petualangan zen dan pesan moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)...

17
Zen Zen dan Pesan Moral Meilan Dahliana Zen Petualangan Zen Petualangan

Upload: trinhkhuong

Post on 25-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

ZenZendan Pesan Moral

Meilan Dahliana

ZenPetualangan

ZenZen Zen

Pe

tua

lan

ga

n

Page 2: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Petualangan Zen dan Pesan Moral

Page 3: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta

(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko-nomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk peng-gunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta seba-gaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).

(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

PETUALANGAN ZEN

DAN PESAN MORAL

Meilan Dahliana

PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Page 5: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Petualangan Zen dan Pesan MoralMeilan Dahliana

© 2018 Meilan DahlianaHak Cipta dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia – Jakarta

Anggota IKAPI, Jakarta

718090474ISBN: 978-602-04-5699-7

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi diluar tanggung jawab Percetakan

Page 6: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Ucapan Terima Kasih .................................................................. v

1. Hadiah untuk Zen

(Pesan moral: Kesabaran itu selalu berbuah manis) ......... 1

2. Hutan Terlarang

(Pesan moral: Jujur adalah salah satu perbuatan terpuji) ... 9

3. Negeri Seribu Bunga

(Pesan moral: Mengajarkan untuk tidak bersikap

sombong .................................................................................. 19

4. Cermin Ajaib

(Pesan moral: Kasih Sayang) ................................................ 29

5. Sepatu ke-2

(Pesan moral: Tentang Persahabatan) ................................ 39

6. Pangeran Azis

(Pesan moral: Mengajarkan Kesederhanaan) .................... 51

7. Buah Apel Kejujuran

(Pesan moral: Tentang Keberanian) .................................... 63

8. Gucci Kristal

(Pesan moral: Tentang Kepercayaan) ................................. 75

9. Kuda Poni

(Pesan moral: Sikap Saling Menghormati) ......................... 87

10. Rumah Sederhana

(Pesan moral: Kebersamaan) ................................................ 101

Proil Penulis ................................................................................. 115

DAFTAR ISI

Page 7: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

1. HadiaH untuk Zen

Zen adalah seorang anak yatim piatu. Ia tidak terlalu tampan, rambutnya sedikit ikal dan belum terlalu tinggi, meski usia-

nya tinggal satu hari lagi genap sebelas tahun. Ia selalu ikut ber-gabung dengan teman-temannya untuk bermain, walau hanya sebagai penonton saja.

Zen tinggal di rumah yatim piatu bersama sepuluh anak-anak lainnya, di pinggir kota di tepi hutan. Mereka di dampingi oleh sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Menurut Ibu, Zen menjadi yatim piatu karena sebuah kecelakaan yang terjadi di tepi hutan. Mobil yang di tumpangi Zen menabrak pohon, kedua orang tuanya meninggal di tempat kejadian. Sedang ia kemudian dirawat Ayah dan Ibu yang menemukannya.

Zen dan teman-teman cukup memanggil Ayah dan Ibu. Hal itu sudah dibiasakan sejak hari pertama anak-anak tinggal di panti, termasuk Zen walaupun ia tidak ingat kapan hari pertama tinggal di panti. Menurut Ayah, saat ditemukan ia tengah tertidur dalam pelukan Ibunya yang sudah meninggal di dalam mobil. Usianya sekitar satu tahunan, karena belum bisa bicara dengan jelas. Sejak hari itu pula telah disepakati sebagai hari ulang tahunnya.

Diam-diam Zen selalu melingkari tanggal ulang tahunnya di kalender yang selalu ia simpan di kolong tempat tidurnya. Senga-ja di letakkan di sana bersama beberapa mainan yang di satukan

Page 8: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

� Petualangan Zen dan Pesan Moral

dalam satu kotak kayu. Sebagai pengingat kalau hari itu Allah telah mengirimkan orang yang baik hati untuk merawatnya de-ngan penuh cinta.

Sebenarnya Zen tidak ingin terus merepotkan Ayah dan Ibu. Terkadang ia merasa minder, karena ia anak yang paling lama tinggal di panti. Setiap ada yang datang untuk mengadopsi, belum seorangpun yang tertarik dengannya. Cukup sekali lirik, setelah itu tidak pernah lagi diperhatikan.

Dan malam ini Zen belum bisa tidur. Besok usianya sebelas tahun, apakah Ayah dan Ibu mengingatnya? Hati Zen terus ber-tanya. Ia terbaring di atas tempat tidur sambil memperhatikan jarum jam dinding. Suara dengkur Bobi teman satu kamarnya bersahutan dengan suara jarum jam.

Entah jam berapa Zen tidur. Guncangan ditubuhnya menga-getkan, ia terbangun dengan panik. Namun kemudian berubah kesal karena ternyata Bobi yang membangunkan.

“Bobi ?” mata Zen melotot kaget dan kesal.Bobi malah tertawa.“Maaf, tidak biasanya kamu tidur seperti itu. Sekali panggil

langsung terbangun. Barusan aku panggil-panggil tidak bangun juga, jadi terpaksa aku mengguncang tubuhmu seperti tadi. Maaf, ya.” Bobi ulurkan tangan sebagai permintaan maaf.

Zen menghela nafas. Bibirnya kemudian tersenyum, menyam-but tangan Bobi.

“Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf melototin kamu,” Zen tertawa,”habis terkejut sih, aku pikir ada gempa.” Keduanya lalu tertawa bersama.

“Zen,” suara Ayah dari pintu menghentikan tawa mereka,”lho kenapa berhenti?” mata Ayah menatap Zen dan Bobi bergantian.

Page 9: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Hadiah untuk Zen �

“Ayah, maaf hari ini Zen kesiangan.” Zen menghampiri ke-mudian meraih tangan ayah dan menggenggamnya.

“Tidak apa-apa. Tapi apakah kamu tidak solat subuh?” tanya Ayah penuh selidik.

“Solat ayah, karena ngantuk habis solat aku tertidur lagi.”“Baiklah,” Ayah tersenyum lalu mengusap rambut Zen dan

Bobi bergantian,”Bobi segera bantu ibu, dan Zen ayah tunggu di belakang rumah. Kita harus segera membersihkan rumput sebelum rumah kita tertutup, nanti dikira rumah hantu .” Lanjut Ayah tertawa kecil sambil membagi tugas, sebelum meninggal-kan mereka berdua.

Zen dan Bobi mengangguk serempak. Kemudian mereka bersiap. Zen segera ke kamar mandi sedangkan Bobi bergegas ke dapur untuk membantu Ibu.

Setelah rapi Zen segera menuju halaman belakang seperti kata ayah. Tapi dimana Ayah? Zen berkeliling mencari, namun Ayah tidak ditemukan. Ah biarlah, tugasnya membersihkan halaman yang rumputnya sudah hampir setengah betis. Dengan meng-gunakan sabit kecil, Zen memulai pekerjaannya tidak lupa juga mengucapkan basmalah.

Sambil bernyanyi kecil Zen terus menyabit dan mencabuti rumput, sesekali tangannya mengusap keringat di dahinya. Mata-hari yang mulai tinggi membuatnya semakin berkeringat. Tiba-tiba seseorang berdehem di belakang mengejutkan, Zen berbalik dan matanya terbelalak melihat hampir semua penghuni panti berdiri di sana sambil tersenyum menatapnya. Ayah dan Ibu ber-diri ditengah-tengah, diapit semua teman Zen.

“Ayah, Ibu,” Zen mendekat,”kalian?” Zen menatap satu persa-tu temannya. Yang nampak ceria.

Page 10: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

� Petualangan Zen dan Pesan Moral

“Selamat ulang tahun, Zen.” Ayah dan Ibu memeluk Zen bersamaan. Di susul semua semannya. Mereka berpelukan erat bergulung menjadi satu. Membuat Zen terisak.

“Kenapa menangis?” Ibu melepaskan pelukannya begitu juga yang lainnya. Semua menatap Zen. “Jangan berpikir kami lupa kalau hari ini usiamu genap sebelas tahun.”

Zen kembali memeluk Ibu. Sementara ayah mengusap kepala-nya.

“Yuk masuk, ibu dan teman-temanmu sudah menyiapkan makanan enak buat kita semua.” Kemudian semua masuk.

Selain makanan ternyata ada hadiah spesial yang sudah disi-apkan Ayah. Sebuah sepeda, walau bukan sepeda baru tapi masih bagus dengan warna catnya yang sedikit berbeda dari sepeda kebanyakan. Ayah menyebutnya unik. Sepeda itu di dapat saat belanja keperluan dapur minggu kemarin, sengaja Ayah simpan ditempat tersembunyi agar tidak temukan Zen dan teman-te-man.

“Kamu senang?” tanya Ayah.“Sangat senang, Yah, terima kasih.” Tangan Zen mengusap

sepeda dari mulai stang hingga pedal. Bibirnya tersenyum. Se-telah meminta izin, Zen membawa sepedanya keluar rumah. Ia ingin mencobanya, tidak jauh hanya sampai batas kota saja tidak sampai melewati hutan.

Zen mengayuh sepedanya dengan semangat. Ia lupa kalau ja-lanan di depannya menurun dan cukup curam, Zen sangat terke-jut saat tahu rem sepedanya tidak berfungsi. Ia mulai panik, men-coba mengerem dengan menurunkan kakinya, namun usahanya belum berhasil sepedanya masih melaju kencang karena jalan yang menurun. Ya Allah, Zen mulai kehilangan harapan dalam

Page 11: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Hadiah untuk Zen �

hatinya ia terus berdoa meminta keselamatan karena sudah tidak kuat Zen berteriak.

“Berhenti!” teriaknya kencang. Seketika sepedanya berhen-ti. Zen melompat turun dengan kaget. Tangannya melepaskan sepeda begitu saja. Aneh, sepeda itu tidak terjatuh, masih tegak berdiri meski tidak dipegang oleh Zen. Mata Zen melotot tidak percaya, ia jatuh terduduk menatap sepedanya yang kini catnya berubah menjadi warna hitam.

Dada Zen turun naik karena nafas yang tersengal-sengal, lu-tutnya terasa sangat lemas hingga ia hanya duduk selonjoran di atas rumput dipinggir jalan aspal. Matanya terus memperhatikan sepeda yang berdiri tegak tidak jauh dari tempatnya duduk.

Zen bergeser agak menjauh, ia mulai khawatir jangan-jangan sepedanya berhantu. Seharusnya kan kalau sepeda di lepas tanpa standar akan terjatuh, lalu kenapa sepedanya tidak? Ada rasa ta-kut dalam hatinya namun coba ia sembunyikan.

“Aku tidak takut!” suara Zen cukup kencang terdengar. Ia berdiri sambil membersihkan sisa tanah yang menempel di cela-na dan kemejanya.

Tiba-tiba sepedanya rubuh, menggeletak begitu saja padahal Zen belum menyentuhnya lagi. Kaki Zen spontan melompat mundur karena terkejut. Matanya juga kembali melotot. Jadi, sepedanya benar-benar berpenghuni? Apakah ada makhluk ha-lusnya? Zen bersiap lari namun kakinya terasa berat untuk di-langkahkan. Hingga ia hanya terlihat seperti orang yang sedang meloncat-loncat ditempat.

Zen berhenti, membungkukan badannya dengan kedua ta-ngan memegang lutut. Ia kembali mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Kali ini matanya kembali tertuju ke arah sepeda yang

Page 12: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

� Petualangan Zen dan Pesan Moral

tergeletak di tanah. Tak ada lagi ke anehan apapun, nampak se-perti sepeda normal lainnya.

Sekarang rasa takutnya mulai berganti rasa penasaran. Kaki Zen melangkah mendekati sepeda, perlahan tangannya terulur meraih sepeda. Ayah harus menjelaskan tentang sepeda ini secara mendetil. Sepeti kata istilah tak kenal maka tak sayang. Walau itu hanya sebuah sepeda tapi Zen merasa harus mengenalnya karena bagaimanapun ia akan terus bersama sepedanya kemanapun.

Rasa takut telah benar-benar hilang dari hati Zen. Tanpa ragu ia kembali menaiki sepedanya. Mengayuhnya sedikit kencang, karena ingin segera sampai ke rumah. Ia akan meminta Ayah menceritakan asal usul sepedanya. Tidak sampai sepuluh menit Zen sudah sampai di rumah. Tempat yang pertama di tuju adalah halaman belakang. Benar saja Ayah ada di sana tengah bersiap menanam benih sayuran.

“Yah,” Zen berdiri di belakang Ayah,”bolehkan mengganggu sebentar?” tanya Zen.

Ayah menoleh dan tersenyum. Tangannya menaruh kembali benih sayuran ke dalam wadah. Kepalanya mengangguk,”baiklah. Ada apa, wajahmu serius begitu?”

“Ayah dapat sepeda buat Zen dari mana?” Zen menatap Ayah yang juga menatapnya.

“Kenapa? Sepedanya memang sudah terlalu tua jadi kalau ba-nyak yang harus diperbaiki itu tidak aneh.”

Zen gelengkan kepala. Ia tidak tahu harus bicara bagaimana pada Ayah. Jujur?

“Ayah membelinya dari seorang kakek saat belanja ke pasar, beberapa hari yang lalu. Dia siapa, sayang ayah tidak bertanya.” Ayah menatap seperti tengah menyelidiki.

Page 13: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

Hadiah untuk Zen �

“Oh, begitu, Yah. Baiklah,” Zen tersenyum walau hatinya ti-dak puas dengan jawaban Ayah, “Zen tinggal dulu, mau masukin sepeda ke gudang.” Zen meninggalkan Ayah menuju halaman depan, ia sudah memutuskan untuk memasukkan saja sepedanya ke gudang.

Di halaman samping Zen duduk di atas tanah memeluk lutut, matanya tertuju ke sepeda yang diparkir di dekatnya.

“Sepertinya hanya sehari ini saja aku memilikimu. Aku tidak mau celaka gara-gara menaikimu, usiaku sebelas tahun banyak hal yang ingin aku lakukan. Mencari keluargaku, sekolah, bertua-lang. Keliling ke tempat-tempat yang indah, punya teman baru, tadinya aku berharap punya sepeda dapat membantu mewujud-kan salah satunya.” Zen berhenti sejenak,”aku pikir punya sepeda dapat mempercepat waktu sampai ke sekolah lanjutan nanti. Tapi jika seperti tadi aku hanya akan cepat menyusul orang tuaku.” Zen berhenti bicara.

“ Aku memang ingin mengetahui tentang mereka, tapi Ayah dan Ibu juga sangat berarti. Membahagiakan mereka adalah cita-citaku.” Zen bangkit. Hatinya sedikit tidak rela harus menyimpan sepeda yang baru beberapa jam dimiliki, ke dalam gudang.

Tapi terpaksa harus dilakukan, sepeda itu sepertinya akan membewa petaka jika terus digunakan. Zen bersiap mendorong sepedanya, aneh, sepeda itu terasa lebih berat dan tidak mau ber-gerak meski sudah di dorong dengan kuat. Sekuat tenaga ia terus berusaha namun tidak juga berhasil. Sebelum teman-temannya ada yang melihat Zen menyerah, ia membiarkan sepedanya di sana.

Sebelum masuk rumah Zen tolehkan kepala, tak ada yang aneh memang dengan sepedanya bila dilihat seperti itu. Bahunya bergidik memikirkan jangan-jangan ada makhluk halus yang mengendalikan sepeda itu.

Page 14: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

8 Petualangan Zen dan Pesan Moral

Pesan Moral

Bersikaplah sabar baik dalam keadaan

bahagia ataupun bersedih. Akan selalu

ada kejutan menyenangkan dengan

kita bersikap sabar dan tawakal.

Karena Tuhan sangat mencintai

orang-orang yang bersabar.

Page 15: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

2. Hutan terlarang

Zen mengintip keluar jendela, memastikan apakah sepedanya masih di halaman samping atau tidak. Ia memarkirkannya

di bawah pohon rambutan. Ternyata masih ada, sepeda itu tidak kemana-mana. Dan Zen masih belum bisa mempercayai kejadian tadi siang, mana mungkin sepeda bisa mengerti bahasa manusia? Sepeda kan benda mati, tidak memiliki telinga juga tidak memiliki hati. Tapi kok bisa, berhenti seketika begitu ia berteriak hentikan.

Tiba-tiba mata Zen seperti melihat sepedanya bergerak agak mundur sedikit, membuat jantungnya berdetak kencang. Zen mengucek-ngucek matanya, lalu kembali melihat ke arah sepeda. Iya, posisinya berubah agak ke belakang. Zen langsung menutup tirai jendela, kemudian menarik selimut menutupi seluruh ba-dannya hingga kepala.

Ia semakin yakin kalau sepedanya ada yang mengendalikan. Mungkin makhluk itulah yang mendengar ucapannya hingga se-peda itu bergerak sendiri dan juga menolak saat mau dimasukan ke dalam gudang. Betul, bisa saja seperti itu, otak Zen masih terus berpikir.

Zen memang bukan anak yang spesial. Ia pernah berharap menjadi spesial agar ada yang mau mengadopsi. Apakah sepe-da aneh itu akan membuatnya spesial? Bagaimana kalau malah sebaliknya? Rasanya sulit agar ada yang percaya, malah ia akan

Page 16: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

10 Petualangan Zen dan Pesan Moral

dianggap gila. Karena mustahil sebuah sepeda bisa mengerti kata-katanya. Tetapi itu benar, sepedanya memang tidak memi-liki telinga dan hati, tapi seolah mengerti ketakutan Zen saat me-ngira remnya blong. Dan ketika Zen teriak berhenti, sepedanya langsung berhenti.

Karena itu Zen memilih mencari tahu asal usul sepeda kepa-da Ayah, tanpa menceritakan hal yang sebenarnya. Tapi jawaban Ayah tidak memuaskannya. Ditambah semalam mimpinya sa-ngat aneh. Dalam mimpi, ia tengah melaju dengan sepedanya, tiba-tiba seorang Kakek menghentikannya.

“Jadi kamu pemilik baru sepeda ini?” Kakek itu menatap Zen seraya tersenyum arif.

“Sepeda istimewa yang bisa membawamu ke berbagai tempat istimewa. Asalkan kalian bersahabat, dan saling percaya.” Lanjut si Kakek sambil usap kepala Zen.

“Kakek mengenal sepeda ini? Apakah Kakek tahu betul keis-timewaannya?” rasa ingin tahu Zen tiba-tiba muncul. Mungkin Kakek ini bisa memberikan jawaban yang diinginkannya.

“Sepeda ini menakutkan, Kek. Seperti ada yang mengendali-kan, ada penghuninya.” Zen sudah tidak tahan menyimpan raha-sia, ”ia sepertinya mengerti kalau aku ajak bicara.”

“Percayalah, akan ada petualangan hebat. Ikuti kata hatimu dan percayai sepedamu.” Kata si Kakek kemudian berjalan per-gi tanpa pamit. Zen menatap kepergiaan si Kakek sambil terus mengingat setiap kata yang diucapkannya.

Karena mimpi itu tidur Zen tidak nyenyak seperti biasanya. Ia menjadi orang yang pertama bangun, lalu berlari melihat sepeda, menatapnya sebentar. Kemudian bersih-bersih rumah. Ketika Ibu bangun semua sudah beres, membuat Ibu sangat terkesan.

Page 17: Petualangan Zen dan Pesan Moral - s3.amazonaws.com · sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana

ProFil PenuliSProFil PenuliS

Meilan Dahliana lahir dan besar di Sumedang. Me-

miliki hobi membaca, dan per-caya memiliki bakat menulis saat puisinya dalam bahasa Sunda dimuat dalam koran Galura se-waktu masih SMA. Dan pernah menjadi juara harapan lomba menulis cerpen yang diadakan majalah Aneka Yess.

Setelah lama tidak menulis, tahun 2017 kembali aktif dengan mengikuti beberapa training menulis. Alhamdulillah bisa mener-bitkan antologi bersama alumni @juragan artikel dengan judul Mengetuk Pintu langit. Antologi TNI POLRi bersama alumni @JA serta antologi Dear Ayah Bunda Suksesku Ada di Ridhomu. Antologi cerpen bertema Raib sebagai Cerpen Terbaik dalam lomba Cerpen dan Antologi Secangkir Kopi .

Saat ini bekerja sebagai Perangkat Desa sejak pertengahan tahun 2016. Jika ingin mengenal lebih dekat bisa melalui akun Facebook dengan nama Meilan Dahliana.