pertanggungjawaban tindak pidana penipuan travel …

84
PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL HAJI DAN UMRAH MENURUT HUKUM POSITIF DITINJAU DARI HUKUM ISLAM SKIRPSI Oleh: OktaviaUtami Pembimbing: Drs. Rahmadi., M.HI AlhusniS.Ag., M.HI PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI 2019

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

i

PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN

TRAVEL HAJI DAN UMRAH MENURUT HUKUM POSITIF

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

SKIRPSI

Oleh:

OktaviaUtami

Pembimbing:

Drs. Rahmadi., M.HI

AlhusniS.Ag., M.HI

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI

2019

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Yang bertandatangandibawahini:

Nama : OktaviaUtami

Nim : SHP 151883

Jutrusan/Konsentrasi : HukumPidana Islam

Fakultas : Syariah

Alamat : Simpang Sungai Duren

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“Pertanggungjawaban Tindak Pidana Penipuan Travel Haji Dan Umrah

Menurut Hukum Pidana Positif ditinjau dari Hukum Pidana Islam” adalah hasil

karya pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi materi yang

dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutiapan yang telah disebutkan

sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggungjawabkannya

sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi,

termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.

Jambi, Mei 2019

Yang Menyatakan

OktaviaUtami

NIM. SHP 15188

Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

iii

Pembimbing I : Drs. Rahmadi., M.HI

Pembimbing II :AlhusniS.Ag., M.HI

Alamat : FakultasSyariah UIN STS Jambi JL. Jambi MuaraBulian KM.

16 Simp.SE Duren Kab.Muaro Jambi 31346 Telp.

(0741)582021

Jambi, Mei 2019

KepadaYth.

Bapak Dekan Syariah

UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi

Di-

Jambi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikumwr.wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara

Oktavia Utami yang berjudul “Pertanggungjawaban Tindak Pidana Penipuan

Travel Haji dan Umrah Menurut Hukum Pidana Positif di Tinjau dari Hukum

Islam” telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi

syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) dalam Hukum Pidana Islam

pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.

Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga b ermanfaat bagi kepentingan

Agama, Nusa, dan Bangsa.

Wassalamu’alaikumwr.wb

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rahmadi, M.HI Alhusni, S.Ag.,MHI

NIP. 197112019920320001 NIP. 197612252009011017

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

iv

Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

v

MOTTO

ا أيه م ي نك ٱن تكون ت رة عن تراض م لذطل ا لب

لك بينك بأ ين ءامنوا ل تأ كوا ٱمو لذ

ول تقتلوا ٱ

كن ٱن للذ نذ ٱ

م ا بك رحيمافسك

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantarakamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyanyang kepadamu.” (QS, An-

Nisa:29)

Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin.

Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih

dan Maha Penyayang. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya

skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan

keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Untuk ayah dan ibu,Sugito dan Tukinah sebagai tanda bukti, hormat dan rasa

terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ayah dan

ibuku tersayang, telah memberikan dukungan, semangat, iringan doa, nasehat dan

kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat, sabar

dalam menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa

membuat yang lebih. Dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan

segala perasaan, dalam bekerja tanpa mengenal rasa lelah.

Untukadik-adikku M. Marzuki, Ahmad Ghozali dan Nofriansyah Syafitra tiada

yang paling mengharukan saat berkumpul bersama kalian, terima kasih atas doa dan

suport yang telah kalian berikan kepadaku sebagai adik dan kakak kalian. Serta untuk

semua keluarga yang telah banyak membantu dan memberikan semangat

kepadaku.Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Aamiin

Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

vii

ABSTRAK

Laporan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertanggungjawaban dan

penyelesaian tindak pidana bagi orang yang melakukan penipuan travel haji dan

umrah, untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap pertanggungjawaban

tindak pidana penipuan travel haji dan umrah dalam hukum positif. Metode penelitian

yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan hukum normatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dokumentasi atau literatur. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif, komprehensif dan lengkap. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah penyelenggara perjalanan ibadah umroh yang tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalamPasal 45 ayat (1) dikenai sanksi administrative sesuai

dengan tingkat kesalahannya, yang berupa : a. Peringatan b. Pembekuan izin

penyelenggaraan atau c. Pencabutan izin penyelenggaraan. Dalam proses penyidikan

kasus tidak pidana penipuan calon Jemaah umroh terdapat 3 tahapan pemeriksaan,

peninjauan tempat kejadian perkara, dan penyidikan. Tindak pidana penipuan

dikategorikan kepada ta’zir Jika hukuman dikaitkan dengan sanksi hukuman positif

maka sanksi hukumannya yaitu sanksi hukuman penjara dan denda.

Kata Kunci :Pertanggungjawaban, pidana, penipuan, haji, umroh.

Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

viii

KATA PENGANTAR

حيم رحمن الر ال بسم الله

AssalamualaikumWrWb

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa

kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pertanggungjawaban Tindak Pidana Penipuan Travel Haji

Dan Umrah Menurut Hukum Pidana Positif ditinjau dari Hukum Pidana Islam”

serta sholawat dan salam kepada nabi akhirulkalam yakni nabi besar Nabi Muhammad

SAW. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada pembawa kebenaran yakni

Rasulullah Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau dengan berlumurkan

darah, berselimutkan pedang dan bermandikan anak panah demi menegakkan kalimat

Lailahaillallah.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengaturkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Dr.H.Hadri Hasan,MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idiAsyari, MA., Ph.D, Yth. Bapak Dr. H. Hidayat,

M.Pd, Yth. Ibu Dr.Hj. Fadhilah.M.Pd selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

ix

3. H. HermantoHarun, Lc.,M.HI.,Ph.D, Dr. RahmiHidayati.,MH Dan Dr.

Yuliatin.,MH SelakuPembantuDekan I,II, Dan III dilingkunganFakultasSyariah

UIN STS Jambi.

4. Ibuk Dr. Robiatul Adawiyah., S.HI.,MHI Dan Bapak Juharmen.,S.HI.,M.SI Selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah UIN STS

Jambi.

5. Bapak Dr. RahmadidanBapakAlhusni, S.Ag. M.HI selakuDosenPembimbingI dan

II skripsiini.

6. BapakdanIbukDosen, AsistenDosendanseluruhKaryawan/KaryawatiFakultas

Syariah UIN STS Jambi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah

SWT memberikan keberkahan kepada kita semua. Akhir kata penulis sangat berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dalam penyusunan sekripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin

untuk memenuhi persyaratan ilmiah. Namun penulis menyadari, bahwa penulisan

sekeripsi ini masih perlu penyempurnaan. Untukitu, saran maupun keritik yang sifatnya

konstruktif dari berbagai pihak, akan penulis terima dengan tangan terbuka serta

dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Selanjunya bila ada kebenaran maka semata-mata itu milik Allah SWT, dan

apabila ada kesalahan itu merupakan sebuah kekhilafan dari diri penulis. Semoga

bantuan apapun yang diberikan oleh penulis akan menjadi amal baik dan akan

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

x

mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap tulisan ini

bermanfaat adanya.

Jambi, May, 2019

Penulis

OktaviaUtami

NIM: SHP151883

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang ..................................................................... 1

B. RumusanMasalah ............................................................... 6

C. BatasanMasalah…………………………………………. 6

D. TujuandanKegunaanPenelitian .......................................... 6

E. Kerangka Konseptual ......................................................... 8

F. MetodePenelitian................................................................ 15

G. SistematikaPenulisan…………………………………….19

BAB II PERTANGGUNGAWABAN DALAM HUKUM PIDANA

A. PengertianPertanggungjawabanPidana .............................. 21

B. KesalahandanPertanggungjawabanPidana ......................... 25

C. KemampuanBertanggungajawabanPidana ......................... 26

BAB III TINJAUAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL

HAJI DAN UMRAH

A. DefinisiTindakPidana ......................................................... 29

B. PengertianPenipuan ............................................................ 32

C. Unsur-Unsur Penipuan........................................................33

D. SanksiTindakPidanaPenipuan ............................................ 36

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

xii

E. Kewajiban Haji danUmrah……………………………….37

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. PertanggungjawabanTindakPidana Travel Haji danUmrah

............................................................................................ 40

B. PenyelesaianTindakPidana Travel Haji danUmrah ........... 47

C. PandanganHukum Islam TerhadapPertanggungjawaban

TindakPidanaPenipuan Travel Haji danUmrahMenurut

HukumPositif ..................................................................... 52

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 62

B. Saran ................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUMVITAE

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Haji dan umrah merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi

setiap muslim yang mampu. Kewajiban ini merupakan rukun Islam yang

kelima.Karena haji merupakan kewajiban, maka apabila orang yang mampu

tidak melaksanakannya maka berdosa dan apabila melaksanakannya mendapat

pahala.1

Dalam Pasal9Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79

tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2018 tentang

penyelenggaraan ibadah haji, ibadah umrah yang dilaksankan diluar musim

haji.

Penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah bertujuan memberikan

pembinaan, Pelayanan, dan perlindungan kepada Jemaah, sehingga Jemaah

dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat, berdasarkan

Pasal l3 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2008

tentang penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah.

Indonesia adalah salah satu negara yang jamaah haji dan umroh

meningkat setiap tahunnya. Animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah

1Abduracman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, 2010). Hlm. 9

1

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

2

umroh tahun 2015 Begitu tinggi. Catatan sejak Januari 2015 hingga 16 April

2015 menunjukkan, jumlah jamaah umroh mencapai 21.425 orang. Rata-rata

setiap pekan ada sekitar 1.500 jamaah umroh berangkat ke Arab Saudi.Kantor

Urusan Haji (KUH) pemerintah Indonesia di Jeddah melaporkan, data jamaah

umroh hingga 16 April 2015 tercatat sebanyak 21.425 orang. Jamaah ini

berangkat dengan 85 unit travel atau Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah

(PPIU). Jumlah jamaah umrah ini diprediksi semakin banyak selama bulan

puasa, awal Idul Fitri, dan hari-hari besar keagamaan Islam lainnya, serta hari

libur sekolah.2

Perjalanan umrah yang semakin menjamur di Indonesia karena

banyaknya jamaah Umrah asal Indonesia yang ingin melaksanakan rukun Islam

kelima itu, dimanfatkan oleh pihak-pihak tertentu, sehingga dari sekian banyak

biro perjalanan umrah yang ada perlu diteliti apakah biro perjalanan umrah

tersebut legal artinya mendapat izin dari Kementerian Agama RI atau justru

illegal, jangan sampai masyarakat tertipu dengan tawaran-tawaran yang

menggiurkan dengan harga murah dari pihak biro perjalanan umrah akan tetapi

pada saat pelaksanaan justru malah tidak jadi berangkat.

2http://haji.kemenag.go.id/v2/content/tingginya-minat-umrah-kemenag-ingatkan-5-pastipublik

diakses pada tanggal 07 November 2018 jam 20.00 Wib.

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

3

Banyak pihak biro penyelenggaraan ibadah umrah meskipun memiliki

izinakan tetapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kerugian bagi calon jamaah yang menggunakan biro jasa tersebut. Sebagai

contoh dalam praktiknya, banyak pihak biro penyelenggaraan ibadah umrah

tidak melakukan atau memberikan perjanjian secara tertulis yang menjelaskan

jadwal keberangkatan dan kepulangan,fasilitas yang diperoleh, dan lain

sebagainya.

Contohnya, First travel diduga telah melakukan penipuan dengan

modus menawarkan paket promo umrah yang sangat murah yaitu Rp 14,3 paket

VIP. Paket promo umrah tersebut berhasil menarik banyak calon jamaah.

Jumlah calon jamaah terdaftar di first travel mencapai 72.672 orang. Namun

sebagian besar calon jamaah tersebut gagal berangkat umrah, dengan total nilai

kerugian Rp 848,7 miliar. Sejak Desember 2016 hingga Mei 2017, First travel

hanya mampu memberangkatkan 14.000 jamaah, sedangkan 58.682 calon

jamaah lainya merugi. Para calon jamaah yang merugi tersebut menyampaikan

laporannya ke crisis centre Bereskrim Polri. Total pelapor mencapai 4.043

orang. Terdapat laporan lainnya yang disampaikan melalui emailyaitu sebanyak

2.280 laporan.3

3Majalah Singkat Info Hukum, Vol. IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

4

Nilai-nilai kehidupan masyarakat yang rendah, memiliki peluang

tertentu kepada sebagian masyarakat untuk melakukan suatu tindak pidana

yang erat hubungannya dengankepercayaan dan harta kekayaan, yaitu tindak

pidana penipuan. Tindak pidana penipuan merupakan salah satu kejahatan yang

mempunyai objek terhadap benda atau barang untuk dimiliki secara pribadi.

Penipuan adalah suatu bentuk obral janji. Sifat umum dari obral janji itu adalah

bahwa orang dibuat keliru, dan oleh karena itu ia rela menyerahkan barang atau

uangnya. Kejahatan penipuan itu termasuk “materieel delict” artinya untuk

kesempurnaannya harus terjadi akibat.4

Dalam pelaksanaan pemberangkatan calon jamaah umrah yang

dilakukan oleh Pihak biro penyelenggara ibadah umrah dengan calon jamaah

umrah digunakan suatu perjanjian. Perjanjian padadasarnya adalah suatu

peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.Dari peristiwa ini,timbulah

suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.Perjanjian

itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.Bentuk

perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji

atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian hubungan

antar perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan

4Tri Andrisman.DelikTertentu dalam KUHP (Bandar Lampung:Unila 2001) .hlm.176

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

5

perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber

lain.5

Perikatan antara biro penyelenggara ibadah umrah dengan calon jamaah

umrah selanjutnya didahului dengan perjanjian diantara para pihak, yang

didalam perjanjian tersebut memuat syarat-syarat, hak, dan kewajiban para

pihak. Perjanjian yang dibuat tersebut mengikat kedua belah pihak yaitu antara

perusahaan atau biro penyelenggara Ibadah umrah sebagai pihak pertama

dengan calon jamaah umrah sebagai pihak kedua agar pelaksanaan suatu

perjanjian dapat berjalan dengan baik maka untuk menentukan apakah debitur

telah melaksanakan kewajiban memenuhi isi perjanjian ukurannya didasarkan

pada kepatuhan, ini artinya debitur telah melaksanakan kewajibannya menurut

yang sepatutnya, serasi, dan layak menurut semestinya seseuai dengan

ketentuan yang telah mereka setujui bersama dalam perjanjian.

Penipuan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab

yang terhadap calon jamaah terutama kepada calon jamaah yang kurang jeli

dalam memilih biro perjalanan. Penipuan terhadap penyelenggaraan ibadah

umrah yang melanggar kewenangan dan penyalagunaan hak, walaupun

pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008

tentang penyelenggaraan Ibadah Umrah yang berlangsung kurang lebih 11

tahun diberlakukannya, namun masih banyak biro perjalanan umrah yang

5Subekti ,Hukum Perjanjian, (Jakarta, PT,Intermasa, 2005) Hlm.1

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

6

melakukan penipuan kepada calon Jemaah umrah. Setiap orang yang sengaja

dan tanpa hak bertindak sebagai penyelenggara perjalanan Ibadah

Umrahdengan mengumpulkan dan/atau memberangkatkan Jemaah umrah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp500.000.000,(lima ratus juta). Dari uraian diatas maka peneliti ingin

mengkaji lebih dalam mengenai masalah penipuan haji dan umroh dengan

menjadikannya skirpsi yang berjudul “Tindak Pidana Penipuan Travel Haji

dan Umroh menurut Hukum Positif di Tinjau dari Hukum Islam.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka menjadi

pokok permasalahan dalam peneliti proposal ini adalah:

1. Bagaimana pertanggungjawaban tindak pidana bagi orang yang melakukan

penipuan travel haji dan umrah ?

2. Bagaimana penyelesaian tindak pidana penipuan travel haji dan umrah?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pertanggungjawaban tindak

pidana penipuan travel haji dan umrah dalam hukum positif ?

C. Batasan Masalah

Untuk memeudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika

penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan hasil yang

diharapkan, maka penulis membatasi masalah yang akan di bahas dalam

laporan penelitian ini. Yang mana peneliti membatasi hanya pada masalah

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

7

pertanggungjawaban tindak pidana penipuan travel haji dan umrah menurut

hukum positif di tinjau dari hukum pidana Islam.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak

dicapai oleh peneliti. Sedangkan tujuan nya sendiri merupakan sejumlah

keadaan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian yang dilakukan

dalam rangka penulisan skirpsi ini adalah:

a. Ingin mengetahu pertanggungjawaban tindak pidana bagi orang yang

melakukan penipuan travel haji dan umrah.

b. Ingin mengetahui penyelesaian tindak pindana penipuan travel haji dan

umrah

c. Ingin mengetahui pandangan hukum Islam terhadap

pertanggungjawaban tindak pidana penipuan travel haji dan umrah

dalam hukum positif.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dari sisi akademis hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pidana dan dapat dijadikan

titik tolak bagi penelitian lebih lanjut.

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

8

b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1) pada

Jurusan Hukum Pidana Islam UIN Sulthan Thaha Saifudddin Jambi.

E. Kerangka Konseptual

1. Pertanggungjawaban Pidana

Seseorang yang melakukan tindak pidana baru boleh dihukum apabila

si pelaku sanggup mempertanggungjawabkan yang telah diperbuatnya,

masalah pertanggungjawaban erat kaitannya dengan kesalahan, oleh

karena adanya asas pertanggungjawaban yang menyatakan dengan tegas

bahwa tindak pidana tanpa ada kesalahan.

Pertanggung jawaban pidana mengandung makna bahwa setiap

orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana

dirumuskan dalam undang-undang, maka orang tersebut patut

mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan kesalahannya.6

Pertanggungjawaban pidana menurut hukum pidana adalah kemampuan

bertanggungjawab seseorang terhadap kesalahan.Unsur pertama adalah

kemampuan bertanggungjawab yang dapat diartikan sebagai implementasi

tanggungjawab seseorang untuk menerima setiap resiko atau konsekumsi

yuridis yang muncul sebagai akibat tindak pidana yang telah dilakukannya,

6Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), hlm. 12

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

9

sedangkan unsur kedua adalah kesalahan yang dapat diartikan sebagai unsur

kesengajaan, kelalaian, atau kealpaan.

2. Penipuan

Timbulnya tindak pidana tidak disebabkan oleh satu faktor saja yang

berdiri sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutherland bahwa:

“Tindak pidana adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan

bermacam-macam. Dan bahwa faktor-faktor itu dan untuk selanjutnya tidak

bisa disusun menurut ketentuan yang berlaku umum tanpa ada pengecualian

atau dengan perkataan lain, untuk menerangkan kelakuan kriminal memang

tidak ada teori ilmiah”.7

Menurut bahasa, penipuan berasal dari kata “tipu” yang berarti

perbuatan atau perkataan tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan

maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari untung. Sedangkan

penipuan merupakan proses dari tindakan menipu.8 Secara yuridis, penipuan

berarti perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu, martabat

palsu, tipu muslihat atau kebohongan yang dapat menyebabkan orang lain

dengan mudah menyerahkan barang, uang atau kekayaan.

7 Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, (Bandung : Aksara Baru, 1980), hlm. 35 8Adam Normies, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung : Karya Ilmu, 1992), hlm. 199

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

10

Tindak pidana penipuan yang terdapat pada Pasal 378 KUHP

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Barang siapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang

lain;

b. Melawan hukum;

c. Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu atau dengan tipu

muslihat atau rangkaian kebohongan.

Pada dasarnya tujuan hukum acara pidana itu adalah mencari,

menentukan, dan menggali kebenaran materil (materieele waarheid) atau

kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.Dengan demikian, berkorelatif

aspek tersebut secara teoritis dan praktek peradilan guna mewujudkan

materieele waarheid maka suatu alat bukti mempunyai peranan penting dan

menentukan sehingga haruslah dipergunakan dan diberi penilaian secara

cermat agar tercapai kebenaran hakiki sekaligus tanpa mengabaikan hak

asasi terdakwa.9

Menurut Barda Nawawi Arif, hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa

hakim tidak boleh menjantuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah

9Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Acara Pidana Indonesia.

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 74

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

11

yang bersalah melakukannya. Alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184

adalah :

a) Keterangan Saksi;

b) Keterangan Ahli;

c) Surat;

d) Petunjuk;

e) Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui

sehingga tidak perlu dibuktikan.10

Pasal 185 ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa keterangan seorang

saksi sajatidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap

perbuatan yang didakwakan kepadanya, sedangkan dalam ayat 3 dikatakan

ketentuan tersebut tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang

sah lainnya (unus testis nullus testis ). Saksi korban juga berkualitas sebagai

saksi, sehingga apabila terdapat alat bukti yang lain sebagaimana dimaksud

dalam ayat 3, maka hal itu cukup untuk menuntut pelaku tindak pidana.

3. Travel Haji dan Umroh

Calon jama'ah adalah seseorang muslim memiliki niat menunaikan

ibadah haji dan kemampuan secara fisik untuk menjalani ritual peribadatan

10Ishaq,Intisai Hukum Acara Pidana, hlm46

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

12

dan menyediakan pembiayaan perjalanannya.11Semua itu tidak dapat

dipenihi secara fisik untuk menjalani ritual peribadatan dan menyediakan

pembiayaan perjalannya. Semua itu tidak dapat dipenuhi secara absolut

oleh dirinya sendiri, karena adanya keterkaitan dengan faktor-faktor lain

yang hanya dapat disediakan oleh lingkungannya. Namun penyediaan

layanan oleh lingkungan telah menempatkan calon jamaah sebagai seorang

customer yang sering kali menginginkan pelayanan prima dan mempuyai

kebebasan apa yang akan dipilihnya sesuai kemampuan dan tingkat

pelayanan dikehendaki.

Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban dan harus dilakukan

oleh setiap muslim yang mampu (istitho’ah) mengerjakan sekali seumur

hidup. Kemampuan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan ibadah haji

dapat digolongkan dalam dua pengertian yaitu :

Pertama, kemampuan personal (internal), harus dipenuhi oleh masing-

masing individu mencakup antara lain kesehatan jasmani dan rohani,

kemampuan ekonomi yang cukup baik bagi dirinya dan keluarga yang

ditinggalkan, dan didukung dengan pengetahuan agama, khususnya

tentang manasik haji.

11 Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan,

(Jakarta, 2007) hlm. 12

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

13

Kedua, kemampuan umum (eksternal), harus dipenuhi oleh lingkungan

Negara dan pemerintah mencakup antara lain peraturan perundang-

undangan yang berlaku, keamanan dalam perjalanan, fasilitas, transportasi,

dan hubungan antara Negara baik multilateral maupun bilateral antara

pemerintah Indonesia dengan kerajaan Arab Saudi. Dengan terpenuhinya

dua kemampuan tersebut, maka perjalanan untuk menunaikan ibadah haji

baru dapat terlaksanakan dengan baik dan lancar.12

Umrah adalah salah satu ibadah dalam agama Islam. Hampir mirip

dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan

beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.

Seiring disebut pula dengan haji kecil.13

Ibadah umrah adalah dimulai dengan berikrom dari mikot makani,

kemudian masuk kota Mekah melakukan thawaf, Sa’i an diakhiri dengan

tahalu (memotong rambut paling sedikit tiga helai), serta dilakukan dengan

tertib (sesuai urutan tersebut).14

4. Hukum Positif

12J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, (Jakarta, Prenada Media, 2004)

hlm. 2 13Dikutip di Wikipedia, Pengertian Umraah. Diakses pada 15 November 2018, pukul 22:43 14Dr. Haj. Sumuran Harahap, M.Ag, MM, MH, Drs. H. Mursidi, Mr, MM, Lintasa

SejarahPerjalanan Jemaah Haji Indonesia, (Jakarta, Insan Cemelang ) hlm. 326

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

14

Hukum Pidana Positif ialah Stafrecht dalam bahasa belada, Criminal

Law dalam bahasa inggris, dalam kamus hukum dikatakan hukum pidana

“peraturanhukum mengenai hukum pidana; hukum yang mencakup

keharusan dan larangan serta bagi pelanggarnya akan dikenakan sanksi

hukuman (pidana) terhadapnya.15

Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang

dapat dijatuhkannya kepada pelaku.16

5. Hukum Islam

Menurut istilah syariat berarti aturan atau undang-undang yang

diturunan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan

tuhannya,mengatur hubungan sesama manusia,dan hubungan antara

manusia dengan alam semesta.Sesuai dengan pengertian diatas,syariat

menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia sebagai individu,warga

masyarakat dan sebagai subjek alam semesta.

Hukum islam mengatur hidup manusia sebagai individu,yaitu hamba

Allah yang harus taat,tunduk, patuh kepada Allah.Ketaatan,ketundukan,dan

15Kamus Hukum, Charlie Rudyat, (Pustaka Mahardika), hlm. 217 16Bamang Waluyo, S.H.,Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), hlm. 6

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

15

kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang

tata caranya diatur sedemikian rupa oleh hukum islam.

Syariat islam mengatur pula tata hubungan antara seseorang dengan

dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh.Kesalehan

individu itu mencerminkan sosok pribadi muslim yang paripurna.Ketaatan

muslim tidak kepada yang di nashkan saja,yaitu pada yang terdapat dalam

Al-Qurandan Hadis,tetapi mencakup juga hukum ijtihad dan praturan negara

yang dikeluarkan oleh ulil amri (pemerintah).Penghormataan dan ketaatan

tersebut wajib didahulukan secara syar’i jika peraturan tersebut bersumber

dari penguasa yang memegang teguh hukum islam.Pada dasarnya hukum

Islam tersebut aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan apa yang

dilakukannya,mendapatkan hukuman yang setimpal dari perbuatan orang-

orang yang melakukan kejahatan.17

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisisnya, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap

fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan permasalahan yang timbul didalam gejala bersangkutan.

17Aminuddin,dkk,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Ghalia Indonesia),2002,hal 83-84.

Page 28: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

16

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah

pendekatanpenelitian hukum normatif dengan melakukan identifikasi

terhadap isu-isu hukum yang kurang berkembang dalam masyarakat,

mengkaji penerapan-penerapan hukum (normatif) dalam masyarakat,

mengkaji pendapat para ahli-ahli hukum terkait dan analisa kasus dalam

dokumen-dokumen untuk memperjelas hasil penelitian kemudian ditinjau

aspek praktis dan aspek akademis keilmuan hukumnya dalam penelitian

hukum.

Penelitian ini juga merujuk langsung kepada peraturan perundang-

undangan (law in books), sedangkan pendekatan yang digunakan untuk

mengkaji tindak pertanggungjawaban pidana penipuan travel haji dan umrah

menurut hukum positif dan hukum islam,juga menggunakan pendekatan

yuridis normatif.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Dalam upaya merumuskan skiripsi ini, penulis melakukan penelitian

kepustakaan (Library Research), maka sumber data atau informasi yang

menjadi data baku peneliti, untuk diolah merupakan data yang berbentuk

bahan primer, bahan sekunder, dan bahan tertier.

Page 29: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

17

1) Bahan Hukum Primer

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam peneliti,

yang yang diperoleh langsung dari sumbernya atau pun dari lokasi objek

penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh

dilapangan.18Sumber utama adalah Al-Qur’an dan Undang Undang atau

Hukum positif yang berkaitan dengan kaitannya dengan judul peneliti.

2) Bahan Hukum Sekunder

Data penunjangnya ialah data data yang diambil dari sumber

sumber yang ada relevansinya dengan pembahasan yang berupa buku-

buku, majalah, jurnal, makalah, diklat, internet dan lain sebagainya.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan yang memeberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder diperoleh dengan

mempelajari kamus hukum, kamus ilmiah, kamus bahasa Indonesia dan

kamus-kamus lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diterapkan penulis pada

penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh penulis secara esensial

merupakan aktivitas penulis dalam mengadakan penelitian untuk

18Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi (Jambi:Syariah Press,2012) hlm 45.

Page 30: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

18

memperoleh data empiris yang diperlukan dalam rangka pemenuhan

informasi dan data yang diperlukan.Adapun metode yang dipergunakan

oleh penulis dalam pengumpulan data tersebut adalah metode

dokumentasi.19

Metode dokumentasi ialah metode yang digunakan peneliti

untuk “menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.Metode dokumentasi ini digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data-data dan informasi serta pengetahuan kepustakaan

yang berkaitan dengan materi penelitian ini yaitu tentang

pertanggungjawaban tindak pidana penipuan travel haji dan umrah.

4. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data-data tersebut

dianalisis untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan suatu

penelitian, harus berdasarkan pada hasil pengolahan dan harus selaras

dengan jenis data-data yang ada. Dalam metode analisa data ini peneliti

menggunakan cara yaitu analisa data kualitatif, oleh karena penelitian

yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.

Mengingat penelitian ini yang digunakan adalah penelitian

pustaka (Library Research), maka alat pengumpulan data datanya

19Suryabrata, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hlm. 35.

Page 31: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

19

berwujud studi dokumentasi atau literatur dan akses internet. Kemudian

data penelitian dianalisa dengan caraanalisis kualitatif, komprehensif

dan lengkap.20Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, tidak tumpang

tindih dan selektif sehingga memudahkan interpretasi data dan

pemahaman hasil penelitian.Komprehensip artinya analisis data secara

mendalam dari berbagai aspek masuk dengan lingkup penelitian dan

lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah

masuk dalam analisis. Analisis data dan interpretasi seperti ini akan

mengasilkan produk penelitian hukum normatif yang bermutu dan

sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Guna mengetahui isi skripsi ini secara umum, perlulah diperhatikan

sistematika penulisan dibawah ini sebagai berikut :

Bab Ipendahuluan, terdiri dari: latarbelakangmasalah, rumusan masalah, tujuan

dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

Bab II Adalah tentang maksud pertanggungjawaban dalam isitilah hukum

pidana.

20 Abdul kadir, “Hukum dan Penelitian”, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 127.

Page 32: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

20

Bab IIIMerupakan tinjauan umum tentang penipuan travel haji dan umrah.

Bab IVPembahasan, mengenai pertanggungjawaban pidana dalam tindak

pidana penipuan haji dan umrah, mengenai penyelesaian tindak pidana

penipuan travel haji dan umrah, danpandangan hukum Islam terhadap

pertangngungjawaban tindak pidana penipuan travel haji dan umrah dalam

hukum positif.

BabVPenutup, Pada bab ini akan diuraikan kesimpulandari bab-bab

sebelumnya dari kesimpulan yang diperoleh tersebut penulis memberikan saran

sebagai refleksi bagi semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung.

Page 33: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

21

BAB II

PERTANGGUNGAWABAN DALAM HUKUM PIDANA

A. Pengertian Pertanggungawaban Pidana

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan, perbuatan

pidana adalah perbuatan yang oleh suatu perbuatan hukum dilarang dan

diancam pidana, tergantung kepada apakah dalam melakukan itu orang tersebut

memiliki kesalahan.21 Dengan demikian, membicarakan pertanggungawaban

pidana mau tidak mau harus didahului dengan pejelasan tentang pidana. Sebab

seseorang tidak bisa meminta pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih

dahaulu ia melakukan perbuatan pidana. Dan tidak adil jika tiba-tiba seseorang

harus bertanggungjawab atas suatu tindakan, sedang ia sendiri tidak melakukan

tindak tersebut.22

Dalam hukum pidana, konsep “pertanggungajawaban” merupakan

konsep sentral yang dikenal dengan aran kesalahan. Dalam bahasa Latin, ajaran

kesalahan dikenal dengan sebutan mens rea. Doktrin ini dilandaskan pada suatu

perbuatan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali jika pikiran orang

21Moelatno, Asas-asas Hukum Pidana, (jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm. 54. 22Roeslan Saleh, Perbuatan pidana dan Pertanggungajwaban Pidana ; Dua Pengertian

DasarHukum Pidana, (Jakarta : Aksara Baru, 1983), hlm. 20-23.

21

Page 34: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

22

itu jahat. Dalam bahasa Inggris doktrin tersebut dirumuskan dengan an act does

not make a person quilty, unless the mind is legally blameworty. Berdasarkan

asas tersebut, ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memidana

seseorang, yaitu ada perbuatan lahiriah yang terlarang/perbuatan pidana (actus

reus), dan ada sikap batin jahat/tercela (mens rea).23

Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diterkannya celaan yang

obyektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara subyektif yang ada

memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbutannya itu. Dasar adanya

perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dapat dipidananya

pembuat adalah asas kesalahan. Ini berarti bahwa pembuat perbuatan pidana

hanya akan dipidana jika ia mempuyai kesalahan dalam melakukan perbuatan

pidana tersebut.24

Oleh karena itu, pertanggungawjawaban pidana adalah

pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya.

Tegasnya, yang dipertanggungjawaban orang itu adalah tindak pidana yang

dilakukannya. Dengan demikian, teradinya pertanggungjawaban pidana karena

telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban

pidana pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh

23Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (jakarta : Sinar Grafika, 2011), hlm. 156. 24Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawan Pidana, hlm. 75

Page 35: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

23

hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas “kesepakatan

menolak” suatu perbuatan tersebut.25

Sudarto, sebagaimana dikutip oleh Mahrus Ali mengatakan bahwa

dipidanya seseorang tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi

meskipun perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik dalam undang-undang

dan tidak dibenarkan, namun hal tersebut belum memenuhi syarat penatuhan

pidana. Untuk pemindanaan masih adanya syarat untuk penjatuhan pidana,

yaitu orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah.

Orang tersebut harus dipertanggungjawabkan atas perbuatannya atau jika

dilihat dari sudut perbuatannya, perbuatannya baru dapat

dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut.26

Berdasarkan penelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan

merupakan suatu hal yang sangat penting untuk memindana seseorang. Tanpa

itu, pertanggungjawaban pidana tidak pernah akan pernah ada. Makanya tidak

heran jika dalam hukum dikenal asas, “tiada pidana tanpa kesalahan”, (geen

straf zonder schuld; actus non facit reum nisi mens sir rea). Asas kesalahan ini

merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana, demikian

fundamentalnya asas tersebut sehingga meresap dan menggema dalam hampir

25Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada

TiadaPertanggungjawan Pidana Tanpa Kesalahan, (jakarta : Kencana, 2011), hlm. 71 26Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana , hlm. 156-157

Page 36: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

24

semua ajaran penting dalam hukum pidana. Asas ini juga tidak tersebut dalam

hukum tertulis tapi dalam hukum yang tak tertulis yang uga di Indonesia

berlaku. Hukum pidana fisikal tidak memakai kesalahan. Di sana kalau orang

telah melanggar kewajiban ketentuan, dia diberi pidana denda atau rampas.27

Aturan mengenai pertanggungawaban pidana bukan merupakan standar

prilaku yang waib ditaati masyarakat, melainkan regulasi mengenai bagaimana

memperlakukan mereka yang melanggar faktor penentu bagi

pertanggungjawaban pidana. Tidak ada kesalahan, terutama penting bagi

penengak hukum untuk menentukan apakah seseorang yang melakukan tindak

pidana dapat dipertanggungawabkan dan karennya patut dipidana.

Aturan hukum mengenai pertanggungjawaban pidana berfungsi sebagai

penentu syarat-syarat yang harus ada pada diri seseorang sehingga sah jika

dijatuhi pidana. Penentu apakah seseorang patut dicela karena perbuatannya, di

mana wujud celaan tersebut adalah pemidanaan. Tekannya justru pada fungsi

meletimasi tindakan penengak hukum untuk menimpakan nesatapa pada

pembuat tindak pidana. Dengan keharusan untuk tetap menjaga keseimbangan

antara tingkat ketercelaan seseorang karena melakukan tindak pidan dan

penentuan berat ringannya nestapa yang menajadi konsekuensinya. Aturan

mengenai pertanggungjawaban pidana merupakan saringan pengenaan pidana,

27Moejatno, Asas-asas Hukum Pidana, ( Jakarta: Rineka Pratama)hlm. 153.

Page 37: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

25

yaitu hanya dapat diterapkan terhadap mereka yang memiliki kesalahan dan

pidana yang dikenakan sebatas kesalahannya tersebut.28

Berdasarkan aturan ini, pertanggungawaban pidana justru didesain

dalam perspektif positif, yaitu sebagai obyek regulasinya adalah aparat negara.

Dalam hal ini aparat yang berwenang mengaktualisasi adanya kesalahan pada

diri seseorang. Dan apabila aturan tindak pidana bukan hanya tertuju para

pelaku kejahatan, tetapi juga anggota masyarakat yang berpotensi

melakukannya, maka atauran tentang pertanggungjawaban pidana

hanyaberkenaan dengan mereka yang ternyata telah melakukan tindak pidana

tersebut. Kenyataanya bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak

pidana bersambungan dengan penilaian kesalahan pada dirinya karena perbutan

itu. Dominasi aparatur hukum untuk menentukan kesalahan ini yang berada

dalam subtansi regulasi tentang pertanggungawaban pidana.29

B. Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana

Dalam pengertian hukum pidana dapat disebut ciri atau unsur kesalahan

dalam arti yang luas, yaitu :

1) Dapatnya dipertanggungjawabkan pembuat.

28Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan, hlm 17. 29Konsep pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana mengalami perkembangan sejak

diakuinya koorporasi sebagai subyek hukum pidana di samping manusia. Lihat Mahrus Ali , Dasar-

dasar Hukum Pidana, (Jakrta: Rineka Cipta , 1994), hlm. 130

Page 38: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

26

2) Adanya kaitan fsikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu

adanya sengaja atau kesalahan dalam arti sempit (culpa).

3) Tidak adanya dasar peniadaan pidana yang menghapus dapatnya

dipetanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat.30

Unsur yang ketiga dapat dilihat kaitannya antara kesalahan dan

melawan hukum. Tidak mungkin ada kesalahan tanpa adanya melawan

hukum. Tetapi seperti dikatakan oleh Vos, mungkin ada melawan hukum

adanya kesalahan. Melawan hukum adalah mengenai perbuatan yang

abnormal secara obyektif. Kalau perbuatan itu sendiri tidak melawan

hukum berarti bukan perbuatan obnormal. Untuk hal ini tidak lagi

diperlukan jawaban siapa pembuatnya. Kalau perbuatan sendiri tidak

melawan hukum berarti pembuatnya tidak bersalah. Kesalahan adalah unsur

subyektif, yaitu untuk pembuat tertentu.

C. Kemampuan Pertanggungawaban Pidana

Kemampuan bertanggungawaban dapat diartikan sebagai kondisi

batin yang normal atau sehat dan mampunya akal seseorang dalam

membeda-bedakan hal yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain,

30Andi Hamzah , Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 130.

Page 39: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

27

mampu untuk menginsyafi sifat melawan hukumnya suatu perbuatan dan

sesuai dengan keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendak.31

Untuk yang pertama yang dapat dijelaskan sebagai berikut keadaan

jiwa orang pada umunya (normal) memiliki kebebasan atau untuk

menentukan kehendaknya. Untuk syarat yang kedua orang yang normal

pada umumnya memiliki kemampuan menilai tentang kemampuan menilai

tentang perbuatan yang dia lakukan beserta akibatnya. Ia mampu menilai

akibat apa yang timbul dari perbuatan itu baik atau tercela. Sementara itu,

perihal yang ketiga adalah mengenai kemampuan bertanggungjawab dalam

hubungannya dengan sifat melawan hukum subektif. Artinya untuk memiliki

pertanggungjawan pidana pada pembuat ialah apabila keadaan iwanya

sedemikian rupa sehingga memiliki kesadaran atau keinsyafan bahwa

pembuat yang (akan) dilakukan itu adalah pembuat yang tercela, dilarang

baik maupun menurut masyarakat.32Andi Zainal Abidin mengatakan bahwa

kebanyakan undang-undang merumuskan syarat kesalahan secara negatif.

KUH-Pidana diseluruh dunia pada umunya tidak mengatur tentang

kemampuan bertanggungjawab. Dana yang diatur ialah kebalikannya, yaitu

ketidak kemampuan bertanggungjawaban. Demikian halnya dengan

ketentuan Pasal 44 KUH-Pidana yang berbunyi:

31Ibid., hlm. 131 32Drs. Adam Chazawi, Pelaaran hukum pidana (akarta : Raawali Pers, 2011), hlm.149-

150

Page 40: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

28

(1) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan padanya, disebabkam karena jiwanya cacat

dalam tubuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.

(2) Jika ternyata bahwa perbuatan tidak dapat dipertannggungjawabkan

padanya disebabkan karena iwanya cacat dalam tubuhnya atau

terganggu karena penyakit, maka hakim dapat memerintahkan

supaya orang itu dimasukkan ke dalam rumah sakit, paling lama satu

tahun sebagai waktu percobaan.33

Pasal ini menentukan bahwa pelaku perbuatan pidana baru bisa

dianggap tidak mampu bertanggungawabkan atas perbutannya, apabila

dalam dirinya terjadi salah satu diantara dua hal, berikut ini :

1. Jiwa pelaku mengalami cacat mental sejak pertumbuhannya, hingga

akalnya menjadi kurang sempurna untuk membedakan antara yang

baik dan buruk .

2. Jiwa pelaku mengalami gangguangan kenormalan yang disebabkan

oleh suatu penyakit, hingga akalnya menadi kurang berfungsi

secara sempurna atau kurang optimal untuk membedakan hal-hal

yang baik dan yang buruk.

33KUHP, hlm 27

Page 41: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

29

BAB III

TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PENIPUAN

HAJI DAN UMRAH

A. Definisi Tindak Pidana

1 . Pengertian Tindak Pidana

Menurut Moeljatno tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman atau sanks iyang

berupa pidana tertentu,bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.34

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana

(yuridisnormatif). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara

yuridis atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis

normatif adalah perbuatan sepertiyang in-abstacto dalam perbuatan pidana.

Sedangkan kejahatan dalam arti kriminologis adalah perbuatan manusia yang

menyalahi norma yang hidup dimasyarakat secara konkrit.35Oleh sebab itu

setiap perbuatan yangdilarang oleh undang-undang harus dihindari dan

barang siapa melanggarnya maka akan dikenakan pidana. Jadi larangan-

larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap

34Moeljanto,PerbuatanPidanadan Pertanggungjawabanpidana.(Jogjakarta,1978), hlm.54 35TriAndrisman,HukumPidanaAsas-AsasdanDasarAturanUmumHukumPidanaIndonesia,

(BandarLampung,Unila,2011).Hlm.69

29

Page 42: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

30

warga Negara wajib dicantumkan dalam undang-undang maupun peraturan-

peraturan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun daerah.36

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam

undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan

mempertanggungjawaban perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai

kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan

perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normative

mengenai kesalahan yang dilakukan.37Tindak pidana adalah hasil dari factor-

faktor yang beraneka ragam dan bermacam-macam Dan bahwa faktor-faktor

itu dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun menurut ketentuan yang berlaku

umum tanpa ada pengecualian atau dengan perkataan lain, untuk menerangkan

kelakuan kriminal memang tidak adateori ilmiah.38

36P.A.F.Lamintang, DasarDasa

rHukumPidanaIndonesia.PT.CitraAditytaBakti.Bandung.1996.hlm.7

37 Andi Hamzah, Bungga Rampai Hukum Pidana dan acara pidana, Ghalia Indonesia Jakarta,

2001, hlm 22

38HariSaherodji,Pokok-PokokKriminologi,Bandung:AksaraBaru,Bandung,1980,

hlm.12

Page 43: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

31

2. Unsur-UnsurTindakPidana

Berdasarkan pengertian tindak pidana diatas dapat ditemukan

beberapa unsur yang terkandung dalam suatu tindakan perlu kita ketahui

beberapa pendapat sarjana mengenai unsur-unsur tindak pidana yaitu suatu

tindak pidana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

menurut P.A.F.Laminating dan C.Djiman Samosir pada umumnya memiliki

dua unsur yakni subyektif yaitu unsur yang melekat pada diri si pelaku unsur

obyektif yaitu unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan.39

Unsur subyektif dari suatu hukum pidana adalah :

a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolusatau culpa)

b. maksud atau voornemen pada suatu percobaan

c. Macam-macam maksudatau oogmerk

d. Merencankan terlebih dahulu atauvoobedachte raad

e. Perasaan takut atauvress

UnsurObjectif dari suatutindak pidanaadalah :

a . Sifat melanggar hukum

b . Kualitas dari pelaku

39P.A.F.Lamintang, danC. Djisman Samosir, Delik-delik Khusus, Tarsito, Bandung, 1981

hlm.193.

Page 44: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

32

c .Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab

dengan suatu kenyataan sebagai akibat.40

B. Pengertiaan Penipuan

Pengertian dari penipuan menurut Kamus Besar Bahasa Bahasa

Indonesia dari kata dasar penipuan yaitu tipu adalah perbuatan atau perkataan

yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud menyesatkan,

mengakali, dan mencari untung. Sedangkan penipuan adalah proses, perbuatan,

cara menipu.41

Kejahatan penipuan di dalam bentuknya yang pokok diatur dalam Pasal

378 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: Barang siapa dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan

memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun

rangkaian keboongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang atau

sesuatu kepadanya, atau memberikan hutang atau menghapus piutang, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Sifat dari tindak pidana penipuan adalah dengan maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

menggerakan orang lain untuk menyerahkan atau berbuat sesuatu dengan

mempergunakan upaya-upaya penipuan seperti yang disebutkan secara

40LedenMarpaung.ProsesPenangananPerkaraPidana,Sinar.Grafika,Jakarta.1992.hlm

.295 41 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pusata, 1990), hal. 952

Page 45: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

33

limitative di dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan untuk

mengetaui sesuatu upaya yang dipergunakan oleh si pelaku itu dapat

menimbulkan perbuatan penipuan atau tindak pidana penipuan, haruslah

diselidiki apakah orang yang melakukan atau pelaku tersebut mengetaui bahwa

upaya yang dilakukannya bertentangan dengan kebenaran atau tidak.

Seseorang yang melakukan suatu tindak pidan penipuan biasanya

berkata bohong atau dengan tipu muslihat untuk mendapatkan suatu

keuntungan dan telah merugikan orang lain secara melawan hukum makatelah

melakukan suatu tindak pidana yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana Pasal 378 tentang Tindak Pidana Penipuan.

Menurut Moc.Anwar, dalam bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus

bahwa tindak pidana penipuan atau penipuan adalah “membujuk orang lain

dengan tipu muslihat, rangkaian kata-kata bohong, nama palsu, keadaan palsu

agar memberikan sesuatu”

C. Unsur-Unsur Penipuan

1 . Unsur Objektif

Unsur-unsur objektif yang mengiputi perbuatan (menggerakkan), yang

digerakkan (orang), perbutan itu ditunjukan pada orang lain (menyerahkan

benda, memberi utang, dan menghapuskan piutang), dan cara melakukan

perbuatan menggerakkan dengan memakai nama palsu, memakai tipu muslihat,

memakai martabat palsu, dan memakai rangkaian kebohongan.

Page 46: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

34

Perbuatan mengerakan (Bewegen).Kata begwendapat juga diartikan

dengan istilah membujuk atau menggerakkan hati.Dalam KUHP sendiri tidak

memberikan keterangan apapun tentang isitilah begwen. Menggerakkan dapat

didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh

kepada orang lain, karena objek yang dipengaruhi yakni yang abstrak, dan akan

terliat bentuknya secaara kongkrit bila diubungkan dengan cara melakukannya,

dan cara melakukannya inilah sesungguhnya yang lebih berbentuk, yang bisa

dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang benardan dengan perbuatan yang

tidak benar.42

Di dalam sebuah penipuan, menggerakan diartikan dengan cara-cara

yang didalamnya mengandung ketidak benaran, palsu dan bersifat

membohongi atau menipu.Yang digerakkan adalah orang.Pada umunya orang

yang menyerahkan benda, orang yang memberi hutang dan orang yang

menghapuskan piutang sebagai korban penipuan adalah orang yang digerakkan

itu sendiri. Tetapi hal itu bukan merupakan keharusan, karena dalam rumusan

pasal 378 KUHP tidak sedikpun menunjukkan bahwa orang yang menyerakan

benda, memberi hutang maupun menghapuskan piutang bias juga oleh selain

yang digerakkan, asalkan orang lain atau pihak ketiga menyerahkan benda itu

atas perintah atau kehendak orang yang digerakkan.

42Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, (Bandung: Refika

Aditama, 2003). Hal. 27

Page 47: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

35

2 . Unsur Subyektif

Unsur-Unsur subyektif dari penipuan, meliputi antara lain

menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan maksud melawan hukum.

Maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dalam hal ini

maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan menggerakkan harus

ditujukan pada menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yaknu berupa

unsur kesalahan dalam penupuan. Terhadap sebuah kesengajaan harus

ditujukan pada menggutungkan diri, juga ditunjukan pada unsur lain

dibelakangnya, seperti unsur melawan hukum, menggerakkan,

menggunakan nama palsu dan lain sebagainnya. Kesengjaan dalam maksud

ini harus suda ada dalam diri si pelaku, sebelum atau setidak-tidaknya pada

saat memulai perbuatan menggerakkan.Menguntungkan artinya menambah

kekayaan dari yang suda ada. Menambah kekayaan ini baik bagi diri sendiri

maupun bagi orang lain.43

Sedangkan maksud dari dengan melawan hukum, dalam hal ini unsur

maksud sebagaimana yang diterangkan di atas, juga ditunjukkan pada unsur

melawan hukum. Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain

dengan melakukan perbuatan menggerakkan haruslah berupa maksud yang

melawan hukum. Unsur maksud dalam rumusan penipuan ditepatkan

43Kombes. Pol. Dr. ISMU gunadi, S.H., CN., MM, Dr. Joaedi Efendi, S.HI,. M.H, Cepat

& Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta, Kencana, 2014) hal : 150

Page 48: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

36

sebelum unsur melawan hukum, yang artinya unsur maksud itu juga harus

ditunjukan pada unsur melawan hukum disini adalah berupa unsur subyektif.

Dalam hal ini sebelum melakukan atau setidak-tidaknya ketika memulai

perbuatan menggerakkan, pelaku telah memiliki kesadaran dalam dirinya

bahwa menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melakukan

perbuatan itu adala melawan hukum.

Melawan hukum di sini tidak semata-mata diartikan sekedar dilarang

oleh undang-undang atau melawan hukum formil, melainkan harus diartikan

yang lebih luas yakni juga bertentangan dengan apa yang dikendaki

masyarakat, suatu celaan masyarakat. Karena unsur melawan hukum ini

dicantumkan dalam rumusan tindak pidana, maka menjadi wajib dibuktikan

dalam persidangan. Perlu dibuktikan disini adalah si pelaku mengerti

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan menggerakkan

orang lain dengan cara tertentu dan seterusnya dalam rumusan penipuan

sebagai hal yang dicela masyarakat.

D. Sanksi Tindak Pidana Penipuan

Mengenai sanksi untuk tindak pidana penipuab telah dijelaskan

sebelumnya, yang telah diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) Pada Bab XXV Pada pokonya dalam Pasal 378 KUHP, yaitu:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat

Page 49: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

37

palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian keboongan, menggerakan orang

lain untuk menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya, atau memberikan

hutang atau menghapus piutang, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun”44

Berdasarkan isi diatas, bahwa penipu tindak penipuan pada pokonya,

sanksi maupun ukuman maksimal adalah empat tahun penjara. Sedangkan

untuk tindak pidana penipuan ringan telah diatur dalam pasal KUHP,

yaitu:perbuatan yang dirumuskan didalam pasal 378, jika barang yang

diserahkan itu bukan ternak dan harga dari pada barang, hutang atau piutang

itu tidak lebih dari dua puluh lima ribu rupiah diancam sebagai penipuan ringan

dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak

dua ratus lima puluh rupiah.45

E. Kewajiban Haji dan Umroh

Dalam Islam dikenal dengan “hajjatul Islam” yaitu kewajiban haji

yang wajib dilakukan sekali seumur hidup. Setelah itu, jika haji lagi

hukumnya sunnah saja. Wajibnya haji bagi yang memiliki kemampuan

merupakan kesepakatan jumhur ulama. Allah Ta’ala memerintahkan dalam

Al-Quran,

غن عن العالمي وللذ نذ اللذليه سبيل ومن كفر فا

تطاع ا عل النذاس حجه البيت من اس

443 kitab undang-undang hukum, KUHPer, KUHAP,(Gramedia press), hlm 578. 45 Ibid, hal 579

Page 50: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

38

Artinya :“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,

yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah;

Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah

Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.46

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

ية وجوب الحج عند الجمهور هذه ٱ

“Ini adalah ayat yang menunjukkan wajibnya haji menurut pendapat jumhur

ulama”

Ibnu Al-Mundzir mengatakan bahwa ini adalah ijma’, beliau berkata,

:وٱ جمعوا ٱ ن عل المرء في عمره حجة واحدة ل ٱ ن ينذر نذرا، فيجب عليه الوفاء به حجة الإسلم اإ

“Para ulama telah bersepakat bahwa wajib bagi seorang muslim untuk

menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup, yaitu (disebut) haji Islam

kecuali (setelah berhaji) dia bernadzar (untuk berhaji lagi), maka wajib

baginya menunaikan haji nadzarnya”

وا الحجذ والع وٱتمه مرة لل

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah.47”

Pada ayat ini, haji dan umrah disebut secara bergandengan

menunjukkan kesatuan yang wajib.Dalil lainnya bahwa wanita diperintahkan

46 Qs. Al Imran: 97 47 Qs. Al Baqarah: 196

Page 51: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

39

wajib berjihad, yaitu dengan haji dan umrah.Jika wanita saja wajib maka

bagaimana dengan laki-laki48.

48

https://muslimah.or.id/6453-haji-dan-umrah-wajib-sekali-seumur-hidup.html diakses

pada 05 Mei 2019 pukul 12.00 Wib.

Page 52: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

40

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pertanggungjawaban Tindak Pidana Penipuan Travel Haji dan Umrah

Pelaksanaan perjanjian pemberangkatan Ibadah Haji dan umroh antara

Biro Penyelenggara Ibadah Haji dan umroh dengan calon jamaah Haji dan

Umroh. Bentuk perjanjian Pemberangkatan Ibadah Haji dan Umrah antara

pihak Biro Haji dengan calon jamaah dituangkan dalam bentuk tertulis yaitu;

dengan mengisi formulirpendaftaran yang diisi oleh pihak jamaah dan

selanjutnya kedua belah yaitu calon jamaah Haji dan Umrah dengan pihak biro

membubuhkan tanda tangan yang menjadi bukti kesepakatan. Selain itu

terdapat dalam brosur janji tersebut juga diucapkan secara lisan oleh pihak biro

pada saat pelatihan manasik di masing masing tempat yang telah ditentukan

oleh masing-masing biro penyelenggaraan ibadah haji dan umroh.49

Pelaksanaan perjanjian pemberangkatan haji dan umroh tidak sesuai

dengan Keputusan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggara Ibadah Haji Nomor D/348 Tahun 2003 yang mewajibkan Biro

Haji untuk membuat serta menandatangani perjanjian dengan setiap calon

jamaah yang berisi hak serta kewajiban kedua belah pihak, pencantuman hak

serta kewajiban masing-masing secara rinci dalam suatu perjanjian dilakukan

49Subekti ,Hukum Perjanjian, (Jakarta PT,Intermasa) Hlm.1

40

Page 53: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

41

agar masing-masing mendapatkan suatu perlindungan serta untuk

mengantisipasi adanya wanprestasi anatara kedua belah pihak.

Apabila salah satu pihak lalai serta tidak menjalankan kewajiban

sebagaimana sudah diatur dalam ketentuan maka salah satu pihak tesebut dapat

dikatakan melakukan wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan

dimanadebitur disebabkan karena kealalaian atau kesalahannya tidak

memenuhi prestasisesuai yang ditetapkan dalam perikatan. Apabila si berutang

(debitur) tidakmelakukan apayang dijanjikannya maka dikatakan ia melakukan

wanprestasi. Ia alpa atau lalai dari perjanjian atau juga ia melanggar perjanjian,

bila iamelakukanatau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.

Wanprestasi atau tidak di penuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja

maupun tidak di sengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat terjadi

karena memang tidak mampu memenuhi prestasi tersebut atau juga karena

terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa:

1) Sama sekali tidak memenuhi prestasi,

2) Prestasi yang dilakukan tidaksempurna,

3) Terlambat memenuhi prestasi, dan

4) Melakukan apa yang dalamperjanjian dilarang untuk dilakukan.50

Apabila salah satu pihak lalai dalam melaksanakan perjanjian yang

disepakati tentu hal tersebut telah melanggar ketentuan yang telah disepakati

50Ahmad Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada), hlm

95

Page 54: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

42

olehkedua belah pihak, salah satu pihak bisa dikatakan melakukan

wanpreastasi, makadari itu Penyelenggara Ibadah Haji Khusus dalam

menyelesaikan permasalahantersebut adalah sebagai berikut:

1) Menerima pengaduan dari pihak jamaah,

2) Menyelesaikan dengan jalan Musyawarah untuk mencapai mufakat atau

dengancara perdamaian, dan

3) Pembayaran ganti rugi.51

Perjanjian tertulis tersebut dapat digunakan sebagai bukti yang

sempurna apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi, karena dalam hal ini

penulis mengamati kecurangan tidak saja dilakukan oleh pihak Pihak Biro

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Haji dan umrah saja tetapi jamaah pun juga

dapat melakukan kecurangan tersebut seperti tidak melunasi biaya pelunasan

yang tidak sesuaidengan kesepakatan atau melunasi tetapi terlambat, hal

tersebut menyebabkan kerugian bagi biro itu sendiri.

Maka dari itu selain kesepakatan lisan yang dilakukan alangkah lebih

baiknya bahwa kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian

tertulis yang secara rinci menyebutkan ketentuan yang disepakati bersama

sehingga apabila terjadi cidera janji maka para pihak dapat menjadikan

perjanjian tersebut sebagai bukti untuk penuntutan haknya, karenamenurut

51Anggita Ning Tyas Sari, Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelaksanaan

PerjanjianPemberangkatan Ibadah Haji Antara Biro Penyelenggara Ibadah Haji Khusus Dengan

Calon Haji Plus, Skirpsi, Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2015

Page 55: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

43

pengamatan penulis Biro Haji hanya menyampaikan janji-janjinya

dalambentuk brosur padahal brosur itu tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikatyang dapat diajukan pertanggungjawaban.

Suatu perjanjian antara pihak penyelenggara ibadah umroh harus

memiliki tujuan tertentu yaitu untuk pelaksanaan ibadah haji dan umroh yang

sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian. Serta perjanjian antara pihak

penyelenggara ibadah haji dan umroh dengan jamaahnya harus merupakan

sebab yang halal yaitu kegiatan yang diperjanjikan disini adalah suatu ibadah

yang sifatnya halal sesuai dengan Al-Qur’an suratAl-Baqarah ayat 196 tentang

perintah untuk pelaksanaan ibadah umroh, atau tidak melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan. Jadi, perjanjian antara para pihak tersebut telah

sah karena telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian yang telah diatur

dalam hukum perikatan tersebut. Apabila perjanjian tidak tertulis atau secara

lisan terjadi perselisihan, maka akan sulit dalam hal pembuktiannya. Karena,

disamping harus dapat menunjukkan saksi-saksi, juga itikad baik dari pihak-

pihak dalam perjanjian itu.kesepakatan tersebut sesuai dengan asas konsensual,

asas yang menitik beratkan keharusan pada suatu perjanjian tersebut, harus

memiliki kata sepakat antara para pihak yang terikat atas perjanjian tersebut.

Dengan kata lain perikatan lahir dari perjanjian sejak tercapainya kesepakatan,

tanpa memerlukan formalitas dari perjanjian tersebut.Pelaksanan prestasi

berupa kewajiban dan syarat (promissory condition), karena adanya suatu

kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak sesuai janji yang telah

Page 56: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

44

disepakati tanpa dilakukan secara tertulis atau formal dan disebut syarat karena

kewajiban tersebut akan dilaksanakan dengan syarat jamaah sudah

melaksanakan prestasinya terlebih dahulu.

Perjanjian antara para pihak dalam pelaksanaan ibadah umroh disini

berdasarkan pada brosur yang menjadi kewajiban bagi pihak penyelenggara

ibadah umroh. Kewajiban pihak perusahaan penyelenggara ibadah umroh

terhadap jamaahnya dari mulai sebelum keberangkatan, mulainya

keberangkatan sampai kembali ke tanah air yaitu sesuai dengan Pasal 45

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji:

1. Menyediakan pembimbing ibadah dan petugas kesehatan

2. Memberangkatkan dan memulangkan jamaah sesuai dalam masa berlaku

visa umroh di Arab Saudi dan sesuai periode dari paket yang ditawarkan

serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Memberikan pelayanan kepada jamaah sesuai dengan perjanjian tertulis yang

disepakati antara pihak perusahaan penyelenggara ibadah umroh dan jamaah

4. Melapor kepada perwakilan Republik Indonesia di Arab Saudi pada saat

datang di arab Saudi dan pada saat akan kembali ke Indonesia.

Hal ini telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan adanya kewajiban

pihak perusahaan penyelenggara ibadah umroh maka, pihak penyelenggara

dapat dikenai sanksi administratif apabila melanggar.Karena kewajiban pihak

perusahaan penyelenggara ibadah umroh tersebut telah di atur dalam undang-

Page 57: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

45

undang yang berlaku.Sanksi administratif yang dimaksud adalah sanksi yang

tertuang dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi

terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang

melakukan wanprestasi untuk menuntut ganti rugi. Sehingga, oleh hukum

diharapkan tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi

tersebut.

Wanprestasi dimulai pada saat pihak penyelenggara ibadah umroh tidak

melakukan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan dan lalai

melaksanakannya. Maka suatu wanprestasi penyelenggara ibadah umroh, suatu

perbuatan hukum yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan serta berada

dalam keadaan lalai sesuai dengan Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan keadaan lalai dari pihak penyelenggra ibadah umroh dengan

adanya suatu pernyataan lalai dan telah diberi suatu peringatan tertulis tentang

pemenuhan kewajibannya terhadap perjanjian.52

Pada Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Suatu

perjanjian yang tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan atau

kelalaian yang pada prinsipnya suatu wanprestasi membutuhkan pernyataan

lalai (somasi) dan tentang jangka waktu perhitungan ganti rugi yang dapat

dituntut, serta jenis dan jumlah ganti rugi yang dapat dituntut dengan dalil

52 Beberapa Segi Hukum Tentang Somasi oleh J Somasi, http//www.hukumonline.com.

diakses pada tanggal 7 mei 2019, pukul 23.12

Page 58: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

46

wanprestasi. Kecuali, tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan

force majeure, yang umumnya membebaskan pihak yang tidak memenuhi

prestasi (untuk sementara atau untuk selama-lamanya).

Pembuktian terjadinya wanprestasi perusahaan penyelenggara ibadah

umroh pasti memiliki alasan mengapa kontrak tidak dibuat oleh para

pihak.Sebagian besar sengketa yang terjadi timbul karena rangkaian

kalimat.Setiap kontrak yang telah disepakati dan dibuat secara tertulis memiliki

konsekuensi berdasarkan peraturan yang berlaku.Terdapat 2 (dua) alasan

primer terhadap penegakan suatu kontrak.

Pertama adalah bahwa kesepakatan para pihak dalam kontrak tadi tidak

sungguh-sungguh. Kedua adalah,Itikad baik dalam kebebasan berkontrak,

Beberapa Segi Hukum Tentang Somasi oleh J. Satrio,bahwa kontrak tadi tidak

memenuhi persyaratan undang-undang yaitu dalam kontrak tertentu harus

dalam bentuk tertulis.53

Dengan adanya suatu unsur serta hal-hal yang mencerminkan suatu

pembuktian adanya kecurangan oleh salah satu pihak maka, bukti-bukti dapat

diketahui dari pihak jamaah yang telah menjalani atau yang sudah mengikuti

ibadah umroh dengan menggunakan jasa dari perusahaan penyelenggara ibadah

umroh.

53Soedjono Dirdjosiworo, Misteri Kontrak Bermasalah, Bandung, Mandar Maju, 2002, hal 35

Page 59: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

47

Suatu akibat muncul karena adanya wanprestasi atau tidak memenuhi

kewajiban dari salah satu pihak Dalam hal suatu tindakan pelanggaran yang

dilakukan oleh pihak penyelenggara ibadah umroh sanksi yang dikenakan yaitu

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terjadi dari beberapa

pelanggaran yang dilakukan yaitu: “penyelenggara perjalanan ibadah umroh

yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

(1) dikenai sanksi administratif sesuai dengan tingkat kesalahannya, yang

berupa : a. Peringatan b. Pembekuan izin penyelenggaraan atau c. Pencabutan

izin penyelenggaraan.”54

B. Penyelesaian tindak pidana penipuan haji dan umroh

Di Indonesia, penegakan hukum tindak pidana tidak hanya dilakukan

oleh Kepolisian saja. Ada sistem peradilan pidana, dimana peran Kepolisian,

Kejaksaan, dan Pengadilan yang tergabung dalam criminal justice system

merupakan satu kesatuan dalam penegakan hukum di Indonesia, termasuk

dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan calon jamaah umroh yang

sedang hangat-hangatnya terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.

Dari ketiga instansi tersebut, peran Kepolisian sebagai garda terdepan

di dalam setiap penegakan hukum yang terjadi di masyarakat sangat vital,

karena dari sana lah proses penegakan hukum itu dimulai yaitu melalui proses

penyidikan.

54Pasal 46 ayat (1), Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggara Ibadah

Haji dan Umrah

Page 60: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

48

Penyidikan terhadap kasus tindak pidana penipuan calon jamaah umroh

yang sudah dilakukan oleh Kepolisian saat ini, masih cenderung

mengedepankan pasal penipuan atau penggelapan dalam proses penyidikannya.

Ini dapat kita lihat dari penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian di

Jawa Tengah terhadap CV Iqro Management yang didakwa dengan pasal

penipuan yang ada di KUHP saja yaitu Pasal 378 jo Pasal 65 (1) KUHP karena

melakukan penipuan berkelanjutan terhadap nasabahnya.

Contoh kasus lainnya adalah dari putusan PN Depok Nomor :

84/Pid.B/2018/PN.DpkTelah mendengar tuntutan Penuntut Umum yang

dibacakan dimukapersidangan tanggal 7 Mei 2018 yang pada pokoknya

menuntut, supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok yang memeriksa

dan mengadili perkara ini memutuskan :

1. Menyatakan Terdakwa SITI NURAIDA HASIBUAN alias KIKI telah

melakukan tindak pidana “Penipuan secara bersama-sama dengan

berlanjut”sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Pertama

Kesatu Pasal 378 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1)

KUHP DanTelah melakukan tindak pidana “menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang

atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana Penipuan

yang dilakukan secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dimaksud

Page 61: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

49

dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul Harta Kekayaandilakukan bersama-sama dengan berlanjut”, dalam

dakwaan Kedua melanggar pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo

pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo pasal 64 ayat (1) KUHP.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa SITI NURAIDA HASIBUAN alias

KIKIdengan pidana penjara selama 18 (delapan belas ) tahun dikurangi

selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah Terdakwa tetap

ditahan dan denda sebesar Rp 5.000.000.000,-(lima milyar rupiah) subsidiair

1 (satu) tahun kurungan

perlu diketahui bahwa di Indonesia juga menganut asas lex specialis

derogat legigenerali, dimanaasas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa

hukum yang bersifat khusus (lexspecialis) mengesampingkan hukum yang

bersifat umum (lex generalis).

Jika kita mengacu kepadaasas tersebut, maka seharusnya tindak pidana

penipuan terhadap calon jamaah umroh yang selama initerjadi di Indonesia

lebih tepat apabila menggunakan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2008

TentangPenyelenggaraan Ibadah Haji yang di dalamnya juga mengatur adanya

sanski pidana bagi yangmelanggar ketentuan terkait penyeenggaraan ibadah

umroh.

Dalam KUHP memang mengatur tentang Concursus atau gabungan

dalam tindak pidana. Apabila dilihat dari kasus CV Iqro Management,

Page 62: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

50

kemungkinan yang dilakuakan oleh Penyidik Polri adalah melihat dari ancaman

pidana yang teberatnya dalam kasus penipuan calon jamaah umroh tersebut,

karena memang dalam KUHP yang mengatur tentang concurcus jika sesuatu

perbuatan termasuk dalam lebih dari satu ketentuan pidana, maka hanyalah satu

saja dari ketentuan-ketentuan itu yang dipakai, jika pidana berlain, maka yang

dipakai ialah ketentuan yang terberat pidana pokoknya.

Namun perlu diingat bahwa, penjelmaan asas lex specialis derogat legi

generali sebenarnya juga sudah tergambar secara jelas dalam KUHP terkait

dengan concurcus, karena di pasal 63 KUHP tersebut juga menyatakan bahwa

bagi sesuatu perbuatan yang dapat dipidana karena ketentuan pidana umum,

ada ketentuan pidana khusus, maka ketentuan pidana khusus itu sajalah yang

digunakan. Di Bab XV Undang Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, sudahjelas mengatur tentang ketentuan pidana

bagi setiap orang secara individu maupun Biro Penyelenggara Ibadah Umroh

yang melakukan pelanggaran terkait dengan penyelenggaraan ibadah umroh.

Di pasal 63ayat (2) disebutan bahwa:

”Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak bertindak sebagai

penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dengan mengumpulkan dan/atau

memberangkatkan Jemaah Umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda

Page 63: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

51

paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.55Pasal 43 ayat (2)

dalam kaitannya dengan Pasal 63 ayat(2) diatas berbunyi sebagai

berikut:“Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah

dan/atau biro perjalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri” Sedangkan

untuk Biro Penyelenggara Ibadah Umroh, ketentuan pidananya diatur dalam

Pasal 64 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, yaitu: “Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah

yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 45 ayat

(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahundan/atau denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Pasal 45ayat (1)

kaitannya dengan Pasal tersebut diatas berbunyi sebagai

berikut:“Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah wajib memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

a. Menyediakan pembimbing ibadah dan petugas kesehatan;

b. Memberangkatkan dan memulangkan jemaah sesuai dengan masa berlaku

visa umrah di Arab Saudi dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Memberikan pelayanan kepada jemaah sesuai dengan perjanjian tertulis yang

disepakati antara penyelenggara dan jemaah; dan

d.Melapor kepada Perwakilan Republik Indonesia di Arab Saudi pada saat

55Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaran Ibadah

Umrah

Page 64: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

52

datangdi Arab Saudi dan pada saat akan kembali ke Indonesia.56

C. Tinjauan Hukum Islam terhadap sanksi penyelenggaraan ibadah hajidan

umrah yang tidak memberangkatkan jama’ah haji di Indonesia

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelenggara Ibadah Haji Bagi Yang

Gagal Memberangkatkan Jama’ahnya. Islam adalah agama yang dasar-dasar

hukumnya bersumber dari Al Qur’an, hadist, dan Ar-ra’yu sehingga dalam

pelaksanaan hukumannya..

Islam adalah agama yang dasar-dasar hukumnya dari Al-Qur’an,

Hadist, dan Ar ra’yu, sehingga dalam pelaksaan hukumnya.Islam sangat

menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Adapun aturan-aturan yang telah

digariskan, islam sebagai sebagai agama rahmatanlil’alamin, senantisa

berisikan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, yang

akhir-akhir ini menjadi dalih semua orang untuk mendapatkan keadilan, bahkan

hukuman yang telah lama ada dan bersumber lansung dari Allah Swt.

Hukum pidana atau fiqh jinayah merupan bagian dari syariat islam yang

belaku semenjak di utus Rasulullah Saw. Oleh karenanya pada zaman Rasullah

Saw dan Khulafaur Rasyidin, hukum islam berlaku sebagai hukum publik.

Yaitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang

sah atau ulil amri.

56Nur Afrilia,Jurnal, Analisis Yuridis Tanggung Jawab Perusahaan Penyelenggara

IbadahUmrah Terhadap Jamaahnya, Vol 3 hal, 7, tahun 2015

Page 65: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

53

Sebagaimana telah penulis jelaskan pada bab-bab terdahulu tentang

unsur-unsur jarimah penipuan baik menurut hukum Islam maupun unsur-unsur

penipuan menurut hukum pidana. Sehubungan dengan masalah yang terdapat

dalam bab-bab terdahulu, maka nilai meneliti beberapa nash baik AL-Qur’an

maupun dari sunnah Rasul, memang disana tidak menemukan ayat atau hadits

yang secara nyata menyinggung penipuan, namun begitu bukam berarti

penipuan tersebut dibolehkan atau hal tersebut tidak terjangkau oleh syari’at

Islam. Mengingat syari’at hukum Islam merupakan syari’at yang lengkap dan

sempurna serta dapat memenuhi tuntunan zaman. Sebagaimana firman Allah

dalam Surah Al-an’am ayat 38:

لك طنا في ٱ ا فرذ ٱمم ٱمثالكم مذ لذ

ناحيه ا ئ يطير ب لرض ول ط

ذة في ٱ ب ب من وما من دا ت

م ل رب ءم ثذ ا ون ش ش ي

Artinya : “Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan (umat juga) seperti

kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada

Tuhanlah mereka dihimpunkan”.57

Berbicara tentang perbuatan pidana penipuan yang didalm Al-Qur’an

tidak diterangkan secara jelas akan tetapi perbuatan tersebut merupakan salah

satu perbuatan-perbuatan yang di diharamkan karena perbuatan tersebut sangat

merugikan orang lain dan termasuk mengambil hak orang lain yang tertipu,

57QS.Al-An’am 38.

Page 66: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

54

sedangkan mengambil hak orang lain itu hukumnya haram, berdasarkan firman

allah dalam surat an-nisa’ ayat 29:

ٱن تكون لذطل ا لب

لك بينك بأ ين ءامنوا ل تأ كوا ٱمو لذ

ا ٱ أيه م ول تقتلوا ي نك ت رة عن تراض م

كن بك للذ نذ ٱ

م ا رحيما ٱنفسك

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyanyang kepadamu.58

ketentuan hukum yang jelas dan terperinci tentang perbuatan pidana

penipuan tidak kita jumpai baik dalam nash Al-Qur’an maupun dalam As

sunnah, begitu juga tentang akibat terhadap pelanggaran yang disebabkan

karena perbuatan penipuan ini dikarenakan ayat-ayat hukum didialam Al-

Qur’an tidak seluruhnya bersifat tafsili akan tetapi sebagian bersifat ijma’li.

Didalam hal yang tidak terdapat ketentuan hukumannya, secara tegas

al-qur’an dan as-sunnah membolehkan ra’yu digunakan sebagai cara untuk

menetapkan hukum dengan pedoman pada dasar-dasar umum dan sumber-

sumber hukum Islam.

Ketentuan tindak pidana penipuan adalah produk pemerintah dan tidak

diatur didalam nash baik bentuk maupun hukumannya, maka tindak pidana

58QS, An-Nisa:29

Page 67: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

55

penipuan itu dapat dikategorikan kepada ta’zir atas pelanggaran-pelanggaran

alal mukhalafat. Karena perbuatan yang dilarang dalam hal ini adalah

menimbulkan orang lain untuk menyerahkan suatu benda dengan melawan

hukum.

Ketentuan tindak pidana penipuan diserahkan kepada hakim untuk

menentukannya.Maksud pemberian hak ini adalah untuk memelihara

kepentingan sesuai dengan perkembangan zaman.Syarat bagi hakim dalam

menentukan hukuman harus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan tidak

boleh bertentangan dengan nash-nash syara’ dan prinsip-prinsip umum.

Setelah dikemukakan hukuman yang diancam terhadap tindak pidana

penipuan , berikut ini hukuman menipu (merampas barang atau hak orang lain

secara diam-diam). Dalam hukum Islam disebutkan bahwa hukuman orang

yang merampas hak milik orang lain itu hukumnya haram, dari pernyataan

tersebut dapat diambil pengertian bahwa menipu itu dapat digolongkan dalam

jarimah ta’zir.

Jarimah ta’zir menurut hukum pidana Islam adalah tindakan yang

berupa edukatif (penganjaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada

sanksi hadd dan kifaratnya. Atau kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat

edukatif dan hukumanya ditentukan oleh hakim, atau pelaku tindak pidana atau

pelaku perbuatan maksiat yang hukumnnya belum ditentukan.

Page 68: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

56

Menurut istilah, Ta’zirt didefinisikan oleh mawardi “ta’zir adalah

hukuman yang bersifat Pendidikan atas perbuatan dosa yang hukumannya

belum diterapkan oleh syara’.”

Disebut dengan ta’zir, karena hukuman tersebut sebenarnya

menghalangi pelaku kejahatan untuk tidak kembali pada jarimah atau dengan

kata lain membuatnya jera. Sementara para Fuqaha’ mengartikan ta’zir dengan

hukuman yang tidak ditentukan oleh Al Qur’an dan hadits yang berkaitan

dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba yang berfungsi

untuk memberi pelajaran kepada pelaku kejahatan dan mencegahnya untuk

tidak mengulangi kejahatan yang serupa.

`Adapun tindak pidana yang tidak ditentukan oleh Al Qur’an maupun

Hadits disebut sebagai tindakan pidana ta’zir. Misalnya, tidak melaksanakan

amanah, mengina orang lain, menghina agama, dan suap.

Ciri khas ta’zir adalah:

a. Hukumanya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut

belum ditentukan oleh syara’

b. Penentuan hukumanya tersebut oleh hakim.

Hukum-hukum jarimah ta’zir yaitu;

1) Hukuman mati

2) Hukuman cambuk

3) Hukuman kawan (penjara atau kurungan)

4) Hukuman Salib

Page 69: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

57

5) Hukuman pengucilan

6) Hukuman ancaman, teguran, dan peringatan

7) Hukuman denda

8) Hukuman ta’zir berkaitan dengan harta

Adapun mengenai penipuan yang dilakukan oleh biro perjalanan haji

dan umrah yang gagal memberangkatkan jamaahnya adalah berakibat pada

pencurian uang, didalam fiqh jinayah dikategorikan kepada jarimah syariqah.

Jarimah Sariqah berarti mengambil harta milik seseoranf secara sembunyi-

bunyi dan dengan tipu daya.Sementara itu, secara terminologis definisi sariqah

dikemukakan beberapa ahli berikut.

a. Ali bin Muhamad Al-Jurjanji.

Sariqah dalam syariat islam yang pelakunya harus diberi

hukuman potong tangan adalah mengambil sejumlah harta senilai sepuluh

dirham yang masih berlaku, disimpan ditempat penyimpannya atau dijaga

dan dilakukan oleh seorang mukkalaf secara sembunyi-bunyi serta tidak

terdapat unsur subhat, sehingga barang itu kalau kurang dari sepuluh

dirham yang masih berlaku maka tidak dapat dikategorikan sebagai

pencurian yang pelakunya diancam hukuman potong tangan.59

b. Muhamad Al-Khatib Al-Syarbani (Ulama Mazhab Syafi’i)

59 Ali bin Muhammad Ar Jurjani, Kitab Al-Ta’rifat, (Jakarta: Dar Al-Hikmah), hlm, 18

Page 70: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

58

Sariqah sera bahasa berarti mengambil harta (orang lain) secara

sembunyi-bunyi dan secara istilah syara’ adalah mengambil harta (orang

lain) secara sembunyi-bunyi secara zalim, diambil dari tempat

penyimpananya yang biasa digunakan untuk menyimpan dengan berbagai

syarat.60

c. Wahbah Al-Zuhaili

Syariqah ialah mengambil harta milik orang lain dari

tempat penyimpanannya yang biasa digunakan untuk menyimpan secara

diam-diam sembunyi-bunyi. Termasuk dalam kategori mencuri adalah

mencuri informasi dan pandangan jika dilakukan secara sembunyi-

bunyi.61

d. Abdul Qadir Audah

Ada dua macam sariqah menurut syariat Islam, yaitu syariqah

yang diancam dengan ta’zir. Syariqah yang diancam dengan had

dibedakan menjadi dua, yaitu, yaitu pencurian kecil dan pencurian

besar. Pencurian kecil adalah mengambil harta milik orang lain secara

diam-diam. Sementara itu, pencurian besar adalah mengbil harta milik

60 Muhammad Khathib, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut, Dar Al-Fikri) jilin IV hlm, 158 61 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Al-Adillatuh, (Beirut, Dar Al-Fikri, 1997), cet. Ke-4

jilin VII,hlm, 5442

Page 71: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

59

orang lain dengan kekerasan. Pencurian jenis ini juga disebut

perampokan.62

Dari beberapa rumusan definisi syariqah diatas, dapat disimpulkan bahwa

syariqah ialah, mengamil barang atau harta milik orang lain secara sembunyi-

bunyi ditempat penyimpanan yang biasa digunakan untuk menyimpan barang

atau harta kekayaan tersebut.

Berat timbangannya hukuman tindak piadana ada perbedaan yang

principal sekali dimana hukum positif memandang hukum tindak pidana

penipuan yang telah diperbuat oleh si pelaku hanya memperoleh akibat

hukuman yang diancam dengan hukuman penjara 4 tahun, hukaman ini hanya

bersifat penderitaan didunia saja. Setelah itu bebas dari hukuman. Sedangkan

pada hukum pidana islam tidak memandang demikian, bahwa orang yang

berbuat tindak pidana akan memperoleh ancaman hukuman yang lebih berat.

Meskipun didunia di dunia tidak Nampak hukam itu dan merasa tidak ada

hukuman dan bebas dari perbuatan tersebut, jangan dikira bahwa semua itu

sudah lepas dari dosa, namun semua itu ada pembalasan yang lebih keras dan

sangat pedih yaitu yaitu hukuman allah diakhirat nanti.

Oleh karena sanksi hukuman ta’zir tentang penipuan tidak ditentukan

karena nash syari’atnya diserahkan kepada pandangan hakim. Sanksi

62Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’I Al-Islami, (Beirut: Mu’asasah Al-Risalah, 1992)

jilid II hlm, 514

Page 72: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

60

hukumanya yang paling tepatnya diterapkan sepenuhnya tergantung kepada

ijtihad hakim dengan syarat memiliki daya preventif, pembalasan dan

mendidik. Dari hukuman yang dapat ditetapkan dalam jarimah ta’zir adalah:

penjara, dibunuh, dipecat dari jabatan, dan sebagainya.

Jika hukuman tersebut dikaitkan dengan sanksi hukuman yang diatur

didalam KUHP maka sanksi hukuman yang hanya mencakup dua jenis, yaitu:

yaitu sanksi hukuman penjara dan denda adalah sejalan dengan hukuman islam

namun demikian jika dikaitkan dengan tujuan diadakan sanksi hukuman maka

ketentuan dalam KUHP dipandang belum dapat memberikan jaminan lebih

besar terhadap tercapainya tujuan tersebut. Hal ini berbeda dengan ketentuan

yang diatur dalam hukum Islam yang tidak ditentukan secara pasti sehingga

seorang hakim akan lebih menentukan jenis dan berat ringannya sanksi

hukuman sesuai dengan sanksi tempat dan waktu serta kesadaran hukum

masyarakat ketika memutuskan maslah jarimah penipuan tersebut. Hal ini dpat

dilihat ketentuan hukum islam yang meskipun memandang bahwa sanksi

hukuman ta’zir dimaksudkan sebagai peringatan-peringatan yang keras namun

jika tindakan itu tidak dapat dihentikan dengan membunuhnya maka haruslah

dibunuh.

Kemudian menganai pengulangan jarimah penipuan yang sanksi

hukumannya telah diatur dalam pasal 378 sampai 379 KUHP pada dasarnya

telah sesuai dengan ketentuan hukum islam yang menetapkan suatu sanksi

Page 73: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

61

hukuman didasarkan pada tindakan, keadaan pelaku serta akibat yang

ditimbulkan oleh jarimah tersebut, dengan suatu syarat sanksi hukuman

tersebut masih dalam batas memiliki daya revresif dan mendidik, disamping

harus sesuai dengan jiwa syari’at dan prinsip-prinsip umunya.

Page 74: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil laporan penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakanmaka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Pertanggungjawaban tindak pidana penipuan travel haji dan umrah bagi

orang yang melakukan penipuan travel haji dan umrah adalah:

“penyelenggara perjalanan ibadah umroh yang tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) dikenai sanksi administratif

sesuai dengan tingkat kesalahannya, yang berupa : a. Peringatan b.

Pembekuan izin penyelenggaraan atau c. Pencabutan izin penyelenggaraan.

Sementara didalam KUHP pada pokoknya dalam Pasal 378 KUHP yaitu:

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain secara melawan, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,

dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian keboongan, menggerakan orang

lain untuk menyerahkan barang atau sesuatu kepadanya, atau memberikan

hutang atau menghapus piutang, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun”

2. Penyelesaian tindak pidana penipuan travel haji dan umrah yaitu

kepolisianmelakukanPenyidikan terhadap kasus tindak pidana penipuan

62

Page 75: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

63

calon jamaah umroh dengan mengedepankan pasal penipuan atau

penggelapan dalam proses penyidikan.

3. Pandangan hukum Islam terhadap pertanggungjawaban tindak pidana

penipuan travel haji dan umrah dalam hukum positif yaitutindak pidana

penipuan itu dapat dikategorikan kepada ta’zir atas pelanggaran-pelanggaran

alal mukhalafat. Jika hukuman dikaitkan dengan sanksi hukuman yang diatur

didalam KUHP maka sanksi hukuman yang hanya mencakup dua jenis,

yaitu: yaitu sanksi hukuman penjara dan denda adalah sejalan dengan

hukuman islam namun demikian jika dikaitkan dengan tujuan diadakan

sanksi hukuman maka ketentuan dalam KUHP dipandang belum dapat

memberikan jaminan lebih besar terhadap tercapainya tujuan tersebut. Hal

ini berbeda dengan ketentuan yang diatur dalam hukum islam yang tidak

ditentukan secara pasti sehingga seorang hakim akan lebih menentukan jenis

dan berat ringannya sanksi hukuman sesuai dengan sanksi tempat dan waktu

serta kesadaran hukum masyarakat ketika memutuskan maslah jarimah

penipuan tersebut. Hal ini dpat dilihat ketentuan hukum islam yang

meskipun memandang bahwa sanksi hukuman ta’zir dimaksudkan sebagai

peringatan-peringatan yang keras namun jika tindakan itu tidak dapat

dihentikan dengan membunuhnya maka haruslah dibunuh.

Page 76: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

64

B. Saran

a. Pelaksanaan ibadah Haji dan umroh merupakan suatu kebutuhan bagi

masyarakat khususnya yang beragama islam, oleh sebab itu terhadap

jamaah sebaiknya dalam memilih perusahaan penyelenggara ibadah

umroh harus lebih aktif untuk mencariin formasi tentang kredibilitas

perususahaan penyelenggara ibadah haji dan umrah. Agar,

kemungkinan kerugianyang bersifat materil atau kekecewaan dapat

dihindari oleh jamaah.

b. Berkaitan dengan keadaan bahwa tidak adanya perjanjian tertulisan

tara perusahaan penyelenggara ibadah umroh dengan jamaahnya

sebaiknya harus dibuat perjanjian tertulis, dimana perjanjian tertulis

bertujuan untuk melindungi hak dan kewajiban kedua belah pihaknya

itu pihak penyelenggara ibadah umroh dan jamaahnya serta untuk

adanya bukti pertinggal atau bukti tertulis bagi kedua belah pihak.

c. Terhadap pemerintah khususnya Kementrian Pariwisata, Kementrian

Agama, serta kedutaan Negara Arab Saudi di Indonesia sebaiknya

membuat suatu koordinasi dengan perusahaan travel dalam hal

pengawasan pelaksanaan perjalanannya khususnya bagi travel yang

menjalankan usahanya dibidang wisata religi seperti perjalanan ibadah

umroh. Agar dapat lebih memudahkan dalam penilaian terhadap

perusahaan travel dalam pengurusan izin dari Kementrian Agama. Dan

Page 77: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

65

jangka waktu pemberian izin dapat lebih cepat setidaknya diberi paling

lama 6 (enam) bulan setelah perusahaan tersebut menjalankan

usahanya. Namun tetap memperhatikan pertimbangan sesuai dengan

hasil penilaian yang berupa penilaian dari segi kualitas dan kuantitas

perusahaan penyelenggaraibadah umroh tersebut.

Page 78: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ Al-Jina’I Al-Islami, Beirut: Mu’asasah Al-

Risalah, 1992 jilid II

Abdul kadir, “HukumdanPenelitian”, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004.

Abduracman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, Jakarta : PT.

Gelora Aksara Pratama, 2010

Adam Normies, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung: KaryaIlmu, 1992

Ahmad Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Jakarta, PT Raja

GrafindoPersada

Ali bin Muhammad ArJurjani, Kitab Al-Ta’rifat, Jakarta: Dar Al-Hikmah

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta :Rineka Cipta, 2001

Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta: Sinar Grafika

2007

Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada

Pertanggungjawan Pidana Tanpa Kesalahan,Jakarta : Kencana, 2011

Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan

Keagamaan, Jakarta, 2007

Dr. Haj. Sumuran Harahap, M.Ag, MM, MH, Drs. H. Mursidi, Mr, MM,

Lintasa Sejarah Perjalanan Jemaah Haji Indonesia, Jakarta, Insan

Cemelang

Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Bandung :Aksara Baru, 1980

Page 79: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Jakarta, Prenada

Media, 2004

Kamus Hukum, Charlie Rudyat, Pustaka Mahardika

Kombes. Pol. Dr. ISMU gunadi, S.H., CN., MM, Dr. Joaedi Efendi, S.HI,. M.H,

Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta, Kencana, 2014

Kitab undang-undang hukum, KUHPer, KUHAP,Gramedia press, 2014

Leden Marpaung Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika,

Jakarta.1992

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2011

Moejatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: SinarGrafika 2007

Muhammad Khathib, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut, Dar Al-Fikri) jilin IV

Roeslan Saleh, Perbuatan pidana dan Pertanggungajwaban Pidana ; Dua

Pengertian Dasar Hukum Pidana, Jakarta : Aksara Baru, 1983

Suryabrata, “MetodePenelitian”, Jakarta: Raja Grafindo, 2008

Soedjono Dirdjosiworo, Misteri Kontrak Bermasalah, Bandung, Mandar Maju,

2002

Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2006

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT,Intermasa, 2005

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPusata, 1990

Tim Penyusun, PedomanPenulisanSkripsiEdisiRevisiJambi:Syariah Press,2012

Tri Andrisman Delik Tertentu dalam KUHP Bandar Lampung:Unila 2001

Page 80: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Al-Adillatuh, Beirut, Dar Al-Fikri,

1997, cet. Ke-4 jilin VII

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia,

(Bandung: Refika

Aditama, 2003

B. Peraturan Perundang-Undangan

Pasal 46 ayat (1), Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang

penyelenggara Ibadah

Haji danUmrah

Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaran

Ibadah Umrah

C. Jurnal, Karya Ilmiah dan lain-lain.

Anggita NingTyas Sari, Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelaksanaan

Perjanjian Pemberangkatan Ibadah Haji Antara Biro Penyelenggara Ibadah

Haji Khususn Dengan Calon Haji Plus, Skirpsi, Universitas Muhamadiyah

Surakarta, 2015

Jurnal Bevi Septriana, Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Penipuan Calon Jamaah Umrah, vol 2 hal 16 tahun 2017

Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol . 12. No. 4 Desember 2017

Majalah Singkat Info Hukum, Vol. IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017

Nur Afrilia, Jurnal, Analisis Yuridis Tanggung Jawab Perusahaan

Penyelenggara Ibadah Umrah Terhadap Jamaahnya, Vol 3 hal, 7,

tahun 2015

D. Website

http://haji.kemenag.go.id/v2/content/tingginya-minat-umrah-kemenag-

ingatkan-5-pastipublikdiaksespadatanggal 07 November 2018 jam

20.00 Wib

https://muslimah.or.id/6453-haji-dan-umrah-wajib-sekali-seumur-hidup.html

Page 81: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …

BeberapaSegiHukumTentangSomasioleh J Somasi,

http//www.hukumonline.com.

www.jimly.com/makalah namafile/56/PenegakanHukum.pdf

Page 82: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …
Page 83: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …
Page 84: PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA PENIPUAN TRAVEL …