perilaku agresi

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan sangat mudah untuk dipengaruhi atau diprovokasi baik segi yang positif maupun yang negatif, dimana remaja lebih mudah dipengaruhi dari segi negatif yaitu untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain atau dirinya sendiri. Misalnya memaki teman, merokok, minum-minuman keras, mengeroyok teman, tawuran, kebut- kebutan. Remaja tersebut terkadang tidak ingin melakukannya tetapi karena didesak atau bahkan disepelekan oleh teman-teman sebayanya maka remaja tersebut akhirnya melakukan perilaku agresi. Masalah perilaku agresi merupakan masalah yang menarik untuk dikaji. Terutama pada akhir-akhir ini timbul akibat yang sangat mencemaskan masyarakat yang akan membawa kehancuran bagi masyarakat itu sendiri. Perilaku agresi merupakan problem yang dapat timbul di mana saja dan kapan saja. Perilaku agresi juga merupakan tindakan kriminal yang bermaksud untuk melukai orang lain. Tindakan kriminal seperti perilaku agresi bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan). Tetapi tindakan itu bisa dilakukan oleh siapapun juga. Tindakan perilaku agresi bisa dilakukan secara sadar, yaitu dipikirkan, direncanakan,

Upload: azis-saputra

Post on 23-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

agresi

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU AGRESI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan sangat mudah untuk

dipengaruhi atau diprovokasi baik segi yang positif maupun yang negatif, dimana

remaja lebih mudah dipengaruhi dari segi negatif yaitu untuk melakukan

tindakan-tindakan yang merugikan orang lain atau dirinya sendiri. Misalnya

memaki teman, merokok, minum-minuman keras, mengeroyok teman, tawuran,

kebut-kebutan. Remaja tersebut terkadang tidak ingin melakukannya tetapi karena

didesak atau bahkan disepelekan oleh teman-teman sebayanya maka remaja

tersebut akhirnya melakukan perilaku agresi.

Masalah perilaku agresi merupakan masalah yang menarik untuk dikaji.

Terutama pada akhir-akhir ini timbul akibat yang sangat mencemaskan

masyarakat yang akan membawa kehancuran bagi masyarakat itu sendiri. Perilaku

agresi merupakan problem yang dapat timbul di mana saja dan kapan saja.

Perilaku agresi juga merupakan tindakan kriminal yang bermaksud untuk melukai

orang lain. Tindakan kriminal seperti perilaku agresi bukan merupakan peristiwa

herediter (bawaan sejak lahir, warisan). Tetapi tindakan itu bisa dilakukan oleh

siapapun juga. Tindakan perilaku agresi bisa dilakukan secara sadar, yaitu

dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar

benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar, misalnya tindakan

perilaku agresi yang dilakukan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah instink,

akan tetapi ditentukan oleh kondisi eksternal.

Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresi

antara lain adalah frustasi, yakni situasi di mana individu terhambat atau gagal

dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami

hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Hal ini terjadi

karena kegagalan yang dialaminya, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk agresi.

Di samping faktor frustasi, faktor lain adalah provokasi langsung yang bersifat

verbal atau fisik yang mengenai kondisi pribadi.

Page 2: PERILAKU AGRESI

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan

memahami tentang perilaku agresi, teori-teori agresi, jenis perilaku agresi, faktor-

faktor yang mempengaruhi dan mengurangi perilaku agresi serta contoh perilaku

agresi dalam kejidupan sehari-hari.

Page 3: PERILAKU AGRESI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Agresif

Perilaku agresif adalah perilaku yang kompetitif. Tujuan perilaku ini, baik

yang terlihat maupun tidak adalah untuk menjadi pemenang. Dalam kondisi ini,

harus ada sesorang yang kalah (Jackman, 2005). Agresi merupakan perilaku

tambahan dan mungkin paling serius, yang termasuk dalam kelompok gangguan.

Beberapa teori telah mencoba untuk menjelaskan agresi manusia. Teori dorongan

menyatakan bahw respons agresif secara biologis terprogram dalam spesies

manusia. Pendekatan fenomenologis memberi kesan bahwa kehidupan sehari-hari

yang cukup menghalangi dan mengecawakan itulah yang menyebabkan agresi.

Teori belajar sosial menyatakan bahwa agresi itu dipelajari dan berturut-turut

diperkuat selama masa anak dan masa remaja. Lagipula, teori sosial menyatakan

bahwa pergaulan modern, rusaknya nilai kegotong-royongan secara umum,

hilangnya pola keluarga tradisional dalam pemeliharaan anak dalam sistem

kekeluargaan, kelainan sosial baik pada individu maupun pada kelompok besar

mengakibatkan peningkatan agresi pada anak, remaja, dan orang dewasa. Agresi

pada masa anak juga berkolerasi dengan pengangguran, perselisihan, kriminalitas

dan gangguan-gangguan psikiatrik keluarga (Behrman et al, 2000). Menurut

Priyatna (2010) perilaku agresi dicirikan oleh :

a) Adanya kesengajaan untuk “menyakiti” korbannya.

b) Adanya pengulangan, tidak terjadi secara kebetulan atau cuma sekali

saja.

c) Adanya ketidakseimbangan “power” antara si pelaku agresi dan

korban bullying.

2.2 Teori-Teori Agresi

Teori tentang agresi terbagi dalam beberapa kelompok yaitu (Sarwono,

2002):

a. Teori Bawaan.

Page 4: PERILAKU AGRESI

Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori

Biologi.

1) Teori Naluri.

Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan

bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi

atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros.

Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan naluri

agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada

dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian

yang disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya

dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada

bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang

mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego yang

berhadapan dengan kenyataan.

2) Teori Biologi.

Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses

faal maupun teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah

proses tertentu yang terjadi otak dan susunan saraf pusat. Menurut tim

American Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih

banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosteron

meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar

ditemukan pada remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan,

peminum, dan penyalah guna obat dibanding pada remaja dan dewasa

biasa.

b. Teori Lingkungan.

Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi

terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.

1) Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu: agresi dipicu oleh frustrasi.

Frustrasi artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan.

Berdasarkan teori tersebut, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan

frustrasi.

Page 5: PERILAKU AGRESI

2) Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu: frustrasi menimbulkan

kemarahandan emosi, kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah

timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain

daripada yang menimbulkan frustrasi itu.

3) Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar.

Bandura menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang

berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil

bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi

dapat dipelajari dan terbentuk pada individuindividu hanya dengan

meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau

model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.

c. Teori Kognitif.

Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran

dalam membuat penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat

(atribusi), penilaian, dan pembuatan keputusan.

2.3 Jenis-Jenis Perilaku Agresif

Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu

agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana

untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression). Agresi rasa benci atau

agresi marah (hostile aggression) adalah ungkapan kemarahan dan ditandai

dengan emosi yang tinggi dimana perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu

sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang

tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian

daripada manfaat. Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya

tidak disertai emosi, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada

hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan

lain, misalnya: seorang preman yang memukuli pemilik toko untuk memungut

uang paksa bagi organisasinya.

Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku agresi yaitu:

a. Agresi instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk membuat

penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda

Page 6: PERILAKU AGRESI

ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa

agresinya, misalnya: orang melakukan penyerangan atau melukai orang lain

dengan menggunakan suatu benda atau alat untuk melukai lawannya.

b. Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara

verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang

dianggap mampu menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung

perasaan atau membuat orang lain menderita.

c. Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan

marah oleh individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang

pada perkelahian, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas

baik berupa objek hidup maupun objek yang mati.

d. Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai

pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki

kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka, misalnya: karena

keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi ini

dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, tetapi agresi

2.4 Faktor-faktor untuk Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Anantasari (2006) penyebab perilaku agresif bisa digolongkan

dalam enam kelompok faktor berikut ini.

a. Faktor-faktor psikologis

1) Perilaku naluriah.

Menurut Sigmund Freud, dalam diri manusia ada naluri kematian,

yang ia sebut pula thanatos yaitu energi yang tertuju untuk perusakan

atau pengakhiran kehidupan. Memang Freud juga mengatakan bahwa

dalam diri manusia terdapat naluri kehidupan, yang ia sebut pula eros.

Dalam pandangan Freud, agresi terutama berakar dalam naluri kematian

yang diarahkan bukan ke dalam diri sendiri melainkan ke luar diri

sendiri, ke orang lain. Sedangkan menurut Konrad Lorenz, agresi yang

membuahkan bahaya fisikal buat orang-orang lain berakar dalam naluri

berkelahi yang dimiliki manusia.

2) Perilaku yang dipelajari.

Page 7: PERILAKU AGRESI

Menurut Albert Bandura, perilaku agresif berrakar dalam respons-

respons agresif yang dipelajari manusia lewat pengalamannya masa

lampau. Dalam proses pembelajaran perilaku agresif, terlibat pula

berbagai kondisi sosial atau lingkungan yang mendorong perwujudan

perilaku agresif.

b. Faktor-faktor sosial

1) Frustasi:

Tidak diragukan lagi pengaruh frustasi dalam peruyakan perilaku

agresif. Seperti diuraikan dalam hipotesis frustasi-agresi dari John

Dollard, frustasi bisa mengakari agresi. Kendati demikian, tidak setiap

anak atau orang yang mengalami frustasi serta merta meruyakkan

agresi. Ada variasi luas sehubungan denga reaksi yang bisa muncul dari

anak atau orang yang mengalami frustasi. Reaksi lain semisal berupa

penarikan diri dan depresi. Di samping itu, tidak setiap agresi berakar

dalam frustasi.

2) Provokasi langsung:

Bukti-bukti mengindikasikan betapa pencederaan fisikal (physical

abuse) dan ejekan verbal dari orang-orang lain bisa memicu perilaku

agresif.

3) Pengaruh tontonan perilaku agresif di televisi:

Terdapat kaitan antara agresi dan paparan tontonan kekerasan lewat

televisi. Semakin banyak anak menonton kekerasan lewat televisi,

tingkat agresi anak tersebut terhadap orang-orang lain bisa makin

meningkat pula. Ternyata pengaruh tontonan kekerasan lewat televisi

itu bersifat kumulatif, artinya makin panjangnya paparan tontonan

kekerasan dalam kehidupan sehari-hari makin meningkatkan perilaku

agresif.

c. Faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi pengaruh polusi udara, kebisingan dan

kesesakan karena kondisi manusia yang terlalu berjejal. Kondisi-kondisi

itu bisa melandasi peruyakan perilaku agresif.

d. Faktor-faktor situasional

Page 8: PERILAKU AGRESI

Termasuk dalam kelompok faktor ini antara lain adalah rasa sakit atau

nyeri yang dialami manusia, yang kemudian mendorong si manusia

meruyakkan perilaku agresif.

e. Faktor-faktor biologis

Para peneliti yang menyelidiki kaitan antar cedera kepala dan perilaku

kekerasan mengindikasikan etapa kombinasi pencederaan fisikal yang

pernah dialami dan cedera kepala, mungkin ikut melandasi peruyakan

perilaku agresif.

f. Faktor-faktor genetik

Pengaruh faktor genetik antara lain ditunjukka oleh kemungkinan yang

lebih besar untuk peruyakan perilaku agresif dari insan pria yang memiliki

kromosom XYY.

2.5 Cara-Cara Untuk Mengurangi Perilaku Agresi

Menurut Koeswara (1988), cara atau teknik sebagai langkah langkah

konkret yang dapat diambil untuk mencegah kemunculan atau berkembangnya

tingkah laku agresi itu adalah penanaman modal, pengembangan tingkah laku

non agresi, dan pengembangan kemampuan memberikan empati.

a. Penanaman Modal

Penanaman modal merupakan langkah yang paling tepat untuk mencegah

kemunculan tingkah laku agresi. Penanaman modal ini akan berhasil

apabila dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten sejak usia

dini di berbagai lingkungan dengan melibatkan segenap pihak yang

memikul tanggung jawab dalam proses sosialisasi.

b. Pengembangan Tingkah Laku Non Agresi

Untuk mencegah berkembangnya tingkah laku agresi, yang perlu

dilakukan adalah mengembangkan nilai-nilai yang mendukung

perkembangan tingkah laku non agresi, dan menghapus atau setidaknya

Page 9: PERILAKU AGRESI

mengurangi nilai-nilai yang mendorong perkembangan tingkah laku

agresi.

c. Pengembangan Kemampuan Memberikan Empati

Pencegahan tingkah laku agresi bisa dan perlu menyertakan

pengembangan kemampuan mencintai pada individu-individu. Adapun

kemampuan mencintai itu sendiri dapat berkembang dengan baik apabila

individu-individu dilatih dan melatih diri untuk mampu menempatkan diri

dalam dunia batin sesama serta mampu memahami apa yang dirasakan

atau dialami dan diinginkan maupun tidak diinginkan sesamanya.

Pengembangan kemampuan memberikan empati merupakan langkah yang

perlu diambil dalam rangka mencegah berkembangnya tingkah laku agresi.

2.6 Contoh Perilaku Agresi

MEMBUNUH KARENA SINGKONG(Contoh Kasus Perilaku Agresif)Kejadiannya di Bambu Apus, Jakarta Timur, pada tanggal 9 Oktober 1995. Seorang ibu berusia 31 tahun dan tiga orang anaknya (8, 3, dan 2 tahun) tewas terbunuh dengan luka-luka bacokan yang mengerikan. Saat itu sang ayah, bapak Rohadi yang guru SMP, sedang bertugas mengajar. Dua anak Rohadi selamat, yaitu putri sulung (11 tahun) yang kebetulan sedang sekolah (dialah yang pertama kali menemukan jenazah keluarganya yang sedang berserakan di dalam rumahnya ketika ia pulang sekolah sekitar pukul 10.00) dan anak bungsu mereka (8 bulan) yang kebetulan tidak tewas (diduga sudah meninggal waktu dicekik). Yang menarik adalah bahwa dalam waktu dua hari polisi sudah berhasil menemukan pelakunya, yaitu Philipus (profesi Satpam, umur 46 tahun) yang dibantu oleh anak laki-lakinya (15 tahun) dan dua keponakan laki-lakinua (17 tahun). Istri Philipus dan seorang keponakan perempuannya dianggap sebagai saksi karena mereka mengetahui pembunuhan itu walaupun tidak terlibat aktif. Yang lebih menarik lagi adalah alasan dari rencana itu bahwa anak-anak keluarga rohadi sering bermain dan berlari-larian di kebun singkong garapan keluarga philupus sehingga philipus marah dan nekat membunuh keluarga tetangga itu. Setelah kasus ini terbongkar dan dimuat dalam media massa, massa (banyak di antaranya yang datang dari luar kota) berdatangan ke lokasi TKP (tempat kejadian perkara). Semakin hari massa makin banyak mengelilingi TKP yang sudah di mainkan dengan penjagaan oleh petugas. Sebuah kotak sumbangan yang disediakan cepat terisi penuh dan mencapai balasan juta rupiah sebagai tanda simpati masyarakat. Akan tetapi, massa ternyata tidak puas dengan hanya melihat TKP dan memberi sumbangan. Pada hari keempat atau kelima, massa mulai mengamuk dan menyerang rumah Philipus. Ketika rumah Philipus dijaga ketat oleh petugas, massapun menyerang, merusak dan membakar rumahrumah penduduk atau tetangga Philipus yang diduga masih ada

Page 10: PERILAKU AGRESI

pertalian darah dengan Philipus. Massa semakin ganas ketika ada isu bahwa anak bungsu Rohadi meninggal dunia (padahal isu tidak benar). Akhirnya, polisi menutup seluruh wilayah sekitar TKP untuk mencegah berkembangnya isu-isu SARA (masalah suku, agama, rasial atau antar golongan) yang tidak dikehendaki.

GATRA, 14 Oktober 1996

Fenomena Tawuran antar Pelajar

Tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasimedia massa. Bukan hanyatawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antarremaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng.Perilaku anarki selalu dipertemukan  antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara ,antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat.Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan  pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajarmaupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng.

Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat Indonesia. Sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya generasi yang tidak bertanggung jawab.Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita.

Page 11: PERILAKU AGRESI

Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan gengkelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.Sebenarnya jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah. Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah.

Page 12: PERILAKU AGRESI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan sangat mudah untuk

dipengaruhi atau diprovokasi baik segi yang positif maupun yang negatif, dimana

remaja lebih mudah dipengaruhi dari segi negatif yaitu untuk melakukan

tindakan-tindakan yang merugikan orang lain atau dirinya sendiri atau cenderung

melakukan perilaku agresi. Agresi merupakan perilaku tambahan dan mungkin

paling serius, yang termasuk dalam kelompok gangguan. Teori-teori tentang

perilaku agresi ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu teori bawaan, teori lingkungan,

teori kognitif. Sedangkan jenis-jenis perilaku agresif meliputi, agresi instrumental,

agresi verbal, agresi fisik dan agresi emosional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi meliputi faktor

psikologis, sosial, lingkungan, situasional, biologis dan faktor genetik. Sedangkan

cara atau teknik sebagai langkah langkah konkret yang dapat diambil untuk

mencegah kemunculan atau berkembangnya tingkah laku agresi itu adalah

penanaman modal, pengembangan tingkah laku non agresi, dan pengembangan

kemampuan memberikan empati.

Page 13: PERILAKU AGRESI

DAFTAR PUSTAKA

Jackman, A. 2005. How to Negotiate. Jakarta: Erlangga

Behrman, Kiegman and Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:

EGC

Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying: Memahami, Mencengah dan

Mengatasi Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta:

Kanisius

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori

Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Atkinson, R. L. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga

Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar