ringkasan permendagri 13

Upload: rererizkaa

Post on 01-Mar-2016

61 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ringkasan tentang permendagri 13

TRANSCRIPT

Ringkasan permendagri 13, 59, dan 21

Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya

Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 14, Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dapat diterangkan sebagai berikut:

Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud diatas adalah pejabat fungsional.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan Iainnya atas nama pribadi.

Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

dalam PMDN 13/2006 Pasal 135, disebutkan bahwaBendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PMDN 13/2006 Pasal 136;Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.

PMDN 13/2006 Pasal 184Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

dalam rangka Penatausahaan Keuangan Daerah, PMDN 13/2006 Pasal 1861. Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu bendahara.2. Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen penerimaan3. Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang atau pengurusan gaji.dalam PMDN 13/2006 pasal 189Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Penatausahaan atas penerimaan menggunakan:1. buku kas umum;2. buku pembantu per rincian objek penerimaan; dan3. buku rekapitulasi penerimaan harian.

Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan menggunakan:1. surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);2. surat ketetapan retribusi (SKR);3. Surat tanda setoran (STS);4. surat tanda bukti pembayaran; dan5. bukti penerimaan lainnya yang sah.

Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Laporan pertanggungjawaban penerimaan dilampiri dengan:1. buku kas umum;2. buku pembantu per rincian objek penerimaan;3. buku rekapitulasi penerimaan harian; dan4. bukti penerimaan lainnya yang sah.Mekanisme Pembayaran tertuang dalam PMDN 13/2006 pasal198Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD. SPP terdiri dari:1. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);2. SPP Ganti Uang (SPP-GU);3. SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan4. SPP Langsung (SPP-LS).Pengajuan SPP dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai dengan jenis belanja. Pengajuan SPP-UP dalam PMDN 13/2006 Pasal 199Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan.Dokumen SPP-UP terdiri dari:1. surat pengantar SPP-UP;2. ringkasan SPP-UP;3. rincian SPP-UP;4. salinan SPD;5. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; dan6. lampiran lain yang diperlukan.

Pengajuan SSP-GU dalam PMDN 13/2006 Pasal 200Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan. Dokumen SPP-GU terdiri dari:1. surat pengantar SPP-GU;2. ringkasan SPP-GU;3. rincian SPP-GU;4. surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran atas penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;5. salinan SPD;6. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD; dan7. lampiran lain yang diperlukan.

Ketentuan batas jumlah SPP-UP dan SPP-GU ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.Pengajuan SPP-TU dalam PMDN 13/2006 Pasal 202Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan. Dokumen SPP-TU terdiri dari:1. surat pengantar SPP-TU;2. ringkasan SPP-TU;3. rincian SPP-TU;4. salinan SPD;5. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;6. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan; dan7. lampiran lainnya.

Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Dalam hal Jana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah.

Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU digunakan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.Pengajuan SPP-LS dalam PMDN 13/2006 Pasal 204Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna memperoleh persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.Dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan terdiri dari: 1. surat pengantar SPP-LS;2. ringkasan SPP-LS;3. rincian SPP-LS; dan4. lampiran SPP-LS.

Lampiran dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya mencakup:1. pembayaran gaji induk;2. gaji susulan;3. kekurangan gaji;4. gaji terusan;5. uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji susulan/kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;6. SK CPNS;7. SK PNS;8. SK kenaikan pangkat;9. SK jabatan;10. kenaikan gaji berkala;11. surat pernyataan pelantikan;12. surat pernyataan masih menduduki jabatan;13. surat pernyataan melaksanakan tugas;14. daftar keluarga (KP4);15. fotokopi surat nikah;16. fotokopi akte kelahiran;17. surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;18. daftar potongan sewa rumah dinas;19. surat keterangan masih sekolah/kuliah;20. surat pindah;21. surat kematian;22. SSP PPh Pasal 21; dan23. peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala daerah.Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan digunakan sesuai dengan peruntukannya.

Perlukah SPM-UP/GU/TU/LS? Konsep dan Aplikasi Manajemen KasDaerahPembaca mungkin bertanya-tanya, makhluk apa gerangan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS itu? Substansi SPM adalah permintaan uang kepada institusi pengelola keuangan daerah.Biar gampang, kita ibaratkan dinas-dinas adalah anak dan pengelola uang adalah wali anak (bukan orang tua memangnya duit siapa?). SPM-UP (SPM Uang Persediaan) digunakan kalau si anak minta uang untuk jaga-jaga. Besarannya ditetapkan oleh wali anak. Karena kebutuhan anak berbeda-beda, maka uang untuk jaga-jagapun berbeda-beda. Dalam akuntansi, UP dikenal dengan kas kecil(petty cash). SPM-GU (SPM Ganti Uang Persediaan) digunakan kalau si anak sudah menggunakan uang. Form ini merupakan aplikasi pembentukan kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund method). Secara periodik (harian/mingguan/bulanan), wali anak akan mengisi kembali sejumlah uang yang digunakan agar posisinya kembali seperti semula. SPM-TU (SPM Tambahan Uang Persediaan) digunakan kalau uang jaga-jaga si anak tidak mencukupi. Form ini merupakan aplikasi pembentukan kas kecil dengan sistem dana berfluktuasi (fluctuating fund method). SPM-LS (SPM Langsung) digunakan untuk meminta uang guna pembayaran kepada pihak ketiga. Cek untuk SPM-LS diterbitkan atas nama penyedia barang/jasa (sejenis dengan cek atas nama). Selanjutnya, penyedia barang/jasa mencairkan uang di bank. Penerapan semua form tersebut menciptakan situasi yang sebenarnya sederhana menjadi rumit. Bagaimana mungkin diterapkan 2 sistem (imprest fund method dan fluctuating fund method) untuk sebuah pekerjaan (penanganan kas kecil)?. Sebuah kerumitan yang akan dirasakan baik oleh anak maupun wali anak. Anak harus mikir sekedar meminta uang harus pakai form yang benar. Ekstrimnya, kesalahan penggunaan form dapat berakibat tidak diterbitkannya cek yang berarti barang/jasa yang digunakan si anak (baca pemerintah) tidak terbayar. Dari sudut pandang wali anak, operasionalisasinya membutuhkan ceck list per jenis permintaan. Ini berarti bahwa penerapan konsep UYHD (terserah penggunaan si anak, yang penting sesuai kesepakatan awal APBD) terdistorsi konsep UUDP (tidak boleh aneh-aneh menyikapi perkembangan akuntabel sekalipun). ~!@#$%^&*()_+Dimisalkan UP dinas sebesar Rp 10 juta. Di awal perioda dinas akan mengajukan SPM-UP sebesar Rp 10 juta. Selanjutnya uang tersebut digunakan sebesar 3 juta (berarti saldo kas dinas masih Rp 7 juta). Sementara itu, pembayaran yang harus dilakukan selanjutnya adalah sebesar Rp 19 juta dengan rincian Rp 9 juta atas nama bendahara dinas dan Rp 10 juta atas nama penyedia barang/jasa. Situasi tersebut memaksa dinas untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang harus dilakukan:Alternatif 1Alternatif 2

SPM-GU: Rp 3 juta; SPM-TU: Rp 9 juta; SPM-LS Rp 10 juta.SPM-GU: Rp 3 juta; SPM-TU: Rp 4 juta; SPM-LS Rp 5 juta.

Catatan: - UP tetap Rp 10 juta Catatan: - Pihak ketiga dibayar tunai Rp 5 juta dan cek atas nama Rp 5 juta.- Bentuk pembayaran (tunai/cek) diabaikan, substansinya adalah penyedia jasa harus dibayar. - Pengajuan SPM-GU Rp 10 juta sesaat setelah pembayaran agar supaya UP tetap Rp 10 juta.

Kerumitan yang sama juga akan dirasakan oleh pengelola keuangan daerah. Ia harus menggunakan berbagai form guna melakukan pengawasan kredit anggaran masing-masing pos di setiap dinas. Ini dilakukan dengan melakukan cek silang masing-masing form ke dokumen APBD atau DPA. Sementara itu, perbendaharaan diberi deadline 2 hari dalam penerbitan cek (namanya SP2D).~!@#$%^&*()_+Terdapat kerugian bagi kedua belah pihak: dari segi efektivitas dan efisiensi. Pertama, pengelola keuangan daerah perlu menganalisis perputaran uang di setiap dinas untuk menentukan besaran UP. Sebuah langkah yang kontra produktif karena penetapan UP mendorong terjadinya penumpukan kas di dinas. Belum lagi banyaknya form membutuhkan belanja penunjang berupa alat tulis kantor (di kedua pihak).Kerumitan tersebut dapat disederhanakan dengan melihat hubungan kepentingan antara dinas (sebagai pihak yang membutuhkan uang) dengan pengelola keuangan daerah (sebagai pihak yang memberikan uang). Konteks hubungan sederhana ini akan mengeliminasi pemikiran dinas mengenai form manakah yang akan digunakan. Jadi, dinas hanya perlu menggunakan 1 form: SPM.Setelah menerima form SPM, pengelola keuangan daerah cukup berpikir apakah permintaan tersebut akan dipenuhi atau tidak? Jika dipenuhi, berapa besar dana yang akan diberikan? apakah seluruhnya atau sebagian? Implisit, ini merupakan penerapan UYHD: melihat kebutuhan dinas dan mempertimbangkan posisi kas daerah. Sedapat mungkin, posisi kas dinas Rp 0,- atau mendekati Rp 0,-. Dengan demikian, UP tidak lagi diperlukan (baca dipaksakan) ada di dinas. Bukankah pandangan ini dapat mengoptimalkan fungsi utama perbendaharaan (sebagai BUD) dalam manajemen kas daerah?Pada kondisi ekstrim, SPM dan SP2D cukup dibuat sekali dalam setahun (cukup minta sekali setahun dan diberi untuk kebutuhan setahun) yang berarti merelakan peluang perbendaharaan memanfaatkan iddle cash. Atau lebih ekstrim lagi: setelah APBD ditetapkan langsung diterbitkan SP2D, tanpa pengajuan SPM oleh dinas bukankah APBD memiliki fungsi otorisasi? Ini dimungkinkan jika pendapatan mencukupi kebutuhan seluruh dinas untuk 1 (satu) perioda. Akan tetapi, adakah daerah yang memiliki kecukupan dana untuk seluruh dinas dalam 1 (satu) perioda? Inilah bagian dari kalau bisa dipermudah, kenapa dipersulit?Pengertian Bendahara setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah Jenis-Jenis Bendahara 1. Bendaharawan Umum Negara2. Bendahara Umum daerah3. Bendahara Penerimaan4. Bendahara PengeluaranBendahara Umum Negaraadalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara. Menteri keuangan adalah Bendahara Umum Negara APBNBendahara Umum Daerahadalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum daerah. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah Bendahara Umum DaerahAPBDBendahara Penerimaanadalah orang yg ditunjuk utk menerima, menyimpan, menyetorkan, menata usahakan, dan mempertanggung jawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/ satuan kerja kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah. PENDAPATAN Bendahara Pengeluaranadalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menata usahakan, dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja negara/ daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/ APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah. BELANJAKewenangan PenetapanDitetapkan Kepala Daerah atas usul PPKD yaitu: Bendahara penerimaan Bendahara pengeluaran Bendahara penerimaan pembantu Bendahara pengeluaran pembantu. Ditetapkan Kepala SKPD yaitu :Pembantu Bendahara PenerimaanPembantu Bendahara PengeluaranBendahara adalah Pejabat FungsionalAzas Umum Pelaksanaan

Tugas Bendahara Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali diatur dalam peraturan pemerintah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah : o meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran; o menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; o menguji ketersediaan dana yang bersangkutan. Azas Umum Pelaksanaan Tugas Bendahara (Lanjutan)Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan tidak dipenuhi. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya Bendahara penerimaan/pengeluaran yang menerima atau menguasai uang/barang/ kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pejabat yg menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yg berkaitan dgn surat bukti yg menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab thd kebenaran material dan akibat yg timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tdk langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan Iainnya atas nama pribadi Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara pengeluaran tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima;apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.Buku-buku yang digunakan:Bendahara Pengeluaran mencatat seluruh transaksi dalam:buku kas umum buku pembantu pengeluaran per rincian obyek buku pembantu kas tunai buku pembantu simpanan/bankbuku pembantu panjarbuku pembantu pajakSoal KasusSistem dan Prosedur Pembukuan:Sistem pembukuan yang dipakai oleh Bendahara tidak dikenal terminologi debit dan kredit.Kejadian keuangan hanya dicatat pada salah satu sisi saja yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.Sisi PenerimaanSP2D UP/GU/TU/LSPenarikan uang dari bank (Check)penerimaan pajak-pajak (Bukti Penerimaan)pertanggungjawaban panjar (Bukti-bukti/kuitansi)dll Sisi PengeluaranPembayaran atas pembelian barang/jasa (Bukti/kuitansi)Pengeluaran dari bank untuk mengisi kas (Check)penyetoran pajak-pajak (SSP)pemberian panjar (Kuitansi)dll Pembukuan PenerimaanPenerimaan SP2D UP/TU dibukukan disisi penerimaan BKU dan sisi penerimaan BP bank.Penerimaan SP2D GU di bukukan disisi penerimaan BKU, sisi penerimaan BP Bank dan BP. Per-rincian Obyek.Penerimaan SP2D LS dibukukan total belanja disisi penerimaan BKU dan untuk masing-masing rekening belanja sisi pengeluaran BKU secara bruto dan BP. Per-rincian Obyek.Penarikan uang dari bank dibukukan disisi penerimaan BKU sebagai penarikan tunai dan disisi pengeluaran BKU sebagai penarikan cek (PU Bank), sisi penerimaan BP Kas tunai dan sisi pengeluaran BP Bank. Atau sebaliknya.Pertanggungjawaban panjar dibukukan disisi penerimaan BKU sebagai kontra pos panjar dan semua kuitansi-kuitansi belanja di sisi pengeluaran BKU, sisi pengeluaran BP Panjar. Sisi penerimaan dan pengeluaran BP. Kas tunai . Apabila ada sisa dibuatkan kuitansi panjar baru.Pembukuan PengeluaranPembayaran belanja tunai dibukukan disisi pengeluaran BKU untuk masing-masing bukti/kuitansi dan sisi pengeluaran BP kas tunai.Pembayaran belanja dengan Check dibukukan disisi pengeluaran BKU untuk masing-masing bukti/kuitansi dan sisi pengeluaran BP Bank.Penarikan uang dari bank dibukukan disisi penerimaan BKU sebagai penarikan tunai dan disisi pengeluaran BKU sebagai penarikan cek (PU Bank), sisi penerimaan BP Kas tunai dan sisi pengeluaran BP Bank. Atau sebaliknya.Pemberian panjar dibukukan disisi pengeluaran BKU sebagai panjar, disisi pengeluran BP Kas Tunai dan di sisi penerimaan BP Panjar.Langkah-langkah pembukuanBuku kas Umum : setiap transaksi dibukukan terlebih dahulu dalam buku kas umum baik sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran, kemudian baru di bukukan dalam buku pembantu yang terkaitBuku Pembantu Per-Rincian Obyek : setiap pengeluaran-pengeluaran yang sudah dipertanggungjawabkan atau terbit SP2D GU dan LS dibukukan dalam BP per rincian obyek.Buku Pembantu Kas Tunai : Pencatatan dalam BP kas tunai sepanjang penerimaan/pengeluaran dilaksanakan dengan penerimaan/pembayaran tunai.Buku Pembatu Bank : Pencatatan dalam BP bank sepanjang penerimaan/pengeluaran dilaksanakan melalui bank, dengan cara antara lain dengan penerbitan check, penerimaan pembayaran dll.Buku Pembantu Panjar : Pencatatan transaksi panjar dalam buku pembantu panjar dilaksanakan setelah dicatat dalam buku kas umum dan buku pembantu kas tunai sepanjang dibayar tunai kemudian apabila pertanggungjawaban pajar tidak sepenuhnya maka dibuatkan kuitansi panjar baru. Panjar baru tersebut dibukukan disisi pengeluaran BKU dan disisi penerimaan BP panjar.Buku Pembantu Pajak : Bendahara pengeluaran sebagai Wajib Pungut (WAPU) harus memungut/memotong dan menyetorkan pajak tersebut ke kas negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pencatatan transaksi pungutan/potongan pajak-pajak terlebih dahulu dibukukan di sisi penerimaan buku kas umum, buku kas tunai dan buku pembantu pajak.Pencatatan transaksi penyetoran pajak-pajak terlebih dahulu dibukukan di sisi pengeluaran buku kas umum, buku kas tunai dan buku pembantu pajak.Buku pembantu pajak dibuat sesuai dengan cara:Dalam satu buku dengan membuat kolom-kolom jenis-jenis pajak baik untuk pemungutan/potongan maupun untuk penyetoran.Dibuat terpisah untuk masing-masing jenis pajak.ALUR PENGELUARAN KAS DAERAHDeskripsi KegiatanBerdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) kepada Pengguna Anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK SKPD.SPP diajukan dengan SPD sebagai dasar jumlah yang diminta untuk dibayarkan kepada SKPD. SPD berfungsi sebagai manajemen kas daerah, untuk mengatur/menjamin ketersediaan kas daerah dalam pembayaran.UUDP vs UYHDUUDP = Uang Untuk Di PertanggungjawabkanUYHD = Uang Yang Harus Di PertanggungjawabkanPerbedaan:UUDP- diberikan per mata anggaran/rekening dan harus dipertanggungjawabkan per mata anggaran yang ada.- Di ajukan dan pertanggungjawabkan per bulan kemudian sisanya harus disetor ke kas daerah.UYHD- Diberikan secara global dan dipertanggungjawabkan sesuai peruntukannya.- Diajukan sekali setahun dan dipertanggungjawaban dengan SP2D Ganti Uang (GU) atau Nihil.- Apabila UP tidak cukup diajukan SP2D Tambahan Uang (TU) yang berlaku untuk masa 1 bulan, apabila ada sisa TU harus disetor ke kas daerah.UUDPDalam sistem UUDP dikenal ada 2 jenis SPP/SPM:SPP/SPM BS SPP diajukan per rekening tetapi belum membebani plafon anggaran, Pertanggungjawaban atas penggunaan uang harus sesuai dengan rekening yang diajukan per bulan, kemudian sisanya harus segera disetorkan ke kas daerah. Untuk berikutnya harus diajukan kembali sesuai kebutuhanSPP/SPM BTSPP diajukan per rekening dan langsung membebani plafon anggaran. Sistem ini harus telah diperoleh bukti-bukti yang sah.UYHDSPP terdiri dari:SPP UP (Surat Pengantar SPP UP, Ringkasan SPP UP, Rincian SPP UP)SPP GU (Surat Pengantar SPP GU, Ringkasan SPP GU, Rincian SPP GU)SPP TU (Surat Pengantar SPP TU, Ringkasan SPP TU, Rincian SPP TU)SPP LSSPP LS Gaji (Surat Pengantar SPP LS Gaji, Ringkasan SPP LS Gaji, Rincian SPP LS Gaji)SPP LS Barang & Jasa (Surat Pengantar SPP LS Brg Jasa, Ringkasan SPP Brg Jasa, Rincian SPP LS Brg Jasa)SPP LS SKPKD (Surat Pengantar SPP LS SKPKD, Ringkasan SPP LS SKPKD, Rincian SPP LS SKPKD)Jenis Surat Permintaan PembayaranSPP Uang Persediaan (SPP-UP); dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan SPP GU.SPP Ganti Uang (SPP-GU); yang dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang sudah terpakai, sekaligus petanggungjawaban atas pengeluaran-pengeluaran yang telah digunakan sesuai dengan rekeningnya masing-masing.Jenis Surat Permintaan PembayaranSPP Tambahan Uang (SPP-TU); yang dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan uang, apabila ada pengeluaran yang sedemikian rupa sehinggga saldo UP tidak akan cukup untuk membiayainya. Akan tetapi, pembuatan TU ini haruslah didasarkan pada rencana perkiraan pengeluaran yang matangSPP Langsung (SPP-LS); diajukan untuk membayar gaji (LS-Gaji); ataupun membeli barang dan jasa (LS-Barang dan jasa) baik dilakukan sendiri maupun melalui pihak ketiga; dan LS-PPKD untuk belanja-belanja yang dilakukan oleh PPKD.Langkah-Langkah Teknis Persiapan Dokumen : Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran dalam pengajuan SPP. Pembuatan Dokumen SPP : Dokumen SPP mempunyai 3 bagian (lembar) yang harus disiapkan dan diisi oleh bendahara, yaitu Surat Pengantar SPP, Ringkasan SPP, Rincian SPP.Pengisian Register SPPDeskripsi KegiatanProses Penerbitan SPM merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap lanjutan, SPM juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM UP, GU, TU dan LS. Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik dari segi kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya.Deskripsi KegiatanSPM dapat diterbitkan jika:Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersediaDidukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundanganWaktu pelaksanaan penerbitan SPM:Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPP diterimaApabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPPLangkah-Langkah Teknis Pengujian SPPPPK SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP/GU/TU/LS yang dilampirkan. Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan Pembuatan SPMApabila telah dinyatakan lengkap/sah, maka PPK-SKPD akan membuat rancangan SPM. Apabila ternyata PPK SKPD menyatakan bahwa dokumen SPP-UP/GU/TU/LS belum lengkap/sah, maka PPK-SKPD akan menerbitkan surat penolakan SPM.Contoh DokumenSPM UPSPM GUSPM LS GajiSPM LS Barang & JasaDeskripsi KegiatanSP2D atau Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD.SP2D adalah spesifik satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM saja.SP2D dapat diterbitkan jika:Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersediaDidukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundanganWaktu pelaksanaan penerbitan SP2D:Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterimaApabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPMLangkah-Langkah Teknis Penelitian SPMKuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM-UP/GU/TU/LS yang dilampirkan. Pengujian berikutnya adalah melihat kesesuaian dengan DPA SKPD yang terkait serta batasan jumlah dalam SPD yang terkait. Pembuatan SP2DApabila Kuasa BUD menganggap bahwa dokumen sudah lengkap, maka Kuasa BUD menerbitkan SP2D yang terdiri atas empat rangkap.Apabila ternyata kuasa BUD menyatakan bahwa dokumen yang diperlukan belum lengkap, maka kuasa BUD membuat surat penolakan penerbitan SP2D dalam dua rangkap.Contoh DokumenSP2D atas Dana UPSP2D atas Dana GUSP2D atas Dana LS GajiSP2D atas Dana LS Barang & JasaDeskripsi KegiatanSPJ merupakan dokumen yang menjelaskan penggunaan dari dana-dana yang dikelola oleh Bendahara.Bendahara pengeluaran secara administratif wajib memper-tanggungjawabkan penggunaan uang UP/GU/TU/LS kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam mempertanggung jawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan pertanggungjawaban yang disampaikan mencakup: Buku kas umum pengeluaranRingkasan pengeluaran per rincian obyek Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negaraRegister penutupan kas. Langkah-Langkah Teknis Berdasarkan enam dokumen tersebut (dalam proses pelaksanaan belanja), ditambah dengan SPJ pengeluaran pembantu yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu, Bendahara pengeluaran membuat SPJ Pengeluaran. Register SPJDokumenDokumen yang digunakan dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran mencakup: SPJ Pengeluaranregister penerimaan laporan SPJ pengeluaranregister pengesahan laporan SPJ pengeluaranregister penolakan laporan SPJ pengeluaranDeskripsi KegiatanBendahara pengeluaran pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada bendahara pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnyaBendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.Deskripsi KegiatanDalam proses penatausahaan, buku pengeluaran pembantu mencatat transaksi-transaksi dalam buku: Buku Kas Umum PengeluaranBuku Pajak PPN/PPhBuku Pembantu PanjarLangkah-Langkah Teknis Pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana Dari proses pencatatan ini, Bendahara pengeluaran pembantu hanya akan mencatat pengeluaran atas pembelanjaan dana tersebut pada dokumen-dokumen sebagai berikut:Buku Kas Pengeluaran PembantuBuku Pajak PPN/PPh PembantuBuku Panjar Pembantu Register SPJBendahara Pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis SPJ Pengeluaran Pembantu.Jika telah disetujui, SPJ pengeluaran pembantu harus disertakan Bendahara Pengeluaran dalam membuat SPJ pengeluaran.PENYETORAN KE KAS DAERAH Penyetoran UP ke kas daerah diperlakukan sebagai pengurang UP (kontra pos), penyetoran saldo UP baik dalam tahun berjalan maupun pada tahun berikutnya tetap di berlakukan sebagai pengurang UP, bukan pendapatan.Penyetoran kelebihan belanja:apabila di setor dalam tahun berjalan diperlakukan sebagai pengurang belanja yang bersangkutan (kontra pos).apabila di setor pada tahun berikutnya diperlakukan sebagai pendapatan tahun berikutnya.