persepsi nyeri

3
PERSEPSI NYERI Telah cukup jelas dari obeservasi klinis dan uji fisiolgis bahwa lanjut usia memiliki ketajaman yang kurang dalam persepsi nyeri. Tes laboratorium menggunakan berbagai instrumen untuk mengukur batas nyeri menunjukkan terjadinya kehilangan sensitivitas akibat penuaan terutama setelah usia 50 tahun. Pada penelitian yang lebih baru, Soschin dan Kligman menunjukkan perbedaan waktu terkait usia dalam persepsi sensasi terbakarnya wajah menggunakan campuran 20:80 kloroform dan methanol. Hasil penelitian mereka ditunjukkan di Gambar 3 dan mengindikasikan bahwa usia lanjut secara konsisten membutuhkan waktu lama untuk persepsi tipe nyeri ini.Pada kedua kelompok, waktu reaksi terpendek dan perbedaan usia yang paling besar ditemukan di lipatan nasolabial sepanjang sisi hidung yang merupakan tempat yang kaya akan resseptor nyeri. Oleh karena itu, usia lanjut kurang mampu dalam mendeteksi bahaya dan bereaksi seharusnya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa luka bakar menjadi lebih serius dan luas pada usia lanjut. KERENTANAN Beralasan bila kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap gangguan dari faktor lingkungan. Hal ini sesungguhnya dapat ditemui pada kasus trauma mekanik, seperti adanya kecenderungan tinggi untuk terjadinya abrasi superfisial pada saat pengangkatan dressing adhesif dari kulit individu usia lanjut. Kecenderungan ini tidak diragukan lagi merupakan akibat berkurangnya interdigitasi antara dermis dan epidermis seperti yang dilaporkan oleh beberapa peneliti. Kiistala juga telah membuktikan dengan eksperimen, yakni dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membentuk blister, dan pemisahan dermoepidermal terjadi lebih cepat pada lanjut usia.

Upload: fetria-melani

Post on 07-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Nyeri

PERSEPSI NYERI

Telah cukup jelas dari obeservasi klinis dan uji fisiolgis bahwa lanjut usia memiliki

ketajaman yang kurang dalam persepsi nyeri. Tes laboratorium menggunakan berbagai

instrumen untuk mengukur batas nyeri menunjukkan terjadinya kehilangan sensitivitas

akibat penuaan terutama setelah usia 50 tahun. Pada penelitian yang lebih baru, Soschin

dan Kligman menunjukkan perbedaan waktu terkait usia dalam persepsi sensasi

terbakarnya wajah menggunakan campuran 20:80 kloroform dan methanol. Hasil

penelitian mereka ditunjukkan di Gambar 3 dan mengindikasikan bahwa usia lanjut

secara konsisten membutuhkan waktu lama untuk persepsi tipe nyeri ini.Pada kedua

kelompok, waktu reaksi terpendek dan perbedaan usia yang paling besar ditemukan di

lipatan nasolabial sepanjang sisi hidung yang merupakan tempat yang kaya akan

resseptor nyeri. Oleh karena itu, usia lanjut kurang mampu dalam mendeteksi bahaya

dan bereaksi seharusnya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa luka bakar menjadi

lebih serius dan luas pada usia lanjut.

KERENTANAN

Beralasan bila kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap gangguan dari faktor

lingkungan. Hal ini sesungguhnya dapat ditemui pada kasus trauma mekanik, seperti

adanya kecenderungan tinggi untuk terjadinya abrasi superfisial pada saat pengangkatan

dressing adhesif dari kulit individu usia lanjut. Kecenderungan ini tidak diragukan lagi

merupakan akibat berkurangnya interdigitasi antara dermis dan epidermis seperti yang

dilaporkan oleh beberapa peneliti. Kiistala juga telah membuktikan dengan eksperimen,

yakni dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membentuk blister, dan

pemisahan dermoepidermal terjadi lebih cepat pada lanjut usia.

Page 2: Persepsi Nyeri

PENYEMBUHAN LUKA

Kerusakan sawar startum korneum oleh paparan bahan fisik atau kimia akan

menyebabkan kehilangan cairan normal yang lebih banyak, dan dapat diukur secara

nonintrusif dengan evaporimetri. Seabagai contoh, sebagaimana dijelaskan oleh Lehman

dan Kligman sebelumnya, paparan 5 % cairan asam format ke kulit menyebabkan

startum korneum membengkak hingga pada tingkat dimana secara fisik dapat diangkat

dengan peeling secara pelan. Tempat dimana terjadi pengelupasan ini lalu dapat

dimonitor mengenai kehilangan cairan transepidermal hingga sawar kembali terbentuk.

Sebagaimana terlihat di gambar 4, cukup jelas bahwa waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan sawar fungsional lebih lama pada individu lanjut usia.

Respon penyembuhan berbeda terkait usia pada relawan sehat yang tidak

dirawat di rumah sakit ditunjukkan dari monitoring pembentukan kembali batas

permukaan kulit yang dihilangkan dengan penglepasan blister yang diinduksi oleh

paparan cairan amonium hidroksida 1:1 dalam jumlah besar ke kulit. Penglepasan

bblister menggambarkan destruksi superfisial yang mungkin disebabkan oleh manipulasi

klinis seperti kuretase, desikasi ringan, atau bedah krio, luka bakar thermal, maka diduga

terjadi perbedaan penyembuhan pada berbagai luka tersebut terkait usia. Berdasarkan

pengalaman lebih dari 12,000 dermabrasi, Orentreich dan Semlanowitz memperkirakan

bahwa reepithelialisasi membutuhkan waktu 2 kali lebih lama pada pasien berusia lebih

dari 75 tahun dibandingkan yang berusia mendekati 25 tahun.

Walaupun perbedaan penyembuhan luka terkait usia benar-benar terjadi,

pengalaman pembedahan dengan jelas menunjukkan bahwa bahkan pada individu

sangat tua (usia >85 tahun) dapat terjadi perbaikan luka ekstensif secara efektif. Ahli

Page 3: Persepsi Nyeri

bedah tidak sedikit pun gentar dalam melaksanakan operasi besar pada individu usia

lanjut. Tingkat kesuksesan tinggi yang dapat diprediksi lebih cenderung kepada

menghilangkan perbedaan substansial dalam penyembuhan luka, namun demikian

jangan pernah melupakan bahwa komplikasi medis lebih banyak dan berisiko pada

individu lanjut usia.