perkawinan beda agama di indonesia (studi kasus di yayasan

121
PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan Harmoni Mitra Madania) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: DHIYA FAHIRA NIM : 11170440000089 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1442 H/2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA

(Studi Kasus di Yayasan Harmoni Mitra Madania)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

DHIYA FAHIRA

NIM : 11170440000089

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1442 H/2021

Page 2: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

ii

PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA

(Studi Kasus di Yayasan Harmoni Mitra Madania)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

DHIYA FAHIRA

NIM : 11170440000089

Di Bawah Bimbingan

Dr. Abdul Halim, M. Ag

NIP. 196706081994031005

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1442 H/2021 M

Page 3: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

iii

Page 4: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama Lengkap : Dhiya Fahira

NIM : 11170440000089

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Oktober 2000

Prodi/ Fakultas : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sawangan Elok RT 03 RW 08 Kel.

Duren Seribu, Kec. Bojongsari, Kota Depok,

Jawa Barat.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia untuk

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 April 2021

Dhiya Fahira

NIM. 11170440000089

Page 5: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

iv

Abstrak

Dhiya Fahira, NIM: 11170440000089. PERKAWINAN BEDA AGAMA DI

INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan Harmoni Mitra Madania). Program

Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M. xi + 69 halaman + 47

lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik perkawinan beda agama di

Yayasan Harmoni Mitra Madania dan legalitasnya menurut hukum Islam dan

hukum positif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

metode pendekatan normatif empiris. Sumber data diperoleh dari Yayasan

Harmoni Mitra Madania, peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur

yang berkaitan dengan legalitas perkawinan beda agama menurut hukum Islam

dan hukum positif. Teknik pengumpulan data berupa studi lapangan (field

research) dengan melakukan observasi serta interview dan studi kepustakaan

(library research). Metode menganalisanya menggunakan metode analisis

deskriptif. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa perkawinan beda agama yang

dilakukan di Yayasan Harmoni Mitra Madania dilaksanakan dengan dua kali

prosesi keagamaan agar dianggap sah menurut kedua agama mempelai.

Perkawinan yang telah dilaksanakan kemudian dicatatkan ke Kantor Catatan Sipil

(KCS) menggunakan surat keterangan nikah yang dikeluarkan oleh Yayasan

Harmoni Mitra Madania. Apabila KCS menolak untuk mencatatkan perkawinan

beda agama tersebut, maka Yayasan akan mensiasati secara administratif dengan

menerangkan bahwa kedua pasangan memeluk agama yang sama. Menurut

pendapat yang paling rajih, perkawinan beda agama dalam perspektif Islam

hukumnya haram karena terdapat banyak kesamaan antara musyrik dan ahli kitab

masa kini. Pendapat inilah sebagaimana diadopsi dalam Pasal 40 huruf c dan

Pasal 44 Kompilasi Hukum Islam. Sehingga secara otomatis tidak terpenuhi Pasal

2 ayat 1 UU Perkawinan. Pun secara hukum positif untuk mendapatkan legalitas

bagi perkawinan beda agama seharusnya didahului permohonan izin perkawinan

melalui penetapan pengadilan sesuai dengan amanah Pasal 21 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 35 Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. Oleh karena itu,

perkawinan beda agama yang dilakukan Yayasan Harmoni Mitra Madania tidak

sah baik secara hukum Islam maupun hukum positif.

Kata Kunci : Perkawinan beda agama, Yayasan Harmoni Mitra Madania.

Pembimbing : Dr. Abdul Halim, M.Ag

Daftar Pustaka :1946-2020

Page 6: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

v

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah

Subhanahu wa Ta’ala, yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, serta

keberkahan-Nyalah sehingga penulis diberikan kemudahan untuk menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat beriring Salam senantiasa kepada Nabi Muhammad

Shalallahu ‘alaihi Wasallam, semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di

akhirat.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Hukum Program Studi Hukum Keluarga pada Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini penulis

persembahkan kepada orang tua tersayang ayahanda Fauzi Abdullah dan ibunda

Istiqomah Amd. Keb, nenek tersayang Hj. Aliyah serta kakak dan adik tercinta

Nahdanisa Fachira dan Vita Maharani yang selalu memberikan semangat,

motivasi, bimbingan dan dukungan, kasih sayang serta do’a kepada penulis.

Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat, keberkahan dan kasih sayang.

Aamiin.

Selama proses penulis skripsi ini, sedikit banyak hambatan dan kesulitan

yang penulis hadapi, atas berkat rahmat dan hidayah dari Allah diberikan

kemudahan dalam mengerjakannya. Serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

telah membantu penyelesaian skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, selaku

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, SH., MH., MA, sekalu Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

vi

3. Dr. Mesraini, M.Ag, selaku ketua Program Studi Hukum Keluarga dan

Ahmad Chairul Hadi, M.A, sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Afwan Faizin, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan nasihat dan motivasi untuk mahasiswa-

mahasiswanya.

5. Dr. Abdul Halim, M. Ag selaku Dosen Pembimbing yang dengan luar

biasa telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan nasihat,

motivasi serta perbaikan selama penyusunan skripsi ini, terimakasih

banyak atas arahan, masukan dan koreksi yang bersifat membangun,

semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa membalas semua

kebaikan Bapak.

6. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama

dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan.

7. Keluarga besar El-Kamasy khususnya abang dan kakak terbaik Ilham

Ramdani Rahmat dan Nurdiana Ramadhan yang selalu membimbing

dan mendukung penulis.

8. Keluarga Besar Moot Court Community, sahabat-sahabatku yang luar

biasa Najla Yaumil Mazidah, Lailatul Qadriah, Millati Wardhani,

Adnan Kasshogie, Anjas Rinaldi Siregar, Wahyu Istiham. Abang dan

kakakku tersayang Abdillah Arief, Muhammad Aljabar Putra, Rezky

Panji, Lilis Ariska, Nurhalimah, Muhammad Eddy Kurniawan, Ksatria

Imam Nugraha, Zul Amirul Haq, Muhammad Sidik, Nur Rahmi

Febriani, Muhammad Faiz Putra Syanel, Muhammad Reza Baihaqi

dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Sahabat-sahabat terkasih, Siti Kholisoh, Fenny Nuraini, Utami Fitriah,

Syafila Tiara, Arini Salwa, Teddy Parhan, Faza Hushainy, Kurnia

Felaini, Rayhan Afif, Ahmad Hisyam, Triyas Sakti Dewi, Ratu Bilqis,

Page 8: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

vii

Farin Munazah, Dwi Mutia Ningrum, Wilda Amalia dan Imam

Bukhori.

10. Semoga Allah memberikan rahmat dan balasan pada setiap kebaikan

yang telah diberikan untuk penulis. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang

Hukum keluarga.

Jakarta, 05 April 2021 M

23 Syaban 1442 H

Penulis

Page 9: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………..…………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………………..........iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................... 4

1. Identifikasi Masalah............................................................. 4

2. Pembatasan Masalah ............................................................ 4

3. Rumusan Masalah ................................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5

1. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

2. Manfaat Penelitian ............................................................... 5

D. Literatur Review dan Kerangka Teori ....................................... 5

1. Literatur Review…………………………………………..5

2. Kerangka Teori…………………………………………….9

E. Metode Penelitian ..................................................................... 11

1. Jenis Penelitian .................................................................. 11

2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 11

3. Sumber Data ...................................................................... 12

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 12

5. Metode Analisis Data ........................................................ 13

6. Pedoman Penulisan ............................................................ 13

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 13

BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA ................ 14

Page 10: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

ix

A. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam ................. 14

1. Pengertian Perkawinan Beda Agama…………………….14

2. Perkawinan Beda Agama dalam Lintasan Sejarah……….15

3. Dasar Hukum Perkawinan Beda Agama…………………16

4. Pendapat Ulama tentang Perkawinan Beda Agama...........18

a. Perkawinan Laki-laki Muslim dengan Perempuan

Musyrik…………………………………………..18

b. Perkawinan Perempuan Muslim dengan Laki-laki

Musyrik…………………………………………..23

c. Perkawinan Laki-laki Muslim dengan Perempuan

ahli Kitab………………………………………...25

5. Perkawinan Beda Agama Menurut Fatwa Majelis Ulama

Indonesia………………………………………………....29

6. Perkawinan Beda Agama Menurut Kompilasi Hukum

Islam. …………………………………………………….31

B. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif ................. 31

1. Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan………………………31

2. Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan…...35

3. Perkawinan Beda Agama Menurut Hak Asasi Manusia....37

BAB III PROFIL YAYASAN HARMONI MITRA MADANIA .......... 40

A. Profil Yayasan Harmoni Mitra Madania ................................. 40

B. Profil Pendiri dan Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania ... 41

BAB IV PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DI YAYASAN

HARMONI MITRA MADANIA ............................................... 45

A. Praktik Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania .................................................................................. 45

B. Legalitas Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania Menurut Hukum Islam ............................................. 51

Page 11: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

x

C. Legalitas Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania Menurut Hukum Positif ........................................... 56

BAB V PENUTUP .................................................................................... 62

A. Simpulan ................................................................................. 62

B. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................... 70

Page 12: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Praktik perkawinan beda agama dalam masyarakat muslim menjadi

kontroversial, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia dengan karakteristik

masyarakat majemuk yang hidup berdampingan, tingginya tingkat migrasi

penduduk, ditambah dengan kemajuan teknologi komunikasi yang mempermudah

interaksi tanpa mengenal jarak menyebabkan perkawinan beda agama menjadi

sulit dihindari.1 Perkawinan beda agama di Indonesia terjadi baik di dalam negeri

maupun di luar negeri. Perkawinan beda agama di luar negeri menjadi kontras

terjadi di kalangan artis Indonesia seperti Marcell Siahaan (Buddha) dengan Rima

Melati Adams (Islam) yang berlangsung di Singapura Tahun 2009, Ari Sihasale

(Kristen) dan Nia Zulkarnaen (Islam) menikah di Australia Tahun 2003, Rio

Febrian (Kristen) dan Sabrina Kuno (Islam) menikah di Thailand pada 2010,

Frans Mohede (Kristen) dan Amara (Islam) menikah di Hongkong 1991, Neil G

Furuno (Kristen) dan Sarah Sechan (Islam) menikah di Amerika Serikat Tahun

2015 dan Dimas Anggara (Islam) dan Nadine Chandrawinata (Katolik) menikah

di Nepal Tahun 2018.2

Perkawinan beda agama telah menjadi perdebatan sejak lama yang terlihat

dalam berbagai literatur hukum Islam. 3 Di kalangan para ulama perdebatan

berawal dari perbedaan dalam menafsirkan konteks Q.S al-Baqarah: 221 dan Q.S

al-Maidah: 5 tentang siapa yang dimaksud kafir dan ahli kitab dalam kedua ayat

tersebut dan apakah larangan dalam ayat tersebut masih bersifat relevan dengan

kondisi umat saat ini.

Dalam konteks hukum positif, negara menyerahkan parameter sah atau

tidak sahnya sebuah perkawinan kepada agama masing-masing. Hal ini tertuang

dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

1 Achmad Nurcholish, Memoar Cintaku : Pengalaman Empiris Pernikahan Beda Agama,

(Yogyakarta : LKIS, 2004), h. 6. 2 https://www.idntimes.com/hype/entertainment/stella/artis-indonesia-yang-menikah-di-luar-

negeri-karena-beda-agama/6 diakses pada 5 Mei 2020 pukul 14.56 WIB. 3 Muhammad Amin Suma, Kawin Beda Agama di Indonesia Telaah Syariah dan Qanuniah,

(Tangerang : Lentera Hati, 2015), h. 105.

Page 13: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

2

Perkawinan yang menyatakan bahwa: (1) “Perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu” (2)

“Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku” 4 Kemudian diperjelas dengan Pasal 8 huruf f UU tersebut bahwa

“Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh

agamanya atau peraturan yang berlaku dilarang kawin.”

Komplasi Hukum Islam sebagai aturan turunan dari UU Perkawinan

mengatur larangan perkawinan beda agama antara muslim dan nonmuslim secara

tegas yang tertuang dalam Pasal 40 huruf c yaitu: “Dilarang melangsungkan

perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan karena keadaan

tertentu: c. seorang perempuan yang tidak beragama Islam” dan Pasal 44

“Seorang perempuan Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang

pria yang tidak beragama Islam.”5 Larangan ini diperkuat dengan Fatwa Majelis

Ulama Indonesia Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang Perkawinan Beda

Agama.6 Oleh karena itu, perkawinan beda agama dianggap tidak sah oleh hukum

Islam yang disepakati oleh ulama Indonesia dan tidak dapat dicatatkan di Kantor

Urusan Agama.

Namun, adanya larangan tersebut belum mampu untuk menghentikan

praktik perkawinan beda agama di Indonesia yang dipandang sebagai kebutuhan

masyarakat saat ini. Karena pada praktiknya perkawinan beda agama tetap dapat

dilakukan dengan upaya penyeludupan hukum. Setidaknya ada empat cara

menurut Prof. Wahyono Darmabrata, yang populer ditempuh pasangan beda

agama agar perkawinannya dapat dilangsungkan yang diakui oleh negara:7

Pertama, meminta penetapan pengadilan. Atas dasar penetapan itulah

calon pasangan dapat melangsungkan perkawinan di Kantor Catatan Sipil.

4Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) 5 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Departemen

Agama, 2001), h.6. 6 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang Perkawinan

Beda Agama 7Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

beserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaanya, (Jakarta : CV. Gitama Jaya, 2003), h.

102.

Page 14: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

3

Putusan pengadilan yang mengabulkan permohonan perkawinan beda agama

diantaranya adalah : Putusan Mahkamah Agung No. 1400 K/Pdt/1986,8 Putusan

Pengadilan Negeri Surakarta No. 46/ Pdt.P/2016/PN9, Putusan Pengadilan Negeri

Magelang No:04/Pdt.P/2012/PN.M10, dan Putusan Pengadilan Negeri Probolinggo

No 17/Pdt.P/2014/PN.Prob.11

Kedua, perkawinan dilakukan menurut agama masing-masing. Cara ini

ditempuh karena tidak memaksa salah satu pasangan meninggalkan agamanya,

namun perkawinan tetap dipandang sah menurut agama masing-masing dengan

melakukan dua kali prosesi perkawinan yaitu menurut agama calon suami dan

istri.

Ketiga, penundukan sementara pada salah satu hukum agama. Dengan

cara ini salah satu pihak berpindah agama sementara sebagai bentuk penundukan

hukum kemudian kembali memeluk agamanya setelah perkawinannya dianggap

sah dan teradministrasi oleh negara.

Keempat, menikah di negara yang melegalkan perkawinan beda agama

dan mencatatkan pernikahnnya di Kantor Catatan Sipil setelah kembali ke

Indonesia.

Walalupun terdapat celah hukum seperti diatas, tidak sedikit pasangan

beda agama yang masih kesulitan mengurus perkawinannya secara mandiri. Hal

ini kemudian direspon oleh sebuah lembaga yang bersedia membantu para

pasangan beda agama untuk mengurus perkawinannya agar dapat sah dimata

hukum.

Lembaga tersebut bernama Yayasan Harmoni Mitra Madania yang sejak

tahun 2005 hingga tahun 2019 berhasil menikahkan 979 pasangan beda agama.

Jasa yang ditawarkan berupa konseling, konsultasi maupun fasilitator perkawinan

8Putusan Mahkamah Agung Nomor 1400 K/Pdt/1986 perihal Permohonan Izin Pernikahan

Beda Agama antara AVGP (Islam) dan APHN (Kristen) 9Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No. 46/ Pdt.P/2016/PN.Skt perihal Permohonan Izin

Pernikahan Beda Agama antara DF (Islam) dan AVR (Katolik) 10Putusan Pengadilan Negeri Magelang No:04/Pdt.P/2012/PN.Mg perihal Permohonan Izin

Pernikahan Beda Agama antara YK (Islam) dan YA (Katolik) 11Putusan Pengadilan Negeri Probolinggo No 17/Pdt.P/2014/PN.Prob perihal Permohonan Izin

Pernikahan Beda Agama antara INAA (Kristen) dan CTW (Islam)

Page 15: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

4

beda agama berupa penyiapan penghulu, pendeta dan administrasi dengan tarif

Rp. 2.000.000,00 – 11.000.000,00.12

Studi ini bertujuan untuk menganalisis praktik perkawinan beda agama di

Indonesia dengan memberikan perhatian secara khusus kepada yang terjadi di

Yayasan Harmoni Mitra Madania. Hal ini penting dilakukan karena selama ini

penelitian lebih cenderung dilakukan melalui studi literatur sementara studi ini

mengkhususkan penelitian secara empiris bagaimana praktik perkawinan beda

agama yang terjadi di masyarakat melalui bantuan sebuah Yayasan.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah.

1. Identifikasi Masalah.

a. Bagaimana perkawinan beda agama dalam perspektif hukum Islam?

b. Bagaimana hukum positif mengatur tentang perkawinan beda agama di

Indonesia?

c. Bagaimana perkawinan beda agama dalam konteks putusan Pengadilan

Agama?

d. Bagaimana perkawinan beda agama dalam fatwa-fatwa ulama di

Indonesia?

e. Bagaimana praktik perkawinan beda agama di Indonesia?

f. Bagaimana praktik dan legalitas perkawinan beda agama yang dilakukan

di Yayasan Harmoni Mitra Madania?

2. Pembatasan Masalah

Studi ini merupakan field research mengenai perkawinan beda agama yang

dilakukan di Yayasan Harmoni Mitra Madania.

3. Rumusan Masalah.

a. Bagaimana praktik pelaksanaan perkawinan beda agama yang dilakukan di

Yayasan Harmoni Mitra Madania?

b. Bagaimana administrasi perkawinan beda agama yang dilakukan oleh

Yayasan Harmoni Mitra Madania?

12Achmad Nurcholish, “Uluran Tangan Mediator Nikah Beda Agama” wawancara diakses

pada 10 Mei 2020 pukul 19.15 WIB dari https://kumparan.com/millennial/uluran-tangan-mediator-

nikah-beda-agama.

Page 16: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

5

c. Bagaimana legalitas perkawinan beda agama yang dilakukan di Yayasan

Harmoni Mitra Madania menurut hukum Islam dan hukum positif?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis paparkan sebelumnya, maka

dipahami bahwa tujuan yang ingin penulis capai adalah sebagai berikut :

a. Untuk menginformasikan praktik pelaksanaan nikah beda agama yang

dilakukan di Yayasan Harmoni Mitra Madania.

b. Untuk menginformasikan administrasi perkawinan beda agama yang

dilakukan oleh Yayasan Harmoni Mitra Madania.

c. Untuk menginformasikan legalitas perkawinan beda agama yang

dilakukan di Yayasan Harmoni Mitra Madania menurut hukum Islam dan

hukum positif.

2. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi tentang perkawinan beda agama yang

dilakukan di Yayasan Harmoni Mitta Madania dan legalitasnya di

Indonesia.

b. Menambah khazanah pengetahuan kepada akademisi dan pihak

pihak yang berkepentingan akan hal ini.

c. Menghasilkan karya ilmiah yang berguna bagi penulis sebagai

syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S-1) di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Literatur Review dan Kerangka Teori

1. Literatur Review

Kajian mengenai perkawinan beda agama di Indonesia telah banyak

dilakukan peneliti sebelumnya diantaranya, Khamami (2013) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa Hukum keluarga di Yaman Utara, Yordania, Al-Jazair dan

Irak melarang perkawinan antara muslim dengan nonmuslim namun

membolehkan perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab.

Pendapat ini disandarkan pada pemahaman tekstual surah al-Maidah ayat 5.

Page 17: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

6

Negara-negara ini berani tidak merujuk pada pendapat imam-imam mazhab

(Maliki, Ḥanafi, dan Syafi’i) yang sepakat menghukumi makruh bagi laki-laki

muslim yang menikah dengan perempuan ahli kitab.13

Ahmadi, Marzha dan Muhammad (2013) membahas bahwa dalam Islam,

perkawinan beda agama pada dasarnya dilarang. Kaidah ushul fiqh idza ijtama’a

baina al halal wal haram ghuliba al haram (apabila sesuatu yang halal berkumpul

dengan yang haram, maka yang menang adalah yang haram) bisa dijadikan solusi

dalam pengambilan hukum perkawinan beda agama sebagai bentuk ihtiyaat atau

kehati-hatian dalam pelaksanaan syariat Islam. Sedangkan dilihat dari perspektif

HAM, menikah merupakan hak kodrati yang diberikan Tuhan kepada manusia,

maka tidak rasional apabila hak kodrati tersebut menyimpang dari aturan dan

ketentuan Tuhan. Begitupula dalam Islam, dengan adanya aturan Allah, maka

HAM tersebut sudah tentu tidak boleh bertentangan dengan ajaran yang

diperintahkan oleh allah SWT.14

Muhyidin dan Ayu (2017) dalam penelitiannya menungkapkan bahwa

menurut Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Semarang, Pasal 35

Huruf (a) Undang-Undang Administrasi Kependudukan merupakan solusi bagi

pasangan beda agama yang tidak terakomodir dalam Undang-Undang Perkawinan

karena selama ini pengaturan tentang perkawinan beda agama mengalami

kekosongan hukum. Putusan Hakim PN Semarang dalam menangani dan

memutus perkawinan beda agama ada yang menolak dan ada yang mengabulkan.

Hakim yang menolak permohonan didasarkan pada Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-

Undang Perkawinan. Sedangkan Hakim yang mengabulkan didasarkan pada Pasal

27 Undang-Undang Dasar 1945 dan Yurisprudensi MA No, 1400/K/Pdt/1986.15

Jane (2013) membahas tentang akibat hukum yang timbul pada

perkawinan beda agama di Indonesia ditinjau dalam aspek psikologis dan yuridis.

13 Khamami Zada, Arus Utama Perdebatan Hukum Perkawinan Beda Agama, Ahkam : Vol.

XIII, No. 1, Januari 2013 h. 46. 14Ahmadi, Marzha dan Muhammad, Pernikahan Beda Agama ditinjau dari Perspektif Islam

dan HAM, Khazanah, Vol. 6 No.1 Juni 2013 h. 115. 15Muhyidin, Ayu Zahara, Pencatatan Perkawinan Beda Agama : Studi Komparatif Antara

Pandangan Hakim PA Semarang dan Hakim PN Semarang Terhadap Pasal 35 Huruf (a) Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, Diponegoro Private Law

Review, Volume 1, Nomor 1, 2017, h. 13.

Page 18: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

7

Aspek psikologis yang terjadi yaitu memudarnya rumah tangga yang telah dibina

belasan tahun karena sering timbulnya perbedaan pendapat serta terganggunya

mental seorang anak karena bingung memilih agama mana yang akan dianutnya

akibat kompetisi orang tua dalam mempengaruhi sang anak. Sedangkan, ditinjau

dalam aspek yuridis, akibat hukum dari perkawinan beda agama yaitu tidak

sahnya perkawinan menyebabkan status anak yang tidak bisa dinasabkan kepada

ayahnya sehingga menghalangi hubungan keperdataan lainnya seperti penerimaan

harta waris.16

Atabik (2015) membahas tentang maraknya praktik masuk Islam

sementara untuk menikah di desa Borangan yang dilatarbelakangi oleh kurang

pedulinya masyarakat akan ketentuan agama yang melarang perniakahn beda

agama, adanya perjodohan dan mudahnya KUA mencatatatkan perkawinan

tersebut.17

Nafdin (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa praktik pencatatan

perkawinan beda agama di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Yogyakarta didominasi dengan pencatatan berdasarkan bukti dispensasi

gereja. Dispensasi gereja merupakan penyelundupan hukum karena seseorang

diminta untuk tunduk di bawah aturan agama tertentu dengan maksud dan tujuan

tertentu.18

Iffah (2016) hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam pandangan

Paramadina, setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan semestinya

diberikan kebebasan untuk menikah dengan nonmuslim, apapun agama dan

aliran kepercayaan yang dianutnya. Ijtihad ini setidaknya berangkat dari dua

asumsi dasar. Pertama, hanya musyrik Arab yang haram dinikahi, sementara

hampir bisa dipastikan jenis kepercayaan tersebut saat ini sudah tidak ada.

Kedua, seluruh agama dan aliran kepercayaan yang ada saat ini merupakan agama

16Jane Marlen Makalew, Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia, Lex

Privatum, Volume 1 Nomor 2, 2013, h. 143. 17Atabik Hasin, Masuk Islam Karena Alasan Perkawinan (Studi Kasus Perkawinan Pasangan

Yang Semula Beda Agama di Desa Borangan Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten, Skrispi

Tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, h. 110. 18 Nafdin Ali Chandera , Pencatatan Perkawinan Beda Agama di Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, Thesis Tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta, h. 108.

Page 19: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

8

samawi dan penganutnya disebut ahli kitab. Ijtihad ini lebih tertuju pada

pertimbangan muamalah, yakni terciptanya kerukunan antar umat beragama,

dan cenderung mengabaikan kepentingan akidah. Sekalipun perkawinan beda

agama dapat mewujudkan kerukunan umat beragama, namun di sisi lain tak dapat

dipungkiri bahwa perkawinan tersebut dapat merusak akidah. Mengingat

akidah merupakan kemaslahatan paling utama, penggunaan sadd al-dzhari‘ah

menjadi pilihan yang paling masuk akal.19

Islachuddin (2019) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa LSM

Percik sebagai lembaga yang membimbing perkawinan bagi pasangan beda

agama memberikan bantuan berupa (1) Diskusi intensif, yaitu memberikan

pemahaman kepada pasangan beda agama tentang konsekuensi perkawinan yang

akan dijalani beserta aturan hukum baik dari peraturan perundang-undangan

maupun hukum agama. (2) Mencarikan pemuka agama dan gereja di domisili

salah satu calon pasangan (3) Pengurusan di Catatan Sipil. Berdasarkan teori

fungsionalisme LSM Percik mencoba untuk menghindari ketegangan perbedaan

dan mengupayakan keseimbangan dengan melakukan dikusi antara para tokoh

agama dengan calon pasangan beda agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai

kebebasan beragama dan kepastian hukum bagi pasangan beda agama.20

Dari karya ilmiah diatas yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini

adalah karya Iffah (2016) dan Islachuddin (2019). Namun, yang membedakan

dengan penelitian ini adalah objek penelitian, yaitu di Yayasan Harmoni Mitra

Madania sedangkan dua penelitian sebelumnya mengambil tempat di Yayasan

Paramadina dan LSM Percik.

Penelitian di Yayasan Paramadina hanya membahas tentang gagasan

Paramadina tentang perkawinan beda agama tanpa menjelaskan praktik

bagaimana yayasan tersebut membimbing pasangan beda agama untuk menikah.

Penelitian di LSM Percik hanya membahas tentang praktik perkawinan beda

19 Iffah Muzammil, Telaah Gagasan Paramadina Tentang Pernikahan Beda Agama.

ISLAMICA: Jurnal Studi KeIslaman Volume 10, Nomor 2, Maret 2016, e-ISSN: 2356-2218, h.

417. 20Islachuddin Almubarrok, Pendampingan Terhadap Pasangan Beda Agama Persptif Teori

Fungsionalisme Struktural : Studi Kasus di LSM Percik Salatiga, Thesis Tahun 2019 di

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, h. 160.

Page 20: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

9

agama dan kaitannya dengan teori fungsionalisme struktural dan tidak membahas

terkait legalitas perkawinan yang dilakukan di LSM tersebut. Sedangkan

penelitian ini akan membahas tentang bagaimana praktik yang dilakukan oleh

Yayasan Harmoni mitra Madania dalam membantu perkawinan beda agama serta

administrasinya dan bagaimana legalitas perkawinan tersebut menurut hukum

Islam dan hukum positif.

2. Kerangka Teori

a. Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia.21

Dalam Undang-Undang ini konsep HAM lebih bersifat theosentris

(segala sesuatu berpusat kepada Tuhan) artinya manusia dalam hal ini

dilihat hanya sebagai mahkluk yang dititipi hak-hak dasar dari Tuhan,

bukan sebagai pemilik mutlak. Oleh karena itu, manusia wajib

memeliharanya sesuai dengan aturan Tuhan. Penggunaan hak tersebut

tidak boleh sampai bertentangan dengan keinginan Tuhan.22

b. Maqashid al-Syari’ah

Maqashid al-Syari’ah adalah nilai dan makna yang dijadikan

tujuan dan hendak direalisasikan oleh pembuat syariat (Allah SWT)

dibalik pembuatan hukum, yang diteliti oleh para ulama mujtahid dari

teks-teks syariah. 23 Tujuan syariat tentu berguna untuk mewujudkan

kemaslahatan, baik dengan cara menarik manfaat (jalb al-manafi’)

maupun mencegah kerusakan (dar’u al-mafasid). Imam Syathibi membagi

21Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169) 22 Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam : Menyikapi Persamaan dan Perbedaan

antara Islam dan Barat, (Jakarta : Salemba Diniyah, 2003), h. 22. 23 Jasser Auda, Fiqh al- Maqasid Inatat al-Ahkam bi Maqasidiha, (Herndon: IIIT, 2007), h. 15.

Page 21: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

10

mashlahah tersebut menjadi tiga tingkatan dari kebutuhan manusia yaitu

dharuriyyah, hajjiyyah dan tahsiniyyah.

Mashlahah dharuriyyah memegang derajat tertinggi karena

manusia tidak bisa hidup tanpanya. Jika manusia tidak terpenuhi

kebutuhan dharuriyyahnya maka akan terjadi kerusakan di dunia dan di

akhirat. Kadar kerusakannya sesuai dengan mashlahah dharuriyyah yang

hilang. Mashlahah dharuriyah dilakukan dengan menjaga al-din (agama),

al-nafs (jiwa), al-‘aql (akal), al-nasl (keturunan), dan al-mal (harta).24

Mashlahah yang kedua adalah maslahah hajjiyyah yaitu

mashlahah yang bersifat memudahkan, menghindarkan manusia dari

kesulitan dan kesusahan. Namun, ketiadaan hajjiyah tidak menyebabkan

kerusakan di dunia dan di akhirat.25 Contoh dari maslahah hajjiyah adalah

rukhshah dalam Ibadah dan jual beli salam dalam muamalah.26

Terakhir adalah mashlahah tahsiniyah yaitu pelengkap dan

penyempurna dari dua maqashid sebelumnya meliputi adat kebiasaan dan

akhlak mulia. 27 Contohnya adalah larangan membunuh perempuan dan

anak kecil dalam peperangan.

Pembagian kemaslahatan ini perlu dilakukan guna menentukan

tingkat kebutuhan dan skala prioritas dalam mengambil suatu

kemaslahatan. Dalam hal ini berarti kemaslahatan tingkat dharuriyyah

lebih didahulukan daripada kemaslahatan tingkat hajjiyah, dan

kemaslahatan tingkat hajjiyah lebih didahukan daripada kemaslahatan

tingkat tahsiniyah.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami

24Abu Ishaq al-Syathibi, al-Muwafaqat fi Ushuli al-Syariah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

2004), h.219 25Ahmad Raysuni, Nadhariyyatu al-Maqashidihi ‘Inda al-Imam a-Syathibi ( Virginia : IIIT,

1995) h. 146 26 Abu Ishaq al-Syathibi, al-Muwafaqat fi Ushuli al-Syariah, h. 222 27 Ahmad Raysuni, Nadhariyyatu al-Maqashidihi ‘Inda al-Imam a-Syathibi, h. 146.

Page 22: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

11

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan

cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks.28

2. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris. Menurut

Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatif

empiris (applied law research) merupakan penelitian yang menggunakan studi

kasus hukum normatif-empiris berupa produk perilaku hukum.29

Penelitian hukum normatif-empiris bermula dari ketentuan hukum positif

tertulis yang diberlakukan pada peristiwa hukum in concreto dalam masyarakat,

sehingga dalam penelitiannya selalu terdapat gabungan dua tahap kajian yaitu

kajian megenai hukum normatif yang berlaku dan penerapan pada peristiwa in

concreto guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 30

Oleh karena itu penulis akan mengkaji terlebih dahulu peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan beda agama di

Indonesia. Kemudian melihat penerapan aturan tersebut di Yayasan Harmoni

Mitra Madania.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan.31 Dalam penelitian ini, data primer merupakan data langsung dari

Yayasan Harmoni Mitra Madania dan pelaku perkawinan beda agama di

yayasan tersebut.

b. Data sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan

kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka

yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian. 32 Secara yuridis

28 Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),h. 6. 29 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

2004), h. 52. 30 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum h. 52 31 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press, 1986) h. 51. 32Mukti Fajar, Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan Empiris, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar 2015), h. 156.

Page 23: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

12

sumber dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, Kompilasi

Hukum Islam, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XII/2014 dan

Fatwa MUI Nomor 4/MUNASVII/MUI/8/2005 tentang Perkawinan Beda

Agama. Selain itu sumber penelitian juga berupa buku, dokumen, jurnal dan

internet yang berkaitan dengan legalitas perkawinan beda agama.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini berupa studi

lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Studi

kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, didapatkan melalui

berbagai literatur meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen,

jurnal dan intenet yang berkaitan dengan legalitas perkawinan beda agama.

Sedangkan Studi Lapangan berupa observasi dan interview terhadap pengurus

Yayasan Harmoni Mitra Madania dan pelaku yang melakukan perkawinan beda

agama di yayasan tersebut.

5. Metode Analisis Data

Bahan-bahan hukum yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis

secara deskriptif yakni menguraikan (mengabstraksikan) suatu fenomena apa

adanya atau posisi dari proposisi-proposisi hukum dan nonhukum yang

dijumpai.33

F. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

berdasarkan buku pedoman penulisan skrisi yang diterbitkan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan.

Untuk lebih mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka penulis

menyusunnya dalam suatu sistematika penulisan yang terdiri dari :

33 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Yogyakarta: University Gadjah Mada Press, 1992),

h. 85.

Page 24: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

13

Pada bagian pertama Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab kedua yaitu hukum perkawinan

beda agama menurut hukum Islam dan hukum positif. Pada Bab tiga penulis akan

menguraikan tentang profil yayasan Harmoni Mitra Madania serta profil pendiri

dan ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania. Selanjutnya, pada Bab empat yang

merupakan inti dari penelitian ini, penulis akan membahas analisis mengenai

praktik perkawinan beda agama di Yayasan Harmoni Mitra Madania menurut

hukum Islam dan hukum positif. Pada bab ini dijelaskan tentang praktik dan

administrasi perkawinan beda agama di Yayasan Harmoni Mitra Madania serta

analisis penulis terhadap legalitas perkawinan beda agama yang dilakukan di

Yayasan Harmoni Mitra Madania. Adapun pada bab terakhir berisi simpulan dan

saran dari hasil penelitian.

Page 25: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

14

BAB II

PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam.

1. Pengertian Perkawinan Beda Agama

Undang-Undang Perkawinan tidak secara pasti merumuskan

tentang perkawinan beda agama, meskipun demikian kita bisa merujuk

pada berbagai definisi para sarjana.34 Pertama, menurut Rusli dan R.

Tama, perkawinan antar-agama adalah ikatan lahir batin antara seorang

pria dan wanita yang, karena berbeda agama, menyebabkan

tersangkutnya dua peraturan yang berlainan tentang syarat-syarat dan

tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya

masing-masing, dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.35

Kedua, menurut Ketut Mandra dan I. Ketut Artadi, perkawinan

antar-agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

wanita yang masing-masing berbeda agamanya dan mempertahankan

perbedaan agamanya itu sebagai suami istri dengan tujuan untuk

membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketiga, menurut Abdurrahman,

perkawinan antar-agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda satu

dengan yang lainnya.36

Dari pengertian di atas perkawinan beda agama merupakan

hubungan dua insan yang berbeda keyakinan dan diikat dalam satu

pertalian yaitu perkawinan. Ada dua unsur pokok yang harus ada

34 Purwaharsanto pr, Perkawinan Campuran Antar Agama Menurut UU RI No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan: Sebuah Telaah Kritis Aktualita Media Cetak (Yogyakarta: tnp, 1992), h.,10 35 O.S. Eoh, Perkawinan antar-Agama dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,1996), h., 35 36 O.S. Eoh, Perkawinan antar-Agama dalam Teori dan Praktek, h., 35

Page 26: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

15

dalam definisi perkawinan beda agama, yaitu keyakinan atau memeluk

agama yang berbeda dan diikat dalam suatu hubungan perkawinan.

2. Perkawinan Beda Agama dalam Lintasan Sejarah

Menurut Muhammad Amin Suma terdapat lima jenis

perkawinan yang terjadi sepanjang sejarah umat manusia yang

kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an yaitu:37

1) Perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan kafir.

Perkawinan ini dapat terlihat pada perkawinan Nabi Nuh dan

Nabi Luth yang keduanya memiliki istri kafir, fasik dan

munafik.

2) Perkawinan antara perempuan muslim dengan laki-laki kafir.

Contoh perkawinan seperti ini ialah perkawinan antara Siti

Asiyah dengan Fir’aun. Dimana Fir’aun bukan hanya kafir,

melainkan juga orang yang mengaku dirinya Tuhan.

3) Perkawinan antara sesama kafir seperti perkawinan antara Abu

Lahab dengan Istrinya Ummu Jamil dan perkawinan pada

umumnya antara laki-laki kafir dengan perempuan kafir yang

sangat lumrah terjadi.

4) Perkawinan antara sesama muslim yang merupakan

perkawinan paling ideal dan paling banyak terjadi. Perkawinan

jenis ini adalah contoh perkawinan mayoritas para Nabi, Wali,

orang-orang yang benar (shiddiqin), para pahlawan (syuhada)

dan juga orang-orang saleh.

5) Perkawinan beda agama antara laki-laki muslim dengan

perempuan nonmuslim seperti perkawinan antara Utsman r.a.

dengan Na’ilah binti al-Faradhah al-Kalbiyyah yang

merupakan seorang perempuan Nasrani dan kemudian masuk

Islam di sisi Utsman, perkawinan Hudzaifah r.a. dengan

seorang perempuan Yahudi yang merupakan salah seorang

37Muhammad Amin Suma, Kawin Beda Agama di Indonesia Telaah Syariah dan Qanuniah,

(Tangerang : Lentera Hati, 2015), h. 97.

Page 27: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

16

penghuni al-Mada’in. Sedangkan Jabir r.a. pernah ditanya

mengenai pekawinan seorang muslim dengan orang Yahudi

dan Nasrani, maka dia menjawab, “Kami menikah dengan

mereka pada zaman invasi kota Kufah bersama Sa'ad bin Abi

Waqqash.”

Praktik perkawinan beda agama yang terjadi dalam beberapa

contoh kasus diatas menjadi perdebatan mengenai hukumnya. Apalagi

jika dibenturkan dengan dasar hukum yang tertuang dalam Al-Qur’an

maupun Hadis yang menurut sebagian ulama mengandung larangan

perkawinan beda agama.

3. Dasar Hukum Perkawinan Beda Agama

Dalam menghukumi perkawinan beda agama ulama bersandar

pada beberapa ayat berikut ini :

مشركة ولو أعجبتكم ول تنكحوا ول تنكحوا المشركات حتى يؤمن ولمة مؤمنة خير من

ئك يدعون إلىالنار المشركين حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ولو أعجبكم أول

يدعو إلى الجنة والمغفرة بإذنه وي بي ن آياته للناس لعلهم يتذكرون والل

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya perempuan

budak yang mukmin lebih baik dari perempuan musyrik, walaupun

dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-

orang musyrik (dengan perempuan-perempuan mukmin) sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik

dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka

mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan

ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran.” (Q.S. al-Baqarah [2] : 221)

الكتاب حل لكم وطعامكم حل لهم اليوم أحل لكم الطي بات وطعام الذين أوتوا

والمحصنات من المؤمنات والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من قبلكم إذا آتيتموهن

Page 28: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

17

يمان فقد حبط عمله أجورهن محصنين غير مسافحين ول متخذي أخدان وم ن يكفر بال

وهو في الخرة من الخاسرين

Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik.

Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal

bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan

dihalalkan mangawini) perempuan yang menjaga kehormatan

diantara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-

perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang

diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas

kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud

berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.

Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-

hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

termasuk orang-orang merugi.” (Q.S. al-Maidah [5] : 5)

أعلم بإيمانهن فإن يا أيها الذين آمنوا إذا جاءكم المؤمنات مهاجرات فامتحنوهن الل

لهم ول هم يحلون لهن وآتوهم ترجعوهن إلى الكفار ل هن حل علمتموهن مؤمنات فل

ما أنفقوا ول جناح عليكم أن تنكحوهن إذا آتيتموهن أجورهن ول تمسكوا بعصم

لك عليم حكيم الكوافر واسألوا ما أنفقتم وليسألوا ما أنفقوا ذ يحكم بينكم والل م حكم الل

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang

berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka

hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui

tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui

bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu

kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang

kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-

orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah

kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar.

Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar

kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang

pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan

Page 29: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

18

hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan

hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.

Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu.

Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-

Mumtahanah [60] : 10)

4. Pendapat Ulama tentang Perkawinan Beda Agama

Hukum perkawinan beda agama secara umum dikelompokkan

menjadi 3 macam. Pertama, perkawinan antara laki-laki muslim

dengan perempuan musyrik. Kedua, perkawinan perempuan musyrik

dengan laki-laki muslim dan ketiga, laki-laki muslim dengan

perempuan ahli kitab.

a. Perkawinan Laki-laki Muslim dengan Perempuan Musyrik

Dalam menghukumi perkawinan beda agama antara laki-

laki muslim dengan perempuan musyrik atau sebaliknya yaitu

perempuan muslim dengan dan laki-laki musyrik para ulama

bersandar pada Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 221 yang

berbunyi:

ول أعجبتكم ولو مشركة من خير مؤمنة ولمة يؤمن حتى المشركات تنكحوا ول

ئك يد عون تنكحوا المشركين حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ولو أعجبكم أول

يدعو إلى الجنة والمغفرة بإذنه ويبي ن آياته للناس لعلهم ي تذكرون إلى النار والل

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya perempuan

budak yang mukmin lebih baik dari perempuan musyrik, walaupun

dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-

orang musyrik (dengan perempuan-perempuan mukmin) sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik

dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka

mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan

ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

Page 30: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

19

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran.” (Q.S. al-Baqarah [2] : 221)

Menurut penuturan muqatil ayat diatas turun berkenaan

seorang laki-laki muslim bernama Marsad bin Abi Marsad yang

memiliki nama Kannaz bin Husain al-Ghanawi saat ia diutus oleh

Rasul menuju Mekah. Di Mekah tersebut Kannaz memiliki kekasih

perempuan kafir Jahiliyah yang dicintainya bernama ‘Annaq.

Lantas perempuan tersebut meminta agar dinikahi oleh Kannaz

namun Kannaz terlebih dahulu meminta izin kepada Rasul untuk

menikahi kekasihnya tersebut. Akhirnya Rasul menolak

permintaan Kannaz tersebut dengan alasan bahwa Kannaz adalah

muslim dan kekasihnya adalah seorang musyrikah.38

Mayoritas ulama seperti ulama Hanafiyyah dan Syafi’iyyah

sepakat mengharamkan dan mengkategorikan sebagai perkawinan

yang batal perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan

musyrik berdasarkan awal dari dalil dalam Q.S. al-Baqarah: 221

tersebut.39 “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya perempuan

budak yang mukmin lebih baik dari perempuan musyrik, walaupun

dia menarik hatimu.”

Namun mengenai siapa saja yang dimaksud musyrik dalam

ayat tersebut, terdapat tiga pendapat dikalangan ulama. Pendapat

pertama, ayat ini merupakan dalil pengharaman kepada setiap

muslim untuk menikahi perempuan musyrik secara general kecuali

ahli kitab. Ketentuan mengeneralisir makna musyrik dalam ayat ini

karena secara zhahir lafaz musyrik menunjukkan makna umum,

bukan khusus bagi bangsa Arab sebagai subjek yang

melatarbelakangi turunnya ayat ini. Maka digunakan pendekatan

38Ibnu Jarir al-Thabari, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, ( Beirut: Muassasah Al-Risalah, 2006),

cet 1, Juz 3, h. 454 39Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t) Juz 2 h. 33 dan Wahbah Al-

Zuhayli, Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, ( Damaskus: Dar Al-Fikr, 120) Cet. 2. Juz 3, h. 120

Page 31: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

20

al- ‘ibrah bi ‘umum al-lafzhi la bi khusus al-sabab (yang menjadi

parameter adalah keumuman lafaznya bukan faktor yang

menyebabkan ayat itu turun). Sedangkan pengecualian bagi ahli

kitab disebabkan adanya ayat yang menasakh keharaman menikahi

ahli kitab yaitu dalam Q.S. al-Maidah: 5.40

Demikian juga disampaikan oleh Ibnu Abbas sebagaimana

diikuti oleh Sufyan al-Sauri, Malik bin Anas, Abdurrahman al-

Auza’i dan ahli tafsir bernama Ibnu Munzir.41 Menurut Wahbah al-

Zuhayli yang dimaksud dengan musyrik adalah:

المشركة هي من ليس له كتاب وقيل المشركات هي الكافرات

Musyrik adalah seseorang yang tidak memiliki kitab atau

juga musyrikah adalah kafir.42 Di dalam kitabnya berjudul Fiqh al-

Islam Wa Adillatuhu Wahbah al-Zuhayli juga mendefinisikan

musyrik sebagai berikut:

الحيوان أو النار أو أوالكواكب الصنام كا غيره إلها الله مع تعبد التي هي المشركة

حدة أوالمادية وهي التي تؤمن بالمادة إلها وتنكر وجود الله ول تعترف ومثلها المرأة المل

بالديان السماوية مثل الشيوعية والوجودية والبهائية والفقاديانية

Artinya “Yang termasuk kategori musyrikah adalah orang yang

menyembah Allah bersama Tuhan yang lain, seperti berhala,

bintang-bintang, api, atau binatang dan orang yang tidak

mengakui keberadaan Allah serta tidak mengakui agama samawi

seperti atheis, eksistensial, matrealis, al-Bahai’yyah dan al-

Qadiyaniyyah.” 43

Mazhab Hanafi dan Syafi’i serta mazhab yang lainnya

memasukkan perempuan yang menyembah berhala (watsaniyyah),

40Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Mesir : Mathba’ah al-Halabiy, 1946), Cet.

I, Jilid II, h. 151 41Ibnu Jarir Al-Thabari, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, (Beirut: Muassasah Al-Risalah, 2006),

Cet 1, Juz 3, h. 455 42Wahbah Al-Zuhayli, Tafsir Al-Munir, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2009), Cet-10. Juz 1, h. 43Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1984), Cet 2.

Juz 3. h. 151

Page 32: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

21

penyembah api (majusi), penyembah matahari atau rembulan serta

perempuan murtad ke dalam golongan perempuan musyrik. 44

Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan musyrik adalah mereka

yang menyembah berhala (watsaniyyah), atheis (zindiqiyyah),

orang yang murtad, penyembah api (majusi), dan penganut aliran

libertin (al-Ibahah) seperti paham wujudiyah.45

Menurut Wahbah al-Zuhayli, penyebab bagi pengharaman

mengawini perempuan musyrik adalah tidak adanya keharmonisan,

ketenangan, dan kerjasama di antara suami-istri dikarenakan

perbedaan akidah. Kemudian, tidak adanya keimanan terhadap

suatu agama membuat seorang perempuan mudah untuk

melakukan pengkhianatan rumah tangga, kerusakan, dan

keburukan. Serta membuat hilang rasa amanah, kelurusan, dan

kebaikan dari dalam dirinya, karena dia mempercayai takhayul dan

imajinasi serta terpengaruh dengan hawa nafsu, dan tabiat diri yang

tidak etis. Karena tidak ada agama yang mengekangnya, dan tidak

ada yang mendorong dia untuk beriman kepada Allah, hari kiamat

hisab, dan kepada kebangkitan.46

Kedua, terminologi musyrik dalam ayat di atas dikhususkan

hanya untuk perempuan musyrik Arab saja. Pendapat ini

dikemudian oleh Ahmad bin Hambal yang dikutip oleh Ibu Katsir

dalam tafsirnya.

وقال أبوبكر الجلل الحنبلي حدثنا محمد بن هارون حدثنا إسحاق بن ابراهيم وأخبرني

محمد بن علي حدثنا صالح بن احمد أنهما سأل أبا عبد الله أحمد بن حنبل عن قول الله

ت العرب الذين يعبدون الثان تعالى )ول تنكحوا المشركات حتى يؤمن ( قال مشركا

Artinya: “Abu Bakr al-Hambali berkata: Muhammad bin Harun

telah menceritakan kepada saya, Ishaq bin Ibrahim telah

menceritakan kepada Muhammad bin Harun. (perpindahan sanad)

44Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 119. 45Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi, 1985) Juz II. h. 99. 46Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 152.

Page 33: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

22

Muhammad bin Ali menceritakan kepada saya Shalih bin Ahmad

menceritakan bahwa Salih bin Muhammad dan Muhammad bin Ali

bertanya kepada Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal tentang firman

Allah yang berbunyi “Janganlah kalian menikahi perempuan-

perempuan musyrik). Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan musyrikah pada saat itu adalah perempuan-

perempuan Arab musyrik Arab yang menyembah berhala.”47

Oleh karena itu, Imam Ahmad bin Hambal tidak

memasukan orang majusi atau penyembah api dalam kategori

musyrik.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Qatadah,

seorang mufassir dari kalangan tabi’in, sebagaimana dikutip oleh

Rasyid Ridha, bahwa yang dimaksud musyrikah dalam surah al-

Baqarah : 221 adalah perempuan musyrik Arab ketika Al-Qur’an

diturunkan. Penafsiran ini memakai pendekatan al-‘ibrah bi khusus

al-sabab la bi ‘umum al-lafzhi (yang menjadi parameter adalah

faktor yang menyebabkan ayat itu turun bukan keumuman

lafaznya). Oleh karena itu, keharaman perkawinan hanya berlaku

terhadap perempuan musyrik Arab itu saja, bukan yang lainnya.

Maka dapat disimpulkan tidak adanya larangan menikahi

perempuan musyrik selain bangsa Arab menurut pendapat ini.48

Ketiga, ayat tersebut mencakup seluruh perempuan musyrik

tanpa terkecuali, baik penyembah berhala, majusi, maupun ahli

kitab, tanpa ada ayat yang menasakhnya. Ibn Umar misalnya ia

berpendapat bahwa ahli kitab termasuk dalam kategori musyrik,

karena menurutnya tidak ada kesyirikan yang lebih berat dari pada

perkataan bahwa Tuhan ialah Nabi Isa bukan Allah Swt.49

47Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Dar Thaibah t.t.), Juz 1. h. 221 48Rasyid Ridha,Tafsir al-Manar, (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1947), Cet. 2, Juz VI, h.

158 49Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Mekah: Dar Alquran, 1972), h. 536.

Page 34: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

23

وذكر إبن عطية وقال إبن عباس فى بعض ما روي عنه إن الية عامة فى الوثنيات

والمجوسيات والكتابيات وكل من على غير السلم حرام

“Ibnu Athiyyah menyebutkan bahwa Ibnu Abbas dalam sebagian

riwayat mengatakan bahwa musyrikah dalam ayat diatas

maknanya adalah umum dan mencakup penyembah berhala (al-

Watsaniyyah), penyembah api (majusi) dan ahli kitab”.50

b. Perkawinan Perempuan Muslim dengan Laki-laki Musyrik

Bagian kedua dari Surah al-Baqarah ayat 221 diatas

berbicara tentang larangan perkawinan beda agama antara

perempuan muslim dengan laki-laki musyrik. Potongan ayat yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

و أعجبكمول تنكحوا المشركين حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ول

“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan

perempuan-perempuan mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,

walaupun dia menarik hatimu.”

Mengenai ayat diatas, Ibnu Jarir al-Thabari menyebutkan

bahwa Ulama sepakat bahwa perkawinan perempuan muslim

dengan laki-laki nonmuslim hukumnya haram.51 Hal yag sama

dikemudian oleh Wahbah Al-Zuhayli dalam Fiqh Islam Wa

Adillatuhu. Imam Al-Kassani mengatakan:

الكافر لقوله تعالى )ول تنكحوا المشركين( ولن فى إنكاح فل يجوز إنكاح المؤمنة

المؤمنة الكافر خوف وقوع فى الكفر والنساء فى العادة يتبعن الرجال

“Menikahkan perempuan muslim (mukminah) dengan

orang kafir itu tidak diperbolehkan karena firman Allah yang

melarang itu dan perkawinan semacam itu menimbulkan

50Ibnu Jarir Al-Thabari, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, (Beirut: Muassasah Al-Risalah, 2006),

Cet- 1, h. 456 51Ibnu Jarir Al-Thabari, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an, h. 221.

Page 35: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

24

kehawatiran terjerumusnya perempuan dalam kekufuran dan

biasanya seorang perempuan tunduk patuh terhadap suami.”52

Selain itu Imam Syafi’i menegaskan dalam Al-Umm:

للمرأة المسلمةوقد اجتمع الناس على حرمة نكاح الرجل غير المسلم

“orang-orang telah sepakat keharaman perkawinan beda

agama antara perempuan muslim dengan laki-laki non muslim.”53

Pendapat semua itu berdasarkan pada Q.S. al-Baqarah: 221

yang artinya: “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang

musyrik (dengan perempuan-perempuan mukmin) sebelum mereka

beriman.” Dan sebagaimana juga didasarkan pada Q.S. al-

Mumtahanah:10 “Maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka

(benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka

kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada

halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada

halal pula bagi mereka.”

Alasan utama pengharaman perkawinan perempuan muslim

dengan laki-laki nonmuslim adalah adanya kekhawatiran

perempuan muslim akan menjadi kafir dengan mengikuti ajaran

agama suaminya, sebab suami mempunyai peran yang lebih

dominan sebagai kepala keluarga dan lebih berkuasa atas istrinya.

Dan kekafiran inilah yang akan menjerumuskan perempuan

muslim ke dalam api neraka.54

Quraish Shihab menyatakan bahwa larangan perkawinan

antara perempuan muslim dengan laki-laki ahli kitab diisyaratkan

oleh Al-Qur’an sebagaimana yang terkandung dalam Q.S. al-

Maidah: 5 yang hanya berbicara tentang kebolehan perkawinan

52Abu Bakar bin Mas’ud Al-Kasani Al-Hanafi, Badaa’i Al-Shanai’, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-

Ilmiyyah: 1424) Cet-2, Juz 2, h. 271 . 53Muhammad bin Idri Al-Syafii, Al-Um, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah: 2001) Juz 5. h.

148 54Dengan dalil isyarat hal ini di penghujung ayat ini, "Mereka mengajak ke neraka." (al-

Baqarah: 221). Maksudnya mengajak para perempuan mukminah kepada kekafiran. Ajakan

kepada kekafiran adalah ajakan kepada api neraka. Lihat Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa

Adillatuhu, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1984), Cet- 2. Juz 3. h. 152

Page 36: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

25

antara laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab dan tidak

menyinggung sebaliknya. Sehingga seandainya perkawinan

semacam itu dibolehkan pasti ayat tersebut akan menegaskannya.55

c. Perkawinan Laki-laki Muslim dengan Perempuan Ahli kitab.

Ulama sepakat bahwa perkawinan antara laki-laki muslim

dengan perempuan ahli kitab hukumnya boleh berdasarkan (Q.S.

al-Maidah: 5).56 Pendapat serupa dikemukakan Ibn Qudamah, ia

berkata, “Tidak ada perbedaan di kalangan ulama mengenai

kebolehan menikahi perempuan-perempuan ahli kitab.” 57 Al-

Jashas juga berpendapat, “Kami tidak menemukan seorang pun

dari Sahabat dan Tabi’in yang mengharamkan menikahi ahli

kitab.”58

Yusuf Qardhawi berpendapat telah tepatlah pendapat

jumhur yang membolehkan menikahi perempuan ahli kitab dengan

tiga alasan: pertama, Q.S. al-Maidah: 5 itu turun setelah Q.S. al-

Baqarah: 221, sehingga tidak mungkin Q.S. al-Maidah: 5 dinasakh

oleh Q.S. Al-Baqarah : 221; kedua, Q.S. al-Baqarah: 221 dan Q.S.

al-Mumtahanah :10 adalah umum, tetapi ditakhsis oleh Q.S. Al-

Maidah: 5; ketiga, lafaz musyrik dalam Q.S. al-Baqarah: 221 tidak

mencakup lafaz ahli kitab sama sekali dalam bahasa al-Qur'an.

Untuk menguatkan pendapatnya yang ketiga ini, ia mengemukakan

dalil dalam al-Qur'an yang memang membedakan keduanya seperti

Q.S. al-Bayyinah: 159

ين حتى تأتيهم البي نة لم يكن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين منفك

Artinya : “Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang

musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan

(agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.”

55M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h. 261 56Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 152. 57Ibn Qudamah, Al-Sharh al-Kabir ‘ala Matan al-Mughni, (Suriah: Dar al-Bayan, t.t) Jilid VII

h. 500 58Abu Bakar al-Jashas, Ahkam al-Qur’an, Jilid I, h. 393 59Dr.Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, (Jakarta: Yayasan al-Hamidy, 1996) h. 592

Page 37: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

26

Meskipun jumhur ulama menyatakan bahwa perkawinan

seorang muslim dengan perempuan ahli kitab hukumnya boleh dan

tidak dilarang, akan tetapi menurut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,

serta menurut mazhab Hambali menikah dengan perempuan ahli

kitab dan ahli Dzimmah hukumnya makruh.60 Hal ini dilandaskan

pada pendapat Umar bin Khattab yang melarang perkawinan

dengan perempuan ahli kitab, ia berpandangan meskipun dalam

Al-Qur’an terdapat kebolehan mengenai hal tersebut, menikahi

perempuan ahli kitab akan membawa kemafsadatan bagi umat

Islam karena laki-laki muslim akan berbondong-bondong menikah

perempuan ahli kitab dan membiarkan para perempuan muslim

menjadi perawan tua serta adanya kekhawatiran terbongkarnya

rahasia negara karena informasi mereka.

Alasan lain yaitu tentang parenting anak-anak yang

berpotensi akan mengikuti akidah dan adat nonmuslim seperti

ibunya.61 Dengan berbagai alasan ini, Umar melarang para Sahabat

untuk menikahi ahli kitab. Ia menulis surat kepada Hudzaifah ibn

Yaman saat menjadi gubernur agar menceraikan istrinya yang ahli

kitab.62

Namun, yang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama

hingga saat ini adalah mengenai siapa saja yang termasuk ahli kitab

menurut Al-Qur’an. Setidaknya terdapat tiga pendapat mengenai

hal ini :

a. Pendapat jumhur ulama yang memaknai ahli kitab hanyalah

mereka yang memegang kitab Taurat dan Injil, yaitu orang

Yahudi dan Nasrani. Berdasarkan firman Allah SWT.

فلين ب على طائفتين من قبلنا وإن كنا عن دراستهم لغ أن تقولوا إنما أنزل ٱلكت

60Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, . h. 152 61Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 154 62 Rusli Hasbi, Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Kritis Sahabat Terhadap Ketetapan

Rasulullah Saw, (Jakarta: Al-Irfan Publishing, 2007), h. 154

Page 38: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

27

Artinya: “(Kami turunkan Al-Qur’an itu) agar kamu (tidak)

mengatakan: "Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua

golongan saja sebelum kami (Yahudi dan Nasrani), dan

sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka

baca.” (Q.S. al-An’am [6]: 156)

Ulama Syafiiyah menambahkan ketentuan yaitu 1)

Perempuan ahli kitab haruslah berasal dari kalangan Bani

Israil. Dengan demikian tidak sah apabila menikahi perempuan

ahli kitab di luar kalangan Bani Israil, walaupun ia perempuan

Yahudi atau Nasrani. 2) Nenek moyang perempuan tersebut

diyakini telah masuk ke dalam agama Yahudi atau Nasrani

sebelum diutusnya Nabi Muhammad dan sebelum Taurat dan

Injil dipalsukan oleh manusia. Atau 3) Setelah adanya

pemalsuan Taurat dan Injil, namun keluarga mereka masih

berpegang teguh pada Taurat dan Injil yang asli. Jika salah satu

kategori ini terpenuhi, maka perempuan ahli kitab boleh

dinikahi.63

Meskipun ulama Syafi’iyah memberikan batasan terkait

ketentuan ahli kitab. Namun, ulama lain selain Syafi’iyah

berpandangan bahwa siapapun mereka, dari Bani Israil atau

tidak, asalkan beragama seperti ahli kitab (Yahudi dan

Nasrani), maka mereka termasuk ahli kitab di mana

perempuannya halal dinikahi. Argumentasi ini berlandaskan

pada tiga alasan yaitu : 64 pertama, Q.S. al-Maidah: 5 tidak

mensyaratkan keharusan perempuan ahli kitab berasal dari

kalangan Bani Israil.

Kedua, Nabi Muhammad SAW menerapkan kewajiban

jizyah (pajak) atas mereka. Ini menunjukkan bahwa kriteria

seseorang disebut ahli kitab atau bukan didasarkan pada

63Syihabuddin Al-Ramli, Nihayah Al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-

Ilmiyyah, 2003), Cet- 2 Juz 6, h. 13. 64 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 159

Page 39: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

28

agamanya, bukan nenek moyangnya. Yaitu, apakah nenek

moyang mereka itu ketika pertama kali masuk Yahudi atau

Nasrani kitabnya masih asli ataukah sudah mengalami

perubahan (tahrif) dan pergantian (tabdiil).

Ketiga, ayat-ayat Al-Qur’an pertama kali turun pada

Nabi Muhammad SAW dan berbicara mengenai Yahudi dan

Nasrani menggunakan istilah ahli kitab. Padahal, pada

kenyataanya mereka sudah menyimpang dari ajaran agama

yang sebenarnya. Di sisi lain, mereka juga bukan orang yang

menjalankan agama mereka yang murni. Artinya ahli kitab

tidak terkait kriteria tertentu, kecuali mengacu pada agamanya.

b. Pendapat kedua, Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa ahli

kitab tidak hanya terbatas pada Yahudi dan Nasrani saja,

melainkan juga termasuk siapapun yang mempercayai salah

seorang Nabi, atau kitab yang pernah diturunkan Allah, maka

ia termasuk ahli kitab. Jika ada satu kelompok yang hanya

percaya pada Suhuf Ibrahim atau Zabur yang diberikan kepada

Nabi Dawud saja, maka ia pun termasuk dalam jangkauan

pengertian ahli kitab.65

c. Adapun pendapat ketiga, yang dianut sebagian kecil ulama

salah satunya Rasyid Ridha yang menyatakan bahwa setiap

umat yang memiliki kitab yang dapat diduga sebagai kitab suci,

maka mereka juga dicakup oleh pengertian ahli kitab seperti

halnya Majusi, Shabi’un, Hindu, Buddha, Konghucu, Sinto,

dan lain-lain. Hal ini menurutnya juga berdasarkan fakta

sejarah serta penjelasan dan pernyataan dari Al-Qur’an sendiri,

bahwa setiap umat mempunyai rasul yang diutus kepada

mereka oleh Allah SWT. Mereka juga memiliki kitab suci yang

dibawa oleh nabi mereka, hanya saja terjadi penyelewengan

(tahrif) terhadap kitab suci tersebut sebagaimana terjadi pada

65 M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, h. 369.

Page 40: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

29

kitab suci Yahudi dan Nasrani. Maka selama agama-agama ini

percaya kepada keesaan Tuhan, maka ia termasuk kedalam

golongan ahli kitab.66

Rasyid Ridha berpandangan dengan dibolehkannya

mengawini perempuan ahli kitab dengan laki-laki muslim,

maka laki-laki muslim dapat mencerminkan nilai-nilai

keislaman yang penuh cinta kasih terhadap sesama manusia

dan kemudahan menjalankan syariat-Nya. Jika muamalah sang

suami (laki-laki muslim) bagus terhadap sang istri (perempuan

ahli kitab), maka itu adalah pertanda bahwa agama yang dianut

sang suami adalah agama yang mengajak kepada kebenaran,

dan ke jalan yang lurus, agama yang mengajarkan pemeluknya

untuk bersikap adil kepada sesama muslim dan nonmuslim,

agama yang mengajarkan lapang dada dalam bermuamalah

dengan orang orang yang berbeda. Maka diharapkan laki-laki

muslim ini dapat membawa istrinya secara perlahan untuk

menjadi mualaf. Oleh karena itu, meskipun dibolehkan Rasyid

Ridha mensyaratkan laki-laki yang akan menikahi perempuan

ahli kitab haruslah mantap secara agama sehingga ia tidak akan

terjerumus menjadi kafir.67

5. Perkawinan Beda Agama Menurut Fatwa Majelis Ulama

Indonesia

Terkait permasalahan perkawinan beda agama MUI

sebagaimana Fatwanya dalam Munas II tahun 1400/1980 dan

dikuatkan dengan Fatwanya Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005

menegaskan bahwa perkawinan beda agama adalah haram dan tidak

66Rasyid Ridha,Tafsir al-Manar, h. 159 67Rasyid Ridha,Tafsir al-Manar, h. 160

Page 41: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

30

sah. Perkawinan laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab,

menurut qaul mu’tamad, adalah haram dan tidak sah.68

MUI mengamini bahwa memang terdapat perbedaan pendapat

tentang perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan ahli

kitab berbeda dengan keharaman perkawinan perempuan muslim

dengan laki-laki nonmuslim yang bersifat mutlak, Namun MUI

mempertimbangkan bahwa mafsadah perkawinan beda agama lebih

besar daripada maslahatnya, maka Majelis Ulama memfatwakan

perkawinan tersebut hukumnya haram.69

Dalil yang digunakan diantaranya adalah Q.S. al-Nisa’(4): 3,

Q.S. al-Nisa (4): 25, Q.S. al-Rum (30): 21, Q.S. al-Tahrim (66): 6,

Q.S. al-Maidah (5): 5, Q.S. al-Baqarah (2): 221 dan Q.S. al-

Mumtahanah (60): 10.

MUI juga bersandar pada sebuah hadis Nabi yang berbunyi :

ين تربت يداك نكح الم رأة لربع: لمالها، ولحسبها، ولجمالها، ولدينها، فاظفر بذات الد

”Perempuan itu (boleh) dinikahi karena empat hal: (1) karena

hartanya (2) karena (asal-usul) keturunan-nya (3) karena

kecantikannya (4) karena agamanya. Maka hendaklah kamu

berpegang teguh (dengan perempuan) yang memeluk agama Islam;

(jika tidak), akan binasalah kedua tangan-mu". (Hadis riwayat

Muttafaq alaih dari Abi Hurairah r.a.)

Dan kaidah fikih yang menjadi rujukan yaitu :

درء المفاسد مقدم علي جلب المصالح

“Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan) dari pada

menarik kemaslahatan.”

68Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang Perkawinan

Beda Agama 69Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Munas II Tahun 1400/1980 Tentang Perkawinan

Campuran

Page 42: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

31

6. Perkawinan Beda Agama Menurut Kompilasi Hukum Islam.

Secara resmi Kompilasi Hukum Islam merupakan mahakarya

ulama dalam menemukan hukum dengan karakteristik yang cocok

dengan masyarakat Indonesia.70

Mengenai perkawinan beda agama KHI dengan tegas

melarangnya. Ketentuan ini sebagaimana tertulis dalam Pasal 40 yang

berbunyi “Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria

denagn seorang perempuan karena keadaan tertentu: a) karena

perempuan yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan

pria lain; b) seorang perempuan yang masih berada dalam masa

iddah dengan pria lain; c) seorang perempuan yang tidak beragama

Islam.” Dan Pasal 44 KHI yang berbunyi : “Seorang perempuan Islam

dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak

beragama Islam.”

Dari Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa kesepakatan

ulama Indonesia setelah mengkaji dalam tataran akademis atas

berbagai pendapat ulama maupun pertimbangan dari segi social

culture masyarakat Indonesia, perkawinan beda agama dianggap

bertentang dengan dua aspek tersebut sehingga ulama sepakat

mengharamkannya.

B. Ketentuan Hukum Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif.

1. Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

hukum perkawinan Indonesia diatur dalam berbagai aturan yang

berlaku sesuai dengan golongan penduduk sebagai berikut: 1) Bagi

orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku Hukum

Agama apabila mengehendakinya (Pasal 134 ayat (2) Indische

Staatsregeling (IS). 2) Bagi orang-orang Indonesia lainnya berlaku

70 Cik Hasan Basri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

Nasional, (Jakarta: Logos, 1999), h. 9

Page 43: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

32

Hukum Adat. 3) Bagi orang Indonesia yang beragama Kristen berlaku

Huwelijke Ordonantie (Kristen Indonesia S. 1933 No. 74). 3) Bagi

orang Timur Asing. Cina dan warga negara Indonesia keturunan Cina

berlaku ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan

sedikit perubahan. 4) Bagi orang-orang Timur Asing lainnya dan

warga negara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya tersebut

berlaku Hukum Adat mereka. 5) Bagi orang-orang Eropa dan warga

negara Indonesia keturunan Eropa dan yang disamakan dengan mereka

berlaku Kitab Undang-undang Hukum Perdata.71

Apabila terjadi perkawinan antar golongan yang tunduk pada

hukum yang berlainan tersebut yang disebabkan karena perbedaan

agamanya, kewarganegaraannya, atau perbedaan asalnya

(keturunannya) maka digunakanlah Peraturan Perkawinan Campuran

yaitu Staatblad 158 tahun 1898 atau Regeling op de Gemengde

Huwelijken (GHR). 72

Dalam Pasal 7 GHR diatur bahwa perbedaan-perbedaan

tersebut bukan menjadi penghalang terhadap perkawinan. Dapat

disimpulkan sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

perkawinan beda agama dianggap sah, karena pola pengaturan Belanda

yang memisahkan antara hukum agama dan hukum negara.73 Secara

historis, unifikasi hukum perkawinan Indonesia yang berlaku secara

nasional hampir saja mewarisi ketentuan dalam GHR yang melegalkan

perkawinan beda agama sebagaimana tertuang dalam Pasal 11 ayat (2)

Rancangan Undang-Undang Perkawinan Tahun 1973 yang berbunyi:

“Perbedaan karena kebangsaan, suku bangsa, negara asal, tempat

asal, agama/kepercayaan dan keturunan, tidak merupakan penghalang

71Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam; Suatu Analisis Dari UU No.1 Tahun 1974 Dan

Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 55. 72 Taufiqurrohman Syahuri, Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia: Pro-Kontra

Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2013), h. 79 73Alyasa Abubakar, Perkawinan Muslim Dengan Non-Muslim, (Aceh: Dinas Syariat Islam

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008), h. 26

Page 44: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

33

perkawinan.” Pasal ini merupakan konsekuensi dari Pasal sebelumnya

yaitu pasal 2 ayat (1) yang hanya memberikan ruang bagi negara dan

tidak melibatkan agama untuk mengesahkan perkawinan. “Perkawinan

adalah sah apabila dilakukan dihadapan pegawai pencatat

perkawinan, dicatatkan dalam daftar pencatat perkawinan oleh

pegawai tersebut, dan dilangsungkan menurut ketentuan Undang-

undang ini dan/atau ketentuan hukum perkawinan fihak-fihak yang

melakukan perkawinan, sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-Undang ini.”

Namun adanya rumusan tersebut menuai kecaman keras dari

kelompok Islam, karena bagi umat Islam perkawinan bukan hanya

sebagai peristiwa perdata yang bersifat administratif melainkan juga

peristiwa agama yang mengharuskan terpenuhinya rukun dan syarat

yang diatur oleh agama. Maka rumusan ini dapat membawa potensi

praktik perkawinan sah oleh hukum sipil, namun tidak sah menurut

agama. 74 Oleh karena itu, negara harus melibatkan agama dalam

proses mengesahkan perkawinan termasuk menghapus rumusan

kebolehan perkawinan beda agama apabila agama melarang hal

tersebut.

Setelah mendapatkan banyak kritik dari berbagai kelompok

masyarakat melalui fraksi-fraksi di DPR, pemerintah akhirnya

mencabut dan merevisi beberapa rumusan pasal dalam RUU

Perkawinan yang bertentangan dengan hukum agama, dan kemudian

mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 yang telah

disepakati bersama dan disahkan tanggal 2 Januari 1974.75

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan peranan

besar bagi agama dan kepercayaan masing-masing calon mempelai

untuk menentukan sah atau tidaknya perkawinan sebagaimana tertuang

74Muhammad Kamal Hassan, Muslim Intellectual Responses to “New Order” Moderenization

in Indonesia diterjemahkan Ahmadie Thaha, Modernisasi Indonesia : Respon Cendekiawan

Muslim (Jakarta : Lingkaran Studi Indonesia,1987), h. 190. 75Jazuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2005) h. 368

Page 45: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

34

dalam Pasal 2 UU Perkawinan, yaitu “Perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.”

dilanjutkan Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku”. Menurut Mahkamah Konstitusi Pasal 2 ayat (2) tersebut

hanya merupakan kewajiban administratif dan pencatatan perkawinan

bukanlah penentu dari sahnya perkawinan melainkan pemenuhan

syarat dari agama masing-masing pasangan calon mempelailah yang

menentukan.76

Namun masih terdapat celah hukum lain dalam UU Perkawinan

yang mengandung multi tafsir tepatnya pada Pasal 66 yang

menyatakan bahwa “Dengan berlakunya UU ini, ketentuan-ketentuan

yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijk

Ordonantie Christen Indonesiers, S. 1933 No. 74), Peraturan

Perkawinan Campur (Regeling op de Gemengde Huwelijk S. 158

tahun 1898), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang

perkawinan sejauh telah diatur dalam undang-undang ini, dinyatakan

tidak berlaku.”

Dari ketentuan Pasal 66 tersebut, dapat dinyatakan bahwa

ketentuan perkawinan beda agama dalam GHR tidak berlaku lagi,

sedangkan perkawinan campur dalam UU Perkawinan memiliki

rumusan yang berbeda. Namun, dari Pasal 66 tersebut, terdapat

beberapa ahli hukum yang mengatakan bahwa terdapat kekosongan

hukum tentang perkawinan campuran beda agama. UU Perkawinan

tidak mengatur tentang perkawinan campuran beda agama, sedangkan

bunyi pasal 66 menyatakan bahwa peraturan perkawinan lama tidak

berlaku selama telah diatur oleh UU Perkawinan ini dalam Pasal 57

76 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 46: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

35

UU Perkawinan, yang tidak mengatur tentang perkawinan antar

agama.77

2. Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Lahirnya Undang – Undang Administrasi Kependudukan yang

dilandaskan pada sebuah kesadaran bahwa Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban

memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status

pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan

peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia yang berada

di dalam dan/atau luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.78

Hal ini terejawantahkan dalam Pasal 2 Undang-Undang

tersebut bahwa “Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:

a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang sama dalam

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; c. perlindungan atas

Data Pribadi; d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen.” 79

Hadirnya undang-undang ini diharapkan mampu untuk mengakomodir

seluruh kepentingan administrasi pendudukan bagi warga negara

Indonesia tanpa adanya diskriminasi termasuk dalam pencatatan

perkawinan.

Dimana dalam Pasal 34 UU tersebut juga mengakomodir

perkawinan berbeda agama yang sebelumnya tidak mempunyai

kepastian hukum dan sulit mendapatkan pengesahan perkawinan oleh

negara. “Pencatatan perkawinan sebagai mana dimaksud dalam Pasal

34 berlaku pula bagi: a. perkawinan yang ditetapkan oleh

77Sri Wahyuni, Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi Manusia In Right :

Jurnal Agama dan Hak Azasi Manusia, Vol. 1, Nomor 1. 2011. h. 139 78 Poin Konsiderans Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124) 79 Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124)

Page 47: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

36

Pengadilan.” 80 Penjelasan Pasal 35 Huruf a ini menyebutkan, “Yang

dimaksud dengan ‘Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan’

adalah perkawinan yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama”.

Karena perkawinan beda agama meupakan perkawinan yang

tidak memiliki akta perkawinan maka berlaku Pasal 36 Undang-

Undang aquo. “Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan

Akta Perkawinan, pencatatan perkawinan dilakukan setelah adan

penetapan pengadilan.”

Berdasarkan ketentuan tersebut maka bagi pasangan beda

agama yang ingin mencatatkan perkawinannya harus terlebih dahulu

mengajukan permohonan penetapan perkawinan ke Pengadilan Negeri

kemudian baru mencatatkannya ke Kantor Catatan Sipil.81 Ketentuan

ini sejalan dengan Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Perkawinan bahwa

Kantor Catatan Sipil dapat melangsungkan atau membantu

melangsungkan perkawinan apabila diperintah oleh Pengadilan. 82

Lahirnya kebolehan KCS untuk mencatatkan perkawinan beda agama

juga tidak terlepas dari adanya yurisprudensi Mahkamah Agung dalam

Putusan Nomor 1400K/PDT/1986 yang memerintahkan Pegawai

Pencatat pada Kantor Catatan Sipil untuk melangsungkan perkawinan

antara pasangan beda agama setelah dipenuhi syarat-syarat perkawinan

menurut Undang-Undang. 83

Prosedur ini berbeda apabila pasangan beda agama menikah di

luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana negara

tersebut tidak menjadikan persamaan iman sebagai syarat sah

perkawinan, maka pasangan beda agama tidak perlu untuk meminta

penetapan pengadilan, karena berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang

80 Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124) 81Pasal 69 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan

dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil. 82 Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) 83Putusan Mahkamah Agung Nomor 1400K/PDT/1986 perihal Permohonan Izin Pernikahan

Beda Agama antara AVGP (Islam) dan APHN (Kristen)

Page 48: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

37

Adminstrasi Kependudukan pasangan yang menikah di luar negeri

hanya diminta untuk melaporkan peristiwa perkawinannya dengan

membawa kutipan akta perkawinan.

3. Perkawinan Beda Agama Menurut Hak Asasi Manusia.

Pasal 28 B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk

membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

yang sah.84 Amanat konstitusi ini tertuang dalam Pasal 10 ayat 1 dan 2

Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.85

Pasal 10 berbunyi ayat (1) “Setiap orang berhak membentuk suatu

keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”

dan ayat (2) “Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas

kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Dalam penjelasan Pasal 10 UU ini dijabarkan bahwa yang

dimaksud dengan perkawinan yang sah adalah perkawinan yang

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

dan yang dimaksud dengan kehendak bebas adalah kehendak yang

lahir dari niat yang suci tanpa paksaan, penipuan, atau tekanan apapun

dan dari siapapun terhadap calon suami dan atau calon istri.86

Dari ketentuan hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hak

memilih pasangan hidup tidak semerta-merta diberikan hanya kepada

setiap orang, melainkan tetap harus sejalan dengan ketentuan yang

ditetapkan peraturan perundang-undangan termasuk persyaratan

perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan yang mengharuskan setiap perkawinan dilakukan

berdasarkan ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing.

84Pasal 28 B ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 85Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169) 86Undang Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169)

Page 49: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

38

Namun, di sisi lain perkawinan yang merupakan salah satu

bentuk ibadah dalam suatu hukum agama dianggap merupakan forum

internum yang tidak boleh diintervensi oleh siapapun termasuk negara.

Forum internum mencakup kekebebasan individu untuk memilih

agama dan kepercayaan tertentu yang diyakininya dan untuk

menganutnya serta melaksanakan agamanya dan kepercayaanya di

dalam lingkup privat. 87

Sebagaimana jaminan beberapa pasal dalam konstitusi yang

mengatui tentang kebebasan beragama. Pasal 28E ayat (1) “Setiap

orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya, serta berhak kembali.” Dan ayat (2) “Setiap orang

berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran

dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.” Pasal 28 I ayat (1) “Hak

untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran

dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut

atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang

tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.” Pasal 29 ayat (2)

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaannya itu.”

Kerancuan ini kemudian dijawab oleh Mahkamah Konstitusi

dalam putusannya Nomor 68/PUU-XII/2014 bahwa dalam perkawinan

agama menjadi landasan dan negara mempunyai kepentingan. Agama

menjadi landasan bagi komunitas individu yang menjadi wadah

kebersamaan pribadi-pribadi dalam hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa serta turut bertanggung jawab terwujudnya kehendak Tuhan

87Alasan Pemohon dalam Uji Materil Undang undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam Putusan

MK Nomor 68/PUU-XII/2014 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Page 50: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

39

Yang Maha Esa untuk meneruskan dan menjamin keberlangsungan

hidup manusia sementara negara berperan untuk menjamin kepastian

hukum kehidupan bersama dalam tali ikatan perkawinan. Perkawinan

tidak boleh hanya dilihat dari aspek formal semata, tetapi juga harus

dilihat dari aspek spiritual dan sosial. Oleh karena itu, agama

menetapkan legalitas perkawinan, sedangkan Undang-Undang

menetapkan keabsahan administratif yang dilakukan oleh negara.88

Pembatasan HAM ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 28 J

ayat (2) UUD 1945 bahwa “Dalam menjalankan hak dan

kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang

ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban

umum dalam suatu masyarakat demokratis.” 89

88 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XII/2014 Tentang Pengujian Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 89Pasal 28 J ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Page 51: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

40

BAB III

PROFIL YAYASAN HARMONI MITRA MADANIA

A. Profil Yayasan Harmoni Mitra Madania

Harmoni Mitra Madania Harmoni Mitra Madania adalah sebuah

lembaga yang didedikasikan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

berdaya dalam bidang pendidikan, ekonomi, social, dan kebudayaan.

Didirikan pada tanggal 17 Agustus 2012 untuk memperjuangkan

kehidupan yang sejahtera, adil, damai, harmoni, dan bermartabat bagi

semua orang dalam kerangka hak-hak asasi manusia. Yayasan Harmoni

Mitra Madania yang berlokasi di Jakarta Selatan ini didirikan oleh

Achmad Nurcholish, Pujianto, Iradatul Aini, dan Lini Zurlia dengan visi

misi sebagai berikut :

Visi

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, damai,

berkeadilan, setara, harmoni, dan dalam kerangka hak-hak asasi

manusia.

Misi:

1. Membantu upaya mewujudkan masyarakat yang berdaya di

bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan secara

berkelanjutan.

2. Memperjuangkan kehidupan masyarakat yang sejahtera,

adil, damai, harmoni, dan bermartabat dalam kerangka hak-

hak asasi manusia.

Page 52: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

41

Struktur Organisasi :

B. Profil Pendiri dan Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania

Beikut ini adalah profil pendiri dan Ketua Yayasan harmoni Mitra

Madania:

Nama : Ahmad Nurcholish

Tempat Tanggal Lahir: Grobogan, 7 November 1974

Riwayat Pendidikan : 1. Program Pascasarjana Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

2. Program Strata 1 Fakultas Tarbiyyah STAI

Nida el-Adabi Jakarta

3. Program Strata 1 Program Studi Manajemen

Informatika STMIK (Universitas) Budi

Luhur Jakarta

4. Pondok Pesantren Al-Faqih Purwodadi,

Grobogan Jawa Tengah

Ketua Umum

Ahmad Nurcholish

Ketua Bid. Pendidikan dan Kebudayaan

M. Muhlisin

Ketua Bid. Ekonomi dan Sosial

S. Khairunnisa

Ketua Bid. Advokasi Hak Asasi Manusia

Shoim Asyhar

Sekretaris Umum

Frangky Tampubolon

Bendahara Umum Sanda Nur

Page 53: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

42

5. Madrasah Aliyah Sunniyah Selo, Grobogan

Jawa Tengah

6. Madrasah Tsanawiyah Sunniyah Selo,

Grobogan Jawa Tengah

7. Madrasah Ibtidaiyah Sunniyah Selo,

Grobogan Jawa Tengah

Riwayat Pekerjaan : 1. Trainer dan motivator PT. Ifaria Gemilang

(Tangsel, 2005-2006)

2. Kontibutor Syari’ah Online (2007-2008)

3. Redaktur Pelaksana Majalah I-Fashion

(2008-2009)

4. Pemimpin Redaksi majalah INTREPRNEUR

(2009-2011).

5. Narasumber di berbagai diskusi, seminar, dan

workshop bertema sosial-keagamaan dan

peacebuilding, juga pernah menjadi

narasumber di sejumlah radio dan televise

swasta, seperti Tri Jaya FM,MS Tri FM,

KBR 68H, Green Radio FM, Lite FM, RPK

FM, Heartline FM, Star Radio FM, Smart

FM, Q-TV, MTA-TV, TEMPO TV, NET-

TV, Metro TV, BBC, Asumsi.co, Vice

Indonesia, kumparan.com, dan CNN

Indonesia

6. Penulis di sejumlah media, baik cetak

maupun online seperti Memoar cintaku

(LKis, 2004); Pendidikan Agama Islam

Berwawasan Multikultural (STAI Nida el-

Adabi, 2005); Ciptakan Nilai, Kunci Hidup

Sukses dan Maksimal [bersama Hartono dan

Page 54: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

43

Jarot Wijanarko] (HHK: 2007); Perkawinan

Beda Agama (ICRP-Komnas HAM, 2005 &

2010); Enterpreneur Sejati, Menciptakan

nilai, Kisah Sukses Tanu Sutomo (HHK,

2008); 60 Pengusaha Sukses Bersama IFA

(IFA, 2008); Kado Cinta Bagi Pasangan

Nikah Beda Agama (Gramedia, 2008);

Melawan Kekerasan Atas Nama Agama

(ICR, 2011); FIQH Keluarga Lintas Agama

(Kaukaba, 2013); Menggapai Ridha Ilahi

Meraih Kehidupan Harmoni (Rausyan Fikr,

2013); Pendidikan HAM, Demokrasi, dan

Konstitusi Bagi Penyuluh Agama-agama

(ICRP-Hanns Seidel Fondation, 2014);

Agama Cinta : Menyelami Samudra Cinta

Agama-agama (Elex Media, 2015);

Seksualitas & Agama: Kesehatan Reproduksi

dalam Perspektif agama-agama (Elex Media,

2015); Peace Education dan Pendidikan

Perdamaian Gus Dur (Elex Mdia, 2015);

Antara Tuhan dan Peluru Serdadu (Gramedia

Pustaka Utama, 2016); Merajut Damai dalam

Kebhinekaan (Elex Media, 2017); Celoteh

Gusdur : 22 ujaran Bijak Sang Guru Bangsa

(Elex Media, 2018); Celoteh Romo Magnis

(Elex Media, 2018); Djohan Effendi; Cerita

Para Sahabat (ICRP, 2018); Celoteh RA

Kartini (Elex Media, 2018); Celoteh Buya

Syafi’I (Elex Media, 2018); Celoteh Gus Mus

(Elex Media, 2018)

7. Ketua program Peace Train Indonesia 2017

Page 55: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

44

8. Trainer program Pelatihan Juru Bicara

Pancasila 2018.

9. Deputy Direktur Indonesia Conference

Religius and Peace (ICRP)

10. Narasumber diskusi seminar atau workshop,

serta trainer dan motivator untuk pelatihan-

pelatihan peacebuilding; pelatihan menulis

dan jurnalistik.

11. Pengurus Yayasan Cahaya Guru Jakarta.

12. Pengajar “Religious Studies” Universitas

Prasetiya Mulya, BSD City Tangerang.

13. Tim Pengasuh Pesantren Fatihatul Qur’an,

Bogor.

14. Ketua Umum Yayasan Harmoni Mitra

Madania, Jakarta.

Page 56: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

45

BAB IV

PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DI YAYASAN

HARMONI MITRA MADANIA

A. Praktik Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania.

Yayasan Harmoni Mitra Madania merupakan lembaga nirlaba yang

menangani kegiatan-kegiatan sosial dari sebuah perusahaan bernama

Harmoni Mitra Persada. 90 Pada awalnya, bentuk kegiatan sosial untuk

membantu masyarakat berupa pemberdayaan ekonomi dan pelatihan

kepenulisan dan jurnalistik, namun karena kebetulan salah satu

personilnya selama ini bergiat di bidang advokasi hak-hak sipil, termasuk

dalam hal perkawinan beda agama, maka lembaga ini pun menangani

persoalan yang terkait dengan masalah tersebut. Bentuk bantuan yang

ditawarkan berupa konsultasi, mediasi orang tua, fasilitasi berupa

penyiapan penghulu pendeta dan pengurusan catatan sipil.91

Alasan Yayasan Harmoni Mitra Madania membantu pasangan

beda agama melangsungkan perkawinan selain untuk membantu

masyarakat yaitu karena berlandaskan pada Pasal 2 Ayat 1 UU

Perkawinan bahwa pengesahan perkawinan menjadi otoritas agama.

Sedangkan, pada tiap agama terdapat tafsir yang membolehkan

perkawinan beda agama tersebut, termasuk dalam agama Islam. Selain itu,

landasan hukum lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 35 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

juga yang mengandung kebolehan perkawinan beda agama. Serta

kebebasan memilih pasangan hidup dan berkeluarga yang diatur dalam

90Achmad Nurcholish, Pernikahan Beda Agama dan Jaminan Kebebasan Beragama di

Indonesia, Jakarta: Jurnal HAM Komnas HAM, 2014. 91Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021.

Page 57: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

46

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia.92

Jumlah pasangan yang terbantu dengan program perkawinan beda

agama sejak Yayasan berdiri sampai tahun 2020 berjumlah 1220 yang

berasal dari seluruh Indonesia. Dengan rata-rata perbulan mencapai 8 – 12.

Dengan puncak tertinggi di bulan desember 2020 yang mencapai 31

pasangan. Tidak hanya melayani perkawinan beda agama antara WNI,

Yayasan juga terbuka untuk WNA.93

Motivasi pasangan yang menikah beda agama di Yayasan ini ialah

karena perbedaan agama tidak menjadi masalah dalam hubungan mereka

apalagi jika salah satu pasangannya beragama ahli kitab sehingga ajaran

ketuhanannya dianggap masih pada sumber yang sama.94 Alasan lainnya

ialah karena telah merasa cocok dan beranggapan bahwa pasangan beda

agama yang dinikahinya kini merupakan takdir Tuhan yang harus dijalani.

Terlebih perkawinan beda agama juga pernah beberapa kali terjadi di masa

Nabi Muhammad SAW.95 Salah satu alasan mengapa pasangan WNI dan

WNA yang salah satunya telah menjadi muallaf namun tetap memutuskan

untuk menikah di Yayasan Harmoni Mitra Madania ialah karena alasan

adminstratif. Di negara asalnya yaitu di Malaysia apabila seseorang telah

menjadi muslim maka anak-anaknya harus mengikuti agama ayahnya.

Namun, karena pasangan ini menerapkan prinsip kebebasan beragama

untuk anak-anaknya dan demi memudahkan anak-anaknya untuk memilih

agama yang diyakininya di masa depan maka mereka memutuskan untuk

92Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 93Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 94DM (Islam)– IFW (Katolik), Pelaku Nikah Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra Madania,

Interview Pribadi via Direct Message Instagram, 16 Januari 2021. 95DKHK ( Islam) – ML (Katolik), Pelaku Nikah Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania, Interview Pribadi via Telefon Whatsapp, 17 Januari 2021.

Page 58: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

47

menikah secara Islam namun secara administratif status perkawinannya

tetap berbeda agama.96

a. Konsultasi dan Pendaftaran

Calon pasangan dengan sangat mudah mendapatkan informasi

tentang jasa perkawinan beda agama oleh Yayasan Mitra Madania melalui

internet baik dari website resmi Yayasan di nikahbedagama.org, ulasan

media online seperti kumparan, detik.com atapun content creator Youtube

yang pernah wawancara dengan Achmad Nurcholish, serta ulasan para

pasangan yang berhasil menikah di Yayasan ini yang menuliskannya di

media sosial.97

Lembaga ini menerima konsultasi, baik yang datang langsung ke

kantor maupun melalui surat elektronik, website, media sosial maupun

telepon. Namun sangat jarang calon pasangan yang datang langsung ke

Yayasan, biasanya pertemuan terjadi pasca komunikasi terlebih dahulu

melalui konsultasi secara online.98

Dalam tahapan konsultasi khususnya bagi calon pasangan yang

salah satunya beragama Islam pihak yayasan akan menjelaskan bahwa

terdapat 3 pandangan terkait hukum perkawinan beda agama. Pertama,

pendapat mayoritas yang melarang karena mengacu pada Q.S. al-Baqarah:

221 dan Q.S. al-Mumtahanah: 10. Kedua, pandangan yang memungkinkan

bagi seorang muslim untuk menikah dengan perempuan non muslim

contohnya Q.S. al-Maidah: 5. Serta pandangan ketiga yang membolehkan

pula meskipun yang muslim adalah perempuan.99

Selain memberikan penjelasan terkait dengan hukumnya, Yayasan

juga akan memberikan pemahaman seputar prinsip-prinsip yang harus

96AW (Islam, WNI) – OJK (Islam, WNA), Menikah secara Islam di Yayasan Harmoni Mitra

Madania, Interview Pribadi via Telefon Whatsapp, 17 Januari 2021. 97Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 98Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 99Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021.

Page 59: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

48

dipahami oleh calon pasangan seperti : Pertama, harus sudah selesai

dengan keinginan pasangan untuk mengikuti agamanya. Jangan merasa

dominan dan merasa paling benar. Karena jika sudah sudah menikah

masih dibebani dengan hal tersebut, maka akan menjadi masalah dan

tujuan perkawinan sulit tercapai.100

Kedua, harus sudah siap menghadapi tantangan dan tentangan.

Tantangannya sama layaknya perkawinan pada umumnya. Tentangannya

seumur hidup. Pasti akan selalu ada orang yang tidak pilihan yang diambil

pasangan beda agama atau menentang baik dari lingkungan keluarga

maupun masyarakat. Jadi harus adanya sikap lapang dada agar tidak

menjadi beban pikiran sepanjang hidup.101

b. Mediasi Orang Tua.

Jika calon pasangan beda agama mendapatkan kesulitan untuk

mendapatkan restu orang tua dan keluarga, maka yayasan akan membantu

memediasi hal tersebut dengan memberikan penjelasan terkait hukum

perkawinan beda agama. Mediasi ini sering menghasilkan persetujuan.

Hanya sedikit orang tua yang tetap berdiri pada pendiriannya bahwa

perkawinan beda agama dilarang menurut hukum agama.102

Jika mediasi gagal, calon pasangan beda agama terpaksa menikah

di luar negeri yang tidak mensyaratkan restu orang tua dan prosesi agama

karena hanya berdasarkan perkawinan sipil saja.103

c. Fasilitasi Perkawinan Beda Agama.

Perkawinan beda agama di Yayasan ini dilakukan dengan dua kali

prosesi agama agar perkawinan dianggap sah dimata kedua agama

mempelai. Yayasan Harmoni menyediakan semua pemuka agama baik

ustaz sebagai penghulu untuk mempelai muslim, pendeta untuk agama

100Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 101Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 102Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 103Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021.

Page 60: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

49

Kristen, pendanda untuk agama Hindu, biksu untuk agama Buddha, XUE

Shi untuk agama Konghucu dan pemuka aliran kepercayaan. Sehingga

tidak melalui Kantor Urusan Agama (KUA), karena tidak akan diterima.104

Pada tanggal 14 Januari 2021, Perkawinan beda agama antara SA

(Islam) dan IJM (Kristen) yang dilaksanakan di Yayasan Harmoni dimulai

dengan pemberkatan dan peneguhan nikah oleh Pendeta. Dimulai dengan

Pertama, Persiapan bernyanyi bersama “Kasih dari Surga” oleh Pasangan

dan jemaat yang hadir. Dilanjutkan dengan ajakan beribadah oleh pendeta

untuk memohonkan berkat bagi kedua mempelai. Kemudian, Pendeta

membacakan NATS pembimbing serta memanjatkan doa dan

menyampaikan firman, dilanjutkan dengan pengucapan janji nikah dan

pertukaran cincin. Setelah itu, Pendeta melakukan pemberkatan dan

peneguhan nikah dan ditutup dengan menyanyikan pujian “Kasih” oleh

jemaat sekaligus pemberian secara sukarela untuk mensyukuri peristiwa

perkawinan dan terakhir pengutusan dan berkat oleh pendeta dan diamini

oleh jemaat.105

Setelah prosesi pemberkatan menurut agama Katolik selesai,

prosesi perkawinan dilanjutkan secara Islam yaitu akad nikah dengan

Achmad Nurcholish sebagai penghulunya. Yang dimulai dengan

pembukaan, mengucap syukur dan membaca al-Fatihah dilanjutkan oleh

khutbah nikah. Kemudian penghulu memastikan bahwa telah terpenuhinya

rukun nikah baik dari calon mempelai, wali dan saksi. Yang menjadi wali

dalam perkawinan ini adalah saudara laki-laki dari calon mempelai

perempuan. Namun, jika wali dari calon mempelai berhalangan, maka

penghulu juga dapat bertindak sebagai wali hakim. Acara selanjutnya yaitu

pembacaan ijab qabul antara wali dan mempelai laki-laki dilanjutkan

dengan pembacaan doa, penandatanganan surat keterangan nikah dan

serah terima mahar.

104Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 105Hasil Observasi di Yayasan Harmoni Mitra Madania 14 Januari 2021

Page 61: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

50

Setelah prosesi keagamaan dilakukan, dan perkawinan dianggap

sah oleh agama masing-masing mempelai, maka yayasan akan

melaporkannya ke catatan sipil dengan surat pengesahan perkawinan dari

gereja atau pemuka agama yang memuat keterangan bahwa pasangan

tersebut telah diberkati secara Kristen atau Katolik atau agama lain.

Namun, jika Kantor catatan sipil menolak karena mengetahui bahwa

identitas pasangan tersebut beda agama maka secara terpaksa harus

disiasati secara administratif. Salah satu pihak mengurus surat baptis atau

surat keterangan masuk agama lain atau dengan kata lain melakukan

penundukan hukum sementara.106

Secara prosedur dan waktu tidak ada perbedaan dalam pengurusan

pencatatan nikah beda agama di kantor catatan sipil. Yaitu dokumen

didaftarkan dua minggu sebelum hari berlangsungnya perkawinan,

kemudian menunggu dokumen sidang pencatatan yang menghabiskan

waktu lima sampai empat belas hari. Setelah itu menunggu terbitnya akta

nikah. Yayasan pun telah bermitra dengan pihak kantor catatan sipil di

beberapa wilayah di Indonesia yang untuk mengefisiensikan waktu

pengurusan dokumen.107

Tarif yang dikenakan untuk fasilitasi dari akad, pemberkatan

hingga catatan sipil berkisar Rp. 9.000.000,00 - Rp.11.000.000,00.

tergantung tingkat kesulitan. Namun, jika calon pasangan mempunyai

kendala terkait hal-hal yang berkaitan dengan biaya , sejauh ini tarif

tersebut selalu dapat dikomunikasikan karena munculnya biaya berasal

dari pihak gereja dan catatan sipil.108

106Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 107Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021. 108Achmad Nurcholish, Ketua Yayasan Harmoni Mitra Madania, Interview Pribadi Jakarta

Rabu, 6 Januari 2021.

Page 62: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

51

B. Legalitas Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania Menurut Hukum Islam

Dalam menghukumi perkawinan beda agama, ulama telah sepakat

mengharamkan tiga bentuk perkawinan beda agama yaitu :

1. Perkawinan beda agama antara laki-laki atau perempuan muslim

dengan orang musyrik.

2. Perkawinan beda agama antara seorang laki-laki atau perempuan

muslim dengan orang murtad.

3. Perkawinan beda agama antara perempuan muslim dengan laki-laki

Ahli kitab.

Larangan perkawinan beda agama antara laki-laki atau perempuan

muslim dengan orang musyrik didasarkan pada surah al-Baqarah ayat 221

dan surah al-Mumtahanah ayat 10:

مشركة ولو أعجبتكم ول تنكحوا ول تنكحوا المشركات حتى يؤمن ولمة مؤمنة خير من

ئك يدعون إلىالنار المشركين حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ولو أعجبكم أول

يدعو إلى الجنة والمغفرة بإذنه وي بي ن آياته للناس لعلهم يتذكرون والل

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan

musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya perempuan budak yang

mukmin lebih baik dari perempuan musyrik, walaupun dia menarik

hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan

perempuan-perempuan mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik

hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil

pelajaran.” (Q.S. al-Baqarah [2] : 221)

فإن علمتموهن مؤمنات فل ترجعوهن إلى الكفار ل هن حل لهم ول هم يحلون لهن

Artinya: “Maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)

beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami

Page 63: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

52

mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu

dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (Q.S al-

Mumtahanah [60] : 10

Berdasarkan konteks ayat di atas menurut kaidah ushul fikih kata

“janganlah” atau la menunjukan makna larangan (nahy).

للتحريم لصل فى النهي

“Nahy adalah menunjukkan suatu yang haram.”109

Oleh karena itu, dari dua ayat di atas para ulama baik yang klasik

maupun kontemporer telah sepakat mengharamkan perkawinan beda

agama antara orang musyrik dengan orang muslim secara mutlak. Wahbah

Zuhayli misalnya mengatakan bahwa perkawinan yang demikian batal

demi hukum.110 Ulama Hanafiyyah dan Syafi’iyyah mengharamkan dan

mengkategorikan perkawinan beda agama dengan orang musyrik sebagai

perkawinan yang batal secara mutlak berdasarkan Q.S al-Baqarah ayat 221

diatas.

Perbedaan pendapat diantara ulama hanya terjadi pada klasifikasi

dan definisi kafir, namun mereka sepakat bahwa perkawinan beda agama

antara orang muslim dengan orang musyrik hukumnya adalah haram.

Menurut Hamka sebab larangan laki-laki muslim menikah dengan

perempuan musyrik atau laki-laki musyrik menikah dengan perempuan

muslim karena mereka mengajak masuk neraka, baik neraka dunia, berupa

kacau pikiran di rumah tangga maupun neraka akhirat karena mereka

mengajak yang tidak benar. Apalagi jika memiliki keturunan, pastilah jiwa

anak tidak akan bahagia diasuh oleh ayah dan bunda yang berlainan

haluan.111 Mengenai definisi dan siapakah musyrik itu, seperti disebutkan

pada sebelumnya ada tiga pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa

selain ahli kitab adalah musyrik, pendapat kedua orang musyrik khusus

definisinya musyrik arab pada waktu turunnya Al-Qur’an dan pendapat

ketiga mengkategorikan semua orang pemeluk agama termasuk ahli kitab

109 Isa Zahran, al-Muntakhab Fi Ushul Fiqh, (Kairo: Jamiah al-Azhar,1998), h.117 110Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 152 111Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), Juz 19, h. 194-195.

Page 64: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

53

(Yahudi dan Nasrani) selain Islam adalah musyrik. Buya Hamka

menyebutkan bahwa makna musyrik dalam ayat tersebut termasuk ahli

kitab. Pendapat ini berdasarkan penafsirannya terhadap Q.S. al-Taubah

(9): 30, mengenai sebagian orang Yahudi yang mengangkat ‘Uzair sebagai

Putra Tuhan, surah al-Maidah (5): 17, mengenai orang Nasrani yang

mengangkat Nabi Isa sebagai putra Tuhan dan surah al-Najam (53): 19-23,

mengenai orang musyrik yang mengangkat al-Lata, al-‘Uzza dan Manat

sebagai anak Tuhan. Dengan demikian, ahli kitab termasuk dalam

kelompok orang musyrik. Begitu juga pendapat M. Quraish Shihab, seperti

pendapat Hamka yang telah disebutkan di atas, bahwa pada hakikatnya

antara musyrik dan ahli kitab adalah sama haya saja menggunakan dua

istilah yang berbeda, tetapipada hakikatya mempunyai substansi yang

sama. Sama dengan istilah pencuri dan korupsi. Keduanya mempunyai

substansi yang sama, yaitu sama-sama mengambil hak orang lain yang

bukan haknya, tetapi mempunyai istilah yang berbeda. Disebut korupsi

bagi seorang pegawai kerajaan yang mengambil hak orang lain, disebut

pencuri untuk rakyat biasa.

Begitu juga ulama telah sepakat haram seorang laki-laki muslim

menikah dengan orang murtad (keluar dari agama Islam) karena berarti ia

tidak berpegang teguh pada agama sebelumnya seperti dikemukakan oleh

seorang ahli fikih mazhab hambali bernama Ibnu Qudamah. 112

Perkawinan beda agama yang telah disepakati ketidakbolehannya

oleh ulama juga adalah perkawinan antara perempuan muslim dengan laki-

laki ahli kitab sebagaimana disampaikan oleh Imam Syafi’i dalam Al-

Umm;

وقد اجتمع الناس على حرمة نكاح الرجل غير المسلم للمرأة المسلمة

“orang-orang telah sepakat keharaman perkawinan beda agama antara

perempuan muslim dengan laki-laki non muslim.”113

112 Ibnu Qudamah, Al-Mughni ( Riyadh : Dar al-Alam al- Kutub, 1997) Juz 10, h. 38. 113 Muhammad bin Idri Al-Syafii, Al-Umm, (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyyah: 2001) Juz 5, h.

148

Page 65: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

54

Menurut Al-Kasani, perkawinan antara perempuan muslim dengan

laki-laki nonmuslim dilarang karena biasanya dalam suatu keluarga yang

menjadi tolak ukur atau yang dipatuhi adalah suami sedangkan istri hanya

mengikuti. Oleh karena itu jika suaminya nonmuslim, khawatir akan

terjerumus pada agama suami.114 Sekalipun tidak ada ayat yang secara

tegas melarang perempuan muslim menikah dengan laki-laki ahli kitab,

menurut jumhur ulama tetap terlarang karena beralasan dengan kaidah:

“Hukum asal pada kemaluan perempuan adalah haram kecuali ada

alasan yang membolehkan”. Dengan demikian, tidak ada nash Al-Qur’an

bukan berarti boleh. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang

membolehkan perempuan muslim menikah dengan laki-laki non

muslim.115

Tentang perkawinan beda agama antara laki-laki muslim dan

perempuan ahli kitab meskipun jumhur ulama sepakat berdasarkan surah

Al-Maidah ayat 5, namun menurut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan

Mazhab Hambali menikah dengan perempuan ahli kitab dan a

hli Dzimmah hukumnya makruh.116

M. Quraish Shihab menegaskan bahwa perkawinan beda agama

antara laki-laki muslim dengan ahli kitab diperbolehkan karena dua alasan.

Pertama, sebagai suatu jalan keluar yang mendesak saat itu, karena kaum

muslimin sering bepergian jauh melaksanakan jihad dan tidak mampu

kembali ke keluarga mereka saat itu, sekaligus juga untuk tujuan dakwah.

Kedua, karena umat Islam telah memiliki kasusempurnaan tuntunan

agama dan orang kafir sudah sedemikian lemah, sehingga telah berputus

asa mengalahkan Islam atau memurtadkannya, maka suami perlu

menampakkan kasusempurnaan Islam dan keluhuran budi pekerti yang

diajarkan suami terhadap istrinya, baik perempuan Yahudi maupun

114 Abu Bakar bin Mas’ud Al-Kasani Al-Hanafi, Badaa’i Al-Shanai’, h. 271. 115 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru

Van Hoeve 2001), Jilid 4 , h. 42. 116 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 152.

Page 66: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

55

perempuan Kristen, tanpa harus memaksanya untuk memeluk agama Islam

seperti yang dianutnya.117

Berdasarkan kepada dua alasan di atas, maka menurut M. Quarish

Shihab sangat tidak dibenarkan menjalin hubungan perkawinan antara

laki-laki muslim dengan perempuan ahli kitab bagi yang tidak mampu

menampakkan kasusempurnaan ajaran agama Islam atau laki-laki yang

lemah iman, dapat dikatakan dia terpengaruh oleh ajaran non-Islam yang

dianut istri dan keluarga istrinya.

Mayoritas Ulama Indonesia termasuk dalam kelompok yang

melarang laki-laki muslim menikah dengan perempuan ahli kitab, hal itu

haram dan tidak sah. Sama kedudukannya dengan perempuan muslim

menikah dengan laki-laki ahli kitab haram dan tidak sah. 118 Hal ini

sebagaimana termuat dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam

Fatwanya Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang Perkawinan Beda

Agama; Fatwa Lajnah Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Tentang

Perkawinan Beda agama pada Mukhtamar NU tahun 1960, Mukhtamar

Thariqah Mu’tabarah tahun 1968, dan Muktamar ke-28 di Yogyakarta

pada akhir November 1989; Fatwa Tarjih Muhammadiyah Tahun 2011

Tentang Perkawinan Beda Agama.

Praktik ibadah yang dilakukan oleh ahli kitab saat ini (Yahudi dan

Nasrani) jika kita ingin mengacu kepada pendapatnya Hamka Dan M.

Quraish Shihab memang benar dan logis. Menurut penulis, terdapat

sejumlah alasan yang membedakan dan menyamakan antara musyrik dan

ahli kitab. Yang membedakan antara lain, orang musyrik tidak

mempercayai seorang Nabi, ahli kitab mempercayainya. Allah Ta’ala

membedakan penyebutan musyrik dengan ahli kitab pada beberapa ayat

Al-Qur’an, Tetapi juga terdapat sejumlah alasan yang menyamakan

mereka, antara lain sama-sama tidak beriman kepada Allah sebagai Tuhan,

tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW, bahkan mengangkat

117 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera, 2005) Cet- 5, Jilid 3 h. 31. 118Syamruddin Nasution, Perkawinan Beda Agama Dalam Al-Qur’an, (Riau: Yayasan Pustaka

Riau, 2011) , h. 297.

Page 67: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

56

putra bagi Tuhan, oleh karena itu mereka dapat dimasukan kategori kafir,

kafir musyrik dan kafir ahli kitab berdasarkan surah al-Bayyinah (98): 6

ئك هم شر إن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين في نار جهنم خالدين فيها أول

البرية

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab

dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam;

mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya dalam istilah saja

mereka berbeda, tetapi pada hakikatnya, mereka satu kelompok. Sehingga

telah jelas keharaman perkawinan beda agama karena terdapat banyak

kesamaan antara musyrik dan ahli kitab masa kini. Oleh karena itu praktik

perkawinan beda agama di Yayasan Harmoni Mitra Madania tidak sah

menurut pendapat yang paling rajih.

Maslahat sebagai inti tujuan syari’at (maqashid al-syari‘ah) atau

filosofi ajaran Islam yang hendak dicapai dari larangan perkawinan antar

agama adalah untuk merealisasikan hifzh al-din dan hifzh al-nasl sebagai

maslahah dharuriyyah yang sangat penting dan harus konsisten dijaga

oleh setiap muslim.

C. Legalitas Perkawinan Beda Agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania Menurut Hukum Positif.

Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

dirumuskan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa.119 Makna perkawinan didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

menunjukkan bahwa perkawinan adalah peristiwa agama dan dilakukan

untuk memenuhi perintah agama bukan hanya peristiwa antara individu

semata.120 Artinya, perkawinan tidak hanya dimaknai sebagai perbuatan

119Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) 120Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqih Munakahat dan UU

Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2007) h.., 40

Page 68: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

57

hukum yang bersifat profane/duniawi saja melainkan sekaligus

transcendental/ ukhrawi. Berbeda dengan makna perkawinan dalam

Burgerlijk Wetboek (BW) yang hanya menganggap perkawinan sebagai

hubungan-hubungan perdata.121

Oleh karena itu, UU Perkawinan menyerahkan otoritas

pengesahan sebuah perkawinan sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 “(1) Perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya

dan kepercayaannya itu. (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Penjelasan Pasal 2 ayat 1

tersebut menegaskan bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-Undang

Dasar 1945.122

Sehingga pengesahan perkawinan tidak bisa dilakukan manakala

terdapat larangan dalam agama dan kepercayaanya itu. Sebagaimana

diatur dalam Pasal 8 UU Perkawinan bahwa “Perkawinan dilarang antara

dua orang yang: f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau

peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.”123

Dimana pada dasarnya semua agama tidak menghendaki adanya

perkawinan beda agama. Sebagaimana dalam ajaran agama Katolik

disebutkan dalam Kitab Kanonik 1070 dinyatakan bahwa: “Tiadanya

permandian sah sebagai halangan nikah yang mengakibatkan perkawinan

orang Katolik dengan orang tak dibaptis menjadi tidak sah.” Berdasarkan

hukum kanonik tersebut, maka dalam ajaran Katolik juga tidak

121Pasal 26 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 122Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1) 123Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1)

Page 69: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

58

diperbolehkan adanya perkawinan beda agama, yaitu perkawinan antara

orang Katolik dan nonkatolik.124

Dalam agama Hindu, juga terdapat ajaran tentang samkara sebagai

permulaan sahnya perkawinan. Dasar-dasar yang harus diingat adalah

bahwa 1) wanita dan pria harus sudah dalam satu agama, sama-sama

Hindu, 2) Widiwadana yaitu pemberkahan keagamaan dipimpin oleh

Sulinggih atau Panindita. Dari ajaran tentang samkara tersebut, berarti

perkawinan beda agama dalam ajaran Hindu juga tidak diperbolehkan.125

Sementara itu, dalam ajaran Buddha terdapat empat kunci pokok

kebahagiaan suami istri dalam rumah tangga, yaitu 1) sama sada (memiliki

keyakinan yang sama); 2) sama sila (memiliki moralitas yang sama); 3)

sama caga (sama-sama mempunyai kemurahan hati); dan 4) sama pasiya

(sama-sama memiliki kebijaksanaan). Dengan demikian, ajaran Buddha

juga menganjurkan perkawinan antara orang yang memiliki keyakinan

yang sama (umat Buddha dengan umat Buddha).126

Lebih lanjut Pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 menyatakan bahwa setiap orang yang akan melangsungkan

perkawinan harus memberitahukan kehendaknya itu terlebih dahulu

kepada Pegawai Pencatat ditempat perkawinan akan dilangsungkan. 127

Kemudian Pegawai Pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak

melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan

telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut

Undang-Undang. 128 Selain penelitian terhadap hal tersebut Pegawai

Pencatat meneliti pula : “a.) Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir

124Siti Nur Fatoni dan Iu Rusliana, Pernikahan Beda Agama Menurut Tokoh Lintas Agama di

Kota Bandung, Jurnal Varia Hukum, Volume 1, Nomor 1 Januari 2019, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung. h., 107 125 Achmad Rosidi, Mereguk Kedamaian dalam Perkawinan Satu Agama, Jurnal Harmoni

2015 Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. h., 170 126 https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-berkeluarga-

dalam-agama-buddha/#more-4224 diakses 15 Maret 2021 pukul 21.00 WIB 127Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 128Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 70: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

59

calon mempelai. Dalam hal tidak ada akta kelahiran atau surat kenal

lahir, dapat dipergunakan surat keterangan yang menyatakan umur dan

asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh Kepala Desa atau yang

setingkat dengan itu; b.) Keterangan mengenai nama,

agama/kepercayaan, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua calon

mempelai; c.) Izin tertulis/izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam Pasal

6 ayat(2),(3),(4) dan (5) Undang-undang, apabila salah seorang calon

mempelai atau keduanya belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)

tahun; d.) Izin Pengadilan sebagai dimaksud Pasal 4 Undang-undang;

dalam hal calon mempelai adalah seorang suami yang masih mempunya

istri; e.) Dispensasi Pengadilan/Pejabat sebagai dimaksud Pasal 7 ayat

(2) Undang-undang; f.) Surat kematian istri atau suami yang terdahulu

atau dalam hal perceraian surat keterangan perceraian, bagi perkawinan

untuk kedua kalinya atau lebih; g.) Izin tertulis dari Pejabat yang ditunjuk

oleh Menteri HANKAM/PANGAB, apabila salah seorang calon mempelai

atau keduanya anggota Angkatan Bersenjata ; h.) Surat kuasa otentik

atau dibawah tangan yang disahkan oleh Pegawai Pencatat, apabila salah

seorang calon mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena

sesuatu alasan yang penting, sehingga mewakilkan kepada orang lain.

Dan untuk meneguhkannya Perkawinan dilaksanakan dihadapan Pegawai

Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi.”129

Adanya Pasal ini menunjukkan bahwa pencatatan perkawinan

bukan hanya sebagai peristiwa administratif oleh negara melainkan juga

sebagai mekanisme yang tidak terpisahkan dalam pengesahan perkawinan

itu sendiri. Karena dalam proses inilah negara dapat memastikan apakah

perkawinan tersebut telah memenuhi syarat dan sah menurut hukum

agama dan kepercayaan masing-masing dan dapat diakui oleh negara atau

tidak.

129Pasal 10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 71: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

60

Dimana Pasal 2 ayat (1) PP tersebut mengatur bahwa Pencatatan

perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut

agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah,

Talak dan Rujuk. Yang pada saat ini sebagaimana diatur dalam Pasal 8

ayat 2 Undang-Undang Administrasi Kependudukan menempatkan bahwa

pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi Penduduk yang beragama

Islam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat pada

Kantor Urusan Agama Kecamatan.130 Oleh karena itu Penduduk beragama

Islam yang hendak melangsungkan perkawinan seharusnya tunduk pada

aturan tersebut yaitu melangsungkan perkawinannya dihadapan KUA.

Jika ternyata seorang pemeluk agama Islam hendak

melangsungkan perkawinan beda agama dan kemudian ditolak oleh

pegawai pencatat karena dianggap tidak memenuhi syarat yang ditentukan

agama. Maka berdasarkan Pasal 21 UU Perkawinan pegawai pencatat

perkawinan akan memberikan suatu keterangan tertulis dari penolakan

tersebut disertai dengan alasan-alasan penolakannya. Kemudian Para pihak

yang perkawinannya ditolak berhak mengajukan permohonan kepada

pengadilan didalam wilayah mana pegawai pencatat perkawinan yang

mengadakan penolakan berkedudukan untuk memberikan keputusan,

dengan menyerahkan surat keterangan penolakan tersebut diatas.

Pengadilan akan memeriksa perkaranya dengan acara singkat dan akan

memberikan ketetapan, apakah ia akan menguatkan penolakan tersebut

ataukah memerintahkan, agar supaya perkawinan dilangsungkan.131

Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 35 UU Administrasi

Kependudukan bahwa Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 berlaku pula bagi: “a. perkawinan yang ditetapkan oleh

Pengadilan;” dimana dalam penjelasan pasal tersebut menjelaskan yang

130Pasal 8 ayat 2 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124) 131Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1)

Page 72: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

61

dimaksud dengan “Perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan” adalah

perkawinan yang dilakukan antar-umat yang berbeda agama.

Oleh karena itu, perkawinan beda agama yang dilakukan oleh

seorang muslim di Yayasan Harmoni Mitra Madania seharusnya

mengikuti mekanisme sebagaimana yang diatur oleh peraturan perundang-

undangan aquo yaitu melalui penetapan pengadilan. Dengan kata lain,

perkawinan beda agama yang dilakukan Yayasan Harmoni Mitra Madania

tidak sah baik secara hukum Islam maupun hukum positif dan pihak

Yayasan telah melakukan penyelundupan hukum karena telah mensiasati

baik secara prosesi agama maupun administratif.

Page 73: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

62

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Perkawinan beda agama yang dilakukan di Yayasan Harmoni Mitra

Madania dilaksanakan dengan dua kali prosesi keagamaan agar perkawinan

dianggap sah menurut kedua agama mempelai sehingga terpenuhinya Pasal 2 ayat

1 UU Perkawinan. Yayasan memfasilitasi dengan menyediakan para pemuka

agama yang akan memimpin upacara perkawinan tersebut.

Perkawinan yang telah dilaksanakan kemudian dicatatkan ke kantor

catatan sipil menggunakan surat keterangan nikah yang dikeluarkan oleh Yayasan

Harmoni Mitra Madania. Jika kantor catatan sipil menolak untuk mencatatkan

maka Yayasan akan mensiasati secara administratif yaitu melakukan penundukan

hukum sementara dengan menyatakan bahwa salah satu mempelai telah masuk

kepada agama pasangannya. Sehingga keduanya dianggap melakukan perkawinan

seagama.

Menurut pendapat yang paing rajih, perkawinan beda agama dalam

perspektif Islam hukumnya haram karena terdapat banyak kesamaan antara

musyrik dan ahli kitab masa kini. Pendapat inilah sebagaimana diadopsi dalam

Pasal 40 huruf c dan Pasal 44 Kompilasi Hukum Islam. Sehingga secara otomatis

tidak terpenuhi pula Pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan. Pun secara hukum positif

untuk mendapatkan legalitas bagi perkawinan beda agama seharusnya didahului

permohonan izin perkawinan melalui penetapan pengadilan sesuai dengan amanah

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 35

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Oleh karena itu praktik perkawinan beda agama di Yayasan Harmoni Mitra

Madania tidak sah secara hukum Islam maupun hukum positif. Administrasi yang

disiasati oleh Yayasan juga dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar

Page 74: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

63

hukum dan telah memenuhi unsur pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 263

dan 264 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

B. Saran

Sebaiknya DPR dan Pemerintah segera merevisi UU Perkawinan dengan

mepertegas larangan perkawinan beda agama dan demi menghilangkan

ketidakpastian hukum akibat adanya tumpang tindih, maka Pasal 35 huruf a UU

Administrasi Kependudukan tentang kebolehan perkawinan beda agama melalui

penetapan pengadilan haruslah dihapuskan.

Page 75: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abu bakar, Alyasa. Perkawinan Muslim Dengan Non-Muslim. Aceh: Dinas

Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2008.

Al-Hanafi, Abu Bakr bin Mas’ud Al-Kasani, Badaa’i Al-Shanai’. Cet. 2. Juz

2. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah: 1424.

Al-Jassas, Abū Bakr. Aḥkam al-Qur’an. Jilid I. Beirut: Dar al-Fikr. 1993.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Cet. 1. Jilid II. Mesir :

Mathba’ah al-Halabiy. 1946.

Al-Ramli, Syihabuddin. Nihayah Al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj. Cet- 2. Juz

6. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. 2003.

Al-Sabuni, Muhammad ‘Ali. Tafsir Ayat al-Ahkam. Mekah: Dar Alquran.

1972.

Al-Syafii, Muhammad bin Idris. Al-Um. Juz 5. Beirut: Dar Al-Kutub Al-

Ilmiyyah: 2001.

Al-Syathibi, Abu Ishaq. al-Muwafaqat fi Ushuli al-Syariah, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah, 2004.

Al-Thabari, Ibnu Jarir. Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Cet 1. Juz 3. Beirut:

Muassasah al-Risalah. 2006.

Al-Zuhayli, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. ( Damaskus: Dar Al-

Fikr, 120) Cet. 2. Juz 3.

Al-Zuhayli, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Cet 10. Juz 1. Damaskus: Dar Al-Fikr,

2009.

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada

Media. 2007.

Auda, Jasser. Fiqh al- Maqasid Inatat al-Ahkam bi Maqasidiha. Herndon:

IIIT. 2007.

Basri, Cik Hasan. Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam

Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Logos 1999.

Page 76: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

65

Darmabrata, Wahyono. Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan beserta Undang-Undang dan Peraturan

Pelaksanaanya. Jakarta : CV. Gitama Jaya. 2003.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 4.

Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. 2001.

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta:

Departemen Agama. 2001.

Fajar, Mukti dan Yulianto. Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan

Empiris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2015.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Juz 19 Jakarta: Pustaka Panjimas. 1982.

Hasbi, Rusli. Rekonstruksi Hukum Islam: Kajian Kritis Sahabat Terhadap

Ketetapan Rasulullah Saw. Jakarta: Al-Irfan Publishing. 2007.

Hassan, Muhammad Kamal. Muslim Intellectual Responses to “New Order”

Moderenization in Indonesia diterjemahkan Ahmadie Thaha,

Modernisasi Indonesia : Respon Cendekiawan Muslim. Jakarta :

Lingkaran Studi Indonesia. 1987.

Jazuni, Legislasi Hukum Islam di Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya

Bakti. 2005.

Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu Katsir. Juz 1. Dar Thaibah t.th

Kosasih, Ahmad. HAM dalam Perspektif Islam : Menyikapi Persamaan dan

Perbedaan antara Islam dan Barat. Jakarta : Salemba Diniyah.

2003.

Moelong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2007.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti. 2004

Nasution, Syamruddin. Perkawinan Beda Agama Dalam Al-Qur’an. Riau:

Yayasan Pustaka Riau. 2011.

Nurcholish, Achmad. Memoar Cintaku : Pengalaman Empiris Perkawinan

Beda Agama. Yogyakarta : LKIS. 2004.

Page 77: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

66

O.S. Eoh, Perkawinan antar-Agama dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. 1996.

Purwaharsanto pr. Perkawinan Campuran Antar Agama Menurut UU RI No.

1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan: Sebuah Telaah Kritis

Aktualita Media Cetak. Yogyakarta: tnp. 1992.

Qardlawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Mutakhir. Jakarta. Yayasan al-Hamidy. 1996.

Qudamah, Ibnu. Al-Sharḥ al-Kabir ‘ala Matn al-Mughni. Jilid VII. Suriah:

Dar al-Bayan, t.th.

Qudamah, Ibnu. al-Mughni . Juz X. Riyadh : Dar al-Alam al- Kutub. 1997.

Ramulyo, Idris. Hukum Perkawinan Islam; Suatu Analisis Dari UU No. 1

Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

2004.

Raysuni, Ahmad. Nadhariyyatu al-Maqashidihi ‘Inda al-Imam a-Syathibi

Virginia : IIIT. 1995.

Ridha, Rasyid. Tafsir al-Manar. Cet. 2, Juz VI. Beirut : Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah: 1947.

Rusyd, Ibnu. Bidayat al-Mujtahid. (Beirut: Dar al-Fikr, t.t) Juz 2.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Juz II. Beirut : Dar al-Kitab al-Arabi. 1985.

Shihab, M Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1998.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Cet 5. Jilid 3. Jakarta : Lentera.

2005.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. 1986.

Suma, Muhammad Amin. Kawin Beda Agama di Indonesia Telaah Syariah

dan Qanuniah. Tangerang : Lentera Hati. 2015.

Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Yogyakarta: University Gadjah

Mada Press. 1992.

Syahuri, Taufiqurrohman. Legislasi Hukum Perkawinan Indonesia: Pro-

Kontra Pembentukannya Hingga Putusan Mahkamah Konstitusi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013.

Artikel

Page 78: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

67

Ahmadi, Marzha dan Muhammad, Perkawinan Beda Agama ditinjau dari

Perspektif Islam dan HAM, Khazanah, Vol. 6 No.1 Juni 2013.

Almubarrok, Islachuddin. Pendampingan Terhadap Pasangan Beda Agama

Persptif Teori Fungsionalisme Struktural : Studi Kasus di LSM

Percik Salatiga, Thesis Tahun 2019 di Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

Chandera, Nafdin Ali. Pencatatan Perkawinan Beda Agama di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, Thesis

Tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Fatoni, Siti Nur dan Iu Rusliana, Pernikahan Beda Agama Menurut Tokoh

Lintas Agama di Kota Bandung, Jurnal Varia Hukum, Volume 1,

Nomor 1 Januari 2019, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan

Gunung Djati Bandung.

Hasin, Atabik. Masuk Islam Karena Alasan Perkawinan (Studi Kasus

Perkawinan Pasangan Yang Semula Beda Agama di Desa

Borangan Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten. Skrispi

Tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Makalew, Jane Marlen. Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di

Indonesia, Lex Privatum, Volume 1 Nomor 2, 2013.

Muzammil, Iffah. Telaah Gagasan Paramadina Tentang Perkawinan Beda

Agama. ISLAMICA: Jurnal Studi KeIslaman Volume 10, Nomor

2, Maret 2016; e-ISSN: 2356-2218.

Rosidi, Achmad. Mereguk Kedamaian dalam Perkawinan Satu Agama,

Jurnal Harmoni 2015 Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan

Litbang dan Diklat Kementerian Agama.

Wahyuni, Sri. Perkawinan Beda Agama di Indonesia dan Hak Asasi

Manusia. In Right : Jurnal Agama dan Hak Azasi Manusia, Vol. 1,

Nomor 1. 2011.

Zada, Khamami, Arus Utama Perdebatan Hukum Perkawinan Beda Agama

Ahkam: Vol. XIII, No. 1, Januari 2013.

Page 79: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

68

Zahara, Ayu, Muhyidin. Pencatatan Perkawinan Beda Agama : Studi

Komparatif Antara Pandangan Hakim PA Semarang dan Hakim

PN Semarang Terhadap Pasal 35 Huruf (a) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan,

Diponegoro Private Law Review, Volume 1, Nomor 1, 2017.

Zahran, Isa. al-Muntakhab Fi Ushul Fiqh, Kairo: Jamiah al-Azhar. 1998.

Peraturan Perundang-Undangan

Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Munas II tahun 1400/1980 Tentang

Perkawinan Campuran

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang

Perkawinan Beda Agama

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 Tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil

Putusan Mahkamah Agung Nomor 1400 K/Pdt/1986 perihal Permohonan

Izin Perkawinan Beda Agama antara AVGP (Islam) dan APHN

(Kristen)

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/ PUU-XII/2014 Tentang Pengujian

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Putusan Pengadilan Negeri Magelang No:04/Pdt.P/2012/PN.Mg perihal

Permohonan Izin Perkawinan Beda Agama antara YK (Islam) dan

YA (Katolik)

Putusan Pengadilan Negeri Probolinggo No 17/Pdt.P/2014/PN.Prob perihal

Permohonan Izin Perkawinan Beda Agama antara INAA (Kristen)

dan CTW (Islam)

Page 80: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

69

Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No. 46/ Pdt.P/2016/PN.Skt perihal

Permohonan Izin Perkawinan Beda Agama antara DF (Islam) dan

AVR (Katolik)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974

Nomor 1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 124)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 169)

Internet

https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-

berkeluarga-dalam-agama-buddha/#more-4224 diakses 15 Maret

2021 pukul 21.00 WIB

https://www.idntimes.com/hype/entertainment/stella/artis-indonesia-yang-

menikah-di-luar-negeri-karena-beda-agama/6 diakses pada 5 Mei

2020 pukul 14.56 WIB

Nurcholish, Achmad. “Uluran Tangan Mediator Nikah Beda Agama”

wawancara diakses pada 10 Mei 2020 pukul 19.15 WIB dari

https://kumparan.com/millennial/uluran-tangan-mediator-nikah-

beda-agama.

Page 81: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

HASIL WAWANCARA KETUA UMUM YAYASAN HARMONI MITRA

MADANIA

Nama : Achmad Nurcholish, M.Pd.

Usia : 47 Tahun

Jabatan : Ketua Umum Yayasan Harmoni Mitra Madania

Interview di Yayasan Harmoni Mitra Madania, Rabu 6 Januari 2021 Pukul 11.00

Program perkawinan beda agama seperti apa yang disediakan Yayasan

Harmoni?

Konsultasi, mediasi orang tua, fasilitasi berupa penyiapan penghulu pendeta dan

pengurusan catatan sipil.

Apa yang menjadi motivasi yayasan membuat program bantuan perkawinan

beda agama ?

Membantu mereka yang kesulitan saja sebetulnya begitu. Kan selama ini semakin

langka yang bisa membantu, oleh karena itu menurut saya harus ada lembaga atau

wadah yang berperan serta disitu. Sehingga mereka yang mengalami kesulitan

ketika mau menikah itu bisa terbantu

Bagaimana sebenarnya bentuk Yayasan Harmoni dan misinya?

Sebenarnya Yayasan Harmoni saya dirikan untuk menjalankan program CSR dari

usaha yang saya lakukan. Lalu salah satu misinya kita ingin menjadi lembaga

yang bisa membantu masyarakat. Prinsipnya begitu. Membantu masyarakat kan

bisa berbagai aspek ya, bisa pemberdayaan ekonomi berupa pelatihan pelatihan,

dulu itu di bidang media waktu usaha yang saya jalankan, pelatihan menulis,

jurnalistik didalamnya juga ada advokasi juga, salah satunya membantu mereka

yang kesulitan menikah beda agama.

Sudah berapa banyak yang menikah di Yayasan Harmoni ?

Page 82: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

71

Sampai Tahun 2020 kemarin 1220.

Berapa Jumlah rata rata tiap bulan ?

8 – 12, tapi 2020 bulan desember itu 31 , November 20 dan oktober ada 18

pasangan.

Apakah semuanya berasal dari seluruh Indonesia?

Iya seluruh Indonesia.

Bagaimana pasangan PBA mengetahui informasi tentang Yayasan Harmoni

?

Kalau sekarang umumnya dari internet, karena kan sudah banyak media yang

mengulas contohnya seperti kumparan, detik com, beberapa majalah wedding dan

dari media sosial, dari mereka yang sebelumnya menikah melalui kita ada yang

membuat blog, ada yang sharing cerita mereka di media sosialnya masing-

masing, lalu dari Youtuber yang pernah wawancara dengan saya atau dengan

pelaku yang menikah beda agama. Nah sebetulnya semakin kesini semakin mudah

orang untuk mengetahui keberadaan kita.

Untuk mendaftar biasanya mereka langsung ke Yayasan atau via online

pak?

Umumnya mereka janjian dulu biasanya, jarang yang langsung kesini walaupun

satu dua orang ada, tapi biasanya mereka kontak dulu lewat e-mail atau whatsapp

baru setelah itu janjian ketemuan.

Biasanya mereka yang datang adalah orang yang sudah tahu hukum PBA

atau awam pak?

Kebanyakan justru yang belum, mereka pemahaman awalnya pasti tahunya

bahwa perkawinan beda agama itu tidak bisa lalu setelah case itu menimpa

mereka lalu kan cari-cari kan. Cari tahu landasan hukumnya, lalu cara agamanya

bagaimana lalu teknis perkawinannya seperti apa lalu menemukanlah beberapa

informasi di internet salah satunya Yayasan Harmoni lalu setelah itu mereka ingin

Page 83: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

72

tahu lebih mendalam terkait dengan itu, itulah kemudian janjian untuk sharing-

sharing gitu.

Bagaimana cara bapak meyakinkan keluarga pasangan PBA?

Kalau dalam perspektif Islam, saya selalu menyampaikan 3 pandangan, yang

umumnya melarang yang biasanya mengacu pada al-Baqarah: 221, al-

Mumtahanah:10 itu kan. Kemudian saya menjelaskan 2 pandangan lain yang

memungkinkan bagi seorang muslim untuk menikah dengan nonmuslim

contohnya al-Maidah: 5 itukan kalo yang muslim laki-lakinya kan boleh. Lalu ada

juga pandangan ketiga yang membolehkan pula meskipun yang muslim pun

perempuannya. Tiga-tiganya saya sampaikan lalu kemudian saya serahkan ke

keluarga. Sebenarnya tiga pandangan itu hidup dan diikuti oleh sebagian umat

muslim. Cuma tinggal kita condong ke mana.

Kalau keluarganya tetap tidak setuju bagaimana pak apa yang selanjutnya

dilakukan?

Bisaanya karena kekeuh bahwa perkawinan beda agama dilarang.

jadi gagal menikah ya pak kalo orang tua tidak setuju?

Tidak gagal hanya musti bersabar kan anak-anak ini, tapi nanti lama-lama ya

orang tua akhirnya setuju. Sebagian besar begitu. Sebagian kecil yang kekeuh.

Tapi kalo tidak disetujui juga biasanya mereka menikah ke luar negeri, karena di

sana tidak perlu restu juga tidak perlu prosesi agama jadi perkawinan sipil aja.

Rata- rata mereka yang mau menikah telah memiliki hubungan yang lama

ya pak?

iya rata- rata diatas 8 tahun, diatas 5 tahun, kemarin itu yang terakhir 11 tahun.

Ada yang 15 tahun, yang 20 tahun juga pernah. Mereka putus nyambung-putus

nyambung begitu.

Tarif perngurusan dari awal hingga akhir berapa pak?

Tergantung tingkat kesulitan.

Page 84: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

73

Apakah ada yang tidak mampu dan meminta pertolongan dinikahkan secara

cuma-cuma?

Ya sebetulnya tinggal dikomunikasikan ke pihak pihak terkait. Karena

munculnya biaya itu kan karena pihak gereja, pihak catatan sipil. Sejauh ini hal-

hal yang berkaitan dengan biaya selalu bisa dikomunikasikan.

Penghulunya dari mana pak?

Dari kita sendiri. Salah satunya saya sendiri. Nanti ketika saya tidak bisa maka

ada penghulu lain. di kita ada 3-4 orang yang bisa menjadi penghulu. Pendeta ada

4 orang.

Berarti pendeta dan penghulunya dari sini ya pak atau ada pihak luar?

Pihak luar ada tapi kan jadi rekan kita.

KUA kan tidak membolehkan PBA ya pak ? berarti bagaimana prosesi

perkawinannya pak?

Melalui catatan sipil.

Berarti tidak melalaui KUA sama sekali ya?

Tidak. KUA sampai hari ini masih belum mau menikahkan, namun masih ada

peluang utuk mencatatkan ke dinas kependudukan dan catatan sipil dan yang

mencatatkan itu dari perkawinan non Islam. Misalnya kalo dia Islam dan Kristen

kan dua duanya umumnya dilakukan akad nikah dan pemberkatan. Nah yang

pemberkatan ini yang dicatatkan ke catatan sipil.

Berarti bapak sering jadi wali hakim ya pak?

Iya sering. Bisaanya yang mempelai perempuannya non muslim. Kadang-kadang

keluarga mempelai perempuannya tidak mau jadi wali langsung dan minta

diwakilkan. Ada juga yang nanti keluarga muslimnya tidak mau kalo walinya

ayahnya langsung ayah dari mempelai yang non muslim itu, sehingga minta

diwali hakimkan kalau dari keluarga tidak ada yang mau.

Page 85: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

74

Mendaftarkan ke catatan sipilnya bagaimana ya pak?

Standar saja, sama seperti perkawinan pada umumnya. Yang pentingkan sudah

ada surat pengesahan dari gereja, diberkati secara Kristen atau Katolik atau agama

lain lalu setelah itu jika mengacu kepada Undang-Undang perkawinan jika sudah

sah secara agama maka negara tinggal mencatatkan saja. Namun kan praktik di

lapangan tidak sesederhana itu, umumnya catatan sipil meminta identitas agama

harus sama.

Lalu kalau sulit seperti itu bagaimana pak?

akhirnya secara administratif mereka mensiasati, misalnya muslim mengurus surat

baptis untuk menjadi Kristen. Soanya sudah ada edaran MA 2019, yang mengatur

bahwa jika salah satu pasangan yang berbeda agama maka salah satunya mesti

menundukan hukum ke pasangan yang lain. Nanti setelah menikah balik lagi tidak

ada masalah. Pola pikir ASN kita masih begitu. Jadi prinsipnya ini dalam

pandangan aparatur negara itu menikah harus seagama. Kira-kira begitulah, secara

administratif harus begitu di dokumen kependudukannya.

Kalau catatan sipilnya di luar kota bagaimana pak?

Tergantung apakah catatan sipil itu welcome atau tidak. Yang paling mudah itu di

jogja itu paling mudah, meliputi Kota, Sleman, Gunung Kidul, Bantul, Kulon

Progo itu sendiri masih sulit. Purworejo, Klaten, Magelang. di Jawa Tengah itu

Jepara, Blora, Semarang, Semarang itu belum lama mau.

Berarti jika catatan sipil mau mencatatkan beda agama maka dicatatkan

secara normal, jika tidak mau maka mensiasati secara adminstratif ya pak ?

Iya karena tiap pasangan itu beda, tergantung kantor catatan sipilnya.

Apakah pernah ada pasangan PBA yang dinikahkan disini kemudian

berkonflik dan bercerai?

Ada yang terpantau sih ada 3.

Setelah perkawinan berjalan berapa lama pak?

Page 86: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

75

Ada yang baru 2 tahun. Ada juga yang beberapa tahun. Jadi problemnya itu

ternyata ini pasangannya selingkuh, kdrt.

Jadi di luar permasalahan agama ya pak?

Ada satu sih. Tapi pemicunya bukan agama sebetulnya. Lalu karena ada masalah

mereka pisah rumah nah terus yang laki-laki sebelumnya biasa-biasa saja. Namun

setelah itu dia mulai ngaji, dan ikut ustadz- ustadz yang ikut 212 itu. Nah

kemudian dia bercerita kan tentang rumah tangganya kemudian ustadz nya itu

merekomendasikan 2 alternatif. Minta istrimu masuk Islam atau ceraikan saja.

Lalu karena istrinya tidak mau masuk Islam, akhirnya di gugat cerai. Tapi

kelanjutannya saya belum dapat kabar lagi.

Lalu ada apakah ada pak pasangan yang saling masuk agama pasangannya ?

misalnya muslim menjadi non muslim dan sebaliknya ?

Ada juga. Tapi kebanyakan non muslim ke Islam. Meskipun ada juga muslim ke

Kristen dan Katolik.

Berarti PBA bisa dijadikan jalan dakwah ya pak untuk mengajak orang

masuk Islam?

Jika ada yang mau memanfaatkan untuk itu bisa aja sebetulnya.

Pandangan umum dilarangnya perempuan muslim untuk menikah dengan

laki-laki muslim itu kan karena khawatir ia akan ikut agama suaminya,

menurut pengalaman klien Bapak ada tidak pak yang justru sebaliknya,

perempuan muslim tersebut justru tetap bisa bertahan menjadi muslim dan

bahkan mengajak suaminya masuk Islam?

Ya bisa atau tidak itu kan tergantung upaya mereka ya. Kita kan tidak concern di

situ. Kita bahkan tidak pernah mengarahkan agar pasangannya nanti harus Islam.

Kita lebih mengarahkan mereka gini, jika masih ada keinginan untuk mengajak

pasangan masuk ke agamanya, lebih baik dituntaskan dulu saja. Selesaikan

sebelum menikah, sebab jika sudah menikah masih dibebani dengan itu, itu akan

menjadi masalah. Dan memang benar. Ada pasangan yang dalam hati kecilnya

Page 87: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

76

masih menginginkan demikian, sepanjang perkawinan doanya selalu begitu malah

akan jadi masalah. Oleh karena itu saya harus mengclearkan dengan mereka dulu

bahwa itu sudah selsai baru menikah. Mesti setara bagaiamana mereka beragama

mesti setara. Jadi tidak ada merasa paling benar dan lebih benar. Tidak ada yang

saling mempengaruhi.

Kalau untuk pengurusan berkas biasanya butuh waktu berapa lama pak?

Biasanya umum saja. Dokumen didaftarkan 2 minggu sebelum hari H sebelum

perkawinannya itu, kemudian baru menunggu dokumen sidang pencatatan.

Biasanya bisa 5 sampai 10 hari, 2 minggu paling lama. Setelah itu tinggal

menunggu terbitnya akta nikah.

Bagaimana pencatatan sipil yang Bapak tangani di luar Jabodetabek?

Untuk catatan sipil saya tidak semua saya tangani langsung kan ada mitra.

Conothnya di jogja saya ada pendeta di catatan sipilnya.

Biaya admintrasi butuh berapa pak?

Kalau semuanya dari akad nikah, pemberkatan kemydian pengurusan catatan sipil

itu antara 9-11 jutaan.

Apakah sama di luar kota atau sama antara JABODETABEK?

Sebetulnya sama yang membedakan, mereka meski menyiapkan transportasi dan

akomodasi.

Kalau WNA itu banyak juga pak yang kesini ?

WNA banyak juga, saya sedang menangani dia WN Prancis dan perempuannnya

muslim tinggal di Bekasi .

Ada perbedaan tidak pak mengurus PBA WNA dengan WNI?

Paling dipersyaratan aja, kalo WNA harus ada surat izin dari Embassynya sama

dokumen mesti ditranslate ke dalam bahasa Indonesia melalui penerjemah

tersumpah.

Page 88: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

77

Apakah ada tanggapan dari masyarakat yang negatif? Tokoh agama yang

protes atau tidak suka?

Sejauh ini belum ada.

Lalu bagaimana untuk agama lain?

Hindu ada Buddha ada, kemarin di Desember ada 3 yang Islam-Buddha 2, Kristen

Buddha 1.

Kalau selalin penghulu dan pendeta pemuka agama lain dari mana pak

biasaanya ?

Dari teman-teman jaringan. Ada bulan oktober, Islam sama BAHAI di BSD

nikahnya.

Yang paling banyak Islam-Kristen. Islam-Katolik, Islam-Hindu, Islam-Buddha,

Islam-Konghuncu dan Kristen-Konghucu.

Berarti semua pemuka agama bapak punya ya pak?

Iya semua ada.

Bapak bagaimana tanggapan bapak jika suatu saat Undang-undang

perkawinan melarang dengan tegas perawinan beda agama ?

Tidak mungkin bisa, karena Indonesia telah meratifikasi kovenan umum tentang

HAM dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 10 ayat 1 dan 2 yang

berbicara tentang hak berkeluarga. Karena itu nggak mungkin Indonesia memiliki

Undang-undang yang bertentangan dengan itu kecuali Indonesia mau keluar dulu

dari PBB. Kan setiap orang minimal punya 60 hak sipil warga negara diantaranya

memilih pasangan, memilih cara menikah dan memiliki keturunan. Dan itu hak

yang melekat dalam diri setiap orang secara hukum internasional. Oleh karena

yaitu dari dulu selalu dibuat abu-abu kan di Undang-Undang Perkawinan.

Bukankah ada pengecualian pak untuk umat Islam di KHI yang tidak

memperbolehkan PBA?

Page 89: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

78

Sebenanya sudah ada versi baru juga di KHI yang dibuat oleh bu Musdah Mulia

dan teman-teman, yang versi barukan membolehkan meskipun itu tidak jadi

disahkan oleh negara, namun wacana itu sudah dijalankan oleh sebagian

masyarakat kita.

Dilarang pasti tidak bisa. Bahkan MUI DKI pernah memperbolehkan tapi hanya

untuk laki-laki muslim. Karena rentang tahun berapa itu banyak pasangan beda

agama karena tidak difasilitasi oleh KUA menyebabkan yang muslim pindah ke

non Islam. Itulah yang kemudian MUI DKI membuat fatwa yang berbeda dengan

MUI Pusat untuk mengakomodir itu.

Bagaimana pandangan Bapak jika perempuan muslim menikah dengan laki-

laki non muslim?

Menurut saya tidak ada masalah juga karena sceara praktik, juga dilakukan oleh

keluarga Nabi Muhammad, dua putri Nai dari keluarga siti Khadijah itu Ruqayah

dan Zainab menikah dengan laki-laki Non Muslim. Jadi sebenarnya dari

peradaban Islam bukan sesuatu yang baru. Tapi kan dalam praktik di Indonesia

kita terlalu parktis ya hitung-hitungan dan sebagainya.

Tapi menurut saya memfasilitasi itu lebih mashlahah diperbolehkan dari pada

dilarang sebab jika dilarang maka membuat mereka antipati, akhirnya mereka rela

meninggalkan agamanya. Untunglah ada lembaga seperti ini yang membantu

menjembatani sehingga mereka tidak perlu pindah agama.

Terkait dengan pendidikan anak PBA bagaimana bapak meyikapinya dan

menjelaskan konsekuensinya kepada calon pasangan PBA?

Saya merekomendasikan untuk memperkenalkan 2 tradisi agama ke anak-anak

mereka tujuannya supaya anak ini dari kecil sudah mengenal perbedaan, itu jauh

lebih baik ketimbang hanya salah satu aja. Atau ada juga yang mempunyai

kesepakatan kalau perempuan ikut agamnya ibunya, kalau laki-laki ikut agama

ayahnya. Kalau mereka mau seperti itu ya silahkan saja. Tapi memang di

lapangan mayoritas mengajarkan dua agama sekaligus kepada anak-anaknya

Page 90: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

79

sampai nanti anak ini bisa memilih untuk melanjutkan yang mana. Itu dianggap

paling fair bagi anak juga bagi pasangan yang menikahinya.

Selain itu apa lagi yang bapak bisaanya warning kepada calon pasangan

PBA?

Yang pertama harus sudah selesai dengan keinginan pasangan mengikuti

agamanya. Yang kedua, jangan pernah berharap semua orang akan memahami

pilihan kita. Itu tujuannya secara psikologis mereka sudah siap menghadapi

tantangan dan tentangan. Tantangannya sama layaknya perkawinan pada

umumnya. Tentangannya seumur hidup. Pasti akan selalu ada orang yang

menentang baik dari lingkungan keluarga dan ligkungan masyarakat. Jadi mesti

legowo. Kalau tidak pasti akan stress sendiri sepanjang hidup.

Apakah Bapak berharap Indonesia memperbolehkan PBA?

Sebenarnya tidak perlu memperbolehkan, hanya memfasilitasi saja. Karena

sebenarnya perkawinan adalah wewenang lembaga agama kan?

Jadi sebetulnya negara itu seperti cuci tangan, ngambil posisi aman. Nah Undnag-

Undang Perkawinan kan sebetulnya negara mengambil posisi aman. Hanya kan

problemnya di ASN yang bias ideologi agama. Di Undang-Undang Perkawinan

kan negara hanya mencatatkan, kembali lagi kepada adakah lembaga agama yang

mau mengesahkan. Kan sekarang banyak yang mau baik di lingkungan Islam,

Kristen, Katolik dan agama yang lain itu sudah tidak ada masalah. Dan setelah itu

apa? Kan tugas negara tinggal mencatatnya dan tidak ada yang menyalahkan

ketika negara melakukan itu kan pengesahan perkawinan itu bukan pada negara

tapi lembaga agama.

Bapak sendiri kan orang NU pak, apakah ada tanggapan dari Organisasi

terkait dengan yang Bapak lakukan?

Kalo di NU kan saling menghargai aja meskupun ada yang menyatakan tidak

boleh.

Page 91: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

80

Tapi kalau kita petakan para ulama, cendekiawan muslim yang membolehkan itu

kan rata-rata dari lingkungan NU. Dari Muhammadiyah kita masih sulit. Misalnya

ada Cak Nur, Gusdur, Pak Johan yang pertama kali memberikan tafsir humanis

pada PBA. Kemudian dipraktikkan oleh Prof Zainudin kamal, Prof. Kautsar

Azhari Noer, Mas Nanang Tahqiq selain itu ada juga Helmi Hidayat, lalu ada

yang tidak mau jadi penghulu tapi memperkuat dari persepktif Islam, contohnya

Dr. Abdul Moqsith Ghazali.

Menurut Bapak apakah PBA adalah satu kebutuhan mendesak ditengah

pluralitas atau sebenarnya merupakan pilihan dan masih memiliki

alternatif lain untuk menikah sesama agama?

Sebenarnya bukan karena kebutuhan, orang itu menikah hanya karena saling

mencintai aja. Nah namanya cinta, rasa kan tidak punya agama jadi sebetulnya ini

sesuatu yang sunnatullah. Perbedaan, rasa cinta kita sama seseorang itu kan tidak

bisa diintervensi, tidak bisa diarah-arahkan tiba-tiba kita suka sama orang senang,

kemudian lama-lama jatuh cinta itukan tidak bisa direkayasa. Oleh karena itu

beberapa pasangan yang sudah berupaya mati-matian, karena tidak ada agama

yang bilang boleh mereka berusaha meninggalkan kemudian cari yang baru,

akhirnya balik lagi, balik lagi, gitu. Bahkan sampai ada yang masing masing

sudah nikah, puluhan tahun ketemu lagi dan sudah pisah dengan pasangannya

masing-masing, sudah punya anak. Saya sudah 2 kali ketemu kasus seperti itu.

Artinya rasa cinta itu tidak bisa direkayasa, tidak bisa diintervensi. Karena itu

cinta adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Benar itu. Apalagi kalau dari perspektif

sufistik. Tuhan itu menciptakan agama dulu atau cinta dulu sih? cinta dulu kan

kalau kata sufi.

Dalam kehidupan yang plural, yang selama ini menjadi halangan baik PBA

atau waris beda agama itu apakah lebih baik dibebaskan saja atau

bagaimana pak menurut Bapak?

Kalau saya prinsipnya gini, siapapun yang mengingkari kebhinekaan maka itu

mengingkari kehendak Tuhan. Karena di Al-Qur’an itu kan Tuhan sengaja

Page 92: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

81

menciptakan kita berbeda beda, di al-Hujurat: 13 begitukan. Berarti kalau ada

orang mengingkari itu berarti dia mengingkari Tuhan. Oleh karena itu kebijakan,

policy, aturan manusia yang dibuat dalam rangka menegasikan fakta pluralitas itu

maka itu bertentangan dengan sunnatullah.

Misalnya tentang waris beda agama. Itukan karena kita masih diselimuti oleh

pemahaman agama secara syariat mining, padahal semua agama diciptakan oleh

Tuhan. Atau tiba tiba ada yang mengatakan ini agama yang paling benar,

memangnya Tuhan dulu saat mnciptakan agama Nasrani, Yahudi. Yahudi

dibawakan oleh Nabi Musa, Nasrani dibawakan oleh Nabi Isa, lalu setelah itu

Tuhan bikin lagi Agama Islam yang dibawakan oleh Muhammad. Lalu agama

sebelumnya berlaku tidak ? Kan tidak pernah bilang tidak berlaku, tetap berlaku.

Kalau mereka masih setia dengan agama sebelumnya.

Karena itu Cak Nur dan Gus Dur sering menyatakan bahwa Islam, Katolik, Hindu

Buddha hanya sekedar merek aja. Tetapi esensinya tetap sama. Syariatnya itu

sudah pasti beda-beda tapi tujuan akhirnya sama. Ridha Tuhan. Semua umat

beragama kan tujuannya itu, kita berasal dari Dia dan nanti akan kembali ke Dia.

Jadi semasa hidup sejatinya adalah upaya agar kita bisa kembali dengan keadaan

yang baik dan damai.

Jadi secara kesimpulan jika menikah beda agama kemudian

diadminstrasikan di catatan sipil itu sudah pasti tidak ada status Islam, dan

hanya mengikuti agama pasangan nonmuslim. Benar ya pak?

Iya.

Jadi prosesi Islam itu hanya untuk mengesahkan secara agama.

Iya.

Menurut pandangan Bapak ini masih dalam bentuk penyelundupan hukum

atau tidak?

Page 93: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

82

Tidak juga. tergantung perspektif. Jika kita bergantung pada Undang-Undang

Perkawinan, Undang-Undang Kependudukan, Undang-Undang HAM, Putusan

MA. Sudah sangat konstitusional.

Page 94: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

83

HASIL WAWANCARA PELAKU PERKAWINAN BEDA AGAMA DI

YAYASAN HARMONI MITRA MADANIA

Nama : DM

Usia : 33 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

Riwayat Pendidikan Keagamaan : Sekolah Dasar Islam

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Keterangan : Menikah dengan suaminya IFW 35

Tahun beragama Katolik

Interview via Direct Message Instagram, 16 Januari 2021 Pukul 20.00 WIB

Sebelum masuk kepada pertanyaan inti, aku butuh data diri anda dan suami

dulu ya.

Apa agama anda dan suami saat ini?

Saya Islam , Suami saya Katolik.

Apa pekerjaan anda dan suami saat ini?

Karyawan Swasta

Kalo untuk pendidikan terakhirnya apa ya?

S1

Apakah anda dan suami pernah menempuh pendidikan keagamaan ?

Kalo saya sendiri, dulu sekolah di SD Islam. Kalau suami, sekolah katolik

Selain mendapatkan pengetahuan keagamaan di sekolah, bagaimana anda

dan suami mencari pengetahuan agama? Apakah anda dan suami rutin ikut

pengajian agama yang ada di masyarakat baik secara langsung maupun

daring?

Sejauh yang kami alami, pengetahuan agama bisa kami dapat dari mana aja

Oh iya untuk anda dan suami apakah tergolong orang yang aktif dalam

kegiatan masyarakat?

Nggak ada kegiatan masyarakat. Kalopun ada, kami yang ga ada waktu krn kami

bekerja semua. Sebelum pandemi, biasanya umat katolik sering mengadakan

Page 95: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

84

kegiatan lingkungan, cuma karena kegiatannya seringnya di weekdays, kami ga

pernah join.

Mengapa anda dan suami memutuskan untuk menikah beda agama?

Karena kami lahir & dibesarkan secara Islam bagi saya & katolik bagi suami &

sampai saat ini masih nyaman dengan kondisi masing-masing.

Berarti perbedaan agama tidak menganggu hubungan anda sama sekali ya?

Nggak, krn pada prinsipnya kami merasa masih pada sumber yang sama.

Sebelum anda ke yayasan, bagaimana pengetahuan anda tentang

perkawinan beda agama?

Sebelum ktmu Pak Nurcholish, belum punya pengetahuan soal nikah beda agama

dlm perspektif Islam. Tapi waktu kecil sempet pernah denger kalo nikah beda

agama yg diperkenankan dalam Islam adalah jika lelakinya Islam &

perempuannya ahlul kitab. Cuma sebatas itu aja. Akhirnya memutuskan untuk

bertemu beliau supaya dapat penjelasan lebih detail

Bagaimana anda menemukan yayasan Pak Nurcholish?

Rekomendasi nama Pak Nurcholish dikasih oleh Saudara sepupu suami yang

kebetulan juga NBA tapi ga menikah melalui beliau, kemudian sempet dipinjami

bukunya ttg nikah beda agama. Di dalam bukunya ada alamat e-mail beliau kalo

ga salah, lalu Saya kontak beliau ke e-mail tersebut.

Kemudian boleh diceritakan selanjutnya seperti apa prosesnya sampai anda

menikah melalui yayasan?

Setelah kontak beliau, kami janjian bertemu, ingin dijelaskan bagaimana hukum

nikah beda agama menurut Islam. Karena itu yang akan kami bawa untuk

menjelaskan ke org tua, khususnya ortu Saya. Setelah menjelaskan ke ortu,

ternyata ada hal-hal yang memang di luar kapasitas kami, sehingga akhirnya kami

memutuskan untuk meminta Pak Nurcholish yang menjelaskan sendiri ke ortu

Saya.

apakah orang tua anda langsung setuju setelah dijabarkan oleh beliau?

Kalo dari ortu si alhamdulillah sudah sepemahaman. Cuma memang ada salah

satu anda Saya yang sedikit punya perbedaan pendapat.

Apakah saat ini beliau masih dengan pendapatnya? Ataukah sudah mulai

memahami?

Soal perbedaan pendapat itu kembali ke pribadi masing2 ya.. & ga bisa

dipungkiri, kita sbg manusia punya prinsip masing. Pada waktu itu, saya & suami

tujuannya adalah mendapatkan restu dari ortu.

Page 96: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

85

Setelah mediasi berhasil. Berapa lama jangka waktunya menuju perkawinan

Dimana dan bagaimana perkawinan dilaksanakan?

Kurang lebih sekitar setahun. Perkawinannya dilaksanakan di Jogja. Diawali akad

nikah di hotel terlebih dahulu, setelah itu lanjut pemberkatan di gereja.

Kalau pengurusan catatan sipil anda urus sendiri ya?

Diurus oleh pihak gereja. Kami hanya menyiapkan berkas2nya saja.

Berarti anda tidak mengurus surat baptis dulu ya ?

Nggak saya nggak membuat surat baptis. Beberapa gereja memang nggak mau

ngurusin capil. Jadi untuk pencatatan diurus oleh pasutri langsung. Tapi untuk

gereja tempat kami pemberkatan, urusan pencatatan sipil sudah diurus oleh pihak

gereja. Surat pengantar perkawinan Saya juga sempat ditolak oleh pihak

kelurahan domisili saya karena calon suami beda agama. Hingga akhirnya dibantu

sama pihak paroki gereja, jadinya ga pake surat pengantar.

Selama kehidupan rumah tangga anda, apakah anda pernah mengalami

masalah yang berkaitan dengan perbedaan agama?

Kalo kehidupan rumah tangga sendiri nggak pernah ada masalah yg berkaitan dg

perbedaan agama.

Bagaimana konsep pendidikan anak yang anda dan suami pilih sebagai

konsekuensi perkawinan beda agama?

Kami memilih konsep pendidikan yang lebih universal & berbasis humanity.

Berarti anda akan mengajarkan dua ajaran agama sekaligus ya ?

Bukan agamanya yang kami ajarkan, tapi nilai2 positif yg ada dalam agama kami.

Berarti untuk ritual peribadatan tidak ya ?

Terkait ritual ini, kami sebagai orangtua cenderung lebih ingin memberikan

contoh saja kepada si anak daripada harus mengajarkan anak dengan segala ritual

ibadat kami yang berbeda. Namun, apabila nanti si anak meminta

penjelasan/minta diajarkan ritual ibadat yang dilakukan oleh ortunya, baru kami

akan mengajarkan. Karena kami ingin si anak mengenal Tuhan berdasarkan

perjalanan hidupnya sendiri, bukan karena ortunya.

Kalau anda sendiri apakah termasuk kategori orang yang rutin melakukan

ritual ibadah atau biasa saja?

Menurutku ini terlalu personal hehe.

Terdapat pandangan yang menyatakan bahwa perkawinan bukan hanya

hubungan antara sesama manusia, namun juga antara manusia dengan

Page 97: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

86

Tuhan itu sendiri. Sehingga pemilihan pasangan bukan hanya untuk teman

hidup di dunia, namun juga di kehidupan selanjutnya. dan di dalam Al-

Qur'an terdapat ayat bahwa sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah

Islam. Artinya agama lain tidak diterima. Bagaimana anda menanggapi hal

tersebut?

Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan di alam dunia ini. Selain

hubungan horizontal (sesama manusia), kita juga memiliki hubungan vertikal

(dengan Tuhan). Nah, hubungan ini menurut kami sifatnya bahkan lebih deep dan

private dari sekedar agama itu sendiri. Di situlah esensi dari spiritual. Sebelum

menikah kami telah melalui sebuah proses panjang yang membedakan dimensi

spiritual dan agama. Di sini kami sadar, bahwa banyak pasangan lain belum bisa

memisahkan kedua hal tersebut yang berujung pada kebenaran masing-masing.

Soal sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam, saya tidak terlalu ambil

pusing. Krn menurut Saya, Quran itu ilmu tafsir. Butuh kesadaran yang berbeda

untuk bisa memahami ayat sesuai konteks, dan bukan hanya di level kulit (syariat)

saja.

Bagaimana respon masyarakat terkait dengan perkawinan anda?

Hmmm... Sejujurnya Saya ga tau ya. Krn ga pernah ambil pusing gimana respon

masyarakat sekitar, selama ga ada yg memberikan dampak buruk hehe

Page 98: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

87

HASIL WAWANCARA PELAKU PERKAWINAN BEDA AGAMA DI

YAYASAN HARMONI MITRA MADANIA

Nama : DKHK

Usia : 29 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

Riwayat Pendidikan Keagamaan : Tidak Pernah

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Keterangan : Menikah dengan suaminya ML 26

Tahun beragama Katolik

Wawancara bersama suaminya ML 29 Tahun beragama Katolik

Interwied via Telefon Whatsapp, 17 Januari 2021 Pukul 11.00 WIB.

Apa agama anda dan pasangan?

Saya Islam, pasangan saya Katolik.

Berapa Usia anda dan pasangan saat ini?

Saya 29, pasangan saya 26. Eh iya kan 26 yakan? Hehe terbalik, beda 3 tahun.

Saya 29 dia 26.

Apa pekerjaan anda dan pasangan saat ini?

Saya karyawan swasta sama suami saya juga karyawan.

Apa pendidikan terakhirnya apa ka kalo boleh tau?

Saya S1 Sastra Jepang, suami saya S1 ini apa kamu? Teknik Informatika.

Apakah anda pernah dan suami pernah menempuh pendidikan agama di

sekolah?

Iyah, pendidikan agama yang kaya gimana?

Maksudnya sekolah Islam atau sekolah Katolik seperti itu yang lebih spesifik

seperti Madrasah Ibtidaiyah , Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah

seperti itu.

Ga pernah sekolah umum, Cuma kayanya sekolah swasta pernah deh. SMA, tapi

kan SMA Katolik eh Kristen kayanya

Page 99: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

88

ada sih tapi gaada yang Aturan dalam sekolah gaada yang seperti itu . (suaminya

menambahi)

Kalo saya sih gaada, saya sekolahnya sekolah apa umum.

Berarti suami anda ada sekolah Katolik ya ka?

Bukan Katolik si, malah Kristen dia sekolahnya dia sekolah Kristen .

Apakah anda itu termasuk orang yang aktif dimasyarakat?

Oh, biasa aja sih. Saya malah jarang juga. Bukan tipe yang seneng. Jadi lebih suka

dirumah aja. Hehehe

Apakah anda termasuk orang yang suka mengikuti kajian keIslaman

dilingkungan masyarakat atau secara daring?

Kalo saya yang dirumah si engga. Soalnya kan saya ngekos kerjanya dulu. Jadi

saya lebih ke kerjaan sih jarang ikut kaya gitu-gitu .

Berapa lama anda menalin hubungan sebelum menikah?

Dari 2017 , 3 tahunan.

Mengapa anda mau menikah dengan orang yang berbeda agama dengan

anda?

Ya soalnya ketemunya sama dia hehehe. Ketemunya sama dia kan gabisa milih-

milih juga. Maksudnya ya cocoknya sama dia ya terus sama aja lah kita pokoknya

yang sama apa ya, kalo orang maunya maunya kan ya kadang yang ketemunya

kenyataannya ga gitu.

jadi, ya karena sudah merasa sama-sama cocok jadi yasudah mantap

menikah, gitu ya?

Iyah, gitu sih. Kebetulan aja bedanya banyak gitu kan. Justru karena beda itu sih

jadi , karena nggak sama kalo sama kan mungkin sama aja sama diri kita sendiri

gaada bedanya ga seru, hehehe.

Berarti anda cukup ini toleransi yah dengan perbedaan yang sangat

signifikan tersebut?

Emm, iyah. Saya si engga pernah milih-milih si. Maksudnya kalo orang kan ah

maunya seagama, kan itu maunya kalo ketemunya nggak sama yang begitu kan

toh itu bukan tolak ukur orang itu bakalan baik sama kita juga belum tentu itu kan

cuma label, belum tentu yang sama itu akan lebih baik . yahh, ketemunya dengan

yang beda dan dia baik sama aja kan. kalo kita toh yang penting mengejarnya

yang baik.

Page 100: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

89

Bagaimana pandangan tentang pasangan hidup? Apakah menurut anda kita

itu bisa memilih atau memang sebenernya dipilihkan langsung dari Tuhan

dan kita tidak punya kapabilitas untuk memilih?

Ah itu dia. Itu konsepnya dulu, konsepnya Tuhan yang bagaimana nih kalo

aturan-aturan itu kan kadang diterjemahkan dan diinterpretasikan sama manusia

yang kadang yang mengikat aturan inilah itulah itu banyaknya manusianya. Kalo

gitu, terus tau darimana kalo itu pilihan Tuhan. Soalnya yang ngomong juga

manusia hehehe. Kalo saya si yasudah ya itu tadi ya terserah aja kalo emang kalo

katanya dipilihkan Tuhan dia kan kalo misalnya itu kan harusnya nggak ketemu

dong, emang ketemunya darimana kalo tiba-tiba ketemu terus cocok, kalo

misalnya emang bukan ditakdirkan ya nggak mungkin ketemu kan.

Jadi, memilih atau dipilihkan soalnya itu sama aja kalo alasannya hukumnya

nggak bolehlah inilah itukan katanya manusia disini. Pendapat-pendapat lain pun

banyak namanya interpretasi, orang kadang maunya berbeda-beda yakan? Kaya

masalah poligami di kita boleh di tempat lain nggak boleh. Terus ada yang boleh

tapi nikahin janda-janda tua tapi kebanyakannya poligami orang-orang muda itu

kan sebenernya juga interpretasi orang-orang aja. Percayanya ya percaya kalo itu

baik kenapa nggak? Daripada kita cuman apa ngejar, ngejar mau baik tapi jahat

sama orang lain ngebeda-bedain orang lain ih kamu bukan agamaku, aku

gamaulah sama kamu. Itu kan tidak baik malah justru kita kalo berlaku seperti itu.

Bagaimana pengetahuan anda tentang hukum perkawinan beda agamma

menurut hukum Islam?

Kan ceritanya juga kan banyak nih cerita-cerita eee yang Nabi juga nikah bukan

sama orang Islam yang apa perempuan-perempuan Nasrani bahkan itu bukan

untuk sekalinya bahkan anak-anaknya Siti Khadijah dan Nabi Muhammad juga

dinikahin sama orang bukan Islam juga bisa. Itu kan berarti ada disitu memang

terjadi. Kalo misalkan nggak boleh, kenapa itu ada gitu. Tergantung yang

menyampaikannya yang mau digarisbawahi itu apa? dilarang gara-gara apa? yang

kafirlah yang musyriklah. Istilah kafir dan musyrik itu apa dulu? Orang Islam juga

bisa kafir orang Islam juga bisa musyrik kenapa harus orang yang berbeda agama

itu pasti kafir dan musyrik? Itu aja dari pemahaman kita itu aja saya udah nggak

setuju gitu.

Jadi, kalo boleh mungkin karena pandangan saya berbeda gitu dari orang

kebanyakan.

Apakah anda mendapatkan pengetahuan seperti itu setelah berkonslutasi ke

Yayasan atau memang sebelumnya sudah tahu ?

Kalo pemahaman soal agama ngomong bahas masalah Tuhan si saya udah dari

dulu sih sebelum ketemu Pak Nur Cholish juga saya bukan eee saya adalah orang

yang memegang teguh apa yaa eee justru saya malah agak-agak nggak cocok

Page 101: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

90

sama pengajaran agama zaman sekarang tapi yang dibahas buku-buku sekolah

zaman sekarang beda sih sama yang zaman dulu gitu. Jadi, eee gimana yah? Kalo

ketemu Pak Nur Cholish itu udah beda lagi kalo itu kan saya mendalami tentang

bedanya kita gitu kan, tapi sebelumnya dari sebelum-sebelumnya juga saya bukan

tipe yang orang terlalu merasa agama Islam udah yang paling bener yang lain

salah, kalo Islam tuh udah yang paling sempurna yang lain terus nggak bener itu

nggak sih.

Saya malah justru karena dulu saya tinggal lama tuh di Bekasi, di Bekasi tuh saya

sekolah umum saya diwajibin pake kerudung padahal di sekolah umum bukan

sekolah Islami. Itu aja saya merasa terus tetangga saya ada yang Kristen itu aja

sama lingkungan sekitar tuh mereka ibadah bikin rumah ibadah dilemparin batu,

mereka ibadah di rumah dikomplain katanya berisik. Kayak kita nggak berisik aja

hehehehe. Saya tuh agak gimana ya kok kayak gini? Agama apaan si kayak gini,

malah saya jadi benci sejujurnya kok kayak gini. Tapi Islam yang saya tau itu

bukan seperti itu. Cuman kebanyakan manusianya itu yang bikin wajah Islam jadi

seperti itu, tapi itu saya pindah ke Jogja disini tuh beda, disini toleransinya tinggi.

Mereka lebih ngehargain sesama. Jadi, kalo pemahaman saya soal agama seperti

itu mungkin memang dari dulu. Bukan terus saya ketemu pak Nur karena saya

mau mendengarkan karna saya apa eee nikah beda agama, engga. Memang dari

awal saya memang eee apa ya, tidak setuju sih dengan pemahaman kebanyakan

orang.

Baagaimana prosesnya anda menemukan yayasan?

Kalo tau itu aku pertama sih ini yah ngeliat di apa pertama tuh Pak Nur itu dari

Facebook kalo nggak salah. Jadi pernah ngeshare ngeliat foto orang nikah beda

agama, ya kan selama ini kan orang kebanyakan nggak boleh, dilarang itu semua

tidak bisa bla bla bla. Bahkan pasangan saya juga dia tuh gatau kalo dari agama

dia juga apa bisa menikah secara beda agama karena pemahaman itu juga semua

sama, semua agama juga sebenernya sama menganjurkan untuk menikah sesama

aja gausah jauh-jauh agama, suku misal orang Jawa sama orang Jawa kan kayak

gitu kebanyakan.

Kenapa sih seperti itu? Karena, kalo dengan sama itu akan lebih mudah dan

mengecilkan kemungkinan akan adanya perselisihan gitu, kalo sama kan

kemungkinan yang dibahas bukan yang beda-bedanya gitu sama-sama yang lain.

Padahal kan itu bukan tolak ukur kita bakalan apa tidak akan ada masalah,

sedangkan kalo beda itu bedanya banyak. Udah beda suku, beda agama pula, beda

hal yang sangat eee apa prinsip sekali kan ngomongin soal agama itu kan sensitif.

Jadi, mereka itu semua agama pasti mengajarkan udahlah sama orang sesama

agamanya aja biar nggak ribet biar lebih tidak bermasalah. Cuman ya, hehehehe

makannya begitu saya pernah liat Pak Nur Cholish itu apa kok ada ya? Gimana ya

? kenapa ya? Apa si landasannya? Saya juga belajar dulu, baca, saya beli

bukunya saya baca, terus dapet nomornya Pak Nur Cholish saya tanya-tanya juga.

Page 102: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

91

Jadi biar yang yang apa emang ada kan dulu juga saya ga kepikiran kalo memang

ada caranya secara hukum bisa secara agamanya juga bisa gitu, jujur aja saya

gatau kalo nggak dari Pak Nur sih. Jadi emang belajar sih saya belajar dulu,

ngeliat-liat dulu, tanya-tanya sama Pak Nur .

Berarti konsultasinya secara online ya ?

Hmm, secara online. Saya baru ketemu Pak Nur itu sebelum nikah yah. 1 bulan

sebelum ya kayanya yah, satu bulan sebelum itu ketemu Pak Nur juga waktu pas

pak Nur lagi ke Jogja . Abis itu udah, udah mau apa ngumpulin berkas-berkas

buat nikah paling engga ya apa ikut komunitas-komunitas di keluarga Bhinneka

juga, jadi banyak sharing-sharingnya sama yang udah berpengalaman. gitu

udahlah hehehe.

Bagaimana tanggapan orang tua waktu anda mau menikah beda agama?

Awalnya juga nggak boleh, awalnya tetep suruh salah satu harus ikut satu

agamanya kaya gitulah biasalah, Orang tua kan juga kadang mungkin mereka

paham maksudnya. Maksudnya kenapa kita mau milih jalan yang seperti ini, tapi

mereka juga mikirin kan gimana sih masyarakat, kata orang nanti gimana.

Ribetnya itu adalah omongan orang, awalnya juga susah cuma kan saya juga kasih

penjelasan, ngapain kalo misalnya awalnya udahlah ganti aja cuman di KTP

doang buat ngurus ke KUA ntar kelar Islam balik lagi jadi agama yang awal juga

nggak papa silahkan. Itu apa? Kalo kaya gitu kan sama aja mempermainkan

agama tuh justru yang seperti itu cuma demi melegalkan secara negara biar boleh

secara KUA ganti KTP ntar ganti lagi.

Apaan kaya gitu tuh justru yang kaya gitu yang agamanya yang dipertaruhkan,

kalo kita bisa sama-sama masing-masing kepercayaan masing-masing dan bisa,

kenapa harus ngambil cara bohongan dan berpura-pura? Itu sih yang saya jadiin

alasan ke orang tua kenapa kita lebih milih beda aja daripada harus sama tapi

pura-pura, gonta-ganti gonta-ganti cuman demi kenyamanan masyarakat.

Berapa lama anda mampu mengambil hati orang tualah untuk bisa memberi

restu?

Kita tuh juga awalnya nggak ada rencana buat nikah yah. Hehehe tiba-tiba, tiba-

tiba aneh juga itu. Awalnya juga dari orang tua saya sih yang nyuruh cepet-cepet

karena saya udah saya sudah umur bla bla bla gitu kan awalnya juga kita gaada

pemikiran kesana, cuman begitu saya tau belajar soal apa? Pak Nur dan tadi

caranya tuh jadi saya sebenernya ditantangin.

Ditantangin sama itu saya kalo apa kalo kalian bisa dengan cara kalian, monggo

silahkan. Tapi kalo nanti kalo kamu waktu yang ditentukan kalian gabisa kalian

harus ikut caranya mamah. Kaya gitu ditantangin seperti itu, jadinya mau nggak

mau maju kita dan ternyata berhasil juga dan bisa. Sampe nikah dan kita udah

Page 103: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

92

punya akte nikah juga, nggak masalah gitu. Akhirnya maju beneran hehehehe.

Terus yoo engga disangka juga lancar gitu pas ngurus-ngurus segala sesuatunya

itu.

Awalnya yaa, susah juga.

Apakah anda menggunakan jasa mediasi orangtua di Yayasan?

Biasanya sih kalo yang emang orang tuanya keras banget, yang saya sih dari

ceritanya temen-temen yang dikeluarga Bhinneka si kalo yang emang parah

banget itu Pak Nurnya yang ngomong langsung menjelaskan secara detail itu ada.

Cuman kalo saya sih nggak sih, orang tua saya cuma ketemu pas hari kita

dinikahkan akad yang sama Pak Nur itu ketemunya disitu doang kok soalnya saya

udah jelasin secara detail, saya juga bapak saya si juga nggak nentang, Cuma

paling pemikirannya ya itu tadi.

Gimana sih? nanti orang-orang tuh bakalan ngomong apa gitu? Dan lain-lain.

Kalo saya sih nggak peduli omongan orang, cuma kan orang tua saya yang

kasihan juga gitu. Yang pasti, jadi jadi gimana yah? Bukan nggak bukan ditutup-

tutupi, tapi memang hanya beberapa keluarga yang memang perlu tau aja sih yang

diinfokan sama ibu saya sama bapak saya sih di rumah nggak tahu semua sih

nggak masalah.

Berarti orang tua anda termasuk orang yang fleksibel ya dalam memahami

ajaran agama ?

Iya sih, kalo orang tua saya sih nggak yang maksudnya mereka paham yang saya

sampaikan tuh paham. Saya juga orangnya keras sih, maksudnya kalo misalnya

nggak boleh nih nggak usah yaudah, kalo nggak malah yaudah saya juga nggak

ada berharap untuk menikah hehehe. Oh awalnya juga saya nggak pengen nikah

kan mba, jadi mungkin bukannya apa yah, tapi kalo seandainya nggak dikasih

nggak boleh nih kamu nggak boleh kalo nggak sama yang sama agama yaudah,

nggak usah nikah hehehe. Parah banget, yang ada pusing orang tua saya hehehe

Karena, saya itu gimana yah? Orang tua saya kan juga pisah kan. Jadi saya bukan

orang yang memimpikan menikah itu adalah pasti sama dengan bahagia itu tidak.

Jadi, buat melangkah ke jenjang perkawinan sih juga sebenernya apa ya? Kalo

orang lain kan wohh udah kerja, udah sekolah udah disekolahkan udah lulus udah

kerja udahannya udah harus nikah udah punya anak. Itu tuh bukan tujuan

kehidupan bahagia saya, karena saya tau. Saya kan dari keluarga yang pisah. Jadi,

saya tahu orang nikah tuh nggak mesti bahagia juga gitu.

Jadi itu bukan impian saya sekali. Seandainya nggak menikah pun saya bisa

mencari tujuan kebahagiaan hidup saya yang lain gitu cuman mungkin karena itu

juga orang tua saya juga ya daripada nih anak heheh kaya begini gitu kan, yaudah

udah ada temennya udah ini toh buat kebaikan juga toh caranya juga ada.

Page 104: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

93

Kalo masalah dosa apa nggaknya mah dosa kan entar yang nanggung juga saya

sendiri yah dilaknat di neraka yaudah saya yang nanggung kan gitu. Hidup udah

dewasa udah sadar diri juga, orang tua saya udah ngingatin, baikpun mereka

sudah ngingatin kalo saya seandainya sayanya yang kaya gini yaudah, mungkin

mereka sedih. Karena saya keras ibu saya juga keras cuman kalo bapak saya sih

lebih lebih apa ya? Lebih nerima sih.

Selanjutnya kan proses menikah ya berarti. Proses menikah itu berarti dua

kali prosesi yah? Secara Islam dan secara Katolik?

Iya, dua kali.

Apakah semua diurus Yayasan dari awal akad sampai pencatatannya ?

Kalo sama Pak Nur Cholish cuman akadnya aja. Kalo yang apa perkawinan yang

Katolik itu saya sama pasangan saya yang ngurus sendiri sih karena dari kalo di

Jogja kan waktu itu juga sempet tanya juga sama Pak Nur pas ditanya agamanya

apa sama apa? Islam sama Katolik. Oh kalo Katolik kalo di Jogja semua gereja

Katolik itu bisa memfasilitasi perkawinan beda agama. Karena mereka sudah

mengatur hukumnya sendiri, jadi memang ada perkawinan beda gereja antara

Kristen sama Katolik dan perkawinan beda agama Katolik dengan nonkatolik.

Mau itu Islam mau Buddha mau Hindu itu ada. Mereka membolehkan itu, gitu.

Yaudah, kita coba jalanin sendiri sih.

Berarti pencatatan sipilnya diuus sendiri juga ya?

Ngurus sendiri sama tanya-tanya sendiri juga. Dan itu pasangan saya juga baru tau

kalo di Katolik bisa .

Apakah setelah menikah adakah problem yang anda hadapi terkait dengan

perbedaan agama?

Kalo saya sih nggak ada sih. Cuma paling ya kalo hmmm apa ya? belum mungkin

karena kan kita juga masih baru nikah juga terus masih berdua juga belum ada

anak jadi, masih kita sih biasa-biasa aja yah. Biasa-biasa aja, toh keluarga deket

tau cuman kalo mungkin yang nggak tahu itu yang ya mereka nggak perlu tahu ya

kalo mereka ga nanya ya saya ga jawab kan gitu kalo nikahnya sah nggak sih?

Kok beda sih? Kalo yang ngomong itu paling ya saya jawab gitu. Cuman kalo

mereka nggak nanya ya biarin aja hehehe. Dengan pemahaman dan presepsinya

masing-masing. toh kalo masalah dosa dan lain-lain ya ditanggung masing-

masing.

Kapan anda menikah ?

Baru kok, baru kemaren saya tuh akad tanggal 19 Desember 2020.

Terus, Katoliknya yah Katoliknya di tanggal 29 pencacatan perkawinan tanggal

30.

Page 105: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

94

Bagaimana konsep pendidikan agama untuk anak anda kedepannya?

Bebas dia hehehe. Kalo memang berarti kalo itu kan harus di KK itu kan harus

kira-kira mau dikasih agama apa yah? Buddha? heheheehehe yang beda heheh kan

udah ada Islam ada Katolik nanti dia dikasih yang beda. Kalo saya sih tipenya

bebas dia mau beragama apa, cuman kan memang apa? Hmmm nah itu dia

maksud saya, kita tuh waktu lahir aja nggak bisa milih lahir tuh langsung nah

orang tua Islam agamanya Islam, orang tuanya Katolik agamanya Katolik. Jadi

tidak ada mencari Tuhan kita sendiri yang memang panggilan jiwa kita tuh nggak

ada. Semua dicetak, jadi PR kita juga justru kan. Nah ini mau dijadiin apa nih?

Terserah, bebas nanti dia tinggal sesuai dia sendiri hehehe.

Sesuka dia, suka-sukanya dia nanti dikasih Buddha dianya mau Buddha kan beda.

Kalo di Jogja kan bebas bisa lebih mudah , bebas semua tidak dicap-capin agama.

walaupun kita kasih dia kebebasan untuk memilih tapi kan saat dia masih

kecil dia pasti akan bertanya tentang agama dan tata caranya. Bagaimana

anda menjelaskannya?

Kalo ngajarin kan akan kita ajarin porsi kita masing-masing. Kalo saya ngajarin

Islam dia ngajarin Katolik ya dia biar isinya lebih banyak nih dibanding saya dulu.

Saya dulu cuman belajar Islam nggak tahu apaapa soal agama yang lain tahunya

cuman oh ada Katolik ada 5 agama yang diakuin di Indonesia terus pacar saya apa

pasangan saya juga cuman yang dia tau Kristen Katolik cuman yang pernah dia

pelajari dia nggak tau dari sisi Islamnya dengan kita punya anak ya ajarin aja

semua dia belajar Islam dia belajar Katolik , entar kan dia bingung nih dia cari kan

dia akan bisa lebih punya kesempatan untuk itu baru kenal dua, belum kenal

agama yang lain .

Diperkenalkan semuanya biar dia tahu, dia belajar semuanya biar dia bisa mikir

nih mana yang bagi dia menurut dia dan pencarian dia. Itulah pencarian Tuhan

buat dia sendiri. Tapi kalo saya, ya saya ajarin yang saya bisa dong yang saya

kuasai. Saya biar diajarin, kalo nanti masalah orang lain ih anaknya diajarin apa

sih nih kok ini kok gini? Biarin ajaaa gausah peduli apa kata orang. Emang saya

minta makan orang hehehehhe. Saya ajarin anak saya biar kuat dan punya

pendirian sendiri.

Bagaimana kehidupan beragama pasca menikah?

Emmm, kalo ibadah sih masing-masing sih yah. Maksudnya ya saling ngingetin

aja maksudnya kita kita tuh sama kok hehehe kita tuh sama. Cuman jalannya aja

yang beda, jalan beragamanya beda. Saya ke kanan dia ke kiri. Tapi yang kita tuju

tuh sebenernya sama. Caranya doang yang beda. Kalo Ibadah ya masing-masing.

Page 106: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

95

Nggak perlu saya ikut, kan nggak juga. Tapi kalo dukung ya dukung. Cuman ya

masing-masing kalo itu kan cara nya aja cara kita beribadah walaupun yang dituju

tuh sama.

Berarti suami sering mengingatkan anda Shalat, puasa, gitu ya?

Kalo ngingetin sih hehe ya ngingetin biasa aja sih, maksudnya nggak yang kamu

harus ini ya. Kita kan bukan anak kecil yang harus didikte masa kita manusia juga

hmm apa yah? Itu kan hal-hal apa ya? Ya kecuali kalo sama anak, kalo anak kan

belum punya kebiasaan belum punya jati diri jadi harus dikasih tahu ini yah kamu

harus gini. Ya kan kita udah dewasa, nggak perlu berharap diingetin kamu jangan

lupa makan hehehe kan nggak mungkin kan kita nggak makan kalo kita laper kan

gitu. Yaa biasa aja sih biasa.

Kalo dari keluarga suami anda gimana ? Waktu itu sudah merestui atau ada

perdebatan yang panjang juga?

Kalo dari keluarga saya sendiri sih sebenernya kan karena kebetulan orang tua

saya kan sudah meninggal.

Jadinya istilahnya untuk restu sendiri ya saya ga perlu restu dari siapa-siapa sih

hehe. Cuma memang keluarga besar ya kan Cuma dari keluarga besar memang

ini sih memang apa namanya ada sedikit strik untuk soal yang berbeda. Jadinya

ya dari pihak keluarga sendiri saya tidak terlalu memberi tahu detail sih untuk

pasangan saya sebenarnya dari agama apa Cuma saya kasih tau kalo iyah

menikahnya di gereja seperti itu sih.

Oh jadi belum secara jelas yah mas dikasih tahu ke keluarganya berbeda

agama?

Iyah. Belum secara jelas.

Tapi kan nanti cepat atau lambat pasti ketauan mas. Gimana tuh? Hehe

Nah, cepat atau lambat akan h. Cuma kan kalo memang sudah terjadi dan

apalagi perkawinan secara Katolik kan tidak terceraikan. Jadinya mereka untuk

untuk apa namanya? Untuk berusaha memisahkan pun tidak akan bisa begitu sih.

Ya pasti murka si pasti, cuma ya sudah toh kalo misalkan aku jelasin dari awal

juga mereka juga pasti akan marah. Cuma kan bedanya kan eeee waktunya aja

sih. Maksudnya kalo misalkan apa? Saya beritahu waktu itu saya mau menikah

dengan yang berbeda agama, mereka juga marahnya akan sama dengan ketika

saya memberitahu nanti-nantinya gitu loh.

Baik. Saya boleh tanya nggak mas? Kenapa mas sangat mencintai istri dan

kenapa istri anda itu tidak tergantikan dengan perempuan yang lain yang

seagama gitu?

Page 107: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

96

Itu kalo sebenernya sih kalo yang hehehehe kalo sama yang seagama sih saya

belum pernah dapet sih mba. Hahahhaa pertama itu. Terus, kalo kedua si ngerasa

udah nyaman aja si dari apa? Memang sifat kita memang beda-beda. Maksudnya

beda banget he’eh beda banget. Kaya Utara ke Selatan gitu lah heheh

iya makannya aneh, kok bisa hehehe

hehehehe ya saya menemukan apa ya eeee sesuatu dari sebuah kebenaran itu itu

sih yang yang akhirnya kaya oh ini pasti mantep nih gitu sih. Karena bedanya itu

sih masalahnya bukan karena samanya. Iya, malahan kita samanya apa ya?

Palingan sama-sama males bersosialisasi

Anak rumahan ya mas?heheh

Iya, kita mah banyak bedanya sih hehehe

banyak bedanya juga banyak samanya.

Mungkin beda kalo aku pribadi sih mungkin karena ketika kalo sama itu kaya ya

ngebosenin sih lebih tepatnya kalo yang beda itu kan kaya eee apa yah? bukan

berantem si ya. Eeee menimbulkan ini si apa? Sudut pandang yang berbeda gitu

sih. Kalo sama itu kan, yaudah sama sama aja kaya eee kaya gitu-gitu aja ujung-

ujungnya gitu loh.

aku bisa jadi diri sendiri didepannya, dia bisa jadi diri sendiri didepanku. Gitu

sih. Engga engga ada rasa malu, he’eh ga harus jadi orang lain, gaada yang

harus perlu dipamerin. yaudah aku aku begini, dia nerima aku nerima. Yaudah

gitu sih.

Kalo di agama mas itu yang bisa masuk surga harus Katolik apa agama lain

bisa mas?

Eeemm, kalo diajaranku sendiri sih ya cuman yang Katolik doang asli. Kayanya

semua ajaran agama begitu deh

ha

Hehehehe, iyah. Nah itu mas, kadang kan orang suka bertanya gitu yah

berpandangan bahwa kenapa sih nikah beda agama itu nggak boleh? Karena

disetiap agama itu yang bisa masuk surga hanya orang yang beragama

tersebut. Nah, otomatis kalo kita nikah beda agama, pasangan kita kan

nggak bisa nih masuk surga dalam tanda kutip dalam konsep agama seperti

itu. Akhirnya nanti di kehidupan selanjutnya kita nggak bisa sama-sama nih.

Nah itu kan yang kadang orang-orang bilang kenapa nikah beda agama

nggak boleh. Kalo mas sendiri gimana mas menanggapi itu?

Kalo dari aku sendiri sih sebenernya ya konsep surga dan neraka sendiri yaa itu

hehehe ya konsep surga dan neraka sendiri menurutku sih apakah memang orang

Page 108: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

97

yang di surga itu akan apa? Dari agama saya ? kemudian apakah orang yang di

luar agama saya akan langsung otomatis masuk neraka meskipun sebenernya dia

itu baik dan istilahnya banyak amalnya gitu kan? menurutku itu sih hak perogatif

hak prerogatif dari sang pencipta itu sendiri. Ya maksudku sebodoh apa sih

Tuhan sampe ngeliat wah dia bukan Katolik, oke nerakaa auto neraka gitu kan

Hehehehe.

Kan itu sih nggak tapi Tuhan tidak sestrict dan sebodoh itulah menurutku. Jadi ya

balik lagi si konsep surga dan neraka di agamaku sendiri kan memang berkata

seperti itu tapi ya apakah apakah Tuhan seperti itu gitu loh hehehe.

Kalo mas sendiri nih masih ada nggak sih mas keinginan istri anda untuk

masuk ke agama mas dan sebaliknya? Ada ga sih dalam hati kecil?

Oh nggak ada .

Niat hati kecilku sudah tidak ada mengatakan itu h

hhaa.

Yaudah, itu mah agama agama dia sendiri. Dia mau tiba-tiba jadi agama

Kejawen kek ya asal ya itu ya dia mau apapun terserah,

Dia mau aliran sesat juga gapapa gitu kan. Cuma asal jangan nyusahin itu aja

dah

Apa harapan mas untuk konsep perkawinan beda agama di Indonesia itu

sendiri?

Oh, kalo dari aku sendiri sih ya harapannya ya dibebaskan aja. Karena, ngapain

sih ngekang apa? Keinginan orang gitu loh. Cuma karena beda agama doang

ya harapannya sih bisalah bisa terbuka lah untuk semua kala semua agama gitu

loh. Bisa dilegalkan lah. Istilahnya apakah itu sesuatu yang haram? Apakah itu

sesuatu yang melanggar norma gitu kan? nggak sebenernya.

Cuma kan karena dari agama masing-masing dan juga setiap orang yang punya

pandangan yang berbeda dari apa? Dari dirinya yang kemudian juga mungkin

dipengaruhi dari apa? Dari orang dari pemuka-pemuka luar yang mungkin

mungkin sedikit ada polemik yang fanatik gitu yang kemudian akhirnya

mendoktrin orang tersebut dan akhirnya berkata ini dilarang gitu sih.

Apakah anda memiliki banyak teman atau kerabat yang menikah beda

agama?

Kalo nikah, nikah si belum malahan. Pacaran beda agama banyak. Kita yang

duluan mempersilahkan the next caranya yakan dah ada tata caranya

Page 109: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

98

Soalnya memang siap atau tidak? kita kan gabisa ngatur mau sama siapa

cocoknya sama siapa. Orang juga pasti berdoanya pengen yang sama. Kenapa

sama? biar tidak bermasalah, biar tidak banyak pertentangan, biar lebih mudah

jalannya, di kelurahan jaman dulu sulit kan gitu. Cuma, ketemunya juga sama

yang beda gitu. Ya itu kan kasian dong. orang yang tidak setuju sama perkawinan

beda agama sih itu kalian menukarkan Tuhan cuma demi apa? Bareng-bareng?

Kata siapa kita menukar? Kalo menukar kita pindah agama. Karena kita tidak

menukar makannya kita cari caranya biar bisa sama-sama tanpa harus

menukarkan agama kita.

Justru salah yang bilang menukarkan Tuhan itu salah kalo Tuhan bilang itu nggak

boleh. Baca dulu bukunya, kurang banyak baca buku hehehe. Cuman kan

namanya doktrin kan susah. Orang kalo sudah pemahamannya sudah ini benar ini

salah terus dia gamau buka ruang untuk pemahaman yang lain udah gak usah apa

orang yang tidak sepaham dengan kita untuk didengar. Cuman ya itu tadi,

ngelarang-ngelarang yang gabisa. Tapi gatau sih apa? Di agama Katolik bisa,

agama lain kayanya agama lain juga ada yah. Protestan juga lebih susah malah

dibanding Katolik. Kasian gitu orang-orang yang seperti ini yang pengen sama-

sama, yang pengen membangun rumah tangga. Batal cuma karena agamanya

beda. Jadi akhirnya gajadi gitu. Padahal senengnya sama dia nyamannya sama dia

terus kita terpaksa menikah dengan orang lain akhirnya pas menikah tidak bahagia

kan bisa. Bisa juga malah jadi malah jadi penyebab lain hancurnya perkawinan

gitu loh hehehe.

Jadi ya, ya diberikan kesempatan. Kenapa sih kalo beda nggak boleh? Beda suku

aja sekarang. Dulu kan juga sama dulu beda suku nggak boleh. Supaya

mempertahankan sukunya itu biar tidak punah. Sama kaya orang nikah pada

sama-sama suku.

Aku suku sama ras sama juga kan pusing kebanyakan aturan. Ehhh biarin aja lah.

Selama itu baik, kecuali tidak baik. Orang nikah kan mau tujuannya biar baik.

Ada anggapan bahwa apa yang baik bagi kita belum tentu baik menurut

Tuhan, dalam konteks perkawinan beda agama, bagaimana tanggapan anda

mengenai hal tersebut?

Iya iya. Itu tergantung siapa yang memahami kan memahami ayat itu. Yang baik

bagimu belum tentu baik bagiku. Ya itu banyak, kita kan harusnya bisa merasakan

seandainya pertanda dimana waktu misalnya kaya kita punya pacar, terus kita

putus. Bagi kita baik kok kenapa sih aku sama dia cocok tapi kenapa putus?

Itu tandanya dari Tuhan. Kalo baik bagi kita belum tentu baik bagi Tuhan.

Makannya dikasih putus itu takdir putus. engga gajadi ini loh dia ini loh dia begini

ni loh dia, dia nggak suka. Tapi kalo kita ternyata dapat jalannya ada jalannya

dipermudah itu kan sebenernya sebuah pertanda. Kalo misalnya saya susah engga

akan ada jalannya menurut saya. Orang tua saya pasti akan menentang terus arah

Page 110: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

99

kita ke kelurahan misalnya atau kita mau ngurus ke dukcapil dipersulit. Nah ini

nih sebuah tandanya nih kalo Tuhan tuh nggak suka. Tergantung pemahaman kita

tuh seperti apa? Kalo, saya juga menyalahkan nggak maksudnya kalo emang

jodoh ya ayo jalani ya saya juga bukan tipe orang yang terlalu apa hayoo harus ini

ini.

Kalo emang Tuhan belum bilang belum ada jalannya ya kita jadi terus aja pacaran

aja, jalan aja, tanpa tujuan entah apa yang penting gua sukses dah masing-masing.

Tapi ternyata, dikasih jalan, diketemuin sama pak Nur, terus ternyata diurus di

gereja juga saya juga tanya-tanya maksudnya saya ga harus jadi Katolik kan buat

harus nikah di gereja? nggak, saya tetep dengan agama saya. Terus waktu ikut

kursus pra nikah Katolik juga saya pikir apakah ini akan ada ceramah Katolik,

engga juga ko yang dibahas ternyata umum sekali. Apa bener-bener ilmu buat kita

mau nikah tuh manajemen keuangan, soal eh apa sih waktu itu yang soal nikah,

terus psikologi apa tentang alat reproduksi, itu kan nggak dipelajari disekolah

seperti itu, ohh ternyata baik yah gitu, ternyata kalo saya nggak nikah secara

Katolik mungkin di KUA nggak ada selama saya tahu tuh temen saya nggak ada

pada nikah dikasih dikasih ilmu belajar dulu, nggak. Justru menurut saya, tadinya

juga saya ah saya jadi Katolik ah.

Nggak, saya tetep percaya Tuhan saya, saya tetep dengan kepercayaan saya. Tapi

saya tetep menghargai dan menghormati agama lain kaya gitu. Kalo menurut

orang lain salah, ya itu terserah. Toh saya bukan mau menyenangkan orang kok.

Kalo Tuhan menurut Tuhan nanti saya salah, yaudah saya tinggal dilaknat

didalam neraka.

Kaya gitu sih. Yang penting saya saya mah bukan mau baiknya diri doang tapi

nggak mau apa? Ya kalo memang saya dipersulit, ya itu kan tanda dari Tuhan

kalo Dia nggak ngasih. Tapi kalo loh saya ngurus tanpa kita ada link cuma nyoba

nih nyoba, nyari tau. Loh kok gini ya? Kok dapet jalannya yah? Kok bisa yah? Itu

menurut saya jadi oohhh mungkin ini jalan yang dikasih sama Tuhan gitu. Gitu

sih.

Berarti menurut anda ketika Tuhan itu mengizinkan artinya Tuhan telah

meridhai apa yang menjadi pilihan anda gitu ya ?

Iya, karena saya nggak mungkin maksudnya saya tuh nggak tahu apa-apa yah

bukan orang yang agamanya super bagus sekali gitu. Saya cara seperti itu saya

tidak tahu, saya juga nggak tahu soal agamanya dia caranya seperti apa terus juga

ke dukcapil ngurus-ngurus kaya gitu. Saya ga pernah ngurus-ngurus kaya gitu dari

zaman dahulu kala hehehe paling males anti banget ngurusin data. Tapi kok

dipermudah ya? Kok dipermudah yah? Baru dateng sekali, langsung jadi. Gitu.

yaudah, ya kok dipermudah gitu? Jadi kaya apa? Kita mau jalan ke arah yang

baik, itu dibantu lho yang kita tadinya 0 kosong gatau apa-apa ini mau ngurus

kemana saya harus kemana? Saya sama apa? Pasangan saya juga bingung ya kok

Page 111: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

100

dari sini kesini kesini? Kok dipermudah jalannya. Tau-tau udah dapet tanggalnya

aja, tau-tau hehehe. Kita tuh ngurus belum lama sih. H-Oktober kayanya apa

Agustus ya? Mepet pokoknya tuh cuma bener-bener mepet dan itu jadi dikasih

target sama ibu saya. Bisa nggak kalian akhir tahun ini ? loh bisa, tau-tau udah

dapet tanggalnya semua udah dapet, kebetulan pak Nur juga lagi workshop kan

hehehe. Itu udah kok bisa yah seperti ini? Kalo seandainya nggak diridhoi, kan

mungkin tanda-tanda itu akan muncul gitu.

Jadi bukan baik menurut saya tuh, kadang kita tuh nggak tahu yang baik menurut

kita juga berarti kan kita perasa kan? baiknya tuh cuma bayang-bayang kebaikan

palsu apa memang baik-baik untuk kita jadi lebih baik. Nah itu kan diri kita jadi

lebih baik. Yang tadinya apa? Kurang-kurang apa yah? Tadinya kurang pedulilah

sama orang lain, jadi agak lebih peduli sama orang lain gitu kan. Kita jadi diri

yang lebih baik. Nah gitu sih kalo kita makin misalnya nih menurut saya, saya

baik nih secara agama agamis, teoris-teoritis, saya baik. Tapi, kita sama orang

yang beda kita kafir, kan jahat dong sama orang lain. Tapi menurut dia, dia udah

baik karena dia sudah menyatakan mereka kafir secara agama secara teori itu

sudah benar. Tapi jangan gitu, tidak baik kan gitu. Tergantung pemahaman

masing-masing.

Page 112: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

101

HASIL WAWANCARA PELAKU NIKAH SEAGAMA DI YAYASAN

HARMONI MITRA MADANIA

Nama : AW 28

Usia : 28 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : S1

Riwayat Pendidikan Keagamaan : Tidak Pernah

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Keterangan : Menikah dengan suaminya OJK

(WNA) 30 Tahun beragama Islam

Menikah secara Islam di Yayasan Harmoni Mitra Madania

Interview via Telefon Whatsapp, 17 Januari 2021 Pukul 09.00 WIB.

Apa agama anda dan pasangan?

Saya Islam, Suami Islam tapi non practicing.

Kenapa anda menikah di Yayasan Harmoni?

Jadi sebenarnya awalnya itu kita interfaith jadi pasangan saya itu sebenarnya

keluarganya itu Buddha tapi dia nggak praktekin ya. Jadi keluarganya juga ga

praktekin. Lebih kepada budaya saja. Saya juga backgroundnya dari kecil

memang orang tua juga tidak religious, mungkin dengan bertambahnya usia saja

mereka jadi lebih religious. Sementara sayanya belum kearah sana. Ketika saya

ketemu pasangan sebenarna kita teman kerja. Dan mulai dekat dan sudah

menjajaki selama 6 tahun sebelum kita nkah. Dan setelah 6 tahun itu pasangan

baru ikut kelas kelas muallaf. Setelah 6 bulan, sebenarnya saya nggak ada

pressure untuk dia pindah agama. Tapi menurut saya akan lebih baik kalo

misalnya ada kecocokan dari segi budaya dn kepercayan. Kalo seandainya dia

mengerti dan memahami latar belakang budaya dan kepercayaan saya dan

keluarga kayanya lebih mudah. Kalo saya pada intinya tidak mengharuskan dia

ikut agama saya, yang penting dia mau mengerti dan menghargai agama saya. Jadi

dari situ awalnya.

Jadi anda suami anda berarti sudah masuk Islam sebelumnya dan menikah

secara Islam?

Iya sudah sama-sama Islam dan menikah pakai akad.

Page 113: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

102

Lalu kenapa tidak menikah di KUA?

Jadi karena pasangan saya kebetulan bukan warga negara Indonesia dan di

negaranya untuk pindah (agama) agak sulit secara administrasnya dan secara

keturunan pun, anak-anak itu harus ikut agama ayah jadi secara keturunan pun

anak-anak itu tidak boleh pindah agama. Kalau seandainya suatu saat nanti

setelah belajar agama mereka merasa bahwa Islam bukan untuk mereka dan

mereka ingin pindah agama maka hal itu tidak dimungkinkan. Karena

pertimbangan-pertimbangan tersebut, dan kita inginnya anak-anak itu harus

dibebaskan. Mereka harus diajarkan iya tapi mereka tidak boleh dikekang. Maka

aas lmitasi-imitasi di negara pasangan tersebut kami memutuskan pasangannya

saya tidak usah mengubah agamanya secara admiistrasi dan karena hal tersebutlah

kita pergi ke pak Nurcholish.

Jadi memang karena alasan admistratif saja makanya anda menikah di

Yayasan ?

Iya

Apakah keluarga sudah menerima saat itu? Atau ada proses mediasi terlebih

dahulu di Yayasan?

Jadi waktu itu keluarga juga tidak semuanya langsung mengerti. Jadi setelah ke

Pak Nurcholish dan saya dengar juga tentang dalil-dalilnya jadi lebih mudah

menjelaskannya juga kepada keluarga.

Mediasi sebetulnya nggak ada karena dari awal kita punya hubungan kita sudah

pendekatan untuk memikirkan bagaimana menjelaskan kepada keluarga. Lagi pula

buyut aku, ibunya nenek nikah beda agama juga. Yang Islam itu perempuan dan

mbah buyut laki-laki itu Kristen.

Berarti keluarga memang sudah merestui ya? anda hanya menggunakan

jasa konsultasi dan fasilitasi perkawinan di Yayasan?

Iya betul.

Bagaimana pandangan anda tentang perkawinan beda agama?

Di Indonesia itu agamanya unik karena bukan negara agama dan bukan negara

sekuler. Tapi kenapa menteri agamanya hanya mengurusi perkawinan agama

Islam saja namun kurang memperhatikan perkawinan yang terjadi antar agama

yang lainnya.

Jika pada saat itu suami anda tidak masuk Islam apa yang akan anda

lakukan?

Page 114: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

103

Lanjut terus ya, masih dengan Yayasan juga masih dengan pak Cholish namun

pengurusannya saja yang berbeda setau saya yang open hanya di Salatiga dan di

Bali, yang lain-lain agak susah.

Apa yang anda maknai tentang pasangan hidup ? apakah kita punya

wewenang untuk memilih atau hanya meneima takdir dari Tuhan?

Menurut saya dua duanya ya. Kalo orang yang kita ketemu disitu Tuhan lebih

berperan. Tapi ketika misalnya kita ketemu 10 orang dan kita memilih jatuh hati

kesatu orang itu lebih kitanya. Jadi dipilih atau memilih ada andil Tuhan juga

disitu kalo menurut saya.

Jadi sebenarnya kita masih punya kapasitas untuk memilih akan menikah

dengan yang seagama atau yang berbeda agama ya?

Betul.

Bagaimana pandangan anda tentang pandangan bahwa pasangan hidup

bukan hanya teman di dunia namun juga di kehidupan selanjutnya

sedangkan agama yang diterima disisi Tuhan itu hanyalah Islam, maka

secara otomatis orang yang tidak beragama Islam tidak bisa menjadi

pasangan hidupnya di akhirat kelak ?

Saya nggak tahu saya akan masuk surga atau nggak, saya juga nggak tahu

pasangan saya akan masuk surga atau nggak. Jadi daripada saya mikirin hal-hal

yang menjadi hak preogratif Tuhan. Lebih baik saya fokus kepada dunia saat ini

yang saya bias kontrol. Dan saya sih berharapnya jika saya berbuat baik dan

pasangan saya berbuat baik semoga nanti di sana ada jalannya. Dan

interpretasinya itu kan Islam adalah agama yang paling sempurna, tapi apkah

hanya Islam yang menjadi satu satunya di mata Tuhan itu mungkin masih tanda

tanya buat saya. Karena kita juga di rukun iman juga ada harus percaya kepada

kitab-kitab yang lain. Kitab-kitab yang lain ini yang katanya mengalami

perubahan-perubahan seiring berjalannya waktu yang sudah tidak murni lagi,

hanya Islam yag paling murni seperti itu kan yah. Ada kepercayaan kaya gitu juga

itu didiluar kontrol saya sih menurut saya pribadi. Jadi intinya jalani saja dulu

sebisa saya yang ada di sini masalaha nanti terserah yang ngatur.

Apakah ada kesulitan dalam kehidupan keluarga pasangan anda yang

berbeda agama?

Ada, saya kebetulan tinggal bersama mereka. Hal- hal kecil jadi misalnya seperti

memelihara anjing, sesuai dengan ajaran yang saya pelajari waku masih kecil itu

menyentuh aja nggak boleh. Tapi ternyata menurut ustadz yang menjadi guru

suami saya oh ternya itu bukan pandangan satu-satunya. Sama seperti perkawinan

beda agama yang kalau kita telusuri terdapat banyak pandangan yang bisa kita

jadikan alternatif dan kita aplikasikan sesuai dengan keadaan kita.

Page 115: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

104

Sebetulnya dengan adanya tantangan-tantangan itu saya jadi lebih belajar tentang

ajaran agama. Karena Islam ternyata bukan hanya satu tapi banyak kelonggaran-

kelonggaran yang Tuhan kita berikan yang tentunya didasarkan atas ilmu juga

dalam memilih pendapat tersebut.

Apakah suami anda masuk Islam dengan penuh kerelaan atau bagaimana

ceritanya ia mau masuk Islam?

Lewat belajar aja sih terus juga mengetahui bahwa saya menghargai sekali.

Mungkin dia melakukannya separuhnya untuk saya separuhnya untuk dia saya

nggak tau sih. Isi hati orang saya nggak bisa lihat tapi dari saya sih selama dia

melafalkan syahadat itu berarti dia in it.

Apakah anda sempat mengajak atau menawarkan agar pasangan anda

masuk Islam?

Aku nggak pernah minta, aku hanya minta dia belajar aja. Kalau dia setelah

belajar dia tergerak hatinya mau masuk Islam ya bagus. Kalau ternyata sesudah

belajar dia nggak mau. Atas dalil dalil yang disampaikan Pak Cholish ya saya

waktu itu niatnya akan tetap lanjut dengan segala resikonya aku sudah bulat ambil

gitu.

Apakah anda termasuk mudah atau sulit cocok untuk dengan orang ?

Aku sebetulnya termasuk orang yang mudah cocok dengan orang. Aku punya

banyak teman. Tapi untuk orang-orang yang bener bener be honourable with dan

untuk ngomongi hal-hal yang serius dan terbuka itu sedikit dan suami saya salah

satunya pada saat itu.

Mengapa pasangan anda tidak bisa tergantikan dengan orang lain?

Dia benar-benar tulus dan jujur. Jadi dua itu aja yang bikin aku kayanya anything

In life kalau dijalani dengan orang yang tulus dan jujur itu udah a problem half

solved. Karena kita nggak tau yah hidup itu akan gimana yah misalnya kia

merencanakan A maka kita akan melaksanakan B, tapi kita nggak tau apa yang

akan terjadi bisa B, bisa C, D dan seterusnya. Jadi untuk merencanakan respon itu

impossible tapi yang bisa direncanakan adalah in case a happens, b happens, c

happens, who do you have beside your self? Your soulmate. Dan saya yakin

dengan kemampuan saya dan pasangan untuk mengarungi samudera kehidupan,

karena memang dari awal memang sudah tulus komitmennya jadi ya begitu.

Sisanya sama seperti pasangan lain yah komitmen kompromi dan saling

menyayangi.

Tingkat Pendidikan anda dan suami?

Saya S1 dia S2.

Page 116: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

105

Apakah anda pernah menempuh pendidikan Islam di sekolah-sekolah

keagamaan?

Nggak pernah, justru saya pernah masuk sekolah Kristen waku SD kelas 1-kelas

3. Kelas 4 sampai kelas 6, SMP, SMA belajar agamanya di sekolah negeri. Jadi

karena sempat masuk sekolah Kristen saya jadi memahami bahwa agama itu

penting tapi moralitas dan kebaikan itu sama pentingnya.

Mengapa anda dimasukan sekolah Kristen oleh orang tua?

Karena sekolahnya bagus terkenal dan dekat dari rumah.

Jadi anda belajar banyak tentang toleransi ya disana ?

Iya, Kebetulan orang tua saya punya usaha sendiri, teman-teman usahanya,

customer supplier banyak orang chineese juga jadi dari awal tuh orang tua

menajarkan bahwa orang itu pada dasarnya hanya dua yaitu baik dan tidak baik.

Selain belajar agama di sekolah negeri, belajar dimana?

Ada guru ngaji yang setiap hari ke rumah dan ada guru ngaji juga di masjid.

Kalau suami apakah pernah menempuh Pendidikan agama?

Nggak. Dia hanya sekolah di internation school aja di negaranya di Malaysia,

Apakah anda saat ini termasuk orang yang aktif dalam kegiatan

masyarakat?

Sekarang nggak di Malaysia, tapi saya bikin kegiatan masyarakat di tempat mama

saya di purwokerto saya bikin kursus bahasa inggris setiap minggu untuk anak-

anak yang tidak mampu dengan mendtangkan guru khusus tapi karena covid takut

anak-anak tertular jadi dihentikan dulu, selain itu jika ada kesempatan-kesempatan

untu berbagi di acara social kita biasanya ikut serta. Kalau di Malaysia kita jarang

sih karena kami sibuk jadi acara acara social ini dipegang oleh ibu saya.

Berarti anda cukup aktif ya dimasyarakat ?

Iya lumayan karena dulu saya dibandingkan sekarang dulu kurang beruntunglah

begitu waktu tumbuh besar jadi sekarang I think it’s time to give back.

Apa pekerjaan anda dan suami saat ini?

Suami bekerja di perusahaan keluarganya, saya kerja di perusahaan keuangan di

Malaysia.

Page 117: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

106

Perkawinan secara Kristen di Yayasan Harmoni Mitra Madania, Minggu 24 Januari 2021 antara

SN (Islam) dan IJM (Kristen)

Perkawinan secara Islam di Yayasan Harmoni Mitra Madania, Minggu 24 Januari 2021 antara SN

(Islam) dan IJM (Kristen)

Page 118: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

107

Page 119: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

108

Page 120: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

109

Page 121: PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA (Studi Kasus di Yayasan

110