permata hati

6
MENGENDALIKAN AMARAH ORANGTUA DAN MENGENDALIKAN PERILAKU ANAK Editor: Asnawati Setiap orangtua pasti sayang dengan anaknya. Kalau ada cerita kekerasan orang tua terhadap anak, kemungkinan itu karena masalah orang tua dalam mengendalikan amarah. Tapi anak-anak memang sangat pandai memancing kemarahan orang tua. Apakah kenakalan mereka murni kesalahan mereka sendiri ataukah orangtuanya yang tak bisa menanamkan sikap yang baik?. Selaku orangtua tentu tak ingin menyakiti anak sendiri, karena menyakiti mereka sama dengan menyakiti diri sendiri. Oleh sebab itu, orang tua perlu mencari cara agar anak-anak dapat membuang kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baik agar tak ada lagi sumber kemarahan di diri mereka. Mereka adalah titipan Illahi yang harus dijaga dan dibekali ilmu (dunia dan akhirat) sebab satu saat nanti mereka akan dewasa, mereka harus siap untuk mandiri. Ini semua memerlukan proses belajar, jangan sampai proses ini diwarnai oleh hal-hal yang buruk akibat ketidaktahuan dalam hal cara mendidik anak. Dalam hal mendidik anak, Islam sendiri pasti sudah memberikan aturan dan Rasulullah adalah teladan yang terbaik. Kemarahan seorang ibu kepada anaknya dapat membuat kemurkaan Allah, kata-kata yang keluar dari mulut orang tua bisa jadi do’a bagi anaknya. Oleh sebab itu, agar anak selamat, orang tua harus dapat menahan diri dari marah dan dari mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap anaknya. Diperlukan cara agar dapat mengendalikan perilaku anak tanpa harus ada emosi orangtua. Rabu, 10 Februari 2010, waktu ke Gramedia kutemukan satu buku di rak Psikologi, judulnya 1-2-3 Magic Cara Ajaib Mendisiplinkan Anak umur 2-12 Tahun karangan Thomas W.Phelan, Ph.D. Berikut hal-hal yang dipetik dari buku ini (disertai sedikit modifikasi pada perilaku mulai untuk dipraktekkan sendiri): Buku ini membagi pengasuhan dalam 3 tahap: o Tahap 1: melibatkan pengendalian perilaku buruk. o Tahap 2: melibatkan dorongan pada perilaku baik. o Tahap 3: mempertahankan hubungan baik dengan anak. Perilaku “berhenti” dan perilaku “mulai”. Berhenti melakukan yang tidak diinginkan orangtua dan mulai melakukan apa yang diinginkan orangtua. Pada perilaku “berhenti”, masalahnya adalah apa yang sedang dilakukan anak. Pada perilaku “mulai”, masalahnya apa yang tidak dilakukan anak. Berhenti untuk perilaku: merengek, mengejek, membantah, mencibir, berteriak, mendorong, memukul, marah, … Prosedur yang digunakan: prosedur 1-2-3 atau ”berhitung”. Perilaku mulai: merapikan barang-barang, makan, mengerjakan PR, mempersiapkan tempat tidur, merapikan tempat tidur, mandi tepat waktu, shalat 5 waktu. Prosedur yang digunakan: pujian, permintaan sederhana, pengaturan waktu dapur, docking system, konsekuensi alami, table, atau variasi 1-2-3.

Upload: syaiful-yazan

Post on 25-Dec-2014

463 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Anak ku sayang, semoga tumbuh dan berkembang dengan sebaik mungkin

TRANSCRIPT

Page 1: Permata Hati

MENGENDALIKAN AMARAH ORANGTUA DAN

MENGENDALIKAN PERILAKU ANAK

Editor: Asnawati

Setiap orangtua pasti sayang dengan anaknya. Kalau ada cerita kekerasan orang tua terhadap

anak, kemungkinan itu karena masalah orang tua dalam mengendalikan amarah. Tapi anak-anak

memang sangat pandai memancing kemarahan orang tua. Apakah kenakalan mereka murni kesalahan

mereka sendiri ataukah orangtuanya yang tak bisa menanamkan sikap yang baik?. Selaku orangtua tentu

tak ingin menyakiti anak sendiri, karena menyakiti mereka sama dengan menyakiti diri sendiri. Oleh

sebab itu, orang tua perlu mencari cara agar anak-anak dapat membuang kebiasaan buruk dan

melakukan kebiasaan baik agar tak ada lagi sumber kemarahan di diri mereka. Mereka adalah titipan

Illahi yang harus dijaga dan dibekali ilmu (dunia dan akhirat) sebab satu saat nanti mereka akan dewasa,

mereka harus siap untuk mandiri. Ini semua memerlukan proses belajar, jangan sampai proses ini

diwarnai oleh hal-hal yang buruk akibat ketidaktahuan dalam hal cara mendidik anak. Dalam hal

mendidik anak, Islam sendiri pasti sudah memberikan aturan dan Rasulullah adalah teladan yang

terbaik. Kemarahan seorang ibu kepada anaknya dapat membuat kemurkaan Allah, kata-kata yang

keluar dari mulut orang tua bisa jadi do’a bagi anaknya. Oleh sebab itu, agar anak selamat, orang tua

harus dapat menahan diri dari marah dan dari mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap

anaknya. Diperlukan cara agar dapat mengendalikan perilaku anak tanpa harus ada emosi orangtua.

Rabu, 10 Februari 2010, waktu ke Gramedia kutemukan satu buku di rak Psikologi, judulnya 1-2-3

Magic Cara Ajaib Mendisiplinkan Anak umur 2-12 Tahun karangan Thomas W.Phelan, Ph.D. Berikut

hal-hal yang dipetik dari buku ini (disertai sedikit modifikasi pada perilaku mulai untuk dipraktekkan

sendiri):

Buku ini membagi pengasuhan dalam 3 tahap:

o Tahap 1: melibatkan pengendalian perilaku buruk.

o Tahap 2: melibatkan dorongan pada perilaku baik.

o Tahap 3: mempertahankan hubungan baik dengan anak.

Perilaku “berhenti” dan perilaku “mulai”. Berhenti melakukan yang tidak diinginkan orangtua dan

mulai melakukan apa yang diinginkan orangtua. Pada perilaku “berhenti”, masalahnya adalah apa yang

sedang dilakukan anak. Pada perilaku “mulai”, masalahnya apa yang tidak dilakukan anak.

• Berhenti untuk perilaku: merengek,

mengejek, membantah, mencibir, berteriak,

mendorong, memukul, marah, …

• Prosedur yang digunakan: prosedur 1-2-3

atau ”berhitung”.

• Perilaku mulai: merapikan barang-barang,

makan, mengerjakan PR, mempersiapkan

tempat tidur, merapikan tempat tidur, mandi

tepat waktu, shalat 5 waktu.

• Prosedur yang digunakan: pujian, permintaan

sederhana, pengaturan waktu dapur, docking

system, konsekuensi alami, table, atau variasi

1-2-3.

Page 2: Permata Hati

• Konsep salah: “Asumsi Orang Dewasa Kecil”, yaitu keyakinan bahwa anak mempunyai hati bak

emas dan bahwa pada dasarnya mereka baik dan tidak egois, sehingga apabila anak-anak

berperilaku buruk atau tidak kooperatif, yang menjadi masalah pastilah karena mereka tidak

mempunyai cukup informasi untuk melakukan hal yang benar. Orang tua yang menganut “asumsi

orang dewasa kecil” akan sangat mengandalkan kata-kata dan alasan saat menghadapi anak dan

berusaha mengubah perilaku mereka. Kata-kata serta alasan sendiri sering gagal dan tidak

berdampak sehingga kali lain mengharuskan orangtua dan anak melalui apa yang dinamakan

Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul. Terjadi adu pendapat yang

membawa pada saling berteriak dan ketika hal itu gagal, orangtua merasa tidak ada apa pun yang

bisa dilakukan, kecuali memukul. Riset menunjukkan bahwa disiplin fisik cenderung menghasilkan

kecemasan pada anak-anak, merendahkan harga diri mereka, dan membuat anak lebih besar

kemungkinannya menjadi agresif. Berbicara dan memberi penjelasan tentu saja berpengaruh dalam

membesarkan anak. Namun, anak tetaplah anak-anak – bukan orang dewasa kecil. Mereka lahir

dengan sifat tidak bertanggungjawab dan egois, menjadi tugas orangtua untuk membantu anak

menjadi bertanggungjawab dan tidak egois. Di dalam tujuan tersebut, orang dewasa perlu bersikap

lembut, konsisten, tegas, dan tenang. Anak-anak harus dilatih untuk itu dan orangtua sebagai

pelatih harus sabar dan lembut, tetapi juga tekun. Satu penjelasan saja sudah cukup, usaha untuk

mengulang-ulang penjelasanlah yang mebuat orang dewasa dan anak-anak menghadapi masalah.

Orangtua dapat secara bertahap menjadi lebih banyak berbicara dan memberi alasan ketika anak

semakin besar.

• Dua kesalahan terbesar yang dilakukan orangtua dan guru ketika berhadapan dengan anak-anak

adalah: Terlalu Banyak Bicara dan Terlalu Banyak Emosi, karena hal itu tidak berguna ataupun

membuat orangtua melewati Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul.

Dalam 1-2-3 Magic disarankan agar orangtua menerapkan – selama situasi konflik atau disiplin –

aturan “Tidak Bicara dan Tidak Ada Emosi”.

METODE MENGHITUNG UNTUK PERILAKU BURUK (METODE 1-2-3)

o Metode 1-2-3 digunakan untuk mengatasi perilaku “Berhenti” (perilaku buruk atau sulit)

seperti membantah, berkelahi, merengek, berteriak, marah, dll.

o Apabila anak berperilaku buruk mulailah menghitung dari 1 kemudian 2 dengan selang 5 detik,

anak hanya diberi dua kesempatan – dua hitungan pertama – untuk memperbaiki

kelakuannya. Apabila ia mengabaikannya, akan sampai hitungan ke 3 yang berarti akan ada

konsekuensi, yang bisa berupa “periode beristirahat” atau “time out” (sekitar 1 menit per

tahun usia anak) atau “time out alternatif”.

o Jika anak mengerjakan sesuatu yang sangat buruk di mana orangtua tidak ingin mereka

mendapat tiga kesempatan untuk memperbaikinya, misalnya melakukan hal yang

membahayakan atau menyakiti orang lain, orangtua cukup berkata, “Tiga, masuk kamar sekian

menit ditambah sekian menit karena menimbulkan sakit hati atau untuk perkataan yang

buruk”.

o “Jendela kesempatan”. Jika anak melakukan tiga kesalahan dalam waktu 30 menit, masing-

masing peringatan totalnya tiga dan orangtua tidak harus melakukan hitungan berbeda untuk

setiap jenis perilaku buruk. Namun, jika ia melakukan satu kesalahan dan dapat hitungan 1

atau 2, dan satu jam kemudian ia melakukan kesalahan lagi, maka orang tua dapat kembali ke

hitungan 1. Jadi, setelah satu jam semua hitungan dihapus kemudian masuk jendela baru dan

terpisah. Jendela kesempatan harus lebih panjang saat anak semakin besar.

Page 3: Permata Hati

o Jika anak berbuat kesalahan saat ada tamu atau saat berada di tempat umum, metode

berhitung tetap berlaku!

o Metode 1-2-3 dapat gagal karena orangtua terlalu banyak bicara yang merusak fokus anak

tentang kemungkinan perilaku yang baik dan meletakkannya pada prospek argumentasi yang

menyenangkan dan bersemangat; sikap orangtua yang tenang dan tidak bicara akan berbicara

lebih keras daripada kata-kata. Lebih banyak bicara akan sungguh diperlukan ketika masalah

melibatkan susuatu yang tidak dipahami oleh anak, ketika yang ia lakukan adalah sesuatu yang

tidak wajar atau cukup serius, atau ketika orangtua benar-benar memerlukan lebih banyak

informasi tentang apa yang telah terjadi.

o Time-Out (masuk ke ruang hukuman): bisa ruang tidur anak atau ruang aman lain (kamar

mandi, jika anak suka mengompol karena jengkel). Dapat juga menggunakan anak tangga atau

kursi tetapi hanya jika anak tidak keluar dari situasi itu (tetap duduk, tidak berbicara dan tidak

turun). Di ruang hukuman anak dapat membaca, tidur siang sebentar, menggambar, dsb; ada

tiga hal yang tidak dibolehkan: telepon, teman, dan tayangan elektronik. Kekuatan time-out

umumnya datang dari gangguan terhadap aktivitas anak. Pertimbangkan tiga hal bila time-out

tidak efektif: (1) apakah orangtua masih terlalu banyak bicara dan terlalu emosional selama

mendisiplinkan anak? (2) jika orangtua merasa tetap tenang, pertimbangkan tempat/ruang lain

untuk time out (3) pertimbangkan TOA.

o Time out alternatif (TOA): digunakan ketika orangtua tidak ingin menggunakan timeout

sebagai konsekuensi bagi anak yang sampai pada hitungan 3, misalnya karena tidak ada waktu

untuk periode istirahat (timeout) atau merasa perlu konsekuensi yang sedikit lebih kuat, atau

ingin konsekuensi yang sesuai dengan kesalahannya. Beberapa kemungkinan TOA: waktu tidur

lebih awal, tidak nonton TV malam hari, kehilangan sebuah mainan – hari istirahat,

pengurangan uang saku, tidak ada makanan penutup, pekerjaan sehari-hari yang ringan

(membersihkan kamar mandi), pekerjaan sehari-hari yang berat (menyiangi rumput di

halaman), menulis sebuah artikel pendek, tidak ada percakapan – 15 menit, tidak ada teman

bermain, menyingkirkan DVD,CD player, mengurangi waktu main computer, tidak boleh ikut

belanja dsb. Perlu diingat untuk menjaga agar hukuman itu adil dan wajar, tujuan timeout

adalah mengajarkan sesuatu kepada anak, bukan untuk menjadi kejam atau untuk balas

dendam.

DORONGAN PADA PERILAKU BAIK

Tujuh taktik untuk perilaku mulai:

1. Penguat positif

� Pujian/penguatan verbal positif/umpan balik positif

� Diberi ucapan terimakasih

2. Permintaan sederhana

� Nada suara: sedikit memerintah

� Hindari spontanitas. Cobalah menyusun tugas sehingga permintaan spontanitas jarang

perlu dilakukan karena anak akan merasa terganggu aktivitasnya karena permintaan yang

mendadak.

3. Kitchen timer

� Pengatur waktu: menandai waktu untuk perilaku “mulai” atau lamanya time-out (bisa

menggunakan stopwatch atau timer hitung mundur di handphone).

� Dapat menjadi bagian dari rutinitas berangkat tidur atau kegiatan bangun pagi.

4. Docking system, memiliki 2 kabar:

Page 4: Permata Hati

� Kabar baik: kalau anak tidak melakukan pekerjaan sehari-hari, maka orangtua yang

melakukan untuknya.

� Kabar buruk: anak harus membayar orangtua karena telah mengerjakan tugasnya.

� Untuk membayar orang tua anak perlu modal yang bisa diperolehnya dari pinjaman, uang

tunai yang didapat dari penguat alami berupa uang tunai, atau dari tabungan anak.

5. Konsekuensi alami

� Membiarkan dunia yang besar dan tidak ramah memberi pelajaran kepada anak tentang

hal yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.

� Misalnya membiarkan anak menonton TV pagi hari setelah dinasehati berkali-kali sehingga

terlambat sekolah dan menerima konsekuensi dimarahi guru.

� Hindari ceramah, tidak perlu ada kalimat, “Nah, ini tidak akan terjadi jika kamu

mendengarkan ayah/ibu.” Mengomel juga bertentangan dengan kemampuan anak untuk

menghargai hubungan antara perilaku dan konsekuensinya.

6. Table

� Menggunakan sesuatu seperti kalender untuk menelusuri seberapa baik seorang anak

sudah melakukan perilaku baik.

Tugas Hari

SN SL R K J SB M

� Tugas bisa berupa: mengurus diri sendiri, berangkat tidur, membersihkan meja setelah

makan.

� Jika anak menyelesaikan tugas dengan baik:

o Memberi tanda dengan stiker untuk anak 4 – 9 tahun.

o Memberi nilai (A-F, 5-1) untuk anak yang lebih tua.

� Penguat alami: es krim, uang tunai, tidur lebih malam, mainan, menyewa film khusus,

jalan-jalan, buku komik/majalah, pergi belanja, makan malam di luar, membaca cerita

dengan orang tua, berkemah, barang untuk koleksi, memilih sendiri snack, membantu

membuat kue/makanan.

7. Menghitung untuk perilaku “Mulai” yang hanya berjalan sesaat, seperti menggosok gigi dan

disuruh mengambilkan sesuatu.

PERILAKU MULAI:

a. Membereskan barang-barang yang berserakan

� Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya

� Metode yang digunakan:

Keranjang sampah: bila pada batas waktu yang ditentukan (kitchen timer) masih ada

barang-barang milik anak yang ditemukan teletak sembarangan maka akan dimasukkan

“keranjang sampah” untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu.

Docking system

b. Membersihkan kamar tidur

� Metode: docking system; tabel

c. Pekerjaan sehari-hari.

� Menyiapkan jadwal/tas pelajaran esok pada malam hari.

� Menyiapkan sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, baju seragam dan kerudung.

� Meletakkan baju kotor di keranjang cucian.

d. Tugas rumah

Page 5: Permata Hati

� Mencuci piring setelah makan malam.

� Menyiram bunga (sore)

� Merapikan kamar orang tua (Minggu)

� Menyapu & mempel lantai + vacuum cleaner (Minggu)

� Membersihkan kaca jendela (Minggu).

� Menyikat kamar mandi (Minggu).

� Metode: Tabel

e. Waktu makan

� Porsi kecil � kitchen timer, bila selesai sebelum waktunya dapat makanan pencuci mulut.

� Aturan 3 dari 4: memilih 3 dari 4 menu makan yang disediakan.

� Rutinitas Pecahkan –dan- taklukkan

o Rutinitas makan malam bersama: tidak harus selalu bersama dalam 1 meja, kadang biarkan

anak makan di mana yang mereka inginkan (asal jangan di kamar tidur) sepanjang mereka

membawa kembali piring mereka.

o Secara periodik mengajak anak makan di luar.

f. Bangun pagi dan persiapan berangkat ke sekolah

� Melibatkan urutan perilaku “mulai”:

o Bangun dari tempat tidur tepat waktu

o Menggosok gigi

o Sholat subuh

o Membereskan tempat tidur

o Mandi

o Berpakaian

o Sarapan

o Meninggalkan rumah dengan peralatan yang tepat dan waktu yang tepat.

� Metode: Tabel, penguat, kitchen timer.

g. Penilaian mingguan

� Kebersihan kamar

� Kerapian lemari

� Kelengkapan peralatan sekolah (buku, pensil, penghapus, penggaris, pensil warna, kaos kaki,

ikat pinggang)

� Metode: docking system, tabel

h. Pekerjaan rumah dan belajar

� Waktu: setelah sholat magrib/isya (note: pk 20.00 malam bukanlah waktu yang baik untuk

kemampuan akademis yang sempurna).

� Table untuk PR

Komponen Penilaian Nilai

Rapi

Benar

Teliti

Tidak mengeluh

Mengerjakan pada saat yang tepat tanpa diingatkan

1

1

1

1

1

Total 5 point

� Kitchen timer saat mengerjakan PR supaya anak fokus

� Pemeriksaan sepintas: setiap pukul 20.30 � persiapan untuk sekolah besok (tas, seragam,

sepatu, dsb).

i. Waktu tidur

� Pukul 21.00 untuk hari-hari sekolah

Page 6: Permata Hati

� Pada pukul 20.30 saat “pemeriksaan sepintas” hidupkan pengatur waktu untuk 30 menit dan

beritahukan anak untuk bersiap-siap tidur: menyiapkan kelengkapan sekolah esok hari,

menyikat gigi, buang air kecil dan mencuci muka (berwudhu). Bila selesai cepat dan ada waktu

terrsisa, maka waktu itu adalah waktu anak dan orang tua: membaca cerita atau hanya duduk

dan berbicara.