persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan...

127

Upload: ngobao

Post on 19-May-2018

237 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,
Page 2: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

i

PENELITIAN

PPPPPersepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyerilaku Masyerilaku Masyerilaku Masyerilaku MasyarararararakatakatakatakatakatDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga Penenenenenyyyyyedia Jedia Jedia Jedia Jedia Jasaasaasaasaasa

TTTTTerhadap Perhadap Perhadap Perhadap Perhadap Pembaembaembaembaembayyyyyarararararan Non an Non an Non an Non an Non TTTTTunaiunaiunaiunaiunai

Kerjasama AntaraBank Indonesia cq. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran

DenganFakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oktober 2006

Page 3: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

i i

TIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITI

Penanggung Jawab : Sri Hartoyo

( Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB )

Ketua : Noer Azam Achsani

Anggota Tim Ahli IPB :

1 . Rina Oktaviani

2 . Hari Wijayanto

3 . Sumedi

4 . Triana Anggraeni

5 . Heti Mulyati

6 . Samsul Hidayat Pasaribu

7 . Dyah Rukmitasari

Anggota Tim Ahli PPSK-Bank Indonesia :

1 . Hotbin Sigalingging

2 . Suarpika Bimantoro

Page 4: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

iii

Kata PKata PKata PKata PKata Pengantarengantarengantarengantarengantar

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kekuatan dan kesehatan kepada semua tim peneliti sehingga laporan

penelitian ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul ”Persepsi, Preferensi dan Perilaku

Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai”

Era globalisasi dan informasi yang didukung oleh pesatnya teknologi berpengaruh

sangat signifikan terhadap sistem pembayaran non tunai. Perkembangan teknologi

informasi yang demikian pesat memungkinkan munculnya berbagai instrumen

pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh masyarakat. Trend

pembayaran non tunai akan meningkat pesat di masa depan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan tindakan antisipatif oleh Bank Indonesia melalui penelitian yang komprehensif

mengenai aspek-aspek yang berkenaan dengan sistem pembayaran non tunai. Penelitian

yang dilakukan ini merupakan langkah awal untuk membentuk sistem pembayaran

non tunai yang efektif, efisien dan aman dengan memotret persepsi, preferensi, dan

perilaku masyarakat dan lembaga penyedia jasa.

Secara sistematis, laporan akhir ini terdiri dari 8 (delapan) bab yaitu Bab I tentang

pendahuluan yang menerangkan latar belakang dan tujuan, Bab II tentang studi litera-

ture, Bab III menjelaskan metodologi yang digunakan dalam penelitian, Bab IV menerangkan

gambaran dari masyarakat, Bab V menjelaskan gambaran dari dunia usaha, Bab VI

menjelaskan gambaran dari perbankan, Bab VII menjelaskan potensi pengembangan

instrumen non tunai dan Bab VIII adalah kesimpulan, saran dan implikasi kebijakan.

Pada kesempatan ini, Tim Penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada Bapak Edi Siswanto selaku Direktur pada Direktorat Akunting dan Sistem

Pembayaran (DASP), Bank Indonesia beserta jajarannya: Ibu Dyah K Mukhijani, Bapak

Ahmad Hidayat, Bapak A Donanto H Wibowo, Bapak Himawan Kusprianto dan serta

semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan dan dukungan dalam kegiatan penelitian ini.

Seluruh tim peneliti sangat menikmati suasana penelitian yang menyenangkan

serta diskusi-diskusi konstruktif yang terjadi selama jalannya penelitian. Untuk itu, sekali

lagi kami mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Sebagai suatu penelitian yang relatif masih baru di Indonesia, tentu saja masih

belum bisa menjawab segala permasalahan yang ada. Oleh karena itu tim peneliti

mengharapkan masukan-masukan, yang tentunya akan sangat berguna bagi penelitian

lanjutan pada masa-masa mendatang. Akhirnya, semoga laporan ini dapat dijadikan

panduan dalam memperbaiki sistem pembayaran di Indonesia menuju lesh cash society.

Bogor, Oktober 2006

Tim Penyusun

Page 5: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

iv

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Executive Summary

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun

terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan

semakin banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang

menerima pembayaran non tunai. Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang

berkembang dewasa ini, selain warkat atau cek yang umumnya sudah diketahui, di

antaranya adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-

banking.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor perbankan masih mendominasi industri jasa

pembayaran non tunai ini. Namun demikian perusahaan-perusahaan non bank juga

sudah mulai berkembang seperti switching company, IT company dan Telco company.

Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai peran yang cukup signifikan, khususnya

pada pelayanan pembayaran dana antar nasabah antar bank yang biasanya dilakukan

melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Selain itu, perkembangan sistem pembayaran non tunai di luar negeri yang

semakin mengarah pada less cash society juga turut memberikan andil dalam perubahan

perilaku gaya hidup dan transaksi ekonomi para pelaku ekonomi khususnya di beberapa

kota besar di Indonesia.

Perkembangan sistem pembayaran non tunai di tanah air sebagaimana telah

diungkapkan di atas, secara teoritis maupun secara empiris tidak terlepas dari

perkembangan kegiatan perekonomian yang menghendaki efektivitas dan efisiensi

yang tinggi serta kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan

teknologi informasi yang pesat memungkinkan munculnya berbagai instrumen

pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh masyarakat. Selain

itu, konvergensi antar berbagai industri seperti perbankan, telekomunikasi dan

transportasi memungkinkan adanya keterkaitan antara ketiga industri tersebut.

Berdasarkan perkembangan ekonomi dan teknologi informasi yang cukup pesat

serta perkembangan sistem pembayaran non tunai di berbagai kawasan, sudah

selayaknya Bank Indonesia (BI) mengembangkan instrumen-instrumen non tunai di

tanah air. Di samping untuk memperbanyak alternatif instumen pembayaran yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat luas, pengembangan sistem pembayaran non tunai juga

sejalan dengan tugas Bank Indonesia untuk menyediakan instrumen pembayaran yang

efisien, cepat, tepat dan aman sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23

Page 6: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

v

Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004.

Keberhasilan pengembangan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan

dari kesiapan masyarakat baik masyarakat umum (sebagai pengguna), dunia usaha

(sebagai penerima sistem pembayaran) maupun perbankan untuk menerima sistem

pembayaran yang relatif masih baru tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu

penelitian untuk menggali informasi tentang kesiapan masyarakat serta potensi

pengembangan instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan karakteristik

masyarakat dan karakteristik wilayah di seluruh Indonesia.

Informasi yang dikumpulkan tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga

aspek sosial kemasyarakatan. Informasi-informasi demikian akan sangat berguna untuk

membantu penyusunan grand design kebijakan pengembangan sistem pembayaran

non tunai yang cocok dikembangkan di Indonesia di masa-masa mendatang.

Tujuan

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui persepsi, preferensi dan

perikalu masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai sebagai basis untuk

membangun peta potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai per wilayah

di Indonesia. Secara rinci, tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku dari masyarakat umum pengguna

transaksi non tunai dan pengusaha.

2) Menjelaskan persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap sistem

pembayaran non tunai beserta kendala-kendala yang dihadapi.

3) Menganalisis faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi dan perilaku

masyarakat umum dan pengusaha terhadap produk instrumen pembayaran non

tunai.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan kepada Bank Indonesia

dalam rangka menyusun grand design upaya peningkatan penggunaan sistem

pembayaran non tunai. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan informasi yang komprehensif mengenai potensi di tiap-tiap wilayah yang

bermanfaat bagi pelaku industri atau penyedia jasa sistem pembayaran non tunai dalam

melakukan perluasan kegiatannya.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Kerangka analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga

sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi, preferensi,

dan perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non tunai di Indonesia. Secara

umum, penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu :

1. Tahap Pertama, survei pertama ditujukan kepada penggalian informasi tentang

pola persepsi, preferensi, dan perilaku pengguna jasa instrumen pembayaran non

Page 7: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

vi

tunai (masyarakat dan potential marchants). Dari tahapan kegiatan ini akan

diperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah

pola umum potensi pengembangan per wilayah observasi.

2. Tahap Kedua, survei kedua dilakukan untuk klarifikasi pola umum yang dihasilkan

dari survei tahap pertama (untuk sebagian wilayah yang telah disurvei serta

beberapa wilayah baru). Hasil survei tahap kedua selanjutnya akan digunakan

sebagai dasar untuk menyusun “model potensi” pengembangan instrumen

pembayaran non tunai. Model akan dikembangkan dengan cara mencari

hubungan antara variabel potensi yang diperoleh dari data primer dengan

variabel-variabel sosial ekonomi yang disarikan dari data sekunder.

3. Tahap Ketiga, berdasarkan model potensi tersebut dilakukan pemetaan per wilayah

ke dalam berbagai tipologi, misalnya: “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. dan alur kegiatan

disajikan pada Gambar 2

Page 8: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

vii

Page 9: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

viii

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan adalah data primer dengan didukung beberapa data

sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Data primer

yang diperoleh melalui survei lapang dibagi ke dalam dua tahap sebagai berikut:

1. Survei tahap pertama dilakukan untuk melihat/memotret persepsi, preferensi dan

perilaku masyarakat umum dan pengusaha terhadap penggunaan instrumen

pembayaran non tunai.

2. Survei tahap kedua akan dilakukan untuk mengklarifikasi sekaligus untuk menguji

model yang dikembangkan dari hasil survei tahap pertama. Survei akan mencakup

sebagian wilayah yang telah disurvei ditambah beberapa wilayah baru yang belum

disurvei pada tahap pertama.

Secara rinci, data yang dikumpulkan meliputi:

1. Data primer diperoleh wawancara dengan para pelaku ekonomi yang dipilih

berdasarkan metodologi purposive sampling/quota sampling. Wawancara yang

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh

informasi mengenai perilaku, persepsi, dan preferensi masyarakat dan pengusaha

terhadap penggunaan instumen pembayaran non tunai.

2. Data sekunder (mencakup data-data potensi ekonomi dan keuangan nasional

dan daerah) yang diperoleh dari Bank Indonesia serta berbagai dinas/instansi

teknis, perbankan nasional, Badan Pusat Statistik, Pemda, dan lembaga lain dalam

rangka identifikasi potensi dari sisi kegiatan ekonomi.

Penentuan Sampel dan Responden

Metode penentuan sampel/responden dilakukan berdasarkan purposive sampling/

quota sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner kepada responden survei yaitu masyarakat umum dan pengusaha. Responden

masyarakat umum dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:

1. Nasabah bank yang menggunakan kartu non tunai (60% dari total responden

masyarakat umum)

2. Nasabah bank yang tidak menggunakan kartu non tunai (30% dari total

responden masyarakat umum)

3. Non nasabah (10% dari total responden masyarakat umum)

Jumlah responden non-nasabah ditentukan lebih kecil dari dua tipe responden

lainnya yaitu sebesar 10%. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui

persepsi, preferensi dan perilaku masyakat terhadap instrumen pembayaran non tunai,

pemilihan responden tersebut didasari pertimbangan untuk menghindari bias ke bawah.

Lokasi Survei

Idealnya penelitian memiliki cakupan area yang cukup beragam dengan pemilihan

sampel didasarkan atas beberapa karakteristik wilayah yang meliputi wilayah perkotaan,

Page 10: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

ix

pedesaan, daerah perbatasan serta daerah pariwisata. Dasar pemilihan wilayah tersebut

adalah untuk menangkap/memotret pola persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat

terhadap instrumen pembayaran non tunai di tiap karakteristik wilayah tadi.

Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, penelitian lebih difokuskan

pada wilayah-wilayah yang secara ekonomi relatif maju, khususnya daerah-daerah

perkotaan (kota besar dan menengah) serta daerah-daerah pariwisata. Untuk setiap

lokasi survei dipilih 2 (dua) kota yaitu ibukota propinsi dan satu kabupaten dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi cukup baik. Untuk survei tahap pertama ini wilayah

penelitian meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Sumedang), Sumatera Utara

(Medan, Tebing Tinggi), Lampung (Bandar Lampung, Lampung Selatan), Bali (Denpasar,

Badung). Untuk tahap kedua penelitian meliputi wilayah DKI Jakarta, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Riau, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara

Implikasinya adalah bahwa yang dihasilkan dari penelitian ini tidak bisa

digeneralisasi untuk seluruh wilayah Indonesia, tetapi lebih kepada wilayah perkotaan.

Meskipun demikian, dari hasil survey yang dilakukan, selanjutnya akan dibangun model

untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non di seluruh wilayah In-

donesia.

III. HASIL PENELITIAN

Beberapa temuan utama penelitian ini bisa disarikan hasil penelitian berikut:

Masyarakat Umum

1) Sebagian besar responden (68 persen) sudah pernah memanfaatkan sistem

pembayaran non tunai, dan hanya sebagian kecil saja (32 persen) yang belum

pernah memanfaatkannya. Mereka yang belum memanfaatkan instrumen non

tunai sebagian besar karena belum perlu, belum mengerti prosedurnya atau

karena lokasi tempat tinggal yang masih terlayani dengan baik. Selain itu, alasan

lain yang mengemuka adalah adanya ketakutan bahwa hidup akan menjadi lebih

boros.

2) Pengalaman masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai bisa dikatakan

baik. Meskipun demikian ada sebagian kecil responden (21 persen) pernah

mengalami pengalaman yang buruk, diantaranya mesin ATM rusak,

ketidakakuratan transaksi atau penggunaan kartu kredit oleh orang lain.

3) Untuk memperluas penggunaan instrumen non tunai, media yang paling baik

digunakan adalah jalur teman/keluarga dan televisi. Jalur lain melalui koran, ra-

dio, maupun majalah juga bisa digunakan tetapi dampaknya relatif lebih kecil.

4) Aspek-aspek yang dipandang sangat penting oleh masyarakat adalah keamanan,

aksesibilitas dan kecepatan pelayanan. Oleh karenanya, untuk mengembangkan

sistem pembayaran non tunai di masa depan, Bank Indonesia harus memberikan

perhatian utama pada aspek-aspek tersebut.

5) Untuk pengembangan kartu prabayar, secara umum masyarakat (71 persen)

bersedia menerima instrumen tersebut, dengan mayoritas menginginkan kartu

Page 11: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

x

prabayar multi fungsi. Beberapa fungsi penggunaan yang sangat diminati adalah

untuk pom bensin, super market, pembayaran tol dan layanan rumah sakit.

6) Secara umum, masyarakat pengguna instrumen non tunai didominasi oleh

responden dengan ciri-ciri (i) orang yang terbuka terhadap informasi dan

memandang instrumen non tunai sebagai satu prestise tersendiri, (ii) orang yang

memandang dirinya sebagai pelopor/panutan bagi orang lain serta (iii) orang-

orang yang memang menyukai model pembayaran non tunai.

Dunia Usaha

1) Dari keseluruhan responden dunia usaha yang disurvey (74 persen diantaranya

berbadan hukum), sebagian besar diantaranya (75 persen) belum memiliki masalah

cash handling. Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa sejauh ini sebagian

besar omset mereka (82 persen) masih didominasi oleh transaksi tunai. Masalah

cash handling hanya dijumpai pada 25 persen persen perusahaan, dengan prob-

lem utama adanya selisih transaksi, masalah uang palsu serta masalah uang logam

(receh) dan kembalian.

2) Meskipun belum belum menghadapi masalah cash handling, animo dunia usaha

untuk menerima instrumen pembayaran non tunai sangat besar. Hal ini terbukti

dari kecilnya (27 persen) penolakan responden terhadap instrumen non tunai.

Penolakan mereka pun sebenarnya bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena

ketidaktahuan serta ketiadaan infrastruktur. Dari hasil wawancara juga ditemukan

bahwa hampir semua responden dunia usaha akan bersedia menerima instrumen

pembayaran non tunai jika pemerintah (Bank Indonesia) memang akan

menerapkannya secara lebih luas.

3) Secara umum dunia usaha juga tidak banyak menghadapi pengalaman buruk

berkenaan dengan instrumen non tunai. Hanya 20 persen responden yang punya

pengalaman buruk, khususnya cek/BG kosong, jaringan rusak, penyalahgunaan

kartu kredit serta buruknya layanan bank dalam melayani klaim tagihan.

4) Diantara semua instrumen pembayaran non tunai, kartu debet adalah instrumen

yang paling disukai oleh dunia usaha. Hal ini terkait dengan kecilnya risiko yang

harus ditanggung. Bahkan beberapa responden menggolongkan pembayaran

dengan kartu debet sebagai pembayaran tunai, karena uangnya dipindahbukunan

dalam waktu yang singkat dengan proses yang otomatis.

5) Terkait dengan kartu prabayar, mayoritas dunia usaha dengan senang hati

menerima instrumen pembayaran ini. Hanya sebagian kecil saja yang belum

bersedia menerimanya karena alasan tidak tahu, belum perlu atau masih sangsi

akan kegunaannya. Untuk itu, sosialisasi lebih luas sangat diperlukan agar

masyarakat dan dunia usaha lebih paham akan hal ini. Selain kartu debet, kartu

lain yang disukai oleh dunia usaha secara berturut-turut adalah transfer bank,

cek, kartu kredit, BG, kartu belanja dan pembayaran via internet.

6) Terkait dengan biaya transaksi, mayoritas responden keberatan dengan

pengenaan biaya tersebut.

Page 12: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xi

Hanya 31 persen responden yang menjawab bersedia membayar biaya transaksi.

Perbankan

1) Tingginya animo masyarakat dan dunia usaha dalam menggunakan instrumen

pembayaran non tunai ternyata juga dilihat oleh dunia perbankan. Hal ini

diindikasikan oleh kenyataan bahwa mayoritas perbankan menganggap bahwa

pertumbuhan penggunaan ATM, Kartu Debet maupun Kartu Kredit sangat tinggi.

Selain itu faktor pendorong lain yang dianggap penting adalah peningkatan trend

di masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai.

2) Sebaliknya, hambatan yang paling dirasakan dunia perbankan dalam

mengembangkan instrumen non tunai adalah tingginya biaya investasi. Hambatan

lainnya yang juga banyak diungkapkan adalah rendahnya permintaan dari

masyarakat. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan yang ada di

masyarakat maupun dunia usaha. Untuk itu, diperlukan satu sosialisasi khusus

untuk menghubungkan keinginan masyarakat dengan dunia perbankan.

3) Dalam usaha untuk melakukan penetrasi seluruh instrumen non tunai, secara

umum dunia usaha memandang faktor keamanan, biaya dan akurasi sebagai aspek

yang sangat penting untuk diperhatikan.

Peta Potensi Pengembangan

Untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai, penelitian

ini menyusun peta potensi pengembangan yang mencakup seluruh kabupaten/kota di

seluruh wilayah Indonesia. Pengembangan peta potensi ini dirdasarkan pada faktor-

faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menggunakan

instrumen pembayaran non tunai. Hasil analisis sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang paling dominan dalam

mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan instrumen pembayaran non

tunai diantaranya: status responden (sebagai nasabah bank), status kredit (sebagai

pengguna kredit), tingkat pendidikan, jumlah tabungan serta jumlah pengeluaran.

Sebagai proxy terhadap faktor-faktor dominan tersebut, dipilih indikator-

indikator makro yang sesuai dan bisa menggambarkan kondisi masing-masing daerah

terkait dengan faktor-faktor dominan. Indikator-indikator terpilih dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Jumlah kantor bank yang berkaitan erat dengan variabel ”status nasabah”. Jumlah

bank dalam hal ini menggambarkan mudah/sulitnya masyarakat untuk

emmperoleh akses pelayanan perbankan. Semakin banyak kantor bank yang

tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat untuk menjadi nasabah bank dan

sekaligus meningkatkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.

2) Total kredit yang berkaitan erat dengan variabel ”nasabah kredit” dan berkorelasi

dengan minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Semakin tinggi kredit di

suatu kabupaten/kota, maka semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem

pembayaran non tunai.

Page 13: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xii

3) Dana pihak ketiga (DPK) yang dalam hal ini merupakan proxy langsung bagi

variabel jumlah tabungan masyarakat. Semakin tinggi tabungan masyarakat,

semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.

Peta potensi pengembangan akan dibuat berdasarkan variabel asal (DPK, jumlah

bank, dan kredit) serta jumlah penduduk pada tiap-tiap kabupaten/kota di seluruh

wilayah Indonesia. Tinggi rendahnya potensi pada satu kabupaten/kota akan sangat

tergantung pada skor tiap-tiap variabel untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.

Kriteria pemberian skor didasarkan pada kuartil (Q1, Q2 dan Q3) serta sebaran nor-

mal.

Khusus untuk wilayah-wilayah tertentu yang datanya tidak tersedia (karena proses

pemekaran misalnya), maka ia tidak akan disertakan ke dalam proses skoring.

Dari hasil skoring selanjutnya bisa diperoleh empat peta potensi pengembangan

sistem pembayaran non tunai yang bisa dilihat pada Lampiran 1 – Lampiran 4. Dari

gambar-gambar tersebut terdapat empat warna yang menunjukkan potensi

pengembangan sistem pembayaran non tunai pada masing-masing kabupaten/kota.

Warna-warna yang ada masing-masing menunjukkan:

1) Kuning adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi tinggi

2) Merah adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah atas

3) Biru adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah bawah

4) Hijau adalah kabupaten/kota dengan potensi rendah.

Dengan demikian jika pengembangan sistem pembayaran non tunai akan

dilakukan secara bertahap, maka fokus pengembangan bisa dimulai dari daerah-daerah

yang ditandai dengan warna kuning, dan selanjutnya diikuti oleh daerah-daerah yang

ditandai warna merah. Untuk daerah-daerah yang ditandai dengan warna biru dan

hijau, pengembangan bisa dilakukan belakangan mengingat potensinya tidak terlalu

besar. Keberhasilan penerapan sistem pembayaran non tunai di daerah-daerah yang

berwarna kuning dan merah yang disertai dengan sosialisasi yang memadai, diharapkan

akan mempermudah proses pengembangan di daerah yang berwarna biru dan hijau.

Secara umum dapat dikatakan bahwa potensi terbesar bagi pengembangan sistem

pembayaran non tunai berada di Pulau Jawa-Bali, sebagian Sumatera, sebagian

Kalimantan serta sebagian Sulawesi. Beberapa daerah di wilayah Papua juga memiliki

potensi yang lumayan bagus, meskipun belum sebagus daerah-daerah sebagaimana

disebutkan di atas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Selain itu dengan mempertimbangkan disparitas ekonomi antar wilayah, maka

akan disusun pula peta potensi yang berbeda untuk: (1) Wilayah Jawa-Bali, (2) Wilayah

Sumatra dan (3) Wilayah lainnya di Indonesia. Untuk Jawa-Bali, potensi tertinggi ada

di Jawa Barat serta sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Untuk Sumatera,

kawasan pantai timur secara umum memiliki potensi lebih tinggi dibanding pantai

barat. Sedangkan untuk wilayah lainnya, potensi tinggi tersebar di sebagian

Kalimantan, Sulawesi, Papua serta Nusa Tenggara Barat.

Page 14: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xiii

Peta potensi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Dari hasil-hasil temuan survey sebagaimana telah terdahulu, ada beberapa

rekomendasi kebijakan yang bisa disampaikan:

1) Potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai ternyata cukup besar,

khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi dan perbankan yang cukup maju.

Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat, baik masyarakat umum sebagai

pengguna, dunia usaha sebagai penerima instrumen pembayaran maupun dunia

perbankan. Potensi ternyata tidak hanya pada para nasabah perbankan, tetapi

juga masyarakat umum non nasabah.

2) Besarnya potensi pengembangan tidak hanya berkaitan erat dengan faktor

ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-faktor lain seperti demografi

dan sosial budaya. Oleh karenanya, dalam pengembangan ke depan, seyogyanya

memperhatikan hal-hal yang menjadi concern masyarakat luas.

3) Untuk lebih mempercepat pengembangan sistem pembayaran non tunai, sangat

penting untuk dilakukan sosialisasi secara luas dengan menggunakan saluran atau

media yang efektif seperti jalur kerabat/teman dan TV.

4) Menyadari bahwa potensi pengembangan tiap-tiap daerah tidak merata, maka

sangat perlu untuk melakukannya secara bertahap, dengan memperhatikan peta

potensi pengembangan tiap-tiap wilayah yang direkomendasikan oleh tim peneliti.

5) Semakin meningkatnya penggunaan instrumen pembayaran non tunai tentunya

akan membawa dampak ke kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indone-

sia. Salah satu issue urgen yang harus segera diperhatikan adalah ”perlu tidaknya

redefinisi jumlah uang beredar M1 dan M2”. Selain itu, penting juga untuk melihat

dampak penggunaan instrumen non tunai terhadap variabel makro-moneter

lainnya. Untuk itu, tim peneliti merekomendasikan pelaksanaan penelitian lanjutan

yang secara khusus menelaah hal-hal krusial tersebut.

Page 15: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xiv

Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

Hal.

TIM PENELITI .................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

EXECUTIVE SUMMARY ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 11.1. Latar Belakang ........................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 21.3. Tujuan ......................................................................................................... 21.4. Manfaat ...................................................................................................... 31.5. Batasan Penelitian ..................................................................................... 3

BAB II STUDI LITERATUR ................................................................................... 42.1.Persepsi, Preferensi dan Perilaku .............................................................. 4

2.1.1. Faktor Lingkungan ........................................................................... 52.1.2. Faktor Perbedaan Individu dan Faktor Psikologis .......................... 52.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen

Pembayaran Non Tunai ...................................................................... 62.2.Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai .......................................... 7

2.2.1. Instrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Warkat ...................... 82.2.2. Intrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Kartu

dan Berbasis Elektronik........................................................................ 82.2.3. Sistem Pembayaran Antar Bank di Indonesia dan

Peran Bank Indonesia ...................................................................... 92.3. Pengalaman Negara Lain .........................................................................10

2.3.1 Amerika Serikat................................................................................112.3.2 Austria ..............................................................................................122.3.3 Belgia ................................................................................................132.3.4. Finlandia dan Belanda .....................................................................16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 173.1. Kerangka Analisis .....................................................................................173.2. Metode Pengumpulan Data ....................................................................20

3.2.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................................203.2.2. Metode Penentuan Sampel dan Responden..................................203.2.3. Lokasi Survei ....................................................................................21

3.3. Metode Analisis Data ...............................................................................213.3.1. Analisis Deskripsi ..............................................................................213.3.2. Biplot ................................................................................................213.3.3. Logit ..................................................................................................223.3.4. Importance Performance Analysis ..................................................233.3.5. Analisis Potensi ................................................................................25

Page 16: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xv

BAB IV Masyarakat Umum ............................................................................. 264.1. Karakteristik Masyarakat Umum.............................................................264.2. Persepsi dan Perilaku Terhadap Instrumen Non Tunai .........................294.3. Preferensi Masyarakat terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai .364.4. Analisis Psikografis ...................................................................................484.5. Harapan ke Depan ....................................................................................50

Box : Studi Kasus Kota Manado...............................................................52

BAB V Dunia Usaha......................................................................................... 635.1. Karakteristik Responden Perusahaan .....................................................635.2. Persepsi dan Perilaku Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai ....675.3. Preferensi Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai .......................715.4. Harapan ke Depan ....................................................................................75

BAB VI Perbankan ............................................................................................ 776.1. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai Saat Ini ......................776.2. Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai Secara Umum ......86

BAB VII Potensi Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai ... 89

7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat untuk

Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai ..........................................89

7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Untuk

Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai Secara Luas .....................91

7.3. Potensi Pengembangan Sistem Pembayaran Non Tunai........................93

BAB VIII Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan ....................................... 101

8.1. Kesimpulan .............................................................................................101

8.2. Implikasi Kebijakan .................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 105

Page 17: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xvi

Hal.

Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunakan Instrumen

Pembayaran Non Tunai Masyarakat Amerika Serikat .............................. 12

Tabel 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan dan Penggunakan

Instrumen Pembayaran Non Tunai Masyarakat Austria ........................... 13

Tabel 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan dan

Tipe Pengguna Instrumen Kartu Debit Masyarakat Belgia ...................... 14

Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan

dan Tipe Pengguna Instrumen Kartu Kredit Masyarakat Belgia ............. 15

Tabel 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan

dan Tipe Pengguna Instrumen Kartu e-purse Masyarakat Belgia ........... 15

Tabel 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan dan Penggunakan

Instrumen Pembayaran Non Tunai Masyarakat Finlandia dan Belanda.. 16

Tabel 4.1. Frekuensi Transaksi Non Tunai menurut Jenis Transaksi .......................... 34

Tabel 4.2. Penilaian terhadap Beberapa Aspek Instrumen Non Tunai ...................... 36

Tabel 4.3. Urutan Kepentingan terhadap Aspek yang Dinilai .................................. 37

Tabel 4.4. Kelemahan Instrumen Non Tunai berdasarkan Kelompok

Responden .................................................................................................... 43

Tabel 5.1. Komposisi Omset Tunai dan Non Tunai Rata-rata Per Bulan

Berdasarkan Bidang Usaha (dalam persen) ............................................... 63

Tabel 5.2. Keberadaan Masalah Cash Handling Berdasarkan Jenis Usaha ............... 65

Tabel 5.3. Proporsi Biaya Cash Handling Berdasarkan Jenis Usaha .......................... 67

Tabel 5.4. Perilaku Responden Terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai

Berdasarkan Jenis Usaha ............................................................................. 67

Tabel 5.5. Kesediaan Pengusaha Terhadap Instrumen Prabayar ............................... 69

Tabel 5.6. Urutan berdasarkan Keamanan Transaksi ................................................. 71

Tabel 5.7. Urutan berdasarkan Kemudahan Mencairkan .......................................... 72

Tabel 5.8. Urutan berdasarkan Kemudahan Operasional ......................................... 72

Daftar TabelDaftar TabelDaftar TabelDaftar TabelDaftar Tabel

Page 18: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xvii

Tabel 5.9. Urutan berdasarkan Ketepatan Nilai Transaksi ......................................... 73

Tabel 5.10. Urutan berdasarkan Biaya Operasional ..................................................... 73

Tabel 5.11. Urutan berdasarkan Volume Transaksi ...................................................... 74

Tabel 5.12. Urutan berdasarkan Paling Disukai ............................................................ 74

Tabel 5.13 Ringkasan Urutan Preferensi Pengusaha Terhadap Instrumen

Pembayaran Non Tunai ............................................................................... 75

Tabel 6.1. Jumlah Bank menurut Instrumen yang Digunakan pada Setiap

Simpanan ...................................................................................................... 77

Tabel 6.2 Komposisi Persentase Transaksi Kartu ATM Berdasarkan Survey ............ 78

Tabel 6.3. Komposisi Persentase Transaksi Kartu Debit Berdasarkan Survey .......... 79

Tabel 6.4. Komposisi Persentase Transaksi Kartu ATM, Kartu Debet dan

Kartu ATM+Debet Menggunakan Proxy ................................................. 79

Tabel 6.5. Sebaran Wilayah dan Jenis Denominasi Penarikan Uang Tunai

Melalui ATM ................................................................................................. 80

Tabel 6.6. Bank Menurut Jaringan ATM yang Digunakan......................................... 80

Tabel 6.7. Variasi Penggunaan Jaringan Operasional ATM ....................................... 81

Tabel 6.8. Faktor Pendorong Pengembangan Produk ATM + Kartu Debet ............. 81

Tabel 6.9. Faktor Penghambat Pengembangan Produk ATM dan Kartu

Debet ............................................................................................................ 82

Tabel 6.10. Persentase Jumlah Bank Menurut Penggunaan Kartu Kredit.................. 82

Tabel 6.11. Faktor Pendorong Pengembangan Produk Kartu Kredit ......................... 82

Tabel 6.12. Faktor Penghambat Pengembangan Produk Kartu Kredit ...................... 83

Tabel 6.13 Faktor yang Menyebabkan Bank Belum Memiliki Kartu Prabayar ......... 84

Tabel 6.14. Persentase Bank yang Memiliki Rencana Mengembangkan

Kartu Prabayar ............................................................................................. 84

Tabel 6.15. Jenis Perusahaan/Merchant yang Layak Diajak Kerjasama dalam

Pengembangan Kartu Prabayar ................................................................. 85

Tabel 6.16. Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan Kartu Prabayar .............. 85

Tabel 6.17 Kendala dalam Penetrasi Seluruh Instrumen Pembayaran Non

Tunai Secara Umum ..................................................................................... 86

Tabel 6.18 Kendala yang Ditemui dalam Pengembangan Instrumen Non

Tunai ............................................................................................................. 87

Page 19: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xviii

Tabel 6.19 Kota yang Berpotensi Tinggi untuk Pengembangan Instrumen

Non Tunai .................................................................................................... 87

Tabel 6.20 Jenis Instrumen Non Tunai yang Akan Dikembangkan ............................ 88

Tabel 6.21 Teknis Penjelasan Hak dan Kewajiban Nasabah untuk Produk

Pembayaran Non Tunai .............................................................................. 88

Tabel 7.1. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Masyarakat Dalam Menggunakan Transaksi Non Tunai ........................... 91

Tabel 7.2. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keinginan Masyarakat untuk

Menggunakan Transaksi Non Tunai ........................................................... 93

Tabel 7.3. Kriteria Pemberian Skor pada Tiap-Tiap Variabel ...................................... 95

Page 20: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xix

Daftar GambarDaftar GambarDaftar GambarDaftar GambarDaftar Gambar

Hal.

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi, Persepsi, dan

Perilaku Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap

Instrumen Pembayaran Non Tunai .......................................................18

Gambar 3.2. Alur Kegiatan Pemetaan Potensi Pengembangan Instrumen

Pembayaran Non Tunai di Indonesia ................................................... 19

Gambar 3.2. Diagram Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pekerja .........................24

Gambar 4.1. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin ...................................... 26

Gambar 4.2. Latar Belakang Pendidikan Responden ...............................................26

Gambar 4.3. Distribusi Usia Responden .....................................................................26

Gambar 4.4. Pekerjaan Responden .............................................................................27

Gambar 4.5. Penghasilan Responden .........................................................................27

Gambar 4.6. Pengeluaran Responden Setiap Bulan .................................................28

Gambar 4.7. Jumlah Saving Responden.....................................................................28

Gambar 4.8. Distribusi Responden menurut Status Nasabah ................................28

Gambar 4.9. Distribusi Responden menurut Penggunaan Instrumen

Pembayaran Non Tunai ..........................................................................29

Gambar 4.10. Distribusi Responden menurut Jumlah Bank dimana

Responden menjadi Nasabah ................................................................29

Gambar 4.11 Produk Perbankan yang Dimanfaatkan ..............................................30

Gambar 4.12. Alasan Tidak Menggunakan Transaksi Non Tunai .............................30

Gambar 4.13 Pengenalan Responden terhadap Produk Instrumen

Pembayaran Non Tunai ..........................................................................31

Gambar 4.14 Persentase Responden yang mengalami Pengalaman Buruk

pada Pemanfaatan .................................................................................32

Gambar 4.15 Pengalaman Buruk yang Pernah Dialami ............................................ 32

Gambar 4.16. Responden yang Mengalami Pengalaman Buruk pada

Pemanfaatan Instrumen Pembayaran Non Tunai menurut

kelompok responden .............................................................................33

Gambar 4.17. Sumber Informasi tentang Instrumen Pembayaran Non

Tunai .........................................................................................................33

Gambar 4.18. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai untuk

Pembayaran Tagihan Bulanan ..............................................................35

Gambar 4.19. Motivasi Utama Menggunakan Instrumen Non Tunai .....................35

Gambar 4.20 Persepsi terhadap Pengenaan Biaya pada Transaksi

Non Tunai .................................................................................................36

Gambar 4.21. Perpaduan antara Performance dan Persepsi Responden

terhadap Tingkat Kepentingan Beberapa Aspek

dalam Pengembangan Instrumen Non Tunai ....................................38

Page 21: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

xx

Gambar 4.22. Kesediaan Responden untuk Memanfaatkan Instrumen Non

Tunai Jika Sistem ini Dikembangkan secara Luas .............................. 39

Gambar 4.23. Kesediaan Responden untuk Memanfaatkan Kartu Prabayar ........ 40

Gambar 4.24. Alasan Bersedia Menerima Instrumen Non Tunai (Prabayar) .......... 40

Gambar 4.25. Pembayaran Fungsi Kartu Multi Fungsi yang diinginkan ................ 41

Gambar 4.26. Pembayaran Fungsi Kartu Multi Fungsi yang Diinginkan

menurut Kelompok Responden ...........................................................42

Gambar 4.27. Alasan Responden Memilih Kartu Multifungsi ..................................42

Gambar 4.28. Kelemahan Instrumen Non Tunai Saat Ini ..........................................43

Gambar 4.29 Kelebihan Instrumen Non Tunai ...........................................................46

Gambar 4.30 Hasil Analisis Biplot ................................................................................49

Gambar 4.31. Harapan Sistem Pembayaran Non Tunai ke Depan ...........................50

Gambar 5.1. Posisi Responden dalam Perusahaan ................................................... 63

Gambar 5.2. Status Hukum Perusahaan ....................................................................63

Gambar 5.3. Komposisi Responden menurut Jenis Usaha ...................................... 64

Gambar 5.4. Komposisi Omset Tunai dan Non Tunia dari Total Omset ................ 64

Gambar 5.5. Keberadaan Masalah Cash Handling dari Total Responden ............65

Gambar 5.6. Identifikasi Beberapa Masalah Cash Handling ...................................66

Gambar 5.7. Alasan Tidak Menerima Pembayaran Non Tunai ............................... 68

Gambar 5.8. Jumlah Responden yang Pengalaman Buruk Transaksi

Non Tunai .................................................................................................68

Gambar 5.9. Pembebanan Biaya Sistem Transaksi Non Tunai ................................70

Gambar 5.10. Bentuk Biaya Jasa Sistem Pembayaran Prabayar Multifungsi ......... 70

Gambar 5.11. Jumlah Responden Berdasarkan Persentase Fee Dikehendaki ... 70

Gambar 5.12. Instrumen Pembayaran dalam Penyediaan Barang dan Jasa ...........71

Gambar 5.13 Lima Jenis Harapan Terbesar Responden Pada sistem

Pembayaran Non Tunai Di Masa Depan (dalam persen) ..................75

Gambar 5.14. Rencana Pengembangan Non Tunai Di Masa Depan ........................ 76

Gambar 7.1. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran

Non Tunai Tanpa Klasifikasi Wilayah dengan Metode Kuartil ........ 97

Gambar 7.2. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran

Non Tunai Tanpa Klasifikasi Wilayah dengan Metode Standard

Deviasi ......................................................................................................98

Gambar 7.3. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran

Non Tunai dengan Memperhitungkan Klasifikasi Wilayah

Jawa-Bali, Sumatera dan Wilayah Lainnya (Metode Kuartil) .......... 99

Gambar 7.4. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran

Non Tunai dengan Memperhitungkan Klasifikasi Wilayah

Jawa-Bali, Sumatera dan Wilayah Lainnya (Metode Standard

Deviasi) ...................................................................................................100

Page 22: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

11111

Bab IPendahuluan

1.1. Latar Belakang

Penggunaan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun

terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan

semakin banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang

menerima pembayaran non tunai. Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang

berkembang dewasa ini, selain warkat atau cek yang umumnya sudah diketahui, di

antaranya adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-

banking.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor perbankan masih mendominasi industri jasa

pembayaran non tunai ini. Namun demikian perusahaan-perusahaan non bank juga

sudah mulai berkembang seperti switching company, IT company dan Telco company.

Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai peran yang cukup signifikan, khususnya

pada pelayanan pembayaran dana antar nasabah antar bank yang biasanya dilakukan

melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Selain itu, perkembangan sistem pembayaran non tunai di luar negeri yang

semakin mengarah pada less cash society juga turut memberikan andil dalam perubahan

perilaku gaya hidup dan transaksi ekonomi para pelaku ekonomi khususnya di beberapa

kota besar di Indonesia.

Perkembangan sistem pembayaran non tunai di tanah air sebagaimana telah

diungkapkan di atas, secara teoritis maupun secara empiris tidak terlepas dari

perkembangan kegiatan perekonomian yang menghendaki efektivitas dan efisiensi

yang tinggi serta kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan

teknologi informasi yang demikian pesat memungkinkan munculnya berbagai

instrumen pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh

masyarakat. Selain itu, konvergensi antar berbagai industri seperti perbankan,

telekomunikasi dan transportasi memungkinkan adanya keterkaitan antara ketiga

industri tersebut.

Berdasarkan perkembangan ekonomi dan teknologi informasi yang cukup pesat

serta perkembangan sistem pembayaran non tunai di berbagai kawasan, sudah

selayaknya Bank Indonesia (BI) mengembangkan instrumen-instrumen non tunai di

tanah air. Di samping untuk menyediakan instrumen pembayaran yang efisien, cepat,

tepat dan aman, hal ini juga akan memperbanyak alternatif instumen pembayaran

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang diubah

menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dengan demikian, BI memang

memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem

pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman.

Page 23: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

22222

Untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia

berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan

jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem

kliring maupun sistem pembayaran lainnya —misalnya sistem pembayaran berbasis

kartu (Bank Indonesia, 2005). Dalam rangka mewujudkan suatu sistem pembayaran

yang efisien, cepat, aman dan handal, BI seyogyanya melakukan pengembangan sistem

yang sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional

secara berkesinambungan.

Keberhasilan pengembangan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan

dari kesiapan masyarakat baik masyarakat umum (sebagai pengguna), dunia usaha

(sebagai penerima sistem pembayaran) maupun perbankan untuk menerima sistem

pembayaran yang relatif masih baru tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu

penelitian untuk menggali informasi tentang kesiapan masyarakat serta potensi

pengembangan instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan karakteristik

masyarakat dan karakteristik wilayah di seluruh Indonesia.

Informasi yang dikumpulkan tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga

aspek sosial kemasyarakatan. Informasi-informasi demikian akan sangat berguna untuk

membantu penyusunan grand design kebijakan pengembangan sistem pembayaran

non tunai yang cocok dikembangkan di Indonesia di masa-masa mendatang.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan utama menyangkut pengembangan sistem pembayaran non tunai

di Indonesia adalah belum terpetakannya peta potensi penggunaan sistem pembayaran

non tunai. Oleh karena itu, dalam kerangka upaya untuk mendorong penggunaan

instrumen non tunai yang mengarah pada less cash society terdapat beberapa tantangan

yang masih perlu dikaji lebih lanjut melalui suatu penelitian yang mendalam.

Kajian tersebut dapat mencakup persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat,

kesiapan instrumen maupun institusi pembayaran non tunai dan yang terutama adalah

kesiapan perangkat hukum sehingga instrumen pembayaran non tunai dapat dipercaya

oleh masyarakat.

1.3. Tujuan

Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui persepsi, preferensi dan

perikalu masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai sebagai basis untuk

membangun peta potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai per wilayah

di Indonesia. Secara rinci, tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku dari masyarakat umum pengguna

transaksi non tunai dan pengusaha.

2) Menjelaskan persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap sistem

pembayaran non tunai beserta kendala-kendala yang dihadapi.

3) Menganalisis faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi dan perilaku

masyarakat umum dan pengusaha terhadap produk instrumen pembayaran non tunai.

Page 24: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

33333

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini akan digunakan Bank Indonesia dalam rangka menyusun grand

design upaya peningkatan penggunaan sistem pembayaran non tunai. Disamping itu,

hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif

mengenai potensi di tiap-tiap karakteristik wilayah sehingga diharapkan pula akan

bermanfaat bagi pelaku industri atau penyedia jasa sistem pembayaran non tunai dalam

melakukan perluasan kegiatannya.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dirancang dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan

diharapkan bermanfaat sebagaimana dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Agar lebih

fokus pada tujuan-tujuan tersebut, maka diperlukan pembatasan penelitian. Secara

khusus penelitian ini hanya membahas sisi persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat

dan lembaga penyedia jasa terhadap sistem pembayaran non tunai. Masyarakat dalam

penelitian ini dibagi pada dua kelompok, yaitu masyarakat umum dan pengusaha,

sedangkan lembaga penyedia jasa yang dimaksud adalah perbankan. Analisis tersebut

akan dilanjutkan untuk mendapatkan peta potensi penggunaan instrumen pembayaran

non tunai di Indonesia.

Page 25: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

4

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Bab IIBab IIBab IIBab IIBab IIStudi LiteraturStudi LiteraturStudi LiteraturStudi LiteraturStudi Literatur

2.1 Persepsi, Preferensi dan Perilaku

Secara umum, persepsi dan preferensi akan menentukan perilaku seseorang dalam

mengkonsumsi barang dan jasa. Persepsi dapat diartikan sebagai respon yang bersifat

spontan dan instingtif terhadap sebuah pernyataan atau pertanyaan mengenai suatu

hal. Sementara itu, preferensi diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh

seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Kotler (2002)

berpendapat bahwa preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari

berbagai pilihan produk dan/atau jasa yang ada. Dengan demikian teori preferensi

dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila

seseorang ingin mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk atau jasa dengan

sumberdaya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas

yang diperoleh mencapai optimal.

Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan

nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk atau jasa. Atribut

yang ditampilkan pada suatu produk atau jasa dapat menimbulkan daya tarik pertama

yang dapat mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk dan jasa

menggambarkan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tersebut, sekaligus dapat

mencerminkan perilaku konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu

produk atau jasa.

Atribut produk dalam pandangan Engle et al. (1994) adalah karakteristik suatu

produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana

atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya. Produsen perlu

mengetahui sikap yang mendukung atau tidak mendukung produk mereka dan

mengetahui alasan sikap ini, terutama pada atribut yang dinginkan konsumen seperti

tipe ciri: berupa ukuran, karakteristik suatu produk (rasa, harga, warna) dan ciri manfaat

seperti kesehatan. Sementara itu, menurut Kotler (2002) yang dimaksud dengan atribut

adalah ciri mutu dan model produk, penampilan, pilihan gaya, merek, pengemasan

dan jenis produk.

Berdasarkan persepsi dan preferensi di atas, maka seorang konsumen akan

menentukan perilakunya. Perilaku dalam pandangan Engel et al. (1994) adalah tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk

dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Lebih lanjut, Engel et al. (1994) mengemukakan beberapa faktor penentu yang

mempengaruhi variasi dalam perilaku konsumen dan faktor-faktor penentu tersebut

dapat di bagi menjadi tiga kategori:

a. Faktor Lingkungan. Perilaku konsumen di dalam lingkungan yang kompleks akan

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti: (1) budaya, (2) kelas sosial, (3)

pengaruh pribadi.

Page 26: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

5

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

b. Perbedaan Individu. Faktor internal ini juga dapat menggerakkan dan

mempengaruhi perilaku melalui: (1) sumberdaya konsumen, (2) motivasi dan

keterlibatan, (3) pengetahuan, (4) sikap, dan (5) kepribadian, gaya hidup dan

demografi.

c. Proses Psikologis. Faktor ketiga ini adalah proses pengolahan informasi,

pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.

2.1.1. Faktor Lingkungan

Budaya adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi serta perilaku keluarga dan

lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya menentukan keinginan dan perilaku yang

paling mendasar. Sementara itu, kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat

yang terdiri atas individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau

kelompok-kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat secara hierarki

(Kotler, 2002). Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi

yang berbeda.

Di lain pihak, pengaruh pribadi dapat didefinisikan sebagai tekanan yang

dirasakan untuk menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang

lain. Seseorang yang berhubungan erat atau dekat dengan konsumen akan menjadi

kelompok acuan dan pemimpin opininya. Lebih lanjut, kelompok acuan terdiri dari

kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung

terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal dan

lainnya. Pemimpin opini adalah orang yang dapat dipercaya, memberi pengaruh dan

sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk. Para pemimpin

opini dapat menjadi pemimpin dalam pembelian suatu produk, sehingga produsen

dapat mengarahkan pesan kepada para pemimpin opini ini agar dapat diteruskan

kepada konsumen yang lain.

2.1.2. Faktor Perbedaan Individu dan Faktor Psikologis

Dalam studinya, Engel et al. (1994) menyatakan bahwa perbedaan yang paling

penting pada individu adalah sumberdaya. Konsumen menilai tiga sumberdaya utama

yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini penjual

memberikan barang dan jasanya. Ketiga sumberbaya tersebut adalah (1) sumberdaya

ekonomi atau pendapatan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal atau waktu, dan

(3) sumberdaya kognitif atau kapasitas konsumen untuk mengolah informasi. Umumnya

konsumen mempunyai keterbatasan pada setiap sumberdaya, sehingga dalam

pengalokasiannya dilakukan dengan cermat.

Lebih lanjut, penelitian mereka menunjukkan bahwa motivasi dan keterlibatan

merupakan variabel utama dalam membedakan pribadi seseorang. Kebutuhan

didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan

yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Keterlibatan mengacu pada

tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi,

ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan

Page 27: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

6

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan.

Faktor lain dalam perbedaan individu adalah pengetahuan yang dapat

didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen

dibagi menjadi tiga, yaitu: (i) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan

kepercayaannya, (ii) pengetahuan membeli yaitu dimana dan kapan membeli, dan (iii)

pengatahuan pemakaian (dari ingatan konsumen dan iklan). Ingatan diorganisasikan

dalam bentuk jaringan asosiatif, yang terdiri dari serangkaian nodus (menggambarkan

asosiasi atau hubungan diantara nodus). Dalam hal ini merek berfungsi sebagai nodus

sentral yang melibatkan pengetahuan produk.

Disamping itu, sikap yang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan evaluasi yang

dilakukan konsumen juga menjadi pembeda individu. Sikap ini dilakukan konsumen

berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman

maupun dari yang lain. Intensitas, dukungan, dan kepercayaannya adalah aspek penting

dari sikap. Masing-masing aspek ini akan bergantung pada kualitas pengalaman

konsumen sebelumnya dengan objek sikap.

Terakhir, kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari

seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama

terhadap lingkuangannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-

ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan dan yang lainnya. Kepribadian dapat

menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Jelas

kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang

kuat atara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk.

Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan, dirinci,

disimpan, didapatkan kembali dan digunakan dapat dikategorikan sebagai faktor

psikologis. Aspek-aspek tersebut dipengaruhi oleh dua jenis penentu utama, yaitu

pribadi dan stimulus. Penentu pribadi adalah karakteristik individual seperti motivasi,

sikap, adaptasi dan rentang perhatian. Efek dari pengaruh pribadi adalah membuat

perhatian sangat selektif, sedangkan faktor stimulus adalah karakteristik dari stimulus

itu sendiri.

2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen

Pembayaran Non Tunai

Penggunaan instrumen pembayaran non tunai menunjukkan perkembangan yang

cepat. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari tuntutan terhadap pelayanan transaksi

yang lebih aman, cepat, dan efisien. Ada sebuah kecenderungan baik di Indonesia

maupun di luar negeri, bahwa instrumen pembayaran non tunai dengan basis warkat

atau kertas semakin berkurang, sementara instrumen pembayaran non tunai berbasis

kartu dan elektronik semakin meningkat (Bank Indonesia, 2005). Oleh karena itu, tidak

mengherankan jika studi-studi tentang sistem pembayaran non tunai ini mulai

mendapat perhatian dari peneliti-peneliti di dalam dan luar negeri.

Beberapa penelitian tentang faktor-faktor penentu penggunaan instrumen

pembayaran non tunai (terutama debit card, credit card, dan e-purse), terutama

Page 28: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

terutama di negara-negara maju telah dilakukan oleh Every, et al. (1986), Duca dan

Whitesell (1995), Kennickell dan Kwast (1997), Stavins (2001), Hayashi dan Klee (2003),

Klee (2005) untuk kasus Amerika Serikat, Mooslechner, et al. (2002) di Austria, Virén

(1994) untuk kasus Findlandia, Jonker (2005) untuk kasus Belanda, dan Loix, et al. (2005)

untuk kasus Belgia.

Berdasrkan hasil penelitian tersebut, beberapa kategori yang dapat digunakan

sebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat

dalam menggunakan instrumen-instrumen pembayaran non tunai, yaitu (Loix, et al,

2005) :

(a) Sosial-Demografi, yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, besar

keluarga, pekerjaan;

(b) Finansial, dengan menggunakan variabel penghasilan per bulan responden

setelah dikurangi pajak;

(c) Teknologi, frekuensi penggunaan telepon bergerak, komputer pribadi, internet,

PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon bergerak

(d) Sisi-Penawaran, termasuk di dalamnya daerah tempat tinggal, daerah tempat

bekerja, jumlah terminal POS (Point Off Sale) dan jumlah ATM baik di daerah

tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat

tinggal maupun di tempat bekerja, nilai tengah pendapatan perkapita di daerah

tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat

tinggal maupun di tempat bekerja.

Pengaruh dari faktor-faktor di dalam keempat kategori di atas akan bervariasi

berdasarkan jenis instrumen pembayaran non tunai, misalnya pada debit cards, cerdit

cards, electronic purses, dan retailer cards. Secara umum, jika jumlah perempuan lebih

besar dari laki-laki maka faktor jenis kelamin akan berpengaruh positif terhadap

penggunaan instrumen pembayaran non tunai. Umur akan berpengaruh negatif,

sehingga semakin tua seseorang maka perilaku penggunaan instrumen pembayaran

non tunai akan semakin berkurang. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif,

demikian juga dengan faktor pekerjaan yang juga mempunyai pengaruh yang positif.

Pendapatan, secara teoritis akan berpengaruh positif terhadap kepemilikan dan

penggunaan instrumen pembayaran non tunai demikian juga dengan penggunaan

teknologi baik jumlah maupun frekuensinya mempunyai pengaruh yang positif

terhadap penggunaan instrumen non tunai. Sementara itu, daerah perkotaan dan

besarnya daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepemilikan dan

penggunaan instrumen pembayaran non tunai.

2.2. Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai

Secara umum, instrumen pembayaran non tunai dapat dibagi ke dalam tiga

kategori berdasarkan fisik alat yang digunakan, yaitu: (1) instrumen-instrumen berbasis

warkat/kertas atau paper based instruments, (2) instrumen-instrumen berbasis kartu

atau card based instruments, (3) instrumen-instrumen berbasis elektronik atau elec-

Page 29: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

tronic based instruments. Ketiga kategori tersebut berikut jenis-jenis instrumennya

dijelaskan secara detil pada sub bab berikut ini.

2.2.1. Instrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Warkat

Instrumen-intrumen berbasis warkat ini, umumnya sudah lama dipergunakan

dalam praktek perbankan. Beberapa instrumen yang masuk dalam kategori ini adalah

cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit.

a. Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang

tertentu.

b. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk

memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada

rekening pemegang yang disebutkan namanya.

c. Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain

untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

d. Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank

lain untuk bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut.

e. Wesel Bank untuk Transfer, wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana

transfer.

f. Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar

kota yang dapat ditagih kepada bank penerima dana transfer melalui kliring lokal.

2.2.2. Intrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Kartu dan Berbasis

Elektronik

Beberapa jenis kartu pembayaran, baik yang bersifat kredit seperti kartu kredit

dan private-label cards (misalnya: kartu pasar swalayan) maupun yang bersifat debit,

seperti debit cards dan ATM (automated teller machine) telah banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia. Di samping itu, ada juga kartu yang biasa disebut smart card

atau chip card, sejenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip elektronik. Jenis

kartu ini contohnya adalah kartu telepon prabayar.

a. Kartu Kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga

pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan

sebagai alat pembayaran. Namun demikian, penggunaan alat ini terbatas pada

tempat-tempat yang telah mengikat perjanjian dengan bank atau lembaga

pembiayaan penerbit kartu tersebut, seperti: supermarket, hotel, restoran, dan

took-toko tertentu. Dengan demikian, paling tidak ada tiga pihak yang terkait

dengan setiap transaksi melalui instrumen kartu kredit ini, yaitu: bank atau

lembaga pembiayaan yang menerbitkan kartu tersebut, merchant atau pedagang

dimana pembelian produk atau jasa dilakukan, dan pemegang kartu atau pihak

yang membeli.

b. Kartu ATM merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang transaksinya

dilakukan melalui mesin ATM. Beberapa transaksi non tunai yang biasa digunakan

Page 30: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

melalui kartu ini adalah pembayaran rekening listrik, telepon, air bersih, pembelian

pulsa hand phone, dan melakukan transfer dana.

c. Kartu Debet merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang

pembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah di

bank penerbit kartu tersebut. Pada beberapa bank penerbit, terdapat kombinasi

antara fungsi kartu debet sekaligus fungsi kartu sebagai kartu ATM untuk lebih

memudahkan nasabah bank tersebut.

d. Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat

elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini biasa juga

disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan

fasilitas ini bank menyediakan password, ataupun ID bagi pelanggannya.

Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun

transfer.

2.2.3. Sistem Pembayaran Antar Bank di Indonesia dan Peran Bank In-

donesia

Secara umum, ada empat hal yang menjadi peran bank sentral dalam sistem

pembayaran (Sheppard, 1996), yaitu:

(a) Pemakai sistem pembayaran: bank sentral mempunyai transaksi-transaksi yang

harus dilaksanakan, seperti setelmen dari operasi pasar terbuka, transaksi devisa,

pembayaran tagihan, gaji, pensiun dan sebagainya;

(b) Anggota sistem pembayaran: bank sentral perlu membayar dan menerima

pembayaran atas nama nasabahnya sendiri, seperti bank umum, pemerintah, dan

lembaga keuangan internasional;

(c) Penyedia sistem pembayaran: bank sentral menyediakan fasilitas dan

menyelenggarakan sistem pembayaran;

(d) Pelindung kepentingan umum: sebagai regulator, pengawas anggota sistem

pembayaran, administrasi dan perencana, dan arbitrase dalam hal terjadi

perselisihan.

Bank Indonesia, sebagai bank sentral di Indonesia memiliki peran yang signifikan

dalam pengembangan sistem pembayaran sebagaimana yang diamanatkan oleh UU

No. 23 Tahun 1999 bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran. Dengan demikian, Bank Indonesia berwenang untuk

menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan memberi persetujuan, perizinan,

dan pengawasan atas penyelenggaraan sistem pembayaran. Disamping itu, Bank In-

donesia juga berperan sebagai pengguna dan sebagai anggota sistem pembayaran itu

sendiri.

Bank Indonesia dalam mengembangkan dan membangun cetak biru sistem

pembayaran Indonesia di masa sekarang dan yang akan datang tidak lepas dari prinsip-

prinsip yang telah dikembangkan oleh Committe on Payment and Settlement Systems

(CPSS) yang meliputi 10 kriteria, seperti: (1) memiliki landasan yang kuat, (2) mempunyai

Page 31: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

10

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

aturan dan prosedur yang memungkinkan peserta memahami risiko keuangan yang

mungkin dihadapi, (3) memiliki prosedur yang jelas untuk manajemen risiko, (4)

menjamin agar setelmen dapat dilakukan pada hari yang sama minimal pada akhir

hari, (5) memiliki multilateral netting, (6) aset yang digunakan sebaiknya berada di

bank sentral, (7) menjamin tingkat keamanan dan kepercayaan operasional yang tinggi,

(8) menyediakan alat yang praktis untuk pemakainya dan efisien, (9) memiliki tujuan

dan kriteria yang transparan untuk peserta, dan (10) pengaturan dari sistem harus

efektif, akuntabel, dan transparan (CPSS, 2000).

Selama ini fokus perhatian Bank Indonesia terdapat pada sistem pembayaran antar

bank yaitu: sistem antar bank untuk transaksi ritel dan sistem antar bank untuk

pembayaran bernilai besar. Sebagian besar pembayaran ritel dilaksanakan oleh bank

umum dengan menggunakan berbagai instrumen seperti: cek, bilyet giro, nota kredit,

dan bank draft. Sementara itu, pembayaran yang bernilai besar dan atau mendesak

dapat diselesaikan dengan sistem BI-RTGS yang telah beroperasi sejak tahun 2000.

Penyelesaian transaksi dengan menggunakan cek dan warkat non tunai lainnya

dapat dilakukan melalui lembaga kliring yang penyelenggaranya Bank Indonesia atau

oleh bank umum yang memperoleh izin penyelenggaraan kliring dari Bank Indonesia.

Karena transaksi kliring bersifat multilateral, maka metode penyelesaiannya dilakukan

secara net. Dilihat dari waktu penyelesaian akhir transaksi, maka sistem kliring dilakukan

pada akhir hari terjadinya transaksi. Sistem kliring ini dapat dibagi menjadi (a) sistem

kliring manual, (b) sistem kliring otomasi, (c) sistem kliring semiotomasi, dan (d) sistem

kliring elektronik.

Sementara itu, sistem BI-RTGS adalah proses setelmen pembayaran yang dilakukan

per transaksi dan bersifat real time, ketika rekening bank peserta dapat didebet atau

dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran. Tujuan dikembangkannya sistem ini adalah:

(a) menyediakan sarana transfer dana antar bank yang lebih cepat, efisien, andal,

dan aman kepada bank dan nasabahnya;

(b) kepastian setelmen dapat diperoleh dengan segera;

(c) menyediakan infromasi rekening bank secara real time dan menyeluruh;

(d) meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalam mengelola likuiditasnya;

(e) mengurangi risiko-risiko setlement.

2.3. Pengalaman Negara Lain

Penelitian-penelitian tentang perilaku masyarakat terhadap instrumen

pembayaran non tunai di luar negeri terutama di negara-negara maju sudah dimulai

sejak pertengahan dekade 80-an. Dari penelitian di beberapa negara seperti Amerika

Serikat, Austria, Belanda, Finlandia, dan Belgia dapat disimpulkan bahwa secara

umum, aspek-aspek sosial-demografi, finansial, teknologi, dan penawaran,

menentukan perilaku seseorang dalam menggunakan sistem pembayan non tunai.

Beberapa penelitian tersebut akan dibahas secara komprehensif dalam sub bab berikut

ini.

Page 32: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

11

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

2.3.1. Amerika Serikat

Penelitian tentang perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non

tunai di Amerika Serikat sudah berkembang sejak tahun 1980-an. Dari perkembangan

sejumlah penelitian yang dilakukan untuk melihat perilaku masyarkat Amerika Serikat

dapat disarikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan instrumen

non tunai seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Kennickell dan Kwast (1997) dengan menggunakan data Survey of Consumer Fi-

nances (SCF) tahun 1995, menghasilkan faktor umur yang mempengaruhi secara negatif

dan signifikan perilaku penggunaan debit card oleh rumah tangga di Amerika Serikat.

Sementara itu, tingkat pendidikan dan pendapatan juga berpengaruh secara signifikan

dan positif. Dengan menggunakan data yang sama Klee (2005) juga mengindikasikan

hasil yang mirip, tetapi dalam model estimasinya menggunakan variabel pekerjaan

(self-employed) yang ternyata tidak signifikan.

Dengan menggunakan data SCF tahun 1998 Klee (2005) melakukan analisis yang

hasilnya relatif sama dengan hasil estimasi dengan menggunakan data sebelumnya

(1995). Perbedaannya terletak pada variabel pekerjaan (self-employed) dan variabel

pensiun yang keduanya signifikan dan berpengaruh negatif. Model yang sedikit

berbeda tetapi dengan data yang sama juga telah dianalisis oleh Stavins (2001). Namun

dari hasil estimasinya diketahui bahwa ternyata variabel pendapatan tidak signifikan

dalam menentukan penggunaan kartu debit. Hal ini juga bertolak belakang dengan

hasil estimasi Hayashi dan Klee (2003) yang juga menggunakan data SCF tahun 1998

dan diperbandingkan dengan data SCF tahun 2001. Selain itu, dalam model mereka

dimasukkan variabel teknologi yang ternyata signifikan dan berpengaruh positif.

Page 33: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

12

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Di lain pihak, Every, et al. (1986) meneliti perilaku penggunaan credit card dengan

menggunakan data SCF tahun 1984. Hasil penelitian mereka mengindikasikan bahwa

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, karakteristik daerah kota berpengaruh positif. Di

lain pihak, Klee (2005) menggunakan data SCF tahun 1995, menghasilkan variabel jenis

kelamin (lebih besar perempuan), umur (lebih 55), pendidikan (SMA, kuliah), dan

pendapatan yang berpengaruh signifikan dan positif. Sementara besar keluarga

berpengaruh signifikan dan negatif, sedangkan pekerjaan (self-employed) tidak

berpengaruh signifikan. Kecuali variabel jenis kelamin dan umur, hasil-hasil tersebut

konsisten dengan penggunaan data SCF tahun 1998 dan 2001. Hasil-hasil ini agak

berbeda dengan penelitian Stavins (2001) yang mengindikasikan umur dan pekerjaan

berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan kartu kredit di Amerika Serikat.

2.3.2. Austria

Di Austria, penelitian tentang perilaku kepemilikan dan penggunaan instrumen

pembayaran non tunai, khususnya kartu kredit, kartu debit, dan e-purse telah dilakukan

oleh Mooslechner, et al. (2002). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Penggunaan Kartu Debit Penggunaan Kartu Kredit Jenis Variabel Sifat

Pengaruh Tingkat

Signifikansi Sifat

Pengaruh Tingkat

Signifikansi

Every, . (1986)

Pendidikan +

Pekerjaan +

Pendapatan +

Karakteristik daeah +

Stavins (2001)

Umur +

Pekerjaan +

Klee (2005)

Jenis kelamin + Signifikan

Umur + Signifikan

Pendidikan + Signifikan

Pendapatan + Signifikan

Besarnya keluarga - Signifikan

Pekerjaan (self employed)

- Tidak signifikan

Kennickell dan Kwast (1997)

Umur - signifikan

Pendidikan + signifikan

Pendapatan + signifikan

Stavins (2001)

Pendapatan + tidak signifikan

Hayashi dan Klee (2003)

Pendapatan + signifikan

Teknologi + signifikan

Klee (2005)

Self employed - signifikan

Pensiun - signifikan

Tabel 2.1.Faktor-Faktor

YangMempengaruhi

PenggunaanInstrumen

Pembayaran NonTunai Masyarakat

Amerika Serikat

Page 34: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

13

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin ternyata

tidak signifikan mempengaruhi perilaku penggunaan kartu debit dan e-purse, tetapi

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kartu kredit. Lebih lanjut, umur

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ketiga instrumen non tunai tersebut,

namun pendidikan berpengaruh signifikan dan positif. Sementara itu, pekerjaan

(mempunyai pekerjaan) ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan

atau penggunaan e-purse, namun signifikan dan positif terhadap kartu debit dan kredit.

Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa variabel pendapatan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan kartu debit dan e-purse, namun

signifikan dan positif terhadap kartu kredit. Dalam model estimasinya, mereka juga

memasukkan variabel ukuran daerah kabupaten yang ternyata signifikan dan positif

terhadap kartu debit dan kredit, tetapi tidak signifikan mempengaruhi e-purse.

3.3.3. Belgia

Loix, et al. (2005) juga telah melakukan penelitian perilaku penggunaan instrumen

kartu debit, kartu kredit, dan e-purse di Belgia. Mereka menggunakan data survey

tahun 2004. Untuk perilaku penggunaan kartu debit, mereka menggunakan dua

alternatif model untuk kepemilikan, pengguna, dan tipe pengguna. Hasil penelitian

bisa dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2.Faktor-Faktor

YangMempengaruhiPemilikan danPenggunakan

InstrumenPembayaran

Non TunaiMasyarakat

Austria

Page 35: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

14

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Untuk model kepemilikan, dalam Model I, mereka memasukkan variabel teknologi

1 (pengguna telepon selular dan internet) sedangkan di Model II mereka menggunakan

variabel teknologi 2 (ketakutan pada teknologi). Di Model I, variabel teknologi 1

berpengaruh signifikan dan positif sedangkan di Model II, variabel teknologi 2 juga

signifikan tapi negatif. Selain itu, variabel yang signifikan dalam Model I adalah

pekerjaan (positif) dan pelajar (negatif), sementara di Model II hanya variabel

pendapatan.

Untuk model pengguna, dalam Model I dihasilkan variabel jenis kelamin

(perempuan lebih banyak), pendidikan, pendapatan, dan teknologi 1 yang signifikan

dan positif mempengaruhi penggunaan kartu debit, sementara variabel umur

berpengaruh signifikan dan negatif. Hasil pada Model I ini konsisten dengan hasil pada

Model II. Perbedaannya hanya pada penggunaan teknologi 2 yang signifikan dan

negatif. Namun dalam kedua model ini, variabel besar keluarga berpengaruh signifikan

tetapi tidak konsisten antar kategori.

Tabel 2.3.Faktor-faktor

YangMempengaruhi

Pemilikan,Penggunaan

dan TipePenggunaInstrumen

Kartu DebitMasyarakat

Belgia

Page 36: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

15

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Tabel 2.4.Faktor-Faktor

YangMempengaruhi

Pemilikan,Penggunaandan dan Tipe

PenggunaInstrumen

Kartu KreditMasyarakat

Belgia

Berbeda dengan hasil-hasil model pengguna, pada model tipe pengguna, dalam

Model I dan II ukuran keluarga signifikan dan positif, namun pekerjaan signifikan tetapi

tidak konsisten, sedangkan variabel pelajar signifikan dan negatif. Sementara itu,

variabel-variabel lainnya konsisten dengan hasil-hasil pada model pengguna. Studi

tersebut juga melakukan pembagian model yang sama untuk diterapkan pada perilaku

penggunaan kartu kredit. Faktor yang berpengaruh dalam pemilikan, penggunaan

dan tipe pengguna kartu kredit dapat dilihat pada Tabel 2.4

Untuk model kepemilikan, dalam Model I yang signifikan adalah variabel

pendidikan (positif), pekerjaan (tidak konsisten), pendapatan (positif), dan teknologi 1

(positif), demikian juga dalam Model II, kecuali variabel teknologi 2 (negatif).

Untuk model pengguna, baik Model I atau II variabel yang signifikan adalah

pendidikan (positif), pekerjaan (tidak konsisten), pelajar (negatif), pendapatan (positif),

ditambah variabel teknologi 1 (positif) untuk Model I dan variabel teknologi 2 (negatif)

untuk Model II. Hasil-hasil pada model pengguna ini sama dengan hasil-hasil pada model

tipe pengguna.

Tabel 2.5.Faktor-Faktor

YangMempengaruhi

Pemilikan,Penggunaan

dan TipePenggunaInstrumen

Kartu e-purseMasyarakat

Belgia

Page 37: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

16

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menyangkut perilaku terhadap e-purse dengan pembagian model

yang sama dapat dilihat pada Tabel 2.5. Untuk ketiga model (kepemilikan, pengguna,

dan tipe pengguna) dan dibagi lagi berdasarkan Model I (teknologi 1) dan II (teknologi

2), ternyata mengahasilkan kesimpulan yang sama. Variabel-variabel yang signifikan

adalah umur (negatif), pendidikan (positif), teknologi 1 (positif) pada model I atau

teknologi 2 (negatif) pada Model II.

3.3.4. Finlandia dan Belanda

Hasil penelitian tentang perilaku masyarakat dalam penggunaan instrumen non

tunai di Finlandia dan Belanda dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Virén (1994), dalam penelitiannya tentang perilaku penggunaan intrumen kartu

debit dan kartu kredit di Finlandia, hanya menghasilkan variabel jenis kelamin

(perempuan lebih sedikit) yang berpengaruh negatif. Sementara itu, Jonker (2005)

melakukan penelitian untuk kasus Belanda, menyimpulkan bahwa variabel jenis kelamin

(perempuan lebih banyak) yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap kartu

debit, tetapi berpengaruh negatif terhadap kartu kredit dan e-purse. Sementara itu,

variabel pendidikan hanya berpengaruh signifikan dan positif terhadap kartu debit

dan e-purse. Lebih lanjut, pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap

ketiga instrumen non tunai di atas, sedangkan variabel daerah (kota utama) justru

berpengaruh negatif pada kartu debit dan tidak berpengaruh pada instrumen non

tunai lainnya. Terakhir adalah variabel umur berpengaruh negatif pada kartu kredit

dan tidak berpengaruh pada kartu debit, serta signifikan tapi tidak konsisten untuk e-

purse.

Tabel 2.6.Faktor-

Faktor YangMempengaruhi

Pemilikandan

PenggunakanInstrumen

PembayaranNon Tunai

MasyarakatFinlandia

dan Belanda

Page 38: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

17

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Bab IIIBab IIIBab IIIBab IIIBab IIIMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi Penelitian

3.1. Kerangka Analisis

Kerangka analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 dan

Gambar 2, yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian

persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non

tunai di Indonesia. Secara umum, penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) tahapan kegiatan,

yaitu :

1. Tahap Pertama, survei pertama ditujukan kepada penggalian informasi tentang

pola persepsi, preferensi, dan perilaku pengguna jasa instrumen pembayaran non

tunai (masyarakat dan potential marchants). Dari tahapan kegiatan ini akan

diperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah

pola umum potensi pengembangan per wilayah observasi.

2. Tahap Kedua, survei kedua dilakukan untuk klarifikasi pola umum yang dihasilkan

dari survei tahap pertama (untuk sebagian wilayah yang telah disurvei serta

beberapa wilayah baru). Hasil survei tahap kedua selanjutnya akan digunakan

sebagai dasar untuk menyusun “model potensi” pengembangan instrumen

pembayaran non tunai. Model akan dikembangkan dengan cara mencari

hubungan antara variabel potensi yang diperoleh dari data primer dengan

variabel-variabel sosial ekonomi yang disarikan dari data sekunder.

3. Tahap Ketiga, berdasarkan model potensi tersebut dilakukan pemetaan per wilayah

ke dalam berbagai tipologi, misalnya: “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan alur kegiatan

disajikan pada Gambar 3.2

Page 39: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

18

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 40: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

19

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 41: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

20

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

3.2. Metode Pengumpulan Data

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan adalah data primer dengan didukung beberapa data

sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Data primer

yang diperoleh melalui survei lapang dibagi ke dalam dua tahap sebagai berikut:

1. Survei tahap pertama dilakukan untuk melihat/memotret persepsi, preferensi dan

perilaku masyarakat umum dan pengusaha terhadap penggunaan instrumen

pembayaran non tunai.

2. Survei tahap kedua akan dilakukan untuk mengklarifikasi sekaligus untuk menguji

model yang dikembangkan dari hasil survei tahap pertama. Survei akan mencakup

sebagian wilayah yang telah disurvei ditambah beberapa wilayah baru yang belum

disurvei pada tahap pertama.

Survei mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Secara rinci, data

yang dikumpulkan meliputi:

(1) Data primer diperoleh wawancara dengan para pelaku ekonomi yang dipilih

berdasarkan metodologi purposive sampling/quota sampling. Wawancara yang

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh

informasi mengenai perilaku, persepsi, dan preferensi masyarakat dan pengusaha

terhadap penggunaan instumen pembayaran non tunai.

(2) Data sekunder (mencakup data-data potensi ekonomi dan keuangan nasional

dan daerah) yang diperoleh dari Bank Indonesia serta berbagai dinas/instansi

teknis, perbankan nasional, Badan Pusat Statistik, Pemda, dan lembaga lain dalam

rangka identifikasi potensi dari sisi kegiatan ekonomi.

3.2.2. Metode Penentuan Sampel dan Responden

Metode penentuan sampel/responden dilakukan berdasarkan purposive sampling/

quota sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner kepada responden survei yaitu masyarakat umum dan pengusaha. Responden

masyarakat umum dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:

1. Nasabah bank yang menggunakan kartu non tunai (60% dari total responden

masyarakat umum)

2. Nasabah bank yang tidak menggunakan kartu non tunai (30% dari total

responden masyarakat umum)

3. Non nasabah (10% dari total responden masyarakat umum)

Jumlah responden non-nasabah ditentukan lebih kecil dari dua tipe responden

lainnya yaitu sebesar 10%. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui

persepsi, preferensi dan perilaku masyakat terhadap instrumen pembayaran non tunai,

pemilihan responden tersebut didasari pertimbangan untuk menghindari bias ke bawah.

Responden pengusaha yang disurvei mewakili berbagai industri, yaitu :

n Swalayan : 20% dari total responden pengusaha

Page 42: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

21

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

n Toko non swalayan : 25% dari total responden pengusaha

n Lembaga keuangan non bank : 5% dari total responden pengusaha

n Telekomunikasi : 5% dari total responden pengusaha

n Industri dan retail : 20% dari total responden pengusaha

n Transportasi : 5% dari total responden pengusaha

n Rumah sakit/apotik : 5% dari total responden pengusaha

n Restoran : 5% dari total responden pengusaha

n Travel biro : 5% dari total responden pengusaha

n SPBU (Pom Bensin) : 5% dari total responden pengusaha

n Jalan Tol (Khusus DKI)

3.2.3. Lokasi Survei

Idealnya penelitian memiliki cakupan area yang cukup beragam dengan pemilihan

sampel didasarkan atas beberapa karakteristik wilayah yang meliputi wilayah perkotaan,

pedesaan, daerah perbatasan serta daerah pariwisata. Dasar pemilihan wilayah tersebut

adalah untuk menangkap/memotret pola persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat

terhadap instrumen pembayaran non tunai di tiap karakteristik wilayah tadi.

Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, penelitian lebih difokuskan

pada wilayah-wilayah yang secara ekonomi relatif maju, khususnya daerah-daerah

perkotaan (kota besar dan menengah) serta daerah-daerah pariwisata. Untuk setiap

lokasi survei dipilih 2 kota yaitu ibukota propinsi dan satu kabupaten dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi cukup baik. Untuk survei tahap pertama ini wilayah penelitian

meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Sumedang), Sumatera Utara (Medan, Tebing

Tinggi), Lampung (Bandar Lampung, Lampung Selatan), Bali (Denpasar, Badung). Untuk

tahap kedua penelitian meliputi wilayah DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara, Riau, dan Kalimantan Timur.

3.3. Metode Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil-hasil survei diolah dengan

menggunakan metode statistik dan matematik yang sesuai dengan karakteristik dari

penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan akurasinya secara ilmiah. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian sesuai dengan

tujuannya masing-masing dalam kerangka menjawab permasalahan dan tujuan-tujuan

penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

3.3.1. Analisis Statistika Deskriptif

Metode ini merupakan metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan

data yang telah dikumpulkan. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini

sehingga dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, serta persepsi, preferensi

dan perilaku responden terhadap instrumen pembayaran non tunai. Data disajikan

dalam bentuk tabulasi, charts dan diagram.

3.3.2. Biplot

Teknik ini merupakan teknik statistik dimensi ganda yang dapat disajikan secara

Page 43: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

22

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

visual dengan menyajikannya secara simultan segugus objek pengamatan dan peubah

dalam suatu grafik pada suatu bidang datar sehingga ciri-ciri peubah dan objek

pengamatan serta posisi relatif antara objek pengamatan dengan peubah dapat

dianalisis. Jadi dengan biplot dapat ditunjukkan hubungan antara peubah, kemiripan

relatif antar objek pengamatan, serta posisi relatif antara objek pengamatan dengan

peubah.

Ciri-ciri peubah dan obyek pengamatan serta posisi relatif antara obyek

pengamatan dengan peubah dapat dianalisis. Analisis biplot didasarkan pada

penguraian nilai singular (PNS, singular value decomposition). Misalkan suatu matriks

data X (dengan ukuran n x p) memiliki n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi

terhadap nilai rata-ratanya dan berpangkat r, diformulasikan sebagai berikut :

X = U L A’

matriks U dan A berukuran (n x r) dan (p x r) sehingga U’U = A’A = Ir (matriks

identitas berdimensi r). Sedangkan L merupakan matriks diagonal berukuran (r x r)

dengan unsur-unsur diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri-akar ciri X’X atau

XX’ sehingga:

Unsur-unsur diagonal matriks L ini disebut nilai singular dari matriks X. Kolom-

kolom matriks A adalah vektor ciri dari X’X atau XX’ yang berpadanan dengan akar

ciri

3.3.3. Logit

Metode logit digunakan sebagai basis untuk membangun model potensi

penggunaan instrumen pembayaran non tunai pada wilayah yang disurvei berdasarkan

karakteristik-karakteristik wilayahnya. Analisis regresi logistik merupakan suatu

pendekatan ekonometrik yang memodelkan peubah respon yang bersifat kualitatif.

Peubah respon tersebut bersifat binner (bernilai 1 atau 0).

Bentuk model regresi logistik adalah :

Dimana x1 sampai dengan x

k adalah peubah penjelas ke-1 sampai dengan ke-k.

Untuk memperoleh fungsi yang linear, g(x) ditransformasikan menjadi :

Bentuk transformasi tersebut dikenal dengan nama transformasi logit (logit trans-

formation). Nilai harapan Y pada nilai x tertentu, E(Y/x) pada regresi logistik berkisar

antara 0 dan 1. Pendugaan parameter regresi pada model regresi logistik menggunakan

λ

Page 44: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

23

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood method) dan pengujian

terhadap parameter regresi logit menggunakan uji rasio kemungkinan (likelihood ra-

tio test).

3.3.4. Importance Performance Analysis

Setiap organisasi / perusahaan harus mengelola suatu sistem pelayanan untuk

menciptakan kepuasan konsumen. Pihak manajemen harus mengetahui faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen dan apakah harapannya telah

terpenuhi. Menurut Kotler (2002), mutu pelayanan dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu

reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Hal tersebut dapat

diketahui dengan metode Importance-Performance Analysis (IPA).

Metode IPA dapat mengetahui sejauh mana tingkat kesesuaian, dilihat dari tingkat

kinerja/pelaksanaan dan harapan/kepentingan pelanggan terhadap mutu pelayanan .

Tingkat kesesuaian dapat dilihat dari tingkat kinerja (kepentingan) dan harapan

(kepentingan) pelanggan terhadap mutu pelayanan hotel dengan menggunakan

analisis tingkat kepentingan dan kinerja atau IPA (Supranto, 2001). Rumus IPA tersebut

adalah :

dimana :

Tki = Tingkat kesesuaian pelanggan

Xi = Skor penilaian kinerja hotel

Yi = Skor penilaian harapan pelanggan

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan

skor kepentingan. Diagram Kartesius sangat diperlukan dalam penjabaran unsur-unsur

tingkat kesesuaian kepentingan dan kinerja atau kepuasan pelanggan atas bagan yang

terdiri dari empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus

pada titik-tik (X,Y).

Rumus untuk menentukan setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

adalah :

Keterangan :

Xi = Skor rataan tingkat kinerja

Yi = Skor rataan tingkat harapan/kepentingan

N = Jumlah responden

Page 45: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

24

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Rumus yang digunakan untuk menjabarkan diagram Kartesius adalah :

Keterangan :

X1 = Rataan skor tingkat kinerja seluruh atribut

Y1

= Rataan skor tingkat kepentingan atau harapan seluruh atribut

K = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

Kuadran dibagi menjadi empat yaitu kuadran A, B, C, dan D sebagaimana bisa

dilihat pada diagram berikut.

Perusahaan dapat mengetahui peringkat jasa menurut kepentingan pelanggan

dan kinerja perusahaan, serta mengidentifikasi tindakan apa yang perlu dilakukan

manajemen perusahaan melalui penjabaran keseluruhan atribut mutu pelayanan ke

dalam diagram Kartesius dengan cara berikut :

1. Kuadran A

Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat

kepentingan tinggi atau di atas nilai rataan, tetapi memiliki tingkat kinerja dinilai

rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk dalam kuadran ini,

kinerjanya harus ditingkatkan oleh pihak perusahaan dengan cara senantiasa

melakukan perbaikan terus-menerus.

2. Kuadran B

Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat

kepentingan dan kinerja tinggi. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini

Gambar 3.4.Diagram tingkat

kepentingandan tingkat

kinerja

Page 46: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

25

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

dapat dipertahankan dan harus terus dikelola dengan baik, karena keberadaannya

memiliki keunggulan dalam pandangan pelanggan.

3. Kuadran C

Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat

kepentingan dan kinerja rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk

dalam kuadran ini dirasakan tidak terlalu penting oleh pelanggan dan pihak

perusahaan hanya melaksanakannya secara biasa, sehingga pihak perusahaan

merasa belum terlalu perlu mengalokasikan biaya dan investasi untuk

memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah). Atribut-atribut mutu pelayanan yang

termasuk ke dalam kuadran ini tetap perlu diwaspadai, dicermati dan dikontrol,

karena tingkat kepentingan pelanggan dapat berubah seiring dengan

meningkatnya kebutuhan.

4. Kuadran D

Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat

kepentingan rendah, tetapi pelaksanaannya tinggi. Atribut-atribut mutu

pelayanan yang termasuk dalam kuadran ini, dalam pelaksanaannya dirasakan

terlalu berlebihan oleh pelanggan. Dalam hal ini terdapat dua langkah yang dapat

dilakukan perusahaan yaitu (1) mengurangi dan mengalokasikan biaya dan

investasi ke atribut-atribut mutu pelayanan yang membutuhkan perbaikan, atau

(2) tetap mempertahankan kinerja atribut yang termasuk dalam kuadran ini,

karena perusahaan memiliki keunggulan bersaing.

3.3.5. Analisis Potensi

Analisis potensi pengembangan instrumen pembayaran non tunai dilakukan

dengan melakukan skor terhadap variabel-variabel yang mengindikasikan potensi

terhadap pengembangan instrumen pembayaran non tunai. Variabel-variabel yang

mengindikasikan potensi suatu daerah diperoleh dari hasil analisis logistik, yaitu

variabel-variabel yang secara nyata mempengaruhi minat masyarakat untuk

menggunakan intrumen pembayaran non tunai. Variabel-variabel ini bersifat individu

(melekat pada karakter individu) sehingga perlu di cari variabel yang bersesuaian,

misalnya pendapatan masyarakat disepadankan dengan PDRB perkapita, keterbukaan

informasi pada individu disepadankan dengan aksesibilitas informasi di daerah tersebut

dan seterusnya.

Page 47: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

26

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Bab IVMasyarakat Umum

4.1. Karakteristik Masyarakat Umum

Karakteristik responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

utama, penghasilan, pengeluaran dan saving. Berdasarkan jenis kelamin, 61% responden

berjenis kelamin laki-laki dan sisanya (39%) adalah perempuan. Sebaran responden

menurut jenis kelamin dan kelompok responden disajikan pada Gambar 4.1.

Latar belakang pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan S1 (47%),

lulusan SLTA sebanyak 24%, diploma 14%.dan sisanya adalah lulusan S2/23 sebanyak

10% dan lulusan di bawah SLTP sebanyak 4%. Gambar 4.2. di bawah ini menyajikan

sebaran respoden menurut latar belakang pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden merupakan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

yang baik. Jika menggunakan batas SLTA, maka responden yang memiliki pendidikan

di atas SLTA mencapai 95 persen, dan yang minimal sarjana terdapat 58 persen dari

responden (Gambar 4.2).

Dari aspek usia, sebagian besar responden berada pada usia produktif, antara

30-45 tahun, yaitu sebesar 45 persen, sementara untuk usia yang relatif muda, dibawah

30 tahun sebesar 35 persen, dan yang memiliki usia diatas 45 tahun sebesar 20 persen

(Gambar 4.3).

Page 48: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

27

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Karakteristik lainnya dilihat dari pekerjaan responden. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 45% responden adalah pegawai swasta, PNS /pegawai BUMN

28%, pengusaha 12%, buruh 5%, pensiunan 1% dan lainnya sebesar 9%. Sebaran

responden menurut pekerjaan terlihat pada Gambar 4.4. Dengan demikian sebesar 73

persen responden adalah karyawan baik Pegawai Negeri maupun swasta.

Berdasarkan karakteristik penghasilan menunjukkan bahwa repsonden yang

berpenghasilan 1-2 juta rupiah lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya yaitu

sebesar 47%. Responden dengan kategori penghasilan tertinggi (> Rp 10 juta) hanya

1%. Banyaknya responden yang berpenghasilan Rp 1-2 juta menunjukkan bahwa

sebagian besar responden adalah pegawai swasta atau BUMN yang rata-rata

berpenghasilan pada kisaran tersebut. Penghasilan responden tersebut disajikan pada

Gambar 4.5. berikut .

Karakteristik lainnya dilihat dari pengeluaran rumah tangga setiap bulannya.

Pengeluaran rumah tangga paling besar persentasenya pada kisaran 1-2 juta rupiah

sebanyak 57%, yang merupakan kelompok responden yang paling dominan.

Pengeluaran responden antara 1-2 juta rupiah dapat dimasukan ke dalam kategori

masyarakat kelas menengah. Komposisi responden dengan pengeluaran yang semakin

besar semakin sedikit jumlahnya. Responden dengan pengeluaran antara 5 – 10 juta

hanya 2 persen, dan responden yang memiliki pengeluaran per bulan di atas 10 juta di

bawah 1 persen. Gambar 4.6. menyajikan pengeluaran responden setiap bulannya.

Page 49: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

28

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Karakteristik lain yang dilihat dari penelitian ini adalah saving (tabungan) yang

dilakukan responden setiap bulannya. Saving yang dilakukan 66% responden setiap

bulannya adalah kurang dari 1 juta rupiah, dan 25 persen untuk responden yang

menabung antara 1-2 juta per bulan. Responden yang menabung di atas 5 juta hanya

sekitar 2%. Gambaran responden yang melakukan saving kurang dari 1 juta rupiah

setiap bulannya menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam pembentukan

modal masih rendah. Gambar 4.7. berikut menyajikan gambaran saving yang dilakukan

responden.

Sebagian besar responden (83,97%) menyatakan alasan saving adalah untuk jaga-

jaga. Sisanya sebanyak 6,27% adalah untuk spekulasi/investasi dan 5,23% adalah untuk

alasan lainnya seperti menabung untuk pendidikan anak, naik haji dan sebagainya.

Responden masyarakat umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu responden yang

menjadi nasabah dan non nasabah bank. Sebesar 90 persen dari responden merupakan

nasabah bank, dan sisanya 10 persen (Gambar 4.8).

Page 50: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

29

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Selanjutnya responden yang menjadi nasabah bank dibagi lagi menjadi dua

kelompok yaitu nasabah pengguna instrumen non tunai dan nasabah bukan pengguna

instrumen non tunai. Responden nasabah pengguna instrumen non tunai dipilih sebesar

71 persen, responden nasabah bukan pengguna instrumen non tunai 29 persen, dan

sisanya non nasabah sebesar 10 persen yang dapat dipastikan tidak menggunakan

instrumen pembayaran non tunai. Responden yang tidak menjadi nasabah bank pada

umumnya disebabkan karena belum mengetahui prosedur di perbankan, adanya

pengalaman buruk dengan bank dan image bank yang menggunakan sistem bunga

(Gambar 4.9).

4.2. Persepsi Dan Perilaku terhadap Instrumen Non Tunai

Dari uraian di atas terdapat 90 persen responden yang menjadi nasabah bank.

Gambar 4.10 menunjukkan sebaran responden berdasarkan jumlah bank, tempat

menjadi nasabah. Nampak bahwa paling banyak responden menjadi nasabah di satu

bank atau dua bank. Sebagian kecil memiliki rekening (sebagai nasabah) di tiga bank

atau lebih. Alasan utama responden yang memiliki beberapa rekening di bank yang

berbeda adalah kemudahan transaksi dan faktor keamanan.

Perbankan sebagai lembaga intermediasi memiliki peranan yang signifikan dalam

meningkatkan sistem pembayaran di masyarakat. Jenis produk bank yang banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tabungan. Produk tabungan manfaatkan hampir

oleh semua responden (99,32%) karena mudah diambil apabila ada keperluan

mendadak dan fasilitasnya cukup beragam seperti adanya ATM atau untuk keperluan

Page 51: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

30

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

lainnya (belanja). Hal ini didukung oleh adanya beberapa ketentuan bank yang

mensyaratkan nasabah harus melengkapi tabungannya dengan ATM. Sedangkan

produk perbankan lainnya berupa kredit, deposito dan giro masing-masing sebesar

16,44 persen, 10,75 persen, dan 5,07 persen. Secara lebih rinci, sebaran jenis produk

bank yang dimanfaatkan dengan kelompok responden dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disampaikan di atas sebesar 71 persen

responden yang menjadi nasabah bank memanfaatkan transaksi non tunai. Alasan

responden tidak menggunakan transkasi non tunai berdasarkan hasil survey

dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu 1) Merasa belum perlu, 2) Menambah

beban biaya, 3) Lebih senang memakai tunai, 4) Tidak mengetahui dan mengerti

prosedurnya, 5) Fasilitas masih terbatas dan 6) Lainnya. Responden yang tidak pernah

menggunakan transaksi non tunai ini berasal dari kategori responden kelompok kedua

(nasabah yang memiliki tetapi tidak menggunakan non tunai) dan ketiga (non nasabah).

Gambar 4.12. menyajikan alasan responden tidak menggunakan transaksi non tunai

Berdasarkan gambar tersebut, jumlah responden yang tidak pernah bertransaksi

non tunai karena disebabkan merasa belum perlu sebesar 62 orang atau 9,52 persen.

Responden sebesar 59 orang (9,06%) mengemukakan bahwa penggunaan instrumen

non tunai akan menambah beban biaya. Hal tersebut disebabkan penghasilan masih

rendah, biaya administrasi dan bunga yang cukup tinggi, dianggap menjadi beban

utang dan menjadi boros. Ada juga responden yang mengemukakan alasan bahwa

Page 52: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

31

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

sampai saat ini lebih senang memakai tunai yaitu sebesar 43 orang (6,61%).

Pemakaian tunai ini menurut responden dapat digunakan untuk transaksi yang

nilainya kecil serta mudah untuk menghitungnya. Alasan lain yang dikemukakan oleh

27 orang respoden (4,15%) adalah tidak mengetahui dan mengerti prosedurnya.

Responden merasa takut salah, malu, tidak mau repot, dan takut dibodohi. Fasilitas

terbatas instrumen non tunai merupakan alasan lainnya yang dikemukakan oleh 23

orang responden (3,53%). Hal tersebut disebabkan instrumen non tunai belum

menyebar ke seluruh wilayah terutama di kabupaten yang masih jauh tempatnya dan

daerah pemekaran. Alasan lainnya yang dikemukakan adalah dipandang beresiko

tinggi, tidak memiliki kartu non tunai, adanya pengalaman buruk dan kecewa.

Gambar 4.13. menunjukkan tingkat pengenalan responden terhadap instrumen

pembayaran non tunai. Pembahasan ini penting untuk melihat seberapa jauh responden

telah mengenal jenis-jenis instrumen pembayaran non tunai. Penyajian tingkat

pengenalan dibedakan menjadi dua, yaitu top of mind, yang menunjukkan instrumen

non tunai yang paling dikenal, yaitu instrumen non tunai yang disebutkan pertama

kali ketika wawancara. Selanjutnya adalah instrumen yang diketahui oleh responden

setelah memperoleh petunjuk (dituntun) oleh enumerator.

Instrumen pembayaran non tunai yang menjadi top of mind bagi responden relatif

terbatas, yang terpopuler adalah: kartu ATM, kartu kredit, dan cek, bilyet giro, dan

kartu debet. Setelah memperoleh tuntunan dari enumerator, produk yang paling

banyak dikenal oleh responden adalah: ATM, Kartu Kredit, Cek, kartu Debet, transfer

bank, dan SMS banking.

Penelitian ini menggali informasi tentang pengalaman buruk yang pernah dialami

responden selama menggunakan instrumen non tunai. Responden pengguna instrumen

non tunai sebanyak 65 persen menyatakan tidak pernah mengalami pengalaman buruk,

21 persen menyatakan pernah dan sisanya tidak menjawab (Gambar 4.14).

Page 53: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

32

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 4.15. berikut menyajikan pengalaman buruk yang pernah dialami oleh

21 persen responden selama menggunakan instrumen non tunai. Berdasarkan gambar

tersebut, urutan pengalaman buruk yang pernah dialami adalah pelayanan yang tidak

memuaskan, transaski tidak akurat, mesin sering rusak dan lainnya. Pengalaman ini

dirasakan oleh sebagian besar responden yang termasuk kategori 1 (nasabah yang

memiliki dan sering menggunakan instrumen non tunai).

Pelayanan yang tidak memuaskan merupakan pengalaman buruk yang banyak

dirasakan oleh 55 orang responden (8,45%). Pelayanan dari pihak penerbit yang tidak

memuaskan menurut responden adalah seringkali terdebet dua kali tanpa diketahui

oleh pemiliknya, proses transasksi seringkali lambat bahkan ada yang tidak sampai,

adanya debt collector, terkadang tidak dapat digunakan di negara lain, kartu non tunai

(ATM) tertelan dalam mesin, ketidakpedulian bank terhadap klaim nasabah, transparansi

informasi kepada nasabah seperti batas penggunaan kartu, magnet ATM habis/rusak,

dan salah nomor rekening yang diberikan. Pengalaman buruk lainnya adalah seringkali

proses transaksi tidak akurat sehingga tagihan tidak sesuai dan salah transfer data.

Pengalaman buruk tersebut dialami oleh 44 orang responden (6,76%). Jaringan atau

mesin non tunai yang sering rusak merupakan pengalaman buruk yang sering dialami

oleh 33 orang responden (5,07%). Pengalaman lainnya yang dikemukakan oleh 3,23

persen responden adalah biaya transaksi tinggi, menjadi sangat boros sehingga tidak

mampu membayar dan dikejar oleh debt collector.

Jika digali lebih jauh terhadap responden yang pernah memanfaatkan transaksi

non tunai terhadap pengalaman buruk, sebagian besar berasal dari kelompok nasabah

bank yang sekarang tidak lagi menggunakan transaksi non tunai. Sekitar 60 persen

dari kelompok ini menyatakan pernah mengalami pengalaman buruk terhadap transaksi

Page 54: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

33

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

non tunai dalam berbagai bentuk seperti dijelaskan di atas (Gambar 4.16).

Hal lain yang ingin diketahui dari responden adalah sumber informasi tentang

pembayaran non tunai. Responden memperoleh sumber informasi tentang transaksi

non tunai paling besar persentasenya (64%) berasal dari keluarga, kemudian televisi

39.5%, koran 27%. Masyarakat tidak banyak mendapatkan informasi dari radio (4.5%),

internet (6.9%) dan majalah (15.8%). Media yang efektif dalam menyampaikan

informasi adalah secara lisan melalui teman atau keluarga. Apabila ada salah satu

anggota keluarga yang menggunakan instrumen non tunai maka akan mengajak ke

anggota keluarga lainnya dan menerangkan kelebihan transaksi non tunai.

Media yang kurang efektif dalam menyampaikan informasi transaski non tunai

adalah radio. Pihak perbankan belum banyak memanfaatkan radio dalam

mensosialisaikan berbagai instrumen non tunai. Selain itu, internet pun belum

memberikan pengaruh yang signifikan dalam informasi instrumen non tunai. Meskipun

pihak perbankan sudah membuat web dan menginformasikan berbagai hal tetapi

masyarakat jarang membukanya. Hal ini menunjukkan responden masih termasuk

kelompok tradisional dimana informasi dari mulut ke mulut merupakan sumber

informasi utama dan dominan pada masyarakat (Gambar 4.17).

Page 55: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

34

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Tabel 4.1.

Frekuensi

Transaksi Non

Tunai menurut

Jenis Transaksi

Pemanfaatan pembayaran non tunai dapat dilakukan untuk transfer, pembayaran

belanja, pembayaran listrik, telepon, PAM, pembelian voucher HP, pembayaran kartu

kredit, pembayaran angsuran pinjaman, keperluan usaha /bisnis dan transaksi melalui

internet. Tabel 4.1. menyajikan frekuensi transaksi non tunai menurut jenis transaksi

Dari Tabel 4.1. nampak bahwa jenis traksaksi yang paling banyak dilakukan oleh

responden setidaknya sebulan sekali dengan instrumen non tunai adalah transfer dan

belanja. Selain itu, pembelian voucher handphone yang diduga bahwa responden

menggunakan instrumen non tunai ternyata berdasarkan hasil penelitian sebanyak

79,58% responden tidak pernah menggunakan instrumen non tunai. Responden

biasanya membeli langsung di counter-counter terdekat. Frekuensi transaksi non tunai

melalui internet tidak banyak yang menggunakannya, hanya 1,84% responden yang

pernah menggunakannya. Jika dilihat berdasarkan frekwensi penggunaan instrumen

non tunai, paling banyak adalah 1-3 kali per bulan terutama untuk transfer, belanja,

dan pembelian voucher telpon. Sementara yang menggunakan seminggu sekali atau

lebih berksiar 9 persen responden terutama untuk transfer dan belanja.

Gambar 4.18 menunjukkan penggunaan instrumen non tunai untuk pembayaran

tagihan bulanan seperti rekening listrik, telpon, PAM, pembayaran kartu kredit dan

sebagainya. terlihat bahwa sebagian besar responden membayar tagihan listrik, telepon

dan PAM tidak menggunakan instrumen non tunai. Hanya 11,96 persen responden

membayar listrik dengan instrumen non tunai. Demikian juga untuk pembayaran

rekening telpon, air dan angsuran pinjaman masing-masing sebesar 15.67%, 5.99%

dan 9,52% yang menggunakan instrumen pembayaran non tunai. Penggunaan

instrumen pembayaran non tunai yang relatif tinggi adalah untuk pembayaran tagihan

kartu kredit. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan instrumen non tunai yang

dominan masih terbatas pada pembayaran belanja dan transaksi keuangan dengan

perbankan, belum mencakup jenis-jenis pembayaran yang lebih luas lagi.

Page 56: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

35

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Unsur lain yang dinilai dalam perilaku adalah motivasi responden dalam

menggunakan instrumen non tunai. Motivasi merupakan proses psikologis yang

mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti bergerak atau menggerakkan.

Luthans (1989) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang dimulai dari

kebutuhan psikologis sehingga mendorong perilaku seseorang dalam mencapai tujuan

tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama responden dalam penggunaan

instrumen non tunai adalah keamanan (41,9%). Motivasi lainnya adalah kemudahan

(25%), kecepatan transaksi (7,8%), dan efisiensi (7,1%). Responden termotivasi karena

keamanan dalam menggunakan instrumen non tunai. Dalam hal ini, responden tidak

perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar apabila bepergian sehingga merasa

aman terhindar dari kejahatan. Selain itu, dengan menggunakan instrumen non tunai,

masyarakat lebih mudah dalam melakukan transaksi seperti transfer, pembayaran di

supermarket, dan pembayaran lainnya. Gambar 4.19. menyajikan gambaran persentase

dari motivasi utama responden menggunakan instrumen non tunai.

Page 57: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

36

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Transaksi dengan sistem pembayaran non tunai pada umumnya dikenakan biaya

penerbitan dan pemeliharaan kartu maupun biaya yang dibebankan pada setiap kali

transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68,4 persen responden

menyatakan bahwa transaksi non tunai dikenai biaya, ada sekitar 31,6 persen responden

yang menyatakan tidak dikenakan biaya transaksi. Persepsi terhadap besarnya biaya

transaksi ditunjukkan pada Gambar 4.20.

Sebagian besar responden (51%) menyatakan bahwa biaya yang dikenakan pada

pembayaran dengan instrumen non tunai dipandang sesuai (wajar) dengan pelayanan

dan kemudahan yang diperoleh dengan sistem pembayaran non tunai tersebut. Sebayak

20 persen responden lainnya menilaia pengenaan biaya yang dilakukan selama ini tidak

sesuai (dipandan terlalu mahal), 29 persen lainnya tidak memberikan jawaban.

4.3. Preferensi Masyarakat terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai

Aspek-aspek yang dinilai penting oleh masyarakat terkait dengan pelayanan dan

jaminan kepada masyarakat untuk melakukan transaksi secara non tunai, antara lain

terkait dengan aspek keamanan transaksi, akurasi transaksi, kecepatan transaksi,

kemudahan, aksesibilitas, biaya transaksi, kenyamanan, efisiensi dan layanan khusus.

Tabel 4.2. berikut menyajikan penilaian masyarakat terhadap aspek-aspek yang dinilai

tersebut berdasarkan pengalaman dan penilaian responden berkaitan dengan transaksi

non tunai. Berdasarkan hasil analisis nampak bahwa hampir semua aspek yang

dimintakan pendapat dari responden dinilai oleh sebagian besar responden berada

pada tingkat tinggi dan sangat tinggi. Hanya beberapa aspek seperti biaya transaksi

dan layanan khusus yang dinilai sedang atau rendah oleh sebagian besar responden.

Page 58: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

37

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Meskipun beberapa aspek kunci seperti keamanan, akurasi transaksi, kecepatan,

kemudahan, dan efisiensi dinilai sudah tinggi dan sangat tinggi oleh sebagian besar

responden namun masih ada juga sebagian responden yang menganggap bahwa

jaminan terhadap aspek-aspek tersebut masih rendah atau bahkan sangat rendah.

Misalnya untuk aspek keamanan terdapat 6.4 persen responden yang menilai masih

rendah atau sangat rendah. Demikian juga aspek akurasi ada 4.4 persen yang

menyatakan rendah atau sangat rendah. Jika responden yang menjawab “sedang”

dikategorikan kelompok yang masih ragu-ragu terhadap sistem pelayanan transaksi

non tunai dari berbagai aspek tadi, maka lebih banyak lagi responden yang belum

sepenuhnya yakin terhadap keamanan, akurasi, dan lain-lain pada penggunaan transaksi

non tunai.

Hal ini menjadi tantangan pada pengembangan sistem pembayaran non tunai

untuk mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan jaminan keamanan terhadap

transaksi tersebut. Dengan demikian pengembangan sistem pembayaran non tunai

harus memperhatikan hal-hal tersebut. Untuk membuat skala prioritas, aspek mana

yang dinilai masyarakat berdasarkan urutan kepentingannya, dapat dilihat pada Tabel

4.3. yang menunjukkan persepsi terhadap tingkat kepentingan aspek-aspek instrumen

non tunai menurut responden.

Hasil analisis menunjukkan bahwa urutan pertama kepentingan dalam

pembayaran non tunai adalah keamanan transaksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dalam sistem pembayaran non tunai, keamanan merupakan unsur utama yang

diinginkan responden seperti terhindar dari kejahatan, aman dari gangguan hacker

dan sebagainya. Urutan kepentingan kedua yang dinilai responden adalah aspek

kemudahan/aksesibilitas. Responden menginginkan bahwa sistem pembayaran non

tunai harus lebih mudah dan dapat diakses di berbagai tempat sehingga terjadi efisiensi

dan efektifitas. Kecepatan transaksi merupakan aspek yang menurut responden tingkat

kepentingannya berada pada urutan ketiga. Transaksi tidak perlu menunggu waktu

Page 59: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

38

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

yang lama dan pihak yang menerima pun merasa puas.

Urutan keempat tingkat kepentingan dalam pembayaran non tunai adalah

efisiensi. Melalui sistem pembayaran non tunai, maka seseorang cukup membawa

instrumen non tunai baik yang berbasis kartu maupun elektronik sehingga tidak repot

membawa uang tunai. Urutan kelima dari aspek yang dinilai oleh responden adalah

akurasi transaksi. Akurasi transaksi merupakan hal penting yang harus diperhatikan

sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Sistem pembayaran non tunai dinilai

oleh responden harus dapat memberikan kenyamanan dalam bertransaksi dengan

urutan kepentingannya berada pada posisi keenam. Menurut responden, biaya

transaksi berada pada urutan kepentingan ketujuh, artinya biaya transaksi dinilai

tidak terlalu penting dalam sistem pembayaran non tunai. Urutan terakhir tingkat

kepentingan menurut responden adalah layanan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa

layanan khusus yang ada dalam instrumen non tunai tidak terlalu dipentingkan oleh

responden.

Jika digabungkan hasil analisis antara pendapat responden terhadap performance

dan presepsi terhadap tingkat kepentingan aspek-aspek dalam pengembangan sistem

pembayaran non tunai dapat disajikan dalam matriks dua dimensi sebagai mana

ditunjukkan pada Gambar 4.21. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa sistem

pembayaran non tunai yang ada saat ini sudah relatif baik sesuai dengan harapan

masyarakat. Hal ini ditunjukkan tingkat performance sudah relatif tinggi terutama

untuk aspek-aspek yang dinilai penting oleh responden seperti keamanan, aksesibilitas

dan kecepatan. Beberapa aspek yang lain memiliki performance baik meskipun menurut

responden menduduki tingkat kepentingan yang relatif rendah seperti kenyamanan

dan efisiensi. Aspek yang memiliki performance relatif rendah adalah biaya dan layanan

sehingga perlu ditingkatkan, meskipun dari skala prioritas kepentingannya relatif rendah

dibandingkan aspek lainnya.

Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa aspek-aspek yang dinilai

berada pada kuadran A (prioritas utama) dan Kuadran B (pertahankan prestasi).

Kuadran A

Atribut-atribut yang berada di kuadran A menunjukkan atribut-atribut mutu

Page 60: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

39

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

pelayanan yang memiliki tingkat kepentingan tinggi atau di atas nilai rataan, tetapi

memiliki tingkat kinerja dinilai rendah. Atribut-atribut ini perlu mendapatkan perhatian

yang khusus atau diprioritaskan karena keberadaan faktor-faktor ini dinilai sangat

penting bagi pelanggan, tetapi pihak perbankan belum dapat melaksanakannya sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan, sehingga tingkat kinerjanya masih belum

memuaskan. Aspek-aspek yang berada di kuadran A adalah kenyamanan efisiensi,

akurasi dan biaya.

Kuadran B

Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang perlu dipertahankan

atau ditingkatkan, karena tingkat kinerja yang telah dilaksanakan umumnya telah

sesuai dengan tingkat kepentingan atau harapan pelanggan. Aspek-aspek yang berada

dalam kuadran B adalah keamanan, aksesibilitas, dan kecepatan.

Kuadran C

Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat

kepentingan dan kinerja rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk dalam

kuadran ini dirasakan tidak terlalu penting oleh pelanggan dan pihak perusahaan hanya

melaksanakannya secara biasa, sehingga pihak perusahaan belum terlalu perlu

mengalokasikan biaya dan investasi untuk memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah).

Kuadran ini hampir sama halnya dengan kuadran A, hanya saja atribut-atribut pada

kuadran A tingkat kepentingannya tinggi, sehingga perlu diprioritaskan kinerjanya.

Sedangkan tingkat kepentingan pelanggan di kuadran C adalah rendah, sehingga

prioritasnya juga rendah. Oleh karena itu, walaupun kinerjanya ditingkatkan, tidak

akan meningkatkan kepuasan pelanggan secara maksimal dan merupakan suatu

ketidakefektifan biaya. Karena lebih baik anggaran yang tersedia digunakan untuk

meningkatkan pelayanan pada atribut-atribut yang berada di kuadran A (prioritas

utama). Aspek yang termasuk dalam kuadran ini hanya aspek pelayanan.

Tahap berikutnya adalah seberapa besar responden yang berpotensi

memanfaatkan instrumen pembayaran non tunai jika sistem ini dikembangkan secara

luas dan jenis instrumen seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Gambar 4.22

menunjukkan bahwa sebagaian besar responden (71%) bersedia menggunakan

instrumen non tunai jika akan dikembangkan secara luas.

Page 61: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

40

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Berdasarkan kelompok responden, porsi terbesar responden yang mau

memanfaatkan kartu pra bayar berasal dari kelompok yang saat ini memanfaatkan

instrumen non tunai yaitu 81,31 persen. Responden nasabah bank yang tidak

memanfaatkan instrumen non tunai tetapi mau memanfaatkan kartu pra bayar juga

cukup besar yaitu 69,5 persen. Pada kelompok non nasabah porsi yang mau

memanfaatkan instrumen non tunai sebesar 51.6 persen. Hasil ini dapat dipahami,

bahwa kemauan terbesar berasal dari kelompok yang saat ini sudah memanfaatkan

instrumen non tunai karena seudah lebih mengenal dan memiliki pengalaman. Pada

kelompok nasabah bank tunai dan non nasabah merupakan pasar potensial yang dapat

di garap. Namun demikian ada sekitar 18,7 persen dari kelompok yang saat ini telah

memanfaatkan instrumen non tunai tidak ingin menggunakan kartu pra bayar. Hal ini

diduga berkaitan dengan ketidak puasan terhadap pelayanan dan sistem yang ada

saat ini dan pengalaman buruk yang pernah dialami dalam menggunakan instrumen

pembayaran non tunai (Gambar 4.23).

Alasan kesediaan memanfaatkan instrumen non tunai (kartu prabayar) ditanyakan

pada 364 orang responden ketika dilakukan survey tahap kedua. Sebagian besar

responden (54,12%) menyatakan bersedia memanfaatkan kartu prabayar. Alasan

responden bersedia memanfaatkan kartu prabayar digambarkan berdasarkan

urutannya pada Gambar 4.24 :

Page 62: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

41

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Alasan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1 . Memberi kemudahan dan kenyamanan

Alasan ini dikemukakan oleh 197 orang responden (54,12%). Aspek-aspek yang

termasuk ke dalam kelompok ini berdasarkan responden adalah praktis, efisien,

tidak perlu bawa uang tunai, aslakan bisa digunakan untu ktransaksi dengan nilai

nominal rendah, tidak menyulitkan, mudah, fleksibel, nyaman, dan cepat.

2 . Lebih aman

Sistem pembayaran non tunai berbasis kartu lebih aman dan tidak merasa

khawatir. Namun demikian, sistem keamanan harus ditingkatkan agar identitas

pengguna tidak dapat digunakan untuk orang lain,misalnya melalui kode chip.

Responden sebanyak 46 orang (10,44%) menyatakan hal tersebut sebagai alasan

menerima kartu prabayar

3 . Pengeluaran dapat terkontrol

Responden sebanyak 12,64 persen menyatakan bahwa apabila ada kartu prabayar,

maka pengeluaran dapat terkontrol karena pengguna harus membayar deposit

terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan kartu kredit yang selama ini digunakan

cenderung meneyebabkan konsumtif.

4 . Lainnya

Alasan lainnya yang dikemukakan adalah senang dengan produk baru yang

sedang trend, menandaan negara Indonesia maju, prestise, dan banyak

memberikan manfaat.

Pada umumnya responden menginginkan adanya kartu multifungsi sebesar 64,5%

dari total responden. Kartu tersebut diharapkan dapat dijadikan alat pembayaran untuk

berbagai fungsi seperti pembayaran di apotik/rumah sakit, restoran, supermarket, pom

bensin, kereta api, bus umum dan jalan tol. Gambar 4.25. berikut menyajikan grafik

secara detail persentase dari kartu multifungsi yang diinginkan oleh masyarakat. Fungsi

pembayaran yang diinginkan antara lain pom bensin, sarana transportasi umum, rumah

sakit, super market dan tol.

Page 63: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

42

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Jika dikaji lebih jauh dari responden yang mau memanfaatkan kartu pra bayar

menurut kelompok responden, nampaknya sebagian besar responden dari semua

kelompok menginginkan jenis kartu pra bayar yang multi fungsi (Gambar 4.26). Sebesar

85,37 persen responden nasabah bank yang telah menggunakan instrumen non tunai

menginginkan kartu pra bayar yang multi fungsi. Demikian juga untuk responden

nasabah bank yang belum menggunakan instrumen non tunai dan non nasabah,

masing-masing sebesar 86,2 persen dan 87,5 persen menginginkan kartu pra bayar

bersifat multi fungsi.

Responden yang menginginkan kartu prabayar bersifat multifungsi (multiple card)

menyatakan alasannya adalah praktis, mudah, dapat digunakan dimana saja / fleksibel

dan pengeluaran terkontrol. Gambar 4.27. menyajikan alasan responden memilih kartu

yang bersifat multifungsi.

Sedangkan alasan sebagian besar responden (66,67%) menggunakan kartu

prabayar bersifat tunggal dikarenakan agar tujuan penggunaan lebih jelas. Hal ini

dimaksudkan agar setiap pengguna kartu memiliki kartu berdasarkan tujuan utama

sehingga tidak boros dan pengeluaran terkontrol lebih baik.

Responden yang menyatakan tidak bersedia menerima kartu prabayar disebabkan

oleh alasan berikut :

1. Takut lebih boros

2. Belum terlalu perlu

Page 64: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

43

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

3. Lebih menyukai pembayaran non tunai

4. Lainnya adalah jumlahnya terbatas, belum teruji, takut tidak aman, dan tidak

berminat

Informasi lain yang digali dari penelitian ini adalah kelemahan dan kelebihan

interumen non tunai. Kelemahan instrumen non tunai yang dapat diidentifikasi darai

hasil survey dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yaitu 1) Fasilitas masih terbatas,

2) Jaringan sering rusak/offline, 3) biaya yang dikeluarkan mahal, 4) Pelayanan bank

kurang memuaskan, 5) Menjadi lebih boros/konsumtif, 6) Keamanan masih kurang

terjamin dan 7) Lain-lain. Responden yang menjawab lebih dari satu jawaban untuk

kelompok tersebut sebanyak 18,13 persen dan 8,7 persen tidak menjawab pertanyaan

(blank). Kelemahan instrument non tunai banyak dikemukakan oleh kelompok nasabah

yang memiliki dan sering menggunakan instrumen non tunai (> 50%). Kelemahan

tersebut dinyatakan sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan responden selama

ini. Table 4.4. berikut menyajikan secara rinci persentase dari ketiga kelompok responden

Gambaran kelemahan instrumen non tunai yang dirasakan oleh responden selama

ini disajikan berdasarkan urutan terbesar pada Gambar 4.28.

Page 65: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

44

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Berdasarkan gambar tersebut, kelemahan instrumen non tunai berdasarkan urutan

adalah:

1 . Fasilitas instrumen non tunai yang masih terbatas

Responden menjawab kelemahan ini sebesar 128 orang atau 19,66 persen dari

jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan

ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori

nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 72,66 persen.

Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 21,88 persen, dan sisanya

adalah non nasabah 5,47 persen.

Responden merasakan selama ini fasilitas yang ada hanya terbatas di pusat kota

dan belum banyak yang menjangkau daerah pedesaan (rural). Selain itu, fasilitas

tersebut juga hanya terbtas di tempat-tempat tertentu seperti supermarket.

Fasilitas tersebut belum ada di pasar tradisional, toko kecil atau pelayanan publik

lainnya. Responden menyatakan juga bahwa tempat ATM masih kurang strategis

dan kurang nyaman. Fasilitas instrumen yang kurang banyak seringkali

menyebabkan terjadi antrian panjang sehingga memerlukan waktu yang lebih

lama. Fasilitas terbatas lainnya yang dirasakan adalah jumlah transfer/penggunaan

yang masih terbatas, maksimum lima juta rupiah per hari. Responden juga

menyatakan bahwa instrumen non tunai saat ini belum banyak membantu

kebutuhan hidup secara optimal.

2 . Jaringan instrumen non tunai yang sering rusak/offline

Responden menjawab kelemahan ini sebesar 120 orang atau 18,43 persen dari

jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan

ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori

nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 82,50 persen.

Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 15,00 persen, dan sisanya

adalah non nasabah 2,50 persen.

Kelemahan jaringan yang sering rusak atau offline menyebabkan transaksi

terhambat. Responden pernah mengalami kegagalan transaksi karena mesin tiba-

tiba macet (offline) padahal tidak membawa uang tunai. Responden juga

menyatakan bahwa transfer antar bank terkadang offline dan prosesnya lama.

3 . Biaya yang dikeluarkan responden mahal

Responden menjawab kelemahan ini sebesar 102 orang atau 15,67 persen dari

jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan

ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori

nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 62,75 persen.

Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 29,41 persen, dan sisanya

Page 66: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

45

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

adalah non nasabah 7,84 persen.

Biaya instrumen non tunai dirasakan mahal oleh responden, terutama biaya

adminsitrasi dan bunga yang dikenakan lebih tinggi. Pihak perbankan juga

mengenakan potongan biaya yang tidak tentu dan tidak diberitahukan kepada

nasabah terlebih dahulu. Biaya yang dikenakan kepada pemegang instrumen non

tunai berbeda-beda tergantung pada bank dan jenis instrumen non tunai yang

dipakai.

4 . Pelayanan bank kurang memuaskan

Responden menjawab kelemahan ini sebesar 101 orang atau 15,51 persen dari

jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan

ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori

nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 72,28 persen.

Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 21,78 persen, dan sisanya

adalah non nasabah 5,94 persen.

Responden menyatakan bahwa pelayanan perbankan dirasakan kurang

memuaskan. Berdasarkan hasil survey, pelayanan kurang memuaskan yang dapat

diidentifikasi yaitu :

n Tidak ada info jumlah dana dari bank

n Tidak bisa digunakan untuk transaskis kecil

n Transaksi kurang akurat

n Proses lambat

n Terdebet dua kali

n Operasionalnya rumit

n Adanya debt collector yang tidak ramah

n Kurangnya sosialisasi penggunaan instrumen non tunai terutama di

daerah kabupaten

n Kurang toleran dalam tenggang pembayaran

Hal-hal tersebut apabila responden melakukan klaim terhadap bank, seringkali

tidak menjadi perhatian dan tidak ada klarifikasi yang jelas.

5 . Menjadi lebih boros / konsumtif

Responden merasakan bahwa edngan adanya instrumen non tunai, terutama kartu

kredit, menyebabkan lebih konsumtif. Responden tertarik dengan produk yang

dapat dibeli oleh instrumen non tunai sehingga lebih boros dan tidak mampu

mengontrol pengeluaran. Responden menjawab kelemahan ini sebesar 77 orang

atau 11,83 persen dari jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori

nasabah, maka alasan ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang

termasuk ke dalam kategori nasabah yang sering menggunakan instrumen non

tunai sebesar 53,25 persen. Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non

Page 67: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

46

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

tunai tetapi jarang menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 36,36

persen, dan sisanya adalah non nasabah 10,39 persen.

6 . Keamanan masih kurang terjamin

Keamanan instrumen non tunai saat ini masih kurang terjamin seperti cek kosong,

billing misterius, kesalahan PIN, dan kartu sering digunakan orang lain Responden

menjawab kelemahan ini sebesar 66 orang atau 10,14 persen dari jumlah

responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan ini

dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori

nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 50,00 persen.

Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 40,91 persen, dan sisanya

adalah non nasabah 9,09 persen.

7 . Lain-lain

Kelemahan lainnya yang tidak termsauk ke dalam enam kelompok di atas adalah

hanya untuk kalangan tertentu, tergantung pada teknologi yang relatif mahal,

operator yang tidak terampil mengoperasikan mesin non tunai, tidak mengetahui

dan tidak respek. Responden menjawab kelemahan ini sebesar 54 orang atau 8,29

persen dari jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah,

maka alasan ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke

dalam kategori nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar

35,19 persen. Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang

menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 40,74 persen, dan sisanya

adalah non nasabah 24,07 persen.

Kelebihan instrumen non tunai yang diperoleh dari hasil survey dikelompokkan

menjadi lima kelompok berdasarkan urutan terbesar yaitu 1) praktis dan mudah, 2)

Aman, 3) Cepat, 4) Nyaman dan helpfull, dan 5) kelebihan lainnya. Gambar 4.29.

menyajikan kelebihan instrumen non tunai selama ini

Page 68: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

47

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Kelebihan instrumen non tunai tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1 . Praktis dan Mudah

Sebagian besar responden (513 orang atau 78,80 persen) menyatakan bahwa

dengan menggunakan instrumen non tunai lebih praktis dan mudah. Kelebihan

di urutan pertama ini juga mengandung kelebihan lainnya yaitu efisien, ringan,

mudah diakses, fleksibel, ATM buka 24 jam dan kadang-kadang ada fasilitas

tambahan. Dalam hal ini responden tidak perlu membawa uang tunai yang lebih

banyak dan kartu dapat dimasukkan ke dalam dompet sehingga lebih praktis.

Mesin ATM yang mudah diakses dan buka selama 24 jam memberikan kemudahan

kepada responden apabila ingin mengambil uang dalam kondisi mendesak.

Responden juga merasa senang karena adanya pelayanan khusus seperti potongan

harga di toko tertentu atau hadiah lainnya.

Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang

menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 66,08 persen

mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 27,49 persen menyatakan

kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah 6 persen.

2 . Lebih aman

Responden yang menyatakan bahwa kelebihan instrumen non tunai lebih aman

daripada tunai sebanyak 268 orang atau 41,17 persen. Responden yang

menggunakan instrumen non tunai tidak merasakan cemas dan aman dari

kejahatan seperti perampokan maupun pencurian. Selain itu, instrumen yang

dimiliki jenis kartu menggunakan sistem keamanan dengan Personal Identity

Number (PIN) dan tanda tangan. Hal tersebut dapat mengurangi risiko terjadinya

pembobolan uang.

Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang

menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 67,54 persen

mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 23,88 persen menyatakan

kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (0,09) persen.

3 . Cepat

Responden yang menyatakan bahwa kelebihan instrumen non tunai lebih cepat

daripada tunai sebanyak 196 orang atau 30,11 persen. Kecepatan instrumen

non tunai diidentifikasi apabila responden mentransfer uang, membayar

sejumlah barang terutama di supermarket, pembelian pulsa telepon dan

pembayaran lainnya yang biasanya tersedia dalam layanan instrumen non tunai

berupa kartu.

Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang

menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen

mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan

kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.

Page 69: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

48

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

4 . Nyaman dan helpfull

Responden menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen non tunai akan

lebih nyaman dan membantu dalam transaksi sebanyak 71 orang atau 10,91 persen.

Kenyamanan ini terjadi karena responden merasa aman apabila ingin membeli

produk berharga mahal. Selain itu, instrumen non tunai banyak membantu apabila

harus membeli produk yang mendesak sementara tidak memiliki uang tunai yang

cukup.

Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang

menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen

mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan

kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.

5 . Lainnya

Responden yang menyatakan selain keempat hal di atas sebanyak 63 orang atau

9,68 persen. Pernyataan responden yang termasuk ke dalam kelebihan ini adalah

biaya transaksi murah, bunga rendah, lebih prestise dan akurat. Apabila dibagi

ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang menyatakan

kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen mengemukakan

kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan kelebihan

tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.

4.4. Analisis Psikografis

Secara teoritis, setiap manusia memiliki persepsi tentang sosok dirinya sendiri,

dalam posisi relatif dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi sosial bertolak salah

satunya dari bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya. Dari konsep ini, maka

perilaku responden sistem pembayaran non tunai, juga didasarkan atas bagaimana

responden mempersepsikan dirinya dalam hal perbankan, perolehan informasi dan

lain-lain.

Sosok diri responden diperoleh dengan memilih sikap terhadap serangkaian

pernyataan yang diberikan. Setiap pernyataan memiliki 5 level jawaban, yaitu 1 untuk

“sangat tidak setuju”, 2 untuk “tidak setuju”, 3 untuk “antara setuju dan tidak”, 4

untuk “setuju”, dan 5 untuk “sangat setuju”. Langkah selanjutnya dari pernyataan-

pernyataan tersebut dikelompokkan ke dalam 5 karakter yang menunjukkan

kecenderungan sikap responden, yaitu : Y1 : Tipe orang yang agresif, suka mencoba

hal-hal baru; Y2 : Tipe orang yang terbuka terhadap informasi dan memandang

pembayaran non tunai sebagai prestise tersendiri, Y3 = Tipe orang yang menyukai

sistem pembayaran non tunai, Y4 = Tipe orang yang hati-hati, lamban menerima

perubahan, Y5 = Tipe orang yang memandang dirinya pelopor dan panutan bagi or-

ang di sekitarnya.

Dari lima kelompok karakter responden ini kemudian dikaitkan kelompok

responden yang didasarkan pada perilaku penggunaan sistem pembayaran non tunai

sehingga dapat digambarkan ciri dari masing-masing kelompok responden tersebut.

Page 70: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

49

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 4.21. menunjukkan hasil analisis biplot yang menginformasikan posisi tiga

kelompok responden dan lima karakter individual.

Dari Gambar 4.30 nampak bahwa secara umum responden yang menggunakan

instrumen pembayaran non tunai relatif dekat dengan responden yang berciri Y1 yaitu

tipe orang yang agresif, suka mencoba hal-hal baru, Y2, yaitu tipe orang yang terbuka

terhadap informasi dan memandang pembayaran non tunai sebagai prestise tersendiri,

Y3 yaitu tipe orang yang menyukai sistem pembayaran non tunai , dan Y5 yaitu tipe

orang yang memandang dirinya pelopor dan panutan bagi orang di sekitarnya. Dari

tipologi kelompok responden ini nampaknya responden yang menggunakan

pembayaran non tunai adalah kelompok masyarakat yang energik, memiliki akses yang

baik terhadap sumber informasi, dan ingin mencoba jika ada hal-hal yang baru.

Sementara itu untuk nasabah bank yang tidak memanfaatkan pembayaran non

tunai dan responden non nasabah pada umumnya memiliki tipe yang cenderung

konvensional, lambat untuk berubah atau cenderung nyaman dengan kondisi yang

ada. Hal yang relatif sama untuk kelompok responden non nasabah bank, hanya saja

pada kelompok ini ada ciri lain yang nampak yaitu Y4, tipe orang yang hati-hati dan

lamban menerima perubahan.

Secara spesifik pada beberapa kota memiliki fenomena yang berbeda antar kota

atau kelompok kabupaten. Secara garis besar berdasarkan penciri tipologi responden

dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah wilayah-wilayah

Page 71: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

50

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

yang tipe respondennya berbeda antara nasabah bank dan bukan nasabah bank, tetapi

antara pengguna instrumen non tunai dengan nasabah yang tidak menggunakan

instrumen non tunai tidak berbeda nyata. Daerah yang masuk kategori ini antara lain:

Manado, Makasar, Medan, Kendari, dan Denpasar yang diwarnai dengan tipe Y1, Y2,

Y3, dan Y5.

Kelompok kedua adalah daerah yang memiliki ciri responden pengguna instrumen

pembayaran non tunai memiliki ciri berbeda dengan nasabah yang tidak menggunakan

instrumen non tunai dan non nasabah. Dengan kata lain, nasabah bank yang tidak

menggunakan instrumen non tunai memiliki ciri tipe masyarakat yang sama dengan

non nasabah (Y4). Daerah-daerah ini antara lain: DKI Jakarta, Bandung, Pekanbaru,

Bandar Lampung, kabupaten di Kalimantan dan Sulawesi, Kabupatan di Sumatera dan

kabupaten di Jawa-Bali.

Jika ditelaah lebih rinci lagi, terdapat beberapa kota/daerah yang benar-benar

memiliki tipe bersesuaian misalnya: masyarakat di Medan pengguna instumen non tunai

maupun yang tidak (nasabah) dan Kendari pengguna non tunai memiliki ciri yang mirip

yaitu dominan dekat dengan ciri Y2 dan Y5. Hal yang sama misalnya Makasar non

nasabah dan Bandar Lampung yang tidak menggunakan instrumen non tunai maupun

non nasabah memiliki ciri yang dominan dengan Y4. Kelompok kota/kabupaten yang

memiliki ciri relatif sama sebagaimana ditunjukkan oleh lingkaran pada gambar.

4.5. Harapan ke Depan

Harapan ke depan dalam rangka sistem pembayaran non tunai berdasarkan

hasil survey disajikan pada Gambar 4.31 :

Berdasarkan gambar di atas, harapan tersebut diurutkan sebagai berikut :

1 . Penggunaan diperluas

Penggunaan sistem pembayaran non tunai diharapkan lebih luas dan menyebar

ke seluruh wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan secara bertahap dimulai dari

ibukota provinsi kemudian ke wilayah kota dan kabupaten. Dalam hal ini selain

jangkauan diperluas juga fasilitas instrumen non tunai lebih diperbanyak

Page 72: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

51

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

fasilitasnya. Fasilitas tersebut tidak hanya disediakan di pertokoan besar saja tetapi

sebaiknya di tempat umum yang bersifat layanan publik.

2 . Peningkatan pelayanan

Pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek yang signifikan dalam

rangka mempertahankan keberlanjutan industri jasa. Meskipun demikian tidaklah

mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pada

prinsipnya, terdapat tiga kunci dalam memberikan pelayanan yang unggul

terhadap pelanggan. Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan

pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing.

Ketiga, pemanfaatan informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam

suatu kerangka strategis.

Responden menyatakan bahwa apabila diberlakkan sistem pembayaran non

tunai secara luas, maka pihak penerbit harus memberikan pelayanan optimal.

Aspek peningakatan pelayanan berdasarkan hasil survey adalah penggunaan

lebih mudah, adanya perlindungan konsumen, akurat, cepat, adanya pelayanan

khusus, efektif, tenologi yang digunakan lebih modern, produk diakui secar

internasional, transparansi dan jaminan terhadap nasabah, aturan yang jelas,

variasi non tunai, fisik kartu harus kokoh, peningkatan ketermapilan operator,

dan inovatif.

3 . Penurunan biaya

Biaya yang diharapkan responden ke depan lebih murah dengan bunga yang

tinggi. Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran

non tunai secara luas, maka pihak penerbit harus mengenakan biaya minimum

yang tidak memberatkan para pengguna.

4 . Peningkatan keamanan

Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran non

tunai secara luas, maka pihak penerbit harus meningkatkan sistem keamanannya

lebih baik. Dalam hal ini, sistem non tunai diharapkan tidak terjadi kejahatan

yang merugikan pengguna

5 . Sosialisasi dan dukungan infrastruktur

Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran non

tunai secara luas, maka harus dilakukan sosialisasi yang intensif terhadap

masyarakat. Sosialisasi ini memberikan informasi yang komprehensif tentang

sistem pembayaran non tunai di Indonesia. Sosialisasi sangat penting dilakuakn

karena saat ini sebagian masyrakat masih belum memahami pembayaran non

tunai dengan baik sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Selain itu,

dukungan infrastruktur yang memadai akan memperlancar sistem pembayaran

non tunai.

Page 73: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

52

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

6 . Lain-lain

Harapan lainnya yang dikemukakan oleh responden adalah :

n Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pembangunan sistem

pembayaran non tunai

n Tidak menjadikan masyarakat lebih boros/konsumtif sehingga perlu ada

pendidikan dan sosialisasi bahwa sistem pembayaran non tunai bukan untuk

menjadikan budaya lebih konsumtif.

n Lebih banyak yang berbasis syariah

n Sistem pembayaran non tunai segera diimplementasikan.

Box. Studi Kasus Kota Manado

Dalam studi kasus yang diulas lebih mendalam diambil kasus daerah Manado,

dengan alasan terdapat fenomena spesifik masyarakat Manado dalam menggunakan

instrumen non tunai, terutama kartu kredit. Hal spesifik antara lain berkaitan dengan

alasan penggunaan kartu pembayaran non tunai, yang cenderung didasarkan pada

alasan emosional, yaitu karena menyukai penggunaan kartu kredit. Alasan dibalik

menyukai adalah adanya persepsi penggunaan kartu kredit merupakan gaya hidup

modern dan dipandang lebih bonafid. Hal ini berbeda dengan daerah-daerah lain,

dimana alasan utama adalah faktor ekonomi dan kebutuhan dukungan transaksi dengan

instrumen non tunai. Kedua fenomena yang berbeda ini membawa konsekuensi pada

perilaku pasar yang berbeda.

Manado terletak pulau Sulawesi Utara pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT

dan 1°30'-1°40' LU. Motto kota ini adalah Si Tou Timou Tumou Tou, yaitu sebuah filsafat

hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi. Arti dari motto

tersebut adalah : “Manusia hidup untuk memajukan orang lain.” Kata Manado sendiri

berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa

Indonesia berarti “di jauh”.

Penduduk di kota Manado terdiri dari berbagai latar belakang etnik maupun

agama. Mayoritas penduduk berasal dari suku Minahasa dan mayoritas penduduk adalah

agama Kristen. Kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan

dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai karakteristik responden,

persepsi, preferensi dan perilaku masyarakan dalam menggunakan instrumen non

tunai.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan utama,

penghasilan rata-rata per bulan, saving rata-rata per bulan dan pengeluaran

rumah tangga per bulan. Responden yang diambil dari kota Manado sebanyak

42 orang. Gambar 1 menyajikan karakteristik responden bedasarkan jenis

kelamin.

Page 74: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

53

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin, responden sebanyak 57 persen adalah berjenis kelamin

perempuan, sedangkan sisanya adalah berjenis kelamin laki-laki (43%).

Karakteristik kedua yang dilihat adalah usia respoden. Responden yang berusia

lebih dari 45 tahun sebesar 50 persen, berusia 30 - 45 tahun sebanyak 36 persen

sedangkan sisanya berusia kurang dari 30 tahun (14%). Gambar 2 berikut

menggambarkan distribusi responden berdasarkan pengelompokkan usia.

Gambar 2. Distribusi Usia Respoden

Usia yang berumur lebih dari 45 tahun menunjukkan persentase yang cukup besar

(50%) dibandingkan dengan usia lainnya Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden memiliki tingkat perekonomian yang sudah mapan sehingga banyak

menggunakan produk perbankan.

Responden yang berlatar belakang pendidikan S1 menunjukkan persentase pal-

ing besar dibandingkan responden lainnya yaitu 40 persen. Selanjutnya responden

yang berlatar belakang pendidikan SMA sebesar 39persen menunjukkan kondisi

yang cukup signifikan dalam perkembangan instrumen non tunai di Manado.

Responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sudah menjadi nasabah bank

dan memiliki instrument non tunai yang dibiayai oleh orang tuanya. Sedangkan

responden yang berlatar belakang pendidikan S2/3 hanya 18 persen. Gambar 3.

menunjukkan latar belakang pendidikan respoden

Gambar 3. Latar Belakang Pendidikan

Page 75: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

54

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 41 persen

responden adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bekerja di BUMN. Hal ini tidak

jauh berbeda dengan persentase responden yang bekerja di swasta yaitu sebesar

38 persen. Persentase kelompok responden sebesar 17 persen adalah bekerja di

perusahaan jasa, perdagangan, pertanian, dan buruh/pekerja. Sedangkan

responden yang sudah pensiun sebesar 5 persen. Responden yang bekerja sebagai

PNS atau bekerja di BUMN dan pegawai swasta merupakan pekerjaan yang

mendominasi di Manado. Hal ini menunjukkan bahwa PNS dan pegawai swasta

merupakan pasar potensial untuk mengembangkan instrumen non tunai di masa

depan. Gambar 4. menyajikan gambaran persentase pekerjaan responden di

Manado.

Gambar 4. Pekerjaan Responden

Penghasilan rata-rata per bulan dari responden menunjukkan bahwa persentase

terbesar pada kisaran Rp 1 – 2 juta. Penghasilan rata-rata per bulan sebesar Rp 2

– 3 juta sebanyak 26 persen responden. Gambar 5. berikut menunjukkan

gambaran kelompok penghasilan rata-rata responden per bulan.

Gambar 5. Penghasilan Rata-Rata per Bulan

Karakteristik lain yang diidentifikasi adalah saving rata-rata yang dilakukan

responden setiap bulannya. Hasil survey menunjukkan bahwa responden sebagian

besar (65%) menabung setiap bulannya sebesar kurang dari satu juta rupiah.

Namun demikian, 31 persen responden menabung rata-rata Rp 1 – 2 juta setiap

Page 76: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

55

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

bulannya. Responden yang menabung sebanyak Rp 2 – 3 juta dan Rp 5 – 10 juta

setiap bulannya hanya dua persen. Alasan menabung yang dikemukakan oleh

responden menyebutkan untuk jaga-jaga di kemudian hari. Gambar 6. menyajikan

gambaran saving responden rata-rata setiap bulannya.

Gambar 6. Saving Rata-rata per Bulan

2 . Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan

Instrumen Non Tunai

Gambaran identifikasi persepsi, preferensi dan perilaku diawali dengan

mengetahui distribusi responden berdasarkan status nasabah. Hasil survey

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (90%) adalah nasabah bank dan

sisanya (10%) tidak menjadi nasabah bank. Responden yang menjadi nasabah

hanya di satu bank sebesar 32 persen dan di tiga bank sebesar 18 persen. Hampir

sebagian besar responden (50%) menjadi nasabah pada dua perbankan. Gambar

7 menunjukkan persentase jumlah responden yang menjadi nasabah bank.

Gambar 7. Distribusi responden menurut jumlah bank sebagai nasabah

Hal lainnya yang diidentifikasi adalah jenis produk perbankan yang dimanfaatkan

oleh responden. Gambar 8. menunjukkan pemanfaatan produk perbankan oleh

responden di Manado.

Page 77: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

56

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 8. Pemanfaatan Produk Perbankan

Berdasarkan gambar tersebut, diperoleh gambaran bahwa tabungan merupakan

produk perbankan yang banyak dimanfaatkan oleh 90,5 persen responden.

Tabungan merupakan produk utama yang banyak diterbitkan oleh perbankan

dengan berbagai diversifikasi. Saat ini banyak produk tabungan yang ditawarkan

kepada konsumen dengan persyaratan dan prosedur yang mudah. Selain itu pihak

perbankan menawarkan sejumlah hadiah yang menarik sehingga dapat menarik

konsumen untuk menyimpan uang dalam bentuk tabungan. Hal lainnya yang

ditawarkan perbankan apabila konsumen memilih produk tabungan adalah

jaringan ATM yang tersebar di seluruh wilayah. Persentase Produk lainnya yang

cukup banyak digunakan oleh 31 persen responden adalah kredit. Saat ini

perbankan banyak menawarkan kredit untuk memudahkan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kredit rumah, mobil, dan sebagainya.

Produk perbankan berupa deposito dan giro tidak banyak diminati oleh responden.

Persentase responden yang memanfaatkan deposito sebesar 23,8 persen

sedangkan giro hanya dimanfaatkan oleh 4,8 persen responden.

Para responden yang berada di Manado sebagian besar yaitu 83 persen pernah

melakukan transaski non tunai, seperti melakukan transfer, pemanfaatan jaringan

ATM atau membeli barang. Masyarakat Manado lebih terbuka dan cenderung

mengikuti trend dibandingkan dengan masyarakat lainnya di Sulawesi. Hal ini

menyebabkan berbagai diversifikasi produk yang pertama kali diperkenalkan oleh

perbankan langsung diminati oleh masyarakat Manado dan sekitarnya.

Persepsi dilihat adalah mengetahui instrumen non tunai yang paling dikenal

responden, instrumen yang diketahui setelah dituntun oleh pewawancara dan

instrumen non tunai yang diketahui kemudian. Berdasarkan hasil survey

menunjukkan bahwa instrumen non tunai yang pertama kali terbersit dalam

pikiran responden (top of mind) adalah kartu ATM. Responden yang menyatakan

bahwa kartu ATM adalah instrumen non tunai yang paling dikenal sebesar 52,4

persen. Kartu ATM merupakan instrumen pelengkap dari tabungan yang memiliki

fungsi beragam seperti pengambilan uang, transfer, pembayaran pulsa, dan

tagihan rutin. Kartu kredit merupakan instrumen non tunai yang terpikir pertama

Page 78: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

57

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

kali oleh 42,9 persen responden. Selain itu, cek merupakan instrumen non tunai

yang langsung disebutkan pertama kalli oleh 4,8 persen responden. Gambar 9

berikut menyajikan gambaran instrumen non tunai yang paling dikenal oleh

responden selama ini.

Gambar 9. Instrumen Non Tunai yang Paling Dikenal

Selanjutnya, repsonden mengetahui instrumen non tunai setelah top of mind

dan adanya tuntunan dari pewawancara adalah kartu debet dan kartu belanja.

Kartu debet merupakan kartu yang diperkenalkan oleh perbankan setelah kartu

kredit. Selain itu, instrumen non tunai lainnya yang diketahui oleh responden

setelah dituntun adalah kartu belanja. Kartu tersebut banyak diterbitkan oleh

supermarket atau swalayan yang berada di Manado dengan berbagai penawaran

menarik seperti potongan harga untuk produk-produk tertentu dan sistem point.

Gambar 10 menunjukkan instrumen non tunai kedua yang dikenal responden

setelah dituntun. Selanjutnya responden mengetahui instrumen non tunai kedua

setelah dituntun adalah transfer bank (Gambar 11.)

Gambar 10. Instrumen non tunai yang dikenal responden setelah dituntun

Page 79: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

58

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 11. Instrumen non tunai yang diketahui setelah dituntun (kedua)

Identifikasi lainnya yang terkait dengan persepsi adalah sumber informasi tentang

instrumen pembayaran non tunai menurut responden di Manado. Gambar 12

berikut menyajikan sumber informasi instrumen pembayaran non tunai yang

mempengaruhi responden dalam menggunakan instrumen tersebut.

Gambar 12. Sumber informasi instrumen pembayaran non tunai

Berdasarkan Gambar 12, hampir sebagian besar responden (88,1%) memperoleh

informasi tentang instrumen non tunai dari teman, keluarga atau saudara. Bentuk

komunikasi yang terjadi antara perbankan dengan konsumen bersifat tidak

langsung dan informal. Kepuasan pelayanan dan dalam menggunakan instrumen

noin tunai diceritaka kepada orang lain melalui pengalaman yang dirasakan. Selain

itu peranan Televisi, koran dan majalah cukup signifikan dalam menginformasikan

instrumen non tunai misalnya melalui iklan di media elektronik (TV) maupun

media massa (koran dan majelah) yang banyak dilakukan oleh pihak perbankan.

Responden sebanyak 90 persen di Manado menyatakan bersedia untuk

menggunakan instrumen non tunai yang bersifat prabayar. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa responden menginginkan adanya pengurangan uang

tunai yang dirasakan terdapat beberapa kelemahan. Alasan responden yang

Page 80: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

59

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

bersedia menggunakan instrumen non tunai antara lain untuk mengurangi

pengeluaran karena pemakaian lebih terkontrol, dapat membantu dan

mempermudah kelancaran dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, supaya tidak

terbiasa dengan utang, praktis, dan aman. Sedangkan responden yang tidak

bersedia menggunakan instrumen non tunai mengemukakan alasan antara lain

Terlalu banyak biaya pengeluaran keluarga dan adanya anggapan yang sulit untuk

kalangan menengah ke bawah karena harus ada uang yang cukup untuk membeli

kartu tersebut

Berdasarkan hasl survey, 89 persen menginginkan instrumen non tunai yang

bersifat multifungsi dan sisanya (11%) menginginkan kartu yang berfungsi

tunggal. Gambar 13 berikut menunjukkan persentase kegunaan instrumen non

tunai yang diinginkan oleh responden.

Gambar 13. Kegunaan Instrumen No Tunai yang Diinginkan

Alasan yang dikemukakan oleh responden yang menginginkan kartu bersifat

multifungsi antara lain lebih mudah untuk dibawa (praktis), dapat digunakan

untuk keperluan apa pun tanpa membawa kartu yang lebih banyak, efisien dan

mudah dikontrol. Sedangkan responden yang menginginkan kartu berfungsi

tunggal menyatakan supaya dapat mengetahui dengan jelas pembayaran apa

yang dilakukan. Gambar 14 menunjukkan jenis transaksi non tunai yang diinginkan

oleh responden

Gambar 14. Jenis Transaksi Non Tunai yang Diinginkan

Page 81: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

60

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Sebagian besar responden menginginkan kartu prabayar yang bersifat multifungsi

untuk pembayaran di super market, rumah sakit dan apotik, pom bensin dan bus

umum. Selain itu diharapkan kartu tersebut dapat digunakan untuk pembayaran

di jalan tol dan kereta api.

Motivasi responden yang memilih transaksi non tunai adalah karena faktor

keamanan (45,2%) dan kemudahan (28,6%). Instrumen non tunai dirasakan

lebih aman oleh responden. Dalam hal ini , apabila membawa uang banyak

tidak ada perasaan was-was yang ber lebihan. Selain i tu responden

merasakan tidak memerlukan tempat yang banyak untuk menyimpan uang.

Gambar 15 menunjukkan motivas i responden dalam menggunakan

instrumen non tunai

Gambar 15. Motivasi Responden dalam Menggunakan Instrumen Non Tunai

Pengalaman buruk selama menggunakan instrumen non tunai dialami oleh

responden sebanyak 46 persen, sedangkan sisanya 54 persen tidak pernah

mengalami perngalaman buruk selama menggunakan instrumen tersebut.

Pengalaman buruk yang dirasakan oleh responden selama ini adalah seringkali

kartu atau mesin transaksi mengalami kerusakan jaringan, saldo ATM tidak cocok

dengan saldo buku, cek kosong, terdebt lebih dari satu kali dan kesalahan

mentransfer.

Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan dan mutu yang

diperlihatkan oleh jasa tersebut serta kesesuaian antara harapan dengan keinginan

pelanggan. Penilaian terbanyak terhadap pembayaran non tunai yang

menunjukkan kondisi sangat baik (skor 5) saat ini adalah kenyamanan. Selanjutnya

respoden mneyatakan bahwa keamanan, akurasi transaksi dan kemudahan

menunjukkan kondisi yang bagus. Aspek lainnya yang dinilai cukup oleh

responden adalah kecepatan transaksi, biaya transaksi dan efisiensi. Sedangkan

layanan khusus dari instrumen non tunai dinilai masih kurang oleh responden.

Gambar 16 berikut menyajikan penilaian terbanyak terhadap pembayaran non

tunai (skor 1-5)

Page 82: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

61

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Gambar 16 . Penilaian Terbanyak terhadap Pembayaran Non Tunai (Skor 1-5)

Harapan responden terhadap instrumen non tunai dinilai dari aspek keamanan,

akurasi transaksi, kecepatan transaksi, kemudahan, biaya transaksi, kenyamanan,

efisiensi, dan layanan khusus. Frekuensi responden yang memberikan nilai paling tinggi

(skor 5) berdasarkan harapan yang diinginkan dari aspek-aspek tersebut disajikan pada

Gambar 17.

Gambar 17. Frekuensi responden yang memberikan nilai paling tinggi

Berdasarkan Gambar 17, responden sebanyak 23,8 persen menyatakan bahwa

aspek kemanan merupakan aspek yang dinilai penting dalam sistem pembayaran non

tunai. Selain itu, urutan kedua yang dinilai penting oleh responden dalam instrumen

non tunai adalah kemudahan (19,4%). Aspek kecepatan transaksi dan kenyamanan

dinilai oleh 11,9 persen responden juga penting dalam instrumen non tunai. Responden

sebesar 12,5 persen menyatakan bahwa akurasi dan biaya transaksi juga dinilai penting.

Sedangkan efisiensi dan layanan khusus merupakan aspek yang menurut 4,8 persen

responden tidak terlalu dipertimbangkan.

Harapan lainnya yang diinginkan oleh responden berdasarkan hasil survey adalah :

- Biaya administrasi dihilangkan dengan bunga yang lebih rendah

- Lebih teliti dalam hal perhitungan transaksi misalnya kejelasan penggunaan

Page 83: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

62

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

dari beberapa hal yang ditawarkan oleh instrumen non tunai.

- Meningkatkan keamanan

- Adanya sosialisasi yang lebih luas

- Dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat

- Berlaku di semua tempat terutama yang bersifat pelayanan publik

- Pelayanan yang lebih baik dan mudah

- Jaringan mesin lebih diperbanyakKeakuratan dalam bertransaksi

- Infrastruktur di daerah yang harus dipersiapkan dengan baik

Page 84: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

6363636363

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Bab VBab VBab VBab VBab VDunia UsahaDunia UsahaDunia UsahaDunia UsahaDunia Usaha

5.1. Karakteristik Responden

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut terhadap persepsi dan perilaku dari dunia

usaha terhadap instrumen non tunai, ada baiknya kita analisis terlebih dahulu

karakteristik responden yang menjadi objek observasi kita dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini, fokus observasi adalah responden yang mempunyai tanggung jawab

dalam pengambilan keputusan perusahaan. Mereka dapat dibagi dalam empat kategori,

yaitu: pemilik, direktur, manajer, dan pengambil keputusan lainnya. Sebagaimana

dijelaskan dalam Gambar 5.1, dari 318 perusahaan yang diobservasi, 140 responden

atau 43% adalah pemilik perusahaan itu sendiri, 91 (29%) sebagai manajer, 18 (6%)

bertindak sebagai direktur, sedangkan siasnya yaitu: 69 (22%) adalah pengambil

keputusan lainnya.

Lebih lanjut, dari seluruh observasi diketahui bahwa 74% atau 235 responden

adalah perusahaan yang berbadan hukum sedangkan 26% atau 83 responden

merupakan usaha yang tidak berbadan hukum (Gambar 5.2). Di lain pihak, jenis usaha

yang paling banyak menjadi observasi adalah toko non swalayan (73 usaha atau 23%)

disusul oleh toko swalayan (52 usaha atau 16%) dan yang paling sedikit adalah jenis

Page 85: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

6464646464

usaha transportasi (17 usaha atau 5%). Secara lengkap komposisi jenis usaha yang

diobservasi dapat dijelaskan dalam Gambar 5.3.

Dari hasil observasi, diketahui bahwa sebagian besar omset yang diterima oleh

perusahaan yang diobservasi adalah dalam bentuk tunai. Dalam sebulan, sekitar 82%

dari total omset seluruh usaha adalah tunai, sedangkan sisanya 18% dalam bentuk

non tunai (Gambar 5.4). Hal ini mengindikasikan bahwa penerimaan dunia usaha

terhadap instrumen non tunai cukup besar.

Komposisi omset non tunai dua terbesar dari bidang usaha adalah asuransi/

keuangan (35%) dan biro jasa (22%) sedangkan yang dua terkecil terdapat pada bidang

usaha transportasi (4%) dan pom bensin (10%). Di lain pihak, dari bidang usaha toko

swalayan diperoleh komposisi omset dalam non tunai hanya 15% dan toko non swalayan

sebesar 20%.

Page 86: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

6565656565

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Jika dianalisis lebih lanjut, diketahui bahwa 238 (75%) dari total responden

mengaku tidak bermasalah dengan pengelolaan uang tunai, sementara 80 (25%)

mengaku mempunyai masalah (Gambar 5.5). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa

sebenarnya masalah cash handling dianggap belum terlalu urgent oleh dunia usaha.

Jenis usaha yang mempunyai masalah cash handling sebagaimana dijelaskan dalam

Tabel 5.2, terdapat pada jenis usaha toko swalayan (18 responden) dan toko non

swalayan (16 responden). Di lain pihak, jenis usaha dengan masalah cash handling

terkecil adalah restoran/rumah makan ( 1 responden).

Jika dianalisis lebih lanjut, dari 80 responden yang menyatakan ada masalah dalam

cash handling, sekitar 36 responden menyatakan ditemukannya masalah uang palsu

sebagai alasan pertama ataupun alasan berikutnya. Responden dalam hal ini bisa

menjawab lebih dari satu alasan. Masalah kesalahan hitung disebut oleh 21 responden,

masalah lama menghitung (11 responden), kurang/tidak aman dan merepotkan

(masing-masing disebut oleh 8 responden) serta lainnya menyatakan masalah

penyediaan stok uang tunai dan kembalian (Gambar 5.6).

Page 87: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

6666666666

Keberadaan masalah cash handling mengindikasikan dibutuhkannya biaya khusus

untuk mengurusi uang tunai ini. Beberapa jenis biaya yang timbul dari masalah ini

adalah biaya upah (sumber daya manusia/SDM), operasional, asuransi, keamanan, dan

lain-lain. Tabel 5.3 dapat menjelaskan seberapa besar rata-rata biaya yang dibutuhkan

dalam mengurusi uang tunai pada jenis usaha yang diobservasi. Biaya cash handling

total rata-rata seluruh responden berdasarkan jenis usaha yang terbesar terdapat pada

jenis usaha pom bensin dan transportasi yang masing-masing Rp. 199 juta dan Rp. 117

juta per bulan. Namun demikian, jika dianalisis proporsinya terhadap omset rata-rata

per bulan maka proporsi biaya cash handling tertinggi terdapat pada jenis usaha

transportasi (21,61%) dan rumah sakit/ apotik (17,44%). Biaya cash handling pada

sebagian besar perusahaan tidak terpisah sendiri tapi bergabung dengan biaya

operasional lainnya seperti pembayaran gaji satpam dihitung sebagai gaji bulanan.

Umumnya, biaya cash handling di perusahaan tidak terlalu besar hanya sekitar 0,5 – 1

persen dari omset penjualan per bulan. Biaya cash handling tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan biaya merchant discount rate (MDR) yang harus dibayarkan oleh

perusahaan setiap bulannya yang menjadi merchant dari salah satu bank. Nilai MDR

umumnya berkisar antara 1,5 – 3 persen per bulan. Hal tersebut memberikan implikasi

bahwa apabila BI akan mengembangkan pembayaran non tunai di masa depan, maka

yang dipertimbangkan untuk sosialisasi bukan berdasarkan cash handling. Hal yang

menjadi fokus perhatian dalam sosialisasi adalah minat konsumen terhadap pembayaran

non tunai tinggi. Tabel 5.3. menyajikan proporsi biaya cash handling berdasarkan jenis

usaha.

Page 88: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

6767676767

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

5.2. Persepsi dan Perilaku Terhadap Instrumen Non Tunai

Salah satu yang menarik dari hasil observasi kita dalam penelitian ini adalah

penerimaan dunia usaha secara keseluruhan terhadap intrumen non tunai dan tunai

sangat berimbang. Hasil penelitian yang ditujukan kepada para pengusaha

menunjukkan bahwa sebanyak 49,7% (158 responden) menerima pembayaran non

tunai dan sisanya (50,3%) atau 160 responden tidak menerima pembayaran non tunai.

Dari 158 responden yang menerima pembayaran non tunai, dalam Tabel 5.4 dapat

dijelaskan bahwa 64 responden diantaranya berasal dari jenis usaha toko swalayan

dan non swalayan yang masing-masing 32 responden. Namun demikian, penolakan

terbanyak juga berasal dari toko non swalayan (41 responden).

Page 89: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

6868686868

Para pengusaha menyatakan beberapa alasan untuk tidak menerima

pembayaran non tunai. Sebesar 47% (76 dari 160 responden) menyatakan belum perlu

melakukan transaksi non tunai, 16% menyatakan lainnya seperti belum ada infrastruktur

yang memadai, 8% responden belum tahu prosedurnya, alasan khawatir merepotkan

dinyatakan oleh 6% responden. Lebih lanjut, 4% menyatakan alasan biaya operasional

yang tinggi sisanya menyatakan bahwa non tunai kurang aman dan tidak efisien dengan

persentase masing-masing 3%, serta sisanya 6% dengan alasan lainnya. Gambar 5.7.

berikut menyajikan persentase dari alasan yang dikemukakan oleh responden terhadap

instrumen non tunai.

Selama ini, perbankan nasional masih menjadi mitra dunia usaha yang paling

dominan dalam mendukung penggunaan intrumen non tunai. Tingginya penerimaan

dunia usaha terhadap instrumen pembayaran non tunai saat ini juga didukung oleh

sedikitnya pengalaman buruk yang dialami oleh pengusaha dalam memanfaatkan

instrumen non tunai. Berdasarkan hasil penelitian, responden pengusaha sebanyak

80% dari 158 responden atau 94 responden yang menerima pembayaran non tunai

menyatakan tidak pernah mengalami pengalaman buruk dalam melakukan transaksi

dengan instrumen non tunai dan sisanya (20%) atau 64 responden pernah mengalami

pengalaman buruk (Gambar 5.8).

Page 90: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

6969696969

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Pengalaman buruk yang dialami oleh responden antara lain salah satu atau

beberapa hal berikut:

• dana terbatas, cek/BG kosong (disebut oleh 20 responden),

• keterlambatan approval/lama transaksi (disebut oleh 19 responden),

• kerusakan jaringan (disebut oleh 15 responden),

• transaksi tidak akurat (disebut oleh 9 responden),

• pemalsuan/pembobolan/penipuan (disebut oleh 6 responden)

• pelayanan buruk/merepotkan, salah transfer, ada biaya tambahan.

Dalam rangka untuk lebih mengefisienkan instrumen pembayaran non tunai,

muncul suatu ide untuk menggunakan instrumen non tunai berbasis kartu yang sifatnya

prabayar dan mulifungsi. Ketika hal ini ditanyakan kepada seluruh responden

pengusaha, sebanyak 73% atau 231 responden menyatakan bersedia untuk menerima

instrumen pembayaran non tunai ini sebagkan 27% atau 87 responden menyatakan

tidak bersedia. Sebagian besar pengusaha menilai sistem dengan instrumen ini mungkin

akan lebih efisien dan memudahkan konsumen serta proses bisnis yang mereka lakukan.

Selain itu juga, instrumen non tunai dapat mengurangi biaya cash handling.

Di lain pihak, responden pengusaha yang tidak bersedia menerima sistem tersebut

disebabkan oleh beberapa macam alasan, antara lain adalah: merasa belum perlu

(disebut oleh 33 responden), merasa pasar belum potensial (disebut oleh 16 responden),

merepotkan (disebut oleh 14 responden).

Meskipun tingkat penerimaan terhadap instrumen prabayar tersebut tinggi,

namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pembebanan biaya (charge) terhadap

instrumen non tunai seperti ini tidak disetujui oleh 52% (165 responden). Di lain pihak

31% (98 responden) menyatakan setuju dan sisanya 17% (55 responden) tidak

menyatakan pendapat (Gambar 5.9).

Page 91: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

7070707070

Selanjutnya, responden yang setuju dengan adanya biaya pembebanan (charge)

dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu reponden yang menyatakan setuju dengan

fixed cost dan persentase dari nilai transaksi. Respoden sebanyak 40% atau 58

menyatakan setuju jika pembebanan berdasarkan nilai fixed cost dan sisanya (60%)

atau 58 responden menginginkan berdasarkan persentase dari nilai transaksi yang

dilakukan.

Bila dikaji lebih lanjut, responden pada umumnya menginginkan fee untuk

instrumen non tunai adalah 1% dan 2% (Gambar 5.11). Jumlah responden yang

menghendaki fee sebesar 1% adalah 44 sedangkan yang menginkan feenya sebesar

2% ada 21 responden (Gambar 5.11).

Page 92: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7171717171

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Pengadaaan barang dan jasa dalam perusahaan dibayar dalam bentuk tunai,

non tunai dan gabungan keduanya. Berdasarkan hasil penelitian, responden sebanyak

43% membayar pengadaan tersebut dengan tunai dan 22% dibayar non tunai melalui

cek atau transfer ke pihak pemasok barang. Pembayaran gabungan sebagian besar

dilakukan oleh responden (35%). Dalam hal ini, biasanya pembayaran non tunai

dilakukan apabila harganya tinggi dan jumlahnya banyak, sedangkan pembayaran tunai

dilakukan apabila harganya rendah dan jumlahnya sedikit. Persentase intrumen

pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam menyediakan produknya baik

barang maupun jasa disajikan pada Gambar 5.12.

5.3. Preferensi Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai

Setelah melakukan analisis terhadap persepsi dan perilaku, sub bab berikut akan

menganalisis preferensi pengusaha terhadap instrumen non tunai yang ada saat ini.

Dalam analisis ini, responden diberi kesempatan untuk mengurutkan beberapa

instrumen yang ada berdasarkan keamanan transaksi, kemudahan mencairkan,

kemudahan operasional, ketepatan nilai transaksi, biaya operasional, volume transaksi

dan paling disukai. Hasil analisis menunjukkan bahwa kartu debet merupakan instrumen

non tunai yang paling disukai dan menduduki peringkat pertama dalam ketujuh hal

tersebut sementara kartu kredit menduduki peringkat kedua berdasarkan ketujuh

kriteria tersebut.

Page 93: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

7272727272

Instrumen non tunai yang dipilih pada urutan pertama oleh responden pengusaha

karena keamanan transaksinya adalah kartu debet. Urutan kedua yang dipilih adalah

kartu kredit, dan urutan ketiga adalah transfer bank. Urutan pilihan keempat dalam

menggunakan instrumen non tunai adalah cek, kemudian bilyet giro, urutan keenam

adalah kartu belanja. Urutan terakhir yang dipilih responden berdasarkan keamanan

transaksi adalah transaksi melalui internet. Hal ini disebabkan karena transaksi melalui

internet dirasakan belum aman dan sering terjadi penipuan yang sampai saat ini belum

ada perangkat hukum yang mengaturnya. Tabel 5.6. menyajikan secara rinci urutan

pilihan responden terhadap instrumen non tunai berdasarkan keamanan transaksi.

Hal lain yang dinilai oleh responden adalah kemudahan mencairkan. Sebagaimana

dijelaskan dalam Tabel 5.7. yang menyajikan urutan instrumen non tunai yang dipilih

berdasarkan kemudahan mencairkan, urutan pertama menurut responden berdasakan

aspek ini adalah kartu debet dan kemudian kartu kredit. Selanjutnya, urutan ketiga

menurut responden adalah transfer bank yang disusul oleh penggunaan cek. Sementara

itu, bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui internet menempati urutan pilihan

kelima, keenam dan ketujuh berdasarkan kemudahan mencairka menurut responden.

Aspek berikutnya adalah kemudahan operasional. Aspek ini juga menempatkan

pilihan responden terhadap kartu debet pada urutan pertaman yang kemudian diikuti

oleh kartu kredit. Urutan ketiga berdasarkan kemudahan operasional adalah transfer

bank dan keempat adalah cek. Urutan kelima, keenam dan ketujuh masih sama seperti

bahasan sebelumnya yaitu ditempati oleh bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui

internet. Tabel 5.8 berikut menyajikan urutan berdasarkan kemudahan operasional

menurut responden terhadap instrumen non tunai yang ada.

Page 94: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7373737373

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Ketepatan nilai transaksi merupakan aspek penting yang harus diketahui dalam

menggunakan instrumen non tunai. Menurut responden, urutan pertama instrumen

non tunai adalah kartu debet. Instrumen berikunya yang menjadi pilihan responden

adalah kartu kredit, yang kemudian diikuti oleh transfer bank. Cek menurut responden

berada pada urutan keempat ketepatan nilai transaksinya, kemudian bilyet giro pada

urutan kelima. Urutan keenam dan ketujuh ditempati oleh kartu belanja dan tansaksi

melalui internet. Tabel 5.9 berikut menyajikan urutan berdasarkan ketepatan nlai

transaksi instrumen non tunai.

Lebih lanjut, urutan pertama intrumen non tunai berdasarkan biaya operasional

adalah kartu debet dan urutan keduanya juga ditempati kartu kredit. Pada aspek biaya

operasional, cek menempati urutan ketiga yang kemudian disusul transfer bank pada

urutan keempat. Seperti pada aspek yang dinilai sebelumnya, bilyet giro, kartu belanja

dan transaksi melalui internet menempati urutan kelima, keenam dan terakhir. Tabel

5.10. berikut menyajikan urutan berdasarkan biaya operasional.

Penggunaan kartu debet merupakan penggunaan instrumen non tunai yang

menempati urutan pertama berdasarkan aspek volume transaksi menurut responden.

Urutan kedua adalah kartu kredit dan urutan ketiga adalah cek. Urutan keempat

berdasarkan volume transaksi adalah transfer bank. Urutan kelima, keenam dan

terakhir berdasarkan biaya aspek operasional ini adalah bilyet giro, kartu belanja

dan transaksi melalui internet. Tabel 5.11. berikut menyajikan urutan berdasarkan

volume transaksi.

Page 95: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

7474747474

Berdasarkan aspek-aspek di atas, maka instrumen non tunai yang paling disukai

oleh responden adalah kartu debet. Selanjutnya, urutan kedua menurut responden

adalah kartu kredit yang kemudian diikuti transfer bank pada urutan ketiga. Cek

akhirnya menjadi instrumen non tunai yang menempati urutan keempat yang paling

disukai responden. Kemudian pada urutan kelima, keenam dan ketujuh masih ditempati

oleh instrumen non tunai berupa bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui internet.

Tabel 5.12 berikut menyajikan urutan berdasarkan instrumen yan paling disukai.

Jika preferensi pengusaha dirangkum seluruhnya berdasarkan kriteria-kriteria

sebagaimana yang dijelaskan dalam Tabel 5.6 sampai 5.12 maka dapat diringkas urutan

preferensi pengusaha terhadap penggunaan instrumen pembayaran non tunai yang

ada saat ini. Dari Tabel 5.13 diperoleh kesimpulan bahwa, penggunaan kartu debit

merupakan pilihan utama dari para responden.

Page 96: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7575757575

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

5.4. Harapan Ke Depan

Di masa yang akan datang, para pengusaha berharap agar sistem pembayaran

non tunai ini lebih berkembang. Secara spesifik beberapa harapan-harapan dari para

responden pengusaha terhadap instrumen pembayaran non tunai di masa yang akan

datang dapat dijelaskan pada Gambar 5.13 sedangkan rencana ke depan dari para

pengusaha dapat dirangkum dalam Gambar 5.14.

Dari Gambar 5.13 dapat dijelaskan bahwa harapan terbesar dari responden adalah

sistem pembayaran non tunai yang lebih mudah/praktis (disebut 81 responden)

sedangkan terkecil dari harapan lima terbesar adalah lebih luas jaringannya (disebut

25 responden). Selanjutnya, ketika ditanyakan ada tidaknya rencana pengembangan

non tunai dari setiap responden, maka 158 responden menyatakan ada rencana, 42

menyebutkan ada tapi mengukuti perkembangan sistem yang ada, dan 96 menyatakan

tidak/belum ada rencana.

Page 97: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

7676767676

Page 98: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7777777777

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Bab VIPerbankan

Informasi dari perbankan —yang pada umumnya merupakan lembaga penyedia

fasilitas/penerbit instrumen pembayaran non tunai— diperlukan dalam rangkaian

persiapan penyusunan grand design pengembangan instrumen pembayaran non tunai

di Indonesia. Bab berikut menyajikan informasi yang disarikan dari pengumpulan data

primer melalui kuesioner. Pembahasan bab ini terbagi menjadi dua yaitu: (1)

pembahasan setiap tipe produk pembayaran non tunai baik kartu ATM dan kartu de-

bet, kartu kredit maupun kartu prabayar, serta (2) pembahasan instrumen pembayaran

non tunai secara umum.

6.1. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai Saat Ini

Dalam studi ini bank yang menjadi responden berjumlah 113. Simpanan pihak

ketiga yang umumnya diterima bank berupa giro (diterima oleh seluruh bank

responden), tabungan (91.15% bank) dan deposito (99.12%). Sebagian bank (4.42%)

juga menerima produk simpanan lainnya seperti Flexible Deposit, NCD, Obligasi, Pre-

mium Statement, dan Sertifikat Deposito.

Untuk melaksanakan aktivitas transaksinya, bank memberikan kemudahan berupa

fasilitas pembayaran non tunai yang dapat digunakan untuk setiap jenis simpanan

yang berbeda seperti yang digambarkan pada Tabel 6.1. Untuk setiap jenis simpanan,

intrumen pembayaran yang disediakan perbankan umumnya lebih dari satu jenis. Tabel

6.1 juga menunjukkan bahwa giro dan tabungan memiliki fleksibilitas dalam

pemanfaatan instrumen pembayaran non tunai dibandingkan dengan deposito yang

memiliki karakteristik adanya jangka waktu tertentu baik dalam penyimpanan dan

penarikan.

Tabel 6.1. juga menunjukkan hingga saat ini terdapat 67 bank yang menerbitkan

kartu ATM (automated teller machine) bagi nasabah pemilik tabungan dan 31 bank

memberikan fasilitas kartu debet untuk jenis simpanan yang sama. Tidak semua bank

penyedia kartu ATM/Debit bagi nasabah tabungan menyediakan fasilitas yang sama

bagi nasabah simpanan giro. Bank yang menyediakan kartu ATM bagi nasabah giro

sebanyak 43 dengan 22 bank untuk kartu debet.

Page 99: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7878787878

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Kartu ATM dan Kartu Debet

Kartu ATM dan kartu Debet dapat digunakan oleh nasabah untuk penarikan uang

tunai baik melalui mesin ATM ataupun merchant-merchant yang menyediakan fasilitas

tersebut. Sebagai instrumen pembayaran non tunai, kartu ATM dan kartu Debet dapat

digunakan oleh nasabah untuk berbagai transaksi seperti dalam pembayaran tagihan rutin,

belanja di merchant, pembayaran tagihan kartu kredit dan lain-lain. Untuk setiap transaksi

non tunai yang dilakukan, bank dapat membedakan menjadi intrabank (pemindahbukuan)

maupun interbank (antarbank-transaksi dengan bank lain). Tabel 6.2., 6.3. dan 6.4.

memberikan gambaran komposisi rata-rata bulanan antara penarikan tunai dan transaksi

non tunai selama tahun 2005. Tabel 6.2. dan 6.3. merupakan data yang diperoleh dari survey

dan untuk melengkapi kekurangan data tersebut, data yang ditampilkan pada Tabel 6.4.

merupakan proxy dari transaksi yang sama yang diperoleh dari Laporan Perbankan.

Dari responden bank yang disurvei, sebanyak 69 bank menerbitkan kartu ATM

sedangkan yang menerbitkan kartu ATM + Debet sebanyak 31 bank. Hasil survei untuk

penggunaan kartu ATM yang dirangkum pada Tabel 6.2. menunjukkan bahwa

persentase rata-rata transaksi tunai melalui mesin ATM selama tahun 2005 sebesar

85,30% dan sisanya untuk transaksi non tunai (14,70%). Hal ini mengindikasikan bahwa

volume transaksi tunai melalui penarikan dari ATM masih lebih besar dibanding

transaksi non tunai. Komposisi penarikan tunai dan transaksi non tunai melalui kartu

ATM yang diterbitkan bank swasta besar seperti BCA, Danamon dan Lippo relatif sama.

Sedangkan untuk bank besar milik pemerintah seperti Mandiri dan BRI, penarikan tunai

melalui ATM masih relatif lebih besar dibanding transaksi non tunai. Untuk transaksi

non tunai kartu ATM, transaksi intrabank relatif lebih besar dibanding antar bank.

Berdasarkan hasil survey untuk penggunaan kartu Debet menunjukkan bahwa

persentase rata-rata transaksi tunai selama tahun 2005 sebesar 48,52% dan transaksi

non tunai 51,48% (Tabel 6.3.). Namun apabila dilihat lebih rinci pada Tabel tersebut,

tampak perbedaan yang signifikan antara transaksi tunai dan non tunai. Bank Danamon

dan Mandiri memiliki komposisi transaksi tunai yang relatif besar dengan nilai lebih

dari 90%. Hal ini diduga karena kartu yang diterbitkan bank tersebut memiliki dua

fungsi sebagai ATM dan Kartu Debet sehingga penarikan tunai masih mendominasi

Page 100: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

7979797979

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

transaksi nasabah. Kartu Debet yang yang diterbitkan Bank Lippo menunjukkan bahwa

komposisi transaksi non tunai sebesar 100%. Hal ini diduga karena definisi yang

diterapkan oleh bank tersebut bahwa penggunaan kartu debet adalah untuk transaksi

non tunai sehingga nilai komposisinya mencapai 100%.

Tabel 6.4. merupakan proxy dari transaksi yang menggunakan kartu ATM , Kartu

Debet dan Kartu ATM+Debet yang diperoleh dari Laporan Perbankan. Walaupun data

pada tabel tersebut menunjukkan nilai yang relatif berbeda dengan data survey, tetapi

tren yang ditunjukkan antara nilai proxy dan data survey relatif sama. Transaksi tunai

dari Bank Mandiri dan BRI relatif lebih besar dibandingkan transaksi non tunai. Untuk

Bank BCA, Danamon dan Lippo, transaksi non tunai relatif lebih besar dibanding

transaksi tunai. Namun demikian, untuk perbankan secara umum transaksi non tunai

memiliki persentase yang relatif lebih besar dibanding transaksi tunai dengan nilai

masing-masing 61,17% dan 38,83%.

Page 101: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8080808080

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Penarikan uang tunai melalui ATM secara rata-rata bulanan tahun 2005

menunjukkan bahwa denominasi uang yang banyak digunakan adalah Rp 50.000. Untuk

beberapa kota seperti Semarang dan kota lainnya (yang tidak termasuk dalam 6 kota)

denominasi Rp 20.000 masih banyak digunakan. Tabel 6.5. memberikan gambaran

sebaran wilayah serta jenis denominasi uang yang ditarik melalui ATM.

Dalam melayani nasabah pengguna ATM, bank memerlukan suatu sistem jaringan

yang dapat dimanfaatkan untuk operasionalisasi ATM baik menggunakan jaringan milik

sendiri, bergabung dengan jaringan ATM bank lain maupun bergabung dengan jaringan

ATM switching company seperti ALTO, Link, ATM Bersama, Prima, Cakra, Cirrus dan

Plus.

Jaringan yang paling banyak digunakan untuk operasional ATM adalah dengan

bergabung bersama jaringan ATM switching company. Bank yang menggunakan

jaringan ATM milik sendiri sebanyak 42 bank, yang bergabung dengan jaringan ATM

bank lain sebanyak 10 bank dan bergabung dengan Swiching Company sebanyak 63

bank. Tabel 6.6. mengindikasikan bahwa bank dapat menggunakan lebih dari satu

jaringan ATM guna memperluas jaringan pelayanan kepada nasabahnya.

Tabel 6.7. menunjukkan secara rinci kombinasi penggunaan jaringan ATM. Bank

yang menggunakan satu jenis jaringan sebanyak 28 bank dengan rincian 22 bank

bergabung bersama jaringan ATM switching company, 4 bank yang menggunakan

jaringan milik sendiri dan 2 (dua) bank bergabung dengan jaringan ATM bank lain.

Bank yang menggunakan dua jenis jaringan sebanyak 36 bank dengan rincian bank

yang menggunakan jaringan milik sendiri dan bergabung bersama jaringan ATM switch-

Page 102: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8181818181

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

ing company sebanyak 33 bank; bergabung dengan jaringan ATM bank lain dan switch-

ing company sebanyak 3 (tiga) bank. Bank yang menggunakan ketiga jenis jaringan

sebanyak 5 (lima) bank.

Berkembangnya produk kartu ATM dan kartu Debet tidak terlepas dari berbagai

faktor yang mendukungnya. Salah satu faktor utama dalam mendorong

berkembangnya jenis kartu tersebut adalah tingginya pertumbuhan pasar. Tabel 6.8.

memberikan gambaran lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mendorong

berkembangnya produk kartu ATM + kartu Debet.

Biaya investasi yang mahal menjadi faktor utama yang menghambat

pengembangan instrumen pembayaran tersebut bagi bank yang belum memiliki

produk kartu ATM dan kartu Debet. Tabel 6.9. memberikan gambaran lebih rinci faktor-

faktor yang menghambat berkembangnya produk ATM dan kartu Debet. Anehnya,

rendahnya permintaan dianggap sebagai salah satu penghambat utama oleh bank-

bank yang belum memiliki produk ATM dan Kartu Debet. Padahal alasan yang sama

diidentifikasi menjadi faktor pendorong yang utama. Dengan demikian, ada salah

persepsi diantara bank-bank yang sampai sekarang belum juga mengembangkan produk

ATM dan Kartu Debet.

Page 103: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8282828282

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Kartu Kredit

Berbeda dengan penerbitan kartu ATM yang dimiliki oleh sekitar 69 bank, hasil

survey menunjukkan bahwa instrumen pembayaran non tunai lainnya berupa kartu

kredit diterbitkan hanya oleh 14 bank. Salah satu fungsi penggunaan kartu kredit adalah

untuk penarikan tunai (cash advance) dimana persentase cash advance umumnya kurang

dari 15%.

Salah satu faktor yang menempati prioritas utama dalam mendorong

berkembangnya jenis kartu tersebut adalah tingginya pertumbuhan pasar. Faktor

pendorong lainnya dalam pengembangan produk kartu kredit secara berurutan adalah

peningkatan trend penggunaan kartu kredit, tingginya keuntungan yang diperoleh,

serta kemudahan pengembangan teknologi APMK. Tabel berikut memberikan gambaran

lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mendorong berkembangnya kartu kredit.

Page 104: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8383838383

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Jumlah bank yang menerbitkan kartu kredit relatif terbatas mengindikasikan

adanya faktor yang dianggap menghambat perkembangan kartu ini. Bagi bank yang

belum memiliki produk kartu kredit, biaya investasi yang mahal menjadi faktor utama

yang menghambat pengembangan instrumen pembayaran tersebut. Tabel 6.12.

memberikan gambaran lebih rinci mengenai faktor-faktor yang menghambat

berkembangnya produk kartu kredit.

Faktor lain yang dianggap perbankan menempati posisi kedua dalam menghambat

pengembangan kartu kredit (selain yang dicantumkan pada Tabel 6.12.) dapat dipilah

menjadi beberapa kendala yaitu 1) belum menjadi prioritas usaha, 2) pasar yang relatif

terbatas, 3) teknologi, dan 4) aspek syariah yang belum memungkinkan menerbitkan

kartu ini.

Namun demikian, biaya investasi yang dirasakan tinggi oleh 69,70% bank tidak

membuat bank menjadi pasif dalam upaya mengembangkan produk kartu kredit,

ditandai dengan masih adanya bank (20,20%) yang memiliki rencana untuk

mengembangkan produk tersebut.

Kartu Prabayar

Instrumen pembayaran non tunai yang masih relatif baru dan belum banyak

dimiliki perbankan adalah kartu prabayar. Survey menunjukkan ada 2 (dua) bank yang

memiliki kartu tersebut. Namun demikian, kartu prabayar tersebut berbeda dengan

definisi kartu prabayar yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sesuai dengan

ketentuan Bank Indonesia, kartu prabayar adalah suatu kartu yang nilai uangnya

tersimpan di kartu tersebut dan dapat digunakan untuk bertransaksi secara offline

(tanpa berhubungan langsung dengan rekening bank). Jika ditinjau dari segi definisi

kartu prabayar menurut Bank Indonesia, belum ada satu pun bank yang memiliki kartu

prabayar.

Adapun beberapa faktor utama yang menyebabkan bank belum memiliki kartu

prabayar diantaranya yaitu biaya investasi yang tinggi dan belum tingginya

permintaan. Biaya investasi yang tinggi menempati peringkat pertama mengapa

perbankan belum memiliki produk ini (dijawab oleh 51.33% bank). Tidak ada permintaan

atau peluang pasar yang kurang serta belum kurangnya informasi juga merupakan

faktor yang menyebabkan belum dimilikinya produk kartu prabayar (masing-masing

32.74% dan 25.66%). Dengan demikian, sosialisasi kepada perbankan dan masyarakat

luas tampaknya perlu dilakukan untuk memperluas pemahaman mengenai produk ini.

Page 105: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8484848484

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Tabel berikut memberikan gambaran mengapa perbankan belum memiliki produk kartu

prabayar.

Terkait rencana pengembangan ke depan, sebagian besar bank (51.33%) memiliki

rencana untuk mengembangkan kartu prabayar. Jangka waktu pengembangan produk

ini bervariasi dari mulai kurang dari 3 tahun hingga lebih dari 5 tahun, dengan sebagian

besar bank memilih jangka waktu pengembangan antara 3-5 tahun.

Sebagian besar bank memilih mekanisme pengembangan melalui penggabungan

dengan jaringan infrastruktur yang sudah ada (kartu Debet atau kartu ATM). Hal ini

didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan efisiensi biaya serta memperluas

jaringan dan pelayanan bagi nasabahnya. Produk yang akan dikembangkan lebih

bersifat multi purpose. Kartu ini lebih banyak dipilih karena sifatnya yang lebih

fleksibel bagi nasabah serta dapat mengurangi biaya pencetakan kartu. Tabel 6.14.

menunjukkan persentase bank yang memiliki rencana mengembangkan kartu

prabayar.

Terkait dengan rencana pengembangan Kartu Prabayar Multipurpose, hasil survei

menunjukkan bahwa super market merupakan jenis perusahaan yang mendapatkan

prioritas utama dalam bekerjasama bersama perbankan dalam pengembangan kartu

prabayar. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa supermarket menyediakan

kebutuhan sehari-hari (consumer goods) dan industri ritel yang semakin berkembang

seiring dengan pola hidup masyarakat dewasa ini yang semakin konsumtif. Jenis

perusahaan yang menempati skala prioritas selanjutnya adalah pom bensin,

penyelenggara jalan tol dan perusahaan transportasi. Tabel 6.15. menyajikan jenis

perusahaan/Merchant yang layak diajak kerjasama dalam pengembangan kartu

prabayar.

Page 106: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8585858585

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Rencana pengembangan kartu prabayar menghadapi kendala-kendala tertentu.

Kendala yang dihadapi perbankan dalam mengembangkan kartu prabayar relatif sama

dengan pengembangan instrumen pembayaran kartu lainnya yaitu biaya investasi yang

cukup tinggi. Secara lebih lengkap kendala-kendala yang dirasakan perbankan sehingga

belum merencanakan pengembangan kartu prabayar adalah sebagai berikut:

1) adalah biaya investasi yang mahal

2) market size yang kecil atau belum ada informasi yang jelas mengenai potensi/

peluang pasar sehingga diperlukan suatu studi khusus

3) teknologi, jaringan, perangkat atau sistem yang belum mendukung, serta

4) belum menjadi prioritas usaha.

Peralatan Pendukung

Dalam operasionalisasi APMK acquirer diperlukan baik sebagai financial maupun

technical acquirer. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) bank yang

bertindak sebagai acquirer dan juga memiliki mesin EDC (Electronic Data Capturing).

Tujuh bank tersebut diantaranya adalah Bank Lippo, Bank Danamon, Bank Permata,

Bank BPD Kalsel, Bank BCA, Citibank dan Amex). Sebagian besar mesin EDC dioperasikan

di Jakarta (48,05%) sedangkan sisanya tersebar di kota-kota lainnya dengan persentase

setiap kota kurang dari 10%. Mesin EDC sebagian besar (55%) ditempatkan di industri

ritel dan toko swalayan, selanjutnya di posisi kedua adalah biro jasa (21,18%) dan sisanya

tersebar pada merchant lainnya seperti restoran, toko non swalayan, perusahaan

transportasi, asuransi, pom bensin, dan perusahaan lainnya.

Setiap transaksi Kartu Kredit dan Kartu Debet bank lain yang dilakukan melalui

mesin EDC yang dimiliki oleh acquirer bank akan dibebankan fee. Pembebanan fee ini

akan berbeda tergantung pada jenis fee, pihak yang dibebankan serta besaran fee

yang ditentukan oleh acquirer bank.

Page 107: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8686868686

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Untuk penggunaan Kartu Kredit bank lain jenis fee yang dibebankan oleh acquirer

bank selain Citibank dan Amex umumnya berupa Merchant Discount Rate (MDR)

dengan pihak yang dibebankan adalah merchant dan besarnya fee bervariasi antara

2% - 2,7%. Citibank menerapkan interchange fee dengan pihak yang dibebankan adalah

bank pemilik terminal dan besarnya fee 1,6%. Amex menerapkan EDC Sharing fee

dengan pihak yang dibebankan adalah acquiring bank dan besarnya fee 5%.

Untuk penggunaan Kartu Debet bank lain, jenis fee yang dibebankan oleh acquirer

bank umumnya berupa Merchant Discount Rate (MDR) dengan pihak yang dibebankan

adalah merchant dan besarnya fee bervariasi antara 1,3%-2,7%.

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa beberapa alasan mengapa bank tidak

memiliki mesin EDC sendiri, diantaranya karena tidak memiliki produk APMK,

menggunakan fasilitas pihak penyedia jasa mesin EDC bank lain atau non bank (masing-

masing dijawab secara berurutan oleh 10, 9, dan 6 bank)

6.2. Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai Secara Umum

Berdasarkan sudut pandang perbankan, penggunaan instrumen pembayaran non

tunai di masa depan baik paper based, card based maupun electronic based di Indone-

sia akan berkembang. Namun demikian, dalam proses pengembangan tersebut

perbankan dihadapkan pada berbagai kendala.

Pembahasan secara rinci mengenai kendala dan potensi pengembangan instrumen

non tunai secara umum yang didasarkan pada hasil survei dibahas secara terpisah

dibawah ini.

Kendala Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai

Kendala terbesar dalam penetrasi seluruh instrumen pembayaran non tunai secara

umum baik paper based, card based maupun electronic based adalah keamanan dan

biaya (dengan nilai skor yang tinggi dan relatif sama). Tabel 6.17. menggambarkan

kendala yang dihadapi perbankan secara umum dalam penetrasi seluruh instrumen

non tunai.

Page 108: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8787878787

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Sedangkan kendala terbesar dalam pengembangan seluruh instrumen

pembayaran non tunai baik paper based, card based maupun electronic based secara

umum adalah biaya, disusul kemudian oleh pengembangan teknologi dan penerimaan

pasar.

Visi Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai

Sebagian besar bank (80.53%) optimis bahwa penggunaan instrumen non tunai

di Indonesia akan berkembang. Akan tetapi, setiap wilayah memiliki potensi

pengembangan APMK yang berbeda-beda. Secara lebih rinci kota-kota mana saja yang

memiliki potensi tinggi dalam pengembangan alat pembayaran non tunai disajikan

pada Tabel 6.19.

Dari delapan kota utama yang ditanyakan, perbankan memandang DKI Jakarta

sebagai prioritas utama dalam pengembangan alat pembayaran non tunai. Hal ini bisa

dimengerti karena DKI Jakarta adalah pusat pemerintahan, pusat bisnis dan

perdagangan sehingga tentu saja akan menjadi kota yang paling potensial bagi

pengembangan alat pembayaran tersebut. Kota besar lainnya yang juga berpotensi

adalah Surabaya, Bandung dan Medan. Sementara kota-kota lainnya seperti Batam,

Semarang, Makasar, dan Balikpapan walaupun merupakan kota-kota besar dinilai belum

terlalu potensial bagi pengembangan alat pembayaran non tunai.

Page 109: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8888888888

Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai

Terkait dengan rencana pengembangan ke depan, survei menunjukkan bahwa

42.48 persen bank mempunyai rencana pengembangan instrumen non tunai selain

yang ada saat ini. Jenis instrumen yang akan dikembangkan menurut skala prioritas

adalah card based, kemudian electronic based dan pulsa/mobile payment.

Berdasrkan analisis terdahulu ditemukan bahwa sosialisasi penting untuk

mendukung pengembangan sistem pembayaran non tunai ke depan. Sosialisasi dalam

hal ini berperan dalam perluasan dan pengembangan alat pembayaran non tunai serta

mendukung pemasaran produk tersebut.

Dalam menjelaskan kepada nasabah tentang produk, hak dan kewajiban nasabah

akan produk pembayaran non tunai, perbankan memilih melakukannya secara langsung

ataupun tertulis kepada nasabah (77 bank) serta melalui media cetak/elektronik (49

bank). Hal ini sejalan dengan temuan dari hasil survey ke masyarakat umum yang

memandang keluarga, kolega maupun teman serta media televisi sebagai media yang

paling banyak mempengaruhi keputusan mereka dalam memanfaatkan istrumen

pembayaran non tunai. Tabel 6.21. menunjukkan teknik penjelasan hak dan kewajiban

nasabah untuk produk pembayaran non tunai.

Page 110: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

8 98 98 98 98 9

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Bab VIIBab VIIBab VIIBab VIIBab VIIPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi Pengembangan

Instrumen PInstrumen PInstrumen PInstrumen PInstrumen Pembaembaembaembaembayyyyyarararararan Non an Non an Non an Non an Non TTTTTunaiunaiunaiunaiunai

Bahasan preferensi masyarakat dan potensi pengembangan instrumen

pembayaran non tunai mengacu pada kondisi riil saat ini dan ekspektasi kedepan.

Analisis ini dilengkapi dengan analisis kondisi psikografis masyarakat dan diakhiri

dengan analisis mengenai potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai

termasuk segmentasi pasar dan produk-produk yang diminati, yang merupakan sintesa

dari semua analis yang dilakukan.

Persepsi dan preferensi masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai

dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, sosial, dan ekonomi yang melekat pada

masyarakat. Demikian juga keputusan masyarakat untuk menggunakan atau tidak

menggunakan fasilitas pembayaran non tunai dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Pada bab ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat

untuk menggunakan atau tidak menggunakan fasilitas pembayaran non tunai, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggunakan

pembayaran non tunai jika sistem pembayaran non tunai dikembangkan secara lebih

luas lagi.

Analisis preferensi dilakukan dengan model ekonometrika yaitu menggunakan

model logit. Pemilihan variabel didasarkan pada kerangka konseptual dan juga

pengalaman empiris, yang diduga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam keputusan

untuk menggunakan fasilitas pembayaran non tunai. Secara garis besar variabel yang

digunakan meliputi variabel demografi, sosial, ekonomi, serta kondisi psikologis

masyarakat. Taraf nyata yang digunakan pada analisis ini adalah sebesar 90 persen (a

= 10%). Hal ini berarti toleransi terhadap potensi terjadinya penyimpangan dari hasil

dugaan sebesar 10 persen. Untuk model dengan menggunakan data cross section,

keputusan penggunaan taraf nyata 10 persen cukup baik.

7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat untuk Menggunakan

Fasilitas Transaksi Non Tunai

Analisis dilakukan terhadap responden masyarakat umum dengan jumlah

responden sebesar 650, dimana 440 orang merupakan responden yang memanfaatkan

pembayaran non tunai dan 210 orang tidak memanfaatkan instrumen pembayaran

non tunai. Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

masyarakat untuk menggunakan fasilitas transaksi non tunai menunjukkan bahwa

model yang dibangun cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai percent concor-

dant yang cukup tinggi sebesar 82,2 persen. Secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan transaksi non tunai pada taraf nyata

90 persen adalah: status nasabah, pemanfaatan produk perbankan, usia, tingkat

Page 111: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 09 09 09 09 0

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

pendidikan, pekerjaan, pengeluaran rumahtangga, kemampuan menabung, dan tipe

masyarakat yang ditunjukkan dengan kondisi psikografis responden.

Status nasabah bank memiliki pengaruh positif terhadap pemanfaatan instrumen

non tunai. Hal ini dapat dipahami karena pemilik instrumen non tunai (kartu kredit,

cek, kartu debet, dll) dipersyaratkan memiliki rekening di bank dimaksud, sehingga

bagi yang tidak menjadi nasabah bank peluang menggunakan instrumen non tunai

menjadi sangat kecil.

Untuk variabel jenis produk yang diadopsi, kelompok masyarakat yang

memanfaatkan produk pembiayaan (kredit) memiliki peluang menggunakan

pembayaran non tunai lebih besar dibandingkan dengan nasabah bank yang

memanfaatkan produk tabungan. Artinya masyarakat yang berkeinginan meminjam

lebih berpotensi menggunakan fasilitas pembayaran non tunai. Namun pada sisi lain,

kemampuan menabung yang diindikasikan dengan jumlah tabungan per bulan juga

berpengaruh positif terhadap peluang pemanfaatan pembayaran non tunai, yang

berarti bahwa potensi pemanfaatan pembayaran non tunai lebih tinggi pada kelompok

masyarakat yang berpenghasilan tinggi (mampu menabung lebih tinggi). Hal ini sejalan

dengan keragaan pemanfaatan pembayaran non tunai dimana salah satu yang dominan

adalah kartu kredit dan kartu debet.

Faktor usia responden mempengaruhi peluang penggunaan instrumen non tunai,

dimana kelompok responden yang masih muda (dibawah 30 tahun) memiliki peluang

adopsi lebih tinggi. Usia muda cenderung lebih mudah menerima perubahan dan

produk-produk baru sehingga keinginan mencoba sangat tinggi. Namun perlu

diwaspadahi bahwa segmen pasar kelompok muda (di bawah 30 tahun) umumnya

adalah masyarakat yang baru memasuki dunia kerja sehingga karier dan penghasilan

belum mapan. Dengan demikian potensi pasar secara finansial relatif kecil. Selain faktor

usia, faktor pendidikan juga memiliki pengaruh nyata, dimana kelompok yang

berpendidikan tinggi relatif memiliki peluang penggunaan instrumen non tunai lebih

tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan rendah. Secara lengkap

hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan

transaksi non tunai disajikan pada Tabel 7.1.

Faktor ekonomi yang diindikasikan dengan jumlah tabungan dan pengeluaran

memiliki pengaruh yang nyata positif. Dengan kata lain kelompok masyarakat yang

memiliki pendapatan relatif tinggi (menengah ke atas) merupakan pasar yang lebih

potensial dalam pengembangan instrumen non tuna. Kelompok masyarakat ini

umumnya memang telah memerlukan instrumen pembayaran non karena alasan

ekonomi dan transaksi finansial yang diperlukan sudah relatif lebih tinggi. Tipologi

masyarakat yang memiliki potensi adopsi adalah masyarakat yang memang menyukai

jenis pembayaran non tunai.

Page 112: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 19 19 19 19 1

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Jika ditarik benang merah, kelompok masyarakat yang memiliki peluang

penggunaan tinggi terhadap pembayaran non tunai adalah masyarakat golongan

menengah ke atas, dimana memiliki tingkat pendapatan dan kemampuan menabung

yang relatif tinggi. Variabel yang memiliki dampak paling besar berdasarkan nilai odd

ratio adalah variabel tipologi masyarakat yang menyukai pembayaran non tunai (odds

ratio=7.67), status sebagai nasabah bank (odds ratio=7.13) dan jenis produk bank yang

dimanfaatkan (odds ratio = 7.38), dan masyarakat yang memanfaatkan produk

pembiayaan (odds ratio=2.25). Artinya kelompok masyarakat yang bercirikan seperti

di atas memiliki peluang adopsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.

7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Untuk

Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai Secara Luas

Analisis serupa dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

minat masyarakat untuk memanfaatkan pembayaran non tunai jika sistem ini dibangun

dan diterapkan secara lebih luas. Analisis dilakukan pada populasi yang sama yaitu

650 responden, dimana sebanyak 490 responden menyatakan minatnya untuk

memanfaatkan pembayaran non tunai dan 160 orang responden menyatakan tidak

ingin memanfaatkan. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa model yang

Page 113: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 29 29 29 29 2

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

dibangun cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai percent concordant yang cukup

tinggi sebesar 74.5 persen. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan

memanfaatkan pembayaran non tunai relatif sama dengan analisis pertama, hanya

terdapat variabel tambahan yaitu pengalaman buruk yang dialami selama

menggunakan instrumen non tunai dan motivasi dalam menabung.

Pada taraf nyata 90 persen (± = 10%) persen, variabel yang nyata mempengaruhi

penggunaan fasilitas pembayaran non tunai adalah: tipologi masyarakat yang terbuka

dan masyarakat yang menyukai pembayaran non tunai, motivasi dalam dalam

menabung, yaitu motivasi keamanan dalam menggunakan instrumen non tunai, dan

pengalaman buruk yang pernah dialami dengan transaksi non tunai. Secara lengkap

hasil analisis logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang mau

menggunakan instrumen non tunai disajikan pada Tabel 7.2.

Faktor motivasi menggunakan pembayaran non tunai menjadi penting di sini,

dimana minat kelompok yang memiliki motivasi keamanan lebih tinggi dalam

menggunakan pembayaran non tunai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana

faktor-faktor yang dipandang penting dalam pelayanan pembayaran non tunai salah

satunya adalah keamanan transaksi.

Menarik untuk dicermati, bahwa masyarakat yang pernah mengalami pengalaman

buruk dalam transaksi non tunai dalam berbagai bentuk misalnya tagihan salah,

transaksi ganda, atau penipuan dan pembobolan, justru berminat untuk menggunakan

jika sistem pembayaran non tunai diterapkan lebih luas. Hal ini disebabkan adanya

harapan dan ekspektasi responden jika sistem ini diterapkan lebih luas lagi tentu akan

diimbangi dengan sistem yang lebih baik sehingga kasus-kasus pengalaman buruk yang

pernah dialami tidak akan terulang lagi.

Page 114: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 39 39 39 39 3

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Variabel lainnya memiliki kecenderungan fenomena yang sama dengan analisis

sebelumnya yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk

menggunakan pembayaran non tunai, yang meliputi tipe orang yang memang menyukai

pembayaran non tunai. Dari sekian variabel yang berpengaruh secara signifikan,

variabel yang dominan dilihat dari indikator nilai odds ratio adalah alasan keamaman

dalam penggunaan pembayaran non tunai (odds ratio=3.07), dan tipologi orang yang

menyukai pembayaran non tunai (odds ratio= 2.06).

7.3. Potensi Pengembangan Sistem Pembayaran Non Tunai

Dari keragaan responden, hasil analisis logit, dan analisis biplot nampak bahwa

potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai cukup potensial direspon

masyarakat. Jika dilihat hasil analisis logit segmen pasar saat pemanfaatan pembayaran

non tunai adalah kelompok masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi, berpendapatan

tinggi, dan jika dilihat dari jenis pekerjaan PNS/BUMN/Swasta. Lebih jauh jika dilihat

dari ciri lebih jauh segmen masyarakat yang saat ini memanfaatkan pembayaran non

Page 115: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 49 49 49 49 4

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

tunai adalah kelompok masyarakat yang terbuka terhadap informasi, merupakan

nasabah bank terutama yang memanfaatkan jasa pembiayaan (debetur). Dari kondisi

psikografis masyarakat yang memanfaatkan pembayaran non tunai saat ini dicirikan

oleh masyarakat yang agresif, menyukai pembayaran non tunai dan masyarakat yang

cenderung sebagai pelopor.

Dari hasil tersebut dapat ditentukan strategi pengembangan baik kelompok

sasaran, media promosi, maupun jenis produk yang potensial. Kelompok sasaran yang

saat ini banyak memanfaatkan dari sintesa segemen pasar tadi adalah masyarakat kota

kelompok menengah ke atas. Untuk kelompok masyarakat ini informasi secara lisan

dari kolega, teman maupun keluarga masih menjadi media promosi yang cukup efektif.

Hal ini juga sesuai dengan deskripsi sumber informasi lisan merupakan sumber informasi

yang paling banyak diakses oleh responden.

Produk pembayaran non tunai yang saat ini paling dikenal adalah kartu kredit,

katu ATM dan kartu debet. Sehingga pengembangan ke depan ketiga jenis kartu ini

dapat dikembangkan dengan relatif mudah karena memang sudah dikenal dan

digunakan masyarakat secara luas. Inovasi-inovasi baru hendaknya dilakukan dengan

mengembangkan fungsi-fungsi ketiga jenis kartu pembayaran non tunai tersebut.

Pengembangan ke depan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dipandang

penting bagi pengguna fasilitas pembayaran non tunai, yang antara lain adalah faktor

keamanan, aksesibilitas, ketepatan transaksi. Faktor keamanan menempati posisi sangat

penting karena disamping menjadi faktor utama yang diperhatikan pengguna, juga

menjadi tujuan masyarakat dalam menggunakan pembayaran non tunai. Untuk

kelompok pengusaha, disamping faktor keamanan, kecepatan dan ketepatan transaksi

juga aspek biaya penyelenggaraan yang dibebankan kepada pengusaha.

Pengembangan sistem pembayaran non tunai secara lebih luas ke depan cukup

potensial diminati oleh masyarakat. Kelompok peminat relatif sama dengan pengguna

saat ini, namun sebagian besar mengharapkan jenis kartu yang multifungsi, dengan

tetap memperhatikan aspek-aspek penting yang disampaikan di atas, termasuk biaya

penyelenggaraan. Jenis kartu yang relatif mudah lebih mudah disosialisasikan adalah

dengan menggabungkan fungsi-fungsi kartu pembayaran non tunai yang saat ini

banyak dikenal dan digunakan masyarakat, yaitu kartu kredit, debet dan ATM.

Untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai, penelitian

ini mencoba menyusun peta potensi pengembangan yang mencakup seluruh kabutaten/

kota di seluruh wilayah Indonesia. Pengembangan peta potensi ini dirdasarkan pada

faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam

menggunakan instrumen pembayaran non tunai. Hasil analisis sebagaimana telah

dikemukakan sebelumnya, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang paling dominan dalam

mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan instrumen pembayaran non

tunai diantaranya: status responden (sebagai nasabah bank), status kredit (sebagai

pengguna kredit), tingkat pendidikan, jumlah tabungan serta jumlah pengeluaran.

Sebagai proxy terhadap faktor-faktor dominan tersebut, dipilih indikator-

indikator makro yang sesuai dan bisa menggambarkan kondisi masing-masing daerah

Page 116: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 59 59 59 59 5

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

terkait dengan faktor-faktor dominan. Indikator-indikator terpilih dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Jumlah kantor bank yang berkaitan erat dengan variabel ”status nasabah”. Jumlah

bank dalam hal ini menggambarkan mudah/sulitnya masyarakat untuk

emmperoleh akses pelayanan perbankan. Semakin banyak kantor bank yang

tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat untuk menjadi nasabah bank dan

sekaligus meningkatkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai..

2) Total kredit yang berkaitan erat dengan variabel ”nasabah kredit” dan berkorelasi

dengan minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Semakin tinggi kredit di

suatu kabupaten/kota, maka sekamin tinggi pula potensi pengembangan sistem

pembayaran non tunai.

3) Dana pihak ketiga (DPK) yang dalam hal ini merupakan proxy langsung bagi

variabel jumlah tabungan masyarakat. Semakin tinggi tabungan masyarakat,

semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.

4) Produk domestik regional brutto (PDRB). Sebagaimana kita ketahui bersama,

penghitungan PDRB bisa dilakukan salah satunya dengan melalui pendekatan

pengeluaran. Dengan demikian, PDRB berkorelasi sangat erat dan sekaligus bisa

mewakili variabel pengeluaran. PDRB sekaligus juga bisa menjadi proxy

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi

pendapatan mereka yang selanjutnya akan meningkatkan PDRB. Oleh karenanya,

semakin tinggi PDRB akan semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem

pembayaran non tunai di suatu kabupaten/kota.

Selain keempat variabel tersebut, akan dimasukkan pula variabel jumlah penduduk

karena diyakini bahwa semakin banyak jumlah penduduk pada satu wilayah, maka

potensi pasar bagi pengembangan sistem pembayaran non tunai juga semakin besar.

Peta potensi pengembangan akan dibuat berdasarkan variabel asal (DPK, jumlah

bank, kredit dan PDRB) serta jumlah penduduk pada tiap-tiap kabupaten/kota di seluruh

wilayah Indonesia. Tinggi/rendahnya potensi pada satu kabupaten/kota akan sangat

tergantung pada skor tiap-tiap variabel untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.

Kriteria pemberian skor didasarkan pada kuartil (Q1, Q2 dan Q3) serta sebaran nor-

mal, dan bisa disarikan sebagaimana tersaji pada Tabel 7.3.

Catatan:

- Q1, Q2 dan Q3 masing-masing adlaah kuartil ke-2, kuartil ke-2 dan kuartil ke-3.

- m dan s masing-masing adalah rata-rata dan simpangan baku

Page 117: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 69 69 69 69 6

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Khusus untuk wilayah-wilayah tertentu yang datanya tidak tersedia (karena proses

pemekaran misalnya), maka ia tidak akan disertakan ke dalam proses skoring.

Dari hasil skoring sebagaimana telah dijelaskan diatas, diperoleh empat peta

potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai yang bisa dilihat pada Gambar

7.1 – Gambar 7.2. Dari gambar-gambar tersebut tampak ada empat warna yang

menunjukkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai pada masing-

masing kabupaten/kota. Warna-warna yang ada masing-masing menunjukkan:

1) Kuning adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi tinggi

2) Merah adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah atas

3) Biru adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah bawah

4) Hijau adalah kabupaten/kota dengan potensi rendah.

Dengan demikian jika pengembangan sistem pembayaran non tunai akan

dilakukan secara bertahap, maka fokus pengembangan bisa dimulai dari daerah-daerah

yang ditandai dengan warna kuning, dan selanjutnya diikuti oleh daerah-daerah yang

ditandai warna merah. Untuk daerah-daerah yang ditandai dengan warna biru dan

hijau, pengembangan bisa dilakukan belakangan mengingat potensinya tidak terlalu

besar. Keberhasilan penerapan sistem pembayaran non tunai di daerah-daerah yang

berwarna kuning dan merah yang disertai dengan sisialisai yang memadai, diharapkan

akan mempermudah proses pengembangan di daerah yang berwarna biru dan hijau.

Secara umum dapat dikatakan bahwa potensi terbesar bagi pengembangan sistem

pembayaran non tunai berada di Pulau Jawa-Bali, sebagian Sumatera, sebagian

Kalimantan serta sebagian Sulawesi. Beberapa daerah di wilayah Papua juga memiliki

potensi yang lumayan bagus, meskipun belum sebagus daerah-daerah sebagaimana

disebutkan diatas.

Selain itu dengan mempertimbangkan disparitas ekonomi antar wilayah, maka akan

disusun pula peta potensi yang berbeda untuk: (1) Wilayah Jawa-Bali, (2) Wilayah Sumatra

dan (3) Wilayah lainnya di Indonesia. Untuk Jawa-Bali, potensi tertinggi ada di Jawa

Barat serta sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Untuk Sumatera, kawasan pantai

timur secara umum memiliki potensi lebih tinggi dibanding pantai barat. Sedangkan

untuk wilayah lainnya, potensi tinggi tersebar di sebagian Kalimantan, Sulawesi, Papua

serta Nusa Tenggara Barat. Peta potensi selengkapnya dengan mempertimbangkan

disparitas antar wilayah dapat dilihat pada Gambar 7.1. – 7.4.

Page 118: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 79 79 79 79 7

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 119: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 89 89 89 89 8

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 120: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

9 99 99 99 99 9

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 121: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

100100100100100

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Page 122: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

101101101101101

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Bab VIIIBab VIIIBab VIIIBab VIIIBab VIIIKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan dan

Implikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi Kebijakan

8.1. Kesimpulan

Di satu sisi, perkembangan ekonomi di dalam negeri serta kecenderungan di luar

negeri yang semakin mengarah pada less cash society berdampak pada penggunaan

instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini

menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan semakin

banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang menerima

pembayaran non tunai.

Di lain fihak, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun

2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran. Oleh karenanya, sudah sewajarnya bila Bank Indonesia (selaku pemegang

otoritas moneter di tanah air) mengembangkan sistem pembayaran non tunai secara

lebih luas di masa-masa mendatang.

Keberhasilan pengenalan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan dari

kesiapan masyarakat untuk menerima sistem pembayaran non tunai yang relatif masih

baru tersebut. Masyarakat, dalam hal ini tidak hanya mencakup masyarakat umum

(pengguna), tetapi juga dunia usaha (penerima sistem pembayaran) maupun perbankan

dan dunia usaha secara umum.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat

terhadap sistem pembayaran non tunai, khususnya untuk masyarakat di perkotaan

dan di daerah-daerah yang sudah relatif maju. Penelitian dilakukan dengan melibatkan

3 komponen utama yang terlibat dalam sistem pembayaran non tunai, yaitu masyarakat

umum, dunia usaha serta dunia perbankan. Beberapa temuan utama penelitian ini

bisa disarikan sebagai berikut

Masyarakat Umum

1) Sebagian besar responden (68 persen) sudah pernah memanfaatkan sistem

pembayaran non tunai, dan hanya sebagian kecil saja (32 persen) yang belum

pernah memanfaatkannya. Mereka yang belum memanfaatkan instrumen non

tunai sebagian besar karena belum perlu, belum mengerti prosedurnya atau

karena lokasi tempat tinggal yang masih terlayani dengan baik. Selain itu, alasan

lain yang mengemuka adalah adanya ketakutan bahwa hidup akan menjadi lebih

boros.

2) Pengalaman masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai bisa dikatakan

baik. Meskipun demikian ada sebagian kecil responden (21 persen) pernah

mengalami pengalaman yang buruk, diantaranya mesin ATM rusak,

ketidakakuratan transaksi atau penggunaan kartu kredit oleh orang lain.

3) Untuk memperluas penggunaan instrumen non tunai, media yang paling baik

Page 123: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

102102102102102

digunakan adalah jalur teman/keluarga dan televisi. Jalur lain melalui koran, ra-

dio, TV maupun majalah juga bisa digunakan tetapi dampaknya relatif lebih kecil.

4) Aspek-aspek yang dipandang sangat penting oleh masyarakat adalah keamanan,

aksesibilitas dan kecepatan pelayanan. Oleh karenanya, untuk mengembangkan

sistem pembayaran non tunia di masa depan, Bank Indonesia harus memberikan

perhatian utama pada aspek-aspek tersebut.

5) Untuk pengembangan kartu prabayar, secara umum masyarakat (71 persen)

bersedia menerima instrumen tersebut, dengan mayoritas menginginkan kartu

prabayar multi fungsi. Beberapa fungsi penggunaan yang sangat diminati adalah

untuk pom bensin, super market, pembayaran tol dan layanan rumah sakit.

6) Secara umum, masyarakat pengguna instrumen non tunai didominasi oleh

responden dengan ciri-ciri (i) orang yang terbuka terhadap informasi dan

memandang instrumen non tunai sebagai satu prestise tersendiri, (ii) orang yang

memandang dirinya sebagai pelopor/panutan bagi orang lain serta (iii) orang-

orang yang memang menyukai model pembayaran non tunai.

Dunia Usaha

1) Dari keseluruhan responden dunia usaha yang disurvey (74 persen diantaranya

berbadan hukum), sebagian besar diantaranya (75 persen) belum memiliki masalah

cash handling. Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa sejauh ini sebagian

besar omset mereka (82 persen) masih didominasi oleh transaksi tunai. Masalah

cash handling hanya dijumpai pada 25 persen persen perusahaan, dengan prob-

lem utama adanya selisih transaksi, masalah uang palsu serta masalah uang logam

(receh) dan kembalian.

2) Meskipun belum belum menghadapi masalah cash handling, animo dunia usaha

untuk menerima instrumen pembayaran non tunai sangat besar. Hal ini terbukti

dari kecilnya (27 persen) penolakan responden terhadap instrumen non tunai.

Penolakan mereka pun sebenarnya bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena

ketidaktahuan serta ketiadaan infrastruktur. Dari hasil wawancara juga ditemukan

bahwa hampir semua responden dunia usaha akan bersedia menerima instrumen

pembayaran non tunai jika pemerintah (Bank Indonesia) memang akan

menerapkannya secara lebih luas.

3) Secara umum dunia usaha juga tidak banyak menghadapi pengalaman buruk

berkenaan dengan instrumen non tunai. Hanya 20 persen responden yang punya

pengalaman buruk, khususnya cek/BG kosong, jaringan rusak, penyalahgunaan

kartu kredit serta buruknya layanan bank dalam melayani klaim tagihan.

4) Diantara semua instrumen pembayaran non tunai, kartu debet adalah instrumen

yang paling disukai oleh dunia usaha. Hal ini terkait dengan kecilnya risiko yang

harus ditanggung. Bahkan beberapa responden menggolongkan pembayaran

dengan kartu debet sebagai pembayaran tunai, karena uangnya dipindahbukunan

dalam waktu yang singkat dengan proses yang otomatis.

5) Terkait dengan kartu prabayar, mayoritas dunia usaha dengan senang hati

Page 124: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

103103103103103

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

menerima instrumen pembayaran ini. Hanya sebagian kecil saja yang belum

bersedia menerimanya karena alasan tidak tahu, belum perlu atau masih sangsi

akan kegunaannya. Untuk itu, sosialisasi lebih luas sangat diperlukan agar

masyarakat dan dunia usaha lebih paham akan hal ini.Selain kartu debet, kartu

lain yang disukai oleh dunia usaha secara berturut-turut adalah transfer bank,

cek, kartu kredit, BG, kartu belanja dan pembayaran via internet.

6) Terkait dengan biaya transaksi, mayoritas responden keberatan dengan engenaan

biaya tersebut. Hanya 31 persen responden yang menjawab bersedia membayar

biaya transaksi.

Perbankan

1) Tingginya animo masyarakat dan dunia usaha dalam menggunakan instrumen

pembayaran non tunai ternyata juga dilihat oleh dunia perbankan. Hal ini

diindikasikan oleh kenyataan bahwa mayoritas perbankan menganggap bahwa

pertumbuhan penggunaan ATM, Kartu Debet maupun Kartu Kredit sangat tinggi.

Selain itu faktor pendorong lain yang dianggap penting adalah peningkatan trend

di masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai.

2) Sebaliknya, hambatan yang paling dirasakan dunia perbankan dalam

mengembangkan instrumen non tunai adalah tingginya biaya investasi. Hambatan

lainnya yang juga banyak diungkapkan adalah rendahnya permintaan dari

masyarakat. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan yang ada di

masyarakat maupun dunia usaha. Untuk itu, diperlukan satu sosialisasi khusus

untuk emnghubungkan keinginan masyarakat dengan dunia perbankan.

3) Dalam usaha untuk melakukan penetrasi seluruh instrumen non tunai, secara

umum dunia usaha memandang faktor keamanan, biaya dan akurasi sebagai aspek

yang sangat penting untuk diperhatikan.

8.2. Implikasi Kebijakan

Dari hasil-hasil temuan survey sebagaimana telah disampaikan pada bab-bab

sebelumnya dan telah pula disarikan pada sub bab terdahulu, ada beberapa rekomendasi

kebijakan yang bisa disampaikan:

1) Potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai ternyata cukup besar,

khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi dan perbankan yang cukup maju.

Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat, baik masyarakat umum sebagai

pengguna, dunia usaha sebagai penerima instrumen embayaran amupun dunia

perbankan. Potensi ternyata tidak hanya pada para nasabah perbankan, tetapi

juga masyarakat umum non nasabah.

2) Besarnya potensi pengembangan tidak hanya berkaitan erat dengan faktor

ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-faktor lain seperti demografi

dan sosial budaya. Oleh karenanya, dalam pengembangan ke depan seyogyanya

memperhatikan hal-hal yang menjadi concern masyarakat luas.

Page 125: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

104104104104104

3) Untuk lebih mempercepat pengembangan sistem pembayaran non tunai, sangat

penting untuk dilakukan sosialisasi secara luas dengan menggunakan saluran atau

media yang efektif seperti jalur kerabat/teman dan TV.

4) Menyadari bahwa potensi pengembangan tiap-tiap daerah tidak merata, maka

snagat perlu untuk melakukannya secara bertahap, dengan memperhatikan peta

potensi pengembangan tiap-tiap wilayah yang direkomendasikan oleh tim peneliti.

5) Semakin meningkatnya penggunaan instrumen pembayaran non tunai tentunya

akan membawa dampak ke kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indone-

sia. Salah satu issue urgen yang harus segera diperhatikan adalah ”perlu tidaknya

redefinisi jumlah uang beredar M1 dan M2”. Selain itu, penting juga untuk melihat

dampak penggunaan instrumen non tunai terhadap variabel makro-moneter

lainnya. Untuk itu, tim peneliti merekomendasikan pelaksanaan penelitian lanjutan

yang secara khusus menelaah hal-hal krusial tersebut.

Page 126: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

105105105105105

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka

Avery, R. B., Elliehausen, G. E., Kennickell, A. B. dan P. A. Spindt (1986), The use of

cash and transaction accounts by American families, Federal Reserve Bulle-

tin, Vol. 72, February, p. 87-108.

Bank Indonesia (2005), Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia Tahun 2005,

Bank Indonesia.

Duca, J. V. dan W. C. Whitesell (1995), Credit cards and money demand: a cross-

sectional study, Journal of Money, Credit,and Banking, Vol. 27, No. 2, May,

p. 604-623.

Engel, James F et al. (1994). Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi keenam.

Binarupaaksara, jakarta.

Hayashi, F. dan E. Klee (2003), Technology adoption and consumer payments:

evidence from survey data, Review of Network Economics, Vol. 2, No. 2, June,

p. 175-190.

Hosmer, D.W. & S. Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley &

Sons, Inc. New York.

Jonker, N. (2005), Payment products as perceived by consumers - a public survey,

mimeo, De Nederlandsche Bank, May.

Kennickell, A. B. dan M. L. Kwast (1997), Who uses electronic banking? Results

from the 1995 Survey of Consumer Finances, paper prepared for presenta-

tion at the Annual Meetings of the Western Economic Association, Seattle,

Washington, July.

Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Prenhallindo, Jakarta.

Klee, E. (2005), Families’ use of payment instruments during a decade of change

in the U.S. payment system, mimeo, Board of Governors of the Federal Re-

serve System, February.

Page 127: Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat Dan analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi,

Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai

106106106106106

Levy, P S. and S Lemeshow. 1999. Sampling of Population, Methods and Applica-

tion. 3rd. John Wiley & Sons,Inc. New York.

Loix, E., R. Pepermans, dan L. Van Hove (2005), Who’s afraid of the cashless soci-

ety? Belgian survey evidence, Vrije Universiteit Brussels, Belgium.

Mooslechner, P., Stix, H. dan K. Wagner (2002), The payment habits of Austrian

households - Results of a study on the use of payment cards and the struc-

ture of payment transactions in 2000, Focus on Austria (Oesterreichische

Nationalbank), No. 1, p. 89-117.

Stavins, J. (2001), Effect of consumer characteristics on the use of payment instru-

ments, New England Economic Review (Federal Reserve Bank of Boston),

No. 3, p. 19-31.

Subari, Sri M.T. dan Ascarya (2003), Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia,

Pusat Pendidikan dan Studi Kebangsentralan (PPSK), Bank Indonesia.

Virén, M. (1994), Demand for different payment media in Finland, Bank of Fin-

land Bulletin, Vol. 68, No. 2, February, p. 12-16.

Westland, Chr. J. (2002), Preference ordering cash, near cash and electronic cash,

Journal of Organizational Computing and Electronic Commerce, Vol. 12, No.

3, p. 223-242