permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah

746

Click here to load reader

Upload: pri-naldo-sianipar

Post on 20-Oct-2015

3.012 views

Category:

Documents


164 download

TRANSCRIPT

  • Mengingat

    DEPARTEMEN DAlAM NEGERIREPUBlIK INDONESIA

    PERATURAN MENTERI DAlAM NEGERI

    NOMOR 13 TAHUN 2006

    TENTANGPEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

    MENTERI DALAM NEGERI,

    Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perluditetapkon Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah;1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengg'araan

    Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi danNepotisme (Lembaran Negara R"publik Indonesia Tahun 1999Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3851);

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lemboran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tilhun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (Lembaran Negara Republik Indcnesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Reput,li~ Indon~sia Nomor4355);

    4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4389);

    5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

    6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerercanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4421);

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 2 -

    7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentangPerubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, TambahanLembaran Negar~ Republik Indonesia nomor 4548);

    8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pcmerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    9. Peraturan Pemcrintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang KedudukanProtokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DewanPerwakila'n Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4416) sebagaimana telah diuhah denganPeraturan Pemerir,tah Nomor 37 Tahun 2005 tentang PerubahanAtas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 7.004 tentangKedudukan Protokolcr dan Keuangan Pimpinan dan AnggotaDewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran. Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4540);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4502);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4503);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor '54 Tahun 2005 tentang PinjamanDaerah (Lemb2l'an Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Repub!ik IndonesiaNomor 4574);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang. DanaPerimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 137, Tamba~an Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4575);

    14. Peraturan Pcmerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang SistemInformasi Keuangan Daerah (Lembaran ~le~ara P.epublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4576);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang HibahKepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran I\egara RepublikIndonesia Nomor 4577);

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 3 -

    :6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 20CS tentang Pengelo.canKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahuri2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4578);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang PedomanPenyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia ~omor 4585);

    18. Peraturan Pemerintah Nornor 8 Tahun 2006 tentang LaporanKeuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran NegaraRelJublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4614);

    19. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang UnitOrganisasi dan Tugas Eselon 1 Departemen sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor88 Tahun 2003;

    20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

    MEMUTUSKAN:~'enetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

    BAB IKETENTUAN UMUM

    Bagian PertamaPengertian

    PasallDalarn Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik

    Indonesia yang meme.Jang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945.

    2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan olehpemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asasotonolTJi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-Iuasnya dalamsistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalarn Unc1ang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, danJatau walikota, dan perangkatdaerah ~ebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    4. Daerah otonom, selanjutnya disebut d~erah, adalah kesatuan masyarakat hukumyang rnernpunyai ,batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurusurusan pemerintatian dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsasendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 4 -

    5. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalahkesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenanguntuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati da!am sistempemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    6. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah Golam rangkapenyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasukdidalamnya sega'a bentuk kekayaan yang berhu!;ungan dengan hak dankewajiban daerah tersebut.

    7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk olehDPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlakudi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi)yang berlaku di Provinsi Papua.

    8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputiperencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporari, pertanggungjawaban, danpengawasan keuangan daerah.

    9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalahrencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujuibersama oleh pemerintah duerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturandaerah.

    10. Satuan Ke~a Perangkat Daerah yang selanjutnya disi1gkat SKPD adalah perangkatdaerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggarall/pel1gguna barang.

    11. Satuan Ke~a Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKDadalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku penggunaanggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangandaerah.

    12. Organisasi adalah unsur perrerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepaladaerah/wakil kr.pala daerah dan satuan ke~a perangkat daerah.

    13. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerahkabupaten atau walikota bagi daerah kota.

    14. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yangkarena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhanpengelolaan keuangan daerah.

    IS. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalahkepala satuan ke~a pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengankepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pel1gelolaan APBD danbertindak sebagai bendahara umum daerah.

    16. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yangbertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

    17. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaananggaran untuk melaksalakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipirnpinnya.

    18. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barangmilik daerah

    19. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalahpejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.

    20. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakansebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugasdan fungsi SKPD

    21. Pejabat Penatdusahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPDadalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 5 -

    22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalahpejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatandari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

    23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,menyimpzn, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkanuang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

    24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunJuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkanuang untuk keperluan belanja daerah dalarll rangka pelaksanaan APBD padaSKPD.

    25. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebihentitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perunda.ng-undangan wajibmenyampaikan laporan pertanggL'.ngjawaban berupa laporan keuangan.

    26. Entitas akuntansi adalall unit pemerintahan pengguna anggaran.'pengguna barangdan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporankeuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

    27. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapaprogram.

    28. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkatRPJMD adalah dokumen perencanoan untuk periode 5 (lima) tahun.

    29. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1(satu) tahun.

    30. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah timyang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipirr.pin oleh sekretarisdaerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepaladaerah dalam ~angka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabatperencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

    31. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yangmemuat kebijakan bidang pendapatan, bclanja, dan pembiayaan serta asumsiyang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

    32. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya jisingkat PPAS adalahrancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yangdiberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunanRl

  • - 6 -

    35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaranberdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap keb:jakantersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, denganmempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan padatahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.

    36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuktahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikankesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasarpenyusunan anggaran tahun berikutnya.

    37. Kinerja adalch keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapaisehubungan dengan penggunaan anggaian dengan kuantitas dan kualitas yangterukur.

    38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan rencana keuangantahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja gunamelaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaianefisiensi alokasi dana.

    39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintah~n dibidang tertentu yangdilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

    40. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dankewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur danmengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangkamelindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat.

    41. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satuatau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untukmencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

    42. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilal:sanakan oleh satlJ atau lebih unitkerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatuprogram dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sUl1lber daya baik yangberupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk perdlatan danteknologi, dilna, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber dayatersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalambentuk barang/jasa.

    43. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu prolJram atau keluaranyang diharapkan dari suatu kegiatan.

    44. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yangdilaksanakan untuk mendllkung pencapaian sasaran dan tujuan program dankebijakari.

    45. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mence'minkan berfungsinya kelcarandari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

    46. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan olehkepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakanuntuk membayar selurun pengeluaran daerah.

    47. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerahyang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaandaerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bankyang ditetapkan.

    48. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.49. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.50. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

    nilai kekayaan bersih.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 7 -

    51. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagaipengurang nilai kekayaan bersih.

    52. slJrplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah danbelanja daarah.

    53. Defisit Anggaran Daerah Jdalah selisih kurang antara pendapatan daerah danbalanja daerah.

    54. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembalidaniatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaranyang bersangkutan rTIaupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

    55. sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat siLPA adalah selisihlebih realisesi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periodeanggaran.

    56. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerimasejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga.daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

    57. Piutang Daerilh adaiah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerahdan/atau hak pemerintilh daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibatperjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perur,dang-undangan atauakibat lainnya yang sah.

    58. Utang Dilerah adaiah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerahdan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uangberdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebablainnya yang sah.

    59. Dana Cadangan adillah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yangrnemcrlukan dilna relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahunanggaran.

    60. Invcstasi adalah penggunaan aset untuk memperaleh manfaat ekonomis sepertibungil, de,iden, rayalti, maTlfaat sosial dan/iltau manfaat lainnya sehingga dapatmeningkatkan kemampuall pemerintah dalam rangka pelayanan kepadamasyarakat.

    61. Dokumen Pelaksanaan Anggaran sKPD yang selanjutnya disingkat DPA-sKPDadalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yangdigunakan sebaga! dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.

    62. Dokurnen Pelaksanaan Perubahan Anggaran sKPD yang selanjutnya disingkatDPPA-sKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja danpembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran olehpengguna anggaran.

    63. Anggaran Kas ada!ah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber daripenerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan danayang CUKUp guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

    64. surat Panyediaan Dana yang selanjutnya disingkat sPD adalah dokumen yangmenyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasarpenerbitan SPP.

    65. Surat Permintaan Pembayaran y;mg selanjutnya disingkat SPP adalah dokumenyang diterbitkan oieh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaankegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

    66. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat sPP-UP adalah dokumen yangdiajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yangbersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan denganpembayaran langsung.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 8 -

    67. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumenyang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk permintaan pengganti uangpersediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

    68. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjut wa disingkat SPP TU adalahdokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran unt"k rermintaan tambahanuang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dantidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

    69. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalar dokumen yang diajukanoleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pemtoayaran langsu.-,g kepadapihak ketiga ~tas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnyadan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, oeruntukan, dan waktupembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

    70. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yangdigunakanjditerbitkan oleh pengguna anggaranjkuasa 'pengguna anggaran untukpenerbitan SP2D atas beban pengcluaran DPA-SKPD.

    71. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UPadalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaranjkuasa penggunaanggaran untuk penerbitan SP2D atas beban beban pengfeluaran DPA-SKPD yangdipergunakan sebagai uang persccliaan untuk mendanai kegiatan.

    72. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang seianjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaranjbasJ penggunaanggaran untur. penerbitan 51'20 atas beban pengeluaran DPA-SKPD yangdananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

    73. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanilltnya disingkatSPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaranjkuasapengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeillaran DPA-SKPD,karena kebutuhan dananya meleblhi dari jumlah batas pagu uang persediaan yangtelah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

    74. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalahdokumen yi1I,g diterbitkan oleh pengguna anggaranjkuasa pengguna anggaranuntuk penerbitan SP2D atas beLJan pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.

    75. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokllmenyang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUDberdasarkan SPM.

    76. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas bebanAPBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

    77. Kerugian Daerah adalah kekurangan Clang, surat berharga, dan bar,1ng yang nyatadan pasti jumlahnya sebagai

  • - 9 -

    Bagian KeduaRuang lingkup

    Pasal2Ruang Iingkup keuangan daerah meliputi:a. hak daeruh untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan

    pinjaman;b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan

    membayar tagihan pihak ketiga;c. penerimaan daerah;d. pengeluaran daerah;e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

    berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan

    r. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangkapenyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

    Pasal3Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputikekuasaan pengelolaan keuang~n daerah, azas umum dan struk~ur APBD, penyusunanrancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yangbelum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,penatausahaan keuangan daerah, akuntansi I

  • - 10 -

    (7) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip keterbukaanyang memungkinl

  • - 11 -

    Bagian KeduaKoordin.3tor Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pasal6(1) Sekretari~ daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

    dimaksud ddlam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinyadalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikanpenyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangandaerah.

    (2) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas koordinasi di bidang:a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;b. penyusunan dall pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

    pelaksanaan APBD;e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas

    keuangan daer'ah; danf. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

    pelaksanaan AP8D.(3) Seta in mempunyai tugas koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    sekretaris daerah mempunyai tugas:a. memimpin TAPD;b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPDjDPPA-SKPD; dane. me!aksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keual"gan daerah fainnya

    berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.(4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan

    tugClS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada kepala daerah.

    Bagian KetigaPejabat Pengelola Keuangan Daerah

    Pasal7(1) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b

    mempunyai tugas:a. meOlyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBe;c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan

    Peraturan Daerah;d. meiaksanakan fungsi BUD;e. menyusun lapcran keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

    pelaksanaan APBD; danf. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala

    daerah.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 12 -

    (~) . PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan

    pengeluaran kas daerah;e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;f. menetapkan SPD;g. menyiapkan pelal:sanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama

    pemerintah daerah;h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;i. menyajikan informasi keuangan daerah; danj. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

    barang milik daerah.(3) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di tingkungan satuan kerja pengelola

    keuangan daerilh selaku kuasa BUD.(4) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah

    melalui sekretaris daerah.

    Pasal8(1) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) ditetapl

  • - 13 -

    d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintahdaerah;

    e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;f. menyajikan informasi keuangan daerah; dang. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang

    milik daerah.

    Bagian KeempatPejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

    Pasal 10Kepala SKPD seiaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang sebagaimanadimaksud dalam Pas,,1 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:a. menyusun RKA-SKPD;b. menyusun DPA-SKPD;c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

    belanja;d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;e. me:akukan pengujian atas tagihan dan memerinlahkan pembayaran;f. melaksanakan pemmgutan penerimaan hukan pajak;g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran

    yang telah ditetapkan;h. menandatangani SPM;i. mengelola utang Jan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

    dipimpinnya;j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab

    SKPD yang dipimpinnya;k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;I. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;m. melaksilnakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya

    berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dann. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui

    sekretaris daerah.

    Bagian KelimaPejabat Kuasa P~ngguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang

    Pasal 11(1) Pejabat pengguna ang~aran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagiankewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa penggunaanggaran/kuasa pengguna barang.

    (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1)berdasarkan pertirnbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uangyang dikelola, beban kerja, lakasi, kampetensi dan/atau rentang kendali danpertimbangan abjektif lainnya.

    (3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan aleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 14 -

    (4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud padaayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada penggunaanggaran/pengguna barang.

    Bagian KeenamPejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

    Pasal12(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna

    anggaranjkuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatanmenunjuk pejabat pada unit kerja 5KPD selaku PPTK.

    (2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkanpertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi,danjatau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

    (3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pe!aksanaantugasnya kepada pengguna anggaran/pengguna barang.

    (4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaranjkuasa pengguna barangsebagaimana tJimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksc:naantugasnya kepada kuasa pengguna anggaranjkuasa penggl1na barang.

    (5) PPTK mempunyai tugas mencakup:a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;b. melaporkan perkemba'ngan pelaksanaan kegiatan; danc. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelilksanaan

    kegiatan.(6) Dokumen angyaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakup

    dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkaitdengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan se>uai dengan ketentuanperundang-undangan.

    Bagian KetujuhPejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

    Pasal13(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala 5KPD

    menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata uSilha keuangan pada 5KPDsebagai PPK-5KPD.

    (2) PPK-5KPD sebpgaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:a. meneliti kelengkapJn 5PP-L5 pengadaan barang dan jasa yang disampaikan

    oleh bendahara pengeluaran dan dlketahui/ disetujui oleh PPTK;b. meneliti kelengkapan 5PP-UP, 5PP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gajl dan

    tunjangan PN5 serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

    c. melakukan verifikasi SPP;d. menyiapkan SPM;e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;f. melaksanakan akuntansi 5KPD; dan,g. menyiapkan laporan keuangan 5KPD.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 15 -

    (3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukanpemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

    Bagian KedelapanBendailara Penerimaan dan Bendallara Pengeluaran

    Pasal 14(1) Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara

    pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangkapelaksanaan anggaran pada SKPD.

    (2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah pejabat fungsionaf.

    (3) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupuntidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaanpemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uangpada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

    (4) Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakantugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/ataubendahara pengeluaran pembantu.

    (5) Bendahara pene,imaan dan bendahara pengeluaran secara fungsionalbertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

    BAB IIIAZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD

    Bagian PertamaAzas Umum APBD

    Pasal 15(1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

    kemampuan pendapatan daerah.(2) Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada

    RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainyatujuan bcrnegara.

    (3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,dan stahilisasi.

    (4) APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahunditetapkan dengan peraturan daerah.

    Pasal 16(1) Fungsi otcrisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung arti

    bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan danbelanja pada tahun yang bersangkutan.

    (2) Funqsi perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 aya: (3) mengandungarti hahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalammerencanakan kegia',an pada tahun yang bersangkutan.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 16 -

    (3) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandungarti bahwa a1,;jgaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakall kegiatanpenyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telahditetapkan.

    (4) Fungsi alokasi sebagaimana dimaksud da!am Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkanefisiensi dan efektivitas perekonomian.

    (5) Fungsi distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dankepatutan.

    (6) Fungsi stabilisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) mengandung artibahwa anggaran pemerintah daerall menjadi alat untuk memelihara danmengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

    Pasal17(1) Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan

    daerah.(2) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (t) merupakan perkiraan

    yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua

    penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahlJn anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

    Pasal 18(1) Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan

    daerah.(2) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupukan perkiraan beban

    pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adi! dan merata agar reJatif dapatdinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalampemberian pelayanan umum.

    (3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada aya': (1) adalahpengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

    Pasal 19Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran sebagaimana dimaksud dalamPasa! 18 ayat (1) harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaandalam jumlah yang cukup.

    Pasal 20(1) Pendapatan, belarlja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus

    berdasarkap pada ketentuan peraturan perundang-undangan.(2) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiuyaan daerah dianggarkan

    secara brute dalam APBD.

    Pasal21APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahunanggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desernber.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 17 -

    Bagian KeduaStruktur APBD

    Pasal22(1) Struktur APSD merupakan satu kesatuan terdiri dari:

    a. pendapatan daerah;b. belanja daerah; danc. pembiayaan daerah.

    (2) Struktur APSD sebagailT ana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menuruturusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawabmelaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (3) Klasifikasi APSD menurut urusan pemerintahan dan organisasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkanketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 23(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a

    meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yangmenambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dantidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

    (2) Selanja daerah sebagnimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b meliputisemua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitasdana, rnerupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akandiperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. -

    (3) Pembiay,la'1 daerah sebagaimana dimaksud Pasal 22ayat (1) huruf c meliputisemua trar.saksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkansurplus.

    Pasal24(1) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a dirinci

    menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek danrincian obyek pendapatan.

    (2) Selanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b dirincimenurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok,jenis, obyek dan rincian obyek belanja.

    (3) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dirincimenurut Jrusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek danrincian obyek pembiayaan.

    Bagian KetigaPendapatan Daerah

    Pasal 2SPendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf adikelompokan atas:a. pendapatan asli daerah;b. dana perimbangan; danc. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 18 -

    Pasal 26(1) Kelompok pend~patan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri

    atas:a. pajak daerah;b. retribusi daerah;c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dand. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    (2) Jer.is pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a dan huruf b dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan rctribusi daerah.

    (3) Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c dirinci menurllt obyek pendapatan yang mencakup:a. bag ian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;b. bag ian laba atas penyertaan modal pada perusahaan millk pemerintah/BUMN;

    danc. bag ian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

    kelompok usaha masyarakat.(4) Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) huruf d, disediakan untuk mcngallggarkan penerimaan daerah yang tidaktermasuk dalam jenis pajak daerah. retribusi daerah, dan hasil pengelolaan

    k~kayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yangmencakup:a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;b. jasa giro;c. pendapatan bunga;d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;e. penerimaan komisi, potongan atauplln bentuk lain sebagai akibat dari

    penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jase oleh daerah;f. penerimaa,l keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

    asing;g. pendapatan denda atas keterlambatan pclaksanaan pekerjaan;h. pendapatan denda pajak;i. pendapatan denda retribusi;j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;k. pendapatan dari pengembalian;I. fasilitas sosial dan fasilitas umum;m. penoapatan oarl pen}Jelenggaraan penoioiKan dan pe\atinan; dann. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

    Pasal 27(1) Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang

    terdiri atas:a. dana bagi hasil;b. dana alokasi umum; danc. dana alokasi khusus.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 19 -

    (2) Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:a. bagi hasil pajak; danb. bagi hasil bukan pajak.

    (3) Jenis d2na alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum.(4) Jenis dana illokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan

    yang ditetapkan oleh pemerintah.

    Pasal 28Kelampok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yangmencakup:a. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/

    organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembagaluar negeri yang tidak mengikat;

    b. dana darurat dari peme'intah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakanakibat bencana alam;

    c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang dtetapkan oleh pemerintah;

    dane. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pcrnerintah daerah lainnya.

    Pasal 29Hibah sebag

  • - 20 -

    (2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatdalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentukpeningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitasumum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

    (3) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diwujudkan melalui prestasi ~erja dalam pencapaian standar pelayanan minimalsesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal32(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 31 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mencakup:a. pendidikan;b. kesehatan;c. pekerjailn umum;d. perumahall rakyat;e. penataan ruang;f. perencanaan pembangunan;g. perhubungan;h. Iingkungan hidup;i. pertanahan;j. kependudukan dan catatan sipil;k. pemberdayaan perempuan;I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;m. sosial;n. tenaga kerja;o. koperasi dan usana k.eell dan menengah;p. penanaman modal;q. kebudayaan;r. pemuda dan olah raga;s. kesatuan bangsa dan pclitik dalam negeri;t. pemerintahan umum;u. kepegawaian;v. pemberdilyaan masvarakat dan desa;w. statistik;x. arsip; dany. komunikasi dan informatika.

    (3) Klasifikasi belanja menurut urusan pili han sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mencakup:{'. pertanian;b. kehutancm;c. energi dan sumber daya mineral;d. pariwisata;e. kelautan dan perikanan;f. perdagangan;

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 21 -

    g. perindustrian; danh. transmigrasi.

    (4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian ataubidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah danpemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangandijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menuruturusan wajib dan urusan pilihan.

    Pasal 33Klasifikasi belani1 menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan danketerpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:a. pelayanar, umum;b. ketertiban dan ketentraman;c. ekonomi;d. Iingkungan hidup;e. perumahan dan fasilitas umum;, kesehalan;,.

    g. pariwisata dan budaya;h. pendidikan; dani. perlindungan sosial.

    Pasal34Klasifikasi belanja menurut organ1sasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.

    Pasal35Klasifikasi belanja menurut program can kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal24 ayat (2) disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang nlenjadi kewenangandaerah. .

    Pasal36(1) Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat

    (2) terdiri dari:a. belanja tidak langsung; danb. belanja langsung.

    (2) Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf amerupakan belanja yang. dianggarkan tidak terkait secara langsung denganpelaksanaan program dan kegiatan.

    (3) Kelompok belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmerupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung d~ngan pelaksanaanprogram dan kegiatan.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 22 -

    Paragraf 1Belanja Tidak Langsung

    Pasal37Kelompok belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) hurufa dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:a. belanja pegawai,b. bunga;c. subsidi;d. hibah;e. bantuan sosial;f. belanja bagi hasil;g. bantuan keuangan; danh. belanja tidak lerduga.

    Pasal38(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a merupakan

    belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, s21ta pe.nghasilan lainnyayang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai denganketentuan perundang-undangan.

    (2) Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dantunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan danpenerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.

    Pasal39(1) Pemerintah daerah dapat memberikan tal.lbahan penghasilan kepada pegawai

    negeri sipil berdasarkan peltimbangan yang obyektif dengan memperhatikankemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalamrangka peningkatan kesejahteri.-an pegawai berdasarkan beban kerja atau tcmpatbertugas atau kondisi kerja atau kclangkaan profesi atau ~restasi kerjn.

    (3) Tambahan penghasilan berdJsarkan beban kerja setlagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan kepada pegawai negeri sipi! yang dibebani pCKNjaan untukmenyelesaikan tugas-tugas yang dinilai melampaui bel.,an kerja norma!.

    (4) Tambahan penghasilan berdasark,lll tempat berll.:qa

  • - 23 -

    (8) Kriteria pemberian tambahan penghasilan ditetapkan dengan peraturan kepaladaerah.

    Pasal40Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b digunakan untukmenganggarkan pembaYC1ran bunga utang yang c1ihitung atas kewajiban pokok utang(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka plindek, jangkamenengah, dan jangka panjang.

    Pasal41(1) Elelanja subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf c digunakan untuk

    menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentuagar harga jual prodllksijjasa yang dihasilkan c1apat terjangl

  • - 24 -

    (2) Hibah kepada perusahan daerah bertujuan untuk menunjnng peningkatanpelayanan kepada masyarakat.

    (3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk menunjang peningkatanpenyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasar umum.

    (4) Hibah kepada badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompokmasyarakat/perorangan bertujuan untuk meningkatkan 'Jartisipasi dalampenyelenggaraan pembangunan daerah.

    Pasal44(1) Belanja hibah scbagaimana dimaksud dalam Pasal 42 bersifat bantuan yang tidak

    mengikat/tidak secara terus menerus dan haru" digunakan sesuai denganpersyaratan yang diteta[Jkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.

    (2) Belanja hibah kepada pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN, sertahibah kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada perusahaan daerah,badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompoK masyarakat/perorangandikelola dengan mekanisme APBD scsuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal45(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e digunakan untuk

    menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepadamasyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    (2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terusmenerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, seleklif dan memiliki kejelasanperuntukan penggunaannya.

    (3) Untuk memenuhi fungsi APBD scbagai instrumen keadi:an dan [Jemerataan dalamupaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masy2rakat, bantuan dalambentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhiseluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayananminimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

    (4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan dianggarkan dalam bantuan sosial.

    Pasal46Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf f digunakan untukmenganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepadakabupaten/kota atau pendapatan kabu[Jaten/kota kepada pemerintah desa ataupendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuaidengan ketentuan perundang-undangan.

    Pasal47(1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf 9 digunakan

    untuk mengan~.garkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khuslJs dariprovinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerahlainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa danpemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatankemampuan keuangan.

    (2) Bantuan keuangan yang bersifut umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahdaerah/pemerintah desa penerima bantuan.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 25 -

    (3) Bar.tuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)peruntukan dan pengelolaannya diarahkanjditetapkan oleh pemerintah daerahpemberi bantuan.

    (4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapatmensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaranpendapatan dan be!anja desa penerima bantuan.

    Pasal48(1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf h merupakan

    belanja IJntuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulangseperti penanggulangan bencana alam dan benr.ana sosial yang tidak diperkirakansebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

    (2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaituuntuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitaspenyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman danketertibiln masyarakat di daerah.

    (3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yangtelah ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didllkung dengan bukti-bukti yang sah.

    Pasal49(1) Belanja pegilwai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a dianggarkan pada

    belanja organisasi berkenaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi

    hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga sebagaimanadimakslld dalam Pasal 37 huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, danhuruf h hanya dapat dianggarkan pada belanja SKPKD.

    Paragraf 2Belanja Langsung

    Pasal 50Kelampok belanja langsung dari suatu kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (1) hurllf b dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:a. belanja pegawai;b. belanja barang dan jasa; danc. belanja modal.

    Pasal 51Belanja p~gawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf a untuk pengeluaranhonorariumjupah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

    Pasal52(1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan

    untuk pengeluaran pembelianjpengadaan barang yang nilai manfaatnya kurangdari 12 (du3belas) bulan danjatau pemakaian jasa dalam melaksanakan programdan kegiatan pemerintahan daerah.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 26 -

    (2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor,premi asuransi, perawatan kencjaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewarumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewaperlengkapan dan peralatan kantor, maka~an dan minuman, pakaian dinas danatributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas,perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

    PasalS3(1) Belanja modal sebagaimana dimaksud datam Pasal 50 huruf c digunakan unruk

    pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan ataupembangunan Jset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat iebih dari 12(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalambentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi danjaringan, dan aset tetap lainnya.

    (2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesarharga beli/bangun aset.

    (3) Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunanuntuk memperoleh setiap i\set yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanjabarang dan jasa.

    PasalS4Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, sertabelanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerahdianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.

    Bagian KelimaSurplus/(Defisit) APBD

    PasalSSSelisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran b,~lanja daerahmengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.

    Pasal56(1) Surplus APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran

    pendapatan daerah diperKirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.(2) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok

    utang, penyertaan mooal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepadapemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanjapeningkatan jaminan sosial.

    (3) Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakatyang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnyamelaksanakan program dan kegiatan tersebut.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 27 -

    Pasal57(1) Defis"t anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 terjadi apabila anggaran

    pendapatan daerah diperkirakan lebih kedl dari anggaran belanja daerah.(2) Batas maksimal defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman pada

    penetapan batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan.(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit

    tersebut yang diantdranyr'l dapat bersumber dari sisa lebih perhitLfngan anggarantahun anggaran sebelumr.ya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaandaerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembalipemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

    Pasal58(1) Pemeriiltah daerah wajib melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri

    Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaranberkenaan.

    (2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (i), dapatdilakukan penundaan atas penyaluran dana perimbangan.

    Bagian KeenamPembiayaan Daerah

    Pasal59Pembiayaan daerah sebagairnana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c terdiri daripenerimaan perr.biayaan dan pengeluaran pembiayaan.

    Pasal60(1) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:

    a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnyr'l (SiLPA);b, penca'rdn dana cadangan;c. hasil penjualan kekayClan daerah yang dipisar,kan;d. penerimaan pinjaman daerah;e. penerilllaan kembali pemberian pinjaman; danf. penerimaan piutang daerah.

    (2) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 mencakup:a, pembentukan dana cadangan;b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;c. pembayaran pokok utang; dand. pemberian pinjaman daerah.

    Pasal61(1) Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan

    pengeillaran pembiayaan.(2) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 28 -

    Paragraf 1Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)

    Pasal62Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD,pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauar. penerimaan lain-lainpendapatan daerah yang sah, p~lampauan penerimaan perr,biayaan, peng"ematanbelanja, kewajiban Kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan,dan sisa dana kegiatan lanjutan.

    Paragraf 2Dana Cadangan

    Pasal63(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiat~n

    yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibetJankan dalamsatu tahun anggaran.

    (2) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan peraturan daerah.

    (3) Peraturan daeru~. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapantujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayaidari dana cadangan, besaran dan rineian tahunan dana cadangan yang harusdianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber d~na cadangan,dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

    (4) Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dan~ cadangan sebagaimanadirnaksud pada ayat (2) dibahas bersamaan dengan pembahasan rancanganperaturan daerah tentang APBD.

    (5) Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan diln~ cadangansebagaimana uimaksud pada ayat (4) ditetapk~n oleh kepala d~erah bersamaandengan penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD.

    (6) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber daripenyisihan atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjamandaerah dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluarantertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    (7) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada rekeningtersendiri.

    (8) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana eadangan dan penempatan dalamportofolio dieantumkan sebagai penambah dana eadangan berkenaan da!am daftardana eadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.

    (9) Pembentukan dana eadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalamtahun anggaran yang berkenaan.

    Pasal64(1) Peneairan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf b

    digunakan untuk menganggarkan peneairan dana cadangan dari rekening danacadangan ke rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.

    (2) Jumlah yang dianggarkan tersebut pada ayat (1) yaitu sesuai dengan jumlah yangtelah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadanganberkenaan.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 29 -

    Pasal65Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekekning dana cadangan kerekening kas umum daerah sebagaimana dimaksud dalam Pa~al 64 ayat (1)dianggarkan datam belanja langsung SKPD pengguna dana cadangan berkenaan,kecuali diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.

    Paragraf 3Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

    Pasal66Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal60 ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil penjualanperusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yangdikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintahdaerah.

    Paragraf 4Penerimaan Pinjaman Daerah

    Pasal 67Penerimaan pinjaman daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf ddigunakan untuk menganggarka,n penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaanatas penerbitun obligasi daerah yang akan direalisasikan pc.da tahun anggaranberkenaan.

    f'aragl'af 5Pemberian Pinjaman daerah dan

    Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah

    Pasal 68(1) Pemberiun pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf d

    digunaka;l untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepada pemerintahpusat dan/atau pem~rintah daerah lainnya.

    (2) Penerimcan kembali pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60ayat (1) huruf e digunakan untuk menganggarkan posisi pe'lerimaan kembalipinjJman yang diberikan. kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerahlainnya.

    Paragraf 6Penerimaan Piutang Daerah

    Pasal 69Penerimaan piutany sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf f digunakanuntuk menganggarkan penerimaan yang berslJmber dari pelunasan piutang fihakketiga, seperti berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank danpenerimaan piutang lainnya.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 30 -

    Paragraf 7Investasi Pemerintah Daerah

    Pasal70Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf bdigunakan untuk menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baikdalam jangka pendek maupun jangka panjang.

    Pasal7!(1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dilpat segera

    diperjualbelikanjdicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresikorendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (duabelas) bulan.

    (2) Investasi jangka rendek sebagaimana dimaksud pada 'lyat (1) mencakup depositoberjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (nuabelas) bulan yang da~atdiperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara (SUN), sertifikatbank indonesia (SBI) dan surat perbendaharaan negara (SPN).

    (3) Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimilikilebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan nonpermanen.

    (4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain suratberharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatubadan usaha, misalnya pembellan surat berharga untuk menambah kepemilikanmodal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintahdaerah untuk tujuan men.iaga hubungan balk dalam dan luar negeri, suratberharga yang tldak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kasjangka pendek.

    (5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada a~at (3\ bertujuan untuk dimilikisecara berkelanjutan tanpa ada nlat untuk dlperjualbe:ik?i1 atau tidak ditarikkembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentukpenggunausahaanjpemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah padaBUMO danjatau badan usaha lainnya dan investasi permanen lalnnya yang dimilikipemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkanpelayanan kepada masyarakat.

    (6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untukdimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarikkembali, seperti pembelian obligasi atau surat utan~ jangka panjang yangdimaksudkan untuk dimiliki sampal dengan tanggal jatuh tempo, dana yangdisisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayananjpernberdayaan masyarakatseperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompokmasyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

    (7) Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akandisertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturandaerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada Peraturan MenteriOalam Negeri.

    Pasal72(1) Investasi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf

    b, dianggarkan dalam pengeluaran pemblayaan,www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 31 -

    (2) DilJestasi pemerintah daerah dianggarkan dalam penerimaan pembiayaan padajenis hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    (3) Divestasi pemerintah daerah yang dialihkan untuk diinvestasikan kembalidianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal(investasi) pemerintah oaerah.

    (4) Penerimaan hasil atas investasi pemerintah daerah dianggarkan dalam kelompokpendapatCln asli daerah pada jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkaro.

    Pasal73(1) Investasi daerah jangka pendek dalam bentuk deposito pada bank umum

    dianggarkan dalam pengeluaran pembiayaan pada jenis penyertaan modal(investasi) pernerintah daerah.

    (2) Pendapattln bunga atas deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dianggarkan daltlm kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lainpendapatan asli daerah yang sah.

    Paragraf 8Pembayaran Pokok Utang

    Pasal74Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf cdigllnakan untllk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yangdihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, danjangka panjang.

    Bagian KetujuhKode Rekening Penganggaran

    Pasal75(1) Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD

    menggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi.(2) Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam

    pengangga,an menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kodeakun pembiayaan.

    (3) Setiap program, kegiatan, kelom~ok, jenis, obyek serta rincian obyek yangdicantumkan dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kodekelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek.

    (4) Untuk tertib penganggaran kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)dan ayat (3) dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut koderekening.

    Pasal 76Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah,kode organisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis,kode obyek, dan kodc rincian obyek.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 32 -

    Pa$a177(1) Kode dan kiasifik3Si urusan pemerintahan daerah dan organisesi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.I peraturanmenteri ini.

    (2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, 'dan kode akun pembiayaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) merupakill1 bagian susunan kodeakun keuangan daerah yang tercantum dalam Lampiran A.II peraturan menteri ini.

    (3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untukprovinsi tercantum dalam Lampiran A.III peraturan menteri ini.

    (4) Kode rekenin" pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) untukkabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV peraturan m~nteri ini.

    (5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V peraturan menteri ini.(6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan

    keterpaduan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33tercantum dalam Lampiran A.VI peraturan menteri ini.

    (7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerahtercantum dalam Lampiran A.VII peraturan menteri ini.

    (8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2)tercantum dalam Lampiran A.VIII peraturan menteri ini.

    (9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan pemerintah dengan pemerintahdaerah, daftar program dan kegiatan sebagaimana dirnaksud pada ayat (7) secaraberkal

  • - 33 -

    Pasal79(1) Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemcrintahan daerah baik dalam bentuk

    uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harusdianggarkan daiam APBD.

    (2) Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukumpenganggaran.

    Pasal80Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk Illelaksanakan kewajiban pemerintahandaerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

    Bagian KeduaRencana Kerja Pemerintahan Daerah

    Pasal81(1) Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan

    penjabaran dari Rf'JMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untukjangka vlaktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.

    (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomidanah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukurdan .,endanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintahdaerah maupun ditempuh der,gan mendorong partisipasi masyarakat. .

    (3) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkanprestasi capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai denganperaturan perur.dalig-lindangan.

    Pasal82(1) RKPD dis1I5UIl untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

    penganggaran, pclaksanaan, dan pengawaSiln.(2) Penyusunan RKPD diselesaikan paling lanlbat akhir bulan Mei sebelum tahun

    anggara,l berkenaan.(3) RKPD sebagarmana dimaksud pada ayat (l) ditetapkan dengan peraturan kepala

    daerah.(4) Tata cara penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman

    pada peraturan perundang-undangan.

    Bagian Ketiga'

  • -?A -

    (2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat antaralain:a. pokok-pokck kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah

    dengan pemerintah daerah;b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;c. teknis penyusunan APBD; dand. hal-hal khusus lainnya.

    Pasal84(1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-

    program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusanpemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasibelanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai denganasumsi yang mendasarinya.

    (2) Program-progran I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselaraskan denganprioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah.

    (3) Asumsi yang mendasari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaknimempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokokkebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah.

    rasa I 85(1) Dalam menyusun rancangan KUA sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1), kepala

    daerah dibantu oleh TAPD yang rlipimpin oleh sekretaris daerah.

  • - 35 -

    b. menentukan urutan program untuk masin-masing urusan; danc. menyusun plafon anggaran sementaril untuk masing-masing program.

    (3) Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimanadimaksud pilda ayat (1) kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu keduabulan Juli tahun anggaran berjalan.

    (4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh lAPD bersamapanitia anggaran DPRD.

    (5) Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagilimana dimaksud pada ayat (4)selanjutnya disepakati. menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaranberjalan.

    (6) Format PPAS tercantum dalam Lampiran A.XI peraturan menteri inL

    Pasal88(1) KUA serta PPA yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat

    (3) dan Pasal 87 ayat (5), masing-masing dituangkan ke dalcm nota kesepakatanyang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan Df'RD.

    (2) Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjukpejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA danPPA.

    (3) Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatanKUA dan PPA dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

    (4) format nota kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalamLampiran A.XII peraturan menteri inL

    Bagian KeempatPenyusunan Reneana Kerja dan Anggaran SKPD

    Pasal89(1) Berd3sarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1),

    lAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedomanpenyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

    (2) Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :a. PPA yang dialokasikan untuk setiap progrC'm SKPD berikut rencana

    pcndapatan dan pembiayaan;b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD

    berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan

    prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitaspenyuslJnan anggarari dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan

    e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, formatRKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.

    (3) Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahunanggaran berjalan.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 36 -

    Bagian KelimaRencana Kerjil dan Anggaran SKPD

    Pasal90(1) Berdasarkan p~doman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dal

  • - 37 -

    (4) Analisis standar belanja sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) merupakanpenilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untukmelaksanakan suatu kegiatan.

    (5) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hargasatuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkandengan keputusan kepala daerah.

    (6) Standar pelayanan minimal sebagaimana dlillaksud pada ayat (1) merupakall tolokukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yangmerupakan urusan wajib daerah.

    Pasal94(1) RKA-SKPO sebagairllana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) memuat rencana

    pendapatan, rencana bel2nja untuk masing-masing program dan kegiatan, sertarencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincianobjek pendapatan, lJelanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahunberikutnya.

    (2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memuat informasi tentangurusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akandicapai dari program dan kegiatan.

    Pasal 95(1) Rencana pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuat

    kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yangdipungut/dikelola/ diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    (2) Peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud r;ada ayat (1) adalahperaturan daerah, peraturan pemerintah atau undang-undang.

    (3) Rencana belanja seba~aimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuatkelompok bel2nja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masingdiuraikan rT,f'nurut jeni;, obyek dan rincian obyek belanja.

    (4) Rencana pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) memuatkelompok penerimaan pembiayaan yallg dapat digunakan untuk menutup defisitAPBD dan pellgeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplusAPBD yang masing-masing diuraikan mellurut jenis, obyek dan rincian obyekpembiayaan.

    (5) Urusan pemerintahan daerah sebagaimalla dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)memuilt bidang urusan pe nerintahan daerah yang dikelola sesuai dengan tugaspokok dan fUllgsi organisasi.

    (6) Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat namaorganisasi atau nama SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

    (7) Prestasi kerja yang hendak dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2)terdiri dari illdikator, tolok ukur kinerja dan target kinerja.

    (3) Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) memuat nama programyang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

    (9) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2) memuat nama kegiatanyang akan dilaksanakan SKPD dalam tahun anggaran berkenaan.

    Pasal 96(1) lndikator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) meliputi masukan,

    keluar'an dan hasi!.www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 38 -

    (2) Tolok ukur kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (7) merupakanukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula d~nganmempertimbangkan faktor kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaandari setiap program dan kegiatan.

    (3) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 95 ayat (7) merupakan hasilyang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatukegiatan.

    Pasal97(1) Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta

    belanja modal dianggarkan dalam RKA-SKPD pada masing-masing SKPD.(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, bclanja bagi

    hasil, belanja bantuan keuallgan, dan belanja tidak terduga hanya diallggarkandalam RKA-SI(PD pada SKPKD.

    Pasal98Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam RKA-5KPD pada SKPKD.

    Pasal99(1) Bagan alir pengerjaan RKA-SKFD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1)

    tercantum dalam Lampiran A.XIII peraturan menteri ini.(2) Format RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) tercantum

    dalam Lampiran A.XIV peraturan menteri ini.

    Bagian KeenamPenyiapan Raperda APBD

    Pasall00(1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas

    lebih lanjut oleh TAPD.(2) Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

    menelaah ke,esuaian a;)tara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraar. maju yangtelah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya,serta capaign kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standaranal isis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, sertasinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

    (3) Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian sebagaimanadimaksud pada ayat (2) kepala SKPD melakukan penyempurnaan.

    Pasall01(1) RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD

    sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang AP8D danrancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    (2) Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilen

  • - 39 -

    c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,belanja dan pembiayaan;

    d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,program dan kegiatan;

    e. rekapitulasi be1anja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusanpemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangannegara;

    f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;g. daftar piutang daeral

  • - 40 -

    BAB VPENETAPAN APBD

    Bagian PertamaPenyampaian dan Pembahasan

    Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

    Pasal 104(1) Kepala daerah menyampaikiln rancangan peraturan daerah tentang AP8D beserta

    lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktobertahun anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk rnendapatkanpersetiJjuan bersama.

    (2) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala .daerah terhadap rancanganperaturan daerah tentang AP8D dililkukar: paling lama 1 (satu) bulan sebelumtahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

    (3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kepaladaerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaranAP8D.

    (4) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dlmaksL'd pada ayat (1)disertai dengan nota keuangan.

    (5) Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, makapejabat yang ditunJuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selakupenjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpiniln sementaraDPRD yang menandatangani persetujuan bersama.

    (6) Format susunan nota keuangan scbagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantumdalam Lampiran A.XVII peraturan menteri ini.

    Pasall05(1) Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang AP8D untuk

    mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat(1) disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing daerah.

    (2) Pembahasan rancangatl pcraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPA yangtelah disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD.

    (3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pcmbahasanprogram dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepadakepala daerah.

    (4) Format persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercanturr.dalam Lampiran A.XVIII peraturan mcrlteri ini.

    Pasal 106(1) Apabila DPRD sampai batas waktu seba~imana dimakslld dalam Pasal 104 ayat

    (2) tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadaprancangan peraturan daerah tentang AP8D, kepa!a daerah' melaksanakanpengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnyauntuk membiayai keperluan setiap bulan.

    (2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan sebagaimanadimaksud pana ayat (1) diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat danbelanja yang bersifat wajib.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 41 -

    (3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakanbelanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan olehpemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulandalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanjabarang dan jasa.

    (4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsunganpemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dankesehatan danjatau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

    Pasal 107(1) Rencana pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pas

  • - 42 -

    (2) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Menteri DalamNegerijgubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentangAPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah menetapkanrancangan peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

    Pasall09Pelampuan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran sebagaimana ditetapkan dalamPasal 106 ayat (1), hanya diperkenankan apabila ada kebijiikan pemerintah untukkenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil serta penyediaan dana pendampingatas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi l1asil pajakdaerah dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang-undang.

    Bagian KeduaEvaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan

    Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

    Pasalll0(1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bp.rsama

    DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelumditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebihdahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

    (2) Penyampaian rancangan sebi3gaimana dimaksud pada ayat (1) disertCli dengan:a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap

    rancangan peraturan daerah tentang APBD;b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah

    tentang APBD; dand. nota keuJngan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar

    nota keuangan pada sidang DPRD.(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya

    keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antarakepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh manaAPBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yanglebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan o!eh provinsibersangkutan.

    (4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Menteri Dalam Negeri dalJat mengundang pejabat pemerintah daerah provinsiyang terkait.

    (5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusanMenteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (limabelas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

    (6) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturandaerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaranAPBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadiperaturan daerah dan peraturan gubernur.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 43 -

    (7) Dalam hal tJlenteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancanganperaturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentangpenjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukanpenyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasilevaluasi.

    (8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernJr dar DPRD, dan gubernurtetap menelapkan rancangan peraturan daerah tentang A?BD dan rancanganperaturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah danperaturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan daerah danperaturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahunsebelumnya.

    (9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta pernyataanberlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)ditetapkan dengan peraturan Menteri Dalam Negeri.

    Pasalll1(1) Rancangan peraturiln daerah kabupatenjkota tentang APBD yang telah disetujui

    bersam2 DPRD dan rancangan peraluran bupatijwalikota tentang penjabaranAPBD sebelum ditetapkan oleh bupatijwalikota paling lama 3 (tiga) hari kerjadisampaikan kepada gubernur untuk dievalt,asi.

    (2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengandokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) peraturan menteri ini.

    (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud Dada ayat (1) bertujuan untuk tercapainyakeserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antarakepentingan puLJlik dan kepentingan aparJtur serta untuk meneliti sejauh manaAPBD kabupatenjkota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturanyang lebih tinggi danjatau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan olehkabupatenjkota bersangkutan.

    (4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagai,nana dimaksud pada ayat (1),gubeonur dapat mengundang pejabat pemerintah daerah kabupatenjkota yangterkait.

    (S) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud Dada ayat (1) dituangkan dalam keputusangubernur dan disampaikan kepada bupati/walikota paling lama 1S (lima belas) harikerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

    (6) Apabila gubernur menetapkan pernyataan hasil evaluasi atas rancangan peraturandaerah tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentangpenjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi, bupatijwalikota menetapkan rancangandimaksud menjadi pera'uran daerah dan peraturan bupati/walikota. .

    (7) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaliJasi rancangan peraturan daerahtentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBDtiaak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yanglebih tinggi, bupati/w?iikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan palinglama 7 (tJj'Jh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

    (8) Apabiia hasll evaluasi tidal< ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, danbupatijwalikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD danrancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturandaerall dan peraturan bupati/walikota, gubernur membatalkan peraturan daerahdail peraturan bup~tijwalikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya paguAP3D tahul sebelumnya.

    www.gi.co.id Global Intermedia

  • - 44 -

    (9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupatijwalikota dan pernyataanberlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)ditetapkan dengan peraturan gubernur.

    Pasal112(1) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalari sebaga!rnana dimaksud dalarn

    Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8), kepala daerah harus memberhentikanpelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerahmencabut peraturan daerah dimaksud.

    (2) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayaL (1) dilakukandengan peraturan daerah tentang pencabutan peratural daerah tentang APBD.

    (3) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 110 ayat (8) dan Pasal 111 ayat (8) ditetapkan denganperaturan kepala daerah.

    Pasal113Evaluasi rancangan peraturiln daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepaladaerah tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (3) danPasal 111 ayat (3), berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

    Pasal114(1) Penyempurnaan hasH evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (7)

    dan Pasal 111 ayat (7) dilakL'kan kepala daerah bersama dengan panitia anggaranDPRD.

    (2) HasH penyempurnaan sebagaimana dimaksud patJa ayat (1) ditetapkan olehpimpinan DPRD.

    (3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasarpenetapan peraturan daerah tentang APBD.

    (4) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dandilaporkan pada