perencanaan pendidikan
DESCRIPTION
perencanaan pendidikanTRANSCRIPT
A. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tebtang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah: “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU RI No 20 Tahun 2003) dari
defenisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa pendidikan indonesia adalah
pendidikan yang usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu demi
tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara.
Persoalannya kemudian adalah, apakah yang menjadi pijakan bagi usaha “perencanaan
sadar” . Serta apa yang menjadi sasaran standar bagi individu, masyarakat dan
negara.Pencarian jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk dicari, sebagai
pagangan bagi seluruh insan pendidikan khususnya dan bangsa indonesia umumnya. Insan
pendidikan mulai dari guru, sebagai operator pendidikan, sampai dengan menteri, sebagai
pejabat khusus penanggung jawab pendidikan, haruslah mengetahui dengan tepat apa yang
menjadi landasan dalam perencanaan pendidikan Indonesia. Pengetahuan mengenai
landasan akan menghindarkan pendidikan dari proyek coba-coba dan ganti menteri ganti
kurikulum. Pengetahuan mengenai landasan pendidikan Indonesia oleh para guru, akan
membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini karena guru di dalam kelas
mengetahui untuk apa, mengapa, dan karena apa dia melakukan proses pendidikan di kelas.
Demikian juga dengan siswa, akan merasa lebih nyaman untuk belajar, karena mengetahui
alasan dan tujuan ia menginvestasikan waktu mudanya untuk belajar di kelas. Pengetahuan
menganai landasan pendidikan Indonesia oleh para pejabat pembuat kebijakan pendidikan,
akan membuat kebijakan pendidikan nasional konsisten, tetap dan terarah dengan pasti.
Konsisten, maksudnya kebijakan pendidikan secara menyeluruh (bagian dan waktu)
tersusun dengan landasan yang sama. Tetap, maksudnya kebijakan pendidikan pada
berbagai sub dan waktu ke waktu tidak mengalami loncatan yang mengejutkan, sehingga
tidak membingungkan masyarakat sebagai pelanggan kebijakan. Terarah, maksudnya
kebijakan pendidikan pada berbagai sub dan waktu ke waktu tetap mengarah pada satu
tujuan besar, yaitu gambaran manusia Ideal menurut bangsa Indonesia. Bangsa Indoeseia
secara keseluruhan juga teramat penting untuk memahami landasan pendidikan, sebab
sebagai pelanggan dari kebijakan pendidikan, mereka berhak untuk mengetahui mengapa,
untuk apa, dan apa kebijakan pendidikan yang ada harus mereka ikuti.
Sebagian orang mengatakan landasan pendidikan hendaknya diletakkan pada suatu sistem
pengetahuan yang telah mapan, sehingga penyusunan kebijakan pendidikan menjadi pasti
dan eksak (Sadulloh, 2003). Pendapat ini menyarankan agar pendidikan didasarkan pada
ilmu-ilmu ynag telah mapan seperti Psykologi, sosiologi, antropologi, biologi, kimia, dan
lain-lain. Dalam taraf tertentu pada praktek pendidikan, pendapat ini dapat diterima, karena
dengannya pendidikan akan tersusun dengan sangat sistematis. Namun permasalahan mulai
timbul, ketika permasalahan sampai pada persolan-persoalan mendasar seperti, mengapa
manusia harus mengikuti pendidikan?, siapa yang berhak mendidik manusia?, apakah
pendidikan tidak “memperkosa” kondrat ilahi?, apakah manusia pantas didik?, apa tujuan
akhir pendidika?, dengan cara apa pendidikan sebaiknya dilakukan?, dan berbagai
pertanyaan mendasar yang lain (Noor, 1986).
Berbagai pertanyaan tersebut tidak akan dapat ditemukan jawabannya dalam ilmu. Karena
jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat mendasar dan umum. Pengetahuan manusia yang
memiliki sifat seeprti ini adalah pengetahuan filsafat. Pendidikan memerlukan landasan
filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya sebatas pelaksanaan pendidikan, yang
hanya terbatas pada pengalaman empiris. Dalam pendidikan akan muncul permasalahan
yang lebih luas, komples, dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman
indrawi maupun fakta-fakta faktual yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh sains
pendidikan (sains of education) (Sadulloh, 2003). Masalah-masalah tersebut diantaranya
adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai
pandangan hidup manusia. Yujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan
tujuan hidup dan pandangan hidup individu maupun masyrakat yang menyelenggarakan
pendidikan. Pendidikan tidak akan dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami tujuan
akhirnya, sehingga hanya dengan memehami tujuan hidup manusia dan masyaraktlah maka
tujuan pendidikan akan dapat dipahami dengan jelas.
Dalam ruang pengetahuan manusia terdapat teramat banyak sistem bangun filsafat dan
geralan filsafat, yang masing-masing berkembang dengan latar belakang historis dan latar
belakang kondisi sosial yang berbeda. Keberbedaan latar belakang tersebut dan
karakteristik filsafat yang pra-priori (Rindjin, 1987), menyebabkan filsafat menjadi
berbeda-beda pada setiap komunitas (bangsa). Dalam keragaman filsafat yang ada
diperlukan sebuah kebijaksanaan untuk memilih filsafat mana yang akan digunakan
sebagai pijakan dasar dalam mengembangkan praktek dan kebijakan pendidikan. Untuk itu
maka diperlukan pengetahuan yang luas menganai berbagai sistem filsafat umum dan
aplikasinya dalam filsafat pendidikan. Setiap bangsa pada dasarnya telah memiliki sistem
nilai dan sistem keyakinan yang berkembang secara kontinyu dan mengakar pada
masyarakat itu (Noor, 1986), namun belum terumus dengan formal. sistem nilai dan sistem
keyakinan pada suatu masyarakat, yang kemudian di-formalkan, menjadi sebuah sistem
filsafat selanjutnya disebut Ideologi.
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan
keputusan mengenai
Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa depan adalah
perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar. Yang berarti tujuan pembangunan
nasional akan lebih dekat dan mendapat support dari masyarakat secara utuh. Dan
selanjutnya dunia masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu
pengetahuan serta teknologi (IPTEK), telah dan akan mengubah gaya hidup masyarakat
Indonesia yang sedang menapak kea rah kearah masyarakat industri. Transformasi
masyarakat masa depan menuntut suatu fisi pendidikan dan pelatihan yang jelas, yang
mengakomodasikan dinamika transformasi social-ekonomi masyarakat yang akan terjadi.
Era teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia satu dengan yang lain,
sehingga dinamika tersebut harus ditampung untuk lebih mensukseskan tercapainya tujuan
pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat mengarahkan proses
perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional, sehingga dengan demikian program-
program pembangunan nasional yang diprioritaskan pada bidang ekonomi dalam PJP II,
akan di support oleh adanya Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas dan terampil
sesuai dengan kebutuhan masyarakat global.apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa,
keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi
atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan perencanaan harus dinilai.
Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan
sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa
Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perencanaan Pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara
lain:
Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat
alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan
dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di
bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara
Beeby, C.E
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam
hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan
kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk
mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh system tersebut
Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam
bidang pembangunan p
endidikan
Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-
kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta
keuntungan sosial
Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarak
Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk
kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan
cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu
Negara
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut,
adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan,
dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai
konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-
keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain
dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus
selalu satu kegiatan mendahului dan didahu
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat,
dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak
komponen yang ikut memproses di dalamnyalui oleh kegiatan lain
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan perencanaan pendidikan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang
menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai sumber lahirnya
keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai system kenegaraan yang
merupakan bentuk dan system manajemennya, bagaimana dan siapa atau kepada siapa
dibebankan tugas-tugas yang terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot u ntuk
jaminan dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui
melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan pendidikan itu sendiri, yaitu
dokumen rencana pendidikan.
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat dimaklumi bahwa
masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep keputusan
yang akan dilaksanakan di masa depan. Den
gan demikian, perencanaan pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai
secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau
bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan
B. Perencanaan Pendidikan yang Efektif dan Efisien
Perencanaan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang mengarahkan sebagai usaha
untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu proses
yang mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta pemanfaatan
sumber-sumber daya dan
Perencanaan pendidikan nasional harus diarahkan kepada pencapaian tujuan dan visi
normatif pembangunan nasional sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-
kecenderungan global yang mempengaruhi arah pembangunan nasional Dengan proses
perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional yang demikian bukanlah semata-mata
pencapaian target kuantitatif tetapi juga bahkan terlebih berkenan dengan pembenahan
system agar supaya lebih efektif dan efisien, meningkatkan mutu proses pembelajaran dan
pelatihan, serta materi yang disampaikan di dalam proses.dana untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Pendidikan dan pelatihan sebagai proses sumber daya manusia
yang akan melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan nasional haruslah sejalan
dengan proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
Tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan
pembangunan nasional.Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan, menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan memfokuskan kepada rencana
yang telah ditentukan. Bukan berarti bahwa rencana yang telah disepakati tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Penyesuaian suatu rencana hanya dapat terjadi apabila kondisi meminta
untuk perbaikan-perbaikan selama pelaksanaanKeterbatasan dana, ketidakmampuan
pelaksana, kurang koordinasi di lapangan dapat menyebabkan penyesuaian
pelaksanaan.Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada pengembangan dan
penguasaan IPTEK serta penerapannya. Berikutnya keterampilan yang diprogramkan
adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh dunia industri atau oleh
kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan ilmu dan teknologi kemudian
perencanaan yang disajikan merupakan suatu rencana yang melahirkan
inisiatifDemikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif harus dapat
menumbuhkan suatu system pendidikan dan perencanaan yang mengakomodasikan
lahirnya kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat Suatu proses
perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif juga berkenaan dengan proses
C. Nilai Balik Perencanaan Pendidikan
Berkaitan dengan isu-isu atau pendapat tentang perencanaan pendidikan yang dikatakan
baik, tapi buruk dalam implementasinya, mungkin ada benarnya pendapat tersebut jika
dilihat dari hasil yang terjadi yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan tersebut, salah
satu diantara perencanaan pendidikan yang implementasinya tidak sesuai dengan
perencanaan adalah Program Wajib Belajar 9 tahun misalnya, dimana pada Program Wajib
Belajar 9 tahun ini, pemerintah pusat dalam hal ini Departeman Pendidikan Nasional, untuk
menuntaskan progam wajar 9 tahun ini, pemerintah pusat memberikan bantuan pendidikan
kepada siswa yang dikenal dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), harapan dari
Pemerintah Pusat dengan adannya program ini, maka seluruh anak bangsa yang a
pembelajaran. Era informasi dengan cyber learning akan mengubah seluruh proses belajar
baik di dalam system pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Oleh karena
itu, cyber learning harus direncanakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam
rencana pendidikan dan pelatihan masa depan
da diseluruh pelosok negeri ini dapat menikmati/mengenyam pendidikan minimal
pendidikan dasar 9 tahun, tapi kenyataannya program BOS tersebut, belum menunjukkan
hasil yang sangat signifikan, karena masih banyak siswa-siswa usia sekolah yang belum
dapat menikmati pendidikan sampai 9 tahun tersebut, hal ini mungkin disebabkan oleh
belum mencukupinya biaya BOS yang digunakan buat siswa dalam melaksanakan
pendidikannya, sehingga siswa masih dibebani biaya lagi untuk menutupi kekurangan dari
dana BOS tersebut, akibatnya banyak siswa-siswa yang putus sekolah karena tidak sanggup
menanggung biaya tambahan tersebut. Mungkin pemerintah harus memikirkan kembali
besaran dana BOS tersebut, hingga dana tersebut benar-benar dapat digunakan untuk
mencukupi siswa dalam melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun itu.
Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum
menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius.
Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas
sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia,
Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan
yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat
pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh
pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan.
Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan
sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan
yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra
sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan
kejuruan) maupun perguruan tinggi.
Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya
manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri
yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.
Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang
mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar,
maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat
akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya,
membuat siswa tidak betah bahkan takut.
Menciptakan kondisi sekolah yang ideal seperti itu berarti kita sudah mulai membangun
fondasi kokoh dalam pengembangan SDM. Memang, hasilnya tidak serta merta terlihat
dalam lima-enam tahun kedepan. Tapi kita telah menciptakan generasi unggul karena
hitungan investasi SDM akan kelihatan hasilnya pada generasi berikutnya.
1. Masalah Anggaran
Suatu pembangunan visioner yang harus diwujudkan oleh Pemerintah tidak kecil
tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah. masalah yang paling besar tentu saja
masalah dana .
2. Langkah Tepat
Hal ini diharapkan mampu meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
kualitas pendidikan, serta peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan di masa yang akan
datang. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di era pasar bebas sangat tergantung pada
investasi bidang pendidikan, penelitian, dan pembangunan alih teknoologi, dimana
peningkatan infrasruktur pendidikan dasar memegang kunci yang amat menentuka
3. Kualitas Output
Kualitas bisa diukur dari mana saja, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
koordinasi. Kualitas pendidikan nasional memang sudah sangat memprihatinkan.Di sinilah
kelemahan sistem pendidikan kita, kurang perhatian pada output. Jika sistem pendidikan
tidak fokus pada output, maka berbagai tantangan (seperti laju teknologi yang begitu pesat)
akan sulit ditaklukkan.Di sisi lain, hak guru untuk mengevaluasi proses belajar-mengajar
dirampas begitu saja oleh UN. Padahal, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara bekesinambungan.”
4. Kebijakan Yang Berganti-Ganti.
Kebijakan yang sering berganti-ganti bukanlah satu-satunya penyebab rendahnya mutu
pendidikan saat ini, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu
pendidikan, diantara faktor-faktor tersebut misalnya adalah rendahnya
kualitas/profesionalisme guru selaku tenaga pendidik, kurangnya sarana prasarana
pendidikan, kurangnya perhatian orang tua/partisipasi masyarakat juga dapat menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya kualitas/profesionalisme guru dapat disebabkan
karena banyak sekali guru yang tidak fokus kepada profesinya dikarenakan rendahnya
income yang diperoleh guru tersebut, hingga mereka mengajar hanya untuk memenuhi
kewajiban saja, mereka tidak mempunyai beban moral atau tanggung jawab untuk
mencerdaskan anak didik mereka, karena yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana
mereka dapat mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-
hari.Kurangnya sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan, hal ini disebabkan terbatasnya anggaran pendidikan, hingga
saat ini pemerintah belum sanggup untuk merealisasikan anggaran pendidikan sebesar
minimal 20% dari APBN sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang, hingga
banyak sekali program-program yang tidak dapat direalisasikan karena terbatasnya
anggaran pendidikan tersebut.Mungkin salah satu penyebab dari kebijakan pemerintah
yang sering berganti-ganti, hingga menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah
adannya kebijakan dalam hal kurikulum yang selalu berubah-ubah hingga menyebabkan
ketidakpastian/kebingunan dalam melaksanakan kurikulum tersebut, seringkali guru
menjadi bingung dengan adanya kurikulum yang berubah-ubah tersebut, karena dengan
pergantian kurikulum tersebut, secara otomatis guru tersebut harus menyesuaikan kembali
dengan kurikulum yang baru itu, proses penyesuaian ini memerlukan waktu yang cukup
lama, karena guru-guru tersebut harus memahami isi dari kurikulum tersebut, agar dapat di
implementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itulah perubahan kebijakan
yang dilakukan ditengah jalan sebaiknya seminimal mungkin kalau bisa dihindarkan,
hingga tidak menjadikan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan.
Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum
menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius.
Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas
sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia,
Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan
yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat
pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh
pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan.
Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan
sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan
yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra
sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan
kejuruan) maupun perguruan tinggi.
Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya
manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri
yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.
Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang
mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar,
maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat
akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya,
membuat siswa tidak betah bahkan takut.
D. Tenaga-tenaga Perencanaan Pendidikan yang profesional
Perencanaan pendidikan yang efektif dan efisien tentunya meminta tenaga-tenaga yang
professional tersebut, yaitu para perencana harus merupakan suatu tim multi-disipliner.
Dan mereka bukan hanya ahli-ahli dalam bidang pendidikan dan pelatihan melainkan juga
dari disiplin-disiplin dari luar pendidikan, seperti teknik, ekonomi, antropologi, filsafat, dan
bidang-bidang lainnya yang relevan. Tentunya yang ideal adalah adalah ahli-ahli
pendidikan yang menguasai disiplin-disiplin lainnya
Proses perencanaan pendidikan yang efektif dan efisien secara mutlak harus ditopang oleh
peneliti (riset). Riset yang dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan
dalam bidang intern pendidikan. Pelaksanaan riset kebijakan pendidikan dapat
dilaksanakan oleh badan pemerintah tetapi juga oleh lembaga-lembaga swasta yang
independent agar supaya dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan dari berbagai arah serta
tidak berpihak
Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah pendidikan an sich perlu
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di lingkungan universitas dan
lembaga-lembaga riset masyarakat mengenai mengenai pendidikan. Dewasa ini dirasakan
suatu kelemahan di dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan nasional karena
ketiadaan data riset mengenai masalah-masalah pendidikan san pelatihan yang dibutuhka n
oleh masyarakat Indonesia sendiri yang sedang berkembang me nuju masyarakat industri
Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari pinjaman atau limpahan
pemikiran-pemikiran barat mengenai perkembangan yang sebenarnya dari Indonesia
sampai dewasa di dalam lingkungan kebudayaan Indonesia