perubahan pola mata pencaharian masyarakat desa ketindan, kecamatan lawang, kabupaten malang sebagai...
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Sering dikatakan bahwa masyarakat desa di Indonesia
adalah masyarakat yang statis dan tidak maju. Pernyataan demikian
biasanya didasarkan atas pandangan sepintas lalu yang tidak diteliti
lebih dalam, karena tidak ada suatu masyarakat yang mandek sama
sekali dalam perkembangannya sepanjang masa. Perubahan yang
menarik untuk dibahas adalah perubahan sosial budaya pada
individu atau masyarakat.
Kebudayaan menurut Suparlan (2003:129) merupakan
seperangkat sistem adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai
oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat model pengetahuan yang secara selektif digunakan
untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi
dan untuk mendorong serta menciptakan tindakan-tindakan yang
diperlukannya.
Perkembangan alam lingkungan tidaklah statis, namun
cenderung lebih dinamis. Maka dari itu kebudayaan yang
merupakan seperangkat sistem pengetahuan tentang adaptasi
dengan alam akan ikut bergerak dinamis mengikuti perkembangan
By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos. and Friends
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural Themes
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
2
alam lingkungan yang lebih kita kenal dengan istilah perubahan
sosial budaya.
Perubahan-perubahan pada bentuk dan pola individu atau
masyarakat inilah yang sangat menarik untuk kita pahami lebih
lanjut, karena setiap perubahan memiliki efek dan makna yang
berbeda-beda. Perubahan sosial budaya yang ada dalam
masyarakat melewati tiga tahapan penting, yaitu perubahan dalam
tataran individu, tataran masyarakat dan tataran kebudayaan.
Masing-masing tataran memiliki baberapa variabel yang
mempengaruhi ataupun yang terpengaruh.
Perubahan sosial budaya bisa terjadi akibat perubahan
secara ekonomi yang dialami oleh suatu masyarakat atau individu.
Perubahan ekonomi menyebabkan tingkat kesejahteraan seseorang
berubah dan juga seseorang bisa memperoleh sesuatu yang
diinginkan. Tingkat pemenuhan kebutuhan manusia dan tingkat
kesejahteraan kehidupan materialnya ditentukan oleh oleh tingkat
teknologi dan eKonomi, namun hal tersebut tidak terlepas dari
unsur-unsur budaya yang ada, aspek-aspek biologi dan emosi
manusia yang bersangkutan dan juga kualitas dan kuantitas sumber
daya energi yang tersedia dan ada dalam lingkungan.
Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut salah satu
aspek penting yang sering dilupakan oleh kebanyakan masyarakat
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
3
adalah aspek tradisi dan kebudayaan setempat. Pentingnya apek
sosial ini karena manusia adalah makhluk sosial yang hampir
sebagian besar kegiatan pemenuhan kebutuhan dicapai melalui
kehidupan sosial budaya.
Masyarakat terpacu untuk melakukan inovasi yang berbeda
antara satu orang dalam suatu masyarakat.seperti yang dikatakan
oleh Suparlan (2003.133):
Usaha-usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang dilakukan
oleh para warga suatu masyarakat tidak selamanya dalam
melaksanakannya dilakukan secara seragam atau tanpa
variasi-variasi. Pengecualian-pengeculaian atau penyimpangan-
penympangan secara individual dari pedoman yang berlaku
umum sesuai dengan tradisi-tradisi yang berlaku setempat
selalu terjadi. Hal ini disebabkan karena variasi-variasi dalam
hal pengetahuan kebudayaan yang dipunyai oleh masing-
masing individu.
Penelitian yang kami laksanakan di desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang kali ini terfokus pada strategi adaptasi
ekonomi yang dilakukan masyarakat setempat sebagai akibat
dibangunnya kawasan agrowisata kebun teh di desa Wonosari.
Desa Ketindan tepat berada di Main road menuju ke kawasan
agrowisata kebun teh wonosari, sehingga beberapa aspek
kehidupan masyarakat ikut terpengaruh.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
4
Bila kita menganut teori Opler dalam Suparlan (2003:136)
mengenai cultural themes, maka kita bisa memasukkan desa
Ketindan dalam tema kebudayaan dsa pertanian Jawa, dan
dengan melihat dari sudut pandang tersebut serta
membandingkannya dengan keadaan sekarang, tentunya akan
kelihatan bahwa terjadi suatu perubahan sosial budaya yang
gradual di kalangan masyarakat desa Ketindan.
Kami melihat pengaruh virus N ach (Need for Achievements)
di kalangan masyarakat desa ketindan membawa mereka jeli
dalam melihat kesempatan dan mempergunakan kesempatan
tersebut dengan berinovasi dan baradaptasi demi kelangsungan
hidup mereka.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan kami diatas, terdapat beberapa
pertanyaan penelitian:
1. Bagaimanakah bentuk strategi adaptasi ekonomi
masyarakat desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang terhadap adanya kawasan agrowisata kebun teh
Wonosari?
2. bagaimanakah bentuk perubahan sosial budaya yang
muncul bila ditilik dari cultural themes yang dimiliki oleh
masyarakat setempat?
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
5
I.3 Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan bagaimana bentuk strategi adaptasi ekonomi
masyarakat desa Ketinadan, Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang terhadap adanya kawasan agrowisata
kebun teh Wonosari
2. Menganalisa dan mendeskripsikan bentuk perubahan sosial
budaya yang muncul bila ditilik dari cultural themes yang
dimiliki oleh masyarakat setempat?
I.4 Kerangka Teori
Setiap masyarakat semasa hidupnya pasti mengalami
perubahan-perubahan. Bagi seseorang yang sempat meneliti
susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
itu dalam waktu lampau akan tampak perubahan-perubahan yang
terjadi di dalamnya (Yuliati & Poernomo:2003). Dalam teori
mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat sering
dipersoalkan perbedaan antara perubahan sosial (social changes)
dan perubahan kebudayaan (cultural changes). Perbedaan
tersebut akan sangat bergantung pada perbedaan definisi antara
pengertian kebudayaan dan masyarakat. Apabila perbedaan
definisi itu dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
6
sendirinya perbedaan antar perubahan kemasyarakatan dengan
budaya dapat diterangkan dengan jelas.
Akan tetapi oleh karena tidak ada masyarakat yang
mempunyai kebudayaan, dan sebaliknya tidak mungkin ada
kebudayaan yang menjelma dalam suatu masyarakat, maka
sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari acapkali tidak mudah
menentukan dimana letak pemisah antara masyarakat dan
kebudayaan. Menurut Selo Sumarjan (1964) biasanya diantara
kedua gejala tersebut dapat ditemukan hubugan timbal balik
sebagai sebab akibat (causal relationship).
Suparlan (2003:136) menulis bahwa pada dasarnya
perubahan kebudayaan itu berupa suatu modifikasi yang terjadi
pada perangkat-perangkat ide dan yang disetujui secara sosial
oleh para warga mesyarakat yang bersangkutan, perubahan
kebudayaan tersebut dapat terjadi pada isi struktur ataupun pada
konfigurasi dan cara-cara hidup tertentu. Sebuah kebudayaan
dapat juga berubah karena adabya unsur-unsur kebudayaan dari
luar yang diterima (difusi) seperti misal migrasi, peperangan,
penjajahan, adopsi teknologi dan ekonomi baru. Perubahan sosial
budaya juga bisa tejadi karena adanya inovasi yang berasal dari
dalam lingkungan pendukung kebudayaan itu sendiri.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
7
Koentjaraningrat (1984:195) menuliskan bahwa kebudayaan
memiliki tujuh unsur universal, yaitu: religi, bahasa, kesenian,
sistem teknologi, ilmu pengetahuan, organisasi sosial, mata
pencaharian. Ketujuh unsur tersebut penting dalam hal penentuan
tingkat kebutuhan manusia, namun Suparlan (2003: 131)
mengatakan bahwa diantara ketujuh unsur universal kebudayaan
tersebut, terdapat dua unsur terpenting dalam menentukan tingkat
pemenuhan kebutuhan dan kehidupan material manusia, yaitu
teknologi dan ekonomi.
Unsur ekonomi tentu saja tidak bisa terlepas dari mata
pencaharian individu atau kelompok. Masyarakat yang berekonomi
maju tentu bisa membeli apa yang dia inginkan, dan hal tersebut
bisa merubah budaya personal atau kelompok masyarakat. Fortes
menulis bahwa kebudayaan seseorang bisa ditransmisikan kepada
individu lain dalam tiga tahapan, yaitu tahapan imitasi, tahapan
identifikasi dan tahapan sosialisasi.
Dengan menggunakan paradigma Fortes, maka kita dapat
melihat bahwa perubahan budaya yang menjangkiti individu atau
kelompok dapat dipindahkan kepada individu atau kalompok lain
bahkan bisa ke arah cakupan yang lebih besar. Seperti misalkan
seseorang yang kaya di desanya membeli sebuah televisi atau
radio, sehingga dia bisa melihat hal-hal baru yang belum pernah
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
8
mereka lihat sebelumnya. Setelah melihat individu tersebut
melakukan imitasi terhadap apa yang dilihatnya di televisi. Setelah
tahap imitasi, individu melakukan tahapan identifikasi dengan
mendalami betul apa yang ditirunya. Tahap terakhir adalah tahap
sosialisasi, dimana individu tersebut menyebarkannya ke anggota
masyarakat lain.
Maka dari itu kita tidak bisa melupakan peran perilaku
individu dan aspek psikologisnya. Geertz dalam sebuah buku
karangan Robert L. Bee berjudul Patterns And Processes
menuliskan bahwa perilaku manusia adalah data kasar dalam
sebuah penelitian sosial, dimana bersangkutan dengan tiga aspek
yaitu aspek struktur sosial, aspek kebudayaan dan aspek
psikologis yang ketiganya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Jika perubahan sosial tersebut dimulai dari perubahan
ekonomi, maka perlu kita lihat faktor apa saja yang membuat
masyarakatnya bergerak untuk memperbaiki kondisi perekonomian
mereka. Kami melihat pengaruh adanya jalan utama menuju ke
arah kawasan kabun teh Wonosari yang melewati desa Ketindan
sangatlah besar bagi pembangunan toko-toko, atau pembukaan
lahan pekerjaan bagi masyarakat sakitarnya.
Menurut Mclelland dalam Weiner (1986:5) terdapat suatu
virus mental dimana menyebabkan individu atau masyarakat
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
9
bekerja lebih giat dari biasanya guna memahami dorongan
modernisasi dan kebutuhan hidup. Virus mental ini disebut dengan
virus N Ach (Need For Achievments). Masyarakat yang jeli melihat
peluang kerja dengan adanya pembangunan kawasan agrowisata
wonosari, akan sangat terbantu bila di dalam pikiran mereka sudah
dijangkiti virus mental tersebut. N ach akan membantu masyarakat
inovatif dan revolusioner dimanapun mereka berada.
Kejelian melihat kesempatan yang ada di depan mata juga
merupakan suatu bagian dari sebuah proses pembelajaran
seseorang. Malinowski menuliskan bahwa dalam manusia dalam
bertindak selalu diawali dengan adanya stimulus atau rangsangan,
lalu muncullah drive dimana terdapat suatu dorongan kuat dalam
diri manusia untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan
tersebut. Setelah drive, barulah muncul response yang berupa
suatu tindakan nyata akibat dari stimulus dan drive.
Karena itu, masyarakat yang jeli melihat peluang
dibangunnya kawasan agrowisata kebun teh Wonosari dijadikan
suatu stimulus, dengan begitu muncullah drive sebagai dorongan
dalam diri, dan akhirnya muncullah response sebagai tindakan
nyata semisal dengan membuka usaha baru.
Perubahan yang cultural themes yang kami amati berawal
dari bentuk awal desa Ketindan masa lalu yang terkonfigurasikan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
10
pada desa pertanian Jawa, karena pada zaman dahulu sawah dan
petani mendominasi bidang pekerjaan masyarakat (bisa dilihat dari
monografi tahun 2002 sampai 2006, jumlah petani dan lahan
sawah yang tadinya mendominasi pada tahun 2002 mulai
mengalami penyusutan pada tahun-tahun berikutnya).
Menurut Paul Landis (1948: 123-131) masyarakat desa
mempunyai kecenderungan psikologis sikap konservatisme dimana
sifat ini dilihat dari penghidupan pokok mereka yaitu bidang
pertanian dengan resiko alam yang terlalu besar. Hal ini juga
menyebabkan pertanian menjadi sektor yang sangat populer di
pedesaan, namun karena sifat fatalis yang ada di dalam diri
masyarakat pedesaan maka terdapatlah suatu fenomena
subsistence living1 dalam komunitas petani desa. Menurut Yuliati &
Poernomo (2003:59) subsistence living adalah akar dari kemiskinan
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dipilih
untuk mendeskripsikan secara mendalam fenomena perubahan
sosial budaya masyarakat. Metode ini diharapkan temuan-temuan
data lapangan dapat dideskripsikan dan dianalisis lebih dalam,
lebih jelas dan lebih akurat. Salah satu pendekatan dari metode
1 Subsistence Living adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan bahwa hidup seorang petani desa tergantung pada apa yang didapat hari itu juga dan dihabiskan hari tiu juga,. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang besok akan dimakan karena hal tersebut adalah urusan esok hari dan terserah pada Tuhan akan memberikan apa.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
11
kualitatif yang tepat digunakan pada penelitian ini adalah
etnometodologi
Dengan menggunakan pendekatan ini, lebih banyak
dipelajari suatu fenomena dengan pendukung proses perubahan
sosial budaya tersebut, sehingga peneliti dapat memahami dan
mendeskripsikannya. Salah satu antropolog kenamaan Clifford
Geertz mendorong para ilmuwan sosial agar mementingkan sisi
pandang yang diteliti. Itu sebabnya antropologi memerlukan
pendekatan yang mampu menghasilkan gambaran yang sangat
kental atau padat dan terinci. Dalam hal ini dapat dikategorikan pula
sebagai penelitian eksplorasi yang bersifat emik.
1.5.1 Lokasi penelitian
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive atau
sengaja. Penelitian ini dilakukan di desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten malang.
1.5.2 Teknik penentuan informan
Informan adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan
mendalam mengenai masalah perubahan sosial budaya
masyarakat, sehingga ikut memberikan informasi yang bermanfaat
(Bungin, 2001:208). Informan dipilih berdasarkan beberapa kriteria
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
12
tertentu, dan pemilihan ini juga dilakukan secara purposive
(sengaja) berdasarkan informasi awal yang diperoleh peneliti.
Sedangkan kriteria pemilihan informan sebagaimana dikemukakan
oleh Spreadley (1995:61-70) adalah sebagai berikut:
1. Enkulturasi penuh
Enkulturasi merupakan proses yang ada dan pasti dalam
setiap studi tentang suatu budaya tertentu. Informan yang baik
adalah bagaimana ia mengetahui dengan jelas baik secara perilaku
maupun kognisi budaya mereka tanpa harus memikirkannya.
Kriteria ini merujuk pada para informan yang mengetahui pola
perubahan sosial budaya. Sehingga informan tersebut bersedia
memberikan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan
proses perubahan sosial budaya
2. Keterlibatan langsung
Keterlibatan langsung serta aktif seseorang informan dalam
setiap perkembangan budaya juga merupakan hal yang cukup
penting. Untuk hal ini peneliti merujuk pada santri yang mengikuti
kajian tersebut.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
13
3. Suasana budaya yang tidak dikenal
Dalam kondisi ini jika seorang peneliti mempelajari suatu
budaya tertentu, dimana budaya tersebut tidak dikenalnya, maka
seorang peneliti diharuskan menciptakan sebuah hubungan yang
sinergis dan produktif dengan informan. Sementra itu seorang
peneliti juga diharuskan mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap
kemampuan membaca fenomena sosial yang sedang ia amati.
4. Cukup waktu
Dalam pemilihan seorang informan, maka hal – hal yang
harus mendapat perhatian khusus adalah informan – informan yang
mempunyai cukup waktu luang dan bersedia meluangkan waktunya
untuk penelitian ini. Kemudian dalam melakukan wawancara
dengan informan, idealnya waktu-waktu yang dipilih adalah siang
dan sore hari atau waktu-waktu lain yang telah disepakati antara
peneliti dengan informan.
5. Non analitik
Informan yang bagus adalah ketika ia dapat memberikan
sebuah respon yang cukup positif terhadap setiap pertanyaan–
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, tanpa ia harus memberikan
sebuah analisa yang rumit terhadap pertanyaan tersebut. Sehingga
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
14
informasi yang didapat bersifat polos apa adanya. Dan akhirnya
informan – informan yang dipilih adalah informan yang memenuhi
kriteria – kriteria di atas.
1.5.3 Strategi Pengumpulan Data
1. Pengamatan langsung (observasi)
Dalam penelitian ini digunakan pengamatan langsung
(observasi) dan terlibat terhadap fenomena yang terjadi pada
wilayah observasi, baik berupa budaya fisik, situasi, kondisi maupun
perilaku. Sehingga dapat diatikan bahwa pengamatan langsung dan
terlibat adalah suatu pengamatan yang dibarengi interaksi antara
peneliti dengan informan.
Kami menggunakan alat bantu untuk mengabadikan
beberapa gambar yang sekirana dapat memperkuat validitas data
kami. alat bantu tersebut seperti alat pemotret (kamera) untuk
mengambil foto atau gambar hidup (sebagai dokumentasi) pada
obyek-obyek yang relevan dengan tema yang hendak diteliti, serta
berhubungan dengan latar belakang etnografisnya.
2. Wawancara mendalam (Interview)
Dalam penelitian kualitatif, diperlukan wawancara yang
mendalam dengan beberapa informan untuk mendapatkan sebuah
gambaran yang jelas mengenai budaya dalam suatu masyarakat.
Bentuk komunikasi langsung tersebut berupa wawancara terbuka
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
15
(open interview) dan mendalam (in depth interview). Maksud dari
wawancara ini adalah untuk mengumpulkan seluruh keterangan dari
pengamatan mengenai perubahan sosial budaya suatu
masyarakat.Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua
kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi.
3. literatur
Kami menggunakan beberapa literatur untuk mendukung
penelitian kami. Kami menggunakan beberapa buku, artikel web
site, artikel koran yang berkaitan dengan topik yang kami kaji dalam
penelitian ini.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
16
BAB II
DESA KETINDAN, KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG
II.1. Umum
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari upaya
pembangunan secara nasional, dalam rangka mewujudkan
masyarakat Indonesia yang damai, demokrasi, berkeadilan,
berdaya saing, maju dan sejahtera dalam negara kesatuan RI.
Dalam GBHN tahun 1999 menyebutkan bahwa perlunya
mempercpt pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat terutama bagi petani dan nelayan melalui penyediaan
prasarana, pembangunan sistem agrobisnis, industri kecil dan
kerajinan rakyat, pembangunan kelembagaan, pengasaan teknologi
dan pemanfaatan SDM.
Dalam upaya pemberdayaan SDM tsb, sangat mutlak
ditingkatkan adanya penciptaan kondisi yang dapat mendorong
kemampuan untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak
ekonomi, sosial politik, dalam rangka peningkatan kesejahteraan
dan kemandirian masyarakat.
II.2 Kondisi Geografis
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
17
Desa Ketindan merupakan salah satu dari 10 desa yang
berada di Kecamatan Lawang, dengan memiliki batas-batas :
♦ Seblh Utara : Desa Wonorejo dan Desa Turirejo
♦ Sebelah Timur : Kelurahan Lawang
♦ Sebelah Selatan : Desa Bedali dan Desa Toyomarto
♦ Sebelah Barat : PTPN Nusantara XII Wonosari
Struktur tanah di desa Ketindan termasuk jenis tanah litosal
cokelat. Dan pada topografinya merupakan suatu dataran yang
memiliki ketinggian 600m dari permukaan air laut, dan memiliki
kemiringan ± 15°, serta suhu rata-rata 22-32° C, dengan tingkat
curah hjn rata-rata 349 mm/thn.
Desa Ketindan memiliki luas wilayah sebesar 558.08 Ha,
yaitu diantaranya Tanah Kering (pemukiman) 213 Ha; Sawah 21
Ha; Tegal (perkebunan) 309 Ha; Makam 5 Ha; dll 10,8 Ha. Dari
segi adm pemerintahan Desa Ketindan terbagi atas dua dukuh yaitu
Dukuh Ketindan Krajan dan Dukuh Tegal Rejo.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
18
II.3 Potensi SDA dan Sumber Pendapatan Asli Desa
Ketindan
SDA yang ada dan sekaligus menjadi paling pokok di Desa
Ketindan adalah Pertanian Lahan Kering atas tegal dengan memiliki
tanaman pokok Jagung, Ketela Pohon, atau Pohong dan Tebu.
Disamping itu ada juga tanaman Padi non-irigasi atau pengairan
dari Sumber Mata Air langsung yang menghasilkan beras untuk
kebutuhan masyarakat itu sendiri
Selain itu potensi SDA yang ada , Desa Ketindan juga juga
memilimki beberapa Sumber Pendapatan Asli, yang diperoleh dari
Sumber Mata Air (HIDDAM); Dana sumbangan pembangunan jalan
protokol; Permintaan pelayanan surat-menyurat; Tanah kas desa;
Tanah bondo desa; Retribusi IMB, ijin keramaian dan ijin usaha;
Presentase mutasi tanah; Bantuan dana pembangunan dari para
pengusaha, perusahaan, dinas/instansi yang berdomisili di desa,
juga tidak lepas dari bantuan penduduk tanah di desa yang
bertempat tinggal di luar desa Ketindan; dan Bantuan lain yan
bersifat sukarela dan tidak mengikat.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
19
II.4 Kondisi Demografis
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari tahun 2002 –
2005, maka jumlah keseluruhan penduduk Desa Ketindan tercatat
sebanyak ± 6500 jiwa atau ±1500 KK., dengan jumlah laki-laki
sekitar ± 3200 jiwa dan perempuan sekitar ± 3300 jiwa.
Agama-agama yang dianut oleh penduduk Desa Ketindan
antara lain : Islam (6311 jiwa), Kristen Katolik (± 200 jiwa), dan
Hindu (hanya 1 jiwa).
Mobilitas / perubahan penduduk di Desa Ketindan dari tahun
2002-2005 yaitu :
Angka kelahiran pada tahun 2002-2005 relatif stabil yaitu
berkisar 126-137 jiwa.
Angka Kematian mencapai sekitar 48-67 jiwa
Kepindahan : thn 2002 (104 jiwa), thn 2003 (57 jiwa), th 2004
(70 jiwa), dan th 2005 (20 jiwa)
Datang : th 2002 (91 jiwa), thn 2003 (198 jiwa), thn 2004-2005
jumlah yang datang sama yaitu 40 jiwa. Dapat dikatakan terjadi
peningkatan tehadap jumlah pendatang yang ada di Desa
Ketindan hanya pada th 2003.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
20
V. Kondisi Ekonomi dan Mata Pencaharian
► Tahun 2002; PNS (231 jiwa), TNI/Polri (26 jiwa), Pegawai
swasta (471 jiwa), Petani (1501 jiwa), Buruh tani (902 jiwa),
Pedagang (161 jiwa), Peternak (6 jiwa), Jasa angkutan (52 jiwa),
Guru (281 jiwa), Sopir (99 jiwa), Karyawan Pabrik (1682 jiwa),
Wiraswasta (69 jiwa), Jasa/lain-lain (87 jiwa).
► Tahun 2003; PNS (292 jiwa), TNI/Polri (34 jiwa), Pegawai
swasta (694 jiwa), Petani (1447 jiwa), Buruh tani (894 jiwa),
Pedagang (273 jiwa), Peternak (8 jiwa), Jasa angkutan (42 jiwa),
Guru (267 jiwa), Sopir (112 jiwa), Karyawan Pabrik (1867 jiwa),
Wiraswasta (293 jiwa), Jasa/lain-lain (128 jiwa).
► Tahun 2004; PNS (192 jiwa), TNI/Polri (20 jiwa), Pegawai
swasta (690 jiwa), Petani (435 jiwa)2, Buruh tani (632 jiwa),
Pedagang (55 jiwa), Peternak (20 jiwa), Jasa angkutan (52 jiwa),
Guru (281 jiwa), Sopir (99 jiwa), Karyawan Pabrik (1670 jiwa),
Wiraswasta (73 jiwa), Jasa/lain-lain (90 jiwa).
► Tahun 2005; PNS (195 jiwa), TNI/Polri (26 jiwa), Pegawai
swasta (68 jiwa), Petani (638 jiwa), Buruh tani (444 jiwa),
Pedagang (161 jiwa), Wiraswasta (68 jiwa), Jasa/lain-lain (571
jiwa).
2
Mata pencaharian yang digarisbawahi, maksudnya terjadi perubahan yang cukup drastis
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
21
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
A. Bidang Hukum
♠ Di Desa Ketindan, dalam hal kebijaksanaan bidang hukum
menganut sistem hukum yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat
maupun Daerah, mengingat Desa Ketindan adalahbagian dari
wilayah RI. Disamping itu terdapat adat-istiadat masyarakat
Desa Ketindan masih berpegang teguh pula pada norma-norma
kesusilaan, dan keagamaan yang sangat kuat.
♠ Jika timbul suatu permasalahan di Desa yang berhubungan
dengan hukum, maka upaya penyelesaianya adalah melalui
musyawarah mufakat secara kekeluargaan dengan melibatkan
unsur-unsur BPD, LPMD, tokoh agama, tokoh masyarakat dan
tokoh pemuda, sehingga fungsi perangkat desa sebagai Hukum
Perdamaian di desa mampu mengayomi dan melindungi warga
masyarakat untuk mencegah terjadinya keresahan dan konflik
yang berkepanjangan.
B. Bidang Aparatur Pemerintahan
♠ Guna mewujudkan kelancaran pelayanan terhadap masyarakat
dan menciptakan kinerja maksimal di dalam bidang
pemerintahan, pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat,
maka Organisasi Pemerintahan Desa Ketindan dan Sektor-
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
22
sektor pendukung bidang aparatur pemerintahan lainnya akan
bekerja-sama dengan BPD Ketindan itu sendiri. Mereka memiliki
tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam satu kesatuan
Pemerintahan Desa Ketindan untuk saling koordinasi, menjalin
dan mempererat tali silaturrahmi, diskusi masalah kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan sosial dan kemasyarakatan.
♠ Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, BPD sebagai mitra
Pemerintahan Desa selama ini berjalan dengan baik tidak ada
kendala, hambatan dan permasalahan yang berarti, bahkan
telah menghasilkan beberapa Perdes dan Keputusan Kepala
Desa, serta Keputusan BPD lainnya.
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
A. Bidang Ekonomi
I. Kebijaksanaan bidang Ekonomi
♠ Guna memperlancar dan menunjang roda perekonomian di
Desa Ketindan, pemerintah desa berupaya untuk menciptakan
lapangan pekerjaan baru.
♠ Juga ada beberapa warga masyarakat desa Ketindan yang
membuka usaha pertokoan, warung makanan, kios bensin,
pengecer minyak tanah dan lain sebagainya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
23
II. Sektor pendukung bidang Ekonomi
♠ Untuk meningkatkan kesejahteraan masyaraka, pemerintah
desa mendapatkan bantuan berupa kambing PE, yang dibagikan
kepada masyarakat secara bergulir. (daftar penerima bantuan
berupa kambing PE terlampir)
♠ Pemerintah desa bekerjasama dengan beberapa instansi terkait,
dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dikhususkan bagi
generasi muda dan ibu-ibu PKK.
♠ Disamping itu, ada beberapa warga masyarakat desa yang
membuka usaha bergerak dalam bidang pembuatan kue,
kerajinan tangan, dan pembelah batu.
♠ Dengan ditunjuknya HIPPAM TIRTO LANGGENG sebagai
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) pada tahun 2004, maka
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat.
III. Permasalahan dan upaya pemecahannya
♠ Permasalahan yang dihadapi oleh warga adalah kurangnya
modal untuk meningkatkan usahanya, disamping itu juga
kendala dalam pemasaran hasil produksi yang saat ini lesu.
♠ Upaya penyelesaiannya yaitu, dengan mengarahkan warga
untuk meminjam kredit lunak dan bunga yang ringan sehingga
usahanya tetap lancer.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
24
♠ Kurangnya SDM yang cukup berpotensi dan mau bekerja-sama
dengan pemerintah desa, dalam mengusahakan dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang
perekonomian.
B. Bidang Prasarana Wilayah
I. Kebijakan Bidang Prasarana Wilayah
♠ Desa Ketindan terbagi menjadi 2 wilayah penduduk yaitu Dukuh
Ketindan Krajan dan Dukuh Tegal Rejo yang masing-masing
dukuh dipimpin oleh seorang kamituwo.
♠ Telah terdapat Balai Desa dan Pondik Bersalin Desa (Polindes),
yang bertujuan untuk melayani masyarakat di bidang kesehatan.
II. Sektor Pendukung Bidang Prasarana
♠ Pada masing-masing dukuh telah dibentuk RT dan RW untuk
mempermudah pelayanan pembinaan dan kebutuhan
masyarakat.
♠ Disamping itu juga terdapat kelompok-kolompok Dasa Wisma,
PKK RT, PKK RW, karang taruna, kelompok pengajian, rukun
kematian, jamaah taddarus, dan jamaah diba’an.
♠ Guna menunjang kelancaran arus lalu lintas dan roda
perekonomian di desa, hampir semua ruas jalan di wilayah
pemukiman penduduk telah diaspal, dirabat, dan dimakadam
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
25
III. Permasalahan dan upaya penyelesaiannya
♠ Demi kelancaran arus informasi dari pemerintah desa, setiap
program kegiatan yang dilakukan dan kebutuhan warga
masyarakat harus lewat RT dan RW, sehingga bila ada warga
yang bermasalah di lingkungannya pasti diketahui dan dibina.
♠ Hasil pembangunan swadaya murni dari masyarakat desa
Ketindan dari tahun 2002-2005 berupa; Pembangunan jalan
Rabatan, Mushola, Renovasi Masjid, Pembangunan TPQ,
Pembangunan jembatan dan gorong, Pembuatan jalan baru,
pembangunan tanggul banjir dan plengsengan, pembenahan
parit, Pembuatan gapura di setiap RT, Pembuatan poskamling,
tandon air, pembangunan penjernihan air, dll.
PEMBINAAN KEMASYARAKATAN
A. Bidang Pendidikan
♣ Kebijakan pemerintah desa dalam bidang pendidikan dapat
dilihat bahwa di Desa Ketindan telah melaksanakan Pendidikan
Dasar Wajib Belajar 9 tahun sesuai dengan program yang
dicanangkan oleh pemerintahan.
♣ Sektor pendukung didalam bidang pendidikan, yaitu untuk
mencerdaskan dan menunjang keberhasilan pendidikan di Desa
Ketindan, telah tersedia beberapa tempat belajar dan lembaga-
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
26
lembaga pendidikan lainnya seperti, TK (3 buah), SDN (4 buah),
SMPN (1 buah), TPQ (4 buah), BLPP Ketindan, Bapelkes, dan
Ponpes Hasbunallah.
B. Bidang Agama
♣ Untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta
memperdalam ilmu agama di Desa Ketindan, telah berdiri
Yayasan Hasbunallah (diasuh oleh KH. Drs Saichul Qhulam)
dan telah mengadakan pembinaan mental-spiritual secara rutin
dan berjalan dengan baik. Disamping itu juga ada tmpat
pendidikan Al-Qur’an yang diasuh oleh para ustadz dan
ustazdah yang sudah berpengalaman.
♣ Setiap hari Minggu kegiatan pengajian rutin dan khataman Al-
Qur’an selali diadakan oleh warga masyarakat dan bertempat di
mushola, masjid dan rumah.
♣ Guna melaksanakan kewajiban ibadah, di Desa Ketindan telah
memiliki sarana ibadah umat islam yaitu Masjid (5 buah) dan
Mushola (22 buah)
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
27
C. Bidang Sosial-Budaya
♣ Di Desa Ketindan telah tumbuh dan berkembang kegiatan2 yang
bersifat sosial dengan tradisi yang telah diwariskan dari nenek
moyang, antara lain acara takjiah jika ada yang meninggal;
setiap ada warwa yang punya hajad, semua warga selalu aktif
membantu secara gotong-royong; adanya kegiatan kerja bakti
oleh masyarakat setempat untuk membersihkan lingkungannya.
♣ Seni kebudayaan yang masih ada dan aktif di Desa Ketindan
sampai sekarang ini yaitu Kesenian tradisional “Ludruk Taruna
Budaya Bhayangkara” dan grup campur sari “Oskada”, dan
Pencak Silat
D. Bidang Keamanan, Ketertiban dan Perlindungan
Masyarakat
♣ Dibangunnnya Pos Keamanan Lingkugan yang dijaga oleh
warga setempat sesuai dengan jadwal yang telah diatur oleh RT
dan RW.
♣ Setiap tamu diwajibkan melaporkan diri kepada ketua RT/RW,
agar dapat diapntau kegiatannya.
♣ Penambahan personel dan pemenuhan kebutuhan
perlengkapan anggota LINMAS serta peningkatan ketrampilan
yang merupakan Program pokok dari Pemerintah Desa
Ketindan.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
28
E. Masalah, Hambatan, dan Upaya Pemecahannya
♣ Hampir setiap tahun pelunasan PBB selalu nomboki sesuai
dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan, dikarenakan nama
wajib pajak tidak dikenal, objek pajak tidak jelas, mutasi tanah
yang belum dibalik nama, tingkat kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak masih rendah. Uapaya penyelesaiannya
dengan melakukan pengajuan, pembetulan, perubahan,
penghapusan KPPBB Malang, juga Melakukan penyuluhan
tentang kewajiban membayar pajak.
♣ Untuk memacu semangat kerja perangkat desa, perlu ada
keseimbangan kesejahteraan, sehingga antara hak dan
kewajiban tidak terlalu jauh berbeda, dikarenakan untuk tanah
kas desa di Desa Ketindan dirasa masih saja kurang untuk
memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Upaya
pemecahannya yaitu memberikan motivasi dan evaluasi
terhadap perangkat desa guna memompa semangat pengabdian
kepada masyarakat, dan juga membagi tugas pekerjaan sesuai
dengan bidangnya, sehingga tidak mengalami hambatan dalam
pelayanan kepada masyarakat.
♣ Sektor Sumber Pendapatan Asli Desa selalu mengalami
kekurangan untuk membiayai pembangunan Desa sehingga
perkembangan dan keinginan yang dicapai agak lambat dan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
29
tersendat. Hal ini dapat diselesaikan dengan cara :
Memaksimalkan PAD yang ada dengan pengluaran yang hemat
sesuai dengan kebutuhan; Selalu menjalin hubungan yang
harmonis dengan Dinas Lantas Sektoral maupun perusahaan
yang ada di desa; Bekerja-sama dengan BPD membentuk
BUMDES; Menggali potensi2 yang ada di masyarakat untuk
menjadi BUMDES.
PROFIL DESA
A. Sarana Hiburan yang ada di Desa Ketindan yaitu Televisi
+1300 buah, Radio +1400 buah, Tape Recorder + 326 buah,
VCD/DVD +600 buah, Play Station +20 buah, Komputer +52
buah.
B. Sarana Transportasi, Mobil + 100 buah, Sepeda Motor +
500 buah, Sepeda pancal + 200 buah, Truk dan Pick up + 35
buah.
C. Sarana Komunikasi, telah terdapat telepon, Wartel,
Handphone, Handy Talky
D. Sarana Rumah Tangga, dengan telah adanya Listrik + 1200
buah, PDAM, HIPPAM, MCK dan Sumur
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
30
E. Tingkat Pendidikan
☼ Tahun 2002 : Tidak tamat SD 421 org, Tamat SD 2202 org,
Tamat SMP 1567 org, Tamat SmA 1178 org, Sarjana/Perguruan
Tinggi 176 org
☼ Tahun 2003 : Tidak tamat SD 402 org, Tamat SD 2316 org,
Tanat SLTP 1641 org, Tamat SMA1241 org, Sarjana/Perguruan
Tinggi 269 org
☼ Tahun 2004 : Tidak tamat SD 280 org, Tamat SD 628 org,
Tamat SLTP 582 org, Tamat SMA 495 org, Sarjana/Perguruan
Tinggi 157 0rg
☼ Tahun 2005 : Tidak tamat SD 508 org, Tamat SD 904 org,
Tamat SLTP 576 org, Tamat SMA 726 org, Tamat
sarjana/perguruan tinggi 157 org.
F. Sarana Perumahan, antara lain terdapat beberapa Gedung,
Klenengan, Gedhek
G. Sarana Peribadatan, yaitu Masjid 5 buah, Langgar/Mushola
22 buah, Gereja tidak ada
H. Sarana Pendidikan, TK 3 buah, Play Group 1 buah, SD 5
buah, SLTP 1 buah, SLTA dan Perguruan Tinggi tidak ada
(diluar Desa Ketindan)
I. Hewan Piaraan, antara lain Sapi, Kambing, Ayam, Bebek,
Burung
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
31
J. Organisasi Sosial dan Keagamaan, yaitu Jama’ah
Tahlil/Yasin dan Diba’, Rukun Kematian, Jama’ah
Istighotsah, Persekutuan umat Kristen
K. Sarana Perdagangan, Toko Pracangan, Warung Makanan
dan Kios
L. Prasarana lain-lain, Tempat Pembuangan Sampah 9 buah,
Pangkalan Ojek 10 buah.
M. Di Desa Ketindan juga terdapat beberapa penduduk yang
cacat mental seperti Tuna Rungu, Bibir sumbing, Tuna
wicara, Tuna Netra, Lumpuh. Juga di Desa tersebut ada
beberapa penduduk yang memiliki masalah sosial seperti
wanita Tuna susila, Pengemis, Anak terlantar, Bekas
narapidana, Lanjut usia, Anak yatim, dan yatim piatu.
N. Untuk memperlancarn roda pemerintahan di Desa Ketindan
telah tersedia sarana dan prasarana atau beberapa fasilitas,
seperti Kantor Kades dan Seketariat Ketindan, Balai Desa,
Panti PKK, Kantor BPD dan LPMD, Pos Induk keamanan
Lingkungan, Kantor HIPPAM, dll.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
32
ANGGARAN PENGELUARAN RUTIN DESA KETINDAN
Sumber atau anggaran pengeluaran Desa Ketindan, biasanya
dipakai untuk :
Pos Belanja Pegawai : Pengahasilan seluruh perangkat desa,
Honorarium Karyawan dan Sekertaris desa, Uang sidang,
Tunjangan petugas BPD.
Pos Belanja Barang : Biaya alat tulis kantor sekertaris desa dan
BPD, Biaya perlengkapan kantor sekertaris desadan BPD
Pos biaya pemeliharaan : Pemeliharaan Kantor dan Balai desa,
Pemeliharaan kendaraan milik desa/dinas
Biaya perjalanan dinas
Pos Belanja lain-lain : Biaya rapat, Biaya rekening listrik dan
telepon, Biaya PBB Kantor/balai desa
Pos Angsuran Pinjaman : Angsuran pinjaman bank BRI,
Pengluaran tak terduga, Konsumsi tamu desa.
ANGGARAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN
Pos prasarana pemerintahan desa : Gedung LPMD/Pantai PKK,
Pos Komando Linmas, Balai Desa
Pos Prasarana Produksi : Pembuatan DAM, saluran air, dan
gorong-gorong
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
33
Pos Prasarana Perhubungan : Pembangunan jalan
Pos Prasarana Pemasaran : Pembangunan kios desa
Pos Prasarana Sosial Desa
Pos Prasarana Pembangunan lain-lain : Bantuan untuk PKK
Ketindan, Perluasan Mesjid, Pembangunan tempat
wudhu/toilet/kamar mandi, Bantuan untuk Karang Taruna /anak
dan remaja, Bantuan untuk RT/Rw dan keamanan desa (hansip
dan siskamling), Pembangunan Posyandu, Pengaturan Tata
Ruang
ANGGARAN PENERIMAAN
Sumber penerimaan dana dan bantuan yang diterima Desa
Ketindan, yaitu berasal dari :
Pos Sisa perhitungan tahun yang lalu
Pos Pendapatan Asli Desa : Dari hasil usaha (pembakaran batu
kapur dan koperasi desa), Hasil kekayaan desa (tanah kas desa,
Tanah bengkok perangkat, Panjar desa dan Kios Desa,
Bangunan Desa, Jalan desa protokol)
Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat desa
Hasil gotong-royong
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
34
Lain-lain pendapatan asli desa yang sah (Pungutan biaya
administrasi/legalisasi pemberian surat2 keterangan, Pungutan
Bongkar-muat, Pungutan biaya balik nama mutasi tanah,
Pungutan dari pelanggan HIPPAM, Pungutan iuran Kepala
Keluarga, Pungutan rumah sewa/petak, Pungutan bunga bank,
Hasil penjualan inventaris desa yang tidak terpakai)
Pos Bantuan dari Pemerintah Kabupaten : Bnatuan DPD/K tahun
2004 dan Bantuan biaya operasional BPD, Tunjangan perangkat
desa
Pos Bantuan dari Pemprov
Pos Bantuan dari Pemerintah pusat berupa upah pungut PBB
tahun 2004
Pos Sumbangan dari Pihak Ketiga : Sumbangan dari penduduk
desa di luar kota, Sumbangan dari para donatur, Sumbangan
pemilik jasa angkutan, dan Sumbangan dari pengusaha lainnya
Pos Pinjaman Desa berupa pinjaman dari bank BRI
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
35
CATATAN-CATATAN atau INFORMASI-INFORMASI LAIN :
Pada tahun 2002, pemerintah desa Ketindan melakukan operasi
pasar yang ditujukan kepada khususnya Keluarga Prasejahtera,
yaitu memberikan sembako berupa beras dari BKKBN Malang,
sebanyak 2440 kg per 220 KK.
Data pada tahun 2003, aset/inventaris yang dimiliki oleh
HIPPAM Tirto Langgeng Desa Ketindan, antara lain : Tanah,
Mesin Disel, Tandon air, Pipa besi, PVC, Alat penangkapan air,
Peralatan perbaikan, dll. Jumlah anggota pelanggan HIPPAM
Tirto Langgeng sampai saat ini sebanyak 807 KK yang terdiri
dari 4 desa
Ada beberapa proyek di Desa Ketindan yang dibiayai oleh
pemerintah, yaitu Proyek Penghijauan, Pembuatan Plengsengan
dan rabatan, Pengaspalan dan Penyemiran Jalan, Drainase, dan
Proyek Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan beberapa program yang dilakukan tim penggerak
PKK Desa Ketindan, seperti kegiatan dalam penghayatan dan
pengamalan Pancasila, Gotong royong, Pendidikan dan
Keterampilan, Pangan dan Sandang, juga Perumahan dan tata
laksana rumah tangga. Semua kegiatan tersebut merupakan
hasil atau wujud dari swadaya masyarakat desa itu sendiri.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
36
HASIL WAWANCARA :
Responden : Pak Soeparno (Kaur Pemerintahan)
Desa Ketindan berasal dari nama “Pohon Ketenden”
Banyaknya pendatang dari luar Desa Ketindan rata berasal dari
Surabaya, namun pendudk asli menerima secara terbuka.
Jarang ada konflik atau masalah sosial, walaupun ada seperti
perselingkuhan dan Judi. Namun hal itu diselesaikan secara
kekeluargaan.
Tidak terdapat SMA dan Perguruan Tinggi, bagi mereka yang
ingin melanjutkan pendidikan ke SMA maupun PT,harus keluar
Desa Ketindan. Begitu pula halnya di Desa itu juga tidak terdapat
Pasar.
Mayoritas Islam, namun pada awalnya masyarakat Desa
Ketindan melakukan pemujaan terhadap pohon Pohon Beringin
dengan memberikan sesajian di pohon tersebut, namun
sekarang kegiatan tersebut beralih/digabung dalam upacara
17an yaitu dengan acara syukuran dan tumpengan dan dibawa
keliling desa
Terdapat banyak pabrik dan Home Industry, seperti Pabrik
Tenun, Plastik dan Roti.
Rata-rata masyarakatnya memiliki mata pencaharian Petani (tiap
petani memiliki tanah + 1 Ha), Buruh Tani, Pegawai Pabrik Tiap
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
37
Pegawai/petani baik ♂ maupun ♀ mulai bekerja dari jam 07.00-
11.00
Adanya ponpes dan lembaga-lembaga yang menyantuni anak2
yatim piatu dan terlantar, juga menangani masalah2 sosial
seperti narkoba dll
Hasil pertanian yang diperoleh biasanya dijual keluar desa.
Pembangunan mulai dilakukan sejak tahun1998
Tidak ada bantuan dan subsidi dari pemerintah padahal desa ini
belum otoda (hampir tidak ada)
Menurutnya perubahan yang dirasakan paling mencolok dan
terasa yaitu dalam bidang ekonomi. Dia mengeluhkan semua
harga barang2 dsb di Desa tersebut mulai mahal (wajarlah) tidak
seperti dulu. pembangunan jalan, rumah-rumah makin
berkembang sejak tahun 1998
Masyarakat desa Ketindan sangat mandiri/ swadaya.
dikarenakan bantuan ataupun subsidi dari pemerintah hampir
tidak ada. Pemerintah pusat kurang memperhatikan
kesejahteraan masyarakat desa.
Sarana dan prasarana dlam bid kesehatan, transportasi, hiburan,
komunikasi sangat kurang. Namun masyarakat sudah merasa
cukup dan terbiasa akan situasi tersebut.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
38
BAB IIISTRATEGI ADAPTASI EKONOMI MASYARAKAT DESA KETINDAN
III.1 Jenis-jenis pekerjaan yang berkaitan dengan dibukanya
Kebun teh Wonosari sebagai kawasan wisata umum
Desa Ketindan adalah desa yang tepat dilalui jalan yang
merupakan akses utama para wisatawan yang ingin berkunjung ke
kawasan Agrowisata kebun teh Wonosari. Warga masyarakat yang
tinggal di sepanjang jalan tersebut seakan tidak mau kalah dengan
kesuksesan agrowisata kebun teh Wonosari. mereka berlomba-
lomba mendirikan usaha-usaha dagang yang sekiranya dibutuhkan
oleh para wisatawan. Banyak toko-toko barang kebutuhan sehari-
hari atau warung-warung yang berdiri mengikuti dibukanya kawasan
kebun teh wonosari menjadi kawasan wisata umum.
Informan yang kami wawancarai adalah para pemilik usaha
dagang yang ada di sekitar jalan utama menuju kawasan
agrowisata. yang mendirikan usahanya setelah dibukanya
agrowisata kebun teh Wonosari, karena melihat banyaknya
pengunjung setiap minggunya maka mereka tergoda untuk mencari
peruntungan dengan mendirikan kios kebutuhan sehari-hari bagi
para wisatawan. Jenis informan kedua adalah pemilik usaha toko
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
39
kebutuhan sehari-hari yang mendirikan tokonya sebelum dibukanya
kawasan agrowisata tersebut.
Informan kami yang lain adalah pemilik warung yang
mendirikan usahanya setelah dibukanya agrowisata dan pemilik
warung yang sudah mendirikan usahanya sebelum kawasan kebun
teh tersebut dibuka untuk umum. Setelah kami mewawancarai para
informan tersebut, hasil yang kami peroleh adalah kedua jenis
infroman tersebut (yang mendirikan usaha sebelum kebun teh
dibuka menjadi kawasan wisata dan yang mendirikan usaha
sesudah kebun teh dibuka menjadi kawasan wisata umum) sama-
sama diuntungkan. Karena jumlah wisatawan yang datang
berkunjung setiap minggunya juga lumayan banyak.
Ibu Rusmiat, seorang pemilik warung yang sudah mendirikan
warungnya sebelum areal kebun teh dibuka sebagai kawasan
wisata umum merasakan betul perubahan ke arah positif dengan
meningkatnya jumlah konsumen yang datang dari wisatawan kebun
teh.
“sak joke niku lo mas…kebun teh niku. Katah tiyang wisata ingkang mriki.
Nggih kadang maem, kadang nggih namung tumbas teh. Nanging nggih
pajenge kraos luwih kathah timbang sing jaman sak derenge dibikak
kangge umum”
“semenjak itu loh mas…kebuh teh itu. Banyak orang yang berwisata
datang kemari. Kadang datang untuk makan, kadang cuman beli teh.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
40
Tapi lakunya terasa lebih banyak daripada waktu sebelum dibuka untuk
umum (kebun teh)”
Jenis usaha lain yang juga populer adalah jasa ojek sepeda
motor. Para pengguna ojek biasanya adalah warga setempat atau
para wisatawan pejalan kakai yang sudah kehabisan tenaga menuju
ke kawasan agrowisata. Mereka menetapkan tarif rata-rata Rp.
5000,- dari desa Ketindan sampai ke areal kebun teh Wonosari.
Menurut keterangan beberapa sopir ojek, pekerjaan ini relatif
baru karena mereka membidik para wisatawan yang ingin ke kebun
teh, dan masih menurut keterangan informan kami, kebanyakan dari
mereka hanya menggunakan profesi tukang ojek sebagai pekerjaan
sampingan saja. Bapak Yudi, salah satu tukang ojek berkata bahwa
pekerjaan mengojek baru dimulai 2 tahun yang lalu dan merupakan
pekerjaan sampingan selain pekerjaan utamanya sebagai salah
satu staff administrasi di salah satu perusahaan swasta Malang.
“Yo gawe ngisi waktu kosong mas…lha timbang nganggur ora ono
kerjoan nek sore maro mulih teko kantor, mending lak ngojek. Iso
digawe tambah-tambah tuku susune anak karo wedake bojoku.
Soale mulihku jam telu sore teko kantor”
“Ya buat mengisi waktu luang mas…daripada nganggur tidak ada
pekerjaan waktu pulang sore dari kantor, lebih baik ngojek. Bisa
dipakai untuk tambahan biaya beli susu untuk anak saya dan
tambahan buat beli bedaknya istri saya. Karena waktu pulang kerja
saya pukul tiga sore dari kantor”
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
41
Beberapa pengojek yang dahulunya berprofesi sebagai petani. Dari
lima pengojek yang kami wawancarai, terdapat tiga orang yang
dahulunya berprofesi sebagai petani. Namun, mereka merasa
pekerjaan sebagai petani kurang bisa memenuhi kebutuhan
keluarga mereka sehari-hari.
“nek cumak ngandalno nani tok,,yo ora cukup mas”
“kalau Cuma mengandalkan bertani saja..ya tidak cukup mas”
Jenis pekerjaan yang lain adalah para buruh pemetik teh yang
bekeja di kebun teh Wonosari. Kami menemukan dua orang
informan yang bekerja sebagai buruh borongan pemetik teh yang
tinggal di desa Ketindan. Mereka bekerja semenjak 3 tahun yang
lalu. Menurut keterangan dari mereka, sebelum dibuka menjadi
kawasan wisata umum, buruh pemetik teh hanya diambil dari
kawasan Wonosari saja dengan alasan lebih dekat ke tempat kerja.
Setelah pihak pengelola membangun fasilitas infrastruktur berupa
jalan utama yang melewati desa Ketindan, akhirnya pengelola
memberi kebijakan mempekerjakan buruh pemetik teh dari desa
Ketindan.
Menurut penuturan informan kami yang berprofesi sebagai
buruh pemetik teh, ibu Lasmidah. Semenjak dia bekerja sebagai
pemetik teh, keluarganya mempunyai sepeda motor, televisi dan
alat-alat elektronik lainnnya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
42
”eee…lumados mas. Sak mantunipun kulo nyambut damel ting mriki,
sanjange derek kulo, kulo tambah lemo, tambah rejo. Iso nyicil sepeda
motor, tuku TV warna kalihan niku lo nopo?...vcd kangge anak kulo
ingkang SMP”
“eee…lumayan mas. Sesudah saya bekerja disini, kata saudara saya,
saya tambah gemuk dan makmur. Bisa mengkredit sepeda motor, beli
TV berwarna dengan itu lo apa namanya?...vcd buat anak saya yang
SMP”
Infrastruktur berupa jalan beraspal. Juga bertambah semenjak
dibukanya agrowisata kebun teh tersebut. Jalan raya dahuluya
hanya sebatas SMP 1 Ketindan. Sekarang, jalan beraspal bisa
diakses dengan mudah dari Lawang sampai ke area agrowisata
kebun teh Wonosari.
Dari monografi yang bisa kami amati, jumlah buruh tani di
desa Ketindan dari tahun 2002-2005 mengalami penurunan
kuantitas dan jumlah wiraswasta serta jasa mengalami trend
kenaikan yang cukup baik. Selain jasa ojek menuju kawasan
agrowisata kebun teh Wonosari, penyedia jasa lain adalah
penyewaan rumah tinggal, salon, service kendaraan bermotor,
wartel dsb.
Seiring dengan bervariasinya jumlah pekerjaan, tentu
semakin banyak peluang kerja yang dimiliki oleh penduduk. Tentu
saja hal tersebut menambah tingkat survival masyarakat dalam
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
43
lingkungannya, termasuk menghadapi era modernisasi dengan
teknologi yang sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Dari
data monografi tahun 2002-2005 dapat dilihat bahwa kepemilikan
barang-barang elektronik seperti televisi atau handphone
meningkat dari tahun ke tahun.
Proses perubahan sosial budaya
Bila kita menerapkan pendekatan cultural themes milik
Opler, maka kita bisa mengkategorikan desa Ketindan dahulunya
sebagai desa dengan tema budaya pertanian Jawa.
Seperti yang dituliskan oleh Redfield dalam Danandjaja
(1989) bersama bahwa salah satu ciri budaya pertanian jawa
adalah fatalisme dan konservatisme yang tinggi. Fatalisme dan
konservatisme ini juga ada dalam masalah pekerjaan. Pekerjaan
petani sangatlah populer di pedesaan Jawa, dan turun temurun
dilaksanakan. Pekerjaan pertanian salah satu pekerjaan yan
beresiko tinggi karena harus berhadapan langsung dengan alam
yang selalu berubah tanpa bisa dikendalikan oleh manusia.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka
pekerjaan petani bukanlah lagi menjadi pilihan utama bagi setiap
penduduk. Mereka mulai sadar bahwa dengan sikap fatalisme yang
tinggi dan hanya mengandalkan pada satu pekerjaan akan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
44
membuat mereka tambah miskin. Dalam masa-masa inilah muncul
berbagai orang yang optimis dan berani mengambil resiko dalam
usaha untuk melakukan perubahan. Dari tahapan mikro inilah,
proses perubahan kearah makropun dimulai, masyarakat yang
tadinya hanya berlandaskan pada satu bidang pekerjaan, maka
mulai berpikir untuk mencari lahan pekerjaan lain dan apabila
terbukti sukses, taraf perekonomian keluarganya akan naik.
Tahap perekonomian yang membaik adalah salah satu
syarat bagi masuknya nilai-nilai baru dalam kehidupan. Karena
faktor ekonomi adalah salah satu faktor penting yang melandasi
pemenuhan kebutuhan manusia (Suparlan,2003).
Di era modernisasi ini, faktor ekstern yang mempengaruhi
perubahan sosial budaya masyarakat bisa berasal dari teknologi
informasi seperti misalnya televisi, radio, internet dsb. Untuk
mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti itu, maka seseorang
memerlukan modal yang lebih. Bila hanya mengandalkan pertanian
konservatif akan sulit untuk bisa mencapai hal tersebut.
Menurut Yuliati dan Poernomo (2003: 141) pada masyarakat
pedesaan pengaruh teori modernisasi ini sangatlah besar dan
hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Teori
modernisasi telah banyak memberikan kemajuan pada cara
berpikir masyarakat desa dan juga tata nilai dan budayanya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
45
Modernisasi juga telah menjadi semacam motivator bagi
sebagian masyarakat. Individu yang ingin melihat tayangan televisi
atau ingin menelpon menggunakan handphone akan berusaha
sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Dari situlah muncul
berbagai varian pekerjaan-pekerjaan baru yang bisa dijadikan
sumber pendapatan bagi ketercukupan kebutuhan tersebut.
Bila ekonomi penduduk mulai meningkat, maka media
informasi tidak akan sulit ditemukan di dalamnya, karena mereka
sudah mampu untuk membelinya. Faktor ekstern inilah yang
membuat arus modernisasi semakin gencar masuk. Mulai dari cara
berpakaian, cara berbicara, cara berpikir, penggunaan alat dsb.
Ditambah lagi dengan keberadaan main road yang merupakan
akses utama menuju ke area wisata kebun teh Wonosari.
Dalam hal ini keberadaan masyarakat kota dan kebun teh
(areal wisata beserta industri di dalamnya) menjadi sangat penting
karena sebagai salah satu pemicu adanya pola mata pencaharian
baru bagi warga desa Ketindan yang tadinya (sebelum dibuka
untuk umum) tidak terpikirkan sama sekali. Sedikit demi sedikit ciri-
ciri masyarakat perkotaan masuk ke dalam desa Ketindan atau
bias dibilang cirri masyarakat sub urban (peralihan dari desa ke
kota).
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
46
Sebab di desa Ketindan terlihat syarat-syarat munculnya
kehidupan kota seperti yang ditulis oleh Gideon Sjoberg, yaitu
a) Munculnya teknologi pertanian dan pertanian yang lebih
maju.
b) Struktur kekuasaan yang berkembang dengan baik /
organisasi-organisasi social yang komplek dan struktur
kekuasaan yang baik.
Cultural themes yang tadinya terkonfigurasi sebagai desa
pertanian kini sudah semakin tergradasi kearah yag lebih maju,
artinya muncul beberapa cultural themes yang menghiasi desa
Ketindan, seperti misal cultural themes masyarakat industri, cultural
themes masyarakat kota dsb.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
47
BAB IV
KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan seperangkat sistem pengetahuan
yang dimiliki oleh individu atau kelompok dan digunakan untuk
beradaptasi terhadap lingkungannya (Suparlan,2003).
perkembangan alam lingkungan tidaklah statis, namun cenderung
lebih dinamis.
Perubahan sosial budaya bisa terjadi akibat perubahan
secara ekonomi yang dialami oleh suatu masyarakat atau individu.
Perubahan ekonomi menyebabkan tingkat kesejahteraan
seseorang berubah dan juga seseorang bisa memperoleh sesuatu
yang diinginkan. Tingkat pemenuhan kebutuhan manusia dan
tingkat kesejahteraan kehidupan materialnya ditentukan oleh oleh
tingkat teknologi dan eKonomi, namun hal tersebut tidak terlepas
dari unsur-unsur budaya yang ada, aspek-aspek biologi dan emosi
manusia yang bersangkutan dan juga kualitas dan kuantitas
sumber daya energi yang tersedia dan ada dalam lingkungan.
Penelitian yang kami laksanakan di desa Ketindan,
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang kali ini terfokus pada
strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan masyarakat setempat
sebagai akibat dibangunnya kawasan agrowisata kebun teh di
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
48
desa Wonosari. Desa Ketindan tepat berada di Main road menuju
ke kawasan agrowisata kebun teh wonosari, sehingga beberapa
aspek kehidupan masyarakat ikut terpengaruh.
Kami melihat pengaruh virus N ach (Need for
Achievements) di kalangan masyarakat desa Ketindan membawa
mereka jeli dalam melihat kesempatan dan mempergunakan
kesempatan tersebut dengan berinovasi dan baradaptasi demi
kelangsungan hidup mereka. Contohnya adalah toko-toko
kelontong atau warung-warung makanan yang dibuka pada
kawasan kebun teh Wonosari, kemudian adanya tukang ojek
sebagai jasa pengantar wisatawan yang akan berkunjung ke kebun
teh.
Pada awalnya mereka hanya bekerja sebagai petani,
namun mereka beralih profesi karena melihat sebuah peluang yang
bisa dimanfaatka. Tidak semua penduduk desa Ketindan membuka
usaha, ada juga yang masih bekerja sebagai petani, tetapi
jumlahnya cenderung menurun dari tahun ke tahun
Bila kita menganut teori Opler mengenai cultural
themes, maka kita bisa memasukkan desa Ketindan dalam tema
kebudayaan dsa pertanian Jawa, dan dengan melihat dari sudut
pandang tersebut serta membandingkannya dengan keadaan
sekarang, tentunya akan kelihatan bahwa terjadi suatu perubahan
Perubahan Pola Mata Pencaharian Masyarakat desa Ketindan, Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang Sebagai Strategi Adaptasi Ekonomi Terhadap
Pembukaan Areal Wisata dan Industri Kebun Teh Wonosari: Sebuah
Analisis Perubahan Cultural themes
49
sosial budaya yang gradual di kalangan masyarakat desa
Ketindan.
Petani merupakan kebudayaan umum pada masyarakat
Jawa, meskipun banyak orang tahu bahwa sector pertanian secara
ekonomi kurang menguntungkan skarena berbagai factor baik
alam, lahan, maupun modal menjadi menjadi kendala utama.tetapi
masih saja ditekuni oleh masyarakat.