perumusan kriteria pengadaan lahan bagi rusunami dan rusunami dari preferensi stakeholder penyedia
DESCRIPTION
Kerangka Bab Pendahuluan Perumusan Kriteria Pengadaan Lahan Bagi Rusunami Dan Rusunami Dari Preferensi Stakeholder PenyediaTRANSCRIPT
METODE PENELITIAN
RP 09-1321 KELAS B
DOSEN PEMBIMBING
Dian Rahmawati, S.T, M.T
“ PERUMUSAN KRITERIA PENGADAAN LAHAN BAGI RUSUNAMI
DAN RUSUNAMI DARI PREFERENSI STAKEHOLDER PENYEDIA”
Arini Natasya Aisyah 3613100014
Cluster: Non-Cluster (Independent)
Usulan Dosen Pembimbing : AMN
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Metode Penelitian 2016
Arini Natasya Aisyah || 3613100014
1
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Pentingnya Perumahan Bagi Segenap Masyarakat Indonesia
Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat.
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman (UU PKP 2011) pasal 5 ayat 1 yang berisi “Negara bertanggung
jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah”
Negara bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan
perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman serta keswadayaan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan perumahan rakyat, pemerintah selain bertindak
sebagai regulator dan fasilitator, juga sebagai operator.
Sebagai regulator, pemerintah mengeluarkan berbagai macam peraturan yang
terkait dengan penyelenggaraan perumahan rakyat.
Sebagai fasilitator, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan dan
permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR dan memfasilitasi
pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional (Pasal 13 huruf g dan
h UU PKP Tahun 2011).
Sebagai operator, pemerintah menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan
pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman dan
mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung
terwujudnya perumahan bagi MBR (Pasal 13 huruf e dan f UU PKP Tahun
2011).
Adanya pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan
Metode Penelitian 2016
Arini Natasya Aisyah || 3613100014
2
keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah
mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan
terjangkau.
Indonesia tengah mengalami backlog (angka kekurangan perumahan) hingga
17,6 juta unit rumah.Yang paling banyak mengalami hambatan kepemilikan
rumah adalah masyarakat menengah ke bawah.
1.1.2 Pentingnya Pembangunan Rusunami dan Rusunawa bagi MBR di Perkotaan
Kebutuhan akan rumah, terutama di wilayah perkotaan selalu dikaitkan dengan
pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
Pada negara berkembang, tingginya pertambahan penduduk di wilayah
perkotaan menyebabkan kebutuhan akan rumah terus meningkat.
Tingginya kebutuhan akan rumah tersebut ternyata tidak diikuti dengan daya
beli yang memadai bagi MBR di kawasan perkotaan sehingga dapat memicu
munculnya permukiman liar dan kumuh di perkotaan.
Pembangunan perumahan secara horizontal terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di kawasan pinggiran kota yang semakin jauh dari
lokasi tempat kerja dan pusat kegiatan lainnya menimbulkan dampak terhadap
peningkatan kebutuhan transportasi yang sangat besar serta menimbulkan
tekanan yang semakin besar terhadap alih fungsi guna lahan pertanian dan
ruang terbuka hijau di kawasan pinggiran kota.
Pembangunan perumahan secara vertikal untuk efisiensi ruang sekaligus
potensial untuk mewujudkan pembangunan perumahan perkotaan yang lebih
berkelanjutan
Jakarta sebagai kota metropolitan dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya, membutuhkan hunian vertikal yang
sanggup menampung kebutuhan tempat tinggal bagi MBR selama beberapa
tahun mendatang.
1.1.3 Permasalahan Pengadaan Lahan Rusunami dan Rusunawa di Perkotaan
Seiring dengan perkembangan kota Jakarta, dimana lahan makin terbatas dan
mahal, maka mau tidak mau salah satu alternatif solusi pembangunan
perumahan di DKI Jakarta diarahkan kepada pembangunan vertikal atau lebih
Metode Penelitian 2016
Arini Natasya Aisyah || 3613100014
3
dikenal dengan pembangunan rumah susun.
Adanya ketidaksesuaian kebijakan pemerintah pusat dan daerah mengenai
penyelenggaraan perumahan rakyat yang berakibat membingungkan
pengembang.
Akibatnya, proyek Rusunami yang tadinya diperuntukkan bagi MBR
membidik pangsa pasar menengah.
Permasalahan Pembangunan Rusunami dan Rusunawa dari Sisi Pengadaan
Lahan di Perkotaan.
Belum adanya kewajiban bagi pengembang untuk memberi subsidi dalam
pembangunan rumah susun untuk MBR tanpa harus merugi.
Ketimpangan antara pasokan(supply) dan kebutuhan (demand).
Keterbatasan kapasitas pengembang(developer) yang belum didukung oleh
regulasi yang bersifat insentif.
Rendahnya keterjangkauan(affordability) MBR, baik membangun atau
membeli rumah salah satu penyebab masih banyaknya MBR belum tinggal
dirumah layak huni (Potensi perumahan dan permukiman kumuh).
Pembangunan perumahan, khususnya di area perkotaan (urbanarea) terkendala
dengan proses pengadaan lahan.
Peran pemerintah pusat dan daerah sebagai enabler masih lemah.
Konsep tanah bersama yang ada dalam UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun yang tidak sesuai dengan sistem hukum pertanahan di Indonesia yaitu
asas pemisahan horisontal.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja kriteria pengadaan lahan rusunami dan rusunawa ?
Bagaimana preferensi stakeholder penyedia terhadap kriteria tersebut ?
Bagaimana perumusan kriteria pengadaan lahan rusunami dan rusunawa dari
preferensi stakeholder penyedia?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui kriteria pengadaan lahan rusunami dan rusunawa.
Mengetahui preferensi stakeholder terhadap kriteria pengadaan lahan rusunami dan
rusunawa.
Metode Penelitian 2016
Arini Natasya Aisyah || 3613100014
4
Merumuskan Kriteria pengadaan lahan dalam pembangunan rusunami dan
rusunawa dari preferensi stakeholder penyedia.
1.4 Sasaran Penelitian
Mengidentifikasi kriteria pengadaan lahan dalam pembangunan rusunami dan
rusunawa.
Mengidentifikasi dan mengeksplorasi preferensi stakeholder penyedia yang terlibat
dalam kriteria pengadaan lahan rusunami dan rusunawa.
Memetakan preferensi stakeholder dari kriteria yang didapat serta peran
stakeholder penyedia.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teorits
Diharapkan perumusan kriteria pengadaan lahan rusunawa dan rusunami sesuai
preferensi stakeholder penyedia dapat menjadi acuan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Diharapkan output penelitian ini sebagai rekomendasi atau panduan para
stakeholder agar implementasi pembangunan rusunami dan rusunawa dapat
berjalan secara terkordinasi dan terintegrasi.
Terfasilitasi pembinaan, perencanaan dan pelaksanaan pengadaan dan
pencadangan tanah bagi pembangunan rusunawa dan rusunami.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Aspek yang akan di Studi
Perumahan dan Permukiman.
Pengadaan Lahan Untuk Perumahan dan Permukiman.
Pengertian rusunami dan rusunawa.
Pembangunan Rusunami dan Rusunawa di Perkotaan.
Kriteria Pengadaan Lahan rusunami dan rusunawa.
Regulasi pengadaan lahan rusunami dan rusunawa.
Preferensi stakeholder penyedia terhadap kriteria pengadaan lahan rusunami dan
rusunawa.
Metode Penelitian 2016
Arini Natasya Aisyah || 3613100014
5
1.6.2 Ruang Lingkup Substansi
Teori teori pengadaan lahan untuk perumahan dan permukiman
o Definisi dan Konsep pengadaan lahan perumahan dan permukiman
o Kebijakan pengadaan lahan perumahan dan permukiman
Teori teori tentang rusunami dan rusunawa
o Rumah susun secara umum
o Pengertian Rusunawa, Rusunami, Apartemen, dan Condomonium
o Dasar teori tentang pembangunan rusunawa dan rusunami
o Efektivitas dan Kualitas Pembangunan Rusunawa
o Kebijakan pembangunan rusunawa
Beberapa kebijakan yang digunakan dalam penelitian
o UU No. 26 Tahun 2007 Tentang penataan ruang
o UU No. 28 Tahun 2008 Tentang bangunan gedung
o UU No.1 Tahun 2011 Tentang perumahan dan kawasan permukiman
o UU No. 20 Tahun 2011 Tentang rumah susun
o UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan Umum
o PP No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah;
o Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
o Permendagri No. 74 Tahun 2007 tentang Pemberian Kemudahan Perizinan
dan Insentif dalam Pembangunan Rumah Susun Sederhana di kawasan
Perkotaan.
o Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknik Pembangunan
Rumah Susun.