permainan tradisional untuk membangun generasi berkarakter indonesia
TRANSCRIPT
BUDAYA
Permainan Tradisional Untuk Membangun Generasi Berkarakter
Indonesia
Ringkasan :
Pesatnya perkembangan permainan modern secara perlahan namun pasti telah
menggusur permainan tradisional. Akses yang lebih mudah, permainan yang yang lebih
beragam, dan visualisasi tampilan yang lebih menarik menjadikannya disukai oleh banyak
anak-anak-saat ini. Pengaruh-pengaruh negatifnya seperti ego-sentris, materialistis, konsumtif
, dan juga berbagai nilai-nilai kekerasan yang terkandung di dalamnya ikut serta
mempengaruhi perubahan pola karakter anak Indonesia saat ini. Oleh karena itu perlu diambil
tindakan preventif guna melindungi anak-anak dari derasnya perkembangan perkembangan
permainan modern ini. Tindakan itu adalah membangkitkan kembali permainan tradisional
guna mengimbangi perkembangan permainan modern. Karena dalam permainan ini
terkandung nilai-nilai budaya bangsa yang sangat perlu ditanamkan kepada ana-anak mulai
sejak dini. Sehingga nantinya melalui pendidikan moral dari permainan tradisional ini
diharapkan akan lahir anak-anak bangsa yang memiliki karakter keindonesiaan.
Facebook dan games yang ada didalamnya menjadi fenomena baru yang mewarnai
dunia anak-anak. Begitu juga dengan game on-line dan playstation sama-sama membentuk
barisan penggusur permainan tradisional. Gaya hidup dan karakter anak-anak bangsa ini pun
berubah semakin jauh dari semangat keindonesiaan dan nilai-nilai luhurnya. Mari kita telusuri
gaya hidup anak-anak bangsa saat ini
Kita mulai dari si anak kalangan berpuya (the have). Di perkotaan saat-saat ini sedang
bertumbuh gaya perumahan kluster, yaitu perumahan dalam perumahan. Rumah-rumah
tersebut adalah deretan istana-istana yang diblokade dengan pagar-pagar besi yang tinggi.Jika
kita menelusuri bagaimana interaksi sosial di sana, maka jangan berharap akan melihat
pemandangan akan sekelompok anak yang bermain bersama di sekitar komplek perumahan.
Bahkan mungkin mereka tidak tahu siapa tetangga mereka. Sekolah-tempat les-rumah-mal
adalah rute umum bagaimana waktu anak-anak kaum elit ini dihabiskan. Jika pun mereka
bersekolah maka sekolah yang dipilih adalah sekolah internasional. Yang mendidik anak-anak
seolah hidup sebagai anak-anak yang hidup dengan gaya hidup kaum barat, bukan anak
Indonesia.
Di rumah, orang tua menfasilitasi dengan berbagai mainan modern, komputer dsb.
Maka tidak heran anak-anak akan sangat betah berlama-lama tinggal di rumah. Dengan
kondisi ini yang tercipta adalah “tahanan-tahanan rumah” yang seharian hanya berinteraksi
dengan mesin, bukan dengan manusia. Yah, kalau ada manusia mungkin ia adalah pembantu
mereka. Dari konidisi seperti inilah kemudian akan tercipta anak-anak yang elitis,
individualis, dan apatis terhadap lingkungan nya. Inikah karakter anak Indonesia ?
Dari kaum the have ini, kita beranjak turun sedikit ke kalangan menengah. Kalangan
menengah ini umumnya tinggal di perumahan yang sedikit lebih manusiawi. Kenapa ? karena
pagar-pagar rumah mereka mungkin sedikit lebih rendah, jadi paling tidak anda masih
berkesempatan untuk saling menyapa saat melewati rumahnya sebagaimana manusia
seharusnya berinteraksi. Mungkin komputer, playstation masih mendominasi sebagai mainan
anak-anak. Jika pun mereka tidak memilikinya, don’t worry di jalanan banyak warnet-warnet
yang menawarkan game online, rental-rental playstation dsb. Jika pun ada anak-anak yang
menghabiskan waktu bermain dengan teman-teman di sekitarnya, itu akan menjadi
pemandangan yang agak jarang walaupun sesekali ada. Maka sebenarnya gaya hidup anak-
anak kalangan menengah ini hampir sama dengan kalangan elite di atas. Ini juga bukan
karakter anak Indonesia
Dari anak-anak kalangan menengah ini, kita terjun bebas ke kalangan anak-anak tak
berpunya (the have not). Maka yang kita lihat adalah anak-anak yang sudah putus asa menjadi
orang Indonesia. Makan terancam, sekolah terancam, bahkan waktu untuk bermain pun
terancam. Di kota-kota besar seperti Jakarta, anak-anak si miskin ini harus ikut bekerja,
bergumul dengan jalanan, sampah, abu dan segala yang tidak sehat menurut ilmu medis.
mungkin karakter mereka tidak dirusak oleh mainan modern, namun kondisi ekonomi
seringkali memaksa mereka untuk menjadi keras. sering sekali kriminalitas anak dilakukan
oleh anak-anak dari kaum ini. Lalu, apakah ini juga karakter anak Indonesia ?
Permainan modern umumnya adalah permainan berbasis teknologi informasi.
Kebanyakan permainan ini dapat dimainkan oleh satu orang saja. Semua alat-alat permainan
dihasilkan langsung dari pabrik sehingga tidak perlu repot-repot mencari pernak-perniknya.
Dibandingkan nilai positifnya, maka nilai negatifnya jauh lebih besar. Melalui
permainan ini anak-anak terdidik menjadi individualis, tidak kratif bahkan mendidik anak
menjadi materialistis. Selain itu beberapa permainan seperti perang-perangan membuat anak
meniru tindak kekerasan. Di lain pihak, mainan untuk perempuan seperti boneka Barbie,
mendidik anak untuk meniru gaya berpakaian ala barat berikut gaya hidupnya yang
komsumtif. Semua niali tersebut sama sekali bukan karakter Indonesia.
orang tua, pihak sekolah, media dan pemerintah perlu membentengi anak-anak ini
untuk mengurangi dampak buruk dari terpaan permainan modern saat ini. Kita perlu
memperkenalkan permainan-permainan yang mendidik anak-anak bangsa ini untuk menjadi
orang Indonesia seutuhnya. Anak Indonesia yang mengenali, mencintai, dan menganut nilai-
nilai bangsanya. Sebuah permainan yang menyatukan anak-anak bangsa ini tanpa memandang
kelas sosial, agama, suku dan perbedaan lainnya. Kabar baiknya adalahIndonesia memiliki
permainan itu, kita hanya tinggal memperkenalkannya.
Cermin Keindonesiaan Dalam Permainan Tradisional
Pada dasarnya bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir ( Hurlock, 1988 ). Sepanjang masa
kanak-kanak, bermain sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Pemilihan
permainan yang tepat bagi anak sangat dibutuhkan. Karena nila-nilai yang terkandung dalam
permainan tersebut akan menjadi salah satu pembangun karakter si anak. Oleh karena itu jika
kita ingin mendidik seorang anak menjadi seorang Indonesia, maka pengenalan dan
penanaman karakter keindonesiaan haruslah dimulai sejak usia dini.
Karakter keindonesiaan adalah nilai-nilai luhur sebagai kepribadian bangsa seperti
yang terkandung dalam pancasila. Ketaqwaan kepada Tuhan, gotong royong, saling
menghargai, musyawarah, keramahan, adalah sebagian nilai yang seharusnya ditanamkan
pada anak-anak bangsa ini. Sehingga nantinya dihasilkan generasi yang benar-benar orang
Indonesia yang mengenali dan mencintai negrinya. Dan nilai-nilai tersebut menjadi pedoman
dalam berbudaya dan bermasyarakat. Semua nilai-nilai keindonesiaan dapat kita temui dalam
permainan taradisional. Karena permainan tradisional memang merupakan buatan asli
Indonesia.
Permainan tradisional di Indonesia begitu banyak. Sampai saat ini belum ada data
yang jelas mengenai jumlahnya, dan ini menambah deretan PR pemerintah kita. Beberapa
diantaranya adalah : patok lele, congkak, galasing, gasing, sambar elang, enggrang, cublak-
cublak suweng, landar-lundur, laying-layang, engklek , wak-wak gong (Jakarta), oray-oray
(bandung), jamuran (sunda), tam-tam (sumsel), dsb. Yang mungkin paling akrab ditelinga
saya dan pernah saya mainkan adalah layang-layang, congkak dan engklek.
Permainan tradisional erat kaitannya dengan fungsi psikologis perkembangan anak.
Tidak seperti permainan modern yang mengedepankan individualistis, permainan tradisional
lebih mengedepankan kerjasama (berkelompok). Memainkanya akan memberi perasaan
senang, fungsi kognitif, dan social bagi anak. Hal ini akan melatih anak untuk memiliki
kompetensi social yang sangat dibutuhkannya kelak. Sehingga secara tidk langsung anak
dididik untuk dapat lebih mudah bergaul, bekerja dalam tim, dan beradaptasi dalam
kemajemukan.
Berbagai permainan seperti layang-layang, patok lele, gasing dsb dapa dibuat sendiri.
Sehingga anak-anak akan dilatih untuk kreatif, inovatif, mandiri, akrab dengan alam dan
hemat. Selain itu nilai-nilai demokrasi seperti musyawarah, kebebasan berpendapat
berekspresi juga ditemukan. Karena dalam permainan ini biasanya timbul berbagai masalah
kecil, konflik antar sesama maka si anak akan dilatih dalam hal problem solving. Nilai tradisi
dan budaya pun sangat melekat, karena banyak permainan tradisional diiringi dengan lagu-
lagu rakyat yang terkadang memakai bahasa daerah seperti cublak-cublak suweng. Dan masih
banyak lagi nilai-nilai positif yang sejalan dengan sendi-sendi kebangsaan dan nilai-nilai
moral.
Oleh karena itu perlu diambil berbagai langkah untuk membangkitkan kembali
permainan tradisional ini. Agar anak-anak bangsa ini dapat mengadopsi nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Seperti gencarnya terpaan permainan modern maka kita juga perlu
gencar dalam mensosialisasikan permainan ini.
Bangkitkan kembali Perminan Tradisional
Karena kehidupan anak-anak dimulai dari lingkungan keluarga, maka upaya
membangkitkan permainan tradisional juga hendaknya dimulai dari keluarga juga. Peranan
langsung orang tua sangat dibutuhkan untuk memprkenalkan permianan tradisional ini. orang
tua perlu menyediakan waktu, tempat dan alat bagi anak untuk bermain Dengan ini
diharapkan waktu lang anak tidak dihabiskan untui meonon televisi, main komputer dsb.
Selain itu orang tua juga perlu memberi kesempatan bagi anak untuk bermain dengan teman-
teman di sekitar rumahnya dengan pengawasan orang tua tentunya. Sehingga anak-anak
dididik untuk mengena lingkungannya, dan menyikapi dengan baik perbedaan yang ia temui
di sekitarnya.
Demikian juga dengan lingkungan masyarakat. Masyarakat harus memberi wadah
bagi anak-anak ini untuk bermain bersama dengan membuat alu-alun kecil di area perumahan.
Selain itu menyertakan permainan tradisional dalam perayaan hari besar seperti 17 agustus,
hari anak nasional merupakan langkah yang sangat baik.
Di lingkungan sekolah, hendaknya permainan tradisional juga dimasukkan dalam
kurikulum pendidikan mulai dari tingkat TK hingga SMP. Permainan ini dapat disisipkan
dalam pelajaran olahraga, kesenian dan pendidikan moral pancasila. Sehingga pendidikan
moral yang selama ini terkenal membosankan akan menjadi menyenangkan dengan format
bermain tanpa mengurangi tujuan utamanya.. Selain itu dapat juga disertakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka, palang merah remaja dsb. Sekolah-sekolah juga diharapkan
jangan hanya berlabel internasional saja, namun menjadi sekolah berskala internasional
berbasis lokal. Sehingga walaupun menyandang sekolah internasional, namun tetap
mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan dengan cara Indonesia juga.
Di lingkungan universitas yang mendidik calon-calon guru, hendaknya dibekali
dengan pengetahuan permainan tradisioanal. Sehingga diharapkan saat terjun ke dunia
sekolah calon-calon guru ini dapat memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak
didiknya. Selain itu para komunitas mahasiswa yang mengatasnamakan komunitas peduli
anak atau budaya bangsa, perlu memasukkan pengkampanyean permainan tradisional dalam
program mereka.
Sementara, pemerintah, media, dan para pelaku industri kreatif juga perlu mengambil
peran. Pemerintah hendaknya secara rutin mengadakan festival permainan tradisional. Media
kiranya juga dapat mengkampanyekan permainan tradisional dengan menyisipkan permainan
ini dalam, film, atau sinetron yang khususnya ditujukan untuk anak. Sementara para pelaku
indusri kreatif yang memproduksi mainan anak-anak kiranya memproduksi mainan anak-anak
seperti layang-layang, guli, gasing dsb yang lebih kreatif dan inovatif sehingga lebih menarik.
Saya sangat tertarik dengan kartun asal Malaysia yaitu upin & ipin. Bukan karena
efek-efek visualisasi atau gambar tokohnya, tapi karena setting dan alur ceritanya. Sebagai
kartun yang bisa dikatakan berasal dari negara yang cukup makmur, saya tidak melihat
hegemoni permainan modern disana. Semua alur ceritanya ‘membumi’ sekali. Sekelompok
anak dari beragam bangsa bahkan ada dari Indonesia dilakonkan menjadi kelompok bermain
dengan berbagai macam permainan tradisional. saya berharap ini adalah contoh bagi para
pelaku industri hiburan negri ini yang ingin membuat program untuk anak-anak yang
mendidik.
Harapan kita bersama adalah kiranya anak-anak bangsa ini menjadi anak-anak yang
memiliki karakter Indonesia. Anak Indonesia yang dapat hidup dalam perbedaan dan saling
menghargai, peduli. Anak Indonesia yang kreatif, mandiri dan bukan komsumtif. Anak
Indonesia yang demokrasi yang memecahkan masalah memaluli musyawarah bukan
kekarasan. Anak yang mengenali dan bangga akan budayanya sendiri. Anak Indonesia yang
memiliki nilai-nilai moral yang tinggi.
Sehingga nantinya kita tidak melihat lagi generasi yang mengkotak-kotak kan dirinya.
Mahasiswa yang berdemonstrasi anarkis tanpa tujuan yang jelas, sementara bangku
kuliahnya yang disubsidi oleh uang rakyat diabaikan. Pejabat yang korupsi, tidur saat rapat
dan bisanya hanya berdebat, nongol di tv tanpa ada tindakan jelas. Kita juga tidak ingin
melihat perseteruan antar agama sepert di ambon, perang antar suku, fanatisme yang luar
biasa sebagai akibatnya tidak berbaurnya dengan sesama.
Namun apakah karakter keindonesiaan dapat ditanamkan hanya memaluli permainian
tradisional ? . tentunya jawabanyanya adalah ’tidak’. Karena bermain hanyalah salah satu dari
sekian banyak hal yang terdapat dalam dunia anak-anak, sehingga penanaman karakter
Indonesia kepada anak-anak akan lebih kompleks lagi. Namun langkah ini sudah menjadi
awal yang baik untuk mendidik anak-anak yang berkarakter indonesia. Karena cita-cita luhur
bangsa ini hanya dapat direalisasikan oleh generasi-generasi yang juga menjiwai dan
mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa ini.
Daftar Pustaka :
Zulfita, dkk, 1997, Pembinaan nila-nilai budaya melalui permainan rakyat di daerah jambi,
Jambi,Dept. Pendidikan & Kebudayaan.
Kartono, kartini, 1995, Psikologi anak (psikologi perkembangan anak), bandung , penerbit
mandar maju
BIODATA
Judul naskah : Permainan Tradisional Untuk Membangun Generasi
Berkarakter Indonesia
Nama : Ramli Hardiman Situmeang
Tempat/Tanggal lahir : Kutacane/02 desember 1988
Nama perguruan tinggi : Universitas Sumatera Utara
Fakultas/jurusan : Teknik/ Teknik Elektro
Domisili : komp.BTN. Blok AP no .9 Kec. Medan labuhan
Email : [email protected]
Nomor telepon : 081376442157