memodernkan petani

34
MEMODERNKAN PETANI DAN PERTANIAN DI PEDESAAN (SUATU KASUS DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI) Oleh: RENY SUKMAWANI ABSTRAK Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Namun disisi lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota. Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis 1

Upload: reny-sukmawani

Post on 24-Jul-2015

230 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memodernkan Petani

MEMODERNKAN PETANI DAN PERTANIAN DI PEDESAAN

(SUATU KASUS DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI)

Oleh:

RENY SUKMAWANI

ABSTRAK

Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Profesi petani digambarkan sebagai profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan tidak bergengsi. Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Namun disisi lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi oleh petani. Oleh karena itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat penting untuk dilaksanakan. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke tingkat konsumen di dalam dan luar kota.

Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi. Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok “manajer”. Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa yang kuat.

Kata Kunci: petani, pertanian, modern, SDM

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1

Page 2: Memodernkan Petani

Paper ini merupakan interpretasi penulis tentang kondisi pertanian saat ini

yang mengalami kemunduran. Khususnya apabila melihat fenomena langsung di

lapangan, dimana sektor pertanian saat ini semakin terpinggirkan. Mantan

menteri Pertanian, Dr.Ir . Anton Apriyantono, MS dalam salah satu konsep

pembangunan pertanian pada masa jabatannya menggambarkan bahwa kondisi

pertanian saat ini berada di persimpangan jalan. Sementara menurut Agus

Pakpahan (2004), gambaran masa depan pertanian sering dilihat sebagai

gambaran yang suram, tak memberikan harapan. Herman Soewardi (2004)

berpendapat bahwa pembangunan pertanian sebagaimana berjalan di negara-

negara berkembang, ternyata tidak berjalan sebagaimana yang telah terjadi di

negara-negara maju. Adapun teorinya adalah dengan berjalannya industrialisasi,

sektor pertanian akan menciut . Penulis sendiri dalam salah satu artikel yang

diterbitkan di salah satu surat kabar harian merasa bahwa dari dulu (sepanjang

ingatan kita) hingga kini gambaran seorang petani tidak mengalami perubahan.

Meskipun potensi politiknya sesungguhnya besar, namun saat ini sektor pertanian

memiliki posisi sosial rendah di mata masyarakat. Petani identik dengan kesan

kumuh, lusuh, kotor dan masa depan suram. Profesi petani digambarkan sebagai

profesi dengan penghasilan kecil dan memprihatinkan, gurem, tradisional dan

tidak bergengsi. Kalau demikian, apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini

sehingga dari tahun ke tahun persepsi terhadap petani dan nasib petani tidak

berubah? Kondisi ini mengakibatkan pertanian saat ini banyak ditinggalkan.

Generasi muda di pedesaan lebih memilih menjadi buruh pabrik, menarik ojeg

atau mengadu nasib di negeri orang daripada menjadi petani di desanya. Maka

2

Page 3: Memodernkan Petani

bukanlah hal yang tidak mungkin bahwa pada suatu saat nanti Negara kita akan

kekurangan bahkan kehilangan petani.

Hasil penelitian Nunu, dkk (2009) menyimpulkan bahwa mandeknya

sektor pertanian ini berakar pada terlalu berpihaknya pemerintah terhadap sektor

industri sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada dekade sebelumnya terjadi

peningkatan yang luar biasa pada sektor pertanian. Pemerintah menganggap

pembangunan pertanian dapat bergulir atau berjalan dengan sendirinya, asumsi ini

membuat pemerintah mengacuhkan pertanian dalam strategi pembangunannya.

Sebetulnya hal ini tidak terlepas dari paradigma pembangunan saat itu yang lebih

menekankan pada industrialisasi. Sedangkan menurut Iskandar Andi Nuhung

(2003), penyebab lambatnya pembangunan pertanian di Indonesia disebabkan

karena :(1) masalah teknologi; (2) masalah kelembagaan; (3) masalah pengolahan

dan pasca panen; (4) masalah permodalan; (5) masalah pemasaran; (6) masalah

kualitas sumberdaya manusia; (7) masalah koordinasi; (8) masalah insfrastruktur;

(9) masalah informasi; (10) masalah perijinan; (11) masalah lahan dan (12)

masalah pembinaan serta penyuluhan. Lain halnya dengan pendapat Jamil

Musanif (2005) yang lebih menyoroti rpada sumberdaya manusianya sebagai

penyebab kondisi pertanian saat ini yaitu masalah rendahnya kreatifitas dan

ketidak sanggupan bekerja keras.

Terlepas dari banyaknya permasalahan di sektor pertanian, penulis dalam

paper ini akan mencoba mengkaji mendalam terkait dengan masalah aspek

sumberdaya manusia. Sebab penulis berpendapat bahwa kunci utama

keberhasilan (apapun) terletak pada pelakunya. Suatu usaha atau kegiatan sebaik

3

Page 4: Memodernkan Petani

apapun program dan perencanaannya tidak akan berhasil apabila SDM nya tidak

siap. Demikian pentingnya aspek SDM di dalam peningkatan pembangunan

pertanian inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam

tentang penyebab semakin terpuruknya kondisi pertanian saat ini berdasarkan

kondisi real yang ada dengan sorotan utama pada faktor perilaku pelaku utamanya

di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, yaitu kabupaten terluas se-Jawa dan

Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Sukabumi merupakan sektor atau lapangan

usaha yang menjadi prioritas dalam tahun 2011 karena memiliki kontribusi

terbesar bagi Kabupaten Sukabumi yakni rata-rata sebesar 38,72 % (Bappeda,

2009).

Berdasarkan karakteristik wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki

potensi yang baik untuk pengembangan agribisnis. Sebagian besar mata

pencaharian penduduk Surade adalah petani sehingga pertanian di Kecamatan

Surade memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Surade. Disisi

lain jumlah masyarakat miskin di Kecamatan ini masih banyak dan didominasi

oleh petani. Berdasarkan data BPS (2009), distribusi keluarga miskin secara

keseluruhan berjumlah 3.417 KK dengan proporsi 30.65 % dari jumlah KK

seluruhnya 11.148 KK . Dari jumlah keluarga miskin tersebut anggota keluarga

miskin seluruhnya sebanyak 13.975 orang. Berdasarkan hal itulah maka

Kecamatan Surade dipilih untuk kajian ini.

II. Karakter Wilayah Studi

2.1 Geografis

4

Page 5: Memodernkan Petani

Kecamatan Surade merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Secara

administratif batas Kecamatan Surade adalah :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibitung

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciracap

- Sebelah Utara berbatasan denganKecamatan Jampang Kulon dan Kecamatan

Waluran

- Sebelah Selatan Samudra Indonesia

Kecamatan Surade terdiri dari 11 Desa, 96 RW dan 423 RT. Adapun desa

– desa tersebut adalah sebagai berikut : Desa Pasiripis, Desa Buniwangi, Desa

Cipendeuy, Desa Gunung Sungging, Desa Citanglar, Desa Jagamukti, Desa

Swakarya, Desa Kadaleman, Desa Wanasri, Desa Sirnesari dan Desa Sukatani.

Jarak Kecamatan Surade ke Ibukota Kabupaten Sukabumi (Pelabuhan ratu) adalah

74 km. Ketinggian tanah Kecamatan Surade bervariasi antara 0 – 500 dpl (di atas

permukaan laut). Berdasarkan geografis keadaan topografi pada umumnya

merupakan dataran 70 %, berbukit- bukit 30 % dengan kemiringan antara 150 -

250 dan mempunyai ketinggian dari permukaan laut antara 15 – 300 meter,

dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm / tahun. Suhu minimum 17,2oC dan

suhu maksimum 32,8oC.

II.2. Potensi Pertanian

Penggunaan lahan di Kecamatan Surade hingga tahun 2007 mayoritas

adalah lahan sawah, setelah itu adalah hutan negara (Gambar 1). Sedangkan pada

5

Page 6: Memodernkan Petani

Gambar 2 terlihat bahwa luasan lahan sawah yang ada di Kecamatan Surade

hingga tahun 2007 mengalami penurunan.

5.42% (Bangunan)3.91%(Tegal/Kebun)

9.70%(Ladang/Huma)

0.84%(Kolam/Empang) 3.36%(Hutan Rakyat)

7.54%(Perkebunan)

30.50%(Hutan Negara)6.40%(Lain-lain)

32.33% (Lahan Sawah)

Penggunaan Lahan di Kecamatan Surade Tahun 2007

BangunanTegal/kebunLadang/Humakolam/EmpangHutan rakyatPerkebunanHutan NegaraLain - lainLahan sawah

Gambar 1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Surade (diolah berdasarkan data

BPS)

Gambar 1 menunjukkan bahwa lahan sawah dan hutan negara

mendominasi penggunaan lahan di Kecamatan Surade, sedangkan sisanya adalah

tegal/kebun, ladang/huma, hutan rakyat, perkebunan dan bangunan.

2004 2006 20074200

4220

4240

4260

4274 4274 4271

Luas Lahan Persawahan kecamatan Surade

Tahun

Luas

Lah

an P

ersa

wah

an d

alam

(Ha)

6

Page 7: Memodernkan Petani

Gambar 2. Luas Lahan sawah Kecamatan Surade (diolah dari data BPS)

Meskipun berdasarkan data BPS lahan sawah di Kecamatan Surade

mendominasi, tetapi selama periode 2004 – 2007 tampak terjadi penurunan luas

lahan sawah yang ada sebanyak 3 hektar. Dari sawah seluas 2471 ha, mayoritas

adalah lahan sawah tadah hujan, yaitu sebanyak 46,50%. Mayoritas lahan sawah

di Kecamatan Surade masih mengandalkan air hujan dan irigasi sederhana dalam

usahataninya. Lahan sawah dengan irigasi teknis baru sedikit yaitu sekitar 6,63%

sedangkan irigasi setengah teknis hanya sekitar 12,34%. Luas lahan sawah

berdasarkan irigasi per Desa di Kecamatan Surade dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan

No

Desa Sawah Pengairan Sawah Tadah Hujan (Ha)

Jumlah (Ha)Tekni

sSetengah Teknis

Pedesaan

1Kelurahan Surade 158.9 35 62 30 285.9

2 Jagamukti     92 112 204

3Gunungsungging     125 50 175

4 Cipendeuy 125 200 100 175 6005 Sukatani   100 20 105 2256 Pasiripis   50 225 375 6507 Buniwangi   10 220 420 6508 Citanglar     186 141 3279 Kadaleman   133 100 171 40410 Warnasari     165 284 44911 Sirnasari     180 224 404

Total 283.9 528 1475 2087 4373.9Data BP3K Kecamatan Surade 2009

Karakteristik tanah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi pada

umumnya jenis tanahnya podsolik merah kuning dengan ciri-ciri lempung

berpasir. Jenis tanah ini memiliki tekstur agak halus sampai kasar. Kondisi tanah

seperti ini memiliki porositas yang tinggi sehingga kemampuan mengikat airnya

7

Page 8: Memodernkan Petani

rendah, maka perlu pengelolaan tanah yang sangat maksimal untuk pertanian

sehingga tanah berkualitas baik untuk pertanian.

 

II.3. Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk di Kecamatan Surade sebanyak 70285 jiwa dengan

jumlah KK tani sebanyak 17765 (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga (2008)

No DesaJumlah Jiwa (orang) Jumlah KK

Laki-laki

Perempuan JumlahKK

UmumKK Tani

1 Swakarya 3978 4031 8009 2253 18932 Jagamukti 2494 2613 5107 1459 12263 Gunungsungging 2589 2555 5144 1657 13924 Cipendeuy 2008 2045 4053 1144 9615 Sukatani 1739 1650 3389 931 7826 Pasiripis 5732 5662 11394 3404 28597 Buniwangi 4795 4839 9634 3033 25488 Citanglar 4692 4701 9393 2765 23239 Kadaleman 2467 2304 4771 1350 113410 Warnasari 1812 1808 3620 1181 112211 Sirnasari 2993 2778 5771 1605 1525

Total 35299 34986 70285 20782 17765Data BP3K Kec. Surade Tahun 2009

Tabel 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No DesaTingkat Pendidikan  

SD SMP SMA D3 S1/S2 Belum/tidak sekolah

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1 Swakarya 3345 1686 976 40 124 1838 80092 Jagamukti 1911 1040 616 28 76 1436 51073 Gunungsungging 3003 623 500 15 13 990 51444 Cipendeuy 1265 980 763 20 25 1000 40535 Sukatani 1641 457 322 10 4 955 33896 Pasiripis 6423 1627 1227 35 76 2006 113947 Buniwangi 5432 1139 1270 30 104 1659 9634

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

8

Page 9: Memodernkan Petani

8 Citanglar 6410 684 446 20 45 1788 93939 Kadaleman 1771 478 455 10 14 2043 477110 Warnasari 2015 429 346 9 28 793 362011 Sirnasari 3831 463 602 8 18 849 5771

Total 37047 9606 7523 225 527 15357 70285Data BP3K Kec. Surade Tahun 2009

Tabel 2 menunjukkan bahwa KK tani di Kecamatan Surade cukup banyak

dan ini merupakan potensi dalam pengembangan pertanian di Kecamatan Surade.

Sedangkan Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di

Kecamatan Surade mayoritas masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah ini

diyakini menjadi salah satu faktor lambatnya perkembangan pembangunan

pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

III. Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi

Implementasi pembangunan pertanian pada masa sebelumnya kurang

sejalan dengan konsepsi dan skenario yang telah direncanakan. Secara konsepsi

pemerintah telah merencanakan untuk menciptakan sektor pertanian yang tangguh

untuk menopang perkembangan industri. Dalam kenyataannya setiap kebijakan

lebih condong berpihak pada industri manufaktur yang tidak berbasis pada

pertanian. Menurut Agus Pakpahan (2004), setelah krisis ekonomi berlanjut kita

menyaksikan bahwa ternyata ”industri yang kuat” tidak terwujud dan ”pertaninan

tangguh” juga tidak terjadi.

Permasalahan-permasalahan yang muncul baik eksternal maupun internal

yang dialami oleh Kecamatan Surade selama ini dalam pelaksanaan pembangunan

di bidang pertanian ini penanganannya tidak boleh sendiri-sendiri tetapi harus

9

Page 10: Memodernkan Petani

bersama-sama atau dengan kata lain kerja sama dari berbagai stakeholder sangat

diperlukan, disamping tentu saja juga diperlukan komitmen yang kuat dari

pemerintah. Berdasarkan hasil analisis di lapangan, permasalahan pertanian di

Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi adalah sebagaimana tercantum pada

Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4 . Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi

No Indikator Masalah

(1) (2) (3)

1 Lahan a. Luas luas pemilikan lahan petani sempit, sehingga sulit untuk menyangga kehidupan keluarga tani.

b. Produktivitas lahan menurun akibat intensifikasi berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.

c. Alih fungsi lahan produktif ke sektor yang kurang poduktif

d. Belum optimalnya implementasi pemetaan komoditas terkait dengan agroekosistem lahan

e. Masih banyak lahan tidur

2 Status Kepemilikan Tanah

a. Persengketaan tanah rakyat dan pengusaha dengan pemerintah

b. Banyak lahan petani yang belum bersertifikatc. Banyak petani yang tidak punya lahan

3 Petani (SDM Pertanian)

a. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani cukup besar

b. Pendidikan formal rendahc. Rendahnya regenerasi petanid. Tingkat kemiskinan yang tinggie. Produktivitas/KK rendah

4 Mentalitas petani

a. Petani lemah dalam memperjuangkan haknyab. Lemahnya kewirausahaanc. Masih percaya mitos dan moral hazard

5 Keterampilan a. Keterbatasan penguasaan pada teknik budidaya komoditas tertentu saja

b. Kurangnya orientasi agribisnisc. Kurangnya pengusaan proses pengolahan pasca panend. Kurangnya kemampuan mengkases pasar

(1) (2) (3)6 Modal a. Petani kurang modal

10

Page 11: Memodernkan Petani

b. Sistem perbankan yang kurang peduli pada petanic. Belum ada asuransi pertaniand. Sistem ijon

7 Pasar dan tataniaga

a. Harga tidak wajar ( fluktuatif tergantung pedagang, tengkulak) merugikan petani

b. Penguasaan informasi dan akses pasar lemahc. Rantai tata niaga yang panjang dan pembagian marjin

yang tidak adil

Berdasarkan tabel permasalahan di atas, masalah yang berkaitan dengan

petani dan perilaku petani cukup mendominasi. Padahal menurut Mosher (1965),

semangat dan tekad adalah mesinnya. Semua tugas perorangan dalam

pembangunan pertanian dilaksanakan oleh manusia. Jumlah energi yang

dicurahkannya untuk tugas-tugas itu tergantung dari berapa besar semangatnya

terhadap pekerjaannya dan berapa kuat tekadnya untuk melakukan tugas itu

dengan baik dan berhasil. Perilaku petani ini erat kaitannya dengan masalah

kultural. Herman Soewardi (2004) berpendapat bahwa untuk meningkatkan daya

saing tidak hanya cukup dengan memperbaiki faktor-faktor struktural saja,

melainkan juga masalah kultural., atau Oleh sebab itu, masih menurut Herman

Soewardi (2004), kultur yang bersemayan di dada kita harus direformasi dan

kultur ini sulit dirubah (“adat Kakurung Ku Iga”). Kultur yang harus direformasi

adalah kultur fatalisme atau “lemah karsa”. Kultur lemah karsa ini nampak pada

sebagian petani di negara kita, tak terkecuali di Kecamatan Surade.

Etos kerja sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Menurut Herman

Soewardi (2004), etos kerja bangsa indonesia tergolong rendah. Di Jawa Barat

sendiri gambaran etos kerja orang Sunda diwakili oleh tokoh si Kabayan, di mana

si Kabayan ini adalah tipe pemalas, suka menghayal dan ingin kaya cepat tetapi

“kedul”.

11

Page 12: Memodernkan Petani

Herman Soewardi (2004) mengungkapkan bahwa ada lima sifat yang

bertalian dengan kelemah-karsaan ini, ialah :

1. Tak ada orientasi ke depan. Kita biasa mengatakan “bagaimana besok”, hal

mana sangat bertentangan dengan kebiasaan di negara-negara maju yang

selalu mengatakan “besok bagaimana”.

2. Tak ada “growth philosophy”, atau keyakinan bahwa hari esok dapat dibuat

lebih cerah daripada hari ini.

3. Cepat menyerah. Dengan kata lain orang-orang kita bersifat tidak ulet atau

“cengeng”. Baru menghadapi dua kali hambatan, seperti katurug katutuh,

4. Berpaling ke akhirat. Sifat cepat menyerah berkaitan denan berpaling ke

akherat. Karena tidak banyak sukses di dunia (karena sifatnya yang cepat

menyerah), maka orang menghibur diri dengan suatu harapan, bila di dunia

mereka kehabisan, nanti mereka akan memperoleh sesuatu yang baik di

akhirat.

5. Lamban atau inertia. Misalnya lamban dalam memberika respon bila ada

kesempatan.

Dari kelima sifat lemah karsa tersebut, sifat cepat menyerah yang paling

mengkarakterisir sifat lemah karsa itu. Lemah karsa tidak malas, tapi orang yang

dihinggapi sifat ini berperilaku lunak, tak ada paksaan untuk mencapai

kecemerlangan dalam hidup. Budaya kerja kita tidak mengharuskan agar orang

menunjukkan atau mencapai prestasi, yang penting adalah hidup dalam alam yang

statis. Dalam alam statis ini diupayakan agar orang tidak menjadi mundur bila

menghadapi kesulitan apapun. Inilah yang disebut Clifford Geertz (1963)

12

Page 13: Memodernkan Petani

“treading wáter atau wáter trappen, bukan untuk menyembul ke luar akan tetapi

agar tidak tenggelam lebih dalam lagi. Semua etnik di Indonesia menunjukkan

sifat-sifat seperti ini namun ada yang lebih dan ada yang kurang. Demikian pula

halnya dengan etnik Sunda (termasuk di dalamnya petani Surade, budaya “makan

tak makan yang penting ngumpul” merupakan cerminan apa yang dikatakan oleh

Geertz (1963) tentang “bertahan dalam kesulitan”.

IV. Upaya-Upaya Menuju Petani dan Pertanian Modern

Kawasan pedesaan pada umumnya memiliki ciri antara lain sebagian besar

penduduk bekerja di sektor pertanian, masih rendahnya tingkat produktivitas

tenaga kerja, relatif tingginya tingkat kemiskinan, kemampuan sumber daya

manusia yang terbatas terutama dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta relatif rendahnya kualitas lingkungan pemukiman pedesaan.

Struktur ekonomi Kecamatan Surade menunjukkan bahwa lebih dari 21%,

perekonomian di Kecamatan Surade digerakan oleh sektor pertanian. Artinya

peranan sektor pertanian cukup dominan dalam menggerakan roda perekonomian

atau sebagai leading sektor dalam perekonomian Kecamatan Surade. Oleh karena

itu, pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian di Kecamatan Surade sangat

penting untuk dilaksanakan guna pengembangan lapangan kerja di pedesaan serta

menekan angka kemiskinan dan migrasi penduduk ke perkotaan yang terus

meningkat. Pengembangan ekonomi lokal dalam bentuk klaster (cluster) baik itu

secara komoditi maupun perwilayahan yang melibatkan berbagai stakeholder

(pemerintah, swasta/pengusaha, asosiasi, lembaga-lembaga keuangan, koperasi,

LSM, organisasi sosial pedesaan dan masyarakat) perlu digiatkan/diaktifkan dan

13

Page 14: Memodernkan Petani

dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

pedesaan dan mengurangi pengangguran (menyerap tenaga kerja) yang akhirnya

tingkat produktivitas masyarakat di pedesaan akan semakin meningkat dan

kemiskinan akan semakin berkurang, sehingga diharapkan peningkatkan kualitas

hidup petani dan masyarakat pedesaan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas

dan profesionalitas sumberdaya manusia (human capital) disertai peningkatan aset

produktif pertanian dan dapat berperan sebagai pelaku aktif pembangunan,

sehingga mereka mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal

berkelanjutan melalui inovasi teknologi maju disertai penataan dan

pengembangan kelembagaan pertanian dan pedesaan, sehingga dapat memperluas

spektrum pembangunan pertanian dan pedesaan (broad based agricultural

diversification) untuk itu diperlukan investasi dan inovasi teknologi maju dan

seperangkat kebijakan pemerintah. Untuk dapat mempercepat proses modernisasi

dan diversifikasi pertanian berspektrum luas ini diperlukan investasi pemerintah

pada pengembangan sarana dan prasarana pertanian modern dan fleksibel disertai

pengembangan pascapanen dan agroindustri pedesaan.

Namun agar semua itu dapat terwujud, tetap SDM yang siap menjadi salah

satu faktor penentu. Menurut James Scott (1993), petani adalah orang yang hidup

dengan basis moral tertentu yang disebut “moral ekonomi petani”. Menurutnya

petani sangat memegang teguh norma, mendahulukan selamat dan enggan

mengambil resiko. Sifat inilah yang mungkin menjadi penyebab munculnya

mentalitas petani di Kecamatan Surade seperti: lemah dalam memperjuangkan

haknya, Lemahnya kewirausahaan, masih percaya mitos dan moral hazard.

14

Page 15: Memodernkan Petani

Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa semua mentalitas petani

Surade tersebut juga disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah.

Berkenaan dengan kondisi yang demikian maka upaya yang dianggap ampuh

untuk merubahnya adalah dengan cara memodernkan petani.

Menurut Triyanto dan Syahyuti (2007), Petani modern pada hakikatnya

adalah petani yang menjalankan konsep dan prinsip pertanian modern (saat ini

berupa pertanian yang sehat, ramah lingkungan dan berkelanjutan). Petani

tersebut terbuka terhadap teknologi, akses kepada informasi secara luas, serta

memiliki jariangan yang tidak terbatas secara geografis (Tabel 5). Prinsip-prinsip

dalam pertanian modern sendiri adalah efisiensi, kesetaraan dan kesinambungan

yang merupakan suatu “guarantee” terhadap paradigma pembangunan

berkelanjutan (sustainable development), dengan kata kunci bahwa, “manusia

adalah kunci keberhasilan pembangunan”. Pertanian berkelanjutan akan terwujud

bila manusia bersungguh-sungguh memahami bahwa cita-cita pertanian

berkelanjutan hanya dapat terwujud apabila dilandasi suatu pembaruan atau

reformasi atas sumberdaya-sumberdaya (baik alam maupun manusia)

. Tabel 5. Perbedaan karakteristik Petani Tradisional dan Modern

Atribut Petani Tradisional Petani Modern

Rasionalitas

- Landasan berpikir- Pengambilan keputusan

Kepercayaan duniawi IlmiahAcak Sistemik

Antisipsi

- Perspektif bertindak- Kemampuan produksi- Kemampuan

penyesuaian

Jangka pendek Jangka panjangRendah TinggiRendah Tinggi

Empati Rendah TinggiMobilitas Rendah TinggiPartisipasi Rendah Tinggi

15

Page 16: Memodernkan Petani

Sikap dan nilai (motivasi kerja)

Rendah Tinggi

Sumber: Triyanto dan Syahyuti, 2007.

Bila menilik pada Tabel di atas, terdapat banyak kesamaan antara

karakteristik petani tradicional dengan karateristik SDM yang lemah karsa seperti

yang digambarkan oleh Herman Soewardi (2004). Kemudian bila bandingkan

dengan permasalahan pertanian di kecamatan Surade terkait dengan mentalitas

petaninya, akan ditemukan pula kesamaan karakteristik sehingga sampai pada

kesimpulan bahwa petani Surade sebagian besar adalah petani tradisional yang

lemah karsa. Salah satu buktinya adalah data hasil penelitian Nunu, dkk (2009),

yang menunjukkan bahwa keterlibatan petani Surade dalam kelompok tani hanya

24,9% (8481 yang aktif) dari terdaftar 42% (14375 yang terdaftar) mengikuti

kelompok tani,

Berdasarkan kasus pada petani di Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi,

kiranya perlu dilakukan upaya-upaya yang sifatnya “penyembuhan” khususnya

terhadap mentalitas petani di sana. Diharapkan melalui “penyembuhan ini akan

tercipta petani –petani modern di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

Herman Soewardi dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa penyembuhan

penyakit leah karsa harus melalui pelurusan pandangan tentang islam sebagai

dasarnya. Kita harus meneladani karsa Nabi Muhammad s.a.w yang sangat kuat

dan berlandaskan pada ketulus iklasan. Nabi Muhammad s.a.w beserta leluhurnya

pantang menyerah untuk mencapai satu tujuan yang diperintahkan Allah SWT dan

karena itu selalu dikaruniai keberhasilan. Salah satu hadist nabi menganjurkan

umatnya untuk, “Belajarlah seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya,

dan beribadahlah seolah-olah kamu akan mati besok”, merupakan motivasi

16

Page 17: Memodernkan Petani

yang tiada duanya. Dalam salah satu firmannya Allah SWT pun memotivasi kita

untuk berusaha merubah nasib, karena Allah tidak akan merubah nasib suatu

kaum apabila kaum itu tidak mau berusaha. Penulis sangat sependapat dengan

Herman Soewardi, karena menurut penulis apabila seseorang memahami agama

(islam) dan beriman, maka dia akan menerapkannya dalam setiap aspek

kehidupan secara sungguh-sungguh. Karena budaya apatis, mudah menyerah,

tidak mau berusaha, dan lain-lain tidak dibenarkan dalam islam.

Disamping dari sisi agama, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka

memoderenkan petani adalah melalui :

1. Pendekatan individual dengan peningkatan SDM petani yaitu dalam bentuk

pengembangan sumberdaya manusia (HRD). Salah satunya melalui metode

andragogi. Contoh: LaKu (langkah dan Kunjungan)

2. Pendekatan pengembangan SDM petani melalui penyuluhan. Ada tiga objek

yang diubah dalam kegiatan penyuluhan, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik, dimana perubahan perilaku adalah tujuan akhir dari seluruh

rangkaian kegiatan, yaitu bertambahnya informasi, tumbuhnya keterampilan,

serta timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat.

3. Pendekatan kelembagaan, misalnya melalui kelompok tani, koperasi, P3A,

KTNA, HKTI dan lain-lain.

4. Pembangunan pertanian dengan strategi pemberdayaan. Pemberdayaan

mengacu pada pentingnya proses sosial selama program berlangsung. Untuk

itu partisipsi harus berlangsung. Tujuan filosofisnya adalah untuk

memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat dan individu agar

17

Page 18: Memodernkan Petani

menggali potensi yang ada pada dirinya untuk ditingkatkan kualitasnya,

sehingga akhirnya mampu mandiri.

Ke-empat upaya di atas selama ini sudah banyak diterapkan di berbagai

daerah, tetapi sampai sejauh mana tingkat implementasinya di lapangan belum

terukur. Oleh sebab itu agar upaya ini dapat efektif dan efisien, diperlukan ada

komitmen yang kuat dari pemerintah dan peran stakeholders dalam rangka

pencapaian tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun secara khusus solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi

permasalahan pertanian di Kecamatan Surade menurut penulis seperti yang pernah

dicanangkan oleh menteri pertanian Anton Apriyantono dalam program 100 hari

masa jabatannya, adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Solusi Mengatasi Permasalahan Pertanian di Kecamatan Surade

No Indikator Solusi(1) (2) (3)1 Lahan Pembangunan agroindustri di pedesaan dalam rangka

merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang ekonomis

Penggalakkan sistem pertanian berbasis konservasi lahan Dikembangkan sistem pertanian ramah lingkungan

(organik) Perencanaan dan implementasi RTRW yang konsisten Pemanfaatan lahan tidur untuk pemberdayaan masyarakat

2 Status Kepemilikan Tanah

Reformasi pertanahan berpihak pada petani, mudah, dan murahnya sertifikasi tanah

Mendorong tumbuhnya LSM dan advokasi untuk petani

(1) (2) (3)3 Petani (SDM

Pertanian) Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis

kompetensi daerah Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Dukungan sistem insentif dalam implementasi produksi

komoditas unggulan daerah4 Mentalitas

petani Sistem pendidikan rendah-menengah yang berbasis

kompetensi daerah

18

Page 19: Memodernkan Petani

Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penumbuhan kesadaran petani melalui pembinaan yang

berkelanjutan Penggalakkan sistem alih teknologi melalui

pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan

5 Keterampilan Sekolah lapang berbasis teknologi tepat guna Penggalakkan sistem alih teknologi melalui

pendampingan, diklat lapangan bagi petani Pembinaan motivasi, etos, dan kewirausahaan

6 Modal Mendorong peran lembaga keuangan (Bank dan Non Bank) untuk masuk sektor pertanian dengan skema yang menguntungkan petani

Mendorong penguatan model kolektif petani Mendorong peran tengkulak untuk membangun kemitraan

yang adil dan peduli petani Merealisasikan subsidi pertanian yang yang tepat sasaran

dan bersifat produktif7 Pasar dan

tataniaga Menciptakan pasar alternatif dengan rantai tata niaga

pendek Terwujudnya organisasi tani yang kuat dan berakar Meningkatkan layanan informasi bagi petani

Sumber: Reny Sukmawani. 2009.

Pertanian merupakan salah satu program unggulan untuk pembangunan

Kecamatan Surade. Pengembangan bidang pertanian di Kecamatan Surade harus

dikelola dengan menggunakan kerangka pemikiran pertanian modern, yang ada

yaitu suatu sistem agrobisnis dan agroindustri secara terpadu dari sistem industri

hulu pertanian, sistem produksi pertanian, sistem pascapanen, sistem pengolahan

hasil pertanian (industri hilir), dan sistem pemasaran hasil pertanian sampai ke

tingkat konsumen di dalam dan luar kota.

Kebijakan pembangunan pedesaan dan revitalisasi pertanian Kecamatan

Surade hendaknya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat pedesaan umumnya.

19

Page 20: Memodernkan Petani

V. Penutup

Wilayah perdesaan dengan berbagai kenyamanan dan daya tarik

tersendiri telah diperlakukan secara tidak adil dalam berbagai kebijakan

pemerintah di masa lalu. Pengurasan sumberdaya yang berlebihan tanpa adanya

pembagian yang adil terhadap manfaat dan hasil-hasil pembangunan, telah

membuat ketimpangan spasial dan ketimpangan dalam berbagai bidang

kehidupan. Penyebab kondisi ini diantaranya adalah masyarakat perdesaan tidak

mempunyai posisi tawar yang kuat, sehingga hak-hak kehidupan masyarakat

yang lebih baik tidak diperolehnya.

Kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat perdesaan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka. Hal ini

merupakan salah satu kegagalan kebijakan pemerintah dimasa lalu karena

seringkali kebijakan yang ditempuh tidak sesuai dengan kondisi ekosistim

wilayah, keinginan serta nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat.

Kebijakan pemerintah tersebut hanya didasarkan kepada tujuan meningkatkan

kapital dan kepentingan segolongan tertentu saja yang merugikan golongan

masyarakat yang lain, tidak memperhatikan keberagaman wilayah yang ada

serta tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.

Berdasarkan potensi wilayahnya, Kecamatan Surade memiliki peluang

yang baik untuk menjadi salah satu sentra agribisnis baik agribisnis berbasis

sumberdaya, agribisnis berbasis investasi maupun agribisnis berbasis inovasi.

Untuk mewujudkannya dibutuhkan SDM yang handal. Kualitas SDM merupakan

hal yang esensial. Kecamatan Surade membutuhkan konsultan-konsultan bisnis

20

Page 21: Memodernkan Petani

yang handal, serta ketua-ketua kelompok tani yang bersosok “manajer”.

Kecamatan Surade membutuhkan petani-petani yang secara individual berjiwa

pioneer, kreatif dan juga mandiri sebagai cerminan jiwa manusia dengan karsa

yang kuat.

VI. Daftar Pustaka

Agus Pakpahan. 2004. Masa Depan Petani dan Pertanian (Makalah Pembanding). KONPERNAS XIV PERHEPI. Jakarta 28 – 30 mei 2004.

Anton Apriyantono. 2008. Pembangunan Pertanian Indonesia.

www.Deptan.go.id. Diakses tanggal 14 April 2008. Waktu: 14.33 wibb. A.T. Mosher. 1965. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-

Syarat Mutlak Pembangunan Pertanian. Disadur oleh S. Krisnandhi, diperiksa dan diperbaiki oleh Bahrin Samad. CV. Yasaguna. Djakarta.

Bungaran Saragih. 2001. Agribisnis: Paradigma baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.

Clifford Geertz. 1983. Involusi Pertanian. Diterjemahkan oleh S. Supomo dari

Agriculture Involution (1965). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Herman Soewardi. 2004. Nasib Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan

Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung.

Herman Soewardi. 2004. Sosiologi: Membangkitkan Karsa Umat. Tumpuan Utama Bagi Pembangunan. Bakti Mandiri. Bandung.

Herman Soewardi. 2004. Sosiologi Agama: Perpaduan Empirik dan Normatif. Bakti Mandiri. Bandung.

Nunu Nugraha, Reny Sukmawani, Asep Ramdhan, Dede dan Gunawan. 2009. Identifikasi Ruang Kawasan Strategis Pengembangan Pertanian Kecamatan Surade kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan)

Reny Sukmawani. 2009. Model Pengembangan Pembangunan Pertanian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Laporan Hasil Penelitian. (tidak dipublikasikan)

21

Page 22: Memodernkan Petani

Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. PT. Bina Rena pariwara. Jakarta.

Triyanto dan Syahyuti. 2007. Memodernkan Petani Indonesia. Kajian Konsep dan Praktek Pembanguan Pertanian dan Pedesaan. PT. Bina Rena Pariwara. Jakarta Selatan.

_______. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian. BP3K. Kecamatan sagaranten. Kabupaten Sukabumi

Riwayat Hidup

Biodata

Nama : Reny Sukmawani, S.P., M.P.

Tempat Tgl lahir : Sukabumi, 12 Oktober 1974

Alamat : Perum Cigunung Indah Blok C no. 34-35 Cisaat, Sukabumi

Pekerjaan : Dosen UMMI

Jabatan Akademik : Lektor

Riwayat Pendidikan :

1. SD negeri Cipelang leutik II Sukabumi, lulus tahun 1987

2. SMP Negeri 1 Sukabumi, lulus tahun 1990

3. SPP-SPMA Tanjungsari - Sumedang , lulus tahun 1993

4. Sarjana Unpad Bandung, Jurusan Agronomi, lulus tahun 1999

5. Magister Pertanian UNWIM, Jurusan Agribisnis Bandung, lulus tahun

2009

6. S3 Unpad, Ilmu Pertanian, 2010 - sekarang

22