perspektif research in accounting

32
Pengalaman Konkret Pengujian implikasi- implikasi dari konsep di dalam situasi baru. Pembentukan konsep-konsep abstrak dan generalisasi Pengamatan dan refleksi I. PERSPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN AKUNTANSI I.1 Perolehan Ilmu Akuntansi Kolb et al. Mengusulkan suatu model yang menarik mengenai pembelajaran manusia,seperti yang disajikan dalam Tampilan 1. Model Pembelajaran Manusia Kolb et al. Pada dasarnya kita memulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk mengingkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. Mengajarkan kita, jika cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsepabstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi,

Upload: ratunovembrialinda

Post on 29-Jun-2015

603 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perspektif Research In Accounting

Pengalaman Konkret

Pengujian implikasi-implikasi dari konsep di

dalam situasi baru.

Pembentukan konsep-konsep abstrak dan

generalisasi

Pengamatan dan refleksi

I. PERSPEKTIF PENELITIAN-PENELITIAN AKUNTANSI

I.1 Perolehan Ilmu Akuntansi

Kolb et al. Mengusulkan suatu model yang menarik mengenai pembelajaran

manusia,seperti yang disajikan dalam Tampilan 1.

Model Pembelajaran Manusia Kolb et al.

Pada dasarnya kita memulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-

pengalaman konkret yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena

mengarahkan kita untuk mengingkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas

apa yang sedang terjadi. Mengajarkan kita, jika cukup termotivasi, untuk menciptakan

hipotesis dalam bentuk konsep-konsepabstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita

untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh

konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai prses untuk memperhalus pengetahuan

yang kita peroleh. Hal diatas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan

suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati dan diitemukan)

berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu (penyusunan pemikiran) lalu ke teori-teori umum

(penyusunan pemikiran yang lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati dan ditemukan.

Akan tetapi, model ini tidak membuat suatu pembedahan antara proses perolehan ilmu

pengetahuan (metode), metodologinya (penentuan metode), dan epistemologinya (penentuan

Page 2: Perspektif Research In Accounting

metodologi). Hubungan antara epistemologi (mengapa dari mengapa dari bagaimana),

metodologi (mengapa dari bagaimana), metode (bagaimana) dan ilmu pengetahuan

(kowledge) disajikan dalam Tampilan 2. Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga

jenis:

1. Pengetahuan-bahwa (kowledge-that) atau pengetahuan faktual.

2. Pengetahuan-dari (knowledge-of) atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau

pengetahuan berdasarkan pengalaman.

3. Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how)

EPISTEMOLOGI(mengapa dari mengapa dari bagaimana)

METODOLOGI(mengapa dari bagaimana)

Pengalaman konkret

METODEPengujian/ dari perolehan ilmu Pengamatan/Percobaan pengetahuan (bagaimana) Pemikiran

PertimbanganAbstrak

(hipotesis)

PRODUK-PRODUKPENYELIDIKAN

PENGETAHUAN PENGETAHUAN PENGETAHUANBAHWA DARI BAGAIMANA

KRITERIAPENGETAHUAN

Page 3: Perspektif Research In Accounting

Hubungan antara epistemologi, metodologi, metode dan pengetahuan.

Model dari Kolb et al. juga digunakan oleh Roy Payne untuk mengilustrasikan

perannya didalam proses perolehan ilmu pengetahuan. Tahap pertamanya, dari pengalaman

sampai pengamatan dan pemikiran, menghasilkan suatu “pengetahuan-dari’ atau pengetahuan

pribadi. Tahap kedua, dari pengamatan dan pemikiran sampai pembuatan teori abstrak,

menghasilkan “pengetahuan-bahwa”. Metodologi yang kita pergunakan untuk bergerak dari

pemikiran abstrak sampai kepengujian dan percobaan sampai ke pengalaman, menghasilkan

sutu “pengetahuan-bahwa” secara praktik. Kesemuanya merupakan suatu proses total yang

beranjakan dari informasi, ilmu pengetahuan, metodologi, dan kebijakan. Payne

merangkumnya sebagai berikut:

Kesimpulannya,ilmu pengetahuan memiliki beberapa jenis: “pengetahuan-bahwa:

praktik” dan “pengetahuan-dari” terdapat dalam individu. “pengetahuan-bahwa” dan

“pengetahuan-bagaimana: ilmiah/filosofis” adalah diluar individu. Namun, karena

pengetahuan bergantung kepada para pelajar-pelajar individu,sudah pasti semua jenis

pengetahuan di atas diperlukan untuk pelaksanaan suatu proses ilmu pengetahuan yang

berhasil. Lebih jauh lagi, setiap jenis ilmu pengetahuan memilikiorientasi waktuyang berbeda

yang mencerminkan perannya yang berbeda-beda di dalam proses ilmu pengetahuan.

I.2 Klasifikasi Penelitian-Penelitian Akuntansi

Keragaman ilmu pengetahuan dan proses perolehan ilmu pengetahuan mengarah ke

adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmuwan padaumumnya danpeneliti akuntansi

pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan

para peneliti secara umum, termasuk tipologis dari Liam Hudson, Gerald Gordon, survei oleh

Motroff mengenai para ilmuwan Apollo, Abraham Maslow dan C.G Jung. Akan tetapi

tipologi dari C.G. Jung sepertinya yang paling bermanfaat di dalam mengklasifikasikan

peneliti secara umum dan peneiti akuntansi secara khusus. Pada dasarnya, Jung

mengklasifikasikan individual berdasarkan atas cara mereka menerima informasi, baik

melalui sensasi atau intuisi dan cara mereka menerima keputusan, baik melalui pemikiran

ataupun perasaan. Di bawah ini adalah definisi dari komponen-komponen dimenssi Jung:

Sensasi mencakup penerimaan informasi melalui indra-indra, denganb erfokus pada

detail, menekankan padahal-hal yang terjadi di saat dan waktu kini dan praktis. Sedangkan

sebaliknya, intuisi melibatkan masukan informasi melalui imajinasi, menekankan

keseluruhan atau Gestalt, berkutat dengan idealisme, dalam kemungkunan-kemungkinan

Page 4: Perspektif Research In Accounting

hipotesis dan memiliki kepentingan jangka panjang... Pemikiran berkepintingan dengan

penggunaan pertimbangan yang bersifat impersonal dan formal untuk mengembangkan

penjelasan-penjelasan menurut istilah ilmiah, teknis dan teoritis. Sedangkan disisi lain,

perasaan, berhubungan dengan pencapaian suatu keputusan berdasarkan atas pertimbangan

yang bernilai tinggidan berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan, moral dan masalah-masalah

etika.

Kombinasi dari kedua dimensi tersebut, seperti yang dtunjukan dalam Tampilan 4,

menghasilkan empat jenis kepribadian:

1. Pengindraan-pemikiran (sensing-thinking-Sts)

2. Pengindraan-perasaan (sensing-feeling-Sfs)

3. Perasaan-intuisi (feeling-intitution_Ifs)

4. Pemikiran-intuisi (thinging-intution-Its)

Tipologi ini dipergunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan klasifikasi para

peneliti:

1. Ilmuwan Abstrak (Abstract Scientist – AS)

Ilmuwan Abstrak, seseorang yang menggunakan indranya dan berpikir, dimotivasi

oleh penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan

fokus padakepastian, keakuratan dan keandalan, serta bergantung pada sebuah

paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik. Seperti yang

dinyatakan oleh Mitroff dan Kilman:

Dengan mengetahui makas berarti merasa pasti akan sesuatu hal. Kepastian

didesinisikan sebagai kemampuan untuk “mengutarakan” atau menyebutkan satu per

satu komponen-komponen dari sebuah objek, peristiwa, orang, atau situasi dengan

cara yang tepat, akurat, dan dapat diandalkan. Oleh sebab itu, pengetahuan

memilikiarti yang sinonim dengan ketepatan, keakuratan, dan keandalan. Semua

usaha yang tidak dapat menjadi subjek dari formula atau garis pemikiran ini akan

ditekan, dievaluasi,atau dikemaspingkan sebagai suatu hal yang tidak layak untuk

diketahui atau tidak memiliki arti untuk diketahui.

2. Teoritikus Konseptual (Conceptual Theorist – CT)

Sesorang yang berpikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan

atau hipotesis untuk fenomena yang tejadi dengan berfokus pada penemuan dan

bukan pengujiannya. Seperti yang dinyatakan oleh Mitroff dan Kilman:

Page 5: Perspektif Research In Accounting

Pemikiran

Pengindraan Intuisi

Perasaan

Pemikiran-Intuisi Atau

Teoritikus konseptual

Pengindraan-Pemikiran atau Teoritikus Konseptual

Pengindraan-Perasaan atau Teoritikus Konseptual

Perasaan-Intuisi Atau

Humanis Konseptual

Berbeda dengan AS yang mencoba untuk menemukan satu skema tunggal yan dapat

paling baik mewakili dunia, CT lebih tertarik dalam melakukan

eksplorasi,menciptakan dan menemukan banyak kemungkinan dan hipotesia

perwakilan dari dunia- bahkan dari dunia yang merupakan dunia hipotesis. Lebih

jauh, penekanan CT adalah pada perbedaan-perbedaan skala besar yang terjadi di

antara berbagai perwakilan yang berbeda ini dan bukannya detail dari masing-masing

skema. Salah satu potensi bahaya bagi AS adalah mengabaikan detail sama sekali

demi kepentingan pencakupan yang komprehensif.

3. Humanis Konseptual (Conceptual Humanis – CH)

Seseorang yang menggunakan intuisi dan perasaanya, berfokus oada kesejahteraan

manusia yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikan dari

umat manusia secara umum.

4. Humanis Khusus (Partikular Humanist – PH)

Seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan

keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik

daripada suatu akhir teoritis yang abstrak.

Page 6: Perspektif Research In Accounting

II. Perspektif Metodologi Akuntansi: Ideografi Versus Nomotesis.

Pandangan yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah

bahwa ia berfungsi untuk:

Menyusun hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau

objek-objek yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenanya

memungkinkan kita menyatukan pengetahuan tersebut, dan karenanya memungkinkan

kitameyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa-peristiwa yang diketahui secara

terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan peristiwa-peristiwa yang

masih belum diketahui.

Untuk memenuhi fungsi diatas, model ilmu pengetahuan alam, termasuk pengambilan

sampel yang cermat, pengukurankaunrat,serta perancangan dan analisis yang baik dari

hipotesis-hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum dipergunakan sebagaimodel yang

mendukung suatu penelitian yang baik. Hal tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang

mengarah kepada timbulnya perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.

Allport,yang pertama kali membuat perbedaan untuk kedua metodologi diatas,

menyatakanbahwa:

Pendekatan nomotesis... hanya mencoba untuk mencari hukum dan menrapkan prosedur-

prosedur yang telah disampaikan oleh ilmu pasti. Psikologi secara umumtelah berusaha untuk

menjadikan dirinya sebagai suatu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotetis. Sedangkan ilmu-

ilmu pengetahuan ideografis berusaha untukmemahami beberapa peristiwa-peristiwa tertentu

yang terjadi di alam atau di masyarakat. Sebuah psikologi mengenai individualitas pada

dasarnya adalah ilmu ideografis.

Debat ini tetap terjadi selama bertahun-tahun, kadang kala dengan penamaan lain seperti

“penelitian kualitatif versus kuantitatif” atau “penyelidikan dari dalam versus penyelidikan

dari luar” atau “penelitian subjektif versus objektif”. Perbedaan antara nomotesis dan ideologi

tumbuh dari perbedaan-perbedaan yang terjadi pada asumsi yang mendasari ilmu-ilmu

pengetahuan sosial. Pendekatan subjektif dari ilmu sosial menonjolkan sebuah asumsi

nominalisme untuk ontologi, suatu asumsi antipositivisme bagi epistemo;ogi, sebuah asumsi

voluntarisme dari sifat manusia dan akhirnya, suatuasumsi ideografis bagi metodologi.

Sedangkan pendekatan objektif menonjolkan suatuontologi yang relistis, suatu epistomologi

positivis, suatu asumsi deterministik dari sifat manusia, dan metodologi nomotesis. Bahkan

kenyataanya, Burrel dan Morgan memeberikan suatu definisi yang mendalam mengenai baik

nomotesis maupun ideografis. Pendekatan ideografis adalah:

Page 7: Perspektif Research In Accounting

Peran dari penilitian Akuntansi adalah berfungsi untuk :

Menyusun hukum – hukum yang melingkupi perilaku dari peristiwa – peristiwa atau objek –

objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenanya

memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa – peristiwa yang

diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan peristiwa –

peristiwa yang masih belum diketahui.

Pendekatan Nomotesis ;

hanya mencoba untuk mencari hukum dan menerapkan prosedur – prosedur yang

telah disampaikan oleh ilmu pasti

Mendasarkan penelitian pada protocol dan teknik. Pendekatan ini di lambangkan oleh

pendekatan dan metode – metode yang dipergunakan dalam ilmu – ilmu pengetahuan

alam.

Disibukkan dengan penyusunan tes – tes ilmiah dan penggunaan teknik – teknik

kuantitatif dalam analisis data

Survei, kuesioner, tes – tes kepribadian dan semua jenis instrument penelitian yang

telah di standarisasi merupakan alat – alat paling utama, yang menyusun nomotesis.

Ilmu – ilmu ideografis, berusaha untuk memahami beberapa peristiwa – peristiwa

tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat. Perbedaan antara nomotesis dengan

ideografi tumbuh dari perbedaan – perbedaan yang terjadi pada asumsi yang mendasari ilmu

– ilmu pengetahuan sosial.

Kedua pendekatan , Nomotesis Vs Ideografi di lihat dari segi cara penyelidikannya :

Dimensi Perbedaan Dari Luar Dari Dalam

Hubungan antara Peneliti

dengan Lingkungan

Tak Terpengaruh , Netralitas Ikut berada di dalam, terlibat

Basis Validasi Pengukuran dan Logika Elsperimental

Sumber Kategori Apriori Muncul secara Interaktif

Arah Penyelidikan Universitas dan kemampuan

untuk di generalisasi

Relevansi Situasional

Jenis Penyelidikan yang

diambil

Universal, nomotesis : teoria Khusus, Ideografis : Praksis

Sifat data dan artinya Faktual , bebas dari konteks Hasil interpretasi, secara

kontekstual melekat

Page 8: Perspektif Research In Accounting

Orlando Behling mengemukakan lima sasaran kunci dari penggunaan model ilmu

pengetahuan alam yang di gunakan dalam penelitian ilmu sosial dan dapat di terapkan dalam

penelitian akuntansi yaitu ;

1. Keunikan.

Stiap Organisasi, kelompok dan manusia, kesemuanya pada tingkat tertentuakan

memiliki perbedaan satu sama lain.

2. Ketidakstabilan

Fenomena ketertarikan dari para peneliti terhadap perilaku organisasional dan teori

organisasi sifatnya fana

3. Sensitivitas

Orang – orang yang menyusun organisasi, dan artinya adalah organisasi itu sendiri,

akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan adanya hipotesis

– hipotesis penelitian mengenai mereka.

4. Kurang sesuai dengan kenyataan

Variable – Variable yang memanipilasi dan mengendalikan di dalam penelitian

organisasional mengubah fenomena yang sedang dipelajari

5. Perbedaan epistemologis

Luran dan Davis menyatakan ;

“ yang menjadi hal utama bagi pendekatan ideografis terhadap studi – studi perilaku

organisasional interaktif di dalam suatu lingkungan yang dialami dan dimaksudkan untuk

memeriksa dan menarik kesimpulan dalam menguji hipotesis – hipotesis spesifik adalah

rancangan eksperimental kasus tunggal yang intensif dan metode – metode langsung

langsung seperrti pengamatan partisipan yang sistematis”

Etnografi yang digunakan oleh para antropologis yang melibatkan mereka di dalam

kenyataan orang lain. Para peneliti di bidang akuntansi yang tertarik dengan metode

etnografis seharusnya memiliki keterlibatan langsung yang terus – menerus dan berlangsung

dalam lingkungan organisasional yang sedang di teliti. Mereka membutuhkan pengamatan

lapangan untuk melihat struktur di dalam dan juga perilaku di permukaan dari mereka –

mereka yang berada di dalam organisasi tersebut. Menurut usulan John Van Maneen mereka

perlu :

1. Memisahkan konsep – konsep urutan pertama atau fakta – fakta dari suatu

penyelidikan etnografis dan konsep – konsep urutan kedua atau teori – teori yang

Page 9: Perspektif Research In Accounting

di gunakan oleh seorang analis untuk menyusun dan menjelaskan fakta – fakta

tersebut.

2. Membedakan antara data penyajian yang mendokumentasi “ aliran percakapan

dan aktivitas spontan yang terjadi dan diamati oleh etnografer ketika sedang

berada di lapangan” dan data penyajian yang “ berhubungan dengan tampilan –

tampilan yang oleh para informan berusaha untuk dijaga ( atau ditingkatkan ) di

mata pekerja lapangan, pihak luar dan pihak asing secara umum, rekan rekan

sekerja, teman sejawat yang dekat dan akrab, dan sampai beberapa tingkat

tertentu, diri mereka sendiri.

3. Secara terus – menerus menilai kebenaran dari informasi lisanuntuk

mengungkapkan kebohongan, area – area yang tidak diketahui, dan beragam

asumsi – asumsi yang diterima begitu saja.

Herbert Spigelberg menguraikan tujuh langkah dari fenomenologi berikut ini untuk

memandu para peneliti :

1. Menyelidiki fenomena tertentu

2. Menyelidiki esensi – esensi umum

3. Memahami hubungan penting yang terjadi diantara esensi – esensi

4. Mengamati cara – cara penampilan

5. Mengamati konstitusi fenomena dalam kesadaran

6. Menunda untuk memercayai eksistensi dari fenomena

7. Menginterpretasikan arti dari fenomena

Penggunaan dari kedua metode tersebut ( Nomotesis dan Ideografis ) dapat :

1. Memberikan keyakinan yang lebih tinggi akan hasil yang di peroleh

2. Membantu untuk menyingkapkan dimensi yang menyimpang atau diluar kuadran dari

sebuah fenomena

3. Mengarah pada terjadinya sintesa atau integrasi teori – teori dan

4. Menjadi suatu tes yang sangat penting

III. PERSPEKTIF ILMU AKUNTANSI

Memberikan empat pendekatan berbeda dalam memperoleh dan mengklasifikasikan ilmu

pengetahuan formal dalam akuntansi. Keempat pendekatan tersebut adalah :

1. Formisme

2. Mekanisme

Page 10: Perspektif Research In Accounting

3. Kontekstualisme

4. Organisisme

3.1 HIPOTESIS DUNIA oleh Stephen Pepper

Penyempurnaan kognitif ini dapat dicapai melalui :

1. Bukti pendukung Multiplikatif, suatu konfirmasi atas fenomena oleh beragam subjek

2. Bukti pendukung structural, penggunaan teori dan hipotesis mengenai dunia dan

konfirmasinya oleh data empiris.

Hipotesis Dunia dapat di tandai sebagai berikut :

1. Formisme terdiri atas teori – teori analitis dan dispresif

2. Mekanisme terdiri atas teori – teori analitis dan integrative

3. Kontekstualisme terdiri atas teori – teori sintesis dan dispersive, serta

4. Organisisme terdiri atas teori – teori sistesis dan integrative.

1) FORMISME

Secara Filosofis terhubung dengan “ kenyataan” dan “ idealism platonik”, dengan

eksponen – eksponen seperti Plato dan Aristoteles. Hipotesis ini teriri atas teori – teori

analitis dan dispersive. Metafora akarnya adalah .

Uraian dalam formisme terdiri dari 3 kategori. Yaitu ;

a. Karakter

b. Kekhususan

c. Partisipassi

2) MEKANISME

Pengetahuan berjenis mekanisme ini memiliki enam ( 6 ) cirri – ciri :

a. Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian – bagian yang memiliki

lokassi – lokasi tertentu.

b. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat

utama dari mesin tersebut.

c. Hubungan resmi antara bagian – bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai

rumus – rumus fungsional atau korelasi – korelasi statistic. Hal ini merupakan

pernyataan dari antar hubungan diantara bagian – bagian mesin.

Page 11: Perspektif Research In Accounting

d. Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat

dinyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan

objek studi ; mereka adalah sifat – sifat sekunder.

e. Sifat – sifat sekunder tersebut juga berhubungan secara prinsip dengan objek studi

karena “ jika memang terdapat suatu uraianlengkap tentang mesin, kita seharusnya

ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat

mempertahankan sifat – sifat sekunder tertentu terlekat pada bagian – bagian

tertentu dari mesin tersebut.

f. Hukum – hukum sekunder menandai hubungan yang stabil diantara sifat – sifat

sekunder.

Teori kebenaran dari mekanisme adalah apakah mesin tersebut bekerja, yang akhirnya

sampai kepada mampu tidaknya pengetahuan seseorang meramalkan hasil – hasil dari

penyesuaian spontan ( casual adjustment ) yang terjadi dalam system.

3) KONTEKSTUALISME

Kontekstualisme bersifat sintesis, dimana ia berfokus pada pola , suatu keseluruhan

objek studi dimana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta – fakta yang diambil satu

persatu dari suatu keseluruhan fakta. Fakta – fakta ini ditandai oleh pola – pola yang terus

menerus berubah, membuat perubahan dan hal baru sebagai kategori – kategori

kontekstualistis yang fundamental. Kebenaran dari kontekstualisme adalah operasional

jika dilihat dari konfirmasi kualitatif dan pengerjaan pragmatis.

4) ORGANISISME

Organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta – fakta yang

tertata rapih dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus di ramalkan.

Ia bersifat sintesis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi dan bukannya fakta –

fakta yang berbeda. Semua hal sianggap kohern dan terintegrasi dengan baik dan

memiliki tujuh fitur, diantaranya ;

a) Fragmen – fragmen pengalaman yang muncul

b) Nexus –nexus atau sambungan – sambunga yang secara spontan mengarah

sebagai akibat dari gangguan – gangguan

c) Tradisi, jurang pemisah, perlawanan atau tindakan tandingan terhadap resolusi

dalam

Page 12: Perspektif Research In Accounting

d) Suatu keseluruhan organic

e) Yang implicit dalam fragmen dan

f) Melebihi kontradiksi – kontradiksi sebelumnya melalui cara – cara suatu totalitas

koheren, yang

g) Membuat lebih ekonomis, menghemat, memelihara semua fragmen – fragmen

pengalaman asli tanpa satu pun kerugian.

3.2 FORMISME dalam AKUNTANSI

Fenomena dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan diantara

berbagai objek studi yang berbeda – beda tanpa mempeertimbangkan adanya kemungkinan

hubungan diantara mereka. Aspek dari bidang akuntansi ini ditandai oleh metodelogi

klasifikasi yang tak kenal lelah. Penyelidikan formisme berfokus pada karakter taksonomis

dari objek studi dan bukannya penyebab – penyebab dari kesamaan dan perbedaan. Objek

studinya diasumsikan memut kesamaan – kesamaan yang sistematis dan independen dari

pengamat, dan tugas dari para peneliti akuntansi adalah untuk menemukan apakah kesamaan

tersebut.

3.3 MEKANISME dalam AKUNTANSI

Mekanisme dalam akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan

diantara objek – objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif

yang memungkinkan dilakukannya penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi

berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih

sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang

menghubungkan bagian – bagian dari objek penelitian akuntansi.

Masalah yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak

langsung bahwa ;

a) Ukuran tidak memiliki perbedaan ( invariant )

b) Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan ( invariant )

3.4 Kontekstualisme dalam akuntansi

Kontekstualisme dalamakuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen

yang diperoleh dari seperangkat fakta menurut suatu konteks spesifik yang akan menciptakan

suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat dalam setiap pola diasumsikan akan

Page 13: Perspektif Research In Accounting

mengalami perubahan dan menerima hal-hal baru. Mereka dapat dibedakan berdasarkan sifat

dan tekstur mereka. Dengan adanya pemikiran akan perubahan ini, analisis menurut suatu

konteks tertentu akan memiliki asumsi ontologis bahwa dunia sosial atau dunia akuntansi

akan selaluterus bergerak. Perbedaan fundamental antara kontekstualisme dan formisme

dalam akuntansi adalah bahwa fakta-faktanya kini dikumpulkan kedalam konteks-konteks

spesifik. Contoh konteks baru ini meliputi:

Peristiwa-peristiwa ekonomi, seperti kebangkrutan, pengambilalihan, pemeringkatan

obligasi

Klasifikasi industri

Klasifikasi sementara, seperti sebelum dan sesudah peristiwa besar dibidang politik,

ekonomi, atau sosial.

Setiap aspek dari ilmu akuntasni dapat diklasifikasikan menurut suatu pengelompokan

yang ditandai dengan sebuah konteks spesifik. Kita dapat mempertimbangkan kasus-kasus

dari teknik akuntansi dan isidari ilmu yang diklasifikasikan menurut industrinya. Studi yang

mereka lakukan dibatasi hanya pada satu industri tertentu untuk satu waktu. Kontekstualisme

sepertinya lebih bermanfaat bagi praktik akuntasni daripada formisme dengan memecahkan

gestalt khusus dalam akuntansi dimana ia dapat menunjukkan “apa yang berguna” dan “apa

yang tidak berguna” dan mengidentifikasikan bekerjanya budaya-budaya organisasional yang

spesifik didalam akuntansi.

Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta-fakta

yang hanya diverifikasi secara langsung, fakta-fakta yang spesifik terhadap situasi teertentu,

seperti misalnya pada industri tertentu. Sehingga hasil akhirnya akan memiliki ruang lingkup

yang terbatas. Hal ini merupakan suatu dilema yang serius bagi kontekstialisme dalam

akuntansi, yaotu untuk baik menerimakekhusussan maupun mengakui adanya perubahan-

perubahan secara konstan didalamkonteks.

3.5 Organisisme di dalam akuntansi

Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan berfokus oada

gestalt yang spesifik sebagai objek studinya, yang terdiri dari fakta-fakta yang tertata dengan

baik dan terintegrasi serta dapat diuraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam

akuntansi, organisisme mencari determinasi dari keteraturan empirik di antara fenomena-

fenomena yang berbedamelalui berragam bentuk analisis statistik. Organisisme dalam

akuntansi dipandang sebagai salah satu faktor yang penting dalam penelitian akuntansi di mas

depan. Seperti yang dinyatakan Beaver:

Page 14: Perspektif Research In Accounting

Faktor kedua adalah penekana pada penelitian kontekstual dan bukannya penelitian

generik. Secara tidak langsung hal ini telah tertera dalam faktor pertama dimana terdapat

penekanan pada kekayaan institusional, yang cenderung untuk mengarahkan kepada konteks-

kontekskhusus. Nilai dari studi generik mengalami penurunan karena penelitian terdahulu

telah meraup sebagian besar dari keuntungab tersebut dan telah membahas pertanyaan dasar,

yang menjadi urutan pertama, misalnya apakah terdapat hubungan statistikantara

pengembalian dan perubahan laba?

Organisisme dalam akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data

asli, fokus pada konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan

mengharmonisasikannya menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap.organisisme dalam

akuntansi perlu pula untuk mengidentifikasikan urutan langkah-langkah yang mencapai

puncaknya dalam suatu telos, suatu keseluruhan yang mendetail. Apa yang tampak seperti

peristiwa-peristiwa akuntansi yang berbeda selanjutnya akan dihubungkan dalam sebuah

harmoni yang memiliki arti sebuah sintesis yang lebih tinggi, klasifikasi atas anomali dan

fokus pada struktur mendasar yang komprehensif. Hasil akhirnya adalah sebuah dunia

akuntasni yang koheren dan terintegrasi dengan baik.

IV. PERSPEKTIF PADA PENELITIAN AKUNTANSI

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian

akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik,metodology, dan jenis

wacananya. Kenyataannya ternyata sangat berbeda. Sebuah pendekatan yang diterapkan oleh

Burrell dan Morgan dalam analisis oraganisasional dapat digunakan untuk membedakan

pandangan strukturalis radikal. Dalam bagian ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas

dan diterapkan pada penelitian akuntansi.

4.1 Kerangka Kerja Burrell dan Morgan

4.1.1 Hakikat dari Ilmu Sosial

Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu

ontologi, epistemologi, sifat manusia, dan metodologi. Asumsi-asumsi ini juga dipikirkan

dari segi dimensi subjektif – objektif.

Pertama, asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari

fenomena akuntansi yang melibatkan perbedaan-perbedaan nomimalisme-realisme.

Perdebatan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu

Page 15: Perspektif Research In Accounting

adalah merupakan penggabungan nama-nama asli, onsep, dan judul yang merupakan struktur

pada kenyataan.

Kedua, perdebatan tentang epistemologis, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan

dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme.

Ketiga, perdebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan

lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme.

Keempat, perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode

yang digunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan

perdebatan ideologis-nonotetis.

4.1.2 Hakikat dari Masyarakat

Yakni perdebatan susnan konflik atau perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi

regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan

keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal

sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan

radikal, konflik struktural mendalam, cara-cara pendominasian, dan pertentangan struktural

yang terjadi pada masyarakat modern. Seperti yang disoroti oleh Burrel dan Morgan,sosiologi

regulasi berkaitan dengan status quo, tatanan sosial, solidaritas,aktualisasi, sedangkan

sosiologi perubahan radikal berkaitan dengan konflik struktural,emansipasi,perampasan hak.

4.1.3 Kerangka Kerja untuk Analisis Penelitian

Burrell dan Morgan mengembangkan suatu skema yang koheren untuk melakukan analisis

atas teori sosial secara umum dan analisis organisasional secara khusus. Skema ini terdiri atas

empat paradigma yang berbeda dan diberi nama sebagai

1. Humanis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi subjektif.

2. Strukturalis radikal, yang ditandai oleh perubahan radikal dan dimensi objektif.

3. Interpretatif, yang ditandai oleh dimensi subjektif dan regulasi.

4. Fungsionalis, yang ditandai oleh dimensi objektif dan regulasi.

4.2 Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi

Pandangan fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial,

dimana akuntansi memainkan sebuah peranan, jika dilihat dari sudut pandang seorang realis,

positivis, determinis, dan nomotetis. Paradigma fungsionalis dalam akuntansi melihat

fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan

dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan

ilmiah.

Page 16: Perspektif Research In Accounting

Dalam fungsionalis struktural, paradigma fungsionalis dalam akuntansi berfokus pada

penetapan fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh akuntansi untk menjalankan operasi organisasi

secara efektif. Fungsi-fungsi ini adalah “prasyarat fungsional” atau “keharusan fungsional”

dari adaptasi pencapaian sasaran, integrasi dan latensi atau pemeliharaan pola. Untuk

mencapai keharusan-keharusan tersebut,maka didefinisikanlah struktur atau elemn dari

akuntansi. Objektivisme dengan komitmennya kepada model dan metode yang digunakan

dalam ilmu-ilmu alam adalah cara utama dalam penelitian dan pembuatan teori akuntansi.

Pandangan fungsionalis dalam akuntansi menandai apa yang secara umum diterima

sebagai suatu penelitian akuntansi konvensional. Asumsi-asumsinya yang dominan meliputi

hal-hal berikut ini: “ Teori dipisahkan dari pengamatan yang dapat digunakan untuk

memverifikasi ataupun menyalahkan sebuah teori. Perhitungan hipotesis-deduktif dari

penjelasan ilmiah dapat diterima. Sedangkan metode kuantitatif dari analisis dan

pengumpulan data yang memungkinkan adanya generalisai adalah metode yang lebih

disukai.”

4.3 Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi

Pandangan interpretatif dalam akuntansi berfokus pada menjelaskan tatanan sosial dari sudut

pandangan seorang normalis, antipositivis, voluntaris, dan ideologis. Fenomenologi, jika

diterapkan pada akuntansi, akan mencoba untuk menampakkan secara eksplisit, “esensi-

esensi” yang tidak dapat ditunjukkan oleh pengamatan positivis biasa. Paradigma interpretatif

dalam akuntansi, meskipun masih sangat muda, telah berfokus pada

1. Kemampuan dari informasi untuk “membentuk kenyataan”

2. Peran dari akuntansi sebagai sebuah alat “linguistik”

3. Peran-peran dan gambaran lain yang dapat dilaksanakan oleh akuntansi.

Bagi para interpretatis, akuntansi tidak lebih dari hanya sekedar nama, konsep, dan label yang

digunakan untuk membuat suatu kenyataan sosial. Ia hanya dapat dimengerti dari sudut

pandang piha-pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan, komunikasi, dan

penggunaannya. Secara metodologis, metode-metode ideografis dan bukannya metode

hipotesis-deduktiflah yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali definisi pelaksana atas

masalah. Oleh karenanya, asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam

akuntansi hendaknya adalah:

a. Percaya pada pengetahuan

Page 17: Perspektif Research In Accounting

Penjelasan ilmiah yang dimaksud manusia. Kecukupan mereka dinilai melalui

kriteria konsistensi logis, interpretasi subjektif dan persetujuan dengan interpretasi

akal sehat si pelaksana.

b. Percaya pada kenyataan fisik dan sosial

Kenyataan sosial adalah suatu hal yang akan segera terjadi, diciptakan secara

subjektif, dan diobjekttifikasi melalui interaksi manusia. Seluruh perbuatan

mempunyai arti dan maksud yang secara retrospektif deberkahi dan didasarkan atas

praktik-praktik sosial dan historis. Tatanan sosial sudah dipastikan. Konflik diatasi

melalui skema-skema umum yang memiliki arti sosial.

c. Hubungan antara teori dan praktik

Teori mencoba untuk menjelaskan tindakan dan untuk memahami bagaimana tatanan

sosial diciptakan kembali.

Adapun keterbatasan dalam paradigma interpretatif yakni:

1. Paradigma ini berasumsi bahwa seorang pengamat “quasidivine” dapat memahami

tindakan sosial hanya melalui subjektivitas saja dan tanpa interferensi

2. Menciptakan sebuah ilusi mengenai ilmu yang murni dengan menggunakan garis

pemikiran sacara monologis.

3. Gagal menjadi penuntut perubahan.

4.4 Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan ini berfokus pada penjelasan tatanan sosial dari perspektif seorang nominalis,

voluntaris, serta ideografis dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari

perubahan radikal. Pandangan ini menghargai semua penelitian yang memperkecil kritik

filosofis yang diberikan pada beberapa metodologi normatif. Dalam bentuk teori kritis ia

mensyaratkan dua bentuk analisis:

a. Suatu analisis taksonomis atas kepentingan-kepentingan ontologis, epistemologis, dan

metodologis yang mendasari ilmu organisasional

b. Suatu kritik mengenai dinamika yang saling memengaruhi dari penelitian, teori, dan

praktik. Ia akan memperluas kritik epistemiknya hingga mencakup:

a. Sebuah pembahasan mengenai keterbatasan yang dimilikioleh bentuk-bentuk

penyelidikan alternatif.

b. Analisis mengenai hubungan antara komunitas peneliti organisasional dan

para praktisi serta organisasional

Page 18: Perspektif Research In Accounting

c. Pengakuan atas sasaran praktis dari setiap bentuk penelitian tertentu.

Para akuntan klasik atau fungsional menuduh para humanis sebagai kaum partisan dan

nonakademik. Burrell dan Morgan, para humanis sering diistilahkan sebagai orang-orang

radikal yang bersikeras untuk meniup nyala api kesadaran revolusioner, atau sebagai

eksistensialis tidak berakal yang tidak mau atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap

“kenyataan” hidup dunia sehari-hari dan menerima “kemajuan” yang telah terjadi

4.5 Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan ini mencari perubahan radikal, emansipasi, dan potensionalitas dengan

menggunakan sebuah analisis yang ditekankan pada konflik struktural, cara-cara

dominasi,kontradiksi dan penghapusan hak. Paradigma ini mencipataka teori-teori akuntansi

yang didasarkan atas metafora-metafora seperti alat dominasi, sistem skismatis, dan bencana.

Peran akuntansi dalam analisisbirokrasi klasik dar Weber sebagai salah satu cara

dominasi, analisis “ iron law oligarchy” (oligarki hukum besi dari Robert Michels, dan

analisis organisasi dari Marxis akan muncul sebagai suatu alat dominasi yang berkuasa untuk

dipahami sebagai bagian yang penting dari sebuah proses dominasi yang lebih luas di dalam

masyarakat secara keseluruhan.

Para akuntan strukturalis memiliki pandangan yang objektif atas alam sosial namun

juga berfokus pada kencenderungan terjadinya kontradiksi dan krisis yang ditimbulkan oleh

proses akuntansi. Sehubungan dengan akuntansi perusahaan, pemdekatan ini akan berfokus

pada kebebasan relatif dari berbagai praktik , kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan

ekonomis dan politis yang nyata. Perkembangan akuntansi dapat dilihat sabagai sebuah

proses sui generis, atau didefinisikan dari dalam.

5.FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI

5.1 Akuntansi berbasis Ekonomi Marginal

Komitmen akuntansi terhadap margianalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua

penekanan yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan

independensi. Penekanan pertama mencakup baik pandnagan atas kedaulatan dari masing-

masing pemilik, yang mengabaikan pemisahan antara kempemilikan dan manajemen,

maupun pandanagan yang secara eksplisit mengakui pemisahan antara kepemilikan dan

manajemen namun menganggap juga perusahaan sebagai pihak yang “sah” memiliki hak

untuk menguasai tingkat sumber daya tertentu. Penekanan yang kedua menempatkan akuntan

Page 19: Perspektif Research In Accounting

pada posisi seorang sejarawan dan akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari

pertukaran historis dengan objektivitas sebagai tujuan terpenting.

Kedua penekanan diatas membatasi pada praktik dan pengajaran akuntansi. Seperti yg

dikatakan Anthony Tinker dan rekannya, penekanan yang pertama meimbulka pertanyaan

tentang afiliasi golongan dari individu dan peran yang dimainkan oleh akuntan dalam konflik

antargolongan, dan penekanan yang kedua mengarah pada penghindaran pertanyaan-

pertanyaan subjektif tentang nilai dan menginformasikan data akuntansi kepada harga pasar

yang objektif.

Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang didasarkan pada nilai dan laba

ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai kemungkinan konsumsi di masa datang

yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang (present value) dan aliran arus kas mereka.

Menurut Tinker, bahwa dalam membandingkan proyek-proyek investasi modal alternatif,

akuntansi berdasarkan ekonomi marginal tidak memberikan suatu solusi yang unik.

Perbandingan tersebut akan bergantung pada pemilihan tingakt suku bunga. Proyek yang

paling dibutuhkan bagi suatu masyarakat hanya dapat dipastikan dengan menggunakan satu

tingkat bunga tertentu, yang cocok bagi perusahaan yang menggunakan biaya modalnya

sebagai tingkat bunga. Akan tetapi, dengan melihat berbedanya biaya modal untuk tiap-tiap

perusahaan, maka perhitungannyapun akan tidak dapat ditentukan. Hal ini menjadi alasan

untuk menggunakan suatu tingkat suku bunga pasar tertentu dalam memutuskan apakah satu

proyek akan lebih menguntungkan secara sosial jika dibandingkan dengan proyek yang lain.

Begitupula, D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada

penawaran dan permintaan modal moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat

suku bunga pasar. Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak

terdeterminasi.

5.2 Akuntansi Ekonomi Politis

Akuntansi ekonomi politisi dipicu oleh adanya keterbatasan dari ekonomi marginal dan

keunggulan dari ekonomi politis. Ekonomi politis mengakui adanya dua dimensi modal: satu

sebagai instrumen (fisik) dari produksi dan satu lagi sebagai hubungan manusia dengan

manusia dalam sebuah organisasi sosial. Perbedaan bentuk masayarakat terjadi dan ditandai

oleh perbedaan institusi-institusi sosial. Disini akuntansi memainkan sebuah peranan

ideologis dalam melegitimasi ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam

membingungkan hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat

kembali distribusi kekuatan yang tidak merata. Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di

dalam bidang akuntansi ekonomi politis.

Page 20: Perspektif Research In Accounting

Definisi yang baik dari akuntansi ekonomi politis ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan

kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka keja yang lebih luas dan lebih

holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi dalam

ekonomi secara keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan

menerjemahkan peran dari laoran akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan

kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaanya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan

struktur institusional dari masayarakt sebagai model yang akan membantu melakukan peran

tersebut dan mmberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi,

akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.

D.J Cooper dan M. J Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi

politis

1. AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat dan

maka dari itu hendkanya berfokus pada dampak-dampak dari laporan akuntansi pada

pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan dalam asayrakat. Fitur ini secara langsung

bertentangan dengan pluralis yag cenderung untuk memiliki pandangan bahwa

masyarakat dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat

konflik sosial yang terus menerus antara golongan-golongan yang pada dasarnya

antagonis.

2. AEP hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang spesifik dari

masyarakat dimana ia beroperasi, yaitu bahwa:

Ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar

Ketidaksetaraan merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi

Negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi, dalam

ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelajarannya, dalam

melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaan-perusahaan besar,

dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya sendiri, dan pada saat yang

bersamaan ikut campur tangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.

3. AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipasif akan motivasi

manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai pelaku

(agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi maupun

pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri serta memainkan

fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.

Page 21: Perspektif Research In Accounting