kemitraan stakeholder dalam pengembangan geopark …
TRANSCRIPT
KEMITRAAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN GEOPARK
CILETUH KABUPATEN SUKABUMI
SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program
Strata-1
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI-STUDI DESTINASI PARIWISATA
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
BANDUNG
2017
Tia Rahma Yuanita
201218105
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rakhmat dan karunia-Nya Usulan Penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Usulan Penelitian dengan judul KEMITRAAN STAKEHOLDER DALAM
PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH KABUPATEN SUKABUMI sebagai
persyaratan mengikuti Seminar Usulan Penelitian program strata-1 Program Studi
Destinasi Pariwisata, Jurusan Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Anang Sutono MM.Par., CHE selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung;
2. Bapak Drs Alexander Reyaan, MM., selaku Kepala Bagian Administrasi
Akademik dan Kemasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung;
3. Bapak Dr. Hery Sigit Cahyadi, MM. Par selaku Ketua Jurusan
4. Bapak Dr Hery Sigit Cahyadi, MM. Par selaku Pembimbing I dan Bapak
Drs. Alexander Reyaan, MM., selaku Pembimbing II
5. Kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi, suami tercinta yang mengizinkan dan selalu memberi dukungan
penuh dalam kuliah, kedua orangtua yang selalu membimbing dalam
setiap langkah saya hidup, teman-teman dekat dan jauh yang selalu
mendukung saya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, saran dan kritik yang sifatnya membangun kami harapkan dari
semua pihak.
Bandung, 20 Februari 2017
Penyusun,
Tia Rahma Yuanita
ABSTRAK
Pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi
dikembangkan oleh beberapa pihak diantaranya Pemerintah, Swasta,
Masyarakat, Akademisi, dan Media. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta yang terlibat di dalam
pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Data yang
diperoleh menggunakan pedoman wawancara kepada 3 informan pemerintah dan
24 informan swasta secara purposive sampling. Hasil penelitian menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitiannya adalah pihak
pemerintah dan swasta merupakan bentuk kemitraan mutualism partnership
karena sama-sama memiliki dua pihak yang bermitra dan mengetahui manfaat
serta tujuan kemitraan tersebut. Kemudian pihak pemerintah sendiri merupakan
conjugation partnership dengan pihak swasta karaena, pihak pemerintah
memerlukan pihak swasta yang memiliki modal untuk membantu program
pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi dalam hal
pemberdayaan masyarakat dan konservasi hutan mangrove.
Kata Kunci : Pihak Yang Terlibat, Bentuk Kemitraan, Mutualism Partnership,
conjugation Partnership.
ABSTRACT
Development of Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Sukabumi Regency.
Developed by several parties including Government, Private, Society,
Academics, and Media. This research aims to see the form of partnership
between government and private involved in developing Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Sukabumi Regency. Data obtained using interview guideline to 3
government informants and 24 private informants by purposive sampling. The
result of this research is descriptive method with qualitative approach. The result
of the research is the government and private parties is a partnership mutualism
partnership because both have two parties who partner and know the benefits and
the purpose of the partnership. Then the government itself is a conjugation
partnership with the private sector karaena, the government needs a private party
that has the capital to help the development program Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Sukabumi regency in terms of community empowerment and
conservation of mangrove forest.
Keywords: Involved Parties, Forms of Partnership, Mutualism Partnership,
conjugation Partnership.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
ABSTRAK ……………………………………………………………...... iii
ABSTRACT ……………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………………………….. 5
C. Rumusan dan Keterbatasan Masalah ……………………… 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Paparan konseptual ………………………………………… 8
1. Pariwisata ……………………………………………….. 8
a. Pengembangan Pariwisata…………………………….. 8
b. Desentralisasi ………………………………………….. 9
c. Governance ……………………………………………. 10
d. Good Governance ……………………………………... 11
2. Stakeholder………………………………………………... 11
a. Peran Stakeholder…………………………………….. 12
3. Kemitraan ……………………………………………….. 13
a. Definisi Kemitraan …………………………………... 13
b. Konsep Public Private Partnership…………………... 15
c. Persyaratan Kemitraan ………………………………. 17
d. Bentuk Kemitraan ……………………………………. 17
e. Manfaat Kemitraan …………...……………………… 18
B. Penelitian Empiris …………………………………………… 18
C. Kerangka pemikiran ………………………………………… 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian………………………………………….. 25
B. Objek Penelitian …………………………………………….. 25
C. Populasi dan Sampel ………………………………………... 26
1. Populasi ………………………………………………….. 26
2. Sampel ………………………………………………….... 28
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………….... 31
1. Teknik Pengumpulan Data …………………………....... 31
a. Wawancara …………………………………………... 31
b. Dokumentasi …………………………………………. 32
2. Alat Pengumpulan Data…………………………………. 32
E. Teknik Analisis Data ………………………………………… 33
1. Reduksi Data …………………………………………….. 33
2. Penyajian Data …………………………………………... 35
3. Penarikan Kesimpulan ………………………………….. 36
F. Jadwal Penelitian ……………………………………………. 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis ……….……………………………………………... 38
1. Gambaran Umum Wilayah Geopark Ciletuh Kabupaten
Sukabumi ………………………………………………… 38
2. Pihak Pemerintah ………………………………………… 41
3. Pihak Swasta ……………………………………………... 45
B. Pembahasan …………………………………………………. 50
1. Pihak Pemerintah ………………………………………. 50
a. pseudo partnership atau kemitraan …………………… 51
1) Ada dua atau lebih pihak yang terlibat …………… 51
b. model mutualism partnership atau
kemitraan …………………………………………….. 52
1) Ada dua pihak atau lebih, Kedua pihak atau lebih
mengerti manfaat yang
Dicapai, Kedua pihak atau lebih mengerti tujuan
Yang dicapai ……………..……….……………... 52
c. Bagaimana model conjugation partnership atau
kemitraan konjugasi …………………………………. 54
1) Ada dua pihak atau lebih dan Organisasi, agen-agen,
kelompok-kelompok
atau perorangan yang memiliki kelemahan
dalam melakukan usaha atau mencapai
tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan
dalam model ini ………………………………….. 54
2. Pihak Swasta ……………………………………………. 56
a. Pseudo partnership atau kemitraan semu ……………. 57
1) Ada dua atau lebih pihak yang terlibat …………… 57
b. Mutualism partnership atau kemitraan …………….. 58
1) Ada dua pihak atau lebih, Kedua pihak atau lebih
mengerti manfaat yang Dicapai, Kedua pihak
atau lebih mengerti tujuan Yang
dicapai ……………..……….……………... …….. 58
d. Conjugation partnership atau
kemitraan konjugasi …………………………………. 54
1) Ada dua pihak atau lebih dan Organisasi,
agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan
yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha
atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan
kemitraan dalam model ini ………………………….. 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………... 61
B. Saran ………………………………………………………….. 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 63
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Peran Stakeholder…..…………………………………………… 12
Tabel 2 Definisi Kemitraan ……………………………………………... 14
Tabel 3 Penelitian Empiris ……………………………………….……... 19
Tabel 4 Populasi Pemerintah ………………………………...…………. 26
Tabel 5 Populasi Swasta Dalam Pengembangan Geopark Ciletuh
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi………................................ 27
Tabel 6 Sampel Pemerintah Pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi …………………………......... 30
Tabel 7 Sampel Swasta Pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi …………………………......... 30
Tabel 8 Jadwal Penelitian ………………………………………………… 54
Tabel 9 Selective coding Pemerintah …………………………….…….. 57
Tabel 10 Selective Coding Swasta ………………………………………. 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran …………………………………………... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks Operasionalisasi Variabel …………………………… 64
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pemerintah ……………………………. 65
Lampiran 3 pedoman Wawancara Swasta ………………………………… 66
Lampiran 4 Open Coding Pemerintah …………………………………….. 67
Lampiran 5 Open Coding Swasta …………………………………………. 72
Lampiran 6 Axial Coding Pemerintah ……………………………………... 82
Lampiran 7 Axial Coding Swasta …………………………………………. 83
Lampiran 8 Selectice Coding Pemerintah ………………………………… 85
Lampiran 9 Selectice Coding Swasta ……………………………………... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu objek wisata di Kabupaten Sukabumi yang sedang dikembangkan
adalah Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi. Geopark Ciletuh memiliki beragam
potensi daya tarik yang meliputi biodiversity, geodiversity, dan culturaldiveristy.
Menurut Rosana, dkk (2015:20) Keragaman Geologi di kawasan Geoarea
Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya
adalah berupa : air terjun, bentang alam, batuan unik/estetik, gua laut, batuan
langka dan fosil, pantai, dan geyser.
Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata,
selalu memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak (Yoeti
2006:77), Hal tersebut sejalan menurut (Rosana 2017: 67) dengan pengertian
Geopark sebagai peluang terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat
setempat, yaitu dalam hal memperoleh keuntungan ekonomi secara nyata, berbagi
pengetahuan geologi dengan masyarakat umum, dan menambah nilai ekonomi
dengan melalui industri pariwisata yang berkelanjutan. Kedua pernyataan tersebut
disimpulkan oleh Mustafa Kemal dalam Fandy et al (hal 48), “In this regard,
most conclusions on the impacts of tourism development are that economic
impacts are perceived as mostly positive..”. “Dalam hal ini, sebagian besar
kesimpulan tentang dampak pembangunan pariwisata bahwa dampak ekonomi
dianggap paling positif..”
Pengembangan geopark Ciletuh tentunya memerlukan dukungan infrastruktur,
fasilitas, regulasi, kebijakan pemerintah dan program pemberdayaan masyarakat
yang tentunya melibatkan beberapa pihak antara lain pemerintah, swasta, dan
masyarakat atau biasa disebut dengan stakeholder, pernyataan tersebut diperkuat
oleh Pitana & Gayatri (2005:97) bahwa stakeholder dikelompokkan dalam tiga
pilar utama, yaitu: (1) masyarakat, (2) swasta, dan (3) pemerintah. Pernyataan
tersebut sesuai dengan salah satu komponen utama dalam pengembangan destinasi
pariwisata menurut Cooper et al dalam Sunaryo (2003:159) yaitu kelembagaan.
Ini berarti, stakeholder pariwisata memiliki kontribusi yang besar dalam mencapai
tujuan pengembangan pariwisata menurut Caffyn et al dalam Darwis dan Junaid
(2016:1). Yang dimana para pihak-pihak yang terlibat ini sesuai dengan pedoman
dan kriteria Geopark yang diterbitkan oleh UNESCO dalam masterplan
TARKIMSIH (2015:7) bahwa “Geopark harus menyediakan pengelolaan yang
terorganisir dengan melibatkan publik, komunitas lokal, kepentingan swasta,
badan-badan riset dan edukasi”. Menurut Sumarto (2003:3) stakeholder dimaknai
sebagai individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat,
atau dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh kegiatan atau program
pembangunan.
Institusi dan kelompok tersebut tentunya memiliki peran dan tanggung jawab
masing-masing. Pihak pemerintah harus mempunyai kemampuan untuk mewadahi
proses atau pengambilan keputusan mengenai norma dan kebijakan yang
selanjutnya bisa diimplementasikan dalam bentuk regulasi dalam proses birokrasi
pemerintahan menurut Sumarto (2003:29). Pemerintah yang berperan dalam
pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten antara lain yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi, BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. Sementara pihak
industri atau usaha swasta harus mempunyai kemampuan untuk selalu
meningkatkan persediaan modal, membuka kegiatan baru, dan menawarkan
kesempatan berusaha baru untuk masyarakat luas. Pihak swasta yang terlibat dan
berperan dalam pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten yaitu pelaku UKM di
delapan kecamatan kawasan Geopark Ciletuh dan PT. Bio Farma. PT Biofarma ini
membantu dalam membuat kerajinan rakyat produk masyarakat yaitu batik
Pakidulan dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dengan bahan pewarna
dari tumbuhan dengan teknologi nanoyang yang dikembangkan oleh Bio Farma,
selain itu memfasilitasi, sertifikasi pemandu ekowisata. Selanjutnya pihak
masyarakat madani (civil society) harus mempunyai kemampuan mandiri untuk
membangun norma positif, merumuskan permasalahan, mengartikulasi
permasalahan dan kepentingan masyarakat luas, dan mampu melakukan
pengawasan terhadap kedua mitranya. Menurut UNESCO dalam TARKIMSIH
(2015:10) terbentuknya Geopark adalah proses yang berasal dari bawah (bottom-
up). Penjelasan ini diperjelas oleh Rosana et al (2016:168) pembentukan Geopark
harus didasarkan pada dukungan masyarakat yang kuat dan keterlibatan
masyarakat lokal, melalui proses dari masyarakat ke pemerintah “bottom-up”.
Sudah terdapat berbagai komunitas lokal masyarakat seperti PAPSI, POKMASI,
PPC, Karang Taruna, KOMPEPAR, PALAPAH, Kelompok Tani, dan lainnya,
dimana semuanya berbagai peranan didalam pengelolaan dan pengembangan
geopark sesuai dengan spesialisasi komunitas masing-masing, seperti PAPSI,
penggiat konservasi, KOMPEPAR, penggiat pariwisata, dan PALAPAH, penggiat
kebudayaan.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa betapa pentingnya sektor
pengembangan pariwisata melakukan kerjasama atau kemitraan antara
stakeholder yang terdiri dari pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Bramwell and Land (2000:1) kemitraan memungkinkan
mereka yang berada dalam kategori sektor publik, swasta maupun masyarakat,
kelompok yang tertarik untuk terlibat dalam diskusi, negoisasi serta
mengemukakan ide-ide pengembangan pariwisata suatu destinasi. Sesuai dengan
pernyataan Sulistiyani (2014:129) bahwa kemitraan dapat terbentuk apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Ada dua pihak yang sepakat, 2.
Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan, 3. Ada kesapakatan, 4. Saling
membutuhkan. Melalui keputusan Gubernur nomor 556/KEP.456.REK/2016
pengembangan Geopark Ciletuh dikelola oleh berbagai institusi dan kelompok.
Yang terdiri dari Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, PT. Bio
Farma, serta Komunitas Pendukung seperti PAPSI di Desa Taman Jaya, Kec.
Ciemas. Di dalam Focus Group Discussion menyapakati bahwa mendukung
terwujudnya Ciletuh sebagai bagian dari Geopark Parahyangan Jawa Barat
(Geopark Ciletuh). Memiliki kesamaan visi yaitu saling bertanggung jawab dalam
aspek perlindungan dan konservasi Geopark Ciletuh. Adanya asas saling
membutuhkan bahwa dalam Forum Group Discussion pengembangan Geopark
Ciletuh perlu peningkatan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat setempat
dan mitra penggiat geopark serta yang terkait, melalui pendidikan formal,
informal dan non formal, tentang berbagai aspek dari Geopark Ciletuh berikut
rencana pengembangannya. Langkah ini diusulkan menjadi bagian dari Renstra
Pembangunan di tingkat Daerah (Kabupaten Sukabumi), Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Pusat.
Sulistiyani (2014:130) menjelaskan bahwa kemitraan dibedakan menjadi
pseudo partnership atau kemitraan semu, mutualism partnership atau mutualism
partnership, dan conjugation partnership atau kemitraan melalui peleburan dan
pengembangan.
Fokus penelitian ini untuk mengkaji hubungan kerjasama antara pemerintah
dengan pelaku usaha yaitu private public partnership. Menanggapi masalah
pengelolaan sektor pariwisata, bukan hanya pemerintah saja yang bertanggung
jawab, namun pihak swasta sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah kemitraan dalam pengelolaan sektor pariwisata benar-benar
tercipta.
Untuk mengetahui secara mendalam prinsip kemitraan antara pemerintah dan
swasta dalam mendukung pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
agar selalu memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
Dengan ini, penulis mengangkatnya menjadi bahan penelitian dengan mengambil
judul “Kemitraan Stakeholder Dalam Pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi”
A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Mengetahui model kemitraan yang terbentuk dari pseudo partnership atau
kemitraan semu.
b. Mengetahui model kemitraan yang terbentuk dari mutualism partnership
atau kemitraan mutualistik.
c. Mengetahui model kemitraan yang terbentuk dari conjugation partnership
atau kemitraan melalui peleburan dan pengembangan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian diharapkan dapat membantu dalam memahami dan memberi
wawasan atau referensi mengenai kemitraan antara pemerintah dan swasta.
Serta memberikan masukkan kepada peneliti untuk mengembangkan ilmu
kemitraan dalam pengembangan geopark.
B. Rumusan dan Keterbatasan Penelitian
1. Rumusan Penelitian
Pelaku usaha tersebut sudah berperan serta, namun bentuk kemitraannya
belum jelas. Peneliti ingin melihat bagaimana kemitraan yang tercipta dengan
melihat model kemitraan seperti apa yang terbentuk antara swasta dan
pemerintah yang terlibat dalam pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten
Sukabumi dengan melihat konsep Sulistiyani (2004:130). kemitraan
dibedakan menjadi pseudo partnership atau kemitraan semu, mutualism
partnership atau kemitraan mutualistik, dan conjugation partnership atau
kemitraan melalui peleburan dan pengembangan.
Berdasarkan masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimana model pseudo partnership atau kemitraan semu yang
terjalin antara swasta dan pemerintah ?
b. Bagaimana model mutualism partnership atau kemitraan mutualistik
yang terjalin antara swasta dan pemerintah ?
c. Bagaimana model conjugation partnership atau kemitraan melalui
peleburan dan pengembangan yang terjalin antara swasta dan
pemerintah?
2. Keterbatasan Penelitian
a. Pada penelitian ini, dibatasi pada stakeholder pariwisata yang terdiri dari
pemerintah dan swasta.
b. Pihak NGO dalam penelitian ini adalah PT Biofarma dimana
keterlibatannya adalah memberdayakan masyarakat dalam hal
memberikan alat pengering buah untuk membuat oleh-oleh khas produk
Geopark Ciletuh seperti keripik mangga, pepaya, dan pisang.
c. Jarak lokasi penelitian yang cukup jauh, yang mana lokasi pemerintah
Kabupaten Sukabumi di Pelabuhanratu dan lokasi swasta yaitu PT
Biofarma di Kota Bandung sehingga harus menempuh perjalanan dengan
rute yang berbeda.
d. Sulitnya menghubungi para informan dan jarak para informan yang jauh
sehingga, peneliti tidak dapat banyak menemui informan yang di tuju.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Paparan konseptual
1. Pariwisata
Pengertian Pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 Bab I
Pasal 1 butir 3 menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
a. Pengembangan Pariwisata
Menurut Sunaryo (2013:129) pembangunan pariwisata merupakan
suatu proses perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara
terencana pada suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang
baik, yang diarahkan menuju ke suatu kondisi kepariwisataan tertentu
yang dianggap lebih baik atau diinginkan. Menurut Suwantoro dalam
Reski et al (2016:160) unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna
menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang
menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi lima unsur yaitu:
1) Objek dan daya tarik wisata
2) Prasarana wisata
3) Sarana wisata
4) Tata laksana/ infrastruktur
5) Masyarakat/lingkungan
b. Desentralisasi
Menurut Sunaryo (2013:96) Desentralisasi dalam hal ini dimaknai
sebagai suatu “tindakan atau proses untuk merubah dan mengurangi tata
kerja yang panjang, serta lamban dan rumit agar dapat tercapai hasil kerja
dengan lebih cepat, hemat dan akuntabel dalam proses tata kelola
kepariwisataan yang ada. Desentralisasi di sektor kepariwisataan juga
diharapkan akan ikut menjadi agenda penting dalam reformasi tata kelola
kepariwisataan di Indonesia, utamanya untuk mendukung pengembalian
fungsi pemerintah kepada posisi yang semestinya yaitu hanya berfungsi
sebagai fasilitator dan regulator dalam proses pembangunan
kepariwisataan.
Menurut Juliantara et al dalam Chusnul (2012: 336) secara etimologis
desentralisasi berasal dari bahasa latin yaitu de artinya lepas dan centrum
yang artinya pusat. Jadi, desentralisasi menurut asal katanya berarti
melepaskan dari pusat. Menurut Edukasi dalam Chusnul (2012:336) Proses
pelepasan kekuasaan diartikan secara umum sebagai pengembalian
kedaulatan di tangan rakyat sehingga mempermudah dalam mengelola dan
memenuhi hak-hak masyarakat sebagai warga negara. Sedangkan
mendesentralisasi pemerintahan bisa berarti merestrukturisasi atau
mereorganisasi kewenangan sehingga terdapat suatu sistem tanggung
jawab bersama antara lembaga-lembaga ditingkat pusat, regional dan lokal
sesuai dengan prinsip subsidiaritas, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan efektifitas sistem pemerintahan secara menyeluruh dan juga
meningkatkan otoritas dan kapasitas tingkat sub nasional.
c. Governance
Menurut Chusnul (2012:333) Dalam tataran akademik, dewasa ini ada
sebuah trend perubahan dari konsepsi government kepada governance.
Pada konsep “government”, pemerintah ditempatkan sebagai pelaku utama
pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi
dan pemerintah juga menjadi penyandang dana terbesar sekaligus sebagai
penerima benefit terbesar. sedangkan Dengan berkembangnya paradigma
governance, pola hubungan antar sektor (publik privat) dan juga hubungan
Pusat dan Daerah berubah menjadi lebih sejajar dan demokratis. Pada pola
seperti itu, penyelenggaraan jasa layanan atau fungsi pemerintahan tertentu
tidak lagi di dominasi oleh satu pihak. Ini berarti pula bahwa proses
kemitraan dan kerjasama harus lebih digalakkan.
Pada proses untuk memperkuat kerjasama ada beberapa alasan
pemerintah untuk melakukan sebuah kerjasama dengan privat seperti
yang dikemukakan oleh Widodo Tri dalam Chusnul (2012 : 333)
antara lain :
1) Alasan politis: menciptakan pemerintah yang demokratis
(egalitarian governance) serta untuk mendorong perwujudan good
governance and good society
2) Alasan administratif: adanya keterbatasan sumber daya pemerintah
(government resources), baik dalam hal anggaran, SDM, asset,
maupun kemampuan manajemen
3) Alasan ekonomis: mengurangi resiko Salah satu sisi untuk
mewujudkan visi bangsa Indonesia pada masa depan adalah
mewujudkan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah.
untuk melaksanakan otonomi daerah dalam rangka pembangunan
daerah diperlukan dukungan manajemen kepemerintahan daerah
yang baik, salah satu untuk mewujudkan kepemerintahan yang
baikadalah mewujudkan kesejahteraan sosial bagi penduduk. Arah
dan kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial salah satu
diantaranya adalah mengupayakan kehidupan yang layak dan
berkeadilan bagi masyarakat di daerah.
d. Good Governance
Interaksi antar aktor berarti secara tidak langsung menyangkut
pembahasan mengenai konsep good governance (tata pemerintahan yang
baik) dimana dalam pembahasan good governance dijelaskan bagaiaman
hubungan antar aktor yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat. Senada
dengan hal itu, Thoha dalam Sulistiyani (2004:76) menjelaskan:
“Good governance adalah tata pemerintahan yang baik yang
merupakan suatu kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran,
kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta, adanya saling
mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintah
(government), rakyat (citizen atau civil society) dan usahawan
(business) yang berada di sektor swasta.”
Adapun dalam mewujudkan good governance harus didasarkan pada
prinsip-prinsip yang ada. Menurut UNDP (United Nation Development
Program) dalam Sumarto (2003:3) ciri-ciri yaitu, mengikutsertakan
semua, transparan dan bertanggung jawab, efektif dan adil, menjamin
adanya kepastian hukum, responsive, consensus, setara, dan inklusif.
2. Stakeholder
Menurut Sumarto (2003:3) stakeholder dimaknai sebagai individu,
kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat, atau
dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh kegiatan atau program
pembangunan.
Berkaitan dengan penelitian ini, menurut UNDP (United Nations
Development Programs) dalam Sumarto (2003:3) institusi dari governance
terdiri dari pemerintah, sektor swasta, dan civil society. Civil society
dimaknai sebagai kumpulan institusi atau organisasi non pemerintah dan
sektor swasta. Lembaga Swadaya Masyarakat atau organisasi non
pemerintah (ornop) salah satu dari civil society. Ini berarti sesuai dengan
salah satu komponen utama dalam pengembangan destinasi pariwisata
menurut (Cooper, Fletrcher, Gilbert, Stepherd and Wanhill 1998 di dalam
sunaryo (2003:159) yaitu kelembagaan.
a. Peran stakeholder
Stakeholder memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Berikut
tabel di bawah ini menjelaskan peran stakeholder dari beberapa
konsep.
Penulis Konsep Ukuran Definisi
Sumarto
(2003)
Institusi pemerintah
berfungsi menciptakan
lingkungan politik dan
hukum yang kondusif, sektor
swasta menciptakan
pekerjaan dan pendapatan,
sedangkan masyarakat
berperan dalam membangun
interaksi sosial, ekonomi, dan
politik termasuk mengajak
Pemerintah
o Lingkungan politik
o Hukum yang
kondusif
Swasta
o Menciptakan
pekerjaan
o Menciptakan
pendapatan
Tabel 1
Peran Stakeholder
kelompok-kelompok
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam aktivitas
ekonomi, sosial dan politik.
Masyarakat o membangun interaksi
dan mengajak untuk
aktivitas ekonomi,
sosial, dan politik
Sunaryo
(2013)
Pihak pemerintah harus
mempunyai kemampuan
untuk mewadahi proses atau
pengambilan keputusan
mengenai norma dan
kebijakan yang selanjutnya
bisa diimplementasikan
dalam bentuk regulasi dalam
proses birokrasi
pemerintahan. Pihak industri
atau usaha swasta harus
mempunyai kemampuan
untuk selalu meningkatkan
persediaan modal, membuka
kegiatan baru, dan
menawarkan kesempatan
berusaha baru untuk
masyarakat luas. Pihak
masyarakat madani (civil
society) harus mempunyai
kemampuan mandiri untuk
membangun norma positif,
merumuskan permasalahan,
mengartikulasi permasalahan
dan kepentingan masyarakat
luas, dan mampu melakukan
pengawasan terhadap kedua
mitranya.
Pemerintah
o Mewadahi
keputusan
mengenai
norma dan
kebijakan
o diimplementa
sikan dalam
bentuk
regulasi
Industri
o meningkatkan
persediaan
modal
o membuka
kegiatan baru
o menawarkan
kesempatan
berusaha baru
untuk
masyarakat
luas
masyarakat madani
o membangun
norma positif
o merumuskan
permasalahan
o mampu
melakukan
pengawasan
terhadap
kedua
mitranya
Sumber: Olahan peneliti 2017
3. Kemitraan
a. Definisi kemitraan
Kemitraan memiliki beberapa definisi. Tabel 1 berikut ini
menyajikan beberapa definisi dari kemitraan.
Penulis Konsep Ukuran Definisi
Bramwell and Land
(2000)
Kemitraan memungkinkan
mereka yang berada dalam
kategori sektor publik,
swasta maupun kelompok
lainnya untuk terlibat
dalam diskusi, negosiasi
serta mengemukakan ide-
ide pengembangan
pariwisata suatu destinasi.
Terlibat diskusi
Negoisasi
Mengemukakan ide-
ide pengembangan
pariwisata.
Sulistyani
(2004)
Kemitraan dapat dimaknai
sebagai suatu bentuk
persekutuan antara dua
pihak atau lebih yang
membentuk suatu ikatan
kerjasama atas dasar
kesepakatan dan rasa
saling membutuhkan
dalam rangka
meningkatkan kapasitas
dan kapabilitas di suatu
bidang usaha tertentu, atau
tujuan tertentu, sehingga
dapat memperoleh hasil
yang lebih baik.
Model-model
kemitraan: menjadi
pseudo partnership atau
kemitraan semu,
mutualism partnership
atau kemitraan
mutualistik, dan
conjugation partnership
atau kemitraan melalui
peleburan dan
pengembangan.
Persekutuan 2 pihak
atau lebih
Membentuk ikatan
Kesepekatan
Saling
membutuhkan
Tabel 2
Definis Kemitraan
Sunaryo
(2003)
PPP (public private
partnership) atau
kemitraan menjadi
strategi dalam
penyediaan infrastruktur
dan pelayanan public
agar lebih efisien dan
efektif, yang disusun
oleh pemerintah dan
swasta atas dasar
komplementaritas dan
saling menguntungkan.
Pelaksanaan PPP pada
hakikatnya harus
dilakukan berdasarkan
pada prinsip-prinsip,
adil, terbuka,
transparan, dan bersaing
(competition).
Adil
Terbuka
Transparan
Dan bersaing
Sumarto
(2003:29)
Partnership adalah
hubungan kerja sama
atas dasar kepercayaan,
kesetaraan, dan
kemandirian untuk
mencapai tujuan
bersama.
Kepercayaan
Kesetaraan
Kemandirian
untuk mencapai
tujuan bersama.
Sumber: Olahan peneliti 2017
b. Konsep Public Private Partnership
Menurut Osborne dan Gabler dalam Sunaryo (2013:89) konsep
public private partnership merupakan suatu konsep kerjasama yang
disusun antara pemerintah dan swasta atas dasar prinsip
komplementaritas dan saling menguntungkan, yang bertujuan
mewujudkan penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik yang efektif
dan efisien.
Dalam publik-private partnership, sebelumnya harus kita pahami
terlebih dahulu tentang pengertian dari kata publik dan private itu
sendiri. Ada beberapa pengertian tentang publik yang diketahui secara
luas, diantaranya Menurut Islamy dalam Chusnul (2012:339) definisi
publik adalah:
Pengertian publik secara tradisional tidak lagi diartikan semata-
mata bersifat kelembagaan (contohnya negara), akan tetapi lebih
jauh dari itu dalam hubungan dengan seberapa besar pengaruh
atau kaitan lembaga tersebut dengan kepentingan publik
(pelayanan pada masyarakat)
Sedangkan pengertian private menurut Irawan dalam Chusnul
(2012:339) Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompk orang dengan motif untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar- besarnya dan dalam proses kegiatannya dilakukan melelui
mekanisme tertentu yang dirancang khusus untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi sehingga dapat diminimalisir biaya
produksi yang dikeluarkan. Menurut Chusnul (2012:339) PPP
merupakan pengaturan antara pemerintah dan sektor swasta untuk
meyediakan berbagai jenis pelayanan publik, seperti pembangunan
infrastruktur, penyediaan fasilitas-fasilitas komunitas, dan berbagai
jenis pelayanan lainnya.
Dengan pola PPP, kendala kekurangan anggaran bisa dicarikan
solusi dengan menggandeng pihak swasta. Menurut Parente dalam
Sunaryo (2003:89), definisi PPP adalah
“an agreement or contract, beetwen a public entity and a private
party, under which : a). a private party undertakes government
function for specified priod of time, b). the private party receives
compensation for perfoming the function, directly or indirectly c).
the private party is liable for the risks arising from performing the
function and, d). the public facilities, land or other resources may
be transferred or mad available to the private party. Bahwa
perjanjian atau kontrak, antara badan publik dan pihak swasta, di
mana: a). pihak swasta melakukan fungsi pemerintah untuk priode
waktu tertentu, b). pihak swasta menerima kompensasi untuk
melakukan fungsi, langsung atau tidak langsung c). pihak swasta
bertanggung jawab atas risiko yang timbul dari melakukan fungsi
dan, d). fasilitas umum, lahan atau sumber daya lainnya yang
disediakan untuk pihak swasta.
c. Persyaratan Kemitraan
Kemitraan menurut Sulistiyani (2004:129) dapat terbentuk apaila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Ada dua pihak atau lebih.
2) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan.
3) Ada kesepakatan.
4) Saling membutuhkan.
d. Bentuk Kemitraan
Kemitraan menurut Sulistiyani (2004:130) dibedakan menjadi:
1) Pseudo partnership, atau kemitraan semu
Kemitraan semu adalah merupakan sebuah persekutuan yan
terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya
melakukan kerjasam secara seimbang satu dengan lainnya.
Bahkan pada suatu pihak belum tentu memahami secara benar
akan makna sebuah persekutuan yang dilakukan, dan untuk
tujuan apa itu semua dilakukan serta disepakati. Ada suatu
yang unik dalam kemitraan semacam ini, bahwa kedua belah
pihak atau lebih sama-sama merasa penting utnuk melakukan
kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang bermitra belum tentu
memahami substansi yang diperjuangkan dan manfaatnya apa.
2) Mutualism partnership, atau kemitraan mutualistik
Sulistiyani (2004:131) Kemitraan mutualistik adalah
merupakan persekutuan dua pihak atau kebih yang sama-sama
menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu akan
dapat mencapai tuuan secara lebih optimal. Berangkat dari
pemahaman akan nilai pentingnya melakukan kemitraan, dua
agen/organisasi atau lebih yang memiliki status sama atau
berbda, melakukan kerjasam. Manfaat saling silang antara
pihak-pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga
memudahkan masing-masing dalam mewujudkan visi dan
misinya, dan sekaligus saling menunjang satu dengan lain.
Pemikiran kemitraan demikian ini diadopsi dari pola simbiosis
mutualisme yang terjadi antara kerbau dan burung dalam
kehidupan binatang.
3) Conjugation partnership, atau kemitraan melalui peleburan dan
pengembangan.
Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari
kehidupan “paramecium”. Dua paramecium melakukan
konjugasi untuk mendapatkan pembelahan diri. Bertolak dari
analogi tersebut maka organisasi, agen-agen, kelompok-
kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan di dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat
melakukan kemitraan dengan model ini. Dua pihak atau lebih
dapat melakukan konjugasi dalam rangka meningkatkan
kemampuan masing-masing.
e. Manfaat Kemitraan
Menurut Bramwell and Land dalam Darwis dan Junaid
(2016:9) manfaat dari kemitraan adalah bahwa kerjasama dapat
mencegah terjadinya konflik yang merugikan antara berbagai
kelompok yang berbeda.
B. Penelitian Empiris
Berikut ini adalah tabel penelitian empiris yang peneliti gunakan
sebagai acuan penelitian.
Tabel 3
Penelitian Empiris
Nama Judul Metode Hasil
Darwis dan
Ilham
Junaid
Kemitraan
Sebagai
Strategi
Pengembangan
Pariwisata
Dan Industri
Hospitaliti
Metode
analisis yang
digunakan
yaitu analisis
interaktif
dari Miles
dan
Huberman
Upaya untuk melibatkan para
pemangku kepentingan
(stakeholder) sebagai pemain
utama (key players) dalam
pengembangan pariwisata dapat
dilakukan melalui program
kemitraan. Perencanaan
pariwisata, pengelolaan destinasi
dan daya tarik wisata serta
pengembangan industri
hospitaliti adalah aspek yang
membutuhkan kemitraan karena
melibatkan pemikiran,
pengetahuan, pengalaman dari
masyarakat dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Diskusi
(ataupun dialog) dan
kesepakatan bersama dari para
stakeholder dalam
merencanakan dan
mengembangkan pariwisata dan
industri hospitaliti menjadi
kekuatan utama kemitraan.
Fandy
Kurniawan,
Hermawan,
Soesilo
Zauhar
Kemitraan
Pengelolaan
Sektor
Pariwisata
(Studi Pada
Tirta Wisata
Kabupaten
Jombang)
Metode
analisis yang
digunakan
yaitu analisis
interaktif
dari Miles
dan
Huberman
Pemanfaatan lahan Tirta Wisata
yang dimiliki oleh pemerintah
yang kemudian di sewakan
kepada swasta masih mengalami
keterbatasan promosi oleh pihak
swasta sehingga menurunnya
kunjungan wisatawan ke objek
tersebut padahal letaknya di
poros Surabaya yang merupakan
salah satu tujuan rekreasi favorit
masyarakat Jombang. Dari hasil
observasi peneliti, permasalahan
yang dihadapi dalam kerjasama
ini antara lain kurang adanya
koordinasi antara pihak
pemerintah dan swasta dalam
proses menjalin kemitraan,
minim pemahaman mengenai
ketentuan alur dan prosedur
wajib dari pihak swasta, dan
masih kurangnya sosialisasi oleh
pemerintah dalam hal ini
Disporabudpar selaku pengelola
Tirta Wisata mengenai kegiatan
kepariwisataan berakibat pada
rendahnya partisipasi
masyarakat sekitar dalam
program pengembangan dan
pengelolaan pariwisata, padahal
dengan pengembangan
pariwisata ini dapat bermanfaat
terhadap peningkatan
pendapatan perekonomian
masyarakat itu sendiri. Metode
analisis yang digunakan yaitu
analisis interaktif dari Miles dan
Huberman (1992,h.20) yang
terdiri dari tiga komponen
analisis yaitu reduksi data (Data
Reduction), penyajian data (Data
Display), dan Menarik
kesimpulan atau menverifikasi
(Conclusion Drawing atau
Verifying). Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh
peneliti mengenai kemitraan
pengelolaan sektor pariwisata
dalam rangka pengelolaan Tirta
Wisata. Bahwa dalam kemitraan
pengelolaan sektor pariwisata
mengenai pemanfaatan lahan
Tirta Wisata yang berlokasi di
Desa Keplaksari digunakan
untuk kegiatan pariwisata oleh
pihak sponsor, dari kerjasama ini
pihak Disporabudpar
memperoleh keuntungan dari
sewa lahan, sedangkan untuk
pihak swasta keuntungan dari
pemasukan tiket / pengunjung
diambil secara penuh.
Kerjasama ini merupakan salah
satu strategi promosi oleh
Disporabudpar dalam
memperkenalkan potensi dan
menarik minat wisatawan agar
mengunjungi Tirta Wisata.
Dengan semakin sering
diadakannya berbagai jenis
hiburan akan bermanfaat
terhadap perkembangan Tirta
Wisata itu sendiri dan
memberikan kontribusi positif
terhadap meningkatnya
perekonomian masyarakat
sekitar maupun Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Jombang.
Disporabudpar juga
mengikutsertakan partisipasi
masyarakat sekitar dalam
pengambilan keputusan
mengenai pengelolaan Tirta
Wisata. Pendayagunaan potensi
sumberdaya lokal ditunjukkan
juga dalam proses rekrutmen
tenaga kerja yang meliputi
petugas kebersihan, keamanan,
pengelolaan lahan parkir dan
pengisian kios penjual yang
diutamakan dari masyarakat
sekitar.
Melyanti Pola
Kemitraan
Pemerintah,
Civil Society,
dan Swasta
dalam
Program Bank
Sampah di
Pasar Baru
Kota
Probolinggo
Berdasarkan hasil penyajian dan
analisis data hasil penelitian,
maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Pola kemitraan yang terjadi
antara pemerintah, civil society
dan swasta tergolong
dalam jenis pola kemitraan
mutualistik. Untuk peran
pemerintah, civil society, dan
swasta secara umum mereka
bersama-sama merencanakan
dan melaksanakan. Secara
khusus pemerintah sebagai
penguat komitmen,
mendampingi, dan berkontribusi
baik fisik maupun
non fisik. Untuk pihak swasta
berperan dalam memberikan
bantuan fisik maupun non fisik
dan civil society sebagai pihak
yang mengoperasikan
bank sampah.
Reski
Amalyah,
Djambur
Hamid,
Luchman
Hakim, dan
Peran
Stakeholder
Pariwisata
Dalam
Pengembangan
Pulau
Samalona
Sebagai
Destinasi
Wisata Bahari
Jenis
penelitiannya
bersifat
Deskriptif
Kualitatif
Pengembangan Pulau Samalona
melibatkan stakeholder
pariwisata yang terdiri dari
pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui
profil daya tarik dan atraksi
wisata di Pulau Samalona, peran
stakeholder dalam
pengembangan Pulau Samalona,
dan faktor pendukung dan
penghambat peran stakeholder
dalam pengembangan Pulau
Samalona. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Pulau
Samalona merupakan pulau
yang memiliki potensi bahari
sehingga kegiatan utama yang
dilakukan wisatawan yaitu
snorkeling. Pengembangan
Pulau Samalona melibatkan
stakeholder pariwisata yang
terdiri dari pemerintah melalui
Disparekraf Kota Makassar,
pelaku usaha pariwisata, dan
masyarakat lokal Pulau
Samalona. Peran stakeholder
dalam pengembangan Pulau
Samalona berupa penyediaan
sarana prasarana, pembinaan
sumber daya manusia,
pemberdayaan masyarakat lokal,
promosi, dan CSR (Corporate
Social Responsibility). Faktor
pendukung pengembangan
Pulau Samalona adalah
keterlibatan masyarakat lokal
Pulau Samalona dalam
pengelolaan dan dukungan pihak
swasta. Faktor penghambat
pengembangan Pulau Samalona
yaitu peran Disparekraf belum
maksimal, masyarakat lokal
sebagai pelaku wisata belum
profesional, dan kurangnya
koordinasi dari berbagai
stakeholder.
Sumber:Olahan Peneliti 2017
KEMITRAAN
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Sulistiyani (2004)
PEMERINTAH
KABUPATEN SUKABUMI
1. Dinas Pariwisata
1. Korbid Sosialisasi, Promosi
dan Jejaring Global
2. Korbid Kerjasama
Pendanaan Alternatif
SWASTA
3. Pengelola penginapan
4. Pengrajin olahan makanan
5. Pengrajin Batik Pakidulan
6. Corporate Social
Responsibility PT Biofarma
Kemitraan yang
terbentuk dalam
pengembangan Geopark
Ciletuh Kabupaten
Sukabumi
Bentuk Kemitraan
1. Pseudo partnership
atau kemitraan semu.
2. Mutualism partnership
atau kemitraan
mutualistik
3. Conjugation
partnership atau
kemitraan konjugasi
STAKEHOLDER
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif . Menurut Sukmadinata (2012:60) penelitian kualitatif
(qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Dan penelitian deksripstif menurut Sukmadinata (2012:72) adalah suatu
penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat
alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan
fenomena lain.
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kemitraan dalam pengembangan Geopark
Ciletuh Kabupaten Sukabumi Jawa Barat antara pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
Kabupaten Sukabumi, dan pihak swasta yaitu pengusaha hotel dan villa, dan
pengrajin olahan makanan. Penelitian ini fokus kepada kemitraan yang terdiri dari
tujuan kemitraan, ada dua pihak atau lebih, bentuk kerjasama, manfaat kemitraan,
jangka waktu, faktor pendukung dan faktor penghambat.
Daerah yang menjadi objek penelitian yaitu 8 kecamatan kawasan Geopark
Ciletuh Pelabuhanratu dengan luas 126 ha antara lain kecamatan Ciracap,
Kecamatan Ciemas, Kecamatan Pelabuhanratu, Kecamatan Waluran, Kecamatan
Simpenan, Kecamatan Cisolok, Kecamatan Surade, Kecamatan Cikakak.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Nazir (2014:240), “populasi adalah kumpulan individu dengan
ciri-ciri dan kualitas yang telah ditetapkan.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
Kabupaten Sukabumi dan pengusaha hotel dan villa, pengrajin makanan
olahan yang terdapat di 8 kecamatan kawasan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi, PT. Biofarma, PT.Telkom, dan Bank BJB Jawa Barat.
Dalam hal ini, peneliti menetapkan populasi pemerintah sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 4
Populasi Pemerintah Dalam Pengembangan Geopark Ciletuh
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi
No Populasi Jumlah
1 Ketua harian, 1 orang
2 Kordinator Bidang Sosialisasi,
Promosi dan Jejaring Global, 1 orang
3 Kordinator Bidang Kerjasama
Pendanaan Alternatif. 1 orang
Total 3 orang
Peneliti menetapkan populasi pengusaha sebagaimana tabel berikut ini:
No Wilayah/
Kecamatan
Populasi
Pemerintah/
Badan
Pengelola
Penginapan Pengrajin Dll Jumlah
1 Kecamatan
Ciracap
Ocean View
Resort, Pondok
HEXA, Turtle
Beach Hotel,
Villa Ujang,
Villa Batu
Besar, dan Villa
ACC
Pengelola batik
Pakidulan,
pengrajin,
keripik
singkong, ,
keripik ikan,
olahan ikan dan
lobster.
10
orang
2 Kecamatan
Ciemas
Pengrajin gula
aren, keripik
buah, lantak
pisang, dodol
mangga, dan
keripik
singkong.
5 orang
3 Kecamatan
Pelabuhanra
tu
Padi Padi Hotel,
Inna Samudra
Beach, dan
Augusta
Pelabuhanratu.
abon ikan,
keripik
singkong,
olahan ikan.
6 orang
4 Kecamatan
Waluran
Pengrajin madu
hutan dan
hanjeli.
1 orang
5 Kecamatan Pengrajin sale 3 orang
Tabel 5
Populasi Swasta Dalam Pengembangan Geopark Ciletuh
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi
Simpenan dan keripik
pisang, olahan
teh hijau
6 Kecamatan
Cisolok
Ocean Queen
Resort, Villa
Kuda Laut
Resort,
2 orang
7 Kecamatan
Surade
Pengrajin kopi
Jampang
1 orang
8 Kecamatan
Cikakak
Pengrajin
keripik pisang
-
9 Dan lain-
lain
PT
Biofarma,
Bank BJB,
PT Telkom
Jawa Barat
3 orang
Total 31 orang
2. Sampel
Menurut Nazir (2014:240), “sampel adalah bagian dari populasi. Survei
sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki
dari populasi.”
Penelitian ini menggunakan sampel sensus (jenuh) untuk sampel
pemerintahan. Menurut Sugiyono (2008:122) sampling jenuh atau sensus
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Sampel dari pihak pemerintah yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi yang terlibat dalam Badan Pengelola Geopark Ciletuh
yang meliputi Ketua Harian, Koordinator Bidang Sosialisasi, Promosi dan
Global, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan yang terlibat dalam Badan
Pengelola Geopark Ciletuh, yaitu Kordinator Bidang Kerjasama Pendanaan
Alternatif
Dan purposive sampling untuk sampel swasta. Menurut Sukmadinata
(2012:101) purposive sample memfokuskan pada informan-informan terpilih
yang kaya akan kasus untuk studi bersifat mendalam. Sampel dari pihak
swasta yaitu pengusaha hotel dan villa, pengrajin makanan olahan, dan PT
Biofarma. Dalam memilih sampel pemerintah, peneliti menentukan
berdasarkan beberapa kriteria antara lain memiliki struktur jabatan yang tinggi
yaitu ketua harian sekaligus kepala dinas pariwisata, kemudian untuk
kordinator bidang sosialisasi promosi dan jejaring global dan Kordinator
Bidang Kerjasama Pendanaan Alternatif karena mendapatkan rekomendasi
dari kepala dinas pariwisata kabupaten sukabumi sendiri. Dalam menentukan
jumlah sampel swasta, peneliti menggunakan rumus slovin. (Sugiyono,
2006:57) Sebagai berikut:
n = N
1+N.e2
Dimana:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
E = Taraf Kesalahan (error) sebesar 0.10 (10%)
Dari rumus di atas, maka besarnya jumlah sampel swasta (n) adalah
sebagai berikut:
n = 31
1+ 31.(0.10)2
= 31
1+0.31
n = 24
Maka besarnya jumlah sampel swasta yaitu 24. Kemudian sampel dari
pihak pengusaha, peneliti menetapkan swasta atau pengusaha hotel, pengrajin
makanan, batik Pakidulan, PT Biofarma karena, pihak tersebut merupakan
pihak swasta yang berperan aktif dan berkontribusi besar dalam
pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi dan
mendapatkan rekomendasi dari kordinator bidang sosialisasi promosi dan
jejaring global dan kordinator Pendanaan Alternatif. Dalam hal ini, peneliti
menetapkan sampel sebagaimana tabel berikut ini:
No Sampel Jumlah
1 Ketuan Harian 1 orang
2 Kordinator Bidang Sosialisasi
Promosi Dan Jejaring Global
1 orang
3 Kordinator Pendanaan Alternatif 1 orang
Jumlah 3 orang
Tabel 6
Sampel Pemerintah Pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Tabel 7
Sampel Swasta Pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi
No
Wilayah/Keca
matan
Geopark
Ciletuh
Sampel
Hotel/Homestay Pengrajin Dll Jumlah
1 Kecamatan
Ciracap
Pengelola
Pondok HEXA,
Ocean View
Resort, Turtle
Beach Hotel,
Villa Ujang,
Villa Batu
Besar.
Pengelola
batik
Pakidulan,
keripik
pisang,
keripik
singkong,
roti penyu,
keripik ikan,
dan olahan
ikan.
11 orang
2 Kecamatan
Ciemas
Villa ACC Keripik
Buah
2 orang
3 Kecamatan
Pelabuhanratu
Manajer Hotel
Augusta
Pelabuhanratu
Pengusaha
Air Mineral
2 orang
4
Kecamatan
Simpenan
Pengrajin
sale dan
keripik
pisang,
olahan teh
hijau, hasil
olahan
rumput laut,
dan keripik
singkong.
5 orang
5 Kecamatan
Cisolok
Pengrajin
gula aren
dan jahe
merah
1 orang
6 Kecamatan
Surade
Pengrajin
kopi
Jampang
1 orang
D. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut Sukmadinata (2012:216) wawancara atau interviu merupakan
salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Adakalanya juga wawancara dilakukan secara kelompok, kalau memang
tujuannya untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara
dengan satu keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka, dll.
Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu
dilaksanakan secara individual.
b. Dokumentasi
7 Kecamatan
Cikakak
Pengrajin
keripik
pisang
1 orang
8 Kecamatan
Waluran
Pengrajin
Madu
Hutan, dan
Hanjeli
-
9 Dan lain-lain Pihak
SDM PT
Biofarma
1 orang
Total 24 orang
Untuk memperkaya data/informasi, peneliti mengumpulkan data
melalui studi dokumentasi dalam bentuk tulisan, dan karya-karya
monumental seseorang. Seperti yang disebutkan oleh Maryann Barakso
dkk (2014 :197), analisis dokumentasi adalah sebagai berikut :
“Government documents, archives, media sources, correspondence,
and a variety of other written documentation offer a wealth of
information to scholars. The documents analyzed in a particular
research project will vary dramatically from research question to
research question.”
2. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara. Menurut
Sukmadinata (2012:216) pedoman wawancara ini berisi sejumlah pertanyaan
atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden.
Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan,
konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan focus
masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model interaktif (interactive
models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles and Huberman (1994:10).
Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Menurut Miles and Huberman (1994:10) Reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi peneltiian atau
data lapangan ditulis dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan
direduksi, dirangkum, dan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian kemudian dicari tema atau pola )melalui proses penyuntingan,
pemberian kode, dan pembuatan tabel). Dari hasil wawancara yang sudah
dilakukan kepada stakeholder yang terlibat dalam kemitraan pengembangan
Geopark Ciletuh Palabuhanatu, kemudian peneliti menyusunnya dalan bentuk
poin-poin penting berdasarkan tiga sub variabel pseudo partnership atau
kemitraan semu, mutualism partnership atau kemitraan mutualistik, dan
conjugation partnership atau kemitraan konjugasi meliputi dua pihak atau
lebih, pihak yang terlibat, memiliki makna dan manfaat yang dicapai, kedua
pihak atau lebih mengerti tujuan yang dicapai, Organisasi, agen-agen,
kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi. Selain itu penelti juga
memilah foto yang dirasa penting bagi peneliti ini terkait pendukung
gambaran umum pada data penelitian.
Sistem coding dalam penelitian ini digunakan untuk mengkategorikan data
temuan berdasarkan sumber data, teknik pengumpulan data, dan tema, sebagai
berikut:
Menurut strategi Strauss and Corbin (1997) teknik koding ada tiga:
a. Open Coding atau Pengkodean Terbuka
Data Hasil wawancara disajikan dalam transkrip, kemudian lakukan
reduksi data untuk menemukan inti dari wawancara dengan pemberian
kata kunci. Pada penelitian ini dibuat open coding yang didalamnya
terdapat pertanyaan yang ditujukan kepada informan, kemudian dibuat
juga kata kunci dari pertanyaan tersebut. Tabel open Coding terdapat
di lampiran halaman 68
b. Axial Coding atau Pengkodean Terporos
Prosedur penempatan data kembali dengan membuat keterkaitan antar
kategori. Dalam pengkodean ini, jawaban sudah dikelompokkan
berdasarkan kategori yang dapat mencakup beberapa pertanyaan dan
jawaban lainnya. Pada penelitian ini dibuat axial Coding yang
didalamnya terdapat jawaban dari para informan dari pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti yang sudah dibuat dalam kata kunci. Tabel axial
coding terdapat di lampiran halaman 81
c. Selective Coding atau Pengkodean Terpilih
Merupakan kesimpulan yang penulis ambil dari penggabungan hasil
wawancara (quotes) yang telah ditemukan dengan pengodean terporos
sebelumnya. Merupakan hasil wawancara yang dijadikan temuan
simpulan dari quotes tersebut. Pada penelitian ini dibuat selective
coding yang didalamnya terdapat kesimpulan dari seluruh jawaban
informan dari pertanyaan yang sudah dibuat dalam kata kunci. Tabel
selective coding terdapat di lampiran halaman 80
2. Penyajian Data
Menurut Miles and Huberman (1994:11) penyajian data dilakukan dengan
cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan
integratif yang digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah
berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Penyajian data
dalam penelitian ini akan berbentuk teks naratif yang akan dijelaskan oleh
peneliti ke dalam tiga sub variabel yaitu pseudo partnership atau
kemitraan semu, mutualism partnership atau kemitraan mutualistik, dan
conjugation partnership atau kemitraan konjugasi meliputi dua pihak atau
lebih, pihak yang terlibat, memiliki makna dan manfaat yang dicapai,
kedua pihak atau lebih mengerti tujuan yang dicapai, organisasi, agen-
agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan
dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Menurut Miles and Huberman (1994:11) Penarikan kesimpulan dilakukan
secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal
memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data
berlangsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari
data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan,
persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam
kesimpulan yang tentatif namun dengan bertambahnya data melalui
verifikasi terus menerus akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat grounded (dasar). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara dari masing-masing stakeholder yang ditarik kesimpulannya
sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.
Sumber : Olahan Peneliti 2017
F. Jadwal Penelitian
Jadwal dalam penelitian ini akan dilaksanakan sebagai berikut.
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Penyusunan
Usulan Penelitian
Sidang Usulan
Penelitian
Observasi
Penelitian
Penyusunan
Laporan
Persentasi Hasil
Penelitian
Tabel 8
Jadwal Penelitian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Gambaran Umum Wilayah Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
Menurut Rosana, dkk (2015:19) nama Geopark ditetapkan melalui SK
Bupati Sukabumi Nomor 556/Kep.684-Disparbudpora/2015, tanggal 24
Oktober 2015.
Menurut Rosana, dkk (2015:4) Geopark Ciletuh-Pelabuhanratu
memiliki luas 126.100 Ha atau 1.261 km2. Meliputi 15 desa, di delapan
kecamatan yaitu Kecamatan Ciracap, Surade, Ciemas, Waluran,
Simpenan, Pelabuhanratu, Cikakak, dan Cisolok, yang terbagi dalam tiga
goarea yaitu: Geoarea Ciletuh, Geoarea Simepnan, dan Geoarea Cisolok.
Kawasan Geopark Ciletuh-Pelabuhanratu juga meliputi Kawasan Cagar
Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana; Kawasan Suaka
Margasatwa Cikepuh; dan Taman Wisata Alam Sukawayana, dikelola
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat; kawasan latihan
terpadu militer dikelola KOSTRAD; Kawasan konservasi Penyu di
Pangumbahan; dan kawasan latihan angkatan udara di Tanjung
Ujunggenteng; kawasan budidaya tambak udang di Mandrajaya dan
Ujunggenteng serta kampong batik di Purasedar.
Menurut Martodjojo dalam Rosana, dkk (2015:4) Geoarea Ciletuh
memiliki bentang alam berupa dataran tinggi yang berbentuk tapal kuda
(amphitheater) yang terbuka ke arah Teluk Ciletuh. Bentuk
amphitheater ini memiliki diameter lebih dari 15 km, sehingga di yakini
sebagai bentuk amphitheater alam terbesar di Indonesia. Di bagian tengah
amphitheater terdapat sebaran batuan bancuh dan ofiolit hasil
pengendapan dari aktivitas tumbukan antara kerak samudera dan kerak
bentua pada Zaman Kapur, lebih dari 65 juta tahun lalu.
Geopark Ciletuh-Pelabuharatu didasari oleh lima komponen penting
yaitu akademisi yang mewakili unsur perguruan tinggi dan institusi atau
lembaga riset, komunitas mewakili masyarakat yang hidup dan tinggal di
dalam kawasan, pemerintah meliputi unsur pemerintah dari level terendah
di desa hingga gubernur serta pemerintah pusat di bawah kementerian,
pengusaha mewakili sektor BUMN maupun swasta dan media massa
sebagai media promosi. Kelima komponen tersebut memiliki visi dan misi
yang sama dalam mengkonservasi potensi sumberdaya alam dan
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.
Pengembangan program Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dilakukan
secara terintegrasi antara masyarakat lokal, pemerintah daerah Kabupaten
Sukabumi, pemerintah Provinsi Jawa Barat, BBKSDA, Universitas
Padjadjaran, Badan Geologi, dan Biofarma yang mewakili sektor swasta
serta institusi lain yang ada di dalam kawasan Geopark.
Perekonomian berkelanjutan pada kawasan Geopark dikembangkan
melalui paket pariwisata seperti: geowisata, wisata bahari, ekowisata,
wisata petualangan, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner, dan
wisata buatan manusia.
Situs geologi di kawasan Geoarea Nasional Ciletuh-Palabuhanratu
dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya adalah berupa :
1. Air terjun
2. Bentangalam
3. Batuan unik/estetik
4. Gua laut
5. Batuan langka dan fosil
6. Pantai
7. Geyser
Dengan adanya pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi pihak pemerintah dan swasta terlibat ke dalam
kemitraan. Dimana pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten
Sukabumi melakukan mitra dengan PT Biofarma dalam hal permodalan
untuk konservasi dan pemberdayaan masyarakat di kawasan Geopark
Ciletuh. Dan untuk pihak swasta yaitu pemilik hotel dan villa, serta
pengrajin olahan makanan lokal dan pengrajin Batik Pakidulan melakukan
kemitraan dengan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten
Sukabumi untuk mempromosikan usaha mereka ke dalam pameran, buku
panduan Geopark Ciletuh, dan melatih pengrajin olahan makanan melalui
pembinaan membuat produk kemasan mereka menjadi lebih menarik dan
memiliki nilai jual tinggi. Hal tersebut peneliti ketahui pada saat
melakukan wawancara langsung dengan para inforaman yang sudah
peneliti tentukan.
2. Pihak Pemerintah
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa
pemerintah dari Badan Pengelolaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi antara lain ketua harian dan pihak
Kordinator Bidang Sosialisasi, Promosi dan Jejaring Global dan dari
Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi antara lain
pihak kordinator Bidang Kerjasama Pendanaan Alternatif. Serta hasil
wawancara bersama 3 informan yang merupakan data primer yang
disajikan dalam bentuk selective coding berdasarkan tema penelitian
sebagai berikut :
Tabel 9
Selective coding Pemerintah
No Pertanyaan Selective Coding
Story Line Quotes
1 Apa tujuan
memerlukan
kemitraan ?
dari ke 3 responden, dapat
disimpulkan bahwa bagi
pemerintah kemitraan ini dapat
saling memberikan kekuatan
dalam fungsinya masing-
masing. Seperti pemerintah
dapat terbantu dalam segi
anggaran dari pihak swasta
atau perusahaan PT Biofarma
yang memang memberikan
anggaran untuk pemberdayaan
kemitraan mampu
memberikan hal yang positif,
berlaku dengan pemerintah
sehingga mendapatkan
kemudahan. Karena tidak
semua kegiatan dapat
dilakukan oleh satu pihak.
masyarakat di kawasan
Geopark Ciletuh.
2 Bagaimana
bentuk
kemitraan
yang dilakukan
?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa pemerintah
memberikan regulasi yaitu
peraturan,kebijakan dan
pembinaan kepada masing-
masing pengusaha baik dari
UKM atau perusahaan.
kemitraan bisa berupa
pembinaan yang dilakukan
antara pemerintah dengan
para UKM.
3 Dengan Siapa
melakukan
Kemitraannya?
8 responden mengatakan
bahwa mereka sebagai pemilik
usaha mengaku diberikan
pembinaan oleh pemerintah
DISKOPERINDAG seperti
pelatihan pengemasan produk,
pemasaran, pelatihan tour
guide.
kemitraan dilakukan dengan
para pihak yang memiliki
kemampuan untuk memiliki
sebuah usaha dan yang
mampu memberikan modal.
4 Apa manfaat
yang diperoleh
dari kemitraan
yang dilakukan
dalam
pengembangan
Geopark
Ciletuh
Pelabuhanratu
?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa pemerintah
merasakan manfaat menjalin
kemitraan dengan pihak swasta
atau pengusaha.
Kemitraan menjadi sarana
untuk mempermudah dalam
mencapai tujuan setiap pihak
yang terlibat.
5 Apakah ada
jangka waktu
yang
ditetapkan
dalam
kemitraannya?
dari pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang bermitra
dengan pihak swasta yaitu PT
Biofarma telah membuat
kesepakatan bermitra selama 5
tahun. Apabila dari pemerintah
Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan
DISKOPERINDAG Kabupaten
Sukabumi dengan pelaku UKM
sebanyak 11 reponden
mengatakan tidak ada jangka
waktu yang ditetapkan selama
ini.
Kemitraan harus dijalankan
berdasarkan komitmen agar
kegiatan berjalan secara
efektif dengan menemukan
pihak mitra yang terbaik
dengan membuat evaluasi
serta jangka waktu yang
ditentukan dan menjadikan
kemampuan yang mandiri.
6 Apa faktor
pendukung
selama
melakukan
kemitraan ?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa komitmen
menjadikan faktor mereka
dalam kemitraan.
Komitmen menjadikan
kemitraan dapat berjalan
efektif.
7 Apa faktor
penghambat
selama
melakukan
kemitraan ?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa mindset
orang yang sulit dirubah.
Komitmen dapat tidak
berhasil apabila salah satu
pihak tidak mengetahui
manfaat dari kemitraan
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan dari berbagai tema
yang telah ditentukan dalam bentuk kemitraan dan faktor pendukung serta
faktor penghambat dalam kemitraan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi.
a. Tujuan Kemitraan
Dengan adanya kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh,
tujuan pihak pemerintah memerlukan kemitraan karena mereka anggap
pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri karena keterbatasan
permodalan dan sumber daya manusia untuk mengembangkan
Geopark Ciletuh. Pemerintah mendapatkan bantuan permodalan dari
pihak swasta yaitu PT Biofarma untuk membantu dalam hal
pemberdayaan masyarakat, dan konservasi.
b. Bentuk Kemitraan Yang Dilakukan
Dalam kemitraan ini pemerintah sesuai dengan fungsinya yaitu
bentuk kemitraan yang dilakukan dengan swasta yaitu memberikan
aturan, kebijakan dan, pembinaan. Aturan yang pemerintah berikan
kepada swasta yaitu seperti harga jual produk harus disamakan antara
wisatawan lokal dan internasional. Kebijakan yang pemerintah berikan
berupa mengikutsertakan para pengusaha lokal untuk ikut menjadi
UKM yang dibina. Pembinaan yang pemerintah berikan berupa
pelatihan membuat kemasan untuk produk olahan lokal dan diberi
label Geopark Ciletuh.
c. Pihak Yang Bermitra
Dalam hal ini pemerintah melakukan kemitraan dengan pihak
swasta yang memiliki modal yaitu dengan PT Biofarma. Apabila
secara fungsi pemerintahnya yaitu memberikan aturan dan kebijakan,
pemerintah melakukan kemitraan dengan pihak pengusaha hotel, villa,
pengrajin batik, dan pengrajin olahan makanan untuk membina mereka
agar tertib dalam menerima wisatawan dan memberikan kebijakan
kepada para pengusaha tersebut untuk membina produk mereka.
d. Manfaat Kemitaan
Dalam hal ini, manfaat yang pemerintah peroleh dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu mempermudah dalam pengembangan
Geopark Ciletuh dari sisi permodalan. Disamping itu pula tujuan
geopark dimana harus mensejaterakan masyarakat dapat terpenuhi oleh
pemerintah dalam mengajak pelaku UKM untuk ikut dalam
pengembangan Geopark Ciletuh.
e. Jangka Waktu
Dalam hal ini, pemerintah dalam melakukan kemitraan dengan
swasta membuat kesepakatan di atas materai dengan PT Biofarma
selama 5 tahun terhitung dari tahun 2012. Apabila dengan pengusaha
hotel, villa, pengrajin Batik Pakidulan dan pengrajin produk olahan
lokal belum ada jangka waktu kemitraan yang ditetapkan.
f. Faktor Pendukung
Dalam hal ini, faktor pendukung pemerintah dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu komitmen bersama dalam
mengembangkan Geopark Ciletuh. Antusias dari pihak swasta yang
semangat dalam bantuan modal, ikut serta dalam menjual produk
lokal, dan pembinaan.
g. Faktor Penghambat
Dalam hal ini, faktor penghambat pemerintah dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu pemikiran orang mengenai wawasan
mengenai wawasan geopark. Dimana mereka masih belum mengetahui
tentang kawasan Geopark Ciletuh yang meliputi 8 kecamatan, peluang
mereka terhadap potensi yang mereka punya seperti mengolah produk
lokal yang bisa dijual kepada wisatawan Geopark Ciletuh.
3. Pihak Swasta
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa
pemerintah dari Badan Pengelolaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi antara lain ketua harian dan pihak
Kordinator Bidang Sosialisasi, Promosi dan Jejaring Global dan dari Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi antara lain pihak
kordinator Bidang Kerjasama Pendanaan Alternatif. Serta hasil wawancara
bersama 24 informan yang merupakan data primer yang disajikan dalam
bentuk selective coding berdasarkan tema penelitian sebagai berikut :
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa swasta
yang terlibat dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, dan pengrajin produk makanan lokal yang berada
di 8 kecamatan wilayah Geopark Ciletuh. Serta hasil wawancara bersama 24
informan yang merupakan data primer yang disajikan dalam bentuk selective
coding berdasarkan tema penelitian sebagai berikut :
Tabel 10
Selective Coding Swasta
No Pertanyaan Selective Coding
Story Line Quotes
1 Apa tujuan
memerlukan
kemitraan ?
Dari 18 responden
mengatakan tujuan bermitra
yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat.
kemitraan mampu
memberikan hal yang
positif, berlaku untuk
para pengusaha yang
bermitra dengan
pemerintah sehingga
dapat mensejaterakan
kehidupan
perekonomian mereka.
2 Bagaimana
bentuk
kemitraan yang
dilakukan ?
dari 14 responden
mengatakan mereka
memberikan usaha yang
mereka punya seperti produk
lokal, untuk dibina oleh
Dinas DISKOPERINDAG
dan Dinas Pariwisata
kemitraan bisa berupa
pembinaan yang
dilakukan antara
pemerintah dengan
para UKM.
3 Dengan Siapa 23 responden mengatakan kemitraan dilakukan
melakukan
Kemitraannya?
bahwa mereka sebagai
pemilik usaha mengaku
diberikan pembinaan oleh
pemerintah
DISKOPERINDAG seperti
pelatihan pengemasan
produk, pemasaran,
pelatihan tour guide.
dengan para pihak
yang memiliki
kemampuan untuk
memiliki sebuah usaha
dan yang mampu
memberikan modal.
4 Apa manfaat
yang diperoleh
dari kemitraan
yang dilakukan
dalam
pengembangan
Geopark
Ciletuh
Pelabuhanratu
?
17 responden mengatakan
bahwa manfaat dari
kemitraan tersebut dapat
meningkatkan pendapatan
perekonomian mereka.
Karena produk UKM yang
ada dapat dipasarkan oleh
Dinas Pariwisata melalui
pameran, dikemas dengan
lebih baik menjadikan
meningkatnya pembeli.
Kemitraan menjadi
sarana untuk
mempermudah dalam
mencapai tujuan setiap
pihak yang terlibat.
5 Apakah ada
jangka waktu
yang ditetapkan
dalam
kemitraannya?
dari pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang bermitra
dengan pihak swasta yaitu
PT Biofarma telah membuat
kesepakatan bermitra selama
5 tahun. Apabila dari
pemerintah Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan
DISKOPERINDAG
Kabupaten Sukabumi
dengan pelaku UKM
sebanyak 11 reponden
mengatakan tidak ada jangka
waktu yang ditetapkan
selama ini.
Kemitraan harus
dijalankan berdasarkan
komitmen agar
kegiatan berjalan
secara efektif dengan
menemukan pihak
mitra yang terbaik
dengan membuat
evaluasi serta jangka
waktu yang ditentukan
dan menjadikan
kemampuan yang
mandiri.
6 Apa faktor
pendukung
selama
melakukan
kemitraan ?
12 responden mengatakan
Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang telah
memberikan jalan untuk
mereka pelaku UKM agar
usahanya berjalan lancar.
Dengan Dinas Pariwisata
Komitmen menjadikan
kemitraan dapat
berjalan efektif.
menggaet
DISKOPERINDAG untuk
pembinaan para pelaku
UKM wilayah Geopark
Ciletuh memiliki produk
yang dikemas lebih baik, dan
di pasarkan.
7 Apa faktor
penghambat
selama
melakukan
kemitraan ?
dari 16 reponden
mengatakan bahwa belum
ada penghambat dalam
mereka bermitra dengan
pemerintah.
Dengan kemitraan
yang efektif
menjadikan kemitraan
tersebut berjalan
dengan sesuai.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan dari berbagai tema yang
telah ditentukan dalam bentuk kemitraan dan faktor pendukung serta faktor
penghambat dalam kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
a. Tujuan Kemitraan
Dalam hal ini, swasta yang melakukan kemitraan dengan pemerintah
dalam pengembangan Geopark Ciletuh memiliki tujuan yaitu untuk
mensejaterakan perekonomian mereka melalui pengembangan produk
olahan makanan mereka, belajar mengenai wawasan Geopark sehingga
dapat belajar bagaimana mengolah potensi yang ada menjadikan nilai
ekonomi tanpa merusak ekosistem dengan cara konservasi.
b. Bentuk Kemitraan Yang Dilakukan
Dalam hal ini, swasta yang memiliki UKM bentuk kemitraan yang
dilakukan dengan mengikuti pembinaan dari pemerintah Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi seperti pengemasan
produk menjadi lebih baik dan memberikan logo Geopark Ciletuh lalu,
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi mengikuti pelatihan tour guide
apabila wisatawan membutuhkan pemandu. Apabila swasta seperti pemilik
hotel, beberapa mampu memberikan diskon kepada tamu Geopark Ciletuh.
Dan swasra seperti PT Biofarma bentuk kemitraan yang dilakukan yaitu
memberikan permodalan untuk pemberdayaan masyarakat dan konservasi.
c. Pihak Yang Bermitra
Dalam hal ini, swasta yang memiliki hotel, villa dan usaha produk
makanan lokal, pengrajin Batik Pakidulan melakukan kemitraan dengan
pemerintah yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi dan Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi. Sedangkan swasta
PT Biofarma melakukan kemitraan dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Kabupaten Sukabumi, dan Kementrian Pariwisata.
d. Manfaat kemitraan
Dalam hal ini, swasta seperti pengrajin Batik Pakidulan, dan pemilik
usaha produk makanan lokal melakukan kemitraan dengan pemerintah
memperoleh manfaat yaitu meningkatkan perekonomian mereka dari
produk yang dipasarkan oleh pemerintah melalui pameran, dan dikemas
menjadi lebih baik menjadikan meningkatnya pembeli. Sedangkan untuk
swasta seperti pemilik hotel, villa, dan PT Biofarma memproleh manfaat
kemitraan yaitu dapat mempromosikan perusahaan mereka kepada banyak
orang, dan meningkatkan kepercayaan bagi perusahaan mereka.
e. Jangka waktu
Dalam hal ini swasta yaitu PT Biofarma yang hanya memiliki jangka
waktu kemitraan dengan pemerintah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
selama 5 tahun dalam MOU.
f. Faktor Pendukung Kemitraan
Dalam hal ini swasta yang melakukan kemitraan dengan pemerintah
memiliki faktor pendukung dalam menjalin kemitraan yaitu pemerintah
yang memberikan jalan untuk mereka pihak swasta ikut berkomitmen
dalam pengembangan Geopark Ciletuh.
g. Faktor Penghambat Kemitraan
Dalam hal ini sebagian besar swasta yang melakukan kemitraan
dengan pemerintah merasakan tidak memiliki faktor penghambat dalam
melakukan kemitraan, mereka melihat komitmen pemerintah dalam
pengembangan Geopark Ciletuh dimana mereka diikutsertakan.
B. Pembahasan
1. Pihak Pemerintah
Pembahasan ini membahas mengenai hasil wawancara hasil wawancara
dari 3 informan yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Peneliti akan membahas hasil analisis
dari bentuk kemitraan pihak yang mana yang merupakan bentuk pseudo
partnership atau kemitraan semu yaitu ada dua pihak atau lebih, dan dalam
kemitraannya salah satu pihak tidak mengerti tujuan yang dicapai. Mutualism
partnership atau kemitraan mutualistik yaitu ada dua pihak atau lebih, dan
kedua pihak lebih mengerti manfaat dan tujuan yang dicapai. Dan conjugation
partnership atau kemitraan konjugasi yaitu ada dua pihak atau lebih, dan
Organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki
kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat
melakukan kemitraan dalam model ini (Sulistiyani. 2004:130-131). Dan
kemudian peneliti akan membahas mengenai faktor pendukung dan
penghambat kemitraan pihak pemerintah.
Setelah membahas mengenai analisis, kemudian peneliti akan
membandingkan kondisi ideal yaitu berupa teori yang peneliti gunakan berupa
bentuk kemitraan yang terbentuk menurut Sulistiyani (2004:130-131) yang
akan dibandingkan dengan kondisi aktual pemerintah yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten
Sukabumi.
a. Pseudo partnership atau kemitraan semu
1) Ada dua pihak atau lebih dan dalam kemitraannya salah satu pihak
tidak mengerti tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti tidak menemukan bahwa dari
ketiga informan yang memiliki jawaban tersebut. Dikarenakan
menurut pemerintah, mereka dan pihak yang dilibatkan sama-sama
mengetahui manfaat dari kemitraan yang dilakukannya. (Sulistiyani.
2004:130) Kemitraan semu adalah merupakan sebuah persekutuan yan
terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya
melakukan kerjasam secara seimbang satu dengan lainnya. Bahkan
pada suatu pihak belum tentu memahami secara benar akan makna
sebuah persekutuan yang dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua
dilakukan serta disepakati. Ada suatu yang unik dalam kemitraan
semacam ini, bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-sama merasa
penting utnuk melakukan kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang
bermitra belum tentu memahami substansi yang diperjuangkan dan
manfaatnya apa.
b. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik
1) Ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat
dan tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, bahwa dari 3 informan yang peneliti
wawancara, peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban
yang sama yaitu dalam menjalin kemitraan pemerintah merasakan
manfaat. Manfaat yang mereka rasakan yaitu mempermudah dalam
pengembangan Geopark Ciletuh dari sisi permodalan. Disamping itu
pula tujuan geopark dimana harus mensejaterakan masyarakat dapat
terpenuhi oleh pemerintah dalam mengajak pelaku UKM untuk ikut
dalam pengembangan Geopark Ciletuh. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau
kebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan, yaitu akan dapat mencapai tuuan secara lebih optimal.
Berangkat dari pemahaman akan nilai pentingnya melakukan
kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki status sama
atau berbda, melakukan kerjasam. Manfaat saling silang antara pihak-
pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan
masing-masing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus
saling menunjang satu dengan lain. Pemikiran kemitraan demikian ini
diadopsi dari pola simbiosis mutualisme yang terjadi antara kerbau dan
burung dalam kehidupan binatang.
c. Conjugation Partnership atau kemitraan konjugasi
1) Ada dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-
kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan
kemitraan dalam model ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau
perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau
mencapai tujuan organisasi yang peneliti wawancara, peneliti
menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama yaitu
pemerintah membutuhkan pihak swasta untuk dimitrakan karena,
pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri dalam pengembangan
Geopark Ciletuh karena keterbatasan dalam hal permodalan dan
sumber daya manusia. Maka dari itu, pemerintah melakukan kemitraan
dengan pihak swasta. (Sulistiyani, 2004:131) Kemitraan konjugasi
adalah kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan “paramecium”.
Dua paramecium melakukan konjugasi untuk mendapatkan
pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut maka organisasi, agen-
agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan
di dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat
melakukan kemitraan dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat
melakukan konjugasi dalam rangka meningkatkan kemampuan
masing-masing.
d. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan, bahwa dari 1
informan mengatakan komitmen bersama dalam mengembangkan
Geopark Ciletuh. Antusias dari pihak swasta yang semangat dalam
bantuan modal, ikut serta dalam menjual produk lokal, dan pembinaan.
h. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara wawancara yang dilakukan peneliti
dengan 3 informan khususnya faktor penghambat dalam kemitraan,
bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan
2 informan yang memiliki jawaban yang sama yaitu pemikiran orang
mengenai wawasan mengenai wawasan geopark. Dimana mereka
masih belum mengetahui tentang kawasan Geopark Ciletuh yang
meliputi 8 kecamatan, peluang mereka terhadap potensi yang mereka
punya seperti mengolah produk lokal yang bisa dijual kepada
wisatawan Geopark Ciletuh.
2. Pihak Swasta
Pembahasan ini membahas mengenai hasil wawancara hasil wawancara
dari 24 informan swasta yang terlibat kemitraan dalam pengembangan
Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Peneliti akan
membahas hasil analisis dari bentuk kemitraan pihak yang mana yang
merupakan bentuk pseudo partnership atau kemitraan semu yaitu ada dua
pihak atau lebih, dan dalam kemitraannya salah satu pihak tidak mengerti
tujuan yang dicapai. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik yaitu
ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat dan tujuan
yang dicapai. Dan conjugation partnership atau kemitraan konjugasi yaitu ada
dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau
perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai
tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan dalam model ini (Sulistiyani.
2004:131). Dan kemudian peneliti akan membahas mengenai faktor
pendukung dan penghambat kemitraan pihak swasta.
Setelah membahas mengenai analisis, kemudian peneliti akan
membandingkan kondisi ideal yaitu berupa teori yang peneliti gunakan berupa
bentuk kemitraan yang terbentuk menurut Sulistiyani (2004:130-131) yang
akan dibandingkan dengan kondisi aktual pemerintah yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten
Sukabumi.
a. Pseudo partnership atau kemitraan semu
1) Ada dua pihak atau lebih dan dalam kemitraannya salah satu pihak
tidak mengerti tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia)
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti tidak menemukan jawaban
mengenai hal tersebut. (Sulistiyani. 2004:130) Kemitraan semu adalah
merupakan sebuah persekutuan yan terjadi antara dua pihak atau
lebih, namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasam secara
seimbang satu dengan lainnya. Bahkan pada suatu pihak belum tentu
memahami secara benar akan makna sebuah persekutuan yang
dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua dilakukan serta disepakati.
Ada suatu yang unik dalam kemitraan semacam ini, bahwa kedua
belah pihak atau lebih sama-sama merasa penting utnuk melakukan
kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang bermitra belum tentu
memahami substansi yang diperjuangkan dan manfaatnya apa.
b. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik
1) Ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat
dan tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia).
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti menemukan 18 informan dari 24
yang memiliki jawaban yang sama yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat melalui pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah.
Kemudian 3 informan dari 24 mengatakan bahwa tujuan kemitraan
yaitu meningkatkan jumlah tamu untuk datang ke hotel dan villa
mereka. Dan 1 informan dari 24 mengatakan tujuan melakukan
kemitraan yaitu agar perusahaan bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya kedua pihak mengerti manfaat kemitraan,
peneliti menemukan 17 informan dari 24 mengatakan dapat
meningkatkan pendapatan mereka. Dan 5 dari 24 informan
mengatakan dapat meningkatkan jumlah tamu yang datang. Kemudian,
2 dari 24 informan mengatakan untuk memperomosikan perusahaan
dan meningkatkan kepercayaan dari luar. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau
kebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan, yaitu akan dapat mencapai tujuan secara lebih optimal.
Berangkat dari pemahaman akan nilai pentingnya melakukan
kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki status sama
atau berbda, melakukan kerjasama. Manfaat saling silang antara pihak-
pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan
masing-masing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus
saling menunjang satu dengan lain. Pemikiran kemitraan demikian ini
diadopsi dari pola simbiosis mutualisme yang terjadi antara kerbau dan
burung dalam kehidupan binatang.
c. Conjugation Partnership atau kemitraan konjugasi
1) Ada dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-
kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan
kemitraan dalam model ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia).
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok
atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha
atau mencapai tujuan organisasi yang peneliti wawancara, peneliti
tidak menemukan jawaban mengenai hal ini. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari
kehidupan “paramecium”. Dua paramecium melakukan konjugasi
untuk mendapatkan pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut
maka organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan
yang memiliki kelemahan di dalam melakukan usaha atau mencapai
tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan dengan model ini. Dua
pihak atau lebih dapat melakukan konjugasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan masing-masing.
d. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan, peneliti
menemukan 12 informan mengatakan jawaban yang sama yaitu faktor
pendukung dalam kemitraan adalah pemerintah sendiri yang
mengikutsertakan mereka ke dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi seperti pembinaan pengemasan
produk olahan makanan lokal, dan pemasaran produk mereka.
e. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan. Peneliti
menemukan 16 informan mengatakan jawaban yang sama yaitu tidak ada
faktor penghambat dalam kemitraan. Kemudian 2 informan dari 24
mengatakan dalam melihat masyarakat yang masih minim memiliki
wawasan mengenai Geopark sehingga membutuhkan perhatian yang lebih
dalam memberdayakan masyarakat. Lalu, 2 informan dari 24 mengatakan
kurangnya permodalan yang mereka punya. Dan terakhir, 2 informan dari
24 mengatakan bahwa lokasi usaha mereka yang cukup jauh dari lokasi
yang banyak wisatawan, sehingga menyulitkan mereka dalam menjangkau
potensi para pembeli produk mereka.
(amphitheater) yang terbuka ke arah Teluk Ciletuh. Bentuk
amphitheater ini memiliki diameter lebih dari 15 km, sehingga di yakini
sebagai bentuk amphitheater alam terbesar di Indonesia. Di bagian tengah
amphitheater terdapat sebaran batuan bancuh dan ofiolit hasil
pengendapan dari aktivitas tumbukan antara kerak samudera dan kerak
bentua pada Zaman Kapur, lebih dari 65 juta tahun lalu.
Geopark Ciletuh-Pelabuharatu didasari oleh lima komponen penting
yaitu akademisi yang mewakili unsur perguruan tinggi dan institusi atau
lembaga riset, komunitas mewakili masyarakat yang hidup dan tinggal di
dalam kawasan, pemerintah meliputi unsur pemerintah dari level terendah
di desa hingga gubernur serta pemerintah pusat di bawah kementerian,
pengusaha mewakili sektor BUMN maupun swasta dan media massa
sebagai media promosi. Kelima komponen tersebut memiliki visi dan misi
yang sama dalam mengkonservasi potensi sumberdaya alam dan
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.
Pengembangan program Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dilakukan
secara terintegrasi antara masyarakat lokal, pemerintah daerah Kabupaten
Sukabumi, pemerintah Provinsi Jawa Barat, BBKSDA, Universitas
Padjadjaran, Badan Geologi, dan Biofarma yang mewakili sektor swasta
serta institusi lain yang ada di dalam kawasan Geopark.
Perekonomian berkelanjutan pada kawasan Geopark dikembangkan
melalui paket pariwisata seperti: geowisata, wisata bahari, ekowisata,
wisata petualangan, wisata budaya, wisata belanja, wisata kuliner, dan
wisata buatan manusia.
Situs geologi di kawasan Geoarea Nasional Ciletuh-Palabuhanratu
dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya adalah berupa :
8. Air terjun
9. Bentangalam
10. Batuan unik/estetik
11. Gua laut
12. Batuan langka dan fosil
13. Pantai
14. Geyser
Dengan adanya pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi pihak pemerintah dan swasta terlibat ke dalam
kemitraan. Dimana pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten
Sukabumi melakukan mitra dengan PT Biofarma dalam hal permodalan
untuk konservasi dan pemberdayaan masyarakat di kawasan Geopark
Ciletuh. Dan untuk pihak swasta yaitu pemilik hotel dan villa, serta
pengrajin olahan makanan lokal dan pengrajin Batik Pakidulan melakukan
kemitraan dengan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten
Sukabumi untuk mempromosikan usaha mereka ke dalam pameran, buku
panduan Geopark Ciletuh, dan melatih pengrajin olahan makanan melalui
pembinaan membuat produk kemasan mereka menjadi lebih menarik dan
memiliki nilai jual tinggi. Hal tersebut peneliti ketahui pada saat
melakukan wawancara langsung dengan para inforaman yang sudah
peneliti tentukan.
2. Pihak Pemerintah
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa
pemerintah dari Badan Pengelolaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi antara lain ketua harian dan pihak
Kordinator Bidang Sosialisasi, Promosi dan Jejaring Global dan dari
Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi antara lain
pihak kordinator Bidang Kerjasama Pendanaan Alternatif. Serta hasil
wawancara bersama 3 informan yang merupakan data primer yang
disajikan dalam bentuk selective coding berdasarkan tema penelitian
sebagai berikut :
Tabel 9
Selective coding Pemerintah
No Pertanyaan Selective Coding
Story Line Quotes
1 Apa tujuan
memerlukan
kemitraan ?
dari ke 3 responden, dapat
disimpulkan bahwa bagi
pemerintah kemitraan ini dapat
saling memberikan kekuatan
dalam fungsinya masing-
masing. Seperti pemerintah
dapat terbantu dalam segi
anggaran dari pihak swasta
atau perusahaan PT Biofarma
yang memang memberikan
anggaran untuk pemberdayaan
kemitraan mampu
memberikan hal yang positif,
berlaku dengan pemerintah
sehingga mendapatkan
kemudahan. Karena tidak
semua kegiatan dapat
dilakukan oleh satu pihak.
masyarakat di kawasan
Geopark Ciletuh.
2 Bagaimana
bentuk
kemitraan
yang dilakukan
?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa pemerintah
memberikan regulasi yaitu
peraturan,kebijakan dan
pembinaan kepada masing-
masing pengusaha baik dari
UKM atau perusahaan.
kemitraan bisa berupa
pembinaan yang dilakukan
antara pemerintah dengan
para UKM.
3 Dengan Siapa
melakukan
Kemitraannya?
8 responden mengatakan
bahwa mereka sebagai pemilik
usaha mengaku diberikan
pembinaan oleh pemerintah
DISKOPERINDAG seperti
pelatihan pengemasan produk,
pemasaran, pelatihan tour
guide.
kemitraan dilakukan dengan
para pihak yang memiliki
kemampuan untuk memiliki
sebuah usaha dan yang
mampu memberikan modal.
4 Apa manfaat
yang diperoleh
dari kemitraan
yang dilakukan
dalam
pengembangan
Geopark
Ciletuh
Pelabuhanratu
?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa pemerintah
merasakan manfaat menjalin
kemitraan dengan pihak swasta
atau pengusaha.
Kemitraan menjadi sarana
untuk mempermudah dalam
mencapai tujuan setiap pihak
yang terlibat.
5 Apakah ada
jangka waktu
yang
ditetapkan
dalam
kemitraannya?
dari pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang bermitra
dengan pihak swasta yaitu PT
Biofarma telah membuat
kesepakatan bermitra selama 5
tahun. Apabila dari pemerintah
Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan
DISKOPERINDAG Kabupaten
Sukabumi dengan pelaku UKM
sebanyak 11 reponden
mengatakan tidak ada jangka
waktu yang ditetapkan selama
ini.
Kemitraan harus dijalankan
berdasarkan komitmen agar
kegiatan berjalan secara
efektif dengan menemukan
pihak mitra yang terbaik
dengan membuat evaluasi
serta jangka waktu yang
ditentukan dan menjadikan
kemampuan yang mandiri.
6 Apa faktor
pendukung
selama
melakukan
kemitraan ?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa komitmen
menjadikan faktor mereka
dalam kemitraan.
Komitmen menjadikan
kemitraan dapat berjalan
efektif.
7 Apa faktor
penghambat
selama
melakukan
kemitraan ?
2 dari 3 responden dapat
disimpulkan bahwa mindset
orang yang sulit dirubah.
Komitmen dapat tidak
berhasil apabila salah satu
pihak tidak mengetahui
manfaat dari kemitraan
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan dari berbagai tema
yang telah ditentukan dalam bentuk kemitraan dan faktor pendukung serta
faktor penghambat dalam kemitraan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi.
i. Tujuan Kemitraan
Dengan adanya kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh,
tujuan pihak pemerintah memerlukan kemitraan karena mereka anggap
pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri karena keterbatasan
permodalan dan sumber daya manusia untuk mengembangkan
Geopark Ciletuh. Pemerintah mendapatkan bantuan permodalan dari
pihak swasta yaitu PT Biofarma untuk membantu dalam hal
pemberdayaan masyarakat, dan konservasi.
j. Bentuk Kemitraan Yang Dilakukan
Dalam kemitraan ini pemerintah sesuai dengan fungsinya yaitu
bentuk kemitraan yang dilakukan dengan swasta yaitu memberikan
aturan, kebijakan dan, pembinaan. Aturan yang pemerintah berikan
kepada swasta yaitu seperti harga jual produk harus disamakan antara
wisatawan lokal dan internasional. Kebijakan yang pemerintah berikan
berupa mengikutsertakan para pengusaha lokal untuk ikut menjadi
UKM yang dibina. Pembinaan yang pemerintah berikan berupa
pelatihan membuat kemasan untuk produk olahan lokal dan diberi
label Geopark Ciletuh.
k. Pihak Yang Bermitra
Dalam hal ini pemerintah melakukan kemitraan dengan pihak
swasta yang memiliki modal yaitu dengan PT Biofarma. Apabila
secara fungsi pemerintahnya yaitu memberikan aturan dan kebijakan,
pemerintah melakukan kemitraan dengan pihak pengusaha hotel, villa,
pengrajin batik, dan pengrajin olahan makanan untuk membina mereka
agar tertib dalam menerima wisatawan dan memberikan kebijakan
kepada para pengusaha tersebut untuk membina produk mereka.
l. Manfaat Kemitaan
Dalam hal ini, manfaat yang pemerintah peroleh dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu mempermudah dalam pengembangan
Geopark Ciletuh dari sisi permodalan. Disamping itu pula tujuan
geopark dimana harus mensejaterakan masyarakat dapat terpenuhi oleh
pemerintah dalam mengajak pelaku UKM untuk ikut dalam
pengembangan Geopark Ciletuh.
m. Jangka Waktu
Dalam hal ini, pemerintah dalam melakukan kemitraan dengan
swasta membuat kesepakatan di atas materai dengan PT Biofarma
selama 5 tahun terhitung dari tahun 2012. Apabila dengan pengusaha
hotel, villa, pengrajin Batik Pakidulan dan pengrajin produk olahan
lokal belum ada jangka waktu kemitraan yang ditetapkan.
n. Faktor Pendukung
Dalam hal ini, faktor pendukung pemerintah dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu komitmen bersama dalam
mengembangkan Geopark Ciletuh. Antusias dari pihak swasta yang
semangat dalam bantuan modal, ikut serta dalam menjual produk
lokal, dan pembinaan.
o. Faktor Penghambat
Dalam hal ini, faktor penghambat pemerintah dalam melakukan
kemitraan dengan swasta yaitu pemikiran orang mengenai wawasan
mengenai wawasan geopark. Dimana mereka masih belum mengetahui
tentang kawasan Geopark Ciletuh yang meliputi 8 kecamatan, peluang
mereka terhadap potensi yang mereka punya seperti mengolah produk
lokal yang bisa dijual kepada wisatawan Geopark Ciletuh.
3. Pihak Swasta
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa
pemerintah dari Badan Pengelolaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi
yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi antara lain ketua harian dan pihak
Kordinator Bidang Sosialisasi, Promosi dan Jejaring Global dan dari Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi antara lain pihak
kordinator Bidang Kerjasama Pendanaan Alternatif. Serta hasil wawancara
bersama 24 informan yang merupakan data primer yang disajikan dalam
bentuk selective coding berdasarkan tema penelitian sebagai berikut :
Dalam penelitian, peneliti menemukan dari data sekunder bahwa swasta
yang terlibat dalam pengembangan Geopark Ciletuh yaitu hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, dan pengrajin produk makanan lokal yang berada
di 8 kecamatan wilayah Geopark Ciletuh. Serta hasil wawancara bersama 24
informan yang merupakan data primer yang disajikan dalam bentuk selective
coding berdasarkan tema penelitian sebagai berikut :
Tabel 10
Selective Coding Swasta
No Pertanyaan Selective Coding
Story Line Quotes
1 Apa tujuan
memerlukan
kemitraan ?
Dari 18 responden
mengatakan tujuan bermitra
yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat.
kemitraan mampu
memberikan hal yang
positif, berlaku untuk
para pengusaha yang
bermitra dengan
pemerintah sehingga
dapat mensejaterakan
kehidupan
perekonomian mereka.
2 Bagaimana
bentuk
kemitraan yang
dilakukan ?
dari 14 responden
mengatakan mereka
memberikan usaha yang
mereka punya seperti produk
lokal, untuk dibina oleh
Dinas DISKOPERINDAG
dan Dinas Pariwisata
kemitraan bisa berupa
pembinaan yang
dilakukan antara
pemerintah dengan
para UKM.
3 Dengan Siapa 23 responden mengatakan kemitraan dilakukan
melakukan
Kemitraannya?
bahwa mereka sebagai
pemilik usaha mengaku
diberikan pembinaan oleh
pemerintah
DISKOPERINDAG seperti
pelatihan pengemasan
produk, pemasaran,
pelatihan tour guide.
dengan para pihak
yang memiliki
kemampuan untuk
memiliki sebuah usaha
dan yang mampu
memberikan modal.
4 Apa manfaat
yang diperoleh
dari kemitraan
yang dilakukan
dalam
pengembangan
Geopark
Ciletuh
Pelabuhanratu
?
17 responden mengatakan
bahwa manfaat dari
kemitraan tersebut dapat
meningkatkan pendapatan
perekonomian mereka.
Karena produk UKM yang
ada dapat dipasarkan oleh
Dinas Pariwisata melalui
pameran, dikemas dengan
lebih baik menjadikan
meningkatnya pembeli.
Kemitraan menjadi
sarana untuk
mempermudah dalam
mencapai tujuan setiap
pihak yang terlibat.
5 Apakah ada
jangka waktu
yang ditetapkan
dalam
kemitraannya?
dari pemerintah yaitu Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang bermitra
dengan pihak swasta yaitu
PT Biofarma telah membuat
kesepakatan bermitra selama
5 tahun. Apabila dari
pemerintah Dinas
Pariwisata Kabupaten
Sukabumi dan
DISKOPERINDAG
Kabupaten Sukabumi
dengan pelaku UKM
sebanyak 11 reponden
mengatakan tidak ada jangka
waktu yang ditetapkan
selama ini.
Kemitraan harus
dijalankan berdasarkan
komitmen agar
kegiatan berjalan
secara efektif dengan
menemukan pihak
mitra yang terbaik
dengan membuat
evaluasi serta jangka
waktu yang ditentukan
dan menjadikan
kemampuan yang
mandiri.
6 Apa faktor
pendukung
selama
melakukan
kemitraan ?
12 responden mengatakan
Dinas Pariwisata Kabupaten
Sukabumi yang telah
memberikan jalan untuk
mereka pelaku UKM agar
usahanya berjalan lancar.
Dengan Dinas Pariwisata
Komitmen menjadikan
kemitraan dapat
berjalan efektif.
menggaet
DISKOPERINDAG untuk
pembinaan para pelaku
UKM wilayah Geopark
Ciletuh memiliki produk
yang dikemas lebih baik, dan
di pasarkan.
7 Apa faktor
penghambat
selama
melakukan
kemitraan ?
dari 16 reponden
mengatakan bahwa belum
ada penghambat dalam
mereka bermitra dengan
pemerintah.
Dengan kemitraan
yang efektif
menjadikan kemitraan
tersebut berjalan
dengan sesuai.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan dari berbagai tema yang
telah ditentukan dalam bentuk kemitraan dan faktor pendukung serta faktor
penghambat dalam kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
h. Tujuan Kemitraan
Dalam hal ini, swasta yang melakukan kemitraan dengan pemerintah
dalam pengembangan Geopark Ciletuh memiliki tujuan yaitu untuk
mensejaterakan perekonomian mereka melalui pengembangan produk
olahan makanan mereka, belajar mengenai wawasan Geopark sehingga
dapat belajar bagaimana mengolah potensi yang ada menjadikan nilai
ekonomi tanpa merusak ekosistem dengan cara konservasi.
i. Bentuk Kemitraan Yang Dilakukan
Dalam hal ini, swasta yang memiliki UKM bentuk kemitraan yang
dilakukan dengan mengikuti pembinaan dari pemerintah Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi seperti pengemasan
produk menjadi lebih baik dan memberikan logo Geopark Ciletuh lalu,
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi mengikuti pelatihan tour guide
apabila wisatawan membutuhkan pemandu. Apabila swasta seperti pemilik
hotel, beberapa mampu memberikan diskon kepada tamu Geopark Ciletuh.
Dan swasra seperti PT Biofarma bentuk kemitraan yang dilakukan yaitu
memberikan permodalan untuk pemberdayaan masyarakat dan konservasi.
j. Pihak Yang Bermitra
Dalam hal ini, swasta yang memiliki hotel, villa dan usaha produk
makanan lokal, pengrajin Batik Pakidulan melakukan kemitraan dengan
pemerintah yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi dan Dinas
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi. Sedangkan swasta
PT Biofarma melakukan kemitraan dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Kabupaten Sukabumi, dan Kementrian Pariwisata.
k. Manfaat kemitraan
Dalam hal ini, swasta seperti pengrajin Batik Pakidulan, dan pemilik
usaha produk makanan lokal melakukan kemitraan dengan pemerintah
memperoleh manfaat yaitu meningkatkan perekonomian mereka dari
produk yang dipasarkan oleh pemerintah melalui pameran, dan dikemas
menjadi lebih baik menjadikan meningkatnya pembeli. Sedangkan untuk
swasta seperti pemilik hotel, villa, dan PT Biofarma memproleh manfaat
kemitraan yaitu dapat mempromosikan perusahaan mereka kepada banyak
orang, dan meningkatkan kepercayaan bagi perusahaan mereka.
l. Jangka waktu
Dalam hal ini swasta yaitu PT Biofarma yang hanya memiliki jangka
waktu kemitraan dengan pemerintah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
selama 5 tahun dalam MOU.
m. Faktor Pendukung Kemitraan
Dalam hal ini swasta yang melakukan kemitraan dengan pemerintah
memiliki faktor pendukung dalam menjalin kemitraan yaitu pemerintah
yang memberikan jalan untuk mereka pihak swasta ikut berkomitmen
dalam pengembangan Geopark Ciletuh.
n. Faktor Penghambat Kemitraan
Dalam hal ini sebagian besar swasta yang melakukan kemitraan
dengan pemerintah merasakan tidak memiliki faktor penghambat dalam
melakukan kemitraan, mereka melihat komitmen pemerintah dalam
pengembangan Geopark Ciletuh dimana mereka diikutsertakan.
C. Pembahasan
3. Pihak Pemerintah
Pembahasan ini membahas mengenai hasil wawancara hasil wawancara
dari 3 informan yang terlibat kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Peneliti akan membahas hasil analisis
dari bentuk kemitraan pihak yang mana yang merupakan bentuk pseudo
partnership atau kemitraan semu yaitu ada dua pihak atau lebih, dan dalam
kemitraannya salah satu pihak tidak mengerti tujuan yang dicapai. Mutualism
partnership atau kemitraan mutualistik yaitu ada dua pihak atau lebih, dan
kedua pihak lebih mengerti manfaat dan tujuan yang dicapai. Dan conjugation
partnership atau kemitraan konjugasi yaitu ada dua pihak atau lebih, dan
Organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki
kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat
melakukan kemitraan dalam model ini (Sulistiyani. 2004:130-131). Dan
kemudian peneliti akan membahas mengenai faktor pendukung dan
penghambat kemitraan pihak pemerintah.
Setelah membahas mengenai analisis, kemudian peneliti akan
membandingkan kondisi ideal yaitu berupa teori yang peneliti gunakan berupa
bentuk kemitraan yang terbentuk menurut Sulistiyani (2004:130-131) yang
akan dibandingkan dengan kondisi aktual pemerintah yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten
Sukabumi.
e. Pseudo partnership atau kemitraan semu
2) Ada dua pihak atau lebih dan dalam kemitraannya salah satu pihak
tidak mengerti tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti tidak menemukan bahwa dari
ketiga informan yang memiliki jawaban tersebut. Dikarenakan
menurut pemerintah, mereka dan pihak yang dilibatkan sama-sama
mengetahui manfaat dari kemitraan yang dilakukannya. (Sulistiyani.
2004:130) Kemitraan semu adalah merupakan sebuah persekutuan yan
terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak sesungguhnya
melakukan kerjasam secara seimbang satu dengan lainnya. Bahkan
pada suatu pihak belum tentu memahami secara benar akan makna
sebuah persekutuan yang dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua
dilakukan serta disepakati. Ada suatu yang unik dalam kemitraan
semacam ini, bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-sama merasa
penting utnuk melakukan kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang
bermitra belum tentu memahami substansi yang diperjuangkan dan
manfaatnya apa.
f. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik
2) Ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat
dan tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, bahwa dari 3 informan yang peneliti
wawancara, peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban
yang sama yaitu dalam menjalin kemitraan pemerintah merasakan
manfaat. Manfaat yang mereka rasakan yaitu mempermudah dalam
pengembangan Geopark Ciletuh dari sisi permodalan. Disamping itu
pula tujuan geopark dimana harus mensejaterakan masyarakat dapat
terpenuhi oleh pemerintah dalam mengajak pelaku UKM untuk ikut
dalam pengembangan Geopark Ciletuh. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau
kebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan, yaitu akan dapat mencapai tuuan secara lebih optimal.
Berangkat dari pemahaman akan nilai pentingnya melakukan
kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki status sama
atau berbda, melakukan kerjasam. Manfaat saling silang antara pihak-
pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan
masing-masing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus
saling menunjang satu dengan lain. Pemikiran kemitraan demikian ini
diadopsi dari pola simbiosis mutualisme yang terjadi antara kerbau dan
burung dalam kehidupan binatang.
g. Conjugation Partnership atau kemitraan konjugasi
2) Ada dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-
kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan
kemitraan dalam model ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat khususnya pihak
mitra yang dilibatkan, bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara,
peneliti menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama
yaitu pihak mitra yang dilibatkan yaitu pengusaha hotel, villa,
pengrajin Batik Pakidulan, pengrajin olahan makanan lokal di 8
kecamatan kawasan Geopark Ciletuh, dan PT Biofarma. kemudian 1
dari 3 informan mengatkan bahwa dalam mitranya mengikut sertakan
orang ahli dari ITB (Institute Teknologi Bandung) dan API (Asosiasi
Pemandu Usaha Indonesia) untuk ikut membina para pengusaha UKM.
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
3 informan khususnya organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau
perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau
mencapai tujuan organisasi yang peneliti wawancara, peneliti
menemukan 2 informan yang memiliki jawaban yang sama yaitu
pemerintah membutuhkan pihak swasta untuk dimitrakan karena,
pemerintah tidak mungkin berjalan sendiri dalam pengembangan
Geopark Ciletuh karena keterbatasan dalam hal permodalan dan
sumber daya manusia. Maka dari itu, pemerintah melakukan kemitraan
dengan pihak swasta. (Sulistiyani, 2004:131) Kemitraan konjugasi
adalah kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan “paramecium”.
Dua paramecium melakukan konjugasi untuk mendapatkan
pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut maka organisasi, agen-
agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan
di dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat
melakukan kemitraan dengan model ini. Dua pihak atau lebih dapat
melakukan konjugasi dalam rangka meningkatkan kemampuan
masing-masing.
h. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 3
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan, bahwa dari 1
informan mengatakan komitmen bersama dalam mengembangkan
Geopark Ciletuh. Antusias dari pihak swasta yang semangat dalam
bantuan modal, ikut serta dalam menjual produk lokal, dan pembinaan.
p. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara wawancara yang dilakukan peneliti
dengan 3 informan khususnya faktor penghambat dalam kemitraan,
bahwa dari 3 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan
2 informan yang memiliki jawaban yang sama yaitu pemikiran orang
mengenai wawasan mengenai wawasan geopark. Dimana mereka
masih belum mengetahui tentang kawasan Geopark Ciletuh yang
meliputi 8 kecamatan, peluang mereka terhadap potensi yang mereka
punya seperti mengolah produk lokal yang bisa dijual kepada
wisatawan Geopark Ciletuh.
4. Pihak Swasta
Pembahasan ini membahas mengenai hasil wawancara hasil wawancara
dari 24 informan swasta yang terlibat kemitraan dalam pengembangan
Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Peneliti akan
membahas hasil analisis dari bentuk kemitraan pihak yang mana yang
merupakan bentuk pseudo partnership atau kemitraan semu yaitu ada dua
pihak atau lebih, dan dalam kemitraannya salah satu pihak tidak mengerti
tujuan yang dicapai. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik yaitu
ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat dan tujuan
yang dicapai. Dan conjugation partnership atau kemitraan konjugasi yaitu ada
dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau
perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai
tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan dalam model ini (Sulistiyani.
2004:131). Dan kemudian peneliti akan membahas mengenai faktor
pendukung dan penghambat kemitraan pihak swasta.
Setelah membahas mengenai analisis, kemudian peneliti akan
membandingkan kondisi ideal yaitu berupa teori yang peneliti gunakan berupa
bentuk kemitraan yang terbentuk menurut Sulistiyani (2004:130-131) yang
akan dibandingkan dengan kondisi aktual pemerintah yaitu Dinas Pariwisata
Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perdagangan Dan Perindustrian Kabupaten
Sukabumi.
f. Pseudo partnership atau kemitraan semu
2) Ada dua pihak atau lebih dan dalam kemitraannya salah satu pihak
tidak mengerti tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia)
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti tidak menemukan jawaban
mengenai hal tersebut. (Sulistiyani. 2004:130) Kemitraan semu adalah
merupakan sebuah persekutuan yan terjadi antara dua pihak atau
lebih, namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasam secara
seimbang satu dengan lainnya. Bahkan pada suatu pihak belum tentu
memahami secara benar akan makna sebuah persekutuan yang
dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua dilakukan serta disepakati.
Ada suatu yang unik dalam kemitraan semacam ini, bahwa kedua
belah pihak atau lebih sama-sama merasa penting utnuk melakukan
kerjasama, akan tetapi pihak-pihak yang bermitra belum tentu
memahami substansi yang diperjuangkan dan manfaatnya apa.
g. Mutualism partnership atau kemitraan mutualistik
2) Ada dua pihak atau lebih, dan kedua pihak lebih mengerti manfaat
dan tujuan yang dicapai.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia).
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya dalam kemitraannya salah satu pihak tidak
mengerti tujuan yang dicapai, peneliti menemukan 18 informan dari 24
yang memiliki jawaban yang sama yaitu untuk mensejahterakan
masyarakat melalui pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah.
Kemudian 3 informan dari 24 mengatakan bahwa tujuan kemitraan
yaitu meningkatkan jumlah tamu untuk datang ke hotel dan villa
mereka. Dan 1 informan dari 24 mengatakan tujuan melakukan
kemitraan yaitu agar perusahaan bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya kedua pihak mengerti manfaat kemitraan,
peneliti menemukan 17 informan dari 24 mengatakan dapat
meningkatkan pendapatan mereka. Dan 5 dari 24 informan
mengatakan dapat meningkatkan jumlah tamu yang datang. Kemudian,
2 dari 24 informan mengatakan untuk memperomosikan perusahaan
dan meningkatkan kepercayaan dari luar. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau
kebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan
kemitraan, yaitu akan dapat mencapai tujuan secara lebih optimal.
Berangkat dari pemahaman akan nilai pentingnya melakukan
kemitraan, dua agen/organisasi atau lebih yang memiliki status sama
atau berbda, melakukan kerjasama. Manfaat saling silang antara pihak-
pihak yang bekerjasama dapat diperoleh, sehingga memudahkan
masing-masing dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus
saling menunjang satu dengan lain. Pemikiran kemitraan demikian ini
diadopsi dari pola simbiosis mutualisme yang terjadi antara kerbau dan
burung dalam kehidupan binatang.
h. Conjugation Partnership atau kemitraan konjugasi
2) Ada dua pihak atau lebih, dan Organisasi, agen-agen, kelompok-
kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam
melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan
kemitraan dalam model ini
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan yang terkait dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Kabupaten Sukabumi khususnya pihak mitra yang dilibatkan, bahwa
dari 24 informan yang peneliti wawancara, peneliti menemukan 21
informan memiliki jawaban yang sama yaitu pihak mitra yang
dilibatkan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Jawa Barat,
dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi.
Kemudian 2 dari 24 informan mengatakan mitra yang dilibatkan yaitu
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 1 dari 24 informan mengatakan
mitra yang dilibatkan yaitu PHRI (Perhimpunan Hotel Dan Restoran
Indonesia).
Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
24 informan khususnya organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok
atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha
atau mencapai tujuan organisasi yang peneliti wawancara, peneliti
tidak menemukan jawaban mengenai hal ini. (Sulistiyani, 2004:131)
Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang dianalogikan dari
kehidupan “paramecium”. Dua paramecium melakukan konjugasi
untuk mendapatkan pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut
maka organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan
yang memiliki kelemahan di dalam melakukan usaha atau mencapai
tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan dengan model ini. Dua
pihak atau lebih dapat melakukan konjugasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan masing-masing.
i. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan, peneliti
menemukan 12 informan mengatakan jawaban yang sama yaitu faktor
pendukung dalam kemitraan adalah pemerintah sendiri yang
mengikutsertakan mereka ke dalam pengembangan Geopark Ciletuh
Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi seperti pembinaan pengemasan
produk olahan makanan lokal, dan pemasaran produk mereka.
j. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 24
informan khususnya faktor pendukung dalam kemitraan. Peneliti
menemukan 16 informan mengatakan jawaban yang sama yaitu tidak ada
faktor penghambat dalam kemitraan. Kemudian 2 informan dari 24
mengatakan dalam melihat masyarakat yang masih minim memiliki
wawasan mengenai Geopark sehingga membutuhkan perhatian yang lebih
dalam memberdayakan masyarakat. Lalu, 2 informan dari 24 mengatakan
kurangnya permodalan yang mereka punya. Dan terakhir, 2 informan dari
24 mengatakan bahwa lokasi usaha mereka yang cukup jauh dari lokasi
yang banyak wisatawan, sehingga menyulitkan mereka dalam menjangkau
potensi para pembeli produk mereka.
Conjugation Partnership atau kemitraan konjugasi, bahwa dalam
penelitian stakeholder pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten
Sukabumi dalam hal ini yaitu pemerintah Kabupaten Sukabumi
merupakan conjugation partnership atau kemitraan konjugasi. Karena,
pemerintah merasakan perlu adanya pihak dari swasta dalam membantu
pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dijelaskan oleh peneliti mengenai
bentuk kemitraan dalam pengembangan Geopark Ciletuh Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi yang terjalin serta faktor pendukung dan faktor
penghambat dapat diberikan saran sesuai dengan kondisi yang terjadi yang
bertujuan untuk lebih mengembangkan kemitraan Geopark Ciletuh serta
meminimalisir faktor penghambat bagi pemerintah dan pihak swasta.
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu saran yang diberikan terhadap
pihak yang bermitra serta saran yang diberikan terhadap penelitian selanjutnya
yang akan melakukan penelitian di kawasan Geopark Ciletuh. Karena
kemitraan yang terjalin sudah baik, diharapkan kedepannya semakin
ditingkatkan hubungan antara pemerintah dan swasta yang terlibat dalam
pengembangan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi.
Sedangkan saran yang diberikan terhadap penelitian selanjutnya adalah
untuk melanjutkan penelitian guna mengembangkan potensi-potensi wisata
yang telah dikembangkan di Kawasan Geopark Ciletuh sehingga berguna bagi
pihak pemerintah dan swasta yang terlibat.