perkembangan sosial-ekonomi masyarakatdigilib.unila.ac.id/54519/3/3. skripsi full tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT
KOLONIS JAWA DI DAERAH BAGELEN LAMPUNG
PADA TAHUN 1905-1945
(Skripsi)
OlehDanu Ranu Setiawan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PERKEMBANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT
KOLONIS JAWA DI DAERAH BAGELEN LAMPUNG
PADA TAHUN 1905-1945
Oleh
Danu Ranu Setiawan
Kesejahteraan rakyat Indonesia terabaikan akibat masa kolonialisme yangdilakukan Belanda, sehingga Pemerintah Belanda berniat melaksanakan politiketis pada tahun 1905 sebagai bentuk balas budi kepada rakyat pribumi. Terdapat 3unsur dalam politik etis yaitu transmigrasi, edukasi dan irigasi. Kolonisasipertama yang dilakukan adalah di daerah Gedong Tataan, Bagelen Lampung.Terdapat perkembangan dalam pelaksanaan politik etis. Peneliti tertarik dalammeneliti bidang sosial ekonomi. Berdasarkan deskripsi di atas, maka rumusanmasalah penelitian ini adalah bagaimanakah perkembangan sosial-ekonomimasyarakat kolonisasi Jawa di daerah Bagelen Lampung pada tahun 1905-1945?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan sosial-ekonomi masyarakat kolonisasi jawa di daerah Bagelen Lampung pada tahun1905-1945. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode historis denganteknik pengumpulan data kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data yangdigunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Hasil yang didapat penelitimengenai perkembangan masyarakat kolonisasi jawa di daerah Bagelen Lampungpada tahun 1905-1945 pada tingkat pendidikan adanya Bagelen School, BedaSchool dan HIS, jenis pekerjaan yang mulai bervariasi serta pada aktivitasekonomi yang mulai memenuhi kebutuhan konsumsi, produksi dan distribusimelalui pasar dan berkebun dari lahan kolonis sendiri.
Kata kunci : Politik Etis, Perkembangan, Sosial Ekonomi, Bagelen Lampung
PERKEMBANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT
KOLONIS JAWA DI DAERAH BAGELEN LAMPUNG
PADA TAHUN 1905-1945
OlehDanu Ranu Setiawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Danu Ranu Setiawan yang lahir pada tanggal
07 Juli 1995 di Kota Tangerang, Banten. Penulis merupakan
putra tunggal dari pasangan Bapak Irwan Gus Setiawan dan Ibu
Enjum Jumiati.
Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Al Azhar 2 Bandar Lampung
pada tahun 2003 dan tamat di tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan lulus
pada tahun 2010. Pendidikan penulis berlanjut pada tahun 2011 ke jenjang
sekolah menengah atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung lalu penulis tamat
belajar di tahun 2013 dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan strata 1.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah melalui SBMPTN pada tahun 2013. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Negara Aji Tua Kecamatan
Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016, serta melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Anak Tuha pada tahun
2016. Selama melaksanakan perkuliahan penulis menjabat sebagai Ketua
Angkatan 2013 dan pernah aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat
jurusan maupun tingkat program studi dan fakultas. Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) yang diikuti, antara lain Fokma Pendidikan Sejarah dan (UKMF) KSS .
i
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubahnasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa apa yang pada diri mereka”
(QS Ar Rad : ayat 11)
Tidak ada yang bisa membantu dirimu selain diri kita sendiri
(Drs. Ali Imron, M.Hum)
i
PERSEMBAHAN
Terucap syukur kehadirat Allah SWT,
kupersembahkan karya ini
sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :
Bapak ku Irwan Gus Setiawan, Ibuku Enjum Jumiati
yang telah menasehatiku serta mendukungku dalam menggapai cita-cita dan yang telah
menjadi sumber semangatku. Memberikan semua hal yang aku butuhkan dan tiada henti
hentinya dalam menjadi tauldan bagi kehidupanku. Semoga kesejahteraan serta
lindungan
Allah SWT selalu menyertai kalian.
(Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani soghiro aamiin)
Kakek ku H.Marino dan Nenek ku H.Sumirah
bule ku Nunung Yunaviatie ,oom ku Dodi dan om Haryono ,juga sepupuku Zalfa
Syifa Roiqoh yang selalu aku sayangi serta almh. Tanteku Nehria Astriani. Terima
kasih atas dukungan dan doa’nya.
Para pendidik Bapak/Ibu guru dan Bapak/Ibu dosen,senior serta sahabat-sahabatku
yang memberikan semangat untukku
serta almamaterku tercinta
ii
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”PERKEMBANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT KOLONIS
JAWA DI DAERAH BAGELEN LAMPUNG PADA TAHUN 1905-1945”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak. Penulis menyadari akan
keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki,sehingga mendapat banyak bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak,maka dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Sunyono, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
3. Bapak Drs.Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Keuangan, Umum
dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
4. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
iii
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M. Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
6. Bapak Drs. Syaiful M, M. Si, ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan
dosen pembimbing II dalam skripsi ini yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasehat
dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
7. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, pembimbing I sekaligus dosen
pembimbing akademik dalam skripsi ini yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasehat
kepada dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.
8. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H dan Bapak Henry Susanto, S.S,
M.Hum. selaku dosen pembahas yang telah meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, saran serta nasihat dalam proses kuliah dan
proses penyelesaian skripsi.
9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP UNILA Drs. Tontowi
Amsia, M.Si, Drs. Wakidi, M.Hum, Dr.R.M Sinaga,M.Hum, M. Basri,
S.Pd, M.Pd, Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd,
M.Hum, Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd, Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd
dan para pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah membimbing penulis
selama menjadi mahasiswa di program studi pendidikan sejarah.
iv
10. Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Bandar
Lampung, Kepala UPTD Balai Pengelolaan Museum
Ketransmigrasian Lampung, Kepala Desa Bagelen Kecamatan
Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Lampung yang telah memberi
izin serta menerima penulis untuk melakukan penelitian dan
memberikan data-data penunjang dalam penelitian skripsi ini.
11. Terima kasih kepada Dwinita Meilia Sari yang telah memberikan
dukungan mental dan bantuannya terhadap penulis selama pengerjaan
skripsi ini.
12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 013 terima
kasih atas motivasinya.
13. Sahabat-sahabat Ardi All brian, Dewa Putra Pratama, M Raynaldo,
Ahmad Apriyandho S, Rinaldo Jupen Pinem, Antonius Joko Wardoyo,
Nyoman Suwita, Regiano Setyo P, M Rahmatullah, Edo
Suhariyanto,Achmad Didik Khoirudin, Abdul Rahman Asyakir, Asep
Junairi, Bagus Lianto Pratomo, Imam Ubaidillah Lubis, Johan
Setiawan, M Fadlan, Muttaki Azali, Ulul Azmi Muhammad, Wahyu
Wardoyo, terima kasih atas kasih dan kisah yang kita ukir bersama.
14. Sahabat-sahabat KKN dan PPL di Desa Negara Aji Tua Kecamatan
Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah ( Dhoni Agung Riyadi,Savitri
Fiska Tamara,Veronicha Panjaitan,Revania Putri Utami,Linda
Lestari,Sita Oktaviani,Armayyeni Nurillia Marsim,Defika Putri
Nastiti). Terima kasih atas bantuan kalian, dan persahabatan yang tetap
terjaga hingga saat ini.
v
15. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Program Studi Pendidikan
Sejarah terima kasih atas motivasinya.
16. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih.
Penulis berharap semoga Allah memberikan balasan atas semua kebaikan dan
pengorbanan semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wassalamu`alaikumWr. Wb
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Danu Ranu Setiawan
vi
DAFTAR ISI
HalamanPERSEMBAHAN................................................................................................ i
SANWACANA .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka...................................................................................11
2.1.1 Konsep Politik Etis ......................................................................11
2.1.2 Konsep Perubahan Sosial ...........................................................13
2.1.3 Konsep Perkembangan Masyarakat.............................................16
2.1.4 Konsep Sosial Ekonomi ..............................................................18
2.1.5 Konsep Kolonisasi.......................................................................19
2.1.6 Konsep Daerah Bagelen Lampung..............................................20
2.1.7 Konsep Masyarakat Kolonisasi Jawa di Bagelen Lampung........22
vii
2.2 Kerangka Pikir ......................................................................................23
2.3 Paradigma .............................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN3.1 Metode Metode Penelitian....................................................................28
3.1.1 Metode Yang Digunakan............................................................28
3.1.2 Langkah-langkah Penelitian Historis .........................................29
3.2 Variabel Penelitian................................................................................32
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................33
3.3.1 Teknik Kepustakaan ...................................................................333.3.2 Teknik Dokumentasi...................................................................34
3.4 Teknik Analisis Data..............................................................................34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil .....................................................................................................37
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian........................................37
4.1.1.1 Profil Desa ......................................................................37
4.1.1.2 Keadaan Geografis Daerah Bagelen ...............................41
4.1.1.3 Data Penduduk.................................................................44
4.1.1.4 Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat ............................46
4.1.2 Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa di
Daerah Bagelen Lampung pada Tahun 1905-1945..............47
4.1.3 Perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa ....
di Bagelen Lampung pada Tahun 1905-1945 .............................49
4.1.3.1 Proses Adaptasi ...............................................................50
4.1.3.2 Pusat Pemerintahan dan Pengakuan Marga Penduduk
Asli ...................................................................................58
4.1.3.3 Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa......62
4.1.3.4 Perkembangan Tingkat Pendidikan................................66
4.1.3.5 Perkembangan Jenis Pekerjaan ......................................67
4.1.3.6 Perkembangan Aktivitas Ekonomi.................................69
4.2 Pembahasan .........................................................................................704.2.1 Perubahan Sosial Masyarakat Kolonis Jawa di
viii
Daerah Bagelen Lampung secara Evolutif ..............................70
4.2.2 Perkembangan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa di
Daerah Bagelen Lampung pada Tahun 1905-1945 ..................74
4.2.2.1 Perkembangan Tingkat Pendidikan................................76
4.2.2.2 Perkembangan Jenis Pekerjaan ......................................77
4.2.2.3 Perkembangan Aktivitas Ekonomi ................................80
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................85
5.2 Saran .....................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Daftar Nama Tabel ..................................................................................... halaman
1. Tabel 1. Cacah Jiwa Kolonis ..................................................................40
2. Tabel 2. Daftar Jumlah Kepala Keluarga dan Penempatan .....................47
3. Tabel 3. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa di
Bagelen Lampung Tahun 1905 1945 .........................................69
4. Tabel 4. Perkembangan Tingkat Pendidikan ...........................................71
5. Tabel 5. Perkembangan Jenis Pekerjaan ..................................................73
6. Tabel 6. Perkembangan Aktivitas Ekonomi ...........................................75
x
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Daftar Istilah
Lampiran 2 : Pengesahan Rencana Judul Skripsi
Lampiran 3 : Komisi Pembimbing
Lampiran 4 : Rekomendasi Pembahas
Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian di Perpustakaan Unila
Lampiran 6 : Surat Permohonan Izin Penelitian di Perpustakaan Daerah
Provinsi lampung
Lampiran 7 : Surat Penelitian Ke UPTD Balai Pengelolaan Museum
Ketransmigrasian Provinsi Lampung
Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Penelitian di Desa
Bagelen,Gedong Tataan
Lampiran 9 : Surat Balasan dan Izin telah melakukan penelitian di
UPTD Balai Pengelolaan Museum Ketransmigrasian
Provinsi Lampung
Lampiran 10 : Data Penempatan Kolonisasi
Lampiran 11 : Peta Desa Bagelen tahun 2008
Lampiran 12 : Gambar 1. Foto masyarakat kolonisasi
Gambar 2. Foto keturunan generasi 1 kolonisasi Bagelen
Lampung
Gambar 3. Peta Kolonisasi di Lampung
Gambar 4. Suasana keseharian masyarakat kolonis
Gambar 5. Bagelen School
Gambar 6. Kendaraan Angkutan Orang dan Barang pada
Zaman Kolonisasi di Bagelen Lampung
Lampiran 13 : Data monografi desa Bagelen
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penjajahan Belanda atas Indonesia bukan hanya membawa dampak buruk bagi
mental maupun kehidupan rakyat Indonesia tetapi juga keadaan ekonomi yang
tidak berkembang. Sejak masa penjajahan Belanda, banyak rakyat Indonesia
yang menderita kelaparan, pendidikan yang rendah, dan juga matinya
pendapatan mereka akibat ekonomi yang tidak sehat akibat sistem yang
diterapkan Belanda. Beragam politik yang merendahkan kedudukan rakyat
Indonesia menimbulkan kesengsaraan rakyat. Ketika tenaga mereka
dipekerjakan tanpa henti sedangkan pendidikan serta upah mereka yang
rendah menjadikan keadaan rakyat Indonesia sangat menyedihkan kala itu.
Penghidupan yang pas pasan saat itu di perparah dengan adanya politik tanam
paksa pada tahun 1830. Politik tanam paksa adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830
yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk
ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil
tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah
dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial.
2
Pada era tanam paksa tahun 1930 para penduduk desa yang tidak memiliki
tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik
pemerintah yang menjadi semacam pajak. Tanam paksa adalah era paling
eksploitatif dalam praktik ekonomi Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini
jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC (Vereenigde
Oostindische Compagnie) yang saat itu bertugas sebagai badan perdagangan
Belanda karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat
dibutuhkan pemerintah Belanda yang membudakkan rakyat atau yang dikenal
dengan sistem kerja rodi.
“Selain harus bekerja bagi tanam paksa rakyat juga masih berkewajibanmelaksanakan kerja rodi. Ada tiga macam kerja rodi yang menjadikewajiban rakyat, yakni rodi untuk pemerintah, untuk kepala dan untukdesanya. Kerja rodi untuk pemerintah pun tanpa diberi upah apa-apa.Pendek kata rodi diminta memenuhi kebutuhan pemerinath dan pegawai-pegawainya. Periode dua puluh tahun pertama masa tanam paksa(1830-1850) merupakan periode yang paling berat... (Daliman, 2012:36)”.
Sistem yang memaksa pribumi mematuhi aturan untuk menanami kebun-
kebun mereka dengan tanaman khusus ekspor oleh elit-elit Belanda yang
berkuasa saat itu membuat perekonomian pribumi tidak bisa leluasa dalam
mengolah lahan mereka sendiri. Keadaan tertindas juga sengsara menjadikan
para petani seperti alat yang tidak berarti dimata para pemerintah Belanda dan
berlaku sewenang wenang.
Petani yang pada zaman VOC wajib menjual komoditi tertentu pada VOC,
kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya dengan harga
yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset tanam paksa inilah yang
memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis
liberal Hindia Belanda pada 1835 hingga 1940.
3
Kehidupan masyarakat yang semakin terhimpit membutuhkan dukungan serta
perluasan ekonomi dimana mereka dapat tumbuh dan berkembang setidaknya
sedikit lebih baik dengan pemberian hak tanam bagi para petani. Tahun 1848
lahirlah gagasan konstitusi liberal untuk meringankan tanah jajahan dimana
pengurangan pemerintahan dalam perekonomian rakyat jajahan serta
pembebasan terhadap pembatasan kepemilikan perusahan swasta di Jawa dan
Sunda, juga menjadi berakhinya era tanam paksa.
“…Raffles sendiri menentang sistem VOC karena keyakinan-keyakinanpolitiknya, yang sekarang dapat disebut liberal, maupun karenaberpendapat bahwa sistem eksploitasi seperti yang dipraktikkan oleh VOCtidak menguntungkan.Apa yang dikehendakinya sebagai pengganti sistemVOC adalah suatu sistem pertanian dimana para petani atas kehendaksendiri menanam tanaman dagangan (cash crop) yang dapat di ekspor keluar negeri.Dalam hal ini, pemerintahan kolonial hanya berkewajibanuntuk menciptakan segala pasar yang diperlukan guna merangsang parapetani untuk menanam tanam-tanaman ekspor yang palingmenguntungkan…(Poesponegoro dk, 2008:346)”.
Keadaan yang kacau ini berakhir dengan bencana kelaparan di Cirebon dan
Jawa Tengah di tahun 1850 akibat kekurangan beras yang menipis
dikarenakan penekanan pada komoditi ekspor Hindia Belanda.
Politik Kolonial Liberal tahun 1870 yang ada saat itu kembali gagal
menangani kesejahteraan rakyat pribumi. Segala bentuk keuntungan yang ada
di serahkan dan di raup oleh Belanda, pemilik modal dan pengusaha cina.
Pengeksploitasian atas hak semacam ini dirasakan rakyat Indonesia dalam
kurun waktu yang lama.
Keadaan dimana penjajah makmur sedangkan para jajahannya menderita ini
menimbulkan banyak kecaman dari Jajaran Elit maupun Ratu Belanda sendiri.
4
Sehingga pada pertengahan tahun 1902 atas izin Ratu Belanda diadakanlah
penyelidikan kemakmuran rakyat jajahan Mindere Wehaarts Commissie.
Hal inilah yang nantinya banyak membantu keadaan rakyat Indonesia.
Penerapan politik etis berupa peningkatan pendidikan, perbaikan ekonomi
melalui pengolahan lahan yang cukup longgar dimanfaatkan untuk
menyambung kehidupan sosial hingga ekonomi pribumi dalam kurun waktu
1902 hingga menjelang kemerdekaan Indonesia.
“Ini menandai masa transisi dari politik liberal menuju apa yang oleh Belanda
disebut politik etis, yang mirip dengan doktrin The White Man’s Burden bagi
Inggris” (Daliman ,2012:64). Argumen yang menyatakan pribumi harus
mendapatkan keadaan yang pantas ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran
yang di ajukan oleh Van Deventer. Dimana kejayaan dan kemakmuran
Belanda diperoleh bukan hanya dari hasil kerja Belanda sendiri melainkan
usaha dan kerja keras rakyat Indonesia.
“Pencetus politik etis (politik balas budi) ini adalah Van Deventer. VanDeventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan menuliskarangan dalam majalah De Gids yang berjudul Een Eereschuld/HutangBudi. Van Deventer menjelaskan bahwa Belanda telah berhutang budikepada rakyat Indonesia. Hutang budi itu harus dikembalikan denganmemperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan dan memakmurkan” (AmralSjamsu,1986:).
Gagasan ini berdasarkan dari tulisannya yang berjudul “Een Eereschuld”
(Debt of Honour) atau hutang budi dalam de Gids pada tahun 1899.
Kritikan kaum elit Belanda yang menyudutkan pihak pemerintahan Belanda
menyebabkan goyahnya kedudukan pemerintah Belanda dalam memegang
kekuasaan penuh terhadap rakyat jajahan mereka, sehingga pemberian hak
dalam melenggangkan kemakmuran pibumi dalam mengolah lahan maupun
5
mendapatkan pendidikan yang layak dianggap pantas dan setimpal dalam
usaha yang diberikan Indonesia selama ini. Karya fenomenal yang diingat
hingga saat ini juga berkaitan langsung dalam pelaksanaan kolonisasi di
Indonesia yang dikemukakan dalam bentuk Novel sarkas karya Douwes
Dekker yang kita kenal dengan Max Havelaar.
Keadaan pasar global yang menguntungkan pihak Belanda saat itu juga
menjadi alasan kuat Belanda mau menyetujui gagasan itu,dimana komoditas
ekspor yang meningkat akibat penanaman lahan oleh pribumi sehingga
pribumi layak mendapatkan kepentingan juga dalam peningkatan mutu dalam
kemakmuran, ketentraman serta kesejahteraan,hingga hal ini memicu lahirnya
politik etis.
“Pemerintah Kolonial memperkenalkan kebijaksanaan baru yang disebutethische politiek (politik etis). Van Deventer, yang terkenal karenaancaman-ancamannya terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan PemerintahBelanda di Kepulauan Indonesia, pernah menyarankan bahwa pendidikan,irigasi, dan emigrasi dapat memperbaiki keadaan sosio-ekonomi diJawa”(Joan Hardjono, 1982:1).
Gagasan transmigrasi berawal dari dikirimnya penduduk pulau Jawa yang
telah mengalami kepadatan penduduk, sehingga kumpulan dari beberapa ratus
kepala keluarga di kirim ke daerah luar pulau Jawa dengan maksud mengisi
daerah baru yang belum terjamah pertanian dan perkebunannya secara luas.
Pengisian daerah baru untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan secara
tidak langsung memang meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan
rakyat pribumi, namun tetap saja secara non eksplisit maksud dari Trias
politica ini adalah tidak lain dan tidak bukan dimaksudkan demi
memperlancar eksploitasi tenaga kerja,bahan makanan dan dukungan berupa
6
pasukan tentara. Hal ini hanyalah kedok guna meredam kritikan para elit
maupun menenangkan pribumi bahwa Belanda menepati janji mereka. Hal
diatas dapat dibuktikan dari penerapan pendidikan yang ada terdiri dari 2 jenis
yang sangat diskriminatif yaitu untuk anak para pegawai negeri dan elit
sedangkan yang satunya untuk umum. Nantinya daerah kolonisasi akan
menjadi pusat ekonomi baru bagi Belanda dengan metode yang sama yaitu
penanaman kembali komoditi ekspor mereka.
“Pengajaran diberikan di sekolah kelas I kepada anak-anak pegawai negeridan orang-orang yang berkedudukan atau berharta, di sekolah kelas IIkepada anak-anak pribumi pada umumnya.” (Poesponegoro dk,2008:28)
Daerah yang dituju saat itu selain Deli Serdang adalah Lampung. Lain tujuan
dengan yang ada di Deli hanya sebagai pekerja, kolonisasi yang ada di
Lampung dimaksudkan untuk benar-benar menetap.
“Sejarah transmigrasi di Indonesia dimulai pada tahun 1905 ketika 155keluarga petani dari Kedu dipindahkan ke desa baru yang didirikan dekatGedong Tataan sebelah selatan dari Way Sekampung di Lampung Selatan.Pemilihan lokasi dan pemindahan para kolonis dilaksanakan oleh H.G.Heyting, yang ketika itu menjabat Asisten-Residen di Karesidenan Kedu.Kemudian sebuah pemukiman kecil didirikan di Bengkulu pada tahun1909, sedangkan pada tahun 1922 sebuah pemukiman yang lebih besaryang diberi nama Wonosobo didirikan dekat Kota Agung di LampungSelatan” (Joan Hardjono, 1982:1).
Demi memperlancar proses transmigrasi yang dilakukan oleh Belanda,
penamaan daerah di Lampung disamakan dengan daerah awal mereka
menetap dimaksudkan kenyamanan mereka akan kampung halaman. Seperti
pembukaan lahan awal di Gedong tataan yaitu Bagelen. Bagelen meupakan
daerah karesidenan di Jawa tempat awal sebelum mereka dikirim. Pemilihan
daerah Bagelen bukan hanya menjadi lahan ekonomi, tetapi juga menjadi awal
dipilihnya lahan yang sesuai untuk perkebunan dan pertanian. Pada awal
7
perkembangannya tiap kepala keluaga memiliki luas lahan yang diberikan
pemerintah Belanda untuk mereka garap. Oleh sebab itu diharapkan tiap
daerah terbagi dan memiliki pusat perkembangan perekonomiannya sendiri.
“Tiga jaringan seluas lebih dari 71.000 hektare, begitu pula sebuah kota baru,
Metro, dibangun di tengah Karesidenan Lampung”(Patrice Levang, 2003:10).
Tapi pada kenyataannya pada tahap awal pembukaan lahan mengalami
kesulitan, hingga pada tahun 1930 telah banyak perkembangan yang terjadi
hingga saat ini dari jumlah awal kolonis yang ada berkembang lagi hingga
meluas ke berbagai lokasi lain khususnya di Lampung. Penerapan sistem
politik etis mengalami perkembangan dalam bidang sosial ekonomi.
Perkembangan yang terjadi meliputi transimgrasi, edukasi dan irigasi yang
menyebabkan perkembangan mereka begitu kompleks sehingga penulis
tertarik dalam merumuskan perkembangan yang terjadi di Lampung khusunya
Bagelen sebagai tempat awal berkembangnya para rakyat kolonis.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimankah
perkembangan sosial-ekonomi masyarakat kolonisasi jawa di daerah Bagelen
Lampung pada tahun 1905-1945?”.
8
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini, adalah untuk mengetahui,
memaparkan dan menjelaskan bagaimanakah perkembangan sosial-ekonomi
masyarakat kolonisasi jawa di daerah Bagelen Lampung pada tahun 1905-
1945.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan wawasan kesejarahan khususnya dalam mengkaji serta
melihat bagaimana perkembangan masyarakat kolonisasi jawa di daerah
Bagelen Lampung pada tahun 1905-1945.
2 Menambah wawasan penulis khususnya dalam bidang kesejarahan dalam
disiplin Ilmu Sejarah Lokal, yakni mengenai salah satu bentuk kebijakan
Belanda era kolonial berupa Sistem Politik yakni, kebijakan politik etis
yang dilaksanakan di Indonesia dalam kurun Imperialisme Belanda (1905-
1945).
3 Sebagai tambahan ilmu dan wawasan bagi pelajar dan mahasiswa dalam
mata kuliah Sejarah Imperialisme dan Kolonialisme, yakni pada masa
Imperialisme Belanda di Indonesia khususnya di Lampung dalam
penerapan politik etis atau yang dikenal dengan politik balas budi guna
menarik perhatian rakyat Indonesia guna menyukseskan era kolonisasi di
Indonesia.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah perkembangan sosial-
ekonomi masyarakat kolonisasi Jawa di daerah Bagelen Lampung pada
tahun 1905-1945
b. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah fakta-fakta berupa informasi
yang berhubungan dengan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat
kolonisasi jawa di daerah Bagelen Lampung pada tahun 1905-1945
c. Wilayah/Tempat Penelitian
Wilayah/tempat penelitian ini adalah :
1. Perpustakaan Universitas Lampung.
2. Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung
3. Museum Ketransmigrasian Provinsi Lampung
4. Kecamatan Bagelen Lampung
d. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah tahun 2017-2018.
e. Bidang Ilmu
Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Sejarah.
REFRENSI
Daliman, A. 2012. Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX : Sistem Politik
Kolonial Dan Administrasi Pemeritahan Hindia-Belanda. Yogyakarta:
Penerbit Ombak. hlm.36
Poesponegoro, Marwati Djoened.Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid IV Kemunculan Penjajahan Di Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka. hlm. 346
Daliman, Op.cit. hlm. 64
Sjamsu Amral. 1956. Dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1955.Jakarta:Djambatan. hlm. 25
Joan Hardjono. 1982. Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa. Jakarta:
PT Gramedia Jakarta. hlm.21
2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V Zaman Kebangkitan
Nasional Dan Masa Hindia Belanda. Jakarta:Balai Pustaka. hlm.28
Joan Hardjono. Opcit. hlm.1
Patrice Levang. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang, Transmigrasi Di Indonesia.
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). hlm.10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
dijadikan topik penelitian, dimana didalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau
konsep-konsep atas generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini
adalah :
2.1.1 Konsep Politik Etis
Menurut A.Daliman dalam Buku Sejarah Indonesia mengemukakan bahwa :
“…lahirnya konsep politik etis bermula dari tulisan C.Th.Van Deventerdalam majallah De Gits terbitan bulan Agustus tahun 1899 yang berjudul“Een Ereschuld” (Hutang Budi). Van Deventer menyebutkan bahwapenderitaan dan kemunduran ekonomi yang terjadi di antara pendudukpribumi disebabkan oleh eksploitasi kapitalisme Belanda yang gagaldalam mengangkat kesejahteraan penduduk. Nama lain dari politik etisadalah “politik asosiasi” yang bertujuan memberi kebahagiaan kepadabangsa Indonesia yang meliputi:1. Pendidikan(edukasi)2. pengairan (irigasi)3. perpindahan penduduk (emigrasi)meskipun sebenarnya latar belakang lahirnya poltik etis ini adalah untukkepentingan kaum importer dan kaum industri kaum kapitaslisBelanda”(Daliman, A.2012:64).
Joan Hardjono berpendapat bahwa :
Joan Hardjono memiliki pandangan yang hampir sama yaitu “PemerintahKolonial Belanda mulai menyadari akan kemiskinan yang terjadi padamasyarakat Jawa yang nantinya akan berdampak kerusuhan-kerusuhan
12
pada Pemerintah Kolonial Belanda, maka dari itu di dalam usaha untukmemperbaiki kondisi rakyat pedesaan di Jawa, “Pemerintah Kolonialmemperkenalkan kebijaksanaan baru yang disebut ethische politiek(politik etis). Van Deventer, yang terkenal karena ancaman-ancamannyaterhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah Belanda di KepulauanIndonesia, pernah menyarankan bahwa pendidikan, irigasi, dan emigrasidapat memperbaiki keadaan sosio-ekonomi di Jawa” (Joan Hardjono,1982:1).
Patrice Levang berpendapat :
“Kolonisasi semacam utang budi, berpegang pada politik “kewajibanmoral” bahwa Belanda mempunyai “utang kehormatan atau utang budi”pada jajahannya. Mereka menilai bahwa penghasilan negara jajahanterutama harus dimanfaatkan untuk meringankan penderitaan “pribumi”.Gerakan mereka bergema dikalangan umum dan menggugah pemerintahBelanda untuk melaksanakan “politik etis” sejak tahun 1900. Semboyanyang didengung-dengungkan adalah: pendidikan, irigasi, dan migrasi.Bagian ketiga menjadikan kolonisasi pada tahun 1905 sebagai cikal bakaltransmigrasi masa kini” (Patrice Levang, 2003:9).
Lalu dari sudut pandang Dr.Sri Edi menyatakan :
“Dari segi sosial ekonomi dasar usaha tani pasang surut itu memnagmemerlukan lahan lebih luas per rumah tangga petani(hasil per hektarlebih rendah), untuk menjadi usaha tani komersial. Lagi pula keliru jikamendorong petani ke usaha tani monokultur yang terbatas pada padi”.(SriEdi, 1986:35).
Dapat disimpulkan bahwa politik etis adalah politik balas budi yang diterapkan
oleh pemerintahan Kolonial Belanda terhadap rakyat pribumi selama masa
kolonial sejak 1901. Pertama digagas dan dikemukakan oleh Van Deventer yang
seorang beraliran kemanusiaan. Lalu di sahkan oleh Ratu Belanda Willhelmina
(1890-1948) kala itu. Mereka menyatakan bahwa kesejahteraan yang diperoleh
Belanda semata akibat perjuangan dan pengorbanan rakyat Indonesia. Maka dari
itu sudah sepantasnya rakyat Indonesia mendapatkan haknya walau tidak penuh
dalam bentuk politik Hutang Budi yang diwujudkan dalam Trias politica yaitu
Transmigrasi, Edukasi dan Imigrasi. Transmigrasi atau yang saat itu kolonisasi
13
pemindahan penduduk yang terjadi bertahap dan salah satu tempat yang di tuju
adalah Bagelen Lampung pada tahun 1905, mereka diberikan lahan garapan
sebagai bekal dalam mengolah lahan baru oleh pemerintah kolonial, serta
pembukaan jalur irigasi untuk mengairi lahan yang akan mereka garap. Bidang
pendidikan saat itu belum terealisasi secara benar, dikarenakan pendidikan yang
diberikan oleh pemerintah Belanda hanya berupa sekolah desa. Sekolah pertama
sebagai hasil dari politik etis di Bagelen adalah Bagelen School. Perkembangan
yang terjadi salah satunya adalah bidang sosial-ekonomi. Peneliti tertarik dengan
fenomena perkembangan di Bagelen, Gedong Tataan Lampung perkembangan
dalam segi sosial-ekonominya.
2.1.2 Konsep Perubahan Sosial
Teori perubahan sosial secara evolusi menurut Emile Durkheim,adalah :
“Pengertian perubahan sosial menurut Emile Durkheim adalah perubahanyang terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yangmengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikatsolidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikatoleh solidaritas organistik. Pemikiran Durkheim didasari pada gejala sosialyang terjadi pada masa revolusi Industri di Inggris, ia mengamatiperubahan sosial dari masyarakat primitif (tradisional) menuju masyarakatIndustri. Aspek yang menjadi perhatian Durkheim adalah pada pembagiankerja dalam kedua tipe masyarakat tersebut. Menurutnya, pembagian kerjapada masyarakat primitif (masyarakat tradisional) masih sangat sedikit,sedangkan pada masyarakat Industri, pembagian kerjanya sangatkompleks. Faktor utama yang menyebabkan perubahan bentuk pembagiankerja tersebut menurut Durkheim adalah pertambahan jumlah penduduk.Menurutnya, pembagian kerja dalam masyarakat berhubungan langsungdengan kepadatan moral atau dinamika suatu masyarakat. Pertambahanjumlah penduduk meningkatkan kepadatan moral yang kemudian diikutisemakin rapatnya hubungan antara anggota masyarakat. Begitu puladengan hubungan antarkelompok, berbagai bentuk interaksi sosial barubermunculan. Hal ini akan meningkatkan kerja sama dan munculnyagagasan-gagasan baru dalam masyarakat terkait dengan peningkatanpembagian kerja”. (Launer, 1982:Samuel, 2010).
14
Lalu pemikiran Durkheim berkembang dan menghasilkan sebuah teori yang
menyatakan, “Evolusi sosial adalah perubahan sosial yang berlangsung secara
bertahap. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan,
keadaan, dan kondisi yang baru. Dalam teori evolusi sosialnya, Durkheim
memberikan sumbangan pemikirannya bahwa bagian perubahan sosial mengalami
gejala lain yaitu bentuk bentuk solidaritas. Durkheim membaginya kedalam 2
tipe,yaitu :
1. Solidaritas MekanisSolidaritas mekanis adalah bentuk solidaritas masyarakat yang didasarkanpada kesamaan (homogentias) dalam kepercayaan, pandangan, nilai danmemiliki gaya hidup yang kurang lebih sama. Homogenitas ini jugaterlihat pada pembagian kerja dalam masyarakat yang rendah yang manahanya terspesialisasi menurut usia dan jenis kelamin. Dalam hal ini, orangyang lebih tua diharapkan menjadi pemimpin dan penasihat yangbijaksana sedangkan kaum hawa terspesialisasi dalam urusan rumahtangga seperti mengurus rumah, anak dan memasak. Pada tipe solidaritasini masyarakat didasari oleh kesadaran kolektif yang kuat dan terdapatpada masyarakat primitif yang sederhana.
2. Solidaritas Organissolidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang masyarakat didasarkanpada perbedaan dimana tingkat pembagian kerjanya sangat tinggi dansaling tergantung satu sama lain. Karena pembagian kerja mulai meluas,maka kesadaran kolektif pelan-pelan mulai menghilang. Orang yangaktivitas pekerjaannya menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagiakan merasa bahwa dirinya berbeda antara yang satu dengan yang laindalam kepercayaan, pandangan, nilai, juga gaya hidupnya. Dalam hal ini,pekerjaan berpengaruh pada pengalaman hidup seseorang. Beranekaragamnya corak atau jenis pekerjaan maka akan berpengaruh pula padakepercayaan, pandangan, nilai dan gaya hidup seseorang pada umumnya.Heterogenitas yang demikian bertambah tersebut tidak pulamenghancurkan solidaritas sosial masyarakat. justru sebaliknya, karenapembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalammasyarakat merasa menjadi semakin tergantung antara yang satu denganyang lain daripada hanya mencukupi kebutuhannya sendiri saja. Padamasyarakat ini lebih membutuhkan spesialis pekerjaan lain untukmemenuhi berbagai kebutuhan dalam mempertahankan kelangsunganhidupnya. Dengan meningkatnya secara bertahap saling ketergantunganfungsional antara berbagai bagian masyarakat heterogen ini memberikansuatu alternatif baru untuk sebuah kesadaran kolektif sebagai dasar
15
solidaritas sosial yang dinamakan solidaritas organis dan yangberkembang pada masyarakat modern”. (Johnson, 1988: 187)
Berikut ini adalah klasifikasi sifat-sifat pokok dari masyarakat yang di dasarkan
pada solidaritas mekanis dan solidaritas organis :
1. Solidaritas Mekanis- Rendahnya tingkat pembagian kerja- Kesadaran kolektif kuat- Hukum representatif dominan- Individualitas rendah- Konsensus terhadap pola-pola normative itu penting- Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang
menyimpang- Ketergantungan individu relatif rendah- Bersifat primitif atau pedesaan.
2. Solidaritas Organis- Tingginya tingkat pembagian kerja- Lemahnya kesadaran kolektif- Didominasi oleh hukum restitutif- Tingkat individualitas yang tinggi- Terdapat badan-badan (lembaga) yang secara khusus bertugas
sebagai kontrol sosial terhadap perilaku menyimpang- Tingkat saling ketergantungan yang tinggi- Bersifat industrial perkotaan(Ranjabar, 2008:31)
Teori perubahan sosial masyarakat secara evolusi menurut Herbert Spencer
“…Teori evolusi Spencer memiliki dua perspektif besar di dalamnya.Pertama adalah mengenai peningkatan jumlah masyarakat yang berasaldari penyatuan kelompok-kelompok di dalam masyarakat itu. Ini yangmenimbulkan diferensiasi fungsi yang makin tinggi dan juga menimbulkanstruktur yang luas. Selanjutnya kelompok-kelompok yang telahberdampingan berubah lagi melalui penggabungan. Spencer juga melihatperkembangan masyarakat yang telah terjajah sebelumnya. Masyarakatyang terjajah akan berkumpul dan menjadi satu untuk melakukanpeperangan dan melindungi negaranya ataupun menyerang negara lain.Perubahan yang terjadi pada masyarakat militan ini kemudian berevolusimenjadi masyarakat industri, yang terbangun atas dasar kesamaan nasibsetelah peperangan yang dialaminya sehingga yang ditekankan dalamperubahan masyarakat ini adalah moralitas yang makin membaik. MenurutSpencer, apabila salah satu anggota masyarakat tidak mampumenyesuaikan dirinya dengan keadaan ini, maka ia akan musnah dan yangmampu menyesuaikan diri itulah yang akan bertahan. Dengan kerangkaberpikir seperti ini maka Spencer menaruh dirinya pada posisi pada
16
militerisme dan industrialism”. (Ritzer, George dan Douglas J Goodman.Teori Sosiologi Modern.51)
Dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa perubahan sosial
adalah gejala yang terjadi di dalam masyarakat yang mengikat antara kehidupan
sosial, lingkungan, agama dan kondisi di dalam masyarakat tersebut. Perubahan
sosial secara evolusi berlangsung secara bertahap dan lambat. Keadaan disekitar
masyarakat tersebut berpengaruh penting dalam perkembangan masyarakat
apakah mereka nantinya berkembang kearah modern ataupun tetap di tingkat
masyarakat yang tradisional. perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat
kolonisasi di Bagelen Lampung merupakan bagian tahapan perkembangan yang
evolutif. Dapat dikatakan evolutif karena masyarakat yang mendiami daerah
Bagelen mengalami perkembangan dengan menyesuaikan keadaan baru mereka,
menyesuaikan jenjang Pendidikan bagi keturunan mereka dan pengenalan daerah
baru.
2.1.3 Konsep Perkembangan Masyarakat
Menurut Mayo perkembangan masyarakat terdapat bagian bagain yang
berhubungan :
Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaituekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapatdiartikan dalam dua konsep, yaitu:
– Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayahgeografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan didaerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
– Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaankepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh,kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentinganbersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya padakasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak
17
cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental (Mayo,1998:162).
Perkembangan masyarakat adalah, Pengembangan masyarakat (community
development) terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”.
Secara singkat, pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Telah disebutkan bahwa konsep dari
komunitas adalah sekelompok orang dengan identitas bersama. Oleh karena itu,
pengembangan masyarakat bergantung pada interaksi antara manusia dan aksi
bersama daripada kegiatan individu apa yang beberapa ahli sosiologi
menyebutnya dengan ‘lembaga kolektif’ (Flora dan Flora 1993).
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan masyarakat adalah fenomena yang
muncul dan teramati serta keadaan masyarakat yang progress dan nyata terjadi.
Perkembangan masyarakat terjadi dikarenakan munculnya fenomena pada
masyarakat saat keadaan ekonomi maupun sosialnya meningkat atau yang dikenal
dengan mobilitas keatas/vertikal atau bisa jadi mengalami penurunan atau
mobilitas sosial kebawah dan sederajat/horizontal. Contoh nyata yang terjadi di
dalam masyarakat dan dapat dikatakan sebagai suatu perkembangan adalah
lembaga pendidikan yang umum di suatu daerah dikarenakan tingkat permintaan
yang tinggi untuk mencapai dan mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi ataupun khusus maka dibukalah Lembaga pendidikan khusus. Sejak adanya
pembukaan tersebut fenomena yang dikatakan sebagai perkembangan diatas
muncul di dalam masyarakat.
18
2.1.4 Konsep Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok
masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta
pendapatan. Dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek
pembahasan yang berbeda (I Wayan Gede Astrawan.2014.Jurnal Penelitian
Analisis Sosial Ekonomi Penambang Galian C di Desa Sebudi Kecamatan Selat
Kabupaten Sarang Asem.3).
Teori menurut Koentjaraningrat :
Sedangkan menurut Koentjaraningrat sosial ekonomi adalah segalasesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antaralain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal inidisesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk melihatkedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan,penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapatdigolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dantinggi (Koentjaraningrat, 1981:35).
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial
ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu :
1. Tingkat pendidikan.2. Jenis pekerjaan.3. Tingkat pendapatan.4. Keadaan rumah tangga.5. Tempat tinggal.6. Kepemilikan kekayaan.7. Jabatan dalam Organisasi.8. Aktivitas ekonomi (Paulus Wirutomo.2012.Sistem Sosial
Indonesia.Jakarta:Universitas Indonesia.60-65)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah suatu kedudukan atau posisi
dalam masyarakat. Posisi yang dimaksudkan adalah taraf ekonomi masyarakat,
sedangkan dalam penerapannya sendiri politik etis yang bedasarkan transmigrasi,
edukasi dan irigasi tentu berkaitan dengan 8 unsur sosial ekonomi masyarakat
diatas. Ditambah lagi keadaan daerah transmigran yang baru dengan lahan yang
19
luas. Maka keadaan sosail ekonomi disana mulai berkembang. Dapat dikatakan
berkembang disini alur pendidikan yang disediakan oleh pemerintah Belanda juga
jenis pekerjaan dan kepemilikan kekayaan seimbang. Walaupun terdapat
perbedaan dalam dasar pendidikan anatara rakyat pribumi dengan kaum elit
pegawai pemerintahan. Walau demikian pemenuhan kebutuhan serta aktivitas
ekonomi walaupun rendah mereka masih mampu untuk bertransaksi dalam
menjual hasil lading garapan mereka sendiri.
2.1.5 Konsep Kolonisasi
Kolonisasi merupakan sebuah kebijakan yang diberlakukan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda di Indonesia yang memiliki arti penempatan atau pemindahan
masyarakat yang ada di Pulau Jawa dengan maksud mengurangi kemiskinan yang
terjadi di Pulau Jawa yang nantinya akan berdampak kerusuhan-kerusuhan pada
Pemerintah Kolonial Belanda, Masyarakat yang dipindahkan ini disebut dengan
para kolonis.
“Kolonisasi semacam utang budi, berpegang pada politik “kewajibanmoral” bahwa Belanda mempunyai “utang kehormatan atau utang budi”pada jajahannya. Mereka menilai bahwa penghasilan negara jajahanterutama harus dimanfaatkan untuk meringankan penderitaan “pribumi”.Gerakan mereka bergema dikalangan umum dan menggugah pemerintahBelanda untuk melaksanakan “politik etis” sejak tahun 1900. Semboyanyang didengung-dengungkan adalah: pendidikan, irigasi, dan migrasi.Bagian ketiga menjadikan kolonisasi pada tahun 1905 sebagai cikal bakaltransmigrasi masa kini” (Patrice Levang, 2003:9).
Kolonisasi menurut Joan Hardjono adalah, “Penempatan petani-petani dari daerah
yang padat penduduknya di Jawa, di desa-desa baru yang disebut “koloni” di
daerah-daerah kosong di Jawa sebagai salah satu jalan untuk memecahkan
masalah kemiskinan” (Joan Hardjono, 1982:1).
20
Sujatmiko menyatakan, “Dalam pengertiannya koloni adalah negara jajahan yang
dikuasai oleh negara lain, sehingga dalam bentuk aturan yang ada di negara
tersebut diatur oleh penjajahnya (sebutan koloni). Baik dalam hukum, ekonomi,
politik, ataupun aspek aspek lainnya”. (sujatmiko, 2003).
Dengan demikian secara harfiah kolonisasi adalah penempatan atau pemindahan
masyarakat yang ada di Pulau Jawa ke daerah lain. Kolonisasi pertama yang
dilakukan adalah pada tahun 1905. Koloni sendiri dimaksudkan dengan
pengambil alihan secara paksa segala aspek ekonomi, sosial dan politik oleh
negara yang menjajah. Koloni yang menjajah Indonesia adalah pemerintahan
Belanda, sedangkan rakyat jajahannya yang mengikuti semua arahan dan peratuan
koloni harus patuh dan tunduk disini adalah rakyat Indonesia. Seperti teori yang
sudah dikemukakan para ahli diatas dan kenyataan yang terjadi di Indonesia
khususnya Lampung, kolonisasi yang terjadi di Bagelen Lampung adalah bentuk
upaya pemerintah kolonial dalam menarik simpati rakyat Indonesia sebagai
jajahannya. Pengiriman masyarakat Jawa ke Bagelen Lampung merupakan bentuk
kolonisasi dalam menjalankan politik etis. Penyebutan kolonisasi merupakan
sebutan transmigrasi selama masa penjajahan.
2.1.6 Konsep Daerah Bagelen Lampung
Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau yang berada di luar pulau Jawa yang
akan menjadi tempat kolonisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda, khususnya pada daerah Lampung.
“Sejarah transmigrasi di Indonesia dimulai pada tahun 1905 ketika 155keluarga petani dari Kedu dipindahkan ke desa baru yang didirikan dekatGedong Tataan sebelah selatan dari Way Sekampung di Lampung Selatan.Pemilihan lokasi dan pemindahan para kolonis dilaksanakan oleh H.G.
21
Heyting, yang ketika itu menjabat Asisten-Residen di Karesidenan Kedu.Kemudian sebuah pemukiman kecil didirikan di Bengkulu pada tahun 1909,sedangkan pada tahun 1922 sebuah pemukiman yang lebih besar yang diberinama Wonosobo didirikan dekat Kota Agung di Lampung Selatan” (JoanHardjono, 1982:1).
Menurut buku yang di tulis Patrice Levang “Gedong Tataan merupakan desa yang
menjadi kolonisasi pertama yang ada di Lampung, bisa dikatakan Gedong Tataan
merupakan fase percobaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.”
(Patrice Levang, 2003:10).
“Pada Tahun 2008 Desa Bagelen memiliki jumlah penduduk sebanyak6.893 jiwa,yang terdiri dari 3.577 jiwa laki-laki dan 3.316 jiwa wanita, dansebanyak 1856 KK. Apabila dilihat dari rata-rata banyaknya jumlah jiwasetiap KK, maka setiap KK memiliki sebanyak 3,7 atau setiap KK terdiriatas 3 atau 4 jiwa. Pada tahun 1910 oleh pemerintah Belanda tanah-tanahdi Desa Bagelen diserahkan kepada rakyat Desa Bagelen yang luasnya424,6 Ha. Tiap-tiap kepala keluarga mendapat tanah sebesar 0,79 Hadengan perincian bahwa 0,19 Ha untuk pekarangan dan 0,60 Ha untuktanah persawahan dan perladangan”. (Sumber: Monografi Desa BagelenTahun 2008).
“Tanah sedimen dan hidromorfis di rawa rawa, umumnya kurang atautidak mengandung persediaan mineral sehingga jenis jenis tanah initergolong tanah yang mengandung waled yang nilai pemupukannya cukuptinggi. Dalam daerah rawa ataupun pasang surut, yang penting adalhmengatur pemasukan dan pembuangannya air, supaya pembuangan airtetap mengalir, sehingga keasamannya (pH) tanah tidak berlebih untukpadi serta mengatur potensi banjir agar tidak terlalu berlebiha untuk padiserta mengatur potensi banjir agar airnya tidka terlalu lama menggenang,keasaman tanah pun dengan cara itu dapat di kurangi”. ( S Edi,Swasonodan Singarimbun M,1985:30)
Dari keterangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daerah Bagelen
Lampung adalah daerah awal pengiriman bagi para transmigran pulau Jawa yang
mendiami kawasan pembukaan awal pemukiman di Lampung. Daerah ini dulu
masuk dalam daerah Kedondong Lampung sebelum dibukanya lahan dan
penamaan Bagelen. Asal penamaan Bagelen sebagai nama daerah baru guna
22
menenangkan kecemasan masyarakat transmigran disana akibat isu isu yang ada.
Bagelen juga menjadi daerah perkembangan pembukaan lahan di Lampung.
Perkembangan awal mereka menetap pengolahan lahan yang kurang memadai,
serta keadaan daerah sekita yang masih berupa hutan dan semak belukar maka
banyak dibukanya lahan, salah satunya yaitu dengan penerobosan lahan dengan
bola besi besar yang sekarang ada di Museum Transmigrasi Pesawaran Lampung.
2.1.7 Konsep Masyarakat Kolonisasi Jawa di Bagelen Lampung
Masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soekanto, 2006 : 22) adalah
sekumpulan orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan
mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang diikaat oleh kesamaan.
Menurut Bapak Eko Sunu Sutrisno, Kepala Seksi Pelayanan Museum
Transmigrasi Lampung mengatakan bahwa Masyarakat Kolonis Jawa adalah
sekumpulan orang-orang yang berasal dari Jawa yang mengikuti program
pemindahan penduduk dari pulau Jawa ke luar pulau Jawa oleh pemerintah
Kolonial Belanda dan membuka daerah baru dengan membentuk sebuah koloni.
Setelah merdeka istilah kolonis diubah menjadi transmigran. Namun intinya tetap
sama yaitu memindahkan penduduk untuk membuka daerah baru.
23
2.2 Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori diatas dapat diketahui bahwa penerapan politik etis di
Indonesia akibat dari kesengsaraan rakyat pribumi yang menjajah bumi nusantara.
Pemikiran tentang politik etis digagas oleh Van Deventer dan disahkan oleh Ratu
Wilheimina pada tahun 1902 dengan isi pelaksanaa transmigrasi, irigasi dan
edukasi. Transmigrasi pertama yang dilakukan adalah pada tahun 1905 dengan
tujuan Bagelen Lampung.
Masyarakat kolonisasi tersebut memulai adaptasi dengan membuka
lahan,membangun gubuk gubuk sebagai tempat tinggal mereka, dan juga mulai
menyesuaikan tanaman apa yang akan cocok ditanami di lahan Bagelen.
Pemerintah Belanda juga memberikan bekal pendidikan dasar berupa sekolah
desa juga pembekalan lahan guna membuka daerah garapan baru lahan pertanian
dan perladangan.
Perkembangan yang terjadi di Bagelen Lampung termasuk dalam kategori
perubahan sosial masyarakat secara lambat atau yang lebih dikenal dengan
evolusi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat Bagelen,
mulai dari keadaan alam, kecocokan mereka dengan lingkungan, serta kesesuaian
mereka sejauh mana mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan baru
dikarenakan pengiriman pertama dalam politik etis. Pemerintah Belanda sangat
menaruh harapan pada pengiriman kolonis pertama. Jika mereka berhasil bukan
hanya mereka tetapi pemerintah Belanda juga mendapat keuntungan. Selain
perluasan lahan, pengurangan daerah padat penduduk di Jawa serta persebaran
penduduk yang diratakan di daerah baru, juga mereka mendapat komoditi baru
dari lahan yang diberikan pada kolonis.
24
Pengiriman kepala keluarga ke Bagelen Lampung dilakukan secara
bertahap,dengan tahun awal pada tahun 1905 hingga 1906 pemerintah Belanda
terus mendatangkan kolonis ke Bagelen Lampung. Hingga 5 tahun berikutnya
beberapa kali pemerintah Belanda masih mendatangkan kolonis namun kelaparan
dan kematian sangat tinggi disebabkan oleh belum terciptanya kesesuaian lahan,
kondisi lahan garapan yang kurang cocok serta kurangnya pemahaman kolonis
dengan bekal pertanian dan perladangan sehingga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka saja tidak cukup.
Setelah adanya pembaruan pembekalan tentang pengolahan lahan pertanian oleh
pemerintah Belanda tahun 1911 mulai ada perbaikan. Didirikannya sekolah
sekolah desa salah satunya yang ada di Bagelen adalah Bagelen School.
Pendidikan saat itu juga belum terlalu dikarenakan Pendidikan yang diberikan
hanya bekal dasar, perlakuan diskriminasi juga bagi elit Belanda dan pegawai
Belanda sehingga bagi rakyat pribumi non pegawai Belanda merasakan
pendidikan yang tidak sesuai.
Perkembangan Bagelen mulai terlihat setelah tahun 1911 dimana perbekalan
pertanian sudah membaik dan jumlah penduduk mulai tersebar dan memenuhi
daerah daerah perluasan baru salah satunya kearah Kota Agung saat itu dengan
dibangunnya Viaduct atau irigasi di Pajaresuk mulai dibukanya daerah baru saat
itu Pringsewu kearah barat sungai Way Sekampung pembukaan daerah baru dan
saluran irigasi yaitu Metro. Disini sudah terlihat perkembangan yang terjadi
bahwa masyarakat kolonisasi pertama di Bagelen Lampung sudah memenuhi
kriteria bahwa teori perubahan sosial masyarakat secara lambat sudah terjadi di
Bagelen Lampung.
25
Perubahan Masyarakat
Sosial Ekonomi Masyarakat
Perkembangan Masyarakat
2.3 Paradigma
Keterangan :
: Garis Aktivitas
: Garis Hubungan
REFRENSI
Daliman, A. 2012. Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX : Sistem Politik
Kolonial Dan Administrasi Pemeritahan Hindia-Belanda. Yogyakarta:
Penerbit Ombak. hlm. 64
Joan Hardjono. 1982. Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa.
Jakarta:PT Gramedia Jakarta. hlm.1
Levang, Patrice. 2003. Ayo Ke Tanah Sabrang, Transmigrasi Di Indonesia.Jakarta;KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). hlm. 9
Swasono, Sri Edi dan Singarimbun, Masri. 1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985.Jakarta : Universitas Indonesia Press. hlm. 35
Doyle Paul, Johnson. 1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid 1 (edisi.terjemahan Indonesia oleh Robert M.Z.Lawang). Jakarta: PT. Gramediahlm. 187
Ranjabar, Jacobus, 2013. Perubahan Sosial: Teori-teori dan Proses PerubahanSosial Serta Teori Pembangunan. Bandung:Alfabeta. hlm. 31
Ritzer, George dan Douglas, 2005. Teori Sosial Modern. Jakarta:Pranada Media.hlm. 51
Mayo, M. (1994), “Community Work”, dalam Hanvey and Philpot (eds),Practising Social Work, London: Routhledge. hlm: 162
Flora, C.B. and J.L. Flora. 1993. “Entrepreneurial Social Infrastructure: ANecessary Ingredient.” Annals of the American Academy of Political andSocial Sciences 539: 48-58.
Astrawan G, Wayan. 2014. Jurnal penelitian Analisis Sosial Ekonomi penambang
Galian C di Desa Sebudi Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem
Tahun 2003. Bali:Jurnal pendidikan ekonomi UNDIKSHA.
Koentjaraningrat. 1997. Metode- Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. hlm. 35
Wirutomo, Paulus. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia.hlm 60-65
Levang, Patrice. Op. cit. hlm. 9
Joan Hardjono. Op. cit. hlm. 1
Levang, Patrice. Op. cit. hlm. 10
Monografi Desa Bagelen Tahun 2008.
Swasono, Sri Edi Op. cit. hlm.30
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta. hlm
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Metode Yang Digunakan
Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah yang sangat penting karena
dengan metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Kata
metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan, jadi
metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai
sasaran yang diperlukan, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang
dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah
(P.Joko Subagyo,2006:1)
Menurut Winarto Surachmad, metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis
dengan menggunakan teknik serta alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1982 : 121).
Bedasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
adalah cara kerja atau prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan keilmuan dengan menggunakan teknik atau tata cara tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode penelitian historis.
29
3.1.2 Langkah-langkah Penelitian Historis
Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan
menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami
kejadian atas suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan
masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu,
selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan
kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi,2001:79).
Menurut Louis Gottschalk yang telah diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto,
menyatakan bahwa metode penelitian sejarah adalah proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu (Nugroho
Notosusanto, 1984 : 32). Definisi serupa juga disampaikan oleh Sumadi
Suryabrata mengenai metode penelitian historis yaitu usaha untuk
merekonstruksikan masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, menferivikasi serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan (Sumadi Suryabarata, 1998
: 16). Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian historis yang akan digunakan ini adalah suatu aturan yang sistematis
yang digunakan dalam suatu penulisan sejarah.Langkah-langkah yang digunakan
dalam metode historis, antara lain :
1. Heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau.2. Kritik (sejarah), yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk
maupun isinya.3. Interpretasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-
fakta yang diperoleh itu.4. Penyajian, yakni penyampaian sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu
kisah.(Nugroho Notosusanto, 1984 : 36)
30
Dari langkah-langkah yang digunakan dalam metode historis tersebut, maka
perludiadakannya deskripsi mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun deskripsi yang akan dilakukan dari
langkah-langkah metode historis tersebut, antara lain :
1. Heuristik, merupakan tahapan untuk mengumpulkan sumber-sumber
sejarah. Maka dalam tahapan ini, peneliti mencoba mencari sumber-
sumber yang berkaitan mengenai masyarakat Kolonis Jawa di Bagelen
Lampung baik dalam bentuk catatan , buku sumber, literatur, arsip dan
sebagainya. Buku-buku sumber yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
a. Buku yang di tulis oleh Patrice Levang tahun 2003 “Ayo Ke Tanah
Sabrang”
b. Buku yang di tulis oleh Kampto Utomo tahun 1975 ”Masyarakat
Transmigran Spontan di Daerah Way Sekampung Lampung
c. Buku yang di tulis oleh M. Amral Sjamsu tahun 1956 “Dari Kolonisasi
ke Transmigrasi 1905-1955”
d. Buku yang di tulis oleh Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun tahun
1985 “Transmigrasi di Indonesia 1905-1985”
e. Buku yang di tulis oleh Ramadhan KH dkk tahun 1993 “Transmigrasi
Harapan dan Tantangan”
f. Buku yang di tulis oleh Joan Hardjono tahun 1982 “Transmigrasi Dari
Kolonisasi Sampai Swakarsa”
g. Buku yang di tulis oleh Ali Imron tahun 1997 “90 Tahun Kolonisasi 45
Tahun Transmigrasi”
31
Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal
Abad XX, Ayo Ke Tanah Sabrang, Transmigrasi di Indonesia, Sewindu
Swakarsa Transmigrasi di Indonesia 1905-1985, Dari Kolonisasi Ke
Transmigrasi 1905-1945 dan Data yang di dapat dari Museum
Transmigrasi Lampung mengenai perkembangan penduduk transmigran
dan sebagainya.
2. Kritik, merupakan tahapan untuk memeriksa apakah sumber-sumber yang
telah diperoleh apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehandaki
atau tidak. Dalam hal ini, peneliti berusaha mencari informasi-informasi
yang diperlukan berdasarkan sumber yang telah diperoleh melalui refrensi
buku,arsip,jurnal,data yang diperoleh dari Museum Transmigrasi dan
kamus. Bentuk kegiatan yang dilakukan penulis pada tahapan kritik
misalnya dalam sebuah buku sumber, peneliti mengambil beberapa
kalimat atau paragraf yang sesuai dengan penelitian agar dapat dijadikan
sebagai sumber untuk memberikan argumentasi pada tahapan interpretasi.
3. Interpretasi, merupakan tahapan memberi penafsiran terhadap informasi-
informasi yang telah didapatkan dari berbagai sumber dan dirangkai
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Penafsiran yang
dimaksudkan yaitu peneliti menganalisis sumber yang telah dipilih agar
dapat menuliskan uraian hasil penelitian mengenai masyarakat Kolonisasi
Jawa di Bagelen Lampung Tahun 1905-1945. Setelah melakukan kritik
sumber, peneliti menuliskan uraian penafsiran dan analisis pada sumber
yang telah dilakukan kritik sumber.
32
4. Penyajian, merupakan tahap terakhir dalam langkah-langkah metode
historis, dimana dalam tahapan ini tidak hanya menuliskan fakta-fakta atau
sumber dan informasi mengenai hasil penelitian, tetapi juga
menyampaikan suatu pemikiran melalui interpretasi yang dilakukan
peneliti berdasarkan sumber informasi dan fakta hasil penelitian. Pada
tahap penyajian ini, peneliti berusaha menuliskan hasil informasi dan
intrepetasi yang telah dilakukan menjadi hasil penelitian sebagai tugas
akhir yang dilakukan oleh peneliti.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang dibernilai, sedangkan variabel dalam suatu
penelitian merupakan hal yang paling utama karena merupakan suatu konsep
dalam suatu penelitian.Menurut Sugiyono mengatakan bahwa variabel adalah
obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik. (Sugiyono. 2009: 60).
Menurut Sumardi Suryabrata mengemukakan bahwa variabel adalah suatu konsep
yang diberi nilai, sedangkan variabel dalam suatu penelitian merupakan hal
yang paling utama karena variabel merupakan suatu konsep dalam suatu
penelitian yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Suryabrata,
2000:72).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah sebuah
objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal
dengan fokus penelitian pada perkembangan sosial ekonomi masyarakat
kolonisasi Jawa di daerah Bagelen Lampung.
33
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Selain memerlukan adanya suatu metode, dalam suatu penelitian juga dibutuhkan
untuk menentukan teknik dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
merupakan cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian tersebut. Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan ialah teknik
kepustakaan dan teknik dokumentasi.
3.3.1 Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan yang akan digunakan yaitu membaca literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, baik itu konsep-konsep, teori-
teori yang ada untuk memperluas pengetahuan dan analisa permasalahan.
Menurut Hadari Nawawi Teknik kepustakaan merupakan studi penelitian yang
dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh di
perpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti (Nawawi,1993: 133).
Sementara itu Menurut Mestika Zed, metode kepustakaan adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. (Mestika Zed, 2004 : 4)
Menurut Koenjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara mengumpulkan
data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk majalah atau Koran, naskah,
catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen, dan lain sebagainya yang relevan dengan
penelitian (Koenjaraningrat, 1997:8).
Jadi dengan teknik kepustakaan ini peneliti mengumpulkan data-data serta
informasi dengan bantuan material berupa koran, majalah, naskah, catatan-
34
catatan, kisah sejarah, dokumen, jurnal, ensiklopedia yang relevan dengan
masalah penelitian dengan cara menelaahnya.
3.3.2 Teknik Dokumentasi
Menurut Suharsini Arikunto, teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto. 2002:
78).
Menurut Hadari Nawawi, teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-
buku,teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti ( Hadari Nawawi, 1993:134).
Dapat disimpulkan bahwa seorang peneliti dalam mengumpulkan data tidak hanya
terbatas pada literatur tetapi juga melalui pembuktian atau mencari data lain yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat,
lengger, agenda, gambar arkeologi dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa data kualitatif . Teknik analisa data kualitatif lebih mewujudkan kata-kata
dari pada deretan angka yang menjadi bahan utama bagi ilmu-ilmu sosial. Data
kualitatif merupakan sumber deskripsi yang luas dan memuat penjelasan tentang
proses-proses dalam keadaan lingkungan setempat. Analisis data kualitatif adalah
data yang muncul berupa kata-kata bukan rangkaian angka, data tersebut
dikumpulkan melalui cara atau teknik yang digunakan oleh penulis, apakah yang
35
diperoleh dari hasil observasi dan siap untuk diproses (B Miles dan A Michael
Huberman, 1992 : 15).
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan
metode analisis data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman, tahapan-tahapan
yang akan dilakukan dalam proses analisis data kualitatif meliputi:
1. Reduksi Data yaitu sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari
catatan di lapangan. Reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang
tajam, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu
serta mengorganisir data sampai akhirnya bisa menarik kesimpulan.
2. Penyajian Data yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi
tersusun, memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat
dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, sehingga dalam
penganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan
pemahaman yang di dapat dari penyajian tersebut.
3. Verifikasi data yaitu menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah
semua makna-makna yang muncul dari data sudah diuji kebenarannya,
kekokohannya, kecocokannya, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan
yang jelas kegunaanya dan kebenarannya. (B Miles dan A Michael
Huberman, 1992: 113)
REFERENSI
Joko P. Subagyo. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. hlm: 1
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : CV Tarsito.hlm: 121
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. GajahMada University Press. hlm: 79
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti IdauPress. Hlm: 32
Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja GrafindoPersada. hlm: 72
Notosusanto, Nugroho.Op cit. 134
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. hlm: 60
Suryabrata, Sumardi. Op cit.72
Nawawi, Hadari. Op cit. Hal 133
Zedd Mestika . 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan OborIndonesia. hlm: 4
Koentjaraningrat. 1997. Metode- Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia. Hal. 35
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta; Bina Aksara. hal. 91
Nawawi, Hadari. Op cit. Hal 134
Miles Mattew B dan Michael Hoberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :Universitas Indonesia Press. hlm: 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dikemukakan di dalam
bab-bab di atas, maka penulis memperoleh hasil data dan dapat disimpulkan
bahwa Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Kolonisasi Jawa di Daerah
Bagelen Lampung pada Tahun 1905-1945, antara lain :
Perkembangan tingkat pendidikan adalah didirikannya Bagelen
School,sekolah desa dan sekolah tingkat 2 Bumiputera. Daerah pringsewu
yang saat itu masuk kedalam daerah perluasan daerah Bagelen memiliki 2
sekolah utama yaitu Vervolgschool yang diberi nama Beda School dan
juga ada Holland Inlandse School (HIS).
Perkembangan jenis pekerjaan adalah sudah adanya variasi pekerjaan
selain petani, pedagang dan pegawai pemerintahan antara lain pedagang,
bidan atau saat itu yang lebih dikenal dengan dukun beranak hingga
pegawai jawatan umum. Pada akhir tahun 1932 sudah ada pebawon atau
yang lebih dikenal sebagai tenaga kerja kolonis baru yang bekerja pada
kolonis lama.
86
Perkembangan aktivitas ekonomi adalah adanya kegiatan
konsumsi,produksi dan distribusi. Adanya Bank Lampung yang dikelola
oleh pemerintah Belanda dan juga akhir pengiriman sudah ada pasar
rakyat serta meningkatnya sarana pertanian seperti lori atau peralatan
berkebun.
5.2 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
menyampaikan saran-saran diantaranya, sebagai berikut :
1. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang Perkembangan Sosial Ekonomi
Masyarakat kolonis Jawa Di Bagelen Lampung karena masih banyak sisi lain
yang masih bisa dikaji lebih lanjut agar memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Kolonis Jawa Di Bagelen
Lampung yang mengandung 8 unsur konsep perkembangan sosial masyarakat.
2. Diharapkan dapat lebih mengerti tentang Perkembangan Sosial Ekonomi
Masyarakat Kolonis Jawa Di Daerah Bagelen Lampung tahun 1905-1945.
3. Penggunaan hasil penelitian ini untuk mengetahui perkembangan Daerah
Bagelen guna meningkatkan keadaan Daerah Bagelen Lampung yang lebih
stabil di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Amral, Sjamsu. 1986. Dari Kolonisasi Ke Transmigrasi 1905-1945. Jakarta.Djambatan.
Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:Bina Aksara.
Astrawan G, Wayan. 2014. Jurnal penelitian Analisis Sosial Ekonomi penambangGalian C di Desa Sebudi Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem Tahun2003. Bali:Jurnal pendidikan ekonomi UNDIKSHA.
Daliman, A.2012.Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX :Sistem PolitikKolonial Dan Administrasi Pemeritahan Hindia-Belanda.Yogyakarta:Penerbit Ombak.Astrid S. Susanto.1979. “Komunikasi Sosial diIndonesia”.Bandung:Nerbit Bina Cipta
Doyle Paul, Johnson. 1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid 1 (edisi.terjemahan Indonesia oleh Robert M.Z.Lawang). Jakarta: PT. Gramedia
Durkheim Emile. 1951 . Suicide : a study in sociology / by Emile Durkheim ;translated by John A. Spaulding and George Simpson ; edited with anintroduction by George Simpson: Durkheim, Émile, 1858-1917.France.Free
Flora, C.B. and J.L. Flora. 1993. “ Entrepreneurial Social Infrastructure: ANecessary Ingredient.” Annals of the American Academy of Political andSocial Sciences 539: 48-58.
Hardjono, Joan.1982. Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa.Jakarta:PT Gramedia Jakarta.
Heereen, H.J. 1979. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesiadan Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Imron, Ali. 1997. 90 Tahun Kolonisasi,45 Tahun Transmigrasin:RedistribusiPenduduk di Indonesia. Jakarta:PT.Penebar Swadaya
I. Jumhur dan Danasuparta.1974.Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.
Gegevens inzake den economischen toestand in de Lampongsche Districten,
publicative v.h. C.K.S. April 1941 (No P.1.4.13.4.41) hal. 5.
(data tentang situasi ekonomi di distrik Lampung).
Kampto Utomo, 1975, Masyarakat Transmigran Spontan di Daerah WaySekampung (Lampung),yogyakarta, Gadjah Mada Univesity press
KBBI Online. 2007. (https://kbbi.web.id/)kembang. (Online).Diakses 3 Februari2017.
KH, Ramadhan. dkk, 1993, Transmigrasi, Harapan dan Tantangan. Jakarta;P.D.
Karya Jaya Bhakti.
Koentjaraningrat.1997. Metode- Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:Gramedia.
Levang, Patrice.2003. Ayo Ke Tanah Sabrang, Transmigrasi DiIndonesia.Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Mantra, I.B. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta;Nur Cahya.
Mayo, M. (1994), “Community Work”, dalam Hanvey and Philpot (eds),Practising Social Work, London: Routhledge
Miles Mattew B dan Michael Hoberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :Universitas Indonesia Press.
Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan OborIndonesia.
Monografi Desa Bagelen Tahun 2008 oleh Dinas Kepustakaan KetransmigrasianLampung.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. GajahMada University Press.
Nawawi, Hadari., Mimi Martini. 2001. Penelitian Terapan. Yogyakarta : GajahMada Press.
Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Inti IdauPress.
Poesponegoro, Marwati Djoened.Nugroho Notosusanto. 2008.Sejarah NasionalIndonesia Jilid IV Kemunculan Penjajahan Di Indonesia.Jakarta:BalaiPustaka.
________________. 2008.Sejarah Nasional Indonesia Jilid V KebangkitanNasional Dan Hindia Belanda. Jakarta:Balai Pustaka.
Pusat Bahasa.2008. KBBI. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.
Ranjabar, Jacobus, 2013. Perubahan Sosial: Teori-teori dan Proses PerubahanSosial Serta Teori Pembangunan. Bandung:Alfabeta.
Ritzer, George dan Douglas, 2005. Teori Sosial Modern. Jakarta:Pranada Media.
S.Lee, Everett. 2000. Teori Migrasi. Yogyakarta:Pusat Penelitian KependudukanUniversitas Gadjah Mada.
Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian : Dalam Teori dan Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : CV Tarsito.
Suryabarata, Sumardi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Swasono, Sri.E dan Singarimbun, M. 1985. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985.Jakarta: Universitas Indonesia(Ui Press).
UPTD Balai Pengelolaan Museum Ketransmigrasian Gedong Tataan Provinsi
Lampung
Wirutomo, Paulus. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:Universitas Indonesia.
Sumber internet :Matanasi Petrik. 2017. Menelusuri 111 tahun jejak orang-orang Jawa di tanah
seberang.Zen RS diakses pada situs https://tirto.id/jejak-para-transmigran-jawa-di-lampung-cidw, pada tanggal 5 Maret 2018,jam 09:40 WIB.
Potensilampung. 2016. Sejarah Periodisasi Kolonisasi di Lampung. Diakses pada
situs http://www.potensilampung.com/ruajurai/sejarah-periodisasi-
kolonisasi-di-lampung, pada tanggal 5 Maret 2018, jam 09:22 WIB.
Sumber: Buku “Land Use Planning, Jejak Kolonisasi Pertama di
Indonesia,” Penulis: Akhmad Sadad, Penerbit: 3M Media Karya, Banten,
2014.