pertemuan 6 planning and performing internal audit-ii_compile

30
Proses dan Tujuan Field work / Pekerjaan Lapangan Field work / pekerjaan lapangan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit, kemudian mengevaluasinya untuk (1) memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai dengan standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta ; (2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen. Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit. Tujuan audit tidak sama dengan tujuan operasi, tetapi tujuan audit terkait dengan tujuan operasional. Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan Persiapan pekerjaan lapangan membutuhkan perhatian dan perencanaan yang sama seperti saat persipan audit keseluruhan. Pekerjaan lapangan dilakukan setelah survey pendahuluan diselesaikan dan program audit disiapkan. Seluruh bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Bagian-bagian dari rencana strategis akan mencakup : 1. Kebutuhan dan Persyaratan Pegawai Untuk menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai yang akan melaksanakan audit.

Upload: iwan-putra

Post on 15-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Proses dan Tujuan Field work / Pekerjaan Lapangan

Field work / pekerjaan lapangan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis dalam

mengumpulkan bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit, kemudian

mengevaluasinya untuk (1) memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai dengan

standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta ;

(2) menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen.

Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan prosedur-prosedur

audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit. Tujuan audit tidak sama dengan tujuan

operasi, tetapi tujuan audit terkait dengan tujuan operasional.

Pembuatan Strategi untuk Melakukan Pekerjaan Lapangan

Persiapan pekerjaan lapangan membutuhkan perhatian dan perencanaan yang sama seperti

saat persipan audit keseluruhan. Pekerjaan lapangan dilakukan setelah survey pendahuluan

diselesaikan dan program audit disiapkan. Seluruh bukti audit yang diperoleh selama

pekerjaan lapangan didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Bagian-bagian dari rencana

strategis akan mencakup :

1. Kebutuhan dan Persyaratan Pegawai

Untuk menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai yang akan melaksanakan audit.

2. Kebutuhan sumber daya luar

Jika pegawai intern tidak ada yang memiliki keahlian yang special, maka harus menggunakan

sumber daya luar.

3. Pengelolaan staf audit

Pengelolaan staf audit tergantung dari kompleksitas pekerjaan dan kebutuhan rentang atas

kontrol.

4. Wewenang dan tanggung jawab

Terkait dengan struktur perintah dalam tim audit.

5. Struktur pekerjaan lapangan

Disini program audit direncanakan sebagai berurutan. Rangkaian aktifitas terkait satu sama

lain dalam menjamin alur pekerjaan

Page 2: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan

Penentuan waktu kerja lapanganm dan estimasinya harus mempertimbangkan aspek

administrative. Estimasi tersebut didasarkan pada pengalaman dan standar operasional dari

tipe audit.

7. Metode pekerjaan lapangan

Metode yang umum digunakan (sebagai prosedur audit) / teknik pengujian dalam

melaksanakan pekerjaan lapangan ada 6 yaitu :

1)Observasi

2)Konfirmasi (pada teknik pengujian digunakan kuesioner/interview)

3)Verifikasi

4)Investigasi

5)Analysis

6)Evaluasi

8. Metode pendokumentasian

Akumulasi bukti dan persiapan kertas kerja.

9. Penyiapan laporan

Rancangan laporan audit biasanya ditentukan pada awal proses audit

10. Rencana Kontijensi

Ada kemungkinan sangat sedikit kegiatan yang dilanjutkan seperti yang direncanakan, Maka

dari itu perlu ada rencana kontijensi, bahakan untuk kemungkinan yang terburuk.

Strategi audit merupakan bagian integral dari proses perencanaan, berlaku untuk semua

organisasi audit apapun ukurannya. Pada organisasi berskala kecil, aspek yang berhubungan

dengan staf seperti pengorganisasian staf, wewenang dan tanggung jawab, serta kebutuhan

pegawai penerapan yang minimum.

Bagian-bagian Pekerjaan Lapangan

Tujuan-tujuan Audit :

Tujuan operasi adalah hasil dicari oleh manajer operasi.

Page 3: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

tujuan audit yang kunci untuk tujuan operasi, tetapi mereka memiliki tujuan yang

berbeda.

prosedur operasi yang dirancang untuk melihat bahwa tujuan operasi akan dicapai

prosedur audit adalah sarana yang auditor memenuhi tujuan audit.

BUKTI AUDIT

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas

laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.

Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan

auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum

(legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat

bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam

rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas,

ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya

berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

Standar dari audit evidence atau bukti audit harus memenuhi kriteria:

1. Sufficiency/Kecukupan

Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang

mempengaruhi kecukupan bukti audit terdiri dari:

Materialitas

Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan

keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti

audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak

kuantitas bukti yang diperlukan.Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti

torelable missunderstatement rendah. Rendahnya salah saji dapat ditoleransi

menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin

tidak ada salah saji material yang terjadi.

Risiko audit

Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan

untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit

berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan

Page 4: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk

menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang

dapat diterima auditor, semakin banyak bukti audit yang diperlukan.

Faktor-Faktor Ekonomi

Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperoleh

bukti yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat

atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu

dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah

setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan

keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kuliatas bukti yang

dihimpun.

Ukuran dan Karakteristik Populasi

Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada

untuk mendukung pendapatnya. Hal tersebut sangat tidak efisien. Pengumpulan

bukti audit pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling.

Ada hubungan searah antara besarnya populasi dengan besar sampling yang harus

diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya, semakin besar jumlah

sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya.

Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item

individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak

sampel atau informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang

bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.

2. Competence/Kompetensi

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan

relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan

pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum

mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada

pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat

diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,

meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat.

Page 5: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk

tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan

yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan

mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.

Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi

fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan

dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat

dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern

klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti yang

berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

Sumber

Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang

independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini

memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang

dihasilkan dan diperoleh dari dalam perusahaan.

Ketepatan waktu

Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut. Ketepatan

waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan

rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui

apakah cutoff telah dilakukan secara tepat.

Objektifitas

Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti subjektif.

Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus

mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan

menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.

3. Relevance/ Relevansi

Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud

tertentu.Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan

digunakan untuk menentukan keberadaan persediaan.Namun, pengamatan fisik

Page 6: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut

benar-benar dimiliki perusahaan.

Jenis Bukti Audit

Bukti audit terdiri dari 7 jenis bukti:

1. Bukti Fisik (Physical Examination)

Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan

persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud.

Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang

paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu,

bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.

2. Konfirmasi (Confirmation)

Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung

dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu

yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang

sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga

secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan

biaya.

Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:

Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk

menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.

Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk

mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang

ditanyakan.

Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk

memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap

informasi yang ditanyakan.

3. Dokumentasi (Documentation)

Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan

tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 7: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara

langsung.

Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.

Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran

bank, dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung

sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat

dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang

mengakibatkan kecacatan dokumen.

4. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan

anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti

analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam

laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data

pembanding.

Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan

keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

Perbandingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk

menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk

menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

5. Hitung Uji (Repeformance)

Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor.

Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan

matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi

klien.

6. Wawancara Kepada Klien (Inquiries)

Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia sehingga

ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan. Masalah

yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan

catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang

Page 8: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan

yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja

audit.

7. Observasi (Observation)

Penggunaan panca indra untuk menilai aktivitas tertentu. Bukti audit ini jarang

dipenuhi karena terdapat suatu resiko bahwa para karyawan klien yang terlibat dalam

aktivitas itu telah menyadari kehadiran auditor.

Audit SMART- Selective Monitoring and Assessment of Risks and Trends 

(Pengawasan dan Penentuan Selektif atas Risiko dan Tren)

Konsep audit SMART dikembangkan oleh operasi audit pada Carolina Power and

Light, salah satu perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat. Metode ini merupakan

gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini dimaksudkan untuk mencerminkan

efektivitas sistem kontrol internal dan memungkinkan auditor untuk dengan segera

mengidentifikasi masalah-masalah potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-

fluktuasi yang tidak normal. Metode ini menggunakan "indikator-indikator kunci" sebagai

elemen dasar proses audit. Terdapat empat tahap yaitu:

1. Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan:

a.  Risiko-risiko yang dihadapi organisasi

b. Lingkungan kontrol (lemah)

c. Perubahan atau inisiatif baru

d. Bidang-bidang masalah yang diketahui

e. Kemampuan menggunakan teknik audit berbantuan komputer secara efektif dari

segi biaya

f. Kualitas informasi

g. Likuiditas aset / potensi kecurangan

h. Kontrak-kontrak utama.

i. Manajemen (kekuatan dan fokus)

j. Pengawasan aktivitas oleh yang lain

2. Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan:

a. Penuh makna

Page 9: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

b. Tepat waktu

c. Sensitivitas

d. Keandalan

e. Dapat diukur

f. Praktis

3. Implementasi. Melaksanakan rencana audit, termasuk peninjauan informasi dan

kegiatan tindak lanjut jika diperlukan.

4. Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART

a. Penugasan aktivitas-aktivitas audit SMART ke masing-masing anggota tim

b. Mengupayakan pendokumentasian yang layak dan penyimpanan tersentralisasi

c. Evaluasi periodik atas aktivitas audit

d. Pertimbangan penggunaannya selama proses perencanaan audit tahunan

Carolina Power and Light mengemukakan hasil dari inovasi ini berupa efektivitas biaya

yang mendukung proses audit internal tradisional. Berikut ini manfaat-manfaat utamanya:

Meningkatkan penggunaan metode-metode audit terbatas;

Meningkatkan upaya audit;

Memperbanyak audit yang efektif;

Identifikasi masalah secara tepat waktu;

Meningkatkan deteksi kecurangan; dan

Meningkatkan perencanaan audit tahunan.

Pengukuran Kinerja

Agar pemeriksaan menjadi berarti, auditor melihat satuan pengukuran untuk menjadi

standar. Sebuah contoh pemeriksaan rutin berikut ini mengilustrasikan konsep pengukuran

audit. Anggaplah auditor ingin mengevaluasi kecepatan penerimaan dan inspeksi bahan baku

yang dibeli. Kecepatan berarti untuk pengukurannya adalah jam atau hari. Tingkat standar per

unit waktu bisa jadi:

1. apa yang dipandang layak diterima oleh manajemen, seperti yang dinyatakan dalam

instruksi-instruksi operasi;

Page 10: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

2. kebutuhan departemen produksi seperti yang dinyatakan dalam jadwal produksi; atau

3. beberapa kriteria logis lainnya yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Benchmarking

Benchmarking adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakukan oleh organisasi

lain atau oleh bagian-bagian organisasi itu sendiri yang dimaksudkan untuk membantu

pencapaian tujuan. Pengembangan benchmarking biasanya merupakan hasil dari proses

belajar. Studi Praktik-praktik Global Terbaik (Global Best Practices Study) yang dilakukan

oleh Arthur Andersen mengidentifikasi sebelas tindakan yang tepat untuk menentukan

aktivitas-aktivitas yang meningkatkan upaya organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

dikelompokkan ke dalam empat tahap yaitu:

Analisis proses-proses audit

Identifikasi dan buat pemetaan atas proses-proses audit internal.

Bangun hubungan dengan unit-unit audit internal lainnya yang dikenal kualitas dan

kemajuannya.

Melakukan penelitian dokumenter.

Menghadiri konferensi yang membahas perkembangan-perkembangan terbaru.

Merencanakan studi

Definisikan lingkup studi tolok ukur; identifikasikan penggunaan yang harus

tercakup.

Identifikasikan mitra yang akan dijadikan tolok ukur; minta izin untuk melakukan

kunjungan.

Buat metodologi untuk mendapatkan data-data baru.

Laksanakan studi

Identifikasi, pahami, dan analisis praktik-praktik terbaik.

Identifikasi dan analisis kesenjangan antara kinerja yang ada dengan yang potensial

dikembangkan.

Dapatkan pemahaman

Organisasikan, terapkan, dan gabungkan praktik-praktik terbaik.

Kalibrasi ulang dan tingkatkan proses.

Page 11: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Studi ini mengidentifikasi delapan praktik terbaik dalam aktivitas audit internal yaitu

sebagai berikut:

1. Pahami pelanggan sehingga harapan mereka dapat dipenuhi.

2. Pandang audit internal sebagai usaha yang menguntungkan atau sebagai lini jasa

organisasi.

3. Gunakan konsep-konsep kualitas untuk meningkatkan proses-proses audit, termasuk

penerapan ukuran-ukuran kinerja.

4. Audit bisnis tersebut (operasi) dan juga kontrolnya untuk membantu memaksimalkan

kinerja organisasi.

5. Lakukan peran baru bagi auditor internal sebagai agen perubahan organisasional.

6. Komunikasi secara rutin dalam aktivitas audit internal dan dengan pelanggan serta

pihak-pihak yang berkepentingan (shareholders).

7. Integrasikan masalah-masalah teknologi dan penerapannya dalam proses -proses

audit.

8. Tekankan pentingnya kepuasan staf profesional dalam audit internal.

Benchmarking menjadi penting karena bidang audit internal yang dinamis dan kebutuhan

dari semua organisasi untuk peduli akan perkembangan yang membuat fungsinya semakin

penting dan lebih bernilai untuk manajemen perusahaan maupun pemerintah. Penggunaan

benchmarking adalah proses audit yang diterapkan pada disiplin ilmu audit internal secara

utuh untuk mengidentifikasi metode-metode yang inovatif dan produktif dan akan

menghasilkan operasi audit internal yang lebih efisien.

Pendekatan benchmarking penting bagi auditor internal dari dua perspektif. Pertama,

penggunaan benchmarking dapat menjadi rekomendasi audit internal yang sangat kuat ketika

meninjau operasi di beberapa daerah. Auditor internal juga perlu benchmarking untuk

meningkatkan praktek audit internal mereka sendiri.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai benchmarking, yaitu:

1. Menetapkan tujuan dari studi benchmarking.

2. Membentuk seperangkat mitra potensial yang bersedian untuk berpartisipasi.

3. Mengembangkan tujuan spesifik dan tujuan studi benchmark-Apa yang kita ingin

pelajari?

4. Membersihkan isu-isu hukum dan kerahasiaan.

5. Menghubungi mitra benchmarking potensial.

Page 12: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

6. Mengumpulkan informasi benchmarking.

7. Mengumpulkan dan membersihkan hasil.

8. Mempublikasi hasil benchmarking dan membuat perubahan yang sesuai.

Auditor internal dapat memulai studi benchmarking sebagai cara untuk melihat

bagaimana fungsi audit internal lainnya sedang mendekati beberapa praktek atau pendekatan.

PENGUJIAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI BUKTI AUDIT

Pengukuran

Pengukuran melalui perbandingan dengan standar merupakan satu dari dua tahap

pekerjaan lapangan. Setelah pengukuran dilakukan, auditor internal kemudian harus

mengevaluasi temuan-temuan mereka untuk mencapai pertimbangan profesional. Auditor

internal membuat penilaian dan melakukan evaluasi tentang isu-isu audit dan memenuhi

tujuan audit mereka melalui review terperinci terhadap sesuatu yang disebut sebagai bukti

audit.

Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara matematis, dan

untuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi jarang

digunakan untuk menentukan nilai moneter, tetapi lebih pada menentukan hal-hal lain seperti

misalnya ketepatan waktu suatu proses atau akurasi matematisnya, atau akurasi dalam

pemeriksaan penerimaan.

Karena auditor internal menerapkan standar operasional di sepanjang pekerjaan

lapangannya, maka auditor internal seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi standar itu

sendiri. Kenyataan bahwa standar telah ditetapkan dan disetujui sebagai kriteria kinerja yang

baik tidak berarti standar tersebut tidak bisa dinilai ulang. Standar yang dibuat kemarin belum

tentu bisa diterapkan lagi hari ini. Perubahan kondisi mungkin membutuhkan hukum,

kontrak, regulasi, prosedur, atau instruksi yang baru atau yang direvisi. Standar juga harus

dievaluasi kelayakan dan kecukupannya dalam mengukur kemajuan terhadap tujuan dan

sasaran organisasi.

Aspek-aspek Operasi

Page 13: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga aspek yaitu

kualitas, biaya, dan jadwal. Contoh yang sederhana, misalkan auditor sedang memeriksa atas

operasi pembelian. Termasuk dalam pengukurannya adalah:

1. Kualitas

Tentukan apakah pesanan pembelian telah disetujui dengan semestinya dan semua

spesifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan. Tentukan apakah perubahan dalam

spesifikasi telah diserahkan kepada pemasok.

2. Biaya

Tentukan apakah daftar para pemasok yang memberi penawaran telah

disetujui departemen pembelian. Tentukan apakah penawaran kompetitif digunakan

sebisa mungkin.

3. Jadwal

Tentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam pesanan

pembelian apakah tanggal tersebut sesuai dengan yang diminta oleh organisasi

pengguna. Tentukan apakah pegawai departemen pembelian secara rutin

mengingatkan pemasok agar barang diperoleh tepat waktu.

Pengujian

Auditor mencapai tujuan audit melalui proses yang dikenal sebagai pengujian. Pengujian

berarti menempatkan aktivitas atau transaksi dalam percobaan dengan memilih beberapa

bukti dan menentukan kualitas atau karakteristik bawaan mereka. Bagi auditor internal,

pengujian berarti pengukuran hal-hal yang representatif dan perbandingan hasilnya dengan

standar atau kriteria yang ditetapkan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memberi auditor

dasar bagi pembentukan opini audit.

Pengujian audit terdiri dari metode pemeriksaan, perbandingan, analisis, dan evaluasi

data, materi, dan transaksi berdasarkan beberapa jenis standar atau kriteria. Secara khusus

tujuan proses pengujian adalah untuk menentukan:

1. Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, dan kewajaran

2. Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, dan kualifikasi

3. Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain

4. Kompetensi kontrol, yaitu tingkat kenetralan risiko

Page 14: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Pengujian harus bertanggung jawab untuk memenuhi satu atau lebih tujuan-tujuan di

atas, tergantung pada arahan, baik implisit maupun eksplisit, yang dinyatakan organisasi audit

dalam membuat penugasan proyek audit. Gampangnya, pengujian dilakukan untuk

menentukan apakah sesuatu telah sesuai dengan apa yang seharusnya.

Teknik-teknik Pemeriksaan Transaksi-transaksi atau Proses Terpilih

Auditor  memeriksa dokumen, transaksi, kondisi, dan proses untuk mendapatkan fakta-

fakta dan kesimpulan. Istilah pemeriksaan mencakup baik pengukuran maupun evaluasi.

Auditor memiliki banyak teknik  untuk membantu mereka mencapai tujuannya. Yang belum

jelas hanyalah disebut apa teknik-teknik tersebut di antara para auditor. Teknik-teknik

tersebut dikelompokkan dalam enam judul yang dapat menuntun auditor dari awal hingga

akhir pekerjaan lapangan.

Definisi dari setiap judul hanya relevan untuk pemeriksaan audit dan bukan untuk

penggunaan umum. Enam bentuk pekerjaan lapangan, lima teknik pertama bisa dianggap

sebagai bagian dari proses pengukuran. Teknik terakhir mengevaluasi, memberi makna pada

informasi yang dikumpulkan auditor.  Berikut adalah teknik-teknik tersebut:

Mengamati/Observasi

Observasi berarti melihat, memperhatikan, dan tidak melewatkan hal-hal yang

dianggap penting. Observasi juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan,

memiliki nuansa perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.

Observasi penting untuk dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum teknik-teknik

lainnya. Biasanya observasi harus dikonfirmasi kebenarannya dengan melakukan

analisis atau investigasi.

Observasi biasanya berlangsung pada saat survei pendahuluan ketika auditor mencoba

untuk lebih memahami lingkungan yang diaudit dan alur kerja serta sistem dan proses.

Tetapi observasi juga dapat dilakukan saat mengajukan untuk melihat reaksi dan

tingkah laku auditee. Observasi juga dapat berlangsung saat auditor memperoleh

kesan mengenai tempo pekerjaan, fasilitas, penugasan staf, dan kondisi kantor.

Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan selama proses audit bisa secara lisan maupun tertulis.

Pertanyaan lisan umumnya yang paling sering digunakan namun mungkin yang paling

sulit untuk dikemukakan. Pertanyaan tertulis biasanya merujuk pada prosedur-

Page 15: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

prosedur yang sudah ada untuk menentukan apakah prosedur-prosedur tersebut sudah

relevan, valid, selalu diperbarui, dan ditaati.

Menganalisis

Menganalisis berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas yang

kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristik yang

sebenarnya. Menganalisis juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas,

atau sekelompok transaksi dan menentukan hubungannya masing-masing. Analisis

dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab, dampak, motif, dan

kemungkinan-kemungkinan yang seringkali dapat menjadi fasilitator bagi penelitian

selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan.

Memverifikasi

Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas atas

suatu bukti audit. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran

fakta atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya

yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas suatu laporan atau tulisan

dengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui, dengan

data asli, atau dengan suatu standar.

Verifikasi mencakup konfirmasi, dimana semua keraguan terhapuskan melalui

validasi independen oleh pihak-pihak yang okjektif. Verifikasi juga mencakup

perbandingan, yaitu pernyataan dari seseorang dikonfirmasi melalui pembahasan

dengan orang-orang lain, atau satu dokumen dibandingkan dengan satu atau lebih

dokumen lain yang valid.

Menginvestigasi

Investigasi merupakan proses tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang

tersembunyi dan mencari kebenaran. Investigasi mengimplikasikan penelusuran

informasi yang sistematis yang diharapkan auditor bisa ditemukan atau perlu

diketahui.

Auditor bisa menginvestigasi, tapi menginvestigasi berbeda dengan mengaudit. Audit

mengandung objektivitas, sedangkan investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti

atas terjadinya kesalahan. Sawyer mengartikan investigasi sebagai cara menangani

suatu kondisi yang mencurigakan.

Mengevaluasi

Page 16: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Evaluasi, dalam audit, artinya menimbang apa yang telah dianalisis dan menentukan

kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Evaluasi mencerminkan kesimpulan yang

dihasilkan auditor berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan.

Evaluasi mengimplikasikan pertimbangan profesional, dan merupakan rangkaian yang

berjalan melewati keseluruhan proses audit. Pada tahap awal pemeriksaan audit,

auditor harus mengevaluasi risiko-risiko yang akan terjadi, diantaranya risiko audit

(risiko menghilangkan suatu aktivitas dari rencana audit, dibandingkan dengan biaya

pemeriksaannya). Dalam program audit, auditor harus mengevaluasi perlunya

pengujian rinci sebagai pengganti survei atau penelusuran. Dalam prosedur

pengambilan sampel, auditor harus mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan

yang dibutuhkan untuk mencapai keandalan sampel yang auditor yakin dibutuhkan.

Karena auditor membandingkan transaksi dengan standar dan menemukan

penyimpangannya, mereka harus mengevaluasi tingkat signifikansi dari

penyimpangan tersebut dan menentukan apakah tindakan perbaikan diperlukan.

Pengumpulan Bukti Audit yang Tepat

Pengumpulan bukti audit yang tepat diperoleh melalui proses sampling audit. Sampling

audit terdiri dari dua jenis, yaitu statistik dan nonstatistik. Sampling statistik adalah metode

matematika yang berbasis pada pemilihan item perwakilan yang mencerminkan karakteristik

dari seluruh populasi. Dengan menggunakan hasil tes audit item sampel statistik, auditor

internal dapat menyatakan pendapat atas seluruh kelompok. Sampling nonstatistik, disebut

juga judgmental sampling, tidak didukung oleh teori matematika dan tidak memungkinkan

auditor untuk menyatakan pendapat statistik yang tepat pada seluruh populasi. Namun,

sampling nonstatistik atau judgmental sampling sering merupakan alat audit yang berguna

pula.

Penilaian Audit dan Teknik Evaluasi

Auditor internal tidak boleh mencoba untuk menarik kesimpulan untuk seluruh populasi

yang didasarkan pada sampel terbatas. Untuk mengembangkan kesimpulan audit atas data,

auditor internal memerlukan proses dimana mereka harus:

Page 17: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

- Memahami total populasi dari item yang diperhatikan dan mengembangkan rencana

pemilihan sampel dari populasi.

- Menarik sampel dari populasi yang didasarkan pada rencana pemilihan sampel.

- Mengevaluasi item sampel terhadap tujuan audit.

- Mengembangkan kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil sampel audit.

Setiap kali seorang auditor internal perlu untuk menarik kesimpulan berdasarkan

populasi dari beberapa item tetapi tidak ingin memeriksa seluruh populasi, sampling audit

dapat membimbing menuju audit yang lebih baik dan lebih efisien. Sampling audit yang baik

biasanya didapatkan dengan menggunakan sampling statistik. Alasan yang mendorong

penggunaan sampling audit dari sampling statistik khususnya meliputi:

- Kesimpulan yang ditarik mengenai seluruh populasi data. Jika metode sampling

statistik yang digunakan, informasi dapat diproyeksikan secara akurat atas seluruh

populasi tanpa melakukan pemeriksaan 100% populasi.

- Hasil sampel objektif dan dapat dipertahankan. Kesalahan pengendalian internal

sering terjadi secara acak, dan masing-masing kondisi kesalahan harus memiliki

kesempatan yang sama untuk diseleksi dalam sampel audit.

- Memungkinkan tidak diperlukannya penambahan sampel saat melakukan sampling

audit. Menggunakan teknik statistik berbasis matematika, auditor sering tidak perlu

meningkatkan ukuran sampel langsung secara proporsional dengan ukuran populasi

untuk dijadikan sampel.

- Sampling statistik kadangkala dapat memberikan akurasi yang lebih tepat daripada tes

100%. Ketika jumlah item data dihitung secara keseluruhan lebih besar, risiko

kesalahan administrasi dan audit signifikan meningkat.

- Cakupan audit dari beberapa lokasi seringnya hanya bisa diuji dengan sampling

statistik.

- Prosedur sampling sederhana untuk diterapkan.

Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari sampling audit, auditor internal harus

ingat bahwa informasi tentang populasi yang tepat tidak dapat diperoleh berdasarkan hanya

pada sampel, apakah itu judgmental ataupun statistik. Hanya dengan membuat tes 100% dan

mengikuti prosedur audit yang baik, auditor internal dapat memperoleh informasi yang tepat.

Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat, evaluasi ini

dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian

Page 18: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

selama audit bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan.

Pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapangan dilakukan saat auditor akan memutuskan

pendapat yang akan dinyatakan dalam laporan audit. Evaluasi bukti ini harus lebih teliti lagi

bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar, seperti:

Pengawasan intern yang lemah. Dalam situasi ini auditor harus menemukan bukti-

bukti lain yang dapat menggantikan bukti yang dihasilkan oleh sistem akuntansi

dengan pengawasan yang lemah.

Kondisi keuangan klien yang tidak sehat. Pada kondisi ini manajemen cenderung

menunda penghapusan piutang yang sulit ditagih atau menunda penghapusan

persediaan barang yang sudah tidak bernilai.

Manajemen yang tidak dapat dipercaya. Auditor perlu mempertimbangkan kembali

penugasan yang diberikan padanya apabila manajemen tidak dapat dipercaya.

Alasannya karena laporan keuangan merupakan pernyataan manajemen dan

dihasilkan juga oleh manajemen.

Penggantian kantor akuntan publik. Auditor menghadapi resiko besar apabila ternyata

penggantian kantor tersebut diakibatkan perselisihan yang tak terselesaikan mengenai

laporan keuangan antara auditor terdahulu dengan klien.

Perubahan peraturan pajak. Cenderung mendorong manajemen untuk mengubah

prinsip akuntansi yang dipakainya dengan tujuan untuk memperkecil pajak

penghasilan yang harus dibayar perusahaan. Selain itu dapat menggeser pengakuan

pendapatan ke periode dengan tarif pajak yang lebih rendah.

Usaha yang bersifat spekulatif. Merupakan masalah yang lebih besar dalam audit atas

usaha klien yang bersifat spekulatif karena berkaitan dengan masalah ketidakpastian

dan kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya juga meragukan.

Transaksi yang kompleks. Transaksi yang kompleks mengandung resiko kesalahan

yang sangat besar sehingga resiko yang dihadapi auditor juga besar.

CONTROL SELF – ASSESSMENT (CSA)

Control self-assessment (CSA) merupakan inovasi yang relatif baru yang sedang

diterapkan oleh banyak organisasi berukuran besar untuk mendukung, dalam beberapa kasus

untuk menggantikan proses audit internal mereka. Pendukung teknik ini berhati-hati untuk

menyatakan bahwa tidak ada niat untuk menggantikan sepenuhnya fungsi audit internal.

Page 19: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Audit telah lama mengenal konsep audit partisipatif (participative auditing), yaitu

sebuah proses yang menerapkan berbagi tingkat kemitraan dengan auditor dan klien. Jika

diterapkan dengan alasan wajar dan tulus maka audit partisipatif terbukti efektif dan memberi

efisiensi dan efektivitas yang lebih besar dalam mencapai tujuan audit. CSA merupakan salah

satu jenis audit partisipatif.

Hal yang mendorong inovasi CSA adalah pengembangan konsep COSO tentang kontrol

internal. Konsep COSO mengidentifikasi aspek-aspek kontrol internal yang kurang substantif

dibandingkan metode tradisional yang sedang dipertimbangkan. Pengukuran dan evaluasi

dalam konsep COSO dirasa berlawanan dengan metodologi yang biasa diterapkan oleh staf

audit internal. CSA memperbaiki kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk

mengevaluasi aspek-aspek kontrol internal berdasarkan apa yang mereka lihat, alami, dan

praktikkan.

Model CSA menunjukkan bahwa suatu perusahaan harus menerapkan tujuan

pengendalian yang kuat dan aktivitas pengendalian untuk memiliki lingkungan pengendalian

yang efektif. Kedua elemen ini dikelilingi oleh sistem yang baik dari informasi dan

komunikasi serta proses penilaian risiko untuk memantau kinerja. CSA adalah proses

perbaikan yang terus-menerus yang mirip dengan metode yang dijelaskan dan digunakan

quality assurance.

Gambar 1. Model CSA

Page 20: Pertemuan 6 Planning and Performing Internal Audit-ii_compile

Sebuah analisa CSA, terutama jika itu mencakup beberapa proses atau sistem, akan

menghasilkan sejumlah besar data. Beberapa mungkin akan mendukung kekuatan proses

yang ada, yang lain akan mengarah ke kelemahan pengendalian internal yang membutuhkan

koreksi, dan yang lain dapat menunjukkan area yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Melalui CSA, audit internal dan staf operasi dapat berkolaborasi untuk menghasilkan

penilaian pengendalian internal dalam sebuah operasi.