udara di Guadalkanal yang baru dioperasikan yaitu lapangan Udara Henderson[footnoteRef:4] dan pesawat-pesawat yang berpangkalan di sana yang terbukti sangat efektif dalam menghadapi gerak pasukan Jepang di Kepulauan Solomon dan dalam strategi atrisi melawan angkatan udara Jepang di kawasan Samudra Pasifik Selatan. Kontrol Sekutu atas Lapangan Udara Henderson bahkan menjadi faktor kunci dalam keseluruhan pertempuran memperebutkan Guadalkanal. [4: www.athba.net. 10 pulau Bandar udara yang luar biasa. Diakses tanggal 16 Mei 2015 pukul 15.07 WIB]

c) Pada tanggal 16 Agustus 1942, Sebuah konvoi yang mengantar 1.411 prajurit Jepang dari resimen Ichiki serta beberapa ratus pasukan angkatan laut dari Pasukan Pendarat Khusus Angkatan Laut Yokosuka 5 diberangkatkan dengan tiga kapal angkut berkecepatan lambat dari pangkalan utama Jepang di Truk (Chuuk) dengan tujuan Guadalkanal. Kapal-kapal angkut dikawal oleh kapal penjelajah ringan Jintsu, delapan kapal perusak, dan empat kapal patroli, dipimpin oleh Laksamana Muda Raizo Tanaka (Jintsu juga sebagai kapal komando). untuk membantu melindungi konvoi, pada saat bersamaan juga diberangkatkan kesatuan perlindungan dekat yang terdiri dari empat kapal perusak dari Armada 8 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di bawah komando Laksamana Madya Gunichi Mikawa dari Rabaul. Keempat kapal perusak yang dikerahkan tersebut adalah kapal-kapal perusak yang sebelumnya telah mengalahkan armada angkatan laut Sekutu dalam Pertempuran Pulau Savo. Tanaka berencana mendaratkan pasukan di Guadalkanal pada 24 Agustus 1942.

d) Pada tanggal 21 Agustus 1942 armada kapal perang Jepang yang tergabung dalam Operasi Ka berangkat dari Truk menuju ke selatan Kepulauan Solomon. Armada kapal perang Jepang secara garis besar dibagi menjadi tiga gugus. Gugus utama terdiri dari kapal induk Jepang Shokaku dan Zuikaku, kapal induk ringan Ryujo, ditambah armada pelindung yang terdiri dari satu kapal penjelajah berat dan delapan kapal perusak di bawah komando Laksamana Madya Chuichi Nagumo dari atas Shkaku. Gugus Barisan Depan terdiri dari dua kapal tempur, tiga kapal penjelajah, satu kapal penjelajah ringan, dan tiga kapal perusak di bawah komado Laksamana Muda Hiroaki Abe. Gugus Pelopor terdiri dari lima kapal penjelajah berat, satu kapal penjelajah ringan, enam kapal perusak, dan sebuah kapal induk pesawat terbang laut (Chitose) di bawah komando Laksamana Madya Nobutake Kondo. Kapal-kapal perang Jepang dibantu oleh sekitar 100 pesawat pengebom Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berpangkalan di darat, pesawat tempur, dan pesawat pengintai dari Rabaul dan pulau-pulau yang berdekatan. Armada utama Nagumo diposisikan dibelakang Gugus Barisan Depan dan Gugus Pelopor agar tetap terlindung dari pesawat pengintai Amerika Serikat. Menurut rencana Operasi Ka, setelah kapal induk Amerika Serikat ditemukan oleh pesawat pengintai Jepang atau Amerika Serikat memulai serangan terhadap kapal-kapal Jepang, kapal induk Nagumo akan segera memberangkatkan kekuatan pemukul untuk menghancurkan mereka. Setelah kapal-kapal induk Amerika Serikat dihancurkan atau dilumpuhkan, gugus Barisan Depan Abe dan gugus Pelopor Kondo akan mengakhirinya dengan menghancurkan kapal-kapal perang Sekutu yang tersisa melalui sebuah pertempuran antar kapal perang. Armada angkatan laut Jepang lalu akan bebas menetralisir Lapangan Udara Henderson melalui bombardemen sambil melindungi pendaratan pasukan angkatan darat Jepang untuk mengambil alih Guadalkanal dan Tulagi.

2) Kejadian.

a) Pada tanggal 22 Agustus 1942 Armada angkatan laut Sekutu dan Jepang terus berlayar saling mendekat satu sama lainnya. Walaupun kedua belah pihak sama-sama mengutus pesawat pengintai, keduanya tidak berhasil menemukan satu sama lainnya. Namun setelang hilangnya paling tidak satu dari pesawat pengintai mereka (ditembak jatuh oleh pesawat terbang dari Enterprise sebelum dapat mengirimkan pesan radio), Jepang menduga dengan keras keberadaan kapal-kapal induk Amerika Serikat di kawasan itu. Meskipun demikian, Amerika Serikat tidak mengetahui disposisi dan kekuatan armada kapal perang Jepang yang sedang mendekat.

b) Pada tanggal 23 Agustus 1942 pukul 09.50 sebuah pesawat PBY Catalina Amerika Serikat yang berpangkalan di Ndeni, Kepulauan Santa Cruz melihat konvoi Tanaka. Menjelang sore, tanpa adanya penampakan lagi dari kapal Jepang, dua kesatuan pesawat terbang pemukul dari Saratoga dan Lapangan Udara Henderson lepas landas untuk menyerang konvoi Tanaka. Namun, Tanaka yang sudah menduga serangan akan tiba setelah kapal-kapalnya terlihat oleh pesawat pengintai, segera berbalik arah setelah pesawat-pesawat Catalina meninggalkan wilayah itu, sehingga serangan pesawat Sekutu gagal. Setelah Tanaka melapor ke para atasannya bahwa dirinya telah kehilangan waktu karena memerintahkan kapal-kapal berbelok ke utara untuk menghindari serangan udara Sekutu, pendaratan pasukan Jepang di Guadalkanal diundur hingga tanggal 25 Agustus.

c) Pada tanggal 23 Agustus 1942 pukul 18.23 setelah tidak ada lagi kapal-kapal induk Jepang yang tampak, dan tidak ada laporan intelijen yang baru mengenai keberadaan Jepang di daerah itu, Fletcher melepaskan kapal induk USS Wasp (bahan bakar yang dimiliki tinggal sedikit) dikawal oleh kapal-kapal lainnya yang tergabung dalam TF18 menuju Efate yang jauhnya dua hari pelayaran untuk mengisi bahan bakar minyak. Oleh karena itu, Wasp dan kapal-kapal pengawalnya tidak dapat ikut serta dalam pertempuran yang segera berlangsung.

d) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 01.45 terjadi pertempuran kapal induk. Nagumo memerintahkan Laksamana Muda Chuichi Hara di atas kapal induk ringan Ryujo, bersama kapal penjelajah berat Tone dan kapal perusak Amatsukaze dan Tokitsukaze untuk maju di depan armada utama Jepang, dan mengirimkan pesawat-pesawat penyerbu ke Lapangan Udara Henderson Field pada saat fajar. Misi Ryujo kemungkinan sebagai jawaban atas permintaan komandan Angkatan Laut Jepang di Rabaul, Nishizo Tsukahara. Misi tersebut dimaksudkan untuk membantu armada gabungan dalam menetralisir Lapangan Udara Henderson. Misi tersebut kemungkinan juga dimaksudkan Nagumo sebagai umpan untuk mengalihkan perhatian Amerika Serikat, sehingga armada kapal perang Jepang yang lain dapat mendekati armada angkatan laut Amerika Serikat tanpa terdeteksi, sekaligus sebagai bantuan perlindungan dan tabir bagi konvoi Tanaka. Sebagian besar dari pesawat-pesawat di Shokaku dan Zuikaku sudah bersiap-siap untuk lepas landas begitu ada peringatan kapal-kapal induk Amerika Serikat sudah ditemukan.

e) Pada tanggal 24 Agustus 1942 antara pukul 05.55 sampai dengan 06.30 kapal induk Amerika Serikat (khususnya Enterprise), ditambah pesawat Catalina dari Ndeni, memberangkatkan pesawat pengintainya sendiri untuk mencari kapal-kapal perang Jepang.

f) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 09.35, sebuah pesawat Catalina untuk pertama kalinya melihat armada kapal-kapal Ryujo. Masih pada pagi itu, kapal induk dan pesawat-pesawat pengintai Amerika Serikat yang lainnya juga beberapa kali melihat Ryujo dan armada kapal-kapal Kondo serta Mikawa. Sepanjang pagi dan siang hari, pesawat-pesawat Amerika Serikat juga melihat beberapa pesawat pengintai dan kapal selam Jepang. Penampakan tersebut menyebabkan Fletcher yakin pihak Jepang sudah tahu lokasi kapal-kapal induk Sekutu. Namun sebetulnya, Jepang belum tahu. Fletcher masih ragu untuk memerintahkan serangan ke gugus kapal-kapal perang Ryujo hingga dirinya yakin betul bahwa tidak ada lagi kapal-kapal induk Jepang yang ada di daerah itu.

g) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 13.40 Fletcher akhirnya memberangkatkan 38 pesawat terbang dari Saratoga untuk menyerang Ryujo. Meskipun belum jelas mengenai keberadaan atau lokasi kapal-kapal induk Jepang lainnya, Fletcher tetap menyisakan pesawat-pesawat terbang di kedua kapal induk Amerika Serikat dalam keadaan siaga, kalau-kalau ada armada kapal induk Jepang yang terlihat.

h) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 12.20 Ryujo memberangkatkan enam pesawat pengebom "Kate" dan 15 pesawat tempur A6M Zero untuk menyerang Lapangan Udara Henderson bersamaan dengan datangnya serangan bantuan dari Rabaul yang berkekuatan 24 pesawat pengebom "Betty" dan 14 pesawat tempur Zero. Namun tanpa diketahui oleh pesawat-pesawat dari Ryujo. Pesawat-pesawat dari Ryujo terdeteksi oleh radar di Saratoga ketika mereka terbang menuju Guadalkanal. Dari arah kedatangan mereka dapat dipastikan lokasi kapal-kapal induk Jepang.

i) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 14.23 Pesawat-pesawat dari Ryujo tiba di atas Lapangan Udara Henderson. Ketika melakukan pengeboman, pesawat-pesawat Jepang harus menghadapi pesawat-pesawat tempur dari Henderson (anggota Angkatan Udara Kaktus). Dalam pertempuran udara di atas Henderson, tiga pesawat pengebom Nakajima B5N Kate, 3 pesawat tempur Zero, dan 3 pesawat tempur Amerika Serikat ditembak jatuh, tapi Lapangan Udara Henderson tidak menderita kerusakan yang berarti.

j) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 14.25 pesawat pengintai Jepang dari kapal penjelajah Chikuma melihat kapal-kapal induk Amerika Serikat. Sebelum pesawat pengintai tersebut ditembak jatuh, awak pesawat sempat pengirimkan pesan radio, dan Nagumo segera memerintahkan pesawat-pesawat dari kesatuan pemukul untuk lepas landas dari Shkaku dan Zuikaku.

k) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 14.50 Gelombang pertama serangan Jepang berkekuatan 27 pesawat pengebom tukik Aichi D3A "Val" dan 15 pesawat tempur Zero diberangkatkan menuju kapal induk Amerika Serikat Enterprise dan Saratoga. Kira-kira pada waktu yang bersamaan, dua pesawat pengintai Amerika Serikat akhirnya menemukan armada utama Jepang. Meskipun demikian, masalah komunikasi menyebabkan laporan penglihatan tersebut tidak pernah sampai ke Fletcher. Dua pesawat pengintai Amerika Serikat menyerang Shokaku sebelum terbang menjauh, dan hanya menyebabkan kerusakan sepele.

l) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.00 Gelombang kedua yang berkekuatan 27 pesawat pengebom tukik Aichi D3A "Val" dan 9 Zero diluncurkan dari kapal induk Jepang dan terbang ke arah selatan menuju armada Amerika Serikat. Gugus Barisan Depan Abe juga bergerak maju ke depan untuk mengantisipasi pertemuan dengan kapal-kapal Amerika Serikat setelah malam tiba. Kira-kira pada saat itu juga, pesawat-pesawat kekuatan pemukul dari Saratoga tiba di atas Ryujo dan memulai serangan. Ryujo terkena 3 atau 5 bom, atau mungkin satu torpedo, dan menewaskan 120 awak kapal. Setelah rusak berat, Ryujo ditinggalkan oleh para awak kapal ketika malam tiba, dan tidak lama kemudian tenggelam. Amatsukaze dan Tokitsukaze datang menolong awak kapal Ryujo yang selamat berikut para penerbang yang terpaksa mendaratkan pesawatnya di laut ketika kembali ke Ryujo dari misi menyerang kapal Sekutu. Pada waktu itu pula, beberapa pesawat pengebom B-17 tiba untuk menyerang Ryujo yang sudah dalam keadaan lumpuh, namun tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Setelah operasi pertolongan selesai, kedua kapal perusak Jepang dan Tone kembali bergabung dengan gugus utama Nagumo.

m) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.02 ketika masih menunggu laporan pasti tentang lokasi kapal-kapal induk Jepang, radar di kapal-kapal induk Amerika Serikat mendeteksi gelombang pertama pesawat Jepang. Dari dua kapal induk Amerika Serikat diberangkatkan 53 pesawat tempur F4F Wildcat dengan dipandu oleh radar ke arah datangnya pesawat Jepang. Meskipun demikian, hanya segelintir dari pesawat tempur Wildcat yang dapat menemukan pesawat pengebom Jepang sebelum mereka memulai serangan terhadap kapal-kapal induk Amerika Serikat. Penyebabnya adalah masalah komunikasi dan keterbatasan kemampuan sistem pengenalan kawan dan lawan pada radar, prosedur kontrol yang primitif, dan pentabiran yang efektif terhadap pesawat pengebom Jepang yang dilakukan pesawat-pesawat Zero yang bertugas sebagai pengawal. Persis sebelum pengebom tukik Jepang memulai serangannya, geladak kapal induk Enterprise dan Saratoga telah dibersihkan dari pesawat-pesawat untuk mengantisipasi kedatangan serangan Jepang. Pesawat-pesawat tersebut sudah berada dalam keadaan siap luncur di geladak, kalau-kalau terlihat armada kapal induk Jepang. Pesawat-pesawat tersebut diperintahkan untuk terbang ke utara dan menyerang apa saja yang mereka dapat temui, atau terbang berputar di sekeliling zona pertempuran, hingga keadaan aman bagi mereka untuk kembali.

n) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.29 pesawat-pesawat pengebom tukik Jepang memulai serangan mereka. Walaupun beberapa di antaranya berusaha menyusun serangan terhadap Saratoga, mereka dengan cepat mengalihkan serangan ke kapal induk Enterprise yang berada di dekatnya. Enterprise dijadikan sasaran hampir semua pesawat Jepang. Dalam usaha nekat untuk mengacaukan serangan mereka, beberapa pesawat Wildcat terbang mengejar pesawat-pesawat pengebom Jepang yang sedang melakukan serangan menukik, walaupun sedang ditembaki artileri antipesawat dari Enterprise dan kapal-kapal perang pelindungnya. Selain beberapa pesawat pengebom "Val" Jepang, sejumlah empat pesawat tempur Wildcat tertembak jatuh oleh tembakan antipesawat. Berkat tembakan antipesawat yang efektif dari kapal-kapal perang Amerika Serikat, dibantu manuver mengelak, bom-bom dari 9 pesawat Val yang pertama gagal mengenai Enterprise.

o) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.44 sebuah bom penembus perisai-aksi lambat menembus dek pesawat di dekat lift belakang dan melewati tiga lapis geladak sebelum meledak di bawah lambung timbul menewaskan 35 awak dan melukai 70 lainnya. Air laut yang masuk menyebabkan Enterprise agak miring ke salah satu sisi, namun ledakan tersebut tidak membahayakan integritas lambung kapal. Hanya dalam 30 detik kemudian, bom dari pesawat Val berikutnya jatuh persis 4,5 m (15 feet) jauhnya dari tempat jatuhnya bom pertama. Ledakan bom tersebut menyambar ke peti bubuk mesiu untuk meriam 5 inci yang berada di dekatnya, menewaskan 35 personel meriam yang berada di dekatnya dan menyebabkan kebakaran besar.

p) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.46 bom ketiga dan terakhir jatuh mengenai Enterprise di geladak pesawat depan, tidak jauh dari tempat jatuhnya dua bom pertama. Bom tersebut jatuh langsung meledak, menyebabkan lubang sebesar 3 meter di geladak, tetapi tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Empat pesawat Val lainnya memisahkan diri dari kawanan yang menyerang Enterprise untuk menyerang kapal tempur Amerika Serikat North Carolina, namun semua bom yang dijatuhkan mereka luput, dan keempat pesawat Val itu ditembak jatuh oleh tembakan anti pesawat atau pesawat tempur Amerika Serikat.

q) Pada tanggal 24 Agustus 1942 pukul 16.48 serangan udara Jepang berakhir dan pesawat Jepang yang selamat berkumpul dalam gugus-gugus kecil dan kembali ke kapal masing-masing. Kedua belah pihak mengira telah mengakibatkan kerusakan yang sangat besar di pihak lawan, namun perkiraan mereka sebetulnya jauh dari kenyataan. Pihak Amerika Serikat mengklaim telah menembak jatuh 70 pesawat terbang Jepang, meskipun sebetulnya hanya ada 42 pesawat Jepang yang diterbangkan dalam pertempuran. Kerugian pihak Jepang yang sebenarnya dalam pertempuran adalah 25 buah pesawat yang jatuh akibat berbagai sebab. Sebagian besar awak dari pesawat yang jatuh tidak dapat ditemukan kembali atau diselamatkan. Sebaliknya, pihak Jepang dengan salah mengira mereka telah menyebabkan kerusakan besar terhadap dua kapal induk Amerika Serikat, padahal hanya satu kapal induk yang rusak berat. Pihak Amerika Serikat kehilangan enam pesawat terbang dalam pertempuran. Sebagian besar dari awak pesawat dari pesawat yang jatuh dapat diselamatkan.

r) Pada tanggal 25 Agustus 1942 pukul 08.00 Konvoi bala bantuan di bawah pimpinan Tanaka memperkirakan dua kapal induk Amerika Serikat telah berhasil dilumpuhkan dalam pertempuran setelah mengalami rusak berat. Konvoi bala bantuan Jepang kembali dilayarkan menuju Guadalkanal, dan telah berada dalam jarak 150 mil (240km) dari tujuan mereka. konvoi Tanaka dikawal oleh 5 kapal perusak yang telah selesai bertugas membombardir Lapangan Udara Henderson.

s) Pada tanggal 25 Agustus 1942 pukul 08.05 sejumlah 18 pesawat dari Lapangan Udara Henderson menyerang konvoi Tanaka, mengakibatkan kerusakan berat pada Jintsu, menewaskan 24 awak kapal, dan membuat Tanaka kehilangan kesadaran. Kapal angkut pasukan Kinryu Maru juga terkena dan akhirnya tenggelam. Ketika menghampiri Kinryu Maru untuk menolong para awak kapal dan prajurit, kapal perusak Jepang Mutsuki juga diserang oleh empat pesawat B-17 dari Espiritu Santo yang berhasil menjatuhkan lima bom secara tepat di Mutsuki dan sekitarnya hingga tenggelam dengan segera. Tanaka sudah kembali sadar dan tidak terluka, walaupun terguncang. Setelah dipindahkan ke kapal perusak Kagero, Tanaka memerintahkan Jintsu untuk kembali ke Truk, dan memimpin konvoi ke pangkalan Jepang di Kepulauan Shortland.

3) Pasca Kejadian.

Pihak Jepang dan Amerika Serikat keduanya memilih untuk menarik mundur secara total kapal-kapal perang mereka dari daerah pertempuran, dan pertempuran berakhir. Sebelum akhirnya dipulangkan ke Truk pada 5 September 1942, kapal-kapal perang Jepang tetap berkeliaran di dekat utara Kepulauan Solomon, namun jauh dari jangkauan terbang pesawat-pesawat Amerika Serikat yang berpangkalan di Lapangan Udara Henderson

3. Analisis Kejadian.

Pertempuran ini umumnya secara garis besar dianggap sebagai kemenangan strategis dan taktis bagi Amerika Serikat. Jepang menderita kekalahan dengan kerugian lebih banyak kapal, pesawat terbang berikut para penerbangnya, dan pengiriman pasukan bala bantuan Jepang untuk Guadalkanal tertunda.[footnoteRef:5] Tapi pertempuran ini hanya sedikit menyumbang bagi hasil jangka panjang. [5: www.internasional.kompas.com. Awal.Kekalahan.Jepang.di.Perang.Pasifik, diakses tanggal 16 Mei 2015 pukul 17.55 WIB ]

a. Tujuan Operasi

1) Amerika Serikat.

Pasukan Sekutu (terutama Amerika Serikat) mendaratkan dan menguasai Kepulauan Solomon dengan maksud untuk mencegah Jepang menggunakan Guadalkanal sebagai pangkalan militer Jepang yang dikhawatirkan akan mengancam rute perbekalan antara Amerika Serikat dengan Australia serta mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal untuk kampanye yang bertujuan akhir mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul serta secara tidak langsung mendukungkampanye Nuginiyang dilancarkan Sekutu.

2) Jepang

a) Tujuan awal pemimpin perang Jepang dalam Perang Pasifik adalah menetralisasi armada Amerika Serikat, merebut wilayah jajahan negara Barat yang kaya sumber daya alam, dan memperoleh pangkalan militer strategis untuk mempertahankan Kekaisaran Jepang Raya di Asia dan Pasifik.

b) Dengan merebut dan menguasai Kepulauan Solomon dapat menutup hubungan laut antara Amerika Serikat dengan Australia.

b. Azas-azas Dalam Operasi PGPLS.

1) Azas Teguh Pada Tujuan.

a) Amerika Serikat

Amerika Serikat (sekutu) melaksanakan operasi Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS), diarahkan untuk tujuan bertahan dari ancaman serangan jepang.

b) Jepang

Jepang tetap berambisi dan bersikeras untuk merebut dan menguasai Kepulauan solomon meskipun berkali-kali gagal dan banyak kehilangan personel dan meterial tempur yang banyak dan akhirnya mengalami kekalahan.

1) Azas Defensif. a) Amerika Serikat (Sekutu) melaksanakan operasi defensif dalam mempertahankan Kepulauan Solomon menempatkan ketiga gugus tugas kapal induk tetap berada di daerah Pasifik selatan dengan tugas menjaga garis komunikasi antara pangkalan-pangkalan utama Sekutu di Celedonia Baru dan Espiritu Santo, mendukung pasukan darat Sekutu di Guadalkanal dan Tulagi terhadap setiap serangan balik Jepang, melindungi gerak kapal-kapal perbekalan yang menuju ke Guadalkanal, serta menyerang dan menghancurkan setiap kapal perang Jepang yang berada dalam jangkauan. Selain itu Amerika Serikat juga mendaratkan 11.000 marinir di Guadalkanal.

b) Di setiap kapal induk Amerika Serikat terdapat armada pesawat tempur yang digunakan untuk memberikan bantuan tembakan udara untuk pasukan invasi Sekutu dan mempertahankan kapal induk dari serangan udara Jepang.

3) Azas Kesatuan Komando.

Kesatuan komando kapal Sekutu dibawah pimpinan Laksmana madya Frank Jack Fletcher yang berada di kapal induk USS Saratoga.

4) Azas Kesederhanaan.

Amerika Serikat (Sekutu) menyiapkan rencana operasi Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS) dengan sistem menempatkan tiga kapal induk yang dilengkapi radar, pesawat tempur dan juga persenjataan.

4. Hal-hal yang Posotif dan Negatif.

a. Hal positif.

1) Amerika Serikat.

a) Pada saat itu amerika serikat sudah memiliki radar yang dapat mendeteksi kedatangan kapal-kapal perang jepang dan dapat langsung menyerang kekuatan tempur Jepang tersebut. b) Amerika memiliki persenjataan yang lebih unggul dibandingkan dengan Jepang.

c) Mampu memecahkan kode rahasia Jepang.

d) Amerika serikat menggunakan strategi Leapfrogging yaitu melewati dan melompati satu pulau. Strategi ini diakui oleh Jenderal Jepang penyebab kekalahan Jepang di Perang Pasifik dikarenakan Jepang tidak sempat menyiapkan pilot-pilot barunya.

2) Jepang

a) Mampu bertempur pada saat cuaca buruk karena memang sudah dilatih bertahun-tahun untuk menghadapai pertempuran pada saat cuaca buruk.

b) Menggunkan strategi serangan mendadak dan tiba-tiba.

b. Hal Negatif.

1) Amerika Serikat.

a) Amerika tidak mampu bertempur di cuaca buruk atau malam hari dengan tiba-tiba sehingga hal ini dimanfaatkan oleh Jepang.

b) Moril pasukan Amerika Serikat yang berada di kepulauan Solomon menurun akibat wabah malaria dan terlalu lama berada di kepulauan Solomon.

2) Jepang.

a) Saat itu Jepang tidak memiliki Radar seperti Amerika Serikat sehingga harus mencari terlebih dahulu dimana posisi kekuatan kapal Amerika Serikat dengan mengirimkan pesawat pengintai.

b) Jepang memandang randah kekuatan amerika di Guadalkanal.

c) Taktik jepang terlalu ruwet, tidak sederhana.

d) Strategi Jepang tidak fleksibel, empat kali berusaha merebut Guadalkanal dengan strategi yang serupa tanpa variasi.

e) Kalah dalam hal persenjataan.

f) Kode rahasia jepang saat itu diketahui Amerika Serikat sehingga segala taktik dan strategi ketahuan oleh Amerika.

g) Jepang kekurangan pilot-pilot tempur yang handal dan berpengalaman karena banyak yang tewas pada saat pertempuran.

5.Manfaat yang Dapat Diambil Bagi TNI AL.

Beberapa hal yang dapat dimanfaatkan bagi TNI AL dari kronogis operasi Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS) di Kepulauan Solomon yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat (Sekutu), ditinjau dari aspek edukatif, instruktif dan inspiratif dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI sebagai berikut:

a. Asfek edukatif.

1) Amerika Serikat (sekutu) menguasai Kepulauan Solomon dimaksudkan untuk mencegah Jepang menggunakan Guadalkanal sebagai pangkalan militer yang dikhawatirkan akan mengancam rute perbekalan antara Amerika Serikat dan Australia. Hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita untuk tetap menjaga dan mengamankan serta mengoptimalkan Operasi Perlindungan Garis Perhubungan Laut Sendiri yang diselenggaran oleh TNI AL guna menghindari ancaman penggunaan wilayah oleh negara-negara yang memiliki kepentingan di negara Indonesia. 2)Pada saat itu jepang tidak memiliki radar dan menggunakan pesawat pengintai untuk mencari posisi kekuatan Amerika Seriakt. Pembelajaran bagi kita bahwa penggunaan pesawat intai maritime bagi TNI AL dalam suatu gugus tugas di Laut, bukan merupakan hal yang utama dalam mengetahui komposisi dan susunan bertempur musuh di Laut, melainkan adanya pemberdayaan optimal seluruh komponen intelijen maritime yang ada serta mengoptimalkan Operasi rutin yang dilaksanakan oleh TNI AL dengan menyelaraskan operasi rutin Patroli maritim sehingga pergerakan unsur-unsur KRI lebih efisien dalam pelaksanaannya.

b. Asfek inspiratif.

1)Kapal-kapal dari kedua pihak yang berperang tidak pernah berada dalam jarak visual langsung satu sama lainnya. Melainkan, semua serangan dari kedua belah pihak dilakukan oleh pesawat terbang yang berpangkalan di kapal induk atau di darat. Menjadi inspirasi bahwa meski saat ini TNI AL belum memiliki kapal induk, namun pesawat pesawat yang termasuk dalam Satgasud dapat diterbangkan ke wilayah konflik melalui pangkalan pangkalan udara terdekat.2) Amerika Serikat (Sekutu) saat itu sudah memiliki radar yanng sangat efisien dalam menentikan dimana posisi lawan dan sebagai deteksi dini adanya serangan. Menjadi inspirasi bagi TNI AL untuk mempersiapkan seluruh system penginderaan pada alut sista yang dilibatkan dalam suatu operasi gabungan serta langkah langkah dalam mengatasi kendala yang kemungkinan ada.

c. Asfek Instruktif.1)Dengan melihat keterpaduan antara kapal kapal perang maupun pesawat pesawat tempur dalam pertempuran antara Amerika Serikat dan Jepang di Kepulauan Solomon, maka TNI terutama TNI AL dengan TNI AU lebih meningkatkan interoperability antar matra dimaksudkan tidak saja pada saat latihan gabungan saja melainkan saat operasi rutin.

2)Reaksi cepat yang dilakukan oleh gugus tugas kapal induk Amerika Serikat dibawah pimpinan Laksamana Madya Frank Jack Fletcher, berlayar kembali menuju Guadalkanal dari posisi mereka di 400mil (640km) dimaksudkan untuk memberi dukungan kepada Marinir, melindungi Lapangan Udara Henderson. Maka sebagai prajurit TNI AL dituntut harus siap tanggap dan bereaksi cepat dalam OMP.

5. Penutup.

a. Kesimpulan.1) Operasi militer perang yang diselenggarakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di Guadalkanal kepulauan Solomon adalah untuk membantu gerakan pasukan marinir dalam pendaratannya di Guadalkanal, serta mencegah tentara Jepang untuk menduduki pulau dan perairan disekitarnya, sehingga dimaksudkan untuk mencegah Jepang menggunakan Guadalkanal sebagai pangkalan militer yang mengancam rute perbekalan antara Amerika Serikat dan Australia, serta mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik awal untuk kampanye yang bertujuan akhir mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul, serta secara tidak langsung mendukung kampanye Nugini yang dilancarkan Sekutu.

2)Tujuan awal pemimpin perang Jepang dalam Perang Pasifik adalah menetralisasi armada Amerika Serikat, merebut wilayah jajahan negara Barat yang kaya sumber daya alam, dan memperoleh pangkalan militer strategis untuk mempertahankan Kekaisaran Jepang Raya di Asia dan Pasifik. Dengan merebut dan menguasai Kepulauan Solomon dapat menutup hubungan laut antara Amerika Serikat dengan Australia.

b.Saran

a) Operasi Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS) besifat defensif, dikaitkan dengan konstelasi negara kepulauan, Indonesia perlu memberdayagunakan logistik wilayah untuk mendukung operasi komponen utama.

b) Dalam pelaksanaan operasi Pertahanan Garis Perhubungan Laut Sendiri (PGPLS), perlu adanya upaya untuk memberdayagunakan segenap komponen maritim dalam rangka menegakkan kedaulatan dan keutuhan NKRI.

c) Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman yang dapat memblokade pangkalan TNI AL, perlu dilaksanakan fungsi pengelaran pangkalan sehingga kapal-kapal perang TNI AL tidak terpusat dan mudah dalam manuver.

d) Mohon dapatnya ditingkatkan kemampuan alut sista TNI / TNI AL dan kemampuan kesiapsiagaan prajurit dalam bentuk latihan terpadu atau gabungan serta konektivitas antara matra dalam suatu operasi militer dan operasi rutin.

6.Alur Pikir (terlampir).

7.Daftar Pustaka (terlampir).Jakarta, 18 Mei 2015Perwira Siswa

Hendrik KurniawanMayor Laut (P) Nrp. 14333/P

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

DAFTAR REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Buku.

Paket Instruksi, Pengantar Operasi Laut, BS 5000

Majalah angkasa tahun 2008 hal 13

Perang Pasifik, P.K Ojong tahun 2008

B. Sumber Internet.

www.internasional.kompas.com. Awal.Kekalahan.Jepang.di.Perang.Pasifik.

20

www.athba.net. 10 pulau Bandar udara yang luar biasa.