dinamika perilaku kecurangan akademik pada …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. naskah publikasi.pdf ·...

21
DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH BERBASIS AGAMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Program Magister Psikologi Oleh: SARI PURNAMAWATI S 300080021 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: hoanglien

Post on 02-Mar-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK

PADA SISWA SEKOLAH BERBASIS AGAMA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Program Magister Psikologi

Oleh:

SARI PURNAMAWATI

S 300080021

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

i

HALAMAN PERSETUJUAN

DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK

PADA SISWA SEKOLAH BERBASIS AGAMA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

SARI PURNAMAWATI

S 300080021

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Sri Lestari, M.Si

Page 3: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

ii

Page 4: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

iii

Page 5: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

1

DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK

PADA SISWA SEKOLAH BERBASIS AGAMA

(Dinamika Perilaku Kecurangan Akademik, faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecurangan akademik pada siswa di sekolah berbasis agama)

Abstrak

Penelitian ini menggambarkan dinamika kecurangan akademik pada siswa sekolah

berbasis agama, terdiri dari: (1) Faktor Diri sendiri. (2) Faktor Teman. (3) Faktor

Guru. (4) Faktor Orangtua. Lokasi penelitian dilakukan di MAN Al Huda Kabupaten

Semarang dengan informan penelitian berjumlah 5 siswa. Metode pengumpulan data

menggunakan wawancara dan analisis data menggunakan interactive model.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) Faktor Diri sendiri, informan

melakukan kecurangan akademik karena empat hal, yaitu: (a) pandangan terhadap

perilaku kecurangan, (b) rasa malas atau rendahnya motivasi, (c) kesulitan akan

pemahaman materi, (d) Kebutuhan akan pengakuan. (2) Faktor teman terdiri dari: (a)

terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama . (3)

Faktor Guru terdiri dari: (a) pengawasan saat ulangan, (b) metode pembelajaran atau

suasana pembelajaran, dan (c) kedisiplinan guru. (4) Faktor Orangtua, terdiri dari (a)

tuntutan nilai yang baik, (b) perhatian yang minim, dan (c) sikap orangtua yang suka

membandingkan. Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah

berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap

positif terhadap perilaku menyontek, yang membuat informan memiliki pengalaman

yang menyenangkan, (2) informan memiliki keyakinan bahwa perilaku menyontek

dan bekerjasama dengan teman dapat menguntungkan untuk memperoleh nilai bagus,

sehingga intensitas menyontek secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan, (3)

suasana pembelajaran yang tidak kondusif mendorong informan untuk melakukan

kecurangan secara berulang dan (4) tuntuntan orangtua tanpa disertai perhatian yang

cukup membuat informan memilih melakukan kecurangan untuk memperoleh nilai

yang baik.

Kata kunci: Kecurangan akademik, Siswa sekolah berbasis agama

Page 6: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

2

Abstract

The study describes the dynamics of academic fraud of the religion based school

students which consists of four factors: (1) self, (2) friends, (3) teachers, and (4)

parents. The study took place in MAN Al Huda in Semarang District involving five

students. The data is collected by interview and then analyzed by using interactive

model. Based on the result of the study, it can be concluded that: (1) the self factor,

informants do academic fraud because: (a) their view towards fraud behavior, (b) the

laziness or low motivation, (c) difficulty in understanding the materials, and (d) the

need of acknowledgement or recognition. (2) the friends factor consists of: (a) the

influence of friends’ behavior, (b) solidarity or conformity, (c) cooperation. (3) the

teachers factor consists of: (a) the surveillance in the examination, (b) the method and

condition of the learning process, (c) teachers’ discipline. (4) the parents factor

consists of: (1) the demands of high scores, (b) lack of attention, (c) the attitude of

comparing. The dynamic of academic fraud of the religion based school students can

be concluded as follows: (1) informants have positive view towards cheating which

makes them continuously do the act, (2) informants believe that cheating and

cooperating with friends is an advantageous act that can give them good scores and so

the act is become a habit. (3) the method and condition of the learning process

encourage the informants to repeatedly do the cheating act, and (4) the parents’

demand of high scores without giving attention force the informants do the fraud.

Key words: academic fraud, religion based school students

Page 7: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

3

PENDAHULUAN

Kecurangan akademis dapat ditemukan di institusi pendidikan tingkat manapun.

Walau keberadaan kecurangan akademis di dunia pendidikan tidak mungkin

ditiadakan sepenuhnya, masalah ini tetap harus diperlakukan secara serius oleh

akademis Indonesia. Selama ini belum ada bentuk punishment untuk menghentikan

kebiasaan buruk ini.

Sesuai dengan penjelasan Bintoro, (2013) bahwa hubungan dengan manusia yang

berkualitas, di dalam ranah keilmuan psikologi terdapat suatu istilah kecurangan

akademik yang menunjukkan suatu perilaku tidak jujur dalam pelaksanaan ujian,

yang tidak peduli apakah kecurangan tersebut merugikan atau tidak, setiap

kecurangan dalam menghadapi suatu tugas dan ujian dinamakan kecurangan

akademik.

Davis, (2009) menyatakan bahwa perilaku curang merupakan “deciving or depriving

by trickery, defrauding misleading or fool another”. Maka menurutnya ketika hal

tersebut dikenakan pada istilah kecurangan siswa, kecurangan akademik atau

penyimpangan akademik menjadi suatu perbuatan yang dilakukan siswa yang

menipu, mengaburkan atau mengecoh pengajar hingga pengajar berpikir bahwa

pengerjaan akademik yang dikumpulkan siswa adalah hasil pekerjaan siswa sendiri.

Tindakan kecurangan akademis, seperti menyontek, sebenarnya merupakan salah satu

tindakan yang melanggar nilai sosial masyarakat ini, yaitu nilai kejujuran. Adanya

kecurangan-kecurangan akademik menunjukkan hilangnya esensi pendidikan yang

awalnya adalah mencari ilmu beralih menjadi ajang perlombaan mencari nilai.

Idealnya pendidikan semestinya menjadi tempat dalam mengambangkan bakat,

minat, mencapai prestasi dan menghasilkan sesuatu yang lebih positif sehingga

memunculkan prestasi belajar yang optimal.

Barzegar dan Khezri (2012) melaporkan tentang tipe kecurangan yang dilakukan oleh

siswa yaitu di antaranya menyalin jawaban dari siswa lain, menerima jawaban dari

siswa lain secara cuma-cuma, meminta izin untuk melihat jawaban siswa lain ketika

pelaksanaan kuis atau ujian, melakukan copying dari buku pada saatu ujian sementara

sifat ujiannya adalah tutup buku. Bentuk-bentuk kecurangan dan ketidakjujuran

Page 8: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

4

dalam pelaksanaan ujian adalah menyalin jawaban dari bagian belakang kartu,

menyalin pekerjaan temannya, keliru menulis apa yang dilihat, didengar, atau

dilakukan. Kecurangan akademik yang paling sering dilakukan oleh siswa adalah

pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas,

memberikan keuntungan kepada siswa lain di dalam ujian atau tugas dengan cara

tidak jujur, dan pengurangan keakuratan yang diharapkan pada performansi siswa.

Kecurangan di dalam kelas diantaranya menggunakan buku catatan pada saat ujian,

menyalin jawaban dari pekerjaan siswa yang lain, membiarkan orang lain menyalin

pekerjaan rumah, menjiplak, dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Suparman (2011) pada sekolah MAN dan SMAN,

didapatkan hasil bahwa kualitas perilaku jujur pada siswa MAN lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa SMAN. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah jam

pelajaran pendidikan agama pada sekolah MAN yang jauh lebih banyak yaitu 5 jam

per minggu. Dengan demikian pendidikan agama di sekolah merupakan salah satu

faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembinaan akhlak anak didik, dalam

hal ini termasuk sikap jujur. Namun, berdasarkan hasil penelitian dari Azizah (2006)

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan religiusitas antara siswa berlatar

belakang pendidikan umum dan siswa berlatar belakang pendidikan agama, tetapi

dalam hal perilaku moral terdapat perbedaan yang signifikan, dimana siswa berlatar

belakang pendidikan umum mempunyai perilaku moral yang lebih tinggi daripada

siswa berlatar belakang pendidikan agama.

Hal tersebut juga terjadi di MAN Al Huda Kabupaten Semarang. Sebagai sekolah

berbasis agama MAN Al Huda Kabupaten Semarang, sebagian para siswa ditemui

melakukan kecurangan akademik. Dari wawancara dengan beberapa siswa dan guru

BK (Wawancara, Guru dan Siswa MAN Al Huda Kabupaten Semarang, 12

September 2015), bentuk-bentuk kecurangan akademis yang sering terjadi adalah: (1)

Meniru hasil pekerjaan teman, saat guru memberikan tugas atau pekerjaan untuk

materi yang sama. Ada beberapa siswa yang sengaja meniru pekerjaan teman mereka

baik di kelas yang sama atau berbeda. (2) Ketika ada tugas untuk membuat paper

mereka tidak mencantumkan sumber data dengan alasan susah atau lupa tidak

Page 9: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

5

mencatat sumber datanya. (3) Pemalsuan data, yaitu mencantumkan data pada tulisan

tanpa mensurvei terlebih dahulu.

Bentuk kecurangan lainnya, (4) Penggandaan tugas, yakni mengajukan dua karya

tulis yang sama pada dua kelas yang berbeda tanpa ijin guru. (5) Mencontek pada saat

ujian, meliputi Menyalin lembar jawaban orang lain, Menggandakan lembar soal

kemudian memberikannya kepada orang lain, Memberikan jawaban soal ujian kepada

teman, Menggunakan catatan kecil saat ujian padahal tidak diperbolehkan, dan

Menggunakan handphone untuk mencontek. (6) Kerjasama yang salah. Beberapa

guru mengatakan bahwa siswa melakukan kecurangan akademik dengan cara:

menyontek dengan menggunakan materi yang tidak sah dalam ujian, menggunakan

informasi palsu, plagiat, membantu siswa lain untuk menyontek seperti membiarkan

siswa lain menyalin tugasnya, memberikan kumpulan soal-soal yang sudah

diujiankan, mengingat soal ujian kemudian membocorkannya.

Kecurangan akademik yang menjadi kebiasaan akan berakibat negatif bagi diri siswa,

seperti siswa yang terbiasa melakukan kecurangan akademik akan senang

menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan

bukan pada kemampuan dirinya sendiri. Akibat dari kecurangan akademik akan

memunculkan dalam diri siswa perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak

disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, tidak berprestasi, tidak mau membaca

buku pelajaran tapi siswa lebih rajin membuat catatan-catatan kecil untuk bahan

menyontek. Secara psikologis, kecurangan dapat menyebabkan ketidakstabilan nilai

yang berpotensi kepada masalah psikologis selanjutnya seperti menjadi merasa

bersalah dan malu (Mulyawati, 2010)

Kecurangan akademik berdampak negatif pada siswa sendiri, guru, dan lembaga

sekolah. Dampak pada siswa antara lain tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak

bertanggung jawab, tidak kreatif, atau tidak berprestasi. Dampak bagi guru hasil

penilaian pendidikan menjadi tidak valid dan dampak bagi sekolah menyebabkan

penurunan keandalan kualitas pendidikan.

Fenomena kecurangan akademik yang dilakukan siswa MAN menimbulkan beberapa

rumusan masalah yaitu: (1) faktor-faktor apa yang mendorong siswa melakukan

kecurangan akademik, (2) bagaimanakah bentuk-bentuk kecurangannya yang

Page 10: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

6

dilakukan oleh siswa pada sekolah berbasis agama, dan (4) bagaimanakah dinamika

psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama?

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan pendekatan

studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Moelong, 2008) yang

menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study

ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian. Studi kasus dapat diartikan

sebagai suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam mengenai

kecurangan akademik pada siswa

INFORMAN PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan subjek yang dijadikan informan sebanyak 5 orang,

seperti yang dikemukakan oleh Polkinghorne (dalam Creswell, 2008) bahwa

informasi dikumpulkan melalui wawancara panjang dengan subjek yang berkisar 5-

25 subjek. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 0rang.

Subjek penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu menentukan ciri-ciri

atau karakteristik tertentu dari informan (Hadi, 2000). Pengambilan subjek dengan

metode purposive sampling diharapkan tujuan penelitian akan dapat terpenuhi secara

baik. Subjek penelitian adalah siswa, dengan karakteristiknya sebagai berikut:

1. Subjek tercatat secagai siswa di MAN Al Huda Kabupaten Semarang.

2. Subjek pernah melakukan kecurangan akademik.

ANALISIS DAN VERIFIKASI DATA

Analisis data dalam penelitian dengan pendekatan fenomenologi ini terdiri dari

empat tahap yaitu epoche, reduksi fenomenologi, variasi imajinasi, sintesis makna

dan esensi (Huserl dalam Cresswel, 2009).

1. Tahap pertama (Epoche)

Page 11: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

7

Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan yang

peneliti miliki sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memerlukan sebuah cara

untuk melihat, memperhatikan, tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa yang

dilihat, dipikirkan dan dirasakan. Peneliti mengamati pengalaman yang dialami

subyek tanpa melibatkan pengalaman dan pengetahuan peneliti sehingga peneliti

hanya focus pada subyek penelitian.

a. Kegiatan wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi

kecurangan akademis dan bentuk-bentuk kecurangannya menggunakan guide

interview yang disusun berdasarkan studi pendahuluan (observasi dan wawancara)

yang dilakukan sebelum penelitian.

b. Pemberian kode (koding) untuk reduksi data

Koding adalah pemberian kode pada satuan-satuan yang telah direduksi. Pemberian

kode meliputi: (a) penandaan sumber asal satuan, dalam penelitian ini data yang

berdasar wawancara, (b) penandaan jenis informan, pada penelitian ini kode 1 =

untuk wawancara pertama pada informan dan 2 = untuk wawancara kedua. Kelima

informan akan dibedakan dengan pemberian kode inisial nama. (c) penandaan letak

baris didalam verbatim, penandaan dilakukan dengan menggunakan angka arab untuk

menunjukkan letak baris dalam verbatim. Contoh: W.I.F.65-67 artinya wawancara

pertama terhadap informan yang bernama F dan kutipan diambil dari baris 65-67

dalam verbatim.

2. Tahap kedua (Reduksi Fenomenologi)

Pada langkah ini peneliti menjelaskan bagaimana subyek terlihat. Tidak hanya secara

eksternal melainkan juga secara internal yang meliputi kesadaran dalam tindakan,

pengalaman dan hubungannya dengan fenomena yang dikaji yaitu kecurangan

akademis. Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai dengan faktor-faktor yang

ditemukan selama wawancara.

3. Tahap ketiga (Variasi Imajinasi)

Variasi imajinasi mencari makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi,

kerangka rujukan, dan pendekatan terhadap fenomena dari perspektif yang berbeda.

Tujuannya untuk mencapai deskripsi structural dari sebuah pengalaman. Peneliti

Page 12: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

8

melakukan pemberian makna sesuai data yang diperoleh dari suyek penelitian.

Pemberian makna dapat berupa bahasa yang diperoleh peneliti melalui wawancara

dan dipadukan dengan hasil observasi sebelum dan saat melakukan penelitian.

4. Tahap keempat (Sintesis makna dan esensi)

Pada tahap ini peneliti menyimpulkan hasil temuan dengan cara menghubungkan

pemaknaan hasil wawancara dan observasi sehingga memperoleh satu kesimpulan

sebagi esensi pengalaman dan fenomena secara keseluruhan.

Berikut ini bagan penjelasan analisis data.

Bagan 3.1

Proses Analisis Data

Sumber: Huserl (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan data di lapangan, dapat diketahui bahwa siswa MAN Al

Huda melakukan kecurangan akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Faktor diri sendiri

Alfindra Primaldi (dalam Martindas, 2010) menyebutkan faktor yang bersifat internal

antara lain meliputi academic self-efficacy, indeks prestasi akademik, self-esteem,

kemampuan atau kompetensi motivasi akademik (need for approval belief), dan

moralitas.

Ajzen (dalam Meng, dkk., 2011) menyatakan bahwa factor internal terdiri dari dari

aspek: (a) sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior): keyakinan tentang

perilaku tertentu beserta konsekuensinya, (b) norma informantif (subjective norm)

adalah harapan yang bersifat normatif (menurut norma atau kaidah yang berlaku) dari

Epoche

Sintesis Makna

Variasi Imajinasi

Reduksi

Page 13: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

9

orang lain yang dianggap penting oleh pelaku perilaku tertentu, (c) kontrol perilaku

yang dirasakan (perceived behavioral control) adalah kesulitan atau hambatan yang

dirasakan atau kemudahan dalam melakukan perilaku tertentu (d) kewajiban moral

(moral obligation): perasaan individu mengenai kewajiban untuk terlibat atau

menolak melakukan perilaku tertentu.

Ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan empat hal dalam faktor diri

sendiri informan, yang meliputi kebutuhan akan prestasi akademik, pandangan moral

terhadap perilaku kecurangan, kebutuhan akan pengakuan, serta motivasi prestasi

yang menjadi pendorong perilaku kecurangan.

Keinginan siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara efisien

keinginan untuk memperoleh hasil yang baik terkadang tidak disertai dengan

kemauan berusaha, karena itu sering muncul keinginan untuk mendapat hasil dengan

cara yang singkat dan mudah yaitu dengan cara menyontek. Sikap peserta didik

adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi

atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek barang dan sebagainya

baik secara positif maupun negatif.

Perilaku menyontek yang dilakukan peserta didik saat ulangan atau ujian, dapat

mengikis kepribadian positif didalam diri peserta didik, menzalimi temannya sendiri,

dan akan mengalami kerugian terhadap dirinya, menyontek bisa mendapatkan nilai

yang tinggi akan tetapi mengalami kesulitan saat belajar nya dan kemungkinan tidak

memahami soal-soal saat ulangan hal ini disebabkan perilaku menyontek merupakan

tindakan curang yang mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti

belajar tekun sebelum ujian, serta mengikis kepercayaan diri peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, tiga pernyataan yang sering dijadikan

alasan oleh informan, yaitu: (1) nilai tinggi penting untuk mendapat pengakuan; (2)

saya malas untuk belajar tetapi ingin mendapat nilai yang tinggi; (3) Saya mengalami

kesulitan dalam memahami materi dalam kelas.

2. Faktor teman

Di masa informan atau pada saat duduk di bangku SMA, informan sangat rentan

terpengaruh terhadap pengaruh sosial yang akan mempengaruhi perilaku informan.

Page 14: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

10

Selanjutnya pengaruh dari orang lain dalam sebuah kelompok inilah yang disebut

sebagai konformitas. Santrock (2003), mendefinisikan konformitas sebagai hal yang

muncul ketika individu meniru tingkah laku atau sikap orang lain. Sikap

menyesuaikan diri dengan kelompok atau yang disebut konformitas teman sebaya

tersebut dapat menimbulkan beberapa akibat seperti kehilangan identitas diri dan

kurangnya rasa percaya diri (Myers, 2008).

Informan mempengaruhi teman untuk menyontek. Sikap solidaritas informan dibagi

menjadi dua hal, yaitu solidaritas yang positif dan solidaritas negatif, jika solidaritas

ditanggapi secara positif oleh informan sekarang maka dampaknya akan baik sekali

untuk perkembangan kehidupan sosial informan di masa yang akan datang. Tetapi

jika sikap solidaritas ini sudah menyimpang dari arti yang sebenarnya inilah yang

membuat sikap solidaritas itu sendiri menjadi negatif. Melihat fenomena ini para

informan di sekolah misalnya pada saat ujian berlangsung informan membantu

temannya dengan cara memberikan jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan

sikap solider.

Menurut Ajzen (dalam Meng, dkk., 2011) terdiri dari dari aspek: (a) sikap terhadap

perilaku (attitude toward behavior), yaitu keyakinan tentang perilaku tertentu beserta

konsekuensinya, (b) norma informantif (subjective norm) adalah harapan yang

bersifat normatif (menurut norma atau kaidah yang berlaku) dari orang lain yang

dianggap penting oleh pelaku perilaku tertentu, (c) kontrol perilaku yang dirasakan

(perceived behavioral control) adalah kesulitan atau hambatan yang dirasakan atau

kemudahan dalam melakukan perilaku tertentu, dan (4) kewajiban moral (moral

obligation) didefinisikan sebagai perasaan individu mengenai kewajiban untuk

terlibat atau menolak melakukan perilaku tertentu.

Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti

dan beralasan dan berdampak sebagai berikut: 1) Perilaku tidak banyak ditentukan

oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. 2) Perilaku

dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu

keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. 3) Sikap

terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi

atau niat untuk berperilaku tertentu.

Page 15: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

11

Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sikap social yang

dinyatakan dengan cara berulang-ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya

disebut kebiasaan, motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari

dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan kekuatan

pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau penyuluhan dan

informasi.

Fishbein dan Ajzen (dalam Meng, dkk., 2011) mengemukakan hasil penelitian yang

kemudian disebut dengan Teori Reasoned Action bahwa suatu perilaku seseorang

dipengaruhi oleh intensi untuk melakukan perilaku tersebut, sedangkan intensi itu

dipengaruhi oleh sikap dan norma informantif orang tersebut. Sikap ini merupakan

faktor personal seseorang yaitu adanya keyakinan bahwa perilaku yang dipikirkannya

memiliki dampak yang menguntungkan atau merugikan dirinya. Kemudian terjadi

proses pertimbangan evaluasi atau penilaian konsekuensi yang dihasilkan dari

perilaku tersebut. Apabila penilaian tersebut positif, maka orang akan cenderung

memiliki intensi melakukan perilaku yang dipikirkannya. Sedangkan, norma

informantif ini merupakan faktor sosial seseorang yaitu adanya persepsi informatif

atas pendapat orang-orang yang menjadi teladan atau panutannya. Orang cenderung

akan mematuhi pendapat orang yang menjadi panutannya. Apabila yang

dipersepsikan ialah panutannya akan melakukan perilaku yang dipikirkan, maka

orang tersebut memiliki intense kuat untuk melakukan perilaku yang dipikirkannya.

Sikap terhadap kecurangan akademis adalah tingkatan dimana individu memiliki

evaluasi setuju dan tidak setuju atau penetapan nilai terhadap kecurangan akademis.

Sikap terhadap kecurangan akademis diasumsikan dari keyakinan-keyakinan atas

perilaku plagaisi dan evaluasi secara positif atau negatif terhadap konsekuensi

kecurangan akademis. Konsekuensi kecurangan akademis meliputi keuntungan dan

kerugian yang didapat individu saat melakukan tindak kecurangan akademis.

3. Faktor guru

Sikap informan yang positif terutama dalam mata pelajaran yang di sajikan guru

merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar peserta didik tersebut.

Sebaliknya sikap negatif informan terhadap guru dan mata pelajaran, apabila diiringi

Page 16: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

12

dengan sikap tidak suka kepada guru dan mata pelajarannya dapat menimbulkan atau

mempengaruhi nilai dan prestasi yang dicapai peserta didik akan kurang.

Guru yang kurang tegas menjadi faktor informan menyontek, suasana kelas dan

tindakan-tindakan guru mempengaruhi pembentukan sikap dan perasaan para siswa.

Oleh karena itu, guru berperan besar dalam membentuk perilaku dan karakter siswa

atau peserta didiknya. Kebijakan yang ditetapkan oleh pendidik di kelas menentukan

perilaku peserta didik ketika di kelas. Demikian pula dengan pembiasaan-pembiasaan

yang diterapkan pendidik ketika di kelas, termasuk membiasakan kejujuran dalam

setiap kegiatan akademik peserta didik akan mempengaruhi perilaku peserta didik

dalam kegiatan akademiknya.

Mencontek terjadi pada informan, karena adanya peluang atau kesempatan. Salah

satu penyebab munculnya kesempatan mencontek adalah pengawas lengah terhadap

tingkah laku informan. Informan sering memanfaatkan kelemahan pengawas dengan

cara berinteraksi dan melakukan aktivitas mencontek. Oleh karena itu, kesempatan

men-contek ini haruslah diminimalisir oleh pengawas dengan melakukan pengawasan

yang ketat dan disiplin selama masa ujian.

Informan yang mengungkapkan bahwa faktor utama individu akan melakukan

kecurangan akademik jika ada peluang. Peluang yang dimaksud seperti jika saat ujian

tim pengawas tidak ketat dalam melakukan pengawasan, maka informan tersebut

akan mudah dalam melakukan kecurangan. Pernyataan kedua ada banyak informan

yang menyalin jawaban informan lain juga merupakan peluang dalam perilaku

kecurangan. Jika pada saat ujian berlangsung, pengawasan lemah dan ditambah

dengan sanksi yang diberikan pengawas kurang tegas seperti hanya teguran saja akan

membuat informan semakin leluasa dalam melakukan kecurangan akademik.

Informan yang melakukan kecurangan akademik selalu melakukan pembenaran

dengan mengatakan bahwa kecurangan akademik tersebut wajar dilakukan karena

hal-hal tertentu. Banyak informan yang tidak ingin disalahkan ketika melakukan

kecurangan akademik.

4. Faktor orangtua

Page 17: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

13

Tuntutan orang tua untuk mendapat nilai yang tinggi saat ulangan dan peraturan-

peraturan yang di buat serta memaksa anaknya untuk menuruti semua yang di

katakan. Oleh karena itu peserta didik menghalalkan segala cara untuk mendapatkan

nilai yang tinggi.

Orangtua informan tidak menargetkan untuk mendapatkan rangking di kelas

membuat siswa tidak tertekan untuk memperoleh nilai tinggi.

Sejalan dengan pendapat Syah (2003:145) bahwa lingkungan sosial sekolah seperti

para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang peserta didik.. Selanjutnya lingkungan sosial yang lebih

banyak mempengaruhi kegiatan ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri.

Informan mengabaikan keberadaan orangtua dan kurang peduli kalau perilaku

menconteknya ketahuan orangtua. Orangtua sering menekankan anaknya untuk

memperoleh nilai dan peringkat akademis daripada pemahaman materi

pelajaran, orang tua yang ingin anaknya meraih prestasi tinggi, ada yang menyadari

kemampuan anaknya tidak terlalu baik sehingga tidak terlalu menuntut nilai tinggi,

tetapi tetap memberikan motivasi untuk berprestasi lebih baik, ada juga orang tua

yang memahami kemampuan anaknya pas-pasan tetap menuntut prestasi tinggi demi

gengsi dan kebanggaan, sehingga anak dimarahi jika mendapat nilai jelek.

5. Cara melakukan kecurangan

Dalam penelitian ditemukan persamaan antara temuan data di lapangan dengan teori.

Seperti, informan menyontek dengan cara meminjam jawaban informan,

memanfaatkan meja untuk menuliskan contekannya, menyiapkan kertas kecil,

menggunakan kode saat menyontek bersama teman, bertanya pada teman, membuat

catatan-catatan dengan huruf kecil, contekan diletakkan di bawah meja atau di

pangkuan.

Anitsal, (2009) menambahkan bahwa ada dua kategori kecurangan akademik yaitu

kecurangan akademik pasif dan kecurangan akademik aktif. Perilaku kecurangan

akademik pasif meliputi melihat orang lain menyontek tapi tidak melaporkannya,

memberikan informasi tentang soal ujian kepada orang yang belum ujian di mata

pelajaran yang sama.

Page 18: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

14

6. Dinamika Kecurangan Akademik

Informan melakukan kecurangan akademik dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu

faktor diri sendiri, teman, guru, dan orangtua. Faktor diri sendiri terdiri dari

pandangan terhadap perilaku kecurangan, rasa malas, kesulitan akan pemahaman

materi, dan kebutuhan akan pengakuan. Faktor teman terdiri dari terpengaruh

perilaku teman, solidaritas atau konformitas, dan kerjasama. Faktor guru terdiri dari

pengawasan saat ulangan, metode pembelajaran atau suasana pembelajaran, dan

kedisiplinan guru. Faktor orangtua meliputi tuntutan nilai yang baik, minimnya

perhatian, dan sikap suka membandingkan.

Keempat faktor ini saling memperkuat satu dengan yang lainnya dalam mendorong

perilaku kecurangan akademik. Faktor diri sendiri mempengaruhi sikap informan

terhadap faktor teman, guru, dan orangtua. Informan merasa bahwa perbuatan curang

itu biasa saja dan sah dilakukan ketika ingin mendapatkan nilai yang baik dengan cara

yang mudah.

Kebutuhan akan pengakuan mendorong informan untuk mengikuti perilaku curang

yang dilakukan teman. Temanpun mendorong atau mempengaruhi informan untuk

melakukan kecurangan dengan alasan solidaritas. Alasan yang sama digunakan oleh

Faktor Diri Sendiri

- Pandangan terhadap perilaku curang

- Rasa malas atau rendahnya motivasi

- Kesulitan akan pemahaman materi

- Kebutuhan akan pengakuan

Faktor Teman

- Terpengaruh perilaku teman

- Solidaritas atau konformitas

- Kerja sama

Faktor Guru

- Pengawasan saat ulangan

- Metode pembelajaran atau suasana pembelajaran

- Kedisiplinan guru

Faktor Orangtua

- Tuntutan nilai yang baik

- Perhatian yang minim

- Sikap suka membandingkan

- Kedisiplinan guru

PERILAKU

KECURANGAN

Page 19: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

15

informan untuk melakukan kerjasama dalam kecurangan akademik dengan teman.

Informan merasa mendapatkan keuntungan dan kemudahan dalam melakukan

kecurangan akademik saat bekerjasama dengan teman. Rasa malas belajar dan

kesulitan akan pemahaman materi mendorong informan untuk terus menerus

melakukan kerjasama dalam hal kecurangan ini.

Keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik dengan cara yang mudah juga

didukung dengan suasana pembelajaran yang tidak kondusif. Lemahnya pengawasan

dari guru memberi dimanfaatkan oleh informan untuk melakukan kecurangan

akademik, baik secara individu maupun dengan cara bekerjasama dengan teman.

Tidak adanya sanksi yang tegas dari guru dan puasnya informan dengan nilai yang

didapat dari perilaku kecurangan menyebabkan perilaku ini terus berulang.

Sikap orangtua yang menuntut nilai yang tinggi tanpa diimbangi dengan perhatian

yang cukup menjadi dasar bagi informan untuk mendapatkan nilai yang baik dengan

cara curang. Orangtua tidak mempermasalahkan bagaimana cara anak mendapat nilai

yang baik tetapi hanya focus pada hasilnya menjadikan informan merasa sah-sah saja

untuk melakukan kecurangan. Hal ini diperburuk dengan sikap orangtua yang suka

membandingkan prestasi informan dengan prestasi anak lain, misalnya teman atau

saudara. Hal ini sejalan dengan kebutuhan akan pengakuan sehingga perilaku

kecurangan berlangsung terus menerus.

Perilaku kecurangan yang berhasil membuat informan mendapat nilai yang baik tanpa

adanya sanksi akademik dan sanksi sosial membuat perilaku ini terus berulang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada empat faktor

pendorong perilaku kecurangan akademik yaitu: (1) faktor diri sendiri yang terdiri (2)

faktor teman, (3) faktor guru, dan (4) adalah orangtua.

Bentuk-bentuk kecurangannya akademik yang dilakukan oleh informan dalam

menyontek dengan berbagai cara, cara-cara tersebut yaitu: menyontek dengan cara

meminjam jawaban siswa, memanfaatkan meja untuk menuliskan contekannya,

menyiapkan kertas kecil, menggunakan kode saat menyontek bersama teman,

bertanya pada teman, membuat catatan-catatan dengan huruf kecil, contekan

diletakkan di bawah meja atau di pangkuan.

Dinamika psikologis kecurangan akademik pada siswa sekolah berbasis agama dapat

dijelaskan sebagai hasil dari perpaduan empat faktor pendorong. Adanya tuntutan dari

orangtua dan pengakuan dari teman menyebabkan informan melakukan kecurangan

akademik. Hal ini didukung dengan mudahnya informan melakukan kecurangan dan

tidak adanya sanksi yang berarti untuk setiap kecurangan yang dilakukan.

beberapa saran yang dapat diberikan peneliti adalah:

1. Bagi Siswa

Agar dapat hasil yang maksimal dari perubahan tingkah laku positif yang telah

dicapai hendaknya siswa dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk bagi

Page 20: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

16

dirinya sehingga tidak melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang

lain.

2. Bagi Guru

Dibutuhkan pendekatan atau tindakan kuratif guru, yang berlaku bagi siswa yang

sudah terbiasa dengan contek mencontek, dengan memberikan peringatan bentuk

kongkrit misalnya teguran verbal dan sanksi yang mendidik. Memberikan bimbingan

dan ketegasan terhadap siswa.

3. Bagi Kepala Sekolah

Kepala Sekolah menindak tegas terhadap siswa yang melakukan kecurangan. Cara

yang dapat dilakukan yaitu memberi bimbingan, peringatan, dan sanksi untuk tidak

mengikuti ulangan serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaporkan

temannya yang melakukan kecurangan akademik, dengan cara menyediakan tempat

atau kotak dapat untuk menerima laporan-laporan mengenai kecurangan yang terjadi.

4. Bagi Sekolah

Sekolah berbasis agama seharusnya mengedepankan sisi religiusitas dalam

pembelajarannya. Faktor agama atau relgiusitas merupakan salah satu faktor penting

dalam membentuk sikap dan moral siswa mengenai perbuatan yang baik dan buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Anitsal, I., Anitsal, M.M., & Elmore, R. 2009. Academic dishonesty and intention to

cheat: A model on active versus passive academic dishonesty as perceived

by business student. Academic of Educational Leadership Journal,13 (2):

17-26.

Arya. 2014. Kejujuran adalah Segalanya dalam Pendidikan.

http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/15/13261685/Dalam.Pendidikan.K

ejujuran.adalah.Segalanya, diunduh pada Rabu, 17 September 2015.

Azizah, N. 2006. Perbedaan religiusitas Terhadap perilaku moral Pada Siswa SMA

Malang. Jurnal Penabur. Vol. 3. No. 2. Hal. 23-32.

Azwar, S. 2008. Pengukuran Sikap dan Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Bintoro, W., Purwanto, E., dan Indah, D. 2013. Hubungan Self Regulated Learning

dengan Kecurangan Akademik Siswa. Educational Psychology Journal. 2

(1). Hal. 57-64.

Barzegar, K dan Khezri, H. 2012. Predicting Academic Cheating Among the Fifth

Grade Students: The Role of Self-Efficacy and Academic Self-

Handicapping. J. Life Sci. Biomed. 2(1): 1-6.

Creswell, J.W. 2008. Qualitative Inquiri and Reseacrh Design: Chosing Among Five.

USA: Sage Publication, Inc.

Page 21: DINAMIKA PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA …eprints.ums.ac.id/49054/22/2. NASKAH PUBLIKASI.pdf · terpengaruh perilaku teman (b) solidaritas atau konformitas dan (c) kerjasama

17

Davis, S. F., Grover, C. A., Becker, A. H., & McGregor, L. N. 2009. Academic

dishonesty: Prevalence, Determinants, Techniques, and Punishments.

Teaching of Psychology, 19, 16–20.

Hadi, S. 2000. Metodology Research II. Yogyakarta: Andi Press.

Martindas, R. 2010. Mencegah kecurangan akademik.

http://budimatindas.blogspot.com, diakses tanggal 12 Februari 2014.

Meng, T.H. Jawahar, J.M., dan Kisamore, J.L. 2011. Predicting Academic

Misconduct Intentions and Behavior Using the Theory of Planned Behavior

and Personality. Basic And Applied Social Psychology, 32:35–45.

Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitia Kualitatif. Bandung : Remaja Perda

Karya.

Mulyawati, H., Masturoh, I., Anwaruddin, I., Mulyati, L. Agustendi, S., & Tartila,

T.S.S. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J.W. 2003. Adolecense (Perkembangan Remaja). Terjemahan oleh

Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.

Suparman. 2011. Studi Perbedaan Kualitas Sikap Jujur Siswa Kelas III SMTA Negeri

Kota Madiun. Interaksi, Vol. 7 (1), 1-13.

Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosda Karya.