hubungan antara konformitas dan perilaku ......perilaku agresi pada komunitas punk di kota...

34
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF PADA KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO OLEH STEFFAN TEJO PRAKOSO 802012123 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF

PADA KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO

OLEH

STEFFAN TEJO PRAKOSO

802012123

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Steffan Tejo Prakoso

NIM : 802012123

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya

ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF PADA

KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, M.S.

Dibuat di: Salatiga

Pada tanggal: 31 Mei 2016

Yang menyatakan,

Steffan Tejo Prakoso

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Steffan Tejo Prakoso

NIM : 802012123

Program studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF PADA

KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO

Yang dibimbing oleh:

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, M.S.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 31 Mei 2016

Yang memberi pernyataan,

Steffan Tejo Prakoso

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF PADA

KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO

Oleh

Steffan Tejo Prakoso

802012123

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 31 Mei 2016

Oleh

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, M.S.

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Disahkan oleh,

Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESIF

PADA KOMUNITAS ANAK PUNK DI MOJOKERTO

Steffan Tejo Prakoso

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas

dengan perilaku agresi pada komunitas punk di kota Mojokerto. Sampel

penelitian adalah anggota komunitas punk yang tersebar di beberapa daerah di

kota Mojokerto, yang berjumlah 35 orang terdiri dari 32 laki-laki dan 3

perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh.

Data penelitian diambil menggunakan skala Aggression Quessionaire (AQ) untuk

variabel agresivitas, terdiri dari 29 item dan 21 item yang dinyatakan lolos seleksi

daya diskriminasi item dengan koefisien alpha cronbach 0,836 dan skala

konformitas mengadaptasi dari Fauziah (2014) terdiri dari 19 item dan 11 item yang

dinyatakan lolos seleksi daya diskriminasi item koefisien alpha cronbach 0,8008.

Metode pengumpulan data dalam penelitian skala ini menggunakan skala model

Likert dan analisis statistiknya menggunakan SPSS versi 17.0. Metode

penelitian menggunakan metode kuantitatif korelasional. Data dianalisis dengan

menggunakan korelasi Pearson product moment, didapat koefesien korelasi (r)

sebesar 0,295 dengan nilai signifikansi 0,043 (p < 0,05). Hasil uji korelasi tersebut

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas dengan

perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi

konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya makin rendah

konformitas maka semakin rendah perilaku agresif yang ditimbulkan.

Kata kunci: konformitas, perilaku agresi, komunitas punk

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

ii

Abstract

This study was aimed to determine relation between conformity and

aggressive behavior of the punk communities in Mojokerto. The samples of this study

were 35 members of punk communities who spread across several regions in

Mojokerto, consist of 32 men and 3 women. The sampling technique which is used in

this study is saturated sampling. The data were taken using a scale of Aggression

Quessionaire (AQ) for variable aggressiveness, consists of 29 items and 21 items

that passed the selection southwest discrimination item with a Cronbach alpha

coefficient 0,836 and conformity scale adapted from Syifah Fauziah consists of 19

items and 11 items that otherwise qualify the selection item discrimination power

Cronbach alpha coefficient of 0.8008. This scale uses a Likert scale models and

statistical analysis using SPSS version 17.0. Research method in this study was using

quantitative correlation method. Data was analyzed by Pearson’s correlation

product moment, obtained correlation coefficient (r) of 0,295 with a significance

level of 0,043 (p < 0,05). The result was indicated that there was significant

correlation between conformity and aggressive behavior of the punk communities in

Mojokerto, as the higher the conformity, the higher aggresive behavior posed

conversely. As the lower the conformity, the lower aggresive behavior posed too.

Keywords: conformity, aggressive behavior, punk community

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

1

PENDAHULUAN

Di Indonesia sangatlah mudah kita menjumpai anak jalanan terutama di kota-

kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Malang dan di kota-kota kecil sangatlah banyak

anak jalanan. Mereka biasa berada di lampu merah, tempat umum, halte bis, stasiun

dan juga terminal. Anak jalanan menurut Rahmad (dalam Khoirunnisa, 2012)

dibedakan menjadi dua macam, pertama yaitu anak yang punya keluarga dan tempat

tinggal. Mereka biasanya menjadi pedagang asongan, pengamen, pengemis dan

menjadi anak punk.

Generasi muda yang tergabung dalam komunitas punk merasa menemukan

konsep dan pemikiran mereka terhadap gaya unik dan khas yang ditonjolkan oleh

punk. Komunitas punk di Indonesia sangat diwarnai oleh budaya dari barat atau

Amerika dan Eropa. Biasanya perilaku mereka terlihat dari gaya busana yang mereka

kenakan seperti sepatu boots, potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau

dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, rantai dan

spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial,

kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak

yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut

sebagai punker (Marshall, 2005).

Masuknya Punk ke Indonesia tidak lepas dari pemberitaan media yang terlalu

berlebihan tentang adanya suatu komunitas yang sedang tren. Di Indonesia kultur

punk dikenalkan pertama kali sebagai bentuk musikal dan fashion statement. Kultur

punk telah hadir tanpa substansi sejak awal.

Menurut Kamus Besar, punk merupakan pemuda yang ikut gerakan

menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakannya lewat musik, gaya

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

2

berpakaian, dan gaya rambut yang khas. Punk dapat dikategorikan sebagai bagian

dari kesenian. Komunitas punk banyak diminati dikalangan remaja. Pada sebagian

orang menganggap komunitas tersebut negatif. Hal ini disebabkan gaya penampilan

mereka yang nyeleneh ataupun perilaku agresif mereka yang nampak pada suatu

waktu tertentu.

Kasus kriminal yang melibatkan anggota komunitas punk sebagai pelaku

maupun korban di Indonesia dirasa cukup banyak. Dalam kasus pembunuhan

terhadap seorang pengamen yang dilakukan oleh 6 anak punk dikarenakan mereka

tidak ingin lahan mereka mengamen dikuasai orang lain. Di Pekanbaru 20 anggota

punk mengeroyok anggota TNI dan warga karena tidak terima ditegur setelah mereka

melakukan pesta minuman keras. Di kota Mojokerto kasus anak punk ini cukup

marak dan sering terjadi seperti saat mereka mengamen di lampu merah apabila

mereka tidak diberi uang oleh pengendara seirngkali mereka mengeluarkan kata-kata

kotor terhadap pengendara dan kepada pengendara mobil mereka akan mencoret

mobil tersebut menggunakan batu atau paku.

Hal ini menyebabkan warga merasa risih dengan keberadaan mereka, seperti

yang diberitakan oleh radio Maja FM pada hari Selasa tanggal 26 Febuari 2013

memuat bahwa satpol PP mengamankan anak punk yang dilaporkan warga sekitar

karena mereka berperilaku merasahkan di lampu merah dan warga yang melintas

merasa risih dengan keberadaan mereka. Perilaku agresi yang ditunjukkan berupa

agresi verbal seperti mengeluarkan kata-kata kotor dan agresi non-verbal seperti

mencoret mobil.

Pada usia remaja, tingkat emosionalnya masih labil. Sarwono (dalam Lesmana

& Budiani, 2013), menyatakan bahwa masa remaja dikenal sebagai masa yang

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

3

penuh kesukaran, karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-

kanak menuju ke masa dewasa. Santrock (2012) membagi masa remaja di mulai dari

usia 10 tahun hingga 13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Pada

masa transisi menuju dewasa, remaja juga memiliki tugas untuk menemukan

identitas dirinya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Erikson (dalam Lesmana &

Budiani, 2013) yang menyebutkan bahwa tugas terpenting bagi remaja adalah

mencapai identitas diri yang lebih mantap melalui pencarian dan eksplorasi terhadap

diri dan lingkungan sosialnya. Dalam proses pencarian identitas diri diperlukan

pengasuhan dari orang tua ataupun keluarga di dalam mengarahkan remaja dalam

menemukan identitas dirinya. Sehingga mereka mudah terpengaruh oleh keadaan-

keadaan di sekitar dan memicu terjadinya perilaku agresif.

Sebuah definisi klasik diusulkan oleh Buss (dalam Krahé, 2005).

Mengkarakterisasikan agresi sebagai sebuah respons yang mengantarkan stimulus

‟beracun‟ kepada mahluk hidup lain. Dalam arti tertentu, ternyata definisi yang

behavioristis ini dianggap terlalu luas, karena mencakup banyak bentuk perilaku

yang seharusnya tidak dapat digolongkan sebagai agresi. Tetapi dalam arti lain,

definisi ini terlalu sempit karena mengesampingkan semua proses nonperilaku,

seperti pikiran dan perasaan.

Menurut Buss (dalam Krahé, 2005), agresi manusia tidak muncul sebagai

adaptasi khusus untuk menangani masalah tertentu tetapi muncul sebagai sebuah

adaptasi untuk menangani sejumlah masalah yang berkaitan untuk kelangsungan

hidup manusia. Agar perilaku seseorang memenuhi kualifikasi agresi, perilaku itu

harus dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap targetnya dan

sebaliknya, menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan menghasilkan sesuatu.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

4

Spesifikasi ini mengesampingkan perilaku yang mengakibatkan sakit atau cedera

yang terjadi di luar kehendak, misalnya yang terjadi secara kebetulan atau akibat

kecerobohan atau akibat ketidakcocokan. Sebaliknya, spesifikasi ini memasukkan

perilaku-perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain tetapi, keperluan

alasan tertentu, tidak menimbulkan akibat-akibat yang dikehendaki: tembakan yang

meleset dari targetnya dianggap mewakili sebuah tindakan agresif, bahkan meskipun

tak sehelai rambut pun terlepas dari kepala si target.

Menurut Baron dan Byrne (2005), agresivitas adalah tingkah laku yang

diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari

perilaku semacam itu.

Menurut Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada 4 dimensi agresi

yang biasa dilakukan individu yaitu: Agresi fisik adalah agresi yang dilakukan untuk

melukai seseorang secara fisik, seperti melukai sesorang secara fisik. Agresi verbal

adalah komponen perilaku motorik seperti : menyakiti dan melukai orang lain

melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak. Agresi marah.emosi atau

afektif yaitu perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau cidera fisik maupun

psikis yang diderita seseorang. Misalnya kesal, hilang kesadaran, dan tidak mampu

mengontrol rasa marah. Agresi permusuhan adalah sikap negative terhadap orang

lain karena penilaian sendiri yang negatif.

Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif remaja disebabkan

oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan merupakan

salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam

bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Faktor penyebab agresi selanjutnya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

5

adalah frustasi. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam

mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.

Menurut Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional behavior

menyatakan bahwa adanya persaingan atau kompetisi juga dapat menjadi penyebab

munculnya perilaku agresif remaja. Sedangkan Baron dan Byrne (2005), menyatakan

bahwa faktor penyebab remaja berperilaku agresif bermacam-macam, Faktor-faktor

Sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang melakukan

perilaku agresif, diantaranya : Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang

tidak menyenangkan, dan frustasi dapat menyebabkan agresi. Provokasi langsung,

adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima,

seringkali karena tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat.

Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang yang

melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber

provokasi awal. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat

meningkatkan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka.

Keterangsangan yang meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya emosi dan

kognisi yang saling berkaitan satu sama lain. Keterangsangan seksual dan agresi,

dimana keterangsangan seksual tidak hanya mempengaruhi agresi melalui timbulnya

afek (misalnya mood atau perasaan) positif dan negatif. Tetapi juga dapat

mengaktifkan skema atau kerangka berpikir lainnya yang kemudian dapat

memunculkan perilaku nyata yang diarahkan pada target spesifik. Seperti yang telah

dijelaskan di atas bahwa perilaku agresif yang dilakukan oleh individu dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial di luar diri individu itu sendiri. Faktor Pribadi,

berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

6

perilaku agresif : Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki

karakter sangat kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta agresif.

Sedangkan pola perilaku tipe B menunjukkan karakteristik seseorang yang sangat

tidak kompetitif, yang tidak selalu melawan waktu, dan yang tidak mudah kehilangan

kendali. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk mempersepsikan

maksud atau motif hostile dalam tindakan orang lain ketika tindakan ini dirasa

ambigu. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi

memegang pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka bereaksi dengan

tingkat agresi yang sangat tinggi terhadap umpan balik dari orang lain yang

mengancam ego mereka yang besar. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif

daripada wanita, tetapi perbedaan ini berkurang dalam konteks adanya provokasi

yang kuat. Pria lebih cenderung untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi,

tetapi wanita cenderung menggunakan bentuk agresi tidak langsung. Faktor-faktor

pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut berkaitan erat dengan

aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan perilaku agresif. Faktor-faktor

Situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atai kontek dimana agresi

itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi agresi: Suhu

udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan agresi, tetapi

hanya sampai pada titik tertentu.m Diatas tingkat tertentu atau lebih dari 80 derajat

fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara meningkat. Hal ini disebabkan pada saat

suhu udara yang tinggi membuat orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga

mereka kehilangan energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan.

Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan untuk lebih

agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang mengonsumsi alkohol

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

7

dosis tinggi serta membuat mereka mabuk ditemukan bertindak lebih agresif dan

merespon provokasi secara lebih kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi

alkohol. Perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang individu selain dipengaruhi

oleh faktor sosial dan faktor pribadi adalah faktor situasional yakni suhu udara dan

alkohol.

Karena anak punk menginginkan kesamaan identitas dan kesamaan

kebutuhan membuat para anggota punk satu dengan yang lain cenderung bergaya

sesuai kelompok yang diikutinya. Hal ini menyebabkan terwujudnya konformitas di

dalam anggota kelompok punk. Konformitas dapat timbul ketika seseorang

berinteraksi dengan orang lain. Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) menjelaskan

konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat norma atau aturan dari orang lain.

Sedangkan (Wade & Tavris, 2007) mengatakan bahwa konformitas adalah

melakukan tindakan atau sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang

nyata maupun yang dipersepsikan. Tingkat agresfitas dalam satu komunitas punk

lebih rendah daripada diluar komunitas. Karena mereka menganggap bahwa dalam

satu komunitas itu adalah satu kesatuan yang mempunyai banyak persamaan dan

tujuan.

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Sunarto) 2006, konformitas berarti

penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai

masyarakat.Sugiyarta menerangkan bahwa konformitas merupakan hasil interaksi

sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia bermasyarakat akan memunculkan

perilaku-perilaku kesepakatan (conformitas) sebagai bentuk aturan bermain

bersama”. Penyesuaian-penyesuaian perilaku yang disepakati bersama sebagai

pedoman dalam kehidupan, hal ini menyangkut perilaku kepatuhan individu

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

8

melakukan konformitas dalam rangka mencari equillibrium dalam kehidupan

bermasyarakat.

Sedangkan Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) membedakan konformitas

ke dalam dua dimensi, yaitu: Konformitas Pemenuhan (Compliance Conformity),

adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau

harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan jika mereka

melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas

ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan

oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal

ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada keinginan

individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain. Konformitas Perubahanatau

Internalisasi (Conversion or Internalization Conformity), adalah kebalikan dari

konformitas compliance. Konformitas ini terjadiketika seseorang menyesuaikan diri

dalam ketiadaan orang lain, karena ia melakukan apa yang dianggap benar atau ingin

dilakukan. Dalam penenlitian ini yang dimaksud dengan konformitas adalah

konformitas dengan kelompok yang berperilaku negatif (kelompok punk).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah (Baron &

Byrne, 2005) : Kohesivitas dan Konformitas, Kohesivitas merupakan derajat

ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas

tinggi, artinya adalah ketika seseorang menyukai dan mengagumi suatu kelompok

orang-orang tertentu maka tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar,

dan sebaliknya. Konformitas dan Ukuran Kelompok, faktor kedua yang memiliki

kecenderungan untuk melakukan konformitas adalah ukuran dari kelompok yang

berpengaruh. Asch dan peneliti lainnya dalam Baron dan Bryne (2005) menemukan

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

9

bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota

kelompok hingga delapan orang anggota tambahan atau lebih yang mana sebelumnya

hanya 3 orang atau lebih. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif,

norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar

orang lakukan pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif menetapkan apa yang

harus dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima atau yang tidak diterima pada

situasi tertentu. Keduan norma tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap

tingkah laku.

Berdasarkan penjelasan (dalam Krahé, 2005) dan Wiggins, Wiggins, dan Zanden

(1994) dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif dapat dipengaruh oleh konformitas

dimana semakin tinggi individu ingin diterima di kelompok maka semakin tinggi

pula konformitasnya meskipun perilaku tersebut menyimpang dari norma-norma

sosial yang ada dimasyarakat. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang

dilakukan Utomo dan Warsito (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan

antara konformitas dan agresi pada anak punk. Penelitian yang dilakukan Nia

Megawati menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

konformitas dengan perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Malang. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Puput & Budiani (2012) mengenai pengaruh konformitas

pada remaja terhadap perilaku agresi di SMK PGRI 7 Surabaya menunjukkan hasil

bahwa ada pengaruh signifikan antara konformitas pada geng remaja terhadap

perilaku agresi di SMK PGRI 7 Surabaya.

Namun peniliti ingin meneliti kembali apakah ada hubungan yang signifikan

antara konformitas dan perilaku agresif jika penelitian dilakukan pada partisipan dan

tempat yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini yaitu usia remaja awal sehingga

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

10

rumusan masalah “apakah ada hubungan positif antara konformitas dan perilaku

agresivitas pada komunitas anak punk di kota Mojokerto ?”.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan

antara konformitas dan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota

Mojokerto.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

11

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Variabel-variabel yang akan dilibatkan dalam penelitiani adalah:

a. Variabel terikat (Y) : Perilaku Agresif

b. Variabel bebas (X) : Konformitas

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang menjadi anggota

komunitas anak punk di Mojokerto yang berada dalam tahap perkembangan remaja

awal yang berusia 12-15 tahun dengan jumlah 35 orang

Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai

sampel.

Alat Ukur Penelitian

A. Skala Perilaku Agresif

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku

agresif. Skala perilaku agresif menggunakan skala Aggression Questionnaire yang

dikemukakan oleh Buss dan Perry (1992). Terdapat empat aspek didalam

pengukuran perilaku agrsif yaitu a.) Agresi Verbal, b.)Agresi Fisk, c.) Kemarahan,

dan d.)Permusuhan. Skala Aggression Questionnaire menggunakan 5 poin skala

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

12

likert dengan 1 menujukkan tidak sesuai sama sekali dan poin 5 menunjukan benar

dan sesuai selalu setiap saat. Jumlah keseluruhan item pada skala Aggresion

Questionnaire berjumlah 29 aitem, dengan koefisien realibilitas sebesar 0,839

dengan daya diskriminasi yang baik (≥0,25) sebanyak 19 item.

B. Skala Konformitas

Sedangan skala yang digunakan untuk mengukur tingkat konformitas

menggunakan skala yang berdasarkan pada jenis-jenis konformitas menurut Neil,

Levine, dan Russo (dalam Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994). Aspek didalam

skala ini terdiri dari 2 aspek yaitu Compliance dan Conversion. Skala ini

menggunakan 5 poin skala likert dengan 1 menunjukan tidak sesuai sama sekali dan

poin 5 menunjukan benar dan sesuai selalu setiap saat. Jumlah keseluruhan aitem

pada skala konformitas berjumlah 19 aitem, dengan koefesien realibilitas sebesar

0,808 dengan daya diskriminasi yang baik (≥0,25) sebanyak 12 item.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson.

Keseluruhan analisis data pada penelitian ini dikerjakan dengan analisis data

komputer SPSS for Window versi 17.0.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

13

HASIL PENELITIAN

A. Uji asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara konformitas dengan perilaku agresif

pada komunitas anak punk di kota Mojokerto. Namun, sebelum dilakukan uji

korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan jenis

statistik parametrik atau non parametrik yang akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang

menunjukkan skala perilaku agresif (K-S-Z = 0,559, nilai sig. 0,914

(p>0,05) menunjukkan data-data normal dan skala konformitas (K-S-Z =

0,514, nilai sig. 0,954 (p>0,05) menunjukkan data-data berdistribusi

normal.

2. Uji Linearitas

Dari hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan linear antara

konformitas dengan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota

Mojokerto diperoleh hasil beda Fbeda sebesar 0,21 sedangkan nilai sign

sebesar 0,075 (p>0,05) yang menunjukkan ada hubungan linear.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

14

A. Analisa Deskriptif

Tabel 3

Statistik Deskriptif Skala Konformitas dengan Perilaku Agresif Pada

Komunitas Anak Punk di Kota Mojokerto

NO. Skala N Min Max M SD

1. Perilaku Agresif

35

32 80 56,77 10,4

2. Konformitas 20 49 34,20 6,7

Tabel 3 merupakan statitik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap

variabel. Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai

dari “sangat sesuai” hingga “sangat tidak sesuai”. Interval skor untuk setiap kategori

ditentukan dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 2 dan 3

menunjukkan jumlah partisipan untuk setiap kategori pada masing-masing variabel.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

15

Tabel 4

Kriteria Skor Perilaku Agresif

No.

Interval Kategori

Frekuens

i

Presentase Mean SD

1. 76 ≤ x≤ 95

Sangat

Tinggi

1 2,86 %

56,77

2. 57 ≤ x< 76 Tinggi 19 54,28 %

3. 38 ≤ x< 57 Rendah 13 34,28 %

4. 19 ≤ x< 38

Sangat

Rendah

2 5,71 % 10,4

Jumlah 35 100 %

x = skor Perilaku Agresif

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala kecurangan akademik diatas

dapat dilihat bahwa 2 subjek memiliki skor perilaku agresif yang berada pada

kategori sangat rendah dengan persentase 5,71 %, 13 subjek yang memiliki skor

perilaku agresif yang berada pada kategori rendah dengan persentase 34,28 %, 19

subjek yang memiliki skor perilaku agresif yang berada pada kategori tinggi dengan

persentase 54,28, 1 subjek yang memiliki skor perilaku agresif yang berada pada

kategori tinggi dengan persentase 2,86. Berdasarkan rata-rata sebesar 10,4 dapat

dikatakan bahwa rata-rata perilaku berada pada kategori sangat rendah. Skor yang

diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 32 sampai dengan skor

maksimum sebesar 80 dengan standard deviasi 56,77.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

16

Tabel 5

Kriteria Skor Konformitas

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

1. 48 ≤ x≤ 60

Sangat

Tinggi

1 2,86 %

6,77

2. 36 ≤ x< 48 Tinggi 14 40 %

3. 24 ≤ x< 36 Rendah 18 51,43 % 34,20

4. 12 ≤ x< 24

Sangat

Rendah

2 5,71 %

Jumlah 35 100 %

x = skor konformitas

Berdasarkan tabel kategorisasi penrgukuran skala konformitas diatas dapat

dilihat bahwa 1 subjek yang memiliki skor konformitas yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan persentase 2,86 %, 14 subjek memiliki skor konformitas

yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 40 %, 18 subjek memiliki

skor konformitas yang berada pada kategori rendah dengan persentase 51,43%

dan 2 subjek memiliki skor konformitas yang berada pada kategori sangat rendah

dengan presentase 5,71%. Berdasarkan rata-rata sebesar 34,20 dapat dikatakan

bahwa rata-rata konformitas berada pada kategori rendah. Skor yang diperoleh

subjek bergerak dari skor minimum sebesar 20 sampai dengan skor maksimum

sebesar 49 dengan standard deviasi 6,7. Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa rata-

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

17

rata tingkat perilaku agresif pada kategori rendah, sedangkan rata-rata konformitas

terhadap komunitas anak punk partisipan berada pada kategori tinggi.

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang

diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear, dengan

menggunakan uji product moment dari Pearson.

Tabel 6

Hasil Uji Korelasi antara Konformitas dengan Perilaku Agresif

Correlations

Agresifitas konfrormitas

Agresifitas Pearson Correlation 1 .295*

Sig. (1-tailed) .043

N 35 35

Konfrormitas Pearson Correlation .295* 1

Sig. (1-tailed) .043

N 35 35

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat signifikan

antara konformitas dengan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

18

Mojokerto, r = 0,295 dengan nilai sign sebesar 0,043(p<0,05). Hal ini berarti

hipotesis penelitian yang menyatakan adanya hubungan positif antara konformitas

dan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota Mojokerto.

Sumbangan efektif konformitas pada perilaku agresif sebesar 8,7 %.

Artinya makin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

makin rendah konformitas maka semakin rendah perilaku agresif yang ditimbulkan.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

19

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi yang menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan

antara konformitas dan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota

Mojokerto. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas maka semakin

tinggi perilaku agresif, sebaliknya makin rendah konformitas maka semakin rendah

perilaku agresif yang ditimbulkan. Sumbangan efektif konformitas pada perilaku

agresif sebesar 8,7 %. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan Nia Megawati mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku

agresi yang menghasilkan ada hubungan antara konformitas dan perilaku agresivitas.

Selain itu menurut Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional

behavior menyatakan bahwa adanya persaingan atau kompetisi juga dapat menjadi

penyebab munculnya perilaku agresif remaja. Sedangkan (Wade & Tavris, 2007)

mengatakan bahwa konformitas adalah melakukan tindakan atau sikap sebagai hasil

dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan.

Dua dimensi konformitas teman sebaya yaitu compliance dan conversion

memiliki pengaruh signifikan terhadap agresivitas anak punk di kota Mojokerto.

Menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994), konformitas compliance terjadi

apabila individu mengikuti aturan atau perilaku orang lain untuk mendapatkan

reward dan menghindari penolakan atau hukuman. Anak Punk melakukan perilaku

agresif cenderung mengikuti perilaku orang lain yang dalam hal ini adalah teman

sebaya, dimana mereka melakukan perilaku agresif agar diterima oleh lingkungan

dan kelompoknya. Pada dimensi conversion didapatkan pengaruh signifikan dan

secara positif mempengaruhi agresivitas anak punk di kota Mojokerto.Semakin anak

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

20

punk tersebut memiliki konformitas conversion yang tinggi maka semakin tinggi

agresivitasnya. Konformitas conversion itu sendiri merupakan konformitas yang

terjadi saat seseorang menyesuaikan diri dalam ketidakberadaan orang lain karena ia

melakukan apa yang dianggap benar atau melakukan apa yang ingin ia lakukan

(Wiggins, Wiggins, & Zanden 1994). Anak punk yang mengikuti tingkah laku orang

lain tanpa adanya paksaan atau karena diri sendiri menghendakinya juga cenderung

melakukan perilaku agresif. Hal itu terjadi karena mungkin mereka melakukan hal

demikian untuk kebaikan pribadi maupun kelompok, selain itu juga untuk membela

diri, menjaga harga diri serta tidak ingin dianggap lemah oleh orang lain. Variabel

terakhir yaitu jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

agresivitas anak punk di kota Mojokerto. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Berkowitz, Osterman, dan Hjelt-Back (dalam Baron, 2003) tentang

perbedaan jenis kelamin yang mempengaruhi perilaku agresif dimana hasilnya

adalah pria umumnya lebih agresi dalam bentuk langsung daripada wanita. Penelitian

tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana laki-laki cenderung lebih agresif

dibandingkan dengan perempuan.

Berdasarkan karakteristik responden pada sampel penelitian terlihat bahwa

remaja yang menjadi sampel terbesar dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 anak

punk berusia 12-15 tahun, kemudian berdasarkan jenis kelamin sampel jenis kelamin

laki-laki yang paling banyak dalam penelitian ini atau sebesar 32 orang. Pada hasil

uji deskriptif menunjukkan bahwa perilaku yang muncul pada agresivitas beraktegori

sangat rendah dan konformitas pada berkategori rendah, pada perilaku agresif

sebanyak 19 anak punk memiliki perilaku agresif yang tinggi sedangkan pada

perilaku konformitas menunjukkan sebanyak 18 orang yang berkategori rendah.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

21

Berdasarkan keseluruhan kategori pada kedua variabel, maka hasil penelitian

ini menunjukan bahwa konformitas mempengaruhi perilaku agresif. Hal ini dapat

dilihat dari korelasi yang sangat signifikan antara konformitas terhadap perilaku

agresif pada komunitas anak punk di kota Mojokerto. Hal ini sama dengan fenomena

yang ada,yang mengatakan bahwa konformitas mempengaruhi perilaku agresif. Hal

ini kemudian mendukung penelitian sebelumnya yang mengemukakan mengenai

konformitas dan perilaku agresif.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara

konformitas dengan perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota Mojokerto

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang sangat signifikansi antara antara konformitas dengan

perilaku agresif pada komunitas anak punk di kota Mojokerto.

2. Rerata anak punk di kota Mojokerto memiliki skor konformitas yang

berada pada kategori rendah dan anak punk di kota Mojokerto memiliki

skor perilaku agresif yang berada pada kategori sangat rendah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi anak punk

Subyek diharapkan menjaga keadaan psikologisnya dan hubungan yang baik

dengan lingkungan sosialnya, lebih meningkatkan perannya di

lingkungannya tanpa harus mengikuti apa yang orang lain lakukan, tetap

menjaga kondisi hati untuk selalu berpikir positif, sehingga tidak membebani

pikiran dan tidak perlu untuk merasa „berkuasa atau hebat‟ disaat berada

dalam kelompoknya. Serta tanpa perlu mengartikan bahwa identitas

kelompoknya yang paling ditakuti.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

23

2. Bagi orangtua

Orangtua disarankan dapat memberikan perhatian khusus kepada anak

mereka masing masing sehingga mereka merasa masih diperhatikan.

Orangtua di rumah bisa memberikan tanggung kepada anaknya di rumah

maupun di luar rumah sehingga mereka merasa dibutuhkan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih memperhatikan kondisi

emosional subjek terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti bisa memberikan

aspek-aspek agresif lainnya yang ditimbulkan oleh anak punk dan bisa

menggunakan teori yang lebih baru. Dan pada penelitian berikutnya

sebaiknya memberikan seminar atau penyuluhan terhadap anak punk tentang

bagaimana mengontrol emosi.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

24

DAFTAR PUSTAKA

Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Social psychology: Tenth edition. Jakarta:

Erlangga.

Buss, A. H. & Perry, M. (1992). The aggression questionnaire. Journal of

Personality and Social Psychology. 63. 452-459.

Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Researchraw-Hill, Inc.

Khoirunnisa. (2012, June 21). Social Sciences. Retrieved November 13, 2013, from

Shvoong.com:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179550-

macam-macam-anak-jalanan.

Koeswara, E. (1998). Agresi Manusia. Bandung: PT Erasco.

Krahé, Barbara. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Fauziah, S. (2014). Pengaruh Trait Kepribadian Big-Five dan Konformitas Teman

Sebaya Terhadap Agresivitas Anak Punk Di Jabodetabek. Skripsi. Jakarta :

UIN Syarif Hidayatullah.

News.detik.com. (2013). Pengamen di Cipulir Dibunuh Anak Punk Lantaran Kuasau

Lahan Ngamen.

http://news.detik.com/berita/2289402/pengamen-di-cipulir-dibunuh-anak-

punk-lantaran-kuasai-lahan-ngamen. Retrieved Januari 25, 2016.

https://psychology-tools.com/buss-perry-aggression-questionnaire/. Retrieved

Januari 21, 2016.

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba

Humanika.

Megawati, Nia. (t.t). Hubungan antara Konformitas dan Perilaku Agresif Pada

Komunitas Anak Punk di Kota Malang. Skripsi. Malang: Universitas

Brawijaya.

Palinoan, E. L, (2014). Pengaruh Konformitas dengan Agresivitas pada Kelompok

Geng Motor di Samarinda. Ejournal Program Studi Psikologi Universitas

Mulawarman.

Paman, D. Yasmina, & L. P. Lunata. (2012). Psikologi Sosial: Edisi

Kesepuluh.Jakarta: Erlangga.

Puput, W., Budiani, M. S. (2012). Pengaruh Konformitas pada geng Remaja

Terhadap Perilaku Agresi di SMK PGRI 7 Surabaya. Jurnal Ilmiah Program

Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya..

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU ......perilaku agresi pada komunitas punk di Kota Mojokerto. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku agresif, sebaliknya

25

Purwanto. (2008). Metodologi peneltian kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sears, David O, dkk. (1999). Psikologi Sosial ( edisi revisi ). Jakarta: Erlangga

konformitas

Soekanto, Soerjono, (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada,

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Social Psychology, 12th edition.

In T. Wibowo, Psikologi sosial, edisi kedua belas. Jakarta: Kencana.

Utomo, H., & Warsito, H. (2013). Hubungan antara Frustasi dan Konformitas dengan

Perilaku Agresi pada Suporter Bonek Persebaya. Skripsi.

Wiggins, J. A., Wiggins, B. B., & Zanden, J. V. (1994). Social psychology: fifth

edition. United State: McG