agustus - bi.go.id

95
Agustus 2021

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agustus - bi.go.id

Agustus

2021

Page 2: Agustus - bi.go.id

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

Jl. El Tari No. 39 Kupang – NTT

[0380] 832-364/827-916 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Page 3: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

ii

Kata Pengantar

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur (selanjutnya disingkat KPw BI NTT) memiliki peran yang sangat

penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter.

Secara triwulanan, KPw BI NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan

perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan

perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk

memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat,

yaitu Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder lainnya.

Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Ekonomi Makro

Regional, Keuangan Pemerintah Daerah, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan

Sistem Pembayaran, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode

mendatang. Dalam menyusun laporan ini digunakan data yang berasal dari internal Bank

Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan

penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan

masukan sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah

terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Agustus 2021

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Ttd.

I Nyoman Ariawan Atmaja

Deputi Direktur

Page 4: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

iii

Daftar Isi

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------------------- i Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------------------ ii Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------------------- iii Ringkasan Eksekutif ------------------------------------------------------------------------------------- iv Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur ------------------------------ v

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum ----------------------------------------------------------------------------- 1 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran ------------------------------------------- 3 1.2.1. Konsumsi --------------------------------------------------------------------------- 3 1.2.2. Investasi ----------------------------------------------------------------------------- 6 1.2.3. Ekspor dan Impor ----------------------------------------------------------------- 8 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha -------------------------------------- 10 1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan --------------------------------------- 10

1.3.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor -- 12 1.3.3. Konstruksi --------------------------------------------------------------------------- 13 1.3.4. Lapangan Usaha Lainnya -------------------------------------------------------- 15

BOKS 1. GERNAS BBI DAN BWI LABUAN BAJO MENDORONG UMKM LOKAL BERKEMBANG MAJU, BANGKIT, DAN NAIK KELAS ----------------------------- 17

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 2.1 Kondisi Umum ---------------------------------------------------------------------------- 20 2.2 APBD Pemerintah Provinsi NTT -------------------------------------------------------- 22

2.2.1. Pendapatan APBD Provinsi NTT ----------------------------------------------- 22 2.2.2. Belanja APBD Provinsi NTT ----------------------------------------------------- 24

2.3 APBD Kabupaten/Kota ----------------------------------------------------------------- 26 2.3.1. Pendapatan APBD Kabupaten/Kota ------------------------------------------ 26 2.3.2. Belanja APBD Kabupaten/Kota ------------------------------------------------ 29

2.4 APBN di Provinsi NTT -------------------------------------------------------------------- 32

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI 3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum ----------------------------------------------- 34 3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas ----------------------------------------- 35

3.2.1 Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau --------------------------- 36 3.2.2 Kelompok Pakaian dan Alas Kaki ---------------------------------------------- 37 3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar RT ----------------- 38 3.2.4 Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan RT --------------- 38 3.2.5 Kelompok Kesehatan------------------------------------------------------------- 39 3.2.6 Kelompok Transportasi ---------------------------------------------------------- 40 3.2.7 Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -------------------- 40 3.2.8 Kelompok Rekreasi, Olahraga dan Budaya ---------------------------------- 41 3.2.9 Kelompok Pendidikan ------------------------------------------------------------ 42 3.2.10 Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran -------------- 42

Page 5: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

iv

3.2.11 Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya --------------------------- 43 3.3. Inflasi Berdasarkan Kota --------------------------------------------------------------- 43

3.3.1 Inflasi Kota Kupang --------------------------------------------------------------- 43 3.3.2 Inflasi Kota Maumere ------------------------------------------------------------ 44 3.3.3 Inflasi Kota Waingapu------------------------------------------------------------ 44

3.4. Tracking dan Proyeksi Inflasi Triwulan I 2021 ------------------------------------- 45 3.5 Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID --------------------------------------------- 46

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 4.1. Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 47

4.1.1. Kinerja Bank Umum ------------------------------------------------------------- 47 4.1.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga ------------------------------------------- 48 4.1.3. Penyaluran Kredit ---------------------------------------------------------------- 49

4.2. Kinerja Korporasi Nonkeuangan ---------------------------------------------------- 51 4.2.1. Kondisi dan Prospek Usaha ---------------------------------------------------- 51 4.2.2. Penyaluran Kredit Korporasi --------------------------------------------------- 51

4.3. Kinerja Keuangan Rumah Tangga -------------------------------------------------- 52 4.3.1. Kondisi Rumah Tangga --------------------------------------------------------- 52 4.3.2. Penghimpunan DPK Rumah Tangga ----------------------------------------- 53 4.3.3. Penyaluran Kredit Rumah Tangga -------------------------------------------- 53

4.4. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ----------------------------------- 54 4.4.1. Penyaluran Kredit UMKM ------------------------------------------------------ 54

BOKS 2. HILIRISASI INDUSTRI RUMPUT LAUT DI PROVINSI NTT -------------------------- 57

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1. Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 61 5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi NTT ------------------------------- 62

5.2.1. Transaksi Sistem Pembayaran Tunai di Provinsi NTT ---------------------- 62 5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas di Provinsi NTT ------------------- 63 5.2.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai di Provinsi NTT -------- 65

5.3. Perkembangan Inklusi Keuangan di Provinsi NTT ------------------------------- 67 5.3.1. Perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ----------------- 67 5.3.2. Perkembangan Transaksi Elektronik ----------------------------------------- 69

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.1. Kondisi Umum --------------------------------------------------------------------------- 73 6.2. Perkembangan Ketenagakerjaan ---------------------------------------------------- 73 6.3. Perkembangan Kesejahteraan -------------------------------------------------------- 77

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT ------------------------------------- 80 7.2. Prospek Inflasi Provinsi NTT ----------------------------------------------------------- 85

Page 6: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

v

Ringkasan Eksekutif

Laporan Perekonomian

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Agustus 2021

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Ekonomi Provinsi NTT melanjutkan tren perbaikan sebagaimana tercermin pada

kinerja perekonomian triwulan II 2021 yang tumbuh 4,22% (yoy), lebih baik dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,12% (yoy). Perbaikan kinerja dari sisi

permintaan terutama bersumber dari konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, dan investasi

seiring meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM, serta optimisme

pelaku usaha dan konsumen yang terus membaik. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), sebagian

besar LU mengalami perbaikan ekonomi terutama LU utama yaitu LU Perdagangan Besar

dan Eceran, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta LU Konstruksi.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi total belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Provinsi NTT pada triwulan II

2021 meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Total belanja

tercatat sebesar Rp15,593 triliun, mencapai 30,91 % dari total anggaran. Kinerja belanja

yang meningkat terutama bersumber dari belanja operasi, khususnya belanja hibah seiring

dengan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang sempat tertunda di tahun

sebelumnya. Sejalan dengan hal ini, kinerja belanja Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten

(APBD) juga mengalami peningkatan, seiring dengan refocusing anggaran dan migrasi ke

Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD). Kinerja pendapatan (APBD) juga meningkat,

seiring dengan adanya peningkatan Pendapatan Transfer dari pemerintah pusat.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2021 tercatat sebesar 1,35% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,78% (yoy). Inflasi tersebut sedikit

lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 1,33% (yoy). Kenaikan tekanan

inflasi bersumber dari peningkatan harga komoditas makanan, minuman, & tembakau yang

naik dikarenakan gangguan pasokan yang diakibatkan oleh badai Seroja yang terjadi di awal

Page 7: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

vi

di awal bulan April 2021. Meskipun demikian, dampak Siklon Seroja pada inflasi ternyata

lebih rendah dibandingkan perkiraan semula.

STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH

Secara umum, stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan II 2021 masih

terjaga. Hal ini tercermin dari nilai ROA sebesar 3,81%, meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. DPK tercatat tumbuh 3,77% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 1,89% (yoy), didorong oleh pertumbuhan tabungan.

Sementara itu, penyaluran kredit tercatat tumbuh sebesar 7,44% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,60% (yoy), sejalan dengan pemulihan

ekonomi pada triwulan II. Tingkat risiko kredit masih terjaga, dengan NPL yang tercatat

sebesar 1,63%, masih terjaga di bawah level 5%.

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pembayaran tunai mengalami kondisi net inflow sesuai pola historis awal tahun pasca

berakhirnya Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Sistem pembayaran nilai besar BI-RTGS

mengalami perbaikan, sementara nilai kecil SKNBI masih tertahan. Indikator sistem

pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada triwulan II 2021 secara umum

menunjukkan adanya perbaikan sejalan dengan pemulihan ekonomi dengan kebijakan

adaptasi kebiasaan baru. Secara umum, transaksi nontunai juga menunjukkan peningkatan,

tercermin dari perbaikan kinerja pada transaksi SKNBI, RTGS, kartu ATM/Debit, kartu kredit

dan uang elektronik.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Rata-rata nilai tukar petani (NTP) pada triwulan II 2021 tercatat masih rendah sebesar

94,41. Sementara itu, rasio kemiskinan di Provinsi NTT pada Maret 2021 tercatat sebesar

20,99%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT

pada Februari 2021 tercatat sebesar 2,88 juta orang, meningkat 6,99% dari tahun

sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka tercatat meningkat menjadi sebesar 3,38%.

Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan membaik, tercermin dari jumlah pekerja

terdampak COVID-19 yang menurun dibandingkan periode Agustus 2020.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 8: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

vii

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 diperkirakan

tumbuh positif dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020. Kinerja

Perekonomian Provinsi NTT pada tahun 2021 ditopang oleh peningkatan investasi dan

perbaikan kinerja konsumsi masyarakat. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan

diperkirakan didorong oleh akselerasi LU Perdagangan Besar dan Eceran seiring pelonggaran

kebijakan pembatasan yang dilakukan sampai dengan triwulan II 2021, dan meningkatnya

kinerja LU Kontruksi sejalan dengan berlanjutnya proyek pemerintah. Namun demikian,

kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sedikit tertahan akibat dampak badai siklon

Seroja.

Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan dengan

dengan inflasi tahun 2020. Inflasi Provinsi NTT diperkirakan meningkat terutama didorong

oleh membaiknya permintaan domestik seiring dampak kebijakan PEN, peningkatan

aktivitas ekonomi pasca vaksinasi, kenaikan tarif cukai rokok, serta keyakinan konsumen

yang meningkat. Sementara itu, Siklon Seroja pada awal April 2021 berpotensi

meningkatkan tekanan inflasi pada tahun 2021 disebabkan oleh kerusakan lahan pertanian,

kematian binatang ternak, kerusakan kapal tangkap, dan kerusakan pabrik bahan makanan

seperti tahu dan tempe.

Page 9: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

viii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur

I. EKONOMI MAKRO REGIONAL

I II III IV I II III IV I II

Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) 98,930 24,760 26,500 27,380 28,087 106,728 25,958 26,037 26,997 27,514 106,506 25,885 27,650

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28,035 6,685 7,732 7,588 7,800 29,804 7,057 7,807 7,652 7,853 30,370 7,680 7,994

Pertambangan dan Penggalian 1,202 303 306 313 327 1,250 287 285 290 293 1,155 293 294

Industri Pengolahan 1,253 339 346 353 368 1,405 335 341 339 352 1,367 309 317

Pengadaan Listrik dan Gas 75 18 18 18 21 76 21 21 21 23 85 22 21

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang54 14 14 14 14 57 14 15 15 16 60 17 17

Konstruksi 10,745 2,626 2,749 2,950 3,282 11,606 2,646 2,460 2,615 2,733 10,454 2,523 2,646

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor11,025 2,835 3,013 3,210 3,209 12,266 3,153 2,835 2,940 2,961 11,888 3,054 3,149

Transportasi dan Pergudangan 5,459 1,360 1,474 1,493 1,506 5,834 1,433 1,062 1,181 1,241 4,917 1,178 1,270

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 757 192 205 207 201 806 174 118 138 163 594 135 146

Informasi dan Komunikasi 6,570 1,716 1,737 1,807 1,818 7,078 1,821 2,006 2,048 2,048 7,924 2,040 2,027

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,072 1,082 1,017 1,106 1,101 4,307 1,112 1,123 1,173 1,232 4,640 1,246 1,239

Real Estate 2,475 617 623 620 620 2,480 615 586 619 607 2,426 591 609

Jasa Perusahaan 292 72 75 80 79 306 76 37 38 40 191 40 41

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib13,232 3,354 3,603 3,749 3,869 14,573 3,503 3,758 3,965 3,966 15,192 3,273 3,999

Jasa Pendidikan 9,436 2,438 2,454 2,720 2,674 10,286 2,505 2,504 2,867 2,860 10,737 2,360 2,704

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,151 568 574 576 609 2,328 624 625 645 667 2,560 666 704

Jasa lainnya 2,098 542 561 577 588 2,267 582 455 450 460 1,947 456 473

Berdasarkan Lapangan Usaha - Harga Berlaku

INDIKATOR 20192019

20182020

20202021

I II III IV I II III IV I II

Produk Domestik Regional Bruto (Miliar Rp) ###### 25,317 26,977 28,053 28,681 109,028 26,745 26,224 27,059 27,688 107,716 26,393 28,056

Konsumsi Rumah Tangga 71,254 18,361 19,271 19,142 20,118 76,891 19,569 18,455 18,264 18,339 74,627 18,774 19,020

Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 3,287 879 930 859 894 3,562 868 814 882 896 3,460 869 922

Konsumsi Pemerintah 29,099 4,253 6,759 8,868 9,965 29,845 4,471 6,189 7,383 9,500 27,543 3,499 6,956

Pembentukan Modal Tetap Bruto 47,466 11,352 11,939 13,574 14,442 51,307 11,541 11,129 12,598 12,301 47,569 11,340 11,784

Perubahan Inventori 884 221 260 263 266 1,009 266 278 282 279 1,106 273 282

Ekspor Luar Negeri 2,072 352 300 405 533 1,590 314 142 237 380 1,072 330 294

Impor Luar Negeri 1,918 278 238 337 297 1,150 394 93 31 87 605 254 203

Net Ekspor Antar Wilayah -53,214 -10,378 -12,720 -15,393 -17,835 -56,327 -10,677 -10,876 -12,618 -14,093 -48,265 -8,948 -11,404

Data Ekspor Impor di Provinsi NTT

Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 59,993 9,904 5,318 12,570 24,877 52,669 11,780 3,980 8,450 19,104 43,314 6,706 5,927

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 95,510 832 2,208 720 4,365 8,125 9,101 6 415 277 9,799 158 395

Berdasarkan Pengeluaran (Harga Berlaku)

INDIKATOR 20192019

20182020

20202021

Page 10: Agustus - bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus 2021|

ix

II. INFLASI

III. PERBANKAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II

NTT 2.26 2.89 1.90 3.07 2.12 1.35 2.06 0.67 1.65 1.57 1.10 0.61 0.78 -0.72

- Kota Kupang 2.19 3.00 1.96 3.23 2.33 1.30 2.23 0.50 1.70 1.28 0.23 0.29 0.56 -0.88

- Kota Maumere 2.63 2.12 1.50 2.00 0.69 1.73 0.84 1.84 2.07 0.67 2.69 2.24 2.76 0.53

- Kota Waingapu 7.34 5.24 1.07 1.52 0.52 -0.63

2021INDIKATOR

2018

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)

2019 2020

I II III IV I II III IV I II III IV I II

1. Total Aset 34,878 38,891 36,851 37,017 37,265 40,849 42,870 42,943 43,917 46,159 48,994 44,857 45,497 47,326

2. DPK 25,012 26,865 26,658 25,098 25,680 28,817 28,748 29,497 29,651 31,154 33,605 30,085 30,739 32,069

- Giro 5,468 6,297 5,577 3,478 5,798 7,676 5,926 4,392 5,614 6,408 7,616 3,672 4,904 5,267

- Tabungan 12,617 13,369 13,784 15,463 13,531 14,306 14,386 16,364 14,665 15,605 16,549 17,992 16,518 17,445

- Deposito 6,928 7,200 7,297 6,157 6,351 6,835 8,436 8,741 9,372 9,141 9,441 8,421 9,317 9,356

3. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor 25,817 26,681 28,011 28,694 29,136 30,481 32,794 32,205 32,521 32,699 33,751 34,297 34,824 36,169

- Modal Kerja 7,815 8,410 8,739 8,999 8,988 9,739 10,571 10,292 10,293 11,394 11,077 11,385 11,716 12,315

- Investasi 1,991 2,077 2,172 2,234 2,531 2,590 3,089 2,578 2,653 3,225 2,315 2,310 2,293 2,147

- Konsumsi 16,011 16,194 17,101 17,461 17,616 18,152 19,134 19,335 19,574 19,788 20,358 20,600 20,815 21,707

4. LDR (%) 103.22 99.31 105.08 114.33 113.46 105.78 114.08 109.18 109.68 104.96 100.43 114.00 113.29 112.79

5. Kredit UMKM 8,527 9,057 9,361 10,189 10,404 11,014 11,617 11,524 11,854 11,804 11,409 11,550 11,611 12,085

2021INDIKATOR

2018

Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)

2019 2020

Page 11: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 1

Bab I.

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Ekonomi Provinsi NTT melanjutkan tren perbaikan sebagaimana tercermin pada kinerja

perekonomian triwulan II 2021 yang tumbuh 4,22% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,12% (yoy). Perbaikan kinerja dari sisi permintaan

terutama bersumber dari konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, dan investasi seiring

meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM, serta optimisme pelaku usaha

dan konsumen yang terus membaik. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), sebagian besar LU

mengalami perbaikan ekonomi terutama LU utama yaitu LU Perdagangan Besar dan Eceran,

LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta LU Konstruksi.

1.1 Kondisi Umum

Kinerja Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2021 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan tren

perbaikan perekonomian di Balinusra dan Nasional. Pada triwulan laporan, kinerja

ekonomi Provinsi NTT tumbuh sebesar 4,22% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

triwulan I 2021 yang tumbuh 0,12% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tercatat lebih

rendah dibandingkan dengan Nasional yang mencapai 7,07% (yoy) pada triwulan II 2021.

Adapun perekonomian Provinsi NTT menempati peringkat ke-29 dari total 34 Provinsi di

Indonesia dengan pangsa sebesar 0,66% yang relatif sama dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya.

Berlanjutnya pemulihan kinerja ekonomi Provinsi NTT terutama didorong oleh

meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM, serta meningkatnya

optimisme pelaku usaha dan konsumen. Dari sisi permintaan, meningkatnya kinerja

perekonomian Provinsi NTT pada triwulan II 2021 ditopang oleh konsumsi swasta, konsumsi

pemerintah, dan investasi. Dari sisi lapangan usaha (LU), pemulihan ekonomi terutama

bersumber dari perbaikan kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, LU Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan seiring panen komoditas tanaman pangan, perkebunan dan

holtikultura di tengah upaya Pemerintah menjalankan program Tanam Jagung Panen Sapi

Page 12: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 2

(TJPS) dan food estate Sumba tengah, serta berlanjutnya pembangunan proyek pemerintah

yang mendorong kinerja LU Konstruksi.

Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi NTT dan

Nasional Secara Triwulanan

Grafik 1.2. Peringkat Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Pada Triwulan II 2021

Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Permintaan

Sumber: BPS, diolah

Tabel 1.2. Pertumbuhan dan Pangsa PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: BPS, diolah

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019 2020 2021PDRB NTT NTT Nasional

Triliun Rp % YOY

16,89 15,39

13,14

11,81 10,91

4,21 3,43 2,83 2,56

-2,39 MalukuUtara

SulawesiTengah

Papua DIYogyakarta

DKI Jakarta SulawesiTenggara

Gorontalo Bali Aceh Papua Barat

I II III IV I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.41 -4.40 -2.38 -3.88 -1.64 -3.67 2.37 ▲ 68.79

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT -2.72 -13.10 1.22 -1.06 -4.04 -1.24 11.79 ▲ 3.34

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3.54 -6.47 -15.12 -7.99 -8.04 -15.45 5.26 ▲ 25.16

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.66 -7.74 -8.07 -16.07 -8.29 -4.96 2.13 ▲ 42.62

5. Perubahan Inventori 17.96 7.01 8.35 5.21 9.31 2.27 -1.23 ▼ 1.02

6. Ekspor Luar Negeri -13.09 -51.29 -42.51 -26.99 -34.44 -50.21 -43.80 ▲ 2.83

7. Impor Luar Negeri 0.71 -19.47 -17.62 -18.88 -14.87 -21.34 -4.06 ▲ -43.74

P D R B 2.99 -1.98 -1.75 -2.27 -0.83 0.12 4.22 ▲ 100.00

II

2021Uraian

Pangsa

(Triwulan I

2021)

20202020

I II III IV I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.08 -0.48 0.55 0.95 0.96 10.16 2.14 ▼ 28.91

B Pertambangan dan Penggalian -11.18 -12.59 -13.70 -15.70 -13.33 0.12 1.80 ▲ 1.06

C Industri Pengolahan -3.28 -4.10 -7.17 -7.43 -5.54 -9.03 -8.29 ▲ 1.15

D Pengadaan Listrik dan Gas 14.50 11.76 17.18 6.78 12.29 12.33 2.09 ▼ 0.08

EPengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang-2.00 6.58 7.85 11.46 6.04 21.02 8.12 ▼ 0.06

F Konstruksi -0.01 -10.50 -11.34 -15.84 -9.82 -5.91 5.21 ▲ 9.57

GPerdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor4.64 -7.97 -10.70 -8.93 -5.96 -3.58 6.97 ▲ 11.39

H Transportasi dan Pergudangan 5.56 -23.36 -16.28 -13.43 -12.16 -14.70 16.45 ▲ 4.59

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -10.25 -43.14 -33.61 -19.40 -26.92 -22.30 24.86 ▲ 0.53

J Informasi dan Komunikasi 6.13 15.36 13.55 12.68 11.96 10.41 -0.13 ▼ 7.33

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.88 12.32 7.16 13.15 8.57 11.54 6.47 ▼ 4.48

L Real Estate 0.26 -5.58 -0.83 0.03 -1.54 -0.14 5.93 ▲ 2.20

M,N Jasa Perusahaan 0.87 -52.51 -53.35 -49.90 -39.27 -47.64 9.42 ▲ 0.15

OAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5.26 6.45 5.59 1.66 4.67 -6.43 3.57 ▲ 14.46

P Jasa Pendidikan -0.13 -0.46 3.85 3.93 1.89 -4.69 5.96 ▲ 9.78

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.67 5.45 5.08 -0.38 4.38 0.12 5.45 ▲ 2.55

R,S,T,U Jasa lainnya 4.63 -21.19 -21.63 -22.13 -15.30 -21.59 4.50 ▲ 1.71

2.99 -1.98 -1.75 -2.27 -0.83 0.12 4.22 ▲ 100.00

II

2021Kategori Uraian

P D R B

Pangsa

(Triwulan II

2021)

20202020

Page 13: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 3

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Permintaan

1.2.1 Konsumsi

Kinerja konsumsi Provinsi NTT secara agregat (rumah tangga, pemerintah, dan

LNPRT) tumbuh sebesar 3,34% (yoy) pada triwulan II 2021, lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I 2021 yang terkontraksi 5,57% (yoy). Pertumbuhan konsumsi terutama

didorong oleh pulihnya keseluruhan komponen konsumsi secara agregat ditengah

optimisme masyarakat yang meningkat dan pelonggaran kebijakan pembatasan. Kinerja

konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan dari triwulan I 2021 yang terkontraksi

sebesar 3,67% (yoy) menjadi 2,37% (yoy) pada triwulan II 2021. Disamping itu, konsumsi

LNPRT pada triwulan II mengalami pertumbuhan 11,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I 2021 yang terkontraksi 1,24% (yoy). Adapun konsumsi pemerintah

mengalami pemulihan yang signifikan pada triwulan II yang tumbuh sebesar 5,26% (yoy),

lebih tinggi dari triwulan I 2021 yang terkontraksi sebesar 15,45% (yoy).

Perbaikan konsumsi swasta (konsumsi rumah tangga dan LNPRT) pada periode

laporan didorong oleh meningkatnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi

pasca pelaksanaan vaksinasi serta pencairan Gaji ke-13 ASN dan THR pada triwulan

yang sama. Pertumbuhan konsumsi swasta meningkat dari triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 3,57% (yoy), tumbuh mencapai 2,78% (yoy) pada triwulan II 2021.

Perbaikan ini tercermin dari meningkatnya optimisme masyarakat berdasarkan hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

pada triwulan II 2021 mencapai 113,89, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2021

sebesar 96,89. Peningkatan terutama didorong oleh kegiatan vaksinasi COVID-19 di Provinsi

NTT yang telah dimulai sejak 15 Januari 2021 dan terus berlanjut. Sampai dengan 28

Agustus 20211, pemberian vaksin dosis pertama telah mencapai 717,7 ribu orang (18,73%)

dan dosis kedua mencapai 457,0 ribu orang (11,93%) dari target sasaran. Kegiatan vaksinasi

diharapkan terus dipercepat untuk menekan penyebaran COVID-19 menuju terbentuknya

herd immunity sehingga dapat memulihkan aktivitas masyarakat.

1 Kementerian Kesehatan RI, data per tanggal 28 Agustus 2021 pukul 18.00.

Page 14: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 4

Bantuan sosial dari pemerintah dan kebijakan pelonggaran ketentuan uang

muka KKB/KB dan LTV mendorong kinerja konsumsi swasta. Berlanjutnya bantuan jaring

pengaman sosial yang diberikan oleh Pemerintah Pusat seperti Bantuan Sosial Tunai (BST),

diskon tarif listrik, Bantuan Subsidi Upah (BSU), Kartu Sembako, dan Program Keluarga

Harapan (PKH) yang disalurkan oleh Pemerintah turut berkontribusi dalam meningkatnya

pendapatan rumah tangga. Adanya pelonggaran pembatasan yang dilakukan pemerintah

akibat COVID-19 yang lebih terkendali pada triwulan II 2021 terkonfirmasi dari perbaikan

mobilitas masyarakat pada retail and recreation. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi

seiring dengan kinerja kredit yang terakselerasi pada triwulan II mencapai 9,13% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I 2021 yang tumbuh 3,64% (yoy). Kebijakan pelonggaran

ketentuan Uang Muka KKB/PKB menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan

bermotor baru, dan Loan to Value (LTV)2 paling tinggi 100% yang berlaku sejak 1 Maret

2021 mendorong peningkatan level konsumsi pada triwulan II 2021, tercermin dari kinerja

kredit kepemilikan rumah pada triwulan II 2021 terkontraksi -21,05% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 22,88% (yoy).

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia (diolah) Sumber: Google Mobility Report

Grafik 1.3. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen

Grafik 1.4. Perkembangan Mobilitas

Masyarakat

2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/2/PBI/2021 tentang Rasio Loan To Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing To Value untuk

Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019 2020 2021Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks

-80-60

-40-20

020

4060

80

1-M

ar

1-A

pr

1-M

ay

1-J

un

1-J

ul

1-A

ug

1-S

ep

1-O

ct

1-N

ov

1-D

ec

1-J

an

1-F

eb

1-M

ar

1-A

pr

1-M

ay

1-J

un

Retail & Recreation Grocery & Pharmacy

Indeks

Page 15: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 5

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.5. Perkembangan Realisasi Kredit

Konsumsi di Provinsi NTT Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Kepemilikan

Rumah di Provinsi NTT

Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan II 2021 tumbuh 5,26% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,45%

(yoy). Pulihnya kinerja konsumsi pemerintah didorong oleh meningkatnya realisasi anggaran

Pemerintah di Provinsi NTT3 di triwulan II 2021 terutama belanja pegawai seiring dengan

pencairan Gaji ke-13 ASN dan THR. Pada triwulan II 2021 realisasi belanja pegawai tercatat

46% dari total anggaran atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2020 yang

mencapai 40,59%. Pemerintah perlu terus mengakselerasi realisasi anggaran agar mampu

berperan sebagai countercyclical perekonomian secara lebih optimal.

Sumber: Kanwil DJPb dan Badan Keuangan Daerah NTT (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.7. Perkembangan Realisasi Belanja

Pegawai di Provinsi NTT

Grafik 1.8. Perkembangan Giro Pemerintah

Daerah di Bank Umum

3 APBN di Provinsi NTT, APBD Provinsi NTT, dan APBD 22 Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

-

5,00

10,00

15,00

20,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021Nilai Kredit Konsumsi

Rp Triliun % YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

0

500

1.000

1.500

2.000

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Kredit Pemilikan Rumah g. K. Pemilikan Rumah

Rp Milyar % YOY

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

02468

10121416

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Nilai Belanja Pegawai g. Belanja Pegawai -rhs

Rp Triliun % YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2017 2018 2019 2020 2021Giro Pemerintah Daerah Growth - rhs

Rp Triliun % YOY

Page 16: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 6

1.2.2 Investasi

Kinerja Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB/investasi) pada

triwulan II 2021 tumbuh sebesar 2,13% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan I 2021 yang terkontraksi 4,96% (yoy). Kinerja investasi yang

terakselerasi pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal baik

APBN dan APBD di Provinsi NTT untuk peningkatan jalan provinsi4 dan pembangunan PSN5

antara lain Terminal Multipurpose Wae Kelambu (Labuan Bajo), Pelabuhan Kupang (Kota

Kupang), Bandar Udara Komodo (Labuan Bajo), Bendungan Napun Gete (Sikka), Bendungan

Temef (Timor Tengah Selatan), dan Bendungan Manikin (Kabupaten Kupang). Kenaikan

kinerja investasi sejalan dengan realisasi pengadaan semen di Provinsi NTT yang

menunjukkan perbaikan dari -2,98% (yoy) pada triwulan I 2021 menjadi -0,21% (yoy) pada

triwulan II 2021.

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah) Sumber: Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia (diolah

Grafik 1.9. Perkembangan Realisasi Pengadaan

Semen Provinsi NTT

Grafik 1.10. Perkembangan Omzet Bahan

Konstruksi Provinsi NTT

Kinerja PMTDB pada triwulan II 2021 ditopang oleh realisasi Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) yang tumbuh 9,41% (yoy). Pada triwulan II 2021, nominal PMDN

tercatat sebesar Rp1.022,98 miliar dengan sektor utama bersumber dari sektor listrik, gas,

dan air (43%), diikuti oleh sektor konstruksi (21%), serta sektor industri makanan (13%).

Hal ini sejalan dengan fokus pemerintah dalam mendorong sektor strategis Energi Baru

4 Keterangan Dinas PUPR pada Juli 2021 5 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang

Percepatan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020

-50

-25

0

25

50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Realisasi Pengadaan Semen g Semen - rhs

Ribu ton % YOY

-75

-50

-25

0

25

50

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Omzet Bahan Konstruksi g Bahan Konstruksi - rhs

Rp Miliar % YOY

Page 17: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 7

Terbarukan (EBT), serta pengembangan infrastruktur dan konstruksi melalui pengembangan

potensi baru sebagai sumber pendapatan daerah6. Secara spasial, realisasi PMDN terbesar

terdapat di Kab. Kupang dengan nilai investasi mencapai Rp443,6 miliar (43,4%).

Adapun realisasi PMA pada triwulan II 2021 tercatat sebesar USD8,09 juta yang

didominasi oleh sektor perikanan sebesar 32%, diikuti oleh sektor hotel dan restoran sebesar

26%, serta sektor perumahan sebesar 12%. Di samping itu, wilayah spasial dengan realisasi

PMA tertinggi adalah Kab. Manggarai Barat yang mencapai USD2,0 juta (24,98%) serta Kab.

Rote Ndao dengan realisasi investasi mencapai USD1,5 juta (19,36%).

Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)

Grafik 1.11. Pangsa Sektoral PMDN Provinsi NTT

Triwulan II 2021

Grafik 1.12. PMDN Provinsi NTT Triwulan II 2021

Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)

Grafik 1.13. Pangsa Sektoral PMA Provinsi NTT

Triwulan II 2021

Grafik 1.14. PMA Provinsi NTT Triwulan II 2021

Berdasarkan Kabupaten/Kota

6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Perubahan (RPJMD) Prov. NTT Tahun 2018 - 2023

43%

21%

13%

10%

5%6% 2%

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Industri Makanan

Perdagangan dan Reparasi

Lainnya

Pertambangan

Transportasi, Gudang danTelekomunikasi

0,0 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0

Kab. SBD

Kota Kupang

Kab. Sumba Barat

Lainnya

Kab. Sumba Timur

Kab. Manggarai

Kab. Kupang

Nilai Investasi (Rp miliar)

32%

26%

12%

11%

8%

6%5%

Perikanan

Hotel dan Restoran

Perumahan, KawasanIndustri danPerkantoranTransportasi, Gudangdan Telekomunikasi

Listrik, Gas dan Air

Jasa Lainnya

Lainnya

0 500 1.000 1.500 2.000 2.500

Kab. Ende

Kota Kupang

Lainnya

Kab. Alor

Kab. Lembata

Kab. Rote Ndao

Kab. Manggarai Barat

Nilai Investasi Ribu US$

Page 18: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 8

1.2.3 Ekspor dan Impor

Kinerja net ekspor Provinsi NTT pada triwulan laporan tumbuh sebesar 0,15%

(yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar -17,06% (yoy).

Perbaikan kinerja net ekspor pada triwulan II 2021 disebabkan oleh meningkatnya kinerja

ekspor ditengah peningkatan impor. Adapun deficit neraca perdagangan pada triwulan II

2021 sebesar Rp11,3 triliun (atas dasar harga berlaku).

Pada triwulan II 2021, ekspor Provinsi NTT terkontraksi 43,80% (yoy), lebih

dalam dibandingkan dengan kontraksi triwulan I 2021 sebesar 50,21% (yoy). Hal

tersebut terutama didorong oleh penurunan ekspor ke Negara India dan Timor Leste yang

terkontraksi masing-masing sebesar 75,32% (yoy) dan 50,83% (yoy). Pada triwulan II 2021,

total ekspor luar negeri Provinsi NTT mencapai USD5,9 juta dengan negara tujuan utama

yaitu Timor Leste, Korea Selatan, dan Tiongkok. Komoditas ekspor utama Provinsi NTT

didominasi komoditas garam, belerang, kapur dengan pangsa 18,64%. Pembatasan

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) baik melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN)7

dan penutupan sementara kunjungan WNA ke Indonesia8 juga memengaruhi ekspor luar

negeri Provinsi NTT di sektor jasa pariwisata. Akan tetapi pada triwulan II 2021, jumlah

kedatangan wisman di Provinsi NTT tercatat tumbuh 8.300% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang terkontraksi mencapai 99,87% (yoy).

Sumber: Bea Cukai (diolah) Sumber: Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.15. Perkembangan Ekspor Luar Negeri

Provinsi NTT

Grafik 1.16. Pangsa Negara Tujuan Utama

Ekspor Provinsi NTT Triwulan II 2021

7 Instruksi Gubernur NTT Nomor BU.443/02/BPP/2020 tentang Pembatasan Akses Bagi WNI dan WNA Pelintas Batas di PLBN Terpadu dan Pos Lintas Batas di Wilayah Provinsi NTT tanggal 16 Maret 2020. 8 SE Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi

COVID-19

-60,00

-40,00

-20,00

-

20,00

40,00

60,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Ekspor Luar Negeri g Ekspor Luar Negeri - rhs

Juta USD % YOY

58%

14%

11%

8%

6% 3%

Timor Leste

Korea Selatan

Lainnya

Tiongkok

Jepang

Taiwan

Page 19: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 9

Di sisi lain, kinerja impor Provinsi NTT pada triwulan II 2021 terkontraksi sebesar

4,06% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi sebesar

21,24% (yoy). Adapun nilai impor luar negeri Provinsi NTT pada triwulan II 2021 mencapai

USD395,2 ribu. Kenaikan impor luar negeri pada triwulan laporan bersumber dari impor biji-

bijian berminyak dan sayuran dengan pangsa masing-masing sebesar 91,5% dan 8,5%

sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat pasca pelonggaran aktivitas. Adapun

negara asal impor luar negeri terbesar di Provinsi NTT pada triwulan II 2021 adalah Timor

Leste dengan pangsa 100%.

Sumber: Bea Cukai (diolah) Sumber: Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.18. Perkembangan Impor Luar Negeri

Provinsi NTT

Grafik 1.19. Pangsa Komoditas Utama Impor

Provinsi NTT Triwulan II 2021

-

50.000,00

100.000,00

150.000,00

200.000,00

250.000,00

- 5,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Impor Luar Negeri g Impor Luar Negeri - rhs

Juta USD % YOY

91%

9%

Biji-bijianberminyak

Sayuran

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 1.17. Perkembangan Wisman Yang Menginap

di Hotel Berbintang NTT

-2.000,00

-

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Kedatangan Wisman g Kedatangan Wisman - rhs

Ribu Orang % YOY

Page 20: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 10

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

1.3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada triwulan II 2021, kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh

terbatas sebesar 2,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 10,16% (yoy). Penurunan kinerja sektor ini dipengaruhi oleh kinerja luas

panen tanaman bahan makanan (padi dan jagung) pada triwulan II 2021 yang tertahan

akibat terjadinya Badai Siklon Seroja yang mencapai puncaknya pada 4-5 April 2021.

Bencana tersebut berdampak terhadap kerusakan lahan subsektor tanaman bahan makanan

(tabama)9 mencapai 23 ribu ha padi dan 13,8 ribu ha jagung yang tersebar di 15

Kabupaten/Kota, sehingga menahan peningkatan produksi tabama ditengah musim panen

raya pada Tw. II tahun 2021. Pada subsektor peternakan terdapat 45,1 ribu ekor ternak

hilang (terdiri dari 14 ribu ternak besar dan 31,1 ribu ternak kecil)10, sementara di sisi

subsektor perikanan sebanyak 602 kapal mengalami kerusakan berat (537 unit memiliki

kapasitas 1-10GT dan 65 unit memiliki kapasitas 10-30 GT)11.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, luas panen

komoditas jagung periode April-Juni 2021 terkontraksi 32,2% atau sebesar 157 ribu Ha,

lebih rendah dibandingkan dengan kinerja luas panen jagung periode Januari – Maret 2021

yang tumbuh 29,82%. Akan tetapi, penurunan yang lebih dalam pada triwulan II tertahan

oleh program TJPS Pemerintah Provinsi NTT dengan realisasi Okmar 2020/2021 sebesar

8.268 ha, dan alokasi untuk periode musim tanam April-September 2021 mencapai 5.400

ha serta adanya program food estate di Sumba Tengah dengan luas tanam 2.000 ha. Luas

panen tanaman padi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,22% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan I 2021 sebesar 13,16% (yoy). Tertahannya kinerja pertanian

sejalan dengan NTP triwulan II 2021 khususnya subsektor tanaman pangan padi-palawija

yang mengalami penurunan dari triwulan I sebesar 95,61 menjadi 93,25 pada triwulan II

2021.

9 Keterangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT pada bulan Juni 2021 10 Keterangan Dinas Peternakan Provinsi NTT pada bulan Mei 2021 11 Keterangan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT pada bulan Mei 2021

Page 21: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 11

Pengembangan food estate merupakan program peningkatan penyediaan pangan

nasional (bagian dari PSN) berbasis korporasi petani. Pengembangan dilakukan dengan

pendekatan klaster dan multi komoditas yang terintegrasi hulu hilir serta mendorong

perubahan peradaban pengelolaan pertanian. Food estate di Sumba Tengah yang

diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 23 Februari 2021, telah ditanam padi

dan jagung masing-masing 3.000 ha dan 2.000 ha pada musim tanam Okmar 2020/2021.

Pertanian di food estate ditargetkan mampu meningkatkan produktivitas padi dari 2,5

ton/ha menjadi 4-5 ton/ha dan jagung dari 4-5 ton/ha menjadi 5-6 ton/ha12. Di sisi lain,

gelombang laut yang tinggi akibat gelombang yang cukup tinggi menahan kinerja subsektor

perikanan tercermin dari meningkatnya tekanan inflasi kelompok komoditas ikan segar (Ikan

Tongkol, Ikan Kembung, Ikan Selar, Ikan Teri) pada triwulan II 2021.

Sumber: Kementerian Pertanian (diolah) Sumber: BPS

Grafik 1.20. Perkembangan Luas Panen Padi

Provinsi NTT

Grafik 1.21. Perkembangan NTP Tanaman Padi-

Palawija dan Hortikultura Provinsi NTT

Sumber: Survei Kegiatan dunia Usaha Bank Indonesia (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.22. Perkembangan SBT Pertanian Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Kredit Pertanian

& Perikanan Provinsi NTT

12 Keterangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian bulan April 2021

-50,00-40,00-30,00-20,00-10,00 - 10,00 20,00 30,00

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Luas Panen Padi g Luas Panen Padi - rhs

Ribu Ha % YOY

85,00

90,00

95,00

100,00

105,00

110,00

115,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

NTP Gabungan NTP Tanaman Padi-Palawija

Indeks

00,20,40,60,811,2

-20,00

-10,00

-

10,00

20,00

I II III IV I II III IV I II III

2019 2020 2021

SBT Pertanian (%) g Pertanian (%QTQ)

Indeks

-

20

40

60

80

-

500,00

1.000,00

1.500,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021Nilai Kredit Pertanian & Perikanan

g Kredit Pertanian & Perikanan - rhs

Rp miliar % YOY

Page 22: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 12

1.3.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Searah dengan perbaikan konsumsi, kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor pada triwulan laporan tumbuh membaik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan LU Perdagangan tercatat

sebesar 6,47% (yoy) pada triwulan II 2021, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

I yang terkontraksi sebesar 3,58% (yoy). Peningkatan kinerja LU perdagangan ini sejalan

dengan perbaikan konsumsi rumah tangga pasca vaksinasi COVID-19, kebijakan

pelonggaran akses perdagangan, serta HKBN Idul Fitri yang mendorong kinerja

perdagangan. Kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang berlaku

mulai 1 Maret 202113, secara bertahap meningkatkan permintaan kendaraan bermotor yang

tercatat tumbuh pada triwulan II sebesar 143,73% (yoy), meningkat secara signifikan

dibandingkan dengan kinerja triwulan I 2021 yang terkontraksi sebesar 30,11% (yoy). Di sisi

lain, kredit perdagangan pada triwulan laporan tumbuh 10,3% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,7% (yoy).

Pemulihan kinerja LU perdagangan terkonfirmasi dari hasil SPE serta liaison.

Berdasarkan SPE, omzet perdagangan pada triwulan II 2021 tumbuh sebesar 41,2% (yoy)

meningkat secara signifikan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -16,6% (yoy). Sejalan

dengan hal tersebut, hasil liaison menunjukkan adanya peningkatan likert penjualan

domestik dan harga jual pada triwulan II 2021.

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah) Sumber: Badan Pendapatan dan Aset Daerah (diolah)

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Perdagangan

Provinsi NTT

Grafik 1.25. Perkembangan Pembelian Kendaraan

Bermotor Provinsi NTT

13 Peraturan Menteri Keuangan No. 20/PMK.010/2021 tentang Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang

tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Nilai Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan - rhs

Rp Triliun % YOY

-100,00

-50,00

-

50,00

100,00

150,00

200,00

0

5000

10000

15000

20000

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Pembelian Kendaraan Bermotor g Pembelian Kendaraan -rhs

Unit % YOY

Page 23: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 13

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (diolah) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.26. Perkembangan Omzet Kendaraan

Bermotor Provinsi NTT Grafik 1.27. Perkembangan SBT Perdagangan

Provinsi NTT

Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (diolah) Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.28. Perkembangan Omzet Peralatan,

Mamin, dan Perlengkapan RT Provinsi NTT Grafik 1.29. Perkembangan Indeks Kondisi

Ekonomi Provinsi NTT

1.3.3 Konstruksi

Pada triwulan II 2021, kinerja LU konstruksi mengalami pemulihan dari triwulan

I 2021 yang terkontraksi 5,91% (yoy), dan pada triwulan II 2021 tumbuh signifikan

sebesar 5,21% (yoy). Peningkatan kinerja LU konstruksi pada triwulan II 2021 disebabkan

oleh keberlanjutan PSN antara lain Bendungan Temef (Kab. Timor Tengah Selatan),

Bendungan Manikin (Kab. Kupang), Pelabuhan Kupang (Kota Kupang), Multipurpose

Labuan Bajo (Kab. Manggarai Barat), Bandara Komodo (Kab. Manggarai Barat), dan juga

Bendungan Napun Gete (Kab. Sikka) yang telah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 23

Februari 2021. Di samping itu, proyek pengembangan DPSP Labuan Bajo juga terus berlanjut

baik infrastruktur (jalan, Bandara Komodo, pelabuhan multipurpose, pengolahan air) serta

penataan kawasan wisata menjadi faktor pendorong sektor konstruksi secara keseluruhan.

-60,00

-40,00

-20,00

-

20,00

40,00

60,00

80,00

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Omzet Kendaraan Bermotor g Kendaraan Bermotor - rhs

Rp Miliar % YOY

-10,00

-5,00

-

5,00

10,00

I II III IV I II III IV I II IIIp

2019 2020 2021

g Perdagangan (%QTQ) SBT Perdagangan (%)

Indeks

-50,00

50,00

150,00

250,00

350,00

450,00

550,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

-50%

-30%

-10%

10%

30%

50%

Peralatan dan komunikasi di toko Perlengkapan rumah tangga lainnya

Makanan, minuman & tembakau Total

% YOY

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks

Page 24: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 14

Peningkatan aktivitas konstruksi tercermin dari pertumbuhan realisasi pengadaan

semen di Provinsi NTT pada triwulan II 2021 sebesar -0,21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I 2021 yang terkontraksi sebesar -2,98% (yoy). Di samping itu, berdasarkan

Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia, omzet sektor konstruksi menunjukkan

perbaikan yang signifikan dari -41,4% (yoy) pada triwulan I 2021 menjadi 12,1% (yoy) pada

triwulan II 2021.

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah) Sumber: SPE Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.30. Perkembangan Realisasi Pengadaan

Semen di Provinsi NTT

Grafik 1.31. Perkembangan Omzet Penjualan

Bahan Konstruksi SPE Provinsi NTT

(40,00)

(30,00)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Pengadaan Semen g Pengadaan Semen - rhs

Ribu ton % YOY

-80,00-70,00-60,00-50,00-40,00-30,00-20,00-10,00 - 10,00 20,00

-

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Omzet Bahan Konstruksi g Bahan Konstruksi - rhs

Rp Miliar % YOY

Sumber: SKDU Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.32. Perkembangan SBT LU Konstruksi

Provinsi NTT

-25,00

-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

-

5,00

10,00

15,00

I II III IV I II III IV I II IIIp

2019 2020 2021

SBT Konstruksi (%) g Konstruksi (%QTQ)

Indeks

Page 25: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 15

1.3.4 Lapangan Usaha Lainnya

LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan yang

signifikan pada triwulan II 2021 mencapai 24,86% (yoy), setelah mengalami kontraksi

yang cukup dalam pada triwulan sebelumnya sebesar 22,30% (yoy). Ditengah larangan

kunjungan wisatawan mancanegara14 dan pembatasan kunjungan melalui PLBN15 untuk

meminimalisir penyebaran COVID-19, LU Akmamin tumbuh positif terutama didorong oleh

keterisian kamar dan jumlah kedatangan wisatawan ke Provinsi NTT yang meningkat pasca

libur lebaran dan libur sekolah. Kondisi ini tercermin dari rata-rata tingkat penghunian kamar

(TPK) pada triwulan II 2021 yang tumbuh 146,88% (yoy) serta meningkatnya kunjungan

penumpang baik di Bandara El-Tari Kupang dan Bandara Komodo Labuan Bajo masing-

masing sebesar 330,69% dan 379,33%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di

samping itu, Pemerintah juga telah melakukan vaksinasi pelaku usaha pariwisata Prov. NTT,

terutama Kab. Manggarai Barat sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dalam

mempercepat pembentukan herd immunity. Sejalan dengan hal tersebut, promosi

familiarization trip untuk branding wisata Labuan Bajo yang dilakukan oleh BPOLBF serta

program pemerintah Work From Bali sebagai salah satu pintu masuk pariwisata ke Labuan

Bajo, terus mendorong perbaikan kinerja LU Akmamin.

Sumber: BPS (diolah) Sumber: Angkasa Pura diolah)

Grafik 1.33. Perkembangan TPK Provinsi NTT Grafik 1.34. Perkembangan Kedatangan

Penumpang Bandara El-Tari

14 SE Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 8 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi

COVID-19 15 Instruksi Gubernur NTT Nomor BU.443/02/BPP/2020 tentang Pembatasan Akses Bagi WNI dan WNA Pelintas Batas di PLBN Terpadu dan Pos Lintas Batas di Wilayah Provinsi NTT tanggal 16 Maret 2020.

-100,00

-50,00

-

50,00

100,00

150,00

200,00

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Tingkat Penghunian Kamar g TPK - rhs

% % YOY

-200,00

-100,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Kedatangan Bandara El Tari

g Kedatangan Bandara El Tari - rhs

Ribu orang % YOY

Page 26: Agustus - bi.go.id

Bab I |Ekonomi Makro Regional 16

Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah) Sumber: Laporan Bank Umum Bank Indonesia (diolah)

Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Akomodasi

Makan Minum Provinsi NTT Grafik 1.36. Perkembangan Kredit Transportasi

Provinsi NTT

-

5,00

10,00 15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

-

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Nilai Kredit Akmamin g Kredit Akmamin - rhs

Rp Miliar % YOY

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2018 2019 2020 2021

Nilai Kredit Transportasi g Kredit Transportasi - rhs

Rp Miliar % YOY

Page 27: Agustus - bi.go.id

Boks 1 | Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Labuan Bajo sebagai Dukungan kepada UMKM Lokal

17

Boks 1. Gernas BBI dan BWI Labuan Bajo Mendorong UMKM Lokal Berkembang Maju, Bangkit, dan Naik Kelas

Sinergi Bank Indonesia bersama dengan Kominfo dalam melaksanakan kegiatan

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Wisata Indonesia (Gernas BBI

dan BWI) bertujuan mendorong national branding produk lokal unggulan serta

mempercepat transformasi ekosistem digital industri kreatif nasional . Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur berperan serta dalam menyelenggarakan kegiatan Gernas BBI

dan BWI pada tanggal 18 Juni 2021 dengan mengambil tema “Kilau Digital Permata

Flobamora” melalui sinergi bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi

(Kominfo). Adapun seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan secara hybrid (offline dan

online) dengan venue utama yang berada di Puncak Waringin (Labuan Bajo, Kab. Manggarai

Barat) sebagai salah satu lokasi wisata Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Penyelenggaraan kegiatan Gernas BBI Labuan Bajo bertujuan untuk mendorong national

branding produk lokal unggulan dan memperkuat ekosistem digital industri kreatif melalui

pembentukan virtual expo Flobamora (ve.kilaudigitalflobamora.id) sekaligus memperluas

sistem pembayaran digital melalui QRIS yang sejalan dengan arah kebijakan digitalisasi

sistem pembayaran Bank Indonesia.

Gambar Boks 1.1. Sambutan Gubernur BI dalam Gernas BBI dan BWI Labuan Bajo 2021

Gambar Boks 1.2. Puncak Acara GBBI Labuan Bajo

Page 28: Agustus - bi.go.id

Boks 1 | Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Labuan Bajo sebagai Dukungan kepada UMKM Lokal

18

Bank Indonesia Provinsi NTT secara aktif mendorong showcase UMKM dan

menciptakan platform digital promosi kampung adat dalam rangka mendukung sektor

pariwisata sebagai prime mover economy di Provinsi NTT. Dalam pelaksanaan Gernas BBI

dan BWI Labuan Bajo, BI Perwakilan Provinsi NTT menyediakan booth UMKM pada area

kedatangan dan keberangkatan di Bandara Komodo yang berlangsung selama periode 16-

20 Juni 2021, dan turut memfasilitasi 20 booth UMKM di venue utama dengan

mengikutsertakan 11 UMKM binaan Provinsi NTT yang dikelompokkan menjadi 3 kategori

utama, yaitu tenun ikat, makanan olahan, dan juga kerajinan yang mengangkat kekuatan

produk lokal. BI juga menyediakan booth “pojok nusantara” yang akan diisi oleh produk

UMKM binaan co-host acara GBBI yaitu BI Perwakilan Kalimantan Selatan, Kalimantan

Tengah, dan Kalimantan Barat, dan didominasi oleh produk makanan, minuman khususnya

kopi, fashion, dan kriya khas Kalimantan. Hal ini dilakukan Bank Indonesia untuk

mengakselerasi inklusi ekonomi melalui pengembangan UMKM sebagai backbone

perekonomian Nasional, serta perluasan akseptasi pembayaran digital QRIS dalam transaksi

masyarakat khususnya daerah pariwisata.

Gambar Boks 1.3. Pelaksanaan Fashion Show

mitra Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

Gambar Boks 1.4. Menteri Kominfo menggunakan QRIS pada booth UMKM

Bandara Komodo

Gernas BBI dan BWI Labuan Bajo turut mendorong potensi pariwisata dan

mempromosikan nilai budaya lokal dalam mendorong pemulihan sektor pariwisata di

Provinsi NTT. Bank Indonesia mengangkat kekuatan nilai budaya lokal sekaligus

memperkenalkan tenun sebagai warisan budaya yang intangible kepada seluruh masyarakat

melalui kegiatan fashion show pada acara puncak Gernas BBI dan BWI dari rancangan

busana Erwin Yuan berkolaborasi dengan Timor Creative People sebagai mitra BI Provinsi

Page 29: Agustus - bi.go.id

Boks 1 | Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Labuan Bajo sebagai Dukungan kepada UMKM Lokal

19

NTT yang merupakan Juara 1 Desain Tenun Fesyar KTI. Bank Indonesia turut menjadi

pemrakarsa launching virtual expo Flobamora melalui website promosi kampung adat yaitu

pikampung.com sebagai platform ekosistem budaya digital yang memperkenalkan potensi

kampung adat di Provinsi NTT. Selama rangkaian kegiatan Gernas BBI dan BWI pada bulan

Juni 2021, tercatat total transaksi penjualan produk UMKM mencapai Rp144.268.000,

dengan rincian Rp13.779.000 dihasilkan dari penjualan pada showcase UMKM dengan

harga promo Rp1.806 sebanyak 852 transaksi, serta Rp130.489.000 dihasilkan dari

penjualan booth UMKM di Bandara Komodo, pameran virtual melalui situs

ve.kilaudigitalflobamora.id, serta pameran acara Puncak Gernas BBI di Puncak Waringin.

Disamping itu, melalui kegiatan Exotic Tenun Festival yang telah diselenggarakan pada 22-

24 Maret 2021 sebagai event road to Gernas BBI Labuan Bajo memiliki total transaksi

mencapai Rp3.204.200.000, dengan rincian sebesar Rp2.204.200.000 merupakan transaksi

penjualan secara online dan offline, sedangkan Rp1.000.000.000 lainnya berupa komitmen.

Gambar Boks 1.5. Bpk. Ahmad Yohan (Komisi XI DPR RI) dan Bpk. I Nyoman Ariawan (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT) dalam

menggunakan transaksi QRIS

Gambar Boks 1.6. Booth UMKM Puncak Waringin

Page 30: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 20

Bab II.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi total belanja pemerintah (APBD dan APBN) di Provinsi NTT pada triwulan II 2021

meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Total belanja tercatat

sebesar Rp15,593 triliun, mencapai 30,91 % dari total anggaran. Kinerja belanja yang

meningkat terutama bersumber dari belanja operasi, khususnya belanja hibah seiring dengan

penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang sempat tertunda di tahun sebelumnya.

Sejalan dengan hal ini, kinerja belanja Pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten (APBD) juga

mengalami peningkatan, seiring dengan refocusing anggaran dan migrasi ke Sistem

Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD). Kinerja pendapatan (APBD) juga meningkat, seiring

dengan adanya peningkatan Pendapatan Transfer dari pemerintah pusat. Ke depan, realisasi

anggaran Pemerintah perlu terus didorong untuk mengoptimalkan perannya sebagai

countercyclical di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih.

2.1 Kondisi Umum

Anggaran perubahan Total Belanja pemerintah di NTT (APBN & APBD) pada tahun

2021 tercatat sebesar Rp50,45 triliun, tumbuh 5,38% (yoy) dibandingkan dengan

anggaran tahun sebelumnya. Peningkatan anggaran total belanja terutama bersumber dari

anggaran Pemerintah Provinsi NTT yang tumbuh sebesar 19,52% (yoy), seiring dengan rencana

pinjaman dana dari PT. SMI sebesar Rp1,5 triliun untuk proyek infrastruktur dan pemberdayaan

ekonomi. Kemudian, anggaran APBN tumbuh sebesar 7,15% (yoy), sementara anggaran

Pemerintah Kota dan Kabupaten di Provinsi NTT tumbuh sebesar 0,13% (yoy).

Kinerja realisasi Total Belanja pemerintah di NTT (APBN & APBD) pada triwulan II

2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun

sebelumnya. Realisasi Total belanja tercatat sebesar Rp15,59 triliun, mencapai 30,91% dari

anggaran. Hal ini terutama bersumber dari realisasi belanja APBN yang meningkat, didorong

oleh realisasi Belanja Operasi yang tinggi pada triwulan II 2021. Sejalan dengan peningkatan

kinerja realisasi total, kinerja belanja Pemerintah Provinsi, Kota, dan Kabupaten juga mengalami

peningkatan kinerja. Peningkatan realisasi belanja ini disebabkan adanya penyaluran Dana

Alokasi Khusus Non-Fisik dari pemerintah pusat pada triwulan II tahun 2021 yang mendorong

akselerasi realisasi Belanja Operasional Barang dan Jasa.

Page 31: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 21

Tabel 2.1. Anggaran Belanja Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2020-2021

Kategori

Pagu Belanja APBN-P/APBD-P (Miliar Rp)

Pertumbuhan Pagu (% yoy)

2020 2021 2020 2021

APBN 18.270 19.576 4,66 7,15 ▲

APBD Provinsi 6.346 7.585 9,99 19,52 ▲

APBD Kota/Kabupaten 23.255 23.286 -4,96 0,13 ▲

Total 47.871 50.447 0,37 5,38 ▲

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT dan Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Tabel 2.2. Realisasi Belanja Pemerintah di Provinsi NTT pada Triwulan II tahun 2020-2021

Kategori

Posisi Realisasi Belanja (Miliar Rp)

Realisasi terhadap Anggaran (%)

Tw II 2020 Tw II 2021 Tw II 2020 Tw II 2021

APBN 6.300 7.049 ▲ 34,48 36,01 ▲

APBD Provinsi 1.407 2.414 ▲ 22,18 31,82 ▲

APBD Kota/Kabupaten 5.786 6.130 ▲ 24,88 26,33 ▲

Total 13.493 15.593 ▲ 28,19 30,91 ▲

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT dan Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Anggaran Total Pendapatan Pemerintah di NTT (APBD) pada tahun 2021 tercatat

sebesar Rp28,58 triliun, tumbuh 3,10% (yoy) dibandingkan anggaran tahun sebelumnya.

Bila dilihat lebih rinci, terdapat kenaikan pada target PAD, seperti Pendapatan Pajak dan

Pendapatan Retribusi baik di tingkat Provinsi, Kota, dan Kabupaten. Hal ini merupakan wujud

dari optimisme pemerintah daerah terhadap kondisi perekonomian yang diharapkan lebih baik

dari tahun sebelumnya. Selanjutnya, kenaikan anggaran belanja Pemerintah Provinsi NTT

didorong oleh rencana penerimaan dana pinjaman dari PT. SMI sebesar Rp1,5 triliun, yang

akan digunakan untuk proyek-proyek infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi. Pada triwulan

II tahun 2021, komponen anggaran Pendapatan Asli Daerah memiliki peningkatan

pertumbuhan tertinggi yaitu 38,73% (yoy).

Kinerja realisasi total pendapatan pemerintah (APBD) di Provinsi NTT pada triwulan

II 2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun

sebelumnya. Realisasi total pendapatan mencapai Rp10,63 triliun, mencapai 37,21% dari

anggaran. Peningkatan realisasi total pendapatan ini disebabkan karena meningkatnya

Page 32: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 22

persentase Pendapatan Transfer dari pemerintah pusat sebesar 96,23% (yoy). Pada triwulan II

tahun 2021 terjadi penyaluran Dana Alokasi Khusus Non-Fisik dari pemerintah pusat kepada

Pemerintah Provinsi NT yang membuat peningkatan Pendapatan Transfer dalam APBD. Kinerja

Pendapatan Asli Daerah Provinsi masih mengalami kontraksi yang cukup besar pada triwulan

II tahun 2021, mengingat penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang menurun seiring

melambatnya perdagangan mobil dan motor di Provinsi NTT. Di sisi lain, PAD Pemerintah Kota

dan Kabupaten mulai mengalami pertumbuhan yang cukup baik dengan akselerasi

pertumbuhan realisasi pendapatan sebesar 14,42% (yoy) seiring aktivitas hotel dan restoran

yang mulai meningkat dibanding tahun lalu.

Tabel 2.3. Anggaran Pendapatan Perubahan Pemerintah di Provinsi NTT Tahun 2020-2021

Kategori

Pagu Pendapatan APBD-P (Miliar Rp)

Pertumbuhan Pagu (% yoy)

2020 2021 2020 2021

APBD Provinsi 5.838 6.284 4,98 7,63 ▲

APBD Kota/Kabupaten 21.877 22.291 -5,77 1,89 ▲

Total 27.715 28.575 -3,69 3,10 ▲

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Tabel 2.4. Realisasi Pendapatan Pemerintah di Provinsi NTT pada Triwulan II Tahun 2020-2021

Kategori

Posisi Realisasi Pendapatan (Miliar Rp)

Realisasi terhadap Anggaran (%)

Tw II 2020 Tw II 2021 Tw II 2020 Tw II 2021

APBD Provinsi 1.700 2.744 ▲ 29,12 43,68 ▲

APBD Kota/Kabupaten 7.854 7.889 ▲ 35,90 35,39 ▼

Total 9.554 10.634 ▲ 34,47 37,21 ▲

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

2.2 APBD Pemerintah Provinsi NTT

2.2.1 Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi NTT

Anggaran (target) Total Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT tahun 2021 adalah

sebesar Rp6,28 triliun, tumbuh 7,63% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kenaikan anggaran pendapatan terutama bersumber dari peningkatan target Penerimaan

Asli Daerah. Bila dilihat lebih rinci, target pendapatan pajak meningkat 48,67% (yoy),

Page 33: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 23

sedangkan target pendapatan retribusi meningkat 97,51% (yoy). Hal ini merupakan wujud

dari optimisme Pemerintah Provinsi NTT mengenai ekonomi yang diprakirakan lebih kuat

dibandingkan tahun sebelumnya, seiring dengan pemulihan dari dampak pandemi COVID-

19. Di sisi lain, anggaran Pendapatan Transfer pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp4,18

triliun terkontraksi sebesar 2,14% (yoy) seiring dengan kebijakan refocusing anggaran oleh

pemerintah pusat dalam rangka penanganan COVID-19.

Tabel 2.5. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemprov NTT Tahun 2020-2021

Kategori

2020 2021

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggaran (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisas

i Tw II

(% yoy)

Anggaran

APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisasi

Tw II (% yoy)

TOTAL PENDAPATAN 5.838 4.98 1.700 29.12 -40.36 6.284 7.63 2.744 43,68 61,42

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.466 8.91 554 37.82 -10.01 2.034 38.73 494 24,31 -10,80

- Pendapatan Pajak Daerah 1.031 7.98 396 38.41 5.52 1.533 48.67 322 20,98 -18,81

- Pendapatan Retribusi Daerah 104 48.86 21 20.45 55.68 206 97.51 10 4,78 -53,80

- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 142 72.14 31 21.81 -55.94 94 -33.35 64 68,09 -

- Lain-Lain PAD yg Sah 189 -20.89 106 56.17 -32.40 200 6.01 99 49,34 -6,88

Pendapatan Transfer 4.274 2.39 1.146 26.81 -48.72 4.182 -2.14 2.250 53,79 96,39

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 99 139.41 0 0.30 -66.06 68 -31.00 0 0,48 8,38

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT (diolah)

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.1. Realisasi Total Pendapatan

Pemprov NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.2. Rincian Realisasi Total Pendapatan

Pemprov NTT Triwulan II 2021

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

arMiliar Rp

18%

82%

0%

Pendapatan AsliDaerah

Pendapatan Transfer

Lain-Lain Pendapatanyg Sah

Page 34: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 24

Kinerja realisasi Total Pendapatan Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan II 2021

mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Realisasi Total Pendapatan tercatat sebesar Rp2.744 Miliar yang mencapai

43,68% dari total anggaran. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat sebesar 61,42%

(yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama

ditunjang oleh realisasi Pendapatan Transfer yang tercatat sebesar Rp2,25 triliun terakselerasi

96,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi

Pendapatan Asli Daerah terkontraksi 10,80% (yoy), sejalan dengan kondisi perekonomian

yang relatif masih lemah. Bila dilihat lebih rinci, Pendapatan Pajak terkontraksi 18,81% (yoy),

sedangkan Pendapatan Retribusi terkontraksi 53,80% (yoy). Kinerja Pendapatan Pajak

Pemerintah Provinsi yang rendah terutama disebabkan oleh kinerja perdagangan mobil dan

motor yang masih belum sepenuhnya pulih pada triwulan II 2021.

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Pemprov NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.4. Realisasi Pendapatan Transfer

Pemprov NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

2.2.2 Belanja APBD Provinsi NTT

Anggaran Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2021 adalah

sebesar Rp7,59 triliun, tumbuh 19,52% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun

sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terutama bersumber dari peningkatan anggaran

Belanja Transfer dan Belanja Modal, yang masing-masing tumbuh 22,40% (yoy) dan 51,07%

(yoy). Anggaran Belanja Modal meningkat sejalan dengan rencana penyelesaian berbagai

-

100

200

300

400

500

600

700

I II I II I II

2019 2020 2021

Lain-Lain PAD yg Sah

Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn.

Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Pajak Daerah

Miliar Rp

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

ar

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Pendapatan Transfer

Miliar Rp

Page 35: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 25

proyek-proyek infrastruktur Pemerintah Provinsi NTT yang sempat tertunda di tahun

sebelumnya. Rencana Pemerintah Provinsi NTT dalam mendapatkan pinjaman sebesar Rp1,5

triliun dari PT. SMI untuk proyek infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi juga turut

menjadi faktor meningkatnya anggaran Total Belanja secara keseluruhan. Anggaran Belanja

Operasi juga mengalami peningkatan sebesar 16,37% (yoy) terutama pada komponen

anggaran Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, serta Belanja Barang dan Jasa.

Tabel 2.6. Anggaran dan Realisasi Belanja Pemprov NTT Tahun 2020-2021

Kategori

2020 2021

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisasi

Tw II (% yoy)

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggaran (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisasi

Tw II (% yoy)

TOTAL BELANJA 6.346 9,99 1.407 22,18 -1,40 7.585 19,52 2.414 31,82 71,51

Belanja Operasi 4.308 0,42 965 22,40 -16,17 5.014 16,37 2.082 41,52 115,68

- Belanja Pegawai 1.815 4,35 684 37,66 8,65 1.562 -13,95 678 43,39 -0,85

- Belanja Barang dan Jasa 1.025 -7,19 258 25,18 -6,90 1.551 51,35 637 41,06 146,75

- Belanja Bunga 14 - - 0,00 - 39 189,62 8 20,85 -

- Belanja Hibah 1.431 0,98 16 1,14 -93,17 1.809 26,43 759 41,95 4,554,61

- Belanja Bantuan Sosial 24 -18,75 7 30,12 11,68 52 118,21 0 0,38 -97,23

Belanja Modal 1.231 33,83 202 16,40 82,92 1.859 51,07 158 8,50 -21,75

Belanja Tak Terduga 283 2,125,02 142 50,33 20,415,54 68 -75,89 80 117,32 -43,80

Belanja Transfer 525 -4,16 98 18,72 -40,47 644 22,80 94 14,64 -3,97

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.5. Realisasi Total Belanja

Pemprov NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.6. Rincian Realisasi Total Belanja

Pemprov NTT Triwulan II 2021

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

ar

Miliar Rp

90%

7%

3%0%

Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tak Terduga

Belanja Transfer

Page 36: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 26

Kinerja realisasi Total Belanja Pemerintah Provinsi NTT pada triwulan I I tahun

2021 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Realisasi total belanja tercatat sebesar Rp2.414 miliar yang mencapai 31,82% dari total

anggaran. Secara nominal, realisasi total belanja terakselerasi 71,51% (yoy) dibandingkan

periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja belanja terutama bersumber

oleh tingginya realisasi Belanja Operasi yang terakselerasi 115,68 % (yoy). Bila dilihat lebih

rinci, peningkatan realisasi Belanja Hibah sebesar 4.554% (yoy) menjadi pemicu

terakselerasinya realisasi Belanja Operasi. Di sisi lain, realisasi Belanja Tak Terduga mengalami

penurunan sebesar 43,80% (yoy) dari periode satu tahun sebelumnya.

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.7. Realisasi Belanja Operasi

Pemprov NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.8. Realisasi Belanja Modal, Transfer,

dan Tak Terduga Pemprov NTT 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

2.3 APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

2.3.1 Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Anggaran Total Pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada tahun

2021 tercatat sebesar Rp22,29 triliun, tumbuh 1,89% dibandingkan anggaran tahun

sebelumnya. Kenaikan anggaran pendapatan terutama bersumber dari kenaikan anggaran

Pendapatan Asli Daerah, yang tumbuh 19,94% (yoy). Bila dilihat lebih rinci, anggaran

Pendapatan Pajak tumbuh 43,70% (yoy), sedangkan anggaran Pendapatan Retribusi

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II I II I II

2019 2020 2021

Belanja Bantuan SosialBelanja HibahBelanja BungaBelanja Barang dan JasaBelanja Pegawai

Miliar Rp

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II I II I II

2019 2020 2021

Belanja Tak Terduga

Belanja Transfer

Belanja Modal

Miliar Rp

Page 37: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 27

tumbuh 46,33% (yoy). Hal ini merupakan wujud dari optimisme Pemerintah Kota dan

Kabupaten di NTT mengenai ekonomi yang diprakirakan lebih kuat dibandingkan tahun

sebelumnya, seiring dengan pemulihan dari dampak pandemi COVID-19. Meskipun

demikian, pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT masih cukup bergantung

pada Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat, dengan anggaran yang mencapai Rp

Rp19,62 triliun.

Tabel 2.7. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Kategori

2020 2021

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisasi Tw II (%

yoy)

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw II

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw II (%)

Growth Realisasi Tw II (%

yoy)

TOTAL PENDAPATAN 21.877 -5,77 7.854 35,90 -22,95 22.291 1,89 7.889 35,39 0,45

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1.595 -8,27 396 24,79 -25,66 1.913 19,94 453 23,65 14,42

- Pendapatan Pajak Daerah 410 -19,81 119 28,99 -31,76 589 43,70 123 20,87 3,43

- Pendapatan Retribusi Daerah 220 -18,75 70 31,66 8,55 322 46,33 59 18,32 -15,32

- Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn. 144 -6,88 61 42,18 -53,98 164 14,15 119 72,52 96,26

- Lain-Lain Pendapatan Daerah yg Sah 822 2,36 146 17,82 -9,62 838 2,02 152 18,09 3,58

Pendapatan Transfer 18.721 -8,40 7.458 39,84 -22,59 19.618 4,79 7.344 37,44 -1,52

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1.561 49,82 0 0,01 0,00 760 -51,32 92 12,12 55971,53

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.9. Realisasi Total Pendapatan

Pemkot/kab NTT Tahun 2019-2021

(Posisi per Triwulan II)

Grafik 2.10. Rincian Realisasi

Total Pendapatan Pemkot/kab NTT

Triwulan II 2021

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

arMiliar Rp

6%

93%

1%

Pendapatan AsliDaerah

Pendapatan Transfer

Lain-Lain Pendapatanyg Sah

Page 38: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 28

Kinerja realisasi Total Pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada

triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di

tahun sebelumnya. Realisasi total pendapatan tercatat sebesar Rp7,89 triliun mencapai

35,39% dari total anggaran. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat 0,45% (yoy)

dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan ini bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah yang juga meningkat 14,42% (yoy). Bila dilihat lebih rinci,

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan dan Pendapatan Pajak meningkat

masing – masing sebesar 96,26% (yoy) dan 3.43% (yoy) di banding tahun sebelumnya. Di

sisi lain, Pendapatan Retribusi terkontraksi 15,32% (yoy) mengingat aktivitas perekonomian

yang sempat terhambat akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di daerah.

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.11. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Pemkot/kab NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.12. Realisasi Pendapatan Transfer

Pemkot/kab NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Secara spasial, persentase realisasi pendapatan Pemerintah Kota dan Kabupaten

di NTT pada triwulan II 2021 yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten Alor. Realisasi

pendapatan Kabupaten Alor tercatat sebesar Rp5,73 triliun, atau mencapai 52,20% dari

target pendapatan. Sejalan dengan hal ini, bila dilihat secara nominal, realisasi pendapatan

tertinggi juga dicapai oleh Kabupaten Alor.

-

100

200

300

400

500

600

I II I II I II

2019 2020 2021

Lain-Lain Pendapatan Daerah yg Sah

Hsl. Pengelolaan Kekayaan yg Dpshkn.

Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Pajak Daerah

Rp Miliar

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

ar

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Pendapatan Transfer

Rp Miliar

Page 39: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 29

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.13. Realisasi Pendapatan Pemkot/kab di NTT Secara Spasial Pada Triwulan II 2021

2.3.2 Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Anggaran Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada tahun

2021 tercatat sebesar Rp23,29 triliun, tumbuh hanya 0,13% (yoy) dibandingkan

dengan anggaran tahun sebelumnya. Komponen belanja utama adalah Belanja Operasi,

yang meningkat 1,42% (yoy). Bila dilihat lebih rinci, peningkatan disebabkan oleh komponen

anggaran Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Barang dan Jasa yang masing - masing tumbuh

sebesar 66,35% (yoy) dan 21,44% (yoy). Di sisi lain, kontraksi paling dalam terjadi pada

komponen anggaran Belanja Pegawai, yang terkontraksi 9,36% (yoy) seiring dengan

refocusing anggaran dalam mengurangi perjalanan dinas di tengah pandemi COVID-19.

Selanjutnya, anggaran Belanja Modal tumbuh 6,93% (yoy) sejalan dengan rencana

penyelesaian berbagai proyek-proyek infrastruktur pemerintah daerah yang sempat tertunda

di tahun sebelumnya.

52,20%

26,68%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

100

200

300

400

500

600

Realisasi Pendapatan (Miliar Rp) % Realisasi Pendapatan dari Anggaran (rhs)

Page 40: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 30

Tabel 2.8. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Kategori

2020 2021

Anggaran APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw I

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw I (%)

Growth Realisasi

Tw I (% yoy)

Anggaran

APBD-P (M Rp)

Growth Anggara

n (% yoy)

Realisasi

APBD Tw I

(M Rp)

Persentase

Realisasi Tw I (%)

Growth Realisasi

Tw I (% yoy)

TOTAL BELANJA 23.255 -4,93 5.786 24,88 1,96 23.286 0,13 6.130 26,33 5,96

Belanja Operasi 14.692 -1,60 4.826 32,85 7,57 14.900 1,42 4.717 31,66 -2,26

- Belanja Pegawai 9.189 -0,70 3.753 40,84 4,67 8.329 -9,36 3.618 43,43 -3,59

- Belanja Barang dan Jasa 4.892 -8,39 236 4,82 15,02 5.941 21,44 147 2,47 -37,77

- Belanja Hibah 493 151,26 233 47,27 669,77 434 -12,00 55 12,65 -76,45

- Belanja Bantuan Sosial 118 -16,11 27 22,91 32,88 197 66,35 24 11,97 -13,04

Belanja Modal 3.655 -29,90 351 9,61 53,15 3.909 6,93 655 16,76 86,50

Belanja Tak Terduga 607 1,10042 57 9,36 342,65 181 -70,17 69 38,23 21,88

Belanja Transfer 4.301 0,84 552 12,83 -41,68 4.296 -0,13 689 16,05 24,97

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.14. Realisasi Total Belanja

Pemkot/kab NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.15. Rincian Realisasi

Total Belanja Pemkot/kab NTT

Triwulan II 2021

Kinerja realisasi Total Belanja Pemerintah Kota dan Kabupaten di NTT pada

triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di

tahun sebelumnya. Realisasi Total Belanja tercatat sebesar Rp6,130 triliun mencapai

26,33% dari total anggaran. Secara nominal, realisasi Total Belanja meningkat 5,96% (yoy)

dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Bila dilihat lebih rinci, realisasi Belanja Operasi

mengalami kontraksi sebesar 2,26% (yoy), sedangkan realisasi komponen Belanja Pegawai

terkontraksi 3,59% (yoy) seiring penyesuaian anggaran perjalanan dinas. Selanjutnya,

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Rp

Mili

arMiliar Rp

77%

11%

1%

11%Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tak Terduga

Belanja Transfer

Page 41: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 31

realisasi komponen Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal masing – masing mengalami

kontraksi sebesar 37,77% (yoy) dan 76,45% (yoy). Di sisi lain, realisasi Belanja Modal tumbuh

sebesar 86,50% (yoy), seiring dengan berlanjutnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah

yang sempat tertunda di tahun sebelumnya. Realisasi Belanja Modal yang baik menjadi

penopang realisasi Total Belanja Kota dan Kabupaten secara keseluruhan.

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.16. Realisasi Belanja Operasi

Pemkot/kab di NTT Tahun 2019-2021

(Posisi Triwulan II)

Grafik 2.17. Realisasi Belanja Modal, Transfer,

dan Tak Terduga Pemkot/kab di NTT

Tahun 2019-2021 (Posisi Triwulan II)

Secara spasial, persentase realisasi belanja Pemerintah Kota dan

Kabupaten di NTT pada triwulan II 2021 yang tertinggi dicapai oleh Kabupaten

Lembata. Realisasi Belanja Kabupaten Lembata tercatat sebesar Rp5,24 triliun, atau

mencapai 57,93% dari anggaran. Sejalan dengan hal ini, bila dilihat secara nominal,

realisasi belanja tertinggi juga dicapai oleh Kabupaten Lembata.

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II I II I II

2019 2020 2021

Belanja Bantuan SosialBelanja HibahBelanja BungaBelanja Barang dan JasaBelanja Pegawai

Rp Miliar

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II I II I II

2019 2020 2021

Belanja Tak Terduga

Belanja Transfer

Belanja Modal

Rp Miliar

Page 42: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 32

Sumber: Badan Keuangan Daerah NTT, diolah

Grafik 2.18. Realisasi Belanja Pemkot/kab di NTT Secara Spasial Pada Triwulan II 2021

2.4 APBN di Provinsi NTT

Anggaran Total Belanja APBN di NTT pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp19,58

triliun, tumbuh 7,15% (yoy) dibandingkan dengan anggaran tahun sebelumnya.

Kenaikan anggaran Total Belanja terutama bersumber dari peningkatan Belanja Barang dan

Belanja Modal, yang masing-masing tumbuh sebesar 11,55% (yoy) dan 17,76% (yoy).

Kemudian, anggaran Belanja Transfer juga tumbuh sebesar 0,95% (yoy).

Kinerja realisasi Total Belanja APBN di NTT pada triwulan II 2021 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Secara

nominal, realisasi Total Belanja tercatat sebesar Rp7,05 triliun, tumbuh sebesar 36,01%

(yoy). Hal ini terutama didorong oleh kenaikan realisasi belanja pada komponen Belanja

Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial. Realisasi Belanja Modal tumbuh tinggi

sebesar 42,68% (yoy), seiring dengan berlanjutnya Proyek Strategis Nasional seperti PSN1

seperti penataan Labuan Bajo (Manggarai Barat) serta proyek lainnya yang sempat tertunda di

tahun sebelumnya.

1 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang

Percepatan Proyek Strategis Nasional tanggal 17 November 2020

57,93%

12,00%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

100

200

300

400

500

600

Realisasi Belanja (Miliar Rp) % Realisasi Belanja dari Anggaran (rhs)

Page 43: Agustus - bi.go.id

Bab II | Keuangan Pemerintah Daerah 33

Tabel 2.9. Anggaran dan Realisasi Belanja APBN di NTT

Kategori

2020 2021

Anggaran APBN-P (M Rp)

Growth Pagu

(% yoy)

Realisasi

APBN Tw IV (M Rp)

Persentase

Realisasi Tw IV

(%)

Growth Realisasi Tw IV

(% yoy)

Anggaran

APBN-P (Rp M)

Growth Pagu

(% yoy)

Realisasi

APBN Tw IV (M Rp)

Persentase Realisasi

Tw IV (%)

Growth Realisasi Tw IV

(% yoy)

BELANJA 18.270 4,66 6.300 34,48 6,94 19.576 7,15 7.049 36,01 11,90

Belanja Pegawai 3.260 7,89 1.453 44,58 1,57 3.391 4,02 1.815 53,54 24,92

Belanja Barang 3.701 -11,46 999 26,98 -38,26 4.128 11,55 1.441 34,91 44,33

Belanja Modal 3.808 1,87 1.219 32,02 45,21 4.484 17,76 1.740 38,80 42,68

Belanja Bantuan Sosial 13 -7,65 2 18,10 2,381,37 14 5,96 8 58,02 239,64

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

7.488 15,15 2.626 35,07 31,11 7.559 0,95 2.045 27,05 -22,14

- DAK Fisik 2.766 -20,56 124 4,48 -37,10 2.902 4,90 182 6,28 47,26

- DAK Non Fisik 1.664 - 1.020 61,27 - 1.598 -4,00 1.066 66,74 4,58

- Dana Desa 3.057 1,22 1.483 48,50 -17,90 3.060 0,08 796 26,02 -46,31

Sumber: Kanwil DJPb Provinsi NTT, diolah

Page 44: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 34

Bab III.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan II 2021 tercatat sebesar 1,35% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,78% (yoy). Inflasi tersebut sedikit

lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 1,33% (yoy). Kenaikan tekanan

inflasi bersumber dari peningkatan harga komoditas makanan, minuman, & tembakau yang

naik dikarenakan gangguan pasokan yang diakibatkan oleh badai Seroja yang terjadi di awal

di awal bulan April 2021. Meskipun demikian, dampak Siklon Seroja pada inflasi ternyata

lebih rendah dibandingkan perkiraan semula.

Prospek inflasi Provinsi NTT secara year-on-year pada triwulan III 2021 diprakirakan lebih

tinggi dibandingkan triwulan II 2021. Dampak Siklon Seroja terhadap inflasi ternyata lebih

lebih rendah dari perkiraan semula, Hal ini menahan laju inflasi tahunan pada triwulan II

menjadi relatif rendah sebesar 1,35% (yoy). Tekanan inflasi diprakirakan akan meningkat

pada triwulan III, didorong oleh kenaikan harga ikan-ikan segar seperti tongkol, kembung

dan tembang. Meskipun demikian, PPKM yang terus berlanjut berpotensi menahan tekanan

inflasi pada triwulan III.

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum

Inflasi Provinsi NTT tercatat 1,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

triwulan sebelumnya sebesar 0,78% (yoy). Secara spasial, inflasi kota Kupang sebesar

1,04% (yoy), inflasi kota Maumere sebesar 2,68% (yoy), dan inflasi kota Waingapu sebesar

2,53% (yoy).

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Nasional

dan Provinsi NTT

Grafik 3.2. Perkembangan Inflasi Kota Kupang,

Maumere, dan Waingapu

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Nasional NTT% yoy

1,33

1,35

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Kupang Maumere Waingapu% yoy

1,04

2,68

2,53

Page 45: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 35

Tabel 3.1. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dan Deflasi Tahunan di Provinsi NTT, Triwulan II 2021

Triwulan II 2021 Triwulan II 2021

Komoditas Inflasi % yoy Andil (%

yoy) Komoditas Deflasi % yoy Andil (%

yoy)

Kangkung 22,25 0,15 Angkutan Udara -14,20 -0,47

Wortel 96,97 0,14 Gula Pasir -14,93 -0,12

Daging Ayam Ras 10,42 0,11 Sirih -59,84 -0,11

Cabai Rawit 41,34 0,11 Beras -1,64 -0,09

Sawi Hijau 16,25 0,10 Bawang Merah -14,06 -0,05

Bayam 33,96 0,10 Blus Wanita -21,32 -0,05

Tomat 14,74 0,08 Ikan Kembung -2,73 -0,04

Daging Babi 11,12 0,08 Semen -3,23 -0,03

Terong 89,90 0,07 Telepon Seluler -3,07 -0,03

Cabai Merah 71,92 0,06 Tarif Listrik -0,63 -0,02

Sumber: BPS (diolah)

Peningkatan inflasi di Provinsi NTT didorong oleh peningkatan harga komoditas

makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,92% (yoy) yang lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan harga makanan dipengaruhi oleh

meningkatnya harga sayuran seperti kangkung, wortel, dan cabai, serta meningkatnya harga

daging babi dan daging ayam ras. Sementara itu, terdapat tekanan deflasi dari komoditas

transportasi sebesar 3,03% (yoy) yang disebabkan oleh turunnya harga transportasi udara.

3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi pada Provinsi NTT di triwulan II 2021

didorong oleh makanan, minuman, & tembakau serta komoditas kesehatan. Inflasi

komoditas makanan, minuman, & tembakau naik menjadi 4,92% (yoy) dan memberikan

andil 1,63% kepada inflasi total. Sementara, kelompok komoditas kesehatan turun menjadi

3,03% (yoy) dibandingkan triwulan I 2021. Di sisi lain, tekanan deflasi dari komoditas

transportasi sebesar 3,02% (yoy) memberikan andil -0,41% terhadap inflasi secara

keseluruhan dan menjadi faktor utama yang menahan laju inflasi. Lebih lanjut, komoditas

pakaian & alas kaki dan komoditas informasi, komunikasi & jasa keuangan juga mengalami

deflasi.

Page 46: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 36

Tabel 3.2. Inflasi di Provinsi NTT Berdasarkan Kelompok Komoditas

Kelompok Komoditas (% mtm) (% yoy)

Apr '21 Mei '21 Jun '21 Tw I '21 Tw II '21

Inflasi Umum 0,82 0,63 -0,72 0,78 1,35

Makanan, Minuman & Tembakau 2,44 1,36 -2,03 2,38 4,92

Pakaian & Alas Kaki -0,20 -0,08 0,28 -0,97 -1,37

Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar RT 0,00 0,08 0,18 0,06 0,43

Perlengkapan, Peralatan, & Pemeliharaan Rutin RT

-0,18 0,08 0,04 0,52 0,33

Kesehatan -0,09 0,00 -0,07 4,67 3,03

Transportasi 0,06 1,17 -0,80 -1,18 -3,02

Informasi, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,01 0,07 0,02 -1,71 -0,24

Rekreasi, Olahraga & Budaya 0,49 0,05 0,15 -0,06 0,58

Pendidikan 0,00 0,00 0,00 0,62 0,63

Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran 0,07 0,01 0,06 0,69 0,49

Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya -0,03 -0,10 0,52 1,84 0,30

Sumber: BPS (diolah)

3.2.1 Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau

Kelompok komoditas makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi

sebesar 4,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya pada 2,38% (yoy).

Peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan harga makanan seperti kangkung,

wortel, daging babi, dan daging ayam ras. Peningkatan harga makanan disebabkan oleh

badai Seroja yang menyebabkan kerusakan tanaman pertanian dan lahan pertanian, serta

mengganggu kegiatan pertanian. Sementara itu, kenaikan harga daging babi merupakan

akibat dari wabah African swine flu yang masih berlanjut. Selanjutnya, kenaikan harga

daging ayam ras terutama dipengaruhi oleh kenaikan permintaan, di tengah mobilitas

masyarakat yang meningkat pada akhir triwulan II 2021.

Penurunan harga sub-kelompok minuman non-alkohol dan minuman beralkohol

berkontribusi menahan inflasi. Harga minuman non-alkohol yang turun dibandingkan

triwulan sebelumnya dan minuman beralkohol yang tetap turun meskipun tidak sedalam

sebelumnya berkontribusi dalam menahan laju inflasi komoditas makanan, minuman, dan

tembakau.

Page 47: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 37

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

3.2.2 Kelompok Pakaian dan Alas Kaki

Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi sebesar 1,37% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya pada 0,97% (yoy). Deflasi yang lebih besar

disebabkan oleh kedua sub-kelompok yaitu sub-kelompok pakaian dan sub-kelompok alas

kaki mengalami deflasi yang lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Contoh

produk yang mengalami deflasi adalah sepatu pria, seragam sekolah anak, dan blus wanita.

Sementara itu, masih terdapat produk-produk yang mengalami inflasi seperti baju kaos

berkerah pria, celana pria, dan sepatu wanita.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II

2020 2021

% yoy

4,92

-6-4-2024681012

I II III IV I II

2020 2021

Makanan Minuman non Alkohol

Minuman Beralkohol Rokok & Tembakau

% yoy

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

I II III IV I II

2020 2021

% yoy

-1,37

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II

2020 2021

Pakaian Alas Kaki

% yoy

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan, Minuman

dan Tembakau

Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Makanan,

Minuman & Tembakau per Sub Kelompok

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

per Sub Kelompok Komoditas

Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Pakaian dan Alas Kaki Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Pakaian

dan Alas Kaki per Sub Kelompok

Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

per Sub Kelompok Komoditas

Page 48: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 38

3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga

Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat

inflasi sebesar 0,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan ini disebabkan meningkatnya inflasi yang tercatat dari sub-kelompok

pemeliharaan, perbaikan & keamanan yang disebabkan oleh peningkatan harga bahan-

bahan konstruksi seperti besi beton, seng, pasir, dan keramik, seiring dengan upaya

pemerintah serta masyarakat dalam memperbaiki fasilitas umum dan bangunan yang rusak

akibat Badai Siklon Seroja. Di sisi lain, terdapat beberapa hal yang mengalami penurunan

harga seperti semen, tarif listrik, dan kayu balokan.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik,

dan Bahan Bakar Rumah Tangga Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik,

dan Bahan Bakar Rumah Tangga per Sub Kelompok

3.2.4 Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rumah Tangga

Kelompok komoditas perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga

mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,33%

(yoy). Penurunan inflasi disebabkan oleh turunnya inflasi akibat sub-kelompok tekstil rumah

tangga, barang pecah belah & peralatan makan & minum, dan furnitur, perlengkapan &

karpet yang diakibatkan oleh penurunan harga barang-barang seperti kasur, spring bed, dan

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

I II III IV I II

2020 2021

% yoy0,43

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

I II III IV I II

2020 2021

Sewa & Kontrak RumahPemeliharaan, Perbaikan & KeamananPenyediaan Air & Layanan LainnyaListrik & Bahan Bakar RT

% yoy

Page 49: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 39

sabun detergen. Tetapi, masih ada produk-produk yang mengalami mendorong inflasi

seperti pengharum cucian, lemari pakaian, dan pembersih lantai.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Perlengkapan, Peralatan,

dan Pemeliharaan Rumah Tangga Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Perlengkapan,

Peralatan, dan Pemeliharaan Rumah Tangga per Sub

Kelompok

3.2.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok komoditas kesehatan mengalami inflasi sebesar 3,03% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2021 yaitu 4,67% (yoy). Penurunan inflasi disebabkan

oleh kelanjutan penurunan inflasi sub-kelompok obat-obatan & produk kesehatan seperti

harga kaca mata, obat batuk, flu dan sakit kepala. Hal ini merupakan indikasi bahwa terjadi

normalisasi harga produk kesehatan, setelah mengalami inflasi yang tinggi pada tahun

sebelumnya akibat pandemi COVID-19. Sementara itu, produk-produk yang mendorong

inflasi kelompok kesehatan adalah obat gosok, obat maag, dan tarif check-up.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.12. Inflasi Kelompok Kesehatan

per Sub Kelompok

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

I II III IV I II

2020 2021

%

0,33

-2

0

2

4

6

I II III IV I II

2020 2021

Furnitur, Perlengkapan & Karpet

Tekstil RT

Peralatan RT

Barang Pecah Belah & Peralatan Makan Minum

Peralatan & Perlengkapan Perumahan & Kebun

Barang & Layanan Untuk Pemeliharaan RT% yoy

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II

2020 2021

%

3,03

-2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II

2020 2021

Obat-obatan & Produk Kesehatan Jasa Rawat Jalan

Jasa Rawat Inap Jasa Kesehatan Lainnya

% yoy

Page 50: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 40

3.2.6 Kelompok Transportasi

Kelompok transportasi mencatat deflasi sebesar 3,02% (yoy), lebih dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh deflasi sub-kelompok

jasa angkutan penumpang yang mengalami deflasi hingga 9,5% (yoy) yang didorong oleh

deflasi angkutan udara dan angkutan laut. Dengan meningkatnya jumlah kasus baru COVID-

19 secara nasional di bulan Mei, jumlah pengguna jasa angkutan penumpang berkurang

sehingga menyebabkan deflasi yang makin dalam. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi dari

peningkatan harga mobil, motor, dan tarif kendaraan roda dua online.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.13. Inflasi Kelompok Transportasi Grafik 3.14. Inflasi Kelompok Transportasi

per Sub Kelompok Komoditas

3.2.7 Kelompok Informasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi yang

tidak sedalam triwulan sebelumnya, pada 0,24% (yoy). Perubahan yang terjadi

dikarenakan tekanan inflasi dari meningkatnya harga televisi berwarna, printer, dan biaya

jaringan saluran TV. Di sisi lain, tekanan deflasi diakibatkan oleh telepon seluler pada 3,07%

(yoy).

-6

-4

-2

0

I II III IV I II

2020 2021

%

-3,02

-15

-10

-5

0

5

10

I II III IV I II

2020 2021

Pembelian Kendaraan

Pengoperasian Peralatan Kantor

Jasa Angkutan Penumpang

Jasa Pengiriman Barang

% yoy

Page 51: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 41

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.15. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan Grafik 3.16. Inflasi Kelompok Informasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok

3.2.8 Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya

Pada triwulan II 2021, kelompok komoditas rekreasi, olahraga, dan budaya

mencatat inflasi sebesar 0,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mengalami deflasi. Tekanan inflasi disebabkan oleh tingginya inflasi dari sub-

kelompok barang rekreasi tahan lama, seperti contohnya adalah sepeda anak yang mencatat

inflasi sebesar 1,96% (yoy). Selain itu ada juga barang lain seperti buku tulis bergaris dan

pulpen. Di sisi lain, tekanan deflasi datang dari harga tas sekolah dan buku pelajaran akademi

yang rendah.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.17. Inflasi Kelompok Rekreasi, Olahraga

dan Budaya Grafik 3.18. Inflasi Kelompok Rekreasi, Olahraga

dan Budaya per Sub Kelompok

-4

-2

0

2

I II III IV I II

2020 2021

%

-0,24

-6

-3

0

3

6

I II III IV I II

2020 2021

Peralatan Informasi & KomunikasiLayanan Informasi & KomunikasiJasa Keuangan

% yoy

-1

0

1

I II III IV I II

2020 2021

%

0,58

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II

2020 2021

Barang Rekreasi Tahan Lama

Barang Rekreasi Lainnya & Olahraga

Layanan Rekreasi & Olahraga

Layanan Kebudayaan

Koran, Buku, & Perlengkapan Sekolah

% yoy

Page 52: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 42

3.2.9 Kelompok Pendidikan

Kelompok pendidikan mencatat inflasi sebesar 0,63% (yoy), sedikit lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi disebabkan terutama oleh biaya

pendidikan lainnya seperti bimbingan belajar yang mendorong inflasi sebesar 19,46% (yoy).

Peningkatan tekanan harga sejalan dengan kebijakan learning from home selama pandemi

COVID-19. Di sisi lain, terdapat tekanan deflasi dari biaya SMP/SLTP sebesar 1,7% (yoy).

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.19. Inflasi Kelompok Pendidikan Grafik 3.20. Inflasi Kelompok Pendidikan

per Sub Kelompok

3.2.10 Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran

Kelompok penyediaan makanan & minuman mengalami inflasi sebesar 0,49%

(yoy), lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya yang ada pada level 0,69%. Faktor

utama pendorong inflasi adalah kenaikan harga produk seperti bubur kacang hijau, nasi

dengan lauk, dan ikan bakar. Tetapi, terdapat tekanan deflasi dari penurunan harga produk

seperti mie, soto, dan sate.

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.21. Inflasi Kelompok Penyediaan Makanan

dan Minuman/Restoran

0

1

2

3

4

I II III IV I II

2020 2021

%

0,63

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II

2020 2021

Pendidikan Dasar & Anak Usia Dini

Pendidikan Menengah

Pendidikan Tinggi

Pendidikan Lainnya

% yoy

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

I II III IV I II

2020 2021

%

0,49

Page 53: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 43

3.2.11 Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya

Tingkat inflasi kelompok komoditas perawatan pribadi dan jasa lainnya berada

pada 0,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya pada 1,84% (yoy).

Tekanan inflasi utama berasal dari inflasi emas perhiasan, shampo, dan pasta gigi. Akan

tetapi di sisi deflasi didorong oleh turunnya harga sirih, buah pinang, dan handbody lotion

sehingga mendorong inflasi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.22. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa

Lainnya secara Tahunan dan Bulanan Grafik 3.23. Inflasi Kelompok Perawatan Pribadi dan

Jasa Lainnya per Sub Kelompok Komoditas

3. Inflasi Berdasarkan Kota

3.3.1 Inflasi Kota Kupang

Kota Kupang mencatat inflasi pada triwulan II 2021 sebesar 1,04% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya pada 0,56% (yoy). Peningkatan inflasi

disebabkan oleh peningkatan harga dari wortel, daging ayam ras, kangkung, daging babi,

dan bayam. Badai Seroja yang melanda NTT di bulan April 2021 menyebabkan gangguan

pada sektor pertanian yang menyebabkan harga sayur-sayur seperti wortel, kangkung, dan

bayam melonjak.

Di sisi lain, tekanan deflasi utama datang dari angkutan udara, gula pasir, dan

beras. Dengan meningkatnya jumlah kasus baru COVID-19 menyebabkan perjalanan

masyarakat berkurang, menyebabkan turunnya tarif angkutan udara hingga 16,39% (yoy).

-

2,00

4,00

6,00

8,00

I II III IV I II

2020 2021

%

0,30

-10,00

-5,00

-

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IV I II

2020 2021

Perawatan Pribadi

Perawatan Pribadi Lainnya

Jasa Lainnya

% yoy

Page 54: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 44

3.3.2 Inflasi Kota Maumere

Kota Maumere mengalami inflasi sebesar 2,68% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 2,76% (yoy). Inflasi di Kota Maumere di dorong

oleh harga ikan layang, ikan selar, ikan tongkol, ikan tuna, dan ikan tembang. Komoditas

ikan menjadi pendorong utama inflasi di Kota Maumere dikarenakan konsumsi yang tinggi,

akan tetapi produksinya rentan terhadap gangguan oleh faktor cuaca dan gelombang di

lautan.

Akan tetapi, bawang merah, daun singkong, dan ketela pohon memberikan

tekanan deflasi kepada Kota Maumere. Deflasi dari bawang merah pada triwulan ini

mencapai 22,82% (yoy) dan dari ketela pohon hingga 39,7% (yoy). Penurunan harga

bawang merah terjadi dikarenakan pasca-panen bawang merah yang menyebabkan

pasokan yang tinggi.

3.3.3 Inflasi Kota Waingapu

Kota Waingapu mencatat inflasi triwulan II 2021 sebesar 2,53% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya pada 0,52% (yoy). Inflasi di Kota Waingapu

didorong oleh peningkatan harga komoditas seperti sawi hijau, ikan tongkol, kangkung,

cabai rawit, dan daun singkong.

Penurunan harga sirih, ikan kembung, dan bawang merah menahan inflasi di

Kota Waingapu. Harga sirih mengalami deflasi sebesar 62,53% (yoy), ikan kembung

sebesar 26,12% (yoy), dan bawang merah sebesar 33,25% (yoy).

Page 55: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 45

Tabel 3.3 Inflasi Kota Kupang, Maumere, dan Waingapu di Triwulan II 2021 Secara Tahunan

Berdasarkan Kelompok Komoditas

Kelompok Komoditas Tw II '21 (% yoy)

Kupang Maumere Waingapu

Inflasi Umum 1,04 2,68 2,53

Makanan, Minuman & Tembakau -1,75 4,85 7,86

Pakaian & Alas Kaki -0,68 -1,30 -6,68

Perumahan, Air, Listrik, & Bahan Bakar RT 18,20 11,70 4,21

Perlengkapan, Peralatan, & Pemeliharaan Rutin RT 2,21 55,74 12,26

Kesehatan 0,83 8,11 -2,03

Transportasi -10,19 -4,48 -8,24

Informasi, Komunikasi & Jasa Keuangan -2,36 -16,66 11,11

Rekreasi, Olahraga & Budaya 13,99 0,81 0,00

Pendidikan 15,13 29,13 -0,20

Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran 11,26 28,83 -5,27

Perawatan Pribadi & Jasa Lainnya 4,55 -19,44 0,95

Sumber : BPS (diolah)

3.4. Tracking dan Proyeksi Inflasi Triwulan I 2021

Pada bulan Juli 2021, Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm),

setelah di bulan sebelumnya mengalami deflasi yang cukup dalam sebesar 0,72%

(mtm). Meningkatnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga ikan

kembung dan daging babi. Di sisi lain, harga beberapa hortikultura seperti tomat dan wortel

mengalami penurunan, sehingga menjadi penahan inflasi. Secara tahunan, inflasi pada Juli

2021 tercatat sebesar 1,75% (yoy), lebih tinggi dari inflasi Nasional sebesar 1,52% (yoy).

Prospek inflasi Provinsi NTT secara year-on-year pada triwulan III 2021

diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2021. Dampak Siklon Seroja

terhadap inflasi ternyata lebih rendah dari perkiraan semula, tercermin dari deflasi pada

bulan Juni yang tercatat sebesar 0,72% (mtm). Hal ini menahan laju inflasi pada triwulan II

menjadi relatif rendah sebesar 1,35% (yoy). Tekanan inflasi diprakirakan akan meningkat

pada triwulan III, didorong oleh kenaikan harga ikan-ikan segar seperti tongkol, kembung

dan tembang. Inflasi yang terlampau rendah pada tahun sebelumnya juga mengakibatkan

adanya base effect yang juga mendorong inflasi. Di sisi lain, PPKM Level 4 yang terus

Page 56: Agustus - bi.go.id

Bab III | Inflasi 46

berlanjut, berpotensi menahan konsumsi masyarakat dan tarif angkutan udara, sehingga

dapat menahan laju inflasi secara keseluruhan.

3.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

Pada tanggal 13 Juli 2021, KPw BI NTT telah menyampaikan beberapa

rekomendasi aksi nyata yang dapat dilakukan Pemerintah Provinsi NTT, terutama untuk

pengendalian inflasi bahan makanan. Sesuai dengan arahan dari Wakil Gubernur NTT,

OPD Pemprov NTT akan melakukan aksi sebagai berikut:

• Koordinasi antara TPID Pemerintah Provinsi NTT dengan TPID Pemerintah Kota

Kupang

• Disperindag NTT bekerjasama dengan TNI dan Polri untuk memantau harga dan

melakukan sidak pasar secara berkala dan mencegah praktek penimbunan

• Dinas Perhubungan NTT akan terus memastikan kelancaran distribusi logistik selama

PPKM di daerah Jawa dan Bali

• Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan akan segera berkoordinasi untuk memastikan

ketersediaan pakan ternak

• Seluruh OPD leading sectors akan menyusun langkah-langkah pengendalian inflasi

jangka pendek, sehingga inflasi pada akhir tahun 2021 akan tercapai sesuai target

Page 57: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 47

Secara umum, stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT pada triwulan II 2021 masih

terjaga. Hal ini tercermin dari nilai ROA sebesar 3,81%, meningkat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. DPK tercatat tumbuh 3,77% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,89% (yoy), didorong oleh pertumbuhan

tabungan. Sementara itu, penyaluran kredit tercatat tumbuh sebesar 7,44% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,60% (yoy), sejalan dengan

pemulihan ekonomi pada triwulan II. Tingkat risiko kredit masih terjaga, dengan NPL

yang tercatat sebesar 1,63%, masih terjaga di bawah level 5%.

4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Kinerja Bank Umum

Pada triwulan II 2021 kinerja bank umum di Provinsi NTT masih terjaga.

Return on Asset (ROA) perbankan tercatat sebesar 3,81%, sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Akan tetapi, efisiensi perbankan sedikit menurun,

tercermin dari rasio beban operasional atas pendapatan operasional (BOPO) yang

menurun menjadi sebesar 69,13%. Fungsi intermediasi perbankan tercatat sebesar

110,74%, juga sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian,

risiko kredit perbankan juga masih terjaga, dengan rasio NPL (gross) sebesar 1,63%,

masih di bawah level 5%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.1: Perkembangan Profitabilitas Bank Umum

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.2: Perkembangan LDR Bank Umum

Tabel 4.1: Perkembangan Indikator Bank Umum di Provinsi NTT

2,0

3,0

4,0

5,0

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2020

30

40

50

60

70

80

90BOPO (%) ROA (%) - RHS

70%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

DPK Kredit LDR (rhs)Triliun Rp

Page 58: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 48

Indikator

Nominal (Miliar Rp) Pertumbuhan (% yoy)

2020 2021 2020 2021

I II III IV I II I II III IV I II

Aset 43,917 46,159 48,994 44,857 45,497 47,326 17.85 13.00 14.29 4.46 3.60 2.53

DPK 29,651 31,154 33,605 30,085 30,739 32,561 15.46 8.11 16.90 1.99 3.67 4.51

Giro 5,614 6,408 7,616 3,672 4,904 5,489 (3.18) (16.51) 28.53 (16.39) (12.65) (14.35)

Tabungan 14,665 15,605 16,549 17,992 16,518 17,480 8.38 9.08 15.03 9.95 12.64 12.02

Deposito 9,372 9,141 9,441 8,421 9,317 9,592 47.58 33.74 11.91 (3.66) (0.59) 4.93

Kredit 32,521 32,699 33,751 34,297 34,824 35,512 11.62 7.28 2.92 6.50 7.08 8.60

Modal Kerja 10,293 11,394 11,077 11,385 11,716 12,017 14.52 16.99 4.79 10.62 13.82 5.47

Investasi 2,653 3,225 2,315 2,310 2,293 2,212 4.81 24.48 (25.06) (10.40) (13.57) (31.40)

Konsumsi 19,574 19,788 20,358 20,600 20,815 21,283 11.11 9.01 6.40 6.54 6.34 7.56

% LDR 109.68 104.96 100.43 114.00 113.29 109.06

% NPL (Gross) 2.02 1.85 1.86 1.79 1.93 1.63

Sumber: LBU Bank Indonesia (lokasi bank), diolah

4.1.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Pada triwulan II 2021, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 4,51% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,67% (yoy).

Pertumbuhan DPK yang meningkat terutama bersumber dari DPK jenis tabungan dan

yang tumbuh sebesar 12,02% (yoy). Meski demikian, pertumbuhan ini lebih lambat

dibanding triwulan yang sebesar 12,85% (yoy). Selain itu, DPK jenis deposito juga

tumbuh sebesar 4,93% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi

sebesar 1,89% (yoy). Di sisi lain, DPK jenis giro masih mengalami kontraksi sebesar

13,64% (yoy), terutama dipengaruhi oleh giro pemerintah daerah yang menurun. Hal ini

sejalan dengan penyaluran dana transfer dari pemerintah pusat yang menurun sebagai

dampak realokasi anggaran.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.3: Pertumbuhan DPK dan Komponennya

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.4: Suku Bunga Tertimbang

Berdasarkan Jenis Simpanan

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

TOTAL GiroTabungan Deposito

% yoy

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Giro Tabungan Deposito

%

Page 59: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 49

4.1.3 Penyaluran Kredit (Lokasi Proyek)

Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2021 mencapai 7,44% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,60% (yoy). Peningkatan

kinerja penyaluran kredit terutama bersumber dari kredit konsumsi yang merupakan

mayoritas dari total kredit yang disalurkan di NTT. Kredit konsumsi tumbuh sebesar

9,13% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 3,64% (yoy). Fenomena ini sejalan dengan PDRB konsumsi rumah tangga yang

juga mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan II. Kemudian, suku bunga

tertimbang kredit konsumsi juga terus melanjutkan tren penurunan, sejalan dengan

pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

Sumber: LBU Bank Indonesia (lokasi proyek), diolah

Grafik 4.5: Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.6: Suku Bunga Tertimbang Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Kinerja kredit modal kerja mengalami peningkatan, sedangkan kredit

investasi masih terkontraksi. Kredit modal kerja tumbuh sebesar 8,21% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,98% (yoy). Sementara itu,

kredit investasi terkontraksi 10,29% (yoy), tidak sedalam triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 28,19% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.7: Pertumbuhan PDRB Pembentukan Modal Tetap Bruto Provinsi NTT

-30

-15

0

15

30

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

TOTAL Modal KerjaInvestasi Konsumsi

% yoy

8,00

9,00

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-20

-10

0

10

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

growth% yoy

Page 60: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 50

Bila dilihat berdasarkan jenisnya, kredit usaha (modal kerja dan investasi) di

NTT didominasi oleh UMKM. Sementara itu bila dilihat berdasarkan sektor, kredit

usaha didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit usaha sektor perdagangan tumbuh

sebesar 10,31% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 8,71% (yoy). Selanjutnya, kredit usaha sektor pertanian juga mengalami

pertumbuhan sebesar 23,28% (yoy), tertinggi dibandingkan sektor usaha lainnya. Meski

demikian, pertumbuhan ini lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh

mencapai 31,22% (yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan PDRB LU Pertanian yang

juga mengalami perlambatan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.8: Perkembangan Kredit Usaha

Berdasarkan Kategori Usaha

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.9: Pertumbuhan Kredit Usaha di Beberapa Sektor Ekonomi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.10: Risiko Kredit Usaha

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.11: Risiko Kredit Usaha (Loan at Risk) di Beberapa Sektor Ekonomi

Secara umum, tingkat risiko kredit mulai menunjukkan perbaikan. Loan-at-

risk (LaR) kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya, meskipun LaR kredit investasi masih berada di level yang sangat tinggi. Bila

dilihat berdasarkan sektor, LaR kredit di sektor perdagangan, pertanian, akmamin, dan

-20

0

20

40

60

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

% yoyTriliun Rp

Kredit UMKM Kredit Korporasi

g UMKM (rhs) g Korporasi (rhs)

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Pertanian Akmamin Perdagangan Konstruksi

% yoy

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Modal Kerja Investasi% LaR

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Pertanian Akmamin Perdagangan Konstruksi

% LaR

Page 61: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 51

konstruksi semuanya mengalami penurunan. Risiko kredit usaha (modal kerja dan

investasi) secara keseluruhan masih terjaga, dengan NPL gross sebesar 3,26%, sedikit

menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 3,91%.

4.2 Kinerja Korporasi Nonkeuangan

4.2.1 Kondisi dan Prospek Usaha

Di triwulan II 2021, korporasi nonkeuangan (non-UMKM) cenderung lebih

dapat bertahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI NTT. Dari segi

profitabilitas, sebanyak 81% dari perusahaan responden menyatakan mengalami kondisi

cukup, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu dari segi likuiditas,

sebanyak 78% dari perusahaan responden menyatakan mengalami kondisi cukup, juga

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah

Grafik 4.12: Kondisi Profitabilitas Korporasi

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha BI, diolah

Grafik 4.13: Kondisi Likuiditas Korporasi

4.2.2 Penyaluran Kredit Korporasi

Kredit Korporasi (non-UMKM) tumbuh sebesar 21,27% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 39,61% (yoy).

Pertumbuhan kredit korporasi terutama bersumber dari kredit modal kerja yang tumbuh

sangat tinggi sebesar 53,17% (yoy), sejalan dengan pemulihan ekonomi pada triwulan II.

Meskipun demikian, kredit investasi korporasi masih terkontraksi sebesar 29,84% (yoy),

masih melanjutkan tren dari periode-periode sebelumnya.

15,12% 15,00% 9,00%

51,16%

77,00%81,00%

33,72%

8,00% 10,00%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw II 2020 Tw I 2021 Tw II 2021

Buruk

Cukup

Baik

15,12% 18,00% 12,00%

63,95%74,00%

78,00%

20,93%8,00% 10,00%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw II 2020 Tw I 2021 Tw II 2021

Buruk

Cukup

Baik

Page 62: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 52

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.14: Pertumbuhan Kredit Korporasi Non Keuangan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.15: Risiko Kredit (Loan at Risk) Korporasi Non Keuangan

Tingkat risiko kredit korporasi juga menunjukkan perbaikan. Kualitas kredit

modal kerja mengalami perbaikan, tercermin dari LaR sebesar 14,11%, menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit investasi juga sedikit

membaik, tercermin dari LaR sebesar 68,15%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal ini merupakan indikasi bahwa baik korporasi maupun perbankan masih

menahan kredit investasi di tengah pandemi COVID-19 yang terus berlanjut.

4.3 Kinerja Keuangan Rumah Tangga

4.3.1 Kondisi Rumah Tangga

Kinerja keuangan sektor rumah tangga terindikasi mengalami perbaikan.

PDRB Konsumsi Rumah Tangga tercatat tumbuh sebesar 2,37% (yoy), lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,67% (yoy). DPK rumah

tangga mengalami kontraksi, sementara pertumbuhan kredit rumah tangga meningkat.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan triwulan sebelumnya. Bila dilihat lebih rinci,

kontraksi DPK rumah tangga terutama bersumber dari penurunan deposito.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.16: Pertumbuhan PDRB dan Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17: Survei Konsumen Bank Indonesia

-40

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

TOTAL Modal Kerja Investasi

% yoy

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Modal Kerja Investasi% LaR

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

PDRB Konsumsi RT% yoy

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Page 63: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 53

4.3.2 Penghimpunan DPK Rumah Tangga

DPK rumah tangga terkontraksi sebesar 0,20% (yoy), menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,44% (yoy). Hal ini terutama bersumber

dari deposito rumah tangga yang terkontraksi sebesar 28,78% (yoy), terutama deposito

milik nasabah dengan nilai sebesar Rp15 Miliar ke atas. Hal ini merupakan indikasi bahwa

pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia berdampak pada penurunan suku bunga

deposito (Grafik 4.4), sehingga mendorong nasabah high net worth untuk mengalihkan

depositonya ke aset/usaha lain dengan potensi yield/profit yang lebih tinggi. Kemudian,

giro rumah tangga juga terkontraksi sebesar 14,57% (yoy), melanjutkan tren dari

triwulan-triwulan sebelumnya. Di sisi lain, tabungan rumah tangga tumbuh sebesar

14,31% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Bila

dilihat lebih rinci, peningkatan terutama terjadi pada tabungan nasabah dengan nilai

sebesar Rp500 juta ke bawah. Hal ini merupakan indikasi bahwa pemulihan ekonomi

berdampak pada kenaikan disposable income yang dimiliki masyarakat NTT.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.18: Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.19: Preferensi Jenis Simpanan Nasabah Rumah Tangga

4.3.3 Penyaluran Kredit Rumah Tangga

Kredit rumah tangga tumbuh sebesar 9,23% (yoy), meningkat lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,76% (yoy). Hal

ini terutama bersumber dari penyaluran kredit multiguna yang tumbuh sebesar 11,39%

(yoy), seiring dengan pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat pada triwulan II 2021.

Risiko kredit rumah tangga masih terjaga, tercermin dari NPL yang tercatat sebesar

0,70%, sedikit menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 0,71%. Selanjutnya, kredit

KPR/KPA serta kredit KKB masih terkontraksi, masing-masing sebesar 21,03% (yoy) dan

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

TOTAL GiroTabungan Deposito

% yoy

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Giro Tabungan Deposito

Rp Triliun

Page 64: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 54

32,23% (yoy), melanjutkan tren dari triwulan-triwulan sebelumnya. Hal ini merupakan

indikasi bahwa di tengah pemberlakuan kebijakan insentif pajak PPnBM sebesar 0 persen

berdasarkan PMK 20/2021, perbankan masih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan

kredit kendaraan bermotor. Hal ini terkonfirmasi oleh tingkat risiko kredit kendaraan

bermotor yang terus meningkat, dengan LaR yang mencapai 2,35%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.20: Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.21: Risiko Kredit Rumah Tangga (Non-Performing Loan)

4.4 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.4.1 Penyaluran Kredit UMKM

Kredit UMKM tumbuh sebesar 2,39% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 2,05% (yoy). Hal ini

disebabkan oleh kinerja kredit investasi yang meningkat, walaupun masih mengalami

kontraksi sebesar 1,41% (yoy), namun kontraksi ini masih lebih baik dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 33,16% (yoy). Meskipun demikian, perlu

diperhatikan bahwa perbaikan tersebut lebih disebabkan oleh base effect yang rendah

pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Kemudian, pertumbuhan kredit modal

kerja UMKM juga mengalami perlambatan. Kredit modal kerja UMKM tumbuh sebesar

3,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

5,64% (yoy). Selanjutnya, risiko kredit UMKM tercatat menurun. LaR Kredit Modal Kerja

UMKM tercatat sebesar 33,33%, menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar

36,35%. Kemudian, LaR Kredit Investasi UMKM tercatat sebesar 56,27%, juga menurun

dari triwulan sebelumnya sebesar 58,67%. Meskipun demikian, NPL Kredit UMKM

tercatat sebesar 3,12%, masih di bawah level 5,00%.

-45

-30

-15

0

15

30

45

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Total Kredit RT KPR+KPAKKB Multiguna

% yoy

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Total Kredit RT KPR+KPAKKB Multiguna

% NPL

Page 65: Agustus - bi.go.id

| Bab IV – Stabilitas Keuangan Daerah 55

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.22: Pertumbuhan Kredit UMKM

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.23: Risiko Kredit UMKM (Loan at Risk

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.24: Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.25: Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha

Bila dilihat lebih rinci, penurunan kinerja kredit UMKM terutama terjadi pada

usaha dengan skala mikro. Kredit usaha mikro terkontraksi sebesar 26,66% (yoy), lebih

dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 24,36% (yoy). Hal ini

berdampak pada pangsa kredit usaha mikro yang terus mengecil bila dibandingkan

dengan kredit UMKM secara keseluruhan. Di sisi lain, kredit usaha skala kecil dan skala

menengah masih menunjukkan kinerja yang lebih baik, dengan pertumbuhan masing-

masing sebesar 20,30% (yoy) dan 5,04% (yoy).

-45

-30

-15

0

15

30

45

60

75

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

TOTAL Modal Kerja Investasi% yoy

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Modal Kerja Investasi% LaR

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Mikro Kecil MenengahTriliun Rp

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

Mikro Kecil Menengah% yoy

Page 66: Agustus - bi.go.id

Boks 2 | Hilirisasi Industri Rumput Laut di Provinsi NTT 57

Boks 2. Hilirisasi Industri Rumput Laut di Provinsi NTT

Indonesia merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar dunia. Pada

tahun 2019, Indonesia memproduksi 9,9 juta ton rumput laut dengan nilai ekspor

hingga USD 215,2 juta dan Provinsi NTT menyumbang 20% dari total produksi

Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi ekspor yang

tinggi sehingga dapat membantu mengurangi defisit transaksi berjalan nasional dan

pengembangan industri rumput laut dapat mendorong perekonomian di Provinsi NTT. Di

Provinsi NTT, jenis komoditas rumput laut yang biasa diproduksi adalah tipe Euchema cottoni

yang memiliki keunggulan dari segi pertumbuhan, dan tipe Kappaphycus striatum dengan

daya tahan komoditas yang unggul.

Provinsi NTT memiliki potensi produksi rumput laut yang tinggi dengan potensi

lahan hingga 10 ribu hektar, tetapi industri rumput laut di Provinsi NTT secara

keseluruhan masih berada di hulu. seluas 1.694 ha. Provinsi NTT masih memproduksi dan

menjual rumput laut dalam bentuk rumput laut kering yang memiliki nilai jual relatif rendah

sekitar ±Rp20.000/kg. Padahal rumput laut kering tersebut dapat diolah menjadi produk-

produk seperti alkali treated chips, semi-refined carrageenan, dan refined carrageenan yang

memiliki nilai jual lebih tinggi hingga Rp160.000/kg dengan total nilai tambah hingga 1,6x

lipat. Kemudian refined carrageenan tersebut dapat digunakan olah berbagai industri seperti

industri makanan, industri obat, dan industri kosmetik.

Gambar Boks 2.1. Value Chain industri rumput laut

Sehingga untuk meningkatkan pendapatan Provinsi NTT, selain meningkatkan

produksi rumput laut, hilirisasi industri rumput laut dapat menjadi strategi. Untuk

meningkatkan nilai ekspor rumput laut oleh Indonesia, selain meningkatkan jumlah rumput

Page 67: Agustus - bi.go.id

Boks 2 | Hilirisasi Industri Rumput Laut di Provinsi NTT 58

laut yang dijual, dengan mendirikan pabrik pengolahan rumput laut dari rumput laut kering

menjadi produk turunan seperti refined carrageenan sehingga dapat menjual rumput laut

dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Meskipun demikian, untuk mengembangkan industri rumput laut dan

mendirikan industri hilirnya, masih terdapat berbagai tantangan. Contohnya adalah

tantangan produktivitas yang rendah dikarenakan pengembangan bibit rumput laut masih

secara konvensional sehingga ketersediaan bibit yang bergantung terhadap kondisi alam

dan adanya potensi penurunan kualitas rumput laut karena bukan menggunakan bibit

unggul.

Selain tantangan produksi, tentunya ada berbagai tantangan untuk mendirikan

industri hilir pengolahan rumput laut. Mengingat bahwa selama ini Indonesia mengekspor

rumput laut dalam bentuk carrageenan mentah dan mengimpor refined carrageenan untuk

industri domestik yang membutuhkannya, secara domestik, belum ada jaringan kerjasama

antara produsen rumput laut dan industri yang menggunakan bahan baku yang berasal dari

rumput laut.

Hal tersebut juga terlihat dalam kerjasama perdagangan internasional. Selama

ini, mayoritas ekspor carrageenan mentah dilakukan dengan Tiongkok, padahal pasar

terbesar untuk olahan rumput laut ada di Uni Eropa. Pasar di Uni Eropa memiliki peluang

yang besar, apalagi dengan adanya kerjasama bebas tarif ekspor ke Uni Eropa. Tentunya

agar bisa mengambil peluang tersebut, perlu dikembangkan lebih lanjut jaringan

perdagangan olahan rumput laut dengan Uni Eropa.

Dikarenakan masih banyak tantangan dalam hilirisasi rumput laut, dan

mengingat manfaat yang bisa didapatkan, KPw Bank Indonesia Provinsi NTT telah

melakukan kajian hilirisasi rumput laut di Provinsi NTT. Berdasarkan hasil kajian tersebut

tersebut, telah diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

FAKTOR PRODUKSI

a. Pembititan

Page 68: Agustus - bi.go.id

Boks 2 | Hilirisasi Industri Rumput Laut di Provinsi NTT 59

1. Pengembangbiakan bibit rumput laut masih menggunakan metode

konvensional, sehingga dapat menyebabkan:

i. Ketersediaan bergantung terhadap kondisi alam.

ii. Potensi penurunan kualitas dikarenakan pemakaian bibit berulang-

ulang kali dalam beberapa siklus budidaya.

2. Karena kualitas bibit yang kurang baik, menyebabkan produktivitas produksi

rumput laut tidak optimal.

b. Hilirisasi rumput laut

1. Industri rumput laut di .Provinsi NTT masih berada di hulu, hanya sampai

produksi rumput laut kering yang memiliki harga jual yang rendah.

2. Industri pengolahan rumput laut dari rumput laut kering hingga menjadi

produk turunan seperti refined carrageenan belum ada.

3. Sehingga produk rumput laut yang dijual atau diekspor masih memiliki nilai

jual yang rendah dan industri yang membutuhkan produk olahan rumput laut

mengimpor dengan harga lebih mahal.

PENGATURAN DAN KELEMBAGAAN

a. Pengaturan Non Ijin

1. Secara peraturan, sudah ada Peraturan Presiden (Perpres) No.33 Tahun 2019

mengenai road map pengembangan industri rumput laut nasional tahun

2018-201 dengan tujuan ekspor rumput laut yang berkualitas.

2. Tetapi, belum ada regulasi dan peraturan di Provinsi NTT untuk mengakomodir

langkah lanjutan Perpres tersebut di Provinsi NTT.

b. Kelembagaan

1. Produsen rumput laut tradisional masih kesulitan mendapatkan akses

permodalan untuk kegiatan produksinya.

KERJASAMA DAN PERDAGANGAN

a. Potensi Kerjasama

1. Pelaku industri yang menggunakan produk olahan rumput laut masih

bergantung terhadap impor carrageenan dari Tiongkok.

Page 69: Agustus - bi.go.id

Boks 2 | Hilirisasi Industri Rumput Laut di Provinsi NTT 60

2. Uni Eropa merupakan pasar paling besar dalam penggunaan produk olahan

rumput laut, tetapi selama ini hubungan ekspor rumput laut Indonesia adalah

dengan Tiongkok.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka strategi untuk perbaikan

produksi, pengaturan dan kelembagaan serta kerjasama dan perdagangan dapat

adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan Produksi melalui peningkatan kemampuan pembibitan dan membangun

industri hilir rumput laut:

1. Peningkatan kemampuan pembibitan:

Membangun balai bibit dengan metode kultur jaringan.

Kelebihannya adalah hasil tanaman akan seragam karena strain bibit

terseleksi. Kedua adalah penyediaan dapat dilakukan in vitro sehingga

pembibitan tidak bergantung kondisi alam.

2. Pembangunan industri hilir rumput laut:

Membangun industri untuk mengolah rumput laut kering menjadi

produk olahan seperti refined carrageenan.

b. Pengaturan dan regulasi, dilakukan melalui strategi penguatan regulasi non ijin, dan

kelembagaan dengan sebagai berikut:

1. Penyusunan regulasi dari pemerintah daerah Provinsi NTT untuk membantu

pengembangan industri rumput laut di Provinsi NTT.

2. Bank Indonesia dan berbagai lembaga seperti pemerintah daerah dapat

mempermudah akses pembiayaan untuk modal kerja.

c. Kerjasama dan Perdagangan melalui strategi pemantapan kerjasama perdagangan:

1. Mendorong hilirisasi industri rumput laut agar dapat memproduksi refined

carrageenan untuk mensubstitusi impor untuk kebutuhan industri makanan,

industri kosmetik, dan industri obat.

2. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai industri dagang terutama yang

memiliki kapabilitas ekspor ke Uni Eropa agar dapat membuka ekspor produk

olahan rumput laut secara langsung ke Uni Eropa.

Page 70: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 61

Bab V.

PENYELENGGARAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada triwulan

II 2021 secara umum menunjukkan adanya perbaikan sejalan dengan pemulihan

ekonomi dengan kebijakan adaptasi kebiasaan baru.

Pada triwulan II 2021, transaksi tunai inflow dan outflow relatif meningkat dengan inflow

sebesar Rp1,43 triliun atau tumbuh sebesar 23,92% (yoy) dan outflow sebesar Rp2,03

triliun atau tumbuh sebesar 5,59% (yoy) sehingga menghasilkan kondisi net outflow

sebesar Rp595,82 miliar.

Secara umum, transaksi nontunai juga menunjukkan peningkatan, tercermin dari

perbaikan kinerja pada transaksi SKNBI, RTGS, kartu ATM/Debit, kartu kredit dan uang

elektronik.

Inklusi keuangan secara bertahap juga tercatat tumbuh, tercermin dari peningkatan

jumlah uang elektronik. Hal ini terkonfirmasi dari pencatatan identitas pengguna

(registered) yang tumbuh signifikan sebesar 244,2% (yoy), serta penyimpanan nilai uang

elektronik server based yang tumbuh signifikan sebesar 211,9% (yoy).

Masa pandemi mendorong peningkatan transaksi secara elektronik di triwulan II yang

tercatat sebesar Rp88,61 miliar atau tumbuh sebesar 730% (yoy).

5.1. Kondisi Umum

Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT baik tunai maupun nontunai pada triwulan

II 2021 secara umum menunjukkan adanya perbaikan, sejalan dengan pemulihan

ekonomi dengan kebijakan adaptasi kebiasaan baru. Pada triwulan II 2021, transaksi tunai

inflow dan outflow relatif meningkat dengan inflow sebesar Rp1,43 triliun atau tumbuh

sebesar 23,92% (yoy) dan outflow sebesar Rp2,03 triliun atau tumbuh sebesar 5,59% (yoy)

sehingga menghasilkan kondisi net outflow sebesar Rp595,82 miliar. Secara umum,

Page 71: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 62

transaksi nontunai juga menunjukkan peningkatan padatransaksi SKNBI, RTGS, kartu

ATM/Debit, kartu kredit dan uang elektronik.

Inklusi keuangan secara bertahap juga tercatat tumbuh, tercermin dari peningkatan jumlah

uang elektronik. Hal ini terkonfirmasi dari pencatatan identitas pengguna (registered) yang

tumbuh signifikan sebesar 244,2% (yoy), serta penyimpanan nilai uang elektronik server

based yang tumbuh signifikan sebesar 211,9% (yoy). Masa pandemi mendorong

peningkatan transaksi secara elektronik di triwulan II yang tercatat sebesar Rp88,61 miliar

atau tumbuh sebesar 730% (yoy).

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi NTT

5.2.1. Transaksi Sistem Pembayaran Tunai di Provinsi NTT

Pada triwulan II 2021, Inflow atau aliran uang masuk ke Bank Indonesia meningkat

dibandingkan periode triwulan II 2020. Transaksi inflow tercatat sebesar Rp1,43 triliun atau

tumbuh sebesar 23,92% (yoy). Sementara transaksi inflow pada periode triwulan II 2020,

tercatat terkontraksi sebesar 25,80% (yoy). Hal yang sama terjadi pada transaksi outflow di

triwulan II 2021 yang relatif meningkat dibandingkan triwulan II 2020. Pada triwulan II 2021

transaksi outflow tercatat sebesar Rp2,03 triliun atau tumbuh sebesar 5,59% (yoy)

sementara pada triwulan II 2020 terkontraksi sebesar 20.83%. Peningkatan transaksi inflow

dan outflow sejalan dengan pemulihan ekonomi di triwulan II 2021.

Secara netto, kondisi transaksi tunai pada triwulan II 2021 tercatat mengalami net

outflow sebesar Rp595,82 miliar,berbeda dengan kondisi triwulan lalu yang menunjukkan

kondisi net inflow sebesar Rp 3,05 triliun. Fenomena ini relatif sama dengan tahun

sebelumnya, yang mana kondisi pada triwulan I terjadi net-inflow yang didorong oleh arus

balik uang pasca Nataru, sementara kondisi net-outflow pada triwulan II didorong oleh

adanya hari raya Idul Fitri. Dalam rangka merespons pertumbuhan ini, Bank Indonesia

senantiasa menyiapkan uang rupiah yang layak edar secara tepat jumlah untuk diedarkan di

masyarakat.

Page 72: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 63

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai di

Provinsi NTT Grafik 5.2 Perkembangan Inflow dan

Outflow Transaksi Tunai

Provinsi NTT

5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas di Provinsi NTT

Layanan kas di Provinsi NTT pada triwulan II 2021 meningkat secara signifikan.

Layanan Kas pada triwulan II 2021 mencapai Rp5,73 triliun atau tumbuh sebesar 402,73%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi layanan kas pada triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 46,59% (yoy). Hal ini menunjukkan adanya pemulihan kegiatan

ekonomi di NTT pada periode triwulan II 2021. Sementara itu, jika hanya dilihat dari layanan

penarikan di Kas Titipan, tercatat pada triwulan II 2021 masih relatif sama dengan nominal

sebesar Rp1,15 triliun atau tumbuh -4,78% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.3 Perkembangan Layanan Kas

Bank Indonesia Provinsi NTT Grafik 5.4 Perkembangan Layanan Penarikan

(outflow) di Kas Titipan Provinsi NTT

5.2.2.1. Perkembangan Penarikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Bank

Indonesia Provinsi NTT

Page 73: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 64

Kinerja penyerapan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Provinsi NTT pada

triwulan II 2021 tercatat meningkat. Penyerapan UTLE tercatat sebesar Rp851

miliar atau tumbuh sebesar 53% (yoy). Secara triwulanan, kinerja penyerapan UTLE

juga tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2021 sebesar Rp720

miliar atau tumbuh sebesar 18% (yoy). Peningkatan kinerja penarikan UTLE salah

satunya didorong oleh peningkatan penyerapan UTLE Kas Titipan.

Sebagai upaya menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di seluruh daerah di

Provinsi NTT, Bank Indonesia meningkatkan efektifitas layanan Kas Titipan Bank

Indonesia melalui 9 Kas Titipan yang tersebar di Provinsi NTT, yakni di Maumere,

Ende, Ruteng, Alor, Lewoleba, Waingapu, Waikabubak, Atambua serta Labuan

Bajo. Kas Titipan Bank Indonesia turut mendukung dan melaksanakan program

edukasi clean money policy kepada masyarakat. Selain itu, Bank Indonesia turut

melakukan edukasi langsung ke masyarakat dengan tagline “Cinta, Bangga,

Paham Rupiah”.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Tidak Layak Edar

Bank Indonesia Provinsi NTT

5.2.2.2. Perkembangan Temuan Uang Palsu (Upal) di Provinsi NTT

Temuan uang palsu di triwulan II 2021 hingga bulan Mei meningkat

dibandingkan triwulan II tahun 2020. Hingga bulan Mei 2021, ditemukan uang

Page 74: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 65

palsu sebanyak 14 lembar,meningkat dibandingkan pada triwulan II 2020 yang

sebesar 4 lembar. Apabila dibandingkan dengan triwulan I 2021, jumlah temuan

pada triwulan II 2021 menurun dari 23 lembar menjadi 14 lembar.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.6 Perkembangan Temuan Uang Palsu di

Provinsi NTT

5.2.3. Perkembangan Sistem Pembayaran Nontunai di Provinsi NTT

5.2.3.1. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Provinsi

NTT

Pada triwulan II 2021, transaksi kliring di Provinsi NTT relatif meningkat secara qtq

maupun yoy. Peningkatan kinerja transaksi kliring tercermin dari meningkatnya

nominal transaksi kliring yang tercatat sebesar Rp2,92 triliun atau bertumbuh 10,28%

(yoy) dan 4,27% (qtq). Pertumbuhan nominal transaksi kliring relatif membaik jika

dibandingkan dengan periode triwulan I 2021 yang mengalami kontraksi sebesar

4,38% (yoy) atau sebesar 30.54% (qtq). Jika dilihat dari sisi volume transaksi, jumlah

volume transaksi kliring pada triwulan II 2021 masih relatif sama dengan periode yang

sama di triwulan ataupun tahun sebelumnya yakni tercatat sebesar 62,15 ribu lembar

dengan angka pertumbuhan sebesar -0,34% (yoy) atau 4,92% (qtq). Kondisi volume

transaksi tercatat lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I 2021

yang terkontraksi sebesar 12,32% (yoy).

Page 75: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 66

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.7 Perkembangan Volume Transaksi

SKNBI di Provinsi NTT Grafik 5.8 Perkembangan Nilai Nominal

Transaksi SKNBI di Provinsi NTT

5.2.3.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) di

Provinsi NTT

Pada triwulan II 2021, volume transaksi nontunai nilai besar melalui BI-

RTGS di Provinsi NTT mengalami peningkatan, meskipun secara nominal relatif

turun. Volume transaksi BI RTGS pada triwulan II 2021 mencapai 4.254 transaksi

atau tumbuh 16,10% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode triwulan I

2021 yang sebesar 80,23% (yoy). Sementara itu, nominal transaksi pada triwulan

II 2021 tercatat menurun yakni sebesar Rp19,41 triliun atau mengalami kontraksi

27,74% (yoy). Secara triwulanan, nominal transaksi BI-RTGS juga menunjukkan

perlambatan sebesar 8,17% (qtq).

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Page 76: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 67

Grafik 5.9 Perkembangan Volume Transaksi BI-RTGS Grafik 5.10 Perkembangan Nominal

Transaksi BI-RTGS

5.3. Perkembangan Inklusi Keuangan Provinsi NTT

5.3.1. Perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di Provinsi NTT

5.3.1.1. Perkembangan Kartu ATM/ Debet

Transaksi kartu ATM/Debet di triwulan II 2021 mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Secara nominal, transaksi kartu ATM/Debet tercatat sebesar

Rp12,1 triliun atau tumbuh sebesar 40,3% (yoy). Pertumbuhan nominal transaksi

turut tercatat lebih baik secara qtq, yaitu sebesar 11,9% dibandingkan triwulan I

2021.Seiring dengan peningkatan nominal transaksi, volume transaksi juga tercatat

tumbuh sebesar 34,6% (yoy) atau 9,92% (qtq) dengan besar volume sebanyak 15,75

juta transaksi. Sementara itu, jumlah kartu ATM/Debet di provinsi NTT pada triwulan

II 2021 tumbuh sebesar 13,5% (yoy) atau tercatat sebesar 2,36 juta kartu.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.11 Perkembangan Nominal Transaksi

Kartu ATM/ Debet di Provinsi NTT Grafik 5.12 Perkembangan Volume

Transaksi Kartu ATM/ Debet di Provinsi NTT

Page 77: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 68

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.13 Perkembangan Jumlah Kartu ATM/ Debet di

Provinsi NTT

5.3.1.2. Perkembangan Kartu Kredit di Provinsi NTT

Transaksi kartu kredit di Provinsi NTT pada triwulan II 2021

meningkat, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Besar nominal

transaksi kartu kredit pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp 114,60 miliar

atau tumbuh sebesar 21% (yoy). Sejalan dengan itu, volume transaksi juga

tumbuh sebesar 37% (yoy) atau tercatat sebanyak 156.319 transaksi.

Pertumbuhan transaksi di triwulan II 2021 turut tercatat membaik jika

dibandingkan dengan pertumbuhan tansaksi di triwulan I 2021 yang

mengalami kontraksi sebesar 44% (yoy) dari sisi nominal dan 31% (yoy) dari

sisi volume. Sementara itu, jumlah kartu kredit pada triwulan II 2021 tumbuh

sebesar 29,8% (yoy) atau tercatat sebanyak 37.653 kartu.

Page 78: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 69

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.14 Perkembangan Nominal Transaksi

Kartu Kredit di Provinsi NTT Grafik 5.15 Perkembangan Volume

Transaksi Kartu Kredit di Provinsi NTT

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.16 Perkembangan Jumlah Kartu Kredit di Provinsi

NTT

5.3.2. Perkembangan Transaksi Elektronik di Provinsi NTT

Seiring dengan peningkatan awareness dan kebiasaan bertransaksi secara

nontunai, transaksi elektronik di triwulan II 2021 tumbuh secara signifikan. Nominal

transaksi elektronik di triwulan II tercatat sebesar Rp88,61 miliar atau tumbuh sebesar

730% (yoy). Pertumbuhan transaksi di triwulan II 2021 masih lebih tinggi jika

dibandingkan dengan triwulan I 2020 yang tercatat sebesar 512% (yoy). Secara

triwulanan, nominal transaksi juga tercatat tumbuh sebesar 55% (qtq) dari sebelumnya

sebesar Rp57,14 miliar di triwulan I 2021.

Sejalan dengan pertumbuhan pada sisi nominal transaksi, volume transaksi elektronik

pada triwulan II 2021 juga tercatat tumbuh sebesar 687% (yoy) dengan besar volume

sebanyak 353.619 transaksi. Volume transaksi pada triwulan II 2021 tercatat tumbuh

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 479%

(yoy). Secara triwulanan, volume transaksi elektronik tumbuh sebesar 41% (qtq) dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 251.051 transaksi. Peningkatan pada nominal dan

volume transaksi di tahun 2021 didukung oleh penunjukkan salah satu PJSP nontunai

Page 79: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 70

yang beroperasi di Nusa Tengga Timur sebagai penyalur bantuan sosial secara nontunai,

khususnya bantuan sosial sembako.

Berdasarkan pencatatan identitas pengguna, uang elektronik di Provinsi NTT

didominasi oleh uang elektronik registered dengan pangsa 85,15% dari total uang

elektronik, atau tercatat sebanyak 268.490 unit. Sementara itu, berdasarkan media

penyimpan, 92,90% media penyimpanan didominasi oleh uang elektronik server based

atau sebanyak 427.749 unit. Uang elektronik registered pada triwulan II – 2021 tumbuh

signifikan sebesar 244,2% (yoy), sejalan dengan peningkatan penyimpanan nilai uang

elektronik server based yang tumbuh sebesar 211,9% (yoy). Pertumbuhan UE server

based turut didorong oleh semakin meningkatnya penggunaan transaksi QRIS di

masyarakat.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.17 Perkembangan Volume Transaksi

Elektronik di Provinsi NTT Grafik 5.18 Perkembangan Nominal

Transaksi Elektronik di Provinsi NTT

Dalam mendukung pertumbuhan transaksi elektronik, Bank Indonesia juga

mendorong perluasan penggunaan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) di

masyarakat, baik dari sisi supply (jumlah merchant yang menggunakan QRIS)

maupun dari sisi demand (kesadaran masyarakat bertransaksi secara nontunai

melalui QRIS). Pada Juni 2021, tercatat sebanyak 37.450 merchant di Provinsi NTT sudah

menggunakan QRIS sebagai alternatif transaksi. Jumlah ini meningkat sebesar 82% (yoy)

dan 11% (qtq). Sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia, perluasan akseptansi dan

Page 80: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 71

implementasi QRIS diharapkan dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan

keuangan digital masyarakat di Provinsi NTT.

Sebagai upaya mendorong akseptansi dan perluasan transaksi nontunai,khususnya

transaksi keuangan pemerintah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT telah

membentuk 12 TP2DD tingkat Kabupaten/Kota melalui sinergi dengan pemerintah

daerah.Perluasan TP2DD akan terus dilakukan dengan target pembentukan TP2DD

tingkat Provinsi dan 22 TP2DD tingkat Kabupaten/Kota pada akhir tahun 2021.

Perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah dengan menggunakan kanal digital

QRIS telah diimplementasikan pada penerimaan retribusi pasar di Pasar Oebobo Kota

Kupang. Implementasi QRIS pada retribusi pasar adalah hasil sinergi KPw Provinsi NTT,

Pemerintah Kota Kupang, Telkom-Qren dan PD Pasar Kota Kupang.

Selanjutnya,perluasan akan dilakukan ke beberapa pasar lainnya di Kota Kupang.

KPw Provinsi NTT bersinergi dengan Penyedia Jasa Pembayaran dalam memberikan

dukungan terhadap Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo dalam hal

penyediaan layanan sistem pembayaran non tunai. Beberapa rencana pengembangan

elektronifikasi dan akan dijadwalkan untuk piloting adalah implementasi elektronifikasi

retribusi pasar dan dukungan layanan non tunai pada pembayaran tiket pariwisata di

Kawasan Taman Nasional Komodo. Adapun dukungan layanan non tunai pada sektor

pariwisata akan dilakukan melalui implementasi QRIS pada ekosistem Bandara Komodo

Labuan Bajo, ekosistem Destinasi Wisata Danau Kelimutu, dan Kampung Wisata Melo.

Dari sisi supply, KPw Provinsi NTT bersinergi dengan Penyedia Jasa Sistem Pembayaran

(PJSP) untuk melakukan berbagai kegiatan promo experience penggunaan QRIS dalam

bertransaksi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong peningkatan transaksi

QRIS,salah satunya melalui event GBBI di Labuan Bajo.

Page 81: Agustus - bi.go.id

| Bab V – Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 72

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 5.19 Perkembangan Jumlah Merchant QRIS di

Provinsi NTT

Page 82: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 73

Bab VI.

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT pada Februari 2021 tercatat sebesar 2,88 juta

orang, meningkat 6,99% dari tahun sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka tercatat

meningkat menjadi sebesar 3,38%. Meskipun demikian, kondisi ketenagakerjaan

terindikasi membaik, tercermin dari jumlah pekerja terdampak COVID-19 yang menurun

dibandingkan periode Agustus 2020.

Rata-rata nilai tukar petani (NTP) pada triwulan II 2021 tercatat masih rendah sebesar

94,41. Sementara itu, rasio kemiskinan di Provinsi NTT pada Maret 2021 tercatat sebesar

20,99%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

6.1 Kondisi Umum

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan Provinsi NTT menurun sebagai

dampak pandemi COVID-19. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2021

tercatat sebesar 3,38%, lebih tinggi dibandingkan Februari tahun 2020 sebesar 2,64%.

Meskipun demikian, terdapat tanda-tanda perbaikan kondisi ketenagakerjaan, tercermin

dari data pekerja terdampak COVID-19 yang berkurang dibandingkan dengan Agustus

2020. Sementara itu, tingkat kesejahteraan menurun, tercermin dari rasio kemiskinan yang

meningkat menjadi sebesar 21,21% pada September 2020. Selanjutnya, Nilai Tukar Petani

(NTP) juga masih rendah, dengan NTP pada triwulan I 2021 yang sebesar 94,65.

6.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

TPT Provinsi NTT pada Februari 2021 tercatat sebesar 3,38% (0,10 juta orang),

mengalami peningkatan dari Februari 2020 yang sebesar 2,64% (0,08 juta orang),

sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Namun demikian, kondisi TPT Provinsi NTT pada

Februari 2021 masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata TPT Nasional yang sebesar

Page 83: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 74

6,26%. Secara spasial, Provinsi NTT merupakan Provinsi kedua dengan TPT yang paling

rendah setelah Provinsi Sulawesi Barat dengan TPT sebesar 3,28%.

Sampai dengan Februari 2021, terdapat 308 ribu pekerja yang masih terdampak

COVID-19. Meskipun demikian, kondisi tersebut menunjukkan perbaikan dibandingkan

dengan Agustus 2020 di mana terdapat 373 ribu pekerja yang terdampak COVID-19. Bila

dilihat lebih detail, jumlah pengangguran karena COVID-19 menurun sebesar 55%.

Sementara itu, jumlah pekerja yang jam kerjanya berkurang karena COVID-19 menurun

sebesar 18%. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Provinsi NTT akan

membaik di masa yang akan datang.

Tabel 6.1. Dampak COVID-19 terhadap Penduduk Usia Kerja, Agustus 2020 s.d. Februari 2021

Komponen

Agustus 2020

Februari 2021

Perubahan Agu '20 - Feb '21

ribu orang ribu orang ribu orang persen

a. Pengangguran karena COVID-19 13,76 6,19 -7,57 -55%

b. Bukan Angkatan Kerja karena COVID-19 4,98 4,08 -0,90 -18%

c. Sementara tidak bekerja karena COVID-19 16,50 19,94 3,44 21%

d. Pekerja yang jam kerjanya berkurang karena COVID-19 337,98 277,83 -60,15 -18%

TOTAL 373,22 308,04 -65,18 -17% Sumber: BPS

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi NTT pada Februari 2021

tercatat sebesar 73,29%, menurun dibandingkan periode yang sama di tahun

sebelumnya sebesar 73,91%. Meskipun jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan,

meningkatnya tingkat pengangguran berdampak pada TPAK yang menurun. Jumlah

angkatan kerja pada Februari 2021 tercatat sebesar 2,88 juta orang, meningkat dari Februari

2020 yang sebesar 2,86 juta orang. Bila dilihat berdasarkan gender, penurunan TPAK

terutama bersumber dari pekerja laki-laki. TPAK laki-laki pada Februari 2021 tercatat sebesar

81,84%, menurun dibandingkan Februari 2020 sebesar 83,10%. Sementara itu, TPAK

perempuan pada Februari 2021 tercatat sebesar 65,03%, relatif tidak berubah dibandingkan

Februari 2020 yang sebesar 65,04%.

Page 84: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 75

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 6.1. Perkembangan Tenaga Kerja

Provinsi NTT Grafik 6.2. Perkembangan Status Tenaga Kerja

Provinsi NTT

Lapangan kerja informal masih mendominasi struktur tenaga kerja di Provinsi NTT.

Kondisi tersebut tidak mengalami perubahan selama lima tahun terakhir. Pada Februari

2021, terdapat 2,19 juta penduduk yang bekerja di sektor informal, atau sebesar 78,7%

dari total tenaga kerja di Provinsi NTT. Jumlah pekerja di sektor informal tersebut mengalami

kenaikan sebesar 2,65% (yoy) dibandingkan Februari 2020. Banyaknya penduduk yang

bekerja pada kegiatan informal umumnya dikarenakan persyaratan yang cukup mudah,

salah satunya tidak diperlukannya latar belakang pendidikan maupun jenis keterampilan

tertentu. Kondisi ini sejalan dengan profil penduduk bekerja di Provinsi NTT yang sebagian

besar merupakan lulusan SD (51,14%).

Bila dilihat berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian masih mendominasi

pangsa tenaga kerja di Provinsi NTT. Terdapat 1,57 juta orang yang bekerja di sektor

pertanian, atau mencapai 56% dari total tenaga kerja di Provinsi NTT. Kondisi tersebut tidak

berubah dibandingkan periode-periode sebelumnya, sesuai dengan kontribusi sektor

pertanian yang memiliki pangsa sangat besar terhadap perekonomian Provinsi NTT secara

keseluruhan. Berdasarkan data PDRB Provinsi NTT triwulan I 2021, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki pangsa sebesar 29,4% dari ekonomi Provinsi

NTT.

Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pekerja di Provinsi NTT pada

Februari 2021 merupakan lulusan SD. Pekerja dengan pendidikan SD tercatat sebanyak

2,80%3,38%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Feb Feb Feb Feb Feb Feb

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Angkatan Kerja Kerja TPT (%)

Juta Orang

77,4% 77,0% 75,4% 76,9% 78,7%

22,6% 23,1% 24,6% 23,1% 21,3%

Jan 17 Jan 18 Jan 19 Jan 20 Jan 21

Informal Formal

Page 85: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 76

1,44 juta, atau sebesar 52% dari total tenaga kerja di Provinsi NTT. Kemudian, pekerja

dengan pendidikan SMP tercatat sebanyak 0,42 juta, atau sebesar 15% dari total tenaga

kerja. Pekerja dengan pendidikan SMA tercatat sebanyak 0,42 juta, atau sebesar 15% dari

total tenaga kerja. Sementara itu, pekerja dengan pendidikan Diploma dan Sarjana masih

terbatas, dengan jumlah masing-masing sebanyak 60 ribu orang (2%) dan 280 ribu orang

(10%). Ke depan, perlu dilakukan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Provinsi NTT melalui peningkatan pendidikan.

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 6.3. Pangsa Lapangan Usaha Tenaga

Kerja NTT Per Februari 2021

Grafik 6.4. Pangsa Pendidikan Terakhir Tenaga

Kerja NTT Per Februari 2021

Secara spasial, Kota Kupang memiliki TPT tertinggi sebesar 10,90%. Hal tersebut

sejalan dengan persebaran penduduk di Provinsi NTT yang terkonsentrasi di Kota Kupang

sebagai ibukota Provinsi NTT. Tingkat TPT tertinggi kedua terdapat di Kabupaten Belu yakni

sebesar 7,42%, sedangkan TPT terendah terdapat di Kabupaten Manggarai Timur yang

sebesar 2,10%. Pada Agustus 2020, seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT mengalami

peningkatan TPT dibandingkan Agustus 2019 sebagai dampak pandemi COVID-19 yang

mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja.

Pertanian56%

Perdagangan10%

Industri Pengolahan8%

Jasa Pendidikan5%

Admin. Pemerintahan

5%

Transportasi4%

Konstruksi4%

Lainnya7%

SD52%

SMP15%

SMA Umum15%

SMA Kejuruan6%

Diploma I,II,III2%

Universitas10%

Page 86: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77

Sumber: BPS

Grafik 6.3. TPT Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Per Agustus 2020

6.3 Perkembangan Kesejahteraan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada Maret 2021 mengalami kenaikan

dibandingkan Maret 2021. Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 tercatat sebesar

20,99% atau sejumlah 1,17 juta orang, meningkat dibandingkan Maret 2021 yang sebesar

20,90% (1,13 juta orang). Kemiskinan di Provinsi NTT sejalan dengan kondisi Nasional yang

juga mengalami kenaikan menjadi 10,14% (27,55 juta orang) dari sebelumnya 9,78%

(24,79 juta orang) pada Maret 2020. Secara spasial, Provinsi NTT menempati peringkat

ketiga sebagai provinsi dengan persentase kemiskinan tertinggi, setelah Papua (26,80%)

dan Papua Barat (21,70%). Secara umum, tingkat kemiskinan di Provinsi NTT dalam 5 tahun

terakhir menunjukkan tren penurunan. Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan

perlambatan ekonomi yang pada ujungnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Sumber: BPS Sumber: BPS

10,90

7,42

4,90 4,90 4,88 4,69 4,26 4,09 4,02 4,00 3,96 3,72 3,63 3,49 3,16 3,11 3,09 3,08 2,95 2,63 2,36 2,10

TPT (%)

10,649,82 9,41 9,78 10,14

21,85 21,35 21,09 20,90 20,99

9

11

13

15

17

19

21

23

Mar 17 Mar 18 Mar 19 Mar 20 Mar 21

Nasional NTT

26,8

21,7 20,99

17,9915,59 15,3 14,23

13,06 12,98 12,8

Page 87: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 78

Grafik 6.4. Perkembangan Persentase

Kemiskinan Provinsi NTT dan Nasional

Grafik 6.5. Sepuluh Provinsi Dengan Persentase

Kemiskinan Tertinggi Per Maret 2020

Tingkat kesejahteraan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, tercermin

dari Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami penurunan. Rata-rata NTP Provinsi NTT pada

triwulan II tercatat sebesar 94,41, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar

95,61. NTP yang tercatat di bawah indeks 100 mengindikasikan bahwa harga bahan baku

yang dibayar oleh petani untuk produksi lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang

diterima dari penjualan produk. Bila dilihat lebih rinci, indeks yang dibayar (IB) tercatat

sebesar 107,05, lebih tinggi dari indeks yang diterima (IT) sebesar 101,07. Kondisi ini juga

mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani

belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, baik untuk konsumsi rumah

tangga maupun untuk biaya produksi pertaniannya. Bila dilihat berdasarkan subsektor,

pertanian hortikultura dan perikanan mencatat NTP di atas 100, dengan masing-masing

sebesar 105,29 dan 103,28. Di sisi lain, subsektor padi palawija dan perikanan masih

mencatatkan NTP di bawah 100, dengan masing-masing sebesar 93,25 dan 90,86.

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 6.6. Perkembangan NTP Provinsi NTT Grafik 6.7. NTP Provinsi NTT Berdasarkan

Subsektor

Tingkat ketimpangan di Provinsi NTT membaik, tercermin dari rasio gini yang

menurun. Rasio gini pada Maret 2021 tercatat 0,346, menurun dibandingkan Maret 2020

yang sebesar 0,354. Rasio gini di Provinsi NTT lebih baik dibandingkan kondisi Nasional yang

50,00

70,00

90,00

110,00

130,00

150,00

85,00

90,00

95,00

100,00

105,00

110,00

I II III IV I II III IV I II

2019 2020 2021

NTP IT - rhs IB - rhs

80

85

90

95

100

105

110

Padi Palawija Hortikultura Peternakan Perikanan

Tw I 2021 Tw II 2021

Page 88: Agustus - bi.go.id

Bab VI |Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 79

tercatat memiliki rasio gini sebesar 0,384. Secara umum, rasio gini yang mendekati 0

menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat yang lebih merata.

Sumber: BPS

Grafik 6.8. Perkembangan Rasio Gini Provinsi NTT

0,393 0,3890,382 0,381 0,384

0,3590,351

0,356 0,3540,346

0,30

0,32

0,34

0,36

0,38

0,40

MAR 17 MAR 18 MAR 19 MAR 20 MAR 21

Nasional NTT

Page 89: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 80

• Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 diperkirakan tumbuh positif dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020. Kinerja Perekonomian Provinsi NTT pada tahun 2021 ditopang oleh peningkatan investasi dan perbaikan kinerja konsumsi masyarakat. Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan diperkirakan didorong oleh akselerasi LU Perdagangan Besar dan Eceran seiring pelonggaran kebijakan pembatasan yang dilakukan sampai dengan triwulan II 2021, dan meningkatnya kinerja LU Kontruksi sejalan dengan berlanjutnya proyek pemerintah. Namun demikian, kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sedikit tertahan akibat dampak badai siklon Seroja.

• Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan dengan dengan inflasi tahun 2020. Inflasi Provinsi NTT diperkirakan meningkat terutama didorong oleh membaiknya permintaan domestik seiring dampak kebijakan PEN, peningkatan aktivitas ekonomi pasca vaksinasi, kenaikan tarif cukai rokok, serta keyakinan konsumen yang meningkat. Sementara itu, Siklon Seroja pada awal April 2021 berpotensi meningkatkan tekanan inflasi pada tahun 2021 disebabkan oleh kerusakan lahan pertanian, kematian binatang ternak, kerusakan kapal tangkap, dan kerusakan pabrik bahan makanan seperti tahu dan tempe.

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2021

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021

diperkirakan tumbuh positif setelah mengalami kontraksi pada tahun 2020. Kinerja

perekonomian Provinsi NTT pada tahun 2021 diproyeksikan membaik pada kisaran

2,78% – 3,58% (yoy). Perbaikan kinerja perekonomian Provinsi NTT pada tahun 2021 dari

sisi pengeluaran ditopang oleh membaiknya investasi dan konsumsi masyarakat sejalan

dengan program vaksinasi dan meningkatnya aktivitas ekonomi. Kegiatan vaksinasi tahap

pertama di Provinsi NTT telah dimulai sejak 15 Januari 2021 dengan progres distribusi vaksin

mencapai 678.168 orang (17,7%) untuk dosis 1 dan 437.510 orang (11,4%) untuk dosis 2.

Kegiatan vaksinasi diharapkan dapat menekan penyebaran COVID-19 sehingga aktivitas

ekonomi masyarakat dapat pulih secara perlahan dan membentuk herd immunity.

Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2021 diperkirakan terus membaik,

melanjutkan tren pemulihan ekonomi Provinsi NTT. Pemulihan konsumsi rumah tangga

didorong oleh keberlanjutan program bantuan Jaring Pengaman Sosial yang diberikan oleh

Page 90: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 81

Pemerintah Pusat seperti Bantuan Sosial Tunai (BST), diskon tarif listrik, Bantuan Subsidi

Upah (BSU), Kartu Sembako, dan Program Keluarga Harapan (PKH). Berlanjutnya program

insentif fiskal berupa diskon PPnBM1 tahap pertama periode bulan Maret – Mei 2021, tahap

kedua pada periode Juni – Agustus 2021, sampai dengan tahap ketiga pada periode bulan

September – Desember 2021 dalam meningkatkan pembelian kendaraan bermotor. Lebih

lanjut, adanya kebijakan pelonggaran ketentuan Uang Muka KKB/PKB menjadi paling sedikit

0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru, dan Loan to Value (LTV)2 paling tinggi

100% yang berlaku sejak 1 Maret 2021 dapat mendorong peningkatan level konsumsi

masyarakat pada tahun 2021. Optimisme masyarakat juga mengalami peningkatan turut

mendukung pemulihan konsumsi rumah tangga, tercermin dari angka Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) yang mencapai 144,67 pada akhir triwulan II 2021.

Perbaikan Investasi juga turut mendukung perbaikan kinerja perekonomian

Provinsi NTT, terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya Proyek Strategis Pemerintah

(PSN) dan Penataan KSPN Labuan Bajo. Keberlanjutan pembangunan proyek investasi

pada tahun 2021 diperkirakan meningkat, didukung oleh berlanjutnya pembangunan PSN

(Program Strategis Nasional), antara lain Bandar Udara Komodo, Terminal Multipurpose Wae

Kelambu (Labuan Bajo), Bendungan Manikin (Kab. Kupang), Bendungan Temef, Bendungan

Mbay, Bendungan Napun Gete, serta Pelabuhan Tenau (Kota Kupang). Disamping itu

kementerian dan pemerintah daerah terus bersinergi dalam mempercepat penataan

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo dalam mendorong sektor

pariwisata sebagai Prime Mover Economy. Pembangunan KSPN Labuan Bajo diwujudkan

dalam pengembangan infrastruktur seperti jalan, Bandara Komodo, Pelabuhan Multi

Purpose, sarana prasarana jaringan air bersih, maupun penataan kawasan melalui

pembangunan atraksi seperti Puncak Waringin, Batu Cermin, Kawasan Pantai Marina, Pulau

Rinca, dan pengembangan desa wisata. Adapun progres penataan kawasan Puncak

Waringin dan Batu Cermin sudah mencapai 100% pada akhir Juni 2021 dan akan dilakukan

serah terima pada bulan September 20213.

1 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 77/PMK.010/2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang

Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/2/PBI/2021 tentang Rasio Loan To Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing To Value

untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor 3 Keterangan Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTT pada bulan Juni 2021

Page 91: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 82

Pemerintah Provinsi NTT terus mendorong pembangunan infrastruktur

prioritas melalui pinjaman PEN (Pemulihan ekonomi Nasional) sebesar Rp1 Triliun

kepada PT. SMI. Selanjutnya, telah dilakukan penandatanganan dokumen penawaran

perjanjian pinjaman antara Gubernur NTT dengan PT. SMI pada bulan Agustus 2021.

Adapun pembangunan dari pinjaman PT. SMI pada Tahun 20214 akan berfokus kepada

pembangunan embung dan penampungan air dengan total anggaran Rp34,5 M; proses

rehabilitasi jalan dan pembangunan jalan provinsi utama tambahan dengan total anggaran

Rp898,2 M; serta pembangunan Infrastruktur kawasan pemukiman strategis daerah Provinsi

NTT dengan besar anggaran Rp75 M.

Sementara itu, kinerja sektor eksternal diperkirakan meningkat didorong oleh

perbaikan ekonomi global yang diproyeksikan oleh IMF mencapai 6% pada tahun

20215. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja negara mitra dagang utama (antara lain Timor

Leste, Korea Selatan, Tiongkok, dan Vietnam) serta pemulihan akses perdagangan

antarnegara dan antardaerah setelah dilakukan pelonggaran PPKM (Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang tercermin dari kinerja ekspor dan impor pada

triwulan II yang terus mengalami perbaikan masing-masing mencapai 48,93% (yoy) dan

6.285,6%(yoy).

Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021

Konsumsi Rumah Tangga

4.72 4.45 5.40 -1.64 ⇑

Konsumsi LNPRT 6.86 9.76 5.21 -4.04 ⇑

Konsumsi Pemerintah 2.27 6.02 2.29 -8.04 ⇑

PMTB 6.21 4.94 5.58 -8.29 ⇑

Ekspor -3.58 16.86 -3.98 -34.44 ⇑

Impor 3.23 6.79 3.18 -14.87 ⇑

PDRB 5.11 5.11 5.24 -0.83 ⇑

Dari sisi LU, Pemulihan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 terutama

didorong oleh perbaikan kinerja LU utama. Pertumbuhan LU pertanian, kehutanan, dan

perikanan Provinsi NTT diperkirakan kembali meningkat, terutama dipengaruhi oleh curah

4 Keterangan Dinas PUPR Provinsi NTT pada bulan Juni 2021 5 IMF World Economic Outlook: July 2021

Page 92: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 83

hujan yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring musim penghujan

yang dimulai sejak bulan November 20206, implementasi program pemerintah seperti Tanam

Jagung Panen Sapi (TJPS) dengan rencana alokasi tanam tahun 2021 sebesar 40.000 Ha.

Disamping itu, pembangunan food estate di Sumba Tengah dengan target luas lahan

sebesar 10.000 ha pada tahun 2021, dan rencana penambahan food estate di Kab. Belu

seluas 7000 ha diperkirakan dapat mendorong kinerja LU Pertanian secara keseluruhan

tahun 2021.

Badai Siklon Seroja yang melanda Provinsi NTT pada tanggal 4-5 April 2021

menahan kinerja LU Pertanian. Bencana tersebut berdampak terhadap kerusakan lahan

subsektor tanaman bahan makanan (tabama)7 mencapai 23 ribu Ha padi dan 13,8 ribu Ha

jagung yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota, sehingga menahan peningkatan produksi

tabama di tengah musim panen raya pada Tw. II tahun 2021. Pada subsektor peternakan

terdapat 45,1 ribu ekor ternak hilang (terdiri dari 14 ribu ternak besar dan 31,1 ribu ternak

kecil)8 sementara di sisi subsektor perikanan sebanyak 602 kapal mengalami kerusakan berat

(537 unit memiliki kapasitas 1-10 GT dan 65 unit memiliki kapasitas 10-30 GT). Sehingga,

pemerintah meminimalisir dampak bencana dengan: (1) mempercepat musim tanam (April

– September), mengganti tanaman rusak serta menyiapkan benih, (2) memperbaiki

infrastruktur pertanian (pengairan/irigasi) (3) memberikan bantuan kapal dan alat tangkap,

serta (4) memberikan bantuan obat-obatan dan pemantauan kesehatan ternak.

Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

juga diperkirakan meningkat pada tahun 2021 seiring pelonggaran kebijakan

pembatasan yang dilakukan sampai dengan triwulan II 2021. Perbaikan tersebut

didukung dengan ekspektasi positif pelaku usaha dan rumah tangga terkait kasus COVID-

19 yang semakin terkendali. Berlakunya insentif fiskal berupa diskon PPnBM dan kebijakan

pelonggaran ketentuan Uang Muka KKB/PKB serta Loan to Value (LTV) yang berlaku sejak 1

Maret 2021 menjadi faktor pendorong peningkatan penjualan kendaraan bermotor dan

properti. Sektor ritel juga diprakirakan membaik didukung oleh perpanjangan jam

6 Keterangan BMKG NTT pada bulan September 2020 7 Keterangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT pada bulan Mei 2021 8 Keterangan Dinas Peternakan Provinsi NTT pada bulan Mei 2021

Page 93: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 84

operasional pusat perbelanjaan secara bertahap, terutama didorong oleh peningkatan

aktivitas penjualan pada HBKN dan tahun ajaran baru.

Perbaikan kinerja LU Konstruksi didorong oleh berlanjutnya proyek pemerintah

yang sempat tertunda pada tahun 2020. Pengembangan Destinasi Pariwisata Super

Prioritas (DPSP) Labuan Bajo baik infrastruktur (jalan, Bandara Komodo, pelabuhan

multipurpose, dan pengolahan air) serta penataan kawasan wisata akan mendorong sektor

konstruksi secara keseluruhan. Disamping itu, pengerjaan jalan provinsi melalui skema

pembiayaan pinjaman daerah PT. SMI tahun 2020 (Rp189,7 miliar) ditargetkan akan selesai

pada bulan Juli 2021. Pada Tahun 2021, pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) di

Provinsi NTT juga terus berlanjut, Provinsi NTT mengajukan pinjaman infrastruktur kepada

PT SMI dalam rangka PEN sebesar Rp1,01 triliun untuk pembenahan jalan provinsi 516,47

km, pembangunan embung 22 unit dan pengembangan SPAM yang menjadi faktor

pendorong LU Konstruksi pada keseluruhan tahun 2021.

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020* 2021

Pertanian, Kehutanan, Perikanan 4.94 2.94 3.69 0.96 ⇑

Konstruksi 5.83 6.39 4.43 -9.82 ⇑

Perdagangan Besar dan Eceran 4.62 7.33 7.64 -5.96 ⇑

PDRB 5.11 5.11 5.24 -0.83 ⇑

Perkiraan pemulihan ekonomi Provinsi NTT pada tahun 2021 tidak terlepas dari

berbagai faktor penghambat maupun potensi risiko yang mungkin terjadi dan harus

dimitigasi secara efektif untuk meminimalisir dampak perekonomian secara keseluruhan.

Beberapa risiko yang dapat mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT yaitu:

Tabel 7.3 Risiko Pertumbuhan Ekonomi Prov. NTT Tahun 2021

Indikator Faktor Pendorong/Penahan Arah

Vaksin Percepatan vaksinasi dalam mendorong herd immunity dan meningkatkan mobilitas

masyarakat ⇑

Perkiraan

Perekonomia

n Global

IMF melalui publikasi WEO pada bulan Juli 2021, memproyeksikan pertumbuhan

ekonomi global akan tumbuh 6% di tahun 2021. ⇑

Page 94: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 85

Curah Hujan

Informasi BMKG Prov. NTT, musim hujan dimulai akhir Oktober sampai dengan

Januari, dan Puncak curah hujan di atas rata-rata pada bulan Januari –Feb 2021

mendukung produktivitas pertanian pada tahun 2021.

Kebijakan

Pemerintah

Pemerintah pusat melanjutkan Program PEN melalui stimulus fiskal yang diwujudkan

melalui jaring pengaman sosial, dukungan dunia usaha (diskon bunga KUR), insentif

PPnBM untuk kendaraan bermotor, dan program kemandirian pangan yaitu food

estate Sumba Tengah.

Pemerintah daerah juga terus berkolaborasi dalam melanjutkan program percepatan

perekonomian melalui program TJPS, bantuan benih dan kapal, Pinjaman PEN

Infrastruktur sebesar Rp1 T, Insentif tunggakan pajak PKB dan BBNKB II, dan

pengembangan pariwisata estate

Kebijakan

Bank

Indonesia

Bauran kebijakan akomodatif melalui penurunan suku bunga BI7DRR menjadi 3,5%,

pelonggaran likuiditas, pelonggaran makroprudensial, kebijakan stabilitas nilai tukar,

dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran

COVID-19

Meningkatnya kasus COVID-19 pada akhir bulan Juni, dengan puncak kenaikan

tambahan kasus terkonfirmasi harian mencapai 3,598 orang (6 Agustus 2021).

Ditemukannya varian virus delta di Prov. NTT.

Pembatasan

Kegiatan

Penetapan penebalan PPKM di Prov. NTT yang dilanjutkan dengan penerapan PPKM

berdasarkan level sebagai kebijakan pembatasan dalam mengendalikan kasus

COVID-19. Pembatasan angkutan transportasi bagi pelaku perjalanan pada masa

penerapan PPKM Level 4.

7.2 Prospek Inflasi Provinsi NTT Tahun 2021

Inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 diperkirakan meningkat dibandingkan

dengan dengan inflasi tahun 2020. Perkiraan inflasi Provinsi NTT pada tahun 2021 masih

di dalam kisaran sasaran inflasi nasional yakni 3,00% ± 1,00% (yoy). Dari sisi permintaan,

meningkatnya inflasi pada tahun 2021 didorong oleh membaiknya permintaan konsumsi

dan daya beli masyarakat seiring stimulus kebijakan PEN, rata – rata upah

buruh/karyawan/pegawai di Prov. NTT yang meningkat sebesar 4,6%, peningkatan aktivitas

ekonomi pasca vaksinasi, serta keyakinan konsumen yang meningkat. Kebijakan kenaikan

cukai hasil tembakau (CHT)9 yang ditetapkan Pemerintah pada awal tahun 2021 juga

diperkirakan berdampak pada kenaikan harga rokok. Sementara itu, badai siklon seroja yang

terjadi pada awal April 2021 mengakibatkan: (1) kerusakan lahan-lahan pertanian terutama

hortikultura, (2) kerusakan infrastruktur pertanian seperti bendungan dan irigasi, (3)

9 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tanggal 15

Desember 2020

Page 95: Agustus - bi.go.id

| Bab VII – Prospek Perekonomian Daerah 86

menyebabkan kematian binatang ternak seperti sapi dan ayam, (4) kerusakan kapal-kapal

nelayan untuk menangkap ikan di laut, (5) kerusakan pabrik bahan makanan seperti tahu

dan tempe, serta (6) meningkatkan konsumsi bahan-bahan konstruksi untuk perbaikan

bangunan, menjadi faktor pendorong inflasi pada tahun 2021 secara keseluruhan,

walaupun lebih rendah dari perkiraan awal. Akan tetapi kenaikan yang lebih tinggi tertahan

oleh kebijakan PPKM dalam mengendalikan COVID-19 dan membatasi kegiatan masyarakat.

Dari sisi supply, kenaikan harga dipicu oleh pricing behavior dari pelaku usaha pasca

adaptasi kebiasaan baru antara lain dengan meningkatkan biaya operasional untuk

memenuhi standar protokol kesehatan, kompensasi kerugian di tahun 2020, serta

pembatasan kapasitas maksimal terutama penumpang angkutan. Tekanan eksternal pada

tahun 2021 diperkirakan tetap terjaga, tercermin dari membaiknya prospek ekonomi global,

nilai tukar terjaga, serta pembatasan perdagangan komoditas bahan makanan yang

minimal. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Provinsi NTT pada tahun 2021 yaitu:

Tabel 7.4 Risiko Inflasi Prov. NTT Tahun 2021

Faktor Pendorong

Percepatan vaksinasi yang diperkirakan meningkatkan mobilitas dan konsumsi masyarakat

Rata – rata upah buruh/karyawan/pegawai di Prov. NTT yang meningkat

Kenaikan tarif cukai rokok yang ditetapkan pemerintah diberlakukan mulai periode Februari 2021

Tarif angkutan udara yang meningkat pasca pelonggaran/peniadaan kebijakan pembatasan

Faktor Penahan

Kebijakan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam memenuhi kebutuhan domestik

Risiko Kenaikan kasus COVID-19 yang menyebabkan perpanjangan kebijakan pembatasan