kepemimpinan yang berkarakter

35
KEPEMIMPINAN YANG BERKARAKTER Kepemimpinan kerap disoroti sebagai penyebab krisis multidimensi bangsa Indonesia. Pertanyaanya, apakah sesungguhnya yang menjadi masalah dengan kepemimpinan? apakah para elit pemimpin nasional kurang mampu dan terampil memimpin? Kalau kepemimpinan disoroti dari aspek kompetensi dan kecakapan memimpin, yang menjadi bagian dari unsur kepemimpinan, hampir pasti, kita tidak kekurangan pemimpin- pemimpin yang mampu dan terampil. Aspek yang hilang dari ciri kepemimpinan itu ialah soal karakter. Meminjam perkataan Robert Greenleaf, seorang pemikir kepemimpinan, bahwa banyak pemimpin kita lebih memilih untuk menjadi kritikus dan ahli, daripada menjadi pemimpin sejati/berkarakter. Kepemimpinan: Tiga C Pengertian kepemimpinan, kalau dicermati memiliki banyak batasan. Namun, secara ringkas, Kepemimpinan itu terdiri dari unsur-unsur seperti: kompetensi, keterampilan dan karakter. Barna, seorang ahli kepemimpinan, merumuskan kepemimpinan sebagai tiga C, yakni (call/panggilan, character/karakter, dan competencies/kemampuan). Jika ada yang perlu ditambahkan dari rumusan ini, mungkin itu aspek akibatnya, atau hasil dari kepemimpinan. Sebab, Kepemimpinan itu pada akhirnya diukur bukannya menurut keterampilan sang pemimpin, melainkan dari hasil-hasil yang dicapai sang pemimpin. Sebagaimana dipaparkan ahli manajemen, Peter Drucker bahwa, ”Kepopuleran bukanlah kepemimpinan. Tetapi hasil yang dicapai itulah kepemimpinan.” Semua kemampuan fungsional tidak ada gunanya sama sekali jika rakyat, bangsa, dan negara tidak terangkat harkat-martabat dan kedaulatannya. Karakter Kepemimpinan Inti atau karakter dalam kepemimpinan adalah: kredibilitas, kejujuran, integritas, kebijaksanaan, dan pengorbanan.

Upload: masawang81

Post on 10-Aug-2015

302 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kepemimpinan Yang Berkarakter

KEPEMIMPINAN YANG BERKARAKTER

Kepemimpinan kerap disoroti sebagai penyebab krisis multidimensi bangsa Indonesia.

Pertanyaanya, apakah sesungguhnya yang menjadi masalah dengan kepemimpinan? apakah

para elit pemimpin nasional kurang mampu dan terampil memimpin? Kalau kepemimpinan

disoroti dari aspek kompetensi dan kecakapan memimpin, yang menjadi bagian dari unsur

kepemimpinan, hampir pasti, kita tidak kekurangan pemimpin-pemimpin yang mampu dan

terampil. Aspek yang hilang dari ciri kepemimpinan itu ialah soal karakter. Meminjam

perkataan Robert Greenleaf, seorang pemikir kepemimpinan, bahwa banyak pemimpin kita

lebih memilih untuk menjadi kritikus dan ahli, daripada menjadi pemimpin

sejati/berkarakter.

Kepemimpinan: Tiga C

Pengertian kepemimpinan, kalau dicermati memiliki banyak batasan. Namun, secara

ringkas, Kepemimpinan itu terdiri dari unsur-unsur seperti: kompetensi, keterampilan dan

karakter. Barna, seorang ahli kepemimpinan, merumuskan kepemimpinan sebagai tiga C,

yakni (call/panggilan, character/karakter, dan competencies/kemampuan). Jika ada yang

perlu ditambahkan dari rumusan ini, mungkin itu aspek akibatnya, atau hasil dari

kepemimpinan. Sebab, Kepemimpinan itu pada akhirnya diukur bukannya menurut

keterampilan sang pemimpin, melainkan dari hasil-hasil yang dicapai sang pemimpin.

Sebagaimana dipaparkan ahli manajemen, Peter Drucker bahwa, ”Kepopuleran bukanlah

kepemimpinan. Tetapi hasil yang dicapai itulah kepemimpinan.” Semua kemampuan

fungsional tidak ada gunanya sama sekali jika rakyat, bangsa, dan negara tidak terangkat

harkat-martabat dan kedaulatannya.

Karakter Kepemimpinan

Inti atau karakter dalam kepemimpinan adalah: kredibilitas, kejujuran, integritas,

kebijaksanaan, dan pengorbanan. Karakter-karakter inilah yang menjadi pilar dan fondasi-

fondasi utama kepemimpinan sekaligus dasar di mana hubungan antara pemimpin dan

pengikutnya (baca: rakyat) dibangun. Kalau diumpamakan seperti manusia yang terdiri atas

badan dan jiwa, posisi atau jabatan formal seorang pemimpin adalah badan, sedangkan roh

kepemimpinan adalah jiwa. Posisi seorang pemimpin tidak akan memiliki arti dan makna

apa-apa tanpa roh kepemimpinan.

Karakter-karakter ini yang hampir absen dari praktek kepemimpinan kita. Kenneth

Blanchard mengatakan bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk

melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi

seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa

kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan

tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin

sejati

Page 2: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Menemukan Pemimpin Berkarakter

Ditengah krisis pemimpin berkarakter dan kegalauan kita dengan situasi bangsa saat ini,

sangat mendesak untuk mencari dan menemukan pemimpin-pemimpin berkarakter. Kazuo

Inamori, salah satu guru manajemen terkemuka abad ini menunjukkan, kunci keberhasilan

hidup yang sesungguhnya terletak pada attitude, karakter atau watak. Setelah watak, baru

keberanian (courage) dan kemampuan (ability). Kepintaran, kompetensi, inteligensia,

bahkan kerja keras sekalipun tak akan pernah membuat sebuah bangsa menjadi kuat dan

disegani tanpa pemimpin dan rakyat yang berkarakter.

Kesimpulan ini didasarkan pada hasil studi maupun pengalaman empirik bangsa Jepang

yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin berkarakter kuat. Sebut saja Saigo

Takamori, salah satu negarawan terkemuka Jepang pada abad ke-19. Menurut Takamori,

pemimpin yang kuat tak bisa hanya bermodal kepintaran, karena jika itu yang menjadi

dasar kepemimpinan, maka yang didapat hanyalah ‘kekuasaan yang beralaskan uang’.

Namun, jika yang dicari adalah pemimpin yang berwatak (noble character), maka yang

akan didapat lebih dari sekadar uang, yakni martabat.

Character Building

Selain mencari dan menemukan pemimpin-pemimpin yang memiliki karakter terpuji,

agenda utama yang harus diprioritaskan kepemimpinan nasional sekarang dan ke depan

adalah pengembangan karakter bangsa (character building).

Ketahanan sebuah bangsa terjadi manakala pemimpin dan rakyatnya memiliki karakter

yang kuat. Kita bisa bandingkan, misalnya dengan negara-negara seperti Jepang, AS dan

Eropa serta kini disusul oleh Korea Selatan dan China. Mereka meraih kemajuan dan

kejayaan, antara lain, karena bangsa-bangsa tersebut memberi perhatian lebih pada

pembangunan karakter masyarakat dan bangsanya. Sepertinya, ada semacam “hukum

alam” bahwa bangsa yang kuat (ketahanannya) serta maju dan jaya (pencapaian

pembangunannya) itu tidak semata-mata disebabkan oleh kompetensi, kecanggihan

teknologi, dan kekayaan sumber daya alamnya, tetapi yang utama dan terutama justeru

lebih disebabkan oleh dorongan semangat dan karakter bangsanya.

Pembangunan karakter bangsa (nation and character building) yang dilakukan dari bawah

dan keteladanan nyata dari atas serta dilakukan secara berkelanjutan itu pula yang

sesungguhnya telah diwasiatkan oleh the founding fathers kita. Karakter yang menjadi jiwa

bangsa yang berbudaya unggul diharapkan menjadi identitas dan jati diri bangsa- negara

Indonesia. Sebuah wasiat yang dulu kerap ditegaskan oleh the founding fathers kita, bahwa

tugas berat bagi kita dalam mengisi kemerdekaan adalah mengutamakan pelaksanaan

nation and character building.

Page 3: Kepemimpinan Yang Berkarakter

JIWA KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang agar bisa memimpin

bawahannya di dalam suatu organisasi dan mencapai tujuan bersama. Apabila disuatu

organisasi tidak memiliki pemimpin, maka apa yang akan terjadi? ya, tentu saja setiap

orang yang tergabung dalam organisasi tersebut akan merasa memiliki kekuasaan untuk

memerintah atau merasa memiliki kedudukan yang tertinggi dan bisa dipastikan tujuan

yang akan dicapai tidak akan terpenuhi.

Jika dilihat dari sejarah, kepemimpina itu ada sejak dulu, sejek nenek moyang kita menjalin

kerja sama antar manusia, sejak terjalinnya usaha bersama untuk mencapai kebutuhan

bersama dan sejak saat itulah dibutuhkan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Tapi dapat dilihat dari kenyataan yang ada pada saat ini, banyak seorang pemimpin yang

salah menggunakan jabatannya dan banyak juga seorang pemimpin tetapi tidak memiliki

jiwa kepemimpinan.

Jiwa kepemimpinan itu mungkin saja ada apabila seseorang memiliki kewibaawaan,

kepercayaan diri, kecerdasaan, bertanggung jawab, bisa mengerti karakteristik dari

bawahannya dan bisa mendengarkan masukan dari siapa saja.

Jiwa kepemimpinan juga bisa dilihat dari tipologi kepemimpinan(Siagian,1997), yaitu :

Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria

atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan

tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;

Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan

formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang

mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang

pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang

pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut

: Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam

menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada

formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;

Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai

keadaan.

Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis

ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai

manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang

Page 4: Kepemimpinan Yang Berkarakter

memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang

memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang

memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan

fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.

Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-

sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa

pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada

umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para

pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut

pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi

pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian

diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil

tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang

kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah

seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu

terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat

digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.

Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi

karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses

penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah

makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan

tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang

menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha

mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan

kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang

kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih

berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya

lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai

pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal

yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah

baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

Menurut teori social kepemimpinan setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui proses

pendidikan dan pengalaman yang cukup. Yang berarti setiap orang berhak dan bisa menjadi

seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.

Page 5: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan

Apa sih kepemimpinan itu?

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa

kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik

individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja

mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan

hubungan dalam kelompok atau organisasi. Atau dengan kata lain, inti

kepemimpinan adalah mempengaruhi dan mendapatkan pengikut.

Lantas siapa pemimpin itu?

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,

mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau

sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Pemimpin

adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,

mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk

mencapai tujuan bersama-sama. Pemimpin selalu menjadi yang

terdepan (teladan); menerima efek positif dari semua tidakannya, atau

juga sebaliknya, menanggung resiko atas semua tindakan yang telah

diambil.

Bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang ideal?

Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap

kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir, ataupun dengan

mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan

merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan

menjadi seorang pemimpin. Jadi sikap kepemimpinan dalam diri

seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap atau juga stagnan.

Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan

Page 6: Kepemimpinan Yang Berkarakter

dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Sikap itu

bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish. Serangkaian proses

yang tak pernah usai tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu menjadi

pemimpin yang sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi

pemimpin yang sesungguhnya?

Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin

ideal dalam arti paling klasik adalah seorang pemimpin yang mampu

menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur.

Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan

memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Apa yang

diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan

ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan

sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi

semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan).

Setidaknya ada empat kualitas pemimpin yang mesti kita pelajari untuk

mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita.

1) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus dengan cepat

memahami kebutuhan orang-orang dan memenuhinya. Sebagai

contoh, seorang pedagang harus dengan cepat memahami

kebutuhan para produsen, konsumen dan situasi terkini dalam

pendistribusian order agar dapat meraih sukses dalam bisnisnya.

Ketika kita melakukan suatu bisnis di pasar dunia, perluasan

kapasitas produksi tidak akan menjamin kesuksesan dalam bisnis

kita. Ketika melakukan produksi, kita harus memahami dan

menganalisa status produksi dari barang-barang di seluruh dunia dan

berdasarkan itu kita harus mencocokkannya dengan pabrik kita.

Hanya analisa yang teliti dan pemahaman yang sepenuhnya yang

dapat membawa kesuksesan. Sama seperti hal di atas, mereka yang

kurang memiliki kemampuan dalam memahami dan menganalisa

kebutuhan orang lain tidak dapat menjadi seorang pemimpin.

Seorang pemimpin harus terus menerus tanggap dan harus bisa

menganalisa. Apa yang dibutuhkan pasar? Apa yang sedang mereka

pikirkan? Dalam hal apa mereka membutuhkan pembaharuan?

Pertanyaan-pertanyaan ini harus selalu ada di dalam pikiran para

pemimpin.

Page 7: Kepemimpinan Yang Berkarakter

2) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus memiliki

kemampuan untuk membuat/membantu orang lain sukses. Di antara

berbagai macam tipe pemimpin, ada tipe pemimpin otoriter. Para

pemimpin otoriter tidak mempedulikan ide-ide atau pendapat dari

orang yang berada di bawahnya. Para pemimpin tipe ini menyuruh

orang-orang agar mematuhi perintah-perintahnya. Mereka ini akan

memanfaatkan bawahan mereka, lalu mengabaikannya. Tipe lainnya

yaitu tipe pemimpin mekanis. Mereka ini sangat terikat dengan

aturan-aturan yang mereka ikuti. Tipe pemimpin seperti ini telah

kehilangan rasa kemanusiaannya dan menjadi mesin virtual.

Pemimpin seperti ini tidak dapat membantu orang lain agar menjadi

sukses. Ada beberapa pemimpin yang dengan senang hati membantu

orang lain agar menjadi sukses. Menolong orang lain bukan berarti

mengambil orang-orang dari jalanan dan mentoleransi kemampuan

mereka yang kurang. Seorang pemimpin yang mampu membantu

orang lain agar menjadi sukses mula-mula harus mampu

mengevaluasi orang lain, kemudian mengarahkan mereka kepada

tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan

demikian, mereka dapat bekerja dengan senang hati dan

mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan. Memastikan bahwa

orang yang tepat telah ditempatkan di tempat yang tepat (the right

man on the right place) merupakan tanggung jawab seorang

pemimpin. Untuk melakukan hal ini, seorang pemimpin harus

mempunyai minat dan fokus yang tetap terhadap orang-orang yang

mereka pimpin. Dengan melihat talenta yang berbeda-beda di dalam

diri tiap-tiap orang, seorang pemimpin harus mampu mendorong

mereka untuk mengembangkan talentanya. Apabila sang pemimpin

menemukan bahwa seseorang sedang berusaha dan sedang berjuang

dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok untuknya, maka

pemimpin tersebut harus mencarikannya pekerjaan baru. Sedangkan

terhadap orang-orang yang kurang mempunyai kemampuan, sang

pemimpin harus mendorong dan mengajari mereka sehingga mereka

menjadi mampu untuk melakukan pekerjaannya. Kita semua harus

mempraktekkan kepemimpinan yang seperti ini.

3) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus selalu

memiliki semangat untuk mempelopori (pioneer) dan harus selalu

Page 8: Kepemimpinan Yang Berkarakter

bergerak maju. Kebanyakan orang hanya diam di tempat, mereka

hanya berusaha agar keadaan tetap seperti itu. Ini dikarenakan

mereka lebih memilih untuk amannya saja daripada hidup dalam

ketidakpastian. Apabila seorang pemimpin hanya mencari rasa aman

saja sewaktu ia memimpin suatu kelompok, maka ia telah kehilangan

tujuannya sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang ideal

harus mempunyai sifat petualang dan agresif. Ide-ide baru harus

dipikirkan dan diterapkan meskipun ide-ide tersebut mungkin

mengakibatkan ketidakpastian dan membawa resiko/bahaya.

Pertumbuhan dan perkembangan selalu diikuti oleh sejumlah

resiko/bahaya. Seorang pemimpin harus terus mengembangkan dan

memperluas dirinya agar dapat menjadi pemimpin yang lain daripada

yang lain. Saya telah banyak membaca profile para pemimpin yang

terkenal di dunia, dan saya menemukan bahwa mereka semua

mempunyai satu persamaan yaitu mereka semua terlihat sedikit

fanatik di dalam beberapa hal tertentu. Mereka kadang-kadang

mengatakan hal-hal yang sulit dimengerti dengan sudut pandang

biasa. Mereka semakin menjauh dari realita dan menemukan hal-hal

yang baru untuk dikerjakan. Oleh karena itu, orang-orang yang

berpegang pada realita akan mengalami kesulitan untuk memahami

mereka. Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, pikiran kita

harus lebih maju daripada orang lain, dan kita harus menjadi

pemimpin yang selalu bekerja keras. Oleh karena itu, kita harus

memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dan berusaha keras untuk

meraihnya dengan segala usaha. Maka kita dapat menjadi pemimpin-

pemimpin yang ideal.

4) Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, kita harus

menginvestasikan semua usaha kita untuk pengembangan diri. Kita

harus membayangkan seberapa banyak kita telah mengembangkan

dan meningkatkan diri sejak tahun lalu sambil bertanya pada diri kita,

Apa yang bisa saya lakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang

lebih baik lagi? Bagaimana caranya agar saya dapat menjalankan

tugas saya sebagai pemimpin dengan lebih efektif? Selain itu, kita

harus melakukan yang terbaik untuk pengembangan diri kita. Saya

menghabiskan banyak energi untuk melakukan pengembangan dan

peningkatan diri. Saya selalu berpikir tentang bagaimana cara

Page 9: Kepemimpinan Yang Berkarakter

meningkatkan dan mengembangkan diri saya sendiri dalam

kehidupan sehari-hari. Lihatlah para CEO atau para eksekutif

perusahaan. Tentu saja mereka sangat sibuk dengan pekerjaan

mereka. Tetapi jika kita melihat mereka lebih dekat, kita akan

terkejut karena kita akan menemukan bahwa mereka banyak

menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan dan

meningkatkan diri. Ketika kita tidak bisa merefleksikan pada diri kita

sendiri untuk menemukan kelemahan-kelemahan yang perlu

diperbaiki, maka kita akan menemukan bahwa kita tidak akan

mampu memimpin.

Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses

belajar yang sangat panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada

dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas

dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan

menanggung sendiri atas apa yang telah mereka lakukan. Jadi di sini

manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor

dan nilai-nilai tertentu.

Page 10: Kepemimpinan Yang Berkarakter

JIWA KEPEMIMPINAN

Setiap orang yang telah diciptakan oleh Sang Penguasa tentunya mempunyai jiwa kepemimpinan, baik itu seorang yang mempunyai kedudukan tinggi maupun berkedudukan rendah sekalipun pasti mempunyai yang namanya “jiwa kepemimpinan”, baik itu memimpin jiwa sebagai makhluk yang bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri (pribadi) maupun bagi seorang yang mempunyai banyak pengikut.

Secara garis besar jiwa kepemimpinan ini timbul akibat dari rasa tanggungjawab atas sesuatu yang dirasa harus diurus guna untuk memberikan kenyamanan bagi orang lain yang tengah kita pimpin dalam wadah kelompok untuk mencapai kemakmuran bersama dan jiwa kepemimpinan ada untuk memberikan motivasi kepada orang lain yang tengah kita pimpin. Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, untuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.

Seorang pemimpin memberikan arahan berupa motivasi kepada pengikut melalui gaya kepemimpinan yang baik dan tentu mempunyai tujuan yaitu menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Dengan begitu pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan secara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepuasan mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.

Berdasarkan atas Teori Sifat KepemimpinanTeori sifat mengasumsikan kepemimpinan tidak dilahirkan dan tidak dapat dibuat. Kepemimpinan terdiri dari karakter dan sifat yang diturunkan. Karakter dan sifat tersebut yang membedakan seseorang sebagai pemimpin. Gheselli yang dikutip dari Manning dan Curtis (2005) mengidentifikasikan sifat kepemimpinan yang efektif, sebagaimapana dalam penjabaran sebagai berikut:

1.   Need for achievementSeorang pemimpin harus bertanggung jawab dan bekerja keras agar berhasil.

2.   IntellegencePemimpin harus memiliki pertimbangan, alasan, dan pemikiran yang baik.

Page 11: Kepemimpinan Yang Berkarakter

3.   DecisivenessSeorang pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa keraguan.

4.   Self ConfidenceSeorang pemimpin harus memiliki kesan positif sebagai seorang yang memiliki kemampuan.

5.   InitiativePemimpin harus menjadi acuan, melakukan pekerjaan dengan pengawasan yang minimal.

6.  Supervisory AbilityPemimpin harus dapat mendelegasikan tugas secara baik kepada bawahannya.

Lebih lanjut Manning dan Curtis menyatakan bahwa sepuluh kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membantunya dalam proses kepemimpinan:

1.      VisiSyarat utama menjadi seorang pemimpin adalah memiliki visi yang baik. Visi menginspirasi yang lain dan menyebabkan seorang pemimpin dapat melakukan tugasnya.

2.      KemampuanSeorang pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik atas pekerjaanya.Karyawan biasanya menunjukkan kesabaran kepada seorang pemimpin yang baru, tetapi mereka akan kehilangan kepercayaan kepada seorang pemimpin yang gagal dalam melaksanakan tugasnya

3.      AntusiasmeCiri dari seorang pemimpin yang baik yaitu memiliki antusiasme yang kuat.Antusiasme yang ditunjukkan seorang pemimpin membangkitkan antusiasme bagi pengikutnya.

4.      StabilitasSeorang pemimpin harus memiliki profesionalisme, dengan membedakan masalah perusahaan dengan masalah pribadi.

5.      Memahami SesamaSeorang pemimpin tidak boleh merendahkan bawahannya atau memperlakukan mereka seperti mesin. Seorang pemimpin harus memahami kesejahteraan bawahannya. Pengertian terhadap orang lain membutuhkan kesabaran dan kemauan untuk mendengarkan permasalahan bawahannya.

6.      Percaya DiriApabila seorang pemimpin kurang percaya diri, karyawan akan mempertanyakan otoritasnya, bahkan mengabaikan perintah.

7.      KetekunanSeorang pemimpin memiliki kebulatan tekad dan ketekunan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sulit.

8.      VitalitasSeorang pemimpin harus memiliki kekuatan dan stamina yang prima dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

9.      KarismaSeorang pemimpin harus memiliki karisma yaitu kemampuan untuk menarik perhatian pegawainya dan membuat mereka mengikutinya.

10.    IntegritasSyarat paling penting seorang pemimpin adalah integritas, yaitu: kejujuran, karakter yang kuat, dan keberanian. Tanpa integritas maka tidak ada kepercayaan. Kepercayaan memimpin kepada rasa hormat, loyalitas, dan tindakan.

Page 12: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Setelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada kesempatan kali ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basa-basinya, Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.

Macam – macam Tipe Kepemimpinan:

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

Page 13: Kepemimpinan Yang Berkarakter

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:

Page 14: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Pada dasarnya Tipe   kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.

Page 15: Kepemimpinan Yang Berkarakter

KEPEMIMPINAN DAN MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN

Definisi KepimpinanKepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahliMenurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok

Macam-Macam Gaya Kepemimpinan1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / DemocraticGaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez FairePemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIANKeempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :1. Gaya Kepemimpinan Karismatis2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis3. Gaya Kepemimpinan Otoriter4. Gaya Kepemimpinan Moralis

GAYA KEPEMIMPINAN KARISMATISKelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang

Page 16: Kepemimpinan Yang Berkarakter

kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

GAYA KEPEMIPINAN DIPLOMATISKelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

GAYA KEPEMIMPINAN OTORITERKelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

GAYA KEPEMIMPINAN MORALISKelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

Page 17: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Penghapusan RSBI, Sekat Pendidikan

Diharapkan Tidak Terjadi Lagi

Mataram (Global FM Lombok)-

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) NTB, Drs. H. Ali A Rahim, mengatakan,

dampak dari RSBI sebenarnya kurang baik, karena siswa lain terkadang merasa minder,

jika bertemu dengan murid dari sekolah RSBI. Iuran sekolah pun cukup mahal, walau

pendidikan yang diterima sama seperti sekolah lainnya. Selain itu, dengan tidak adanya lagi

RSBI akan menghapus sekat pendidikan yang selama ini terjadi. Di mana, siswa miskin

maupun kaya mempunyai kesempatan yang sama untuk masuk ke sekolah favorite, jika

anak itu pintar. 

" Keputusan MK yang membubarkan RSBI itu, karena menyalahi UU Dasar yang telah

ditetapkan. Kita harus patuh dalam melaksanakan aturan yang telah ada. Karena sejumlah

orang tua murid menyambut baik dihapuskannya RSBI karena tidak membedakan antara

sekolah yang satu dengan yang lain," kata Drs. H. Ali A Rahim, kepada Reporter Global

FM Lombok, via telepon selulernya, Senin (14/1).

Ali menuturkan, sekolah SD, SMP dan SMA di NTB yang berstatus Rintisan Sekolah

Bertaraf International (RSBI) harus mengikuti keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang

telah menghapus RSBI. Tapi penghapusan RSBI itu tidak boleh membuat pihak sekolah

menurunkan mutu dan kualitasnya dalam proses belajar mengajar. Sekolah bersangkutan

harus menjalankan proses belajar mengajarnya, walau status RSBI tidak disandang lagi. 

Di NTB lanjut Ali, sekolah SD hingga SMA yang berstatus RSBI hanya 1 unit di 9

kabupaten dan Kota. Hanya Kota Mataram yang memiliki 2 sekolah RSBI dari jenjang SD

hingga SMA. RSBI ini baru berjalan selama 5 tahun, sehingga tidak ada masalah, jika

dihapus. " Saya setuju RSBI dibubarkan saja agar siswa memilih sekolah berdasarkan

kecerdasan, jarak rumah dan sekolah," tegasnya. (ozi)

Page 18: Kepemimpinan Yang Berkarakter

PENGHAPUSAN RSBI, PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

Pasca dikeluarkannya putusan MK mengenai penghapusan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), maka tidak adalagi sekolah-sekolah di Indonesia yang berhak mengenakan label RSBI baik ditingkat Sekolah Daras (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Penghapusan ini merupakan sinkronisasi dari dibatalkannya Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal (UU Sisdiknas) yang menjadi dasar pelaksanaan RSBI. MK menilai pasal ini tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 serta tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat seperti yang dijelaskan ketua MK, Mahfud MD.

Sama-sama kita ketahui bahwa selama ini RSBI digadang-gadang sebagai sekolah yang mampu menciptakan bibit-bibit muda berprestasi dengan mengandalkan dukungan dari segala fasilitas sekolah yang jauh lebih baik dibandingkan sekolah-sekolah umum lainnya. Ruang kelas berlantaikan keramik serta didukung fasilitas AC disetiap ruangan serta dilengkapi dengan Laptop di meja guru yang langsung dihubungkan dengan infocus guna mempermudah guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa-siswi di RSBI menjadi salah satu keunggulan fasilitas yang dimiliki oleh RSBI.

Namun persoalan lain muncul manakala sekolah yang mengenakan label RSBI menerapkan aturan untuk memungut uang masuk yang relatif besar kepada setiap calon peserta didiknya serta mematok uang SPP yang tinggi sehingga hanya siswa dengan latar belakang berkecukupan saja dapat bersekolah di RSBI serta menikmati fasilitas yang super ekstra tersebut.

Ada keterangan yang menyatakan bahwa RSBI tidak hanya diisi oleh siswa dari kalangan ekonomi menengah keatas saja karena mereka memberikan jatah 20% kepada siswa kurang mampu yang berprestasi untuk bersekolah disana. Hal tersebut memang memiliki tujuan yang baik karena memberikan kesempatan bagi generasi muda berprestasi namun memiliki kekurangan dari segi materi untuk menimbah ilmu di sekolah yang didukung fasilitias mewah sehingga memberikan kenyamanan bagi mereka untuk menuntut ilmu. Namun tanpa disadari sistem yang diterapkan oleh RSBI tersebut membuat 20% siswa dari latar belakang keluarga kurang mampu tadi merasa minder dengan teman-teman satu sekolahnya yang pada umumnya dilengkapi dengan aksesoris mewah seperti HP, Laptop, kendaraan, hingga Pakaian yang otomatis sangat kentara perbedaanya.

Meskipun anak-anak berprestasi tadi berkesempatan mendapatkan ilmu dengan fasilitas penunjang yang sama, namun mereka pasti merasa tertekan dengan situasi yang ada dan secara tidak langsung menghakimi status sosial yang mereka sandang dengan segala batasan yang ada.  Inilah salah satu alasan mengapa RSBI dianggap kurang efektif dalam penerapannya, karena secara tidak langsung sudah mengadopsi pola diskriminasi dan kastanisasi (penggolongan) di lingkup dunia pendidikan indonesia karena hanya mereka dengan latar belakang ekonomi berkecukupan saja dapat menikmati RSBI dengan segala fasilitasnya dan tidak merasa tertekan karena gaya hidup yang diterapkan sekolah sesuai dengan kemampuan ekonomi orang tua mereka.Faktor lain yang menjadikan RSBI tidak efektif adalah persaingan mutu pendidikan yang sangat timpang antara sekolah umum baik itu negeri maupun swasta dengan RSBI yang mengadopsi kurikulum dari luar negeri dan menggunakan jasa guru-guru asing untuk menambah kualitas berbahasa asing siswa-siswi di RSBI karena adanya kemampuan sumber dana yang mereka miliki melalui pungutan-pungutan dari siswanya.

Pada dasarnya, sistem pendidikan indonesia yang sentralistik membuat hal tersebut menjadi sesuatu yang janggal karena adanya perbedaan yang diterapkan dalam proses belajar

Page 19: Kepemimpinan Yang Berkarakter

mengajar sementara eksekusi final mengenai proses kelulusan siswa masih ditentukan oleh pusat dengan sistem yang sama.

Pendidikan Tanpa Diskriminasi

Dalam preambule UUD 1945 terdapat beberapa tujuan bangsa indonesia yang salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan kata lain dapat diartikan bahwa hak akan pendidikan benar-benar dijamin keberadaanya secara mutlak oleh negara sehingga tercapailah apa yang menjadi cita-cita bangsa seperti yang tertuang dalam preambule dasar konstitusi negara ini. Hak atas pendidikan ini kembali diperkuat dalam Pasal 31 UUD 1945. Tentu saja acuan hukum mengenai hak atas pendidikan ini mengedepankan sistem pendidikan yang merata dan berimbang tanpa adanya disikriminasi.

Dengan begitu tidak ada alasan bagi kita menjadikan pendidikan sebagai wadah pengelompokan antara kaum borjuis dengan proletar sebagaimana yang banyak terjadi dalam kehidupan bangsa ini.  Pemerintah sebagai awak yang menakhodai jalannya negara memiliki andil yang sangat signifikan atas terwujudnya pendidikan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan yang menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Dengan berbagai landasan hukum tentang substansifitas dari hak atas pendidikan yang harus dijamin keberadaanya oleh negara tanpa adanya diskriminasi tersebut, sudah seharusnya semua anak bangsa mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam dunia pendidikan dengan fasilitas dan sarana yang memadai demi menunjang peningkatan mutu dan kualitas sumber daya manusia kita.

Bukan hanya mereka yang berada dikalangan menengah keatas saja yang berhak untuk mengenyam manisnya dunia pendidikan, namun semua warga negara Indonesia juga berhak untuk merasakan nikmatnya berpengetahuan dan menjadi orang yang berpendidikan. Tidak ada diskriminasi akan pencapaian hak atas pendidikan sebagaimana yang tertulis diatas. Sebab semua orang memiliki kedudukan yang sama dimata hukum untuk mendapat pendidikan tanpa memandang strata sosial dan latar belakang karena negara dengan tegas telah menjamin hal tersebut.

Dalam konstitusi telah dijelaskan negara menganggarkan dana  yang cukup besar untuk dunia pendidikan demi terpenuhinya hak atas pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pasal 31 ayat 4 UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh mengingat untuk menjamin terwujudnya hak atas  pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, tentunya memerlukan dana yang sangat besar. Sehingga wajar jika negara memprioritaskan 20% dana APBN untuk dunia pendidikan.

Namun sekali lagi melalui sokongan dana yang begitu besar, diharapkan tidak adanya lagi pengkotak-kotakan dalam sistem pendidikan kita sebagaimana yang selama ini telah terjadi. Sebab hak atas pendidikan bersifat universal.

Page 20: Kepemimpinan Yang Berkarakter

DEWAN PENDIDIKAN SULTRA DUKUNG PENGHAPUSAN RSBI

(Humas Kemenag Sultra) —- Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait penghapusan

penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) didukung Ketua Dewan

Pendidikan Sulawesi Tenggara (Sultra) Prof. DR. H. Abdullah Alhadza. “Saya setuju

dengan adanya pembubaran RSBI, sebab mahal, membebani masyarakar,” ujar Abdullah,

akhir pekan lalu.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) ini menganggap, biaya yang

dikeluarkan siswa yang bersekolah di RSBI tergolong mahal. Padahal dengan biaya yang

mahal, menurutnya belum menjamin kualitas yang baik.

Seperti diketahui, MK mengabulkan permohonan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Putusan tersebut terkait

dengan penghapusan RSBI di Indonesia.

Ia menyatakan, sekolah RSBI tidak memberi banyak perubahan, bahkan menimbulkan

perbedaan antara sekolah RSBI dengan regular hanya terletak pada keunggulan fasilitas

saja. Selain itu memberikan pengaruh pada psikologi para siswa-siswi di sekolah tersebut.

Menurutnya, jelas terlihat garis pemisah atau diskriminasi antara siswa yang mampu

dengan yang kurang mampu. Keadaan ini sangat berpengaruh pada jiwa dan psikologi

peserta didik.

“Sejak dahulu, saya selalu menyampaikan tidak setuju dengan RSBI. Namun semangat di

balik tujuan tersebut sangat diberi dukungan, karena semua terkait dengan pertarungan

bangsa di mata internasional. Seperti yang telah ada saat ini, misalnya Bandara

Internasional, Rumah Sakit Bertaraf Internasional dan lain-lain, sehingga lahir pula

pendidikan dengan standar internasional. Namun, dengan adanya RSBI dianggap oleh

sebagian masyarakat dengan sikap diskriminasi terhadap pendidikan di negara ini,”

terangnya.

Adanya RSBI yang diterapkan, terdapat beberapa sekolah dengan dalih RSBI melakukan

tindakan yang semena-mena. Tapi ide dari program tersebut sebenarnya untuk kualitas

pendidikan yang baik, dan untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula harus sejajar

dengan biaya yang dikeluarkan.

Ia juga menyatakan, dirinya setuju dengan pembubaran RSBI bukan berarti tidak

mendukung dengan peningkatan kualitas pendidikan. Hanya saja, kata dia, meningkatkan

kualitas pendidikan bukan berarti ‘mencekik leher’ masyarakat dengan biaya tinggi,

padahal mereka juga memiliki hak memperoleh pendidikan sebagaimana diatur dalam

UUD 45. (KE)

Page 21: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Pemerintah Harus Akomodir Hak-hak Masyarakat

Dalam Memperoleh Pendidikan

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penghapusan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), disikapi oleh berbagai pihak, tidak terkecuali legislator yang bertugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Medan.

Seperti ungkap Wakil Ketua Komisi B DPRD Medan Drs Paulus Sinulingga, perlu adanya penyesuaian dari pemerintah dalam menyikapi putusan MK tentang penghapusan RSBI tersebut.

"Saya pikir perlu ada penyesuaian dari pemerintah di semua tingkatan dalam menyikapi putusan MK tentang penghapusan RSBI tersebut,"ujar Paulus Sinulingga kepada wartawan di gedung sementara DPRD Medan Jalan Gunung Krakatau Rabu (16/01/2013)

Sebab lanjut anggota Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) DPRD Medan ini, tujuan penghapusan RSBI tersebut adalah agar tidak ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan.

Sebab selama ini sebagaian masyarakat menilai ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan, karena RSBI mempunyai nilai plus, RSBI hanya diperuntukkan khusus bagi orang-orang mampu.

Sehingga bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan pas-pasan merasa tertinggal. Sepertinya ada semacam perlakuan istimewa bagi siswa yang masuk dalam kelas RSBI ini, akibatnya timbul kesannya ada diskriminasi dalam memperoleh pendidikan di negera ini, ungkap Paulus.

Karenanya pemerintah di semua tingkatan harus berupaya mengakomodir hak-hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan, pemerintah harus memberlakukukan sama kepada lapisan masyarakat dalam pendidikan, sebut Paulus.

Untuk itu pemerintah harus merespon keputusan MK ini dengan mengimplementasikannya melalui Peraturan Pemerintah (PP) bagi Pemerintah Pusat dan Peraturan Daerah (Perda) bagi Pemerintah Daerah (Perda), imbuh Paulus.

Seperti diketahui, MK telah menetapkan untuk mengabulkan permohonan uji materi atas

Page 22: Kepemimpinan Yang Berkarakter

Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur soal Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Dampak dari keputusan itu adalah dihilangkannya RSBI dalam sistem pendidikan di Indonesia. Putusan ini dikeluarkan oleh MK setelah menimbang bahwa keberadaan RSBI dan SBI tidak sesuai dengan konstitusi yang ada.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah biaya yang mahal mengakibatkan adanya diskriminasi pendidikan. Selain itu, pembedaan antara RSBI-SBI dan non RSBI-SBI menimbulkan adanya kastanisasi pendidikan.

Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam tiap mata pelajaran di sekolah RSBI-SBI juga dianggap dapat mengikis jati diri bangsa dan melunturkan kebanggaan generasi muda terhadap penggunaan dan pelestarian bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa.

Page 23: Kepemimpinan Yang Berkarakter

RSBI SALAH SEJAK AWAL

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mencabut status rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) mendapat respons positif dari pengamat pendidikan Lampung Dr. Agus Pahrudin, M.Pd. Menurutnya, hal itu memang harus dilakukan agar tidak ada lagi pembedaan perlakuan terhadap siswa. Sebab, tugas sekolah/madrasah adalah mencerdaskan seluruh anak bangsa, bukan hanya yang mampu atau pintar.

    ’’Konsep RSBI ini dari awal memang sudah salah kaprah. Perumusannya tidak melibatkan para pakar pendidikan dan pemberlakuannya juga tergesa-gesa. Sehingga banyak kelemahan dan ketidakadilan dalam sistem tersebut. Jadi wajar kalau sekarang MK menganulirnya,’’ tukas pria yang menjabat rektor Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) ini.

    Dia mencontohkan kurikulum yang digunakan RSBI mayoritas meniru dari luar negeri. ’’Padahal, kita ini bangsa yang besar. Bangsa yang harus memiliki dignity atau kewibawaan. Kenapa tidak kita desain kurikulum sendiri yang berbasis keunggulan bangsa kita,” tandas Agus saat ditemui di kampusnya kemarin.

    Misalnya, imbuh dia, tapis yang merupakan hak paten orang Lampung. ’’Harusnya kita kembangkan tapis dalam pembelajaran di sekolah hingga bisa terkenal sampai mancanegara. Dengan begitu, nama daerah dan bangsa akan terangkat di dunia internasional,” ujar pria yang juga menjabat ketua Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (Hipkin) Lampung ini.

    Selain itu, terusnya, dalam perspektif pendidikan tidak ada anak yang bodoh. Yang ada anak yang cepat dan lambat dalam menerima pelajaran. ’’Sedangkan dalam RSBI kan hanya menerima anak yang cerdas. Sehingga terdapat pengelompokan dalam memperlakukan siswa. Hal ini bertentangan dengan tujuan pendidikan untuk mencerdaskan seluruh anak bangsa,” tegas dia.

    Belum lagi, sambung Agus, sisi eksklusivitas dalam sekolah RSBI itu akan melahirkan kesombongan pada diri siswanya. Sementara siswa di sekolah umum/madrasah akan menjadi minder.

    ’’Ujung-ujungnya, hal itu akan melahirkan dua generasi berbeda kalau sistem seperti ini dipertahankan. Karenanya, saya sangat mendukung status RSBI dihapus. Hal itu agar tidak ada pembedaan perlakuan terhadap siswa di sekolah. Karena memang tugas sekolah/madrasah itu adalah mengaktualisasikan potensi yang dimiliki seluruh peserta didik,” ujarnya.

    Sementara itu, para siswa dan sekolah RSBI mengaku tidak terpengaruh dengan adanya keputusan MK ini. Seperti diungkapkan Tri Zella Setyanda, Bincar Rakutta, dan Maharani Putri Hikam, siswa SMA Negeri 9 Bandarlampung. Menurut mereka, status sebuah sekolah bukan hal utama. Yang terpenting kualitas pembelajaran dan output yang dihasilkan.

    ’’Jadi ya kami biasa saja menanggapi keputusan MK itu. Lagian kan bukan sekolahnya yang dihapus, melainkan cuma statusnya yang diubah. Kalau kami tetap semangat belajar untuk terus berprestasi,” ujar para siswa kelas XII ini saat ditemui di sekolahnya kemarin.

    Hal senada diungkapkan Kepala SMAN 9 Bandarlampung Drs. Hendro Suyono. Dia mengaku siap menjalankan keputusan MK tentang penghapusan status RSBI itu. Tetapi untuk tidak lanjutnya, Hendro masih menunggu petunjuk dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Page 24: Kepemimpinan Yang Berkarakter

    ’’Namun bagi kami prinsipnya mau RSBI, mau nggak, yang penting kita komitmen di sekolah ini bagaimana mencerdaskan anak bangsa,” ujarnya.

    Dia juga menepis anggapan kalau sekolah RSBI itu mahal dan eksklusif. ’’Seperti untuk sekolah kami ini tidak hanya menampung siswa yang mampu, tetapi ada juga kuota bagi yang tidak mampu. Untuk tahun ini saja 15 anak yang nilainya baik dan tidak mampu dibebaskan dari biaya. Perlakuan terhadap mereka pun sama dengan yang lain,” ujarnya.

    Di sisi lain, Hendro mengimbau sekolah-sekolah yang masih tertinggal untuk tidak malu dan mau melakukan studi banding ke sekolah yang sudah memiliki konsep dan manajemen bagus.

    ’’Sehingga hal itu juga bisa diterapkan di sekolahnya. Dengan begitu, pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia bisa tercapai,” tuturnya.

    Dia mencontohkan sekolahnya yang terbuka menerima sekolah mana pun yang mau belajar, baik mengenai proses pembelajaran hingga penggunaan sarana teknologinya. ’’Dan itu tidak ditarik biaya. Semuanya gratis. Siapa pun dipersilakan studi banding ke sisni. Jadi yang terpenting sekarang komitmen sekolah untuk mengembangkan kualitasnya,” tandas Hendro.

    ’’Seperti kami yang memiliki sekolah binaan di Lemong, Lampung Barat. Jadi guru-guru di sekolah itu kami ajak ke sini untuk belajar dan kami juga ke sana memberikan pelatihan. Nah kalau mau bagus kan sekolah harus seperti itu, menjalin kerja sama atau melakukan pembelajaran di sekolah yang lebih dahulu maju,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Kepala SMPN 2 Bandarlampung Euis Tati Darnati mengatakan bahwa sekolah yang sudah unggulan itu harus tetap unggul. Apa pun namanya. Jadi sekolah-sekolah harus mempertahankan prestasi.

’’Walaupun namanya bukan lagi SBI, RSBI, sekolah itu harus unggul. Kualitasnya harus terus ditingkatkan. Seperti sekolah kami yang lulusannya 100% diterima di SMA unggulan. Inilah yang harus dipertahankan,” singkatnya.

    Sementara, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Bandarlampung Tatang Setiadi menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu petunjuk dari pusat mengenai kelanjutan dari putusan MK ini.

    ’’Namun sebenarnya kalau RSBI-nya sih nggak salah. Tetapi mungkin karena dianggap masyarakat terlalu eksklusif dan biayanya mahal sehingga menjadi sorotan,” ujarnya kemarin.

    Tetapi apa pun nanti perubahan yang dilakukan, tegas dia, semangat RSBI jangan dihilangkan. ’’Yaitu semangat untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas serta memiliki iman dan takwa,” pungkasnya.

    Sedangkan Sekretaris Dinas Pendidikan Lampung Ir. Siti Maidasuri, M.Pd. mengungkapkan,    dari informasi yang diperolehnya, nantinya sekolah-sekolah yang status RSBI atau SBI-nya dihapus itu tetap menjadi unggulan.

    ’’Artinya nanti bisa saja kalau di sini SMPN 1 Unggulan atau SDN 2 Rawalaut Unggulan. Jadi sebenarnya tidak terlalu masalah. Yang penting, semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus terus dijaga,” ucapnya.

Page 25: Kepemimpinan Yang Berkarakter

    Sebab anak-anak yang memiliki potensi, baik di bidang akademik maupun nonakademik, harus dibina secara maksimal. Kalau tidak, imbuh dia, perkembangan mereka tak akan optimal.

    Karena itu, keberadaan sekolah unggulan sangat penting karena orientasinya mutu, bukan kuantitas. ’’Layanannya pun individual. Sehingga setiap potensi yang dimiliki anak harus bisa dikembangkan seluruhnya,” ujar dia.

    Untuk hal itu, imbuh Maidasuri, memang dibutuhkan biaya yang tak sedikit. ’’Sebab, proses pembelajarannya sudah menggunakan teknologi informasi dan sarana-prasarananya unggul,” ucapnya.

    Untuk di Lampung sendiri, lanjut dia, ada sekitar 30 RSBI. ’’Rinciannya untuk SD ada 7 sekolah, SMP (8), SMA (8), dan SMK (7). Sekolah-sekolah itu tersebar di kabupaten/kota di provinsi ini. Seperti Bandarlampung, Pringsewu, Metro, Lampung Utara, dan Lampung Barat,” pungkasnya.