perencanaan pendidikan

15
A. PERENCANAAN PENDIDIKAN Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tebtang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU RI No 20 Tahun 2003) dari defenisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa pendidikan indonesia adalah pendidikan yang usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu demi tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara. Persoalannya kemudian adalah, apakah yang menjadi pijakan bagi usaha “perencanaan sadar” . Serta apa yang menjadi sasaran standar bagi individu, masyarakat dan negara.Pencarian jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk dicari, sebagai pagangan bagi seluruh insan pendidikan khususnya dan bangsa indonesia umumnya. Insan pendidikan mulai dari guru, sebagai operator pendidikan, sampai dengan menteri, sebagai pejabat khusus penanggung jawab pendidikan, haruslah mengetahui dengan tepat apa yang menjadi landasan dalam perencanaan pendidikan Indonesia. Pengetahuan mengenai landasan akan menghindarkan pendidikan dari proyek coba-coba dan ganti menteri ganti kurikulum. Pengetahuan mengenai landasan pendidikan Indonesia oleh para guru, akan membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini karena guru di dalam kelas mengetahui untuk apa, mengapa, dan karena apa dia melakukan proses pendidikan di kelas.

Upload: tirta

Post on 14-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

perencanaan pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: PERENCANAAN PENDIDIKAN

A. PERENCANAAN PENDIDIKAN

Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tebtang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah: “usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU RI No 20 Tahun 2003) dari

defenisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa pendidikan indonesia adalah

pendidikan yang usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu demi

tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara.

Persoalannya kemudian adalah, apakah yang menjadi pijakan bagi usaha “perencanaan

sadar” . Serta apa yang menjadi sasaran standar bagi individu, masyarakat dan

negara.Pencarian jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk dicari, sebagai

pagangan bagi seluruh insan pendidikan khususnya dan bangsa indonesia umumnya. Insan

pendidikan mulai dari guru, sebagai operator pendidikan, sampai dengan menteri, sebagai

pejabat khusus penanggung jawab pendidikan, haruslah mengetahui dengan tepat apa yang

menjadi landasan dalam perencanaan pendidikan Indonesia. Pengetahuan mengenai

landasan akan menghindarkan pendidikan dari proyek coba-coba dan ganti menteri ganti

kurikulum. Pengetahuan mengenai landasan pendidikan Indonesia oleh para guru, akan

membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini karena guru di dalam kelas

mengetahui untuk apa, mengapa, dan karena apa dia melakukan proses pendidikan di kelas.

Demikian juga dengan siswa, akan merasa lebih nyaman untuk belajar, karena mengetahui

alasan dan tujuan ia menginvestasikan waktu mudanya untuk belajar di kelas. Pengetahuan

menganai landasan pendidikan Indonesia oleh para pejabat pembuat kebijakan pendidikan,

akan membuat kebijakan pendidikan nasional konsisten, tetap dan terarah dengan pasti.

Konsisten, maksudnya kebijakan pendidikan secara menyeluruh (bagian dan waktu)

tersusun dengan landasan yang sama. Tetap, maksudnya kebijakan pendidikan pada

berbagai sub dan waktu ke waktu tidak mengalami loncatan yang mengejutkan, sehingga

tidak membingungkan masyarakat sebagai pelanggan kebijakan. Terarah, maksudnya

kebijakan pendidikan pada berbagai sub dan waktu ke waktu tetap mengarah pada satu

tujuan besar, yaitu gambaran manusia Ideal menurut bangsa Indonesia. Bangsa Indoeseia

secara keseluruhan juga teramat penting untuk memahami landasan pendidikan, sebab

sebagai pelanggan dari kebijakan pendidikan, mereka berhak untuk mengetahui mengapa,

untuk apa, dan apa kebijakan pendidikan yang ada harus mereka ikuti.

Sebagian orang mengatakan landasan pendidikan hendaknya diletakkan pada suatu sistem

pengetahuan yang telah mapan, sehingga penyusunan kebijakan pendidikan menjadi pasti

Page 2: PERENCANAAN PENDIDIKAN

dan eksak (Sadulloh, 2003). Pendapat ini menyarankan agar pendidikan didasarkan pada

ilmu-ilmu ynag telah mapan seperti Psykologi, sosiologi, antropologi, biologi, kimia, dan

lain-lain. Dalam taraf tertentu pada praktek pendidikan, pendapat ini dapat diterima, karena

dengannya pendidikan akan tersusun dengan sangat sistematis. Namun permasalahan mulai

timbul, ketika permasalahan sampai pada persolan-persoalan mendasar seperti, mengapa

manusia harus mengikuti pendidikan?, siapa yang berhak mendidik manusia?, apakah

pendidikan tidak “memperkosa” kondrat ilahi?, apakah manusia pantas didik?, apa tujuan

akhir pendidika?, dengan cara apa pendidikan sebaiknya dilakukan?, dan berbagai

pertanyaan mendasar yang lain (Noor, 1986).

Berbagai pertanyaan tersebut tidak akan dapat ditemukan jawabannya dalam ilmu. Karena

jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat mendasar dan umum. Pengetahuan manusia yang

memiliki sifat seeprti ini adalah pengetahuan filsafat. Pendidikan memerlukan landasan

filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya sebatas pelaksanaan pendidikan, yang

hanya terbatas pada pengalaman empiris. Dalam pendidikan akan muncul permasalahan

yang lebih luas, komples, dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman

indrawi maupun fakta-fakta faktual yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh sains

pendidikan (sains of education) (Sadulloh, 2003). Masalah-masalah tersebut diantaranya

adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai

pandangan hidup manusia. Yujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan

tujuan hidup dan pandangan hidup individu maupun masyrakat yang menyelenggarakan

pendidikan. Pendidikan tidak akan dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami tujuan

akhirnya, sehingga hanya dengan memehami tujuan hidup manusia dan masyaraktlah maka

tujuan pendidikan akan dapat dipahami dengan jelas.

Dalam ruang pengetahuan manusia terdapat teramat banyak sistem bangun filsafat dan

geralan filsafat, yang masing-masing berkembang dengan latar belakang historis dan latar

belakang kondisi sosial yang berbeda. Keberbedaan latar belakang tersebut dan

karakteristik filsafat yang pra-priori (Rindjin, 1987), menyebabkan filsafat menjadi

berbeda-beda pada setiap komunitas (bangsa). Dalam keragaman filsafat yang ada

diperlukan sebuah kebijaksanaan untuk memilih filsafat mana yang akan digunakan

sebagai pijakan dasar dalam mengembangkan praktek dan kebijakan pendidikan. Untuk itu

maka diperlukan pengetahuan yang luas menganai berbagai sistem filsafat umum dan

aplikasinya dalam filsafat pendidikan. Setiap bangsa pada dasarnya telah memiliki sistem

nilai dan sistem keyakinan yang berkembang secara kontinyu dan mengakar pada

masyarakat itu (Noor, 1986), namun belum terumus dengan formal. sistem nilai dan sistem

keyakinan pada suatu masyarakat, yang kemudian di-formalkan, menjadi sebuah sistem

filsafat selanjutnya disebut Ideologi.

Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan

keputusan mengenai

Page 3: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa depan adalah

perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar. Yang berarti tujuan pembangunan

nasional akan lebih dekat dan mendapat support dari masyarakat secara utuh. Dan

selanjutnya dunia masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu

pengetahuan serta teknologi (IPTEK), telah dan akan mengubah gaya hidup masyarakat

Indonesia yang sedang menapak kea rah kearah masyarakat industri. Transformasi

masyarakat masa depan menuntut suatu fisi pendidikan dan pelatihan yang jelas, yang

mengakomodasikan dinamika transformasi social-ekonomi masyarakat yang akan terjadi.

Era teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia satu dengan yang lain,

sehingga dinamika tersebut harus ditampung untuk lebih mensukseskan tercapainya tujuan

pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat mengarahkan proses

perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional, sehingga dengan demikian program-

program pembangunan nasional yang diprioritaskan pada bidang ekonomi dalam PJP II,

akan di support oleh adanya Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas dan terampil

sesuai dengan kebutuhan masyarakat global.apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa,

keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi

atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan perencanaan harus dinilai.

Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan

sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa

Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya.

BAB II

PEMBAHASAN

 A.    Definisi Perencanaan Pendidikan         

Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara

lain:

Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch

Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat

alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan

dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di

bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara

Beeby, C.E

Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam

hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan

kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk

mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan

anak didik yang dilayani oleh system tersebut

Menurut Guruge (1972)

Page 4: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam

bidang pembangunan p

endidikan

Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)

Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-

kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta

keuntungan sosial

Menurut Coombs (1982)

Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses

perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan

efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarak

Menurut Y. Dror (1975)

Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk

kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan

cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu

Negara

Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut,

adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan,

dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai

konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-

keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain

dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus

selalu satu kegiatan mendahului dan didahu

Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat,

dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak

komponen yang ikut memproses di dalamnyalui oleh kegiatan lain

Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan perencanaan pendidikan ada

beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang

menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam

pengambilan keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai sumber lahirnya

keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai system kenegaraan yang

merupakan bentuk dan system manajemennya, bagaimana dan siapa atau kepada siapa

dibebankan tugas-tugas yang terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot u ntuk

jaminan dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui

melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan pendidikan itu sendiri, yaitu

dokumen rencana pendidikan.

Page 5: PERENCANAAN PENDIDIKAN

 Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat dimaklumi bahwa

masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep keputusan

yang akan dilaksanakan di masa depan. Den

gan demikian, perencanaan pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai

secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau

bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan

B.     Perencanaan Pendidikan yang Efektif dan Efisien

Perencanaan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang mengarahkan sebagai usaha

untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu proses

yang mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta pemanfaatan

sumber-sumber daya dan

Perencanaan pendidikan nasional harus diarahkan kepada pencapaian tujuan dan visi

normatif pembangunan nasional sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-

kecenderungan global yang mempengaruhi arah pembangunan nasional Dengan proses

perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional yang demikian bukanlah semata-mata

pencapaian target kuantitatif tetapi juga bahkan terlebih berkenan dengan pembenahan

system agar supaya lebih efektif dan efisien, meningkatkan mutu proses pembelajaran dan

pelatihan, serta materi yang disampaikan di dalam proses.dana untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional. Pendidikan dan pelatihan sebagai proses sumber daya manusia

yang akan melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan nasional haruslah sejalan

dengan proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional

Tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan

pembangunan nasional.Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai dengan

kesepakatan, menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan memfokuskan kepada rencana

yang telah ditentukan. Bukan berarti bahwa rencana yang telah disepakati tidak dapat

ditawar-tawar lagi. Penyesuaian suatu rencana hanya dapat terjadi apabila kondisi meminta

untuk perbaikan-perbaikan selama pelaksanaanKeterbatasan dana, ketidakmampuan

pelaksana, kurang koordinasi di lapangan dapat menyebabkan penyesuaian

pelaksanaan.Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada pengembangan dan

penguasaan IPTEK serta penerapannya. Berikutnya keterampilan yang diprogramkan

adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh dunia industri atau oleh

kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan ilmu dan teknologi kemudian

perencanaan yang disajikan merupakan suatu rencana yang melahirkan

inisiatifDemikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif harus dapat

menumbuhkan suatu system pendidikan dan perencanaan yang mengakomodasikan

lahirnya kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat Suatu proses

perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif juga berkenaan dengan proses

C.    Nilai Balik  Perencanaan Pendidikan

Page 6: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Berkaitan dengan isu-isu atau pendapat tentang perencanaan pendidikan yang dikatakan

baik, tapi buruk dalam implementasinya, mungkin ada benarnya pendapat tersebut jika

dilihat dari hasil yang terjadi yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan tersebut, salah

satu diantara perencanaan pendidikan yang implementasinya tidak sesuai dengan

perencanaan adalah Program Wajib Belajar 9 tahun misalnya, dimana pada Program Wajib

Belajar 9 tahun ini, pemerintah pusat dalam hal ini Departeman Pendidikan Nasional, untuk

menuntaskan progam wajar 9 tahun ini, pemerintah pusat memberikan bantuan pendidikan

kepada siswa yang dikenal dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), harapan dari

Pemerintah Pusat dengan adannya program ini, maka seluruh anak bangsa yang a

pembelajaran. Era informasi dengan cyber learning akan mengubah seluruh proses belajar

baik di dalam system pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Oleh karena

itu, cyber learning harus direncanakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam

rencana pendidikan dan pelatihan masa depan

da diseluruh pelosok negeri ini dapat menikmati/mengenyam pendidikan minimal

pendidikan dasar 9 tahun, tapi kenyataannya program BOS tersebut, belum menunjukkan

hasil yang sangat signifikan, karena masih banyak siswa-siswa usia sekolah yang belum

dapat menikmati pendidikan sampai 9 tahun tersebut, hal ini mungkin disebabkan oleh

belum mencukupinya biaya BOS yang digunakan buat siswa dalam melaksanakan

pendidikannya, sehingga siswa masih dibebani biaya lagi untuk menutupi kekurangan dari

dana BOS tersebut, akibatnya banyak siswa-siswa yang putus sekolah karena tidak sanggup

menanggung biaya tambahan tersebut. Mungkin pemerintah harus memikirkan kembali

besaran dana BOS tersebut, hingga dana tersebut benar-benar dapat digunakan untuk

mencukupi siswa dalam melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun itu.

Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum

menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius.

Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas

sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia,

Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan

yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat

pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh

pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan.

Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan

sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan

yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra

sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan

kejuruan) maupun perguruan tinggi.

Page 7: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya

manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri

yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.

Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan

perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang

mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar,

maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat

akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang

menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya,

membuat siswa tidak betah bahkan takut.

Menciptakan kondisi sekolah yang ideal seperti itu berarti kita sudah mulai membangun

fondasi kokoh dalam pengembangan SDM. Memang, hasilnya tidak serta merta terlihat

dalam lima-enam tahun kedepan. Tapi kita telah menciptakan generasi unggul karena

hitungan investasi SDM akan kelihatan hasilnya pada generasi berikutnya.

1.      Masalah Anggaran

Suatu pembangunan visioner yang harus diwujudkan oleh Pemerintah  tidak kecil

tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah. masalah yang paling besar tentu saja

masalah dana .

2.      Langkah Tepat

Hal ini diharapkan mampu meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan

kualitas pendidikan, serta peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan di masa yang akan

datang. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di era pasar bebas sangat tergantung pada

investasi bidang pendidikan, penelitian, dan pembangunan alih teknoologi, dimana

peningkatan infrasruktur pendidikan dasar memegang kunci yang amat menentuka

3.      Kualitas Output

Kualitas bisa diukur dari mana saja, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun

koordinasi. Kualitas pendidikan nasional memang sudah sangat memprihatinkan.Di sinilah

kelemahan sistem pendidikan kita, kurang perhatian pada output. Jika sistem pendidikan

tidak fokus pada output, maka berbagai tantangan (seperti laju teknologi yang begitu pesat)

akan sulit ditaklukkan.Di sisi lain, hak guru untuk mengevaluasi proses belajar-mengajar

dirampas begitu saja oleh UN. Padahal, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik

secara bekesinambungan.”

4.      Kebijakan Yang Berganti-Ganti.

Kebijakan yang sering berganti-ganti bukanlah satu-satunya penyebab rendahnya mutu

pendidikan saat ini, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu

pendidikan, diantara faktor-faktor tersebut misalnya adalah rendahnya

Page 8: PERENCANAAN PENDIDIKAN

kualitas/profesionalisme guru selaku tenaga pendidik, kurangnya sarana prasarana

pendidikan, kurangnya perhatian orang tua/partisipasi masyarakat juga dapat menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya kualitas/profesionalisme guru dapat disebabkan

karena banyak sekali guru yang tidak fokus kepada profesinya dikarenakan rendahnya

income yang diperoleh guru tersebut, hingga mereka mengajar hanya untuk memenuhi

kewajiban saja, mereka tidak mempunyai beban moral atau tanggung jawab untuk

mencerdaskan anak didik mereka, karena yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana

mereka dapat mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-

hari.Kurangnya sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan, hal ini disebabkan terbatasnya anggaran pendidikan, hingga

saat ini pemerintah belum sanggup untuk merealisasikan anggaran pendidikan sebesar

minimal 20% dari APBN sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang, hingga

banyak sekali program-program yang tidak dapat direalisasikan karena terbatasnya

anggaran pendidikan tersebut.Mungkin salah satu penyebab dari kebijakan pemerintah

yang sering berganti-ganti, hingga menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah

adannya kebijakan dalam hal kurikulum yang selalu berubah-ubah hingga menyebabkan

ketidakpastian/kebingunan dalam melaksanakan kurikulum tersebut, seringkali guru

menjadi bingung dengan adanya kurikulum yang berubah-ubah tersebut, karena dengan

pergantian kurikulum tersebut, secara otomatis guru tersebut harus menyesuaikan kembali

dengan kurikulum yang baru itu, proses penyesuaian ini memerlukan waktu yang cukup

lama, karena guru-guru tersebut harus memahami isi dari kurikulum tersebut, agar dapat di

implementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itulah perubahan kebijakan

yang dilakukan ditengah jalan sebaiknya seminimal mungkin kalau bisa dihindarkan,

hingga tidak menjadikan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan.

Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum

menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius.

Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas

sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia,

Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan

yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat

pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh

pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan.

Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan

sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan

yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra

sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan

kejuruan) maupun perguruan tinggi.

Page 9: PERENCANAAN PENDIDIKAN

Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya

manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri

yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.

Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan

perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang

mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar,

maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat

akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang

menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya,

membuat siswa tidak betah bahkan takut.

D.    Tenaga-tenaga Perencanaan Pendidikan yang profesional

Perencanaan pendidikan yang efektif dan efisien tentunya meminta tenaga-tenaga yang

professional tersebut, yaitu para perencana harus merupakan suatu tim multi-disipliner.

Dan mereka bukan hanya ahli-ahli dalam bidang pendidikan dan pelatihan melainkan juga

dari disiplin-disiplin dari luar pendidikan, seperti teknik, ekonomi, antropologi, filsafat, dan

bidang-bidang lainnya yang relevan. Tentunya yang ideal adalah adalah ahli-ahli

pendidikan yang menguasai disiplin-disiplin lainnya

Proses perencanaan pendidikan  yang efektif dan efisien secara mutlak harus ditopang oleh

peneliti (riset). Riset yang dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan

dalam bidang intern pendidikan. Pelaksanaan riset kebijakan pendidikan dapat

dilaksanakan oleh badan pemerintah tetapi juga oleh lembaga-lembaga swasta yang

independent agar supaya dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan dari berbagai arah serta

tidak berpihak

Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah pendidikan an sich perlu

dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di lingkungan universitas dan

lembaga-lembaga riset masyarakat mengenai mengenai pendidikan. Dewasa ini dirasakan

suatu kelemahan di dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan nasional karena

ketiadaan data riset mengenai masalah-masalah pendidikan san pelatihan yang dibutuhka n

oleh masyarakat Indonesia sendiri yang sedang berkembang me nuju masyarakat industri

Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari pinjaman atau limpahan

pemikiran-pemikiran barat mengenai perkembangan yang sebenarnya dari Indonesia

sampai dewasa di dalam lingkungan kebudayaan Indonesia