perubssahan gambaran ekg lo

6
Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA) Sindrom koroner akut (SKA) merupakan spektrum klinis yang mencakup angina tidak stabil, infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI), dan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) Gelombang QRS Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal : Lebar 0.06 –0.12 detik Tinggi tergantung lead Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal :

Upload: mahidin

Post on 30-Jan-2016

238 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ss

TRANSCRIPT

Page 1: Perubssahan Gambaran EKG Lo

Perubahan Gambaran EKGpada Sindrom Koroner Akut (SKA)Sindrom koroner akut (SKA) merupakanspektrum klinis yang mencakup angina tidakstabil, infark miokard akut tanpa elevasisegmen ST (NSTEMI), dan infark miokard akutdengan elevasi segmen ST (STEMI)

Gelombang QRS

Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal :Lebar 0.06 –0.12 detikTinggi tergantung lead

Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal :Lebar kurang dari 0.04 detikTinggi / dalamnya kurang dari 1/3 tinggi RGelombang R adalah defleksi positif pertama gelombang QRS. Geombang R umumnya

Page 2: Perubssahan Gambaran EKG Lo

positif di lead II, V5 dan V6. Di lead aVR , V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali

2.2 Patofisiologi elevasi segmen ST 2.2.1 Perubahan arus listrik pada fase diastolik Segmen ST normal adalah isoelektris, dimana selama fase repolarisasi dini membawa potensial membran yang sama dan berhubungan dengan fase plateau dari potensial aksi. Perubahan pada segmen ST akibat iskemik miokardial disebabkan oleh aliran arus listrik yang abnormal antara perbatasan zona normal dan iskemik (Goldman dkk, 1984; Barnhill JE, 1989; Hurst, 2001). Selama fase diastolik, listrikotot miokard akan terdepolarisasi sebagian atau komplit yang menyebabkan terbawanya suatu ekstraselulet yang relatif negatif terhadap otot terepolarisasi. Oleh karena itu, selama fase diastolik ini akan terjadi aliran listrik antara miokardial iskemik yang terdepolarisasi sebagian atau lengkap, dan biasanya repolarisasi tidak merusak otot miokard (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001). Vektor arus listrik yang mengalami iskemik menjauh dari area iskemik yang relatif lebih negatif dan menuju ke arah potensial aksi positif pada otot miokard normal. Hal ini menyebabkan sadapan dari area yang sangat iskemik akan merekam defleksi negatif selama fase diastol yang meghasilkan depresi segmen TQ (mulai dari akhir gelombang T sampai awal gelombang Q). Segmen TQ yang mengalami depresi ini akan menghasilkan bentuk gelombang yang mengalami elevasi pada segmen ST. Hal ini dikarenakan alat EKG dalam penggunaan klinik memakai arus listrik AC negatif dan bergandengan dengan pengganda (amplifier) yang secara otomatis mengkompensasi terhadap perubahan negatif pada segmen TQ dengan membawa alat pencatat kembali ke garis dasar (isoelektrik). Proses ini akan menyebabkan segmen ST akan naik ke atas dan mengalami elevasi ST (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001). 2.2.2 Perubahan arus listrik pada fase sistolik Perubahan arus listrik akibat iskemik akut pada sistolik ini didasari pada asumsi bahwa otot miokardium yang mengalami iskemik merupakan area yang tidak mampu terdepolarisasi secara penuh selama fase sistolik (electrical systole). Otot yang membawa muatan positif pada membrannya relatif menyebabkan proses depolarisasi otot secara normal (area non-iskemik). Perbedaan potensi listrik ini akan menghasilkan aliran arus listrik (systolic current of injury) di antara otot yang tidak mengalami iskemik dan yang relatif iskemik akan lebih positif, sehingga penempatan elektroda pada area yang iskemik ini akan menghasilkan rekaman arus listrik yang deflesi positif pada EKG (upward) (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001).

Page 3: Perubssahan Gambaran EKG Lo

Percepatan repolarisasi dari miokardial yang mengalami infark secara akut secara relatif merupakan suatu fenomena antara (transient). Waktu repolarisasi iskemik yang relatif lama, secara karakteristik akan meningkat pada daerah infark.

Proses potensial aksi yang memanjang ini akan terlihat selama fase kronik atau subakut dari injury otot miokardial, yang berhubungan dengan munculnya gelombang T terbalik. Proses repolarisasi dini dari sel-sel yang mengalami iskemik secara akut ini akan menyebabkan perbedaan listrik antara sel normal dan infark selama fase akhir dari electrical systole. Hal ini menyebabkan vektor arus listrik injury akan diarahkan menuju yang relatif positif, zona iskemik terepolarisasi secara dini pada waktu segmen ST dan gelombang T digores. Perpindahan vektor ST-T ini menuju zona iskemik membantu menerangkan munculnya morfologi elevasi ST yang upsloping dan tinggi, gelombang T hiperakut selama fase paling awal dari infark. Kontribusi relatif dari arus listrik injury diastolik dan sistolik terhadap elevasi segmen ST tidak pasti. (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001). 2.2.3 Elevasi pada segmen ST Pada keadaan istirahat, sel-sel miokardial mempunyai potensial transmembran sekitar -90 mV, dengan bagian dalam sel relatif negatif dari luar sel. Potensial transmembran istirahat yang negatif ini merupakan akibat langsung dari gradien konsentrasi dari potasium (rasio intraseluler dan ekstraseluler adalah 30 : 1) dan adanya gradien konsentrasi dari sodium (rasio intaseluler dan ekstraseluler adalah 1:10). Proses depolarisasi terjadi akibat konsentrasi potasium ekstraseluler meningkat atau konsentrasi intraseluler sodium meningkat. Hal ini telah diobservasi secara eksperimental dimana perfusi dari otot jantung dengan larutan yang cenderung membran menjadi hipopolarisasi (larutan potasium tinggi atau rendah sodium), mengakibatkan elevasi segmen ST. Sebaliknya kalau perfusi miokardial dengan larutan yang meningkatkan potensial membran istirahat (larutan-larutan hiperpolarisasi) dihubungkan dengan depresi segmen ST (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001). Besarnya elevasi segmen ST (amplitudo) yang direkam pada berbagai sadapan elektrokardiografi merupakan fungsi dari dua variabel primer yaitu sudut pandang (solid angle) antara elektoda yang merekam dengan batas dari zona iskemik serta gradien voltase antara regio normal dan infark. Berdasarkan teori ini, hubungangeometri antara elektroda yang terekam dan area iskemik adalah determinan mayor dari derajat elevasi ST. Jika sudut padang (solid angle) yang terbentuk lebih besar maka akan lebih besar juga amplitudo pada elevasi segmen ST (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001). Berdasarkan perbedaan gradient voltase, elevasi segmen ST merupakan hasil dari pembentukan arus listrik injury oleh gradien voltase antara area iskemik dan normal selama fase diastolik dan sistolik. Makin besar perbedaan potensial membran ini maka akan lebih besar pula elevasi segmen ST yang terekam pada elektrokardiografi. Oleh karena beberapa faktor yang meningkatkan gradien voltase antara zona normal dan iskemik akan meningkatkan jumlah elevasi ST. Karena kompleksnya determinan tersebut, maka besarnya elevasi absolut segmen ST tidak boleh dipakai sebagai indikator yang dapat dipercaya dari ukuran infark. Elevasi segmen ST yang khas pada fase akut infark miokard dapat disimpulkan sebagai hasil kombinasi efek dari pergeseran TQ primer, yang berkorelasi dengan penurunan primer dari potensial membran istirahat, dan perpindahan positif primer dari segmen ST, sebagai akibat percepatan paradoksal atau repolarisasi dini dari miokardial yang mengalami iskemik akut (Goldman dkk, 1984; Hurst, 2001).

Page 4: Perubssahan Gambaran EKG Lo

2.3.2. Konfigurasi Elektrokardiogram

Gambar 2.2. Konfigurasi Elektrokardiogram dengan Gelombang, Segmendan IntervalSumber : www.merckmanuals.comGelombang P : gelombang pertama kali terlihat. Terjadi defleksi positifakibat depolarsasi atrium.Interval P-R : waktu antara permulaan gelombang P dengan awal kompleksQRS. Menunjukkan waktu terjadinya penjalaran gelombangdepolarisasi dari atrium ke ventrikel.Segmen P-R : dibentuk dari akhir gelombang P sampai dengan awalkompleks QRS dan merupakan penentu garis isoelektrisGelombang Q : defleksi negatif pertama yang terlihat. Gelombang Q tidakselalu nampak, bergantung letak pencatatan dan sifat ototventrikelGelombang R : defleksi positif pertama pada depolarisasi ventrikelGelombang S : defleksi negatif pertama setelah defleksi positif (R) padadepolarisasi ventrikelKompleks QRS : menunjukkan depolarisasi ventrikel (dan kontraksi)Gelombang T : defleksi akibat repolarisasi ventrikelGelombang U : defleksi setelah gelombang T sebelum gelombang P;menunjukkan repolarisasi serabut purkinjeInterval QRS : waktu depolarisasi ventrikel, diukur dari awal gelombang Q(atau R bila Q tidak ada) samapi akhir gelombang S.

Interval Q-T : waktu depolarisasi dan repolarisasi ventrikel; diukur dariawal gelombang Q sampai akhir gelombang TSegmen S-T : jarak antara akhir dari gelombang S dan awal darigelombang T; menunjukkan waktu anatara depolarisasiventrikel dan awal dari repolarisasi ventrikel (Putra et.al.,1994; Jones, 2005)