perlawanan tersamar organisasi petani (upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

196
PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani) HERU PURWANDARI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Sosiologi Pedesaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Upload: ngothuan

Post on 16-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI

(Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani)

HERU PURWANDARI

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006

Page 2: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Perlawanan Tersamar Organisasi

Petani: Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam tesis ini dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2006

Heru Purwandari

NIM: A152030071

Page 3: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

ABSTRAK

HERU PURWANDARI. Perlawanan Tersamar Organisasi Petani: Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani. Dibawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING, sebagai ketua komisi dan FREDIAN TONNY sebagai anggota.

Terbentuknya organisasi petani seringkali merupakan wujud respon petani

terhadap kondisi ekonomi, sosial dan politik yang dihadapi. Disadari bahwa pilihan paradigma pembangunan sebuah rezim pemerintah pada faktanya turut menyumbang hambatan struktural pengorganisasian petani di tingkat komunitas. Namun demikian adakalanya muncul organisasi petani yang tetap bertahan dalam tekanan struktural yang ada. Respon atas masalah tersebut dikembangkan melalui pengorganisasian dengan menerapkan karakter organisasi yang unik sesuai dengan konteks sosio-ekonomi dan politik dan karakter pemerintah. Untuk memahami karakter organisasi petani dan strategi yang dikembangkan dalam menghadapi permasalahan sosial, ekonomi dan politik diperlukan rumusan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian diarahkan pada pertama, bagaimana, mengapa dan dalam kondisi apakah organisasi petani terbentuk; kedua , karakter pengorganisasian petani; dan ketiga, karakter perlawanan petani.

Tujuan studi ini adalah memahami perkembangan gerakan rakyat yang diartikulasikan melalui pembentukan organisasi. Konteks gerakan sosial tampak menonjol dalam penelitian ini. Melalui gambaran tersebut, dapat dipahami proses dinamika petani pada komunitasnya ketika dihadapkan pada kepentingan supra lokal, bahkan kepentingan global. Pemahaman karakter organisasi petani menjadi dasar menganalisis karakter perlawanan petani dalam merespon situasi/permasalahan yang ada.

Gambaran realitas sosial dianalisis dengan menggunakan teori kritis dalam ranah interpretatif-kritis. Dalam paradigma kritis, pilihan ini merupakan pilihan metodologis. Dengan dukungan teoritis, secara kritis realitas sosial ditarik pada satu kesimpulan yang berupaya memahami makna dibalik realitas/fenomena sosial. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.

Petani sebagai entitas sosial dihadapkan pada tekanan struktural yang menghambat gerakan transformasi sosial. Ketertindasan petani yang dialami dalam bidang sosio -ekonomi dan politik memberikan peluang terbentuknya organisasi. Kompleksitas masalah yang dihadapi petani dalam fase tertentu sampai pada upaya pengorganisasian petani. Dalam hal ini konteks sosio -ekonomi dan politik bersifat sebagai kendala berorganisasi disatu sisi, dan tampak mendominasi alasan pembentukan organisasi petani disisi lain. Aspek penting pembentukan organisasi terkait erat dengan upaya memperkuat posisi dan kedudukan petani. Menilik permasalahan yang muncul, wajar ketika respon diwujudkan dalam pilihan karakter organisasi. Tidak heran ketika pendekatan yang dikembangkan oleh organisasi petani adalah strategi pengembangan komunitas (CD). Permasalahan petani yang lebih banyak meliputi permasalahan ekonomi menuntut bentuk organisasi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut. Muatan respon atas pola relasi yang eksploitatif harus dikompromikan dengan kebutuhan yang bersifat praktis. Ciri organisasi produksi yang lebih

Page 4: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

mengarah pada production center oriented merupakan respon organisasi atas permasalahan nyata petani. Pilihan strategi diatas sejatinya dimaksudkan untuk menghindari resistensi dari pemerintah.

Production-center development telah menjadi paradigma pembangunan selama 30 tahun terakhir. Kritik terhadap paradigma di atas lahir dalam bentuk pendekatan CD. Sayangnya CD menciptakan ketergantungan pada struktur elit dan program, adanya dominasi elit serta upaya mengintegrasikan petani menuju kapitalis yang tinggi. Disamping itu, CD bersifat mempertahankan kestabilan komunitas dan menghindari adanya perubahan sosial dan gerakan sosial. Melihat kenyataan demikian, organisasi petani yang dijadikan studi kasus mengembangkan paradigma baru pengembangan komunitas yang lebih berparadigma people-center development. Upaya ini dilakukan dengan cara membangun kemandirian dan kedaulatan petani. Dalam prakteknya, pilihan paradigma people-center development dilakukan dengan strategi community development. Perbedaan CD awal dengan CD sebagai strategi yang mengarah pada people-center development terletak pada dampak yang dihasilkan. CD sebagai strategi tidak menciptakan ketergantungan melainkan berupaya memperjuangkan akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang ada.

Gambaran di atas sesungguhnya ingin menunjukkan bahwa petani berupaya mencari cara-cara tertentu untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Perlawanan terhadap paradigma yang berkembang dilakukan dengan menggunakan taktik tersamar. Perlawanan tersamar ini mengindikasikan strategi terselubung yang digunakan petani untuk mencapai agenda organisasi. Perlawanan tersamar merupakan model gabungan antara mempertahankan kemapanan sosial dan upaya melakukan dekonstruksi sosial. Melawan dilakukan di bawah payung slogan-slogan pembangunan pemerintah sambil mendefinisikan kembali slogan tersebut kedalam pengertian paradigma yang lebih berorientasi pada people-center oriented

Key words: Perlawanan Tersamar, Gerakan Sosial Petani, Organisasi Petani, People-Center Oriented

Page 5: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

ABSTRACT HERU PURWANDARI. A Disguised Resistence of Farmer Organization: Understanding Farmer Social Movement. Under the advisory of: LALA M. KOLOPAKING, as the head of commision and FREDIAN TONNY, as a member.

The establishment of farmer organization usually represents farmer’s response to the economic, social and politic al condition they faced. It is known that the government regime’s development paradigm, in fact, contributes to set a structural barrier in organizing the farmers at a community level. However, sometimes there are farmer organizations that still exist amidst the structural pressures. The response to that problem is developed through organizing, by applying a unique organization character that conforms to socio-economic and political context of the state. In order to understand such character as well as the strategy of farmer organization, a research question is needed. The research question is directed to; first how, why and in what condition that the farmer organization is established; second farmer organization character; and third farmer resistance character.

The aim of th is study is to understand the development of people movement that is articulated trough the formation of organization. Social movement context is clearly emphasized in this research. From such description, it can be understood farmer dynamics in their community when they are faced supra local interest or even global interest. An understanding toward farmer organization character serves as a basis in analy zing the character of farmer’s resistance in response to the situation/problems.

The social reality is analyzed using critical theory in the interpretative-critical domain. In the critical paradigm, this choice is a methodological choice. With this theoretical support, social reality is concluded within an effort to understand the meaning behind the social reality or social phenomenon itself. Data is analyzed using three-way activity, i.e.: data reduction, presentation, and conclusion or data verification.

Farmer as a social entity is faced to a structural pressure that obstructs the social transformation movement. Farmer oppression in the socio economic and politic al condition gives an opportunity to form an organization. The complexity of farmers’ problems –at a certain level- is reaching a stage where farmer organizing is needed. In that case, socio economic and political context hindered the organizing effort in one side, but on the other side it also dominated the reason of the farmer’s organization formation. The important aspect of the organization formation is the effort to strengthen farmers’ position and status. Referring to the problems, it is only natural that the farmers’ response is manifested in the choice of organization’s character. Therefore, it is no wonder that the farmer is approaching with a community development (CD) strategy. Farmer problem that mostly is economic one, demand a form of organization that is able to accommodate such need. A respond to exploitative relation is loaded with a compromise to practical needs. The character of production organization that is directed to the production center orientation is a response to the real problems.

Page 6: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

The above strategy is chosen, basically, to prevent a resistance from the government.

Production oriented development have become the development ideology for the last 30 years. A critique toward this paradigm is community development (CD) approach. Unfortunately, CD creates dependency to the elite structure and program, elite domination and effort to integrate farmer to high capitalistic condition. Besides that problem, CD maintains community stability and avoid s social change and movement. Looking to this fact, farmer organization that became a case study develops a new paradigm for the community development, which more adhere to the people center development. This effort is manifested by establishing a self govern, farmer authority. In practic e, the choice of people center development paradigm is manifested in community development strategy. The difference between the earlier CD with the CD as the strategy that oriented to the people center development lies on the result. CD as the strategy is not resulting dependency, but achieving an access and control to the resources.

The explanation above intents to show that farmer is achieving certain ways to reach organization goals. A resistance to a dominating paradigm is done through a hidden tactic. This disguised resistance indicates a hidden strategy that is used by the farmers to reach organization agenda. The disguised resistance is a model of alliance between maintaining social existence and the effort to a social deconstruction. Resistance has been done under the government development propaganda while doing the redefinition of the propaganda into a more oriented people center paradigm.

Key words: Disguised Resistance, Farmer Social Movement, Farmer Organization, People-Center Oriented

Page 7: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani)

HERU PURWANDARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2006

Page 8: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Judul Tesis : Perlawanan Tersamar Organisasi Petani: Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani Nama : Heru Purwandari NIM : A152030071 Program Studi : Sosiologi Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. Ir. Fredian Tonny, MS. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Sosiologi Pedesaan

Dr. Ir. MT. Felix Sitorus, MS. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Ujian: 21 Desember 2005 Tanggal Lulus:

Page 9: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul, 24 Mei 1979 sebagai putri pertama dari

keluarga Bapak Ngadiman dan Ibu Muji Kartini. Kehidupan penulis semasa kecil dihabiskan di Bogor bersama orang tua dan tiga orang adik. Pendidikan sarjana ditempuh pada program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Ju rusan Sosial Ekonomi Pertanian - IPB dan tamat pada tahun 2000. Atas dukungan Pusat Kajian Agraria (PKA-IPB), pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan magister sains pada program studi Sosiologi Pedesaan dan di semester ke-3 memperoleh beasiswa BPPS dari DIKTI.

Ketertarikan penulis pada dunia riset mengantarkannya pada aktivitas penelitian. Persinggungan dengan kerja riset telah dimulai sejak penulis masih berada di bangku kuliah. Sejak tahun 2002 penulis tercatat sebagai peneliti pada Pusat Kajian Agraria-IPB dan telah melakukan penelitian yang terkait dengan tema-tema agraria. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah Analisis Kebijakan Pertanahan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional, Pengkajian Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat, Negotiating Land Rights and Natural Resource Regulations for Local People:The Role & Effectiveness of Federations, The Importance of Agrarian Issues in Addresing the Climate Change: The Case Study of Peat Land Rehabilitation in Jambi, dan lain-lain.

Keinginan selalu memperbarui ilmu pengetahuan membawa penulis pada kegiatan mengajar dan asisten pada beberapa mata kuliah. Semasa tingkat ke dua kuliah S1 penulis menjadi asisten Sosiologi Umum selama dua semester. Kemudian pada tahun 2002-2005 mengajar mata kuliah Ekologi Pertanian dan Kepemimpinan dalam Bisnis pada program D3 Sosek-Pertanian serta Sosiologi Agraria pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM).

Perkenalan dengan dunia gerakan dimulai ketika penulis melakukan penelitian panjang tentang organisasi petani bersama PKA-IPB dan sejak saat itu memfokuskan perhatian pada gerakan sosial masyarakat petani dalam kerangka agenda pembaruan desa dan agraria. Harapan kedepan tentang agenda pembaruan adalah memberikan kerja yang bermakna sebagai sumbangsih bagi tercapainya transformasi sosial. Semoga penulis mampu mengabdikan diri sebagai seorang intelektual organik.

Page 10: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PRAKATA

Hanya karena ijin Allah SWT tesis ini selesai pada waktunya. Alhamdulillahirobbil’alamiin. Tesis ini mengambil tema gerakan petani dengan judul Perlawanan Tersamar Organisasi Petani: Upaya Memahami Gerakan Sosial Petani. Disadari oleh penulis bahwa tesis ini diselesaikan dalam masa-masa paling sulit kehidupan penulis. Hanya kesabaran yang menjadi kunci selesainya tesis ini.

Terimakasih disampaikan kepada dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing penulis hingga sampai pada tahap akhir penulisan tesis. Dr Lala M. Kolopaking atas kepercayaan serta arahan bagi perbaikan dan penyempurnaan kerangka analisis dan Ir. Fredian Tonny, MS atas diskusi-diskusi yang selalu baru dan berarti dalam pengembangan tesis.

Terimakasih juga disampaikan kepada Pusat Kajian Agraria (PKA-IPB) yang memberi kesempatan penulis untuk terlibat dalam penelitian organisasi petani sekaligus dukungan ketersediaan dana penelitian lapang. Kerja keras ini tidak akan terwujud tanpa motivasi dan dorongan pihak -pihak yang memiliki ketertarikan terhadap isu gerakan petani dimana masing-masing menyumbang hal yang berbeda bagi tesis ini, diantaranya adalah: 1. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc sebagai dosen penguji. Terimakasih atas

kesediaan waktu dan masukan yang sangat berharga bagi kesempurnaan tesis 2. Dr. Satyawan Sunito atas diskusi intensif yang selalu membuka wawasan

penulis melihat sisi lain dari gerakan petani di Indonesia 3. Peneliti senior dan yunior di Pusat Kajian Agraria-IPB atas pengalaman yang

berharga dalam mengembangkan sebuah penelitian, juga Pak Januar atas dukungan teknisnya

4. Rekan SPD-IPB angkatan 2003 atas kebersamaan sepanjang perkuliahan (Rokhani, Taya Toru, Witrianto, Jean, Purnomo, Jeter, Rita, Agustina, Pardamean, dan Sofyan)

5. Kawan-kawan di Salatiga, petani maupun aktivis organisasi 6. Kawan-kawan LAPERA (Mas Himawan, Kang Tukir, Ilyus, dll) atas

dukungannya Dari sudut hati yang paling dalam, dengan penuh cinta kasih penulis

menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua atas dukungan moril, pengorb anan, dan pengertian atas keterlambatan tesis ini serta adik -adikku (Lisa, Alit, Wahyu) yang selalu membuat penulis merasa berarti. Juga Mas Adi dan keluarga, terimakasih untuk pengertiannya.

Semoga tesis ini berguna bagi kerja pembaruan.

Bogor, Januari 2006

Heru Purwandari

Page 11: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv

PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................1 Rumusan Masalah ........................................................................................5 Tujuan Penelitian .........................................................................................5 Kegunaan Penelitian ....................................................................................5

TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka ..........................................................................................7

Petani: Sebuah Entitas Sosial Khas .....................................................7 Gerakan Sosial: Sejarah, Perkembangan dan Mekanisme ............... 10 Perlawanan Petani ............................................................................ 16 Organisasi Petani: Respon Petani atas Kondisi Sosio -Ekonomi Politik ............................................................................................... 21

Hipotesis Pengarah .................................................................................... 32 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 33

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian ..................................................................................... 36 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 37 Unit Analisis dan Teknik Penentuan Subyek Penelitian ........................... 38 Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 39 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 41 Sistematika Penulisan ................................................................................ 42

KENDALA STRUKTURAL PETANI DALAM BERORGANISASI Konteks Ekonomi-Politik Sebagai Kendala Berorganisasi........................ 46

Perjalanan Era Politik Soeharto hingga Neoliberalisme ................... 48 Kebijakan dalam Konteks Global ..................................................... 54

Konteks Ekonomi-Politik Sebagai Peluang Berorganisasi ....................... 56 Faktor Religi dan Kemunculan Sikap Progresif ................................ 58 Era Politik Reformasi Hingga Politik Kerakyatan ............................ 60

Konteks Ekonomi dan Politik Melahirk an Pilihan Bentuk Organisasi ...... 62 SPPQT Sebagai Organisasi Produksi dengan Ciri Production-Center Development ...................................................................................... 66 Apa dan Mengapa Organisasi Produksi ............................................. 67

Ikhtisar ........................................................................................................ 72

Page 12: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

xi

KARAKTERISTIK ORGANISASI PRODUKSI SPPQT Sebagai Organisasi Rakyat ........................................................... 76

Selayang Pandang Organisasi Petani “SPPQT” ................................ 77 Kajian Embrio Organisasi ................................................................. 81 Pola Pengorganisasian yang Dikembangkan ..................................... 83 Keterkaitan Antar Aras Organisasi ................................................... 88

Kegiatan Organisasi .................................................................................. 91 Pilihan Kegiatan Sebagai Upaya Mencapai Tujuan .......................... 92 Penguatan Kapasitas Organisasi: Pertarungan antar Orientasi Kepentingan ...................................................................................... 98 Jaringan Antar Aktor .......................................................................101

Ikhtisar .....................................................................................................104

PEOPLE-CENTER ORIENTED: PILIHAN GERAKAN Mainstream Umum Paradigma Pembangunan Pertanian ........................108

Production-Center Oriented dan Dampaknya ................................110 Strategi Organisasi Petani .......................................................................112 Adopsi Atas Production-Center Oriented .......................................114 Momentum Strategi Community Development ................................116 Community Development untuk Kemandirian ................................118 Dari Production ke People-Center Oriented ..........................................119 Production dan People-Center Oriented : Sebuah Perbandingan ... 120 Ikhtisar .....................................................................................................124

PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI Gerakan Transformasi Petani................................................................... 127 Mempertanyakan Secara Kritis Paradigma Pembangunan Pertanian ..........................................................................................132 People-Center Oriented Sebagai Agenda Utama Organisasi .........133 Agenda Besar Organisasi: Gerakan dan Mekanisme Pencapaian ...........136 Organisasi Petani Sebagai Perlawanan Petani ........................................138

Tipe Musuh dan Pilihan Model Perlawanan ................................... 139 Karakter Perlawanan Model People-Center Oriented ...................141

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan .............................................................................................146 Implikasi Kebijakan ................................................................................149

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................151

LAMPIRAN .................................................................................................... 155

Page 13: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks Tipe Gerakan Sosial ........................................................................ 14

2. Matriks Tipe Gerakan Sosial Menurut Aliran Neo-Marxian Perancis ......... 16

3. Perbedaan Ciri Organisasi Anggota Serikat Sebelum dan Sesudah

Tahun 1998 ................................................................................................... 75

4. Pilihan Penelusuran Paguyuban dan Kelompok Petani ............................... 77

5. Sebaran Anggota SPPQT Berdasarkan Kawasan ......................................... 86

6. Perbedaan Ciri Organisasi Tiap Aras ........................................................... 89

7. Perbandingan Community Organization dan Community Development .... 122

Page 14: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Matriks Kebutuhan Data ............................................................................ 156

2. Panduan Pertanyaan Wawancara Paguyuban ............................................. 157

3. Kuesioner Terbuka ..................................................................................... 159

4. Peta Lokasi SPPQT di Salatiga, Jawa Tengah ........................................... 162

5. Peta Persebaran Anggota Organisasi Petani ............................................... 163

6. Kerangka Kerja SPPQT Sampai Tahun 2004 ............................................ 164

7. Kegiatan SPPQT per Divisi dan Capaian Target Tahun 2004 ................... 168

8. Partisipasi dalam Teori dan Praktek Pembangunan ................................... 176

9. Pengalaman dalam Proses Pengumpulan Data di Lapangan ...................... 177

Page 15: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran dalam Pendekatan Masalah ........................................ 34

2. Tahapan Proses Pembentukan dan Pilihan Strategi Pendekatan .................. 65

3. Alur Perkembangan Embrio SPPQT ............................................................ 83

4. Perkembangan Sejarah SPPQT .................................................................. 105

5. Revolusi Hijau dalam Kerangka Paradigma Developmentalisme ............. 111

6. Momentum Community Organizing dan Community Development .......... 116

7. Pertarungan Paradigma Pembangunan Pertanian dalam

Merespon Permasalahan Petani .................................................................. 125

8. Perbedaan Tipe Perlawanan Sebelum 1998 dan Setelah 1998 ................... 139

Page 16: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR SINGKATAN

AD Anggaran Dasar ADB Asian Development Bank APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ART Anggaran Rumah Tangga Aswaja Ahlussunah wal Jamaah BPD Badan Perwakilan Desa BTI Barisan Tani Indonesia BUMN Badan Usaha Milik Negara CD Community Development CO Community Organization Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional DPD Dewan Perwakilan Daerah FGD Focus Group Discussion GDP Gross Development Product GNP Gross National Product GNRHL Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan HAM Hak Asasi Manusia HGU Hak Guna Usaha HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia IMF International Monetery Fund IOF Integrated Organic Farming IPB Institut Pertanian Bogor JSTS Jaringan Studi Transformasi sosial KCK Koperasi Candak Kulak KK kepala Keluarga KPA Konsorsium Pembaruan Agraria KTH Kelompok Tani Hutan KTNA Kelompok Tani Nelayan Andalan KUB Kelompok Usaha Bersama KUD Koperasi Unit Desa LBH Lembaga Bantuan Hukum LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NADIKA Nadwah Dirosah Islam Kemasyarakatan NGO Non Government Organization NU Nahdlatul Ulama Perdes Peraturan Desa PERTANU Persatuan Tani Nahdlatul Ulama

Page 17: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

xvi

PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PKA Pusat Kajian Agraria PKI Partai Komunis Indonesia PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Poktan Kelompok Tani PPL Petugas Penyuluh Lapang PRA Participatory Rural Appraisal SDA Sumberdaya Alam SK Surat Keputusan SP Strategic Planning SPPQT Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah TKI Tenaga Kerja Indonesia TKW Tenaga Kerja Wanita TNC’s Trans-national Corporations TNMM Taman Nasional Merapi-Merbabu UU Undang-Undang UUPA Undang Undang Pokok Agraria WAD Woman And Development WID Woman In Development WTO World Trade Organization YDM Yayasan Desaku Maju

Page 18: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Posisi tawar petani terhadap pemerintah atau swasta akan lebih kuat ketika

kelembagaan dibangun di tingkat komunitas. Berangkat dari pernyataan di atas,

pengorganisasian petani menjadi sebuah keharusan untuk mengantarkan petani

pada posisi yang lebih setara. Kajian historis tentang petani dan organisasi

menunjukkan bahwa keduanya tidak dengan mudah dicari keterkaitan analisis.

Penelitian memfokuskan pada keterkaitan diantara dua konsep tersebut. Peluang

keterhubungan dapat muncul ketika petani menghadapi kondisi yang memicu

proses pengorganisasian petani.

Berbagai tulisan yang melukiskan sejarah gerakan sosial pedesaan,

khususnya gerakan petani, telah berupaya mencari penjelasan rasional tentang

latar belakang munculnya gerakan petani. Mengapa petani pedesaan yang jauh

tinggal di wilayah pedalaman dan hidup bersahaja menjadi kelas sosial yang

sangat gigih dan tak henti-hentinya melakukan gerakan perlawanan terhadap

sistem kekuasaan (Bahari, 2002). Beberapa studi yang pernah dilakukan oleh

Scott (1993) dan Popkin (1986) di pedesaan Asia mengenai gerakan petani di

masa kolonial, menunjukkan tiga faktor utama yang menimbulkan kemarahan

kaum petani pedesaan, yaitu perubahan struktur agraria, meningkatnya eksploitasi,

dan kemerosotan status sosial.

Sebagai respon atas permasalahan struktural, masing-masing komunitas

mengembangkan strategi yang berbeda. Perkembangan terbaru menunjukkan

salah satu strategi yang dikembangkan adalah pembentukan organisasi petani.

Dalam kajian organisasi petani, perbedaan bentuk dan strategi organisasi terkait

dengan konteks struktur masyarakat dan permasalahan yang dihadapi. Sisi lain

yang perlu dilihat adalah berbagai kebijakan pemerintah dalam hal ekonomi dan

politik yang berakibat pada marjinalisasi petani. Faktor ini dapat menjadi

penyebab terbentuknya organisasi petani sebagai respon atas permasalahan

struktural. Britt (2003) menyumbang penjelasan bahwa pergerakan kelompok

lokal banyak dilatarbelakangi oleh karakteristik struktur masyarakat dan

Page 19: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

2

permasalahan struktural yang terjadi di tingkat komunitas yang kemudian memicu

gerakan petani yang terpola sesuai karakteristik masyarakat yang bersangkutan.

Namun demikian, dari penelusuran lebih lanjut diperoleh fakta bahwa

dibentuknya organisasi petani tidak hanya dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi

semata. Terdapat faktor lain yang menjadi sesuatu yang penting bagi petani. Hasil

penelitian Kartodirdjo (1984) tentang pemberontakan petani Banten menunjukkan

bahwa ekonomi bukan satu-satunya pemicu gerakan sosial di kalangan petani.

Tulisan tersebut memperlihatkan bahwa perebutan kekuasaan dan perebutan

pengaruh atas masyarakat lebih menjadi penyebab gerakan sosial di Banten.

Dengan demikian aspek ekonomi, sosial, dan politik erat mempengaruhi

tumbuhnya organisas i. Bahkan dalam beberapa hal tumbuhnya organisasi petani

tidak lepas dari tujuan petani dalam mencapai kemandirian atas tiga aspek

tersebut. Keterkaitan upaya mencapai kemandirian ekonomi dengan kemandirian

dalam hal pengelolaan sumber-sumber agraria dapat ditunjukkan melalui

pembentukan organisasi tani. Kemandirian yang ingin dicapai terutama dalam

kaitannya dengan perubahan tata cara produksi. Hal tersebut sekaligus digunakan

untuk menghindari peran kapitalisme dalam proses produksi pertanian. Dengan

demikian, upaya pencapaian kemandirian petani akan terkait dengan proses

devolusi dimana peran petani lokal menjadi penting. Di negara berkembang,

pengelolaan sumberdaya alam sedang mengalami perubahan dari pengelolaan

oleh pemerintah otoritarian menjadi pengelolaan dan pengambilan keputusan oleh

masyarakat lokal. Sayangnya, proses tersebut belum diimbangi oleh konsep yang

matang tentang kelembagaan yang mendukung proses devolusi. Penjelasan ini

mendukung pernyataan bahwa kelembagaan di tingkat petani memainkan peran

penting dalam upaya mendukung kemandirian petani dalam berproduksi.

Penelusuran awal menghasilkan gambaran tentang fenomena

pengorganisasian petani yang dilakukan secara spesifik, tergantung permasalahan

yang dihadapi. Penelitian Pusat Kajian Agraria (PKA-IPB) menunjukkan dua tipe

organisasi yang dilatarbelakangi oleh persoalan konflik agraria dan persoalan

produksi. Tipe pertama menunjuk pada organisasi yang dibentuk sebagai respon

atas terjadinya konflik lahan. Sedangkan tipe kedua memperlihatkan organisasi

dengan dasar keinginan meningkatkan produksi dan gerakan pemberdayaan petani

Page 20: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

3

untuk mencapai kemandirian. Kajian atas dua tipe organisasi di atas dipandang

penting terkait dengan keunikan karakteristik organisasi tersebut dan bagaimana

strategi masing-masing organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yakni

menguatkan posisi tawar terhadap stakeholder lain.

Berdasarkan sudut pandang di atas, menjadi penting untuk menelusuri

perjalanan panjang kebijakan pemerintah Indonesia. Analisis politik dan kebijakan

menunjukkan bahwa selama 32 tahun terakhir, negara menggunakan topdown

approach dalam merespon persoalan-persoalan pembangunan, termasuk bidang

pertanian. Program pembangunan pertanian yang dikembangkan menghasilkan

strategi besar (grand strategy) yang menjauhkan petani dari persoalan nyata.

Revolusi hijau, misalnya hanya merespon sebagian kecil masalah petani sehingga

mewujud pada upaya melayani kepentingan elit tertentu tanpa melihat konteks

permasalahan petani. Kondisi demikian menyebabkan petani harus dihadapkan

pada tekanan permasalahan sebagai efek revolusi hijau diantaranya: persoalan

ekologis, akses terhadap sumberdaya, kesenjangan, kesetaraan peran laki-laki dan

perempuan, dan lain-lain.

Upaya menjawab permasalahan tersebut dilakukan dengan

mengembangkan bentuk pendekatan pembangunan yang melibatkan partisipasi

petani. Program yang dikembangkan lebih berbasis lokal dimana penanggung

jawab program bersama petani menganalisis kebutuhan-kebutuhan petani di

tingkat lokal. Konsep yang kemudian muncul adalah pemberdayaan dan

partisipasi yang didisain bagi keterlibatan petani. Paradigma ini lebih dikenal

sebagai CD dengan ciri bottom up approach.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan pendekatan model CD yang

berkembang tidak betul-betul menyentuh akar permasalahan petani. Kajian CD

tidak menganalisis lebih lanjut ketergantungan yang dialami petani terhadap

faktor luar. Sejauh ini, CD tidak lebih dari upaya mengukuhkan proses integrasi

petani kedalam formasi kapitalis. Pernyataan tersebut didukung oleh Hickey dan

Mohan bahwa CD masa kolonial maupun post-kolonial dimaksudkan untuk

menjaga kestabilan komunitas pedesaan dan digunakan untuk menghambat

gerakan petani, dalam upaya mempertahankan hegemoni negara (Hickey &

Page 21: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

4

Mohan, 2005). Implikasi dari tidak tersentuhnya akar persoalan petani1 adalah

persoalan tidak pernah diselesaikan dengan tuntas. Hal ini membutuhkan respon

tersendiri dari petani. Upaya merespon permasalahan dapat dimulai dengan

membangun kemandirian petani. Penelitian ini memaparkan usaha membangun

bentuk-bentuk kemandirian petani dalam hal ekonomi, tata cara produksi dan

pengelolaan sumber-sumber agraria. Kemandirian tingkat lokal menduduki peran

penting terutama jika dikaitkan dengan keinginan menghindari intervensi kapitalis

sekaligus memutus relasi kekuasaan dominan.

Perkembangan terbaru menunjukkan respon mulai diwujudkan dalam

bentuk organisasi petani. Kemandirian petani dapat didekati melalui pembentukan

organisasi sebagai sebuah kelembagaan. Berangkat dari pernyataan di atas,

tampaknya pengorganisasian petani dalam berbagai bentuk menjadi sebuah

keharusan untuk mengantarkan petani pada posisi yang lebih setara dalam sebuah

struktur sosial. Dengan demikian, dalam upaya memperkuat posisi petani,

pembentukan organisasi petani menjadi penting d ikaji.

Tipe organisasi yang dibangun merupakan respon terhadap pendekatan

pengorganisasian komunitas desa yang selama ini dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah menciptakan bangunan organisasi dengan menerapkan prinsip -prinsip

topdown yang tidak berpihak pada petani. Disamping itu, organisasi petani dapat

dikatakan merupakan perlawanan atas paradigma pembangunan pertanian yang

selama ini dipilih pemerintah. Keterhubungan antara permasalahan petani dan

pilihan tipe organisasi didekati dengan cara melihat karakter organisasi yang

dibangun pada masa reformasi. Secara sengaja, penelitian ini akan difokuskan

pada organisasi yang dibangun atas dasar motivasi ekonomi dan produksi untuk

memperoleh gambaran karakter perlawanan organisasi tersebut. Menarik

mengkaji tipe organisasi produksi yang menggunakan pendekatan CD yang

dipahami dalam kerangka perlawanan petani.

1 Selain permasalahan petani tidak tersentuh, pekerja yang berada di bawah paradigma community development seringkali tidak menganggap sesuatu sebagai masalah. Implikasinya, banyak dimensi persoalan petani yang menjadi laten dan sewaktu-waktu bisa manifest.

Page 22: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

5

Rumusan Masalah

Kemunculan organisasi petani dapat menjadi bagian dari kajian teori

gerakan petani. Gerakan petani ini tidak selalu dimanifestasikan sebagai

organisasi. Berdasarkan latar belakang yang ditangkap di atas, dipandang perlu

untuk melihat persoalan benturan sosial dalam kaitan pengembangan organisasi

tani.

Pertanyaan umum penelitian dalam hal ini d iarahkan pada bagaimana

respon petani atas permasalahan sosio -ekonomi dan politik yang dihadapi sebagai

implikasi paradigma pembangunan pertanian. Sedangkan, secara khusus

pertanyaan penelitian yang ada sebagai berikut:

1. Bagaimana, mengapa dan dalam kondisi apakah organisasi petani terbentuk

sebagai respon atas permasalahan ekonomi dan politik?

2. Karakter pengorganisasian petani bagaimana yang berpeluang memberikan

solusi atas permasalahan yang ada?

3. Bagaimana karakter perlawanan petani apabila dikaitkan dengan watak

negara dan aktor global?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan studi tentang bentuk-

bentuk respon petani atas permasalahan sosio-ekonomi dan politik yang dihadapi.

Analisis sejarah dimaksudkan untuk memahami konteks ekonomi dan politik

dibalik pembentukan organisasi yang menjadi kendala petani berorganisasi,

disamping sebagai pendorong pembentukan organisasi petani. Melalui gambaran

tersebut, dapat dipahami proses dinamika petani pada komunitasnya ketika

dihadapkan pada kepentingan supra lokal, bahkan kepentingan global.

Pemahaman karakter organisasi petani menjadi dasar menganalisis karakter

perlawanan petani dalam merespon situasi/permasalahan yang ada.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberikan kesadaran tentang masalah-

masalah yang muncul dibalik “kesuksesan” pembangunan pada masa orde baru.

Bentuk-bentuk pendekatan pemerintah terhadap komunitas ditinjau secara kritis.

Page 23: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

6

Ditinjau dari sisi praxis, penelitian ini menjadi penting untuk melihat sejauh mana

organisasi petani memainkan perannya dalam membangun kesejahteraan anggota

dan komunitasnya. Dalam konteks pemberdayaan lokal, studi ini memberi warna

lain bagi pemegang kebijakan bahwa inisiatif lokal harus dibangun dan diberikan

keleluasaan berkembang, sekaligus memberi kontribusi bagi terbentuknya

pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan.

Page 24: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

7

TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Petani: Sebuah Entitas Sosial Khas

Sosiologi pedesaan mencoba memberikan pemahaman mengenai unsur-

unsur dalam struktur sosial masyarakat pedesaan dengan ciri-ciri spesifiknya yang

meliputi ciri sosial, politik, kultural, dan ekonomis. Secara lugas ini berarti bahwa

pedesaan dengan ciri geografis dan kultural yang lebih dekat pada ciri pertanian

memberikan perhatian yang khusus terhadap posisi petani sehingga dianggap

perlu untuk memahami lebih lanjut tentang petani dalam kajian politik pedesaan.

Fokus kajian sosiologi pedesaan mencoba memberikan gambaran tentang

bagaimana unsur-unsur dalam sebuah struktur sosial memberi andil terhadap

gambaran umum petani pedesaan. Hal tersebut dimaksudkan agar gambaran utuh

mengenai kondisi yang dialami petani dapat terbaca sehingga tidak menghasilkan

penafsiran yang keliru.

Ketika pemahaman tersebut berusaha dimunculkan, maka perhatian

pertama diarahkan pada pendefinisian petani sesuai dengan konteks pedesaan

Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus baik dari sisi geografis, kultural,

ekonomi, politik, dan sebagainya. Beberapa diangkat dari definisi para ahli

sosiologi yang menggambarkan bagaimana petani memandang kehidupan serta

bagaimana pola-pola relasi yang dikembangkan agar bertahan dalam

kehidupannya.

Petani dalam Dimensi Struktur Sosial

Scott (1994) mengemukakan tesis bahwa petani merupakan golongan

komunitas kecil yang memiliki prinsip ‘safety first’ yang merupakan konsekuensi

dari ketergantungan ekologis yang dikembangkan petani. Prinsip ini kemudian

mempengaruhi pengaturan teknis, sosial dan moral dalam tatanan agraris pra-

kapitalis. Dalam menjalankan kehidupan ekonominya, petani subsisten akan

merasa lebih dekat dengan pola subsistennya jika memiliki sarana subsisten yaitu

sawah meskipun dalam jumlah yang terbatas. Kecenderungan menyukai

kestabilan jangka panjang mempengaruhi sikap petani dalam merespon

Page 25: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

8

perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian dimana petani tidak akan betah

bekerja di sektor tersebut.

Kondisi demikian berangkat dari posisi petani yang masih terikat dalam

tatanan nilai-nilai feodalistik. Nilai-nilai ini lebih mendahulukan sikap nrimo

terhadap berbagai kondisi, bahkan ketika dihadapkan pada pertentangan politik.

Sikap nrimo tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keberadaan mereka.

Petani kemudian membentuk kekuatan internal antar sesamanya sebagai perekat

menghadapi berbagai tantangan. Sistem ekonomi dikembangkan hanya dalam

lingkungan intern, misalnya biaya-biaya sosial yang dikeluarkan dalam bentuk

hajatan, bantuan untuk tetangga yang kesulitan, dan lain-lain.

Perdebatan tentang pertautan petani dalam relasi antar subyek membawa

kembali pada sudut pandang sosiologi. Kajian sosiologis menempatkan petani

sebagai bagian dari struktur masyarakat yang lebih besar. Sumbangan Scott

(1993) tentang relasi sosial yang dibangun petani dengan aktor lain melahirkan

prinsip “safety first” untuk menyelamatkan diri dari kekuatan lain.

Kritik Popkin (1986) terhadap Scott menyatakan bahwa petani memiliki

apek-aspek rasionalitas untuk menunjang kelangsungan kehidupan mereka.

Selama masih ada tingkat-tingkat ekonomi ganda, keinginan untuk maju dari satu

tingkat ke tingkat selanjutnya, dan keinginan untuk menghindari kejatuhan, para

petani akan selalu terlibat baik dalam asuransi maupun dalam perjudian yakni

investasi yang aman atau penuh resiko. Meskipun secara teoritis paparan Popkin

merupakan kritik atas tesis Scott, namun prakteknya, masih terdapat prinsip

‘mencari aman’ yang muncul dalam investasi yang dijalankan dimana petani

cenderung akan memilih investasi pribadi untuk kesejahteraan masa depan

melalui anak dan tabungan daripada berinvestasi, dan mengandalkan resiprositas

dan asuransi masa depan yang berasal dari desa.

Pemaparan tentang definisi petani membawa diskusi pada bagaimana

keterkaitan komunitas kecil tersebut dalam keterhubungannya dengan sistem

masyarakat lain dalam hal sosial, ekonomi, dan politik. Dari beberapa definisi

serta gambaran kondisi petani, ada beberapa benang merah yang dapat menjadi

arahan untuk memahami petani secara lebih lanjut terkait dengan sosial, politik,

budaya dan juga ekonomi. Pembedaan antara peisan dan farmer menarik dikaji

Page 26: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

9

dalam konteks Indonesia tanpa melupakan ciri-ciri petani secara umum.

Pembedaan tersebut terletak pada beberapa hal diantaranya adalah orientasi

produksi; strategi hidup; nilai-nilai hidup yang dianut; sistem ekonomi; integrasi

dengan struktur sosial diatasnya baik dalam ekonomi maupun politik; dan pola

adaptasi ekologis menghasilkan struktur pertanian yang tidak seragam.

Lain halnya dengan Pearse (1968) yang melahirkan respon aktif petani

untuk mempertahankan keterlibatan dengan dunia luar. Keterhubungan petani

dengan struktur ekonomi yang lebih besar berimplikasi pada adaptasi yang

bermuara pada perubahan karakter petani. Keterlibatan petani dengan kapitalisme

mendorong petani melakukan perubahan orientasi ekonomi yang cenderung

mengedepankan aspek rasionalitas. Terkait dengan hal tersebut kemudian muncul

konsep depeasantisasi dimana petani terintegrasi kedalam sistem ekonomi

kapitalis sehingga ada perubahan pola kultural dan struktural.

Pendekatan dimensi perubahan sosial dalam meninjau perkembangan

karakter dan orientasi petani dalam tatanan sosial yang lebih kompleks

diungkapkan oleh Migdal (1974). Migdal melakukan pendekatan kajian tersebut

dari dimensi perubahan sosial. Perubahan sosial dan ekonomi diintegrasikan

kedalam teori tentang partisipasi petani dalam politik dan revolusi. Tulisan

Migdal memaparkan dengan gamblang karakter dari keterlibatan petani dalam

ruang politik. Inisiatif keterlibatan petani dalam arena politik lebih banyak

diinisiasi oleh non-petani. Dengan demikian keterlibatan petani dalam arena yang

lebih besar belum berasal dari inisiatif lokal.

Gambaran tersebut didukung oleh tulisan Friedmann (1992) tentang

peasant dalam konteks sistem ekonomi global. Tulisan tersebut memudahkan

melihat keterkaitan petani dengan sistem ekonomi dunia. Ketika petani

terintegrasi dalam ekonomi, pada saat itu ciri-ciri kehidupan petani dalam

berbagai segi akan mengadaptasikan diri sedemikian rupa sehingga perubahan-

perubahan yang muncul akan terkait dengan sistem ekonomi dan juga budaya.

Keterlibatan petani dengan kapitalisme memberikan pengaruh kepada petani

terutama dalam hal perubahan orientasi produksi, penyesuaian strategi hidup yang

dilakukan serta berubahnya nilai-nilai hidup yang dianut.

Page 27: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

10

Meski secara gamblang dipaparkan perjalanan petani hingga sampai pada

keterkaitan dengan sistem ekonomi global, namun petani tetap menjadi entitas

yang termarjinalkan. Fenomena demikian sesungguhnya menunjukkan bahwa

petani masih berada dalam kerangka kungkungan struktural. Kondisi demikian

didefinisikan oleh Soetomo (1997) sebagai kekalahan petani.2 Kesadaran bahwa

kemiskinan petani tercipta akibat tekanan struktural mulai menguat sejak

konstelasi politik berubah dari represif menjadi terbuka. Periode ini ditandai sejak

turunnya Soeharto pada tahun 1998. Iklim reformasi membuka celah terbentuknya

organisasi petani dengan dukungan perubahan orientasi yang lebih mengarah pada

political community.

Gerakan Sosial: Sejarah, Perkembangan dan Mekanisme

Harper (1989) memahami gerakan sosial sebagai kolektifitas-kolektifitas

yang tidak konvensional dengan berbagai tingkatan organisasi yang berusaha

mendorong maupun mencegah perubahan. Asal perubahan dikemukakan oleh

Sztompka (1994) berasal dari bawah. Sebagai gerakan manifes dari bawah,

gerakan sosial ini dicirikan oleh bersatunya orang-orang untuk mengorganisir diri

dalam tujuannya membuat perubahan dalam masyarakat. Dalam perubahan sosia l,

gerakan sosial bisa menjadi penyebab, efek maupun mediator yang mempengaruhi

jalannya perubahan sosial.

Gerakan sosial mencakup komponen bertindak bersama dengan tujuan

perubahan pada masyarakat walau dengan derajat organisasi formal yang rendah

sebaliknya unsur spontanitasnya amat tinggi atau cenderung non-institusional

(Sztompka,1994)3. Dalam kerangka Hayami dan Kikuchi (1987), tindakan

kolektif ini diperlukan untuk merubah pranata atau institusi. Namun perubahan

2 Soetomo (1997) mengungkapkan bahwa kekalahan petani disebabkan oleh dua faktor; pertama, faktor alam (natural resource). Dalam hal ini mengemuka sebuah diskusi tentang perbedaan karakter yang tercipta yang muncul akibat perbedaan konteks ekologis, antara dataran tinggi dan dataran rendah. Jika dikaitkan dengan pengorganisasian, jelas terdapat hubungan antara keduanya. Kedua, faktor struktural. Terbentuknya kemiskinan struktural dipandang sebagai akibat yang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: a) petani kecil merupakan kelompok marjinal karena keikutsertaannya dalam sistem sosial telah meletakkan mereka sebagai elemen yang dibuat bergantung tak berdaya sepenuhnya; b) pilihan-pilihan petani ditentukan oleh pihak-pihak diluar petani; c) petani terasing dari jaringan-jaringan informasi aktua l mengingat keterbatasan kemampuan kognitif mereka, sistem transportasi yang belum sempurna, dan perbedaan kultur serta posisi inferior. 3 Dalam hal ini Sztompka berbeda dengan Harper (1989), dimana menurut Harper istilah social movement terkait dengan derajat formalitas yang tinggi.

Page 28: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

11

pranata menurut mereka tidak harus melalui transformasi mendadak dan

menyeluruh, melainkan bisa melalui penyesuaian yang terus-menerus. Definisi

gerakan sosial menggambarkan bahwa gerakan massa dalam berbagai variasi

bentuk mengisyaratkan adanya keinginan perubahan. Hoffer (1988)

mengemukakan pentingnya orang-orang yang termarjinalkan dalam

mengungkapkan ide perubahan sosial4.

Potret Gerakan Sosial

Kajian Fauzi (2005) tentang gerakan rakyat di beberapa Negara Dunia

Ketiga berhasil memotret bentuk-bentuk karakter perlawanan. Perlawanan dimulai

dengan konfrontasi terhadap dominasi pemerintah, pengusaha, atau penguasa.

Strategi yang dikembangkan adalah mobilisasi rakyat, bahkan kasus Indonesia

menunjukkan gerakan rakyat dilakukan dengan cara mengkonstruksi kembali

identitas etnis. Buku tersebut memprofilkan dinamika ringkas masing-masing

gerakan, terutama dalam 3 (tiga) pokok utama yang membingkai gerakan masing-

masing, yakni (i) tafsir atas situasi yang dimusuhi, (ii) kesempatan politik yang

memungkinkan para aktor gerakan menetapkan pilihan -pilihan strategis; dan (iii)

pilihan jenis aksi kolektif yang diandalkan para pelaku gerakan (Fauzi, 2005: 7-8).

Selain Fauzi (2005), tulisan Fakih (2000) juga mencoba menggambarkan

perlawanan terhadap pemerintah dengan melihat keterkaitan antara arus besar

model pembangunan dengan tumbuhnya gerakan sosial. Meski kajian keduanya

menyandarkan pada kasus LSM - bukan organisasi petani - sebagai sumbangan

pemikiran tentunya patut dipertimbangkan. Hanya, perlu merujuk pada kasus

organisasi petani yang berpola gerak an rakyat. Fakih menggambarkan bahwa arus

besar paradigma developmentalism turut membentuk karakter gerakan sosial

(Fakih, 2000). Developmentalism menjadi landasan gerakan sosial. Hanya saja

pada era 1970-an gerakan sosial berangkat dari upaya mencari alternatif/metode

mengimplementasikan aspek metodologis dan teknis pembangunan tanpa

pertanyaan kritik atas dasar filosofis pembangunan itu sendiri. Diskursus gerakan

sosial dalam konteks pembangunan diramaikan oleh tulisan Korten (2001) yang 4 Peranan kaum tersingkir dan kaum yang termarjinalkan dapat ditingkatkan terutama karena pemahaman mereka terhadap kekinian dalam pandangan Hoffer sangat kurang sehingga berani menghancurkan tatanan hidup yang telah mapan. Disamping itu, kenyataan bahwa didapati tidak ada/terbatas peluang untuk maju dengan struktur yang ada menambah derajat motivasi gerakan.

Page 29: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

12

menggarisbawahi masalah pembangunan yang dalam perspektif dialektis

menunjukkan saling keterkaitan antara persoalan eksploitasi, dominasi dan

penindasan politik. Masih dalam tulisan Korten, gerakan sosial diposisikan dalam

upaya perjuangan transformasi yang menyangkut tiga persoalan dasar yakni

masalah keadilan, kesinambungan sumber daya alam, dan partisipasi. Dengan

demikian gerakan sosial menjadi prasyarat untuk melakukan transformasi hingga

mencapai alternatif pembangunan berorientasi rakyat (people-centered

development)

Kontinuum Gerakan Petani: Dari Protes ke Mobilisasi ke Organisasi

Hollnsteiner (1979) mengemukakan bahwa organisasi berangkat dari basic

needs dan basic interest. Dalam perkembangannya, pola pendekatan gerakan yang

dikembangkan akan menyesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan. Ketika

analisis pembentukan organisasi berangkat dari dua hal yakni basic needs dan

basic interest di atas dikaitkan dengan tulisan tentang ciri petani, tidak salah

ketika Dobrowolski (1958 dalam Shanin, 1971) mengatakan bahwa

kecenderungan manusia untuk mempertahankan eksistensinya dapat dikaitkan

dengan dua hal yaitu: human relationship dan existence of natural environment.

Ciri umum kontinuum perkembangan aksi kolektif petani yang dimulai

dari protes-mobilisasi-organisasi merupakan suatu pola adaptasi atas kebutuhan

yang ingin dicapai dan kondisi politik pada masa perlawanan. Penelusuran historis

menemukan bahwa protes, mobilisasi dan organisasi identik dengan konstelasi

politik dalam kurun waktu tertentu yang dicirikan oleh tipe penguasa. Wolf (1985)

bahkan menerangkan gerakan-gerakan protes dalam bentuk yang sederhana

dikalangan petani seringkali berpusat pada mitos tentang suatu tatanan sosial yang

lebih adil dan lebih samarata dibandingkan dengan tatanan sosial yang sekarang

bersifat hirarkis. Mitos-mitos tentang kelahiran kejayaan suatu peradaban menuju

pada pembentukan tatanan baru seringkali dapat memobilisasi kaum tani untuk

beberapa waktu menimbulkan sebuah huru hara.

Tinjauan atas berbagai literatur menunjukkan respon permasalahan petani

diwujudkan dalam tipe perlawanan yang beragam. Dalam terminologi gerakan

sosial, organisasi dipandang sebagai stadium lanjut dari aksi protes dan

mobilisasi. Gerakan protes sebagai tahap awal perlawanan lahir atas

Page 30: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

13

ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada. Teori gerakan sosial melihat fenomena

ini sebagai respon psikologis atas kondisi tertentu. Perkembangan lanjut garis

kontinuum sampai pada upaya mobilisasi petani. Mobilisasi ini dibangun oleh

kalangan menengah pada kurun waktu 1980-an hingga 1990-an ketika petani

mulai dilibatkan dalam aksi. Keterlibatan tersebut menunjukkan satu ciri

mobilisasi dimana petani tidak memiliki inisiatif dalam membangun gerakan.

Pada kontinuum akhir, perkembangan gerakan petani bergulir pada

pendekatan baru yang melibatkan petani dalam manajemen langsung. Dalam hal

ini petani kemudian ditempatkan dalam suatu bentuk organisasi yang lebih

tersistematis dengan inisiatif yang berangkat dari orang luar maupun petani itu

sendiri. Organisasi petani dalam konteks ini merujuk pada sebuah kondisi dimana

sifat perlawanan yang muncul dimanifestasikan dalam bentuknya yang lebih

tersistematisasi. Sistematisasi gerakan diperlukan terkait dengan lawan yang

mempunyai karakter sistematis. Muara gerakan dalam bentuk organisasi

merupakan wujud adaptasi atas kebutuhan yang ingin dicapai dan situasi politik

yang dihadapi.

Pemahaman terhadap upaya mobilisasi petani pada kurun waktu tertentu

diilhami oleh sebuah dinamika yang muncul di kalangan menengah. Untuk

merespon masalah yang dihadapi, pada era ini petani telah tersadarkan namun

belum mengambil peran penting dalam manajemen gerakan. Inisiatif tindakan

aksi-demonstrasi lebih banyak muncul dari NGO. Tipe organisasi yang berangkat

dari sudut pandang kepentingan pemerintah (organisasi lokal maupun nasional

bentukan pemerintah) turut memperkuat aspek mobilisasi massa. Era mobilisasi

secara teoritis didefinisikan sebagai gerakan radikal yang didukung oleh orang-

orang diluar petani.

Mekanisme Gerakan Sosial

Menurut Harper (1989), paling tid ak terdapat empat dimensi yang dapat

dipergunakan untuk membedakan macam gerakan sosial. Dimensi pertama,

meliputi gerakan umum yang berkembang dari sentimen luas dalam masyarakat,

namun tidak terakumulasi serta memiliki tujuan yang tidak jelas dan gerakan

spesifik, memiliki tujuan, ideologi dan organisasi yang terfokus. Dimensi kedua,

terkait dengan gerakan sosial radikal yang bertujuan menciptakan perubahan

Page 31: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

14

fundamental pada sistem, d ikonfrontasikan dengan reforma yang bertujuan

menghasilkan perubahan ringan dalam sistem. Dimensi ketiga, perbedaan gerakan

sosial instrumental bertujuan untuk mengubah struktur sementara dan ekspresif

bertujuan untuk mengubah karakter dan perilaku individu. Dimensi keempat,

gerakan sosial sayap kanan adalah gerakan yang konservatif bertujuan untuk

mengembalikan jaman keemasan di masa lalu dan sebaliknya dengan gerakan

sosial sayap kiri.

Dimensi kedua dan ketiga tersebut dapat dibuat tipologi gerakan sosial

seperti Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Matriks Tipe Gerakan Sosial

Dimensi Instrumental Ekspresif

Reforma, permutasi dari pengaturan sosial yang ada reformatif alternatif

Radikal , perubahan signifikan dari pengaturan sosial yang ada transformatif redemtif

Sumber: Harper, 1989:128

Dalam pandangan Harper (1989), terdapat tiga pendekatan yang dapat

digunakan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana dan mengapa muncul

gerakan sosial dan kondisi apakah yang dapat merangsang gerakan sosial?.

Pendekatan pertama adalah penjelasan psikologis, dengan fokus pada karakteristik

agregat dari individu-individu yang terlibat dalam gerakan sosial. Model

penjelasan ini dibagi menjadi dua, yaitu penjelasan irasionalitas dan rasionalitas

partisipan gerakan sosial. Dalam pandangan penjelasan irasionalitas, partisipan

gerakan sosial adalah orang-orang yang mencari kompensasi terhadap rasa

frustrasi dalam kehidupan mereka. Sedangkan penjelasan psikologis yang lebih

kontemporer menyatakan bahwa, keikutsertaan dalam gerakan sosial dilandasi

oleh perhitungan rasional keterlibatan partisipan dalam gerakan sosial.

Selanjutnya dalam penjelasan psikologi sosial, munculnya gerakan sosial

terkait dengan kondisi-kondisi sosial serta disposisi psikologis. Dua penjelasan

paling populer dalam pandangan Harper adalah penjelasan deprivasi relatif5 atau

5 Penjelasan deprivasi relatif ini menjelaskan mengapa orang-orang yang terlibat dalam gerakan sosial bukan berasal dar i mereka yang paling terdeprivasi secara obyektif. Sedangkan dalam teori ketegangan status, motivasi para partisipan dalam gerakan sosial dilandasi oleh ancaman statusnya dalam masyarakat. Status sekelompok orang mulai terancam manakala kelompok yang semula terpinggirkan mulai memperoleh posisi penting dalam masyarakat.Gerakan sosial yang dilandasi oleh ketegangan status merupakan gerakan yang hendak mencegah dan mengembalikan arah sejarah masa lampau yang lebih menguntungkan partisipan

Page 32: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

15

teori ketegangan status. Penjelasan struktural mengenai gerakan sosial lebih

menekankan upaya-upaya untuk menjelaskan perkembangan gerakan sosial,

dihubungkan dengan struktur yang lebih luas dimana gerakan tersebut

berkembang. Terdapat tiga pendekatan dalam penjelasan struktural; pertama,

penjelasan kaitan perilaku kolektif dan gerakan sosial, yang melahirkan “Value-

Added” Theory yang dikembangkan oleh Smelser. Kedua, The Resource

Mobilization Perspective. Ketiga, tradisi Marxian yang melahirkan penjelasan

aliran Peranc is tentang gerakan sosial yaitu penjelasan Neo-Marxian oleh penulis

seperti Alain Touraine dan Manuel Castells.

Berbeda dengan penjelasan perilaku kolektif (Social Movement and

Collective Behavior) yang menyatakan bahwa gerakan sosial berasal dari perilaku

massa yang spontan, pendekatan struktural berkeyakinan bahwa gerakan sosial

merupakan kelanjutan dari organisasi-organisasi yang berupaya untuk

memproduksi reforma sosial dan berupaya untuk memperoleh pengaruh terhadap

struktur masyarakat yang telah mapan. Kritik terhadap pemikiran di atas

dikemukakan oleh aliran pemikiran neo-Marxian Perancis 6.

Merujuk pandangan bahwa organisasi petani merupakan sebuah upaya

memperkuat basis sebagai jawaban atas hegemoni pusat, organisasi berbasis lokal

kemudian menjadi respon atas pola pendekatan pemerintah dan implikasi yang

ditimbulkannya. Organisasi petani juga menjadi wadah aspirasi mensikapi

permasalahan struktural yang muncul di tingkat petani. Harper (1989) meninjau

gerakan sosial demikian dengan menggunakan pendekatan struktural yang

menekankan upaya-upaya untuk menjelaskan perkembangan gerakan sosial

dihubungkan dengan struktur yang lebih luas dimana gerakan tersebut

berkembang. Pendekatan struktural menyarankan perlunya aspek ekonomi, politik

dan ideologi dalam memandang fenomena dalam masyarakat.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Hannigan dalam Harper (1989), terdapat

dua dimensi yang membentuk karakter gerakan sosial, yaitu: (1) derajat kesadaran

6 Dalam pemikiran Neo-Marxian Perancis, dengan tokoh Touraine dan Castells, berargumen bahwa konsepsi Marx tentang basis dan superstruktur tidak memadai lagi untuk menjelaskan keadaan masyarakat industri maju. Mereka kemudian mengusulkan bahwa masyarakat harus dipandang sebagai kompleks yang saling berinteraksi pada tiga tingkat, yaitu ekonomi, politik dan ideologi, dimana kontradiksi berkembang di dalam maupun antar level. Dalam pandangan pemikir Neo-Marxian, gerakan sosial dapat tumbuh dari protes-protes moral yang spontan sebagai bentuk perlawanan terhadap struktur-struktur yang telah mapan. Yang membuat pemikiran Neo-Marxian Perancis ini lebih dekat dengan penjelasan perilaku kolektif adalah penekanannya pada asal gerakan sosial yang non institusional.

Page 33: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

16

bahwa diperlukan perubahan anti-institusional, dan (2) derajat tumbuhnya

kesadaran akan identitas kelompok diantara partisipan. Dengan menggunakan dua

dimensi tersebut, Hannigan membuat sebuah matriks tentang tipe gerakan sosial

seperti terlihat pada Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Matriks Tipe Gerakan Sosial Menurut Aliran Neo -Marxian Perancis

Kesadaran Identitas Kelompok Tinggi Rendah

Tinggi Gerakan Pembebasan Sosial

Gerakan Revolusioner Kesadaran Anti- Institusional

Rendah Gerakan Kultural Gerakan reforma profesional

Sumber: Harper, 1989:141

Perlawanan Petani

Dalam konteks sosiologi agraria, struktur agraria dipahami sebagai pola

hubungan antar subyek agraria dan antara subyek agraria dengan obyek agraria

(Sitorus, 2002). Relasi agraria yang muncul melibatkan tiga aktor yakni

pemerintah, komunitas, dan swasta yang masing-masing memiliki kepentingan

yang berbeda terhadap sumber-sumber agraria (SSA). Salah satu faktor yang

menimbulkan “kemarahan” petani yakni perubahan struktur agraria yang lebih

disebabkan karena pengelolaan agraria cenderung berubah dari pengelolaan

subsisten/primitif menuju sistem pengelolaan yang berorientasi kapitalis.

Perubahan tersebut berimplikasi pada pola-pola pengelolaan agraria yang

dilakukan oleh para pengguna agraria atau subyek agraria. Dalam hubungan

agraria, subyek agraria yang dimaksud dikenakan pada tiga stakeholders yaitu:

komunitas, pemerintah dan swasta. Hubungan ketiga subyek dengan sumber

agraria memunculkan suatu pola hubungan produksi yang bentuk dan derajat

eksploitasinya terhadap komunitas tergantung dari tingkat dominasi dari salah

satu stakeholder. Hubungan demikian menghasilkan berbagai model pemanfaatan

agraria yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masing-masing

subyek agraria.

Pada berbagai komunitas, petani selalu dihadapkan pada permasalahan-

permasalahan struktural yang menggiring petani pada benturan dengan aktor-aktor

eksternal. Komunitas yang akan dikaji adalah komunitas masyarakat lahan kering

Page 34: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

17

yang tinggal di lahan upland dengan ciri permasalahan struktural yang sama.

Petani di kawasan Salatiga menghadapi persoalan struktural terutama ketika

petani mengalami masalah dengan pasar atau ketergantungan terhadap input

pertanian yang harganya makin tinggi.

Sebagai upaya menghadapi permasalahan struktural, petani

mengembangkan pengorganisasian terkait dengan tipe permasalahan yang akan

direspon. Mengapa respon atas permasalahan struktural menjadi demikian

penting? Fakta empiris menunjukkan bahwa permasalahan struktural akan

melahirkan kemiskinan yang berangkat dari hubungan petani dengan

kelembagaan supra lokal. Dari banyak kasus juga diperoleh fenomena bahwa

hubungan agraria yang terbentuk antara petani dan pemerintah/swasta cenderung

menciptakan ketergantungan. Sebagai contoh, mengapa di Salatiga muncul

organisasi yang berbasis produksi sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi

ketergantungan petani terhadap pasar dan harga input-input pertanian yang relatif

tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi hubungan agraria menyumbang

peran yang besar terhadap terbentuknya organisasi petani.

State of the Art Gerakan Perlawanan Petani

Berbagai literatur menjelaskan permasalahan yang dihadapi kaum tani

seringkali direspon melalui perlawanan kaum tani dalam konteks gerakan sosial.

(Suhartono, 1995; Kartodirdjo, 1984; Scott, 1993; Pelzer, 1991). Kajian tersebut

berpijak pada teori gerakan sosial yang menempatkan petani sebagai pihak yang

melawan ketidakadilan yang terjadi. Suhartono (1995) menggambarkan bentuk-

bentuk protes petani melalui gerakan perkecuan atau bandit yang dari sisi

masyarakat yang termarjinalkan dianggap sebagai tindakan heroik yang

membantu masyarakat. Karakteristik utama pola perlawanan tipe ini adalah kecu

bergerak sendiri dan daerah jangkauannya masih bersifat lokal. Secara spasial,

skala operasional perbanditan lebih bersifat terbatas dan lokal, dan tidak tampak

adanya jaringan (Suhartono, 1995). Alasan dibalik perlawanan petani

dikemukakan melalui tulisan Scott (1993) sebagai respon atas tercerabutnya

prinsip subsistensi yang selama ini menjadi sandaran kehidupan petani. Hubungan

patron-klien yang memudar turut memicu perlawanan petani dan konflik vertikal.

Page 35: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

18

Rangkaian kajian gerakan petani diramaikan oleh tulisan Kartodirdjo

(1984) tentang pemberontakan petani di Banten. Berbagai gerakan petani di

hampir semua karesidenan di Jawa memperlihatkan karakteristik yang sama.

Pemberontakan -pemberontakan itu bersifat tradisional, lokal atau regional, dan

berumur pendek7. Pada dasarnya, pemberontakan petani mengantarkan

pembahasan pada bangkitnya petani melawan tirani kekuasaan yang

membelenggu ruang gerak petani. Pemberontakan juga dimaksudkan untuk

mempertahankan nilai-nilai tradisional yang mulai diintervensi oleh nilai-nilai

kapitalisme. Dalam konteks agraria, tulisan Pelzer (1991) tentang sengketa antara

petani dan perkebunan melahirkan bentuk perlawanan yang tidak kalah menarik

dan turut menyumbang deretan perlawanan kaum tani di masa kolonialisme.

Memasuki era baru, perlawanan petani banyak dipicu oleh ketimpangan

struktur agraria yang dihasilkan oleh perbedaan kepentingan para stakeholders

terhadap sumber-sumber agraria yang ada. Tindakan represif pemerintah orde

baru menyumbang deretan kasus perlawanan petani. Meski literatur dan fakta

menunjukkan perlawanan petani pernah menjadi alat yang ampuh dalam melawan

pemerintah, namun dalam banyak hal tidak ditemukan sifat perlawanan petani

yang terorganisir dengan baik.

Beberapa literatur menunjukkan bahwa kasus perlawanan petani yang

muncul menunjukkan bahwa perlawanan petani tidak serta merta terkait dengan

pengorganisasian petani. Perlawanan petani hanya sebagai simbol protes terhadap

kondisi yang ada tanpa disertai pembentukan organisasi petani sebagai basis

massa. Organisasi petani dalam bentuk yang nyata baru muncul pada periode

1952-1959 ketika muncul Barisan Tani Indonesia (BTI) yang berafiliasi dengan

partai sejenis yaitu pemuda rakyat, SOBSI, Gerwani, Lekra, dan HSI untuk

bersama-sama membangun Partai Komunis Indonesia (PKI) (Mortimer,1974).

Barisan Tani Indonesia sebagai organisasi petani, seperti halnya organisasi lain

7 Sebagai gerakan sosial, pemberontakan-pemberontakan itu semuanya tidak menunjukkan ciri-ciri modern seperti organisasi, ideologi-ideologi modern, dan agitasi yang meliputi seluruh negeri. Pemberontakan lebih bersifat lokal dan tak mempunyai hubungan satu sama lain. Implikasi atas hal tersebut adalah tidak disusunnya rencana-rencana yang realistis seandainya pemberontakan berhasil. Ketidakmampuan membangun organisasi juga dipengaruhi oleh tidak terciptanya hubungan antara pemimpin agama yang saat itu menjadi pemimpin gerakan petani.

Page 36: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

19

merupakan alat kepentingan partai yang saat itu sangat diperlukan. Dalam hal ini

kegiatan yang ada dalam BTI diarahkan pada kepentingan partai.

Gambaran organisasi petani dilanjutkan pada kurun waktu 1980-an. Pada

masa orde baru, gerakan dan organisasi petani mengalami tantangan yang keras

terkait dengan arah politik pemerintah yang bertujuan mempertahankan status

quo. Rezim orde baru melakukan pendiktean terhadap partai politik sekaligus

melakukan penggembosan terhadap kekuatan dan kemandirian organisasi massa.

Aturan tidak tertulis menyatakan bahwa semua organisasi massa harus berada di

bawah pengawasan pemerintah. Khusus untuk petani, semua organisasi dipaksa

digabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebagai upaya

pemerintah menghegemoni kekuatan petani (Firmansyah, dkk. 1999).

Pertengahan tahun 1980 mulai bangkit gerakan petani yang ditujukan pada

perlawanan. Petani mulai berkenalan dengan organisasi mahasiswa dan mulai

melakukan kegiatan aksi dan demonstrasi. Ciri gerakan pada masa ini lebih pada

kegiatan memobilisasi petani untuk aksi-aksi tertentu yang bersifat insidental

dengan tipe kegiatan demonstrasi. Fenomena tersebut berlanjut pada sekitar tahun

1997-an, kondisi politik dan moneter Indonesia turut menyumbang lahirnya

pengorganisasian di tingkat petani yang juga dipicu oleh konstelasi politik dan

kondisi moneter di Indonesia. Karakteristik organisasi pada era ini masih spontan

dan sporadis tanpa pengorganisasian yang jelas. Aksi dan demonstrasi baru

dilakukan ketika muncul permasalahan yang dihadapi petani.

Petani mengembangkan perlawanan dalam berbagai bentuk dan sesuai

dengan karakternya sebagai petani. Scott (1993) menyatakan bahwa petani dapat

melakukan perlawanan sehari-hari atas kekuasaan yang lebih besar.

Dilatarbelakangi adanya suatu konsep dasar tentang peningkatan bargaining

position ketika dihadapkan pada relasi sosial yang lebih kompleks yang menekan

petani, maka perlu ada suatu perlawanan. Definisi Scott tentang perlawanan

merujuk pada “perlawanan (resistence) penduduk desa dari kelas yang lebih

rendah adalah tiap (semua) tindakan oleh (para) anggota kelas itu dengan maksud

untuk melunakkan atau menolak tuntutan-tuntutan (misalnya sewa, pajak,

penghormatan) yang dikenakan pada kelas itu oleh kelas-kelas yang lebih atas

(misalnya tuan tanah, negara, pemilik mesin, pemberi pinjaman uang) atau untuk

Page 37: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

20

mengajukan tuntutan-tuntutannya sendiri (misalnya pekerjaan, lahan, kemurahan

hati, penghargaan) terhadap kelas-kelas atasan” (Scott, 1993).

Penjelasan definisi tersebut sampai pada pemahaman bahwa 1) tidak ada

keharusan bagi perlawanan untuk mengambil bentuk aksi bersama. 2) tujuan-

tujuan dibentuk kedalam definisi itu. 3) definisi tentang perlawanan yang relatif

longgar yang dikemukakan Scott membawa pada pengakuan terhadap bentuk

perlawanan simbolis atau ideologis (misalnya gosip, fitnah, penolakan terhadap

kategori-kategori yang dipaksakan, penarikan kembali sikap hormat) sebagai

bagian yang terpisahkan dari perlawanan berdasarkan kelas.

Berbagai literatur tentang bentuk perlawanan yang dilancarkan petani

tentang perlawanan dalam definisi Scott misalnya dikemukakan oleh (Heryanto,

2000) tentang perlawanan dalam kepatuhan sebagai protes petani dalam merespon

doktrin ideologi stabilitas kesatuan negara jaman Soeharto, atau tulisan

Samandawai (2001) tentang Mikung, sebuah komunitas yang menarik diri dari

program-program pembangunan dengan cara mendorong kemandirian di tingkat

komunitasnya.

Perdebatan tentang definisi perlawanan ini sampai pada upaya membuat

satu garis batas yang jelas antara perlawanan yang bersifat politis dengan

perlawanan sehari-hari. Apabila kedua perspektif ini digabungkan, akan tampak

sebuah dikotomi antara perlawanan sesungguhnya di satu pihak dan “tanda-tanda

kegiatan” yang bersifat insidental, bahkan epifenomenal. Perlawanan yang

sesungguhnya, bersifat 1) terorganisasi, sistematis, dan kooperatif. 2) berprinsip

atau tanpa pamrih, 3) mempunyai akibat-akibat revolusioner, dan/atau 4)

mengandung gagasan atau tujuan yang meniadakan dasar dari dominasi itu

sendiri. Dengan penjelasan di atas, ada kecenderungan untuk menegaskan bahwa

perlawanan yang bersifat politis harus diwujudkan dalam bentuk yang lebih

sistematis.

Masih dalam buku yang sama, Scott (1993) kemudian memaparkan tanda-

tanda sebuah organisasi yang bersifat insidental yaitu: 1) tidak terorganisasi, tidak

sistematis dan individual, 2) bersifat untung-untungan dan ‘berpamrih’ (nafsu

akan kemudahan), 3) tidak mempunyai akibat -akibat revolusioner, dan/atau 4)

dalam maksud dan logikanya mengandung arti penyesuaian dengan sistem

Page 38: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

21

dominasi yang ada. Ciri perlawanan tipe ini ketika dikonfrontasikan dengan tipe

perlawanan yang bersifat politis seolah -olah memperlihatkan kenyataan bahwa

tipe perlawanan yang bersifat epifenomenal - tipe perlawanan kedua - tidak

mempunyai arti apa-apa dalam kerangka gerakan.

Satu alternatif pemikiran kemudian dikemukakan tentang bagaimana

memandang bentuk perlawanan yang muncul dari sebuah organisasi yang relatif

lebih baik namun tidak dilakukan secara radikal. Organisasi sebagai ciri

perlawanan yang bersifat politis (menurut Scott) masih memerlukan sudut

pandang lain ketika secara kontekstual petani yang terlibat dalam persoalan

struktural perlu menerapkan strategi lain agar perlawanan yang dikembangkan

oleh komunitas yang bersangkutan menjadi tidak tampak. Perlawanan

tersembunyi dalam konteks Indonesia menjadi penting terkait dengan doktrin

pembangunan yang masih mengedepankan ideologi pembangunan dengan segala

doktrin modernis/developmentalis -nya. Dengan kata lain, perlawanan insidental

bahkan bersifat epifenomenal dalam terminologi yang dikemukakan Scott,

menemukan bentuknya yang lain dalam konteks gerakan di Indonesia.

Organisasi Petani: Respon Petani atas Kondisi Sosio -Ekonomi Politik

Organisasi Petani: Konflik dan Produksi sebagai Basis

Dewasa ini konflik pertanahan menjadi isu yang marak menyangkut

persoalan akses sumberdaya agraria antar subyek agraria. Konflik tersebut tidak

saja dipicu oleh ketimpangan akses tetapi juga karena terusiknya masyarakat

petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Apa yang dikemukakan Scott

tentang perlawanan petani tampaknya menjadi signifikan dalam menerangkan

kasus perlawanan petani. Thesis yang diungkapkan oleh Scott menyatakan bahwa

ketika batas subsistensi petani dilanggar maka diperkirakan muncul gerakan

perlawanan untuk merebut kembali apa yang diambil.

Peningkatan konflik pertanahan dari waktu ke waktu menunjukkan

perkembangan data yang cukup signifikan. Data KPA menunjukkan angka 1.920

kasus sengketa tanah yang melibatkan 1.284.557 KK dengan luas tanah yang

disengketakan sekitar 10.512.938,41 ha. Berdasarkan fakta dan pertimbangan

urgensi masalah tersebut di atas, penyelesaian konflik agraria memungkinkan

dibentuknya kelembagaan yang menyangkut perjuangan masyarakat sekitar

Page 39: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

22

perkebunan. Berbagai literatur menunjukkan bahwa petani melakukan

pengorganisasian dilatarbelakangi oleh berbagai sebab diantaranya adalah sosial,

ekonomi, politik, dan kekuasaan yang cenderung memarjinalkan keberadaan

dirinya.

Sebuah fenomena menarik ketika petani yang biasanya sulit diorganisir,

pada tahun-tahun 1990-an ‘mendadak’ melakukan upaya-upaya menata diri dalam

bentuk organisasi. Selain alasan konstelasi politik yang menguat kearah reformasi

- untuk organisasi petani yang berangkat dari kasus tanah - tampaknya

transformasi agraria menjadi motivasi utama melakukan pengorganisasian.

Transformasi agraria selalu menyangkut perubahan organisasi sosial produksi,

yaitu perubahan hubungan sosial didalam proses produksi, misalnya dari

hubungan klien-patron menjadi hubungan buruh-majikan. Perubahan demikian

menyangkut perubahan didalam sistem dan struktur penguasaan faktor-faktor

produksi, seperti tanah, tenaga kerja, dan modal. Transformasi agraria dapat

mengakibatkan petani menjadi termarjinalkan, terdesak ke kawasan yang tidak

subur atau miskin sumberdaya. Sebagian besar sumberdayanya jatuh ketangan

subyek agraria lain, negara atau melalui negara ke tangan swasta.

Dari tiga tipe struktur agraria (Wiradi, 2000) konteks Indonesia seharusnya

mengarah pada tipe populis/neo-populis dimana sumber-sumber agraria dikuasai

oleh keluarga/rumah tangga pengguna. Perjuangan gerakan rakyat untuk sampai

pada struktur agraria yang populis mengarahkan pada tindakan pengorganisasian.

Kesadaran tumbuhnya organisasi itu disadari maupun tidak merupakan suatu

proses panjang menuju terwujudnya reforma agraria dimana konsep tanah untuk

penggarap (land to the tiller) benar-benar diperjuangkan dan penghapusan

ketimpangan pemilikan lahan dan peningkatan akses petani terhadap lahan.

Seperti yang diungkapkan oleh Suhendar (2002) bahwa upaya perwujudan land

reform by leverage memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. adanya organisasi petani yang kuat. Land reform by leverage dilakukan atas

dorongan dan tekanan organisasi petani. Untuk melakukan tekanan

dibutuhkan organisasi petani yang kuat, baik ditingkat lokal tempat kebijakan

operasional diputuskan maupun ditingkat nasional.

Page 40: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

23

2. pemerintah terdesentralisasi. Dalam sistem pemerintahan sentralistik, proses

pengambilan keputusan dilakukan secara terpusat sehingga keberagaman

lokal tidak terakomodasi.

3. adanya political representatif dari petani.

Secara ideal, keberadaan organisasi yang kuat dapat terbentuk dari

terciptanya jaringan antara petani dengan lembaga lain di luar petani terutama

pembuat kebijakan, sehingga gerakan petani yang muncul dapat mempengaruhi

pengambilan kebijakan pada aras pemerintah. Namun satu hal yang juga tidak

boleh terlupakan adalah bagaimana organisasi yang lebih besar tersebut membuat

basis perjuangan melalui pembentukan organisasi-organisasi tani lokal yang

merupakan subyek agraria yang terkait erat dengan sumberdaya lahan.

Alasan lain menyangkut pembentukan organisasi diluar konflik lahan

adalah alasan peningkatan pendapatan. Dengan demikian produksi menjadi basis

terbentuknya organisasi petani. Aspek produksi menjadi kajian yang menarik

karena dalam sebuah struktur sosial yang sudah mapan, beberapa literatur

menunjukkan bahwa organisasi sulit terbentuk karena faktor keamanan telah

dicapai dalam struktur masyarakat tersebut. Dalam hal ini petani memiliki prinsip

kapitalis murni sehingga kegiatan produksi menjadi prioritas penting. Rasionalitas

petani yang diungkapkan Popkin menunjukkan bahwa petani cenderung berusaha

memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksi

(Popkin, 1986). Berangkat dari alasan demikian, maka organisasi tani dianggap

menjadi sebuah kegiatan yang dapat menghabiskan waktu.

Jika demikian halnya, maka ada anggapan bahwa petani yang tingkat

subsistensinya telah stabil, dia merupakan kapitalis-kapitalis kecil yang berusaha

memanfaatkan setiap detik waktunya untuk meningkatkan surplus hingga tidak

ada peluang untuk menata diri dalam bentuk kegiatan. Namun dari fakta yang

ditemukan di lapang, tampak bahwa organisasi menjadi bagian dalam komunitas

petani berciri demikian. Bahkan organisasi petani yang dilatarbelakangi oleh

produksi digambarkan sebagai organisasi yang solid dan sistematis.

Mengapa organisasi dengan tipe seperti ini relatif lebih solid? Beberapa

pandangan mengemukakan bahwa organisasi ini memfokuskan diri pada ikatan

sosial, komunikasi, dan struktur organisasi (Bebbington dan Carol dalam Britt

Page 41: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

24

2003). Namun demikian ada bantahan terhadap pandangan di atas dimana

organisasi yang menggunakan pendekatan sektoral dengan menggunakan isu-isu

ekonomi jika dikaitkan dengan perlawanan petani tidak akan sampai pada upaya

gerakan merebut sumberdaya. Pendekatan yang biasa dilakukan meliputi kegiatan

yang bersifat ekonomis, seperti menumbuhkan kelompok usaha simpan pinjam,

usaha bersama produksi, usaha pengadaan pupuk, pertanian organik, dll

menyebabkan isu-isu besar seperti masalah petani yang tidak bertanah, berlahan

sempit atau tidak meratanya penguasaan akses atas tanah, dsb tidak tersentuh.

Menelaah berbagai akar masalah sebagai motivasi terbentuknya organisasi

petani, benang merah yang muncul adalah terbentuknya organisasi petani sebagai

strategi perlawanan. Perlawanan yang muncul menemukan perbedaan bentuk

ketika dihadapkan dengan konteks masalah dan konteks pemahaman konsep

perlawanan. Untuk itulah kemudian muncul tipe organisasi yang menerapkan

advokasi dalam pola-pola gerakan yang cenderung bersifat radikal. Disisi lain

muncul organisasi yang melakukan politik perlawanan dengan strategi yang lebih

halus untuk menghindari resistensi yang kuat dari elit birokrasi. Jika dilihat dalam

sudut pandang reforma agraria, kedua strategi ini sesungguhnya bermuara pada

terciptanya transformasi masyarakat dalam upaya mencapai keadilan agraria.

Perbedaan hanya pada prioritas pilihan masalah yang harus diselesaikan terlebih

dahulu. Komunitas satu melihat bahwa persoalan land tenure dapat menjadi pintu

masuk untuk dapat mencapai keadilan agraria. Sedangkan yang lain melihat

bahwa persoalan land tenancy menjadi sebuah persoalan mendesak untuk segera

diselesaikan. Sekali lagi ini hanya masalah prioritas, terkait konteks masalah dan

pemahaman akan ideologi perlawanan yang dianut komunitas yang bersangkutan.

Dalam beberapa hal, strategi tersebut harus dapat saling melengkapi karena naif

ketika melihat persoalan petani hanya dari satu sudut pandang. Diyakini dalam

berbagai literatur (Koentjaraningrat, 1984; Tjondronegoro, 1984; Scott, 1993;

Wolf, 1985; Fauzi, 1999; dll) bahwa petani sebagai sebuah entitas sosial

mengalami berbagai persoalan yang multidimensional.

Organisasi Komunitas

Intervensi pemerintah dalam mentransfer program-program pembangunan

disalurkan melalui organisasi formal. Organisasi ini berfungsi sebagai

Page 42: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

25

perpanjangan tangan pemerintah. Sebagai turunan dari paradigma

modernis/developmentalis, organisasi ini diarahkan untuk mendukung

terintegrasinya komunitas kedalam sistem kapitalis/pasar dominan. Dalam

paradigma modernisasi, organisasi bentukan pemerintah merupakan bentuk lanjut

dari konsep modernisasi yang paternalistik dan topdown di era 1950 hingga 1960.

Respon atas karakter pembangunan yang bersifat topdown dilakukan melalui

pendekatan CD.

Kontinuum lanjut dari CD dikemukakan oleh Hollnsteiner (1979) sebagai

Community Organization (CO). Konsep CD tipe petani muncul dalam kondisi

politik yang relatif bebas di tahun 1998. Berbeda dengan CD tipe pemerintah, CD

petani lebih mengarahkan pada upaya memperjuangkan prasyarat sendiri untuk

dapat membangun kemandirian. Ditilik dari ciri tersebut, maka CO bisa

dikategorikan sebagai sebuah upaya perlawanan yang mengadopsi desain CD.

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, perlu dilihat bangunan organisasi dan

karakter yang muncul. Dengan demikian dalam penelitian ini akan dikaji tentang

penyebab dan kemunculan, tujuan, strategi & aktivitas, jaringan yang dibangun

serta implikasi terhadap persoalan yang dihadapi. CD gaya petani menghasilkan

kemandirian petani yang berbasis pada kebutuhan dan permasalahan nyata yang

dirasakan petani. Dalam perkembangannya, model CD diwujudkan dalam bentuk

organisasi rakyat dengan mengembangkan pemberdayaan, empowerment,

partisipasi, dan lain -lain.

Sebagai kritik atas production-centered development, patut disayangkan

bahwa CD belum mencapai hasil yang maksimal. Konsep partisipasi masih

merujuk pada proses integrasi komunitas untuk melayani golongan tertentu.

Cooke dan Kothari (2002) mengemukakan partisipasi sebagai tirani baru dalam

mengkooptasi komunitas dan masih tetap menciptakan ketergantungan pada

struktur pasar global. Sebuah alternatif melibatkan komunitas secara sungguh-

sungguh harus dibangun hingga bermuara pada kemandirian. Hal ini berangkat

dari sebuah fenomena dimana komunitas sebagai satu unit lokal selalu menjadi

sasaran berbagai proyek dan ideologi global. Dengan demikian, sebagai satu

komunitas yang sudah terjalin dengan dunia global, karakter perlawanan yang

dikemukakan Scott (1993) tidak mencukupi untuk menjelaskan fenomena yang

Page 43: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

26

terjadi pada organisasi petani di Salatiga. Tipe perlawanan dalam kajian Scott

terbatas pada aksi boikot, komunitas menolak tunduk pada struktur sosial yang

lebih mapan, serta tidak memberikan alternatif solusi atas persoalan yang terjadi.

Dalam kerangka gerakan dan pembangunan, pengorganisasian petani

menjadi bagian dari proses penguatan petani. Pengorganisasian petani dalam

konteks pembangunan menunjukkan CO merupakan tipe pengorganisasian yang

merupakan perkembangan lebih lanjut dari pengorganisasian berciri CD,

Hollnsteiner (1979). Dalam kerangka CO, organisasi petani lebih dipandang

sebagai paradigma baru dalam mengorganisir petani. Hal ini terkait dengan

ketidakpuasan atas bentuk organisasi pada masa orde baru yang menghasilkan

organisasi yang lebih berciri topdown dan hanya memenuhi kebutuhan

stakeholder tertentu. Organisasi komunitas melakukan pendekatan memobilisasi

orang untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk paksaan, menganalisis dan

mengembangkan strategi untuk mengurangi prinsip-prinsip top down dari

pemerintah. Dalam prosesnya, anggota organisasi tipe ini tumbuh dalam bentuk

yang lebih efisien, memiliki kesadaran pribadi dan memiliki kapasitas untuk

menolong kehidupan di masa depan.

Sejak masa orde baru, konsep organisasi petani dimaknai pemerintah

dalam konteks pembangunan. Kepentingan yang diusung adalah menggulirkan

agenda pembangunan secara topdown. Dengan begitu, hingga tahun 1990-an

organisasi petani di tingkat lokal merupakan perpanjangan tangan pemerintah.

Campur tangan pemerintah memunculkan kegagalan ketika ditingkat lokal kurang

terjadi penjalinan fungsi antara bentuk-bentuk organisasi formal dengan lembaga

tradisional.

Pandangan lain mencoba mengemukakan bahwa lembaga ditingkat lokal

yang berangkat dari kebutuhan komunitas dapat menjadi alat bagi petani untuk

mencapai tujuan tertentu dalam hubungannya dengan aktor luar. Hasil penelitian

Firmansyah dkk (1999) membuktikan bahwa organisasi yang dibentuk oleh petani

dapat secara efektif dan efisien membangun kekuatan petani di tingkat lokal.

Keberhasilan dibuktikan melalui makin banyaknya organisasi petani yang tumbuh

dan berhasil mencapai tujuan organisasinya. Organisasi yang tumbuh dibangun

dengan berbagai isu awal pembentukan organisasi tergantung tipe akar masalah

Page 44: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

27

yang dihadapi petani. Strategi perlawanan yang muncul akan menemukan

perbedaan bentuk ketika dihadapkan dengan konteks masalah dan ideologi aktivis

(melahirkan pilihan radikal atau halus). Perbedaan pilihan pintu masuk, dalam

konteks tujuan besar reforma agraria bermuara pada terciptanya transformasi

masyarakat dalam upaya mencapai keadilan agraria.

Merujuk posisi organisasi dalam perkembangan gerakan, organisasi

merupakan perkembangan lanjut dari gerakan sosial. Dalam terminologi gerakan,

organisasi/terbentuknya organisasi merupakan satu fase tersendiri setelah sebuah

komunitas terlebih dahulu mengalami fase protes dan mobilisasi. Tahapan

tersebut berangkat dari karakter petani pada masa tersebut. Dalam kerangka

gerakan, pengorganisasian petani juga sebagai bagian dari proses penguatan

struktural organisasi. Kecenderungannya, dalam gerakan, sebuah aksi kolektif

menjadi organisasi berangkat dari tipe masalah yang menyangkut kasus

tanah/konflik. Isu yang dibangun berimplikasi pada ciri aksi yang dipilih yakni

bersifat spontan dan sporadis dan terkadang primordial.

Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa pembentukan organisasi

petani mengalami hambatan terutama ketika dikaitkan dengan sifat dan karakter

petani. Wolf (1985) mengemukakan ciri dan karakter petani dari sudut pandang

antropologis lebih memperlihatkan satu tatanan petani yang terikat dengan ekologi

dan tidak melakukan usaha dalam skala ekonomi. Meski secara sosial mereka

terkait dengan tatanan sosial yang lebih kompleks namun masih bekerja secara

sendiri-sendiri sehingga sulit diorganisir. Hal ini senada dengan Scott (1994) yang

menganalogikan petani sebagai sekarung kentang yang berada dalam satu karung

namun satu sama lain terpisah. Dalam hal ini sangat berbeda dengan karakter

buruh industri yang terbuka dan lebih terbiasa dengan organisasi dan

pengorganisasian.

Organisasi Vis a Vis Institusi

Terminologi institusi dan organisasi seringkali dapat saling dipertukarkan

tanpa merubah makna dan definisi diantara keduanya (Uphoff, 1986). Hal tersebut

mengacu pada definisi bahwa institusi merupakan kompleks norma dan perilaku

yang terdapat dalam nilai-nilai kolektif. Dalam hal ini penjelasan bahwa institusi

Page 45: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

28

dapat berada dalam organisasi mengacu pada pokok pikiran bahwa institusi

sebagai norma akan melekat pada bangun organisasi.

Esman dan Uphoff’s (1984) memberikan perhatian pada pentingnya

organisasi lokal sebagai variabel pokok dalam pembangunan pedesaan. Hal ini

menunjukkan bahwa organisasi dibangun atas dasar kebutuhan dan kepentingan

tertentu tergantung kesepakatan diantara pendirinya. Sebagai organisasi lokal,

anggota dapat mengambil tugas dengan sifat yang multidimensi, khusus, maupun

tugas yang menyangkut kebutuhan anggota.

Perkembangan organisasi dibahas oleh Selznick dalam Etzioni (1985),

perhatian yang mendalam terhadap masalah intern akan menyebabkan organisasi

lebih banyak memikirkan dirinya sendiri sehingga tidak lagi melayani tujuannya

semula. Kondisi ini memungkinkan organisasi melakukan penggantian,

penambahan, dan perluasan ruang lingkup tujuan. Kecenderungan mencari tujuan

baru dilakukan apabila tujuan telah tercapai atau tidak tercapai. Hal demikian

menunjukkan kebutuhan yang sangat mendalam untuk tetap mempertahankan

eksistensi organisasi yang telah dibentuk.

Tipe ideal organisasi digambarkan dalam buku Etzioni (1985) dimana

pembentukan organisasi akan terkait dengan tujuan kelompok dalam mendirikan

organisasi. Etzioni menerangkan bahwa organisasi sebagai unit sosial (atau

pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan

penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu akan

mengembangkan strategi dalam memenuhi tujuan yang ditetapkan.

State of the art pembahasan teoritis tentang organisasi dimulai sejak

lahirnya teori klasik administrasi atau aliran manajemen ilmiah (scientific

management). Aliran ini lebih menekankan bahwa manusia berorganisasi

dilandasi oleh alasan ekonomi. Pendekatan ekonomis menghasilkan karakter

organisasi yang cenderung formal dan kaku dengan definisi pembagian kerja yang

tegas. Dari aliran ini muncul ciri khas organisasi formal yang merupakan cetak

biru pembentukan organisasi (Etzioni, 1985).

Aliran di atas oleh sebagian orang dianggap terlalu kaku sehingga muncul

kritik yang melahirkan aliran baru yaitu aliran hubungan manusia. Ide aliran

hubungan manusia lebih menekankan kepada elemen emosional, tidak berencana

Page 46: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

29

serta non-rasional dalam perilaku organisasi. Aliran ini mementingkan rasa

persahabatan dan pengelompokkan peker ja bagi kemajuan organisasi. Aliran ini

dalam perkembangannya melahirkan konsep organisasi informal. Ciri informal

tersebut terkadang dipandang sebagai apa yang tersirat di balik struktur organisasi

yang formal; selain itu tidak jarang dipandang juga sebag ai bagaimana hakekat

kehidupan organisasi sebenarnya yang justru sangat berbeda dengan cetak biru

maupun bagan-bagan yang telah tersedia.

Dua aliran di atas menyajikan sebuah realitas dikotomis antara tipe

organisasi formal dan informal. Pada prakteknya, di tingkat komunitas lokal

dikotomi demikian tidak ditemukan karena dalam banyak hal seringkali formal

dan informal selalu menjadi bagian dari sebuah organisasi. Dalam kerangka

teoritis, telaah terhadap dua karakter melahirkan tradisi ketiga yakni organisas i

yang merupakan gabungan antara organisasi formal dan informal dengan konsep

organisasi yang lebih lengkap dan terpadu.

Etzioni (1985) memberikan definisi organisasi sebagai unit sosial (atau

pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan oleh anggota organisasi. Sampai saat ini ditemukan fakta bahwa

organisasi menjadi wadah komunitas dalam upaya mengelola kegiatan hingga

sampai pada tujuan yang telah ditetapkan.

Terkait dengan arah penelitian yang bersifat eksploratif, penelitian ini

bertujuan menemukan pola-pola pembentukan organisasi petani. Penelitian

Firmansyah dkk (1999) menemukan bahwa karakteristik organisasi yang selama

ini muncul adalah 1) dibangun atas dasar kebersamaan, 2) ketergantungan pada

peran aktivis/kyai/tokoh, 3) gerakan lebih terorganisir sebagai respon atas

penguasa atau lawan yang terorganisir.

Karakter demikian tidak pelak lagi mempunyai dua implikasi;

melemahkan atau justru memperkuat organisasi. Untuk lebih mendalam ketika

melihat keberadaan organisasi, perlu penjelasan lebih lanjut tentang karakter

organisasi. Organisasi yang dibentuk dari konflik tanah biasanya menggunakan

isu kasus dengan ciri organisasi hanya cukup untuk bertahan hidup, bersifat

sporadis, memiliki daerah cakupan terbatas serta belum terorganisir. Sedangkan

organisasi yang dibentuk dari produksi atau peningkatan pendapatan berciri

Page 47: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

30

membangun kemandirian, melepaskan diri dari struktur pemerintah, dan

menggunakan isu ekonomi dalam berorganisasi.

Namun demikian, apapun bentuk atau tipe organisasi, yang jelas

keberhasilan organisasi tidak lepas dari bentuk-bentuk strategi organisasi yang

dapat dianalisis berdasarkan karakter dan jaringan yang dibentuk oleh organisasi.

Setiap bentuk strategi organisasi harus diarahkan bagi penguatan hak atas tanah

dan pengelolaan sumber-sumber agraria. Pada akhirnya karakteristik yang

terbangun akan mengarah pada upaya penguatan kedudukan petani.

Dengan mempelajari penyebab timbulnya organisasi berbasis konflik,

tampak bahwa organisasi tipe ini menunjukkan sebuah sifat organisasi yang

belum terstruktur karena muncul tergantung tipe persoalan pada saat itu. Seperti

yang diungkapkan dalam penelitian yang sama bahwa salah satu kelemahan

mendasar gerakan petani pada dekade 1980-an adalah terletak dalam kenyataan

bahwa gerakan -gerakan tersebut belum terorganisir dengan baik sehingga mudah

ditumpas dan dikalahkan. Kondisi ini yang memicu aktivis melakukan

pengorganisasian secara intensif sehingga lahirlah serikat petani di berbagai

daerah. Meski kesiapan berorganisasi telah dipupuk sejak periode 1980-an,

kenyataan masih menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga persoalan besar yang

masih dihadapi petani terkait dengan pengorganisasian, diantaranya (Firmansyah,

1999): pertama, persoalan daya tahan. Daya tahan petani dalam aktivitas gerakan

relatif terbatas, menyangkut ketersediaan sarana ekonomi dalam mendukung

kegiatan. Kedua, ketergantungan pada tokoh. Peralihan peran tokoh mengalami

pergeseran dari dekade 1980-an dengan gerakan petani pada masa kolonial.

Kepemimpinan pada dekade 1980-an dipegang oleh kaum muda, sedangkan pada

masa kolonial tokoh dipegang oleh kaum elit. Namun demikian fenomena tetap

menunjukkan bahwa ketika tokoh menghilang, petani serta merta kehilangan

semangat melanjutkan perjuangan. Ketiga, persoalan kemampuan berorganisasi

dan manajemen gerakan.

Persoalan di atas makin rumit jika tidak segera disikapi dengan penataan

manajemen organisasi. Pada beberapa bentuk organisasi diluar tipe konflik,

manajemen lebih diarahkan pada peningkatan kapasitas organisasi. Dengan

demikian karakter organisasi yang muncul menjadi berbeda dimana organisasi

Page 48: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

31

tipe ini lebih fokus pada penataan perkembangan kegiatan dan aktivitas anggota.

Pengorganisasian pada organisasi yang tumbuh dari persoalan non-konflik

dikerangkai oleh paradigma bahwa perjuangan kemandirian petani harus pula

didukung oleh sistem organisasi yang baik, tidak sekedar menyandarkan pada

gerakan perlawanan yang frontal/keras. Dalam pandangan organisasi yang tumbuh

dari persoalan non-konflik, perjuangan petani tetap mengarah pada reforma

agraria dengan dua jalan yang berbeda.

Menjadi penting untuk kemudian melihat sejauh mana organisasi yang

memiliki manajemen organisasi yang lebih solid mampu mendefinisikan gerakan

dalam setiap langkah-langkah berorganisasi. Dalam hal ini manajemen dan

karakter organisasi yang dibangun tidak dipahami sebatas peningkatan kapasitas,

tetapi lebih dari itu merupakan strategi menciptakan perlawanan. Dengan

demikian pemaknaan bangunan organisasi petani tidak dipandang secara sempit.

Pilihan atas pendekatan CD dalam membangun sebuah organisasi terkait dengan

pilihan yang dianggap sesuai dengan konteks masalah. Dalam kepentingan

tersebut, pendamping (biasanya NGO atau orang maju dalam komunitasnya)

cenderung memilih organisasi yang telah ada.

Pengalaman pengorganisasian petani masa orde baru memperlihatkan

konsep organisasi petani dimaknai oleh pemerintah dalam konteks pembangunan.

Pembentukan organisasi petani pada masa ini lebih untuk menghubungkan

kepentingan pemerintah dengan komunitas lokal. Dengan demikian organisasi di

tingkat lokal seringkali hanya menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam

menggulirkan agenda-agenda pembangunan yang bersifat top down. Dalam

pembahasan yang agak berbeda, organisasi seringkali diarahkan pada sebuah

organisasi bentukan pemerintah untuk merespon program-program pembangunan

dari atas (Israel, 1990; Cernea, 1988). Program pembangunan yang

diintroduksikan ke tingkat desa membawa serta ideologi baru tentang peran

masyarakat lokal dalam proyek pembangunan. Alasan ini yang mendorong

pemerintah membentuk organisasi petani untuk memfasilitasi pembangunan di

tingkat desa.

Israel (1990) dalam tulisannya tentang program irigasi bank dunia

memaparkan kelembagaan irigasi yang dibangun oleh pemerintah. Dalam

Page 49: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

32

pemaparannya, Israel mengemukakan bahwa organisasi di tingkat komunitas

diperlukan pemerintah untuk mensosialisasikan proyek pembangunan. Senada

dengan tulisan Cernea (1988) yang membahas terbentuknya organisasi di tingkat

petani namun dengan pendekatan topdown . Dengan begitu, sampai tahun 1990-an

organisasi petani yang ada merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam

berbagai bidang misalnya pertanian dengan kelompok tani-nya, demikian juga

kehutanan dengan KTH-nya.

Tulisan Tjondronegoro (1984) kemudian menunjukkan bahwa

pembangunan dengan pendekatan dari atas hanya menegasikan keberadaan

lembaga lokal. Ketika program masuk ke masyarakat, muncul organisasi bentukan

pemerintah. Seperti yang dikemukakan di awal bahwa organisasi dengan ciri

demikian tidak cukup efektif memenuhi kebutuhan di tingkat lokal. Organisasi

bentukan lebih berorientasi pada kekuasaan dan pemerintah sehingga gagal

menjadi bagian dari masyarakat. Penelitian Tjondronegoro (1984) berhasil

menunjukkan bahwa di tingkat lokal ada relung sodality yang terbangun di tingkat

dukuh. Sodality inilah yang kemudian menjadi solusi atas ketidakberhasilan

pembangunan melalui organisasi melalui pendekatan alternatif kelembagaan.

Pandangan lain mencoba mengemukakan bahwa lembaga di tingkat lokal

dan berangkat dari kebutuhan komunitas itu sendiri dapat menjadi alat bagi petani

untuk mencapai tujuan tertentu dalam hubungannya dengan aktor luar. Hasil

penelitian Firmansyah dkk (1999) membuktikan bahwa organisasi yang dibentuk

oleh petani dapat leb ih efektif dan efisien dalam membangun kekuatan petani di

tingkat lokal. Keberhasilan dibuktikan melalui makin banyaknya organisasi petani

yang tumbuh dan berhasil mencapai tujuan organisasinya.

Hipotesis Pengarah

Untuk sampai pada analisis tentang organisasi petani, penelitian ini

menggunakan hipotesis pengarah yang sekaligus digunakan sebagai pedoman

peneliti menggali fakta-fakta lapang yang sesuai dengan pertanyaan penelitian

yang diajukan dalam penelitian ini.

1. Perlawanan petani dan organisasi petani mengusung ide kedaulatan petani

sebagai respon marjinalisasi masyarakat petani.

Page 50: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

33

2. Konteks ekonomi dan politik akan menyumbang pada bentuk organisasi yang

dibangun, sekaligus pola-pola perlawanan yang dikembangkan oleh organisasi

yang bersangkutan.

3. Karakter perlawanan mempunyai watak, dan moda aksi yang terkait dengan

konteks permasalahan dan paradigma pembangunan skala nasional dan global.

Kerangka Pemikiran

Analisis perlawanan petani dalam pandangan Harper (1989) dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu bagaimana, mengapa, dan

dalam kondisi apakah sebuah organisasi8 bisa muncul. Konteks sosial yang

memicu perlawanan harus dilihat secara holistik. Komunitas harus dipandang

sebagai kompleks yang saling berinteraksi pada tiga tingkat, yaitu ekonomi,

politik dan ideologi dimana kontradiksi berkembang di dalam maupun antar aras.

Jalinan aspek ekonomi, politik, dan ideologi harus dipahami sebagai basis

pijakan menganalisis konteks sosial dibangunnya perlawanan melalui

pembentukan organisasi petani. Alternatif memindahkan pola perlawanan - akibat

pengaruh konteks sosial komunitas - dari radikal menuju perlawanan halus dan

lebih berciri CD perlu melihat konfigurasi kekuasaan negara atas faktor ekonomi

dan politik sebagai dasar analisis. Dengan kata lain, perlawanan petani yang

berangkat dari persoalan spesifik melahirkan pendekatan organisasi yang khas

pula. Pilihan atas bangunan organisasi pada akhirnya menjadi strategi lanjut dari

organisasi untuk mengembangkan perlawanan.

Sebagai organisasi yang mempunyai tujuan memperkuat posisi petani dan

memperjuangkan kedaulatan petani, karakter perlawanan harus mengarah pada

perlawanan yang berkelanjutan. Dengan demikian dalam penelitian ini akan dikaji

tentang penyebab dan kemunculan, tujuan, strategi & aktivitas, jaringan yang

dibangun serta implikasi terhadap persoalan yang dihadapi. Pendekatan

pengembangan komunitas gaya petani menghasilkan kemandirian petani yang

berbasis pada kebutuhan dan permasalahan nyata yang dirasakan petani. Dalam

hal ini organisasi sebagai bentuk perlawanan yang bersifat politis masih

8 Organisasi dapat didefinisikan sebagai manifestasi perlawanan petani. Melalui organisasi petani dapat melawan tekanan struktural yang muncul. Organisasi juga bisa dianggap sebagai perkembangan lanjut strategi perlawanan yang dikembangkan petani.

Page 51: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

34

Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Pendekatan Masalah

EKONOMI Pola pertanian konvensional menuju pertanian alternatif

Penguatan, pengakuan serta perlindungan yang adil atas hak petani terhadap akses keadilan dan kesempatan

Karakter perlawanan • Pendekatan CD • Pendekatan transformasi

gerakan rakyat • Memindahan perlawanan

radikal menjadi halus • Menjalin hubungan

dengan pemerintah sebagai langkah taktis

Organisasi mengalami kontinum perkembangan, fokus pada isu advokasi hak atas tanah

Organisasi yang dibentuk dari produksi atau income generating, berciri: • Menggunakan isu

ekonomi • Mensistematisasi

gerakan rakyat • Melepaskan diri dari

struktur pemerintah • Membangun

kemandirian

Dipicu krisis

moneter

Dipengaruhi konteks politik negara/global POLITIK

• Tekanan struktural

• Akses terhadap input pertanian

• Peningkatan eksploitasi

• Kemerosotan status sosial

• Pola pengelolaan sumber-sumber agraria

• Ketergantungan pada kekuatan eksternal (pasar, input pertanian mahal)

Dimensi masalah petani secara umum

Dipengaruhi ideologi aktivis

Terkait konteks sosio-ekonomi dan politik

(permasalahan) petani

Memperkuat posisi petani menghadapi

dominasi negara dalam berbagai kebijakan baik

ekonomi dan politik dalam bentuk akses dan

kontrol

PERLAWANAN TERSAMAR

Melawan di bawah payung slogan-slogan pembangunan pemerintah sambil mendefinisikan kembali slogan tersebut kedalam pengertian paradigma yang lebih berorientasi kearah struktur partisipatif

Production Center Development

People Center Development

Page 52: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

35

memerlukan sudut pandang lain untuk memahami secara utuh. Ketika petani

terlibat dalam persoalan struktural maka perlu diterapkan strategi lain agar

perlawanan yang dikembangkan oleh komunitas yang bersangkutan tidak tampak

dan tidak menimbulkan penolakan dari pihak yang dilawan. Penyamaran ini,

dalam konteks Indonesia menjadi penting terkait ideologi pembangunan dengan

segala doktrin modernis/developmentalis-nya.

Jika dikaitkan dengan pemaparan Korten (2001) dapat dikemukakan

bahwa organisasi mengarah pada paradigma people-centered development dan

merujuk pada upaya transformasi pembangunan. Dalam sumbangan pemikiran

Korten, organisasi dengan karakter demikian dapat dikategorikan kedalam

organisasi rakyat generasi keempat yang bicara tentang konsep atau ideologi

strategi alternatif pembangunan dan melihat bahwa masalah dasar pembangunan

tidak lagi berskala lokal/nasional, tetapi global. (Gambar 1.)

Page 53: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PENDEKATAN LAPANG

Strategi Penelitian

Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini

sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi

organisasi petani yang ada di Jawa. Penelitian yang difasilitasi oleh lembaga

penelitian internasional tersebut menghasilkan dua tipologi besar organisasi petani

yaitu organisasi berbasis konflik (conflict based organizations) dan organisasi

berbasis produksi (production based organization). Tipologi pertama merujuk tipe

organisasi yang terbentuk karena anggota dihadapkan pada isu konflik agraria

sebagai isu awal pembentukan. Karakter yang menonjol untuk tipe ini adalah

pembentukan seringkali dibidani oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) sehingga

kegiatan lebih banyak diarahkan pada advokasi dan pendekatan hukum. Embrio

organisasi tipe ini telah ada sejak kasus agraria muncul, jauh sebelum reformasi.

Namun demikian, pendekatan pengorganisasian secara lebih tersistematisir baru

terinspirasi pada era reformasi.

Tipologi kedua memperlihatkan tipe organisasi yang terbentuk karena isu

produksi dimana ide awal pembentukan lebih pada pengelolaan pertanian dan isu

peningkatan kesejahteraan. Tipe organisasi ini biasanya dibidani oleh Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak pada isu produksi. Embrio organisasi

tipe produksi biasanya telah ada dalam bentuk kelompok PKK, karang taruna,

atau kelompok tani bentukan pemerintah. Pendekatan pengorganisasian yang

dikembangkan cenderung mengadopsi model-model CD meskipun dalam hal ini

menjadi jauh lebih maju terutama dengan diterapkannya pendekatan CO yang

lebih berbasis lokal.

Teori yang dibangun dalam memahami fenomena organisasi petani

berangkat dari kesadaran bahwa realitas yang ada harus dipahami secara kritis.

Pada ranah metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dengan

menggunakan teknik interpretatif -kritis tanpa mengabaikan makna-makna dibalik

respon petani atas permasalahan struktural yang dialami. Fenomena keberadaan

organisasi petani diinterpretasikan secara kritis dari realitas sosial yang ada.

Secara ontologi, teori ini berangkat dari sebuah paradigma kritis, suatu tradisi

Page 54: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

37

paradigma dalam ilmu sosial yang ingin memperlihatkan upaya membuka

kebenaran.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan meminjam

pendekatan kuantitatif untuk mendapatkan pemahaman utuh tentang organisasi

petani setelah sebelumnya dilakukan pemilihan secara purposive terhadap

organisasi tani sekunder yang akan diteliti. Metode kualitatif dilakukan untuk

memperoleh data-data yang terkait dengan mengapa dan bagaimana respon petani

terhadap permasalahan struktural. Untuk memperoleh data kualitatif digunakan

panduan pertanyaan yang diarahkan pada sejarah munculnya organisasi serta

bagaimana keberlanjutan organisasi tersebut. Metode kuantitatif dipergunakan

dengan meminjam penggunaan kuesioner terbuka (yang sesungguhnya

menampilkan wawancara terstruktur) dengan data yang diperoleh merupakan data

kualitatif. Dengan demikian, kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka tetap dalam

tujuan menangkap data-data kualitatif.

Kualitatif sebagai sebuah metode penelitian yang didalamnya menerapkan

perangkat interpretatif atas realitas sosial bermuara pada dapat digunakannya

seperangkat metode untuk menerangkan makna. Dalam hal, ini kualitatif sebagai

upaya interpretasi atas realitas sosial melibatkan alur proses yang didalamnya

melibatkan kegiatan ontologi (pilihan teori), epistemologi (pilihan atas metode)

dan metodologi (pilihan atas analisis). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

metode penelitian kualitatif mendasarkan pada sebuah aktivitas interpretatif

dengan multi-metode

Strategi yang digunakan adalah studi kasus dimana tipe organisasi yaitu

production based organization menjadi subyek penelitian. Studi kasus dilakukan

dengan alasan penelitian tentang organisasi petani memerlukan gambaran utuh

dalam menangkap fenomena organisasi petani yang telah banyak tumbuh di

Indonesia. Yin (1996) mengemukakan bahwa studi kasus adalah studi aras mikro

yang bersifat multi-metode dengan titik berat pada metode-metode non-survei.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Dari hasil penelitian sebelumnya, ditetapkan bahwa penelitian ini

difokuskan pada sebuah organisasi petani yang dibangun atas permasalahan

Page 55: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

38

ekonomi-produksi. Dengan pertimbangan tersebut dipilih organisasi petani di

Salatiga, Jawa Tengah. Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah (SPPQT)

merupakan organisasi yang beranggotakan paguyuban petani di tiap kawasan yang

masing-masingnya beranggotakan kelompok tani lokal. SPPQT mewakili sebuah

bentuk organisasi yang dibangun atas permasalahan ekonomi yang dialami oleh

anggotanya. Dengan kata lain, organisasi ini merupakan sebuah organisasi petani

berbasis produksi. Fokus penelitian ini diarahkan pada karakteristik serikat,

paguyuban dan kelompok tani yang menjadi anggota paguyuban. Serikat,

paguyuban dan kelompok tani menjadi studi kasus sebagai media menangkap

karakter organisasi petani yang berada di tingkat basis/lokal.

Sebagai bagian dari sebuah proyek, penelitian ini dilakukan secara

bertahap dari tahun 2002 hingga 2005. Dalam periode waktu tersebut, total waktu

efektif yang digunakan untuk melakukan penelitian lapang sekitar tiga bulan.

Penelitian tahap akhir dilakukan pada bulan Januari sampai Pebruari 2005. Dalam

proses penulisan tesis, peneliti merasa perlu kembali terjun ke lapang guna

melakukan pendalaman dan triangulasi hasil studi yang dilakukan pada tanggal 16

Agustus hingga 3 September 2005.

Unit Analisis dan Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Organisasi tani sebagai unit analisis dipilih berdasarkan kriteria ada

tidaknya kegiatan produksi atau ekonomi dalam organisasi tersebut. Pilihan

organisasi atas dasar basis pembentukan menjadi penting karena unit analisis

penelitian ini adalah organisasi. Dengan demikian pemilihan secara purposive atas

tipe organisasi menjadi dasar validitas data.

Pilihan unit analisis penelitian ini membutuhkan kejelian untuk

menangkap karakter perlawanan yang ditampilkan. Penggalian informasi,

dinamika dan karakter organisasi secara utuh mengharuskan peneliti melakukan

pengamatan di tiga aras organisasi sekaligus. Terkait dengan hal tersebut, serikat,

paguyuban dan kelompok tani menjadi subyek tineliti dalam waktu yang relatif

berurutan. Paguyuban yang menjadi subyek tineliti sebanyak 4 paguyuban yang

masing-masingnya diambil tiga kelompok tani yang mewakili kekhas -an karakter

setelah sebelumnya didiskusikan dengan SPPQT.

Page 56: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

39

Teknik Pengambilan Data

Sebagai sebuah penelitian dengan metode kualitatif, teknik pengambilan

data dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai cara. Penelitian kualitatif

merupak an suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu

pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya (Salim,

2001). Ini berarti metode kualitatif bekerja secara emic dalam upaya memahami,

memberi tafsiran pada realitas sosial yang terlihat dan disampaikan oleh subyek

tineliti. Realitas sosial yang ingin ditangkap pada dasarnya merupakan bagian dari

pertanyaan penelitian yang ingin dijawab. Dengan demikian, untuk mendapatkan

jawaban atas masalah yang diteliti, penelitian ini menggunakan secara inheren

strategi yang merupakan multi-metode yang dikerangkai oleh satu fokus yaitu

masalah penelitian.

Permasalahan yang kompleks dalam hal pengakuan, penguatan dan

perlindungan memunculkan sebuah keinginan untuk menggali lebih lanjut kaitan

antara keberadaan organisasi petani dengan perjuangan menegakkan kesetaraan.

Disamping itu, penggalian tentang organisasi petani akan lebih bermakna ketika

diarahkan pada upaya pengelolaan sumber-sumber agraria yang suatu saat

berbenturan dengan pemerintah sehingga memaksa petani membangun organisasi

dalam bentuk yang lebih kokoh agar dapat melakukan serangkaian kegiatan

advokasi atas hak -haknya di masa depan.

Data-data primer diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian

yang terdiri dari panduan pertanyaan dan kuesioner singkat. Data tersebut

diperoleh melalui wawancara mendalam atau interview yang dilakukan terhadap

informan kunci dan responden. Perkiraan kebutuhan data yang dianggap penting

untuk membangun kerangka teori dan menjawab masalah yang diajukan, disusun

dengan menggunakan panduan pertanyaan. Panduan pertanyaan digunakan untuk

memperoleh data kualitatif tanpa bermaksud mengarahkan tineliti untuk

menjawab dengan jawaban tertentu. Dengan demikian pertanyaan yang ada

bersifat pertanyaan terbuka (Lihat Lampiran 1 dan 2.).

Keperluan atas data-data primer diperoleh dari kuesioner singkat yang

disusun berdasarkan kebutuhan data. Penggunaan kuesioner penting terutama

Page 57: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

40

untuk memudahkan peneliti menganalisis berdasarkan kategori data. Data akan

lebih cepat ditangkap ketika pertanyaan dimunculkan secara lebih sistematis.

Untuk data sekunder, peneliti mengambil laporan-laporan kegiatan

organisasi petani sekaligus untuk melakukan cross-cek data tersebut dengan data

lapang. Data-data sekunder diperoleh dari jurnal kegiatan organisasi. Jurnal

tersebut memperlihatkan kegiatan -kegiatan organisasi yang terkait dengan tujuan

pembentukan organisasi petani yakni memperkuat kedudukan petani. Data

sekunder juga diperoleh dari media-media komunikasi yang dikeluarkan oleh

organisasi. Pada organisasi yang berciri sistematis, media menjadi sarana yang

tepat dalam mempublikasikan kegiatan-kegiatan organisasi sekaligus sebagai

sarana mensosialisasikan eksistensi sebuah organisasi. Kegiatan organisasi

tergambar dalam media sehingga memudahkan penelusuran perkembangan

organisasi.

Sebagai sebuah penelitian kualititatif, penelitian ini menggunakan metode

berganda yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap

setiap pokok permasalahannya. Untuk mendapatk an pemahaman yang lebih

mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti, diterapkan triangulasi sebagai

alternatif terhadap pembuktian untuk menambah kekuatan, keluasan dan

kedalaman suatu penelitian. Sebagai sebuah penelitian studi kasus, penelitian ini

memadukan metode pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, Focus

Group Discussion (FGD) dan studi analisis data dokumen. Berbagai teknik dan

strategi pengambilan data sekaligus dipergunakan untuk lebih mengarahkan dan

mempertajam pokok-pokok informasi yang ingin diperoleh dalam penelitian ini.

Data awal bagi penulisan tesis ini sesungguhnya telah diperoleh dari

rangkaian kegiatan penelitian PKA-IPB. Namun demikian, ada beberapa hal yang

menjadi fokus kajian dari tesis ini yang belum tercakup dalam penelitian tersebut.

Atas pertimbangan tersebut maka penulis memutuskan untuk kembali melakukan

penelitian ditengah proses penulisan tesis. Turun lapang kedua lebih

memfokuskan pada kelengkapan data terkait dengan hasil analisis sementara yang

dilakukan penulis. Dalam kepentingan tersebut, penelitian diarahkan pada aspek

filosofis dari bangunan organisasi. Wawancara diarahkan pada pendiri dan

inisiator organisasi untuk memperoleh gambaran arah organisasi.

Page 58: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

41

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Ilmu sosial yang bermuara pada output pencarian makna memperbolehkan

ilmuwannya menggunakan berbagai metode baik kualitatif maupun kuantitatif

(Salim, 2001) agar makna atas segalanya dapat saling mendukung. Penelitian ini,

meskipun menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, namun data dianalisis

secara kualitatif. Penggunaan kuesioner terbuka memungkinkan digunakannya

pertanyaan terbuka sehingga jawaban diperoleh dalam bentuk kualitatif.

Gambaran realitas sosial dianalisis dengan menggunakan teori kritis dalam

ranah interpretatif-kritis. Dengan dukungan teoritis, secara kritis realitas sosial

ditarik pada satu kesimpulan yang berupaya memahami makna dibalik

realitas/fenomena sosial. Analisis kritis juga dikembangkan dengan melibatkan

proses dialogis-komunikatif. Proses dialo gis-komunikatif mutlak diperlukan

dalam paradigma kritis karena secara filosofis realitas sosial tidak hakiki

melainkan hasil interpretasi individu yang bersifat relatif -subyektif terkait dengan

pengalaman individu.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tiga alur kegiatan

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data

(Miles dan Huberman, 1992: 15-21). Tiga alur tersebut dilakukan selama peneliti

masih berada di lapang sehingga jika ada bagian -bagian yang masih belum

lengkap dapat dilakukan pencarian data kembali. Reduksi data merupakan

kegiatan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,

dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan.

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan

penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh dari realitas sosial dipahami secara mendalam untuk

mendapatkan gambaran yang mendekati persepsi subyek tineliti. Dalam hal ini,

kesamaan persepsi atas sebuah realitas sosial dapat saja terjalin antara peneliti-

subyek tineliti, namun peneliti akan menggunakan kerangka teoritis untuk

menginterpretasikan realitas sosial kedalam sebuah pemahaman yang lebih jauh

dapat menggambarkan posisi sosial atas sebuah realitas . Ini merupakan refleksi

lebih lanjut, tidak hanya sekedar menafsir, menginterpretasi dan memaknai,

melainkan sebuah upaya melihat realitas dari sudut pandang kritis,

Page 59: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

42

mempertanyakan dan membangun dasar teoritis yang kuat untuk membangun

jawaban atas pertanyaan kritis.

Penelitian ini relatif tidak memiliki tingkat kesulitan dalam

mengumpulkan data dan menganalisis realitas empiris. Hal tersebut didukung oleh

keberadaan SPPQT sebagai organisasi formal, bersifat terbuka sehingga

pendekatan relatif mudah dilakukan. Kendala yang mengemuka justru ketika

harus melakukan wawancara di empat paguyuban yang letaknya berjauhan,

terlebih ketika harus menentukan studi kasus kelompok tani dari masing-masing

paguyuban. Terkait dengan organisasi sebagai unit analisis, diakui ada bias dalam

proses pengumpulan informasi dimana wawancara banyak diarahkan pada

pengurus organisasi. Hal ini tidak dapat dihindari karena pertanyaan yang disusun

mengarah pada sejarah, tujuan dan perkembangan organisasi yang lebih banyak

diketahui pengurus dibanding anggota organisasi. Kegiatan FGD yang dilakukan

kurang dapat merangsang anggota organisasi untuk bicara dan mengungkapkan

pengetahuan tentang organisasi. Dengan demikian proses FGD lebih banyak

didominasi oleh pengurus organisasi.

Menempatkan realitas empiris dalam kerangka teoritis memerlukan

curahan waktu dan pikiran lebih mengingat sifat unik organisasi (Lampiran 7).

Informasi tentang organisasi yang dikumpulkan sebagian besar berada pada ranah

pembangunan, namun setelah melakukan diskusi lebih lanjut dan melakukan

kegiatan turun lapang tahap dua, diperoleh gambaran bahwa kegiatan tersebut

hanya sebatas strategi dan langkah taktis untuk membungkus gerakan. Dibutuhkan

waktu sekitar enam bulan untuk memahami posisi SPPQT dalam ranah gerakan

sosial petani.

Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri atas delapan bab dalam usahanya menggambarkan karakter

perlawanan petani. Masing-masing bab mewakili fokus pembahasan yang berbeda

sehingga mempermudah pemahaman pembaca. Bab I (pendahuluan) berisi

pemaparan mengenai mengapa perlawanan petani menarik untuk dikaji. Pilihan

fokus penelitian didasarkan atas fakta bahwa keterpurukan petani disebabkan

ketidakberpihakan kebijakan pemerintah. Konteks sosial politik dan ekonomi

Page 60: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

43

menjadi arena percaturan yang melahirkan gagasan perlawanan petani. Dalam

perkembangan baru tampak bahwa perlawanan petani diwujudkan dalam bentuk

organisasi petani. Bab ini menggambarkan kearah mana alur penelitian ini akan

dibawa melalui rumusan pertanyaan penelitian. Bab II (tinjauan teoritis) sarat

dengan pendekatan teori tentang aspek yang akan dikaji dalam tesis. Berbicara

tentang perlawanan petani tentunya tidak akan lepas dari uraian tentang siapa

sesungguhnya petani dan bagaimana karakternya. Gerakan sosial menjadi bagian

dari basis ide kesadaran kolektif. Perlawanan petani terjadi sebagai respon atas

kondisi yang dihadapi. Terkait dengan hal tersebut, pengorganisasian petani dapat

dianggap sebagai strategi dalam melawan struktur yang ada. Secara khusus bab II

juga memaparkan kerangka pemikiran sebagai panduan analisis tesis. Bab III

(pendekatan lapang) merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk bisa

menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi strategi penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, unit analisis, teknik pengambilan data, dan teknik pengolahan

dan analisis data. Strategi analisis dilakukan dengan menggunakan kerangka

gerakan sosial dalam pendekatan neo-Marxian. Fakta yang diperoleh dengan cara

dialogis diinterpretasi secara kritis.

Bab IV (kendala struktural petani dalam berorganisasi) mengemukakan

sesuatu yang menjadi kendala struktural petani dalam berorganisasi. Disisi lain,

kendala tersebut dapat dilihat sebagai sesuatu yang mendorong lahirnya

pengorganisasian petani. Persoalan mendasar yang paling bersentuhan dengan

petani adalah ekonomi dan politik. Perkembangan kebijakan yang terkait dengan

dua hal tersebut menciptakan keterpurukan petani. Bab ini berbicara tentang

mekanisme faktor tersebut dalam sumbangannya melahirkan organisasi.

Disamping itu, terdapat gambaran tentang perkembangan faktor sosio -ekonomi

politik yang menghambat pengorganisasian petani sehingga organisasi petani

relatif baru muncul pada masa reformasi. Bab V (karakteristik organisasi

produksi) bicara tentang karakter organisasi komunitas yang menggunakan

strategi CD. Didalamnya terdapat gambaran perkembangan internal organisasi

produksi. Pola pengorganisasian organisasi tipe ini diperlihatkan untuk

memperoleh pemahaman tentang keterkaitan organisasi antar aras. Pilihan

kegiatan yang dikembangkan tampak berbeda dengan organisasi yang berangkat

Page 61: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

44

dari kasus agraria. Organisasi produksi mempunyai tanggung jawab dalam hal

peningkatan kesejahteraan anggota melalui pendekatan ekonomi. Dengan

demikian dinamika organisasi mengarah pada kegiatan yang berorientasi

persoalan ekonomi dan produksi sebagai basis organisasi ini.

Bab VI (people-center oriented : pilihan gerakan) berisi state of the art

organisasi yang dibangun atas dasar kebutuhan ekonomi produksi namun berujung

pada perlawanan. Bab ini berusaha memaparkan bahwa paradigma yang

dikembangkan oleh organisasi petani adalah people-center oriented . Pilihan atas

paradigma yang diusung lebih mendekatkan pada upaya mencapai kedaulatan

petani. Didalamnya juga diperlihatkan perbandingan antara production-center

oriented dengan people-center oriented. Perbedaan diantara keduanya

menyebabkan petani lebih memilih pendekatan kedua dalam berorganisasi.

Perbedaan antara CO dengan CD yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada

tulisan Hollnsteiner (1979). Untuk lebih memahami perbedaan diantara keduanya,

dikemukakan contoh dalam konteks lain.

Bab VII (perlawanan tersamar organisasi petani) mengarahkan pada hasil

analisis tiga bab terdahulu yang menceritakan tentang kendala struktural

berorganisasi, karakter organisasi produksi dan pilihan paradigma petani.

Organisasi petani dengan cita-cita menggapai kedaulatan petani harus mempunyai

strategi yang tepat ketika berhadapan dengan aktor yang lebih kuat. Bab ini berisi

kritikan atas paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi production-

center development. Sebagai organisasi produksi, perlawanan tersamar

mengindikasikan cara-cara petani menampilkan model baru pemberdayaan petani

namun dengan menerapkan mainstream lama agar terhindar dari resistensi

pemerintah. Sebuah istilah yang mungkin mendekati tepat dengan realitas sosial

yang muncul adalah upaya memindahkan jalur perlawanan dari pola radikal ke

pola yang lebih halus. Dalam kerangka ini, terjadi pemindahan strategi

perlawanan yang kemudian menghasilkan perlawanan tersamar organisasi petani.

Tersamarkan oleh jargon pembangunan yang diusung namun disadari maupun

tidak, bermuara pada efektifitas perlawanan terhadap kekuatan struktural.

Page 62: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

KENDALA STRUKTURAL PETANI DALAM BERORGANISASI

Pembentukan organisasi petani tidak dengan mudah dikemukakan

terutama jika dikaitkan dengan karakter petani. Berbagai literatur (Scott: 1994,

Popkin: 1986, Shanin: 1971) tentang petani menghasilkan gambaran yang hampir

senada. Sebagai satu entitas sosial, petani digambarkan memiliki sifat tertutup dan

sulit untuk sampai pada pengorganisasian. Tulisan Scott mengantarkan kajian

pada bentuk perlawanan sehari-hari yang tidak terorganisir (Scott,1993). Namun

demikian, penting dikaji sebuah fase dimana perubahan orientasi petani dapat

terjadi karena dorongan-dorongan tertentu. Worsley (1982) mengemukakan

melalui konsep depeasantisasi.

Petani menghadapi tekanan yang demikian kuat sehingga mencoba bangkit

dan keluar dari ciri moralitas petani-nya Scott. Tekanan tersebut oleh tulisan lain

(Smith and Buttel, Johnson, Shanin; 1971) didefinisikan lahir dari sebuah proses

modernisasi dan industrialisasi. Kedua proses tersebut mengintegrasikan petani

kedalam sistem ekonomi berciri kapitalis. Gejala depeasantisasi mulai tampak

ketika pertanian mengarah pada intensifikasi dan diversifikasi tanaman dengan

tujuan meningkatkan produksi. Pada masa itu, petani sudah masuk pada lingkaran

kekuatan global dan terintegrasi kedalam sistem ekonomi kapitalis. Analisis

tentang fenomena tersebut dapat berangkat dari konteks dimensi hubungan agraria

sebagai landasan analisis dalam kajian organisasi petani.

Lahirnya perlawanan, secara empiris dapat dihubungkan dengan

persoalan-persoalan yang dihadapi petani. Persoalan yang tampak dan

mengemuka pada petani Salatiga terutama terkait dengan struktur agraria yang

timpang, sewa lahan mahal, ketimpangan struktur kerja dan posisi buruh, upah

buruh yang tidak adil, dan maraknya tengkulak. Persoalan kesejahteraan dan

kemiskinan dapat ditelusuri dari kondisi struktur agraria pada komunitas. Ini tentu

saja akan menyangkut tidak hanya persoalan kepemilikan melainkan juga relasi

sosial yang terjalin antara stakeholder yang ada. Tampak bahwa pendekatan

struktur kepemilikan lahan menjadi penting dan harus mendapat porsi perhatian

yang luas dan menjadi sandaran pokok mengurai permasalahan yang dihadapi

petani. Hal tersebut terkait dengan struktur kepemilikan lahan di Jawa yang di

Page 63: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

46

dalamnya terdapat kepemilikan perhutani maupun swasta dalam bentuk HGU

yang meminggirkan kepemilikan masyarakat.

Kajian tentang permasalahan petani didasarkan pada dua pijakan besar

yaitu permasalahan yang menyangkut aspek kultural dan permasalahan yang

menyangkut aspek struktural. Dalam konteks dimensi agraria, dua permasalahan

ini kemudian berakibat pada kemiskinan yang berakar dari tekanan yang terjadi

atas petani. Pearse (1968) melengkapinya dengan uraian bahwa persoalan yang

paling berat menimpa petani adalah persoalan struktural 1 . Soetomo (1997)

meninjau implikasi atas permasalahan ini pada bermuaranya kekalahan manusia

petani yang selalu terjadi sepanjang sejarah kehidupan petani.

Telah dikemukakan di awal bahwa bentuk organisasi memperlihatkan pola

gerakan yang dianut embrio organisasi sebelum organisasi SPPQT diformalkan.

Penelusuran sejarah terbentuknya organisasi membawa pada upaya menyingkap

persoalan-persoalan kontekstual yang dihadapi petani. Paling tidak, ada dua faktor

yang terkait erat dalam mengilhami terbentuknya SPPQT. Kondisi ekonomi dan

politik yang secara signifikan berpengaruh pada menguatnya keinginan

membentuk organisasi di tingkat lokal sekaligus menjadi kendala terbentuknya

organisasi.

Konteks Ekonomi dan Politik Sebagai Kendala Berorganisasi

Jauh sebelum penelitian ini dilakukan, petani telah dihadapkan pada

konteks relasi dengan supra lokal. Sayangnya relasi tersebut menciptakan pola

hubungan yang tidak seimbang yang mengakibatkan petani selalu mengalami

kekalahan. Hegemoni kekuatan orang luar terhadap petani diungkapkan pula oleh

Shanin (1971) sebagai salah satu tipe umum karakteristik petani. Menurut Shanin,

posisi petani adalah posisi paling bawah (underdog ) yang selalu di bawah bayang-

bayang kekuatan yang selalu ada di luar diri petani itu sendiri. Sering dikatakan

bahwa petani merupakan “perpanjangan tangan” dari pusat-pusat kekuatan sosio -

1 Dikatakan oleh Pearse bahwa: satu, petani kecil merupakan kelompok marjinal karena keikutsertaannya dalam sistem sosial telah meletakkan mereka sebagai elemen yang dibuat bergantung tak berdaya sepenuhnya (a dependent powerless element). Dua, pilihan-pilihan petani ditentukan oleh pihak-pihak di luar petani. Tiga, petani terasing dari jaringan-jaringan informasi aktual mengingat keterbatasan kemampuan kognitif mereka, sistem transportasi yang belum sempurna, dan perbedaan kultur serta posisi inferior dalam pasar.

Page 64: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

47

politik. Kekuatan sosio -politik tadi membentuk jaringan bersama dengan kondisi

budaya dan ekonomi untuk melakukan subordinasi dan eksploitasi yang menekan

masyarakat petani. Melihat demikian, rasanya tidak berlebihan ketika petani

beserta pihak yang peduli terhadap petani mencoba melepaskan belenggu

ketertindasan. Alternatif kemudian jatuh pada dibangunnya sebuah kekuatan

konsolidasi internal dalam bentuk organisasi petani.

Menilik perjalanan panjang sejarah kebijakan yang menyangkut petani,

tampak bahwa respon terhadap kondisi yang ada dipengaruhi oleh tidak adanya

keberpihakan kebijakan terhadap petani. Penelusuran periode kesejarahan paling

tidak membuktikan hal tersebut. Tonggak pergerakan atau perlawanan kaum tani

dimulai dengan pemberontakan petani di Cianjur Tahun 1845, Banten Tahun 1850,

Cilegon Tahun 1888, serta beberapa daerah lain. Pemberontakan pertama di

Banten dan Cilegon dipelopori oleh para kyai dan jaringan tarekatnya. Gerakan ini

dilatarbelakangi oleh kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang telah

meminggirkan kepentingan rakyat miskin pada masa itu.

Karakter perlawanan masih terkesan sekterian (aliran islam) pemimpinnya

adalah para guru atau ustadz. Situasi yang mempengaruhi gerakan petani dalam

konteks ini adalah mulai terancamnya tradisi budaya islam. Pada masa ini terjadi

pengaruh pola pendidikan barat yang mengancam pesantren atau pondokan-

pondokan yang mengajarkan ajaran islam.

Pasca kolonialisasi, pemerintahan Bung Karno menentukan sikap politik.

Pengamanan aset-aset negara pasca perang dingin, ternyata mempengaruhi sikap

politik pemimpin nasional untuk melakukan pengamanan harta pampasan perang.

Kebijakan menasionalisasi perusahaan asing yang ada di Indonesia dilakukan

dengan cara menguasai perusahaan perkebunan, pertambangan dan kilang-kilang

minyak (Tauchid, 1952).

Pergerakan politik mewarnai gerakan petani, untuk merebut obyek-obyek

landreform yang ditetapkan oleh negara. Kelompok petani menjadi kekuatan basis

bagi organisasi politik dengan cara gerakan petani sebagai ormas-ormas berafiliasi

dengan organ induknya. Keberpihakan Soekarno tidak sampai disitu. Sekitar

tahun 1960 lahir UUPA yang merupakan produk kebijakan yang mampu

Page 65: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

48

mengakomodir kebutuhan petani. Tanah sebagai obyek landreform dibagikan

kepada petani.

Stigma PKI muncul sebagai konsekuensi atas aksi sepihak yang dilakukan

BTI yang merupakan underbouw PKI. Peristiwa ini memunculkan trauma di

kalangan petani. Pembatasan ruang gerak terjadi di setiap organisasi non-bentukan

pemerintah. Pada masa itu, gerakan rakyat mengalami kekalahan. Kekuasaan

mengatur dan mengelola sumber-sumber agraria berada di tangan pemerintah

Orde Baru.

Perjalanan Era Politik Soeharto Hingga Neoliberalisme

Politik ekonomi negara pada rezim Soekarno berkuasa, lebih bercorak

sosialis populis dengan menasionalisasi aset-aset Belanda (perusahaan asing)

menjadi milik negara dan produk kebijakan UUPA No. 5/1960 tentang pembagian

tanah untuk rakyat miskin.

Warisan sistem feodalisme dan kolonialisme melahirkan konsentrasi tanah

pertanian pada golongan petani kaya. Benih pertanian, pestisida, dan pupuk kimia

diproduksi dengan subsidi sekaligus dimonopoli oleh pemerintah. Pemerintah

memberikan paket kredit subsidi keuangan dan kredit ketahanan pangan.

Pemerintah mengembangkan dan mengontrol sistem irigasi dengan mengandalkan

pinjaman luar negeri. Pemerintah juga menentukan dan mengatur harga sebagai

bagian dari alat kontrol politis pemerintah.

Jaringan revolusi hijau dan isu ketahanan pangan menerapkan program

dengan didasarkan pada asumsi terjadinya kelangkaan bahan pangan. Sebagai

akibat dari pola-pola yang bias pemerintah, pola pertanian tradisional berubah

menjadi pola pertanian modern yang sangat bias jender dan telah meminggirkan

peran perempuan dalam bidang pertanian. Kontrol pemerintah juga terlihat dalam

pembatasan organisasi petani. Hanya organisasi petani nasional (resmi) yang

didukung oleh pemerintah dan menjadi alat kekuatan politik pemerintah. Demi

menjaga kewibawaan kekuasaan pemerintahan orde baru, pemerintah mengatur

dan mendominasi pendidikan petani melalui perluasan wilayah kerja buruh dan

sistem perusahaan dalam proses produksi maupun distribusinya.

Pasar bebas (perusahaan pertanian), yang tidak mengenal batas-batas

negara menjadi trend perdagangan internasional. Penguasaan bisnis pertanian

Page 66: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

49

dipegang oleh negara dengan kepemilikan modal kuat. Kebijakan pengelolaan

tanah oleh pengusaha pertanian (corporate) menyingkirkan petani gurem dari alat

produksi mereka. Implikasinya adalah petani menjadi buruh di lahannya sendiri.

Pemerintah memotong dan menghentikan semua bentuk subsidi pertanian

bagi petani. Hal ini dilakukan untuk melindungi mekanisme pasar bebas dan

dikuatkan dengan produk kebijakan dan undang-undang yang menjamin investasi

asing untuk memonopoli bidang pertanian. Privatisasi perusahaan publik (milik

negara) dilakukan dengan menggunakan pinjaman dana luar negeri.

Periode revolusi hijau (1965-an sampai 1980-an)

Organisasi petani sebagai sebuah fenomena pedesaan membawa kembali

pada penelusuran historis tentang program intensifikasi pertanian pada awal

Tahun 1980 yang kemudian dikenal sebagai revolusi hijau. Kelompok petani yang

dibentuk pada masa itu merupakan perpanjangan pemerintah dalam

kepentingannya mentransfer teknologi pertanian secara efisien. Sejak masa itulah

kelompok petani menjadi rumah tangga dalam lingkaran pembangunan pertanian.

Dari penjelasan demikian, tidak mengherankan bila organisasi petani tumbuh

sebagai bagian dari program pemerintah dalam konteks pembangunan pertanian

pedesaan. Hal ini berarti organisasi petani menjadi tidak mandiri dalam

mengembangkan kapasitas dan aktivitasnya.

Karakter organisasi demikian biasanya berada di bawah pengawasan salah

satu departemen pemerintah. Hal ini berarti organisasi petani menjadi tidak

mandiri dalam mengembangkan kapasitas dan aktivitasnya. Sebagai contoh adalah

Kelompok Tani Hutan (KTH) yang merupakan inisiatif dan diorganisir oleh

Perum Perhutani atau kelompok tani yang merupakan inis iatif dan diorganisir oleh

departemen pertanian. Kebijakan massa mengambang pada pemerintah orde baru

- pemaksaan terhadap aktivitas politik di aras dusun - mengharuskan organisasi

petani tidak keluar dari aktivitas ekonomi semata.

Pada masa orde baru yang dicirikan oleh karakter sentralistik, kekuasaan

berada di tangan pemerintah. Organisasi-organisasi kemasyarakatan harus

mendapat ijin resmi dari pemerintah, termasuk organisasi tani. Bahwa organisasi

tani dianggap sebagai organisasi illegal terancam dibubarkan atau dikategorikan

sebagai tindakan subversif. Sentralistik juga terjadi dalam hal pertanian. Kontrol

Page 67: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

50

atas kestabilan harga dan distribusi hasil produksi pertanian serta penyediaan

sarana produksi pertanian menjadi agenda penting pemerintah. Tidak heran karena

pada masa itu pemerintah menjadi perpanjangan kaum kapitalis. Proyek atas nama

pembangunan dilakukan dengan menggusur tanah rakyat. Pembangunan waduk,

irigasi atau dam-dam yang diperoleh dari bantuan luar negeri makin

mengukuhkan jebakan kapitalisme.

Paket sarana pertanian yang ditawarkan (meliputi bibit, pupuk dan

pestisida) seringkali menjadi alat eksploitasi terhadap petani terutama ketika pada

tahun 1970/1980-an, pemerintah mencanangkan revolusi hijau. Program inmas-

bimas merupakan wujud kebijakan dengan capaian peningkatan produksi

swasembada beras. Dalam prakteknya, pemerintah mewajibkan petani

menggunakan bibit dan pupuk kimia dari pemerintah.

Dampak dari kebijakan yang tidak tepat adalah tingginya tingkat

ketergantungan petani kepada pemerintah dalam memenuhi seluruh sarana

produksi pertanian. Implikasinya adalah monopoli pemerintah terhadap sektor

pertanian, diantaranya harga pupuk pertanian dan distribusi yang ditentukan

pemerintah. Dampak lainnya adalah kerusakan lahan pertanian akibat asupan

kimia yang cukup tinggi dari pupuk yang digunakan oleh petani. Sawah menjadi

rakus pupuk dan penggunaan kebutuhan pupuk terus meningkat.

Kepemilikan lahan pertanian rata-rata petani di Indonesia adalah kurang

dari 0,25 ha sawah. Hasil produksi luas an lahan tersebut sangat jauh dari

mencukupi. Kondisi makin buruk ketika keberadaan pupuk kimia menambah

sulitnya peningkatan hasil produksi pertanian. Sejak tradisi pertanian di pedesaan

petani terusik oleh desakan relasi kepentingan internasional, berakibat pada porak-

poranda-nya institusi pertanian. Fenomena ini menciptakan model ketergantungan

yang mutlak karena mata rantai ekosistem di pertanian telah rusak oleh kebijakan

yang mengacu pada produktifitas semata (swasembada pangan).

Akibat lain yang terkait dengan pola relasi internal dalam komunitas

adalah terjadinya polarisasi antar kelas sosial. Penguasaan modal dan kapital

terakumulasi pada golongan petani kaya sehingga tercipta kesenjangan sosial yang

tajam antara petani kaya dan petani miskin. Memudarnya kepercayaan antar

elemen dalam komunitas lebih disebabkan program revolusi hijau diintroduksikan

Page 68: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

51

melalui golongan elit atau melalui agen pembangunan. Tidak dipergunakannya

relung sodality (Tjondronegoro, 1984) sebagai satuan kelembagaan yang

berbasis kan hubungan kepentingan menyebabkan program tidak bersifat

berkelanjutan.

Dampak lain adalah hilangnya kemampuan petani untuk mengolah lahan

pertaniannya. Petani tidak lagi memiliki otoritas produksi karena diharuskan

merujuk peraturan yang ada. Akibatnya, pengetahuan lokal perlahan hilang. Peran

perempuan dalam proses produksi mulai tergilas dengan penggunaan teknologi

modern. Teknologi revolusi hijau yang bias jender menyebabkan perempuan

kehilangan kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru.

Disadari ataupun tidak, revolusi hijau telah memulai deretan masalah yang

dihadapi petani. Persoalan tidak hanya menyangkut masalah teknis produksi.

Persoalan yang dihadapi petani juga diakibatkan oleh instrumen politik, terutama

ketika pemerintah menjadi kaki tangan kaum imperialis-kapitalis melalui investasi

sekaligus membuka kran bagi kaum investor. Program pembangunan kemudian

diarahkan pada industri pemodal, dan bukan pada industri lokal. Jadi

sesungguhnya sejak masa Soeharto sampai saat ini, kebijakan pemerintah,

terutama karakter ekonomi-politiknya tetap tidak berpihak pada rakyat/petani. Jika

ini tetap terjadi, maka persoalan ini harus direspon dengan penataan struktur

agraria dengan solusi yang ditawarkan adalah reforma agraria. Pasca 1998

persoalan juga mengarah pada tidak berubahnya persoalan ekonomi dan politik.

Program revolusi hijau yang didisain pemerintah berimplikasi pada

orientasi tujuan peningkatan produksi melalui intensifikasi pertanian. Strategi

yang diterapkan adalah teknologisasi, perkreditan rakyat, koperasi dan rehabilitasi

pengairan yang bertujuan untuk peningkatan produksi pangan. Program yang

hanya berorientasi produksi di atas dilakukan tanpa terlebih dahulu merubah

struktur sosial yang ada. Implikasi dari pilihan tersebut adalah dominasi elit lokal

desa dan tersubordinasinya golongan kecil di desa. Banyak literatur menunjukkan

bahwa dampak revolusi hijau meluas pada aspek distribusi input produksi,

dampak lingkungan, dan persoalan jender mainstream.

Segera tampak bahwa revolusi hijau hanya menjadi awal proses

peminggiran sektor pertanian. Revolusi hijau menjadi media berjalannya proses

Page 69: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

52

ketergantungan secara ekonomi, teknologi, budaya, pengetahuan, sekaligus politik.

Modernisasi pertanian melalui tangan revolusi hijau telah mencabut secara paksa

formasi sosial non-kapitalis yang selama ini bertahan di masyarakat pedesaan.

Selanjutnya, proses ini berkembang kearah ketergantungan petani pada sistem

kapitalis global yang diwakilkan pada negara dan pemerintah lokal melalui

investasi dan orientas i pertumbuhan.

Periode 1980-an sampai neo -liberal

Paham globalisasi dimulai dari berkembangnya paham merkantilisme

yang menunjukkan gerakan ekspansi negara besar terhadap negara kecil. Paham

merkantilisme mengedepankan prinsip “mengekspor sebanyak-banyaknya dan

mengimpor sesedikit-sedikitnya”. Dari sinilah dikenal balance of trade dimana

negara harus mengejar surplus perdagangan dengan memaksimalkan ekspor ke

berbagai negara sehingga mendatangkan keuntungan besar. Kaum merkantilis

juga menerapkan pola proteksi atas produk-produk pertanian yang ada di

negaranya. Dalam perkembangan selanjutnya, paham merkantilisme melakukan

penyesuaian-penyesuaian dengan konteks dunia pada saat itu sehingga jalur

politik negara berubah menjadi paham perdagangan bebas (free trade) yang

merupakan upaya meningkatkan pasar dalam negeri dengan sasaran negara Dunia

Ketiga. Paham free trade membawa implikasi pada terciptanya mekanisme

globalisasi di negara maju dengan cara menerapkan model pembangunan

berorientasi ekspor. Prinsip utama globalisasi yang diterapkan adalah keinginan

untuk mengintegrasikan dan menggabungkan seluruh aktivitas ekonomi dari

semua negara ke dalam suatu model tunggal pembangunan yang diseragamkan

(sebuah sistem yang tersentralisasi). Prinsip kedua adalah kepentingan utamanya

terletak pada pencapaian pertumbuhan ekonomi korporasi yang senantiasa melaju

pesat. Negara berkembang sebagai sasaran pasar bagi negara maju untuk

kemudian mengikuti berbagai kebijakan politik yang diambil oleh tatanan

ekonomi dunia sehingga berpengaruh di tingkat petani. Dalam prinsip globalisasi,

kebijakan negara berkembang sebagai refleksi kebijakan negara maju dalam

sektor perdagangan dan ekonomi

Untuk mempengaruhi kebijakan politik pemerintah negara berkembang,

peran aktor sangat signifikan dalam permainan globalisasi, diantaranya adalah:

Page 70: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

53

1. TNC’s yakni perusahaan multinasional besar yang membentuk dewan

perserikatan perdagangan global yakni WTO

2. WTO (World Trade Organizations)

3. Lembaga keuangan global IMF dan Bank Dunia yang menetapkan

aturan seputar investasi

Keberadaan tiga aktor di atas sangat berpengaruh terhadap mekanisme

globalisasi yang berkembang terutama terkait dengan implikasinya dalam

perubahan kebijakan yang memihak kepentingan perusahaan transnasional. Hal

tersebut tidak hanya akan memarjinalkan mayoritas rakyat miskin namun juga

akan berhadapan dengan kepentingan dan nasib petani kecil, nelayan, pedagang

sektor informal, dan masyarakat adat, khususnya dalam hal perebutan sumber

daya alam terutama tanah, hutan, dan laut.

Segera tampak bahwa paradigma pembangunan pemerintah tidak berpihak

pada penataan struktur pemilikan dan penguasaan tanah. Penguasaan tanah

sebagai alat produksi oleh petani tidak pernah menjadi prioritas sehingga

penguasaan atas tanah garap petani diabaikan dan belum dianggap sebagai faktor

utama dalam ketersediaan pangan oleh negara. Sementara konsolidasi lahan yang

dilakukan oleh perusahaan besar lebih mengarah pada kepentingan perkebunan

(monokultur). Proyek-proyek agribisnis, hak pengelolaan hutan, industri-industri

besar, pabrik-pabrik multinasional dan Trans-National Corporations (TNC’s)

yang menempatkan rakyat sebagai buruh justru difasilitasi negara. Disisi lain

tindak kekerasan yang dilakukan oleh alat negara terhadap petani yang mencoba

memperjuangkan hak-hak atas tanah mereka makin mencuat.

Beberapa dampak kebijakan pemerintah yang merugikan petani

diantaranya (Setiawan, 2003) adalah: pertama, penghapusan subsidi ekspor.

Pemerintah mengurangi subsidi untuk ekspor produk pertanian. Sementara negara

maju justru melakukan subsidi ekspor melalui subsidi domestik negaranya. Kedua,

penghapusan subsidi domestik bagi petani sehingga harga pupuk mahal. Dilain

pihak negara maju justru meningkatkan subsidi untuk petaninya. Ketiga, akses

pasar melalui tarif impor. Pajak impor di negara berkembang sangat kecil jika

dibandingkan dengan negara maju yang mencapai 300%. Seluruh kesepakatan

WTO tidak bisa ditawar oleh negara miskin seperti Indonesia. Apalagi secara

Page 71: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

54

beruntun IMF dan World Bank menawarkan hutang dengan syarat pemerintah

Indonesia harus menurunkan pajak impor gula, beras, gandum dan bawang putih.

Semua dilakukan oleh kartel-kartel perusahaan swasta (BUMN yang sudah

diprivatisasi), diposisikan untuk mengisi jalur-jalur perdagangan. Liberalisasi

pengadaan pangan menyebabkan produk lokal petani kesulitan bersaing dengan

produk impor. Petani yang tidak bisa bertahan akan gulung tikar menjadi buruh di

tanahnya sendiri atau menjadi TKI/TKW ke luar negeri.

Tekanan WTO mempengaruhi kebijakan politik pemerintahan seh ingga

kebijakan yang dihasilkan justru memfasilitasi kepentingan perusahaan-

perusahaan besar yang berada di negara-negara maju. Pendekatan pada akses

pasar internasional merupakan slogan penanaman investasi asing.

Kebijakan dalam Konteks Global

Sejarah menunjukkan bahwa peta politik sebuah negara akan ditentukan

oleh konstelasi politik internasional. Posisi satu negara terhadap negara lain

seringkali terkait dengan kemampuan negara yang bersangkutan dalam

membuktikan kekuatan negaranya. Implikasinya adalah akan muncul negara

dengan tingkat dominasi yang berbeda. Sebab itulah kemudian lahir stratifikasi

negara di dunia.

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia tentu tidak lepas dari

percaturan politik internasional. Sayangnya, sebagai negara berkembang

Indonesia lebih sering menempati posisi sebagai negara yang terkena imbas

politik bangsa lain yang lebih maju. Dalam wacana isu global, Indonesia

kemudian hanya menjadi penonton bagi pertarungan kebijakan antar negara maju.

Indonesia terseret dalam arus kebijakan yang justru memarjinalkan bangsanya.

Perjanjian demi perjanjian hanya menciptakan efek ketergantungan bagi

penduduk negeri. Perjanjian tersebut memang diciptakan untuk mendominasi

negara berkembang.

Proses globalisasi ditandai dengan pesatnya paham kapitalisme dalam

konteks imperialisme gaya baru yang ditandai dengan intervensi politik negara

maju terhadap negara berkembang untuk memicu pemerintah menyediakan

kebutuhan pangan dengan harga murah yang hal tersebut hanya bisa dilakukan

melalui mekanis me impor. Didukung oleh konsep ketahanan pangan yang

Page 72: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

55

pemahamannya baru sampai pada tataran ketersediaan pangan tanpa

memperhatikan mutu dan kualitas pangan, kebijakan ini seolah-olah menjadi

sebuah pemicu untuk lebih memberi ruang bagi mekanisme pasar bebas karena

basis ketahanan pangan hanya dipahami sebagai ketersediaan dan keterjangkauan

pangan oleh semua lapisan masyarakat. Konsep dari kedaulatan pangan sendiri

tidak dijadikan sebagai mainstreaming untuk menghalangi membanjirnya pangan

impor.

Praktek liberalisme diilhami oleh sebuah harapan meniadakan peran

negara. Ideologi yang dijunjung adalah persaingan bebas dengan paham

memperjuangkan hak -hak atas pemilikan dan kebebasan individual. Fakih dalam

Khudori (2004) menyatakan bahwa golongan liberal mempercayakan pada

mekanisme pasar (power of market) untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial

ketimbang paket-paket regulasi atau intervensi pasar oleh negara. Ketika negara

disetir oleh paham ini baik langsung maupun tidak langsung dapat diprediksikan

berakibat bagi keterpurukan petani.

Kapitalisme dan globalisasi ekonomi menjadi alat ampuh di kalangan

LSM untuk membangkitkan kesadaran petani. Analisis sosial yang menjadi pintu

masuk penyadaran petani dibawa kedalam kepentingan menganalisis kebijakan

ekonomi global dan persoalan yang dihadapi petani. Nilai-nilai yang ditanamkan

pada petani adalah kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah merupakan

perpanjangan tangan kaum kapitalis yang akan mengeksploitasi rakyat.

Relasi sosial yang mengemuka antara negara, modal dan kaum tani

diungkapkan oleh Fauzi (1998) terbukti menghegemoni kekuatan petani terlebih

ketika Indonesia turut dalam arus kapitalisme global. Sejak tahun 1969 Indonesia

turut menyumbang keterpurukan di tingkat petani melalui dibukanya pintu bagi

modal asing. Sejak saat itu negara mulai mengokohkan dirinya sebagai alat

kapitalis. Terbukti bahwa grand strategy yang diterapkan dalam bidang pertanian

(revolusi hijau) justru membawa kehancuran bagi petani kecil dan buruh tani.

Kondisi demikian diperparah oleh berbagai kebijakan yang lebih berorientasi pada

pemodal. Melalui strategi revolusi hijau petani diperkenalkan dengan teknik-

teknik pertanian baru untuk menggantikan pertanian tradisional. Lalu lintas

Page 73: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

56

ekonomi berorientasi pada pemodal yang kemudian berimplikasi pada hancurnya

tata sosial-ekonomi seraya memperkuat kekuatan unsur-unsur ekonomi kapitalis.

Kondisi di atas merupakan implikasi dari pilihan paradigma pembangunan

pemerintah orde baru yang berorientasi pada modernisasi. Pendekatan yang

bersifat topdown direspon dengan lahirnya pendekatan yang berbasis partisipasi

dan pemberdayaan masyarakat. Namun, persoalan masih tetap dirasakan petani

karena pendekatan yang dilakukan bias pada kepentingan kapitalis. Fokus

pendekatan CD kurang dapat melihat akar permasalahan yang dihadapi. Meskipun

paradigma yang dikembangkan telah berubah dari production oriented ke people

oriented, namun banyak permasalahan yang terlewatkan dari pendekatan ini.

Pendekatan CD sebagai turunan dari teori modernisasi hanya menjadi bagian dari

proses pengintegrasian petani kedalam struktur ekonomi kapitalis.

Permasalahan terus bergulir hingga masa reformasi. Pada masa ini,

orientasi pemerintah tetap berpihak pada pemodal besar. Pembangunan dimaknai

sebagai pertumbuhan dengan variab el GNP dan GDP. Orientasi ini diwujudkan

melalui pendekatan pembangunan yang masih bersifat paternalistik. Negara

dengan berbagai cara berusaha menancapkan kukunya dalam komunitas. Meski

pada masa ini pemerintahan bergulir kearah otonomi, namun hegemoni pusat

masih dirasakan. Bagi petani, hegemoni negara dirasakan terutama dalam bentuk

pencabutan subsidi atas kebutuhan yang menampung hajat hidup orang banyak.

Petani sangat tergantung pada keberadaan sarana produksi pertanian.

Meningkatnya harga saprotan pada masa reformasi dapat dilihat sebagai awal

keterpurukan petani. Permasalahan demikian jika ditarik pada skala global tidak

lepas dari peran negara yang menginduk pada paradigma liberal dan neoliberal.

Perusahaan saprotan yang dikuasai perusahaan asing berimplikasi pada

ketidakberdayaan pemerintah menolong petani.

Konteks Ekonomi-Politik Sebagai Peluang Berorganisasi

Keterpurukan ekonomi Indonesia menjadi tonggak sejarah penting dalam

berorganisasi. Menggeliatnya organisasi massa rakyat dapat dihubungkan dengan

krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Tampak dalam perjalanan sejarah bangsa,

persoalan akses atas sumberdaya makin mengemuka ketika rakyat sulit mencari

Page 74: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

57

alternatif lain untuk hidup. Perjuangan akses dapat pula ditinjau sebagai

kelanjutan perjuangan memperoleh keadilan.

Krisis ekonomi yang terjadi diyakini sebagai impak dari pilihan

pembangunan yang berorientasi pertumbuhan. Orientasi pemerintah pada proyek

berskala besar makin memperburuk kondisi perekonomian bangsa. Dari sisi

gerakan, krisis ekonomi pada tahun 1998 berakibat positif. Paling tidak, kondisi

masa tersebut memicu tumbuhnya organisasi tani terutama yang berbasis pada

pertanian. Krisis ekonomi yang berdampak pada makin mahalnya kebutuhan

pokok termasuk harga sarana produksi pertanian memicu petani mencari alternatif

cara-cara produksi. Manifestasi dari alasan ini adalah dilaksanakannya kegiatan

produksi pupuk organik.

Persoalan politik menempati peran yang juga penting dalam kaitannya

dengan pembentukan organisasi petani. Gerakan dalam bentuk organisasi petani

yang relatif lebih mandiri merupakan fenomena baru. Hal ini dipengaruhi oleh

kondisi politik di era reformasi yang membuka pintu kebebasan petani dalam hal

ekonomi dan juga ruang politik. Reformasi politik pada tahun 1998 membawa

momentum formasi pada banyak organisasi petani di berbagai aras. Era ini juga

membawa serta berbagai implikasi struktural dalam kancah perpolitikan di

Indonesia.

Pilihan bentuk organisasi Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah

(SPPQT) terkait dengan bentuk embrio organisasi sebelum berdiri. Konteks sosial,

ekonomi dan politik pada masa itu menyumbang peran penting bagi lahirnya

organisasi. Organisasi yang terbentuk merupakan respon atas permasalahan petani

dalam hal ekonomi dan politik. Muara dari respon petani adalah menciptakan

perlawanan dalam bentuk kemandirian petani di tingkat komunitas. Kemandirian

yang dimaksud meliputi berbagai aspek terutama dalam kaitannya dengan upaya

mengembangkan potensi yang ada di desa agar terbangun hak pengelolaan potensi

desa yang otonom.

Kemandirian di tingkat desa dapat dibangun dengan cara mengatur

indigenous autonomy melalui kebersamaan. Mekanisme gotong royong misalnya,

dapat menghasilkan komitmen yang bersifat tidak eksploitatif. Komitmen

dibangun untuk bisa memperoleh akses dan kontrol terhadap sumberdaya alam

Page 75: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

58

tanpa harus memiliki. Medianya dapat melalui Peraturan Desa (perdes). Perdes

dapat dijadikan sebagai landasan pengaturan dan pengelolaan tanah dalam satu

wilayah yang dikuasai oleh desa. Dalam hal ini, yang harus digali adalah:

1. cara pengelolaannya diarahkan pada dukungan terhadap daya dukung alam

2. bagaimana perhitungan bagi hasil antara sektor swasta tingkat desa dengan

penduduk desa

3. pengelolaan sumber daya alam diarahkan pada upaya menghindari eksploitasi

terhadap sumberdaya alam.

Tiga cara tersebut akan bermuara pada keberdayaan desa. Dengan demikian

konsep kewilayahan dibangun atas dasar upaya pengelolaan dan kontrol atas

sumberdaya.

Faktor Religi dan Kemunculan Sikap Progresif

Penelusuran latar belakang pendirian SPPQT dan embrio organisasi

“memaksa” peneliti menelusuri riwayat hidup aktor yang menjadi inisiator

organisasi. Peneliti memandang penting untuk menelusuri latar belakang ideologi

individu yang erat dengan proses pembentukan organisasi. Penelusuran tersebut

sampai pada melihat keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai sebuah organisasi

yang membesarkan aktor yang bersangkutan. Ide-ide progresif yang dimiliki oleh

aktor tersebut sebagian besar lahir dari persentuhannya dengan tokoh NU.

NU Sebagai Basis Sosial

NU telah memiliki basis sosial yang terhimpun dalam wadah organisasi

dan gerakan lokal jauh sebelum secara politik NU eksis. Basis sosial NU adalah

komunitas ahlussunah wal jama’ah (aswaja), pondok pesantren, kelompok

tahlilan, dan kelompok khaul (Irsyam, 1999). Basis sosial yang terbentuk lebih

pada upaya mempertahankan identitas sosial kaum NU. Basis sosial yang

terbentuk mengembangkan dinamika internalnya berupa gerakan yang ruang

lingkupnya masih lokal. Struktur sosial dalam basis sosial ini yang kemudian

menjadi dasar menyusun struktur formal organisasi NU.

Penyelaman NU tidak dapat dilakukan hanya dengan pendekatan NU

sebagai organisasi melainkan harus dilihat NU sebagai gerakan basis sosial. NU

sebagai sebuah gerakan melahirkan konsekuensi yang menjadi sebuah paradigma

gerakan dimana ulama memainkan peran sentral dalam tiga perspektif yaitu;

Page 76: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

59

pertama, dalam kehidupan sosial ulama menjadi acuan, kedua, ulama menjadi

satu-satunya kekuatan yang menentukan dalam proses pengambilan keputusan

dalam kehidupan berorganisasi, ketiga, dalam gerakan, ulama menjadi imam yang

harus dipatuhi dengan taat (Irsyam, 1999).

Dengan demikian, visi misi NU sebagai sebuah gerakan menjadi penting

untuk memaknai NU dari sisi gerakan. NU memilih jalur kultural dalam upaya

melakukan transformasi sosial. Sebagai basis kultural berangkat dari persepsi

bahwa sosialisasi dan institusionalisasi ajaran islam dilakukan melalui upaya-

upaya yang menekankan pada perubahan kesadaran dan tingkah laku

umat/masyarakat tanpa keterlibatan negara dan tanpa perubahan sistem nasional

menjadi sistem yang islami. Dalam perspektif gerakan, gerakan islam kultural

yang menjadi bagian aktivitas NU dilakukan melalui aktivitas non-politik, seperti

melalui organisasi massa, aktivitas dakwah, lembaga sosial, dan sebagainya.

Pilihan islam kultural dan gerakan kultural dikemudian hari meneguhkan

gerakan kerakyatan NU. Peran yang dimainkan kemudian adalah gagasan tentang

civil society yang melakukan kontrol terhadap negara (Rumadi, 2004). Tradisi

islam kultural yang dibangun melahirkan politik kerakyatan, bukan politik atas

nama kekuasaan yang selama ini muncul sebagai akibat NU membuat parpol.

Dalam konstelasi kehidupan bernegara NU menggabungkan kekuatan tradisi

dengan modernisasi. Kedua elemen tersebut dipergunakan untuk mengiringi

proses transformasi sosial. Tradisi yang mengakar kuat dalam tubuh NU adalah

pandangan bahwa kyai sebagai simbol kebenaran hakiki. Pandangan ini

dikemudian hari melahirkan sikap kurang kritis di kalangan NU.

Perkembangan NU selanjutnya banyak diwarnai oleh Gus Dur. Pemikiran

progresif banyak muncul dari sosok ini, melalui berbagai forum kajian yang

mengangkat tema-tema keagamaan, hukum, demokrasi dan ketatanegaraan, HAM,

politik, dan sosial kemasyarakatan.

NU dan lahirnya kaum muda progresif

Basis gerakan yang dibangun SPPQT adalah basis kultural. Pemikiran Gus

Dur sebagai tokoh progresif banyak diadopsi di kalangan kampus dan golongan

menengah keatas. Kaum muda NU yang berada di luar jalur struktural NU lebih

mudah menyerap ide-ide progresif yang ditawarkan dan banyak melakukan

Page 77: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

60

kajian-kajian untuk merespon sikap kolot NU senior. Wujud respon tersebut

adalah dibentuknya Jaringan Studi Transformasi Sosial (JSTS) pada Tahun 1989.

JSTS ini dibangun oleh seorang kyai yang dikalangan kyai NU merupakan tokoh

yang mempunyai pemikiran -pemikiran progresif.

Geliat kaum muda NU diilhami oleh pernyataan Gus Dur yang

menyatakan bahwa politik ekonomi Indonesia adalah politik kerakyatan dan

kebangsaan. Gagasan transformasi Gus Dur direspon NU muda yang berada diluar

sistem NU. Mereka memilih berkiprah di luar sistem yang ada karena NU masih

terkooptasi oleh senior NU.

Kaum muda NU juga mencoba membangun gerakan berangkat dari

romantisme NU masa lalu yang memiliki sikap kritis terhadap fenomena sosial

yang ada. Pada masa lalu, NU membangun PERTANU sebagai media

pengorganisasian ditingkat grassroot. NU juga banyak melakukan kajian dalam

bidang perburuhan dan petani. Melihat sejarah demikian, kaum muda NU

mempertanyakan NU jaman PKI yang lebih memiliki pandangan terhadap

persoalan sosial. Kondisi masa kini dilihat sebagai keterpurukan ideologis karena

NU mengalami kemandekkan pemikiran dan perhatian terhadap petani dan kaum

marjinal.

Menilik kembali pertautan antara NU dengan inisiator organisasi akan

segera tampak bahwa latar belakang kegiatan kemahasiswaan membentuk

kepribadian inisiator. Dalam perkembangannya, persentuhan inisiator organisasi

dengan tokoh NU progresif berhasil membawa inisiator kedalam arus

pengorganisasian rakyat di tingkat basis. Bentuk organisasi yang dipilih berbasis

ekonomi mengingat permasalahan ekonomi menjadi permasalahan umum di

kalangan masyarakat.

Era Politik Reformasi Hingga Politik Kerakyatan

Seringkali dikatakan bahwa tahun 1998 menjadi titik balik konstelasi

politik di Indonesia. Tahun tersebut menjadi pembeda antara politik sebelumnya

dan politik di tahun 1998. Tekanan politik pemerintah orde baru menciptakan

suasana represif dari rezim pemerintah orde baru sehingga membatasi kekuatan

petani. Berbeda dengan politik tahun 1998 dimana peluang masyarakat tingkat

grass root makin terbuka dalam menciptakan keberdayaan.

Page 78: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

61

Iklim politik Tahun 1998 memberi nuansa yang cukup kondusif bagi

terciptanya organisasi petani. Pada masa itu, gerakan LSM mendapat ruang yang

cukup besar dalam memobilisasi petani untuk sampai pada gerakan. Beberapa

fenomena yang cukup penting pada masa itu adalah: Pertama, LSM mendapat

ruang cukup untuk aktif di pedesaan tidak hanya terbatas pada aktivitas

pemberdayaan komunitas, tapi juga mendukung perjuangan petani dalam

memperjuangkan hak tanah. Keterbukaan politik bagi kemandirian organisasi

petani membawa keuntungan dalam hal motivasi berpolitik seperti dalam hal

aktivitas ekonomi. Kedua, Fenomena aktivitas petani setelah tahun 1998 tidak

hanya tampak dalam hal perjuangan akses petani terhadap lahan, melainkan juga

pada beberapa kasus organisasi petani yang tidak terkait dengan konflik tanah.

Iklim politik demikian menjadi media bagi komunitas untuk membangun

gerakan di tingkat lokal. Kemunculan gerakan di tingkat lokal disambut oleh LSM

dengan meleburkan diri kedalam cita-cita komunitas lokal. Bahkan seringkali

LSM yang mengambil partisipasi aktif meng-inisiasi kelembagaan di tingkat lokal.

Kasus SPPQT menunjukkan bahwa LSM menjadi ujung tombak in isiatif lebih

tersistematisasinya sebuah kelembagaan ditingkat petani. Perbedaan orientasi

gerakan yang berhaluan produksi dan peningkatan pendapatan dengan organisasi

radikal sedikit banyak dipengaruhi oleh latar belakang LSM yang membantu

membidani lahirnya organisasi petani.

Organisasi petani sebagai sebuah gerakan sosial merupakan media

perlawanan yang diarahkan pada rezim negara yang orientasi ekonomi dan

politik -nya tidak pernah berpihak pada rakyat. Ketika negara/pemerintah menjadi

kaki tangan lembag a-lembaga internasional, maka kendali dipegang oleh lembaga

dunia seperti IMF, ADB, dan World Bank. Perlawanan petani diarahkan pada

gerak pemerintah dalam menerapkan kebijakan privatisasi dan deregulasi. Sejak

tahun 1998, peran pemerintah tetap berlangsung dan tetap memposisikan petani

dalam golongan marjinal. Apabila dilihat periodisasi kemunculan yang baru

terjadi pada tahun 1998, lebih disebabkan bahwa sebelum tahun 1998 organisasi

massa rakyat ditolak oleh pemerintah. Penolakan lebih disebabkan karena

pemerintah alergi terhadap bangunan organisasi petani meski organisasi yang ada

dilakukan dengan pendekatan yang mengadopsi cara-cara pemerintah.

Page 79: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

62

Perjalanan politik kemudian sampai pada gerakan politik kerakyatan. Pada

masa ini hak dan kedaulatan petani atas penguasaan sumber-sumber agraria

menjadi kekuatan utama dalam gerakan petani. Kepemilikan tanah dibagi untuk

petani-petani kecil melalui redistribusi tanah yang penting sebagai alat produksi.

Setiap petani berhak memiliki tanah bagi keberlanjutan proses produksi dan

kehidupannya.

Kelompok perempuan dalam organisasi tani memiliki bagian dalam

bidang pertanian dan berperan besar dalam produksi bahan pangan terutama untuk

kepentingan ketersediaan pangan bagi keluarganya. Kedaulatan pangan

didasarkan pada asumsi bahwa bahan pangan merupakan salah satu bentuk hak

dasar yang mesti dipenuhi oleh manusia. Harga bahan makanan dan produk

makanan ditentukan oleh para petani guna menciptakan akses pangan sebagai

pemenuhan kebutuhan dasar. Benih lokal dikelola bersama petani dan menjadi

milik komunal melalui mekanisme yang demokratis. Petani mengembangkan

usaha dan kelompok mandiri bersama. Perlindungan tanaman dan pupuk organik

yang diproduksi sendiri oleh petani dilakukan melalui kerjasama antar mereka.

Ketersediaan air difasilitasi melalui sistem irigasi yang dikelola secara komunal.

Petani membentuk organisasi tani yang demokratis dan mandiri sebagai

alat untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan bersama. Organisasi

petani membuat pelatihan -pelatihan partis ipatoris untuk penguatan kapasitas para

kader tani. Terbentuknya serikat-serikat dan organisasi petani yang bersifat

komunal akan mampu menjadi basis gerakan tani. Serikat dan organisasi petani

menjadi jaringan permanen yang berpotensi mencegah pelanggaran hak asasi

manusia terutama yang mengatasnamakan kepentingan perusahaan bermodal

besar yang cenderung monopolistik.

Konteks Ekonomi dan Politik Melahirkan Pilihan Bentuk Organisasi

Fakta menunjukkan bahwa petani selalu mengalami kondisi tidak menentu

terkait dengan pola hubungan dengan lembaga supra lokal. Beberapa kajian

menunjukkan bahwa respon yang dibentuk tidak lepas dari peran aktor luar yang

telah terlebih dahulu bersentuhan dengan permasalahan yang sama. Aktor luar

Page 80: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

63

dapat muncul dalam bentuk petani yang visinya lebih maju ataupun lembaga lain,

misalnya LSM.

Di awal diperkenalkan bahwa respon struktural menjadi basis perubahan

orientasi. Kasus petani di Salatiga menunjukkan fenomena dimana petani yang

menjadi anggota SPPQT mengalami tekanan struktural yang menyebabkan

mereka dan generasinya tidak cukup akses dalam berbagai bidang. Organisasi

yang ada tidak mampu menjawab persoalan yang dihadapi petani. Organisasi

bentukan pemerintah kemudian tidak mendapat kedudukan di mata petani.

Pertanyaan tentang pemihakan pemerintah terhadap aspek pemberdayaan petani

menjadi point penting dalam hal kepercayaan petani terhadap pemerintah. Solusi

yang selama ini diberikan pemerintah melalui pendirian organisasi tidak cukup

mampu melepaskan belitan petani terhadap heg emoni kekuasaan pemerintah.

Organisasi yang ada hanya menjadi syarat bahwa mainstream pembangunan sudah

dilaksanakan pada setiap komunitas sampai tingkat desa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan yang dialami petani akan

senantiasa terkait dengan konteks sosial ekonomi pada komunitas yang

bersangkutan. Masalah yang paling sering dihadapi di tingkat komunitas terkait

dengan persoalan teknis produksi yang harus dengan cepat disikapi oleh petani

dan organisasinya. Sebagian besar petani anggota serikat tinggal di lahan kering

sehingga mengalami keterbatasan sumber-sumber ekonomi yang bisa

meningkatkan tingkat kesejahteraan anggotanya. Persoalan lain yang juga

dominan mempengaruhi perkembangan komunitas adalah rendahnya posisi tawar

petani terhadap berbagai pihak yang berhubungan dengan petani baik langsung

maupun tidak langsung. Distribusi informasi pada komunitas petani belum

dikemas dengan baik sehingga seringkali informasi penting tidak tersebarluaskan.

Apabila dikaitkan dengan hak petani selaku manusia, maka hakekat

kebutuhan manusia adalah memperoleh hak untuk aman ketika mengelola

sumber-sumber penghidupannya. Mereka juga harus memiliki kebebasan untuk

memperoleh haknya mencapai kesejahteraan sosial-ekonomi, politik dan budaya.

Untuk maksud tersebut, manusia petani harus memiliki kebebasan untuk

mengekspresikan dirinya, membangun dan terlibat secara aktif dalam bidang

sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Namun hal tersebut menjadi kontradiktif

Page 81: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

64

ketika melihat fenomena yang menimpa petani dimana mereka hanya menjadi

bagian kecil dari masyarakat yang bercirikan kelompok yang lemah dan

dilemahkan oleh struktur yang ada. Dengan demikian, pengorganisasian menjadi

kepentingan bersama untuk menciptakan; 1) kesetaraan hak, akses dan kontrol

terhadap kesetaraan distribusi, 2) membangun kesadaran sosial ditingkat petani

sehingga petani bisa mengartikulasikan kebutuhannya, 3) berupaya meningkatkan

aktivitas produksi untuk memenuhi kebutuhan tanpa merusak alam, dan 4)

meningkatkan kemampuan petani untuk dapat mandiri dalam memecahkan

masalah di tingkat mereka.

Tekanan struktural yang dialami petani tidak hanya terkait persoalan

teknik produksi, namun juga menyentuh akar kehidupan petani terutama terkait

dengan hak atas tanah. Bagi komunitas di salah satu kelompok anggota SPPQT,

persoalan hak tanah menjadi bahasan utama bahkan memunculkan peluang

terjadinya konflik. Potensi konflik terbesar yang terjadi antara organisasi petani

tersebut menyangkut penetapan kawasan pertanian dan pemukiman rakyat

menjadi taman nasional dengan kategori zona inti. Penetapan zona inti di daerah

pemukiman berimplikasi pada dipindahkannya permukiman dari lokasi awal

menuju lokasi yang berada di luar kawasan taman nasional. Implikasi proses

tersebut adalah berkurangnya akses warga terhadap sumberdaya alam.

Dalam konteks disain awal organisasi, isu Taman Nasional Merapi-

Merbabu (TNMM) merupakan warna baru. Pengorganisasian di Kawasan

Merbabu secara umum dikategorikan dalam kaitannya dengan pencarian solusi

atas persoalan teknis produksi sekaligus pemasaran hasil-hasil komoditas yang

dihasilkan oleh petani dikawasan tersebut. Namun demikian petani dan organisasi

tidak menafikkan respon tertentu ketika muncul permasalahan baru yang

menghantam petani. Dalam hal ini, penataan awal organisasi yang lebih

memfokuskan diri pada pertanian secara teknis mengalami penyesuaian ketika

muncul konflik dengan pemerintah dalam kaitannya dengan taman nasional.

Situasi subordinat yang dialami petani sepanjang sejarah hidupnya

menyebabkan petani mengalami kekalahan demi kekalahan. Pandangan modernis

memberikan solusi bahwa petani harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup.

Wujud dari semua itu adalah petani menjadi bagian dari pendidikan non-formal

Page 82: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

65

yang berorientasi pada penyadaran. Namun Soetomo (1998) memberikan

peringatan bahwa pendidikan pun bukan berarti tidak menjadi masalah bagi petani.

Pendidikan yang hanya menghasilkan transfer ilmu pengetahuan tidak akan

mencapai hasil yang diharapkan. Bagi petani yang lama tertindas, model

pendidikan yang mencerahkan, menggunakan metode dialogis dan menghasilkan

pendidikan yang mengungkap penyadaran, Freire (1984) menjadi satu kebutuhan

khusus.

Sebagai upaya keluar dari bentuk-bentuk pembodohan, petani melakukan

respon dengan cara mengorganisir diri. Pilihan berorganisasi muncul untuk

mengimbangi kekuatan musuh yang terstruktur. Dengan demikian, melawan harus

dilakukan dalam satu ikatan. Sekaligus sebagai pembuktian bahwa petani dapat

menciptakan model-model pemberdayaan komunitas yang mencerdaskan. Proses

demikian tidak serta merta. Dalam pembentukan SPPQT pun, nuansa politik

menentukan tahapan proses pembentukan organisasi dan pilihan strategi

perlawanan. Gambar 2. di bawah ini menunjukkan proses tersebut.

Perkembangan di atas menunjukkan bahwa perbedaan ciri

pengorganisasian komunitas melahirkan strategi pendekatan yang berbeda.

Masing-masing strategi merujuk pada tujuan organisasi dan persoalan mendasar

yang dihadapi pada tiap fase. Pilihan strategi berkembang dari CD sampai pada

pendekatan people-center oriented. Pada masanya, masing-masing strategi

tersebut tepat diterapkan.

1980-an 1995-an 1998-an 1999-an

YDM Kelompok Progresif

Nadika SPPQT

CD Radikal Kajian People-center oriented

Gambar 2. Tahapan Proses Pembentukan dan Pilihan Strategi Pendekatan

Page 83: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

66

SPPQT Sebagai Organisasi Produksi dengan Ciri Production-Center

Development

Persoalan praktis yang dihadapi petani membutuhkan respon cepat dari

organisasi. Hal ini disadari oleh serikat petani sekaligus direspon dengan

mengembangkan kegiatan yang menjawab kebutuhan jangka pendek.

Pertimbangan bahwa kebutuhan petani tidak cukup hanya dengan

pengorganisasian menyebabkan serikat mencari cara lain yang lebih menjawab

kebutuhan petani. Permasalahan produksi yang banyak dihadapi diantaranya

adalah persoalan teknis pertanian, harga input pertanian yang mahal, pemasaran

hasil-hasil pertanian yang sulit, jaringan tengkulak yang menghambat, dan

sebagainya. Sebagai sebuah organisasi yang memperjuangkan kedaulatan petani,

SPPQT memilih mengembangkan usaha-usaha organisasi untuk mencapai tujuan

tersebut, diantaranya adalah: melakukan pengorganisasian masyarakat petani,

memperkuat dan membangun jaringan organisasi petani, mengembangkan

gerakan konservasi kawasan, mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan,

mengembangkan ekonomi komunitas petani, mengembangkan pendidikan bagi

generasi muda petani, membangun sistem perlindungan kesehatan bagi keluarga

petani, mengembangkan media dan jaringan komunikasi petani, mengembangkan

data dasar komunitas, mengembangkan pembaruan tata ruang desa, serta

melakukan advokasi kebijakan pertanahan dan usaha lain yang relevan.

Pilihan atas usaha di atas terkait dengan hasil analisis permasalahan yang

dihadapi petani yang meliputi dua faktor yakni ekonomi dan politik. Persoalan-

persoalan kebijakan yang tidak berpihak pada petani memaksa organisasi mencari

bentuk organisasi yang bisa mengakomodir setiap permasalahan. Sebagai

organisasi komunitas, SPPQT tampak memfokuskan pada kegiatan

pengorganisasian sebelum melakukan kerja pengembangan komunitas.

Tampaknya hal inilah yang membedakan SPPQT dengan organisasi lain. SPPQT

menerapkan proses pengorganisasian komunitas sebelum mengagendakan

kegiatan pengembangan organisasi. Meski demikian ciri sebuah organisasi

produksi melekat pada karakter SPPQT karena SPPQT menempatkan persoalan

ekonomi dalam prioritas kerja organisasi.

Page 84: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

67

Sebagai organisasi yang berciri ekonomi produksi dengan tujuan utama

peningkatan kesejahteraan, SPPQT dan anggotanya menerapkan strategi yang

lebih mengarah pada pemberdayaan petani dan fokus pada aktivitas ekonomi.

Karakter SPPQT secara umum adalah: 1) berupaya memutus ketergantungan pada

pemerintah dalam hal penyediaan sarana produksi pertanian dengan cara

melakukan kegiatan pertanian organik. Kegiatan tersebut dimaksudkan juga bagi

kerja membangun kemandirian petani, 2) struktur organisasi dibentuk secara rapi

dan sistematis dimaksudkan untuk memudahkan jalur koordinasi, 3) memperkuat

struktur organisasi supaya memiliki posisi tawar dan kekuatan tawar dihadapan

pengambil keputusan, dan 4) kemandirian petani yang menjadi tujuan pokok

organisasi diwujudkan dalam bentuk melakukan pembinaan berjenjang pada satu

tingkat di bawahnya.

Merujuk permasalahan yang dihadapi petani, organisasi dengan

pendekatan program dalam prakteknya lebih dapat diterima oleh anggota.

Pertimbangan agar organisasi dapat diterima memerlukan strategi tersendiri bagi

penggerak organisasi. Petani dan organisasi yang sulit mencari pertautan teoritis

menunjukkan bukti dalam hal ini. Pengorganisasian petani harus dapat

menunjukkan keuntungan yang dapat diterima oleh petani, tidak sekedar berjuang

untuk sesuatu yang abstrak dan tidak dipahami petani.

Melihat sejarah pembentukan SPPQT, tidak dapat dipungkiri bahwa

bentuk organisasi produksi yang diambil mengacu pada persoalan yang

menyangkut pembangunan pertanian. Strategi production-center development

dalam hal ini menjadi tepat terkait dengan konteks masalah yang dihadapi.

Sebagai sebuah organis asi yang memilih strategi awal production-center

development, pada tahap awal SPPQT menerapkan pola yang cenderung berbasis

teknologi pertanian.

Apa dan Mengapa Organisasi Produksi

Dalam konteks pembangunan dan pemberdayaan petani, muncul pilihan

bangunan organisasi petani dengan cara yang berbeda. Aktivis NGO yang

membidani SPPQT memandang bahwa cara radikal yang selama ini

dikembangkan kurang mengena dalam konteks permasalahan petani Salatiga.

Petani Salatiga tidak dihadapkan pada permasalahan konflik tanah sehingga lebih

Page 85: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

68

memilih pola organisasi yang lebih halus tanpa menghancurkan struktur sosial

yang telah mapan2. Sebagai bentuk baru, perlawanan ini terkait dengan tipe NGO

yang berada di balik pembentukan SPPQT. Ideologi aktivis dan NGO akan

menyumbang pada bangunan organisasi yang dipilih. Menanggapi kondisi

demikian, komunitas petani di Salatiga melakukan pendekatan lain yang lebih

berorientasi kebutuhan dan masalah. Upaya yang dibangun adalah membentuk

organisasi yang lebih bisa meneropong berbagai persoalan petani baik yang

tersembunyi maupun yang tampak. Organisasi yang dikembangkan lebih berbasis

kebutuhan dan permasalahan nyata di tingkat petani. Tampak dari model

pengorganisasian yang menggunakan pendekatan kawasan. Pilihan ini digunakan

karena kepentingan petani akan lebih terakomodir ketika pengorganisasian

menggunakan konsep kawasan dengan tujuan mempertimbangkan kesamaan

faktor-faktor ekologis. Dari sudut konsolidasi, pendekatan kawasan dipandang

lebih efisien dibanding pendekatan administratif. Permasalahan yang dihadapi

mudah dicarikan solusi karena komunitas memiliki kesamaan aspek masalah

terkait dengan kesamaan faktor geografis dan ekologis. Dalam konteks

perlawanan terhadap globalisasi, gerakan rakyat berupaya memberdayakan

masyarakat lokal melalui kontrol komunitas yang demokratis atas sumberdaya

lokal.

Penelusuran mundur menghasilkan gambaran awal terbentuknya SPPQT.

Embrio SPPQT berasal dari sebuah yayasan yaitu Yayasan Desaku Maju (YDM).

YDM mengembangkan pola CD. Karakter CD yang dikembangkan masih

konservatif dengan menerapkan pola CD lama. Pendekatan yang diterapkan

berorientasi pada pemberdayaan. Faktor ideologis sebagai latar belakang pilihan

strategi melahirkan dua strategi yaitu advokasi dengan saluran gerakan politik,

dan pemberdayaan ekonomi.

Bentuk organisasi CD yang dipilih sebagai basis karakter organisasi petani

di Salatiga lebih banyak merupakan pilihan ideologi di tingkat aktivis disamping

konteks masalah yang dihadapi. Pilihan tersebut didasarkan pada latar belakang

2 Meskipun CD petani dimaknai sebagai CD yang melahirkan dekonstruksi sosial, namun dilakukan tanpa merubah struktur sosial yang ada. Dekonstruksi disini diartikan sebagai membangun upaya kemandirian untuk melawan konstruksi berbentuk integrasi pre-kapitalis menuju kapitalis.

Page 86: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

69

kegiatan aktivis sebelum terlibat dalam organisasi petani. Aktivitas kelompok

aktivis sebelumnya lebih banyak memposisikan pada isu-isu produksi dan upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Gaya pendekatan ini tampaknya

diterapkan pada organisasi baru sehingga ciri organisasi SPPQT lebih merujuk

pada CD sebagai jalan mengatasi permasalahan nyata di tingkat petani. Warna

gerakan organisasi sedikit banyak juga dipengaruhi sebuah LSM internasional.

Salah satu LSM internasional yang berfungsi sebagai lembaga penyandang dana

dari organisasi petani ini memfokuskan kegiatan pada usaha-usaha pertanian

organik. Meski isu yang dibangun LSM internasional ini lebih kepada keamanan

pangan, namun isu tersebut didefinisikan lebih lanjut oleh petani sebagai jalan

menuju kedaulatan pangan. Interpretasi ini merupakan pemahaman lebih lanjut

atas kondisi struktur sosial yang merugikan posisi petani. Gerakan ini yang

kemudian melahirkan karakter khas organisasi yaitu organisasi produksi dengan

orientasi membangun kedaulatan petani.

Kegiatan yang dikembangkan oleh organisasi SPPQT bermuara pada

membangun kemandirian. Kegiatan dengan ciri ekonomi produksi diawali dengan

melepaskan diri dari ketergantungan produksi yang diciptakan orde baru. Upaya

ini kemudian muncul melalui kegiatan pertanian organik. Pertanian organik

dibangun atas ide menghindarkan diri dari pengaruh kebijakan supra lokal.

Pertanian organik merupakan langkah awal untuk mencapai kedaulatan pangan.

Ide bahwa ketersediaan pangan anggota komunitas harus bisa dicukupi secara

silang merupakan bentuk perwujudan kemandirian tingkat lokal. Sistem pertanian

berbasis masyarakat berskala kecil, terdiversifikasi dan mandiri dibangun dalam

komunitas ini. Gerakan ini bermuara pada gerakan kedaulatan pangan sebagai

lawan terhadap ketahanan pangan yang hanya berorientasi pada pasar tanpa

mempertimbangkan siapa produsen. Gerakan ini didukung oleh upaya petani

menciptakan jalur pemasaran sendiri atas komoditas pertanian yang dihasilkannya.

Sebagai upaya melepas ketergantungan terhadap tengkulak, pilihan ini juga dapat

dikategorikan sebagai strategi menuju kemandirian. Jalinan ekonomi internal

anggota dipadukan melalui berdirinya gardu tani sebagai wadah/media ekonomi

anggota.

Page 87: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

70

Implikasi strategi CD tampak dari pilihan kegiatan yang dikembangkan

SPPQT. Organisasi ini mengembangkan program Integrated Organic Farming

(IOF) yang diharapkan tidak sebatas menjadi program, melainkan menjadi

ideologi organisasi. IOF dimaknai sebagai satu pola pertanian yang melihat

persoalan petani secara lebih holistik. Dengan demikian, capaiannya adalah

pengembangan petani dan menghindari jebakan pengembangan pertanian . IOF

diarahkan pada muara akses dan kontrol terhadap SDA yang dilakukan dengan

usaha bersama. Hubungan yang dibangun melalui pertanian organik yang

terintegrasi adalah aspek keadilan, dan terciptanya hubungan yang sejajar. Tidak

ada hubungan buruh-majikan yang merupakan bagian dari cara-cara eksploitasi.

Dengan demikian, IOF akan bisa berjalan jika persoalan awal yang disorot adalah

struktur kepemilikan tanah. IOF berusaha menjawab persoalan ketimpangan

struktur lahan dan nilai tukar yang seringkali menjadi momok yang menakutkan.

Indikator keberhasilan pertanian organik adalah jika petani tidak menjual hasil

pertaniannya.

IOF yang dimaksud jelas untuk menghindari pola-pola pertanian organik

murni. Jika pertanian organik dipahami sebagai teknologi organik semata, maka

kegiatan menjadi berorientasi pada hasil dan mengejar pada terlaksananya

program tanpa mempertimbangkan aspek keterhubungan. Misalnya penyediaan

pupuk kandang dipasok dari desa lain. Bukan ini sesungguhnya makna organik

yang ingin dibangun. Juga ketika organik hanya difokuskan pada bagaimana

program harus terlaksana. Sebidang lahan kemudian disewa oleh petani, dan

petani yang bersangkutan menyewa tenaga petani lain. Model ini adalah bentuk

kegagalan jiwa organik yang sesungguhnya.

Bidang pendidikan menunjukkan fenomena yang tak kalah menarik.

Beberapa paguyuban membangun sekolah alternatif di komunitasnya. Sekolah

alternatif yang dibangun masih menggunakan kurikulum Depdiknas namun

dengan metode pengajaran yang berbeda, lebih mengarahkan pada tujuan

pendidikan kritis, humanisasi, dan kebebasan. Pilihan ini didasarkan pada

keprihatinan akan model pendidikan konvensional yang menciptakan

dehumanisasi, Freire (1984). Pendidikan yang ada selama ini lebih berorientasi

pada birokrasi dan kekuasaan, tanpa memperhatikan esensi dari pendidikan itu

Page 88: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

71

sendiri. Kapitalisme pendidikan juga menjadi alasan tersendiri dikembangkannya

sekolah alternatif di Salatiga. Pandangan terhadap kesetaraan jender diperlihatkan

melalui proses pelatihan jender yang diberikan baik pada perempuan maupun laki-

laki. Banyak pelatihan jender yang hanya diperuntukkan bagi perempuan. Padahal,

pemahaman akan kesetaraan jender harus dibangun pada komunitas perempuan

dan terlebih lagi laki-laki.

Perbedaan mendasar dalam merespon kasus agraria diperlihatkan oleh

organisasi di Salatiga. Perlawanan dilakukan dengan cara mengajukan draf

akademis untuk menolak penetapan Taman Nasional Merapi-Merbabu (TNMM).

Serikat dalam hal ini menjadi ujung tombak perjuangan di tingkat nasional.

Perlawanan dilakukan dengan cara beradu konsep dengan pembuat kebijakan

tentang wilayah konservasi. Dukungan konseptual diperoleh dari hasil PRA yang

memperlihatkan kondisi sekitar kawasan Merapi-Merbabu. Aksi yang dilakukan

lebih mengarah pada pembentukan opini publik.

Pendekatan jaringan dilakukan sebagai upaya mendapatkan akses

informasi dari luar. Keterbukaan menjadi ciri khas organisasi tipe ini. Upaya

membangun jejaring dengan berbagai pihak dianggap sebagai investasi modal

sosial dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sebagai organisasi yang

memiliki tujuan akhir menciptakan mainstream baru, perlu menggandeng

stakeholder lain dalam mencapai agenda besar organisasi. Untuk melancarkan

bangunan jaringan, beberapa paguyuban membuat akte yayasan. Status sebagai

yayasan memudahkan terbinanya hubungan dengan dunia luar. Aspek formalitas

ini secara umum membedakan organisasi ini dengan tipe organisasi yang

berangkat dari isu konflik.

Peningkatan kapasitas manusia sekaligus upaya akses teknologi salah

satunya dilakukan dengan menggandeng satu provider internet. Hasilnya adalah

jaringan internet telah menjangkau beberapa wilayah komunitas. Langkah ini

sekaligus berguna untuk membuka saluran informasi dan komunikasi antar

anggota maupun dengan dunia luar. Keterlibatan anggota organisasi dalam

konstelasi politik lokal menunjukkan geliatnya pada tahun-tahun terakhir. Hal ini

dibuktikan melalui keterlibatan anggota organisasi menjadi anggota BPD atau

Page 89: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

72

DPD. Dalam hal ini tumbuh kesadaran politik yang berangkat dari masalah

produksi.

Perkembangan selanjutnya mengalami penyesuaian ketika organisasi

dihadapkan pada kasus konflik agraria di dua paguyuban anggota. Pendekatan CD

kemudian dirasa perlu untuk ditambah dengan strategi lain sebagai upaya akses

dan kontrol. Akses dan kontrol sebagai muara tidak cukup diraih dengan pilihan

salah satu model melainkan CD maupun advokasi harus dilakukan. Penguatan

terhadap organisasi merupakan prasyarat. Implikasinya adalah terbentuknya

kelompok tani, paguyuban, jakertani, dan serikat yang semuanya harus

dikembangkan. Dalam upaya memperjuangkan akses dan kontrol,

mempertanyakan proses advokasi tanpa terlebih dahulu melakukan penataan

organisasi, yang terjadi adalah kooptasi.

Ikhtisar

Faktor yang menyebabkan ketertindasan petani adalah ekonomi dan politik.

Dua faktor ini dalam sejarahnya menciptakan deretan permasalahan yang harus

diselesaikan oleh petani. Disisi lain, keberadaan dua faktor ini ternyata mampu

memunculkan motivasi petani untuk membangun aksi kolektif dan

mengakumulasikan energi kolektif melalui pembentukan organisasi.

Permasalahan petani yang lebih banyak meliputi ekonomi menuntut bentuk

organisasi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut. Muatan respon atas pola

relasi yang eksploitatif harus dikompromikan dengan kebutuhan yang bersifat

praktis. Ciri organisasi produksi yang lebih mengarah pada paradigma production-

center oriented merupakan respon organisasi atas permasalahan nyata petani.

Alasan organisasi mengembangkan strategi CD menyangkut pertimbangan

karakter petani dan juga karakter musuh. Bacaan awal terhadap bentuk musuh

menghasilkan analisis bahwa organisasi petani harus dibangun dalam bentuk yang

terorganisir dengan baik. Alasan pilihan tersebut disandarkan pada dua hal, yaitu:

pertama, yang paling penting dalam organisasi adalah memperkuat daya resistensi

petani, bukan dengan cara-cara seperti reklaiming. Kedua , pilihan radikal lebih

rawan perlawanan/resistensi dari pemerintah. Pertimbangan atas dua alasan di atas

kemudian menghasilkan organisasi dengan ciri yang terstruktur.

Page 90: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

73

Peranan faktor ekonomi dan politik sebagai pendorong gerakan

pengorganisasian menarik untuk dipahami terutama dalam hal pengaruhnya

terhadap kehidupan petani. Penelusuran periodisasi konteks ekonomi berhasil

menunjukkan bahwa pada setiap fase, petani tidak pernah didudukkan dalam

tempat yang benar dalam struktur masyarakat. Revolusi hijau merupakan

kebijakan pertanian yang dampaknya paling nyata dirasakan petani, terutama bagi

petani miskin dan buruh tani. Terciptanya kesenjangan makin menempatkan dua

golongan petani ini kedalam struktur paling bawah dalam kelas sosial. Gambaran

bahwa revolusi hijau membatasi akses masyarakat miskin makin tampak ketika

paket-paket teknologi pertanian yang ditawarkan hanya dimungkinkan

menjangkau golongan petani kaya. Petani menjadi sandaran kebijakan

pembangunan sekaligus korban pembangunan yang dikembangkan. Itulah

sebabnya mengapa ketika krisis ekonomi muncul pada tahun 1998, petani sebagai

golongan masyarakat yang paling marjinal berupaya “menarik keuntungan” dari

keterpurukan bangsa.

Keterkaitan dengan konteks ekonomi global dapat dilihat dalam kasus

pemberlakuan kebijakan pasar bebas dan globalisasi. Pemerintah tanpa

perhitungan terseret dalam arus kapitalisme sehingga persaingan global makin

menyudutkan langkah petani. Relasi sosial yang mengemuka antara negara, modal

dan kaum tani diungkapkan oleh Fauzi (1998) terbukti menghegemoni kekuatan

petani terlebih ketika Indonesia turut dalam arus kapitalisme global.

Pengalaman pengorganisasian petani juga menunjukkan bahwa konteks

politik turut memicu lahirnya organisasi. Reformasi politik pada tahun 1998

membawa momentum formasi pada banyak organisasi petani di berbagai aras. Era

ini juga membawa serta berbagai implikasi struktural dalam kancah perpolitikan

di Indonesia. Perjalanan politik masa ke masa menunjukkan perjalanan yang

hampir senada dengan perjalanan ekonomi. Pada masa Soeharto, pemerintah

melakukan tekanan yang sangat kuat terhadap munculnya organisasi rakyat.

Tindakan ini menghambat perjuangan tingkat grass root yang seringkali

dilakukan dengan organisasi. Banyak organisasi yang dibentuk di tingkat lokal

dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap negara. Gerakan yang relatif tidak

mendapat hambatan dari pemerintah adalah gerakan yang bersifat kultural. Dalam

Page 91: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

74

sejarah organisasi SPPQT, gerakan kultural ini ternyata sampai pada gerakan yang

mensikapi persoalan struktural yang dialami petani.

Peran organisasi kultural yang dimaksud di atas adalah gerakan NU. NU

yang dalam perkembangannya menunjukkan bentuk transformasi gerakan

memberi ruang yang cukup kepada kadernya untuk mengembangkan

pengorganisasian. Hal ini tidak lepas dari peran NU senior dengan pemikiran-

pemikiran yang progresif. Persentuhan inisiator organisasi dengan tokoh NU

progresif melahirkan kelompok tani sebagai embrio SPPQT.

Kelanjutan gerakan rakyat mendapat ruang yang lebih luas ketika suasana

gerakan kerakyatan mulai menguat. Bisa dikatakan bahwa tahun 1998 merupakan

titik balik gerakan rakyat di Indonesia. Perjuangan petani pasca 1998 tidak lagi

dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Ideologi perlawanan terhadap

perangkat keras dan perangkat lunak yang merugikan petani mulai

ditransformasikan ke tingkat petani. Maka mulailah ditemukan organisasi

rakyat/organisasi komunitas di pelosok pedesaan. Sebagai wadah memenuhi

kebutuhan kolektif, organisasi kemudian berkembang dan menjadi multifungsi

sesuai kebutuhan anggotanya.

Mengingat pentingnya menempatkan kebutuhan anggota sebagai dasar

bangunan organisasi, SPPQT memilih kegiatan yang dapat menjawab kebutuhan

anggota. Alasan ini mendorong pilihan pola organisasi yang lebih halus tanpa

menghancurkan struktur sosial yang telah mapan. Pilihan ini tid ak lepas dari

sejarah terbentuknya SPPQT serta embrio kelompok tani. SPPQT hendak

memaknai organisasi dalam kerangka pengembangan petani, tidak sekedar

pengembangan pertanian. Pemaknaan ini diimplementasikan dalam bentuk

organisasi produksi meski dalam perkembangannya, SPPQT juga menempuh

cara-cara advokasi untuk merespon persoalan agraria. Keduanya merupakan

strategi untuk sampai pada akses dan kontrol atas sumberdaya.

Page 92: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

75

KARAKTERISTIK ORGANISASI PRODUKSI

Organisasi petani yang relatif tersistematis baru muncul di era reformasi. 1

Tumbuhnya organisasi di Salatiga berangkat dari fakta tentang permasalahan

seputar isu produksi dan pemberdayaan. Dalam hal ini serikat memiliki peran

yang besar dalam menumbuhkan terbentuknya organisasi. Peran tersebut terutama

dalam hal pembentukan, penyediaan fasilitas, pembinaan, dan membangun

jaringan. Embrio kelompok anggota SPPQT telah ada sebelumnya dalam bentuk

kelompok-kelompok tani bentukan pemerintah maupun organisasi lokal

komunitas setempat.

Model pendekatan diwadahi dalam kegiatan -kegiatan yang

mengartikulasikan kebutuhan petani baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pendekatan ini dianggap sebagai bagian dari pembagian kerja organisasi.

Pembagian kerja manajemen organisasi menjadi modal untuk lebih mengarahkan

petani pada tujuan strategis. Disamping itu, seluruh kegiatan diarahkan pada

pencapaian kemandirian petani. Kemandirian ini merupakan ciri organisasi yang

berasal dari komunitas dan muncul setelah tahun 1998. Tentunya berbeda dengan

ciri organisasi sebelum tahun 1998. Perbedaan ciri organisasi sebelum 1998 dan

sesudah 1998 ditampilkan dalam Tabel 3. di bawah ini:

Tabel 3. Perbedaan Ciri Organisasi Anggota Serikat Sebelum dan Sesudah Tahun 1998

No Analisis Pembeda Organisasi

Sebelum 1998 Sesudah 1998

1. Inisiatif Pemerintah/komunitas lokal

Komunitas lokal dibantu oleh Serikat

2. Cakupan kegiatan Keagamaan, sosial kemasyarakatan

Pertanian, dan upaya menjawab permasalahan petani

3. Tujuan organisasi Membangun kebersamaan

Membangun kemandirian

4. Respon atas Permasalahan sosial Permasalahan petani secara umum

5. Model pendekatan pembentukan

Bentukan pemerintah, bagian dari pemerintahan

Inisiatif lokal yang didorong serikat

1 Dari penelitian awal terungkap bahwa banyak gerakan yang dimulai jauh sebelum era reformasi namun belum sampai pada pengorganisasian. Organisasi petani pertama kali tumbuh adalah BTI.

Page 93: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

76

Serikat merupakan aras paling atas dalam susunan organisasi SPPQT.

Bangunan organisasi yang dikembangkan oleh paguyuban dan kelompok tani

didisain atas prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh SPPQT. Pada masa-masa

awal pembentukan, SPPQT menerapkan pendekatan bantuan ala pemerintah

berupa “iming-iming” dalam bentuk kredit. Tentangan muncul dari petani karena

model tersebut dianggap hanya akan melemahkan bangunan organisasi. Struktur

organisasi ditata untuk memudahkan pembagian kerja dalam mendukung

manajemen organisasi. Pola pengorganisasian demikian mengadopsi model

organisasi formal yang mempunyai struktur vertikal dan horizontal. Secara

keorganisasian, permasalahan petani direspon dengan membentuk divisi yang

sesuai yaitu pengorganisasian, pemberdayaan, kelembagaan, IOF, pendidikan,

ekonomi, dan infodotkom. Divisi IOF, pendidikan, dan advokasi hampir selalu

dapat ditemukan di setiap organisasi.

Persepsi pemerintah terhadap bangunan organisasi dalam hal ini memberi

warna pada perkembangan organisasi. Paguyuban dan kelompok petani dipandang

dalam persepsi yang berbeda oleh pemerintah. Pengakuan pemerintah sebatas

pada kelompok tani sedangkan paguyuban dianggap berada di luar struktur

sehingga dianggap sebagai musuh pemerintah desa. Gejala ini menunjukkan

bahwa pola pengorganisasian “ala petani” tidak pernah mendapat pengakuan dari

pemerintah desa, demikian pula dari pemerintah supra desa. Terbukti bahwa

kegiatan beberapa dinas terkait seringkali menjadikan kelompok tani sebagai

sasaran kegiatan, tanpa mengindahkan keberadaan paguyuban, yang nota bene

“atasan” kelompok tani.

SPPQT Sebagai Organisasi Rakyat

SPPQT merupakan organisasi dengan isu produksi terkait dengan masalah

teknis produksi sebagai latar belakang pembentukannya. Khusus untuk organisasi

petani yang berada di bawah koordinasi SPPQT, peran serikat dalam

pembentukan paguyuban sangat besar. Beberapa dibuktikan oleh pengakuan

pengurus dan anggota paguyuban bahwa serikat memiliki peran terutama dalam

hal manajemen organisasi, pemberian dana pembentukan, pendampingan, dan

aspek manajemen organisasi. Meskipun demikian tidak sepenuhnya dapat

Page 94: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

77

dikatakan bahwa terbentuknya paguyuban dan kelompok adalah atas prakarsa

SPPQT. Karena dalam beberapa kasus pembentukan organisasi petani telah

didahului oleh embrio organisasi informal.

Pilihan organisasi sebagai studi kasus diarahkan pada organisasi yang

terdapat di daerah upland dengan fokus isu pada pengelolaan sumberdaya alam

dan penguatan hak atas tanah. Pilihan atas kelompok tani yang menjadi subyek

penelitian didiskusikan dengan paguyuban. Dari pertimbangan tersebut, dipilih

empat paguyuban dan 12 kelompok tani seperti yang tercantum pada Tabel 4. di

bawah ini:

Tabel 4. Pilihan Penelusuran Paguyuban dan Kelompok Petani

No. Organisasi Petani Sekunder (SLO) - Paguyuban

Organisasi Lokal (LO) - Kelompok Tani

1 Paguyuban Petani Gunung Payung Temanggung

1. Gunung Payung I 2. Sumber Rejeki 3. Manunggal Makmur

2 Paguyuban Petani Gedong Songo Semarang

1. Ngudi Rahardjo 2. Al-Kahfi 3. Putri Maju dan Putri Tunggal

3 Paguyuban Petani Otek Makmur Boyolali

1. Sumber Pangan 2. Putri Mandiri 3. Subur dan Sumber Rejeki

4 Paguyuban Candi Laras Merbabu Semarang

1. Argo Kusumo 2. Kuncup Pendhing 3. Bekti Pertiwi

Disain organisasi diharapkan menjawab kebutuhan dan permasalahan

petani. Organisasi juga menjadi wadah perjuangan petani untuk menciptakan

peluang kerja serta meningkatkan kapasitas petani melalui pendidikan dan

pelatihan. Keberadaan organisasi/paguyuban dengan demikian menjadi strategi

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani anggota. Dalam beberapa hal,

pengorganisasian model apapun harus tetap menjunjung semangat mengeluarkan

petani dari pembodohan dan pemarjinalan.

Selayang Pandang Organisasi Petani “SPPQT”

Konteks sosial yang dialami oleh petani yang berada di kawasan ekologis

tertentu tidak terlepas dari belitan persoalan yang menghimpit petani terutama

terkait dengan kepentingan meningkatkan derajat kesejahteraan keluarga petani.

Disadari oleh petani bahwa kelompok petani yang bersifat lokal kurang mampu

Page 95: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

78

mengakomodir kepentingan yang bersifat global. Oleh karenanya, ada ide besar

untuk menyatukan perjuangan dalam wadah yang lebih luas. Dengan

pertimbangan tersebut, maka dibentuklah sebuah serikat petani yang merupakan

gabungan beberapa paguyuban petani di tingkat kawasan. Beberapa paguyuban

petani berinisiatif membentuk serikat petani yang kemudian dikenal dengan

Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah (SPPQT).

Pilihan atas nama mengindikasikan harapan yang ingin dicapai. Qoryah

Thayyibah diartikan sebagai desa yang indah, yang berarti organisasi yang

berbasis pada komunitas petani pedesaan. Organisasi ini merupakan sebuah

organisasi non-partisan, mandiri dan tidak berorientasi profit serta berada di

bawah kontrol anggotanya. Latar belakang pembentukan adalah keinginan yang

kuat untuk mengajak petani berjuang bersama-sama keluar dari kemiskinan.

Kemiskinan petani menunjukkan kelemahan atas posisi tawar ketika dihadapkan

dengan kondisi politik, ekonomi, dan struktur sosial. Perjalanan sejarah

menunjukkan petani selalu ditempatkan pada posisi yang marjinal. Suatu

kontradiksi mengingat petani merupakan pilar kehidupan yang seharusnya

mendapat perhatian dan memperoleh akses yang layak. Revolusi hijau sebagai

grand policy bidang pertanian, misalnya justru menimbulkan ketergantungan

petani terhadap sekto r non-pertanian. Disamping itu, petani juga dihadapkan pada

resiko lingkungan sebagai dampak dari kebijakan tersebut. Kondisi menjadi

tambah buruk ketika petani tidak mampu atau tidak memiliki kemampuan untuk

mengorganisir diri. Pada akhirnya, secara ekonomi petani lemah dan akan terus

termarjinalkan dibawah tekanan kapitalis dan negara. Dalam konteks ini penting

dibangun organisasi petani yang bisa menghasilkan kesejahteraan dan

peningkatan posisi tawar dalam tujuan mengakses dan turut melakukan kontrol

atas sumberdaya.

SPPQT merupakan sebuah organisasi petani yang beranggotakan paguyuban

yang menyebar pada kawasan-kawasan di Kendal, Magelang, Sragen, Salatiga,

Semarang, Boyolali, dan Temanggung. Konteks berdirinya kelompok tani di

masing-masing kawasan tidak lepas dari persoalan yang dihadapi oleh petani

setempat. Sebagian besar paguyuban dan kelompok berada pada daerah dataran

tinggi. Daerah dataran tinggi merupakan daerah dengan kondisi ekologi yang unik

Page 96: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

79

serta kondisi sosial ekonomi yang khas. Antara keduanya memiliki hubungan

yang erat dimana kondisi sosial ekonomi masyarakat dataran tinggi dibentuk oleh

kondisi ekologis. Keberadaan wilayah dataran tinggi seringkali identik dengan

jauhnya komunitas dari sumber informasi dan akses transportasi. Tidak

mengherankan apabila kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif lebih rendah

dibanding masyarakat yang berada di dataran rendah.

Permasalahan utama yang dihadapi petani bergerak diseputar isu-isu

pertanian dari mulai masalah pengadaan sarana produksi dan alat produksi,

masalah teknik budidaya, masalah penanganan pasca panen, masalah pengolahan

hasil dan pemasaran. Beberapa permasalahan tersebut sebagian atau seluruhnya

hampir dapat ditemui di tingkat petani. Diantara masalah-masalah tersebut,

masalah pemasaran merupakan masalah utama. Permasalahan pemasaran selalu

berujung pada masalah harga yang rendah di tingkat petani.

Ketiadaan lembaga pendukung kegiatan pertanian yang kurang menyentuh

lapisan petani, menjadi faktor penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut.

Lembaga tersebut dapat berada pada ranah formal maupun informal. Dalam

banyak kasus, kelompok tani difasilitasi oleh lembaga pendukung formal.

Kegiatan yang difasilitasi oleh lembaga formal seringkali hanya memanfaatkan

kelompok yang secara struktural berada di bawah pemerintah seperti kelompok

tani. Keberadaan kelompok tadi didukung oleh kehadiran lembaga-lembaga

seperti; Potugas Penyuluh Lapang (PPL), Dinas Pertanian, perusahaan-perusahaan

dan Pemerintah Daerah. Sangat disayangkan bahwa peran-peran lembaga tadi

dirasa kurang berarti dilihat dari sudut menciptakan inisiatif tingkat lokal karena

petani selama ini hanya menjadi penerima inovasi. Demikian pula ketika petani

dihadapkan pada jalur distribusi yang lebih sering dijegal oleh tengkulak ataupun

free rider baik dalam tingkat harga maupun konsumen.

Secara struktural petani diciptakan menjadi golongan yang tidak mampu

bangkit. Petani menjadi pihak yang lemah dan kurang diperhatikan. Kondisi

demikian diperparah oleh adanya kenyataan bahwa petani memiliki sifat yang cair

sehingga seringkali sulit disatukan dalam perjuangan meningkatkan kesejahteraan.

Masing-masing petani bekerja atas kepentingan sendiri dan sulit ditemukan

bentuk organisasi antar mereka. Kalaupun pernah dibentuk organisasi tani, lebih

Page 97: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

80

pada wujud representasi penguasa di tingkat lokal masyarakat desa. Organisasi

tani seperti KTNA, Poktan, dan KTH merupakan organisasi petani yang ada di

tingkat desa. Organisasi ini dalam persepsi petani dikenal dengan organisasi

bentukan pemerintah. Akan tetapi bukan organisasi seperti ini yang dikehendaki

oleh petani. Organisasi tani yang diharapkan petani adalah yang mampu

menampung aspirasi kepentingan petani, mampu melibatkan petani dalam setiap

pengambilan keputusan dan mampu memberi akses seluas-luasnya baik informasi

maupun teknologi. Jadi organisasi tani yang dibutuhkan adalah yang berasal dari

masyarakat petani sendiri dan dalam proses pembentukan melibatkan semua

anggotanya mulai dari awal hingga akhir.

Dengan demikian, tampak bahwa latar belakang pendirian SPPQT

diantaranya adalah: pertama, persoalan yang dihadapi petani yang semakin sempit

dalam mengakses dan mengontrol sumberdaya tanah dan kepemilikan tanah.

Tercatat rata-rata kepemilikan tanah sekitar 2000 m2 dengan kondisi rusak.

Kedua , kepemilikan sumber daya air menjadi milik pemodal (privatisasi) yang

sebelumnya milik publik. Ketiga, ketergantungan petani terhadap benih, pupuk,

bibit, dan obat-obatan sebagai akibat revolusi hijau. Program ini menimbulkan

pergeseran budaya petani. Keempat, lemahnya kelembagaan ekonomi petani.

Kelima, biaya pendidikan yang mahal bagi anak-anak petani. Keenam, sulitnya

akses kesehatan. Ketujuh, peraturan/kebijakan pemerintah yang tidak memihak

keluarga petani. Kedelapan, tekanan penguasa selama 32 tahun menciptakan

budaya petani, terutama menurunnya tingkat kepercayaan pada kemampuannya,

keengganan berkumpul dengan sesama petani, dan kecenderungan sikap

individual,.

Merujuk persoalan di atas, alat perjuangan SPPQT yang dikembangkan

adalah pengorganisasian, penguatan perempuan (karena kesetaraan jender akan

membangun kemandirian), pengembangan pertanian organik sebagai jawaban dari

sistem yang tidak menempatkan petani sebagai kontrol, pengembangan ekonomi

komunitas karena lembaga ekonomi yang sudah ada yaitu KUD tidak mampu

menjawab kebutuhan petani, advokasi kebijakan dan pendidikan politik, dan

media/data base sebagai dukungan gerakan petani.

Page 98: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

81

Terkait dengan keinginan membangun kelompok tani yang lebih berbasis

komunitas, fenomena umum yang terjadi adalah keberadaan lembaga pendukung

yang dianggap penting dan menyentuh lapisan petani adalah organisasi petani.

Keberadaan organisasi tani mutlak dalam peningkatan kesejahteraan kaum tani.

Peranan organisasi tidak saja sebagai alat melawan kekuatan struktural akan tetapi

sebagai media pemberdayaan petani dan proses pembelajaran serta media

penghubung dengan lembaga di luar petani. Latar belakang inilah yang

menyebabkan petani membentuk organisasi yang kemudian dinamakan

paguyuban. Penggunaan istilah paguyuban berasal dar i bahasa Jawa, yaitu

ngguyub yang berarti bersatu. Latar belakang istilah paguyuban didasarkan pada

tradisi masyarakat Jawa yang selalu ingin berkumpul dan bersatu dalam beragam

perbedaan. Dari sisi bahasa, petani tidak merasa sulit memahami makna

paguyuban karena dalam sistem sosial mereka istilah itu sudah lazim

dipergunakan. Sedangkan nama untuk paguyuban, tergantung dari kesepakatan

anggotanya masing-masing dan dipengaruhi pula oleh latar belakang sejarah

wilayah dimana mereka tinggal. Secara umum pemil ihan nama berdasarkan nama

daerah atau tempat di mana mereka tinggal, seperti nama gunung atau nama

tempat keramat.

Kajian Embrio Organisasi

Latar belakang pengorganisasian telah jauh dilakukan sejak tahun 1980-an

melalui organisasi YDM (Yayasan Desaku Maju) yang diinisiasi oleh seorang

tokoh agama (MR-kyai) yang cerdas dalam menangkap fenomena sosial yang

terjadi pada komunitas. Kelompok yang dibangun pada saat itu menjadi sebuah

gerakan dan memfokuskan pada kegiatan semacam KUB (Kelompok Usaha

Bersama). Pola yang dikembangkan YDM pada masa itu adalah dengan

menggunakan pendekatan developmentalis, melalui peningkatan ekonomi

anggota.

Embrio SPPQT dimulai dengan adanya kelompok tani yang memiliki

kegiatan dibidang Koperasi Candak Kulak (KCK) pada tahun 1993. Kelompok

tani ini memfokuskan kegiatan simpan pinjam. Dalam perkembangan selanjutnya,

muncul sebuah kelembagaan keagamaan yaitu Nadwah Dirosah Islam

Kemasyarakatan (NADIKA). Nadika adalah sebuah forum, tempat refleksi

Page 99: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

82

bersama antara tokoh pesantren dan tokoh NU di Kabupaten Semarang. Forum ini

melibatkan senior NU yang mulai merespon transformasi. Kegiatan pertama yang

dilakukan adalah dekonstruksi pemikiran keislaman yang dikaitkan dengan

perubahan sosial. Kegiatan ini melibatkan golongan NU senior yang oleh

golongan NU muda dianggap masih konservatif dan hanya fokus pada politik

praktis. NU senior belum memahami konteks sosial sebagai penyebab perubahan

sosial. Berangkat dari pertemuan Nadika, beberapa tokoh senior NU mulai

merespon dengan baik pemikiran kaum muda NU.

Pada tahun 1997-1998, beberapa simpul jaringan berkumpul di rumah

MR, dan mencoba membangun perkumpulan yang kemudian menjadi kelompok

studi keagamaan, filsafat, sosial-ekonomi, dan budaya. Perkumpulan tersebut lahir

karena sistem ekonomi di komunitas tidak berkembang sehingga petani

mengalami kemandekkan perekonomian. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh

adanya intervensi teknologi sehingga persoalan petani bermuara pada kejenuhan

perekonomian sebagai akibat langsung dari kejenuhan sumberdaya akibat revolusi

hijau. Ketergantungan terhadap input pertanian dari luar jelas-jelas merugikan

petani. Diskusi kemudian sampai pada kemungkinan menggulirkan ide kembali ke

alam (back to nature ) melalui pola pertanian organik yang harapannya kedepan

adalah mengembalikan pemberdayaan umat. Jaringan KUB pada saat itu

memfokuskan pada persoalan-persoalan pertanian, misalnya tata niaga, serta

kebijakan politik yang tidak pernah dapat diakses oleh masyarakat.

Perkembangan bergeser pada bentuk organisasi paguyuban. Pada tahun

1998 muncul dukungan dari PT. Remdec yang bergerak di jasa konsultasi. Pada

tahun 1999 Kelompok Tani (Poktan) Berkah Alam melakukan Strategic Planning

Program (SP program) untuk seluruh paguyuban yang telah ada sebelumnya.

Akhirnya SP program yang sesungguhnya diperuntukkan bagi Poktan Berkah

Alam diperuntukkan bagi SP program seluruh paguyuban dan menghasilkan

program serikat. Sebelum organisasi lain menerapkan organik, Berkah Alam telah

terlebih dahulu memusatkan pada kegiatan organik tanpa ada dukungan dana dari

lembaga donor. SP program terselenggara atas dana dari Hivos dan difasilitasi

oleh PT. Remdec serta melibatkan 13 paguyuban yang pada saat itu telah berdiri.

Page 100: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

83

Alur sejarah perkembangan embrio SPPQT ditampilkan pada Gambar 3. di bawah

ini:

Dengan demikian gerakan utama yang dikembangkan adalah membangun

kemandirian dan kebersamaan di tingkat internal organisasi. Kemandirian dan

kebersamaan dilakukan dan dibangun atas kepentingan kultural. Kultural dalam

hal ini dimaknai sebagai pengaruh dari sistem yang ada dan telah terinternalisasi

ideologi kapitalisme. Gelombang besar kapitalisme memerlukan respon kultural

agar tidak terseret lebih jauh. Meski demikian, melawan globalisme dan

kapitalisme adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tindakan yang paling mungkin

dilakukan adalah menghindari agar tidak terjebak dalam arus globalisme dan

kapitalisme.

Pola Pengorganisasian yang Dikembangkan

Sebagai organisasi rakyat, kerja-kerja pengorganisasian masyarakat petani

merupakan program utama organisasi. Ranah kerja dari divisi ini meliputi dua

pekerjaan yaitu; pertama, program pengorganisasian komunitas petani, dan kedua,

program penguatan petani perempuan. Aspek pengorganisasian komunitas petani

difokuskan pada upaya mendorong kaum petani, termasuk keluarga buruh migran

utamanya yang berbasis di pedesaan untuk membangun dan memperkuat

organisasi petani sebagai wadah perjuangan kepentingan-kepentingan petani.

Sedangkan aspek penguatan petani perempuan ditempatkan secara tersendiri

1980-an 1993-an 1998-an 1999-an

KUB-YDM - Pendekatan

ekonomi - Gaya CD

oleh Bina Desa

- Keterlibatan ulama

Kelompok Candak Kulak

(KCK) - Bina Desa

mundur karena program selesai

- Muncul Paguyuban Berkah Alam

NADIKA - Forum kajian - Simpul jaringan

KUB berkumpul - Pertemuan

terakhir membahas kemungkinan pendirian SPPQT

SPPQT - Menerapkan

strategi CD - Kerjasama

dengan pemerintah sebagai langkah taktis

Gambar 3. Alur Perkembangan Embrio SPPQT

Page 101: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

84

dalam struktur program dimaksudkan sebagai bentuk keprihatinan terhadap

persoalan-persoalan yang dihadapi perempuan (Laporan Progress Report SPPQT,

2004).

Tujuan strategis yang hendak dicapai dari pola pengorganisasian di atas

adalah meningkatkan soliditas organ isasi paguyuban petani untuk mendukung

gerakan pemberdayaan petani. Dalam agenda pengembangan petani, langkah

pengorganisasian merupakan tahap awal sebelum dikembangkan agenda-agenda

yang menyangkut kegiatan perekonomian komunitas. Organisasi pada dasarnya

merupakan wadah akumulasi energi kolektif dalam mencapai kesepakatan atas

solusi yang akan diambil untuk merespon persoalan di tingkat petani.

Penelusuran perjalanan panjang aksi petani menuju embrio organisasi

massa mendapatkan ruang yang cukup berarti di kalangan aktivis lokal.

Pendekatan organisasi massa yang memberi tekanan besar pada isu konflik agraria

memperlihatkan bentuk pengorganisasian yang relatif cair dan tidak stabil. Sifat

tersebut terkait dengan karakter petani yang tidak memiliki basis kepemilikan

lahan sehingga cenderung tidak memiliki resiko ketika melakukan pendekatan

advokasi yang cenderung radikal. Dengan demikian, organisasi yang dibangun

pun menunjukkan sifat “kiri” dan dibangun atas dasar logika perjuangan secara

“fisik”. Karakter demikian dimanifestasikan dalam bentuk strategi perjuangan

yang cenderung “memilih” bentuk aksi massa, demonstrasi fisik, dan

menggunakan pola-pola yang dianggap radikal oleh pemerintah. Dari sisi politis

strategis, persepsi negatif yang sudah terskemakan pada pandangan pemerintah

menjadi sandungan untuk melangkah ke tahap perjuangan lebih lanjut.

Dalam kerangka organisasi petani yang berhaluan pola-pola pendekatan

radikal, keterlibatan petani terbatas pada contact person sebagai sumber

informasi; contact person adalah orang yang memobilisir petani-petani untuk

aksi-aksi delegasi; dan petani sebagai peserta dari aksi-aksi delegasi. Dengan

demikian kegiatan advokasi petani lebih banyak dikendalikan oleh unsur di luar

petani. Jika ini tidak segera ditindaklanjuti muncul kekhawatiran bahwa aksi akan

tercapai tanpa diiringi perubahan yang mendasar, Fauzi (1998). Dengan demikian,

pada tingkat lokal yang terjadi hanya tingginya intensitas hubungan antara petani

dengan orang luar desa. Petani dalam komunitasnya sendiri justru tidak

Page 102: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

85

mengorganisir diri membangun kekuatan nyata yang terorganisir dan menandingi

kekuatan politik lokal.

Karakter demikian tentunya berbeda ketika petani yang menjadi subyek

pengorganisasian tidak lagi memperjuangkan tanah sebagai isu utama perjuangan.

Petani yang mempunyai masalah seputar produksi dan hubungan dengan kekuatan

supra desa memerlukan strategi tersendiri ketika akan dibawa pada bentuk

pengorganisasian. Petani yang memiliki status kepemilikan lahan cenderung lebih

berorientasi pada ekonomi produksi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan.

Meski tampak lebih “mudah” dibanding organisasi konflik, dalam kenyataannya

upaya pengorganisasian dan hal-hal lain yang terlibat didalamnya juga tidak

mudah. Petani yang selalu terbelenggu oleh permasalahan struktural mau tidak

mau harus dihadapkan pada stakeholder yang telah menyebabkan keterpurukan

tersebut.

Target kemandirian dan konsolidasi harus menjadi output utama karena

sejauh ini bentuk organisasi petani yang ditawarkan sangat bias kepentingan elit

birokrasi. Pengorganisasian berbasis rakyat kental dengan ciri sporadis, lokal dan

kecil-kecil. Pendekatan yang sering dilakukan adalah pendekatan administratif

dengan pertimbangan memudahkan proses konsolidasi. Pertimbangan ini

kemudian berimplikasi pada jalur tanggung jawab yang mengarah pada lembaga

birokrasi supra desa. Berbeda dengan pengorganisasian yang dilakukan oleh

SPPQT dimana organisasi dibentuk dengan dua sistem yaitu pendekatan

administrasi dan pendekatan kawasan. Sistem pertama dibentuk sebagai respon

peraturan daerah. Sedangkan pendekatan gugus kawasan dilakukan sebagai respon

atas persoalan yang terkait dengan persoalan ekologi. Pertimbangannya terkait

dengan fokus kepentingan yang dirasakan oleh anggota dan kelompok.

Pendekatan kawasan menjadi penting dalam menumbuhkan kesadaran ekologis

petani. Organisasi yang dibentuk berdasarkan kepentingan ekologis akan

membawa arah perjuangan pada kesadaran pengelolaan sumberdaya alam yang

relatif lebih baik dan mendahulukan prinsip-prinsip konservasi dalam setiap

tindakan manajemen organisasi.

Serikat membangun paguyuban dalam bentuk pendekatan kawasan dengan

tujuan mempersiapkan petani dalam menghadapi isu desentralisasi. Kesiapan ini

Page 103: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

86

merupakan potensi dalam kaitannya dengan otonomi daerah sekaligus penanganan

potensi sumber daya alam. Pemahaman potensi SDA dapat menjadi basis

penguatan komunitas. Pendekatan kawasan dianggap tepat karena kegiatan yang

diarahkan pada ekonomi dan produksi memerlukan keseragaman dalam hal pola

produksi. Keseragaman karakter ekologis memudahkan penataan program

masing-masing paguyuban disamping menimbulkan kedekatan emosional antar

petani. Disamping itu, isu yang diangkat juga lebih mengarah pada persoalan

nyata yang dialami. Tiga belas kawasan yang ada beserta paguyuban anggotanya

seperti tercantum pada Tabel 5. di bawah ini:

Tabel 5. Sebaran Anggota SPPQT Berdasarkan Kawasan

No. Kawasan Paguyuban

1 Merapi Merapi, Setyo Tunggal 2 Merbabu I Merbabu 3 Merbabu II Candi Laras Merbabu, Jabal Syarif, Tajuk, Samirono 4 Sumbing Sumbing Inti, Hayatan Thayyibah 5 Gunung Payung Gunung Payung 6 Ungaran Hulu Gedongsongo 7 Ungaran Hilir Bekti Pertiwi 8 Jogosatru Al-Barokah 9 Senjoyo Joko Tingkir, Berkah Alam, Karyo Raharjo, al

Falah, Merdeka, Wijaya Kusuma, Gotong Royong, An Nur, Pasar Pagi, Bestari

10 Penyangga KO RR, Subur, TUM, Otek Makmur 11 KO PSM, Sendang Rejeki, KOB, SSR 12 Rawapening Rapensa, Sodong, Makmur, Baruklinting 13 Pantai Sekucing Wahyu Samudro

Sumber: SPPQT, 2005

Meski secara keseluruhan organisasi yang ada muncul atas kesadaran

anggota, namun dalam skala kecil masih dapat dilihat bahwa pada dasarnya

muncul motivasi yang berbeda terkait dengan pembentukan organisasi tani tingkat

lokal. Salah satu strategi pengorganisasian yang dipergunakan oleh serikat petani

adalah dengan menawarkan program/proyek kepada petani sebagai momentum

awal pendirian organisasi. Biasanya penawaran dilakukan dalam bentuk bantuan

dana PKM yang menjadi agenda kegiatan pertama bagi organisasi yang baru

tumbuh tersebut. Tampak bahwa inisiasi ekonomi dan model pendekatan CD tetap

menjadi pilihan meskipun jika dipandang dari sisi inisiatif lokal, organisasi ini

telah sedikit maju dibandingkan model CD.

Page 104: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

87

Disamping itu, sebagai organisasi yang menggunakan pendekatan CD

sebagai strategi perjuangan, organisasi anggota SPPQT juga dibentuk dengan

memanfaatkan kelompok bentukan pemerintah yang sudah ada (misalnya

kelompok religi atau ekonomi). Pengorganisasian yang dilakukan mengadopsi

model organisasi formal yang memiliki struktur organisasi vertikal-horizontal.

Organisasi petani memiliki divisi-divisi yang meskipun seringkali kurang sesuai

dengan konteks permasalahan yang dihadapi petani tetap digunakan sebagai cetak

biru dari SPPQT.

Meskipun organisasi yang berciri CD ini baru muncul setelah situasi

politik memberikan ruang gerak yang bebas, namun ide pengorganisasian

tampaknya telah muncul terlebih dahulu di tingkat lokal. Organisasi berciri CD

dengan cakupan wilayah yang relatif luas baru mendapat pengakuan pada masa

reformasi terkait dengan persepsi pemerintah terhadap keberadaan organisasi

petani. Kemunculan organisasi petani dalam konteks sosial yang “mapan” oleh

pemerintah dianggap keluar dari jalur yang “seharusnya” sehingga harus dibatasi

pertumbuhannya. Makna yang ditangkap dari realitas tersebut adalah

kekhawatiran pemerintah terhadap bentuk perlawanan petani.

Harapan yang ingin dibangun adalah organisasi yang bersifat well

organized agar dapat mengurai persoalan laten misalnya biaya pendidikan mahal,

harga komoditas pertanian murah, dan input pertanian yang mahal. Respon atas

persoalan laten ini penting karena apabila persoalan ini tidak disikapi dengan

segera, maka persoalan akan meruncing menjadi manifes dengan resiko

kebutuhan energi perjuangan lebih besar. Dengan kata lain, organisasi massa

rakyat harus dimaknai sebagai respon atas ketidakadilan yang terjadi pada rakyat.

Tumbuhnya organisasi petani tidak lepas dari dukungan pihak luar sejak

dari masa pembentukan hingga perjalanan organisasi itu sendiri. Kenyataan

lapang menunjukkan bahwa banyak organisasi petani tumbuh didukung oleh

berbagai bantuan yang sengaja dipersiapkan untuk membentuk embrio sebuah

organisasi. Dalam hal ini dukungan aktor dalam pembentukan bisa menjadi

petunjuk tipe organisasi yang dibangun. Banyak kasus menunjukkan bahwa aktor

yang pertama kali bersentuhan dengan organisasi petani, dalam perkembangannya

akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan organisasi petani yang

Page 105: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

88

bersangkutan. Apabila diklasifikasi, bentuk dukungan dapat dibedakan: 1)

dukungan dalam pembentukan, 2) dukungan dalam fasilitas, 3) dukungan dalam

pembinaan, dan 4) dukungan dalam membangun jaringan.

Dukungan dalam pembentukan diartikan sebagai bentuk keterlibatan aktor

lain yang turut membidani kelahiran organisasi. Keterlibatan pendamping dalam

hal ini cukup kuat karena sejak semula keberadaan pendamping menjadi semacam

ujung tombak pembentukan sekaligus agen perubahan dalam komunitas.

Apabila pembentukan kelompok dikaitkan dengan jenis inisiasi yang

digunakan, tampak pada beberapa paguyuban dan kelompok pembentukan

didasari oleh program pembangunan yang dibawa serikat. Persepsi anggota

organisasi terhadap model pendekatan ini berbeda. Pandangan positif lebih

menilai bahwa pendekatan ini sah dan dalam beberapa hal masih diperlukan untuk

pengembangan organisasi tani. Pandangan negatif menilai bahwa ketika

organisasi terbentuk karena ada program dari atas, maka keberlanjutan organisasi

tersebut dipertanyakan. Tingkat ketergantungan organisasi tipe ini terhadap

program sangat tinggi. Perdebatan kemudian bergulir pada fakta yang diperoleh

bahwa keberlanjutan organisasi tidak dapat didasarkan hanya pada satu indikator

saja.

Keterkaitan Antar Aras Organisasi

Memahami organisasi petani membawa kita pada upaya pemahaman akan

kohesi sosial, komunikasi, dan struktur organisasi dalam bentuk organisasi petani

dan arti pentingnya bagi keberlangsungan sebuah organisasi tingkat sekunder.

Meskipun secara sekilas akan tampak perbedaan antara satu organisasi dengan

lainnya, namun hal tersebut tidak bisa menjadi pembeda yang kaku. Sulit untuk

mendasarkan pada perbandingan dengan cara demikian. Hampir semua organisasi

dapat diklasifikasikan kedalam salah satu dari tiga kategori yaitu: organisasi

kerjasama, organisasi yang berbentuk proyek pembangunan atau atas instruksi

agen pemerintah, dan NGO (Uphoff, 1986). Organisasi yang berbasis produksi

merepresentasikan perdagangan dan ketertarikan dalam aspek produksi dan telah

sedikit lebih modern dibandingkan organisasi tradisional lain. Organisasi seperti

ini berbasis pada upaya memprioritaskan agen penyebaran pertanian atau

pembangunan.

Page 106: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

89

Kasus di lapang menunjukkan bahwa beberapa paguyuban memiliki

‘ketergantungan’ yang tinggi terhadap keberadaan organisasi di bawahnya. Hal ini

dapat dikatakan wajar terutama dalam hal penyediaan dana kegiatan organisasi.

Basis massa berada di bawah kelompok tani, sehingga yang lebih berhak

melakukan penggalangan dana adalah kelompok tani. Dukungan dana untuk

kegiatan organisasi terutama di tingkat paguyuban lebih sering mengandalkan

kekuatan kelompok tani. Dalam beberapa hal, ini bisa dianggap sebagai “balas

jasa” kelompok tani terhadap paguyuban. Balas jasa ini berlaku terutama jika

paguyuban memainkan peran membangun jejaring dengan pihak lain yang

menguntungkan bagi perkembangan kelompok tani.

Namun demikian, gejala ketergantungan paguyuban terhadap kelompok

tidak dapat digeneralisir. Akan tampak berbeda pada paguyuban yang sudah

memiliki stabilitas dalam berorganisasi dan memiliki jaringan yang luas untuk

mendukung program kelompok. Dalam kondisi ini kelompok akan sangat

berkepentingan terhadap paguyuban atas dukungan yang diberikan. Hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing aras mempunyai ranah tugas dan tanggung

jawab tertentu. Analisis di atas diperkuat oleh Carroll dalam Britt, 2003 yang

menyatakan perbedaan ciri pada tiap aras organisasi. Tabel 6. di bawah ini

menunjukkan perbedaan orientasi organisasi pada aras yang berbeda.

Tabel 6. Perbedaan Ciri Tiap Aras Organisasi

Perbedaan Aras

Organisasi Cakupan Aras Kompleksitas Fungsi

Kelompok petani lokal-komunitas

village simple praksis

Paguyuban kawasan ekologis yang sama

kecamatan atau kabupaten

relatif belum jelas

kebijakan

SPPQT aktivis serikat- propinsi

multi-dimensional

advokasi/ politik/ ideologi

Dalam struktur pengorganisasian yang memiliki tiga aras (serikat-

paguyuban-kelompok tani), paguyuban berperan penting bagi kelompok terutama

dalam fungsinya sebagai penghubung antara kelompok dengan serikat, membuat

administrasi yang tertib, dan juga membuat jaringan. Pada aras lokal sebagian

Page 107: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

90

besar organisasi yang eksis adalah kelompok tani karena mereka lebih

memfokuskan pada kegiatan nyata. Kelompok tani lebih akrab dengan kerangka

kebijakan dan aktivitas pemerintah tingkat lokal. Sebagai konsekuensinya,

program pemerintah seringkali hanya bersinggungan dengan kelompok,

sedangkan paguyuban lebih banyak melakukan kegiatan dalam jalur koordinasi

SPPQT.

Peran paguyuban dalam struktur organisasi sebagai sarana atau wadah

untuk pembelajaran bersama. Jalur komunikasi dilakukan langsung dalam forum

yang di dalamnya terdapat mekanisme pertemuan rutin sebagai ajang berbagi

informasi. Proses pertukaran informasi dilakukan dengan cara musyawarah untuk

mufakat dan melibatkan kepengurusan kelompok dalam bentuk pertemuan.

Hampir sebagian besar paguyuban melakukan pertemuan selapanan sekali (35 hari

sekali), merujuk pada kultur yang biasa dibangun. Dalam pertemuan tersebut,

disamping membicarakan persoalan yang menyangkut kelompok/paguyuban, juga

sebagai media untuk mengumpulkan iuran ru tin.

Mekanisme formal penyaluran kepentingan/aspirasi anggota paguyuban

melalui rapat dewan pleno yang diadakan setiap 3 bulan sekali dan dihadiri oleh

perwakilan ketua kelompok masing-masing. Rapat dewan pleno dilakukan untuk

mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sebelumnya untuk pelaksanaan

program selanjutnya.

Perkembangan lebih lanjut memperlihatkan keinginan untuk menerapkan

desentralisasi paguyuban. Paguyuban diharapkan mempunyai peran lebih

dibanding serikat mengingat yang paling dekat dengan kelompok adalah serikat.

Tim penilai desentralisasi melakukan evaluasi terhadap seluruh paguyuban dan

menghasilkan kategorisasi paguyuban yang dianggap telah terdesentralisasi

maupun yang belum. Beberapa kriteria hasil penilaian tentang tingkatan otonomi

di paguyuban sebagai berikut; terdesentralisasi penuh, sedang dalam proses

desentralisasi, paguyuban yang selama ini tidak terdesentralisasi, dan masih

berupa calon paguyuban. Parameter desentralisasi dengan menggunakan alat ukur

diantaranya adalah; pertama, parameter obyektif yaitu persoalan di luar anggota.

Dalam hal ini penting dipertimbangkan aspek kondisi alam, kemiskinan, gerakan

perempuan, kondisi politik, dan struktur pemerintah. Kedua , parameter internal

Page 108: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

91

yang menyangkut manajemen (administrasi, pengambilan keputusan, kontrol,

perencanaan, dan pelaksanaan). Makin tinggi parameter obyektif (misalnya

kondisi luar buruk) maka organisasi harus diprioritaskan.

Kegiatan Organisasi

Kesadaran terhadap kebutuhan organisasi berangkat dari keinginan

mencapai kebutuhan di tingkat petani. Organisasi yang dibangun atas dasar basic

needs dan basic interest memiliki kecenderungan untuk mempertahankan

keberadaan dirinya sebagai manusia. Hollnsteiner (1979) dengan gamblang

menggambarkan bahwa “basic needs strategy requires ‘motivational, institutional

and organizing change as much as narrowly defined economic reform’ broad

based participation of people at the local level as a key factor in generating and

articulating the demand for basic needs and for the efficient management of

supportive services”.

Kebutuhan yang paling jelas dirasakan oleh petani terkait dengan

persoalan hidup adalah pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama.

Komunitas sekitar dataran tinggi mengalami persoalan yang khas menyangkut

kondisi geografis. Komoditas yang ditanam biasanya terbatas pada jenis tertentu

yang sesuai dengan iklim. Ketersediaan air yang terbatas menyebabkan tanaman

hanya menghasilkan produksi yang sedikit. Kasus terbentuknya organisasi petani

pada wilayah ini diilhami oleh kuatnya tekanan struktural yang muncul dan

menghantam kehidupan petani. Apabila dikelompokkan motivasi terbentuknya

organisasi petani atas dasar basic needs dan basic interest, maka kebutuhan

mendasar yang dialami oleh petani adalah terkait dengan masalah produksi. Paling

tidak kebutuhan inilah yang pertama kali memunculkan motivasi membangun

organisasi.

Atas dasar alasan tersebut, maka tidak heran bahwa pilihan tipe organisasi

mengedepankan prinsip pemenuhan kebutuhan yang paling dirasakan. Oleh

karenanya, organisasi dengan pendekatan CD menjadi pilihan karena

menyandarkan upaya pencapaian kesejahteraan anggota, penerapan program pada

anggota, dan mengembangkan prinsip pemberdayaan dan kemandirian tingkat

lokal.

Page 109: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

92

Pilihan Kegiatan Sebagai Upaya Mencapai Tujuan

Relasi kekuasaan yang terbentuk mau tidak mau menempatkan petani pada

kondisi yang diharuskan mengikuti pola-pola yang telah dikokohkan. Dalam

praktek pertanian, petani mengalami ketergantungan terhadap pertanian

konvensional tanpa bisa keluar dari status quo pemodal. Sarana produksi pertanian

yang disediakan pemerintah makin menjauhkan petani dari kemampuan

menangkap potensi lokal. Artinya, pemerintah justru menambah deretan pekerjaan

rumah bagi perbaikan nasib petani. Dari sudut pandang sosiologis, relasi yang

menciptakan implikasi demikian membawa pengaruh pada posisi superordinat-

subordinat. Ketika hal ini terjadi akan menciptakan sisi ketergantungan petani

terhadap golongan superordinat.

Selain pembentukan organisasi petani dipandang sebagai strategi

penyelamatan dari tekanan struktural, dalam wilayah internal petani, organisasi

merupakan wadah ikatan sosial. Ikatan sosial menjadi penting sebagai sarana

berbagi permasalahan. Petani mengemukakan bahwa motivasi pembentukan

kelompok adalah memupuk rasa persaudaraan diantara mereka. Motivasi ini

terutama ditemukan pada kelompok petani perempuan. Atas dasar motivasi itu

kelompok petani perempuan mengembangkan kegiatan ekonomi sekaligus

berorientasi pada menjalin hubungan kebersamaan diantara anggota. Kegiatan

yang dilakukan biasanya meliputi arisan, tabungan kelompok atau simpan pinjam.

Permasalahan sosial-ekonomi yang dihadapi petani tidak lepas dari

konteks politik yang ada. Permasalahan yang diwarnai oleh kekuasaan politik

supra lokal “memaksa” petani untuk menciptakan kondisi yang bisa meningkatkan

posisi tawar. Dalam situasi demikian, petani tidak hanya berkiprah dalam bidang

produksi melainkan dalam bidang politik. Dalam beberapa kasus, petani sebagai

anggota organisasi produksi memainkan perannya di ruang publik yang lebih luas.

Dinamika politik lokal menjadi media bagi petani untuk memantapkan posisinya

menjadi bagian dari unsur-unsur pengambilan keputusan.

Kegiatan berciri ekonomi produksi

Respon atas persoalan produksi yang sudah sejak lama dialami petani di

wilayah organisasi SPPQT diwujudkan dalam bentuk mengelola sumber-sumber

produksi dengan menggunakan kekuatan sendiri. Bentuk aktivitas yang dapat

Page 110: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

93

dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi produksi adalah simpan pinjam, gardu

tani, pemasaran produk dan pertanian organik. Untuk itulah, satu divisi yang

selalu ada di setiap paguyuban adalah divisi IOF (Integrated Organic Farming ).

Divisi ini menjadi media petani untuk dapat melakukan kegiatan produksi tanpa

dipengaruhi mekanisme politik. Permasalah an yang cukup menguat di kalangan

petani anggota SPPQT adalah masalah akses terhadap input-input pertanian yang

mahal. Tingginya tingkat harga input pertanian yang sampai ke petani dominan

dipengaruhi konteks geografis dan struktural. Kondisi geografis anggota SPPQT

yang sulit dijangkau makin mempersulit distribusi. Disamping itu, input pertanian

menjadi komoditas politik sehingga tingkat harga sulit dijangkau oleh mekanisme

pasar.

Melalui divisi IOF, peningkatan pemahaman pentingnya memanfaatkan

sumber yang ada di sekitar komunitas menjadi fokus tersendiri, disamping juga

keterampilan yang menyertai penyadaran tersebut. Kegiatan ini kemudian

difokuskan pada pertanian organik melalui praktek pertanian organik di tingkat

komunitas. Petani memanfaatkan modal yang ada di alam untuk mendukung pola

pertanian tersebut. Beberapa keluhan yang muncul sebagai dampak dari

diterapkannya pertanian sistem ini adalah makin berkurangnya produktivitas lahan

per satuan luas. Penyadaran tentang hal ini terus menerus diberikan oleh kader

organisasi bahwa pengurangan produksi pada kurun waktu 2-3 tahun pertama

sebagai akibat tanah yang terlalu jenuh pupuk kimia. Kader kemudian

memberikan contoh kepada petani tentang keberhasilan padi sistem organik yang

di tahun ketiga menghasilkan produksi jauh diatas padi dengan sistem pertanian

konvensional.

Kegiatan lain menyangkut aspek ekonomi produksi adalah kegiatan

pemasaran yang ditangani langsung oleh petani dengan dukungan SPPQT dalam

hal jaringan. Beberapa kelompok telah dapat memas arkan sendiri hasil pertanian

bahkan telah masuk ke supermarket secara rutin. Sebagai bagian dari upaya

menunjukkan eksistensi organisasi petani, model pemasaran demikian menjadi

alat ampuh untuk mensosialisasikan kemandirian petani. Dengan demikian

pengakuan atas eksistensi organisasi tidak saja diperoleh dari internal organisasi

melainkan juga dari pihak eksternal.

Page 111: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

94

Ketika petani telah sampai pada kesadaran bahwa mereka bisa

membangun pola-pola yang tidak tergantung kepada pihak luar, sejak saat itu pula

mereka secara tidak langsung berikrar pada terputusnya relasi dengan kekuasaan

struktural di luar komunitasnya. Kemampuan berbudidaya dengan menggunakan

input yang ada di sekitar alam serta memasarkan sendiri hasilnya tanpa melalui

tangan tengkulak berhasil memberikan contoh/gambaran peran petani dalam ajang

pertarungan ekonomi.

Ketergantungan yang tinggi terhadap input-input pertanian mulai

dikurangi oleh petani melalui kegiatan pertanian organik. Pertanian organik yang

berciri model pertanian murah input mendapat tempat pada komunitas petani.

Namun dalam jangka pendek petani memerlukan “subsidi” terkait dengan

menurunnya produktivitas lahan. SPPQT sebagai fasilitator, dalam hal ini harus

memperhatikan kebutuhan jangka pendek petani. Pertanian organik ditahun-tahun

awal memerlukan pengorbanan sehingga diperlukan strategi untuk tetap

mempertahankan berlangsungnya kegiatan pertanian organik. Kekhawatiran yang

muncul adalah; implikasi dari diberlakukannya pertanian organik yang berpeluang

menciptakan kesenjangan antara petani dengan serikat-nya. Hal ini berbahaya

karena pertanian organik di tingkat basis tidak dipahami secara filosofis dari sisi

manfaat dan keuntungan melainkan karena didasari motivasi mengikuti program.

Bagi sebagian petani, capaian yang diharapkan dari pertanian organik

belum memberi nilai tambah dalam ekonomi petani, karena terlalu besar biaya

dan resiko yang harus diterima petani. Seperti pernyataan mereka bahwa bertani

organik membutuhkan waktu minimal tiga tahun untuk berhasil karena harus

mengembalikan kesuburan tanah akibat timbunan bahan kimia. Disisi lain petani

dalam jangka pendek memerlukan hasil untuk menghidupi keluarga. Belum lagi

tingkat penguasaan lahan yang rendah turut mempengaruhi pendapat ini. Alasan

keengganan menerapkan pertanian organik adalah petani membutuhkan agen

perubahan yang berasal dari golongan mereka sendiri. Dalam hal ini bimbingan

dan penyuluhan masih menjadi kebutuhan yang penting bagi petani.

Kegiatan ekonomi lain ditemukan pada kegiatan simpan pinjam dan gard u

tani. Pada beberapa kelompok, kegiatan simpan pinjam menjadi sebuah media

kerukunan antar anggota. Gardu tani analog dengan kegiatan koperasi dimana

Page 112: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

95

konsep gardu tani mengadopsi konsep koperasi. Pilihan kata gardu tani

dimaksudkan untuk menghilangkan image sebuah institusi yang dibangun oleh

pemerintah. Kelembagaan yang dibangun oleh pemerintah menimbulkan trauma

tersendiri bagi petani. Itulah sebabnya konsep koperasi diterapkan dengan

menggunakan terminologi yang berbeda.

Pendekatan ekonomi dilakukan untuk mengembangkan permodalan dalam

usaha organisasi petani baik di aras paguyuban maupun kelompok tani. Cara ini

secara umum dapat dilakukan melalui dua mekanisme yaitu pengembangan modal

internal dan pengembangan modal eksternal. Pengembangan modal internal

dilakukan dalam bentuk usaha simpan pinjam, arisan (bagi beberapa kelompok

tertentu), gardu tani, iuran pokok dan wajib, usaha kolektif dan pemasaran produk.

Sedangkan pengembangan modal eksternal menekankan pada pemberi dana baik

dari serikat, maupun lembaga lain seperti dinas pemerintah dan lembaga swasta,

maupun partai politik. Pengembangan modal internal, secara umum lebih banyak

menggunakan mekanisme usaha simpan pinjam dan iuran. Selain itu terdapat juga

pengembangan modal melalui kegiatan usaha kolektif dalam bentuk gotong

royong. Usaha kolektif adalah kegiatan yang melibatkan keseluruhan anggota

organisasi guna menambah pendanaan organisasi. Usaha kolektif yang dilakukan

seperti, mencangkul bersama, memanen bersama, buruh angkut, beternak

kambing dan sapi, menanam tanaman jahe dalam lahan kolektif, dan usaha

penyewaan tenda, pompa air serta penyewaan mesin pipil jagung. Hasil yang

didapat, dari pengembangan modal digunakan sebagai kas organisasi, dan

sebagian diperuntukkan bagi anggota yang terlib at dalam usaha kolektif (kasus

usaha ternak kambing dan sapi). Ada hal yang cukup menarik dalam penggunaan

kas organisasi. Terdapat organisasi di tingkat kelompok yang menggunakan kas

untuk pembangunan fisik dusun dan desa di lingkungan mereka seperti pembuatan

jalan aspal dan pemasangan lampu penerangan jalan. Hal ini dilakukan karena

kelengkapan sarana dan prasarana dirasa kurang.

Kegiatan berciri pendidikan

Pendekatan pendidikan dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas

SDM pengurus maupun anggota dalam bentuk pelatihan manajerial dan pelatihan

pembukuan. Model pendekatan ini lebih mengarah pada perbaikan lembaga

Page 113: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

96

(institusi), sedangkan pendekatan pendidikan yang mengarah pada perbaikan

kualitas SDM per individu dilakukan melalui kegiatan pelatihan per tanian

organik, pelatihan pemetaan partisipatif, dan pelatihan jender.

Strategi lain yang dilakukan adalah pelatihan jender. Pelatihan jender

dilakukan untuk memberi penyadaran kepada baik perempuan dan laki-laki dan

pola relasi d iantara keduanya. Kegiatan ini berhasil dalam peningkatan

pengetahuan anggotanya namun tidak berhasil dalam aplikasi. Budaya patriarkhi

yang dominan menciptakan sulitnya kesetaraan jender diwujudkan. Keterlibatan

dan partisipasi perempuan dalam ranah publik baru terwujud dalam bentuk

berorganisasi. Di aras komunitas, gender mainstreaming belum memberikan

warna. Terlihat dari proses penyusunan kebijakan tingkat desa yang menunjukkan

minimnya keterlibatan perempuan. Kondisi ini dipertajam pada ranah domestik

yang lebih menonjolkan peran perempuan pada fungsi reproduksi dibanding

fungsi produksi dan sosial. Hal ini mengakibatkan (bagi anggota organisasi)

terhambatnya akses dan kontrol terhadap informasi. Dalam akses informasi, antara

anggota perempuan dengan laki-laki hampir seimbang, namun dalam hal kontrol

masih didominasi oleh laki-laki.

Satu kegiatan yang menarik dilakukan oleh organisasi SPPQT adalah

sekolah alternatif. Pendirian sekolah ini merupakan hasil refleksi para pemuda tani

setelah mendapat pencerahan melalui pendidikan kritis. Kebutuhan awal yang

dirasakan ketika pendirian sekolah alternatif dibangun adalah respon atas jarak

sekolah yang jauh dari lokasi pemukiman. Kondisi demikian menyebabkan anak-

anak petani banyak yang putus sekolah. Beberapa orang yang mempunyai

pemikiran progresif kemudian mencoba mendirikan sekolah dengan harapan

kualitas yang sama bahkan sedapat mungkin mengungguli sekolah pemerintah.

Pertimbangan pendirian sekolah alternatif juga dipicu oleh mahalnya biaya

pendidikan yang mengusik kesadaran emansipasi.

Sekolah alternatif merupakan bentuk kepedulian terhadap persoalan

komersialisasi dan kapitalisme pendidikan yang marak terjadi. Sekolah dibangun

dengan menggunakan kurikulum depdiknas dan menginduk pada sekolah terbuka

namun didisain dengan pendekatan pengajaran yang progresif. Sekolah ini

Page 114: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

97

menciptakan bentuk kemandirian yang merupakan ciri dasar dan semangat yang

dijunjung dalam ideologi pendidikan alternatif ini.

Berbagai metode telah dikembangkan dalam pola pengajaran termasuk

suatu uji coba yang belajar tanpa guru yang diterapkan di kelas tiga. Sedangkan

kelas satu dan kelas dua masih tetap menerapkan pengajaran yang didampingi

oleh guru. Sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran yang lebih

mengedepankan aspek pemaknaan terhadap ilmu pengetahuan. Dengan demikian

pembelajaran yang dilakukan adalah terlibat dalam diskusi dan hubungan dialogis

antara murid, guru dan lingkungan. Siswa diajak untuk belajar dengan alam dan

menemukan sendiri pengetahuan. Dalam pola ini dituntut kreatifitas dan daya

inovatif siswa. Pola pendidikan ini dalam sistem Freire (1984) merupakan sebuah

sistem pendidikan yang lebih humanis dan mengedepankan hubungan pendidik

dan peserta didik. Dalam hal ini yang dibangun bukan pengajaran namun

pembelajaran, dimana posisi guru tidak sebagai pengajar melainkan bagian dalam

sistem pendidikan yang juga melakukan pembelajaran bersama dengan murid.

Kegiatan kerciri aksi-advokasi

Beberapa paguyuban dan kelompok memiliki permasalahan terkait dengan

lahan perhutani. Disamping mencari lahan untuk pertanian, petani lokal menolak

tanaman pinus yang ternyata memberi kontribusi cukup tinggi pada berkurangnya

ketersediaan air di musim kemarau. Tanaman pinus ditebang secara selektif untuk

memberi ruang yang cukup bagi tumbuhnya tanaman perintis. Sebagian besar

organisasi lokal menolak bentuk PHBM yang ditawarkan petani karena dirasa

tidak adil bagi petani. Oleh karenanya organisasi lokal mengambil inisiatif untuk

menanam pohon di lahan perhutani. Fenomena paling baru yang terjadi saat ini

adalah organ isasi petani melakukan gerakan protes terhadap penetapan TNMM

berdasarkan SK Menhut No 134 dan 135 Tahun 2004.

Pendekatan aksi-advokasi dilakukan sebagai wujud pendekatan politik.

Kegiatan aksi yang tampak pada paguyuban dan kelompok tani adalah

demonstrasi, penghijauan, pemekaran lahan pertanian, dan pembangunan sarana

fisik. Sedangkan kegiatan yang dikategorikan menggunakan pendekatan advokasi

misalnya talk show gender via media massa, diskusi kampung, dan penolakan SK

tentang penetapan TNMM. Konflik kepentingan yang terjadi seperti dalam kasus

Page 115: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

98

PHBM dan isu TNMM. Sasaran advokasi ditujukan bagi anggota paguyuban.

Tujuan advokasi adalah anggota dapat memahami sekaligus terlibat dalam

permasalahan yang terjadi di lingkungan mereka. Penyadaran menjadi kata kunci

dalam pendekatan advokasi.

Pendekatan aksi merupakan kelanjutan dari pendekatan -pendekatan yang

telah dilakukan sebelumnya terkait dengan berbagai masalah dan isu baik

ekonomi, sosial, politik dan lingkungan. Tujuan aksi adalah membentuk opini

publik . Strategi ini tampak dalam aksi demonstrasi menuntut dihentikannya

proyek TNMM yang ditujukan kepada pemerintah daerah maupun pusat. Aksi lain

dilakukan secara nyata dalam hal kegiatan penanaman tanaman keras bagi tanah-

tanah dengan kondisi kritis (terintegrasi dalam program GNRHL Perhutani),

diskusi desa mengenai jatah perempuan dan otonomi desa, penebangan dan

penggarapan lahan Perhutani.

Penguatan Kapasitas Organisasi: Pertarungan antar Orientasi Kepentingan

Paguyuban petani yang berbasis aktivitas peningkatan pendapatan

mempunyai struktur organisasi yang lebih baik dibandingkan organisasi konflik.

Paguyuban menjadi bagian dari organisasi yang lebih besar yaitu SPPQT. Namun

demikian, paguyuban juga memiliki otoritas untuk mengembangkan struktur

manajemen dan agenda tersendiri untuk memajukan paguyuban. Bahkan ketika

dihadapkan dengan kelompok petani anggota, paguyuban memiliki hak lebih

banyak dibanding SPPQT. Hal tersebut tampak dari model pembinaan berjenjang

yang dilakukan SPPQT, yaitu SPPQT membina paguyuban, sedangkan

paguyuban membina kelompok tani anggotanya. Model pembinaan demikian

didasarkan pada pertimbangan menghindari fokus perhatian yang melebar. Dalam

hal ini kedekatan paguyuban dengan kelompok tani memberi dukungan terhadap

kemandirian paguyuban dalam mendisain arah pengembangan organisasi,

bersama-sama dengan kelompok tani di bawahnya.

Peningkatan kapasitas organisasi basis kemudian didisain oleh kelompok

bersama-sama dengan paguyuban. Dengan demikian fokus paguyuban ditujukan

pada beberapa hal diantaranya adalah (Sunito & Purwandari, 2005); pertama,

penguatan organisasi petani yang bertujuan untuk mencapai penguatan posisi

tawar petani dalam situasi politik untuk mengejar tujuan organisasi. Kegiatan

Page 116: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

99

dirinci kedalam beberapa jenis kegiatan, misalnya pelatihan berorganisasi,

manajemen organisasi, atau pelatihan dalam upaya mencari solusi atas berbagai

persoalan. Kedua , membangun jaringan pasar antar petani. Ide ini berangkat dari

kenyataan bahwa petani yang tinggal di daerah dataran tinggi (lahan kering) dapat

melakukan pertukaran (jual-beli) komoditas pertanian dengan petani di dataran

rendah (lahan basah). Komoditas yang dipertukarkan adalah komoditas yang

dapat saling melengkapi. Strategi ini dalam jaringan organisasi SPPQT sedang

dalam upaya dikembangkan. Cara ini sekaligus juga sebagai bagian dari

membebaskan petani dari sistem pemasaran yang eksploitatif.

Ketiga, strategi membebaskan petani dari penyediaan input pertanian yang

memerlukan modal yang intensif. Hal ini terutama terkait dengan

mengembangkan ketersediaan input pertanian - pupuk dan pestisida – yang

berada di bawah kontrol petani dengan menerapkan bahan -bahan alami lokal.

Sejak krisis ekonomi tahun 1997, biaya import sarana produksi pertanian menjadi

sangat tinggi sehingga harga jual sarana produksi pertanian menjadi mahal.

Terdorong oleh kondisi demikian, organisasi petani difasilitasi oleh NGO mencari

upaya untuk menciptakan alternatif pupuk dan obat-obatan murah dengan

memanfaatkan sumberdaya yang ada. Melalui strategi ini, margin keuntungan

petani meningkat karena biaya produksi bisa ditekan lebih rendah, dan harga

pertanian organik cenderung lebih tinggi dibanding hasil pertanian konvensional.

Kondisi ekonomi seperti dikemukakan di atas mendorong petani untuk

mengadopsi sistem pertanian yang lebih banyak bertumpu pada sumber daya lokal

dan pengetahuan lokal. Usaha ini didukung oleh NGO’s yang bergerak di bidang

CD, sebagian besar dengan mengusahakan informasi, pelatihan dan jejaring

dengan organisasi-organisasi yang dapat memberikan dukungan. Namun terdapat

juga NGO’s yang mengkhususkan diri pada sistem pertanian organik dan

berusaha meyakinkan petani tentang potensi sistem pertanian alternatif tersebut.

Dalam hal ini terjadi pertemuan dua kepentingan yang sejalan dan kerjasama yang

sinergis. Paguyuban di bawah SPPQT tidak secara eksplisit menerapkan

pendekatan sistem pertanian alternatif atau pertanian organik, namun giat

mengembangkan elemen-elemen dari pertanian organik dalam rangka

menumbuhkan kemandirian seperti dikemukakan di atas. Paling umum dilakukan

Page 117: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

100

adalah membuat pupuk dan insektisida organik. Beberapa kelompok tani

menanam kembali benih-benih padi lokal, yang kini mulai disalurkan ke

konsumen melalui NGO’s di kota.

Keempat, media cetak sebagai alat komunikasi dan advokasi. Sistem

komunikasi yang dikembangkan adalah penerbitan news-letter dan majalah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa peranan NGO sangat besar didalam

mengembangkan media cetak yang dimanfaatkan petani untuk saling

berkomunikasi dan sebagai media informasi atas permasalahan yang dihadapi

petani. Organisasi yang mengelola media cetak biasanya dari serikat organisasi

(SPPQT) karena sifat beritanya yang cukup padat. Paguyuban atau kelompok tani

jarang melakukan kegiatan ini kecuali mempunyai sumber daya manusia dan

infrastruktur cukup untuk mengelola media cetak. Nampak adanya pembagian

kerja yang umum dilakukan, dimana NGO pendamping petani dibebani

penerbitan media cetak sebagai corong advokasi permasalahan petani. SPPQT pun

mengembangkan media informasi melalui penerbitan bulletin “Rembug”.

Kemampuan organisasi petani dalam menerbitkan informasi didukung oleh

jaringan luas dan mampu mengembangkan program-program CD, pelatihan dan

advokasi yang didanai oleh lembaga donor dalam maupun luar negeri.

Kelima, sistem komunikasi yang bertujuan untuk mengakomodir

kebutuhan informasi yang dirasakan oleh petani yang secara geografis terpisah. Di

kawasan SPPQT kini tengah dikembangkan sistem komunikasi dan informasi

digital antar kelompok petani. Dengan infrastruktur ini organisasi anggota dapat

saling berkomunikasi, dan informasi dari internet yang diterima di organisasi

pusat dapat didistribusikan ke organisasi anggota. Sistem informasi pasar digital

ini dirancang untuk dapat dimanfaatkan oleh siapapun dan menerima informasi

langsung dari petani yang sedang melakukan negosiasi di pasar, sehingga sistem

informasi ini akan mendapat ciri real-time.

Perkembangan organisasi petani dapat dilihat terutama dari bentuk dan

derajat agregasi yang merefleksikan kebutuhan-kebutuhan diantaranya: 1)

meningkatkan distribusi dan pertukaran informasi, 2) mengembangkan

kemampuan negosiasi dan komunikasi dengan lembaga lain, dan 3)

Page 118: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

101

mempromosikan kerjasama pada aras regional dan internasional untuk dapat

memberikan pengaruh pada pengambilan keputusan.

Merujuk pada fokus paguyuban yang dikemukakan di atas, dipahami

bahwa orientasi paguyuban kurang dianggap bersentuhan dengan kepentingan

petani pada tingkat kelompok tani. Dalam hal ini kepentingan organisasi dalam

fokus yang lebih luas tidak dapat dikomunikasikan dengan baik dengan

kelompok. Kondisi demikian menunjukkan perbedaan orientasi antar aras

organisasi. Sejauh ini hal tersebut dapat diterima mengingat ranah tugas dan

tanggung jawab pada masing-masing aras organisasi memang berbeda.

Jaringan Antar Aktor

Uphoff (1986) mengemukakan bahwa tujuan organisasi akan lebih mudah

dicapai dengan cara membangun jaringan dengan institusi lain. Mekanisme

hubungan yang dibangun dengan organisasi di luar petani didasarkan atas asas

saling percaya. Mereka bersedia membangun jaringan karena menganggap petani

memiliki tujuan perjuangan yang murni. Alasan ini tampaknya menjadi dasar

kesediaan NGO atau lembaga lain untuk membantu perjuangan petani.

Pendekatan jaringan dilakukan untuk mendapatkan akses terhadap

informasi di luar SLO, disamping untuk mengembangkan kerjasama dengan

lembaga di luar SLO baik organisasi tani maupun lembaga pemerintah serta

perusahaan swasta. Keberhasilan menjalin hubungan dengan lembaga lain

dicontohkan dengan tambahan kegiatan organisasi seperti pendirian sekolah

alternatif. Pendidikan sekolah alternatif dalam tujuan strategis tidak tercakup

dalam agenda organisasi. Namun karena terdapat jaringan yang dapat bekerja

sama mewujudkan hal ini, maka pendirian sekolah alternatif dapat dijalankan.

Jaringan dapat mempengaruhi organisasi dalam hal perubahan strategi kegiatan

Jejaring yang dikembangkan oleh organisasi petani menguntungkan dalam

beberapa hal, diantaranya adalah: 1) Jejaring yang terbina berdampak pada makin

stabilnya keberadaan organisasi. Support NGO atau SLO yang berada pada aras

supra struktur menjadikan organisasi lokal lebih mudah mencari bentuk organisasi

dan melakukan kegiatan yang dapat mendukung organisasinya. 2) Memudahkan

organisasi lokal melakukan berbagai kegiatan dan melebarkan kegiatan hingga

sampai pada aras yang lebih tinggi. 3) Organisasi tani dapat mendesakkan

Page 119: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

102

kepentingan mereka kepada pemerintah, dengan cara terlibat dalam proses

pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan. Bantuan dari berbagai NGO

akan makin meluaskan jaringan organisasi petani. Melebarnya jaringan organisasi

sebagai impak dari berjaringan dengan NGO dikarenakan NGO memiliki jaringan

yang luas. 4) Jaringan dengan organisasi sejenis makin memantapkan arah

perjuangan karena pembelajaran kasus-kasus dapat dilakukan secara bersama-

sama dengan organisasi sejenis (Britt, 2003).

Kerugian dikembangkannya jaringan juga perlu dilihat sebagai alat

instrospeksi diri organisasi. Jejaring mempunyai dampak negatif (Britt, 2003)

terutama dalam hal: 1) Organisasi petani memiliki ketergantungan yang demikian

tinggi kepada organisasi induknya sehingga kedepan ini dikhawatirkan justru

menyebabkan mudahnya petani disetir oleh kepentingan -kepentingan pihak

tertentu yang menjerumuskan perjuangan petani. 2) Jaringan yang dibuat oleh

organisasi belum menyentuh seluruh kepentingan anggota organisasi. Terkadang,

organisasi di tingkat lokal mencari cantolan kepada lembaga lain yang sekiranya

dapat membantu perjuangan mereka. Disatu sisi ini mungkin menguntungkan

dalam perjuangan. Namun di sisi lain hal ini agak membahayakan karena

organisasi lokal yang relatif belum memiliki tingkat kematangan berorganisasi

yang kuat mudah disisipi pengaruh buruk yang mengancam keberlangsungan

perjuangan.

Jejaring dikembangkan secara kontekstual. Pilihan didasarkan pada

kondisi dan situasi lingkungan. Kualitas dan kuantitas jaringan juga berbeda

antara paguyuban dengan kelompok. Bahkan ada kelompok yang jaringannya

justru lebih luas dibandingkan paguyubannya. Hal tersebut didasarkan atas

penjelasan: pertama, paguyuban memberikan kebebasan kepada kelompok untuk

mengakses jaringan lain dengan pertimbangan mendidik kemandirian kelompok.

Kedua , posisi paguyuban kurang menguntungkan dihadapan birokrasi pemerintah.

Alasan yang mengemuka adalah aspek legalitas paguyuban. Paguyuban dianggap

tidak memiliki basis yang jelas dan dianggap sebagai kelompok liar. Berbeda

dengan posisi petani yang dianggap sebagai bentukan pemerintah (departemen

pertanian).

Page 120: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

103

Fenomena membangun jejaring dengan berbagai stakeholders merupakan

ciri keterbukaan organisasi yang bergaya CD. Sebagai lembaga yang terbuka,

SPPQT menerapkan prinsip tanpa prasangka. Jejaring dimaknai sebagai modal

sosial (social capital), karena manfaat yang didapat sangat luas dan tidak terbatas

pada dukungan material, melainkan juga dukungan moral. Asas ini harus dipenuhi

dengan pertimbangan bahwa organisasi selalu memerlukan partisipasi semua

pihak, dan bahwa tugas mencerdaskan petani adalah tanggung jawab semua pihak.

Prinsip terbuka berimbas pada tingginya tingkat kepercayaan pihak yang akan

bersentuhan dengan organsiasi.

Persentuhan SPPQT dengan negara/pemerintah merupakan ciri khas

organisasi ini. Pilihan tersebut berangkat dari pertimbangan bahwa negara dalam

ranah-ranah tertentu masih tetap diperlukan oleh organisasi tani dalam

mengembangkan kemandirian dan keberdayaannya. Sebagai contoh, ketika

produksi petani baik dan tengkulak juga sudah berhasil diberantas, apabila tidak

didukung dengan sarana infrastruktur yang baik, petani tetap tidak mendapatkan

harga yang layak atas komoditas pertaniannya. Dalam hal ini tanggung jawab

pemerintah dituntut untuk dapat memberikan hak kepada masyarakat. Secara

strategi, pilihan ini tetap diperlukan dalam kerangka kepentingan taktis.

Sebagai contoh strategi taktis ketika SPPQT memperjuangkan APBD.

Muncul pemikiran bahwa meng-akses APBD merupakan hak masyarakat.

Kerjasama dengan pemerintah tetap perlu dengan alasan tanggung jawab negara

terhadap rakyatnya harus diminta. Upaya memperjuangkan akses dan kontrol

tentunya mau tidak mau akan melibatkan pemerintah. Cara-cara kerjasama

dibangun agar tidak menimbulkan resistensi dari pemerintah.

Ide baru keterlibatan petani dalam konstelasi politik baik lokal maupun

nasional muncul ketika dilihat bahwa perjuangan petani selalu dipatahkan oleh

kekuatan politik yang ada. Apabila ditelaah dari sudut pandang advokasi,

kegagalan ini disebabkan petani tidak memiliki saluran pada struktur politik

sehingga aspirasi petani tidak pernah sampai pada pengambil kebijakan. Bagi

sebagian besar organisasi petani, keterlibatan politik yang paling memungkinkan

adalah menjadi anggota BPD di desa. Badan Perwakilan Desa (BPD) menjadi alat

Page 121: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

104

kontrol petani untuk memantau kinerja pemerintah desa sekaligus bisa

memberikan masukan kegiatan yang diperlukan.

Ikhtisar

Sebagai sebuah organisasi yang memperjuangkan kedaulatan petani,

SPPQT dan anggotanya menerapkan strategi yang lebih mengarah pada

pemberdayaan petani dan fokus pada aktivitas ekonomi. Karakter SPPQT secara

umum adalah: pertama, berupaya memutus ketergantungan pada pemerintah

dalam hal penyediaan sarana produksi pertanian dengan cara melakukan kegiatan

pertanian organik yang disamping bertujuan memutus hubungan dengan

pemerintah juga untuk membangun kemandirian petani. Kedua, struktur

organisasi dibentuk secara rapi dan sistematis dimaksudkan untuk memudahkan

jalur koordinasi. Ketiga, memperkuat struktur organisasi supaya memiliki

bargaining position dan bargaining power dihadapan pengambil keputusan.

Keempat, kemandirian petani yang menjadi tujuan pokok organisasi diwujudkan

dalam bentuk melakukan pembinaan berjenjang pada satu tingkat di bawahnya.

Untuk sampai pada karakter di atas, kegiatan organisasi banyak diarahkan

pada kegiatan pertanian dan pengembangan petani. Aspek pertanian menjadi

fokus utama kegiatan pertanian. Tidak mengherankan jika dikaitkan dengan faktor

pendorong terbentuknya organisasi petani yang banyak diilhami oleh persoalan

ekonomi dan politik. Kegiatan pertanian menjadi agenda penting mengingat

petani merupakan keanggotaan terbesar dari organisasi. Bidang-bidang kegiatan

yang dikembangkan oleh organisasi meliputi kegiatan ekonomi produksi, kegiatan

pendidikan, dan kegiatan berciri aksi-advokasi.

Dalam hal ini pilihan strategi yang diambil oleh SPPQT terkait dengan

embrio SPPQT. Dalam banyak hal, SPPQT memperlihatkan bentuk-bentuk

kooperatif dengan pemerintah. Ini agak berbeda dengan asumsi organisasi sebagai

gerakan sosial yang cenderung menghindari kerjasama dengan pemerintah.

(Gambar 4.)

Page 122: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

105

1999

SPPQT

1. Karakter NGO 2. Siapa yang mewakili 3. Tipe permasalahan petani

yang direspon 4. Bagaimana mekanisme

membantu petani 1. Karakter NGO 2. Siapa yang mewakili 3. Tipe permasalahan petani

yang direspon 4. Bagaimana mekanisme

membantu petani

1. Karakter NGO 2. Siapa yang mewakili 3. Tipe permasalahan

petani yang direspon 4. Bagaimana mekanisme

membantu petani

Embrio SPPQT Karakter pengorganisasian

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Kerjasama tingkat tinggi: pembangunan akar rumput

Politik tingkat tinggi: mobilisasi akar rumput

Penguatan akar rumput

Gambar 4. Perkembangan Sejarah SPPQT

Page 123: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

106

Embrio SPPQT adalah kelompok simpan pinjam yang telah berdiri sejak

Tahun 1980-an. Merujuk pada tipologi yang dikemukakan Eldridge (1989)

tentang karakter NGO, tampaknya NGO yang mendampingi kelompok simpan

pinjam adalah kelompok yang menerapkan kerja-kerja pengorganisasian sekaligus

pemberdayaan masyarakat. Itulah sebabnya, pilihan bentuk kelompok adalah

kelompok dengan mengembangkan kegiatan ekonomi.

Tampak bahwa Tahun 1999 merupakan waktu dimana terjadi perubahan

bentuk organisasi. Tahun 1999 merupakan tahun dimana bentuk SPPQT lebih

sistematis dan mengambil bentuk organisasi modern. Pertimbangan bentuk

organisasi demikian adalah adaptasi terhadap tujuan organisasi yang mengarah

pada organisasi petani yang kuat dan melakukan akses dan kontrol terhadap

sumberdaya yang ada. Berbeda dengan bentuk embrio SPPQT yang masih berciri

informal. Sejajar dengan analisis yang dikemukakan Eldridge (1989), SPPQT

pada masa ini menunjukkan karakter lembaga dengan tujuan penguatan dan

mobilisasi akar rumput. Namun tujuan tersebut ditempuh dengan pendekatan

pembangunan akar rumput. Dua hal di atas berbeda ranah mengingat penguatan

dan mobilisasi akar rumput berorientasi pada gerakan sedangkan pembangunan

akar rumput lebih berorientasi pada kerjasama.

Dalam perkembangannya, meskipun dominan oleh kegiatan ekonomi,

namun kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak lepas dari kaitan gerakan

perlawanan. Sebagai contoh, kegiatan ekonomi produksi yang dikembangkan

adalah IOF yang dimaknai sebagai proses pertanian yang terintegrasi, tidak

terbatas pada pertanian organik. Petani diharapkan mampu memanfaatkan

sumberdaya lokal yang ada, sekaligus tanggap terhadap persoalan agraria yang

ada. Masalah kepemilikan tanah menjadi fokus perhatian. IOF tidak

mengharapkan petani kaya menyewa lahan dari petani miskin. Kegiatan

pendidikan juga dimaknai sebagai respon terhadap kapitalisasi pendidikan yang

terjadi. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah pola pendidikan

pembebasan (Freire, 1984) dimana peserta dibebaskan menggali ilmu dari alam

sekitar yang menjadi laboratorium pendidikan. Kasus TNMM disikapi dengan

membuat draf yang bernuansa akademis sebagai draf tandingan atas status

TNMM.

Page 124: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

107

PEOPLE-CENTERED ORIENTED: PILIHAN GERAKAN

Sebagai turunan dari paradigma modernisasi, pendekatan pengorganisasian

pada organisasi yang memilih pendekatan CD menunjukkan karakter yang dekat

dengan ciri-c iri modernisasi yang dibawa oleh teori besarnya. Kesamaan karakter

terutama ditunjukkan melalui jalur-jalur pendekatan yang dipergunakan untuk

memberdayakan masyarakat. Bentuk organisasi dengan menggunakan pendekatan

CD versi baru mengarah pada karakter organisasi dalam bentuk organisasi

komunitas dan sedang dalam proses menuju organisasi politik. Tampak dari

kegiatan yang berbasis lokal sebagai ciri khas organisasi komunitas. Proses

mengarah pada organisasi politik diperlihatkan ketika anggota kelompok

tani/paguyuban melibatkan diri dalam konstelasi politik lokal. Keterlibatan petani

dalam konstelasi politik tingkat lokal dan nasional merupakan perkembangan

lanjut membangun posisi tawar petani.

Bentuk organisasi gaya CD ditinjau dari sudut perlawanan memerlukan

justifikasi tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa terminologi CD merupakan

jargon pemerintah orde baru. Meski makna yang muncul pada masa orde baru

lebih mengarah pada upaya “pemaksaan” ideologi, namun CD yang muncul

kemudian memiliki sifat yang berbeda. Pendekatan pemberdayaan petani dalam

mencapai akses dan kontrol dilakukan dengan strategi CD yang sekaligus

digunakan untuk menjaga keberlangsungan perlawanan. Dalam tahap-tahap

tertentu dapat dikatakan bahwa SPPQT belum mencapai separuh dari target awal

perlawanan. Terutama ketika dikaitkan dengan transformasi gerakan yang harus

sampai pada tingkat paguyuban dan kelompok. Program yang dikembangkan

SPPQT belum sampai pada kesadaran bahwa program tersebut berangkat dari

nilai-nilai gerakan tertentu. Tapi bahwa program tersebut dianggap sebagai tahap

awal membangun gerakan patut mendapat perhatian tersendiri.

Apabila disimak, model-model perlawanan telah dapat ditelusuri dari

kegiatan yang dikembangkan organisasi, misalnya pertanian organik atau sekolah

alternatif. Kegiatan tersebut dikembangkan dengan tujuan penyediaan sarana

produksi pertanian secara mandiri. Adapun pengembangan sekolah alternatif

merupakan wujud respon terhadap modernisasi dan kapitalisasi yang berkembang

Page 125: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

108

dalam bidang pendidikan. Dua tujuan kegiatan tersebut dimaksudkan untuk

membangun perlawanan melalui kemandirian. Sebagai perlawanan, pilihan ini

dianggap sebagai sabotase dan protes terhadap sistem yang bias elit dan pemilik

modal.

Mainstream Umum Ideologi Pembangunan Pertanian

Sejak dua dasawarsa terakhir Indonesia mengadopsi pembangunan yang

ditawarkan oleh negara barat. Ideologi pembangunan yang diadopsi oleh

Indonesia menawarkan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Perubahan dan

perbaikan nasib sebagai hasil pembangunan menjadi daya tarik pembangunan itu

sendiri. Selama masa pembangunan pemerintah berorientasi pada pertumbuhan

sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan mengindikasikan

pengukuran yang bersifat makro. Indikator keberhasilan dan pengukuran skala

makro inilah yang kemudian menjerumuskan bangsa kedalam kemiskinan absolut

dan persoalan kemiskinan lain.

Pengukuran bersifat makro mendefinisikan pertumbuhan ekonomi dari

sudut pandang kuantitatif. Keberhasilan pertumbuhan diukur dari GNP negara dan

tingkat investasi yang dicapai. Karena ukuran lebih mengarah pada ukuran

kuantitatif maka pertumbuhan ekonomi tampak sebagai sesuatu yang bias

ekonomi. Ukuran makro yang digunakan pemerintah dalam mengukur

keberhasilan pembangunan adalah Gross National Product (GNP) dan Gross

Domestic Product (GDP). GNP dan GDP merupakan ukuran agregat yang tidak

dapat meneropong skala mikro. Itulah sebabnya, pada tingkat mikro,

pembangunan justru menimbulkan efek negatif dari mulai kesenjangan yang

makin lebar antara golongan kaya dan miskin sampai pada persoalan akses orang

miskin terhadap sumberdaya. Pembangunan yang sejatinya dimaksudkan untuk

menciptakan perubahan dan perbaikan justru menciptakan kemiskinan bahkan

menambah jumlah orang miskin.

Sebagai turunan teori modernisasi, pembangunan yang diartikan sebagai

cara mencapai perubahan kearah yang lebih baik menggunakan indikator

keberhasilan yang bias barat. Ekonomi suatu negara dikatakan berhasil jika telah

mencapai tahap pembangunan seperti yang telah lebih dulu dialami Negara Barat.

Page 126: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

109

Tahap pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan Rostow diadopsi oleh Indonesia

tanpa kritik. Lima tahapan pembangunan ekonomi menurut Rowtow dalam

Suwarsono dan So (2000) meliputi tahapan masyarakat tradisional hingga tahap

masyarakat dengan konsumsi massa tinggi.

Kenyataannya di negara berkembang, perencanaan ekonomi/pembangunan

biasanya dilakukan dengan cara; perencanaan proyek demi proyek, perencanaan

sektoral yaitu perencanaan kebijaksanaan dan kegiatan usaha untuk

perkembangan suatu sektor kegiatan ekonomi tertentu, perencanaan investasi

menyeluruh sektor publik, perencanaan komprehensif meliputi sektor pemerintah

dan sektor masyarakat (Tjokroamidjojo, 1979). Gambaran tersebut

memperlihatkan bahwa pembangunan lebih mengarah pada pembangunan yang

berorientasi ekonomi. Pemerintah dalam hal ini berperan sebagai pendorong

pembangunan (agent of change). Dengan demikian dalam paradigma modernisasi,

masyarakat lokal tidak pernah mendapat peran dalam menentukan arah

pembangunan yang sejatinya diperuntukkan bagi mereka.

Pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi indikasi keberhasilan

pembangunan di setiap negara. Ukuran kuantitatif yang digunakan memicu upaya

pencapaian tingkat pertumbuhan dengan memaksimalkan setiap sumberdaya yang

ada terutama sumber daya modal. Pertumbuhan ekonomi berada pada level makro

sehingga sulit diterapkan dalam konteks lokal karena ukuran-ukuran yang

digunakan memiliki skala luas. Variabel-variabel yang digunakan untuk

mengukur pertumbuhan ekonomi juga tidak relevan jika diterapkan di tingkat

lokal. Kelemahan dari pertumbuhan ekonomi terletak pada sifatnya yang hanya

menekankan pada ukuran ekonomi tanpa memperhatikan aspek lain yang

sesungguhnya penting untuk mengukur pembangunan terutama di negara

berkembang.

Modernisasi sebagai pilihan paradigma pemerintah menampilkan ciri

production-center development dengan tujuan utama mencapai pertumbuhan dan

hasil yang dapat dihitung secara makro. Pilihan pembangunan model demikian

tidak memperhatikan kondisi mikro dan jelas tidak menempatkan manusia sebagai

subyek pembangunan. Pengalaman program pembangunan yang mengejar

produktivitas dikemukakan oleh banyak ahli sosiologi (Cernea, 1988; Israel,

Page 127: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

110

1992; Fakih, 2000). Tidak mengherankan karena kemudi disain pembangunan

lebih banyak dipegang oleh ekonom tanpa mempertimbangkan aspek sosial.

Pembangunan dengan karakter demikian menimbulkan banyak masalah.

Terbukti bahwa tidak terdapat pencapaian hasil yang menggembirakan dalam

upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Lebih jauh, pendekatan pembangunan di

atas menciptakan dekade krisis yang ditunjukkan oleh fakta kemiskinan,

kerusakan lingkungan hidup, dan integrasi sosial. Pembangunan yang berorientasi

pada pertumbuhan menciptakan kekalahan pada satu pihak.

Production-Center Oriented dan Dampaknya

Watak utama pembangunan dengan pertumbuhan sebagai indikator

keberhasilan adalah ukuran-ukuran yang bersifat ekonomi makro. Gambaran

makro ini dianggap sebagai prestasi dan indikator kesuksesan ketika dibandingkan

dengan negara lain di dunia. Kedudukan sebuah negara dalam stratifikasi negara

di dunia ditunjukkan oleh angka pertumbuhan ekonomi. Pengukuran didasarkan

pada akumulasi tingkat pendapatan seluruh lapisan masyarakat. Model

pengukuran demikian seringkali tidak dapat menggambarkan kondisi

sesungguhnya. Padahal negara berkembang memiliki struktur sosial unik, terdiri

dari banyak lapisan sosial yang timbul dari tidak terdistribusikannya pendapatan

secara merata.

Tidak dapat disangkal bahwa masalah pembangunan ditinjau dari

perspektif dialektis menunjukkan saling keterkaitan antara persoalan eksploitasi,

dominasi dan penindasan politik. Meminjam analisis Fakih (2000) tentang

revolusi hijau sebagai contoh pengalaman developmentalisme dan modernisasi di

negara Dunia Ketiga memperlihatkan watak production-center development,

seperti tampak dalam Gambar 5. di bawah ini:

Page 128: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

111

Sumber: Fakih, 2000

Gambar 5. Revolusi Hijau dalam Kerangka Paradigma Developmentalisme

Revolusi hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan yang sangat

kompleks yang melibatkan banyak aspek seperti: pengetahuan dan teknologi

pertanian; kebijakan politik pemerintah; penanaman modal dan modal

multinasional serta proses eksploitasi kelas. Kebijakan kultural ini sangat

bergantung pada proses kelas utama (fundamental class processs) yang terjadi

dalam suatu formasi sosial di pedesaan negara-negara Dunia Ketiga. Aparat

program revolusi hijau dari tingkat lokal, nasional, dan internasional pada

dasarnya menerima nilai lebih yang diambil dari hasil keringat petani pedesaan

dan sebagai imbalannya mereka mengupayakan berbagai hal untuk

melanggengkan proses kelas di kawasan pedesaan tersebut (Fakih, 2000: 81).

IMF Bank Dunia

Pemerintah

Kapitalis

Buruh

Manajer

Lembaga Keagamaan

Bank Nasional

Pendidikan

Pengaturan Media massa

Keamanan Militer

Hukum

Perwakilan Rakyat

N E G A R A

M A S Y A R A K A T

S I P I L

Perempuan dalam Rumah Tangga

Cacat Anak-anak

Page 129: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

112

Analisis di atas memperlihatkan gambaran keterkaitan antara petani

dengan kelas sosial yang bersifat global. Segera tampak bahwa setiap kelas dalam

struktur sosial melakukan penghisapan pada kelas sosial di bawahnya dalam

berbagai bentuk. Petani sebagai kelas sosial paling rendah mengalami akumulasi

eksploitasi dari seluruh rangkaian proses eksploitasi yang terjadi. Tampak dalam

gambar bahwa pemerintah sesungguhnya hanya menjadi agen kapitalisme paling

kuat di sebuah negara.

Pendekatan production-center development untuk menyelesaikan masalah

dilakukan dengan penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi. Strategi di atas

terbukti hanya merespon sebagian kecil dari sekian banyak permasalahan yang

dihadapi petani, disamping melahirkan kondisi ketergantungan struktur elit dan

program, dominasi elit dan integrasi pre-kapitalis menuju kapitalis. Permasalahan

yang terutama direspon dalam hal ini adalah rendahnya tingkat produksi.

Strategi Organisasi Petani

Sejarah telah membuktikan bahwa petani merupakan golongan yang

resisten ketika kepentingannya berhadapan dengan kepentingan stakeholder lain.

Penyebab dan kemunculan organisasi petani pun dalam kenyataannya tidak

terlepas dari konteks masalah dan kepentingan yang dihadapi petani dalam

mempertahankan kehidupannya. Banyak kasus menunjukkan bahwa petani yang

mengorganisir diri tidak lepas dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh

anggota. Bagi SPPQT dan anggota-nya, tipologi masalah yang dihadapi

mengantarkan pada pilihan organisasi dengan pendekatan CD.

Persoalan yang dihadapi petani dapat dirinci dari Gambar 7. Secara umum

permasalahan dapat dikelompokkan kedalam beberapa bidang yakni persoalan

produksi, relasi antar aktor, akses, kebijakan, peran perempuan, distribusi

sumberdaya yang tidak merata, dan sebagainya. Ketika program revolusi hijau

digulirkan, persoalan yang direspon terbatas pada persoalan produksi dan pangan.

Solusi atas masalah tersebut tidak mampu membawa petani keluar dari situasi

marjinal.

Mengingat tanggung jawab kesejahteraan anggota berada di tangan

organisasi, maka organisasi sebagai wadah aspirasi kepentingan harus mampu

Page 130: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

113

mengakomodir kebutuhan anggota melalui strategi yang dapat mencapai tujuan.

Sebagai organisasi yang didisain berada dalam mainstream gerakan sosial dan

perlawanan petani, perlu dicari bentuk yang sesuai dengan watak rezim yang

berkuasa. Merujuk pada watak rezim yang berkuasa, maka SPPQT memilih

strategi CD dalam berorganisasi. Alasan pilihan organisasi mengambil bentuk CD

dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu:

1. sebagian besar organisasi yang tumbuh bersifat konfrontasi. Organisasi

demikian dianggap tidak menjawab masalah, dan tidak membawa pada

kebaikan melainkan mengarah pada kekacauan dan merugikan petani.

2. kondisi psikologis masyarakat belum sepenuhnya ekpresif untuk menuntut

hak-hak mereka. Tradisi yang berkembang dan masih kental melekat dalam

diri petani saat ini adalah diam. Ada perasaan takut apabila mengikuti demo

atau mendesak kebijakan pemerintah. Pilihan CD sebagai cara menjaga stigma

tersebut.

3. kebutuhan saat ini adalah memperkuat/membangun institusi. Sebelum meluas

pada tujuan lebih besar, perlu disadari bahwa komunitas perlu bentuk

organisasi yang berfungsi sebagai penjaga komunitas. Ketika

pengorganisasian berhasil dilakukan, kedepan akan sangat mudah melawan

kebijakan pemerintah. Biaya operasional sedikit karena tinggal menggerakkan

simpul-simpul yang telah dibangun.

4. masalah mayoritas petani adalah pemasaran hasil pertanian. Permasalahan ini

harus segera dicari solusinya jika tidak ingin petani dikungkung para

pedagang/tengkulak. Dengan demikian, persoalan penting dan mendesak

biasanya adalah persoalan praktis.

5. media pengorganisasian telah ada karena petani pada dasarnya dapat

dipastikan sebagai bagian dari organisasi dalam skala luas atau terbatas.

6. pengorganisasian diperlukan untuk menjawab aspek manajemen pertanian.

Selama ini persoalan pemasaran hasil pertanian tidak dapat diselesaikan

karena hasilnya hanya sedikit dan terpencar-pencar. Jawaban atas persoalan

tersebut adalah pengorganisasian kawasan/hamparan.

Pertimbangan pola CD juga terkait dengan gejala yang selama ini terjadi

baik pada petani maupun pada musuh petani. Bacaan awal terhadap bentuk musuh

Page 131: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

114

menghasilkan analisis bahwa organisasi petani harus dibangun dalam bentuk yang

terorganisir dengan baik (well organized ). Alasan pilihan tersebut disandarkan

pada dua hal, yaitu: pertama , yang paling penting dalam organisasi adalah

memperkuat daya resistensi petani, bukan dengan cara-cara rad ikal seperti

reklaiming. Kedua, pilihan radikal lebih rawan perlawanan/resistensi dari

pemerintah. Contoh organisasi petani di Garut, tanah hasil reklaiming yang

kemudian ditanami jagung mengakibatkan longsor. Kondisi ini akan berpeluang

menciptakan penolakan berbagai pihak terhadap keberadaan organisasi tani

radikal. Di bawah ini diuraikan strategi pengorganisasian yang dikembangkan

serta momentum yang tepat untuk melakukan kerja-kerja pengorganisasian dan

pemberdayaan masyarakat.

Adopsi Terhadap Production-Center Development

Ide demokratisasi, transformasi sosial, dan keadilan sosial yang

dikembangkan oleh SPPQT dicapai dengan melaksanakan proyek

developmentalisme seperti proyek pengembangan masyarakat (community

development), atau proyek peningkatan pendapatan (income generating). Tapi

bahwa ide transformasi sosial tetap menjadi tujuan utama SPPQT tidak diragukan.

Senada dengan Dag Hammarskjold Foundation dalam Fakih, 2000 mengajukan

apa yang disebut “pembangunan yang lain” (another development). Mereka

percaya bahwa pembangunan harus berorientasi kebutuhan, sanggup

mempertemukan kebutuhan materi dan non-materi manusia; endogenous, berasal

dari “hati” setiap masyarakat; percaya kepada diri sendiri, yang secara tidak

langsung menyatakan bahwa setiap masyarakat intinya mengandalkan kekuatan

dan sumberdayanya sendiri; mempunyai pertimbangan ekologis, pemanfaatan

secara rasional sumberdaya biosphere; dan didasarkan kepada transformasi

struktural secara keseluruhan yang terpadu (Fakih, 2000: 9).

Bagi SPPQT, bungkus developmentalisme dalam melawan ideologi

developmentalisme menjadi semacam strategi dengan pertimbangan organisasi

membutuhkan respon terhadap kebutuhan anggota (misalnya kebutuhan hidup,

makan, dan kebutuhan mendesak lain) yang bersifat mendesak, disamp ing usaha

menghindari resistensi pemerintah. Strategi harus diterapkan mengingat energi

untuk melakukan perlawanan terhadap arus metodologi dan pendekatan terlebih

Page 132: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

115

terhadap konsep dan diskursus pembangunan harus dihemat untuk mencapai hasil

yang optimal.

Tujuan organisasi mengarah pada perjuangan akses dan kontrol dengan

kerangka gerakan sosial. Mengingat persoalan utama petani memerlukan strategi

lain, maka organisasi memutuskan menyelesaikan persoalan tersebut terlebih

dahulu. Pilihan strategi yang dilakukan adalah mengadopsi model-model

pembangunan komunitas yang pernah dilakukan oleh pemerintah. Pilihan ini

didasarkan pada keinginan memberikan solusi bagi petani yang memiliki

persoalan. Namun demikian, kerangka gerakan sosial tetap dibangun dalam

strategi ini dengan cara mengembangkan program yang berbasis pada kemampuan

lokal dan menyisipkan gerakan kesadaran relasi sosial yang timpang. Dengan

demikian, meski organisasi mengadopsi pola-pola production-center development

tetapi tetap berada dalam kerangka gerakan.

Model pengadopsian paradigma production-center development tampak

dari kegiatan yang dikembangkan oleh serikat terhadap paguyuban dan kelompok

tani anggota. Kerangka kerja yang dikembangkan SPPQT pada tahun 2004

menunjukkan bahwa SPPQT fokus pada kegiatan yang mengarah pada

terwujudnya masyarakat tani yang kuat yang mampu mengakses dan mengontrol

seluruh sumber dayanya dengan mendasarkan diri pada keadilan, kelestarian

lingkungan dan kesetaraan hubungan laki-laki dan perempuan. Program kerja

yang dilakukan serta indikator keberhasilan tiap program ditunjukkan pada

Lampiran 5 dan 6.

Kegiatan yang dilakukan per divisi diarahkan pada penguatan kapasitas

organisasi, dibuktikan dengan pilihan kegiatan yaitu training, workshop, pelatihan

maupun asistensi yang ditujukan bagi paguyuban maupun kelompok. Hal ini

menunjukkan bahwa organisasi memfokuskan pada upaya mendidik anggota agar

siap menghadapi situasi dan tekanan supra lokal. Kegiatan ekonomi tetap menjadi

prioritas utama dalam kegiatan organisasi secara keseluruhan. Pengenalan

terhadap aspek politik pada anggota mulai dilakukan dengan cara menerapkan

sistem pemilihan umum (pemilu) di paguyuban. Secara lokal anggota terlibat

dalam kegiatan politik.

Page 133: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

116

Momentum Strategi Community Development

Pilihan terhadap pendekatan radikal dan CD memerlukan tahapan analisis

yang mendalam. Pemberdayaan dan penguatan basis organisasi petani akan tepat

ketika petani telah terlebih dahulu diorganisir. Strategi yang dipilih dengan cara

community organizing di tingkat komunitas. Proses pengorganisasian ini

menduduki tahap yang penting agar kesadaran kolektif terbangun sehingga proses

transfer filosofis organisasi sebagai sebuah gerakan dapat dilakukan melalui

model pemberdayaan. Model ini akan mengarah pada akses dan kontro l.

Pendekatan model CD menemukan jalan yang efektif ketika persoalan yang

dihadapi petani menyangkut aspek produksi. Dengan demikian organisasi dengan

pendekatan CD haruslah dibangun dalam komunitas yang relatif mapan dan

memiliki kejelasan status lahan. Dengan demikian petani akan lebih mudah

menganalisis kebutuhan sekaligus menentukan solusi, misalnya dengan

mendirikan koperasi atau usaha simpan pinjam.

Ketika komunitas telah dapat menentukan basic needs, maka pengetahuan

tersebut menjadi pijakan pengorganisasian. Bagi sebagian besar organisasi,

persoalan basic needs menjadi sangat penting dan menduduki prioritas dalam

urutan kebutuhan hidupnya. Pilihan model CD akan berimplikasi pada cara dan

strategi petani ketika dihadapkan pada setiap persoalan termasuk persoalan

konflik agraria. Pada persoalan konflik agraria, upaya penyelesaian ditarik ke

bidang pemberdayaan. Solusi atas persoalan diarahkan pada pendekatan ekonomi,

dimana ketika lahan dikuasai negara, harus dilihat dampaknya terhadap

keterbatasan akses masyarakat terhadap sumberdaya.

Menjadi pertanyaan kemudian adalah kapan waktu yang tepat penerapan

strategi CD dan pengorganisasian. Perdebatan metodologis tentang momentum

CD dan pengorganisasian diperlihatkan dalam Gambar 6.

Negara/ Indonesia

CD

Pengembangan ekonomi

Pengorganisasian komunitas

Penguatan basis massa

Ornop masuk

Gambar 6. Momentum community organizing dan community development

Page 134: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

117

Gambar di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengorganisasian dan CD

bukan merupakan pilihan melainkan keduanya harus dilakukan. Pengorganisasian

komunitas berfungsi sebagai penguatan basis massa. Jika massa sudah memiliki

kekuatan, maka CD dapat diterapkan. Pendekatan yang dilakukan biasanya

dengan menggunakan pengembangan ekonomi. Pengorganisasian massa yang

dilakukan sebelum CD diterapkan menjadi syarat agar kegiatan komunitas

mendapat dukungan dari berbagai pihak yang terlibat dalam komunitas tersebut.

Pengorganisasian komunitas dan CD merupakan dua pendekatan yang saling

melengkapi. Pengorganisasian komunitas lebih mengarah pada penguatan masa

terdidik melalui penguatan basis, sedangkan CD bermuara pada pengembangan

ekonomi.

Rubin dan Rubin (2001) menguraikan bahwa community organizing

(dalam pengertian pengorganisasian komunitas) membawa keterlibatan orang

untuk bersama-sama melawan masalah bersama dan meningkatkan kemampuan

berbicara orang-orang yang bersangkutan tentang keputusan yang akan

mempengaruhi hidupnya. CD terjadi ketika terdapat ikatan yang kuat antar

tetangga, membangun jaringan sosial dan bentuk organisasi pribadi untuk

menyediakan kapasitas jangka panjang untuk menyelesaikan masalah.

Dengan demikian, untuk menyambungkan dua kepentingan yakni

perlawanan dan pemenuhan kebutuhan, analisis harus ditarik pada persoalan basic

needs. Penerapan model advokasi beresiko diterapkan pada organisasi di Salatiga

yang sebagian besar bermasalah dalam hal tata produksi. Ada kecenderungan

bahwa perlawanan yang dilakukan selama ini bias pada komunitas yang berkasus.

Padahal perlawanan juga harus dibangun pada komunitas yang sedang

memperjuangkan akses dan kontrol. Muncul pertanyaan apakah ketika komunitas

tidak mengalami konflik lahan tidak memerlukan perlawanan? Dari sudut

pandang perlawanan, kebersamaan petani dapat dipandang sebagai gerakan karena

muncul di tingkat grass root dan muncul dari kesadaran. Menumbuhkan perasaan

kolektif ini yang banyak menimbulkan kesulitan. Terlebih ketika harus mencari

pembuktian adanya keters ambungan antara kebutuhan praktis/pragmatis dan

penguatan gerakan.

Page 135: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

118

Banyak kasus menunjukkan model CD tidak berhasil diterapkan. CD yang

mensyaratkan pencapaian target memerlukan proses kontrol yang bisa

menjangkau semua pengguna CD. Proses kontrol yang dimaksud tidak akan

berhasil tanpa pengorganisasian di tingkat basis. Membangun kekuatan di tingkat

basis dengan demikian menjadi agenda penting. Kekuatan di tingkat basis juga

menjadi tahapan peningkatan capacity building .

Community Development untuk Kemandirian

Basis kekuatan petani terletak pada pemahaman mereka terhadap kondisi

lingkungan yang ada di sekitarnya. Pemahaman kondisi tersebut diarahkan pada

enam (6) aspek yaitu budaya, penegakkan hukum, sosial, politik, ekonomi, dan

lingkungan. Pemahaman terhadap enam elemen ini menjadi penting karena

merupakan basis kegiatan penduduk dan sumber kekuatan komunitas. Upaya

menemukenali enam elemen dilakukan dengan cara musyawarah dan diskusi di

tingkat petani. Strategi tersebut dapat menjadi sumber penguatan wacana di

tingkat petani. Posisi petani akan mudah dikenali oleh petani itu sendiri. Namun

demikian, untuk membawa kesadaran tersebut pada stakeholder lain perlu dialog

berbagai pihak sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang menjadi rumusan

bersama. Dalam konteks pemberdayaan, dialog dapat dilakukan antara fasilitator

atau inisiator dengan petani sehingga menyatu menjadi keputusan bersama dan

memiliki ketersambungan pemikiran dengan petani. Proses ini akan berbeda

dengan program pemerintah yang diakui melalui proses usulan dari bawah namun

prosesnya sarat dengan kepentingan. Apabila proses pemahaman dilakukan

bersama antara masyarakat dan inisiator, kesenjangan kepentingan relatif

berkurang.

Proses inisiatif lokal baru akan tumbuh apabila mempergunakan ideologi

gerakan. Selama ini SPPQT masih mengurusi hal yang bersifat persoalan praktis-

pragmatis dengan ujung tombak kegiatan (simpan pinjam, arisan, tabungan

tahunan). Sejauh ini program dengan pendekatan development tetap perlu sebagai

sumber kekuatan tanpa meninggalkan sesuatu yang lebih penting. Unsur penting

perlawanan yang dimaksud adalah membangun kesadaran kritis transformatif.

Perlu ada pemicu dalam menumbuhkan sikap kritis. Bisa melalui pendekatan

Page 136: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

119

ekonomi terlebih dahulu untuk kemudian dilakukan pemahaman gerakan lebih

lanjut.

Integrated Organic Farming (IOF) sebagai ciri kemandirian dan kedaulatan

organisasi didukung dengan kegiatan fasilitasi pengembangan pertanian organik.

Bidang kegiatan yang dikembangkan meliputi workshop revisi manual praktis

pengembangan pertanian organik, pelatihan uji tanah, training pembibitan

tanaman sayuran, tanaman pangan, pembuatan pupuk organik , training pembuatan

pestisida alami, training budidaya ternak (kambing), dan training budidaya ikan.

Program pengembangan ekonomi komunitas petani dilakukan secara terus

menerus untuk membangun penguatan koperasi dengan cara peningkatan

kapasitas pengelola koperasi terutama pada tingkat pelaksananya

Dari Production ke People-Center Oriented

Pembangunan berbasis masyarakat (people-center development)

merupakan antithesa dari pola pembangunan berbasis produksi (production-

centered development) yang berciri topdown. Paradigma kedua menuntut nilai-

nilai, sistem, dan metodenya disesuaikan dengan eksploitasi dan manipulasi

sumberdaya alam untuk menghasilkan produksi bagi masyarakat konsumen

massal. Logika ini menciptakan birokrasi-birokrasi besar yang mengorganisasi

masyarakat kedalam unit-unit produksi yang dikontrol secara terpusat dan bersifat

sentralistik. Paradigma pertama berakar pada ide-ide, nilai-nilai, teknik-teknik

sosial dan teknologi lokal (alternatif). Paradigma ini mengutamakan bentuk-

bentuk kelompok dan organisasi swadaya. Untuk mencapainya, diperlukan

perubahan struktural yang berpusat pada: 1) perubahan pemikiran dan tindakan

kebijakan pemerintah pada penciptaan keadaan yang mendorong/mendukung

usaha-usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri pada tingkat

individual, keluarga dan komunitas, 2) perubahan dan pengembangan struktur dan

proses organisasi masyarakat yang berfungsi menurut kaidah -kaidah sistem yang

mandiri, 3) perubahan dan pengembangan sistem produksi-konsumsi yang

diorganisasi secara teritorial yang berlandaskan pada kaidah -kaidah pemilikan dan

pengendalian lokal. Prinsip ini melahirkan bentuk desentralisasi, partisipasi,

pemberdayaan, pelestarian, jejaring sosial, keswadayaan lokal dan berkelanjutan.

Page 137: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

120

Dari sekian banyak masalah yang dihadapi petani, hanya persoalan-

persoalan produksi saja yang direspon. Karena hal tersebut tidak bisa membawa

petani keluar dari belitan permasalahan, maka diperlukan perubahan paradigma

pembangunan pertanian menuju people-center oriented. Perubahan mainstream

dari production menuju people-center oriented inilah yang sedang diupayakan

SPPQT. Tentunya perubahan mainstream ini memerlukan energi kolektif yang

besar mengingat mainstream production-centered development di Indonesia telah

bercokol selama dua dasawarsa terakhir. Disamping memerlukan energi yang

besar tentu juga memerlukan strategi yang cerdas. Dengan demikian people-

center oriented sesungguhnya ingin bermuara pada; membangun kedaulatan

petani, membangun kemandirian melalui pembentukan organisasi petani dan

pilihan kegiatan, dan mengembangkan perlawanan terhadap production-center

development dengan merubah men jadi people-center tapi dengan strategi

pendekatan production-center development. Untuk lebih memberikan

pemahaman, perlu diperlihatkan perbandingan antara dua mainstream tersebut dan

akibatnya bagi petani.

Production dan People-Center Oriented : Sebuah Perbandingan

Literatur tentang CD menghasilkan berbagai perdebatan diantara berbagai

ahli. Fakta yang tampak, program-program pemerintah lebih dekat dengan pola-

pola CD dibandingkan CO. Program-program yang dikembangkan pemerintah

menghasilkan mekanisme ketergantungan di tingkat sasaran program. Seringkali

program pemerintah hanya berupaya mengintegrasikan petani kedalam sistem

pasar yang lebih besar. Tujuan utama CD gaya ini adalah mempertahankan

kestabilan yang telah ada. Kestabilan semu yang harus dibayar mahal dengan

kemandekkan petani dan tetap dalam kondisi terpuruk. Pola -pola yang

dikembangkan selama ini baik oleh LSM maupun pemerintah identik dengan

pembangunan fisik. Yang dikembangkan misalnya kambing etawa, irigasi, dan air

bersih (padahal belum tentu satu kawasan cocok dengan program fisik demikian).

Seringkali prinsip penguatan kapasitas lokal dilupakan dalam proses

pemberdayaan masyarakat. Ketakutan pemerintah adalah penguatan kapasitas

lokal dikhawatirkan mengarah pada perjuangan akses dan kontrol.

Page 138: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

121

Berbeda dengan pengorganisasian dan kegiatan yang dibangun dan

dikembangkan oleh komunitas. Perbedaan ini berangkat dari perbedaan tahapan

pendekatan yang dikembangkan. Organisasi melakukan tahapan CD dengan

terlebih dahulu membangun instrumen untuk bermusyawarah tentang masalah

lingkungan, sistem ekonomi, politik, dan sistem sosial yang ada di komunitasnya

melalui pendekatan akses dan kontrol. Gerakan yang ingin dibangun dari tindakan

ini adalah membangun kemandirian untuk mencapai perubahan sosial dan

integrasi terhadap kekuatan politik yang ada. Hal ini tidak menjadi orientasi pada

konsep CD dan partisipasi. Hickey dan Mohan (2005) mengemukakan konsep

partisipasi dalam teori pembangunan seperti pada (Lampiran 8.)

Dari Tabel tersebut segera tampak bahwa paradigma CD menuai banyak

kritik terutama terkait dengan metode dan hasil yang dicapai. Hasil kegiatan CD

tidak menghasilkan keterlibatan petani dalam politik, bahkan hanya menjaga

kestabilan komunitas dan menghindari gerakan sosial. Problem yang muncul

kemudian adalah, ketika petani bicara masalah akses dan kontrol maka

pengorganisasian menjadi prasyarat agar petani lebih baik dan lebih kuat.

Persoalannya kemudian adalah persoalan politik, karena kebutuhan berikutnya

bagi organisasi dan petani secara umum adalah bagaimana membangun kekuatan

politik dalam pengertian sistem demokrasi sehingga petani bisa menentukan

bentuk akses dan kontrol.

Segera tampak perbedaan mendasar antara CD konvensional dengan CD

petani. Keduanya dipisahkan atas nama output dan implikasinya. CD

konvensional menghasilkan output petani yang tidak cerdas dengan hasil yang

hanya diperuntukkan bagi kepentingan program bahkan untuk mempertahankan

kemapanan/status quo. CD demikian menimbulkan ketergantungan di pihak

petani. Prinsip yang dikembangkan pemerintah adalah topdown approach.

Berbeda dengan CD petani yang berupaya menciptakan kemandirian yang

mengarah pada global corporations.

Output yang berbeda dilahirkan atas dasar kepentingan yang berbeda,

terlebih ketika didukung oleh karakter, orientasi, dan latar. Sesuatu yang menjadi

latar belakang bagi mereka yang mengorganir diri untuk menciptakan

keberdayaan akan berbeda dengan sesuatu yang menjadi latar belakang pihak

Page 139: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

122

yang mengorganisir kelompok untuk menghasilkan kemapanan. Dalam hal in i,

model CD bisa diadopsi oleh siapa saja, tetapi dengan latar atau dasar filosofis

yang berbeda.

Pandangan tentang perbedaan antara CD dan CO sangat baik diungkapkan

oleh Hollnsteiner (1979). Dalam pandangannya, pendekatan CD menggunakan

prinsip harmoni dan kerjasama melalui kemampuan menolong diri sendiri. Orang

dimotivasi agar dapat meningkatkan kehidupan mereka menjadi modern dengan

memanfaatkan jasa pemerintah atau agen penyuluhan. Ringkasan perbandingan

antara dua pendekatan tersebut dikemukakan dalam Tabel 7. d i bawah ini:

Tabel 7. Perbandingan Community Organization dan Community Development

Community Development (CD)

Community Organizations (CO)

Definisi Sebuah proses yang membawa pada sebuah peningkatan kapasitas penduduk pedesaan untuk mengontrol lingkungannya Kontrol akan berdampak pada distribusi hasil. (Inayatullah in Hollnsteiner, 1979)

Proses memobilisasi orang untuk dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk paksaan, menganalisa dan menyelesaikannya serta mengembangkan strategi untuk menghilangkannya. Dalam prosesnya, orang tumbuh dalam percaya diri, memiliki kesadaran dan memiliki kapasitas untuk menentukan masa depan mereka.

Proposisi • Pendekatan dilakukan tanpa melihat struktur sosial yang ada di pedesaan

• Mengorganisasi orang miskin agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan kolektif yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka karena mereka sekaligus menjadi obyek dan subyek yang kehilangan kekuatan

• Gabungan antar individu yang lemah dalam ikatan kelompok yang lebih besar

Gaya pendekatan

• Pendekatan dilakukan dengan program pelatihan teknologi tanpa memperhatikan struktur dan kelembagaan yang ada di tingkat lokal

• Menekankan sisi harmoni dan cooperation seolah-olah komunitas berciri homogen

• Bias pada pendekatan top-down • Menekankan pelatihan

kepemimpinan yang tidak proporsional

• Pekerja CD terlalu merefleksikan golongan elit yang memiliki strategi top-down

• Secara umum orang bertindak pada basis ketertarikan mereka

• Orang bergerak dari sesuatu yang simpel, konkret, jangka pendek dan isu personal mengarah pada sesuatu yang lebih kompleks, abstrak, jangka panjang dan isu sistemik yang panjang

• Mempertahankan reaksi dengan jalan memberi kesempatan pada orang untuk menjadi marah dan militan

• Taktik melawan kekuatan dominan harus diperdalam dari pengalaman powerless dan keluar dengan pengalaman powerfull

• Melalui proses pengorganisasian orang membuat sendiri keputusan mereka

Tujuan Pembangunan masih dirasakan sebagai yang dikerjakan untuk orang, bukan oleh mereka bahkan bukan pula dengan mereka

Berupaya mencari/mempertahankan partisipasi dan kekuatan organisasi agar dapat terlihat dalam pengambilan keputusan

Sumber: Hollnsteiner, 1979

Page 140: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

123

Berdasarkan Tabel di atas, segera tampak bahwa perbedaan mendasar

antara CD dan CO adalah strategi dan hasil akhir dari diterapkannya dua

pendekatan tersebut. Merujuk pada perbandingan antara keduanya, SPPQT dapat

dikategorikan sebagai organisasi CO yang menggunakan strategi CD dalam

mengembangkan kegiatannya. Sebagai organisasi CO yang menghasilkan model

pemberdayaan yang people-center oriented , memilih menggunakan pendekatan

kooperatif dengan pemerintah merupakan pilihan berat karena dapat dianggap

sebagai lembaga kaki tangan pemerintah. Namun sebagai upaya menjaga

keberlanjutan perjuangan sekaligus menjawab kebutuhan praktis petani, strategi

ini layak menjadi cerminan organisasi lain.

Menarik untuk melihat perbandingan CO dan CD dalam konteks yang

berbeda. Konsep Woman In Development (WID) dengan Woman And

Development (WAD) adalah dua konsep dengan tataran dan pengertian yang

berbeda. WID hanya melibatkan perempuan dalam pembangunan,

mengintegrasikannya dalam proses pembangunan tanpa upaya mengkritisi

keterlibatan tersebut. WID sebagai bagian dari agenda developmentalism justru

melanggengkan penindasan terhadap perempuan. WID sebagai bagian utama

developmentalisme dirancang untuk mendorong keterlibatan kaum perempuan

dalam pembangunan, dan tidak mempersoalkan manifestasi ketidakadilan dan

diskriminasi jender, Fakih (2000). Sedangkan konsep WAD memberi ruang yang

lebih besar kepada perempuan untuk terlibat dalam sektor publik sekaligus

melakukan kritik terhadap filosofis pembangunan yang dikembangkan.

Ikhtisar

Kondisi yang memaksa petani mengorganisir diri telah dibahas dengan

lengkap pada bab 1. Namun demikian, persambungan akan tetap dijumpai dalam

bab ini. Kerangka ideologi pembangunan yang telah berkembang memaksa petani

ditempatkan dalam posisi sebagai obyek pembangunan tanpa dilibatkan dalam

proses perencanaan maupun pengambilan keputusan. Mainstream pembangunan

pertanian menghasilkan paradigma production-center oriented yang menghasilkan

kondisi dimana petani mengalami ketergantungan pada struktur elit dan program,

adanya dominasi elit serta upaya mengintegrasikan petani menuju kapitalis.

Page 141: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

124

Pembangunan pertanian dengan paradigma di atas hanya merespon permasalahan

petani secara parsial. Salah satunya adalah ketika revolusi diterapkan di Indonesia.

Program revolusi hijau yang sejatinya dimaksudkan membantu ketersediaan

pangan justru menimbulkan masalah di kalangan masyarakat pedesaan.

Gerakan rakyat kemudian mencoba merespon kondisi tersebut dengan

membangun kelembagaan yang kemudian dikenal dalam bentuk organisasi petani.

Organisasi petani sebagai organisasi yang mengarah pada upaya pemberdayaan

memainkan peran sebagai wadah untuk mencapai cita-cita petani yaitu

kemandirian dan kedaulatan petani atas sumberdayanya. Organisasi sebagai kritik

atas paradigma pembangunan pertanian kemudian menerapkan paradigma baru

yang lebih menempatkan manusia sebagai subyek pembangunan (Gambar 7.)

tanpa meninggalkan agenda gerakan sosial petani.

Pilihan atas paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi people-

center development memaksa orang di luar organisasi untuk memahami alasan di

balik pilihan tersebut. Dari sekian permasalahan yang dihadapi petani, pendekatan

people-center oriented diharapkan menjadi instrumen bagi tercapainya kedaulatan

petani. Paradigma people-center oriented pada prakteknya memerlukan strategi

untuk menghindari resistensi pemerintah. Untuk menghindari hal tersebut,

organisasi mengembangkan kerjasama dengan pemerintah dan mengembangkan

strategi CD sebagai sebuah pendekatan yang dapat diterima di mata pemerintah.

Melalui strategi tersebut terbukti organisasi petani mampu memperjuangkan

kedaulatan petani, membangun kemandirian melalui pembentukan organisasi

petani dan mengembangkan perlawanan terhadap production-center development

dengan mengubah menjadi people-center oriented tapi dengan strategi pendekatan

production-center oriented.

Page 142: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

125

“Production-center oriented“

Permasalahan Petani: 1. rendahnya tingkat produksi 2. ketersediaan pangan 3. tekanan struktural 4. akses terhadap input pertanian 5. peningkatan eksploitasi 6. kemerosotan status sosial 7. kemerosotan kualitas lingkungan 8. ketergantungan kapitalisme secara tidak

langsung 9. kemiskinan 10. rendahnya partisipasi perempuan

(tersingkir) 11. ketergantungan terhadap program 12. akses to market 13. akses to land 14. tingkat kesejahteraan 15. ketiadaan kelembagaan 16. rendahnya posisi tawar 17. kebijakan pemerintah yang tidak memihak 18. akumulasi resource pada sekelompok elit

Penyuluhan Pemberdayaan Partisipasi

CD gaya petani “People-center oriented”

REVOLUSI HIJAU

1. Rendahnya tingkat produksi

2. Ketersediaan pangan

1. Ketergantungan pada struktur elit dan program

2. dominas i elit 3. integrasi pre-kapitalis

menuju kapitalis

1. Membangun kedaulatan petani 2 . Kemandirian melalui pembentukan

organisasi petani dan pilihan kegiatan 3. Mengembangkan perlawanan

terhadap production-center dengan mengubah menjadi people-center tapi dengan strategi pendekatan production-center

Rendahnya tingkat produksi

NEGARA

Gambar 7. Pertarungan Paradigma Pembangunan Pertanian dalam Merespon Permasalahan Petani

Gerakan Rakyat

Page 143: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI

Rubin and Rubin (2001) menggarisbawahi kontinuum lanjut dari

bergabungnya banyak aktor dan banyak organisasi dalam melawan ketidakadilan

dan ketimpangan akan melahirkan agenda gerakan sosial. Konsekuensi lanjut dari

kontinuum tersebut adalah gagasan alternatif yang menggabungkan kepentingan

ekonomi dengan analisis relasi sosial. Dalam hal ini, menjadi penting untuk

melakukan analisis silang antara pendekatan modernisasi dengan kerangka

Marxian yang kental konflik kelas dan penyadaran. Pada satu titik ada peluang

bahwa organisasi komunitas dibangun dengan menggunakan variabel-variabel

pembangunan namun dengan target kedaulatan petani dalam konteks perlawanan

atas ketertindasan/ketimpangan yang menjadi point penting paradigma Marxian.

Pemikiran neo-Marxian dalam hal ini ditempatkan pada posisi mengkaji

faktor-faktor yang saling berkaitan dalam struktur masyarakat. Persoalan yang

dihadapi petani adalah persoalan struktural yang harus dilihat dari integrasi tiga

faktor yakni ekonomi, politik, dan ideologi. Dengan demikian, meminjam

kerangka yang dikemukakan aliran ini, akan tampak bahwa persoalan yang

dihadapi masyarakat bersifat kompleks dan harus direspon dengan strategi yang

integral dan holistik.

Kontekstual masalah memerlukan respon yang tepat di tingkat petani.

Analisis relasi kekuasaan yang tercipta di masyarakat memerlukan pendekatan-

pendekatan yang inovatif. Langkah ini terutama diperlukan untuk menghindari

perlawanan yang lebih kuat dari perangkat keras dan perangkat lunak yang

memarjinalkan petani. Meski dikemukakan bahwa musuh petani pada era setelah

1998 dinilai abstrak, namun kekuatan yang berada dibalik persoalan tersebut

sangat kuat. Kondisi demikian memerlukan pertimbangan khusus tentang cara-

cara perlawanan yang efektif.

Secara teoritis perlawanan dapat dilakukan dengan cara yang halus, tanpa

mengubah struktur yang ada, atau dengan cara dekonstruksi sosial. Perlawanan

yang mempertahankan kemapanan dalam terminologi Scott (1993) dikenal dengan

perlawanan tersembunyi, atau perlawanan dalam kepatuhan menurut Heryanto

(2000). Sedangkan perlawanan dengan cara dekonstruksi dilakukan dengan

Page 144: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

127

merombak struktur yang ada. Pola perlawanan yang dikembangkan oleh

organisasi petani SPPQT tidak dilakukan dengan mengubah struktur yang ada,

melainkan mempergunakan struktur yang ada dan menjadi bagian dari sistem

tersebut untuk kemudian memperbaiki sistem dari dalam. Perlawanan dilakukan

terhadap kemapanan yang ada dengan cara memperkuat aliansi dan menjadi

bagian dari agenda negara. Isu pokok yang ditawarkan organisasi menjadikan

gerakan ini tidak eksklusif, namun tetap dalam kerangka perlawanan yang

diarahkan keluar dari mainstream umum yang berkembang.

Kemapanan dalam pengertian SPPQT menjadi dasar landasan agar

komunitas dap at tenang melakukan kegiatan produksi. Pertimbangan tersebut

menghasilkan konsep IOF yang menjadi roh SPPQT. Konsep IOF dipilih agar

petani dapat memanfaatkan potensi alam yang ada untuk mendukung

terintegrasinya sumber-sumber kehidupan. Bahwa IOF kemudian menjadi gerakan

perlawanan menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Gerakan perlawanan yang

dikembangkan SPPQT merupakan basis melakukan dekonstruksi sosial. SPPQT

dalam perkembangannya berupaya menghasilkan terciptanya gerakan baru dalam

upaya pengembangan petani. Strategi alternatif tersebut lahir dalam bentuk

people-center oriented dengan strategi CD.

Menilik agenda dan langkah-langkah organisasi, terbaca bahwa gerakan

perlawanan menjadi isu utama dan dilakukan dengan strategi membungkus

langkah taktis dan strategis melalui kemandirian dan kebersamaan di tingkat

internal organisasi. Perlawanan ditujukan terhadap paradigma pembangunan yang

menjadi mainstream umum sekaligus terhadap ideologi kapitalis. Tanpa sadar,

globalisasi dan kapitalisasi dianggap sebagai budaya dan menafikkan tekanan

struktural yang dilahirkan oleh kedua paham tersebut. Sebagai kekuatan besar,

globalisme dan kapitalisme tidak mungkin dapat dilawan. Strategi yang dapat

dilakukan dengan cara menghindar agar tidak terjebak kedalam jurang globalisme

dan kapitalisme.

Gerakan Transformasi Petani

Pengalaman sejarah memperlihatkan karakter organisasi petani yang

hampir sebagian besar melibatkan aktor luar sebagai pendamping pembentukan

Page 145: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

128

atau mempertahankan keberadaan organisasinya. Kondisi tersebut tak dapat

dipungkiri merupakan bagian dari sifat dasar petani. Scott (1993) mengemukakan

bahwa keterlibatan petani dalam sebuah gerakan sosial hanya dapat terjadi melalui

perantara kelas-kelas bukan petani. Perlawanan petani lebih banyak terjadi dalam

bentuk perlawanan sehari-hari yang belum sampai pada gerakan protes. Pola

perlawanan yang dikembangkan tidak bersifat pencegahan melainkan pengobatan

terhadap sebuah kondisi yang sudah terjadi.

Ciri-ciri gerakan sosial seperti dikemukakan Harper (1989) memiliki

organisasi-organisasi segmental yang bersaing untuk mendapatkan loyalitas dari

para pengikutnya, proses penerimaan orang per orang dalam kelompok kecil,

partisipasi dimotivasi oleh komitmen personal yang tinggi, gerakan berusaha

membangun ideologinya sendiri serta gerakan biasanya membutuhkan oposisi

sebagai tekanan eksternal untuk membantu menciptakan solidaritas dalam

gerakan. Kajian teori klasik tentang gerakan sosial petani menunjukkan bahwa

wujud gerakan sosial biasanya dalam bentuk pemberontakan petani yang lahir

akibat tekanan struktural.

Merujuk pada penggunaan teori klasik maupun kontemporer, tampak

bahwa teori tentang petani dan perlawanan petani tidak cukup baik dapat

menerangkan keterhubungannya dengan pembentukan organisasi. Petani sebagai

entitas sosial khas dipengaruhi oleh institusi supra lokal dalam berbagai tingkat;

lembaga swasta, pemerintah, dan aktor global. Hal ini menunjukkan bahwa petani

mengalami keterhubungan dengan dunia luar sekaligus melakukan respon aktif

terhadap aspek sosial, ekonomi maupun politik. Namun keterhubungan tersebut

tidak membawa petani keluar dari situasi marjinal, melainkan lebih sering menjadi

penyebab kekalahan petani dalam relasi sosial tersebut.

Perkembangan menunjukkan bahwa di beberapa tempat telah tumbuh

gerakan perlawanan petani dalam bingkai kerangka gerakan sosial. Dalam

beberapa kajian klasik, disebutkan bahwa perlawanan petani lebih sering

diwujudkan dalam gerakan -gerakan pemberontakan yang tidak tersistematisasi.

Padahal, sebagai respon atas kondisi sosial yang ada, bentuk perlawanan

sebaiknya merujuk pada konteks sosio-ekonomi dan politik di tingkat supra

Page 146: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

129

lokal1. Dengan demikian, gerakan sosial atau perlawanan yang akan

dikembangkan harus terlebih dahulu merujuk pada situasi yang muncul.

Gerakan sosial dalam perkembangan lanjut menemukan perubahan

konteks dan karakter akibat gejala baru neoliberalisme (Fauzi, 2005). Kajian

tentang gerakan rakyat pedesaan di Negara Dunia Ketiga telah berubah dalam

konteks, watak maupun moda aksinya. Kehadiran neo-liberalisme mematahkan

potret “klasik” mengenai gerakan atau pemberontakan baik secara teoritik maupun

empirik. Dalam kasus SPPQT, sikap kritis atas sistem kapitalisme global tidak

luput dari fakta empirik implikasi sistem tersebut. Keterpurukan yang dihadapi

komunitas Salatiga akibat persoalan ekonomi dan politik melahirkan gagasan

transformatif melakukan ide-ide perlawanan. Pilihan perlawanan dalam bentuk

organisasi berangkat dari kerangka fikir bahwa musuh utama memiliki jalinan

kekuatan yang kokoh. Gambaran atas siapa musuh dan karakternya memaksa

komunitas mendisain bentuk perlawanan yang sistematis. Kekuatan globalisme-

kapitalisme yang turut mewarnai karakter pemerintah dalam aras lokal maupun

nasional menuntut komunitas memilih strategi perlawanan yang tepat. Tepat

dalam artian sesuai dengan karakter lawan sehingga perlawanan bisa efisien.

Merujuk tulisan Fauzi (2005), karakter gerakan memerlukan syarat-syarat

politik tertentu. Perkembangan konstelasi politik modern dalam kenyataannya

seringkali memerlukan adaptasi pola gerakan. Itulah sebabnya aliran teoritik

klasik tentang pemberontakan petani sudah tidak sesuai dengan konteks kekinian.

Bacaan syarat politik terhadap tumbuh kembangnya organisasi rakyat disikapi

dengan kritis oleh petani. Jika Eldridge (1988) mengungkapkan tipe NGO dalam

merespon kebijakan pembangunan, maka gerakan sosial baru yang berorientasi

rakyat seyogyanya perlu menampilkan citra baru sebuah gerakan rakyat. Perlu ada

strategi cerdas untuk menyamarkan perlawanan hingga terhindar dari resistensi

pihak musuh.

Sayangnya, tulisan Fauzi (2005) belum sampai membahas contoh gerakan

petani dalam bentuk organisasi yang telah menyesuaikan dengan situasi musuh

dan konstelasi politik yang kemudian berpengaruh terhadap pilihan jenis aksi.

1 Gambaran ini diungkapkan oleh Fauzi (2005) bahwa gerakan rakyat sebaiknya memiliki karakter khas sesuai dengan situasi yang dimusuhi, kesempatan politik yang dihadapi, dan pilihan jenis aksi kolektif yang mereka andalkan.

Page 147: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

130

Tulisan tersebut baru sampai membahas bagaimana gerakan rakyat tumbuh dan

berkembang sesuai dengan perkembangan jaman sehingga teori klasik gerakan

petani tidak dapat menjelaskan fenomena tersebut. Dalam perkembangan kajian

gerakan petani, penelitian ini melengkapi kondisi empiris gerakan petani di

Indonesia sehingga melengkapi pemaparan Fauzi. Pada tataran empiris telah

ditemukan strategi organisasi petani dalam menghadapi rezim yang ada dengan

menggunakan strategi perlawanan tersamar.

Dalam literatur yang membahas kajian gerakan sosial, dikemukakan

bahwa kemunculan LSM pada kurun 70-an merupakan bentuk perhatian dalam

usaha pengembangan masyarakat (community development) sebagai kritik

“ketidakmerataan pembangunan” dan pencarian “strategi alternatif” atau

“kebutuhan pokok” yang dapat menguntungkan mayoritas kaum miskin, Eldridge

(1989). Sayangnya, sepak terjang LSM lebih banyak berakar pada kegiatan yang

bersifat sementara. Korten kemudian melengkapi fakta empiris dengan membagi

tipe NGO kedalam empat generasi2. Dalam konteks politik yang memerankan

percaturan global, generasi keempat lebih memiliki peluang menjawab persoalan

global.

Perkembangan gerakan sosial menunjukkan strategi pengorganisasian

petani yang dilakukan melalui tiga tahap yakni community development,

community organization dan political community. Apabila dicermati lebih lanjut,

karakter organisasi yang dibangun dengan menggunakan pendekatan diatas

sesungguhnya merupakan pilihan atas metode yang diterapkan. Dua metode yang

dikenal dalam terminologi perlawanan petani adalah metode radikal (diwujudkan

dalam bentuk politik garis keras) dan metode dengan pendekatan yang lebih halus

dengan cara membangun kemapanan organisasi terlebih dahulu. Pendekatan

sasaran pencapaian tujuan organisasi juga dapat dipahami dari sudut pandang aras

organisasi. Perlawanan dalam setiap aras organisasi harus dilakukan dengan

melihat kebutuhan politik organisasi yang bersangkutan. Makin tinggi aras

2 Generasi pertama merupakan gerakan yang bersifat jangka pendek. Generasi kedua merupakan gerakan untuk membantu mengembangkan swadaya dari masyarakat yang dibantu. Pada generasi kedua ada upaya mengembangkan kesanggupan masyarakat untuk mengatasi sendiri kesulitannya. Generasi keempat menampilkan pertautan dengan konteks politik nasional karena membicarakan konsep atau ideologi atau strategi alternatif pembangunan dengan cara melakukan transformasi pembangunan.

Page 148: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

131

organisasi, karakter perlawanan sebaiknya menjadi semakin abstrak. Kegiatan

yang menjadi bagian dari agenda politik sebaiknya diarahkan pada perkembangan

isu strategis yang mengarah dari kegiatan yang bersifat praxis, berkembang kearah

kebijakan, sampai pada pilihan advokasi atau politik.

Pada tataran empiris, penelitian yang dilakukan Firmansyah dkk (1999)

menghasilkan point penting bahwa penyebab gerakan perlawanan dan tumbuhnya

organisasi dapat dijelaskan melalui beberapa faktor:

1. pada dekade 1980-an, intensitas pembangunan yang gencar banyak

mengandung konflik sehingga menempa gagasan dan bentuk pertahanan diri

(perlawanan) yang kemudian memungkinkan petani untuk melakukan

gerakan.

2. pada dekade ini terdapat satu persoalan besar yang selalu memunculkan

situasi tegang yang berlangsung terus menerus, yang bersumber pada situasi

dimana sebagian besar petani mengalami ketersingkiran politik dan hilangnya

hak-hak dasar mereka atas tanah sebagai alat produksi (modal kerja petani).

3. dampak langsung pembangunan dan hegemoni negara mengacaukan berbagai

sendi kehidupan petani.

4. kehadiran aktor-aktor yang terlibat secara langsung dalam pembelaan petani,

sehingga semangat perlawanan tumbuh subur, pulihnya kepercayaan diri

untuk melakukan gerakan karena ada teman

5. semangat untuk menumbuhkan organisasi, sebagai alat perjuangan, sehingga

segala sumber daya dapat dikerahkan secara maksimal untuk mengatasi

berbagai kendala dalam melakukan gerakan perlawanan, yang kadangkala

bersifat teknis seperti dana.

Dengan demikian pada dasarnya organisasi sebagai bagian gerakan sosial

dapat dikatakan sebagai fenomena baru. Berbeda dengan pemberontakan atau

perlawanan petani dalam kajian klasik yang tidak dilakukan melalui strategi yang

tersistematisasi. Pertautan petani dengan konteks politik baik lokal, nasional,

bahkan global memerlukan respon tersendiri di tingkat petani. Gerakan

transformasi petani dengan demikian menuntut pengorganisasian di tingkat basis.

Page 149: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

132

Mempertanyakan Secara Kritis Ideologi Pembangunan Pertanian

Perbandingan people-center development dan production-center

development3 memberikan pemahaman bahwa people-center development dalam

perkembangannya menjadi paradigma baru dalam gerakan perlawanan rakyat.

Sejarah panjang pendekatan pembangunan memperlihatkan sampai saat ini

pemerintah masih menerapkan paradigma production-center development. Hal ini

tidak saja berlaku pada pembangunan secara makro melainkan juga pembangunan

pertanian. Production-center development dengan segala sifat dan karakter4 yang

melekat menciptakan ketergantungan petani terhadap program. Implikasi dari

kondisi tersebut adalah sistem pasar diciptakan untuk menciptakan

ketergantungan baru bagi petani.

Orientasi pemerintah yang masih mengarah pada modernisasi tampaknya

menjadi pemicu tetap digunakannya ukuran ekonomi dalam melihat keberhasilan

pembangunan. Kritik terhadap mainstream pembangunan diarahkan pada ukuran-

ukuran ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Kajian sosial

menyumbang aspek sosial untuk pengukuran keberhasilan pembangunan. Tulisan

Weede dan Tiefenbach (1981) secara gamblang mengungkapkan bahwa variabel-

variabel sosial dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan

sekaligus sebagai variabel kontrol dalam mengukur pembangunan. Meskipun

Weede dan Tiefenbach (1981) masih menggunakan ukuran ekonomi pada variabel

kontrolnya, namun mereka juga berupaya menunjukkan bahwa variabel sosial

ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

seluruh dunia (Gambar 8).

Dalam konteks tersebut, pengembangan komunitas akan lebih baik jika

dilakukan pendekatan sosiologis disamping pendekatan ekologis dan ekonomis.

Keterkaitan diantara ketiganya menunjukkan keterhubungan secara fungsional

karena dipandang sebagai suatu sistem kelembagaan lokal yang berpengaruh

terhadap kehidupan dan perkembangan komunitas. Analisis yang dikemukakan

Weede dan Tiefenbach (1981) menunjukkan bahwa pada aras komunitas, penting

melihat kajian kelembagaan dan modal sosial untuk menciptakan sebuah

3 Penjelasan gamblang terdapat di Bab VI 4 Berorientasi pertumbuhan, mengutamakan komoditas, menggunakan pendekatan yang bias struktur masyarakat, dan lain-lain

Page 150: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

133

pembangunan yang lebih bersifat bottom up. Oleh karenanya kelembagaan dan

modal sosial menjadi penting dalam menganalisis pembangunan di aras

komunitas. Ukuran -ukuran variabel sosial yang dimaksud misalnya organisasi

sosial yang terbentuk, hubungan sosial, interaksi sosial, kelembagaan, dan

sebagainya. Jadi sepanjang pembangunan dilakukan pada aras komunitas dan

memperhatikan aspek/variabel sosial, maka pembangunan tersebut akan berhasil.

Segera tampak bahwa aspek sosial menyumbang peranan yang besar

dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Hal ini

mendukung gerakan yang berupaya mempertanyakan ideologi pembangunan.

Bahwa pembangunan yang mengarah pada production-center development sudah

tidak tepat diterapkan dalam konteks negara dimana gerakan rakyat mulai

mengembangkan perlawanan. Persentuhan negara dengan faktor eksternal turut

menyumbang berkembangnya arah transformasi masyarakat dalam dimensi yang

lebih luas.

People-Center Oriented Sebagai Agenda Utama Organisasi

Belajar dari kesenjangan yang besar antara production dan people-center

development, organisasi memandang perlu mengarahkan agendanya pada

pencapaian kegiatan yang lebih mengutamakan anggota. Organisasi sebagai alat

mencapai tujuan yang berciri people-center oriented diperlukan untuk

meningkatkan rasa memiliki anggota terhadap organisasinya. Berdasarkan

pertimbangan di atas, SPPQT mengembangkan simpul-simpul yang dibangun

berdasarkan pendekatan administrasi dan kawasan. Untuk mendukung tujuan di

atas, SPPQT kemudian menerapkan konsep community organizer dimana anggota

yang bertindak sebagai community organizer harus bisa mempengaruhi

masyarakat untuk berjuang di tingkat komunitas.

Organisasi petani mengusung konsep bahwa desa harus menjadi wilayah

otonom. Pengelolaan harus didasarkan atas kepentingan manusia yang mendiami

wilayah desa tersebut. Upaya itu lebih pada harapan untuk menumbuhkan

perasaan memiliki wilayah dalam diri petani. Ketika penguatan di tingkat desa

sudah tercapai, maka apabila akan ditarik ke ranah politik menjadi lebih mudah.

Serikat melakukan tugas dalam hal menganalisis akumulasi persoalan di tingkat

desa untuk dicari solusinya melalui akses politik di tingkat pemerintahan yang

Page 151: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

134

lebih luas. Itulah sebabnya dalam rumusan rencana strategi (renstra) perdes

menempati prioritas. Perdes diarahkan pada bagaimana desa terlindungi secara

hukum. Gerakan nyata harus dibangun di tingkat desa. Pilihan ini akan mampu

melibatkan semua pihak yang ada di desa, baik lembaga formal maupun informal

untuk bersama membangun desa. Gambaran bahwa desa dimiliki oleh

komunitasnya harus dibangun sehingga keputusan berada di tangan kelembagaan

lokal.

Dinamika internal menghasilkan perkembangan yang agak berbeda

tentang konsep community organizer. Konsep awal tidak menempatkan

community organizer sebagai staf serikat. Community organizer sejatinya

dimaknai sebagai leader community. Idenya adalah community organizer bekerja

di komunitas dan bekerja bersama komunitas. Beruntung bahwa pada strategic

planning (SP) 2004 posisi community organizer dikoreksi, dan community

organizer dikembalikan ke komunitas. Community organizer harus menjadi

sandaran komunitas, dan harus mengaktualisasikan dirinya di komunitas.

Community organizer bukan kelembagaan melainkan pola pikir. Sebagai

mainstream, keberadaan community organizer berimplikasi bahwa seluruh staf

harus melakukan agenda pengorganisasian.

Sebagai strategi baru dalam perlawanan, CD ala petani harus mempunyai

rumusan pembagian tugas yang jelas. Terutama karena serikat memiliki jenjang

organisasi dari mulai paguyuban hingga kelompok tani. Apabila dilihat struktur

organisasi yang meliputi serikat-paguyuban-kelompok, pembagian tugas dapat

dilakukan sebagai berikut; kebutuhan praktis dipenuhi di tingkat kelompok,

paguyuban mengurusi kebijakan, sedangkan serikat menganalisis persoalan

ideologi/gerakan yang harus dibangun.

Mekanisme mentransformasikan gerakan dapat dilakukan dengan

membawa petani pada diskusi tentang isu. Isu harus ditarik pada ideologi yang

bisa mengarahkan pada gerakan perlawanan. Dalam hal ini paguyuban harus

dewasa dalam membawa diskusi tentang isu. Paguyuban harus bisa merumuskan

bagaimana mentransformasikan gerakan kepada kelompok melalui media tertentu.

Kelompok menjadi saluran untuk membangun gerakan perlawanan yang berbasis

lokalitas. Sebagai contoh kasus busung lapar. Isu ini harus didiskusikan hingga

Page 152: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

135

sampai pada pemahaman ideologis. Penyadaran dengan basis isu dan ideologi

akan lebih mengkonkritkan tindakan di tingkat petani. Jika pendekatan ini bisa

dilakukan maka serikat berfungsi sebagai institusi yang memainkan isu. Di tingkat

petani tidak harus setiap saat berkutat dengan isu. Petani harus dib iarkan

mendiskusikan hal-hal konkrit menyangkut persoalan nyata dan tidak harus

berkutat dengan isu ideologis. Pola transformasi ideologi dengan cara demikian

dipandang membuat petani paham terhadap pihak yang harus dilawan sekaligus

strategi yang dapat diterapkan.

Perbedaan mendasar karakter organisasi dalam kerangka CD dan

organisasi dalam kerangka gerakan ditinjau dari beberapa mekanisme

pengorganisasian. Organisasi komunitas mengusung ideologi dasar bahwa

mekanisme organisasi dibangun atas dasar keterlibatan seluruh anggota untuk

berjuang bersama dalam memecahkan masalah terutama meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam membuat keputusan yang menyangkut kehidupan

sosial. Organisasi komunitas terjadi ketika anggota saling memperkuat ikatan satu

sama lain melalui penguatan jaringan sosial dan peningkatan kapasitas dalam

menyelesaikan masalah. Prinsip dasar organisasi komunitas adalah pemberdayaan

kolektif yang sedikit mengadopsi paradigma modernisasi.

Terkait dengan ranah tanggung jawab antar aras organisasi, ada upaya

membagi peran. Dalam tataran ideal, serikat lebih memikul tanggung jawab

membangun opini yang pengejawantahannya dilakukan di tingkat kelompok

dengan membangun kemandirian. Perjuangan serikat saat ini sedang dalam tahap

memacu kemampuan petani berbicara. Upaya ini didasarkan pada pertimbangan

agar gerakan tidak dikooptasi oleh golongan aktivis. Dengan demikian

membentuk kecerdasan emosional petani menjadi agenda yang paling berat bagi

serikat. Masih terkait dengan pembagian kerja, secara ideal serikat diharapkan

mengkaji sesuatu yang bersifat global. Berbeda dengan tingkat paguyuban yang

lebih memfokuskan pada kebijakan di tingkat menengah. Lain halnya pula dengan

petani yang lebih bergerak pada pemenuhan basic needs. Merujuk pada AD/ART

organisasi, jelas bahwa terdapat tingkatan menganalisis kondisi baik lokal maupun

nasional. Pada tingkat serikat, dia harus menganalisis dan memonitor produksi

nasional. Paguyuban harus menganalisis dan memonitor tingkat kecamatan dan

Page 153: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

136

kabupaten. Tingkat kelompok tani diharapkan menganalisis tingkat desa,

sedangkan individu menganalisis di tingkat keluarga.

Membangun kesadaran melawan bersama didahului dengan pembacaan

kontekstual. Dalam hal ini peran analisis sosial (ansos) menjadi sangat penting.

Semangat perlawanan akan tumbuh ketika petani dihadapkan pada kenyataan

bahwa ada masalah yang menyangkut ketersediaan bahan pangan mereka. Melalui

ansos dapat ditunjukkan keterhubungan antara kemampuan sumberdaya dalam

menampung kebutuhan hidup manusia. Persoalan sumberdaya menjadi pijakan

analisis yang dianggap tepat. Ansos juga seringkali dilakukan dengan pendekatan

bahwa dalam relasi sosial muncul pihak yang dikategorikan sebagai superordinat

dan subordinat. Analisis bahwa golongan superordinat akan meng-eksploitasi

golongan subordinat sekaligus sumberdaya alamnya menimbulkan respon

tersendiri di kalangan petani. Pendekatan dominasi superordinat terhadap

subordinat dilakukan untuk mengukuhkan keinginan kuat perlawanan. Namun

demikian pertimbangan bahwa masalah produksi menjadi masalah utama

memerlukan pola perlawanan yang menyandarkan kegiatan teknis produksi.

Agenda Besar Organisasi: Gerakan dan Mekanisme Pencapaian

Realitas empiris menunjukkan bahwa petani mengalami kondisi

penindasan, ketimpangan sosial, ketidakberdayaan, dan ketidakadilan yang

membelenggu kemampuan pengelolaan sumber daya yang ada. Fakta yang

tampak adalah tidak adanya keberpihakan terhadap petani yang merupakan

pemegang hak atas pengelolaan dan kontrol sumberdaya lokal, sebagai sumber

penghidupan. Petani terbebani dengan kondisi alam yang tidak bersahabat akibat

penggunaan teknik pertanian yang tidak ramah lingkungan dan sistem sosial yang

cenderung eksploitatif. Dengan demikian perjuangan menjadi kebutuhan terutama

dilihat dari aspek kultural maupun struktural sehingga kedepan dapat tercipta

peradaban baru yang lebih manusiawi dan kepentingan strategis kaum tani dapat

terlindungi dari berbagai bentuk penghisapan. Semangat yang dikembangkan

adalah aksi dan refleksi sesuai dengan semangat dan tuntutan perkembangan

jaman.

Page 154: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

137

Tujuan besar organisasi seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar

(AD) adalah mewujudkan masyarakat tani yang mampu mengelola dan

mengontrol segala sumberdaya yang tersedia beserta seluruh potensinya sesuai

dengan prinsip keadilan dan kelestarian lingkungan serta kesetaraan antara laki-

laki dan perempuan. Akses dan kontrol yang diperjuangkan terkait dengan tanah

sebagai alat produksi petani dan upaya penyediaan benih serta memperjuangkan

kedaulatan masyarakat petani. SPPQT memiliki motto “siapa menguasai benih

akan menguasai kehidupan” yang memicu harapan petani untuk terus maju.

Kedaulatan petani menjadi ideologi penting dalam perlawanan ini.

Kedaulatan yang dimaksud mencakup banyak dimensi, baik dalam kaitannya

dengan persoalan produksi maupun partisipasi publik dan penentuan kebijakan.

Kedaulatan petani dilakukan dengan cara membangun gerakan kultural yang

dimaksud untuk melawan globalisasi, ketidakadilan dalam perdagangan, dominasi

kapital oleh negara kaya, penguasaan teknologi demi keuntungan segelintir orang

dan usaha-usaha kerusakan lingkungan yang memutus rantai kehidupan. Upaya

mencapai semua itu dilakukan dengan memperkuat jaringan kerjasama

perdagangan antar organisasi petani berbasis produksi setempat dan menggunakan

teknologi dan budaya setempat dengan mempertimbangkan keadaan geografis.

Langkah tersebut diyakini akan mempercepat tercapainya kedaulatan petani.

Gerakan struktural juga dikembangkan terutama ketika merespon pola relasi yang

berkembang. Kritik terhadap pola relasi yang tidak menguntungkan petani

dilakukan sebagai bagian dari perlawanan. Perangkat keras dan perangkat lunak

yang merugikan petani lebih banyak tercipta dari tidak adanya keberpihakan

terhadap petani.

Menilik karakter kegiatan demikian, pada dasarnya SPPQT menerapkan

pola perlawanan yang sekaligus memberi peluang menjawab persoalan nyata di

tingkat petani. Ide ini sekaligus dapat dikembangkan oleh organisasi berbasis

konflik. Seringkali organisasi petani mandek dalam kegiatannya karena terlalu

sarat dengan pertimbangan ideologis dan muatan perlawanan radikal. Kebutuhan

petani jangka pendek seringkali tidak mendapat porsi perhatian. Itulah sebabnya

banyak organisasi yang tidak berlanjut. Meski diawal karakter embrio organisasi

menampakkan karakter organisasi CD, dalam perkembangannya, organisasi ini

Page 155: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

138

lebih memiliki jiwa community organization (CO dalam pengertian organisasi

yang dibangun oleh komunitas)5. Kegiatan yang dibangun berbasis pada ide

bahwa kemandirian petani menjadi modal dasar perlawanan atas status quo dari

pihak supra lokal. Perlawanan ini terselubung dalam jargon-jargon pembangunan

sehingga ada sebuah ruang bagi organisasi petani untuk “lebih bebas”

berkreatifitas dan mengambil inisiatif perlawanan. Pilihan ini memberi warna

tersendiri bagi organisasi petani yang terbiasa dikelola dengan jalur protes dan

mobilisasi massa dalam pendekatan radikal.

Perlawanan yang dikembangkan oleh SPPQT dilakukan dengan

mendobrak kemapanan yang ada. Strategi yang dikembangkan adalah

memperkuat jaringan dengan cara membangun aliansi dalam kepentingan

memperjuangkan agenda terbatas tetapi sedikit demi sedikit mempersiapkan

“tandingan” bagi sistem yang telah ada. Kegiatan organisasi pada dasarnya

menjadi bagian agenda Indonesia yang memperbaiki sistem dari dalam. Isu

pluralisme yang dikembangkan oleh organisasi disinyalir menampilkan kesan

bahwa gerakan yang dikembangkan organisasi bukan gerakan yang ekslusif.

Organisasi Petani Sebagai Perlawanan Petani

Apabila ditelaah kesamaan antara organisasi sebelum kemerdekaan hingga

era 1980-an menunjukkan bahwa gerakan dan organisasi bukan merupakan

sesuatu yang otomatis. Ketiadaan hubungan antara perlawanan petani dengan

pengorganisasian petani menimbulkan pertanyaan besar. Namun penelitian ini

tidak sampai menjelaskan mengapa perlawanan petani pada masa awal tidak

otomatis menimbulkan pengorganisasian. Penelitian ini lebih memfokuskan pada

strategi petani dalam merespon konteks sosio-ekonomi politik yang kompleks

sekaligus menemukan karakter perlawanan petani pasca 1998. Dalam penelitian

ini ditemukan bahwa tipe perlawanan diposisikan dalam kondisi ekonomi sosial

politik masa itu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, organisasi petani yang

betul-betul berangkat dari tingkat basis menjadi kajian yang menarik karena

menyangkut manajemen petani dalam menghadapi permasalahan struktural.

5 Hollnsteiner (1979) mengemukakan perbedaan antara CD dan CO dengan sangat baik. Kesimpulan yang dikemukakan adalah CO lebih memiliki sifat dekat dengan kebutuhan anggota komunitas.

Page 156: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

139

Pentingnya mengkaji kekuatan petani melalui pembentukan organisasi

mulai dirasakan ketika memasuki masa krisis moneter dan terbukanya ruang

politik bagi semua pihak. Pada masa reformasi, terbukti petani belum siap

memanfaatkan moment yang ada sehingga era reformasi dilewatkan tanpa

perjuangan yang berarti. Kesadaran membangun organisasi di tingkat basis

didukung kenyataan bahwa peningkatan posisi tawar akan mampu dicapai jika

dibangun kekuatan ditingkat basis. Dalam periode ini, beberapa organisasi petani

mulai menajamkan fokus pada capacity building dengan mengembangkan

kegiatan yang tidak semata-mata aksi dan demonstrasi. Kegiatan lebih difokuskan

pada peningkatan kapasitas organisasi sebagai wahana perjuangan rakyat dalam

rangka memperkuat kemandirian sesama rakyat marjinal dan membongkar status

quo. Solidaritas organisasi dibangun dalam mendukung gerakan pemberdayaan

petani secara lebih tersistematisasi.

Tipe Musuh dan Pilihan Model Perlawanan

Perbedaan perlawanan sebelum dan sesudah Tahun 1998 dapat dilihat dari

sasaran perlawanan dan siapa yang dianggap musuh. Perlawanan sebelum Tahun

1998 ditujukan pada negara/pemerintah orde baru. Ada keinginan melakukan

perlawanan politis. Perlawanan kemudian dilakukan melalui konsolidasi tingkat

paguyuban dan kelompok tani, dengan menggunakan media pengajian atau

kelompok yang telah berdiri sebelumnya.

Perlawanan Perlawanan terhadap politik

terhadap negara dan akses kontrol

Orde baru Advokasi yang dimulai dari kasus Senjoyo dan Damatex

Gambar 8. Perbedaan Tipe Perlawanan Sebelum 1998 dan Setelah 1998

Membedakan kurun waktu rezim pemerintahan menghasilkan perdebatan

tentang jenis musuh yang harus dilawan petani. Pada masa orde baru, musuh yang

tampak adalah negara. Namun, pasca orde baru keberadaan musuh menjadi

abstrak karena negara bisa dikatakan tidak melakukan tindakan represif. Posisi

negara dalam hal ini perlu dilihat secara kritis. Diskusi demikian mau tidak mau

harus mempertautkan dengan konteks global. Sebagai contoh, selama ini

1998

Page 157: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

140

kebijakan pertanian hanya dimaknai sebagai kegiatan teknis produksi. Saat ini

negara berada pada pihak yang berpotensi memarjinalkan petani, sebagai

perpanjangan kapitalisme. Sebagai contoh adalah UU privatisasi air. Produk

hukum tersebut terbit dalam kepentingannya memfasilitasi kepentingan kaum

kapitalis.

“Apabila didefinisikan, maka musuh petani adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang menstimulir upaya-upaya kapitalisasi. Perangkat keras dalam bentuk pemerintahan baik nasional maupun lokal bahkan global, sedangkan perangkat lunak meliputi produk hukum dan kebijakan”. (Wawancara dengan informan).

Perbedaan pemahaman terhadap musuh masa lalu dengan masa kini

menghasilkan strategi perlawanan yang berbeda. Pada masa lalu negara tampak

sangat jelas memainkan peran sebagai musuh yang tidak memiliki keberpihakan

terhadap petani. Negara berada pada posisi dengan ideologi yang berseberangan

dengan masyarakat/petani bahkan seringkali bertindak represif. Berbeda dengan

peran masa kini dimana negara tampak mengurangi tindakan kekerasan, bahkan

dalam beberapa hal berupaya mengembangkan pemberdayaan komunitas. Namun

kebijakan yang diterapkan tetap tidak berpihak pada petani. Negara banyak

dikendalikan oleh kepentingan global, demikian juga dalam paradigma

pembangunan pertanian. Karakter musuh terbukti melahirkan respon perlawanan

yang berbeda. Pada masa lalu semua yang berbau pemerintah akan langsung

dilawan. Saat ini strategi yang dikembangkan adalah SPPQT mulai masuk dalam

pembahasan APBD dan masuk dalam ranah politik. SPPQT mulai ambil bagian

dalam proses pengambilan keputusan. Upaya yang saat ini dikembangkan adalah

penguatan pola gerakan sebagai upaya mempengaruhi kebijakan lokal. Cara yang

ditempuh adalah mendudukkan orientasi politik yang didukung dengan proses

format ulang langkah -langkah taktis agar gerakan politik tidak salah.

Organisasi mengambil bentuk CD dalam program dan pendekatannya

sebagai respon atas tipe musuh yang ada. Strategi diarahkan pada akses polit ik

yang diharapkan merembes pada kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi tidak bisa

dipungkiri bahwa kondisi masyarakat memerlukan penyelesaian yang bersifat

praktis/pragmatis. Kebutuhan ini harus segera dipenuhi. Perlu satu langkah agar

perjuangan mencapai posisi tawar politik menguat tanpa mengabaikan keperluan

Page 158: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

141

praktis di tingkat petani. Aspek praktis yang harus dijawab segera meliputi bidang

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar petani mempunyai

daya tahan berjuang.

Pendekatan dengan menggunakan aspek praktis dan persoalan nyata

menjadi media bagi petani untuk tergabung dalam organisasi. Ketertarikan awal

biasanya dimulai dari pembicaraan yang menyangkut persoalan yang berkaitan

dengan mereka. Organisasi ada baiknya terlebih dulu membicarakan sesuatu yang

bisa dengan segera menjawab persoalan petani ketimbang langsung ditarik pada

aras pendidikan politik terlebih apabila diajak melakukan perlawanan. Posisi

SPPQT saat ini pada tahap menjawab persoalan nyata petani dan belum sampai

pada menjawab/mempertautkan mainstream perlawanan. Kesulitan di tingkat

SPPQT adalah menyambungkan isu. Pertautan ideologi perlawanan belum sampai

di tingkat kelompok tani.

Karakter Perlawanan Model People-Center Oriented

Berbagai literatur yang memaparkan tentang karakter dan sifat petani

sampai pada kesimpulan bahwa organisasi dan petani merupakan sesuatu yang

tidak serta merta tersambungkan (Scott,1993,1994,2000; Wolf,1985;

Shanin,1971). Dalam hal ini diperlukan satu kiat khusus untuk mempertahankan

keberlanjutan sebuah organisasi petani. Beberapa strategi yang bisa dijadikan

pertimbangan menjaga keberlanjutan tersebut adalah awal pembentukan, alternatif

kegiatan, dan strategi mencapai tujuan bersama. Pada kasus SPQQT,

pembentukan organisasi lebih banyak memanfaatkan anggota dari organisasi tipe

lama bentukan pemerintah. Dalam kajian ilmu penyuluhan, orang-orang demikian

dikategorikan sebagai early adopter dan merupakan golongan masyarakat dengan

pemikiran yang lebih maju. Dari sisi manajemen, golongan early adopter sudah

memiliki kultur berorganisasi. Disamping memanfaatkan lembaga bentukan

pemerintah, pembentukan organisasi juga dilakukan melalui organisasi lokal yang

telah mapan, misalnya kelompok pengajian, arisan, gotong royong, ronda, dan

lain-lain yang merupakan ciri khas organisasi lokal setempat.

Strategi lain sebagai upaya mempertahankan keberadaan organisasi adalah

memilih kegiatan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh anggota.

Kegiatan yang dekat dengan tujuan tersebut adalah kegiatan ekonomi produksi.

Page 159: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

142

Kegiatan berbasis ekonomi produksi menjadi satu pilihan karena sederhana dan

mudah dipahami dan lebih bersifat berbasis kepentingan. Seperti hal-nya

kelompok petani perempuan, kelompok petani laki-laki pun mengembangkan

kegiatan arisan atau simpan pinjam. Kegiatan ini lebih dianggap sebagai selingan

bagi kegiatan produksi yang lebih banyak menghabiskan curahan waktu.

Ketertarikan terhadap kegiatan pertanian didasarkan pada motivasi bertani sebagai

sumber penghidupan. Karena alasan itulah, SPPQT memfasilitasi kegiatan

anggota organisasi petani dengan teknik-teknik pertanian yang bermanfaat,

misalnya pertanian organik, cara budidaya tanaman tertentu, pembibitan, dan lain-

lain tergantung kebutuhan dan konteks ekologi komunitas yang bersangkutan.

Perlu diingat bahwa pola perlawanan berangkat dari masalah teknologi dan tata

produksi. Perlawanan dengan menyandarkan pada prinsip CD dipilih dengan

pertimbangan petani memerlukan strategi pengorganisasian dan pemberdayaan

yang berkesinambungan.

Strategi alternatif yang layak dipertimbangkan adalah menjadikan kegiatan

organisasi sebagai bagian dari mainstream yang berkembang dalam konstelasi

politik sehingga tidak menimbulkan resistensi yang kuat dari pemerintah. Disini

diperlukan sebuah upaya mengadaptasikan norma-norma yang berkembang dalam

ideologi negara untuk sampai pada tujuan organisasi yang lebih besar. Taktik

“membunglon” diperlukan untuk mengambil hati pemerintah agar tidak

menghalangi perjuangan yang sedang dilakukan. Membunglon disini diartikan

sebagai bentuk adaptasi kultural dan struktural atas keinginan dan kepentingan

politik negara yang cenderung ingin mempertahankan status quo.

Beberapa contoh strategi di atas mendukung keberlangsungan keberadaan

organisasi. Strategi ini cenderung bersifat lokal dan sangat spesifik, dimana

pilihan-pilihan akan kembali pada kontekstual wilayah. Kembali pada konteks

lokal dan potensi kewilayahan akan mendukung eksistensi organisasi di tingkat

basis. Pentingnya menengok konteks lokal dan potensi kewilayahan juga menjadi

satu kebutuhan untuk dapat mengakomodir kebutuhan petani secara nyata. Ditilik

dari skala nasional, ketika sebuah organisasi mendapatkan dukungan dari anggota,

organisasi tersebut dianggap sebagai organisasi yang berbasis lokal sehingga

berwibawa dimata pemerintah. Sama halnya dengan sekolah alternatif yang

Page 160: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

143

dikembangkan oleh beberapa paguyuban dibawah SPPQT. Keberadaan sekolah

alternatif ini lebih didasarkan pada kebutuhan pendidikan. Namun dalam

perkembangannya, keberadaan sekolah alternatif ini menjadi alat ampuh

perlawanan kapitalisasi pendidikan yang sedang marak.

Keberadaan SPPQT dan organisasi di bawahnya merupakan sebuah upaya

memindahkan perlawanan pada strategi alternatif dengan tujuan sama yakni

membangun kekuatan di tingkat lokal dengan metode pendekatan yang berbeda.

Bagi kebanyakan organisasi, metode yang dikembangkan adalah pendekatan

radikal sehingga cenderung berbenturan dengan sikap resistensi birokrasi. SPPQT

memindahkan pola perlawanan ke dalam sebuah bentuk lain yang lebih halus,

dengan metode pengembangan organisasi yang lebih sesuai dimata pemerintah

sehingga cenderung mendapat dukungan. Strategi ini bagi SPPQT merupakan

pilihan alternatif dimana petani dipersiapkan untuk mandiri sekaligus membangun

kekuatan perlawanan yang tersamarkan.

Perlawanan dengan mengedepankan prinsip kemandirian meliputi

beberapa ranah, diantaranya adalah pertama , kemandirian organisasi yang

meliputi kesekretariatan/staf, paguyuban, dan kelompok. Kedua, kemandirian

hakiki yang diupayakan dengan cara menghindari lembaga pemberi dana yang

dapat menyebabkan ketergantungan. Ketiga, kemandirian rumah tangga/keluarga

petani dalam hal produksi yang berarti pupuk dan benih dibuat sendiri. Konsep

pemberdayaan yang utuh dilakukan dalam ranah ekonomi dan dianggap telah

mencapai tingkatan yang paling tinggi jika sudah memiliki kontrol terhadap

sumberdaya. Pada saat ini petani belum mampu sampai pada kontrol, bahkan

akses pun belum utuh diperoleh.

Menelusuri kegiatan organisasi dalam kerangka perlawanan, tampak

bahwa perlawanan yang dikembangkan memiliki karakter yang lebih baru. Pilihan

memperjuangkan people-center oriented sebagai paradigma baru yang diusung

didekati dengan cara-cara persuasif. Dengan demikian, perlawanan tidak tampak

sebaagi perlawanan. Taktik ini menguntungkan organisasi karena secara tidak

langsung strategi ini menjaga keberlanjutan SPPQT sebagai organisasi rakyat atau

organisasi komunitas.

Page 161: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

144

Dengan demikian, agenda besar yang diusung organisasi adalah

kemandirian dan kedaulatan petani. Pendekatan kegiatan yang diarahkan pada

kemandirian memenuhi kebutuhan penyediaan sarana produksi sendiri dalam

terminologi gerakan merupakan sebuah bentuk perlawanan. Ideologi dasar

perlawanan yang dikembangkan adalah merubah mainstream pembangunan yang

berorientasi production-center development menuju people-center development.

Strategi organisasi yang dikembangkan dengan mengadopsi cara-cara yang biasa

dilakukan pemerintah. Pendekatan kegiatan dan jaringan yang dikembangkan

organisasi mengarah pada paradigma pertama. Paradigma kedua sebagai hasil

akhir perlawanan merupakan antithesa paradigma pertama yang dilakukan dengan

menggunakan strategi CD. Dalam banyak kasus, CD belum betul-betul

melibatkan petani dalam pengambilan keputusan, berbeda dengan CO yang

menempatkan petani sebagai subyek pembangunan.

Perbandingan antara konsep WID dan WAD memperlihatkan bagaimana

integrasi perempuan dalam pembangunan. Paralel dengan pengertian di atas, pola

perlawanan yang dikembangkan oleh organisasi petani tidak dilakukan dengan

mengubah struktur yang ada, melainkan mempergunakan struktur yang ada dan

menjadi bagian dari sistem yang ada untuk kemudian mendorong perbaikan dari

dalam. Strategi CD digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan konteks permasalahan yang

dihadapi petani. CO sebagai wadah perjuangan turut mengarahkan pada upaya

mencapai pembangunan pertanian yang berorientasi komunitas.

Perlawanan tersamar sebagai gagasan alternatif tidak dengan otomatis bisa

diterapkan pada seluruh tipe organisasi. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa

organisasi muncul dilatarbelakangi oleh konteks situasional komunitas.

Implikasinya adalah akan ada perbedaan karakter organisasi yang lahir dari

persoalan yang dihadapi oleh komunitas yang bersangkutan. Perbedaan persoalan

ini yang menyebabkan organisasi memiliki tampilan yang berbeda satu sama lain.

Sebagai sebuah gagasan teoritis, perlawanan tersamar bisa diadopsi melalui tahap

adaptasi dengan terlebih dahulu menyesuaikan dengan konteks masyarakat

dimana organisasi dibangun.

Page 162: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

145

Konsep yang lahir dari penelitian ini adalah “perlawanan tersamar”

sebagai sebuah adaptasi terhadap perkembangan tipe musuh. Ketika politik dan

negara tidak bisa dipisahkan, maka akan terjadi adu kekuatan antara berbagai

pihak. Langkah memilih bentuk organisasi yang tersistematisasi dengan demikian

menjadi pilihan tepat mengacu pada karakter lawan. Perlawanan tersamar

merupakan model gabungan antara mempertahankan kemapanan sosial dan upaya

melakukan dekonstruksi sosial. Perlawanan tersamar mengindikasikan pilihan

strategi perlawanan yang disamarkan oleh organisasi untuk mencapai agenda

organisasi. Namun demikian perlawanan tersamar tidak merujuk pada

tersamarnya agenda organisasi, dengan kata lain perlawanan tersamar tidak sejajar

dengan agenda tersembunyi. Pengorganisasian yang diterapkan oleh organisasi

petani berangkat dari prinsip -prinsip perlawanan dalam kerangka gerakan yang

dibungkus dengan pendekatan production-center oriented . Melawan dilakukan di

bawah payung slogan-slogan pembangunan pemerintah sambil mendefinisikan

kembali slogan tersebut kedalam pengertian paradigma yang lebih berorientasi

pada people-center oriented . Model pembentukan organisasi yang menggunakan

jargon-jargon pembangunan sekilas mencerminkan tipe organisasi yang

memenuhi kepentingan pemerintah. Namun bagi organisasi, model perlawanan

demikian merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan konteks politik negara.

People-center oriented yang sedang diperjuangkan merupakan kritik atas

pembangunan yang lebih berorientasi pada production-center development.

Pengorganisasian yang diterapkan oleh organisasi petani berangkat dari prinsip -

prinsip perlawanan dalam kerangka gerakan yang dibungkus dengan pendekatan

production-center oriented. Melawan dilakukan di bawah payung slogan-slogan

pembangunan pemerintah sambil mendefinisikan kembali slogan tersebut kedalam

pengertian paradigma yang lebih berorientasi pada people-center oriented.

Page 163: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Kesimpulan

Tinjauan lebih baru tentang pemberontakan/perlawanan petani dalam

kerangka gerakan sosial menghasilkan pemahaman bahwa gerakan sosial dapat

diwujudkan melalui organisasi petani. Pembentukan organisasi petani merupakan

pembuktian bahwa konteks permasalahan petani dan iklim politik mengalami

perkembangan dibandingkan dengan latar belakang pemberontakan dalam teori

klasik. Teori klasik tentang pemberontakan petani tidak dapat menjawab

permasalahan kontemporer. Permasalahan masa kini mempunyai banyak dimensi

yang meliputi ekonomi, politik dan ideologi pembangunan. Dengan demikian

keterkaitan antara tiga ranah yaitu ekonomi, politik, dan ideologi komunitas

menjadi berharga sebagai batu pijakan analisis terhadap bentuk perlawanan

petani. Kajian teoritis menghasilkan sebuah analisis tentang satu realitas sosial

yang ditinjau dalam dua kerangka pendekatan dan menghasilkan satu sudut

pandang baru dalam melihat persoalan petani. Gerakan sosial yang dipilih dengan

memindahkan jalur perlawanan radikal menuju kooperatif menjadi sebuah

alternatif gerakan sosial baru. Konsep perlawanan sehari-hari sebagai senjatanya

orang-orang yang kalah yang dikemukakan Scott (2000) dapat muncul dalam

bentuk lain. Sebuah perlawanan versi petani yang bermula dari sebuah pendekatan

yang “manipulatif” terhadap orientasi pemerintah untuk menerapkan pola-pola

modernis/developmentalis.

Permasalahan ekonomi dan politik yang dihadapi petani bersumber dari

kebijakan yang diterapkan baik oleh pemerintah maupun aktor global. Berbagai

kebijakan yang ada berakibat pada marjinalisasi petani. Kondisi demikian

merupakan implikasi dari pendekatan production-center oriented yang

dikembangkan pemerintah. Pendekatan production-center oriented yang

dikembangkan hanya merespon masalah secara parsial sehingga revolusi hijau

sebagai manifestasi dari keberpihakan pemerintah terhadap paradigma

pembangunan yang bias kepentingan golongan superordinat melahirkan tragedi di

tingkat petani. Kebijakan ekonomi dan politik kemudian diarahkan pada upaya

mensukseskan program revolusi hijau sehingga tidak ada ruang bagi petani untuk

menunjukkan eksistensinya. Sebagai kelanjutan, kemudian dibentuk kelompok di

Page 164: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

147

pedesaan yang diupayakan dapat mentransfer ide-ide pemerintah. Organisasi

pedesaan dibawa kedalam kepentingan pemerintah yang bermuara pada

terciptanya ketergantungan massal golongan petani.

Sebagai respon atas pendekatan production-center development di atas,

SPPQT kemudian melakukan kritik dengan mengembangkan pendekatan people-

center oriented. Pendekatan ini dianggap tepat bagi bentuk organisasi yang

berbasis komunitas. Pilihan ideologi yang dibangun oleh SPPQT adalah

membangun kemandirian dan kedaulatan petani. Bagi petani, kemandirian dan

kedaulatan merupakan pondasi untuk sampai pada merebut akses dan kontrol.

Upaya mencapai akses dan kontrol merupakan perjuangan kearah pemberdayaan

petani.

Merujuk persoalan di atas dalam kaitannya dengan upaa petani

memperjuangkan akse dan kontrol, maka dapat dirinci gambaran respon petani

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhnya organisasi petani di Salatiga tidak terlepas dari konstelasi politik

pada Tahun 1998 yang memberi peluang pengorganisasian di tingkat basis.

Pada masa reformasi ini kesadaran petani akan posisinya dalam struktur sosial

mulai muncul dan menghasilkan gerakan -gerakan yang berhaluan kerakyatan.

Perjuangan akses dan kontrol mulai diwujudkan dalam bentuk organisasi

petani. Dapat dikatakan bahwa tumbuhnya organisasi petani yang berbasis

produksi di Salatiga merupakan respon atas kondisi ekonomi dan politik yang

tidak berpihak terhadap petani. Sejarah panjang kebijakan ekonomi dan politik

menunjukkan bukti-bukti empiris bahwa petani termarjinalkan. Dalam situasi

keterpurukan dan ketidakpastian, muncul keinginan untuk membangun

kekuatan kolektif melalui ikatan yang berbasis pada kesamaan tujuan.

Kekuatan kolektif difungsikan untuk menghadang kekuatan luar yang

menimbulkan tekanan struktural. Permasalahan struktural sebagai akibat

pemerintah mengintegrasikan petani kedalam masyarakat kapitalis

menghasilkan respon petani melalui pembentukan organisasi petani.

Pengorganisasian dilakukan dengan mengedepankan prinsip pencerdasan dan

pemberdayaan petani. Dalam ranah ini, petani “dipaksa” untuk dapat

berkiprah aktif dalam upaya merebut akses dan kontrol.

Page 165: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

148

2. Permasalahan petani di Salatiga dominan dipengaruhi oleh faktor produksi

menyangkut teknis pertanian, ekonomi, kesejahteraan, pemasaran hasil

pertanian, dan lain-lain. Dengan demikian, kegiatan yang dikembangkan

organisasi harus terkait dengan persoalan konkrit yang dihadapi petani.

SPPQT berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan anggota dengan

mengarahkan fokus utama pada kegiatan pertanian dan pengembangan petani.

Merujuk hal di atas, Strategi yang dikembangkan adalah community

development (CD) melalui pendekatan produksi dan kesejahteraan komunitas.

3. Disain perlawanan SPPQT dan organisasi yang ada di bawahnya adalah

bentuk perlawanan tersamar melalui strategi kemandirian produksi.

Perlawanan tersamar merupakan proses adaptasi terhadap kemapanan sosial

yang sedang berlangsung. Metode yang dipilih sebagai taktik perlawanan

diarahkan agar sekaligus dapat menjawab persoalan nyata yang dihadapi

petani. Dengan cerdik, petani memanfaatkan pendekatan-pendekatan yang

biasa dilakukan pemerintah. Pilihan tersebut mendapat jalan ketika konteks

masalah yang dihadapi petani adalah persoalan produksi. Dalam pandangan

pembangunan yang lebih baru, persoalan teknis produksi dapat segera

diselesaikan dengan jalur CD. Membungkus mainstream baru (people-center

oriented) dengan menggunakan paradigma lama (production-center oriented )

melalui strategi pengembangan CD tidak menciptakan resistensi yang kuat

dari pemerintah.

Perlawanan tersamar sebagai strategi perlawanan petani di Salatiga tidak

berangkat dari asumsi agenda tersamar. Sebaliknya, agenda SPPQT bersifat

terbuka dan dapat diterima oleh semua pihak. SPPQT menerapkan strategi

perlawanan tersamar dalam tujuannya menghindari menguatnya resistensi

pemerintah. Perlawanan yang dibangun oleh SPPQT tidak dilakukan dengan

menciptakan struktur baru yang paralel dengan sistem yang ada melainkan

mencari cara agar gerakan bisa diterima oleh pemerintah. Hal yang diperjuangkan

yakni akses dan kontrol sejatinya juga diperjuangkan oleh seluruh lapisan

masyarakat. Namun SPPQT membungkusnya dengan sesuatu yang dapat diterima

bagi rezim yang berkuasa. Dapat dikemukakan di sini bahwa SPPQT

mengembangkan perlawanan terhadap kemapanan yang ada dengan upaya

Page 166: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

149

mengintegrasikan petani kedalam sistem yang ada tanpa meninggalkan upaya

memperjuangkan kedaulatan petani.

Perlawanan tersamar dipilih sebagai terminologi untuk memperlihatkan

bahwa musuh (pemerintah) sebetulnya mengetahui tindakan petani. Namun

musuh tidak bereaksi karena perlawanan dilakukan dengan pola-pola yang biasa

dilakukan oleh pemerintah. Strategi CD menjadi berbeda ketika ditangani oleh

komunitas. Perbedaan terutama terletak pada hasil akhir dan implikasi yang

ditimbulkan. CD gaya lama lebih sebagai upaya mempertahankan kemapanan dan

menciptakan ketergantungan petani, sedangkan CD gaya petani merupakan upaya

menciptakan kemandirian dan mencapai kedaulatan petani.

Implikasi Kebijakan

Pengalaman pengorganisasian yang dikembangkan SPPQT dapat menjadi

cermin bagi pola-pola pengorganisasian sejenis. Analisis permasalahan yang

dihadapi petani harus menjadi dasar dalam mengembangkan agenda penguatan

komunitas. Sebagai sebuah organisasi informal (dalam arti di luar struktur

pemerintah) ditemui banyak hambatan yang dialami oleh organisasi petani. Meski

demikian, setiap stakeholder dapat menciptakan kondisi bagi tumbuhnya

organisasi rakyat sebagai pondasi bagi terciptanya kemandirian lokal.

Merujuk hasil analisis penelitian, tampak bahwa kesulitan

menyambungkan kepentingan praktis/pragmatis dan ideologis di tingkat

kelompok petani perlu mendapat porsi tersendiri dalam kerangka

pengorganisasian. Seringkali didapati kesulitan ketika memberi pemahaman

bahwa program yang dikembangkan hanya menjadi pintu masuk merespon

kebutuhan jangka pendek. Ada kekhawatiran bahwa petani menanggapi program

hanya sekedar kegiatan sesaat. Dikhawatirkan kegiatan yang sejatinya merupakan

implementasi sebuah gerakan tertentu tidak dimaknai sebagai sebuah gerakan.

Solusi atas masalah itu tampaknya perlu dilakukan dengan membagi peran antar

aras organisasi. Organisasi pada aras yang lebih tinggi harus membiasakan diri

untuk mengemas isu dengan kegiatan yang dapat dengan mudah dilihat

ketersambungan gerakan perlawanannya. Dalam hal ini, kelompok tani dapat

memfokuskan pada kegiatan praktis, paguyuban melihat dari sisi kebijakan,

Page 167: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

150

sedangkan serikat petani yang memiliki cakupan tanggung jawab lebih besar

harus dapat memainkan peran -peran membangun kesadaran gerakan.

Kegagalan perjuangan petani melawan tekanan struktural perlu ditinjau

dari kesinambungan makna organisasi di tingkat lokal dengan tingkat nasional

(dalam hal ini biasanya terkait dengan politik). Sejarah telah membuktikan bahwa

organisasi petani pertama di Indonesia yaitu BTI telah mendisain kesinambungan

antar aras organisasi. Petani di tingkat grass root dengan partai sebagai wadah

petani menjadikan organisasi tidak hanya mengurusi hal-hal yang bersifat praksis

melainkan juga memiliki saluran politik yang jelas untuk mendukung kegiatan di

tingkat praksis. Dengan demikian, organisasi tidak hanya menjadi arena

berkumpul melainkan menghasilkan kerja nyata bagi penyelesaian masalah petani.

Organisasi juga harus jeli memotret perkembangan yang terjadi. Gambaran

karakteristik organisasi bermanfaat untuk meneropong dinamika organisasi petani

terutama dalam kepentingannya membantu gerakan pengorganisasian petani.

Sebagai bagian dari upaya kemandirian yang sejati, perlu dilihat ideologi yang

dianut oleh pimpinan organisasi di tingkat aktivis. Pembedaan harus tegas antara

membangun gerakan karena motivasi politik (mencari peluang strategis) ataukah

motivasi keberpihakan pada petani (upaya humanisasi terhadap petani. Dua

motivasi ini akan berimplikasi pada perkembangan lanjut dari sebuah organisasi.

Dari pengalaman pengorganisasian dan gambaran realitas empiris di atas,

tentunya penting bagi berbagai pihak baik pemerintah, perguruan tinggi bahkan

organisasi itu sendiri untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya organisasi.

Bagi perguruan tinggi, perlu difikirkan bagaimana menciptakan program

pengembangan komunitas melalui organisasi. Stigma organisasi sebagai

organisasi kiri tidak boleh menjadi penghalang bentuk-bentuk bantuan. Organisasi

dengan ciri informal ini seringkali “dijauhi” dari berbagai program pemerintah.

Disini perlunya perguruan tinggi sebagai penghubung dengan berbagai pihak.

Bagi pemerintah, organisasi petani layak ditempatkan sebagai tindakan yang

mengurangi “beban” pemerintah. Bahwa kemandirian yang dibangun membantu

pemerintah dalam program membangun. Cara pandang demikian akan

mengurangi res istensi pemerintah terhadap munculnya organisasi sejenis.

Page 168: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

DAFTAR PUSTAKA

Agger, B. 2003. Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Kreasi Wacana. Yogyakarta

Bahari, S. 2002. Petani dalam Perspektif Moral Ekonomi dan Politik Ekonomi dalam Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. AKATIGA. Bandung

Britt, Charla Danelle. 2003. Collective Action and Resource Management in Upland Watersheds of Southeast Asia: Farmer Organizing and Secondary Organizations. ICRAF

Cernea, Michael M. 1988. Mengutamakan Manusia dalam Pembangunan: Variabel-variabel Sosiologi di dalam Pembangunan Pedesaan. UI Press. Jakarta

Cooke, Bill dan Uma Kothari. 2002. Participation: The New Tyranny. Zed Books. London. New York

Denzin, K. Norman dan Yvonna S. Lincoln. 2003. Collecting and Interpreting Qualitative Materials. Sag e Publication. London

Dobrowolski, Kazimierz. 1958. Peasant Tradisional Culture dalam Teodor Shanin, Peasant and Peasant Societies (Teodor Shanin, ed; 1971). Penguin Books. Australia

Eldridge, Philip. 1989. LSM dan Negara. Prisma No. 7: 1-21

Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi Modern. UI Press. Jakarta

Fakih, Mansour. 2000. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Fauzy, Noer. 2005. Memahami Gerakan-Gerakan Rakyat Dunia Ketiga. Insis t Press. Yogyakarta

Fauzi, Noer. 1999. Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria Indonesia. INSIST, KPA, PUSTAKA PELAJAR. Yogyakarta

Fauzi, Noer. 1998. Dari Aksi Protes Petani Menuju Embrio Organisasi Massa Petani dalam Perlawanan Kaum Tani: Analisis Terhadap Gerakan Petani di Indonesia Sepanjang Orde Baru. Yayasan Sintesa dan Serikat Petani Sumatera Utara (SPSU). Medan

Firmansyah, dkk. 1999. Gerakan dan Pertumbuhan Organisasi Petani di Indonesia: Studi Kasus Gerakan Petani Era 1980-an. YAPPIKA dan Bina Desa. Jakarta

Firth, R. et al. 1960. Tjiri-tjiri dan Alam Hidup Manusia: Suatu Pengantar Anthropologi Budaja. Sumur Bandung. Bandung

Freire, Paulo. 1984. Pendidikan, Pembebasan, Perubahan Sosial. Penerbit PT. Sangkala Pulsar. Jakarta. (Hal. 1-161)

Page 169: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

152

Friedmann, J. 1992. Empowerment: the Politics of Alternative Development. Blackwell Publishers. USA

Hannigan, A. 1985. Alain Touraine, Manuel Castells and Social Movement Theory: a Critical Appraisal dalam Harper, C. L. 1989. Exploring Sosial Change. New Jersey: Prentice Hall. Hal 125-143

Harper, C. L. 1989. Exploring Sosial Change. New Jersey: Prentice Hall. Hal 125-143

Hayami, Yujiro dan Masao Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa Suatu Pendekatan Ekonomi terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Heryanto, Ariel. 2000. Perlawanan dalam Kepatuhan.: Esai-esai Budaya. Mizan. Bandung

Hickey, Sam and Giles Mohan. 2005. Relocating Participation Within a Radical Politics of Development. Development and Change. Institute of Social Studies. Blackwell Publishing. Oxford. USA

Hoffer, Eric.1988. Gerakan Massa. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Hollnsteiner, Mary Racelis. 1979. Mobilizing the Rural Poor Through Community Organization. Reprinted from Philippine Studies 27 (1979) 387-416. Institute of Philippine Culture

Irsyam, Mahrus. 22 Nopember 1999. Memahami Hakikat Nahdlatul Ulama. Kompas: 11

Israel, Arturo. 1992. Pengembangan Kelembagaan: Pengalaman Proyek-Proyek Bank Dunia. LP3ES. Jakarta

Kartodirdjo, S. 1984. Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Jalan Peristiwa, dan Kelanjutannya. Sebuah Studi Kasus Mengenai Gerakan Sosial di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya. Jakarta

Khudori. 2004. Neoliberalisme Menumpas Petani: Menyingkap Kejahatan Industri Pangan. Resist Book. Yogyakarta

Korten, David C. 2001. Menuju Abad ke-21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Laporan Progress Report. 2004. Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah. Salatiga

Lincoln, Yvonna S dan Eegon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Sage Publication. London

Migdal, Joel. 1974. Peasants, Politics, and Revolution: Pressure Toward Political and Social Change the Third World. Princeton University Press. London

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. UI Press. Jakarta

Mortimer, Rex. 1974. Indonesian Communism Under Sukarno. Cornell University. London

Page 170: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

153

Pearse, Andrew. 1968. “Metropolis and Peasant: The Expansion of the Urban. Industrial Complex and the Changing Rural Structure dalam Teodor Shanin, Peasant and Peasant Societies (Teodor Shanin, ed; 1971). Penguin Books. Australia

Pelzer, J.K. 1991 Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Popkin. Samuel. 1986. Petani Rasional. Yayasan Padamu Negeri. Jakarta

Rubin and Rubin. 2001. Community Organizing and Development. A Pearson Education Company. Massachusetts

Rumadi. 9 Oktober 2004. Meneguhkan Gerakan Kerakyatan NU. Kompas: 47

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Soisal: Pemikiran Norman K. Denzin & Egon Guba, dan Penerapannya. Tiara Wacana. Yogyakarta

Samandawai, Sofwan. 2001. Mikung: Bertahan dalam Himpitan (Kajian Masyarakat Marjinal di Tasikmalaya. AKATIGA. Bandung

Scott, James. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Terj. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Scott, James. 1994. Moral Ekonomi Petani. Terj. LP3ES. Jakarta

Scott, James. 2000. Senjatanya Orang-orang yang Kalah: Bentuk-bentuk Perlawanan Sehari-hari Kaum Tani. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Setiawan, Bonnie. 2003. Globalisasi Pertanian: Ancaman atas Kedaulatan Bangsa dan Kesejahteraan Petani. Institute for Global Justice. Jakarta

Shanin, Teodor. 1970. A Russian Peasant Household at the Turn of the Century dalam Peasant and Peasant Societies (Teodor Shanin: ed, 1971). Penguin Books. Australia

Sitorus, MTF. et.al. 2002. Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. AKATIGA. Bandung

Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani: Dimensi Manusia dalam Pembangunan Pertanian. Pengantar: Dr. Ir. Wiryono. Kanisius. Yogyakarta

Suhartono. 1995. Bandit-bandit Pedesaan di Jawa: Studi Historis 1850-1942. Aditya Media. Yogyakarta

Suhendar, E. 2002. Land Reform by Leverage: Perjuangan Petani Mewujudkan Kebijakan Agraria yang Berkeadilan dalam Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. AKATIGA. Bandung

Sunito, Satyawan and Heru Purwandari. 2005. Farmers Organizations in Indonesia: Their Development and Role in Strengthening Farmer Rights. Progress Report. PKA-IPB. Bogor

Suwarsono dan Alvin Y. So. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. LP3ES. Jakarta

Sztompka, Piotr. 1994. The Sociology of Social Change. Blackwell Publishers

Page 171: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

154

Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada. Jakarta

Tauchid, M. 1952. Masalah Tanah: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakjat Indonesia. Penerbit Tjakrawala. Jakarta

Tjokroamidjo, Bintoro. 1979. Perencanaan Pembangunan. PT. Gunung Agung. Jakarta

Tjondronegoro, S.M.P. 1984. Social Organization and Planned Development in Rural Java. Oxford University Press. Singapore

Tjondronegoro, SMP. 1999. Sosiologi Agraria: Kumpulan Tulisan Terpilih. AKATIGA. Bandung

Uphoff, Norman. 1986. Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook with Cases. Kumarian Press. Cornell University

Weede, E. and Horst Tiefenbach. 1981. Three Dependency Explanations of Economic Growth: A Critical Evaluation. European Journal of Political Research

Wiradi, Gunawan. 2000. Reforma Agraria: Perjalanan yang Belum Berakhir. Insist Press, KPA dan Pustaka Pelajar Yogyakarta

Wolf, Eric R. 1985. Petani: Suatu Tinjauan Antropologis. Rajawali Press. Jakarta

Worsley, Peter. 1982. The Three World: Culture and World Development. Weidenfeld and Nicolson. London

Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Page 172: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

L A M P I R A N

Page 173: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 1 Matriks Kebutuhan Data

No Kebutuhan Data di Tiap Aras Organisasi

Rincian Pertanyaan Penunjang Menganalisis

Cara pengambilan data

1. Sejarah Organisasi Petani • LSM yang

melatarbelakangi pembentukan SPPQT

- Peran NGO dalam pembentukan organisasi petani

- Mengapa dan bagaimana NGO terlibat

- Dalam bentuk apa keterlibatan tersebut

analisis konteks politik dan ideologi aktivis dalam perannya membangun organisasi petani

Wawancara, mendalam, penelusuran dokumen sejarah pendirian organisasi

2. SPPQT • Bentuk

permasalahan struktural yang dihadapi petani

• Kondisi yang menyebabkan munculnya organisasi petani

- Sejarah SPPQT - Bagaimana peran

/keterlibatan dimainkan

- Kehilangan akses atas sumberdaya yang ada

- Benturan dengan paradigma pertanian yang dominan

- Krisis moneter - Konstelasi politik

nasional

konteks permasalahan sosial dan ekonomi penyebab kemunculan organisasi petani

Penelusuran literatur, wawancara mendalam, kajian historis,

3 . Paguyuban • Karakter

organisasi

- Penyebab dan kemunculan

- Strategi dan aktivitas organisasi

- Jaringan organisasi - Respon atas isu

khusus - Permasalahan petani

justifikasi perlawanan petani dari kegiatan yang dilakukan

Wawancara mendalam dengan pengurus dan anggota organisasi, pengamatan berperan serta

4. Kelompok tani • Karakter

organisasi

- Penyebab dan kemunculan

- Strategi dan aktivitas organisasi

- Jaringan organisasi - Respon atas isu

khusus

justifikasi perlawanan petani dan orientasi paguyuban

Wawancara mendalam dengan pengurus dan anggota organisasi, pengamatan berperan serta

Page 174: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 2 Panduan Pertanyaan Wawancara Paguyuban I. Proses Pembentukan & Profil Paguyuban 1. Kapan Paguyuban dibentuk & bagaimana prosesnya:

• Waktu pembentukan • Siapa yang mengambil inisiatif • Siapa yang menjadi anggota/bergabung saat pembentukan • Apakah terdapat kondisi sosial, politik dan ekonomi tertentu atau

khusus sehingga paguyuban didirikan pada saat itu? Motif pembentukan paguyuban

• Bagaimana proses lahirnya paguyuban 2. Tujuan Pembentukan paguyuban

• Tujuan paguyuban pada saat pendirian • Proses sampai pada perumusan tujuan tersebut, apakah diformalkan? • Apakah sejak itu terdapat perubahan-perubahan dalam tujuan:

o Apa perubahan-perubahan tersebut o kapan, o sebab atau faktor-faktor yang melatarbelakangi, o Apakah perubahan telah merubah organisasi dan keanggotaan

3. Apakah terjadi perubahan profil anggota paguyuban sejak didirikan? • Bagaimana ciri anggota paguyuban pada saat didirikan • Apakah sejak berdiri terdapat perubahan dari keanggotaan paguyuban

4. Hubungan antara paguyuban dengan organisasi anggota • Siapa yang berinisiatif membangun kelompok • Karakteristik kelompok seperti apa yang dapat menjadi anggota

paguyuban • Bentuk hubungan paguyuban dengan kelompok (kerjasama, anggota) • Keuntungan yang diperoleh paguyuban maupun kelompok dalam

hubungan yang terbina • Adakah potensi konflik yang kira-kira akan muncul dari pola

hubungan yang ada

II. Jaringan Kelembagaan 1. Institusi/organisasi/kelompok apa saja yang berafiliasi dengan paguyuban

secara formal maupun informal • Alasan (latent maupun manifest) organisasi lain berafiliasi secara

formal • Alasan (latent maupun manifest) organisasi lain berafiliasi secara

informal • Pola hubungan yang dikembangkan dan alasan mengapa pola tersebut

yang dipilih 2. Sejarah pembentukan afiliasi

• Siapa yang berinisiatif • Bagaimana prosedurnya

3. Bentuk ‘sumbangan’ paguyuban terhadap organisasi terafiliasi • ‘sumbangan’ berbentuk materiil • ‘sumbangan’ berbentuk moril

Page 175: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

158

III. Partisipasi paguyuban dalam Formulasi Kebijakan Sumberdaya Alam Sekaligus Implementasinya

1. Tingkat efektifitas paguyuban dalam mengembangkan isu pengelolaan sumberdaya alam lokal sekaligus isu kesejahteraan lokal

• Cara yang dilakukan paguyuban untuk menggulirkan isu-isu tersebut di atas

• Cara yang dilakukan paguyuban dalam mempengaruhi kebijakan sumberdaya alam, kebijakan apa yang menjadi fokus paguyuban

• Proses, dan aktor yang dilibatkan dalam membuat kebijakan • Peran paguyuban dalam keseluruhan proses • Menurut paguyuban ybs, apakah cara di atas efektif • Apa kelebihan dan kekurangan strategi yang ditempuh • Mampukah strategi tersebut mempengaruhi formulasi kebijakan yang

ada, melalui mekanisme apa • Respon kelompok terhadap strategi yang diterapkan paguyuban

2. Evaluasi terhadap partisipasi mempengaruhi pembuatan kebijakan di tingkat government

IV. Keuntungan Pembentukan Paguyuban bagi Tujuan Perjuangan 1. Dalam hal peningkatan posisi tawar masyarakat terhadap negara dalam

kaitannya dengan hak -hak terhadap tanah dan sumberdaya agraria • Sejauhmana pembentukan organisasi berpengaruh terhadap proses

pembelajaran masyarakat dalam hal memperjuangkan hak-haknya. • Apakah keberadaan paguyuban mendapat pengakuan dari pemerintah

Page 176: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 3 Kuesioner Terbuka Kuesioner No: ________________ A DATA DIRI Kode

1. Nama dan alamat organisasi:

2. Waktu didirikan: Tgl. Bln. Tahun

3. Legal status: formal terdaftar di pemerintah o Informal o Keterangan lain:

4. Bentuk organisasi: 1. jaringan o 2. asosiasi o 3. federasi o 4. lainnya, sebutkan :

5. Jumlah anggota : o Organisasi : ....................... o Dusun : ....................... o Desa : ......................

6. Jumlah anggota: o Perorangan : .................... o Rumah Tangga : ...................

7. Bagaimana ciri anggota paguyuban (dapat lebih dari satu) o Organisasi/Pok tani dalam konflik o Organisasi/Pok tani kegiatan produksi/ekonomi o Organisasi/Pok tani perempuan o Lain-lain Keterangan:.............

8. Bangun Organisasi (Perhatikan struktur horisontal organisasi: apakah tersusun dalam bagian2, devisi & struktur vertikal : hirarki organisasi, pusat, cabang, ranting)

B PROSES PEMBENTUKAN 9. Mengapa organisasi ini didirikan, apa latar belakangnya

10. Apakah ada peran pendampping dalam proses pembentukan

11. Siapa pendamping tersebut

12. Kendala yang dihadapi dalam proses pembentukan

Page 177: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

160

C TUJUAN ORGANISASI 13. Apa tujuan pada awal pembentukan organisasi ini?

14. Apakah ada perubahan tujuan semenjak organisasi dibentuk & sebab perubahan: o tidak ada perubahan o ada perubahan* *) Bila ada perubahan maka ke no.11, 12

15. Kapan perubahan tersebut terjadi:

16. Apa perubahan tujuan tersebut:

17. Mengapa terjadi perubahan tu juan:

D KEGIATAN ORGANISASI 18. Apa sajakah kegiatan organisasi saat ini:

o Teknologi produksi o Permodalan / simpan-p injam o Pemasaran produk o Pendidikan & pelatihan

Keterangan:

o kesehatan masyarakat o Pendidikan hukum & politik o Advokasi pepentingan petani o Mempengaruhi kebijakan NRM o Aksi massa untk hak petani o Lain-lain

19. Apakah terjadi perubahan kegiatan, terangkan

20. Mengapa terjadi perubahan kegiatan

21. Apakah ada bentuk kegiatan yang memperbesar partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberd aya alam

22. Apakah ada bentuk kegiatan dalam rangka memperkuat hak masyarakat terhadap tanah dan sumberdaya alam

E STRATEGI ORGANISASI 23. Strategi apa saja yang dikembangkan organisasi untuk mencapai tujuan

24. Perubahan strategi yang terkait dengan perkembangan organisasi

25. Kapan terjadi perubahan strategi tersebut

26. Mengapa terjadi perubahan strategi tersebut

Page 178: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

161

F HUBUNGAN PAGUYUBAN DENGAN KELOMPOK TANI 27. Peran paguyuban bagi organisasi anggota:

(Bisa lebih dari satu kotak) o Manajemen o Jejaring o Dana o Legitimasi politik o Teknologi & informasi o Pendampingan hukum o Pendidikan hukum o Advokasi kepentingan petani o Lain-lain o Organisator & Koordinator

Keterangan:

28. Apa kewajiban organisasi anggota bila bergabung didalam paguyuban

29. Apakah kelompok tani mempunyai mekanisme formal untuk menyalurkan aspirasinya

30. Bagaimana mekanisme pengambilan keputusan di paguyuban

G KERJASAMA & NET-WORKING 31. Apakah organisasi mengembangkan jaringan dengan pihak lain?

Ya Tidak

32. Bagaimana bentuk hubungan dengan pihak -p ihak tersebut

33. Apa pengaruh jaringan terhadap organisasi ini

34. Apa pengaruh jaringan terhadap kegiatan

H DAMPAK KEGIATAN 35. Apakah ada contoh-contoh nyata dari hasil kegiatan?

36. Permasalahan yang dihadapi didalam organisasi sendiri?

37. Permasalahan yang dihadapi dari luar?

Page 179: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lam

piran 4 Peta Lokasi SPPQT di Salatiga, Jaw

a Tengah

Peta Lokasi SPPQT di Salatiga, Jawa Tengah

Page 180: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lam

piran 5 Peta Persebaran Anggota O

rganisasi Petani

Peta Persebaran Anggota Organisasi Petani

Keterangan : Anggota SPPQT tersebar di daerah yang diarsir transparan

Page 181: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 6 Kerangka Kerja SPPQT Sampai Tahun 2004

KERANGKA KERJA SERIKAT PAGUYUBAN PETANI QARYAH THAYYIBAH

Visi: Terwujudnya masyarakat tani yang kuat yang mampu mengakses dan mengontrol seluruh sumber dayanya dengan mendasarkan diri pada keadilan,

kelestarian lingkungan dan kesetaraan hubungan laki-laki dan perempuan.

GOAL INDIKATOR

MISI (STRATEGIC GOAL): 1. Meningkatnya soliditas

organisasi untuk mendukung gerakan pemberdayaan petani.

2. Berkembangnya ekonomi

komunitas petani dengan mengembangkan pertanian organik sesuai dengan potensi kawasan.

3. Meningkatnya kesadaran

politik dan kemampuan petani untuk mengakses sumber daya yang tersedia.

4. Tersedianya sistem

informasi dan komunikasi berbasis komunitas untuk

Pada akhir tahun 2004: a. Telah tersedia 60 pemimpin paguyuban dan 70 community organizer dengan ciri-ciri, sbb.:

1. Selalu melindungi kepentingan petani. 2. Mampu mengkonsolidasikan anggotanya. 3. Memperjuangkan kepentingan petani/anggotanya. 4. Konsisten dalam melindungi, memperjuangkan dan mengkonsolidasikan petani. 5. Tidak bisa disogok.

b. Buruh migran dari keluarga petani anggota paguyuban telah mulai tertangani secara baik. Pada akhir tahun 2004: a. 6 learning center telah berjalan dengan baik sebagai tempat belajar bagi paguyuban lain, khususnya dalam implementasi

konsep IOF dan pengelolaan gardu tani paguyuban, dan telah berkembang pada 12 paguyuban diluar 6 learning center b. KSP: Qaryah Thayyibah dan gardu tani paguyuban telah berfungsi untuk mendukung gerakan ekonomi petani melalui

pengembangan pertanian organik. c. Konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) model petani telah terumuskan dan konsep konservasi di 3

kawasan sudah mulai ada kejelasan. Pada akhir tahun 2004: a. Paguyuban-paguyuban telah mendesakkan dan bisa mengakses APBD. b. Ada 6 Paguyuban yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Peraturan Desa (Perdes) dan Anggaran

Pembangunan Desa (APD) di desa sekitar paguyuban masing-masing. c. Meningkatnya kesadaran politik masyarakat petani anggota serikat dalam berpartisipasi pada Pemilu 2004 Pada akhir tahun 2004: a. Sistem informasi dan komunikasi di 6 learning center telah tertata secara baik.

Page 182: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

165

menunjang gerakan pemberdayaan petani.

5. Meningkatnya kapasitas dan performance Sekretariat SPPQT sebagai pusat gerakan pemberdayaan petani.

6. Berfungsinya SPPQT

sebagai organisasi pergerakan petani.

b. Telah tersedia hardware yang memadahi untuk mendukung sitem informasi, dokumentasi dan komunikasi. Pada akhir tahun 2004: a. Peningkatan kapasitas staf telah dilakukan secara memadai. b. Sarana dan prasaran yang memadai telah tersedia di sekretariat. c. Tresedia paling tidak 16 staff di sekretariat. d. Standart Operational and Procedure di Sekretariat telah berjalan secara baik. Pada akhir tahun 2004: a. Instrumen utama dan pendukung organisasi telah tersedia secara memadai. b. Sistem monitoring dan evaluasi telah terumuskan dengan baik. c. Suksesi organisasi berjalan secara demokratis.

INDIKATOR OUTPUT (OPERATIONAL GOAL): Akhir Tahun 2004

Meningkatkan kemampuan pengorganisasian masyarakat dan kepemimpinan petani.

a. Telah terlatih pemimpin petani dari 60 Paguyuban, terdiri dari 30 Pimpinan Dewan Pleno dan 30 Pimpinan Dewan Pelaksana/Pengelola Paguyuban.

b. Telah terlatih 70 orang CO Utama, 70 CO Pemula Paguyuban dan 30 CO petani perempuan dari 30 Paguyuban. Memperkuat institusi paguyuban sebagai organisasi gerakan petani.

a. Telah terbentuk Paguyuban baru di Kawasan Merbabu (3), Kawasan Merapi (2), Kawasan Kedung Ombo (1) dan Kawasan Rawapening (1).

b. Telah tertata Paguyuban baru di Kawasan Merbabu (2), Kawasan Sumbing (1), Kawasan Gunung Payung (1), Kawasan Gedong Songo (1), Kawasan Kendali Sodo (1), Kawasan Ungaran (1), Kawasan Rawapening (1), Kota Salatiga (2), Kawasan Gunung Cicak (2), Jogosatru (1), Kawasan Kedung Ombo (2).

c. 6 Paguyuban telah melaksanakan Pekan Pemilihan Umum (Pemilu) Paguyuban; PP Gedong Songo, PP Rawapening Bersatu, PP Al Falah, PP Otek Makmur, PP Sumbing Inti, dan PP Saka Walu.

Memperkuat akses keluarga petani untuk memperoleh pekerjaan di luar negeri secara mudah dan aman.

a. 500 Buruh Migran telah terbekali sebelum berangkat dan setidaknya 300 Keluarga Buruh Migran anggota Paguyuban telah terdampingi dalam pengelolaan Remittance.

b. Lembaga informasi ketenagakerjaan dan lembaga pengelolaan remittance keluarga buruh migran telah berjalan dengan baik.

Pengembangan Integrated Organic Farming (IOF).

a. Konsep IOF telah dikembangkan pada 18 paguyuban diluar 6 learning center. b. Gerakan penanaman padi organik telah berkembang pada 6 paguyuban diluar 3 paguyuban pengelola demplot. c. Gerakan pembibitan kentang secara organik telah berkembang ke 2 paguyuban diluar PP Merbabu. d. Pengembangan Tanaman Obat Keluarga (Toga) telah berkembang pada 6 paguyuban diluar 3 paguyuban pengelola

demplot.

Page 183: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

166

Penataan kawasan untuk mendukung gerakan pertanian organik.

a. Konsep Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) model petani telah didesakkan pada penguasa. b. Konsep Konservasi Kawasan Merbabu telah diimplementasikan dan 2 Kawasan lainnya (Rawapening dan Kedung Ombo)

telah terumuskan dan terimplementasikan. Memperkuat KSP: Qaryah Thayyibah untuk mendukung pengembangan Gardu Tani Paguyuban.

a. KSP: Qaryah Thayyibah telah bisa memenuhi kebutuhan permodalannya. b. 22 Gardu Tani telah terlegalisasi dan 7 diantaranya (PP Gedong Songo, Karyo Raharjo, Al Falah, Al Barokah, Otek

Makmur, Joko Tin gkir dan Merbabu) telah tertata managemennya dan 5 Gardu Tani Paguyuban telah berdiri lagi di PP Saka Walu, Sido Dadi, Raga Runting, Merapi, Kartini).

c. Jaringan kerja sama usaha antar gardu tani paguyuban sudah mulai berjalan dan konsep pengembangan usaha untuk kemandirian organisasi SPPQT telah jelas dan telah terimplementasikan dengan baik.

Meningkatkan kesadaran politik petani.

a. Terselenggaranya training (husus) penyadaran Pemilih (Pemilu 2004) bagi seluruh pemilih anggota SPPQT b. Berbagai issue aktual telah direspon oleh Paguyuban dan Sekretariat SPPQT sesuai dengan tingkatannya masing-masing.

Meningkatkan kemampuan petani dalam mengakses sumber daya.

a. 18 Paguyuban di 6 Kawasan telah berhasil memberikan kontribusi pembuatan Peraturan Desa (Perdes) dan Anggaran Pembangunan Desa (APD) di desa tempat kedudukan masing-masing; Kawasan Merbabu (PP Merbabu dan Saka Walu), Kawasan Rawapening (PP Rawapening Bersatu), Kawasan Gedong Songo (PP Gedong Songo) dan Kawasan Kedung Ombo (PP Otek Makmur).

b. Paguyuban-Paguyuban di wilayah Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Boyolali, dan Magelang telah bersama-sama mendesakkan peningkatan anggaran pertanian tahun 2004 ke Pemda masing-masing.

c. Beberapa Paguyuban di wilayah Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Boyolali dan Magelang telah memperoleh alokasi anggaran pertanian tahun 2003 dari pemda masing-masing.

d. Telah terimplementasikannya kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka penanganan dan pengelolaan Merbabu, Rawa Pening dan Kedung Ombo.

Sistem informasi, dokumentasi dan komunikasi yang mudah diakses oleh petani.

a. Konsep jaringan informasi telah terselenggara dengan baik. b. Sumber daya manusia untuk penanganan jaringan informasi, dokumentasi dan komunikasi telah dipersiapkan secara baik,

melalui workshop, training dan pelatihan. c. Participatory Rural Appraisal (PRA) telah teraplikasikan pada 18 paguyuban diluar 6 learning center. d. 5 Jaringan komunikasi radio telah terpasang di beberapa paguyuban sesuai dengan hasil appraisal. e. Majalah Kalawarta telah diterbitkan secara rutin. f. Perpustakaan SPPQT telah dibangun dan dioperasikan dengan baik

Page 184: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

167

Peningkatan kapasitas dalam managemen pengelolaan program.

a. Training Managemen Pengelolaan Program dan workshop outcome mapping telah dilaksanakan dengan diikuti oleh seluruh staff dan Dewan Pengurus Serikat.

b. Konsultansi penguatan kelembagaan, pengembangan IOF dan konservasi kawasan, serta pengembangan ekonomi kerakyatan (petani) secara periodik dilakukan dengan pendampingan para konsultan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.

c. Kursus bahasa Inggris dan Akuntansi. d. sistem monitoring dan evaluasi telah diterapkan dengan baik.

Meningkatkan performance Sekretariat sebagai pusat gerakan pemberdayaan petani.

a. Pelayanan Study Wisata Tani dan bentuk pelayanan lainnya dijalankan dengan baik. b. Telah mempunyai sebidang tanah untuk kantor sekretariat sendiri c. SOP Kesekretariatan telah direvisi sesuai dengan keadaan dan telah dijalankan secara baik. d. Audit keuangan dilakukan tepat waktu. e. Monitoring pelaksanaan program dijalankan secara periodik oleh Dewan Pengurus Serikat. f. Evaluasi dan penyusunan program tahun berikutnya dilakukan secara terbuka dengan melibatkan seluruh paguyuban,

semua stakeholders dan strategic partners. g. Pelaporan dilakukan tepat waktu.

Memperkokoh organisasi SPP-QT sebagai organisasi gerakan kaum tani.

a. Atribut organisasi telah dilengkapi: Mars, hymne, bendera, KTA, Papan Nama, dll. b. Instrumen Akreditasi Anggota Serikat telah dijalankan dengan baik c. Perayaan Ulang Tahun Serikat IV berlangsung meriah.

Sumber: Laporan Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah

Page 185: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

168

Page 186: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 7 Kegiatan SPPQT per Divisi dan Capaian Target Tahun 2004

No. Program Kegiatan Penjabaran Capaian

DIVISI PENGORGANISASIAN A Program

Pengorganisasian Komunitas Petani

Training dan Workshop

Kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kesadaran, pemahaman dan ketrampilan pada aspek pengorganisasian masyarakat, kepemimpinan, managemen organisasi, perbaikan buku panduan pengorganisasian masyarakat dan perumusan manual pembentukan bakortani kawasan

Output: training dan workshop melebihi dari yang direncanakan Hasil: 1) secara kualitas terjadi peningkatan kesadaran, kemampuan dan ketrampilan alumni peserta didik yang diindikasikan dari berkembangnya praktek-praktek pengorganisasian masyarakat. 2) peningkatan keterlibatan petani perempuan dalam ruang-ruang organisasi.

Asistensi dan Fasilitasi

Asistensi Pembentukan dan Penguatan Organisasi Paguyuban

Sampai tahun 2004, terdapat peningkatan hasil yang cukup signifikan, diindikasikan dengan peningkatan jumlah anggota dari 36 paguyuban menjadi 38 paguyuban

Asistensi dan Fasilitasi Pemilu Paguyuban

Dilakukan pemilu di 2 paguyuban yaitu Paguyuban Rawa Pening dan Sumbing Inti

Asistensi dan Pembentukan Bakortani Kawasan

Dibentuk Bakor Tani Kawasan Merbabu.

B Program Penguatan Perempuan

Training, Diskusi Kelompok, Diskusi Publik, Talk Show dan Riset

Peringatan Migran Day (Hari Buruh Migran)

Berhasil mengundang 150 keluarga buruh migran dengan bahasan “Mendorong Pengelolaan Remittance untuk Mengembangkan Usaha Produktif bagi Keluarga Buruh Migran”.

Riset Kerjasama dengan SP, Jakarta

Dihasilkan pemahaman dan juga perilaku untuk lebih “berhati-hati”/mencegah terhadap virus HIV/Aids.

Asistensi dan Fasilitasi

Pengorganisasian Petani Perempuan Telah terbentuk 8 kelompok perempuan.

Page 187: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

171

Asistensi Paguyuban dalam Penyelenggaraan Diskusi Kampung

Fokus pada penguatan paguyuban dalam penyelenggaraan diskusi kampung pendidikan politik untuk perempuan.

Pertemuan Kader Perempuan Berhasil ditumbuhkan kader perempuan sebanyak 45 orang yang tersebar d masing-masing paguyuban

DIVISI PEMBERDAYAAN A Program konservasi

kawasan Training dan Worshop

Kegiatan ini difokuskan pada perumusan instrumen riset aksi kerusakan ekologi kawasan dan pendidikan action research

Focus Discusion Group ( FGD) Konservasi di paguyuban Merbabu, anggota SPPQT.

Asistensi dan Fasilitasi

- Focus Group Discusion Pengumpulan Data Ekologi Kawasan

- Asistensi Pendalaman SPHoOR (Sistem Pengelolaan Hutan oleh Organisasi Rakyat)

- Asistensi Pengembangan Tanaman Obat Keluarga

- FGD di 8 kawasan dan menghasilkan data dasar ekologi - Sosialisasi di 3 kawasan yang paling rusak

Konsultansi - Melakukan loby untuk persoalan penetapan kawasan TNMM

- Penguatan pengorganisasian di kawasan Merapi dan Merbabu yang terkena penetapan taman nasional tersebut

B Program Pengembangan Pertanian Organik Terpadu (Iof)

Training dan Workshop

- Workshop Revisi Manual Praktis Pengembangan Pertanian Organik

- Pelatihan Uji Tanah - Training Pembibitan Tanaman

Sayuran dan Tanaman Pangan - Training Pembuatan Pupuk Organik - Training Pembuatan Pestisida

Alami - Training Budidaya Ternak

(kambing) - Training Budidaya Ikan

- Mencoba kegiatan baru seperti perikanan dan ternak - Fasilitasi modal untuk pengembangan usaha ternak dan

ikan -

Page 188: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

172

Asistensi dan Fasilitasi

- Fasilitasi Pengembangan Pertanian Organik

- Asistensi dan Fasilitasi Pengendalian Hama Terpadu

- Fasilitasi Magang Pengembangan Pertanian Organik

- Telah dikembangkan pertanian organik secara swadaa di beberapa paguyuban

- Telah dihasilkan 6 orang kader yang handal, yang kemudian memfasilitasi pengembangan pertanian organik di kawasannya masing-masing

C Program Pengembangan Ekonomi Komunitas Petani

Training dan Workshop

Upaya yang harus terus menerus dilakukan untuk membangun penguatan koperasi adalah peningkatan kapasitas pengelola koperasi utamanya pada tingkat pelaksananya

- Terjadi peningkatan jumlah Gardu Tani Paguyuban (GTP)

-

Asistensi/Fasilitasi

- Pendirian, RAT (Rapat Anggota Tahunan) dan Pengurusan Badan Hukum

- Asistensi Penataan Administrasi dan Rencana Usaha Gardu Tani

- Fasilitasi magang antar Gardu Tani. - Asitensi Pengelolaan Jaringan Kerja

Gardu Tani - Asistensi Gardu Tani untuk

Mengakses Sumber Daya dari Pihak Lain

- Munculnya GTP baru tersebut diharapkan bisa membuka akses petani terhadap sumber dana yang selama ini tertutup

- Menghasilkan beberapa perbaikan diantaranya adalah (1) kepengurusan menjadi lebih aktif, (2) terbangun kerjasama antar gardu tani, dan (3) secara umum terjadi peningkatan jumlah simpanan angota di semua gardu tani

- Selain peningkatan pada aspek manajemen administrasi juga berhasil dilakukan kerjasama langsung dalam pemasaran beras organik.

- Sampai dengan akhir tahun 2004 berhasil dihimpun pemasaran beras organik ke Jakarta dan pasar lokal

- DIVISI ADVOKASI A Program Advokasi

Kebijakan Pertanian Training, Workshop dan Studi

Training Advokasi Komunitas Petani

Training diikuti 40 orang petani (30 laki -laki dan 10 perempuan). Materi-materi yang disampaikan dalam training ini diantaranya adalah: (1) analisis aktor (stakeholder), (2) resolusi konflik dan (3) tehnik-tehnik advokasi. Training ini menjadi penting untuk membekali pengurus dan kader paguyuban dalam melakukan advokasi di tingkat komunitas.

Page 189: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

173

Workshop mendesakkan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Muncul kesepakatan untuk dapat mengakses program PHBM. Meskipun dari kajian yang dilakukan, program tersebut tidak menguntungkan petani, tapi paling tidak untuk sementara petani dapat memanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya yaitu pangan.

Studi tentang APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah)

Hasil: struktur anggaran terjadi ketidakadilan, yang diindikasikan dari minimnya pos anggaran untuk sektor pertanian.

Asistensi dan Fasilitasi

Asistensi dan Fasilitasi Paguyuban Mendesakkan Usulan dan Mengakses APBD

Meskipun persentasi kenaikan belum memuaskan, setidaknya mulai ada sensitifitas penyusun anggaran untuk mulai memperhatikan sektor pertanian.

Asistensi Paguyuban dalam Pengurusan Sertifikat Tanah

Dengan program ini diharapkan petani dapat menggunakan sertifikat tanahnya secara bertanggungjawab untuk kebutuhan akses permodalan ke perbankan.

Asistensi Paguyuban dalam Mendesakkan Konsep PHBM

Dari asistensi ini ada 2 paguyuban yang berhasil mengakses program PHBM yaitu Paguyuban Candi Laras Merbabu, di Kawasaan Merbabu dan Paguyuban Otek Makmur di Kawasan Penyangga Kedung Ombo.

B Program Pendidikan Politik Petani

Training Kegiatan training difokuskan pada 3 tema penting yaitu: (1) Pendidikan pemilih untuk petani, (2) Pemerintahan Desa dan (3) Pengelolaan SLTP alternatif.

Ada peningkatan jumlah partisipan termasuk keterlibatan perempuan, muncul kader-kader advokasi pasca training yang secara khusus dipersiapkan untuk melakukan pendidikan pemilih di tingkat paguyuban.

Asistensi dan Fasilitasi

Paguyuban dalam Pendidikan Pemilih Pendidikan ini dilakukan di 8 titik kawasan dengan peserta baik laki-laki maupun perempuan, dengan melibatkan kader advokasi lokal.

Paguyuban dalam Uji Publik Calon Legislatif

Kegiatan ini difokuskan pada asistensi terhadap paguyuban dalam melakukan Uji Publik terhadap calon legislatif utamanya di Tingkat Kabupaten/Kota. Kegiatan uji publik ini dilakukan di tingkat paguyuban dengan basis konsolidasi wilayah administrasi kabupaten/kota

Page 190: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

174

Paguyuban dalam Penyusunan Perdes (Peraturan Desa)

Sampai dengan akhir tahun 2004 Perdes sudah dapat diselesaikan

Paguyuban dalam Mendirikan dan Mengelola SLTP Alternatif

Berhasil dirintis 4 sekolah alternatif Qaryah Thayyibah di 4 paguyuban.

DIVISI INFODOTCOM (INFORMASI, DOKUMENTASI DAN KOMUNIKASI) A Program

Pengembangan Data Base

Training dan Workshop

Kegiatan ini difokuskan pada 3 hal yaitu: (1) Revisi pengumpulan data base komunitas, (2) Managemen perpustakaan komunitas dan (3) Training Fasilitator PRA (Participatory Rural Apraisal)

Realisasi anggota yang hadir melebihi target yang ditetapkan

Asistensi dan Fasilitasi

Implementasi PRA di Paguyuban

Asistensi difokuskan pada penggalian data sosial, ekonomi dan ekologis di 3 kawasan utama yaitu Merbabu, Merapi dan Penyangga Kedung Ombo.

Pendirian Perpustakaan Paguyuban

Tersedia perpustakaan di 3 paguyuban. Koleksi buku diprioritaskan pada buku-buku pengembangan pertanian

Pengelolaan Data Base di Paguyuban.

- Asistensi difokuskan pada pengelolaan data base di paguyuban meliputi: data keanggotaan, notulensi kegiatan dan laporan tahunan paguyuban.

- Salah satu hasil penting dari kerja-kerja ini adalah secara umum paguyuban sudah mulai sadar dan mengembangkan data sebagai basis pendukung dari kerja-kerja pengorganisasian dan pemberdayaan.

B Program Pengembangan Media Komunitas Petani

Training Training difokuskan pada: (1) Dasar-dasar jurnalistik, (2) Pengelolaan jaringan komunikasi melalui Handy Talky (HT) dan (3) Ketrampilan pendokumentasian utamanya dengan foto dan Handycam.

Realisasi anggota yang hadir melebihi target yang ditetapkan. Terutama pada kegiatan training Penggunaan Alat-alat pendokumentasian

Asistensi dan Capacity Building Kader Media Kegiatan ini dilakukan secara periodik 3 bulan sekali selama

Page 191: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

175

Fasilitasi 1 tahun, yang diikuti oleh 10 orang kader media. Pertemuan Capacity Building difokuskan untuk mendalami materi dasar-dasar jurnalistik dan persiapan penerbitan buletin rembug.

Pengembangan Radio Komunitas. Pengembangan radio komunitas di Paguyuban Joko Tingkir. Sampai dengan sekarang radio komunitas tersebut masih berjalan dengan fungsi utama untuk pendidikan dan penyadaran petani serta media komunikasi antar petani.

Pembuatan Profile dan Atribute Paguyuban

Kegiatan ini diperuntukkan bagi paguyuban dalam membuat profile dan atribute lain seperti (lambang/logo, bendera) di paguyuban. Secara menyeluruh semua paguyuban anggota Qaryah Thayyibah sudah mempunyai profile paguyuban.

Penerbitan Penerbitan Bulletin “Rembug” Kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan, yaitu selama 1 tahun telah diterbitkan 4 kali penerbitan masing-masing sebanyak 1500 eksemplar. Muatan utama dari penerbitan bulletin adalah pendidikan petani yang meliputi, gerakan konservasi oleh organisasi rakyat, pemerintahan desa, pengembangan sekolah alternatif dan ke-Qaryah Thayyibah-an.

Penerbitan buku tahunan dan profile Qaryah Thayyibah

Pada tahun 2004 telah diterbitkan buku tahunan Qaryah Thayyibah sebanyak 500 eksemplar dan profile Qaryah Thayyibah tahun 2004 sebanyak 1000 eksemplar. Peruntukan dari penerbitan ini utamanya didistribusikan kepada anggota.

DIVISI KELEMBAGAAN A Program Sekretariat Peningkatan

Kapasitas Pegiat Organisasi

Kegiatan ini difokuskan pada : (1) Pengelolaan program, (2) Penilaian hasil dengan outcome mapping, (3) Revisi SOP Kesekretariatan dan (4) Workshop Strategic Planning dan Programming 2005 - 2007

- Meningkatnya kemampuan pegiat organisasi kesekretariatan dan lapangan dalam menilai perkembangan kerja-kerja gerakan pemberdayaan kaum tani

- Dari kegiatan ini dihasilkan master plan Qaryah Tahyyibah 2005 – 2007, Program Kerja tahun 2005, dan SOP kesekreatriatan dan sudah diterapkan

Page 192: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

176

Peningkatan Performance Sekretariat Sebagai Pusat Gerakan Pemberdayaan Petani

Pada tahun 2004 telah dilakukan upaya-upaya mendasar untuk meningkatkan performance kesekretariatan. Tuntutan ini harus terus menerus diupayakan karena sekretariat sebagai pusat gerakan pemberdayaan petani memegang peranan penting sebagai support sistem gerakan.

- Dihasilkan pemahaman bersama tentang pengelolaan uang organisasi antara staf program dengan keuangan

-

B Program Organisasi Perserikatan

Workshop Instrumen Akreditasi dan Monitoring dan Evaluasi

Workshop ini adalah kelanjutan dari training Outcome Maping II. Workshop diikuti oleh Pimpinan dan anggota Dewan Pimpinan Petani (DPP) dan Ketua Pelaksana.

Dihasilkan instrumen akreditasi dan instrumen monitoring dan evaluasi. Instrumen monitoring dan evaluasi pada tahun 2004 ini sudah diterapkan, sedangkan instrumen akreditasi akan diterapkan pada awal tahun 2007 menjelang RUAS (Rapat Umum Anggota Serikat) III Qaryah Thayyibah.

Pengembangan Jaringan Organisasi dan Respons Isu Aktual

Pengembangan jaringan organisasi dan respons isu aktual difokuskan untuk memperkuat advokasi penunjukkan kawasan merbabu dan merapi sebagai taman nasional.

Sebagian konsentrasi kerja organisasi dan program difokuskan pada upaya penolakan Taman Nasional Merbabu dan Merapi.

Lobby dan Audiensi

Serangkaian lobby dan audiensi sudah dilaksanakan dalam rangka mendialogkan penolakan penunjukan kawasan Merbabu dan Merapi sebagai taman nasional. Lobby dan Audensi dilakukan kepada Komisi II DPRD Propinsi Jateng dan Dinas Kehutanan Propinsi Jateng.

Studi Banding

Studi banding difokuskan pada pendal aman kasus-kasus Taman Nasional dengan mendatangi kawan-kawan petani korban Taman Nasional Dongi-Dongi di Sulawesi Selatan. Dari kegiatan ini diperoleh pembelajaran dari kasus taman nasional di Dongi-Dongi, yang dapat memperkuat keyakinan kawan-kawan petani di Merbabu dan Merapi.

Respon Isu Aktual

Secara umum sampai dengan saat ini dihasilkan perkembangan positif yaitu terbentuk forum masyarakat

Page 193: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

177

Merbabu dan Merapi sebagai wadah penyerapan aspirasi masyarat. Melalui forum inilah medan perlawanan masyarakat yang dimotori oleh Qaryah Thayyibah dilakukan.

Kampanye

Salah satu rangkaian dari pendidikan pemilih untuk petani, setelah dilakukan pendidikan pemilih untuk petani, dialog publik dengan calon legislatif juga telah dilaksanakan seminar, aksi massa dan pembuatan poster.

Dengan kegiatan ini telah meningkatkan kesadaran politik petani, dimana selama ini secara mayoritas petani masih takut bicara politik.

Pertemuan Anggota

Memperkuat kebersamaan dan keberanian anggota Qaryah Thayyibah dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingannya. Selain itu secara kongkrit juga ditemukan keberhasilan dan utamanya kelemahan-kelemahan organisasi selama ini.

Rapat Rutin Dewan Pimpinan Petani

Rapat diselenggarakan secara rutin 4 bulan sekali, difokuskan pada pembahasan perkembangan organisasi dan program.

Dihadiri oleh pimpinan dan anggota DPP

Penggadaan/ Penggandaan Atribut Organisasi

Telah dihasilkan: (1) Hak Paten Hymne dan Mars Qaryah Thayibah sudah diselesaikan, (2) Penggandaan AD/ART sejumlah 1000 eksemplar, dan sudah didistribusikan kepada anggota, (3) Cetak Kartu Anggota Serikat sebanyak 1000 kartu dan (4) Pengadaan bendera organisasi sejumlah 100.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan satu bulan sekali oleh Dewan Pimpinan Petani (DPP). Hasil monitoring bulanan ini kemudian dibawa dalam rapat DPP bersama dengan Ketua Pelaksana 4 bulan sekali. Evaluasi telah dilaksanakan pada akhir tahun 2004 dengan melibatkan DPP, Pengurus Paguyuban dan Pelaksana Serikat

Sumber: Laporan Kegiatan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, Tahun 2004

Page 194: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

Lampiran 9 Pengalaman dalam Proses Pengumpulan Data di Lapangan

Penelitian ini merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian yang dilakukan Pusat Kajan Agraria (PKA-IPB) bekerjasama dengan ICRAF. Penelitian ini dimulai sejak Tahun 2002 dengan judul “Negotiating Land Rights and Natural Resource Regulations for Local People:The Role & Effectiveness of Federations”. Analisis data empiris menghasilkan dua tipologi organisasi yakni organisasi produksi dan organisasi konflik. Masing-masing tumbuh dilatarbelakangi oleh hal yang berbeda yakni persoalan produksi da persoalan konflik agraria.

Jadwal penelitian PKA ”memaksa” penulis melakukan penelitian lapang mendahului jadwal penelitian yang ditetapkan oleh sekolah pascasarjana IPB. Penelitian tersebut dilakukan persis satu minggu setelah pelaksanaan kolokium, yaitu pada Bulan Januari-Pebruari 2005. Pada kurun waktu tersebut, penulis bekerja bersama dua orang asisten peneliti lapang. Metode yang dikembangkan dalam proses pengambilan data adalah wawancara, pengisian kuesioner terbuka, dan Focus Group Discussion (FGD). Berbagai metode di atas dipergunakan untuk menangkap realitas empiris yang muncul.

Dalam proses penelitian tersebut, Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyibah (SPPQT) meminta PKA untuk melibatkan kader organisasi. SPPQT meminta supaya kegiatan ini tidak sekedar kegiatan proyek melainkan mempunyai agenda pembinaan anggota organisasi. Kader organisasi yang ada di tingkat paguyuban yang menjadi studi kasus disertakan dalam proses pengumpulan data, baik berfungsi dalam proses pengisian kuesioner (sebagai enumerator lokal) maupun dalam proses FGD (sebagai peserta). Proses tersebut pada kenyataannya tidak maksimal karena wawancara yang dilakukan kader organisasi seringkali terjadi sangat kaku dan berpatokan pada kuesioner dan panduan pertanyaan. Hal tersebut menyebabkan data/informsi yang dikumpulkan oleh kader organisasi sangat terbatas dan formal. Tetapi tidak semua kader organisasi melakukan proses enumerasi. Beberapa kader di paguyuban tertentu hanya menjadi pendamping peneliti PKA sehingga proses yang dilakukan merupakan proses pembelajaran.

Penggunaan kuesioner terbuka menjadi salah satu pilihan strategi terkait dengan keterlibatan asisten lapang dan enumerator. Bekal turun lapang berupa kuesioner dirasa memudahkan kerja pengumpulan data mengingat pertanyaan telah disusun secara sistematis. Pengembangan pertanyaan disiapkan dalam bentuk panduan pertanyaan yang mendampingi penggunaan kuesioner terbuka. Kesulitan yang muncul dari penggunaan kuesioner terbuka adalah data-data menjadi relatif seragam dari tiap organisasi terlebih ketika proses pengumpulan data dilakukan oleh kader organisasi (enumerator lokal). Sebagai orang lokal, kader organisasi merasa informasi yang ditanyakan merupakan informasi umum sehingga merasa malas menanyakannya dan melewatkan beberapa pertanyaan yang dianggap mereka tahu untuk kemudian diisi sendiri. Dengan demikian proses pendampingan terus dilakukan dalam proses wawancara dengan cara peneliti utama terlebih dahulu melakukan wawancara agar dapat dilihat oleh enumerator lokal. Untuk menghindari celah kekurangan data, peneliti utama tetap melakukan wawancara dengan informan kunci dan tidak menyerahkannya pada enumerator lokal. Dalam beberapa kasus, adakalanya enumerator lokal melakukan

Page 195: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

178

wawancara dengan informan kunci namun dalam pendampingan peneliti utama untuk mempertanyakan informasi yang tidak ditanyakan enumerator lokal.

Data yang diperoleh dalam proses di atas bersifat data keras yang meliputi data diri organisasi, tujuan pembentukan organisasi, peran perempuan dalam organisasi, kerjasama dan jejaring yang dibangun, hubungan paguyuban dan kelompok tani, kegiatan yang dikembangkan organisasi, dan dampak kegiatan. Data tersebut merupakan data yang berasal dari 12 Secondary Local Organization (SLO) dan 36 Organisasi Tani Lokal (OTL). Data-data tersebut menggambarkan karakter organisasi pada aras paguyuban maupun kelompok tani.

Meskipun penelitian ini telah dilakukan sejak tiga tahun terakhir, namun penulis mengalami kesulitan ketika harus mencari fokus penelitian untuk menghindari tumpang tindih dengan fokus penelitian PKA mengingat keduanya berangkat dari data yang sama. Kesulitan tersebut belum dapat diatasi sampai tahap pengumpulan data selesai dilakukan. Fakta menarik yang menggelitik keingintahuan penuls adalah organisasi petani yang selama ini diletakkan dalam ranah gerakan sosial ternyata melakukan kegiatan dengan strategi dan pendekatan community development (CD). Satu bulan menjelang pelaksanaan seminar hasil penelitian, penulis mulai dapat mengkontruksi realitas empiris kedalam analisis dan menghasilkan konsep perlawanan tersamar.

Konsekuensi dari pilihan fokus penelitian adalah penulis harus kembali melakukan penelitian lapang untuk menambah data-data yang menyangkut latar belakang pendirian organisasi dan mengapa organisasi memilih bentuk pendekatan CD. Turun lapang kedua dilakukan pada Bulan Agustus hingga September 2005. Jika pada Bulan Januari-Pebruari penulis memfokuskan penelitian pada paguyuban dan kelompok tani, maka pada periode turun lapang ke-dua penulis mengarahkan kegiatan pada wawancara di tingkat serikat petani (SPPQT). Wawancara tidak lagi diarahkan pada karakter organisasi melainkan menyesuaikan dengan kekurangan informasi dalam kepentingannya menjustifikasi analisis sementara yang dilakukan penulis. Dengan demikian, yang menjadi subyek tineliti adalah orang-orang yang menjadi inisiator organisasi untuk mengetahui tujuan awal pembentukan, disamping orang-orang yang terlibat pada perumusan pembentukan organisasi petani. Sayangnya, orang-orang yang dimaksud tidak lagi berkiprah secara formal dalam organisasi, sehingga penulis betul-betul menelusur satu persatu riwayat orang-orang yang berkiprah di masa awal pendirian organisasi. Beberapa sudah bekerja pada lembaga lain, maupun kembali ke aras komunitas dan tidak lagi menjadi pengurus organisasi. Metode yang dilakukan adalah metode snow ball yang memungkinkan penulis memperoleh informasi secara perlahan namun meluas. Dalam usahanya mengejar subyek tineliti tersebut, selama dua puluh hari keberadaan penulis di lapang, penulis lebih banyak bergerak di luar organisasi dalam kepentingannya menelusur informasi-informasi penting untuk mengkaitkan dengan hasil analisis sementara. Pada periode ini, penulis banyak bersentuhan dengan tokoh-tokoh Salatiga yang berfikiran progresif dalam gerakan petani di Salatiga.

Dibandingkan penelitian periode terdahulu, penelitian Agustus-September 2005 relatif lebih mudah dilakukan oleh penulis terkait dengan beberapa pertimbangan; pertama, proses penggalian informasi dilakukan langsung oleh penulis. Kedua , peneliti memiliki alur pemikiran yang jelas dan telah siap dengan kebutuhan informasi yang masih kurang sehingga waktu penelitian lebih singkat

Page 196: PERLAWANAN TERSAMAR ORGANISASI PETANI (Upaya … · perlawanan tersamar organisasi petani

179

dan tepat sasaran. Ketiga, penelitian ini sekaligus merupakan proses triangulasi data sehingga penulis makin fokus menuliskan hasil penelitian. Pertanyaan yang baru muncul beberapa saat menjelang seminar hasil penelitian dicoba dicari jawabannya pada periode turun lapang ke-dua. Proses penelitian ini mengarahkan pada aspek filosofis gerakan petani dan hal-hal yang menjadi latar belakang pilihan strategi yang dikembangkan oleh organisasi. Pertanyaan diarahkan pada mengapa bangun organisasi SPPQT pada masa kini memilih strategi CD, sesuatu yang sangat tidak lazim dalam ranah gerakan sosial petani. Jawaban-jawaban yang muncul dari hasil wawancara mendalam menjadi pijakan untuk makin mengukuhkan penulis menuliskan konsep “perlawanan tersamar” sebagai keluaran dari penelitian ini.

Fakta di atas menunjukkan gambaran tentang proses penelitian, menganalisis realitas lapang hingga mengkonstruksikan dalam bentuk konsep. Kesulitan relatif tidak ditemukan dalam proses penelitian mengingat penulis telah sejak Tahun 2002 terlibat dengan organisasi petani di Salatiga. Penelitian menjadi lebih cepat karena waktu penelitian tidak banyak dihabiskan untuk mengenal subyek tineliti. Kedekatan dengan mereka telah dibangun jauh sebelum proses penelitian dilakukan. Dengan demikian tinggal melanjutkan hubungan yang telah terbina dengan baik.