pes indonesia newsletter 04

12
P & E Indonesia Media Informasi dan Komunikasi 28 Mei 2015 Volume 1, Issue 4 Akses Listrik Untuk Semua Sekilas Mengenai Program Listrik Perdesaan 1 IEEE Power & Energy Society Indonesia Chapter Listrik Perdesaan? Banyak diantara kita yang sering mendengar, atau setidaknya pernah mendengar, program Listrik Perdesaan. Namun, tahukah kita perencanaan dan pelaksanaan program ini? Mungkin tidak banyak yang tahu. Halaman muka majalah elektronik “P & E Indonesia” edisi Mei 2015 mencoba memaparkan Program Listrik Perdesaan agar kita semua, Insinyur Listrik, terutama yang di sektor ketenagalistrikan dan energi, dapat lebih memahami program ini dan kita dapat menyumbangkan keahlian dan kompetensi kita bagi kesuksesan program ini. Sebagai program resmi pemerintah, Listrik Perdesaan dilandasi oleh amanat Undang-undang No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yaitu pasal 4. Dalam ayat 3, disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk penyediaan listrik kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan listrik di daerah yang belum berkembang, pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan serta pembangunan listrik perdesaan. Perlu untuk dicatat bahwa pembangunan ketenagalistrikan di Indonesia bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalarn rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan di Pasal 2 ayat 2 UU Ketenagalistrikan. Dengan demikian, Program Listrik Perdesaan adalah merupakan kebijakan Pemerintah dalam bidang ketenagalistrikan untuk perluasan akses listrik pada wilayah yang belum terjangkau jaringan distribusi tenaga listrik di daerah perdesaan. Untuk daerah terpencil yang tidak dapat dijangkau oleh jaringan listrik PLN, diarahkan pada potensi energi setempat (PLTS, PLT Bayu dan PLTMH). Sumber pendanaan Program Listrik Perdesaan dapat dipilah ke dalam dua kategori: APBN dan APBD a. Program Listrik Perdesaan dan Program Listrik Hemat dan Murah. b. Pembangunan Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT). c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Energi Perdesaan. bersambung hal 3 Non APBN

Upload: anggoro-yn

Post on 28-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Newsletter from IEEE INdonesia Section PES Chapter containing articles and news on energy and electricity

TRANSCRIPT

Page 1: PES Indonesia Newsletter 04

P & E Indonesia Media Informasi dan Komunikasi

28 Mei 2015

Volume 1, Issue 4

Akses Listrik Untuk Semua Sekilas Mengenai Program Listrik Perdesaan

1

I E E E P o w e r & E n e r g y S o c i e t y

I n d o n e s i a C ha p t e r

Listrik Perdesaan? Banyak diantara

kita yang sering mendengar, atau

setidaknya pernah mendengar,

program Listrik Perdesaan. Namun,

tahukah kita perencanaan dan

pelaksanaan program ini? Mungkin

tidak banyak yang tahu.

Halaman muka majalah elektronik

“P & E Indonesia” edisi Mei 2015

mencoba memaparkan Program

Listrik Perdesaan agar kita semua,

Insinyur Listrik, terutama yang di

sektor ketenagalistrikan dan energi,

dapat lebih memahami program ini

dan kita dapat menyumbangkan

keahlian dan kompetensi kita bagi

kesuksesan program ini.

Sebagai program resmi pemerintah,

Listrik Perdesaan dilandasi oleh

amanat Undang-undang No 30

Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan, yaitu pasal 4.

Dalam ayat 3, disebutkan bahwa

Pemerintah dan Pemerintah Daerah

menyediakan dana untuk

penyediaan listrik kelompok

masyarakat tidak mampu,

pembangunan sarana penyediaan

listrik di daerah yang belum

berkembang, pembangunan tenaga

listrik di daerah terpencil dan

perbatasan serta pembangunan

listrik perdesaan.

Perlu untuk dicatat bahwa

pembangunan ketenagalistrikan di

Indonesia bertujuan untuk

menjamin ketersediaan tenaga

listrik dalam jumlah yang cukup,

kualitas yang baik, dan harga yang

wajar dalarn

rangka

meningkatkan

kesejahteraan

dan

kemakmuran

rakyat secara adil

dan merata serta

mewujudkan

pembangunan

yang

berkelanjutan,

sebagaimana

dinyatakan di

Pasal 2 ayat 2 UU Ketenagalistrikan.

Dengan demikian, Program Listrik

Perdesaan adalah merupakan

kebijakan Pemerintah dalam bidang

ketenagalistrikan untuk perluasan

akses listrik pada wilayah yang

belum terjangkau jaringan distribusi

tenaga listrik di daerah perdesaan.

Untuk daerah terpencil yang tidak

dapat dijangkau oleh jaringan listrik

PLN, diarahkan pada potensi energi

setempat (PLTS, PLT Bayu dan

PLTMH).

Sumber pendanaan Program Listrik

Perdesaan dapat dipilah ke dalam

dua kategori:

APBN dan APBD

a. Program Listrik Perdesaan dan

Program Listrik Hemat dan

Murah.

b. Pembangunan Pembangkit

Energi Baru Terbarukan (EBT).

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Bidang Energi Perdesaan.

bersambung hal 3

Non APBN

Page 2: PES Indonesia Newsletter 04

Akses Listrik Untuk Semua

1

Energi Terbarukan untuk Kehidupan

Yang Lebih Baik

4

Apakah PLTS Rumah Tangga Dapat

Mengguncang Bisnis Penyediaan

Listrik

7

Mengenal Lebih Dekat Ketua IEEE

Indonesia Section 2015

9

Perawatan dan Pengujian Gawai

Proteksi Arus Lebih

10

Prinsip Dasar Akuntansi

11

Edisi ketiga majalah elektronik “P & E Indonesia” hadir sedikit terlambat dibandingkan edisi

sebelumnya. Untuk itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini. Kami

akan terus berupaya belajar agar majalah ini dapat menjadi semakin baik dan kami berusaha

agar kami dapat mendisiplinkan diri kami agar kami dapat menyajikan yang terbaik.

Edisi ini menyajikan beberapa artikel, antara lain mengenai Program Listrik Perdesaan, Energi

Terbarukan, serta artikel lainnya. Di edisi ini kita juga bisa mengenal profil Bapak Satriyo

Sharmanto, Ketua IEEE Indonesia Section 2015. Beliau juga berkenan menyumbangkan tulisan

mengenai energi terbarukan.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Satriyo Dharmanto

dan Bapak Akalangka de Zoysa yang telah meluangkan waktu untuk berbagi pengetahuan

dengan kita semua.

Kembali kami mengajak para pembaca, terutama anggota IEEE Power and Energy Society

Indonesia agar bersedia menyumbangkan ide, ilmu dan pemikiran melalui tulisan untuk

dimuat di majalah ini. Sebagaimana kata orang bijak, ilmu tidak akan berkurang sedikitpun

walaupun ilmu itu dibagikan ke semua orang di penjuru bumi. Dengan meng-“infaq”-kan ilmu

yang sudah kita miliki, maka akan datang ilmu-ilmu baru yang akan dipermudah kita

memahaminya.

Demikian dari kami dan selama membaca.

Anggoro YN/Pamred

2

P & E Indonesia

Merupakan buletin bulanan

sebagai media informasi dan

komunikasi bagi anggota IEEE

Power and Energy Society

Indonesia

Para anggota IEEE PES

Indonesia, anggota IEEE pada

umumnya serta para pemangku

kepentingan sektor ketenaga-

listrikan dan energi, baik praktisi,

akademisi maupun aparat

birokrasi dipersilakan untuk

mengirimkan artikel.

Terbit bulanan setiap tanggal 28

Pimpinan Redaksi:

Anggoro Yudho Nuswantoro

([email protected])

Staff Redaksi

Ryandi ([email protected])

Fanni Irsanti

([email protected] )

Pernyataan:

Segala opini / pendapat yang

termuat dalam buletin ini dalah

merupakan tanggung jawab dari

masing-masing penulis. IEEE

ataupun IEEE Power and Energy

Society Indonesia tidak

bertanggung jawab atas isi yang

termuat di dalam buletin ini.

Tanpa mengubah isi / materi,

naskah yang masuk akan

menjalani proses penyuntingan

untuk menyesuaikan dengan

layout majalah.

Dari Redaksi

Edisi Ini

Page 3: PES Indonesia Newsletter 04

Akses Listrik Untuk Semua

3

Sambungan dari hal 1

d. Pengembangaan Listrik

Perdesaan oleh Pemerintah

Daerah

Non APBN

a. Pembangunan pembangkit dan

perluasan jaringan PLN melalui

APLN.

b. Pembangunan pembangkit

Energi Baru Terbarukan oleh

Koperasi, Swasta dan LSM.

Pada tahun

anggaran 2015,

Pemerintah

mengalokasikan

dana sebesar Rp

3,107 triliun untuk

pelaksanaan

Program Listrik Perdesaan. Dengan

dana tersebut, Kementrian ESDM selaku

pelaksana mentargetkan pembangunan

Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

sepanjang 4.217 km, Jaringan Tegangan

Rendah (JTR) sepanjang 4.260 km,

Gardu Distribusi sebanyak 2.870 unit

dengan kapasitas 178 MVA serta

penyambungan dan instalasi listrik

gratis kepada nelayan dan rakyat tidak

mampu sebanyak 121.399 RTS (Rumah

Tangga Sasaran).

Program listrik gratis bagi nelayan dan

rakyat tidak mampu berupa instalasi

rumah tinggal sebanyak tiga titik lampu

lengkap dengan lampu hemat energi,

satu stop kontak, satu grounding dan

satu panel MCB, pemeriksaan

instalasinya serta penyambungan

dengan daya 450 VA.

Sesuai dengan APBN-P 2015,

pemerintah menyebar sambungan listrik

gratis di 33 provinsi. Empat provinsi

yang mendapatkan sambungan

terbanyak adalah Provinsi Gorontalo

(sebanyak 10.000

sambungan listrik

gratis) dan disusul

Provinsi Maluku,

Provinsi Maluku Utara

dan Provinsi Sulawesi

Selatan. Ketiga provinsi

ini masing-masing

dianggarkan untuk

7.500 sambungan listrik

gratis.

Program Listrik

Perdesaan pun

mengalami berbagai

kendala di lapangan.

Sebagian besar lokasi sumber energi

primer pembangkit energi terbarukan

berada pada daerah dengan jumlah

penduduk yang kecil. Kepadatana

penduduk yang rendah serta faktor

geografis seringkali menyulitkan

pembangunan jaringan distribusi listrik.

Seringkali

pembangunan

kelistrikan

berbenturan dengan permasalahan

perizinan, baik dari Pemerintah,

Pemerintah Daerah maupun instansi

lain yang terkait terutama jika jaringan

listrikmelintasi kawasan hutan lindung

atau perkebunan. Permasalahan ganti

rugi lahan atau tanaman yang dilewati

jaringan listrik juga seringkali menjadi

kendala.

Titik ujung dari Program Listrik

Perdesaan adalah peningkatan

kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat secara adil dan merata. Hal

ini tercapai antara lain melalui:

a. peningkatan ekonomi masyarakat

pedesaan.

b. peningkatan kualitas bidang

pendidikan dan kesehatan

c. peningkatan produktivitas ekonomi,

sosial dan budaya masyarakat

pedesaan

d. percepatan akses terhadap informasi

dari media elektronik serta media

komunikasi lainnya bagi masyarakat

pedesaan

e. peningkatan keamanan dan

ketertiban masyarakat pedesaan.

(ayn)

Sumber:

1. https://www.djk.esdm.go.id/index.php/in

dex.php/detail-berita?ide=3894

2. http://fastnewsindonesia.com/article/prog

ram-listrik-pedesaan-akan-dapat-

anggaran-rp-317-triliun

3. https://dreamindonesia.files.wordpress.co

m/2011/03/img_2890.jpg

4. http://us.images.detik.com/content/2013/0

6/13/1034/padam.jpg

5. http://v-images2.antarafoto.com/g-

pr/1355127313/listrik-perdesaan-13.jpg

6. http://2.bp.blogspot.com/-

akWKSBEH0CQ/UI7aGl3lwEI/AAAAAA

AAJVQ/M0Da88U-

ndA/s1600/Belasan+Rumah+Dialiri+Lisde

s+di+Cintalaksana.JPG

7. http://www.dpupesdm.jogjaprov.go.id/be

rita/343-lisdes.html

8. Budget in Brief APBNP 2015

9. Program Listrik Perdesaan di Indonesia:

Kebijakan, Rencana dan Pendanaan

10. Undang-undang No 30 Tahun 2009

tentang Ketenagalistrikan

Page 4: PES Indonesia Newsletter 04

Energi Terbarukan

Untuk Kehidupan

Yang Lebih Baik Satriyo Dharmanto

4

Walau raga sudah tidak lagi berfungsi,

namun otak masih bisa berfikir, di mana

kecerdasan dan emosi manusia bisa

dikodifikasi menjadi data, yang

kemudian diunggah ke jejaring internet,

sehingga “manusia” yang berhasil

memberdayakan mesin super cerdas

bernama Physically Independent Neural

Network (PINN), dapat mengatur,

bertindak, bertransaksi apapun,

kapanpun, dan di manapun melalui

jejaring internet tanpa batas ruang dan

waktu.

Sepenggal kisah dalam

film science fiction

berjudul Transcendence,

garapan sutradara Wally

Pfister, yang

memvisualisasikan

perkembangan ICT

mendatang, di mana

dunia semakin

terkoneksi, semakin

borderless dan informasi

apapun berupa ide

tulisan, gambar/foto,

suara dan video, bila

sudah diunggah dan

terhubung ke internet,

akan dengan mudah

diakses oleh siapapun, kapanpun dan

dari manapun, yang bisa menjadi

kekuatan berdampak sangat dahsyat

bagi umat manusia.

Kini, ICT bukan lagi menjadi sekedar

sarana pendukung, namun sudah

menjadi enabler, bagian integral yang

tidak terpisahkan bagi kehidupan umat

manusia. Sebagian besar bidang

kehidupan saat ini sudah sangat

tergantung pada kehadiran ICT.

Pemerintahan negara manapun dan

perusahaan atau organisasi sebesar

apapun kini sangat tergantung dengan

sistem ICT yang handal. Sebagian besar

negara maju, sudah melakukan

deregulasi ICT yang bertujuan

mengoptimalkan

kinerja secara

nasional.

Perkembangan bidang Power dan

Energy telah menghasilkan konsep

efisiensi energi (Energy Efficiency) dan

Energi Terbarukan (Renewable Energy),

yang merupakan dua pilar penting

dalam kebijakan energi berkelanjutan

(sustainable energy). Kedua strategi ini

perlu terus ditingkatkan agar diperoleh

kestabilan bumi dan penurunan emisi

carbon dioxide, untuk mengatasi

Climate change dan global warming.

Inilah yang mendasari para pelaku

inovasi teknologi untuk terus sadar

bahwa peningkatan effisiensi energi

merupakan kebutuhan mutlak di dunia

modern ini. Implementasi teknologi ICT

terus digunakan dan menjadi andalan

dalam mengontrol, memonitor dan

mengoptimalkan pengelolaan energi

untuk memperoleh energi

berkelanjutan.

Pada saat effisiensi energi sedang terus

dikampanyekan, diimplementasikan

dan ditingkatkan di negara-negara maju,

energi terbarukan sangat mendesak

untuk diimplementasikan di negara-

negara berkembang, khususnya di

pedesaan, di daerah terpencil, di mana

transportasi, transmisi dan distribusi

energi yang dihasilkan dari bahan bakar

fosil sulit didaptakan, yang

berkonsekuensi pada tingginya biaya

untuk mengkonsumsinya.

Energi terbarukan merupakan energi

yang berasal dari sumber

alami seperti sinar

matahari, angin, hujan,

pasang surut, gelombang,

dan panas bumi.

Energi terbarukan memiliki

peran penting dalam

meningkatkan kehidupan

yang lebih baik, dengan

memberikan akses energi

modern kepada miliaran

orang di negara-negara

berkembang yang masih

terus bergantung pada

sumber energi tradisional.

Saat ini, sekitar 1,5 miliar

orang di seluruh dunia

masih kekurangan akses listrik, dan

sekitar 2,6 miliar yang masih

bergantung pada kayu, jerami, arang,

atau kotoran hewan untuk memasak

makanan sehari-hari (REN21, 2014).

Teknologi untuk Energi Terbarukan

Saat ini ada beberapa mainstream

technology yang terus dikembangkan

untuk memperoleh energi terbarukan,

antara lain pembangkit listrik tenaga

angin (wind power), pembangkit listrik

tenaga air (hydropower), pembangkit

listrik tenaga matahari (solar energy),

biomassa (biomass), bahan bakar bio

(biofuel) dan pembangkit listrik panas

bumi (geothermal).

Page 5: PES Indonesia Newsletter 04

ANTARA MASDAR CITY

DAN PULAU SUMBA

5

(REN21, 2014) menyampaikan hasil

laporan bahwa energi terbarukan telah

menyumbang 19 persen konsumsi

energi dan 22 persen untuk pembangkit

listrik pada tahun 2012 dan 2013.

Sumber energi terbarukan seperti tenaga

angin, matahari, bahan bakar bio, dapat

ditemukan di mana-mana, tersebar di

daerah geografis yang sangat luas,

berbeda dengan sumber energi lain,

seperti minyak, yang hanya

terkonsentrasi di sejumlah negara.

Penyebaran energi terbarukan dan

energi efisiensi yang cepat,

menghasilkan keamanan energi global

yang signifikan, mitigasi perubahan

iklim (climate change mitigation), dan

telah memberikan manfaat ekonomi

yang merupakan bagian integral dari

Global sustainable financial system.

Dalam survei opini publik internasional

Global Trends in Sustainable Energy

Investment 2015 dalam

http://www.unep.org terdapat

dukungan yang kuat untuk

mempromosikan sumber energi

terbarukan, seperti tenaga surya dan

tenaga angin. Setidaknya 30 negara di

seluruh dunia telah memiliki energi

terbarukan yang memberikan kontribusi

lebih dari 20 persen dari pasokan energi

dunia.

Kyoto Protocol yang dicanangkan pada

bulan Desember 1997 memberikan

rekomendasi kepada negara-negara

Industri untuk menurunkan emisi gas

rumah kaca sebesar 5,2%, dengan

penurunan emisi 6 gas rumah kaca,

yaitu Carbon dioxide, CO2, Methane,

CH4, Nitrous oxide, N2O, Sulfur

hexafluoride, SF6, High fructose corn

syrup, HFCs dan Perfluorinated

compound, PFCs.

Pada 09 Oktober 2009 European

Commission juga mengeluarkan

rekomendasi ”on mobilising

information and communication

technologies to facilitate the transition to

an energy-efficient, low-carbon

economy”.

Uni Eropa memiliki target penurunan

emisi gas rumah kaca (greenhouse

gases) sebesar 8%. Sementara itu US

memiliki target 7%, Japan 6%, Australia

8% dan Iceland 10%. Negara-negara

maju terus memanfaatkan penggunaan

sistem ICT untuk meningkatkan

effisiensi energi, dan terus berupaya

memanfaatkan perkembangan ICT

untuk meningkatan effisiensi energi.

Energi Terbarukan di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa potensi

energi terbarukan yang perlu terus

dikaji dan ditingkatkan skala

ekonominya. Pengembangan

pembangkit listrik tenaga angin sedang

terus digalakkan. Menurut hasil

pemetaan Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional (LAPAN) di 120

lokasi, menunjukkan bahwa energi

angin di beberapa daerah di Indonesia

umumnya berkecepatan lebih dari 5

m/s. Beberapa wilayah di Indonesia

memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s,

antara lain di propinsi NTB, NTT, Sulsel,

dan Pantai Selatan Jawa. Menurut

perhitungan LAPAN, kecepatan angin 4

m/s hingga 5 m/s dapat digolongkan

pada skala menengah dan memiliki

potensi kapasitas 10-100 kW, dengan

catatan diperlukan sumber dan

kecepatan angin yang kontinyu.

Energi pasang surut (Tidal Energy)

merupakan salah satu sumber energi

yang dihasilkan dari pemanfaatan air

laut yang mengalami pasang surut dan

relatif lebih mudah diprediksi

jumlahnya dibanding energi angin,

karena air laut merupakan fluida yang

memiliki massa jenis jauh lebih tinggi

(REN21, 2014) menyampaikan hasil

laporan bahwa energi terbarukan telah

menyumbang 19 persen konsumsi

energi dan 22 persen untuk pembangkit

listrik pada tahun 2012 dan 2013.

Sumber energi terbarukan seperti tenaga

angin, matahari, bahan bakar bio, dapat

ditemukan di mana-mana, tersebar di

daerah geografis yang sangat luas,

berbeda dengan sumber energi lain,

seperti minyak, yang hanya

terkonsentrasi di sejumlah negara.

Penyebaran energi terbarukan dan

energi efisiensi yang cepat,

menghasilkan keamanan energi global

yang signifikan, mitigasi perubahan

iklim (climate change mitigation), dan

telah memberikan manfaat ekonomi

yang merupakan bagian integral dari

Global sustainable financial system.

Dalam survei opini publik internasional

Global Trends in Sustainable Energy

Investment 2015 dalam

http://www.unep.org terdapat

dukungan yang kuat untuk

mempromosikan sumber energi

terbarukan, seperti tenaga surya dan

tenaga angin. Setidaknya 30 negara di

seluruh dunia telah memiliki energi

terbarukan yang memberikan kontribusi

lebih dari 20 persen dari pasokan energi

dunia.

Kyoto Protocol yang dicanangkan pada

bulan Desember 1997 memberikan

rekomendasi kepada negara-negara

Industri untuk menurunkan emisi gas

rumah kaca sebesar 5,2%, dengan

penurunan emisi 6 gas rumah kaca,

yaitu Carbon dioxide, CO2, Methane,

CH4, Nitrous oxide, N2O, Sulfur

hexafluoride, SF6, High fructose corn

syrup, HFCs dan Perfluorinated

compound, PFCs.

Pada 09 Oktober 2009 European

Commission juga mengeluarkan

rekomendasi ”on mobilising

information and communication

technologies to facilitate the transition to

an energy-efficient, low-carbon

economy”.

Uni Eropa memiliki target penurunan

emisi gas rumah kaca (greenhouse

gases) sebesar 8%. Sementara itu US

memiliki target 7%, Japan 6%, Australia

8% dan Iceland 10%. Negara-negara

maju terus memanfaatkan penggunaan

sistem ICT untuk meningkatkan

effisiensi energi, dan terus berupaya

memanfaatkan perkembangan ICT

untuk meningkatan effisiensi energi.

Energi Terbarukan di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa potensi

energi terbarukan yang perlu terus

dikaji dan ditingkatkan skala

ekonominya. Pengembangan

pembangkit listrik tenaga angin sedang

terus digalakkan. Menurut hasil

pemetaan Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional (LAPAN) di 120

lokasi, menunjukkan bahwa energi

angin di beberapa daerah di Indonesia

umumnya berkecepatan lebih dari 5

m/s. Beberapa wilayah di Indonesia

memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s,

antara lain di propinsi NTB, NTT, Sulsel,

dan Pantai Selatan Jawa. Menurut

perhitungan LAPAN, kecepatan angin 4

m/s hingga 5 m/s dapat digolongkan

pada skala menengah dan memiliki

potensi kapasitas 10-100 kW, dengan

catatan diperlukan sumber dan

kecepatan angin yang kontinyu.

Energi pasang surut (Tidal Energy)

merupakan salah satu sumber energi

yang dihasilkan dari pemanfaatan air

laut yang mengalami pasang surut dan

relatif lebih mudah diprediksi

jumlahnya dibanding energi angin,

karena air laut merupakan fluida yang

memiliki massa jenis jauh lebih tinggi

Page 6: PES Indonesia Newsletter 04

6

memiliki massa jenis

jauh lebih tinggi

dibanding angin dan

pasang surutnya air

laut dapat diprediksi

secara lebih akurat di

satu daerah dan

daerah lainnya,

sehingga dapat

menghasilkan energi

yang kontinyu.

Tidal Energy

memerlukan suatu

generator arus pasang

surut (tidal stream)

yang memanfaatkan

energi kinetik dari air

laut untuk

menggerakan turbin, dengan

memanfaatkan fitur lepas pantai

tertentu seperti selat atau teluk, yang

dapat mempercepat gerakan air laut.

Generator jenis ini dengan mudah dapat

dibangun dengan memanfaatkan

fasilitas infrastruktur yang telah ada,

misalnya infrastruktur jembatan. Bentuk

turbin dapat didesain dalam bentuk

turbin vertikal maupun turbin

horizontal, terbuka maupun terlindung

pipa, dan biasanya dapat diletakkan di

lokasi dekat dengan dasar air.

Pemerintah pusat dan daerah di

Indonesia juga sedang menggalakkan

implementasi energi terbarukan untuk

kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Pemanfaatan solar panel sudah mulai

dilakukan sejak beberapa tahun lalu,

khususnya di Indonesia timur,

walaupun pencapaian effisiensi nya

memang belum optimal dan masih ada

banyak kendala di sisi perangkat

converternya yang sering mengalami

kerusakan.

Disamping itu ujicoba perangkat

pembangkit listrik tenaga angin juga

sedang dilakukan di Bali dan Nusa

Tenggara Timur, dilakukan oleh

LAPAN, BPPT dan beberapa perguruan

tinggi bekerja sama dengan pemerintah

daerah.

Potensi penelitian Energi terbarukan

Beberapa topik penelitian yang sedang

digalakan oleh IEEE di bidang

renewable energy antara lain Renewable

Energy Systems and Sources (RESSs) as

Wind Power, Hydropower, Solar

Energy, Biomass, Biofuel, Geothermal

Energy, Wave Energy, Tidal energy,

Hydrogen & Fuel Cells,

Energy Storage.

Disamping itu ada beberapa

bidang terkait lainnya, yaitu

E New Trends and

Technologies for RESSs;

E Policies and Strategies for

RESSs;

E Energy Transformation

from Renewable Energy

System (RES) to Grid.

E Novel Energy Conversion

Studies for RESs.

E Power Devices and

Driving Circuits for RESs;

E Control Techniques for

RESs, Grid Interactive

Systems Used in Hybrid

RESs;

E Performance Analysis of RESs;

E Hybrid RESSs, D

E ecision Support Systems for RESSs;

E Renewable Energy Research and

Applications for Industries;

E RESSs for Electrical Vehicles and

Components,

E Artificial Intelligence and Machine

Learning Studies for RESs and

Applications;

E Computational Methods for RESSs;

E Energy Savings for Vehicular

Technology;

E Public Awareness and Education for

Renewable Energy and Systems;

E Reliability and Maintenance in

RESSs;

E Smart grids and RESSs;

E Safety and Security of RESSs;

E Renewable Energy Systems in Smart

Cities;

E Future Challenges and Directions for

RESSs.

Sumber Gambar:

1.www.energy4humandevelopment.com/

2. subseaworldnews.com

3.euanmearns.com/german-power-2013/)

4. renewablepowernews.com/archives/1409

5.www.tidalenergy.eu/tidal_stream_systems.

html

6. teknologi.news.viva.co.id/news

Satriyo Dharmanto adalah Ketua IEEE

Indonesia Section Tahun 2015. Beliau adalah

Praktisi, Pengajar, Penulis dan beragam

aktivitas lainnya.

Page 7: PES Indonesia Newsletter 04

Nathan Richter

Apakah PLTS Rumah Tangga Dapat

Mengguncang Bisnis Penyediaan Listrik?

7

Editor:

Artikel ini disadur dari artikel berjudul

“Is Rooftop Solar Finally Good Enough

to Disrupt the Grid?”yang tampil di

Harvard Business Review.

Selama beberapa dekade, telah banyak

usaha untuk mereformasi sektor

kelistrikan. Kompleksitas teknis dan

biaya operasi yang mahal dalam

mengalirkan energi listrik membuat

bisnis kelistrikan menjadi sebuah

monopoli alami. Hambatan regulasi dan

ekonomi biaya tinggi dalam

membangun dan memelihara

infrastruktur jaringan listrik regional

meminggirkan proses kompetisi. Tapi

kemajuan teknologi dan struktur bisnis

baru memungkinkan pemain baru yang

lincah untuk bersaing dan menyediakan

alternatif hemat biaya bagi konsumen.

Dengan berkembangnya teknologi

energi terdistribusi, seperti PLTS Rumah

Tangga dan baterai, pemenuhan

kebutuhan listrik dengan pembangkitan

di tempat menjadi lebih ekonomis.

Sistem energi terdistribusi pada

dasarnya terdiri dari pembangkit skala

kecil (misalnya panel surya) yang

memungkinkan listrik diproduksi di

tempat dan dikonsumsi langsung, tanpa

membutuhkan suplai dari jaringan

listrik lokal. Perkembangan terakhir,

seperti penurunan harga panel surya

dan peningkatan efisiensi (berapa rasio

energi matahari yang dapat diubah

menjadi energi listrik), telah membuat

energi terdistribusi semakin ekonomis.

Sementara itu, model bisnis dan metode

pembiayaan baru membuatnya lebih

mudah diakses.

Cerita semacam ini bukan barang baru.

Kita telah mendengar sebelum ini

bagaimana Uber mengguncang sektor

transportasi. Sebelum munculnya Uber,

operasional perusahaan taksi yang

bersifat sentralistik dan kurang

responsif membuat konsumen tak

memiliki alternatif kecuali kendaraan

pribadi. Uber memobilisasi aset yang

ada namun kurang termanfaatkan

sehingga aset tersebut menghasilkan

aliran pendapatan bagi kedua pihak

dengan sistem bagi hasil. Uber

membangun platform teknologi yang

mengoptimalkan berbagai faktor seperti

kondisi pasar, lokasi, dan ketersediaan

untuk memenuhi kebutuhan anda dan

100 orang lainnya dalam radius

setengah mil di sekitar anda.

Jika Uber dapat membuat mobil menjadi

satu sumber potensial pendapatan,

panel surya dapat mengubah rumah

atau fasilitas perusahaan menjadi aset

produktif yang menghasilkan listrik

sendiri. Dalam kedua kasus ini, dua

barang (mobil dan rumah) diberikan

potensi penciptaan nilai lebih melalui

proses fragmentasi pasar dan

pemberdayaan konsumen. Hasilnya

adalah proposisi nilai baru: konsumen

mendapatkan layanan lebih personal

yang fleksibel dan perusahaan dapat

menawarkan harga yang kompetitif.

Dalam hal energi terdistribusi, berbagai

pilihan pembiayaan membuat

konsumen dapat menghemat dalam

berbagai cara. Berbagai pilihan yang ada

antara lain sistem sewa (penyewaan

panel surya dengan pembayaran tetap),

perjanjian jual beli listrik (mereka

membeli setiap unit listrik yang

dihasilkan oleh panel surya sesuai tarif

yang disepakati) atau sistem kredit

(panel surya menjadi milik konsumen,

dalam bentuk kredit pemilikan panel

surya). Semua model menawarkan biaya

per unit listrik yang tidak hanya murah

tapi lebih stabil bila dibandingkan

dengan tarif yang dikenakan oleh

perusahaan listrik.

Dengan diperkenalkannya berbagai

jenis baterai yang dapat menyimpan

listrik lebih baik,

seperti yang

diproduksi Tesla,

proposisi nilai

energi surya

mungkin juga

meningkat.

Baterai dapat

menyimpan

kelebihan energi

matahari di siang

hari ketika

matahari bersinar

sangat kuat dan

kemudian

melepaskan

kembali energi

tersebut pada

waktu beban

puncak. Saat ini,

pengelolaan

semacam ini

belum efektif untuk sektor perumahan,

karena mahalnya baterai dan rumitnya

perijinan (catatan: tarif listrik rumah

tangga di Indonesia tidak membedakan

jam beban puncak dan non beban

puncak). Namun, baterai telah

digunakan di sektor komersial dan

Page 8: PES Indonesia Newsletter 04

8

digunakan di sektor komersial dan

industri, di mana biaya tambahan untuk

menggunakan energi selama waktu

beban puncak besarnya sekitar 30 % dari

tagihan listrik. Selain itu, baterai dapat

menarik listrik dari jaringan saat harga

murah (misalnya di tengah malam),

menyimpannya dan kemudian

menggunakan energi dalam baterei

ketika tarif listrik lebih mahal dan ada

pengenaan biaya beban.

Perangkat lunak manajemen energi juga

dapat membantu mengidentifikasi

konsumsi yang tidak efisien dan

mengotomatisasi penggunaan listrik.

Tapi sebelum energi terdistribusi dapat

menimbulkan dampak yang lebih besar,

platform manajemen energi yang lebih

komprehensif harus dikembangkan. Ke

depan, perangkat lunak Internet of

Thing bisa mengoptimalkan interaksi di

antara komponen sistem energi

terdistribusi yang terdiri dari panel

surya, baterai dan sistem manajemen

energi bangunan komersial /

perumahan, berdasarkan data real-time

dari masing-masing komponen –

sebagimana platform Uber mengatur

dan mengkoordinasikan kebutuhan dan

ketersediaan kendaraan dengan

mengirim dan menganalisa data dari

perangkat bergerak (mobile device).

Untuk membangun sistem cerdas yang

terintegrasi, berbagai perusahaan yang

berbeda harus berkolaborasi - bahkan

Elon Musk menyadari bahwa Tesla

tidak bisa mengubah pasar energi begitu

saja. Beberapa perusahaan tenaga surya,

produsen baterai, dan perusahaan

perangkat lunak mulai bekerja sama.

Nest, termostat cerdas dari Google,

membuat kesepakatan dengan

SolarCity, perusahaan pemasang PLTS

rumah tangga terbesar di AS, untuk

mengintegrasikan termostat cerdas

dengan panel SolarCity, dan mungkin

baterai Tesla suatu saat di masa depan.

Selain itu, SunPower, produsen PLTS

terbesar kedua AS, bermitra dengan

EnerNOC, yang menyediakan perangkat

lunak manajemen energi serta

dinyatakan sebagai mitra Tesla Energy.

Sementara itu, perusahaan lsitrik tidak

berdiam diri. Semakin banyak

perusahaan yang berpaling pada data

real-time dan baterai untuk

mengefisienkan jaringan dan

mengurangi variabilitas harga listrik

sepanjang hari. Tetapi mirip dengan

industri taksi, salah satu senjata utama

perusahaan utilitas adalah otot politik

mereka yang cukup besar tetapi anti-

pasar. Tren ini semakin sering

digunakan bahkan muncul istilah

"lingkaran kematian perusahaan listrik".

Perusahaan listrik menaikkan harga

yang dikenakan pada pelanggan dalam

rangka mengkompensasi pendapatan

yang hilang dari orang-orang yang telah

berpaling ke energi terdistribusi. Tentu

saja, langkah ini justru membuat energi

terdistribusi semakin kompetitif.

Sektor kelistrikan belum akan melihat

perubahan dalam waktu dekat

sebagaimana Uber, terutama karena

sektor kelistrikan. Tapi meskipun

banyak tantangan yang dihadapi, sinyal

yang diberikan pasar sangat

menggembirakan. Penggunaan energi

terdistribusi di sektor rumah tangga

tumbuh pada tingkat 50% per tahun di

Amerika Serikat dari tahun 2012 hingga

2014. Dan dengan evolusi perangkat

lunak manajemen energi terdistribusi

yang semakin cerdas, perubahan ini

akan jauh lebih besar.

Nathan Richter adalah kandidat master

dari HSBC Graduate Business School -

Peking University. Beliau adalah

mantan editor di The Globalist.

Page 9: PES Indonesia Newsletter 04

ANTARA MASDAR CITY

DAN PULAU SUMBA

Mengenal Lebih Dekat Ketua

IEEE Indonesia Section 2015

9

Profil Ketua IEEE Indonesia Section 2015

Satriyo Dharmanto adalah seorang

professional muda yang menggeluti

bisnis ICT sejak 20 tahun lalu. Saat ini

aktif memberikan kontribusinya melalui

beberapa kegiatan berskala Nasional

maupun Internasional. Beberapa

perguruan tinggi di Indonesia pernah

mengundangnya sebagi dosen tamu,

untuk memberikan sharing session

bidang ICT, Strategic Management dan

Knowledge Management. Lembaga

International seperti SEACOP (ICT

Research between Europe and ASEAN),

CASBAA, Asia Pacific Broadcasting

Union (ABU) dan Asia Pacific

Institute for Broadcasting

Development (AIBD) juga pernah

mengundangnya sebagai pembicara

dalam forum Internationalnya.

Saat ini dia aktif sebagi country sales

director Conax AS Indonesia, dan

President Director PT Multikom

Global Mediatama. Dia juga aktif

sebagai external consultant bidang

ICT di Kementrian Komunikasi dan

Informatika (Kominfo) sejak

beberapa tahun yang lalu.

Disamping menamatkan pedidikan

sarjana Teknik Elektro dari IST Akprind

pada tahun 1994 dan Magister Science

dari Universitas Indonesia pada tahun

2002, dia juga pernah mengikuti

beberapa pendidikan non formal di

bidang ICT, Management dan Busines di

beberapa Negara seperti Singapore,

Thailand, Malaysia, Hongkong,

Norway, Poland, USA, Netherland,

Belgium dan UK. Dia sangat konsisten

menekuni bidang ICT dan aktif

memperkuat professional networknya

melalui organisasi profesi seperti

Masyarakat Telematika (MASTEL),

Asosiasi Enjiner Broadcast (AEBI), ABU,

CASBAA dan Indonesia Norway

Business Council (INBC).

Suami dari Margareta Titik Sutriyaning

dan ayah dari Stefany Vellatisa Claresta

ini pernah menulis dua buku bidang TV

Digital dan Telekomunikasi dan

beberapa tulisannya dimuat di harian

Kompas dan Majalah Broadcastmagz.

Salah satu tulisannya berjudul Urban

Radio Propagation Measurement for

Digital TV Broadcast pernah diterbitkan

di IEEE Broadcast Technology Society

Newsletter, fall edition 2009.

Satriyo Dharmanto pernah menjabat

sebagai chair IEEE Communication

Society (ComSoc) Indonesia Chapter

periode 2011-2014 dan terpilih menjadi

ketua IEEE Indonesia section melalui e-

election yang diselenggarakan oleh

election committee IEEE Indonesia

section tanggal 12 - 26 Januari 2015,

yang diketuai oleh Bp. Arnold PH

Djiwatampu.

Sebagai chair, Satriyo Dharmanto

memiliki visi bahwa IEEE Indonesia

Section perlu berperan aktif dalam

penguatan kerjasama dengan

Universitas, Industri, Pemerintah, serta

Publik melalui aktivitas edukasi,

profesionalisme, masukan rancangan

kebijakan untuk pemerintah, publikasi

bersitasi tinggi, dan konferensi

Internasional yang bereputasi. Selain itu

juga perlu memperkuat kerjasama

dengan organisasi profesi dan

industri lainnya seperti Masyarakat

Telematika Indonesia (MASTEL),

Persatuan Insinyur Indonesia (PII),

dan Kamar Dagang dan Industri

(KADIN) Indonesia. Hal ini

dilakukan untuk menjawab

tantangan yang dihadapi Bangsa

Indonesia saat ini, yaitu ASEAN Free

Trade Area (AFTA) serta

kesepakatan mengenai Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) dengan

ASEAN akan menjadi kawasan bebas

aliran barang, jasa, investasi,

permodalan, dan tenaga kerja terampil,

dan perpindahan barang modal secara

lebih bebas.

Saat ini IEEE Indonesia Section telah

membangun 8 Komite Aktivitas untuk

menjalankan aktivitasnya, yaitu

Technical Activities, Education, Industry

Relation, Professional Activity,

Conference Coordination, Membership

Development, Student Activity, dan

Women in Engineering. Dengan

beragam aktivitas yang dijalankan,

diharapkan partisipasi antara lain dari

Universitas seluruh Indonesia (termasuk

Universitas di luar pulau Jawa) dan

kalangan industri akan meningkat.

Beberapa sasaran yang telah

dicanangkan pada tahun ini adalah

pengembangan IEEE Student Branch

baru, pembentukan Chapter, dan

penyelenggaraan konferensi tingkat

dunia di Indonesia untuk meningkatkan

jumlah publikasi yang memperoleh

pengakuan dari IEEE dan Scopus.

Page 10: PES Indonesia Newsletter 04

ANTARA MASDAR CITY

DAN PULAU SUMBA

Perawatan dan Pengujian Gawai Proteksi

Arus Lebih (Overcurrent Protective Device) Edvard Csanyi

10

Keandalan sistem kelistrikan, proteksi

komponen dan rangkaian serta

keselamatan berhubungan erat dengan

keandalan dan kinerja gawai proteksi

arus lebih dan bergantung pada

pelaksanaan perawatan dan pengujian

sebagaimana disyaratkan oleh

penggunaan gawai proteksi arus lebih

tersebut.

Perawatan dan pengujian yang

diperlukan berbeda-beda untuk tiap

jenis gawai proteksi arus lebih yang

digunakan.

Circuit Breakers

NFPA 70B (Praktek yang Disarankan

untuk Perawatan Peralatan Kelistrikan),

salah satu standar yang berlaku di

Amerika Serikat, menyatakan bahwa

perawatan dan pengujian Circuit

Breaker harus dilaksanakan setiap 6

bulan sampai dengan 3 tahun,

bergantung pada kondisi pemakaian.

Hal ini mencakup pekerjaan perawatan

rutin seperti, pengencangan sambungan,

pengecekan adanya tanda-tanda

pemanasan berlebih, pengecekan

kerusakan strukturan atau keretakan

Pengoperasian Circuit Breaker secara

manual direkomendasikan untuk

dilakukan setidaknya satu kali dalam

setahun untuk memastikan bahwa

proteksi arus lebih bekerja dengan baik.

Harus dipastikan bahwa proteksi arus

lebih bekerja sesuai dengan rentang

kerja yang ada dalam lembar data dari

pabrik pembuatnya.

Yang perlu diperhatikan pada MCCB,

peralatan ini harus diganti jika dalam

pengujian ditemukan adanya kesalahan

/ ketidakcocokan dengan lembar data

dari pabrik. Hal ini karena penyetelan

dan perbaikan tidak mungkin dilakukan

untuk Circuit Breaker tipe ini.

Untuk Circuit Breaker tipe ACB, VCB

dll, NFPA 70B mensyaratkan perawatan

dan pengujian yang lebih lengkap.

Bahkan pengujian diperlukan jika

Pemutus Tenaga mengalami tripping

akibat adanya arus lebih. Perlu

diperhatikan bahwa perawatan dan

pengujian peralatan ini hanya boleh

dilaksanakan oleh personil yang terlatih.

Seringkali, kontraktor yang khusus

menangani perawatan Pemutus Tenaga

harus disewa untuk melaksanakan

pekerjaan ini atau peralatan tersebut

harus dikirim ke pabrik pembuatnya.

Sehingga diperlukan Pemutus Tenaga

cadangan selama periode ini.

Satu pertanyaan besar yang muncul

adalah: seberapa sering hal ini

dilakukan? Seringkali jawabannya

adalah TIDAK PERNAH. Kurangnya

perawatan dan pengujian dapat

berakibat buruk pada keandalan dan

kemampuan proteksi pada saat terjadi

arus lebih pada sistem distribusi listrik.

Sekering

NFPA 70B merekomendasikan

pengecekan sekering pada saat

perawatan berkala, tetapi tidak

mengharuskan dilakukannya pengujian

operasional dan perlindungan dari arus

lebih. Saklar yang dilengkapi dengan

sekering serta blok sekering

memerlukan perawatan seperti

pengencangan sambungan dan

pengecekan adanya panas yang berlebih

sebagaimana direkomendasikan oleh

NFPA 70B.

Mereset Gawai Proteksi Arus Lebih

Sebagaimana disebutkan sebelumnya,

Circuit Breaker seringkali lebih dipilih

daripada sekering karena Circuit

Breaker dapat direset sedangkan

sekering harus diganti jika terjadi arus

lebih. Hal yang paling menyita waktu

sebagai akibat aktifnya gawai proteksi

arus lebih adalah menyelidiki penyebab

terjadinya arus lebih.

Berdasarkan aturan keselamatan kerja,

hanya jika penyebab arus lebih

diketahui, personil diperkenankan

untuk mereset Circuit Breaker atau

mengganti sekering. Jika penyebab

aktifnya gawai proteksi arus lebih tidak

diketahui, maka harus dilakukan

investigasi terlebih dahulu.

Karena penggantian sekering biasanya

membutuhkan personil yang terlatih,

kemungkinan terjadinya pelanggaran

aturan keselamatan cenderung lebih

kecil. Di samping itu, jika sebuah

sekering yang telah putus diganti

dengan sekering baru, maka rangkaian

yang sebelumnya bermasalah akan

diproteksi dengan alat baru yang telah

dikalibrasi di pabrik.

Seringkali kondisi beban berlebih terjadi

pada rangkaian percabangan, misalnya

panel penerangan atau rangkaian motor

listrik. Pada panel, biasanya yang

beroperasi adalah rele beban lebih, yang

dapat dengan mudah direset pada

kondisi beban lebih. Gawai pengaman

arus lebih, circuit breaker ataupun

sekering, bekerja untuk mengamankan

terjadinya hubung singkat dan

gangguan pembumian. Jika gawai ini

bekerja, tidak boleh direset atau diganti

tanpa melakukan investigasi atas

rangkain yang mengalami gangguan

karena sangat dimungkinkan

gangguannya berupa hubung singkat.

Arus lebih pada penyulang dan jalur

utama seringkali diakibatkan oleh

hubung singkat dan jarang terjadi.

Karena gangguan sangat dimungkinkan

diakibatkan oleh adanya hubung

singkat, rangkaian yang terganggu

harus diinvestigasi terlebih dahulu

sebelum dilakukan reset pada pemutus

tenaga atau penggantian sekering.

Di samping itu, jika pemutus tenaga

pada penyulang atau jalur utama telah

terbuka, pemutus tenaga harus diuji

untuk meyakinkan bahwa pemutus

tenaga tersebut masih layak untuk

dioperasikan kembali.

Edvard Csanyi, adalah Insinyur Listrik,

Electrical engineer, programmer dan pendiri

EEP. Spesialisasi di desain sistem tegangan

rendah berdaya besar (> 6300A).

http://electrical-engineering-

portal.com/maintenance-and-testing-of-the-

overcurrent-protective-devices

Page 11: PES Indonesia Newsletter 04

Akalangka de Zoysa

PRINSIP DASAR

AKUNTANSI

6

Pendahuluan

Sebagaimana dalam disiplin ilmu

teknik, akuntansi juga memiliki satu set

konsep dan aturan dasar yang mengatur

bagaimana suatu hal dikerjakan dengan

cara tertentu

Dalam artikel ini, akan ditunjukkan

prinsip-prinsip dasar akuntansi dan

mengapa aturan tersebut dibutuhkan

salam upaya memahami akuntansi.

Prinsip Dasar Akuntansi

Jika tiga hukum gerak newton menjadi

dasar pijakan bagi cabang ilmu fisika,

maka akuntansi memiliki lima prinsip

dasar yang menjadi pijakan bagi

perkembangan ilmu akuntansi.

Dalam perkembangan karirnya, seorang

insinyur akan mempelajari banyak

prinsip ilmu fisika dan keteknikan,

namun akan selalu berpijak pada hal-hal

dasar seperti “setiap aksi memiki

reaksi”.

Seperti itu pula yang akan dialami

seseorang dalam bidang akuntansi,

mereka akan mempelajari banyak hal

lain, namun prinsip dasar tersebut akan

selalu tetap menjadi pegangan bagi

mereka.

Prinsip dasar akuntansi terbagi menjadi

lima hal, yaitu:

1. Pemisahan

2. Jangka Waktu Operasional tak

terbatas

3. Periode Waktu tertentu

4. Sistem akrual

5. Asumsi unit keuangan

Berikut ini akan dijelaskan prinsip-

prinsip di atas secara singkat

1. Pemisahan Entitas

Sebuah usaha dinyatakan sebagai

sesuatu yang terpisah dari pemiliknya.

Pernyataan ini pasti bukan sesuatu yang

asing, tetapi apakah yang dimaksud

dengan pernyataan ini?

Dalam diskusi dengan rekan kantor saat

makan siang, misalnya, anda mungkin

pernah mendengar pembicaraan seperti

ini, ”.. pemegang saham perusahaan

kami adalah Bapak X, Y dan Z,

komisarisnya adalah … , dewan

direktunya adalah …. dst … “

Bagaimana hal ini berhubungan dengan

istilah-istilah akuntansi?

Siapa sesungguhnya pemilik

perusahaan? Jawabannya adalah

pemegang saham.

Akan tetapi, menurut perspektif

akuntansi dan hukum perusahaan,

sebuah perusahaan dan pemegang

sahamnya adalah dua entitas yang

terpisah.

Apakah yang dimaksud dengan hal ini?

Ini berarti bahwa bagi akuntansi dan

hukum perusahaan, sebuah perusahaan

(perseroan terbatas) dianggap sebagai

entitas “hidup” yangterpisah dari

pemiliknya (pemegang saham)

Perusahaan memiliki hak untuk

melakukan transaksi usaha secara bebas

dan bertanggung jawab atas operasional

dan hasil yang diperolehnya serta

mewakili dirinya di pengadilan.

Baru saja disebutkan bahwa sebuah

perusahaan adalah sebuah entitas yang

terpisah, namun kita tidak pernah

melihat perusahaan berkeliling di

jalanan, atau melakukan transaksi

keuangan.

Pemilik perusahaan (pemegang saham)

akan menunjuk orang-orang yang

mewakili mereka untuk mengawasi

jalannya perusahaan (yaitu Dewan

Komisaris) dan orang yang mewakili

mereka mengatur jalannya perusahaan

(yaitu Dewan Direktur).

Karena itulah Laporan Keuangan

Tahunan dibuat atas nama perusahaan

dan bukan atas nama pemilik

perusahaan / pemegang saham.

Sebuah ilustrasi sederhana:

Pak Budi memiliki sebuah mobil yang

dia gunakan sebagai jasa penyewaan

mobil. Ia merekrut seorang sopir untuk

mengemudikan, merawat dan

bertanggung jawab penuh atas segala

tetek bengek mobil tersebut.

Jika dianalogikan sebagai sebuah

perusahaan

Pak Budi – Pemegang Saham

Mobil – Perusahaan

Sopir – Dewan DIrektur

2. Jangka Waktu Operasi Tidak

Terbatas

Hal ini bermakna bawa sebuah entitas

usaha akan terus beroperasi sampai

dengan jangka waktu yang tidak

terbatas. Laporan keuangan disiapkan

dengan asumsi semacam itu kecuali jika

dinyatakan lain.

Sebuah analogi yang sederhana adalah

Hukum Pertama Newton, “sebuah

benda bergerak akan terus bergerak jika

tidak ada resultan gaya yang bekerja

padanya”.

3. Periode Waktu Tertentu

Dalam istilah akuntansi, kinerja sebuah

perusahaan diukur dalam suatu periode

waktu tertentu, biasanya dalam periode

12 bulan yang dinyatakan sebagai tahun

keuangan.

Page 12: PES Indonesia Newsletter 04

ANTARA MASDAR CITY

DAN PULAU SUMBA

7

Walaupun prinsip kedua, Jangka Waktu

Operasional Tak Terbatas,

mengasumsikan bahwa sebuah

perusahaan akan beroperasi untuk

jangan waktu tak terbatas, periode

operasinya dihitung per 12 bulan untuk

keperluan analisa kinerja perusahaan.

Perlu dicatat bahwa disini digunakan

istilah Tahun Keuangan dan bukan

Tahun Kalender.

Tahun keuangan dan tahun kalender

adakalanya sama di berbagai negara

(yaitu 1 Januari – 31 Desember), sebagai

contoh di Indonesia.

Akan tetapi, di beberapa negara tahun

keuangan berbeda dengan tahun

kalender.

Tahun keuangan yang paling sering

digunakan adalah 1 April – 31 Maret.

Hal ini membawa kita pada konsep

paling penting selanjutnya.

4. Sistem Akrual

Pendapatan dan biaya dicatat pada

tahun keuangan saat transaksi tersebut

terjadi, bukan saat penerimaan /

pembayaran uang terjadi.

Dengan demikian, terdapat perbedaan

yang mendasar antara pencatatan

transaksi keuangan dan pencatatan

penerimaan/pembayaran uang

Perbedaan dalam pencatatan transaksi

keuangan dan konsep uang kas akan

menjadi subjek pembicaraan di masa

mendatang.

Di bawah ini diberikan sebuah contoh:

PT ABC adalah perusahaan dagang

yang memiliki tahun keuangan 1 Januari

– 31 Desember. Selama periode 12 bulan

antara 1 Januari 2014 – 31 Desember

2014, perusahaan ini melakukan

transaksi sebagai tabel di bawah ini.

Transaksi #1

Perusahaan berhasil menjual barang

senilai Rp 10 Juta pada 28 Desember

2014 akan tetapi pembayaran baru

diterima pada tanggal 7 Januari 2015

Tahun keuangan PT ABC berakhir pada

tanggal 31 Desember 2014 dan tahun

keuangan berikutnya dimulai pada

tanggal 1 Januari 2015. Di mana kita

akan mencatat transaksi penjualan

senilai Rp 10 Juta tersebut.

Apakah pada tahun keuangan saat

tagihan diterbitkan (2014)? Ataukan

tahun keuangan di saat uang tunai

diterima (2015)?

Konsep akrual menyatakan bahwa

transaksi dicatat pada tahun keuaangan

di mana transaksi tersebut terjadi, bukan

di saat uang pembayaran diterima.

Dengan demikian, penjualan senilai 10

juta tersebut akan dicatat pada tahun

keuangan yang berakhir di tanggal 31

Desember 2014

Transaksi #2

Berdasarkan penjelasan yang sama

sebagaimana contoh sebelumnya,

transaksi ini juga akan dicatat pada

tahun keuangan yang berakhir tanggal

31 Desember 2014

Transaksi #3

Pada contoh ini, pencatatan transaksi

dan penerimaan uang jatuh pada

periode yang sama (Tahun Keuangan

yang berakhir 31 Desember 2015)

5. Asumsi Unit Keuangan

Prinsip ini menyatakan bahwa catatan

keuangan harus dinyatakan dalam nilai

uang, seringkali dalam mata uang yang

berlaku di negara di mana laporan

keuangan tersebut dibuat.

Prinsip Yang Dikembangkan

Berdasarkan Prinsip Di Atas

Prinsip Penyesuaian

Ini berarti bahwa pendapatan dicatat

pada tahun yang sama dengan biaya

yang harus dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan tersebut,

demikian juga sebaliknya.

Prinsip ini diperoleh berdasarkan

prinsip akrual

Prinsip Biaya HIstoris

Item yang tercantum dalam neraca

biasanya dicatat pada nilai historisnya

(yaitu nilai pada saat item tersebut

diperoleh)

Neraca, biaya historis dll akan dibahas

pada artikel selanjutanya.

Mr Akalangka De Zoysa adalah warga

negara Sri Lanka yang telah bekerja di

Indonesia sejak April 2008. Beliau memiliki

pengalaman di dunia perbankan, keuangan,

manajemen serta manajemen proyek.

Mr De Zoysa memperoleh gelar BSc

Engineering (Hons) dari Universitas

Moratuwa, Sri Lanka dan merupakan

anggota dari Chartered Institute of

Management Accountants of the United

Kingdom (CIMA) dan Institute of Engineers

of Sri Lanka (IESL)