perkembangan makro regional - bi.go.id · peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi...

16
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 1 BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,64% (y.o.y). Sementara secara tahunan ekonomi tumbuh sebesar 7,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,68% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan dimaksud masih sesuai proyeksi Bank Indonesia Gorontalo sebelumnya yang berada pada kisaran 7,3-7,8% (y.o.y). Masih kuatnya dorongan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor menjadi landasan utama masih bertahannya pertumbuhan ekonomi regional ditengah perlambatan ekonomi nasional. Di sisi penawaran, membaiknya perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan kinerja sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR). Perkembangan sektor konstruksi seiring dengan peningkatan penyerapan belanja modal APBD yang merupakan siklus akhir tahunan. Sementara peningkatan kegiatan sektor pengangkutan dan PHR seiring dengan kegiatan libur akhir tahun masyarakat. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih tingginya ekspor. Peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi dan jagung seiring dengan membaiknya harga jagung dan gula di pasaran internasional. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

Upload: truongkien

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 1

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan

yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,64% (y.o.y). Sementara secara tahunan

ekonomi tumbuh sebesar 7,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

7,68% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan dimaksud masih sesuai proyeksi Bank

Indonesia Gorontalo sebelumnya yang berada pada kisaran 7,3-7,8% (y.o.y). Masih kuatnya

dorongan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor menjadi landasan utama masih

bertahannya pertumbuhan ekonomi regional ditengah perlambatan ekonomi nasional.

Di sisi penawaran, membaiknya perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan

didorong oleh peningkatan kinerja sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor

perdagangan-hotel-restoran (PHR). Perkembangan sektor konstruksi seiring dengan

peningkatan penyerapan belanja modal APBD yang merupakan siklus akhir tahunan.

Sementara peningkatan kegiatan sektor pengangkutan dan PHR seiring dengan kegiatan

libur akhir tahun masyarakat.

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih tingginya ekspor.

Peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi dan jagung seiring dengan

membaiknya harga jagung dan gula di pasaran internasional.

Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

1.1 SISI PERMINTAAN

Di sisi permintaan, pertumbuhan didukung masih stabilnya kinerja ekspor sementara

kinerja komponen lainnya relatif melambat.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.1.1 KONSUMSI

Pada triwulan IV-2012 konsumsi secara keseluruhan tumbuh 6,65% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,47% (y.o.y). Perlambatan

tersebut terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.

Grafik 1.2 Grafik 1.3 Perkembangan APBD Pemprov Kredit Konsumsi

Grafik 1.4 Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen TW IV-2012 Survei Konsumen Bank Indonesia

I II III IV I II III IV

Konsumsi 854.851 878.346 902.823 936.311 3.572.330,96 931.154 956.972 970.220 997.601 3.855.945,95

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 535.524 544.339 557.336 565.484 2.202.682,42 568.365 576.142 591.459 595.727 2.331.693,24

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8.043 8.357 8.709 8.551 33.659,93 8.858 8.621 9.012 9.130 35.619,54

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 311.284 325.649 336.778 362.277 1.335.988,61 353.931 372.208 369.749 392.744 1.488.633,17

Pembentukan Modal Tetap Bruto 259.373 267.105 277.037 294.431 1.097.945,79 274.486 294.183 300.172 304.361 1.173.202,63

Perubahan Stok (95.096) (113.313) (104.695) (166.998) (480.102,12) (113.913) (150.269) (133.837) (169.045) (567.063,03)

Ekspor Barang dan Jasa 93.093 93.268 97.206 100.874 384.440,51 103.586 107.238 105.929 109.667 426.421,45

Impor Barang dan Jasa 349.473 351.431 364.374 367.879 1.433.157,02 368.581 369.962 380.808 385.537 1.504.887,18

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 762.748 773.976 807.996 796.738 3.141.458,12 826.734 838.162 861.676,41 857.046,92 3.383.619,83

I II III IV I II III IV

Konsumsi 8,93 4,43 (0,47) (4,73) 1,61 8,93 8,95 7,47 6,55 7,94

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,03 (0,47) (3,80) (8,11) (2,60) 6,13 5,84 6,12 5,35 5,86

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8,73 7,81 9,76 9,14 8,87 10,13 3,15 3,48 6,77 5,82

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20,83 13,68 5,31 0,75 9,20 13,70 14,30 9,79 8,41 11,43

Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,39 9,35 5,42 2,61 7,35 5,83 10,14 8,35 3,37 6,85

Perubahan Stok 31,67 (4,89) (34,49) (26,87) (17,16) 19,79 32,61 27,83 1,23 18,11

Ekspor Barang dan Jasa (11,19) (15,97) (18,21) 5,40 (10,67) 11,27 14,98 8,97 8,72 10,92

Impor Barang dan Jasa 1,37 (0,33) (1,24) (9,30) (2,63) 5,47 5,27 4,51 4,80 5,01

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,75 6,81 6,33 8,92 7,68 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71

2011 (% y.o.y)2011

20112011

KOMPONEN

KOMPONEN2012

2012

2012 (% y.o.y)2012

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 3

Produksi pertanian yang terkendala baik pada sub sektor pertanian tanaman pangan

dan sub sektor perikanan laut mendorong melemahnya daya beli petani pada triwulan

laporan yang tercermin dari kontraksi Nilai Tukar Petani. Kontraksi NTP terjadi sejak bulan

Januari 2012 dan terus meningkat nilainya hingga Desember 2012. Hal ini menjadi

pendorong melemahnya kegiatan konsumsi rumah tangga secara umum.

Namun melemahnya daya beli masyarakat petani sedikit diredam oleh meningkatnya

pertumbuhan belanja pegawai. Hal ini tercermin dari realisasi belanja pegawai Pemprov

yang tumbuh 36,2% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

15,6% (y.o.y).

Grafik 1.6 Grafik 1.7 Perkembangan NTP Perkembangan APBD Belanja Pegawai

Grafik 1.8 Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Konsumsi BBM Rumah Tangga

1.1.2 INVESTASI

Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2014 tumbuh 3,37 % (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,35% (y.o.y). Perlambatan

investasi terutama untuk investasi non bangunan sementara investasi bangunan masih

tumbuh baik.

Indikator melambatnya pertumbuhan investasi ditunjukkan oleh kontraksi kredit

investasi. Pada bulan Desember 2012 kredit investasi terkontraksi 25,0% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya yang mencapai 17,6% (y.o.y). Perlambatan ini

diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor industri selama triwulan laporan.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

Grafik 1.10 Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal Pemprov.

Sementara itu investasi bangunan masih cukup baik, tercatat angka penjualan

semen tumbuh 88,4% (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang sebesar 3,1% (y.o.y). Pertumbuhan kredit sektor konstruksi juga masih cukup baik

sampai dengan bulan Desember 2012.

Grafik 1.12 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Semen Kredit Konstruksi.

Investasi swasta selama tahun 2012 antara lain dilakukan oleh beberapa perusahaan yaitu :

- PT. Pabrik Gula Gorontalo sebesar Rp 175 Miliar untuk penambahan produksi gula rafinasi

- PT. Gorontalo Mineral sebesar Rp 40,8 Miliar untuk penambahan peralatan & modal kerja

- PT. Tenaga Listrik Gorontalo sebesar Rp 18,8 Miliar untuk pembangunan PLTU Molotabu

- PT. Harim sebesar Rp 5,7 Miliar untuk perluasan fasilitas gedung

- PT. Multi Nabati sebesar Rp 700 Juta

- PT. Simi sebesar Rp 1,7 Miliar untuk pengembangan riset jagung

1.1.3 EKSPOR – IMPOR

Kinerja ekspor selama triwulan IV-2012 secara keseluruhan stabil. Ekspor triwulan

IV-2012 tumbuh sebesar 8,72% (y.o.y) hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 8,97% (y.o.y), demikian halnya kinerja impor, impor tumbuh 4,51% (y.o.y)

hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya 4,80% (y.o.y)

Perkembangan ekspor luar negeri tumbuh cukup baik selama triwulan IV-2012. Nilai

ekspor mencapai US$ 3,43 juta sementara pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 2,76

juta. Ekspor triwulan IV-2012 masih didominasi oleh komoditas jagung dan gula rafinasi

sementara komoditas kayu/barang kayu mengalami penurunan. Kenaikan permintaan gula

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 5

rafinasi terutama diarahkan untuk memenuhi pasar Korea Selatan sementara jagung

diarahkan untuk memenuhi permintaan Filipina.

Grafik 1.14 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Perkembangan Harga Jagung Internasional

Grafik 1.16 Grafik 1.17 Rincian Muat Barang Per Pelabuhan Penjualan Jagung Gorontalo

.

Perkembangan impor Gorontalo triwulan IV-2012 didorong peningkatan impor raw

sugar sebesar US$ 23,9 juta yang dilakukan oleh PT PG Gorontalo untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku gula rafinasi. Volume impor antar pulau juga menunjukkan

peningkatan, tercatat pada triwulan laporan volume bongkar barang tumbuh 53% (y.o.y)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,6% (y.o.y).

Grafik 1.18 Grafik 1.19 Perkembangan Bongkar Barang Perkembangan Impor Luar Negeri

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

1.2 SISI PENAWARAN

Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan

dengan dukungan sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor perdagangan-hotel-

restoran (PHR).

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan IV-2012 cukup stabil, sektor pertanian

tumbuh 5,7% (y.o.y) hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (y.o.y).

Pada triwulan laporan Gorontalo memasuki musim tanam padi dan jagung sehingga

produksi panen rendah. Sementara itu kondisi cuaca ekstrim di perairan menyebabkan

produksi sub sektor perikanan menurun. Peningkatan terjadi pada sub sektor peternakan,

data dari Dinas Peternakan mencatat produksi sapi Gorontalo tumbuh hingga 7% pada

tahun 2012.

Pada triwulan laporan, produksi jagung terbesar terjadi di Kab. Pohuwato sementara

untuk Kab. Boalemo sebagian besar memasuki musim tanam. Sementara untuk padi,

produksi terbesar terjadi di Kab. Pohuwato sementara lumbung produksi padi di Kab.

Gorontalo dan Boalemo memasuki musim tanam. Berdasarkan data Dinas Pertanian Prov.

Gorontalo, sepanjang triwulan IV-2012 lahan yang mengalami puso cukup besar. Tercatat

67 hektar lahan pertanian Jagung mengalami puso yang terbesar di Kec. Popayato Kab.

Gorontalo (53 Ha), sementara untuk komoditas padi tercatat 88 hektar lahan puso di Kec.

Telaga Biru dan Kec. Telaga Jaya Kab. Gorontalo akibat banjir bandang.

Sementara itu kelangkaan pupuk sempat terjadi di Gorontalo. Kelangkaan pupuk

Urea yang terjadi pada Desember 2012 disebabkan kapal pengangkut pupuk enggan

bersandar di Pelabuhan Anggrek terkait produktivitas tenaga bongkar muat yang dirasakan

tidak maksimal. Dari target bongkar muat sebesar 750-1000 ton/hari realisasinya hanya

mencapai 200-500ton/hari. Hal ini mengakibatkan biaya sandar kapal meningkat. Pemprov

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 224.915,82 218.187,49 228.328,98 213.676,50 885.108,79 237.866,28 230.559,95 241.395,50 225.856,50 935.678,22

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.257,09 8.684,55 9.308,41 9.138,02 35.388,08 9.212,82 9.340,39 9.560,64 9.615,89 37.729,73

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 57.776,66 59.288,96 62.754,96 64.796,70 244.617,28 65.464,67 66.523,58 67.869,37 68.119,96 267.977,58

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4.384,61 4.429,28 4.557,70 4.641,46 18.013,05 4.676,63 4.821,66 4.934,57 5.044,81 19.477,67

5. BANGUNAN 66.678,94 70.115,64 74.588,92 73.421,60 284.805,11 74.388,82 76.954,74 79.311,52 80.856,52 311.511,62

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 108.849,78 113.225,97 118.888,33 121.039,34 462.003,43 122.522,55 126.486,03 130.913,07 133.492,22 513.413,87

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 81.166,56 83.578,36 86.359,27 87.391,26 338.495,46 86.867,51 90.391,57 94.508,33 96.136,07 367.903,47

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 67.513,76 68.321,45 70.417,46 71.816,97 278.069,64 72.508,35 75.445,05 77.080,46 78.898,51 303.932,37

9. JASA-JASA 143.204,96 148.143,80 152.792,01 150.816,51 594.957,28 153.226,44 157.639,45 156.102,96 159.026,44 625.995,30

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 762.748,19 773.975,51 807.996,04 796.738,37 3.141.458,12 826.734,07 838.162,42 861.676,41 857.046,92 3.383.619,83

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 10,84 3,02 2,52 8,87 6,17 5,76 5,67 5,72 5,70 5,71

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,72 6,66 7,20 9,31 6,76 11,57 7,55 2,71 5,23 6,62

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,02 7,01 7,37 10,53 7,53 13,31 12,20 8,15 5,13 9,55

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10,86 9,17 9,06 7,31 9,06 6,66 8,86 8,27 8,69 8,13

5. BANGUNAN 8,06 11,34 10,60 8,29 9,57 11,56 9,75 6,33 10,13 9,38

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12,07 12,71 11,27 12,43 12,11 12,56 11,71 10,11 10,29 11,13

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,42 9,26 8,65 8,96 9,06 7,02 8,15 9,44 10,01 8,69

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 11,04 9,15 6,98 8,14 8,78 7,40 10,43 9,46 9,86 9,30

9. JASA-JASA 3,98 3,79 4,44 6,29 4,63 7,00 6,41 2,17 5,44 5,22

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,75 6,81 6,33 8,91 7,68 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71

20112011

2011 (% y.o.y)2011

SEKTOR

SEKTOR

20122012

2012 (% y.o.y)2012

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 7

telah mengambil opsi untuk menghubungi produsen pupuk lainnya (PKT) dengan opsi

pengiriman melalui jalur darat melalui Sulawesi Selatan (Pelabuhan Makassar) dan

Sulawesi Utara (Pelabuhan Bitung).

.

Grafik 1.20 Grafik 1.21 Luas Panen Padi & Jagung Luas Tanam Padi & Jagung

Tabel 1.3

Tabel 1.4

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan peningkatan selama

triwulan IV-2012. Salah satu faktor utama adalah kegiatan masyarakat selama musim libur

akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat sebesar

10,01% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,44%

(y.o.y).

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

Kinerja sub sektor angkutan darat diperkirakan meningkat, hal ini dikonfirmasi oleh

data penjualan BBM dan penghimpunan pajak kendaraan bermotor yang meningkat.

Demikian juga untuk sub sektor angkutan laut dan ferry menunjukkan peningkatan

sebagaimana dikonfirmasi oleh jumlah penumpang kapal laut dan jumlah kargo angkutan

laut yang masuk dan keluar Gorontalo. Kinerja sektor angkutan udara pada triwulan laporan

menunjukkan peningkatan, maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia menambah jumlah

penerbangan yang masuk dan keluar Gorontalo.

Grafik 1.22 Grafik 1.23 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Grafik 1.24 Grafik 1.25 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut

Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Penumpang Pesawat Perkembangan Bagasi Pesawat

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 9

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo tumbuh

stabil. Sektor PHR pada triwulan IV-2012 tumbuh 10,29% (y.o.y) hampir sama dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2012 sebesar 10,11% (y.o.y) Kegiatan libur akhir tahun,

International Maize Conference, dan Festival Karawo 2012 menjadi pendukung peningkatan

kinerja di sektor ini.

Sub sektor perdagangan menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Pendorong

kinerja perdagangan terutama disebabkan meningkatnya kembali perdagangan ekspor luar

negeri terutama untuk komoditas jagung dan gula rafinasi. Perdagangan luar negeri Jagung

mencapai US$ 743 ribu sementara gula rafinasi US$ 2,65 juta kondisi ini meningkat

dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat ekspor Jagung sebesar US$ 552 ribu dan

gula rafinasi sebesar US$ 2,1 juta. Permintaan datang dari Korea dan Filipina.

Grafik 1.28 Grafik 1.29 SKDUSub Sektor Perdagangan Volume Muat Pelabuhan

Grafik 1.30 Grafik 1.31 Tingkat Penghunian Hotel Listrik Kelompok Bisnis

Sementara itu sub sektor perhotelan mengalami peningkatan hal tersebut

dikonfimasi oleh data tingkat penghunian hotel (TPK) yang menunjukkan kenaikan selama

triwulan IV-2012. TPK bulan Desember mencapai 34.46% lebih tinggi dibandingkan kondisi

September sebesar 33,5%. Kegiatan Internasional Maize Conference yang dilaksanakan di

bulan November mendorong tingkat penghunian dari 19 Hotel di Gorontalo (1976 kamar)

hingga mencapai 80%.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan peningkatan. Pada triwulan

IV-2012 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 10,13% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 6,33 % (y.o.y). Upaya pemerintah meningkatkan penyerapan belanja

APBD mendorong peningkatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur bangunan.

Kenaikan penjualan semen selama triwulan laporan cukup signifikan, penjualan

semen tumbuh 88,41% (y.o.y) pada triwulan IV-2012 sementara pada triwulan sebelumnya

hanya tumbuh 3,10% (y.o.y). Peningkatan kegiatan sektor bangunan juga terlihat dari

pembiayaan proyek pemerintah yang pertumbuhannya meningkat selama triwulan laporan.

Grafik 1.32 Grafik 1.33 Belanja Modal APBD Penjualan Semen

1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Kinerja sektor keuangan tumbuh 9,86% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2012 sebesar 9,46% (y.o.y). Kondisi ini lebih didorong oleh

tumbuhnya sub sektor keuangan terutama perbankan.

Net Interest Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang meningkat

Sampai dengan bulan Desember 2012, NIM perbankan mencapai Rp 609 Miliar atau

tumbuh 16,54% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode September 2012 yang

tumbuh 13,36% (y.o.y). Meningkatnya NIM perbankan didorong oleh menurunnya

pertumbuhan beban bunga seiring dengan penurunan suku bunga perbankan.

Grafik 1.34 Grafik 1.35

NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 11

1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan IV-2012 tumbuh 5,13% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 8,15% (y.o.y). Melambatnya kinerja di sektor ini

dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu konsumsi listrik industri, penggunaan BBM

industri dan Survei SKDU Industri Pengolahan.

Penurunan kinerja industri terutama didorong oleh melemahnya kinerja sektor

industri kayu di Gorontalo. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja ekspor kayu yang menurun,

tercatat pada triwulan III-2012 ekspor kayu mencapai US$ 38.150 sementara pada triwulan

IV-2012 hanya sebesar US$ 80.322. Melemahnya kinerja industri pengolahan kayu/barang

dari kayu disebabkan karena menurunnya permintaan. Sementara itu menurut hasil survei

Produksi Industri BPS Prov. Gorontalo beberapa sektor industri yang menurun adalah

industri tekstil, industri pakaian jadi, industri barang dari logam, dan industri percetakan.

Grafik 1.36 Grafik 1.37 Konsumsi Listrik Industri Ekspor Kayu/Barang Kayu

Grafik 1.38 Grafik 1.39 Konsumsi BBM Industri SKDU Industri Pengolahan

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor Listrik Gas dan Air Bersih pada triwulan IV-2012 menunjukkan

penurunan, penurunan ini terutama pada sub sektor kelistrikan akibat terjadi defisit pasokan

listrik sebesar 4MW karena gangguan pada sistem listrik Minahasa di PLTU Amurang.

Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2012

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tumbuh 5,23% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,71% (y.o.y). Peningkatan kegiatan

konstruksi berimbas pada permintaan bahan galian C di Gorontalo. Kinerja sektor jasa-jasa

pada triwulan IV-2012 tumbuh 5,44% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 2,17% (y.o.y). Meningkatnya kinerja jasa-jasa

diindikasikan oleh pertumbuhan kredit jasa-jasa perbankan.

.

Grafik 1.40 Realisasi Kredit Jasa-jasa

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 13

BOX 1 : SURVEI PERSEPSI MASYARAKAT GORONTALO

TERHADAP SUBSIDI BBM

Subsidi BBM nasional terus meningkat dari Rp 137 Triliun pada tahun 2012 menjadi

Rp 197 Triliun pada tahun 2013. Besarnya subsidi BBM ini dirasakan semakin memberatkan

anggaran pemerintah ditengah ketidakpastian harga minyak dunia. Wacana untuk

mengurangi subsidi BBM melalui penyesuaian harga maupun pembatasan kuota telah coba

disampaikan kepada publik terutama efek kemanfaatan yang dirasakan kurang serta

cenderung tidak tepat sasaran. Beberapa Kepala Daerah mengharapkan kebijakan subsidi

BBM dapat ditinjau ulang sehingga alokasi anggaran yang ada dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pembangunan infrastruktur daerah.

Demikian halnya dengan Provinsi Gorontalo, pertumbuhan ekonomi yang rata-rata

7,5% per tahun dibarengi pula dengan tingkat konsumsi BBM subsidi yang cukup besar.

Data Pertamina menyebutkan bahwa pada tahun 2010 konsumsi BBM subsidi mencapai

77.353 kiloliter untuk premium dan 23.456 kiloliter untuk solar kemudian terus mengalami

peningkatan pada tahun 2012 menjadi 112.347 kiloliter untuk premium dan 36.273 kiloliter

untuk solar. Dalam publikasinya yang dimuat dalam Gorontalo Post tanggal 29 Januari 2013

menyebutkan bahwa besaran subsidi BBM untuk Provinsi Gorontalo tahun 2012 adalah

sebesar Rp 703 Miliar hampir sebanding dengan keseluruhan belanja modal di

kab/kota dan Provinsi Gorontalo yang pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 852 Miliar.

Grafik 1.41 Subsidi BBM vs Belanja Modal

Melihat kenyataan tersebut, mendorong pemikiran bahwa sebaiknya angka subsidi

yang cukup besar tersebut dapat dialihkan pada belanja infrastruktur. Perbaikan jalan,

jembatan, bandara, dan pelabuhan mungkin akan memberikan multiplier effect lebih baik

dibandingkan untuk kepentingan subsidi. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini apakah

masyarakat Gorontalo siap menghadapi penyesuaian harga maupun pembatasan subsidi

yang akan diterapkan Pemerintah Pusat apabila harga minyak dunia mengalami kenaikan

diluar batas toleransi APBN.

Subsidi Premium Rp449.388.000.000

Subsidi Solar Rp199.501.500.000

Subsidi Minyak Tanah Rp54.660.000.000

Tota Subsidi Rp703.549.500.000

Provinsi Gorontalo Rp159.902.148.361

Kota Gorontalo Rp83.393.865.282

Kab. Gorontalo Rp144.901.360.609

Kab. Boalemo Rp106.913.400.232

Kab. Pohuwato Rp115.409.636.923

Kab. Bone Bolango Rp120.701.552.450

Kab. Gorontalo Utara Rp120.871.613.744

Total Belanja Modal Rp852.093.577.601

Anggaran Subsidi Provinsi Gorontalo Th. 2012

Anggaran Belanja Modal Th. 2012

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

Bank Indonesia coba memetakan persepsi masyarakat melalui survei yang dilakukan

terhadap 100 responden yang terdiri atas profesi PNS (15%); Pegawai swasta/BUMN

(10%); Wiraswasta/pedagang/pengusaha (50%); ibu rumah tangga (15%); dan

mahasiswa/pelajar (10%). Survei lebih difokuskan pada kelompok pendapatan masyarakat

menengah kebawah yang diduga rentan terhadap isu kenaikan harga maupun pembatasan

BBM bersubsidi.

Dilihat dari besaran konsumsi BBM subsidi per bulan, 30% responden menjawab

besaran konsumsi BBM subsidi berkisar Rp 100-300 Ribu, 23% responden menjawab Rp

300-500 Ribu. Hampir sebagian besar responden (67%) menilai bahwa subsidi yang

dilakukan saat ini tidak tepat sasaran dan salah peruntukan.

Terkait wacana penyesuaian harga BBM, 77% responden menyatakan bahwa tidak setuju

apabila harga BBM bersubsidi dinaikkan. Namun 70% dari responden yang menyatakan

tidak setuju kenaikan harga, 70% diantaranya setuju apabila dilakukan pembatasan

terhadap konsumsi BBM bersubsidi tentu saja dengan mekanisme yang jelas dan mudah

penerapannya dilapangan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembatasan BBM subsidi

sebenarnya tidak dikeluhkan oleh responden, namun kenaikan harga BBM cenderung

akan ditolak.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 15

Sementara itu dari responden yang menjawab setuju apabila harga BBM dinaikkan, 39%

responden menyatakan harga yang sesuai adalah Rp 5.000/liter sementara 30% menjawab

harga Rp 6.000/liter. Responden menilai bahwa apabila terjadi kenaikan harga BBM 74%

menyatakan bahwa akan melakukan penghematan konsumsi BBM. Sementara apabila

terjadi penambahan biaya konsumsi BBM, 74% responden akan mengurangi

anggaran rekreasi/hiburan rumah tangga.

Dilihat dari respon responden wiraswasta/pedagang/pengusaha terkait kenaikan harga

BBM, dapat diperhatikan pada tabel dibawah ini, apabila harga BBM bersubsidi menjadi Rp

5.000/liter maka 65% responden akan menaikkan harga jual produknya antara 1-5%, 20%

responden akan menaikkan harga jual produknya antara 6-10% dan sisanya akan

menaikkan harga jual produknya >10%. Sementara ketika harga BBM bersubsidi menjadi

Rp 6.500/liter maka hanya 14% responden akan menaikkan harga jualnya pada kisaran 1-

5%, 44% responden akan menaikkan harga jual produknya antara 6-10% dan sisanya akan

menaikkan harga jual produknya > 10%.

Tabel 1.5 Respon Responden untuk menaikkan harga jual produk

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA

Berdasarkan hasil survei tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Responden merasakan bahwa subsidi BBM saat ini kurang tepat sasaran.

- Responden umumnya tidak sependapat dengan kenaikan harga BBM bersubsidi,

namun Responden tidak menolak apabila dilakukan pembatasan terhadap BBM

bersubsidi.

- Kenaikan BBM bersubsidi akan disertai penghematan penggunaan oleh responden.

- Untuk mengurangi beban biaya transportasi, responden akan mengurangi biaya

rekreasi/hiburan rumah tangga.

- Semakin besar kenaikan harga BBM bersubsidi maka responden yang berprofesi

sebagai wiraswasta/pedagang/pengusaha akan menaikkan besaran harga jual

produknya. Pada kenaikan harga terendah Rp 5.000/liter sebagian besar responden

memandang bahwa kenaikan harga jual produk sebesar 1-5% adalah wajar,

sementara pada kenaikan harga tertinggi Rp 6.500/liter sebagian besar responden

menyatakan kewajaran kenaikan harga jual produk adalah > 10%.