agresi militer

Upload: bernardus-edwin-chandra

Post on 29-Oct-2015

530 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Agresi Militer 1 - Tugas Sejarahhanya tulisan tanpa lampiran. Lampiran di file lainnya.

TRANSCRIPT

Daftar Isi

Kata PengantariiiBAB IPENDAHULUAN11.1.Latar belakang11.2.Rumusan masalah21.3.Tujuan2BAB IIPEMBAHASAN32.1.Pengertian Agresi Militer I32.2.Agresi Militer Belanda I32.2.1.Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I32.2.2.Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer I32.2.3.Kronologis Terjadinya Agresi Militer I32.2.4.Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia.52.2.5.Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda62.3.Insiden Semarang72.4.Peristiwa Ambarawa92.5.Bandung Lautan Api112.5.1.Tujuan Peristiwa Bandung Lautan Api112.5.2.Latar Belakang Bandung Lautan Api122.5.3.Asal Istilah132.5.4.Prolog Peristiwa142.5.5.Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api162.6.Pertempuran Surabaya172.6.1.Kronologi penyebab peristiwa172.6.2.Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya182.6.3.Kematian Brigadir Jenderal Mallaby192.6.4.10 NOVEMBER 1945202.7.Pertempuran Bali212.8.Medan Area232.9.Merah Putih Manado252.9.1.Kronologi262.9.2.Provokasi Belanda di Luar Negeri272.9.3.Dampak peristiwa Merah Putih Manado32BAB IIIPENUTUP343.1.Kesimpulan34

Daftar Pustaka ......35Lampiran ......36

iii

Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan kasih karunia dan kesempatan, serta kesehatan yang Ia berikan, kami dapat menyelesaikan tugas Agresi Militer Belanda I dengan berhasil, baik, dan tepat waktu.Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk di mata pelajaran Sejarah di SMAK IPEKA Tomang. Hasil yang telah kami laksanakan, kami sampaikan dalam bentuk laporan tertulis. Selain mendapatkan nilai yang baik, tujuan lain dari penulisan tugas ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kami, maupun pembaca.Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada beberapa pihak, yang tanpa mereka, tulisan dan tugas ini tidak akan terjadi dan selesai tepat waktu. Yaitu kepada :1. Tuhan kami, Yesus Kristus, yang oleh kasih-Nya telah memberikan hikmat dan kekuatan kepada kami untuk menjalani hidup.2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moral, juga bantuan nasehat dan materi, sertapengertianyang besar kepada kami, baik selama bersekolah maupun dalam menyelesaikan tugas ini3. Bapak Eko selaku Guru Sejarah yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan tugas ini.4. Teman-teman kami, khususnya di Kelas XI SMAK IPEKA Tomang.5. Serta pihak-pihak lain yang kami tidak bias sebutkan satu persatu. Kami hanya dapat memberikan rasa terima kasih dan kiranya Tuhan memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada kami. Dalam menyusun tugas ini kami mengharapkan adanya kritik dan perbaikan yang bersifat membangun, serta saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tugas ini.Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Amin.

Jakarta 2013

Penulis

BAB IPENDAHULUAN Latar belakangDi tengah era dengan perkembangan teknologi yang amat pesat ini, banyak orang yang kurang mengganggap penting tentang ilmu sejarah, padahal tanpa adanya kejadian di masa lalu maka tidak akan ada kehidupan seperti sekarang, oleh karena itu seharusnya kita sebagai warga negara yang baik harus mengetahui tentang sejarah bangsanya sendiri, mulai dari dasar-dasar negara tersebut dibentuk, hingga perjuangan-perjuangan yang ditempuh demi tercapainya tujuan bersama.Sudah bertahun-tahun Indonesia dijajah oleh bangsa-bangsa asing, mulai dari Inggris, Portugis, Belanda hingga yang terakhir adalah Jepang, yang dapat dikatakan penjajah yang paling membuat rakyat-rakyat dari Indonesia menderita. Walaupun penjajahan Jepang dibanding dengan belanda yang rentang waktunya memiliki perbedaan yang signifikan namun setelah 3 tahun dijajah, Indonesia mampu mencapai kemerdekaan dengan berbagai perjuangan keras dari pemuda-pemuda Indonesia, dan itu juga karena kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik sehingga membuat Jenderal Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan untuk membentuk Dokuritsu Junbi Chosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai masalah pemerintahan Indonesia Merdeka. Setelah melalui berbagai sidang, akhirnya pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk panitia sembilan yang menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan negara Indonesia Merdeka atau biasa dikenal dengan Piagam Jakarta. Lalu dibentuklah PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Sebagai Landasan untuk dibangunnya suatu negera merdeka maka dibentuklah landasan dasar nasional dan landasan dasar internasional. Kemudian Terjadi Peristiwa Rengasdengklok, yang mengakibatkan perbedaan antara golongan tua dan muda tetapi pada akhirnya melalui berbagai pertimbangan, disetujui bahwa pembacaan naskah proklamasi akan dibaca di jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah itu Indonesia belum dapat bernapas lega karena justru mulai dari situ mulai banyak tejadi perlawanan dari bangsa penjajah seperti Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, banyak Pertempuran yang dilakukan demi mempertahankan kemerdekaan, seperti Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa (Magelang), Pertempuran Medan Area, Bandung Lautan Api, Peristiwa bandung Lautan Api di Manado, Pertempuran Margarana dan lain-lain.Perlawanan hebat dari Indonesia membuat Inggris menyimpulkan bahwa sengketa antara Indonesia dan Belanda tidak mungkin dapat diselesaikan dengan kekuatan senjata, melainkan harus dengan cara diplomasi. Sehingga pada tanggal 10 November 1946 diadakan perundingan di Linggarjati, atau dikenal dengan Perjanjian Linggar jati. Namun setelah perjanjian tersebut dibentuk, Belanda justru mengadakan Agresi Militer yang telah melanggar perjanjian tersebut. Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana sistem pemerintahan (politik) pada masa agresi militer Belanda I ?1.2.2 Apakah sebab terjadinya agresi militer Belanda I?1.2.3 Bagaimana aspek kehidupan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya saat agresi militer Belanda I ?1.2.4 Apakah faktor-faktor penyebab nasionalisme dan bagaimana nasionalisme menyelamatkan Bangsa Indonesia ?

Tujuan

Tujuan penulisan ini sebagai berikut :a) Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang agresi militer Belanda yang pertama.b) Untuk menambah wawasan atau pemahaman terhadap perjuangan mempertahankan kemerdekaan.c) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah.d) Untuk mengetahui kehidupan pasca kemerdekaan dalam menghadapi agresi militer Belanda.e) Untuk memberikan penjelasan mengenai pelajaran moral dan nasionalisme dalam kondisi mempertahankan kemerdekaan.

BAB IIPEMBAHASANPengertian Agresi Militer I"Operatie Product(bahasa Indonesia:Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan namaAgresi Militer Belanda Iadalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Agresi Militer Belanda IPenyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda IAgresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda akibat perbedaan penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati. Pihak Belanda cenderung menempatkan Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda sebagai negara induk. Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan kedaulatannya, lepas dari Belanda.Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer IAdapun tujuan Belanda mengadakan agresi militer I yaitu sebagai berikut:Tujuan politikMengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan Republik Indonesia.Tujuan ekonomiMerebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor.Tujuan militerMenghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).Kronologis Terjadinya Agresi Militer ISesudah penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda berusaha keras memaksakan interpretasi mereka sendiri dan berjalan sendiri untuk membentuk negara-negara bagian yang akan menjadi bagian dari negara Indonesia Serikat, sesuai dengan keinginan mereka.Hal ini diawali dengan konferensi yang diselenggarakannya di Malino, Sulawesi Selatan, dan kemudian di Denpasar, Bali. Di sana mereka berhasil membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu oleh orang-orang yang pro Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung Gde Agung. Anak Agung Gde memang sejak awal sudah memusuhi pemuda-pemuda pro Republik di daerahnya, serta mengejar-ngejar dan menangkapinya.Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan Linggarjati ialah menjadikan negara Republik Indonesia yang sudah mendaptkan pengakuan de facto dan juga de jure oleh beberapa negara, kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga negara-negara boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam pembentukan suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda selanjutnya ialah memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya negara bagian seperti negara boneka yang diciptakannya di Denpasar. Yang menjadi sasaran uatamanya ialah menghapus TNI dan perwakilan-perwakilan Republik di luar negeri, karena keduanya merupakan atribut negara berdaulat.Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan Belanda sudah gawat, dan kalau masalah Indonesia tidak cepat diselesaikan maka besar kemungkinan Belanda akan bangkrut. Agresi militer pertama dilakukan Belanda berlatar dua pokok di atas, yaitu melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka dengan menghilangkan semua atribut kemerdekaannya, dan keadaan keuangan Belanda yang sangat gawat.Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud hendak menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia, dan menduduki daerah-daerah yang penting bagi perekonomian Belanda, yaitu daerah-daerah perkebunan, ladang minyak dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa. Usaha ini untuk sebagian berhasil; mereka berhasil menduduki daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Dari hasil penjualan produksi perkebunan-perkebunan yang masih terkumpul, mereka mengharapkan mendapatkan uang sejumlah US$ 300 juta, sedangkan biaya agresi militer diperhitungkan akan memakan US$ 200 juta, jadi masih ada untung US$ 100 juta. Sasaran yang satu lagi, yaitu menduduki Yogyakarta tidak tercapai, karena pada tanggal 4 Agustus 1947 Dewan Keamanan memerintahkan penghentian tembak menembak. Selanjutnya PBB membentuk Komisi PBB yang terdiri atas tiga negara: satu dipilih oleh Indonesia, satu oleh Belanda dan yang satu lagi dipilih bersama. Komisi Tiga Negara ini terdiri atas Amreika Serikat, Australia dan Belgia. Sjahrir memilih Australia, dan bukan India, karena India sudah dianggap oleh dunia sebagai pro Indonesia, sedangkan Australia adalah negara bangsa kulit putih, yang dianggap lebih obyektif pendiriannya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.Perkiraan Belanda dengan mengadakan agresi militernya yang pertama meleset sama sekali; karena tanpa diperhitungkan sejak semula, bahwa Dewan Keamanan PBB akan bertindak atas usul India dan Australia. India dan Australia sangat aktif mendukung Republik di dalam PBB, di mana Uni Soviet juga memberika dukungannta. Akan tetapi, peranan yang paling penting akhirnya dimainkan oleh Amerika Serikat. Mereka yang menentukan kebijakan Belanda, bahkan yang lebih progresif di antara mereka, merasa yakin bahwa sejarah dan pikiran sehat memberi mereka hak untuk menetukan perkembangan Indonesia, tetapi hak ini hanya dapat dijalankan dengan menghancurkan Republik terdahulu.Sekutu-sekutu utama negeri Belanda terutama Inggris, Australia, dan Amerika (negara yang paling diandalkan Belanda untuk memberi bantuan pembangunan kembali di masa sesudah perang) tidak mengakui hak semacam itu kecuali jika rakyat Indonesia mengakuinya, yang jelas tidak demikian apabila pihak Belanda harus menyandarkan diri pada penaklukan militer. Mereka mulai mendesak negeri Belanda supaya mengambil sikap yang tidak begitu kaku, dan PBB menjadi forum umum untuk memeriksa tindakan-tindakan Belanda.Untuk pertama kali sejak PBB didirikan pada tahun 1945, badan ini mengambil tindakan mengentikan penyerangan militer di dunia dan memaksa agresor agar menghentikan serangannya. Belanda yang menginginkan supaya masalah Indonesia dianggap sebagai suatu persoalan dalam negeri antara Belanda dan jajahannya, telah gagal, dan masalah Indonesia-Belanda menjadi menjadi masalah internasional. Kedudukan Republik Indonesia menjadi sejajar dengan kedudukan negara Belanda dalam pandangan dunia umumnya.Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia.Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh pihak Belanda yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang cukup luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur. Meski PBB telah turut membantu mengatasi agresi militer yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia dengan diadakan penghentian tembak menembak, tidak berarti bahwa tindakan militer Belanda langsung terhenti. Mereka terus-menerus mengadakan gerakan pembersihan untuk mengamankan dareah-dareah yang telah didudukinya. Dalam gerakan pembersihan ini sering pula terjadi tindakan kejam oleh pasukan Belanda, terutama di dareah-daerah yang sudah mereka duduki namun tidak dapat dikuasai, umpamanya dareah sekitar Krawang-BekasiDi sekitar Bekasi beroperasi pasukan kita yang dipimpin oleh Lukas Kustrayo. Setelah pembentukan BKR ia langsung bergabung, dan pasukan yang dibentuknya beroperasi di sekitar Bekasi. Setelah Belanda meyerang pada bulan Juli 1947 Lukas tetap beroperasi di sana dan tetap menganggu kehadiran Belanda di daerah itu, juga setelah diadakan pengehentian tembak-menembak. Kegiatan Lukas sangat menjengkelkan Belanda, sehingga Lukas diberi julukan Tijger van West Jawa (Harimau Jawa Barat). Belanda terus-menerus berusaha mengejar Lukas dan pasukannya, tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka mengetahui bahwa Lukas bermarkas di desa Rawagede, mereka menyerbu desa itu pada tanggal 9 Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan pasukannya lolos. dalam kemarahan dan frustasi karena usaha mereka tidak berhasil, pasukan Belanda menembaki rakyat desa Rawagede secara membabi buta dan membunuh 491 orang dewasa dan anak-anak. Kekejaman Belanda ini tidak pernah kita ungkapkan ke dunia luar, karena pada waktu itu memang kita tidak mempunyai aparat untuk melakukanya.Kekejaman Belanda lain yang dapat disebut adalah pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948 oleh pasukan Kapten Wasterling, yang juga tidak pernah dihukum. Juga peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik Indonesia yang tertawan oleh Belanda diamsukkan dalam gerbong kereta api yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi, sehingga semua tawanan mati lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belandaa.Keampuhan Strategi DiplomasiHarus daikui, TNI mengalami pukulan berat berat saat agresi militer Belanda I itu. Akan tetapi, kekalahan itu tidak menyurutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ketika itulah perjuangan diplomasi memegang peranan penting. Tanpa kenal lelah, para tokoh Indonesia di luar negeri membela kepentingan Indonesia. Mereka berusaha menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia layak dan mampu merdeka dan berdaulat.Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti dari munculnya reaksi keras terhadap tindakan agresi militer Belanda.India dan Australia mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB.Amerika Serikat menyerukan agar Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan Polandia dan Uni Soviet mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari wilayah RI. Di tengah reaksi dunia internasional, pada tanggal 3 Agustus 1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan tembak-menembak.

b.Perundingan RenvillePada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB membentukCommite of Good Offices(Komite Jasa-jasa Baik).Komite itu kemudian terkenal dengan sebutanKomisi Tiga Negara(KTN). Anggota KTN terdiri atas wakil Australia,Richard Kiby, wakil Belgia,Paul van Zeeland, dan wakil Amerika Serikat,Frank Graham. Terpilihnya Australia dalam KTN merupakan permintaan pihak Indonesia, sedangkan terpilihnya Belgia merupakan permintaan pihak Belanda. Kemudian Australia dan Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu Amerika Serikat.Tugas pokok KTN adalah mecari penyelesaian damai terhadap masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika Serikat mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville, yang sedang berlabuh di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan sebutanPerundingan Renville.Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik Indonesia maupun Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan Renville disepakati dan ditandatangani.

Hasil Perundingan RenvillePenghentian tembak-menembak.Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.Dalam Uni Indonesia-Belanda, Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.

Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi semakin sempit. Itulah sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang reaksi keras dari kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumalh wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun. Ketidakpuasan yang semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan Kabinet Amir Starifuddin jatuh.

Insiden SemarangDengan menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, dan disusul dengan diproklamarkan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan Jepang di Indonesia. Dan ditunjuknya Mr Wongsonegero sebagai Penguasa Republik di Jawa Tengah dan pusat pemerintahannya di Semarang, maka adalah kewajiban Pemerintah di Jawa Tengah mengambilalih kekuasaan yang selama ini dipegang Jepang, termasuk bidang pemerintahan, keamanan dan ketertibannya. Maka terbentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di beberapa tempat di Jawa Tengah telah terjadi pula kegiatan perlucutan senjata Jepang tanpa kekerasan antara lain di Banyumas, tapi terjadi kekerasan justru di ibu kota Semarang. Kido Butai (pusat Ketentaraan Jepang di Jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuannya secara menyeluruh, meskipun dijamin oleh Gubernur Wongsonegoro, bahwa senjata tersebut tidak untuk melawan Jepang.Permintaan yang berulang-ulang cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun senjata-senjata yang sudah agak usang. Kecurigaan BKR dan Pemuda Semarang semakin bertambah, setelah Sekutu mulai mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa. Pihak Indonesia khawatir Jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada Sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum Sekutu mendarat di Semarang. Karena sudah pasti pasukan Belanda yang bergabung dengan Sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah Indonesia lagi.Pertempuran 5 hari di Semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 Oktober 1945. Keadaan kota Semarang sangat mencekam apalagi di jalan-jalan dan kampung-kampung dimana ada pos BKR dan Pemuda tampak dalam keadaan siap. Pasukan Pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi Istimewa, AMRI, AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa Markas Jepang dibantu oleh pasukan Jepang sebesar 675 orang, yang mereka dalam perjalanan dari Irian ke Jakarta, tapi karena persoalan logistik, pasukan ini singgah di Semarang.Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang Irian. Keadaan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan Jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataannya, sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan, kecuali diantaranya dari pasukan Polisi Istimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heiho yang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur.Pertempuran lima hari di Semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara Jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di Cepiring dekat Semarang. Pertempuran antara pemberontak Jepang melawan Pemuda ini berkobar sejak dari Cepiring (kl 30 Km sebelah barat Semarang) hingga Jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di Jatingaleh ini pasukan Jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan Kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut. Suasana kota Semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan Kidobutai Jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para Pemuda Indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di Candi (Siranda) telah diracuni. Pihak Jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melucuti 8 orang polisi Indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghindarkan peracunan cadangan air minum itu. Dr Karyadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purasara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke Siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya diketemukan di jalan Pandanaran Semarang, karena dibunuh oleh tentara Jepang (namamya diabadikan menjadi RS di Semarang).Keesokan harinya 15 Oktober 1945 jam 03.00 pasukan Kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota Semarang. Markas BKR kota Semarang menempati komplek bekas sekolah MULO di Mugas (belakang bekas Pom Bensin Pandanaran). di belakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar Kidobutai melancarkan serangan mendadak terhadap Markas BKR. Secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan tekidanto (pelempar granat) dan senapan mesin yang gencar.Diperkirakan pasukan Jepang yang menyerang berjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan selama setengah jam, pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat dipertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara Jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan markasnya

Peristiwa AmbarawaPerjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu dengan segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar bersama dengan tentara tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan berjuang menghadapi desingan peluru serta berondongan persenjataan modern milik para penjajah.Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA).Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, justru mempersenjatai mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman merasa kehilangan perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di Jalan Margo Agung. Pasukan Indonesia antara lain dari Yon Imam Adrongi, Yon Soeharto dan Yon Sugeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.Kedahsyatan Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris yang menulis: The battle of Ambarawa had been a fierce struggle between Indonesian troops and Pemuda and, on the other hand, Indian soldiers, assisted by a Japanese company. Yang juga ditambahi dengan kalimat, The British had bombed Ungaran intensively to open the road and strafed Ambarawa from air repeatedly. Air raids too had taken place upon Solo and Yogya, to destroy the local radio stations, from where the fighting spirit was sustainedKemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

Bandung Lautan ApiPeristiwa Bandung Lautan Apiadalah peristiwakebakaranbesar yang terjadi di kotaBandung, provinsiJawa Barat,Indonesiapada24 Maret1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerahselatanBandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentaraSekutudan tentaraNICABelandauntuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalamPerang Kemerdekaan Indonesia.Tujuan Peristiwa Bandung Lautan ApiSetelah ultimatum pertama oleh Belanda, kota Bandung bagian utara tidak dapat dipertahankan oleh Tentara Republik Indonesia, akibat kurang memadainya pasokan persenjataan. Sehingga tentara dan rakyat harus mengosongkan daerah tersebut. akan tetapi Bandung bagian selatan belum berhasil di kalahkan oleh Belanda. Oleh karena itu, Belanda mengeluarkan ultimatum kedua pada tanggal 23 Maret untuk mengusir TRI dan rakyat mengosongkan Bandung selatan. Tetapi ultimatum itu tidak disambut baik oleh rakyat dan TRI akan tetapi disambut dengan pertempuran oleh mereka. Saat pertempuran berlangsung pemerintah mengeluarkan intruksi agar daerah Bandung Selatan dikosongkan. Akan tetapi, TRI berencana meninggalkan Kota Bandung Selatan dalam keadaan tidak utuh, mereka tidak mengingini kota Bandung dapat digunakan sebagai markas strategis militer oleh Belanda. TRI ingin melakukan penghancuran besar-besaran di kota Bandung Selatan yakni sarana milik Belanda. Tetapi TRI juga melakukan pembakaran terhadap rumah warga sipil.Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnyaLatar Belakang Bandung Lautan ApiPasukanInggrisbagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal12 Oktober1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR danpolisi, diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal24 November1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasukHotel HomanndanHotel Preangeryang mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata.Ultimatum Tentara Sekutu agarTentara Republik Indonesia(TRI, sebutan bagiTNIpada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para pejuang pihakRepublik Indonesiatidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskanBandungdiambil melalui musyawarahMadjelis Persatoean Perdjoangan Priangan(MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal24 Maret1946. KolonelAbdoel Haris Nasoetionselaku Komandan Divisi IIITRImengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung.Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di DesaDayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapatgudang amunisibesar milik Tentara Sekutu. Dalam pertempuran iniMuhammad TohadanRamdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengandinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalamPerang Kemerdekaan Indonesiakarena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini mengilhami laguHalo, Halo Bandungyang nama penciptanya masih menjadi bahanperdebatan.Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.Asal IstilahIstilahBandung Lautan Apimenjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumihangusan tersebut. JenderalA.H Nasutionadalah Jenderal TRI yang dalam pertemuan diRegentsweg(sekarang JalanDewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya denganSutan SjahrirdiJakarta, memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut."Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api. Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air." - A.H Nasution,1 Mei1997IstilahBandung Lautan Apimuncul pula di harianSuara Merdekatanggal26 Maret1946. Seorangwartawanmuda saat itu, yaituAtje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari bukitGunung Leutikdi sekitarPameungpeuk,Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dariCicadassampai denganCimindi.Setelah tiba diTasikmalaya, Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".Prolog PeristiwaPada Perang Dunia ke-II sedang berkecambuk antara sekutu melawan fasis Jepang, kota Hirosyima dan Nagasaki dijatuhi bom Atom oleh Amerika Serikat, menandakan berakhirnya Perang Dunia ke-II. Kota Hirosyima dijatuhi Bom yang dinamai Little boy panjangnya 3 M yang dijatuhkan oleh pesawat pembom B-29 yang diberi nama Enola Gay, telah menghancurkan kota Hirosyima rata dengan tanah dan pada tanggal 6 Agustus 1945, 3 hari kemudian 9 Agustus 1945, bom atom yang ke 2 diberi nama Fat man di jatuhkan dan meledak diatas kota Nagasaki pukul 11.02, meski tempat jatuh meleset 4 km dari sasaran karena kabut, tak urung kota itu hancur berantakan dan menimbulkan korban puluhan ribu jiwa manusia. Atas peristiwa itu maka untuk menyelamatkan Negara dan rakyatnya pada tanggal 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyatakan menyerah bertekuk lutut kepada sekutu yang diwakili oleh Jenderal Douglas Mc Arthur. Di Indonesia pada waktu itu terjadi kevacuman pemerintahan karena : Pasukan sekutu yang akan menyelesaikan administrasi belum dating Jepang dinyatakan sebagai bangsa yang kalah perang. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan titik kluminasi perjuangan bangasa Indonesia merebut kemerdekaan yaitu : Diproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 Dikibarkan bendera Merah Putih diseluruh Nusantara Dikumandangkan lagu Indonesia Raya ke seluruh pelosok Nusantara melalui Radio.Secara jujur dan berdasarkan Fakta sejarah bahwa bangsa Indonesia yang telah memproklamirkan Kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 tidak berjalan dengan mulus sesuai harapan segenap anak bangsa Indonesia, sampai kini di era reformasi. Secara Global akar permasalahan di infentalisir sbb: Pemimpin Nasional cenderung arogan dan tidak tanggap terhadap aspirasi Grassroot dan KKN tumbuh subur. Intrik antar Parpol cenderung Suudhon terhadap bawah partainya. Pressure Group yang melakukan gerakanya uot of Control / kebabaslan lebih-lebih di era demokrasi yang membuka peluang untuk itu Kaum intelektual memanfaatkan massa demi kepentingannya. Suksesi kepemimpinan tidak dipersiapkan oleh penguasa sehingga menimbulkan setiap pergantian pemimpin tidak berjalan mulus. Masyarakat dididik menjadi Vandalisme dan brutal seperti saat ini (Demonstrasi yang berlebihan, merusak asset negara dll.)Perimbangan kekuatanInggris terdiri dari 4 YONIF, 3 SATBAN didukung oleh Royal Air Force jumlah personil + 4.000 orang.Indonesia terdiri dari 4 YONIF didukung lasykar-lasykar rakyat a.l. Hizbulalh dari Bandung, YON YAHYA, YON HARI SOEKARDI, YON-ABDULRAHMAN dan YON ANWAR PADMA jumlah personil + 5.000 orang.Korban dari kedua belah pihakInggris : Gugur 44, Luka-luka 95, ditawan Indonesia : Gugur 92, Luka-luka 94, ditawan 30Sebelum terjadi peristiwa Bandung Lautan Api sekutu mengalihkan route pengiriman logistik untuk pasukannya yang berada di Bandung dari rute yang melalui jalan utara tapi trayek ini dapat gangguan oleh pertempuran-pertempuran di Klender, Kranji dan Bekasi dan terakhir satu angkutan lengkap diserobot oleh Resimen 6 di Cikampek sehingga TKR memperoleh sejumlah makanan awet Inggris yang terkenal dengan nama Kompo kemudian sekutu mengalihkan rute logostik melalui Bogor, Sukabumi, Bandung dan terjadi peristiwa Bojong Kokosan. Dengan diawali penghadangan di Fokkersweg (Jl.Garuda sekarang) mulailah peristiwa Bandung Lautan Api.Kota Bandung dikuasai Tentara sekutu. Sebagaimana kota Jakarta maka kota Bandung pun harus dikuasai oleh sekutu tanpa menguasai kedua kota tersebut, pekerjaan sekutu untuk membebaskan dan memulangkan APWI akan terganggu terus menerus oleh insiden-insiden dan bentrokan-bentrokan dengan para pejuang atau tentara Republik. Saat sekutu menguasai kota Bandung juga tidak berjalan mulus, sebelum terjadi peristiwa Bandung Lautan Api didahului peristiwa-peristiwa yang secara kronologis sebagai berikut :Insiden Cikampek Pada saat pengangkutan perbekalan untuk 60.000 APWI di Bandung melalui kereta api dengan rangkaian 20 gerbong, yang dikawal sepasukan kecil berkekuatan 10 tentara Inggris asal Gurkha, tentara Inggris kurang memperhitungkan resiko yang bakal terjadi dan mereka akan melintasi daerah kekuasaan Republik. Rangkaian kereta api disergap di daerah Dawuan yang dilakukan oleh Batalyon Priatna, ketika pengawal Gurkha menolak untuk diperiksa terjadilah tembak menembak yang berakhir dengan menyerahnya pasukan Gurkha kepada TKR, karena kekuatan TKR lebih besar. Kereta api itu meneruskan perjalanan ke Bandung dalam keadaan kosong.Insiden Bekasi Tanggal 23 Nopember 1945, sebuah pesawat Dakota Inggris dalam penerbangannya ke Semarang harus melakukan pendaratan darurat disuatu tempat di Bekasi karena rusak mesin pesawat tersebut membawa 18 tentara Kumaon dan 5 awak pesawat. Tentu saja karena tempat tersebut berada dalam kekuasaan Republik, maka seluruh penumpang pesawat dan awaknya ditawan oleh pasukan setempat yaitu pasukan lasykar dari Banteng Hitam kemudian mereka dibunuh.Berbagai insiden yang akhirnya membuat sekutu (Inggris) jengkel sehingga tanggal 27 Nopember 1945 Brigjen Mac Donald mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah Indonesia untuk mengosongkan kota Bandung bagian utara dari pejuang republik dengan dibatasi oleh jalan Kereta Api sehingga garis demarkrasi.Diawali penghadangan di Fokkersweg (Jalan Garuda) pencegatan pengiriman perbekalan dari Sukabumi, Cianjur tanggal 20 Maret 1946 serangan terhadap kedudukan sekutu di Bandung Utara dengan menggunakan senjata mortir. Serangan ini membuat sekutu murka dan Mayjen Hawthorn mengeluarkan ultimatum, agar seluruh Pasukan Indonesia harus sudah mengosongkan Bandung Selatan tanggal 24 Maret 1946 sebelum pukul 24.00 inilah awal dari peristiwa Bandung Lautan Api.Dampak Peristiwa Bandung Lautan ApiDampak terhadap Rakyat Indonesia :Peristiwa Bandung Lautan Api ini memberikan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat Bandung, karena kerusakan infrastruktur yang terjadi akibat peristiwa itu. Oleh karena rumah rakyat sipil juga terbakar sehingga menyebabkan kerugian bagi rakyat.

Dampak terhadap Sekutu :Dampak yang ditimbulkan oleh aksi bumi hangus dari para pahlawan itu terhadap gerak ofensif sekutu sama sekali bukanlah rintangan. Gerak ofensif sekutu yang membangun basis disekitar Bandung Utara tidaklah mendapat hambatan dari bangunan-bangunan yang dibakar. Karena sudah sejak sebelumnya sekutu memang berencana menggempur daerah Bandung sebelah selatan yang merupakan basis Tentara Republik Indonesia. Dan sekutu tidak banyak dirugikan atas aksi pembakaran tersebut. Selain itu pula, bangunan-bangunan besar buatan masa kolonial dengan tembok dan struktur bangunannnya yang kokoh yang dicoba untuk diledakan dengan peledak buatan lokal oleh pihak TRI ternyata tidak menghasilkan kerusakan yang berarti. Dalam beberapa pekan kemudian bangunan-bangunan itu sudah bisa dipergunakan kembali.Selain itu,NICA Belanda berhasil menguasai Jawa Barat sepenuhnya melalui Perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang menekan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan Jawa barat dari seluruh pasukan tentara Indonesia, menyusul kegagalan agresi militer 20 Juli 4 Agustus 1947. NICA melanggar`gencatan senjata dan terus menggempur basis pertahanan tentara Indonesia hingga Januari 1948. Pasukan Indonesia (Divisi Sliwangi) terpaksa hijrah ke Jawa Tengah pada`tanggal 1 22 Pebruari 1948.

Pertempuran SurabayaPertempuran Surabayamerupakan peristiwasejarahperangantara pihak tentaraIndonesiadan pasukanBelanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal10 November1945diKota Surabaya,Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelahProklamasi Kemerdekaan Indonesiadan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarahRevolusi Nasional Indonesiayang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.Kronologi penyebab peristiwaTanggal1 Maret1942,tentaraJepangmendarat diPulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal8 Maret1942, pemerintah kolonialBelandamenyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkanPerjanjian Kalijati. Setelah penyerahan tanpa syarat tesebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang. Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannyabom atom(oleh Amerika Serikat) diHiroshimadanNagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulanAgustus1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut,Soekarnokemudian memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal17 Agustus1945. Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal15 September1945, tentaraInggrismendarat diJakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal25 Oktober1945. TentaraInggrisdatang ke Indonesia tergabung dalamAFNEI(Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahanHindia Belanda.NICA(Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, SurabayaSetelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal31 Agustus1945yang menetapkan bahwa mulai1 September1945bendera nasionalSang Saka Merah Putihdikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera diYamato Hoteru/Hotel Yamato(bernamaOranje HotelatauHotel Oranyepada zaman kolonial, sekarang bernamaHotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr.W.V.Ch. Ploegmanpada sore hari tanggal18 September1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkanbendera Belanda(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, ResidenSoedirman, pejuang dandiplomatyang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintahDai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkanpistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersamaKoesno Wibowoberhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagianbirunya, dan mengereknya ke puncaktiang benderakembali sebagai bendera Merah Putih.Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal27 Oktober1945meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya JenderalD.C. Hawthornmeminta bantuan PresidenSukarnountuk meredakan situasi.Kematian Brigadir Jenderal MallabySetelahgencatan senjataantara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal29 Oktober1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir JenderalMallaby, (pimpinan tentara Inggris untukJawa Timur), pada30 Oktober1945sekitar pukul 20.30. MobilBuickyang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewatiJembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakanpistolseorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakangranatyang menyebabkanjenazahMallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby,Mayor JenderalEric Carden Robert Manserghuntuk mengeluarkan ultimatum10 November1945untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA. Tom Driberg, seorang AnggotaParlemen InggrisdariPartai Buruh Inggris(Labour Party). Pada20 Februari1946, dalam perdebatan diParlemen Inggris(House of Commons) meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dantelekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan duasenapan Brendan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby). Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan ... "10 NOVEMBER 1945Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.Inggris kemudian membombardir kota Surabaya denganmeriamdarilautdandarat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor mudaBung Tomoyang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalanganulamaserta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH.Hasyim Asy'ari,KH. Wahab Hasbullahserta kyai-kyaipesantrenlainnya juga mengerahkansantri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara.Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagaiHari PahlawanolehRepublik Indonesiahingga sekarang.

Pertempuran BaliMunculnya puputan Margarana (Pertempuran Bali) sendiri bermula dari Perundingan Linggarjati. Salah satu hasil perundingan Linggarjati membuat rakyat Bali tidak puas adalah tidak masuknya daerah Bali menjadi bagian dari daerah teritorial Indonesia. Linggarjati jadi sangat menguntungkan Belanda. Niat menjadikan bali sebagai Negara Indonesia Timur, Belanda menambah kekuatan militernya untuk menacapkan kuku imprealis lebih dalam di Bali. Pasca Linggarjati sejumlah kapal banyak mendarat di pelabuah lepas pantai Baling. Ini juga barangkali yang menyebabkan meletusnya Puputan Jagarana yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng. Keadaan ini membuat politik dalam negeri sedikit tidak stabil. Sebagian pihak menilai perjanjian Linggarjati merugikan RI. Rakyat bali kecewa karena berhak menjadi bagian dari kesatuan RI. I Gusti Ngurah Rai yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara dibujuk oleh Belanda. Sejumlah tawaran disodorkan untuk membuat Sang Kolonel membentuk Negara Indonesia Timur. Gusti Ngurah Rai yang saat itu berusia 29 tahun lebih memilih Indonesia sebagai Tanah Airnya.Alur Puputan Margarana bermula dari perintah I Gusti Ngurah Rai kepada pasukan Ciung Wanara untuk melucuti persenjata polisi Nica yang menduduki Kota Tabanan. Perintah yang keluar sekitar pertengahan November 1946, baru berhasil mulus dilaksakan tiga hari kemudian. Puluhan senjata lengkap dengan alterinya berhasil direbut oleh pasukan Ciung Wanara. Pasca pelucutan senjata Nica, semua pasukan khusus Gusti Ngurah Rai kembali dengan penuh bangga ke Desa Adeng-Marga. Perebutan sejumlah senjata api pada malam 18 November 1946 telah membakar kemarahan Belanda. Belanda pun menyusun strategi penyerangan. Tampaknya tidak mau kecolongan kedua kalinya, pagi-pagi buta dua hari pasca peristiwa itu (20 November 1946) Belanda mulai mengisolasi Desa Adeng, Marga. Batalion Ciung Wanara pagi itu memang tengah mengadakan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Selain penjagaan, patroli juga untuk melihat sejuah mana aktivitas Belanda. Tidak berselang lama setelah matahari menyinsing (sekitar pukul 09.00-10.00 WIT), pasukan Ciung Wanara baru sadar kalau perjalanan mereka sudah diawasi dan dikepung oleh serdadu Belanda. Melihat kondisi yang cukup mengkhawatirkan ketika itu, pasukan Ciung Wanara memilih untuk bertahanan di sekitar perkebunan di daerah perbukitan Gunung Agung. Tiba-tiba terjadi serangan bruntun mengarah ke pasukan Ciung Wanara. I Gusti Ngurah Rai saat itu memang sudah gerah dengan tindak-tanduk Belanda mengobarkan api perlawanan. Aksi tembak-menembak pun tak terelakkan. Pagi yang tenang seketika berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan sekaligus mendebarkan. Ciung Wanara saat ini memang cukup terkejut, sebab tidak mengira akan terjadi pertempuran hebat semacam itu. Letupan senjata terdengar di segala sisi daerah marga. Pasukan Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda, yang merasa sangatmerasa terhina dengan peristiwa malam itu sangat ambisius dan brutal mengemur Desa Marga dari berbagai arah. Serangan hebat pagi itu tak kunjung membuat Ciung Wanara dan Gusti Ngurah Rai Menyerah. Serangan balik dan terarah membuah Belanda kewalahan.Sederetan pasukan lapis pertama Belanda pun tewas dengan tragis. Strategi perang yang digunakan Gusti Ngurah Rai saat itu tidak begitu jelas. Namun, kobaran semangat juang begitu terasa. Seketika itu, kebun jagung dan palawija berubah menjadi genosida manusia. Ada yang menyebutkan, saat itulah Gusti Ngurah Rai menerapkan puputan, atau prinsip perang habis-habisan hingga nyawa melayang.Demi pemberangusan Desa Marga, Belanda terpaksa meminta semua militer di daerah Bali untuk datang membantu. Belanda juga mengerahkan sejulah jet tempur untuk membom-bardir kota Marga. Perang sengit di Desa Marga berakhir dengan gugurnya Gusti Ngurah Rai dan semua pasukannya. Puputan Margarana menyebabkan sekitar 96 gugur sebagai pahlawan bangsa, sementara di pihak Belanda, lebih kurang sekitar 400 orang tewas. Mengenang perperangan hebat di desa Marga maka didirikan sebuah Tuguh Pahlawan Taman Pujaan Bangsa. Tanggal 20 November 1946 juga dijadikan hari perang Puputan Margarana. Perang ini tercatat sebagai salah satu perang hebat di Pulau Dewata dan Indonesia.

Medan AreaKarena sulitnya komunikasi, proklamasi kemerdekaan baru diumumkan secara resmi di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 oleh Mr. Teuku Muhammad Hasan (Gubernur Sumatera). Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan. Kedatangan pasukan AFNEI ini bersamaan dengan pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR dipindahkan juga ke Pematang Siantar. Demikian dengan para pejuang pemuda yang memindahkan markasnya masing-masing ke luar Kota Medan untuk mengadakan konsolidasi. Pasukan pejuang masih bertempur tanpa adanya kesatuan komando, maupun koordinasi. Lama-lama mereka menyadari kelemahan ini setelah beberapa kali menderita kerugian.Atas perakasa dewan pertahanan daerah, maka diundang para komandan laskar untuk berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10 Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA). Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, laskar-laskar dibebaskan dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya. Rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran pertama Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A resimen laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan batalyon B menuju ke Kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan Barat batalyon 2 resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki Jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei. Perlu diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil menghentikannya.Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946, gencatan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.Tiga hari setelah Inggris meninggalkan Kota Medan, Belanda mulai melanggar gencatan senjata. Di Pulau Brayan pada tanggal 21 November, Belanda merampas harta benda penduduk dan pada hari berikutnya Belanda membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan laskar di Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.Pihak laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika lewat di depan pos Laskar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di front Medan Selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi di Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.Pada tanggal 1 Desember 1946, pasukan kita mulai menembakkan mortir ke sasaran Pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar, Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan dibom. Tentu tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di kota. Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat kemenangan yang dicapai.Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada pimpinan RI agar tembak-menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam kota, terpaksa ditarik mundur.Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa, Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi, disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5 batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15 Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Sayang karena kesalahan komunikasi serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam. Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran tidak berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area. Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di Medan Area berjumlah 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara. Begitu pula membagi Medan atas 4 sektor yang sama, dan dengan demikian mereka langsung berhadapan dengan pasukan kita.

Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan diri dari Medan Area.

Merah Putih ManadoBerita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga sampai ke Manado. Rakyat Manado khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat berita ini. Di sisi lain, pasukan NICA untuk mengamankan kepentingan segera mempersenjatai mantan pasukan KNIL yang menjadi tawananan Jepang. Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih.Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado kepada NICA. Setelah mendapat mandat itu, pasukan NICA segera melakukan penangkapan terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas pasukan KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para pejuang itu membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan pertemuan rahasia untuk mengkoordinasikan kegiatan melawan NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI ditangkap. Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak menyurutkan tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA dimarkas Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan para tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para pejuang merobek warna biru pada Bendera Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai markas NICA di Tomohon dan Tondano. Para pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih sebagai residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke Yogyakarta.KronologiSeptember 1944:Puluhan pembom B-29 Angkatan Udara Sekutu memusnahkan Kota Manado sampai menjadi puing. Banyak penduduk tewas. Tokoh-tokoh nasionalis dicurigai Jepang sebagai mata-mata Sekutu, sebagiannya terdiri dari para raja Sangihe-Talaud, tokoh Tionghoa dan beberapa pejabat polisi dan pamong praja yang menjalankan hukuman mati.Tentara Sekutu di bawah Jendral Mac Arthur menduduki Morotai dan menyerang kubu-kubu pertahanan Jepang di Sulawesi Utara lalu beralih dan menduduki pada 10 Oktober pulau Leyte di Filipina.September 1945Pemuda Sulawesi Utara membentuk Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI) sementara NICA-Belanda di bawah perlindungan Sekutu menduduki kembali Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Utara, dan segera berusaha memulihkan kekuasaannya dari masa Hindia-Belanda tetapi terlibat clash dengan pasukan pemuda BPNI.NICA telah membentuk kembali LOI (organisasi pusat ketentaraan) sebesar 8 kompi yang terdiri dari tentara KNIL bekas pasukan Sekutu dengan menerima juga bekas Heiho-Jepang dan pensiunan militer (reserve corps).Sesuai misi dari Ratulangi pasukan NICA ini harus disusupi oleh para pemuda pejuang militer untuk kemudian dibantu oleh pemuda (BPNI) mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Hal ini terlaksana sehingga di asrama militer di Teling-Manado dibentuk suatu organisasi gelap yang sangat rahasia oleh Freddy Lumanauw dan Wangko Sumanti yang dinamakan mereka: Pasukan Tubruk.Januari 1946: Akhir Desember 1945, seluruh pasukan Sekutu (Australia) meninggalkan Manado dan tugas Sekutu diserahkan kepada NICA-KNIL di bawah pimpinan Tentara Inggris yang berpusat di Makassar. BPNI melihat kesempatan ini dan pemimpinnya, John Rahasia dan Wim Pangalila, merancangkan suatu pemberontakan pemuda yang akan dibantu oleh Freddy Lumanauw dari Pasukan Tubruk di Teling.Bagian NEFIS-Belanda mulai mencurigai Lumanauw dan Pakasi yang kedapatan telah disusupkan oleh Dr Ratulangi dari Jakarta ke dalam KNIL. Mereka berdua dimasukkan dalam penjara di Manado oleh oditur militer Schravendijk dan akan diproses untuk diadili.14 Februari 1946 Khusus Kompi-VII bekas Pasukan Sekutu yang terkenal pemberani dan menjadi tumpuan harapan pimpinan KNIL tidak diduga Belanda telah dapat dipengaruhi, bahkan komandan peleton I Kopral Mambi Runtukahu telah ditunjuk oleh Taulu dan Wuisan untuk memulaikan aksi penyergapan pos-pos di markas garnisun Teling-Manado tepat nanti pada jam satu tengah malam. Dan menangkap semua tentara Belanda, mulai dengan komandan garnisun Kapten Blom, komandan Kompi-VII Carlier, CPM dan seterusnya di Kota Manado. Hal ini telah berlangsung sesuai rencana rahasia dari Taulu-Wuisan.Tidak ada perlawanan, karena semua tentara Indonesia yang tidak termasuk Pasukan Tubruk hanya menganggap bahwa pemberontakan militer ini hanya perlu untuk menuntut keadilan serta perbaikan nasib dan jaminan yang sama bagi tentara Indonesia. Ketiga pimpinan Taulu, Wuisan dan Lumanauw dibebaskan dari tahanan dan semua tentara Belanda ditampung sementara oleh Kopral Wim Tamburian dalam satu gedung di Teling. Keluarga mereka di berbagai kompleks militer tidak diapa-apakan tetapi mereka semua akhirnya dikumpulkan di Sario.Kaum nasionalis yang ditangkap NICA karena dituduh kolaborator Jepang seperti Nani Wartabone, OH Pantouw, Geda Dauhan, yang berada di penjara termasuk pimpinan pemuda BPNI, John Rahasia dan Chris Ponto yang berniat memberontak pada Januari yang lalu, semuanya dibebaskan oleh aksi militer Kompi-VII. Frans Bisman dan Freddy Lumanauw berangkat dengan dua peleton pada pagi hari ke markas besar KNIL di Tomohon untuk menangkap komandan KNIL De Vries dan Residen NICA Koomans de Ruyter. Kemudian satu regu pemberontak militer dari Manado menuju ke Girian-Tonsea untuk menahan Letnan Van Emden, komandan kompi yang menjaga kamp tawanan Jepang. Mula-mula mereka alami kesulitan tetapi Kumaunang dapat menangkapnya dengan cepat.

Provokasi Belanda di Luar NegeriLima puluh tahun lalu, tepatnya tanggal 14 Februari 1946, jam 01.00. Sejumlah tentara KNIL yang setia kepada Republik Indonesia di tangsi militer Teling Manado bangun dari tidur, bergerak menuju lokasi sasaran di dalam tangsi dengan formasi huruf "L". Mereka melucuti senjata semua pimpinan militer Belanda di tangsi itu dan memasukkannya ke sel sebagai tahanan. Peristiwa itu berlanjut dengan pengibaran sang saka Merah Putih di tangsi yang terkenal angker karena pasukan yang menempati kompleks milter itu dikenal sebagai pasukan pemberani andalan Belanda. Para pejuang itu merobek warna biru bendera Kerajaan Belanda, menyisakan dwi warna Merah Putih dan mengibarkannya di tangsi itu. Siangnya, pasukan pejuang republik menangkap Komandan KNIL Sulawesi Utara Letkol de Vries dan Residen Coomans de Ruyter beserta seluruh anggota NICA. Sehari kemudian, para pejuang menaklukkan kamp tahanan Jepang yang berkekuatan 8.000 serdadu. Peristiwa ini diberitakan berulang-ulang melalui siaran radio dan telegrafi oleh Dinas Penghubung Militer di Manado, ditangkap dan diteruskan oleh kapal perang Australia SS "Luna" ke Allied Head Quarters di Brisbane. Selanjutnya Radio Australia menjadikannya sebagai berita utama dan ikut disebar-luaskan oleh BBC-London dan Radio San Fransisco Amerika Serikat.Bagi Belanda, perebutan tangsi militer Teling dan penurunan bendera merah putih biru digantikan Sang Saka Merah Putih oleh kalangan pejuang Indonesia merupakan pukulan telak. Bahkan kekalahan militernya di Manado secara otomatis melumpuhkan provokasinya di luar negeri bahwa perjuangan kemerdekaan di Indonesia cuma terbatas di pulau Jawa.Belanda gagal memanfaatkan mitos persahabatan Belanda-Minahasa yang dikenal dengan Verbond Minahasa - Nederland (10 Januari 1679) sebagai senjata untuk meninabobokkan warga Minahasa. Sebab, bagi putra-putri Indonesia di tanah Minahasa, persatuan dan kesatuan dalam kemerdekaan Indonesia tidak bisa ditawar-tawar.Semangat perjuangan nasional di tanah Minahasa seperti ditulis Ben Wowor dalam buku Sulawesi Utara Bergolak juga termotivasi surat rahasia yang dikirimkan Pahlawan Nasional DR GSSJ Ratulangi yang menegaskan, agar pemimpin rakyat menjauhkan diri dari pikiran dan tindakan provinsialistis dan hendaknya menggabungkan diri ke dalam satu perjuangan kemerdekaan Indonesia.Tekat menaklukkan tangsi militer Teling yang juga markas Garnisun Manado dicetuskan tanggal 13 Februari 1946, tepatnya jam 18.00 di kantin tangsi itu seusai apel sore oleh sekelompok prajurit pemberani dipimpin Wakil Komandan Regu I Kompi VII Mambi Runtukahu.Padahal ketika itu, di depan kantin sedang berkumpul sejumlah anggota peleton CPM, namun tidak ada yang berani mendekat karena mengetahui anggota-anggota yang berkumpul di kantin adalah anggota-anggota Kompi VII yang dikenal sebagai kompi macan, kompi pemberani.Pada jam 21.30, saat apel malam, kelompok pencinta RI itu mulai mempersiapkan diri. Kelompok itu terdiri dari Wakil Komandan Regu I Mambi Runtukahu, Wadanru II Gerson Andris, Wadanru III Mas Sitam, Komandan Verkenner Jus Kotambunan, Anggota Regu IV Lengkong Item dan Verkenner Wehantouw.Sekitar pukul 24.00, Sersan Piket Sutarkun menginformasikan agar seluruh anggota yang masih di berbincang di luar asrama masuk tidur karena Komandan Kompi VII Letnan Carlier dan Komandan Peleton Serma Wijszer akan mengadakan pemeriksaan malam. Di dalam asrama, kedua tentara Belanda itu menemukan, seluruh anggota Kompi VII sudah lelap tidur.Tepat pukul 00.30 (14 Februari), seluruh anggota kelompok yang mempersiapkan aksi militer itu memeriksa persiapan akhir. Pukul 00.45, kembali seluruh anggota aksi berkumpul dan menyatukan tekad, masing-masing menyatakan siap mempertaruhkan nyawa bagi RI.Tepat pukul 01.00, di saat sepi dan tenang, pergerakan dimulai. Pasukan menuju tangsi putih dalam formasi huruf "L". Sebagian pasukan dipimpin Runtukahu dan Kotambunan keluar dari pintu kiri, sedangkan Andris dan Sitam memimpin pasukan keluar dari pintu kanan.Mereka muncul satu demi satu di depan pos jaga dengan senjata terkokang tanpa peluru sebab siangnya seluruh peluru milik anggota yang dicurigai telah disita petugas atas perintah atasannya. Pasukan Runtukahu menaklukkan pos jaga dan sekaligus membebaskan CH Taulu dan Wuisan, dua pemimpin aksi yang ditangkap beberapa hari sebelumnya.Di tangsi putih, para pejuang yang terdiri dari Kotambunan, Sitam dan Lantu menangkap Komandan Peleton I Wijszer dan Komandan Kompi Carlier serta Komandan CPM Belanda. Dalam perjalanan menuju tangsi hitam, pasukan pejuang dihadang peleton KNIL yang setia kepada Belanda, tetapi dengan kemahiran menyerbu, pasukan pro Belanda itu berhasil ditaklukkan. Pasukan pejuang lalu menguasai seluruh tangsi militer Teling dan berhasil menangkap seluruh pimpinan militer yang tinggal di luar tangsi. Mereka juga berhasil membebaskan teman-temannya yang sempat ditahan di penjara Manado, seperti Freddy Lumanauw dan Pakasi. Pukul 03.00, sementara aksi berlangsung, Wangko Sumanti memerintahkan perobekan helai biru dari bendera Belanda dan menyerahkan kepada Mambi Runtukahu yang selanjutnya bertindak sebagai inspektur upacara penaikan Sang Saka Merah Putih.Setelah menguasai Manado, pasukan pejuang dipimpin Freddy Lumanauw dan Bisman menuju Tomohon, mengendarai dua mobil jeep dan dua truk. Di Tomohon, mereka dihadang seorang serdadu Belanda dengan sejumlah tembakan. Alo Porawouw tertembak dan tewas, sedangkan Freddy Lumanauw yang duduk di sampingnya berhasil lolos, lalu bersama pasukan Bisman menaklukkan serdadu Belanda itu.Komandan Polisi Samsuri yang menjadi penghubung antara Pasukan Bisman dan Komandan KNIL De Vries menyampaikan ultimatum dari Bisman agar De Vries menyerah. Dengan dua tangan terangkat ke atas, Samsuri berjalan sepanjang 200 meter menuju markas De Vries.Kepada Komandan KNIL Sulut De Vries, Samsuri menjelaskan, pasukan pejuang siap menerkamnya bila tidak segera menyerahkan diri. Untuk meyakinan De Vries, Sigar Rombot, anggota pasukan pejuang juga menjelaskan kepada De Vries, bahwa melawan kehendak para pejuang sama saja dengan mati konyol. De Vries akhirnya berhasil diyakinkan dan menyerah.Sejak itu, seluruh kantor instansi pemerintah menurunkan di tanah Minahasa bendera Belanda menggantikannya dengan Merah Putih.Sulawesi Utara dalam rangka mempertahankan Kemerdekaan RI yang diproklamirkan Ir Soekarno dan Mohammad Hatta; (2) Rakyat diminta membantu sepenuhnya perjuangan itu; (3) Kepada pejuang untuk mengambil alih pemerintahan Belanda; (4) Keamanan di seluruh Sulut dijamin Tentara RI Sulawesi Utara; (5) Kantor-kantor pemerintahan harus bekerja seperti biasa; (6) Kegiatan ekonomi harus tetap jalan seperti biasa (pasar-pasar, toko-toko, sekolah-sekolah). Bila ada pasar atau toko tidak buka akan disita; (7) Barangsiapa yang berani melakukan pengacauan berupa penganiayaaan, penculikan, perampokan, pembunuhan dan sebagai akan segera dihukum mati di muka umum.15 Februari 1946 Komandan KNIL De Vries yang tertawan dihadapkan oleh Kaseger kepada Taulu dan Wuisan untuk memperoleh kesepakatan dalam menyelesaikan perselisihan mereka. De Vries bertanya apakah kup militer ini dapat menjamin kelangsungan hidup dan keamanan 8 kompi tentara dan 8000. Tawanan Jepang tanpa bantuan suplai Belanda atau Sekutu atau dari manapun? Pada saat itu sebenarnya Taulu sudah harus menyerah tetapi ia katakan bahwa kup militer ini: kami bersama pemuda sedang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan ini kami pertahankan. Kaseger hanya membiarkan Taulu dan Wuisan tetap pada pendirian mereka tetapi ia juga tidak memihak pada De Vries, apalagi pemuda BPNI telah menguasai situasi dan membantu pemberontakan. Di seluruh daerah Minahasa mulai dikibarkan bendera Merah-Putih dan semua pamong praja ditertibkan dalam alam pemerintahan baru yang merdeka.23 dan 24 Februari 1946 Pimpinan Sekutu dari Makassar datang berunding di Manado di atas kapal El Libertador, dipimpin oleh kepala perutusannya, Letkol Purcell didampingi pimpinan NICA-Belanda dan Panglima KNIL Kol Giebel. Perutusan Pemerintah Merah-Putih dipimpin oleh BW Lapian didampingi komandan Ch Taulu, Pemuda PPI dan anggota stafnya.Tuntutan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan NICA atau meneruskan perundingan di Makassar setelah ditolak oleh pihak Indonesia, masih diberi kesempatan untuk mendengar keputusan akhir dari rakyat pada esok harinya yang diselenggarakan di Tomohon.Rapat rakyat ini dihadiri oleh semua tokoh nasionalis, pemuda dan para wakil dari daerah-daerah Sulut yang akhirnya juga menolak pemulihan kekuasaan Belanda di daerah ini.Maka keputusan Sekutu yang disampaikan oleh wakilnya Purcell menyatakan mulai saat itu Kekuasaan daerah setempat berada dalam status perang dengan Sekutu, namun meminta supaya seluruh warga Belanda dievakuasi ke Morotai dan kamp tawanan Jepang tetap dijaga atas nama Sekutu. Delegasi Indonesia menerima pernyataan perang dan permintaan Sekutu tersebut.Kapal El Libertador selama dua hari mengangkut semua warga Belanda di Manado-Minahasa ke pangkalan Sekutu di Morotai, lalu delegasi Sekutu itu kembali ke Makassar.Tindakan Sekutu-Belanda selanjutnya ialah meletakkan blokade di sekitar perairan Sulawesi Utara dan melakukan embargo terhadap suplai kebutuhan bahan dan makanan yang datang dari luar daerah ini.10 Maret 1946Setelah 24 hari mengalami blokade Sekutu, rakyat di daerah Minahasa mulai gelisah dan kaum militer yang ikut memberontak untuk tujuan perbaikan nasib beralih sikap dan mulai menentang pimpinan TRISU. Kapten Kaseger menyiapkan suatu kontra aksi dari kalangan militer dan menunggu saatnya untuk menggulingkan pemerintah merdeka Merah-Putih Lapian-Taulu, sedangkan PPI masih menuntut supaya para anggotanya dipersenjatai. Ternyata semua senjata dari tentara Jepang setelah dikumpulkan Sekutu yang segera dibuang ke dasar laut sedang TRISU tidak dapat meluluskan senjata yang dipegang oleh anggota pasukannya untuk diserahkan atau dibagikan kepada PPI.Akhirnya pasukan-pasukan pengikut Taulu-Wuisan berbalik memihak kepada Kaseger yang sedang memulihkan kekuasaan KNIL kembali ke tangan Belanda. Kaseger dibantu oleh kapal perang Belanda HMS Piet Hein yang bersama kapal perang HMS Evertsen sedang mengangkut pasukan KL Divisi 7-Desember dari negeri Belanda untuk disebarkan di Indonesia.Mula-mula Gorontalo diduduki oleh tentara marinir Belanda dari kapal perang HMS Piet Hein, kemudian pasukan-pasukan yang pernah ikut pemberontakan Taulu di Teling berbalik mulai menyerang pimpinan TRISU di Manado, Tomohon, dan Girian. Pemberontak dan pejuang utama Mambi Runtukahu tewas dalam pertempuran di Girian. Pada pagi tanggal 10 Maret itu juga pimpinan TRISU ditangkap di Teling dan pasukan Kaseger beranjak mematahkan seluruh pertahanan pemuda PPI di Manado san selanjutnya yang giat di Tomohon dan Kakas, kemudian pada 16 Maret markas PPI dan seluruh pimpinannya di Tondano ditangkap Kaseger dan dimasukkan dalam penjara Manado.Tentara Belanda KL diturunkan ke darat membantu pasukan kapten KNIL Kaseger untuk memulihkan kekuasaan Belanda di Sulawesi Utara. Sebaliknya para anggota pucuk pimpinan Merah-Putih ditahan dan dikurung di kapal Piet Hein. Juga pasukan KNIL pimpinan Kaseger yang tadinya melatih para pemuda PPI memegang senjata menyebar ke daerah Minahasa dan menangkap semua pimpinan pemuda PPI itu yang menyerah tanpa ada perlawanan.Kecuali No Korompis dan pasukan pemuda yang masih bertahan di perbukitan Tonsaru dan Paleloan. Begitupun hulubalang PPI John Rahasia yang tidak mau menyerahkan diri dan lari dengan perahu untuk bergabung dengan perjuangan di Sulawesi Selatan.Para warga Belanda yang dievakuasi ke Morotai dipulangkan kembali ke Manado yang telah dikuasai dan dipulihkan kembali oleh NICA. Semua pemimpin pemberontakan militer dan pemuda ditangkap dan dipenjarakan. Mereka yang diadili oleh mahkamah militer Belanda dijatuhkan hukuman sampai 20 tahun. Anggota militer No Korompis dan Freddy Lumanauw dijatuhkan hukuman penjara 20 dan 15 tahun sedang yang lainnya dari Pasukan Tubruk dan para tokoh nasionalis dan pemuda kurang dari 10 tahun. Mereka semua dipindahkan ke penjara Bandung, Jakarta dan Nusa Kembangan, di antara mereka tokoh sipil: BW Lapian, Nani Wartabone, Kusno DP, ED Johannes, John Rahasia, Wim Pangalila, Mat Canon, John Malonda, W Saerang. Mereka semua dibebaskan setelah tercapai persetujuan KMB.Demikian sekilas kronologi fakta perjuangan Merah-Putih untuk kemerdekaan Indonesia pada 1946 di Sulawesi Utara. Setelah berakhir kekuasaan de facto kemerdekaan pada 10 Maret 1946, perjuangan revolusi dilanjutkan dengan berbagai gerakan politik atau perjuangan di bawah tanah selama masa kekuasaan NIT-NICA sampai tercapainya persetujuan KMB di Den Haag-Belanda pada akhir 1949.Dampak peristiwa Merah Putih ManadoDi Sulawesi Utara peristiwa Merah-Putih 14 Februari 1946 masih dikenangkan, namun arti dan nilai peristiwa terlupakan. Dampaknya tidak ada lagi sekarang. Waktu Presiden Soekarno memaklumkan pada peringatannya 10 Maret 1965 di Istana bahwa Hari 14 Februari adalah hari Sulawesi Utara (1) sejarah dunia membenarkan ucapan Bung Karno ini dan, (2) sejarah perjuangan Indonesia mensyukurinya. Berturut-turut radio-radio Australia, San Franscisco dan BBC London dan Harian Merdeka di Jakarta menyiarkan tentang Pemberontakan Besar di Minahasa. Dampak peristiwa ini pada tentara Sekutu (AS-Inggris-Belanda) menggemparkan. Bagi tentara AS yang sudah payah dan ingin pulang ke tanah airnya, masih harus mendeportasi 8000 tawanan tentara Jepang di Girian. Apa akan jadi kalau mereka dilepaskan dan bergabung dengan pasukan PPI-Merah Putih? Mereka belum lupa bahwa di Pulau Okinawa 1500 tentara AS menjadi korban menghadapi tentara Nippon yang juga bertempur habis karena hara kiri. Tentara Inggris di Makassar (South East-Asia Command Outer Islands) masih trauma karena Jenderal Mallaby terbunuh pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.Tentara Belanda yang menjadikan Minahasa sebagai basisnya yang kuat untuk menyerang Republik Indonesia yang berpusat di Yogya, malah harus menyerahkan diri kepada TRISU-Taulu di Teling. Peristiwa 14 Februari 1946 di Manado tercatat dalam sejarah dunia, karena wakil Sekutu-Inggris di Makassar Col Purcell menyatakan pada 24 Februari 1946 di Teling-Manado bahwa pada hari ini tentara Sekutu menyatakan perang dengan kekuasaan Sulawesi-Utara (Lapian-Taulu). Sulawesi Utara sudah dianggapnya suatu negara merdeka yang memiliki wilayah, pemerintah, tentara dan rakyatnya sendiri secara utuh dari 14 Februari tetapi akhirnya menyerah kalah pada 11 Maret 1946.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanAgresi Militer Belanda I yang diawali dengan kedatangan NICA ke Indonesia dengan cara membonceng pasukan sekutu, merupakan upaya Belanda untuk menguasai Republik Indonesia. Berbagai upaya termasuk provokasi dilakukan agar dapat kembali berkuasa. Usaha untuk memperoleh kemenangan selain dengan provokasi dilakukan dengan serangan-serangan yang mendadak, sebagai tentara Indonesia tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perlawanan. Pengakuan Belanda kepada Republik Indonesia secara detail dituangkan dengan Perjanjian Linggarjati, namun pada pelaksanaannya terjadi perbedaan penafsiran.Perbedaan penafsiran terhadap perjanjian Linggarjati, menjadikan Belanda melakukan penyerangan kembali. Kondisi ini membuat keprihatinan dunia internasional. Pelanggaran yang dilakukan belanda ini mendapat simpati dari luar negeri termasuk PBB yang akhirnya mengeluarkan resolusi-resolusi. Perjuangan datri para pahlawan serta dukungan internasional yang mampu melepaskan Indonesia dari agresi Belanda tersebut.Penyelesaian demi penyelesaian lewat perjuangan militer dan diplomasi yang kuat, maka Pemerintah Republik Indonesia berhasil mempertahankan diriAgresi militer merupakan bentuk rill bahwa Belanda melanggar perjanjian Internasional (Linggajati). Dalam agresi ini nelanda mencoba menguasai kotakota pelabuhan dan kota perkebunan yang dianggap penting bagi Indonesia. Agresi Belanda dilakukan untuk mengambil alih Indonesia serta Sumber Daya Alamnya, tetapi konsekuensinya Belanda akan banyak mendapat perlawanan dari berbagai kubu.

Daftar Pustaka

Hasan, Yunani. 2004. Sejarah Nasional Indonesia V. Palembang: FKIPUniversitas Sriwijaya.Badrika, I Wayan. 2006. SEJARAH Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : ERLANGGANasution, AH. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 9, Dsjarah-AD, Bandung: Angkasa.O. E. Engelen, dkk. 1997. Lahirnya Satu Bangsa dan Negara. Yogyakarta:Universitas Indonesia.Poesponegoro. Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.Jakarta: Balai Pustaka.Ricklefs, M. C. 2007. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.http://laksmitabloggers.blogspot.com/2012/01/agresi-militer-belanda-i.htmlhttp://komunitaspecintasejarah.blogspot.com/2012/01/agresi-militer-belanda-i-dan-ii.htmlhttp://kalender-peristiwa.blogspot.com/2013/03/peristiwa-bla-bandung-lautan-api.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandung_Lautan_Apihttp://www.asal-usul.com/2009/03/sejarah-bandung-lautan-api.htmlhttp://pertempurandijawabarat.blogspot.com/http://nakashimamiyako.blogspot.com/2012/03/bandung-lautan-api.htmlhttp://ujpunj2012.blogspot.com/2012/12/sejarah-pertempuran-surabaya-10.htmlhttp://jagoips.wordpress.com/2013/02/12/usaha-perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan-indonesia/http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_10_Novemberhttp://www.youtube.comhttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=17&cad=rja&ved=0CGEQFjAGOAo&url=http%3A%2F%2Fejournal.ikip-veteran.ac.idhttp://sitoebondotempodoeloe.blogspot.com/2009/08/blog-post_06.htmlhttp://ayupamungkas.wordpress.com/2012/02/18/peristiwa-merah-putih-di-manado/