pertusis.docx

12
KATA PENGANTAR Puji syukur Kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan dan hidayah-NYA sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PERTUSIS” dengan pertimbangan materi atas merupakan bahan pembelajaran sehingga dapat membantu lebih memahami ASKEP DAN KONSEP PERTUSIS. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik isi materi atau penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar serta teman-teman sekalian yang telah membaca makalah ini. Ambon, Mei 2012 Penulis

Upload: edith-perkins

Post on 30-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARPuji syukur Kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan dan hidayah-NYA sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PERTUSIS dengan pertimbangan materi atas merupakan bahan pembelajaran sehingga dapat membantu lebih memahami ASKEP DAN KONSEP PERTUSIS.Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik isi materi atau penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar serta teman-teman sekalian yang telah membaca makalah ini.

Ambon, Mei 2012

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDi Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, sebelum ditemukannya vaksin, angka kejadian dan kematian akibat menderita pertusis cukup tinggi.Ternyata 80% anak-anak dibawah umur 5 tahun pernah terserang penyakit pertusis, sedangkan untuk orang dewasa sekitar 20% dari jumlah penduduk total.Dengan kemajuan perkembangan antibiotic dan program imunisasi maka mortalitas dan morbiditas penyakit ini mulai menurun.Namun demikian penyakit ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan terutama mengenai bayi- bayi dibawah umur.Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan.Penyakit ini mudah menyebar ketika si penderita batuk.Sekali seseorang terinfeksi pertusis maka orang tersebut kebal terhadap penyakit untuk beberapa tahun tetapi tidak seumur hidup, kadang kadang kembali terinfeksi beberapa tahun kemudian.Pada saat ini vaksin pertusis tidak dianjurkan bagi orang dewasa.Walaupun orang dewas sering sebagai penyebab pertusis pada anak anak, mungkin vaksin orang dewasa dianjurkan untuk masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH1.Bagaimana Konsep teori dari pertusis ?2.Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan pertusis?

C. TUJUAN1 Tujuan UmumMengetahui dan memahami bagaimana membuat Asuhan Keperawatan masalah Pernapasan dengan gangguan Pertusis.2 Tujuan Khusus Mahasiswa akan mampu: Memahami definisi pertusis Mengetahui etiologi terjadinya pertusis Mengetahui patofisiologi terjadinya pertusis Mengeidentifikasi manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien anak pertusis Mengidentifikasi penatalaksanaan klien anak dengan pertusis Merumuskan asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertusis meliputi WOC, analisis data, pengkajian, diagnosis, intervensi

D. MANFAATBisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana gangguan pertusis terjadi, bagaimana cara mengobati serta bagaimana menyusun Asuhan Keperawatannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPERTUSIS

A. PENGERTIANPertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992)Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993)Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan. (Mansjoer, 2000)Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)Pertusis adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernapasan dalam bernada tinggi atau melengking.B. ETIOLOGIPertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut : Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis). Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.Adapun cirri-ciri organisme ini antara lain : Berbentuk batang (coccobacilus) Tidak dapat bergerak Bersifat gram negative. Tidak berspora, mempunyai kapsul Mati pada suhu 55 C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0- 10 C) Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :o Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)o Endotoksin (lipopolisakarida)

C. TANDA DAN GEJALAMasa tunas 7 14 hari penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium, yaitu :

1. Stadium kataralis Lamanya 1 2 mingguPada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi serangan dan malam. Gejala lainnya ialah pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.2. Stadium spasmodik Lamanya 2 4 mingguPada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar. Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah gejala gejala masa inkubasi 5 10 hari. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat seperti terkena flu biasa dengan hidung mengeluarkan lendir, mata berair, bersih, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang kemudian menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking). Anak akan berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Muntah-muntah dan kelelahan sering terjadi setelah serangan batuk yang biasanya terjadi pada malam hari. Selama masa penyembuhan, batuk akan berkurang secra bertahap.3.Stadium konvalesensi Lamanya kira-kira 4-6 mingguBeratnya serangan batuk berkurang. Juga muntah berkurang, nafsu makan pun timbul kembali. Ronki difus yang terdapat pada stadium spas,odik mulai menghilang. Infaksi semacam Common Cold dapat menimbulkan serangan batuk lagi.D. PATOFISIOLOGIPeradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen, toxin heat labile, dan kapsul antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta penimbunan debrit peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.Cara penularan:Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.E. KOMPLIKASI

1. Alat Pernafasan Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronkitis, bronkopneumania, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus, emfisema (dapat juga terjadi emfisema mediastrum, leher kulit pada kasus yang berat, bronkrektasis, sedangkan tuberkulosis yang sebelumnya telah ada dapat terjadi bertambah berat.2. Alat Pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaapsus rektum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, stomatitis3. Sususnan saraf Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak. Mungkin pula terjadi perdarahan otak4. Lain -lain Dapat pula terjadi pendarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan subkonjungtiva.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresenG. PENATALAKSANAAN Anti mikrobaPemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.

Kortikosteroida. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/harib. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian diturunkanperlahan dan dihentikan pada hari ke-8c. Prednisone oral 2,5 5 mg/hariBerguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan proksimal.Salbutamol Efektif terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja :a. Beta 2 adrenergik stimulan1) Mengurangi paroksimal khas2) Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop3) Mengurangi frekuensi apneub. Terapi suportif1) Lingkungan perawatan penderita yang tenang2) Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya makanan cair, bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara parenteral3) Pembersihan jalan nafas4) Oksigen

Vaksin DPTVaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertusis yang telah diinaktivasi.IndikasiUntuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap pertusia. Cara pemberian dan dosis:Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar menjadi homogen.Disuntikan secara IM denagn dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.Dosis pertama diberikan umur 2 bulan,dosis selanjutnya diberikan 1 bulanDi unit pelayanan statis, vaksin DPT yang tekah dibuka hanya boleh digunakan 4 mingguEfek Sampingnyapnas Kebanyakan anak menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas yang timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian DPT, bukanlah disebabkan oleh vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti lebih lanjut.Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak di tempat suntikan. Bila hal tersebut terjadi setelah suntikan berarti ini disebabkan oleh suntikan DPT. Hal ini perlu diberitahukan kepada PeradanganHal ini mungkin sebagai akibat dari: jarum suntik tidak steril, bisa karena tersentuh tangan atau sterilisasi kurang lama ataupun sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan di atas tempat yang tidak steril.Kejang-kejangAnak yang setelah pemberian vaksin DPT mengalami hal ini, tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi DT saja. Kontra indikasi. Gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertussis harus dihindarkan pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT. (Direktorat Jendral PPM & PL, Departemen Kesehatan RI)STRATEGI meningkatkan kualitas pelayanan mengembangkan pelaksanaan program diseluruh unit pelayanan kesehatan meningkatkan kerja sama dengan semua pihak terkait meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat melaksanakan desentralisasi melalui titik berat manajemen program di kabupaten atau kota mengembangkan pelaksanan program melalui penelitian.

Kontraindikasi :gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua dan untuk meneryskan iminisasi dapat diberikan DPT