petani 2

40
02 Juni-Agustus 2010 Agar Lebih Pro Petani Membangun Sistem Pembiayaan Pertanian: Teknologi Tepat Guna: Penjernih Air Sederhana Jendela Dunia: Bazar Organik: Pertemukan Petani dan Konsumen

Upload: aoi-aliansiorganisindonesia

Post on 30-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pembiayaan Usaha Tani

TRANSCRIPT

02

Juni-Agustus 2010

Agar Lebih Pro PetaniMembangun Sistem Pembiayaan Pertanian:

Teknologi Tepat Guna:

Penjernih Air SederhanaJendela Dunia: Bazar Organik: Pertemukan Petani dan Konsumen

RedaksiShintia Dian Arwida, Ni Made Budi Utami, Sri Nuryati

Desain GrafisAndiko

Distribusi dan PelangganRaden Ai Lutfi Hidayat

AlamatJl Kamper Blok M No. 1 – Kompleks Budi AgungBogor - IndonesiaPh: +62 251 8316294Fax : +62 251 8316294E-mail: [email protected] : www.greentrustmagazine.com/petani

Rekening BankBank OCBC NISPCabang Kedung Badak, Bogora/n Aliansi Organis IndonesiaNo Rekening: 048.800.00074.6

Juni-Agustus 2010

Terbit setiap Maret, Juni, September, dan Desember. Merupakan kerja sama Aliansi Organis Indonesia dengan Yayasan ILEIA Belanda.

Sumber DanaDGIS-Belanda

Edisi GlobalFarming Matters MagazineKontak : Wilma RoemE-mail : [email protected]

Edisi RegionalLEISA Reista de Agroecologia (Peru)Kontak: Teresa Gianella-EstremsE-mail: [email protected]

LEISA India Kontak : K.V.S. PrasadE-mail : [email protected]

AGRIDAPE (Senegal)Kontak : Awa Faly baE-mail : [email protected]

Agriculturas (Brazil)Kontak : Paulo PetersenE-mail: [email protected]

LEISA ChinaKontak : Ren JianE-mail : [email protected]

KILIMO (Kenya)Kontak : James NguoE-mail : [email protected]

Foto Sampul: Penjualan hasil panen sejatinya merupakan sumber dana utama bagi petani untuk membiayai usaha taninya

Foto: Tri Mulyono

ISSN0216 – 7883

Redaksi mempersilakan pembaca untuk

memperbanyak dan mengedarkan artikel yang dimuat

dalam majalah, untuk keperluan non komersial dengan

mencantumkan Majalah PETANI sebagai bahan

acuan serta memberitahukan kepada kami mengenai

penggunaan artikel tersebut.

9pengalaman

18jendela dunia 22

26info & teknologi

pertanian dalam berita 30bijak di rumah

32advokasi

34

suara petani

9

22

3440

Jaminan Pasar Modal Petani Keluar dari Kemiskinan

laporan utama

Credit Union: Modal Awal Geliat Petani Sibolangit

Bazar Organik: Jembatani Petani dan Konsumen

Teknik Sederhana Penjernihan Air

Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia: Hanya 55 Gelas Per Orang Per Tahun

Makanan Dalam Kemasan: Baca Label Sebelum Membeli

Ijin Usaha Budi Daya Tanaman Pangan: Perlu atau Tidak ?

Suroto, Pelopor Padi Organik dari Lawang

dari redaksi

Selama ini, banyak pihak menganggap yang terpenting dalam sektor pertanian adalah masalah teknis untuk

meningkatkan hasil panen. Padahal ada banyak aspek lain dalam pertanian yang juga penting dan perlu mendapat perhatian serius. Salah satu aspek itu adalah aspek pembiayaan usaha tani. Pembiayaan usaha tani sendiri tersusun dari banyak komponen seperti pendapatan dari pemasaran produk pertanian, subsidi pemerintah, dan kredit dari lembaga keuangan.

Di Indonesia, aspek pembiayaan usaha tani ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah dan lembaga keuangan formal. Petani masih bergulat dengan pembiayaan usaha taninya. Penyebab mendasar adalah tidak adanya jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas pertanian. Ini memaksa petani—terutama petani skala kecil—terus “berjudi” dengan usaha mereka. Setiap saat mereka harus siap merugi. Bisa karena serangan hama penyakit, harga komoditas pertanian yang jatuh di pasaran, atau tidak terserap pasar karena kualitas buruk.

Ada sejumlah hal yang seharusnya digarap pemerintah dengan lebih serius agar masalah pembiayaan tidak terus menjadi beban bagi petani. Ini juga seharusnya menjadi perhatian LSM yang mendampingi petani atau melakukan advokasi untuk sektor pertanian.

Mekanisme Pemasaran Bersama

Petani biasa mendapat harga rendah dari pedagang/tengkulak karena rendahnya daya tawar dan kemampuan negosiasi mereka. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya petani membentuk mekanisme yang memungkinkan mereka untuk memasarkan produknya secara bersama/kolektif. Misalnya melalui koperasi atau sistem lelang. Pemasaran produk pertanian secara bersama bisa membantu mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar petani dalam perdagangan produk pertanian. Pemasaran bersama akan mengkikis jaring-jaring tengkulak yang menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual.

Penguatan Organisasi Petani

Seperti pepatah “lidi sebatang mudah dipatahkan, lidi seikat menjadi kuat”, petani harus bersatu menghadapi tekanan. Wadahnya bisa berupa kelompok tani, koperasi, atau perkumpulan informal lain. Banyak hal positif bisa didapat petani dengan berkelompok. Dengan menyatukan sumber daya dalam sebuah kelompok, para petani akan lebih mudah menangani risiko usaha tani, seperti: kebutuhan modal, kurangnya tenaga kerja, dan jenis produk yang tak sesuai permintaan pasar. Dengan koperasi simpan pinjam, misalnya, petani bisa memenuhi modal kerja pada awal masa tanam dan mengurangi jeratan hutang tengkulak. Menentukan jadwal tanam secara bersama juga bisa menghindari terjadinya surplus satu komoditas yang menjatuhkan harga dan kompetisi tidak sehat antara petani.

Selain itu, dalam kelompok petani bisa berinteraksi secara positif terkait proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas SDM mereka.

Infrastuktur dan Fasilitas Pendukung Pertanian di Pedesaan

Untuk membangun usaha tani yang maju dari produksi sampai ke pemasaran, penting diperhatikan ketersediaan dan kualitas infrastuktur pendukung pertanian di pedesaan. Contohnya adalah pembangunan jalan, irigasi pertanian, listrik, dan jaringan komunikasi.

Seharusnya anggaran sarana dan prasarana pemerintah diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur pedesaan mendukung pertanian.

Teknologi Tepat GunaPetani memang kaya pengetahuan,

khususnya kearifan lokal soal pertanian. Tapi terkadang, petani tetap butuh informasi dan akses terhadap teknologi tepat guna yang murah untuk meningkatkan efisiensi usaha taninya. Tugas dari pemerintah dan lembaga pendidikan pertanian untuk menjawab kebutuhan ini. Arahkan

penelitian mahasiswa untuk menciptakan teknologi tepat yang pas bagi kebutuhan petani kecil. Selanjutnya, pemerintah bisa membantu memperbanyak dan menyebarkan teknologi tepat guna ini ke pedesaan.

Akses terhadap modalLembaga keuangan formal biasanya

menganggap sektor pertanian adalah sektor penuh risiko terkait jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas yang tidak stabil. Ketidakpastian usaha akibat serangan hama, harga yang jatuh di pasaran, atau tidak laku di pasar karena kualitas yang buruk adalah beberapa realitas yang dialami petani. Selain itu, ada juga ketergantungan pemenuhan modal kerja untuk pembelian sarana produksi dari tengkulak atau pemodal. Ini menyebabkan praktek ijon dan penentuan harga jual rendah yang tidak bisa ditolak oleh petani. Perlu lebih banyak lembaga-lembaga keuangan mikro pedesaan yang memudahkan petani mengakses modal untuk membiayai usaha taninya.

Akses Terhadap PasarIni adalah masalah klasik yang

dihadapi banyak petani. Penyebabnya bisa beragam. Misalnya jalan desa yang buruk, tak ada modal untuk mengangkut panen ke pasar, jeratan hutang tengkulak yang mewajibkan petani menjual panen kepadanya, dan terbatasnya informasi tentang pasar. Penyebab masalah harus diidentifikasi dengan benar di setiap tempat dan dicarikan solusi yang pas. Petani juga perlu didorong dan dibantu untuk menciptakan celah pasar baru—seperti pemasaran langsung ke konsumen—untuk alternatif pemasaran.

Proteksi PasarPetani kita terdesak oleh produk

pangan impor berharga murah. Produk impor berharga murah karena petani di negara lain mendapat subsidi besar dari pemerintahnya. Untuk memberikan jaminan pasar bagi petani dalam negeri, pemerintah seharusnya mengenakan bea masuk yang besar bagi produk pertanian impor. Perlu juga adanya perubahan tata niaga produk pertanian yang berlaku selama ini yang tidak adil

4 Juni 2010

bagi petani. Nilai tukar produk pertanian sangat rendah dan jauh dari kelayakan. Sementara marjin harga petani dan harga konsumen akhir yang besar sebagian besar dinikmati pedagang. Bila terjadi kenaikan biaya distribusi, seperti naiknya harga BBM, pedagang menaikkan harga konsumen dan menekan harga petani, agar keuntungan mereka relatif stabil. Harus ada peraturan dan penegakan hukum yang tegas oleh pemerintah agar eksploitasi terhadap petani bisa dihentikan.

Selesaikan Agenda Reforma Agraria

Usaha pertanian dianggap tidak efisien karena sempitnya lahan (rata-rata sepertiga hektar per keluarga di Pulau Jawa). Inilah yang membuat bank berpikir seribu kali untuk memberikan pinjaman kepada petani. Pemerintah harus menyelesaikan agenda reforma agraria dan mengatur agar petani memiliki lahan dengan luasan yang cukup agar usaha taninya bisa memenuhi kehidupannya secara layak. Harus diingat juga, perlunya mekanisme yang akan mencegah petani menjual lahan

yang didapat dari reforma agraria dan proteksi alih guna lahan pertanian menjadi nonpertanian.

Dengan sistem pemasaran bersama petani bisa mengikis jaring-jaring jerat tengkulak dan mendapat posisi tawar yang lebih kuat.Foto: VECo InDonEsIa

Dalam perspektif ekonomi, pertanian organik (PO) sesungguhnya bisa menjawab persoalan ekonomi petani. PO melakukan efisiensi ongkos produksi dengan menekan input luar (pupuk, benih, dan pestisida). Pupuk dibuat sendiri dari limbah dan bahan organik yang tersedia di kebun atau lokasi sekitar. Benih dihasilkan sendiri oleh petani. Pestisida juga dibuat dari bahan nabati.

PO dengan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan juga menjamin produktivitas usaha tani. Tanah yang subur dan lingkungan yang sehat membuat tanaman bisa memberikan hasil terbaiknya.

Produk PO juga memiliki peluang untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Makin tingginya kesadaran konsumen mengenai pangan dan kesehatan membuat permintaan produk PO makin meningkat. Petani sebaiknya memasarkan produk PO melalui jaringan pemasaran khusus (seperti menjual langsung ke kelompok konsumen, pasar tani, atau community supported agriculture-CSA) untuk mendapatkan harga yang baik dan kepastian pasar.

Pertanian Organik: Hemat Ongkos Produksi, Harga Jual Oke

5Juni 2010

tanya jawab

Kemungkinan tanaman tomat Anda diserang oleh sejenis kutu daun (Myzus persicae) yang kemudian menularkan virus keriting daun. Jika terserang virus, sebaiknya tanaman yang sakit dicabut dan dibakar untuk memutus siklus hidup virus. Selanjutnya, pencegahan dan pengendalian bisa dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, pemakaian mulsa jerami, penyiangan gulma (karena bisa menjadi tempat sembunyi kutu), dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman.

Untuk mencegah agar kutu daun tidak menyerang lagi, Anda bisa memakai ramuan ekstrak biji nimba (= neem-Inggris, intaran-Bali). Kumpulkan biji nimba. Tumbuk untuk melepaskan kulitnya. Kemudian giling halus. Larutkan 50 gr biji nimba halus dengan 1 liter air. Diamkan selama 12 jam. Selanjutnya saring dengan kain. Tambahkan air sampai mencapai 1 liter. Semprotkan campuran ini langsung ke tanaman tomat. Untuk 4000 m2 lahan dibutuhkan sekitar 150—400 liter.

Tomat saya diserang hama penyakit dengan ciri-ciri daun keriting dan ada bercak-bercak coklat. Bagaimana mengatasinya? Mohon informasinya.

(081342xxx, melalui SMS) Siapkan bak pemijahan ukuran 2 m x 3 m dan kedalaman 1 m. Pastikan bak dalam kondisi bersih dan kering. Siapkan kakaban yang terbuat dari ijuk yang dibingkai bambu. Isi bak dengan air bersih (sumur atau PAM) setinggi 40 cm. Pasang kakaban dalam posisi mendatar (horisontal) sampai menutupi 80% permukaan air.

Lepaskan induk-induk lele yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan. Proses pemijahan akan terjadi di malam hari yang ditandai kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban. Di pagi hari, telur-telur sudah menempel di permukaan kakaban.

Telur akan mulai menetas setelah 24 jam. Setelah lewat 48 jam dan sudah banyak telur yang menetas, kakaban diangkat dengan hati-hati. Tempatkan anakan lele dalam bak yang memiliki aerasi baik (dipasang filter oksigen) untuk mencegah kematian. Anakan lele ini tidak perlu pakan tambahan karena masih makan dari kuning telur. Persediaan kuning telur akan habis dalam 7 hari. Setelah itu, anakan lele perlu pakan tambahan berupa kuning telur ayam yang diblender. Berikan tiap pagi dan sore sebanyak satu butir untuk 5.000 ekor anakan. Setelah 11 hari (terhitung dari menetasnya telur) anakan lele bisa diberi pakan cacing rambut.

Tanya

Bagaimana cara pemijahan dan perawatan saat pembibitan lele? Pakan apa yang baikuntuk bibit lele yang baru menetas? Sampai umur berapa pemberian pakan tersebut?

(Iyud, Boyolali Jawa Tengah, melalui SMS)

Jawab

Tanya

Jawab

Silakan kirimkan pertanyaan Anda seputar pertanian, peternakan, dan perikanan ke redaksi Majalah PETANI melalui email [email protected], surat tertulis ke alamat redaksi, atau telepon dan SMS ke nomor 087860500078. Redaksi ahli kami akan membantu menjawab pertanyaan Anda.

6 Juni 2010

Mohon penjelasan manfaat dari buah labu/waluh. Terima kasih.

(Ketua Gapoktan Sumber Rejeki, Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, melalui SMS)

Tanya

Jawab

Redaksi Ahli

SabirinTanaman Tahunan

Agung PrawotoStandar dan Sertifikasi

Toto HimawanHama dan Penyakit Tanaman

Agus KardinanPestisida Nabati

YP SudaryantoSayuran Organik

Daniel SupriyonoPadi Organik

Diah SetyoriniKesuburan Tanah

Labu/waluh yang berwarna oranye memang menyimpan banyak manfaat bagi kesehatan. Kandungan vitamin A yang tinggi baik untuk mereka yang mengalami rabun, khususnya di malam hari. Selain vitamin A dan C, labu juga mengandung kalsium, fosfor, zat besi, beta karoten, dan serat. Kandungan serat yang tinggi ini bisa membantu meningkatkan nafsu makan pada anak-anak. Labu rebus juga membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah (bagi penderita diabetes), penyembuhan penyakit kuning, dan menurunkan tekanan darah tinggi. Sementara labu yang dihaluskan bisa merawat luka iris atau luka bakar kecil.

Air perasan buah labu, dipercaya bisa mengobati luka akibat racun binatang.

Daun labu bermanfaat melemaskan otot yang sakit. Caranya, tumbuk kasar dan letakkan di bagian yang sakit. Sementara itu, penelitian di Thailand menyebutkan, hanya dibutuhkan 5—10 kuaci biji labu sehari untuk mencegah timbulnya batu ginjal. Biji labu yang dikeringkan juga bisa mengobati cacingan pada anak-anak. Caranya, biji labu kering ditumbuk halus dan dicampur air hangat. Diamkan 10 menit, kemudian saring. Minumkan airnya pada anak sebelum tidur. Sementara, sekitar 500—800 biji segar tanpa kulit bisa dipakai sebagai obat pembasmi cacing pita pada orang dewasa.

7Juni 2010

surat pembaca

Bagi saya Majalah SALAM/PETANI ini sangat bagus dan penting untuk dipelajari. Apalagi rubrik akan bertambah. Harapan saya, isi majalah ini lebih ngena’ pada daerah kepulauan (Madura).

(Abadi, Pamekasan, Madura, Jawa Timur)

Terima kasih Pak Abadi. Mudah-mudahan Majalah PETANI bisa memberikan info yang bermanfaat bagi keperluan Anda.

Saya senang ada majalah seperti Majalah PETANI ini. Sangat penting adanya informasi yang mendidik pembaca khususnya soal gaya hidup yang sehat dan merakyat. Apalagi di tengah budaya masyarakat saat ini yang cenderung sangat konsumtif dan mulai meninggalkan produk-produk lokal. Selain informasi-informasi yang benar untuk para konsumen, penting juga adanya informasi pasar di Majalah PETANI, khususnya pasar ekspor: produk apa yang dibutuhkan oleh siapa. Ini akan sangat membantu para petani, apalagi yang organik, untuk memasarkan produk mereka.

(Gunawan Garuda Nusa, Bandar Lampung, Lampung)

Terima kasih untuk masukannya Pak Gunawan. Ke depannya kami memang akan mencoba mengakomodasi kebutuhan informasi tentang pasar ini, dari jejaring yang dimiliki oleh Aliansi Organis Indonesia.

Kami segenap sivitas akademika Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya mengucapkan selamat atas penerbitan perdana Majalah PETANi edisi Maret 2010, dan terima kasih atas kiriman majalah tersebut. Selanjutnya kami berharap agar kami selalu mendapatkan kiriman untuk penerbitan selanjutnya guna menambah koleksi perpustakaan dan yang lebih penting lagi adalah sebagai salah satu sumber infromasi dan literatur bagi dosen dan mahasiswa dalam menyusun karya ilmiah.

(Dr. Ir. Suharno,M.P., Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, Palangka Raya)

Terima kasih untuk apresiasinya Pak Suharno. Mudah-mudahan isi Majalah PETANI bisa mengajak mahasiswa untuk lebih peduli dan nantinya mau bekerja di sektor pertanian.

Redaktur Majalah PETANI yth, terima kasih atas kiriman edisi perdana Maret 2010. Isinya sangat membantu Saya. Kami dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang, NTT, sedang berupaya mengembangkan peternakan terpadu. Artikel akan kami pakai untuk referensi.

(Prof. FX. Wagiman, Fakultas Pertanian UGM)

Silakan dipakai artikel kami, Pak Wagiman. Mudah-mudahan bisa bermanfaat.

Dear Redaksi, wah, “SALAM” (sekarang Majalah PETANI, red) kami dipindahkan ke

Bogor ya? Mengapa pindah? Apapun, saya percaya kehendak tulus dan niat baik dari para pengasuhnya. Semoga Majalah PETANI tetap menjadi majalah yang dominasinya: dari, oleh, dan untuk petani seperti SALAM dulu. Apalagi selama ini tulisan dalam majalahnya tak sulit diikuti dan kebanyakan berdasar praktik. Yang penting lagi, untuk petani majalahnya bisa gratis dan diedarkan sesama petani. Jangan sampai majalah baru ini menjadi seperti lagu lama para pejabat elit Indonesia, yaitu “petani atas nama”. Mungkin masih bisa diperhalus: majalah untuk petani (dari dan olehnya, bisa bukan petani). Ya, ini berarti kemundurun. Tapi saya yakin, majalah “baru” ini akan di-direct menjadi majalah “dari, oleh, dan untuk” petani. Semoga.

(Dari Wisma Yacitra, Yogyakarta, teriring harapan, Francis Wahono)

Terima kasih untuk kepercayaan dan doanya Pak Francis. Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pembaca kami. Jika Pak Francis ada artikel yang bisa dibagi dengan pembaca kami, silakan dikirimkan.

8 Juni 2010

laporan utama

foto: cia

Harus diakui, petani—terutama petani skala kecil—masih kesulitan memenuhi pembiayaan untuk usaha taninya. Kondisi ini utamanya disebabkan oleh tiadanya jaminan harga dan jaminan

pembelian komoditas pertanian. Apalagi, jika skala usahanya kecil dan minim sumber daya. Dalam kondisi seperti ini, bantuan pembiayaan seolah menjadi satu-satunya penolong bagi petani.

Benarkah demikian? Laporan utama PETANI kali ini coba mencermati kemelut di balik isu pembiayaan usaha tani.

Pembiayaan Usaha Tani

9Juni 2010

laporan utama

Ada banyak penyebab mengapa penjualan hasil panen di pasar tidak mampu memberikan penghasilan memadai bagi

petani. Yang mendasar adalah ongkos produksi yang mahal dan ketergantungan petani terhadap benih, pupuk, dan pestisida dari produsen saprotan (sarana produksi pertanian). Akibatnya, petani harus menyediakan uang cukup besar untuk membiayai usaha taninya. Di sisi lain, subsidi yang diberikan pemerintah untuk sektor pertanian belum bisa

Modal Petani Keluar dari Kemiskinan

Secara umum, sumber pendapatan utama petani adalah penjualan panennya. Sayangnya, sumber utama ini seringkali tidak

memberikan hasil yang mampu menopang kehidupan petani secara layak (baca: di atas garis kemiskinan). Padahal jika sisi ini dibenahi, tak mustahil petani bisa secara mandiri mengentaskan

dirinya dari jerat kemiskinan.

Ditambah lagi, pemerintah kita menetapkan bea masuk rendah bagi impor produk pertanian. Ini juga membantu murahnya harga jual komoditas pertanian impor. Ketika pasar digelontor dengan produk pertanian impor berharga murah, wajar jika konsumen memilih barang yang lebih murah. Ini mematikan pasar petani dalam negeri. Petani tak lagi memiliki jaminan pembelian. Padahal banyak negara maju justru menerapkan proteksi terhadap produk pertanian mereka sendiri dan mengenakan bea masuk sangat tinggi untuk produk pertanian impor.

Peran BulogBegitu sulitkah memberikan jaminan

pasar bagi petani? Peran penjamin pasar ini sebenarnya menjadi kewajiban pemerintah. Terutama untuk komoditas pertanian yang sensitif harga (seperti beras, gula, dan kedelai) agar fluktuasi harganya tidak terlalu merugikan petani seperti kasus anjloknya harga beli gabah baru-baru ini. Dulu ada Bulog sebagai lembaga pemerintah yang mengontrol harga dan jaminan pasar bagi petani. Namun dengan berubahnya status Bulog sebagai BUMN dalam bentuk Perum, orientasi Bulog saat ini lebih pada penciptaan keuntungan dari usahanya.

Jaminan Pasar

Subsidi yang diberikan negara maju untuk petaninya dan ekspor produk pertanian disinyalir merugikan negara berkembang, termasuk Indonesia. Kerugian negara berkembang diperkirakan mencapai US$17 miliar tiap tahunnya. Angka ini adalah hasil perhitungan World Bank terhadap subsidi yang diberikan negara-negara anggota OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) kepada pelaku usaha tani di masing-masing negaranya selama periode 2005—2007.

Data World Bank menyebutkan, subsidi pertanian yang diberikan periode 2005—2007 mencapai US$368 miliar per tahun. Sementara negara maju anggota WTO juga memberi subsidi bagi petaninya. Di antaranya Uni Eropa (US$151 miliar per tahun), Amerika Serikat (US$102 miliar per tahun), dan Jepang (US$49 miliar per tahun). Indonesia sendiri tahun 2009 memberikan total subsidi Rp 33,5 trilyun (± US$3,5 miliar) untuk sektor pertanian. Sayangnya, sebagian besar subsidi itu justru tidak benar –benar dinikmati petani.

Subsidi Pertanian Negara Maju Sebabkan Kerugian US$17 miliar

meringankan beban biaya produksi yang ditanggung petani. Akibatnya, harga jual produk pertanian menjadi mahal.

Kondisi ini diperparah dengan masuknya produk pertanian impor berharga murah. Harga petani kita menjadi kurang bersaing dengan harga produk pertanian impor yang murah. Padahal, harga produk impor bisa rendah karena petani (khususnya dari negara maju) diberi subsidi yang luar biasa besar dari pemerintahnya.

10 Juni 2010

laporan utama

Modal Petani Keluar dari Kemiskinan

Untuk memberikan jaminan pasar bagi petani, sebaiknya Bulog “dikembalikan pada fitrahnya”. Untuk mengoptimalkan kinerjanya, Bulog perlu meluaskan lingkup kerjanya (tak hanya terbatas pada komoditas beras) tetapi juga mengurusi semua komoditas yang dihasilkan petani di Indonesia. Seperti yang pernah dilakukannya di era ’70-an. Perlu juga adanya (1) koordinasi yang baik antara pusat dan pelaksana di daerah, (2) sistem pengawasan yang ketat, dan (3) pelaporan kinerja yang rutin dan transparan untuk menghindari terjadinya korupsi seperti masa Orde Baru. Dengan begitu BULOG bisa mengemban misi pelaksanaan kebijakan subsidi pertanian secara efektif dan mampu menahan spekulan di pasar.

Proteksi Pasar dan Subsidi Pro Petani

Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan perlindungan terhadap pasar produk pertanian dalam negeri. Pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia seharusnya dipenuhi petani

kita, bukan dari impor. Karena ini juga menyangkut kedaulatan pangan bangsa Indonesia. Kenakan bea masuk tinggi untuk produk pertanian impor sebagai bentuk proteksi pasar. Di tingkat konsumen, perlu dilakukan kampanye untuk menyadarkan pentingnya lebih memilih produk dalam negeri.

Untuk membantu petani mencapai harga jual produk pertanian yang kompetitif, pemerintah bisa memberikan subsidi sektor pertanian yang benar-benar pro petani. Jika dibandingkan, subsidi yang diberikan pemerintah untuk sektor pertanian (Rp 33,5 trilyun, tahun 2009) jauh lebih kecil dari subsidi BBM (Rp 100,6 trilyun, tahun 2009). Padahal para petani kecil berkontribusi menghasilkan hampir 70% produk pertanian dalam negeri dihasilkan petani kecil. Adilkah hal ini? Pemerintah juga perlu juga menciptakan sistem distribusi subsidi yang baik dan mekanisme yang tidak menyebabkan distorsi harga (seperti pada kasus subsidi pupuk), agar subsidi benar-benar dinikmati petani.

Pada hakekatnya, dengan adanya jaminan pasar bagi petani, petani bisa mendapat penghasilan yang memadai sehingga mampu menabung untuk

mengumpulkan modal dan mengembangkan usaha

taninya.

Pemerintah akan mengubah seluruh pola pemberian subsidi pertanian tahun 2011. Dulu subsidi diberikan untuk input pertanian seperti pupuk dan bibit. Nantinya, subsidi akan diberikan secara langsung kepada petani perseorangan.Informasi dari Departemen Pertanian menyebutkan, tahun 2010 akan dilakukan uji coba perubahan subsidi ini di 10 provinsi. Sepuluh provinsi ini meliputi seluruh daerah di pulau Jawa, termasuk juga di pulau Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyelesaikan Pendataan Usaha Tani 2009 pada Juni 2009. Sebanyak 17,83 juta usaha tani telah terdata yang terdiri dari 14,99 juta petani padi, 6,71 juta petani jagung, 1,16 juta petani kedelai, dan 195 ribu petani tebu. “Memang kalau dijumlahkan akan lebih dari 17,83 juta usaha tani karena ada satu petani yang mengusahakan lebih dari satu komoditi,” kata Bayu. data yang sudah dikeluarkan BPS ini akan menjadi dasar pelaksanaan subsidi langsung ke petani.

Belum ada informasi lebih detil soal mekanisme pemberian subsidi langsung ke petani. Pemerintah saat ini masih melakukan pembahasan dengan melibatkan Deptan, akademisi dan pemangku kepentingan lain.

Ada beberapa pertanyaan yang bisa mengkritisi ide subsidi langsung ini. Pertama, apa yang menjadi parameter seorang petani berhak mendapat subsidi? Bagaimana dengan proses pengecekan pemenuhan kriteria? Proses pengecekan ini jelas akan makan biaya, dari mana asalnya? Adakah mekanisme untuk memastikan bahwa subsidi akan dipakai untuk usaha tani dan bukan kegiatan konsumsi?

Perubahan Subsidi Pertanian

Untuk memberikan jaminan pasar bagi

petani, sebaiknya Bulog “dikembalikan pada

fitrahnya”.

11Juni 2010

laporan utama

Salah satu alternatif bagi petani untuk mendapatkan tambahan modal bagi kelangsungan usaha taninya adalah pinjaman

koperasi. Dalam koperasi simpan pinjam, modal diakumulasikan dari iuran petani anggotanya. Selanjutnya modal ini dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan dengan dikenai bunga. Besaran bunga biasanya lebih rendah dari bunga bank yang berlaku. Di beberapa daerah bahkan pengembalian pinjaman ini bisa juga diperhitungkan dengan tenaga kerja atau hasil panen.

Koperasi simpan pinjam bisa menjadi jawaban bagi kesulitan petani mengakses modal dari bank. Selama ini petani dianggap bukan peminjam potensial karena risiko usaha yang tinggi dan masalah jaminan. Selain itu, pengajuan pinjaman ke bank biasanya makan waktu lama dan rumit. Ini menyulitkan petani yang rata-rata pendidikannya tidak terlalu tinggi (bahkan ada yang tak bisa baca tulis) dan kebutuhan dananya harus dipenuhi dalam waktu singkat. Karena itu koperasi simpan pinjam biasanya menarik petani karena kemudahan proses pinjaman.

Pemerintah seharusnya mendorong kelompok-kelompok tani untuk membentuk koperasi simpan pinjam. Karena ini bisa menjadi solusi bagi petani untuk memperoleh tambahan modal guna memperbesar usaha taninya secara lebih mandiri. Pemerintah bisa memberi bantuan dana untuk memperbesar modal. Atau bisa juga dengan menerbitkan peraturan yang berpihak pada koperasi simpan pinjam petani. Misalnya mewajibkan bank agar menanamkan sebagian kecil modalnya ke dalam koperasi simpan pinjam di pedesaan.

dari Petani untuk PetaniKoperasi Simpan Pinjam:

Koperasi simpan pinjam bisa menjadi alternatif petani menambah modal untuk memperbesar usaha taninya. Konsep dari petani untuk petani adalah wujud upaya mandiri untuk lepas dari kemiskinan.

Proses Pembentukan Koperasi

Mula-mula ajukan surat permohonan pendaftaran ke Dinas Koperasi setempat. Anggota minimal untuk membentuk satu koperasi adalah 20 orang. Saat koperasi sudah terbentuk, pengurus mengumpulkan uang simpanan pokok dan wajib yang besarnya disepakati di awal oleh semua anggota koperasi. Dana terkumpul itu digulirkan kepada anggota yang membutuhkan dan wajib dikembalikan beserta bunganya. Dana yang kembali kemudian digulirkan kepada anggota lain yang membutuhkan.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya. Tiap anggota punya hak suara sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil

Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang pada rentenir. Wakil Presiden Indonesia pertama, Mohammad Hatta, juga sangat mendorong koperasi agar menjadi dasar sistem ekonomi rakyat Indonesia.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain, adalah identitas ganda anggota. Maksudnya anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Sejarah Koperasi

12 Juni 2010

laporan utama

Usaha/SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi. Misalnya membagi dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh si anggota.

TantanganKoperasi biasanya maju dan

berkembang jika dibangun oleh anggota yang mempunyai kepedulian dan komitmen yang sama untuk memajukan koperasi. Tidak sedikit koperasi bangkrut, karena tidak dibangun berdasarkan kesamaan kebutuhan anggota. Untuk membangun kebersamaan anggota, beberapa koperasi memakai sistem tanggung renteng. Sistem ini mewajibkan tanggung jawab pembayaran dana pinjaman oleh kelompok. Maksudnya, jika terdapat anggota kelompok tidak sanggup membayar sesuai waktu ditentukan, maka kelompok harus menanggung.

Kunci lain yang memengaruhi keberhasilan koperasi adalah kemampuan mengelola dana secara profesional. Tujuannya jelas, agar modal koperasi bisa berputar dan bertambah besar. Pemerintah bisa membantu dengan memberikan pelatihan pengelolaan koperasi. Pelatihan ini bisa disinergikan dengan program penyuluhan pertanian.

Salah satu kunci keberhasilan koperasi simpan pinjam adalah kemampuan mengelola dana secara profesional. Perlu peningkatan kapasitas pengurus koperasi secara berkala.foto: VEco indonESia

Selain masalah komitmen dan keterampilan pengelolaan dana koperasi, tantangan lain yang biasanya dihadapi oleh koperasi adalah jumlah anggota yang besar. Ini artinya, koperasi harus punya modal cukup besar untuk digulirkan. Sebab salah satu asas yang dianut koperasi adalah semua anggota harus mendapat pelayanan yang sama.

Ini bisa diatasi dengan meningkatkan simpanan pokok. Cara lain adalah dengan meragamkan bentuk layanan yang disediakan. Misalnya menyediakan tabungan hingga deposito untuk menarik

akumulasi simpanan dari anggota. Koperasi juga bisa “menanam” modal pada sejumlah usaha dan mendapatkan keuntungan dari sistem bagi hasil/bunga. Misalnya ada koperasi simpan pinjam yang membantu memasarkan produk pertanian organik milik anggotanya dan mendapat pembagian keuntungan dari penjualan tersebut. Jatah keuntungan ini dipakai untuk menambah modal koperasi. Upaya ini sekaligus bisa membantu petani mengaskes pasar alternatif.

Kunci lain yang memengaruhi

keberhasilan koperasi adalah kemampuan

mengelola dana secara profesional.

13Juni 2010

laporan utama

Jebakan Ketergantungan

Subsidi Pemerintah dan Bantuan Donor:

Perjuangan menghapuskan kemiskinan di pedesaan dan sektor pertanian tak cukup dengan pendekatan

ekonomi dan birokrasi saja. Harus ada perubahan pola pikir, keyakinan, dan kebiasaan untuk benar-

benar keluar dari kemiskinan.

Selama ini kecilnya skala usaha pertanian sering dianggap sebagai penyebab utama kemiskinan yang membelit

petani skala kecil di pedesaan. Skala usaha pertanian yang kecil tidak bisa memberikan pendapatan memadai bagi petani dan keluarganya. Dan minimnya modal yang dimiliki sering dituding sebagai penyebab kecilnya skala usaha petani. Karena itu, salah satu upaya pemerintah memperbaiki taraf hidup petani adalah memperbesar modal usaha lewat subsidi atau bantuan keuangan.

Dana yang dipakai untuk subsidi atau bantuan keuangan biasanya berasal dari anggaran keuangan pemerintah atau bantuan dari lembaga donor yang diberikan lewat program/proyek pembangunan atau LSM lokal. Ada dua hal menarik yang bisa dicermati dari sini. Yang pertama adalah isu ketergantungan dan kedua adalah strategi untuk lepas dari ketergantungan itu.

Mental KetergantunganPemberian subsidi atau bantuan

uang bisa menimbulkan mental

ketergantungan di pihak petani. Petani menjadi “terbiasa diberi” bantuan biaya untuk usaha taninya. Padahal sifat subsidi dan bantuan adalah jangka pendek. Bagaimana jika dana subsidi habis? Bisakah petani menjadi mandiri kembali? Uluran tangan dalam bentuk pembiayaan sejatinya tidak menyelesaikan masalah karena petani masih akan bergulat dengan ketidakpastian dalam mengelola usaha taninya di masa mendatang. Harus dipikirkan strategi kemandirian untuk mencegah keterpurukan petani setelah subsidi atau bantuan berakhir.

Salah satu contoh adalah PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri). Pemberdayaan dalam konsep PNPM diwujudkan dengan menjalankan banyak proyek (termasuk pertanian). Ini hanya menciptakan lapangan kerja sesaat, selama proyek berlangsung. Setelah proyek selesai, rakyat miskin kembali menganggur dan berkutat dengan kemiskinan.

Subsidi dari pemerintah biasanya juga menghubungkan petani pada perusahaan agribisnis besar. Misalnya,

subsidi yang diberikan kepada petani berupa paket sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, dan pestisida kimia). Petani pun menjadi tergantung input luar dalam mengusahakan pertaniannya. Sehingga, petani bisa dibilang tidak berdaulat.

Demikian juga dengan bantuan dari donor. Bantuan donor yang biasanya diberikan dalam jangka waktu proyek (3—5 tahun) bisa membuat petani terlena. Apalagi jika bantuan yang diberikan berupa dana hibah dan bukan pinjaman. Ini karena, keberhasilan atau kegagalan program pertanian yang dijalankan, tidak berpengaruh sebab uang sudah diterima. Selain itu, program yang dijalankan, biasanya lebih “membawa agenda dari donor” ketimbang kebutuhan sebenarnya masyarakat setempat.

Ironisnya, isu kemiskinan seolah justru dijadikan komoditas politik oleh pemerintah. Data kemiskinan (di pedesaan dan sektor pertanian) dijadikan alat untuk mendapat bantuan donor asing. Padahal pada kenyataan pemerintah belum memiliki kebijakan yang benar-benar pro-orang miskin

14 Juni 2010

laporan utama

Alih-alih membantu, sejumlah subsidi pertanian justru menciptakan masalah baru bagi petani. Contohnya, subsidi pupuk yang bertujuan menurunkan beban ongkos produksi, dalam praktiknya justru menimbulkan kelangkaan dan memicu tingginya harga pupuk. Biaya produksi pupuk kimia murah karena adanya subsidi gas dari pemerintah kepada pabrik pupuk. Alhasil, harga pupuk di Indonesia lebih murah dibanding harga pupuk di negara lain. Ini mendorong penjualan pupuk ke luar negeri sehingga secara ironis subsidi itu justru lebih banyak dinikmati oleh produsen yang melakukan penjualan pupuk ke luar negeri. Lemahnya pengawasan dan pengendalian tata niaga serta distribusi pupuk juga menyebabkan panjangnya rantai pemasaran pupuk dan mengakibatkan keuntungan yang berlebihan di tingkat distributor.

Contoh lain adalah subsidi bagi petani padi untuk menjaga “stabilnya harga beras”. Upaya meningkatkan produksi beras ditujukan untuk menyediakan beras murah, khususnya bagi masyarakat perkotaan. Harga beras murah ini secara politis sangat diperlukan untuk mencari legitimasi dan dukungan politik massa perkotaan terhadap pemerintah, mengingat beras adalah kebutuhan pokok masyarakat. Kebijakan ini akhirnya justru menempatkan petani sebagai alat untuk mengamankan politik penyediaan pangan yang murah. Penyesuaian harga di tingkat produsen, dengan risiko memperbesar harga konsumen menjadi tabu dalam kebijakan pemerintah. Jika terjadi kenaikan harga produk pertanian, justru menjadi alasan untuk membuka keran impor yang semakin memperburuk kondisi usaha pertanian dalam negeri.Alhasil, usaha pertanian susah diposisikan sebagai usaha ekonomi komersial yang bisa mendatangkan keuntungan.

atau pro-petani kecil. Kebanyakan dana pengentasan kemiskinan dan pembangunan di pedesaan memakai dana utang. Ketergantungan tak hanya terjadi pada petani atau masyarakat pedesaan, tetapi juga di tingkat pemerintah.

Strategi KemandirianDari banyak pengalaman di

lapangan, sering ditemui bahwa pemberian bantuan kepada petani (baik bersifat hibah maupun pinjaman) kurang

efektif bila petani tersebut masih hidup di bawah garis kemiskinan. Bantuan yang diberikan biasanya cenderung dipakai untuk aktivitas konsumsi. Misalnya membeli handphone atau motor, dan bukan dipakai untuk meningkatkan usaha taninya.

Karena itu skema pemberian bantuan atau subsidi bagi petani perlu diikuti pendampingan atau bantuan perencanaan agar dana yang diterima bisa dipakai dengan benar. Setelah itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa pemanfaatan dana berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Ini bisa disebut sebagai strategi kemandirian untuk menghindari ketergantungan pada donor atau subsidi.

Pada dasarnya uang hanyalah alat untuk membantu petani keluar dari kemiskinan. Yang lebih penting adalah kemampuan dan kemauan petani untuk berusaha melepaskan diri dari kemiskinan. Jika petani memiliki kedua hal ini, maka meskipun bantuan atau subsidi sudah berakhir, mereka tetap bisa mengusahakan penghidupannya.

Jejak Hitam Subsidi Pertanian

Sejumlah kredit pernah dikucurkan pemerintah untuk sektor pertanian. Sayangnya, hasilnya kurang memuaskan. Dulu ada Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Setelah era KLBI, pemerintah menyediakan permodalan bagi petani yang disebut kredit program. Contohnya, Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK), dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Meski jumlahnya banyak, kredit program belum dapat memenuhi permodalan seluruh petani di Indonesia. Sebagai contoh, KUR menarik bunga sangat tinggi, mencapai 24% per tahun. Besaran bunga yang bahkan jauh lebih tinggi dari bunga kredit motor. Kredit program juga seringkali gagal karena tidak adanya pendampingan usaha yang memadai. Akibatnya petani kembali menjadi korban dengan lilitan hutang baru. Perlu dicatat juga bahwa pemberian subsidi tak dapat berlangsung secara sistemik dan berkelanjutan. Ini karena biaya ekonomis yang ditanggung pemerintah terlalu besar—tercermin dari beban anggaran untuk subsidi tiap tahunnya.

Pemberian subsidi pemerintah atau bantuan donor untuk program pertanian sebaiknya disertai pendampingan dan peningkatan kapasitas petani.foto: Shintia

Kredit Pertanian dari Pemerintah

15Juni 2010

laporan utama

Bank Grameen (BG) adalah organisasi kredit mikro yang dimulai di Bangladesh. Saat terjadi kelaparan di

Bangladesh tahun 1974, Muhammad Yunus terinspirasi memberi pinjaman kecil pada satu keluarga agar mereka dapat membuat kerajinan bambu untuk dijual. Keluarga ini ternyata bisa mengembalikan pinjaman. Dan Yunus pun percaya: memberikan pinjaman kecil kepada masyarakat miskin, dapat memutar roda perekonomian di desa dan akhirnya menghilangkan kemiskinan yang parah di pedesaan Bangladesh.

BG berani memberi pinjaman kecil kepada penduduk desa yang miskin, termasuk petani skala kecil. Ini berlawanan dengan kebijakan lembaga keuangan formal. Selama ini, rendahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian karena bank menganggap risiko usaha tani masih sangat tinggi. Bank juga tidak mau memberikan kredit kepada orang miskin karena mereka tidak memiliki asset sebagai jaminan pinjaman. Sistem BG “melawan” pemikiran ini dan meyakini bahwa orang miskin juga mampu mengembalikan pinjaman dan wirausaha. Hanya saja, kemampuan ini kurang digunakan.

Yang sangat spesifik dari kredit BG adalah, pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang status sosialnya miskin. Menurut Yunus, perempuan lebih bisa diandalkan untuk mengembalikan pinjaman dan uang pinjaman itu akan dipakai untuk modal usaha.

Pengembalian Kredit Tinggi

BG dianggap berhasil karena tingkat pengembalian kredit yang tinggi. Hampir 95% di tahun 1996. Kelompok

Bank GrameenWajah Lain

Skema kredit mikro—dengan Bank Grameen sebagai ikon besarnya—dianggap sebagai solusi jitu untuk mengentaskan kemiskinan di pedesaan, termasuk di sektor pertanian. Benarkah demikian?

perempuan miskin dan petani kecil yang dianggap oleh lembaga keuangan formal tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit, ternyata bisa mengembalikan pinjaman beserta bunganya.

Keberhasilan inilah yang dianggap fenomenal, khususnya oleh lembaga keuangan formal seperti bank. Dan ini membuat Grameen Bank mendapat banyak sorotan. Pola BG ini bahkan telah diadopsi oleh hampir 130 negara di dunia (kebanyakan di Asia dan Afrika). Utamanya sebagai bagian dari program pengentasan kemiskinan. Puncaknya, Muhammad Yunus—pendiri Bank Grameen—menerima Nobel Perdamaian 2006.

Wajah Lain BGBanyak artikel dan studi mengulas

keberhasilan BG. Tapi hanya sedikit yang mencoba melihat dari sisi peminjam; apa yang mereka lakukan dengan uang kredit dan bagaimana usaha mereka mengembalikannya. Berikut beberapa temuan yang menunjukkan wajah lain BG.

Dalam skema kredit (baik kredit kecil maupun besar) ada yang disebut sebagai pengelolaan risiko. Risiko yang dimaksud adalah bila peminjam gagal mengembalikan pinjamannya. Tujuan pengelolaan risiko adalah agar lembaga pemberi kredit tidak rugi besar. Pengelolaan risiko ini yang diterjemahkan kepada peminjam sebagai kewajiban menyediakan agunan/jaminan.

BG tidak meminta peminjam memberikan jaminan untuk mendapatkan kredit. Sekilas ini terlihat menguntungkan bagi peminjam. Pada kenyataannya, perhitungan jaminan untuk mengatasi risiko kegagalan

16 Juni 2010

laporan utama

mengembalikan pinjaman ini sudah masuk dalam jumlah cicilan yang harus dibayar peminjam. Jadi sebenarnya, para peminjam menanggung risiko yang seharusnya menjadi risiko pihak bank. Tetapi karena kredit yang diberikan jumlahnya kecil dan berjangka pendek, para peminjam biasanya tidak terlalu sensitif terhadap besaran bunga.

Meski mayoritas peminjam kredit BG adalah perempuan, sejumlah studi di Bangladesh menunjukkan bahwa hanya 10% dari mereka memiliki kontrol penuh terhadap kredit yang diperoleh. Sebagian besar harus membagi atau menyerahkan semua uang kepada laki-laki dalam keluarganya (suami, saudara, ayah)1. Jadi asumsi bahwa kredit akan dipakai oleh kaum perempuan untuk membuka usaha tidak sepenuhnya benar.

Uang yang diperoleh kebanyakan juga dipakai untuk keperluan konsumtif. Dari studi yang dilakukan Universitas Jahangirnagar, Dhaka, tahun 1996, 2004, dan 2007 di 15 desa diketahui hanya 5—9% bisa memanfaatkan kredit BG untuk meningkatkan perekonomian mereka2.

Salah satu penyebab tingginya tingkat pengembalian kredit BG adalah petugas penagih hutang yang rutin datang ke desa untuk menarik pembayaran.

Peminjam yang bisa mengembalikan pinjaman kebanyakan memakai uang kredit untuk dipinjamkan lagi kepada orang lain dengan menarik bunga tinggi. Mereka yang tidak memiliki usaha, banyak yang meminjam uang ke sumber lain sehingga terlibat hutang berantai, atau terpaksa menjual harta yang dimilikinya sampai tak bersisa3.

Bagaimana di Indonesia?Kredit mikro pada dasarnya adalah

ide yang baik, karena membantu petani mengakses modal. Di Indonesia sejumlah LSM dan Yayasan sudah mencoba menerapkan konsep BG di pedesaan. Pembelajaran yang umumnya didapat adalah, masih banyak uang kredit yang lari untuk kegiatan konsumtif. Karena itu, pemberian kredit harus disertai peningkatan kapasitas guna memastikan peminjam bisa mengelola uang tersebut untuk memulai usaha yang meningkatkan pendapatan. Tak kalah penting, harus ada sistem pembayaran yang solid untuk memastikan pengembalian kredit.

Catatan lain bisa ditujukan pada pemerintah yang menganggap bahwa kredit mikro adalah solusi ampuh mengatasi masalah kemiskinan (khususnya di pedesaan). Pemerintah

seolah melihat keterbatasan modal usaha petani hanya bisa diatasi dengan pemberian kredit mikro. Padahal akar masalahnya adalah tidak adanya jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas pertanian, buruknya infrastruktur pertanian di desa, dan tak adanya proteksi pasar bagi produk pertanian. Semua akar masalah ini yang seharusnya diselesaikan dan tidak mengandalkan BG semata.

Secara spesifik Bank Grameen menyasar kaum perempuan miskin pedesaan sebagai nasabahnya. Ini karena perempuan lebih bisa dipercaya mengembalikan pinjaman dan diharapkan menjadi agen penggerak ekonomi pedesaan.Foto: VECo IndonESIa

• Rahman,Aminur.1999. Women and Microcredit in Rural Bangladesh. WestviewPress.

• Econ,JahaningnagarUniversity.1996,2004,2007.“DepartementofEconomics:GrameenBank,MicrocreditandPovertyScenarioinBangladeshiVillages”.Fieldstudyreport.

• Muhammad,Anu.2009.Grameen and Microcredit: A Tale of Corporate Success.Economic&PoliticalWeekly.

Referensi:

17Juni 2010

pengalaman

Meski mampu mengusahakan pertanian secara berkelanjutan dan mendapat panen

melimpah, tak ada jaminan bahwa kesejahteraan petani kecil pasti meningkat. Seperti yang dialami petani di dataran tinggi kawasan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Mereka sukses mengusahakan pola pertanian tumpang sari dengan kakao sebagai tanaman utama. Panen pun melimpah. Namun saat menjual panen kakao, mereka terbentur masalah baru: pasar kakao yang dikuasai tengkulak dan permainan harga yang merugikan. Para petani kesulitan menjual kakao dengan harga layak agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya, petani di tiga kecamatan, Sibolangit, Pancurbatu, dan Namorambe menyatukan kekuatan dan modal yang dimiliki untuk bisa lepas dari permasalahan tersebut.

Oleh: Iswan Kaputra

Modal Awal Geliat Petani Sibolangit

Credit Union:

Resolusi KampungTahun 2005, berdasakan hasil

musyawarah, para petani kakao tumpang sari ini menghasilkan kesepakatan kampung. Isi kesepakatan adalah sebagai berikut.

1. Petani kakao tumpang sari harus menentukan harga panennya sendiri.

1. Rantai pemasaran yang sangat panjang harus dipangkas. Caranya: petani langsung menjual panennya pada eksportir. Ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi petani yang dalam jangka panjang bercita-cita mengekspor produknya langsung dalam skema perdagangan yang adil (fair trade) dan sertifikasi organik.

3. Petani bercita-cita membuat pabrik kecil untuk menghasilkan kakao setengah olahan (bubuk coklat dan mentega coklat) guna memberi nilai tambah pada produknya.

4. Petani harus bersatu dalam wadah pemasaran bersama melalui koperasi, sekaligus menangani pascapanen produk.

5. Secara perlahan petani harus menekan ketergantungan pada tengkulak hingga 0% di masa yang akan datang.

Untuk mewujudkan kesepakatan kampung itu para petani menyelenggarakan musyawarah besar. Pesertanya adalah anggota kelompok tani dan isteri petani. Dari musyawarah disepakati, semua kelompok tani tumpang sari mendirikan lembaga keuangan informal dalam kelompoknya masing-masing secara mandiri. Credit Union (CU) pun menjadi pilihan kelompok-kelompok tani tersebut.

Credit Union dipilih karena petani kesulitan meminjam modal dari lembaga keuangan formal. Petani

aktivitas di pasar lelang, bertempat di Balai Lelang KPBUt, desa Sayum Sabah, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten deli Serdang, Sumatera Utara. Harga kakao lebih tinggi dibanding harga jual pada tengkulak.Foto: BItRa IndonESIa

Pengujian mutu kakao yang akan dilelang, oleh panitia lelang. Panitia lelang biasanya terdiri dari ketua FPERa, anggota CU, pengurus, dan anggota KPBUtFoto: BItRa IndonESIa

18 Juni 2010

juga perlu mengumpulkan modal untuk membiayai usaha tani bersama, khususnya pascapanen dan pemasaran kakao melalui pasar lelang. Selain itu, CU dapat meminjamkan uang untuk kebutuhan mendadak dalam rumah tangga dan usaha tani. Persoalan besar lain yang ingin diatasi petani melalui CU adalah menghapus jeratan rentenir yang meminjamkan uang dengan bunga sangat tinggi (10—14 % per bulan).

Pengalaman PetaniYanti (43 th) tergabung dalam

kelompok tani dan CU Ertunas Baru, Desa Rambung Baru. Ia adalah perantau. Bersama suami dan dua anaknya, Yanti pindah dan mencoba peruntungan di Desa Rambung Baru sejak enam tahun lalu. Awalnya Yanti dan suaminya menjadi buruh tani. Mereka menggarap sawah seluas seperempat hektar. Tahun ke-4 merantau, Yanti berniat membeli sebidang kebun dengan uang tabungannya. Namun, uangnya belum cukup untuk membeli kebun tradisional seluas kurang dari 1 hektar. ”CU-lah yang membantu pinjaman sehingga kami bisa memiliki kebun sendiri. Kini kami sudah bisa memaksimalkan lahan dengan pola tumpang sari dan tanaman utama kakao. Kami mendapat panen rutin, ada harian, mingguan, bulanan, tiga bulanan, dan tahunan,” ungkap Yanti berseri-seri. Yanti merasa bertani secara tumpang sari memberi rasa aman secara ekonomi.

Johan Pinem, petani tumpang sari dari Desa Namo Pinang, Kecamatan

Namorambe menegaskan pendapat Yanti tentang rasa aman. Ia ditemui saat mengemas pupuk organik dari kotoran cacing di dekat kandang lembu, belakang rumahnya. “Kini, hampir tiap hari kami dapat memanen hasil kebun. Aren disadap niranya setiap hari, pisang barangan dan kakao setiap minggu ada buahnya yang menguning, pinang dan asam gelugur setiap bulan ada yang bisa dipanen dari pohon, padi mulai menguning setiap 6 bulan, durian, manggis, dan duku panen raya setiap tahun.”

Pasar LelangSetelah 1 tahun semua kelompok

tani tumpang sari memiliki CU yang dikelola istri petani. Supaya modal yang terkumpul lebih besar, berdasarkan musyawarah dan kesepakatan para petani, didirikan Forum Penguatan Ekonomi Rakyat (FPERa). FPERa menjadi wadah semua lembaga keuangan informal di kampung mereka. “Dana parkir” (simpanan) dari masing-masing CU dikumpulkan FPERa. Uang ini dipakai membeli peralatan penyelenggaraan pasar lelang dan modal awal pembelian kakao dari petani anggota.

Untuk menata pemasaran, tahun 2006 petani mendirikan Koperasi Pemasaran Bersama Usaha Tani (KPBUT). Bulan berikutnya dilakukan uji coba pasar lelang di halaman rumah salah satu anggota koperasi. “Kami sangat bersyukur, berkat adanya CU dan FPERa akhirnya pasar lelang ini dapat

BITRAIndonesia(BinaKeterampilanPedesaanIndonesia)Jl.BahagianByPassNo11/35Medan20218,SumateraUtara,IndonesiaTelp:061-7876408,Faks:061-7876428Email:[email protected],[email protected]:www.bitra.or.idBlog:http://pulkam.blogspot.com

terselenggara,” kata Pelita Br Barus, Ketua FPERa. Sejak 2007 pasar lelang diselenggarakan di balai lelang yang dibangun Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang.

“Dengan begini, petani dapat menentukan harga sendiri. Harga yang kami dapat dengan lelang termasuk harga tertinggi di pasaran umum kakao tingkat petani di Sumatera Utara,” kata Berngab Gurusinga, ketua KPBUT. Rata-rata perbedaan harga antara pasar lelang dengan harga umum adalah Rp 1.000—3.000 per kilogram. KPBUT –yang beranggotakan 18 kelompok tani tumpang sari (458 KK) dengan luas lahan sekitar 550 hektar—berhasil mengumpulkan kakao petani anggotanya 6—8 ton per bulan, atau 3—4 ton setiap 2 minggu saat diselenggarakan pasar lelang kakao.

Iswan Kaputra

Sekolah lapangan tumpang sari yang dilakukan BItRa Indonesia bersama Kelompok tani Mawar, desa namo Pinang, Kecamatan namorambe, langsung di kebun mereka.Foto: BItRa IndonESIa

19Juni 2010

pengalaman

Sekelompok bapak dan ibu tampak berkumpul di sebuah bangunan sederhana dari bambu. Mereka adalah petani

organik di Kecamatan Cijeruk dan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Para petani ini tergabung dalam Koperasi Tani Lestari yang didirikan untuk memperbaiki penghidupan petani. Sore itu mereka rapat untuk menentukan harga bagi hasil panennya. Beragam produk, seperti buah, sayur, umbi-umbian, rempah, dan produk olahan pangan menjadi andalan koperasi serba usaha ini.

Sebelumnya para petani ini bertani tanpa ada rasa kepastian akan penghasilan. Lahan sempit atau tidak punya lahan, minimnya modal usaha, dan terbatasnya pemasaran, menyulitkan petani mempertahankan usaha taninya. Tak sedikit petani di daerah ini yang menjual lahan untuk mendapat uang dan kemudian menjadi penggarap di lahan bekas miliknya. Karena bertani adalah keahlian utama mereka, warisan dari orangtua. Pendirian Koperasi Lestari oleh 63 petani laki-laki dan perempuan, setahun lalu, menjadi upaya mereka untuk memperbaiki usaha tani dan kehidupannya.

Kontrak Produksi dan Kontrak Pembelian

Kontrak produksi atau kontrak tanam adalah salah satu layanan Koperasi Lestari bagi anggotanya. Setiap anggota koperasi yang telah memenuhi kewajiban simpanan pokok dan simpanan wajib berhak mendapat layanan kontrak produksi.

Inisiatif MenjanjikanSekitar 60 % petani anggota Koperasi Lestari tidak punya lahan. Mereka kini menggarap lahan bekas miliknya. Di tengah tekanan alih guna lahan di wilayah ini, petani berupaya bertahan dengan pertanian organik dan industri rumah tangga skala kecil. Keberadaan koperasi, sangat membantu mereka mengupayakan penghidupannya.

Dalam kontrak produksi, petani akan mendapat pinjaman modal bagi usaha taninya, dan Unit Produksi dan Pemasaran koperasi mendapat produk untuk dijual ke konsumen. Komponen yang diperhitungkan sebagai nilai pinjaman yang berhak didapat petani adalah: biaya pupuk, bibit, tenaga kerja, biaya umum, cadangan kerugian (asuransi), dan keuntungan petani. Khusus untuk biaya tenaga kerja, para petani sepakat untuk tidak mengambilnya, dan menyimpannya di koperasi sebagai simpanan sukarela milik petani bersangkutan.

Petani yang mendapat kontrak produksi akan “diikat” perjanjian tertulis dengan koperasi untuk menanam paket 16 jenis tanaman. Antara lain bayam merah, selada, kacang panjang, wortel, jagung, terong, cabai dan tomat. Waktu penanaman, waktu penyetoran panen ke koperasi, serta kualitas dan kuantitas juga ditentukan dalam perjanjian. Petani wajib menyertakan rencana tanam, perawatan, dan pascapanen dalam perjanjian. Biasanya sistem ini melibatkan 4—5 petani dalam satu paket, tergantung kemampuan petani yang mendapat kontrak produksi. Sesuai kesepakatan dalam perjanjian, saat panen produk dibawa ke koperasi. Koperasi lalu menyortir dan mengemas sayuran untuk dikirim ke pelanggan. Hingga saat ini Koperasi Lestari rutin mengirim ± 2 kuintal sayur bagi 60-an pelanggan tiap minggunya.

Selain kontrak produksi, ada juga kontrak pembelian. Kontrak pembelian diberlakukan bagi produk buah. Yayan (42 th) adalah salah satu petani yang mendapat kontrak pembelian. Dalam

Kontrak Tani di Koperasi Pedesaan:

20 Juni 2010

kontrak pembelian, Yayan yang kini menggarap 6.000 m2 lahan bekas miliknya, mendapat pinjaman modal untuk membeli dan mengumpulkan buah (pisang atau nanas) dari petani dengan kualitas, jumlah, dan waktu kirim tertentu. Selanjutnya pinjaman dibayar dengan menyerahkan buah sesuai perjanjian dalam kontrak ke koperasi.

Selain memecahkan kesulitan modal usaha tani, sistem kontrak produksi dan kontrak pembelian Koperasi Lestari juga membantu petani memasarkan produk organiknya yang sehat dan ramah lingkungan. Seperti diungkapkan Marin (42 th), “Enak masuk Koperasi. Selain harga pembeliannya stabil, belum ada panen kita sudah dibayar.”

Koperasi Lestari juga membeli produk petani dengan model beli putus (tanpa perjanjian, langsung beli produk). Ini dilakukan bila persediaan di koperasi kurang untuk memenuhi pesanan pelanggan. Pengelolaan pembelian produk petani di Koperasi Lestari dilakukan oleh Unit Produksi dan Pemasaran. Unit ini juga membeli

produk olahan buatan anggota, seperti keripik bayam, keripik singkong, temulawak instan, dan jahe instan. Produk olahan dibeli koperasi dalam bentuk curah. Koperasi-lah yang selanjutnya mengemasnya untuk dijual.

Simpan Pinjam Usaha Kecil Pedesaan

Koperasi Lestari melalui Unit Simpan Pinjam juga melayani simpan pinjam bagi anggotanya. Pinjaman hanya dikhususkan untuk usaha kecil, yaitu usaha dagang kebutuhan pokok, peralatan rumah tangga, kredit pakaian, jual beli hasil tani, serta usaha kecil seperti jajanan, kerajinan bambu, tempe, dan keripik bayam.

Anggota yang ingin mendapat pinjaman dari koperasi, harus mengajukan lewat kelompoknya masing-masing. Dalam pinjaman diberlakukan sistem tanggung renteng. Artinya bila si peminjam tidak bisa mengangsur pengembalian pinjaman, maka pinjaman menjadi tanggung jawab bersama kelompok.

Petani Lebih Pintar dan Terampil

Koperasi Lestari juga memiliki misi mencerdaskan petani. Unit Pendidikan dan Latihan (diklat) yang dimiliki koperasi menjadi penopang keberlanjutan kewirausahaan anggotanya. Adanya diklat pendidikan dasar perkoperasian, pendidikan khusus tentang kewirausahaan, dan sekolah lapangan pertanian yang secara rutin digelar unit ini meningkatkan pemahaman dan kebersamaan petani untuk membangun perekonomian di desa mereka.

Jl.EnceSumantadirejaNo.6(belakangWarungRanau),KampungPalasari,RT.01RW.07,DesaPalasari,KecamatanCijeruk,KabupatenBogorTelp:0251-7140881E-mail:[email protected]:Hamidah(087870402181)

Koperasi Lestari

Koperasi Lestari juga rutin mengikuti pameran untuk memperkenalkan produk mereka kepada konsumen. Foto: aLIanSI oRGanIS IndonESIa

21Juni 2010

jendela dunia

Oleh: Oluwagbemiga A. Dada

Pak Babafemi adalah petani kecil yang tinggal di sebuah desa dekat Ibadan, kota terbesar di Nigeria, Afrika. Dia

menanam kakao, ubi, buah-buahan, dan memelihara sedikit ternak. Pak Babafemi ingin menambah jumlah ternaknya, karena ia tak dapat memenuhi pesanan dari kota. Khususnya selama hari-hari raya agama. Selain itu, dengan memelihara banyak ternak ia selalu memiliki stok pupuk organik. Tapi, menambah jumlah ternak bukan perkara mudah. Pak Babafemi selama ini menjual panennya ke tengkulak dengan harga

Jembatani Petani dan Konsumen

Bazar Organik:

beli rendah. Pendapatannya hanya cukup untuk memelihara ternak dan kebunnya, tetapi tak cukup untuk memperbesar usaha taninya.

Pemerintah Nigeria belakangan gencar mendorong petani untuk menjual panen mereka langsung ke konsumen. Tujuan utamanya: agar petani mendapat harga lebih baik dan juga menjembatani jarak antara petani dan konsumen. Pemerintah sudah mencoba metode-metode yang berbeda untuk mendirikan kemitraan langsung antara petani dan konsumen. Salah satunya melalui bazar organik yang diadakan

di Ibadan setahun sekali. Banyak petani kecil dari desa-desa sekitar Ibadan ikut ambil bagian dalam bazaar yang menampilkan dan menjual beragam produk organik.

Awalnya Ragu, Ternyata Banyak Manfaat

Pak Babafemi dan banyak petani kecil belum pernah mendengar tentang konsep “perdagangan yang adil” (fair trade). Mereka baru tahu ketika ada penyuluh datang ke komunitas mereka. Penyuluh ini juga memberi tahu tentang bazar organik di Ibadan.

Lewat interaksi langsung dengan konsumen di bazar petani belajar masalah pemasaran

22 Juni 2010

Tetapi sulit meyakinkan para petani untuk berpartisipasi. Pak Babafemi dan tetangganya curiga bahwa bazar ini hanyalah cara pemerintah untuk mengendalikan dan menarik pajak panen dan penjualan. Saat itu, mereka tidak melihat bahwa bazar ini adalah kesempatan bagus untuk menjual langsung panen mereka ke konsumen dan bahwa mereka mungkin bisa mendapat tambahan penghasilan.

Namun, akhirnya Pak Babafemi mau berpartisipasi dalam bazar di Ibadan. Hasilnya, ia mendapat pengalaman berharga! Dari penjualan di bazar, Pak Babafemi mendapat hasil yang bagus. Dia terkejut demi melihat bahwa dengan menjual produk organiknya secara langsung kepada konsumen, ia mendapat keuntungan sepuluh kali lipat daripada menjual ke tengkulak. Dia juga terkejut karena semua produknya mudah dijual. Dia belajar bahwa kontak dengan konsumen itu sangat penting, karena mereka mengatakan apa yang diinginkan

dan berapa banyak. Informasi ini membantunya memperkirakan jumlah, kelengkapan jenis produk, dan kapan semuanya itu harus tersedia.

TantanganAda banyak tantangan bagi petani kecil yang ingin berpartisipasi dalam bazar seperti di Ibadan. Pertama, bazar hanya diadakan setahun sekali. Jadi peningkatan pendapatan petani kurang begitu terasa. Pendapatan tambahan yang dihasilkan tidak teratur, padahal petani bisa panen sepanjang tahun. Tantangan lain adalah akses. Perjalanan yang jauh antara desa ke kota membuat petani butuh ongkos lebih untuk transportasi.

Memenuhi permintaan pasar juga menjadi isu penting. Sebab bazar ini diadakan berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen. Taktik yang dipakai oleh petani adalah membuat survei pasar dan hasilnya dipakai untuk memperhitungkan jadwal dan jumlah penanaman. Informasi ini juga bisa

dipakai memperhitungkan ongkos transportasi ke kota. Setelah berjalan dua tahun, Pak Babafemi berkata perkiraan yang ia buat biasanya 80% tepat.

Jenis perdagangan langsung seperti bazar organik ini adalah salah satu jalan untuk meningkatkan pendapatan petani kecil pedesaan. Lewat interaksi langsung dengan konsumen di bazar petani belajar masalah pemasaran dan trik-trik-nya. Ini membantu mereka menjadi pelaku aktif di sektor pertanian. Di sini, dukungan pemerintah—misalnya dalam hal transportasi—sangat diharapkan agar memudahkan petani kecil untuk berpartisipasi.

GerejaAnglikanHolyTrinity(H.T.A.C.),P.O.Box54,Oro,NegaraKwara,Nigeria.E-mail:[email protected]

Oluwagbemiga A. Dada.

transportasi dari desa ke kota menjadi salah satu tantangan petani untuk mengikuti bazaar.

23Juni 2010

jendela dunia

Oleh: Peter Moers

Ekonomi LokalMembangun

Comal adalah Jaringan Pemasaran Alternatif Komunitas. Jaringan ini berdiri tahun 1997 sebagai

hasil diskusi antara petani kecil yang khawatir akan kurangnya akses pasar dan masalah kecukupan pangan di Honduras. Comal dibuat untuk meningkatkan perekonomian pedesaan dan kesejahteraan petani. Comal melatih petani soal pengolahan pascapanen untuk meningkatkan nilai produk dan membuat program pemasaran dengan slogan “Pemasaran dengan Harga Wajar: Membangun Ekonomi Lokal”.

Sekitar 40 asosiasi petani dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) menjadi anggota jaringan Comal.

Kelompok yang disasar Comal untuk menjadi anggota adalah petani kecil dan konsumen di pedesaan. Comal membeli panen dan produk olahan petani dengan harga wajar dan menjualnya melalui 400 toko komunitas ke 16.000 keluarga konsumen pedesaan. Untuk melebarkan usahanya, Comal bergabung dengan Jaringan Pemasaran Masyarakat Amerika Latin, sebuah jaringan pemasaran yang beranggotakan masyarakat akar rumput dan 623 organisasi di seluruh Amerika Latin.

Rantai Produksi-KonsumsiKebanyakan LSM hanya fokus

pada peningkatan produksi petani dan mengabaikan konsumen. Comal,

sebaliknya, mengakui bahwa petani dan konsumen sama-sama penting dan berusaha memasukkan sebanyak mungkin produk olahan petani lokal ke berbagai pasar yang ada. Fokus Comal adalah mendata produk hasil olahan petani kecil, kebutuhan konsumen, dan berusaha menjembatani keduanya sekaligus memperkuat ekonomi setempat.

Baru-baru ini Comal menerima dana dari Strohalm, sebuah organisasi Belanda yang berkomitmen mendukung ekonomi lokal. Dana itu dipakai untuk memulai usaha pemasaran produk pertanian. Tujuannya, menghapus sepenuhnya konsumsi barang impor dan menggantinya dengan produk lokal.

tujuan Comal adalah mendorong hubungan perdagangan antar pelaku ekonomi di desa untuk memperkuat ekonomi pedesaan.

24 Juni 2010

Misalnya dengan mendirikan sebuah pabrik gula, untuk memenuhi permintaan pasar dan menghapuskan ketergantungan pada gula impor. Selain itu, Comal juga berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku dari luar daerah, agar pertumbuhan ekonomi lokal bisa maksimal.

Integrasi Pertanian dan Industri Pengolahan

Kopi adalah produk ekspor kedua paling penting di Honduras dan sangat penting untuk petani kecil. Menanggapi kerasnya persaingan pasar internasional dan harga yang tak stabil, kegiatan Comal berpusat pada penciptaan pasar baru di dalam negeri. Di wilayah Taulabé, misalnya, kopi biasa dijual dalam bentuk mentah ke tengkulak. Untuk mendorong pembangunan ekonomi lokal, Comal menyediakan pinjaman bagi petani kecil setempat untuk meningkatkan produksi dan kualitas serta membeli peralatan dan belajar memproses dan menjual kopi sendiri. Saat ini, ada satu kelompok perempuan yang sudah mendirikan unit pengolahan kopi skala kecil yang memungkinkan mereka memanggang, mengemas, dan menjual kopi secara

lokal atau melalui jaringan Comal. Tebu juga komoditas penting bagi

puluhan ribu petani kecil Honduras. Sari tebu yang sudah dikeringkan umumnya dijual kepada pedagang pengumpul atau langsung kepada konsumen akhir. Comal menyadari bahwa rantai perdagangan tebu dan gula coklat dapat dikembangkan untuk membangun ekonomi lokal. Gula coklat adalah bahan baku penting dalam proses pemanggangan kopi. Lokasi pengolahan gula dan kopi berdekatan, karena itu Comal berinisiatif untuk menghubungkan keduanya agar terjadi perputaran uang di tingkat lokal.

Comal juga membantu masyarakat pedesaan memanfaatkan limbah kulit kopi menjadi pupuk organik yang bernilai jual tinggi. Sebelumnya, limbah ini dibuang sia-sia dan mencemari lingkungan serta mengganggu kesehatan. Adanya suplai pupuk organik membuat sejumlah petani bisa mulai bertanam secara organik dan membuka pasar baru.

Menghubungkan Usaha

Tujuan Comal adalah mendorong hubungan perdagangan antar pelaku ekonomi di desa untuk memperkuat

ekonomi pedesaan. Usaha ini juga merangsang aliran barang-barang konsumsi dengan harga wajar bagi konsumen dan harga beli wajar bagi petani. Selain itu, Comal juga membantu jika ada surplus produksi dengan memasarkannya ke jaringan pemasaran yang lebih luas. Comal percaya, sangat penting menjaga perputaran uang tetap di pedesaan karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru di desa.

Peter Moers. Koordinator Proyek Umum. Stichting Strohalm, Oudegracht 42, 3511 AR Utrecht, Belanda. Email: [email protected]

Comal mengakui bahwa petani dan konsumen sama-sama penting dan berusaha memasukkan sebanyak mungkin produk olahan petani lokal ke berbagai pasar yang ada.

25Juni 2010

info & teknologi

Penelitian The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, menunjukkan bahwa biji tanaman kelor (Moringa Oleifera) cukup efektif untuk penjernihan air.

Caranya, ambil buah kelor yang sudah tua/kering di pohon. Kupas kulit yang menyelubungi biji. Biji tak berkulit lalu ditumbuk sampai halus. Untuk menjernihkan air sebanyak 20 liter (1 jerigen), perlu 2 gram bubuk biji kelor (± 2 sendok teh). Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sampai menjadi pasta. Masukkan pasta dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya 200 ml (1 gelas belimbing) air bersih. Kocok selama lima menit hingga tercampur sempurna. Proses ini untuk mengaktifkan senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor. Saring larutan dengan kain kasa. Masukkan endapan yang didapat ke dalam jerigen. Aduk perlahan-lahan selama 10—15 menit.

Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padat dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya. Benda-benda ini akan mengendap ke dasar jerigen. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diambil untuk keperluan rumah tangga.

Proses pembersihan dengan biji kelor bisa menjernihkan air hingga 90%. Namun, beberapa mikroba patogen masih berpeluang tetap ada, khususnya bila air awalnya tercemar berat. Jika mau dipakai untuk air minum, harus disaring lebih lanjut dan dimasak dulu.

Penjernihan AirAir mutlak diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Idealnya, air yang dikonsumsi adalah air bersih. Sayangnya air bersih tak selalu tersedia. Terutama di daerah terpencil dan pedesaan. Berikut beberapa teknologi tepat guna untuk menjernihkan air.

Teknik Sederhana

Biji tanaman kelor (Moringa Oleifera) cukup efektif untuk penjernihan air. Hasilnya bisa mencapai 90%.

1. Penjernihan Air dengan Kelor

26 Juni 2010

Siapkan 1 drum untuk bak pengendapan. Dasar drum dibuat lubang-lubang kecil (diameter 2 mm) dan 4 lubang dengan diameter 3,5 mm. Pada dinding drum diberi 6 lubang berdiameter 3,5 mm. Jarak antara masing-masing lubang 10 cm. Bagian kiri dan kanan drum dipasangi pipa yang panjangnya 15 cm. Pada bagian dasar dari drum diberi kawat kasa.

Siapkan alat penyaring yang dibuat dari gentong. Pada dasar gentong diberi kerikil dan di atasnya diberi arang sekam padi setebal dari 10—20 cm. Beri ijuk di atas arang sekam padi. Alirkan air sungai atau telaga ke dalam bak pengendapan. Tutup saluran air keluar. Setelah bak terisi penuh dan kotoran terlihat sudah mengendap, buka saluran air keluar dan alirkan air ke gentong penyaring. Setelah 5 menit, air akan keluar. Agar air yang keluar tetap jernih, keran harus dibuka dengan aliran yang kecil.

Model penjernihan air sederhana. Mengandalkan teknik penyaringan berlapis.

2. Penjernihan dengan Gentong PenyaringSiapkan dua buah tempayan

(gentong) dari tanah liat. Tumpuk kedua tempayan. Tempayan yang berada di atas disebut tempayan A, sedangkan yang di bawah disebut tempayan B. Bagian dasar tempayan A dilubangi, agar airnya dapat menetes ke tembayan B. Masukkan kerikil, pasir, dan potongan arang berukuran kecil ke dalam tempayan A, selapis demi selapis, sehingga menutupi lubang di bagian dasar. Posisi lapisan arang (lapisan paling atas) kira-kira mencapai 2/3 tinggi tempayan. Sebelum dimasukkan, ketiga bahan harus dicuci sampai bersih.

Air yang didapat di tempayan B bisa digunakan sebagai air minum, tetapi harus dimasak dulu hingga mendidih untuk memastikan semua kuman mati. Setiap 2—3 hari sekali, lapisan kerikil, pasir, dan potongan arang dikeluarkan dan dicuci ulang sampai bersih. Setelah itu dimasukkan kembali ke tempayan A.

3. Penjernihan Air dengan Sekam Padi

penjernihan sekam padi

27Juni 2010

tip pertanian

Menanam pepohonan bersama dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam satu lahan tergolong sistem agroforestri (wanatani) sederhana. Kebiasaan ini telah dilakoni petani sejak dulu. Pola ini berdampak positif, antara lain: tersedianya sumber bahan organik, menekan gulma, mengurangi kehilangan hara, memperbaiki porositas tanah, menambat nitrogen dari udara, menekan serangan hama dan penyakit, menjaga kestabilan iklim mikro, dan mengurangi bahaya erosi. Namun, jika pohon yang dipilih kurang tepat, bisa mengakibatkan: pohon menjadi inang penyakit, terjadinya persaingan mendapatkan cahaya, air, dan hara antara pohon dengan tanaman semusim.

Berikut beberapa dasar pertimbangan memilih jenis pohon dalam tumpang sari.• Bentukdansebarantajukpohon.Keduahalini

menentukan tingkat naungan dan intensitas sinar matahari yang diterima tanaman semusim di bawahnya.

• Produksiserasah.Serasahdaripohon(baikkarenapemangkasan atau daun gugur) menjadi sumber hara untuk tanaman semusim di bawahnya.

• Kesesuaianantaraketersediaanharadengankebutuhan tanaman. Serasah yang dihasilkan pepohonan memiliki kualitas berbeda-beda yang pada akhirnya menentukan kecepatan pembusukan menjadi kompos. Kualitas serasah harus disesuaikan dengan kecepatan tumbuh dan kebutuhan hara tanaman semusim.

• Kedalamanperakaran.Pohonyangberakardalamlebih baik karena: tak mudah tumbang, bisa mencegah erosi, “menangkap dan menyimpan” air dalam tanah, dan lebih tahan kekeringan.

• “Memanen”nitrogen(N)dariudara.Kemampuantanaman untuk memanen N dari udara bebas diharapkan dapat menambah ketersediaan N dalam tanah. Tanaman yang mempunyai kemampuan ini adalah jenis kacang-kacangan (legum). Tetapi tak semua legum menguntungkan.

• Ketahananterhadappangkasan.Untukmengurangipersaingan mendapatkan sinar matahari antara pohon dan tanaman semusim, perlu dilakukan pemangkasan daun dan ranting pohon. Beberapa jenis pohon tetap tumbuh baik meski sering dipangkas. Pohon yang tidak tahan dipangkas, ditandai dengan kemunduran

Keuntungan Menanam Pohon Dalam Sistem Tumpang Sari

pertumbuhan setelah dipangkas beberapa kali. Pohon yang mudah dan cepat tumbuh setelah mengalami pemangkasan periodik sangat cocok digunakan sebagai tanaman pagar.

• Kemampuanmengendalikangulma.Gulmamerugikan tanaman pertanian semusim. Pertumbuhan gulma dapat terhambat bila ternaungi pepohonan.

• Manfaattambahan.Salahsatualasankeberatanpetani menerapkan tumpang sari tanaman semusim dengan pohon adalah berkurangnya lahan untuk tanaman semusim sehingga pendapatan jangka pendek berkurang. Untuk mengganti kerugian tersebut, pohon yang dipilih sebaiknya memberikan manfaat ganda bagi petani: menjamin lingkungan tumbuh yang baik dan dapat memberikan hasil yang dapat dimanfaatkan segera, seperti buah, sayur, getah, pakan ternak, dan kayu bakar.

(Kiriman Sutomo, UPT-BKT Kebun Raya Bali, Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191, e-mail: [email protected])

Dengan sistem wanatani/agroforestry, selain panen petani juga ikut melestarikan lingkungan. Foto: VECo InDonEsIa

28 Juni 2010

Pupuk Kotoran Sapi: Atasi Kekurangan Kalium pada Kedelai

Tanaman kedelai memerlukan ketersediaan kalium (unsur K) yang besar dalam tanah. Namun, kalium dalam tanah mudah tercuci: hanyut terbawa air atau masuk ke lapisan tanah lebih dalam sehingga tidak terserap akar tanaman.

Pupuk kotoran sapi adalah sumber potensial karena kandungan K di dalamnya mencapai 90% yang berasal dari pakan, utamanya jerami padi. Karenanya, pemberian pupuk ini sebagai penutup lubang tanam dapat membantu memenuhi kebutuhan K tanaman kedelai. Pupuk yang digunakan adalah yang sudah berbentuk seperti tanah berwarna coklat kehitaman. Dalam keadaan kering, bobotnya ringan dan beremah. Pupuk kandang dengan ciri seperti disebutkan biasanya telah berumur lebih dari tiga bulan.

Cara penggunaannya: dengan menggunakan tugal,buat lubang tanam kedelai dengan kedalaman kurang lebih 9 cm. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam selekas mungkin setelah benih ditanam. Keterlambatan pemberian pupuk kandang dalam waktu lebih dai 36 jam setelah tanam, dapat mengganggu pertumbuhan kecambah karena pergeseran posisi kecambah. Dosis pupuk kandang yang diberikan sampai memenuhi 85% lubang tanam. Apabila kondisi tanah cukup kering pada umur 10 hari setelah tanam (biasanya saat musim kemarau), maka lahan harus segera diairi dengan cara perembesan (melalui saluran antar bedengan), agar pupuk kandang segera larut dalam tanah dan dapat segera diserap tanaman.

(Kiriman Nur Nahudi, Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur)

tanaman kedelai butuh unsur Kalium dalam jumlah banyak di dalam tanah.

Daun Sirih, Pestisida Alami untuk Padi

Daun sirih dapat dimanfaatkan untuk membasmi hama putih, ulat penggulung daun, dan penggerek batang pada tanaman padi.

Cara pembuatannya: sebanyak 250 gram sirih ditumbuk halus. Kemudian diberi air sebanyak empat gelas dan disaring sampai diperoleh air sirih.

Cara penggunaannya: air sirih dicampur dengan 13 liter air. Selanjutnya semprotkan pada pada tanaman padi yang terserang hama putih dan penggulung daun. Untuk membasmi hama penggerek batang, cairan disemprotkan satu minggu setelah dijumpai telurnya.

(Kiriman Adlan Mamnun, Ketua Kelompok Pembibitan Swadaya Mandiri (KPSM), Jl. Raya Tanjung Bayan, Lendang Mamben Anyar, Kec. Bayan, Kab. Lombok Barat, NTB)

29Juni 2010

indonesia dalam berita

Tanggal 1 Juni sebagai Hari Susu Nusantara ditetapkan lewat Keputusan Menteri Pertanian No. 2182/KPTS/PD.420/5/2009. Pencanangan ini terinspirasi kegiatan serupa yang dibuat FAO (Lembaga PBB yang mengurusi pangan dan pertanian) tahun 2000.

Dalam peringatan Hari Susu Nusantara tahun 2010 di Lembang, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bachruddin mengatakan bahwa produksi susu dalam negeri baru mencapai 500 ribu ton/tahun dan hanya memenuhi 26% konsumsi nasional. Sebanyak 74 % masih dipenuhi dari susu impor.

Ke depannya, pemerintah menargetkan peningkatan populasi sapi perah sebanyak 200.000 ekor/tahun. Karena itu Menteri Pertanian Suswono menyerukan agar pengembangan peternakan sapi perah di Pulau Jawa fokus pada perbaikan manajemen dan kualitas susu. Ini supaya lebih banyak susu produksi lokal bisa diterima industri pengolahan susu.

Agar industri susu dalam negeri bisa lebih maju, perlu dukungan pemerintah bagi peternak. Misalnya dengan penyediaan pakan produk dalam negeri berharga murah, kredit bibit sapi bergulir, dan peningkatan kapasitas peternak melalui penyuluhan.

Saat ini konsumsi susu segar di Indonesia juga masih rendah, yaitu 10,4 liter/tahun atau sama dengan 55 gelas susu setahun. Bandingkan dengan Vietnam yang mencapai 12 liter/ tahun, Malaysia 27 liter/tahun, dan Jepang 38 liter/ tahun. Penyebab rendahnya konsumsi susu segar adalah harga yang masih tinggi dan belum membudayanya minum susu segar di masyarakat kita. Upaya peningkatan konsumsi susu segar dilakukan lewat Program Gerakan Minum Susu (Gerimis) di Sukabumi, Semarang , Sleman, dan Bengkulu.

Konsumsi Susu Masyarakat Indonesia:

Hanya 55 Gelas Per Orang Per Tahun

sumber: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

30 Juni 2010

“Satu Hari Tanpa Nasi”

Gerakan Penganekaragaman PanganPenganekaragaman pangan adalah “PR” Kementerian

Pertanian yang harus direalisasikan segera. Gerakan ini perlu lebih disosialisasikan pada perempuan, karena mereka berperan menyediakan konsumsi pangan keluarga dan mengajarkan anak pola konsumsi pangan.

Saat peringatan hari Kartini 2010 lalu, dilakukan kerja sama antara Kementerian Pertanian dengan KOWANI (Organisasi Masyarakat Perempuan) yang dinamai dimanfaatkan oleh Kementerian Pertanian untuk memulai gerakan dengan mendeklarasikan “one day no rice” atau Gerakan “Satu Hari Tanpa Nasi Menuju Gizi Seimbang untuk Kesehatan dan Kecerdasan Anak Indonesia”. Gerakan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Pertanian dengan KOWANI tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Untuk pelaksanaannya sendiri harapannya akan dilakukan pusat, provinsi, kabupaten, desa hingga masyarakat luas.

Kementerian Pertanian sendiri sudah mulai dengan menyajikan konsumsi yang terbuat dari bahan nonberas dan nonterigu

pada rapat-rapat yang dilaksanakan di Kementerian Pertanian. Penganekaragaman pangan diharapkan dapat mengurangi kebutuhan beras nasional secara signifikan. Paradigma masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa belum makan kalau belum makan nasi harus diubah. Masih banyak sumber karbohidrat lain yang tak kalah nutrisinya, seperti umbi-umbian, labu/waluh, dan kacang-kacangan.

sumber: Departemen Pertanian

Konferensi Dewan Ketahanan Pangan 2010:

Kita Harus Terus Peduli Terhadap Ketahanan Pangan

Konferensi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 24 Mei 2010 lalu menyimpulkan bahwa kita harus terus peduli pada ketahanan pangan. Setidaknya ada enam hal yang menjadi alasan pentingnya kepedulian terhadap ketahanan pangan. Pertama, pangan adalah kebutuhan mendasar manusia yang tidak bisa digantikan, Kedua, disadari atau tidak, terjadi peningkatan kebutuhan pangan karena pertambahan penduduk. Juga terjadi peningkatan jumlah konsumen “kelas menengah” yang meningkatkan konsumsi pangan, khususnya jenis protein. Ketiga, terjadi kerusakan lingkungan yang diakibatkan perubahan iklim yang akan menganggu produksi pangan sedunia. Keempat, ada kecenderungan meningkatnya pemakaian produk

pertanian untuk sumber energi sehingga mengganggu suplai pangan. Kelima, adanya ketergantungan dan perdagangan antarnegara mengenai suplai pangan. Dan keenam, masih banyak kerentanan dan kerawanan pangan di berbagai daerah di Indonesia.

Untuk hasil selengkapnya dari Konferensi DKP bisa di-download di link berikut berupa file dengan format PDF.

http://www.deptan.go.id/news/admin/info/BAHAN%20WEBSITE%20konferensi%20dewan%202010.pdf

sumber: Badan Ketahanan Pangan

31Juni 2010

bijak di rumah

Ketika akan membeli produk pangan dalam kemasan, Anda harus memerhatikan keterangan-keterangan yang dicantumkan dalam label makanan tersebut. Keterangan dalam label makanan wajib dibaca

dengan baik agar Anda mengetahui dengan pasti kondisi dan kandungan produk yang akan dibeli. Label yang ada dalam kemasan pangan wajib berisikan informasi-informasi sebagai berikut.

1. Nama Produk Nama produk pangan adalah penjelasan mengenai produk

pangan. Bedakan dengan nama dagang. Nama dagang adalah nama yang diberikan produsen sebagai merek/identitas produk yang diperdagangkan.

2. Berat/Isi Bersih Merupakan keterangan mengenai jumlah pangan yang

terdapat dalam kemasan/wadah.

3. Nama dan Alamat Produsen /Importir/Distributor

Merupakan keterangan nama dan alamat produsen/importir/distributor.

Baca Label Sebelum Membeli

Makanan Dalam Kemasan:

4. Nomor Pendaftaran (MD, ML, SP atau P-IRT)

Nomor persetujuan keamanan pangan, mutu, dan gizi, serta label pangan dalam rangka peredaran pangan. Nomor pendaftaran diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM)/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Ada dua jenis nomor pendaftaran:a. MD dan SP/P-IRT: untuk nomor pendaftaran produk dalam

negeri, setelah melalui penilaian oleh pemerintah bahwa produk tersebut dijamin aman. MD merupakan kode makanan dalam negeri yang dikeluarkan oleh BPOM RI. Sedangkan, SP (Sertifikan penyuluhan) dan P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

b. ML: untuk nomor pendaftaran produk impor, setelah melalui penilaian pemerintah bahwa produk tersebut dijamin aman. ML: Makanan Luar Negeri.

teliti sebelum membeli barang di supermarket. terkadang, ada yang sudah kadaluwarsa.

Lebih baik mengonsumsi produk segar ketimbang produk olahan dalam kemasan, karena lebih segar dan kandungan gizinya lebih baik.

32 Juni 2010

5. Komposisi Produk atau Daftar Bahan yang Digunakan

Merupakan daftar bahan-bahan yang digunakan untuk membuat produk pangan tersebut, termasuk bahan tambahan pangan, seperti: pemanis sintetis, pewarna sintetis, dan bahan pengawet.

6.Tanggal Kedaluwarsa Merupakan keterangan mengenai batas akhir pangan

tersebut dijamin mutunya oleh produsen, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan produsen, seperti tercantum di label. Selain penandaan tanggal kedaluwarsa seringkali disertakan cara penyimpanan produk tersebut, misalnya “simpan di tempat kering”, atau “simpan dalam lemari pendingin setelah dibuka”.

7.Kode dan Tanggal Produksi Kode produksi adalah keterangan riwayat produksi pangan

bersangkutan. Tanggal produksi merupakan tanggal, bulan, dan tahun pangan tersebut diproduksi. Kode dan tanggal produksi berguna bagi produsen untuk melacak hal-hal menyangkut proses produksi jika terjadi suatu hal pada produk pangan tersebut.

Informasi lain yang perlu diperhatikan:Selain tujuh hal tersebut, penting juga memperhatikan aspek-aspek lain, yaitu:

a. Keterangan kandungan zat gizi. Informasi ini berguna agar konsumen mengetahui

kandungan zat gizi dan bahan tambahan di dalamnya sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan gizi. Pencantuman kandungan zat gizi hanya berlaku untuk produk MD dan ML. Sedangkan SP/P-IRT tidak wajib.

b. Klaim halal. Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur/

bahan haram/dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, serta diproses sesuai ketentuan hukum agama Islam. Sertifikasi halal resmi diberikan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia). Sedangkan izin pencantuman halal diperoleh dari BPOM RI.

c. Keterangan mengandung babi. Pada label pangan yang mengandung bahan yang berasal

dari babi, diharuskan mencantumkan tulisan “Mengandung Babi”. Tulisan dibuat dalam huruf besar berwarna merah di dalam kotak persegi panjang berwarna merah dan disertai gambar babi.

(Sumber: www.pom.go.id)

33Juni 2010

advokasi

Perlu atau Tidak ?Ijin Usaha Budi Daya Tanaman Pangan:

Oleh: David Ardhian

Kementrian Pertanian (Kementan) bermaksud menerbitkan peraturan menteri tentang ijin usaha budi daya tanaman pangan. Meski masih rancangan, peraturan itu menuai reaksi keras. LSM dan organisasi petani menggelar konferensi pers menentangnya. Protes berbagai pihak melalui media massa membuat Kementan memilih mundur selangkah guna memperbaiki substansi peraturan yang kontroversial ini.

Semua penolakan bermula dari istilah ‘ijin’ usaha budi daya, apalagi menyangkut tanaman pangan. Ketika pemahaman

akan peraturan ini masih remang-remang, ada bayangan bahwa petani harus mendaftar kepada bupati/walikota setempat untuk mulai usaha budi daya. Petani mau menanam, kok harus ijin dulu ?

Ijin tanam ini sempat menghebohkan, sampai akhirnya diklarifikasi oleh Kementan. Bahwa yang wajib ‘mendaftar’ adalah usaha tani dengan luas lahan di atas 25 hektar dan/atau memiliki tenaga kerja tetap lebih dari 10 orang. Para petani yang lahannya di bawah 25 hektar tidak wajib mendaftar, melainkan wajib ‘didaftar’ !

Klarifikasi Kementan tak meredakan badai protes. Kritik justru makin berkembang. Aturan ini dianggap mendiskriminasi petani pangan skala kecil, membuka ruang penguasaan korporasi skala besar dan berpeluang menimbulkan pungutan liar. Lebih jauh, aturan ini dinilai melanggar hak asasi petani, membuka invasi benih transgenik, dan bertabrakan dengan agenda reforma agraria. Sesuatu yang sangat serius.

Ijin Usaha atau Lebih dari Itu ?

Pemerintah memiliki kewenangan membuat peraturan, termasuk peraturan ijin usaha. Sebagai instrumen kebijakan, perijinan memiliki beberapa kegunaan. Pertama memberikan kepastian hukum bagi pengusaha. Dengan mengantongi ijin, pengusaha dianggap sah dan memenuhi syarat sesuai ketentuan hukum yang berlaku dalam menjalankan usahanya.

Kedua, bagi pemerintah, perijinan adalah alat kontrol dan pengawasan. Dengan acuan perijinan, pemerintah bisa mengawasi gerak-gerik pengusaha sehingga bisa menjatuhkan sanksi jika terjadi pelanggaran. Ketiga, ijin dengan kelengkapan administratifnya menjadi sumber informasi untuk dikelola menjadi data nasional. Pemerintah bisa mengetahui gambaran kuantitatif-kualitatif dari peta usaha di Indonesia. Data ini bermanfaat saat merancang program pembangunan.

Bagaimana dengan ijin usaha budi daya tanaman pangan ? Kementan berdalih bahwa peraturan ini justru untuk mengawasi pengusaha. Jika dibiarkan, maka penguasaha bisa tidak terkendali dalam menguasai lahan tanaman pangan, yang ujungnya merugikan petani kecil. Dengan perijinan ini, pemerintah juga bisa mendapat informasi terkini mengenai peta komoditas (jenis, jumlah,

Yang diprotes masyarakat lebih dari sekadar masalah perijinan tanam. Ada tendensi bahwa permentan ini terkait dengan pembukaan ‘perkebunan pangan’ atau food estate di Merauke yang tak kalah kontroversial.Foto: ShintiA

34 Juni 2010

dan persoalan yang dihadapi seperti serangan hama penyakit), pelaku usaha, dan lokasi usaha terkait budi daya tanaman pangan.

Lalu apa masalahnya ? Rupanya, yang diprotes masyarakat lebih dari sekadar masalah perijinan. Rancangan Permentan, adalah turunan PP No. 18 Tahun 2010 yang isinya serupa dengan rancangan permentan tersebut. Jika ditelusuri dari rangkaian kebijakan sebelumnya, ada tendensi bahwa permentan ini terkait dengan pembukaan ‘perkebunan pangan’ atau food estate di Merauke yang tak kalah kontroversial. Permentan dianggap sebagai usaha memuluskan investasi usaha besar di sektor pangan.

Lebih jauh, yang menjadi perhatian masyarakat adalah soal paradigma. Kebijakan pembangunan pertanian pemerintah cenderung berpihak pada pertanian industri ketimbang pertanian rakyat. Buktinya, melalui Merauke Food Estate, pemerintah membuka investasi usaha skala besar bahkan asing dalam sektor pangan, yang selama ini didominasi pertanian rakyat. Saat ini sudah ada 33 perusahaan skala besar dalam antrean investasi untuk Merauke Food Estate.

Ada yang lebih serius dari sekadar masalah permentan. Ini adalah soal arah kebijakan pembangunan sektor tanaman pangan, yang menyangkut hidup jutaan petani kecil. Jika pertanyaannya adalah: apakah pemerintah mengutamakan pertanian industri atau pertanian rakyat? Maka jawaban sudah jelas, pemerintah membangun pertanian tanaman pangan menuju pertanian industri, sesuai visi Kementan rezim saat ini.

Perlu Perijinan atau Tidak ?

Peraturan sekelas permentan memang tak akan mampu mengakomodasi pemenuhan hak petani, prioritas pada pertanian rakyat, dan reforma agraria. Meski Kementan mau mengubah rancangan peraturan itu dan memasukkan saran berbagai pihak, rasanya hasilnya tidak cukup untuk menggeser paradigma industri yang memang menjadi pilihan pemerintah saat ini.

Sebenarnya ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab sebelum merevisi dan menerbitkan permentan itu. Sebenarnya usaha budi daya tanaman

pangan perlu peraturan perijinan atau tidak ?

Secara substantif banyak hal bisa dikritisi dalam draft permentan tersebut. Pertama soal persyaratan ijin untuk pengusahaan lahan lebih dari 25 hektar dan/atau jumlah tenaga kerja tetap lebih dari 10 orang. Tak hanya perusahaan besar yang akan terkena wajib daftar. Usaha skala menengah dan kecil (UKM), bahkan koperasi pertanian bisa terjerat wajib daftar. Saat ini banyak UKM dan koperasi pertanian yang telah berkembang dalam skala usaha tersebut. Artinya, akan ada beban tambahan bagi UKM dan koperasi untuk mengurus perijinan. Ini jelas menjadi dis-insentif bagi mereka. Di tengah upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk berkembangkan UKM dan Koperasi maka instrumen perijinan usaha budi daya bisa menjadi hambatan.

Belum lagi soal pendaftaran petani kecil dengan lahan di bawah 2 hektar. Seorang kepala dinas pertanian Jawa Timur, mengeluh kepada penulis. Utamanya soal kesiapan aparat di daerah mengurus perijinan dan anggaran untuk melakukan pendaftaran petani yang tak jelas diambil dari mana. Idealnya, sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk mengetahui potensi dan masalah pertanian di daerahnya. Namun dalam realitas, mendata seluruh petani yang berjumlah ratusan ribu, dengan aparat pertanian yang sedikit dan fasilitas terbatas tentu sebuah persoalan besar bagi dinas pertanian daerah. Jika dilakukan, maka hasilnya sudah dipastikan tidak maksimal.

Bagi petani skala usaha kecil, pendaftaran tidak merugikan apa-apa, tetapi juga tidak memberikan nilai tambah. Di sini terlihat, permentan ini memang tidak menguntungkan petani skala kecil secara langsung. Dan sebenarnya, tanpa permentan pun, pengembangan data nasional terkait sektor tanaman pangan memang sudah seharusnya dijalankan sebagai kewajiban Kementan.

Permentan ini hanya akan menguntungkan perusahaan skala besar atau asing, yang membutuhkan kepastian usaha dan berinvestasi di Indonesia. Terutama jika mereka mendapat hak penggarapan tanah negara atau hak guna usaha, yang seringkali menjadi sengketa dengan penduduk lokal. Jadi, peraturan ijin usaha budi daya ini bagai pisau

bermata dua. Di satu sisi menjadi alat kontrol pemerintah untuk mengawasi pengusaha, di sisi lain menjadi alat legitimasi akan penguasaan lahan oleh perusahaan besar. Ini yang harus dicermati lebih jauh.

Mengingat (1) tidak ada/jelasnya keuntungan bagi stakeholder di sektor budi daya tanaman pangan dan (2) peluang permentan ini menjadi pintu bagi penguasaan sektor pertanian di tangan korporasi, pemerintah perlu berpikir ulang untuk penerapan ijin usaha ini secara massal di tingkat kabupaten. Apalagi aparat pertanian di daerah belum sepenuhnya siap menjalankan permentan tersebut. Ada baiknya Kementan membatalkan peraturan tersebut, dan berkonsentrasi untuk mengembangkan pertanian rakyat yang selama ini menjadi tulang punggung sektor pangan.

Bagi petani skala kecil, pendaftaran usaha tani tidak merugikan apa-apa, tetapi juga tidak memberikan nilai tambah. Foto: VECo indonESiA

Peneliti, Yayasan Nastari BogorE-mail: [email protected]

David Ardhian

35Juni 2010

silakan kontak

Mercy Corps adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional yang bekerja pada kasus bencana alam, konflik, kemiskinan kronis di tengah masyarakat. Di Indonesia lembaga nirlaba ini berjuang mengatasi akar permasalahan dari kemiskinan. Melalui perbaikan kualitas hidup akibat bencana dan konflik, baik di perkotaan maupun pesisir. Program Mercy Corps saat ini adalah mempromosikan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui program kemandirian dan kewirausahaan yang terintegrasi serta pelatihan untuk peningkatan kapasitas. Tujuan program ini adalah memperbaiki kualitas kehidupan pada masyarakat yang rawan krisis, khususnya di bidang kesehatan, nutrisi, pembangunan lingkungan bagi komunitas yang serba kekurangan. Mercy Corps telah mengimplementasikan program di beberapa daerah miskin perkotaan di Jakarta, Yogyakarta, Riau, Bengkulu, Lampung, dan kepulauan Maluku. Saat ini Mercy Corps mempunyai beberapa kantor lapangan di Indonesia, yaitu di Jakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, Maluku, dan Yogyakarta.

Jl. Kemang Selatan I/3, Bangka, Jakarta Selatan 12730, Telp: 021- 7194948, faks: 021- 71790703

Mercy Corps Indonesia

Visi Asosiasi Pendamping perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) adalah terwujudnya Perempuan Usaha Kecil-mikro (PUK-Mikro) yang kuat dan mandiri dalam masyarakat sipil yang demokratis, sejahtera, egaliter, setara dan berkeadilan gender. Sedangkan misinya memfasilitasi terbangunnya gerakan perempuan usaha kecil-mikro (PUK-Mikro) yang berkesetaraan dan berkeadilan gender untuk mewujudkan sistem yang kondusif bagi proses demokratisasi, serta memfasilitasi terbangunnya akses dan kontrol PUK-mikro terhadap sumber daya ekonomi. Adapun programnya: 1) menfasilitasi dan menguatkan organisasi nonpemerintah—yang menjadi anggota asosiasi—dalam advokasi, networking dan fund raising; 2) memperkuat PUK-mikro dengan mendampingi dan memfasilitasi PUK-Mikro melalui latihan, studi banding, workshop, membangun jaringan, dan pengembangan lembaga permodalan bagi PUK-mikro melalui “LKP” (lembaga keuangan perempuan) di tingkat kabupaten/kota; 3) menjalin kerja sama dengan lembaga di luar anggota, baik dalam maupun luar negeri, yang mempunyai kepedulian pada PUK-Mikro; 4) advokasi bebijakan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan PUK-mikro, serta 5) publikasi hasil-hasil studi, pengalaman pendampingan PUK-mikro, alat alat pembelajaran secara cetak dan elektronik. Anggota APPUK tersebar di Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Sumatera.

Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK)

www.asppuk.or.id

Finance Alliance for Sustainable Trade (FAST) merupakan sebuah asosiasi nirlaba internasional yang beranggotakan peminjam dana dan produsen skala kecil dan menengah yang berdedikasi membawa ke pasar hasil produk pembangunan berkelanjutan. FAST membawa stakeholder beragam ini untuk bekerja berkelompok guna meningkatkan jumlah produsen di negara berkembang untuk bisa mengakses dana, menyatukannya dengan kebutuhan bisnis mereka, dan kemudian memasuki pasar secara berkelanjutan. FAST berupaya menjembatani kesenjangan keuangan yang dialami usaha kecil dan menengah. FAST mempunyai misi agar para produsen semakin memperoleh akses pada kredit dan perangkat manajemen risiko keuangan secara berkelanjutan, pengembangan proyek bersama, juga perbaikan koordinasi serta kerja sama antara peminjam dana yang berorientasi sosial, para produsen, dan pihak terkait lainnya.

Finance Alliance for Sustainable Trade http://www.fastinternational.org Suite 500, 1255 rue University, Montreal, QC, H3B 3V8, Telp: +1-514-759-6626, Faks: +1-514-759-6603

36 Juni 2010

Worldwatch Institute merupakan organisasi penelitian independen, yang memberikan analisis kritis terhadap isu global berdasarkan fakta yang ada. Tiga program utamanya adalah iklim dan energi, pangan dan pertanian, serta ekonomi “hijau”. Worldwatch Institute membawa visi dan ide untuk membantu pengambil kebijakan menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dari sisi lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia. Worldwatch fokus pada tantangan abad ke-21: perubahan iklim, degradasi sumber daya, pertumbuhan populasi, serta kemiskinan, dengan mengembangkan dan menyebarluaskan data lengkap dan strategi inovatif bagi terwujudnya masyarakat yang berkelanjutan. Selain menyediakan langganan infromasi terbaru melalui e-mail, lembaga ini juga memiliki blog yang akan memperkaya pengetahuan terkait bidang dimaksud.

Worldwatch Institutewww.worldwatch.org

1776 Massachusetts Ave., N.W. Washington, DC 20036-1904 U.S.A. Telp: (+1) 202 452-1999, faks: (+1) 202 296-7365, e-mail: [email protected].

Microfinance Focus (MF) adalah majalah digital bulanan yang menjadi pertama dan satu-satunya majalah internasional yang fokus pada sektor keuangan mikro. Fokus MF adalah melayani aspek sosial dan bisnis dalam sektor keuangan mikro di India dan juga internasional. MF menerbitkan artikel dari penulis yang berkompeten dalam bidang ini. Majalah ini ditargetkan untuk eksekutif manajemen senior, para professional, peneliti, pelajar, dan individu-individu yang tertarik pada isu keuangan mikro. MF berencana meluncurkan beragam kursus e-learning, program pelatihan dan pengembangan kapasitas, dan jasa konsultasi di sektor ini.

Rural Finance Learning Centre menyediakan pelayanan jasa keuangan bagi masyarakat pedesaan. Pusat belajar ini bertujuan membantu organisasi-organisasi di negara berkembang membangun kapasitasnya agar mampu menyediakan pelayanan keuangan yang memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bisnis pedesaan. Isi websitenya bisa diakses tanpa harus menjadi anggota. Materi untuk keperluan peningkatan kapasitas bisa diakses melalui bagian trainings (pelatihan) , library (perpustakaan), distance learning (belajar jarak jauh), video online, newsletter, dan forum diskusi.

Rural Finance Learning Centrehttp://www.ruralfinance.org

The Microfinance Gateway (The Gateway) merupakan sumber informasi online yang paling komprehensif untuk komunitas keuangan mikro tingkat global. Di sini Anda bisa temukan hasil penelitian, publikasi, grup diskusi, artikel, profil organisasi, serta berita dan kegiatan terbaru terkait keuangan mikro.Misi laman ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan mendorong inovasi dalam hal keuangan mikro.

Microfinance Gatewaywww.microfinancegateway.org

World Council of Credit Unions (WOCCU) merupakan asosiasi perdagangan internasional dan agen pembangunan terbesar untuk Credit Union di seluruh dunia. WOCCU mempromosikan pengembangan Credit Union secara berkelanjutan untuk pemberdayaan masyarakat di seluruh dunia agar dapat tumbuh berkembang pesat melalui layanan keuangan yang terjangkau dan berkualitas.Beragam panduan teknis, laporan hasil penelitian, serta pengalaman terkait credit union bisa diunduh dari laman ini.

World Council of Credit Unionswww.woccu.org

Microfinance Focushttp://www.microfinancefocus.com

37Juni 2010

lentera pustaka

Agrodok-series No. 49. Ditulis oleh Ton de Klark, 2008, diterbitkan Agromisa Foundation dan CTA, Wagenigen.

Buku ini adalah bagian dari 49 seri buku tentang praktik-praktik pertanian berkelanjutan skala kecil. Seri ini menjelaskan tentang situasi terkini terkait keuangan dan penyedia jasanya di pedesaan, baik di sektor formal maupun nonformal. Juga mendiskusikan pendekatan dan metodologi layanan keuangan di pedesaan yang terjadi selama ini. Walapun memberikan contoh-contoh nyata di lapangan, buku ini bukan manual pelatihan. Di bagian akhir buku disediakan daftar organisasi-organisasi untuk konsultasi terkait hal ini. Buku ini ditujukan bagi pihak-pihak yang ingin tahu tentang keuangan pedesaan , termasuk LSM yang membutuhkan model jasa layanan keuangan yang paling tepat untuk proyek maupuan organisasi mereka.

The Rural Finance Landscape, A Practitioners Guide

Maria Pagura (ed.), 2010, ISBN 978-185339-666-4, terbit atas kerja sama dengan FAO-Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Meskipun inovasi-inovasi terkait keuangan mikro di pedesaan telah dilakukan bertahun-tahun, berjuta orang di dunia ini masih tidak punya akses terhadap layanan jasa keuangan. Bisakah pertalian dan kerja sama strategis antara institusi keuangan—formal dan informal—dengan swasta bisa memecahkan masalah ini? Menguraikan 12 studi kasus dan sebuah ulasan dari implemetasinya pada 11 negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, penulis menunjukkan bagaimana institusi keuangan formal dan perusahaan menggunakan metode yang kurang formal, bahkan organisasi pedesaan, untuk mengatasi masalah layanan keuangan bagi masyarakat pedesaan. Buku ini menarik bagi semua yang terlibat dalam pengembangan pedesaan, khususnya inovasi ekonomi keuangan.

Expanding The Frontier in Rural Microfinance, Financial Linkages and Strategic Alliances

Ditulis oleh Muhammad Faiz Barchia, diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press pada tahun 2006. Bisa didapatkan di toko-toko buku terkemuka.

Gambut terbentuk dari bahan-bahan organik yang berasal dari pelapukan/terbenamnya tanaman yang telah mati dalam kondisi tergenang air. Ekosistem rawa gambut adalah tempat pemendaman karbon sejak ribuan tahun lalu. Pemendaman karbon sangat terkait dengan pemantapan iklim global dan kestabilan ekosistem alami. Luas lahan rawa gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta ha (sekitar 10,8 persen luas daratan Indonesia). Luasan rawa gambut ini memberi arti penting bagi penjagaan ekosistem global karena sekitar 50 persen lahan gambut tropis dunia ada di Indonesia. Banyaknya lahan gambut yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit tanpa menghiraukan prinsip kelestarian dapat mengakibatkan hilangnya kekayaan plasma nutfah, wilayah perlindungan flora dan fauna liar, hilangnya peran wilayah ini sebagai penyangga hidrologi daerah sekitarnya, serta sebagai wilayah penyangga intrusi air laut ke daratan. Tingginya laju konversi lahan gambut akan mempercepat pelepasan gas metan (CH4) dan karbondioksida (CO2), gas pemicu pemanasan global. Gambaran sifat fisik dan kimia gambut dalam buku ini akan memudahkan kita untuk lebih bijaksana dalam mengelola lahan gambut.

Diterbitkan tahun 2008 atas kerja sama Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Bisa didapatkan di toko-toko buku terkemuka.

Salah satu tantangan terbesar dalam mewujudkan keterpaduan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Indonesia adalah adanya berbagai ketidakselarasan peraturan perundangan terkait hal ini. Buku ini berisikan kumpulan tulisan beberapa ahli dalam bidang ilmu-ilmu tanah, air, dan lingkungan. Berbagai aspek menyangkut kerusakan sumber daya lahan, air, dan lingkungan serta tindakan yang diperlukan untuk mengatasi dampaknya dibahas dalam buku ini. Bukan hanya aspek fisik, tetapi juga membahas aspek ekonomi dan perundang-undangan. Aspek sosial pun menjadi pembahasan, salah satunya karena sistem penguasaan sumber daya alam harus mempertimbangkan hak akses masyarakat lokal terhadap sumber daya alam di lingkungan sekitarnya.

Gambut, Agroekosistem dan Transformasi Karbon

Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan

38 Juni 2010

Ditulis oleh John Moran, 2009, CSIRO Publishing, Collingwood, Victoria, Australia Buku ini erat hubungannya dengan Tropical Dairy Farming (Moran, 2005), buku pertama yang

menguraikan teknologi produksi susu skala kecil. Buku kedua ini membahas manajemen bisnis yang baik untuk menjaga agar sistem yang telah dibuat dapat berkelanjutan secara finansial. Buku pertama fokus pada pengelolaan sumber daya peternakan secara alami untuk memproduksi susu berkualitas, yang sangat dipengaruhi kondisi lingkungan, tanah, pakan, konsentrat, dan ternak itu sendiri. Sedangkan buku kedua lebih fokus pada sisi kemanusiaan peternak susu skala kecil, yaitu keluarga petani dan struktur pendukungnya. Termasuk juga komunitas pedesaan, koperasi, agen pemasaran dan pemerintah, penyedia jasa lainnya, serta konsumen.Tujuannya adalah menjamin sistem pertanian ini berkelanjutan dan menguntungkan sampai di masa mendatang.

Disusun oleh B. Sarwono. Diterbitkan oleh Penebar Swadaya pada tahun 2010. Bisa didapatkan di toko-toko buku terkemuka.

Ternak yang sehat selalu didambakan setiap peternak agar produktivitasnya tinggi. Untuk itu, peternak harus memiliki pengetahuan tentang pengelolaan kesehatan ternak. Buku ini berisikan kumpulan obat tradisional yang biasa dipakai peternak untuk menyembuhkan sakit ternaknya. Bahan obat tradisional yang disajikan dalam buku ini berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, ataupun campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional tidak kalah khasiatnya dibanding obat modern. Bahkan dalam situasi tertentu, penggunaan obat tradisional lebih unggul: praktis, mudah didapat, ekonomis, dan hampir tidak ada efek samping. Ramuan obat yang disajikan dalam buku ini ditujukan untuk ternak ayam, perkutut, merpati, sapi, kambing, dan domba. Namun, tidak menutup kemungkinan obat yang ada dalam buku ini dicobakan pada ternak lain yang sejenis. Pengobatan secara tradisional ini ditujukan untuk mencegah gangguan penyakit ringan, menyembuhkan penyakit, menjaga stamina ternak, dan meningkatkan daya tahan ternak terhadap serangan penyakit.

Jurnal Perempuan No. 65. Terbitan berkala. Untuk berlangganan: 021-68544246, Alamat Redaksi: Jl. Tebet Raya Dalam IX A No. B-1, Kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, telp: 021-83702005, e-mail: [email protected]. website: www.jurnalperempuan.com. Bisa didapatkan di toko-toko buku terkemuka.

Jurnal perempuan melalui feminisme tidak hanya bicara tentang keadilan bagi perempuan. Mereka juga menyuarakan kaum yang terpinggirkan, atau tidak dihargai dan tidak diberi akses kehidupan yang layak hanya karena kondisi tubuhnya, pikirannya, pendapatnya, sejarahnya, atau orientasi seksualnya. Di antara kaum yang terpinggirkan, kaum difabel adalah adalah salah satu yang paling tertinggal. Istilah difabel sendiri berasal dari singkatan different ability people atau orang yang berbeda kemampuannya, karena memiliki kelainan fisik atau mental. Terbatasnya akses kaum difabel dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, pelayanan umum, dan kesehatan menjadikan sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan. Jurnal Perempuan edisi ini ingin memberikan ruang bagi difabel, sesama kita yang tidak pernah diketahui pasti jumlahnya. Sebuah upaya mencari ruang bermartabat di tengah kurangnya perhatian dari para pemerhati masalah sosial dan pendidikan (juga pemerintah) dengan keterpinggiran yang harus dihadapi kaum difabel.

Ditulis oleh Nurheti Yuliarti. Diterbitkan tahun 2007 oleh Penerbit ANDI. Bisa didapatkan di toko-toko buku terkemuka.

Para ahli gizi melaporkan bahwa 80—90 persen dari berbagai jenis kanker berkaitan erat dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Buku ini mengupas sudut-sudut berbahaya dalam konsumsi pangan sehari-hari. Anda akan mendapatkan informasi soal: bahaya dalam bahan tambahan makanan, bahaya di balik pemanis buatan, pengawet makanan, pewarna, penyedap rasa dan aroma, dan bahaya racun alami yang terdapat dalam beberapa bahan makanan. Bahaya lain dalam konsumsi pangan, yaitu: bahaya cemaran jamur, bakteri, logam berat, serta bahaya jenis/bahan kemasan pangan dan kesalahan pengolahan makanan juga dibahas dalam buku ini. Berbagai bahan yang menjadi pemicu berbahayanya makanan juga diulas cukup lengkap, disertai tips untuk mendeteksi adanya bahan-bahan berbahaya dalam bahan pangan/makanan. Buku ini juga memberikan kiat-kiat agar bisa hidup sehat melalui perbaikan kebiasaan makan dan pencegahan keracunan makanan.

Business Management for Tropical Dairy Farmers

Jamu untuk Ternak

Jurnal Perempuan; Mencari Ruang untuk Difabel

Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan

39Juni 2010

suara petani

Oleh: Ni Putu Anggia Jenny

Suroto dianggap gila karena tidak memakai pupuk kimia untuk bertani. Maklumlah, petani menganggap pupuk kimia sebagai penyubur yang paling jitu. Bahkan banyak petani tidak tahu kalau pupuk dapat dibuat dari bahan alami.

[email protected]

untuk mendorong pengembangan padi organik. Sejak itu pertanian padi organik berkembang pesat. Pemasaran beras organik Sumber Ngepoh lebih banyak melalui getok tular (dari mulut ke mulut). Namun, Suroto bersama kelompok petani beras organiknya, Kelompok Tani Sumber Makmur I, tetap mengutamakan kebutuhan anggota kelompok. Sepertiga hasil panen diambil untuk keperluan anggota. Menurut Suroto, “Kalau kita mau sehat, mari kita awali dari meja makan”. Maksudnya, makanan dari bahan organik dapat menjadi awal dari pola hidup sehat.

Karena masyarakat Desa Sumber Ngepoh sudah makin sadar akan manfaat jerami dan kotoran ternak, ketersediaannya makin langka. Kemudian disepakati untuk menukar kotoran sapi untuk 1 musim tanam dengan 1 kuintal gabah. Kelompok Tani Sumber Makmur I juga beternak sapi secara kolektif agar lebih mudah mendapat kotoran ternak, selain untuk meningkatkan perekonomian anggota.

Keberhasilan dan konsistensi kelompok tani yang diketuai Suroto untuk bertani padi organik telah menarik perhatian banyak pihak. Berbagai pihak dari sekitar kabupaten Malang dan daerah lain, bahkan mancanegara, datang untuk melakukan studi banding ataupun penelitian. Dinas Pertanian setempat juga memberi dukungan berupa bantuan peralatan teknis guna keberlanjutan usaha padi organik mereka.

Suroto, Pelopor Padi Organik dari Lawang

Melambungnya harga pupuk kimia akhir tahun 1998, membuat petani kecil tak sanggup lagi membeli

pupuk. “Ketika itu saya teringat cara bertani zaman kuno yang tidak pakai pupuk kimia, tapi bisa panen dengan hasil bagus,” kenang Suroto. Bersama beberapa petani lain di desanya, Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Suroto mendatangi para sesepuh desa untuk mencari tahu cara mereka bertani di zamannya.

Orang-orang tua yang masih mengalami cara bertani tanpa pupuk kimia menceritakan bahwa padi sudah membawa pupuknya sendiri. Jerami yang biasanya dibakar, diletakkan di sawah lalu diberi blotong (kotoran sapi) di atasnya. Suroto kemudian mencobanya di lahan seluas satu hektar di hulu sumber air yang letaknya agak jauh dari pemukiman. Ini dimaksudkan agar padi tidak tercemar pestisida yang terbawa air. Percobaan pertama kurang memuaskan. Lahan satu hektar biasanya menghasilkan 5 ton beras dengan pupuk kimia. Dengan

pupuk jerami dan blotong hanya menghasilkan 2,6 ton beras.

Menyiasati hasil percobaan pertama yang kurang memuaskan, lelaki yang sudah memiliki cucu ini memutuskan mengombinasikan pemakaian pupuk urea sebanyak 75 persen dan pupuk organik 25 persen. Setiap tahun komposisi urea dikurangi 25 persen dan pupuk organik ditambah hingga akhirnya murni memakai pupuk organik sejak tahun 2001. Kini, hasil panen yang didapat

rata-rata 6—7 ton per hektar. Model tani Suroto pun kemudian diikuti petani lain di desanya. Dalam 14 bulan mereka rata-rata melakukan tiga kali panen.

Tahun 2003 usaha Suroto dan kawan-kawan tersebut menarik perhatian Dinas Pertanian Kabupaten Malang

Suroto, selain memelopori padi organik, juga mendorong kaum perempuan di desanya untuk menanam sawi organik yang cocok tumbuh di dataran tinggi. Foto: AnggiA JEnY

40 Juni 2010