perencanaan kepegawaian - · pdf filemodul diklat analis kepegawaian perencanaan kepegawaian...
TRANSCRIPT
MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN
PERENCANAAN KEPEGAWAIAN
Penulis:
1. Doyo Hadi Widodo, S.Sos, M.AP
2. Tri Priyo Sudarmanto, SH, MH
PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA, 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam organisasi kita mengenal tentang beberapa manajemen diantaranya
adalah manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan,
manajemen informasi, dan tentu saja manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Bila melihat dari derajat kepentingan pada hakekatnya semua manajemen
mempunyai derajat kepentingan yang sama dalam hal kontribusinya dalam
pencapaian tujuan organisasi. Manajemen SDM mempunyai peran yang sama
pentingnya dengan manajemen lainnya, terforkus pada aspek pengelolaan
sumberdaya manusianya yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan fungsi manajemen SDM para ahli mempunyai pendapat yang beragam
tentang fungsi manajemen. Namun dasarnya mereka sepakat bahwa manajemen
sumberdaya manusia mempunyai fungsi untuk merencanakan sumberdaya manusia,
merekrut, menyeleksi dan memberi orientasi sumberdaya manusia, mengembangkan
sumberdaya manusia, merencanakan dan mengembangkan karir SDM, menilai
prestasi kerja, mengurus kompensasi, dan mengelola pemberhentian kerja.
Didalam merencanakan SDM yang kita kenal dengan perencanaan pegawai,
merupakan suatu fungsi manajemen yang sangat perlu untuk diperhatikan karena
perencanaan pegawai merupakan dasar bagi penyusunan program kerja, bahkan
dinyatakan perencanaan pegawai mutlak perlu guna lebih menjamin agar setiap
organisasi semakin mampu memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan organisasi di masa depan. Siagian (2008 : 48) didalam
manajemen SDM menyatakan bahwa perencanaan SDM merupakan dasar bagi
penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang menangani SDM dalam
organisasi. Salah satu aspek program kerja tersebut adalah pengadaan tenaga kerja
baru guna memperkuat tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan kemampuan
organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Tanpa perencanaan SDM,
sukar menyusun program kerja yang realistik.
2
Lebih lanjut Sondang menyatakan bahwa perencanaan pada umumnya dan
perencanaan SDM khususnya mutlak perlu guna lebih menjamin bahwa setiap
organisasi semakin mampu memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan organisasi yang bersangkutan di masa depan. Perencanaan SDM
dirancang untuk menjamin bahwa kebutuhan pegawai untuk organisasi akan
terpenuhi secara tetap dan tepat. Perencanaan seperti itu dapat dilakukan melalui
analisis kebutuhan pegawai. Dari uraian tersebut dapat kita tarik suatu benang merah
yaitu suatu organisasi yang memiliki prospek maju kemasa depan tidak boleh
mengabaikan kegiatan perencanan. Perencanaan SDM guna untuk mencapai
penyusunan program kerja yang realistik, dan mengisi kebutuhan pegawai
organisasi secara tetap dan tepat, sehingga pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien. Melihat pentingnya atau pengaruh
perencanaan pegawai terhadap pencapaian tujuan organisasi yang demikian
siqnifikan bagi penyelenggara organisasi swasta maupun pemerintah khususnya
pengelola pegawai dan pemangku jabatan dalam bidang kepegawaian, maka materi
atau pembelajaran perencanaan pegawai diperlukan sebagai salah satu mata ajar
dalam diklat Fungsional Analis Kepegawaian.
B. Deskripsi Singkat
Modul diklat perencanaan pegawai membahas mengenai dasar hukum, pengertian,
manfaat, tujuan perencanaan pegawai dan mengitung analisis kebutuhan pegawai,
serta formasi pegawai negeri sipil. Disamping teori peserta diklat diberikan berbagai
latihan dan praktik menganalisis kebutuhan pegawai sampai dengan menentukan
formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk meningkatkan pemahaman maka setiap
materi diklat diikuti oleh tugas dan/atau/latihan serta tindak lanjutnya.
C. Sasaran Diklat
Sasaran diklat fungsional analis kepegawaian adalah pegawai negeri sipil yang telah
atau akan diangkat menjadi pejabat fungsional analis kepegawaian.
3
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti diklat ini peserta diharapkan dapat memahami formasi
PNS yang meliputi pengertian, dasar hukum, prosedur pengusulan, penetapan dan
penghitungan serta ketentuan lain yang terkait dengan penghitungan kebutuhan
pegawai.
E. Manfaat Modul
Pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam materi perencanaan pegawai mencakup sub materi analisis kebutuhan
pegawai yang berdasarkan norma, standar dan prosedur yang akan di gunakan
sebagai dasar dalam pengajuan formasi PNS.
F. Materi Pokok
Mengacu pada tujuan pembelajaran diatas, materi pokok untuk mata diklat ini ialah :
1. Perencanaan pegawai
a. Perencanaan pegawai
1) Pengertian Perencanaan Pegawai
2) Tujuan Perencanaan Pegawai
3) Manfaat Perencanaan Pegawai
b. Analisis Jabatan
c. Analisis Kebutuhan Pegawai
1) Pengumpulan data dan informasi
2) Mengevaluasi kebutuhan pegawai
3) Menyusun rencana realokasi pegawai
4) Menyusun rencana tambahan formasi pegawai baru
d. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penghitungan kebutuhan PNS
1) Beban Kerja
2) Standar Kemampuan Rata-rata
3) Waktu Kerja
4) Faktor –faktor lainnya
Tata Cara Penghitungan Kebutuhan PNS
1) Analisis Persediaan PNS
4
2) Penghitungan Kebutuhan PNS
3) Peta Jabatan
2. Formasi PNS
a. Perhitungan Dengan Metode Umum
1) Pendekatan hasil
2) Pendekatan obyek kerja
3) Pendekata peralatan kerja
4) Pendekatan tugas per tugas
b. Perhitungan kebutuhan pegawai dalam jabatan dengan standar kebutuhan
minimum yang telah ditetapkan oleh instansi pembina
c. Penetapan Formasi
3. Petunjuk Belajar
Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik, diharapkan peserta mengikuti langkah –
langkah sebagai berikut :
a. Bacalah secara cermat dan pahami tujuan pembelajaran dalam modul ini.
b. Pelajari setiap bab secara berurutan, dimulai bab I sampai dengan bab IV
c. Kerjakan secara lengkap tugas/latihan pada setiap akhir bab.
d. Untuk memperluas wawasan, disarankan mempelajari bahan – bahan dari
sumber lain seperti tertera pada daftar pustaka diakhir modul ini
5
BAB II
PERENCANAAN PEGAWAI
A. Dasar Hukum
Didalam pelaksanaan penetapan formasi diperlukan ketentuan sebagai
petunjuk untuk menjamin kelancaran dan keseragaman yang berorientasi pada
obyektifitas dalam penetapan formasi PNS dilingkungan organisasi/instansi Negara.
Ketentuan tersebut dapat dijadikan suatu dasar hukum dalam penetapan formasi
PNS. Adapun dasar hukum formasi PNS adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
4. Keputusan Menpan Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman
Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka
Penyusunan Formasi PNS;
5. Keputusan Kepala BKN Nomor 26 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun
2003.
6. Peraturan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Analisis Jabatan.
7. Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil.
A. Analisis Kebutuhan Pegawai
Penyusunan kebutuhan pegawai atau yang sering disebut sebagai prediksi
permintaan (demand) dilingkungan organisasi baik itu organisasi pemerintah, swasta
6
atau organisasi profit, pada dasarnya disebabkan oleh berbagai alasan atau sebab-
sebab tertentu. Prediksi kebutuhan pegawai yang dilakukan dengan alasan yang
kuat, jelas dan rasional tentunya akan menghasilkan SDM yang mampu bekerja
secara efektif dan efisien, dalam memberikan kontribusi pada usaha organisasi
dalam mencapai tujuan strategik untuk mewujudkan visi dan misinya. Oleh karena
itu prediksi kebutuhan pegawai harus didasari alasan yang kuat untuk memastikan
bahwa permintaan pegawai merupakan kebutuhan obyektif atau bukan disebabkan
oleh ketidakmampuan mengefektif dan efisien pegawai yang ada.
Menurut Nawawi (2008) pada suatu organisasi profit alasan atau sebab yang
paling penting dalam prediksi kebutuhan pegawai adalah kekurangan pegawai
dalam melaksanakan perencanaan bisnis, sehingga banyak kegiatan bisnis sehari-
hari tertunda atau tidak terselesaikan, yang berakibat banyak konsumen direbut oleh
organisasi/perusahaan kompetitor. Alasan yang tidak kuat sebaiknya diatasi dengan
kegiatan manajemen SDM lainnya, seperti pelatihan, pengembangan karier, mutasi
(re-placement/re-traffing), dan lain-lain. Hal ini organisasi tidak perlu menyelesai-
kan masalah bisnis yang dihadapi dengan mengangkat pegawai baru. Lebih lanjut
Nawawi mengatakan bahwa berdasarkan kondisi tersebut, berarti dalam
memberikan persetujuan terhadap perencanaan pegawai yang sudah dibuat, seorang
manajer puncak harus diyakinkan bahwa prediksi kuantitatif dan kualitatif yang
telah dilakukan memiliki alasan yang kuat untuk dilaksanakan. Dengan kata lain
manajer puncak harus meyakini bahwa perencanaan pegawai jika dilaksanakan
tidak akan menjadi pemborosan, tetapi sebaliknya akan dapat mempertahankan dan
meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas kerja.
Perencanaan pegawai akan diprediksi kebutuhan (demand) pegawai dimasa
sekarang atau pada saat bisnis yang dilakukan oleh organisasi menunjukan prospek
positif. Dalam jangka waktu pendek sekitar satu atau dua tahun yang tidak
diprediksi sebelunya, ternyata pemerintah mengeluarkan peraturan baru, yang
mempersempit peluang bisnis yang sedang dilaksanakan. Perencanaan pegawai
pada organisasi pemerintah terutama dalam hal memprediksi kebutuhan SDM PNS
dipetakan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Dalam
memprediksi kebutuhan PNS ini harus mempertimbangkan perkembangan visi dan
misi organisasi itu sendiri, misalnya dalam hal arah perubahan visi dan misi
7
organisasi kedepan cenderung dan lebih menitik beratkan pada tugas pelayanan
maka dalam memprediksi kebutuhan PNS harus juga mempertimbangkan beberapa
kompetensi yang mendukung tugas pelayanan tersebut. Hal lain yang sering
dilupakan dalam memprediksi kebutuhan pegawai ini adalah tingkat efektif dan
efisien dari pendayagunaan PNS itu sendiri, karena itu harus dipertimbangkan
apakah PNS yang dibutuhkan itu harus bersifat permanen atau tidak, sehingga perlu
mengidentifikasi apakah kebutuhan PNS merupakan pegawai tetap, pegawai tidak
tetap (pegawai kontrak) dan atau outshorsing.
Sehubungan dengan berbagai hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam
membuat perencanaan kebutuhan pegawai baik pada organisasi pemerintah ataupun
pada organisasi profit harus didasarkan pada analis kebutuhan pegawai untuk
kondisi saat ini dan kebutuhan yang akan datang baik dalam jangka waktu
menengah ataupun jangka waktu panjang. Kita sadari bahwa dalam membuat
prediksi kebutuhan pegawai sering dipengaruhi oleh faktor ekternal maupun
internal organisasi. Menurut Nawawi (2008) faktor internal organisasi adalah
kondisi persiapan dan kesiapan SDM sebuah organisasi/perusahaan dalam
melaksanakan operasional bisnis pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi
perkembangannya di masa depan. Alasan atau sebab ini harus dilihat dari segi
ketersediaan SDM, baik jumlah maupun kualitasnya yang relevan dengan bidang
bisnis sebagai pilihan organisasi/perusahaan. Dengan kata lain faktor internal
adalah alasan permintaan SDM, yang bersumber dari kekurangan SDM di dalam
organisasi untuk melaksanakan bisnisnya, yang menyebabkan diperlukan
penambahan jumlah SDM.
Dari uraian penulisan ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa perencanaan
pegawai yang merupakan dasar penyusunan program kerja organisasi itu mutlak
dilaksanakan guna lebih menjamin kehidupan organisasi dimasa depan (Bab I). Hal
tersebut ditindak lanjuti dengan uraian pada bab II, dimana perencanaan pergawai
itu harus mempertimbangkan prediksi kebutuhan pegawai kedepan dan harus
berdasarkan alasan yang kuat, jelas dan rasional sehingga dapat menghasilkan
SDM yang mampu bekerja secara efektif dan efisien, dalam memberikan kontribusi
pada usaha organisasi dalam mencapai tujuan strategik untuk mewujudkan visi dan
misinya. Oleh karena itu prediksi kebutuhan pegawai harus didasari alasan yang
8
kuat untuk memastikan bahwa permintaan pegawai merupakan kebutuhan obyektif
atau bukan disebabkan oleh ketidak mampuan mendayagunakan secara efektif dan
efisien pegawai yang sudah ada pada organisasi pemerintah ataupun pada
organisasi profit harus didasarkan pada analis kebutuhan pegawai untuk kondisi
saat ini dan kebutuhan yang akan datang baik dalam jangka waktu menengah
ataupun jangka waktu panjang.
B. Perencanaan Pegawai
Perencanaan Pegawai dinyatakan mutlak dilaksanakan oleh suatu organisasi
pemerintahan, dan swasta maupun organisasi profit. Uraian ini memberikan suatu
persepsi yang begitu pentingnya bagi organisasi untuk melaksanakan suatu
perencanaan pegawai. Mungkin dengan uraian tersebut pembaca akan timbul
pertanyaan yang lebih konkrit. Apa itu perencanaan pegawai ?. dan mengapa
perencanaan pegawai itu mutlak untuk dilaksanakan dalam organisasi ?
Pengertian atau definisi perencanaan pegawai dapat kita temui pada banyak
buku manajemen, administrasi maupun kepemimpinan. Hadari Nawawi dalam buku
Perencanaan SDM mendefinisikan perencanaan sebagai berikut: “Perencanaan
adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, metode, anggaran, dan standar (tolok
ukur) keberhasilan suatu kegiatan”. Pengertian ini menunjukkan bahwa perencanaan
merupakan proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam
memilih salah satu diantara beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai
oleh sebuah organisasi/perusahaan. Kemudian memilih strategi dan metode untuk
mencapai tujuan tersebut. Dilanjutkan pula dengan menetapkan anggaran untuk
melaksanakan strategi dan metode tersebut, diiringi dengan memilih dan
menetapkan kriteria tolok ukur untuk menilai tingkat keberhasilan
organisasi/perusahaan dalam pencapaian tujuannya dengan mengimplementasikan
strategi dan metode yang telah dipilih sebelumnya.
Pengertian perencanaan tersebut diatas dalam perencanaan pegawai berarti di
lingkungan sebuah organisasi harus dilakukan rangkaian kegiatan menetapkan
tujuan, memilih strategi dan metode serta penyediaan anggaran untuk mendapatkan
pegawai baru yang dibutuhkan oleh organisasi. Penetapan kegiatan tersebut sebagai
perencanaan berarti kegiatan memprediksi SDM yang memiliki kemampuan yang
9
besar dalam melaksanakan program – program bisnis yang telah dirumuskan di
dalam rencana bisnis organisasi yang bersangkutan. Disamping itu perencanaan
pegawai harus dilakukan juga untuk mempertahankan pegawai yang dimiliki
organisasi yang telah menunjukkan kemampuannya dalam memberikan kontribusi
terbaik untuk mencapai tujuan bisnis yang telah ditetapkan. Untuk itu perencanaan
harus dilakukan sebagai kegiatan keberhasilan organisasi dalam memprediksi
kualifikasi pegawai yang tepat guna setelah bekerja dibidangnya masing-masing.
Pengetahuan tepat guna yang sistematik itu dalam perencanaan pegawai,
membahas tentang cara atau teknik memprediksi kebutuhan pegawai yang paling
akurat, baik jumlah maupun kualifikasinya di lingkungan sebuah organisasi.
Prediksi itu dapat dilakukan dengan mempergunakan pegawai dari sumber internal
dan/atau sumber eksternal. Untuk melengkapi penulisan ini dalam pengertian
perencanaan, dapat kita cermati pendapat dari beberapa ahli SDM dalam
mendefinisikan perencanaan pegawai sebagai berikut (dalam… Irawan, 2002:30).
1. Siagian (1994), perencanaan pegawai adalah langkah-langkah tertentu yang
diambil oleh manajemen organisasi guna tersedianya tenaga yang tepat untuk
menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat, pada waktu
yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dan akan ditetapkan.
2. Tulus (1994), perencanaan pegawai adalah aktivitas yang dapat menjamin
terpenuhinya kebutuhan pegawai bagi organisasi secara konstan dan memadai
3. Handoko (1994), perencanaan pegawai adalah estimasi organisasi secara
sistematik permintaan dan penawaran tenaga kerja di waktu yang akan datang.
4. Hasibuan (1994), perencanaan pegawai adalah merencanakan tenaga kerja agar
sesuai dengan kebutuhan organisasi dan efektif serta efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan.
5. Schuller (1992), perencanaan pegawai adalah dasar konstruksi manajemen SDM
yang meliputi perkiraan kebutuhan SDM organisasi dan perencanaan tahapan
yang memungkinkan untuk mendapatkan SDM yang dibutuhkan tersebut.
6. French (1986), perencanaan pegawai adalah proses pengkajian kebutuhan SDM
dimasa mendatang serta pembuatan perencanaan program untuk memastikan
kompetensi dan kemantapan kerja pegawai yang berkaitan tujuan organisasi.
10
Dari berbagai pengertian tentang perencanaan pegawai diatas terlihat bahwa
ada kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan yang membentuk sistem
perencanaan pegawai yang meliputi kegiatan, diantaranya:
1. Penetapan tujuan.
2. Pengambilan keputusan tentang kuantitas (jumlah) dan kualitas pegawai.
3. Mempertahankan pegawai yang memiliki kemampuan melaksanakan tugas.
4. Memilih strategi serta anggaran untuk mendapatkan pegawai baru.
5. Dan pengkajian kebutuhan sdm di masa mendatang.
Kegiatan perencanaan pegawai tersebut juga dapat diaplikasikan sebagai
bahan pertimbangan dalam perencanaan kebutuhan PNS dilingkungan organisasi
pemerintah. Hal ini terlihat dari pengertian atau definisi perencanaan PNS, yakni
kegiatan memprediksi kondisi masa depan yang diinginkan yang meliputi jumlah,
jenis keahlian, tingkat kompetensi untuk menjamin tersedianya SDM sesuai dengan
kebutuhan organisasi sebagai upaya untuk menyesuaiakan antara bidang-bidang
jabatan dengan keahlian atau kecakapan yang tersedia agar tujuan organisasi dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Tujuan perencanaan pegawai pada umumnya
dikategorikan dalam tiga tahapan, yaitu perencanaan pegawai jangka pendek,
menengah, dan panjang. Tujuan perencanaan pegawai jangka pendek (perspektif
tahunan) adalah menetapkan prediksi posisi/jabatan dan pekerjaan yang kosong satu
tahun mendatang yang harus diisi, baik jumlah maupun kualifikasinya di lingkungan
sebuah organisasi. Tujuan perencanaan pegawai jangka sedang/panjang (maksimal 5
tahun mendatang) adalah menetapkan prediksi permintaan pegawai agar organisasi
memiliki kemampuan dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
kompetitifnya. Tujuan perencanaan pegawai jangka panjang untuk memperoleh
sosok PNS yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas secara profesional
dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan serta bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
C. Manfaat Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai secara kategorikal mutlak untuk dilaksanakan dalam
suatu organisasi karena SDM yang dimiliki atau mungkin dimiliki selalu terbatas,
padahal tujuan yang ingin dicapai per definisi selalu tidak terbatas. Situasi
11
keterbatasan itu memberi petunjuk bahwa pegawai harus direncanakan dan
digunakan sedemikian rupa sehingga diperoleh manfaat yang semaksimal mungkin.
Manfaat perencanaan pegawai dalam organisasi diantaranya adalah :
1. Organisasi dapat memanfaatkan pegawai yang sudah ada secara lebih baik
2. Melalui perencanaan pegawai yang matang, dapat meningkatkan produktifitas
kerja pegawai yang sudah ada.
3. Organisasi dapat menentukan kebutuhan pegawai dimasa depan, baik dalam arti
jumlah dan kualifikasinya untuk berbagai jabatan dan menyelenggarakan
berbagai aktivitas.
4. Penanganan informasi ketenagakerjaan dan pemanfaatannya.
5. Sebagai dasar bagi penyusunan program bagi satuan kerja yang menangani
pegawai dalam organisasi.
Untuk melakukan penghitungan kebutuhan PNS dilakukan dengan cara
menganalisis persediaan pegawai dan menghitung kebutuhan pegawai. Persediaan
pegawai dapat dilihat dari data jumlah pegawai yang dimiliki oleh suatu unit
organisasi yang terkini. Pencatatan data persediaan pegawai menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari perencanaan kepegawaian secara keseluruhan. Setiap Instansi
harus menyusun perencanaan persediaan pegawai untuk kurun waktu 2 (dua) sampai
dengan 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organisasi
yang selanjutnya disampaikan kepada Kepala BKN. Perkiraan persediaan pegawai
tahun berikutnya dihitung atas dasar jumlah pegawai yang ada dikurangi dengan
jumlah pegawai yang mencapai Batas Usia Pensiun dalam tahun yang bersangkutan.
Pengurangan pegawai di luar Batas Usia Pensiun antara lain seperti halnya mutasi,
berhenti, dan meninggal dunia sulit diramalkan, sehingga pengurangan tersebut
tidak perlu dimasukan dalam perkiraan, kecuali direncanakan dengan pasti.
Persediaan pegawai disusun dalam daftar susunan jabatan berdasarkan
kualifikasi, dengan tahapan sebagai berikut :
a) Menyusun daftar susunan jabatan yang meliputi nama jabatan, ikhtisar jabatan,
syarat jabatan. Adapun syarat jabatan meliputi pendidikan, pendidikan dan
pelatihan jabatan, pengalaman, keahlian, dan keterampilan. Penyusunan daftar
susunan jabatan sebagai langkah untuk menentukan persyaratan bagi calon
pemangku atau pemangku jabatan yang terkait dengan nilai kompetensinya.
12
Calon pemangku atau pemangku jabatan yang telah memenuhi kompetensi
jabatan diharapkan akan mampu melaksanakan tugas jabatan secara profesional,
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pegawai dalam suatu organisasi. Bagi
calon pemangku atau pemangku jabatan yang belum memenuhi persyaratan
jabatan yang dibutuhkan maka tugas organisasi atau instansi untuk melaksanakan
peningkatan kompetensi jabatan melalui pembinaan pegawai. Contoh:
DAFTAR SUSUNAN JABATAN
Unit Kerja: Bagian Organisasi dan Tata Laksana
No Nama
Jabatan
Ikhtisar Jabatan Syarat Jabatan
Pendidikan Diklat Pengalaman Keahlian Keterampilan
1 Kabag
Organisasi
dan Tata Laksana
Melaksanakan
analisis dan
menyusun kapasitas
kelembagaan serta
ketatalaksanaan
S1 Manajemen
Pim III
Menganalisis
organisasi
Desain
Organisasi
Evaluasi
organisasi
2 Kasubbag
Organisasi
diisi sesuai
dengan yang ada
Dst Dst Dst Dst Dst
3 Penganalisis
Organisasi
Menyusun
informasi jabatan
S1 Manajemen
-
Mengumpulkan
data organisasi
- Mencatat
Permasalahan yang
dihadapi
4 Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst
b) Menyusun daftar susunan pegawai menurut jabatan terdiri atas nama jabatan dan
data pegawai. Adapun data pegawai terdiri dari nama pegawai, tahun
pengangkatan, tahun pensiun, pendidikan, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
jabatan, keahlian, dan keterampilan pegawai yang bersangkutan. Contoh:
DAFTAR SUSUNAN PEGAWAI MENURUT JABATAN
Unit Kerja: Bagian Organisasi dan Tata Laksana
No
Nama
Jabatan
Data Pegawai
Nama Tahun
Pengang
katan
Pensiun Pendidikan Diklat Pengalaman
jabatan
Keahlian Ket
1 Kabag
Ortala
Drs
Budi
1985 2012 S1 Pim III Kabag Desain
Organ.
-
2 Kasubag Amir
SE
1980 2011 S1 Pim IV Sekretaris
3 Analisi
Organisasi
Karina,
SE
Dst Dst S1 Dst Dst Dst Dst
4 Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst
13
c) Membuat perkiraan perubahan komposisi pegawai yang akan pensiun dan
rencana promosi serta mutasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan posisi
pegawai dalam jabatan. Contoh :
PERKIRAAN PERUBAHAN KOMPOSISI PEGAWAI
Tahun 2011 s/d 2013
Unit Kerja: Bagian Organisasi dan Tata Laksana
No Nama
Jabatan
Pegawai Yang
Ada
Pensiun Promosi Mutasi
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 Kabag Ortala 1 1 1 1 1
2 Kasubag 1 1 1 1
3 Penganalisis
Organisasi
1 1 1 1 1
4 Penganalisis
Jabatan
1 1 1 1 1
d) Membuat perkiraan persediaan pegawai dalam waktu 2 - 5 tahun yang ditentukan
tanpa mencantumkan lagi pegawai yang pensiun. Contoh :
PERKIRAAN PERSEDIAAN PEGAWAI
Tahun 2011 s/d 2013
Unit Kerja : Bagian Organisasi dan Tata Laksana No Nama Jabatan Pegawai yang ada
2010
Persediaan
2011 2012 2013
1 Kabag Ortala 1 1 1 1
2 Kasubag.... 1 1 1 1
3 Penganalisis
Organisasi
1 1 1 1
4 Penganalisis Jabatan 1 1 1 1
D. Penghitungan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
1. Metode Penghitungan
a) Setiap instansi wajib melakukan analisis beban kerja untuk penghitungan
kebutuhan PNS yang dapat dilakukan seperti contoh berikut:
14
URAIAN TUGAS
Jabatan Pengolah Data Formasi Pada Sub Dit. Perencanaan Formasi Pegawai
No Uraian Tugas Satuan
Hasil
Waktu
Penyelesaian
Waktu
Kerja
Efektif
Beban
Kerja
Pegawai
Yang
Dibutuhkan
Ket
1 Memeriksa data usulan
formasi yang disampaikan
Instansi Pusat dan Daerah
sudah sesuai dengan format
formulir yang ditentukan
agar data akurat
laporan/
checklist
15 menit 72 000 600 0,125
2 Menginventarisasi data
usulan formasi yang disam-
paikan oleh Instansi Pusat
dan Daerah dengan cara
mengelompokkan sesuai
dengan instansi dan jabat-
annya agar memudahkan
dalam pencarian data
Rekap
Data
30 Menit 72 000 600 0,250
3 Mengolah data usulan
formasi berdasarkan jenis
jabatan untuk membuat
bahan pertimbangan
Informasi
per jenis
jabatan
45 Menit 72 000 600 0,375
4 Memberikan informasi
yang dibutuhkan
Penganalisis Formasi
Pegawai berdasarkan data
usul formasi sebagai bahan
pembuatan kebijakan
formasi dan pertimbangan
alokasi tambahan formasi
Instansi Pusat dan Daerah
Laporan 45 Menit 72 000 600 0,375
5 Membuat konsep pertim-
bangan Kepala BKN
mengenai alokasi
tambahan formasi pegawai
Instansi Pusat dan Daerah
berdasarkan data usul
formasi sebagai bahan
pertimbangan teknis
Kepala BKN
Draft
Pertimban
gan
3000 Menit 72 000 1 0,042
6 Membuat laporan statistik
mingguan mengenai
formasi pegawai Instansi
Pusat dan Daerah
berdasarkan data usul
formasi untuk diserahkan
kepada atasan langsung
Laporan 60 Menit 1500 1 0,040
7 Memelihara database
formasi pegawai dengan
cara menyimpan,
memperbaharui dan
memproteksi data agar
tetap akurat dan terjaga
kerahasiaannya
Kegiatan 30 Menit 6 000 1 0,005
15
8 Melaksanakan tugas
kedinasan lain yang
diperintahkan oleh atasan
baik lisan maupun tertulis
untuk kelancaran
pelaksanaan tugas
Kegiatan 30 Menit 300 3 0,300
Jumlah 1,512
Berdasarkan contoh tersebut di atas maka pegawai yang dibutuhkan untuk
jabatan Pengolah Data Formasi pada Sub Dit. Perencanaan Formasi
Pegawai adalah sebanyak 1,512 dibulatkan ke atas menjadi 2 (dua) orang
pegawai. Apabila kebutuhan pegawai untuk jabatan tersebut juga dianalisis
berdasarkan sifat pekerjaan yaitu rutin, segera, penting, dan/atau rahasia
serta dilakukan analisis terhadap peralatan/teknologi yang digunakan, maka
kebutuhan pegawai untuk jabatan tersebut adalah 1 atau 2 orang. Maksudnya
apabila peralatan yang tersedia di unit tersebut lengkap dengan teknologi
yang modern maka pegawai yang dibutuhkan cukup 1 orang.
b) Penghitungan kebutuhan pejabat struktural dilakukan berdasarkan jumlah
jabatan struktural yang terdapat dalam struktur organisasi dan tata kerja yang
telah ditetapkan.
c) Untuk penghitungan kebutuhan jabatan fungsional dapat menggunakan
metode analisis kecenderungan berdasarkan indeks sebagai berikut :
1) Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Pusat
(a) Menghitung jumlah kebutuhan pegawai yang menduduki jabatan
fungsional yang tidak memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat :
(1) Unit organisasi teknis eselon IV atau eselon V paling banyak
membawahi 2 (dua) orang.
(2) Unit organisasi teknis eselon III terendah paling banyak
membawahi 4 (empat) orang.
(3) Unit organisasi kesekretariatan eselon IV atau eselon V paling
banyak membawahi 3 (tiga) orang.
(4) Unit organisasi kesekretariatan eselon III terendah paling banyak
membawahi 5 (lima) orang.
16
(b) Kebutuhan pegawai yang menduduki jabatan fungsional yang
memberikan pelayanan langsung pada masyarakat dan bersifat teknis
administratif dibawah eselon IV atau eselon V paling banyak
membawahi 5 (lima) orang.
(c) Kebutuhan pegawai yang menduduki jabatan fungsional tertentu
dilaksanakan berdasarkan standar penghitungan yang ditetapkan oleh
instansi pembina, antara lain sebagai berikut:
(1) Agen;
(2) Diplomat;
(3) Dosen;
(4) Jaksa;
(5) Pemeriksa Bea dan Cukai;
(6) Pemeriksa Merek;
(7) Pemeriksa Pajak;
(8) Pemeriksa Paten;
(9) Pengamat Gunung Api;
(10) Pengamat Meteorologi dan Geofisika;
(11) Pengawas Farmasi dan Makanan;
(12) Pengawas Keselamatan Pelayaran;
(13) Pengendali Frekuensi Radio;
(14) Penilai Pajak Bumi dan Bangunan;
(15) Penyuluh Agama; dan
(16) Teknik Penerbangan.
d) Untuk mengetahui kebutuhan pegawai jabatan fungsional Instansi Pusat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
17
Indeks Kebutuhan Pegawai Jabatan Fungsional Instansi Pusat
Jenis Jabatan Indeks Kebutuhan Pegawai
1. Tidak memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat:
a. Eselon IV atau Eselon V teknis paling banyak 2 (dua) orang
b. Eselon III teknis terendah paling banyak 4 (empat) orang
c. Kesekretariatan Eselon IV atau Eselon V paling banyak 3 (tiga) orang
d. Kesekretariatan Eselon III terendah paling banyak 5 (lima) orang
2. Memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat yang bersifat teknis
administrative
paling banyak 5 (lima) orang
3. Jabatan fungsional tertentu Ditetapkan Instansi Pembina
e) Kebutuhan jabatan fungsional bagi organisasi yang memiliki karakteristik
pekerjaan yang spesifik ditentukan oleh Instansi yang bersangkutan.
1) Pegawai Negeri Sipil pada Instansi Daerah
a) Menghitung jumlah kebutuhan pegawai yang menduduki jabatan
fungsional yang tidak memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat :
(1) Unit organisasi teknis eselon IV atau eselon V paling banyak
membawahi 2 (dua) orang.
(2) Unit organisasi teknis eselon III terendah paling banyak
membawahi 5 (lima) orang.
(3) Unit organisasi kesekretariatan eselon IV atau eselon V paling
banyak membawahi 5 (lima) orang.
(4) Unit organisasi kesekretariatan eselon III terendah paling banyak
membawahi 7 (tujuh) orang.
b) Kebutuhan pegawai yang menduduki jabatan fungsional yang
memberikan pelayanan langsung pada masyarakat dan bersifat teknis
administratif dibawah eselon IV atau eselon V paling banyak
membawahi 7 (tujuh) orang.
2) Menghitung jumlah pegawai yang menduduki jabatan fungsional tertentu
yang berfungsi memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan
18
bertugas di lapangan dilaksanakan berdasarkan standar penghitungan
yang ditetapkan oleh instansi pembina, seperti:
a) Penyuluh Pertanian;
b) Penyuluh Perikanan;
c) Penyuluh Kehutanan;
d) Penyuluh Perindustrian Dan Perdagangan;
f) Penyuluh Keluarga Berencana;
g) Penggerak Swadaya Masyarakat;
h) Pengawas Ketenagakerjaan;
i) Instruktur Ketenagakerjaan;
j) Pengantar Kerja;
k) Pengawas Bidang Pekerjaan Umum; dan
l) Jabatan lain yang bertugas di lapangan yang menjadi prioritas dengan
tetap memperhatikan karakteristik, kondisi, dan potensi daerah.
3) Untuk mengetahui kebutuhan pegawai jabatan fungsional instansi daerah
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Indeks Kebutuhan Pegawai Jabatan Fungsional Instansi Daerah
Jenis Jabatan Indeks Kebutuhan Pegawai
1. Tidak memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat:
a. Eselon IV atau Eselon V teknis paling banyak 2 (dua) orang
b. Eselon III teknis terendah paling banyak 5 (lima) orang
c. Kesekretariatan Eselon IV atau Eselon V paling banyak 5 (lima) orang
d. Kesekretariatan Eselon III terendah paling banyak 7 (tujuh) orang
2. Memberikan pelayanan langsung pada
masyarakat yang bersifat teknis administratif
paling banyak 7 (tujuh) orang
3. Jabatan fungsional tertentu Ditetapkan Instansi Pembina
19
4) Kebutuhan tenaga guru dihitung berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian
Pertimbangan Teknis Formasi Guru Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota sebagai berikut:
a) Kebutuhan Guru Taman Kanak-Kanak (TK). Parameter
penghitungan kebutuhan Guru TK adalah :
(1) Setiap TK mempunyai 1 (satu) orang Kepala Sekolah; dan
(2) Setiap rombongan belajar (rombel)/kelas mempunyai 1 (satu)
orang Guru.
Formula penghitungan kebutuhan Guru TK adalah sebagai
berikut :
KG = ΣK + 1 KTK
Keterangan :
KG = Kebutuhan Guru
ΣK = Jumlah Rombel/Kelas
KTK = Kepala TK
Contoh :
Pada Kabupaten X terdapat 3 (tiga) TK memiliki rombel/kelas
yang berbeda sebagai berikut:
Nama Sekolah Jumlah Rombel/Kelas
Kelas Nol Kecil Kelas Nol Besar
TK A 2 kelas 1 kelas
TK B 1 kelas 3 kelas
TK C 2 kelas 4 kelas
Jumlah 5kelas 8 kelas
20
Maka penghitungan kebutuhan Guru untuk masing-masing TK
sebagai berikut:
a. KG TK A = ΣK + 1 KTK
= 3 Guru + 1 Kepala TK
= 4 orang
b. KG TK B = ΣK + 1 KTK
= 4 Guru + 1 Kepala TK
= 5 orang
c. KG TK C = ΣK + 1 KTK
= 6 Guru + 1 Kepala TK
= 7 orang
Sehingga jumlah seluruh kebutuhan Guru TK di Kabupaten
X adalah 16 (enam belas) orang, dengan rincian sebagaimana
tersebut pada tabel di bawah:
Nam
a
Seko
lah
Ke
las
No
l
Ke
cil
Ke
las
No
l
Be
sar
Gu
ru
TK
Kep
ala
TK
Jumlah
Guru
TK
A
2
kel
as
1
kel
as
3
ora
ng
1
oran
g
4 orang
TK
B
1
kel
as
3
kel
as
4
ora
ng
1
oran
g
5 orang
TK
C
2
kel
as
4
kel
as
6
ora
ng
1
oran
g
7 orang
Juml
ah
5
kel
as
8
kel
as
13
ora
ng
3
oran
g
16 r
a
n
g
b) Kebutuhan Guru Sekolah Dasar (SD)
Parameter penghitungan kebutuhan Guru SD adalah :
a. Setiap rombel/kelas harus memiliki 1 (satu) orang Guru kelas;
21
b. Setiap SD harus memiliki 1 (satu) Kepala Sekolah; dan
c. Setiap SD harus memiliki minimal 1 (satu) Guru agama dan 1
(satu) Guru pendidikan jasmani dan kesehatan.
Dengan ketentuan:
a) Apabila SD tersebut terdapat sejumlah siswa menganut agama yang
berbeda, maka penghitungan Guru agama disesuaikan dengan kebutuhan
dan peraturan yang berlaku;
b) Untuk daerah terpencil cukup diperlukan 1 (satu) orang Guru merangkap
KS karena pada umumnya jumlah peserta didik di daerah terpencil
kurang dari 60 (enam puluh) anak untuk semua tingkatan sehingga tidak
menggunakan formula sebagaimana tersebut di bawah.
Rumus penghitungan kebutuhan Guru SD dalam 1 (satu) sekolah adalah
sebagai berikut:
KG = ΣK + 1 KS + 1 GA + 1 GP
Keterangan :
KG = Kebutuhan Guru
ΣK = Jumlah rombel/kelas
KS = Kepala Sekolah
GA = Guru Agama
GP = Guru Penjaskes
Contoh :
Pada Kabupaten Y terdapat 3 (tiga) SD Negeri (N), yaitu SDN 1,
SDN 2, dan SDN 3. Dengan jumlah rombel/kelas masingmasing
SD sebagaimana tersebut pada tabel di bawah:
Nama
Sekolah
Rombel/Kelas
Jumlah I II III IV V VI
SDN 1 2 2 1 1 1 1 8
SDN 2 3 3 3 2 2 2 15
SDN 3 4 4 3 2 2 2 17
22
Berdasarkan jumlah rombel/kelas pada satu sekolah maka
penghitungan kebutuhan Guru SD Kabupaten Y secara rinci
sebagai berikut :
a. KG SDN 1 = ΣK + 1 KS + 1 GA + 1 GP
= 8 + 1 + 1 + 1
= 11 orang
b. KG SDN 2 = ΣK + 1 KS + 1 GA + 1 GP
= 15 + 1 + 1 + 1
= 18 orang
c. KG SDN 3 = ΣK + 1 KS + 1 GA + 1 GP
= 17 + 1 + 1 + 1
= 20 orang
Sehingga jumlah seluruh kebutuhan Guru di Kabupaten Y
adalah 49 (empat puluh sembilan) orang, dengan rincian
sebagaimana tersebut pada tabel di bawah :
Nama
Sekolah
Rombel/Kelas Jumlah
Guru
Kepala
Sekolah
Jumlah G
A
Jumlah G
P I II III IV V VI
SDN 1 2 2 1 1 1 1 8 1 1 1
SDN 2 3 3 3 2 2 2 15 1 1 1
SDN 3 4 4 3 2 2 2 17 1 1 1
Jumlah 9 9 7 5 5 5 40 3 3 3
c) Kebutuhan Guru Sekolah Luar Biasa (SLB)
(1) Jenjang pendidikan SLB meliputi :
(a) Taman Kanak-Kanak-Pendidikan Khusus/Luar Biasa (TK-
PK/LB);
(b) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB);
(c) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan
(d) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
(2) Pembagian rombel/kelas SLB berdasarkan kemampuan dan tingkat
keterbatasan masing-masing siswa terdiri dari :
(a) SLB Tunanetra (A);
23
(b) SLB Tunarungu (B);
(c) SLB Tunagrahita Ringan (C)
(d) SLB Tunagrahita Sedang(C1);
(e) SLB Tunagrahita Berat (C2);
(f) SLB Tunadaksa Ringan (D);
(g) SLB Tunadaksa Sedang (D1);
(h) SLB Tunalaras (E);
(i) SLB Tunawicara (F);
(j) SLB Tunaganda (G); dan
(k) Autis (M).
(3) Parameter penghitungan kebutuhan Guru dan siswa bedasarkan
kemampuan dan tingkat keterbatasan adalah :
(a) Tunagrahita ringan = 1:7
(b) Tunagrahita sedang, Tunarungu, Tunawicara, Tunadaksa ringan
dan Tunalaras = 1:5
(c) Tunanetra, Tunadaksa sedang, Tunaganda dan Autis Berat = 1:1
(d) Setiap jenjang pendidikan SLB harus memiliki Guru umum
dengan ketentuan penghitungan kebutuhan Guru umum
berdasarkan pada kemampuan untuk mengajar siswa adalah 3
rombongan belajar perhari.
(e) Dengan asumsi 1 rombel – 5 siswa, sehingga kemampuan Guru
dalam 1 minggu (6 hari) adalah 3 rombel X 5 siswa X 6 hari = 90
siswa.
(f) Setiap SLB harus memiliki 1 (satu) Kepala Sekolah dan Wakil
Kepala Sekolah bukan berdasarkan kemampuan dan tingkat
keterbatasan.
(g) Guru yang mengajar pada satu rombel/kelas SLB berdasarkan
kemampuan dan tingkat keterbatasan harus merangkap pada
rombel/kelas SLB berdasarkan kemampuan dan tingkat
keterbatasan yang lain.
Rumus penghitungan Kebutuhan Guru SLB untuk setiap jenjang,
mulai dari TK-PK/LB sampai dengan SMALB sebagai berikut:
24
1. Tuna Netra (A)
KG = ΣK + 1GOM + 1GA + 1GP + 1GK + 1GBPBI
2. Tuna Rungu (B)
KG = ΣK + 1 GBikom + 1GBPBI + 1 GA + 1GP + GK
3. Tunagrahita Ringan (C), Sedang (C1) dan berat
KG = ΣK + 1 GKMD + 1GA + 1 GP + 1 GK + 1 GBM
4. Tuna daksa Ringan (D) dan Tunadaksa Sedang (D1)
KG = ΣK + 1GKMD + 1GBG + 1GA + 1 GP + 1GK
5. Tunalaras (E)
KG = ΣK + 1GBPS + 1GA + 1 GP + 1GK + 1GKON
6. Tunawicara
KG = ΣK + 1GBKOM + 1GA + 1GP + 1GK + 1GBPBI
7. Tunaganda (G)
KG = ΣK + 1GKMD + 1 GBG + 1GA + 1 GP
8. Autis (M)
KG = ΣK + 1GKMD + 1GA + 1GP + 1GK + 1GKON
Keterangan :
KG = Kebutuhan Guru
ΣK = Jumlah kelas
GOM = Guru Orientasi dan Mobilitas
GA = Guru Agama
GP = Guru Penjasorkes
GK = Guru Ketrampilan
GBPBI = Guru Bina Persepsi Bunyi dan Irama
GBikom = Guru Bina Komunikasi
GKMD = Guru Kemampuan Merawat Diri
GBM = Guru Bina Mental
GKON = Guru Konseling (Psikologi)
GBG = Guru Bina Gerak
25
Contoh Kebutuhan Guru TK-PK/LB
Pada SLB A berdasarkan kemampuan dan tingkat keterbatasan
memiliki jumlah kelas sebagaimana tersebut pada tabel di bawah :
No Kemampuan dan Tingkat Keterbatasan Jumlah Kelas
1 Tunanetra (A) 2
2 Tunarungu (B) 1
3 Tunagrahita Ringan (C) 1
4 Tunadaksa Ringan (D) 2
Jumlah 6
Berdasarkan kemampuan dan tingkat keterbatasan serta jumlah kelas
maka penghitungan kebutuhan Guru TK-PK/LB pada SLB A adalah
sebagai berikut:
1. Tunanetra
KG = ΣK + 1GOM + 1GA + 1GP + 1GK + 1GBPBI
= 2 + 1GOM + 1 GA + 1GP + 1 GK + 1GBPBI
= 7 orang
2. Tunarungu
KG = ΣK + 1GBikom + 1GBPBI + 1 GA + 1GP + GK
= 1 + 1GBikom
= 2 orang
Keterangan :
Karena GBPI, GA, GP dan GK sudah ada pada kelas tunanetra
maka guru-guru yang bersangkutan harus merangkap pada kelas
tunarungu.
3. Tunagrahita Ringan
KG = ΣK + 1 GKMD + 1GA + 1 GP + 1 GK + 1 GBM
= 1 + 1GKMD + 1GBM
= 3 orang
26
Keterangan :
Karena GA, GP dan GK sudah ada pada kelas tunanetra dan
tunarungu maka guru-guru yang bersangkutan harus merangkap
pada kelas tunagrahita ringan.
4. Tunadaksa Ringan
KG = ΣK + 1GKMD + 1GBG + 1GA + 1 GP + 1GK
= 2 + 1 GBG
= 3 orang
Keterangan :
Karena GKMD, GA, GP dan GK sudah ada pada kelas tunanetra
dan tunarungu dan tunagrahita ringan maka guru-guru yang
bersangkutan harus merangkap pada kelas tunadaksa ringan.
Sehingga jumlah seluruh kebutuhan Guru TK-PK/LB pada SLB
A adalah 15 (lima belas) orang ditambah 1 (satu) Kepala Sekolah
dan maksimal 4 (empat) orang Wakil Kepala Sekolah.
d) Kebutuhan Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
Parameter penghitungan kebutuhan Guru BK adalah :
(1) Setiap SMP, SMA, dan SMK sekurang-kurangnya diperlukan 1
(satu) orang Guru BK;
(2) Setiap Guru BK wajib memberikan bimbingan dan konseling
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) orang;
(3) Dasar penghitungan Guru BK adalah jumlah siswa seluruh sekolah
dibagi 150 (seratus lima puluh) orang siswa.
Rumus Penghitungan Kebutuhan Guru BK adalah sebagai berikut :
Keterangan :
ΣS
KG =
150
KG = Kebutuhan Guru
ΣS = Jumlah siswa
150 = Jumlah siswa yang wajib dibimbing
27
Contoh :
Di Kabupaten A terdapat 3 (tiga) SMK Negeri (N) yaitu SMKN 1,
SMKN 2, dan SMKN 3 dengan jumlah siswa masing-masing
sebagaimana tersebut pada tabel di bawah :
Nama Sekolah Jumlah Siswa
SMKN 1 425
SMKN 2 307
SMKN 3 156
Jumlah 888
Berdasarkan jumlah siswa pada masing-masing SMKN Kabupaten A
maka penghitungan kebutuhan Guru BK secara rinci sebagai berikut :
a. SMKN 1
ΣS 425
KG = = = 3 orang
150 150
b. SMKN 2
ΣS 307
KG = = = 2 orang
150 150
c. SMKN 3
ΣS 156
KG = = = 1 orang
150 150
Sehingga jumlah seluruh kebutuhan Guru BK di SMKN Kabupaten A
sebanyak 6 (enam) orang.
e) Kebutuhan Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
28
sebagaimana tersebut dalam Anak Lampiran 11-a sampai dengan Anak
Lampiran 11-c Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini. Salah
satu contoh lampiran tersebut adalah sebagai berikut
Standar Maksimal Kebutuhan Formasi Guru SMP
Untuk Semua Tingkat Di Kabupaten/Kota
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama/PPKN/Seni Budaya/ Pendidikan
Jasmani, Orkes/Ketrampilan Teknologi Dan Komunikasi
No Jumlah Rombel/Kelas Formasi Guru
1 7 – 19 1
2 20 – 31 2
3 32 – 43 3
4 44 – 55 4
5 56 – 67 5
6 68 – 79 6
7 80 – 91 7
8 . 92 – 103 8
9 104 –115 9
10 116 – 127 10
dst dst dst
5) Kebutuhan pegawai pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah
merujuk pada:
a) Standar kebutuhan minimal formasi tenaga kesehatan di Rumah Sakit
Umum adalah sebagai berikut :
(1) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit kelas A, terdiri
dari Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Keperawatan, Kefarmasian,
Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian Fisik, Keteknisan Medis
dan Non Tenaga Kesehatan.
(2) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit kelas B
(Pendidikan), terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter
Gigi, Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi,
Keterapian Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(4) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit kelas B (Non
Pendidikan), terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter
29
Gigi, Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi,
Keterapian Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(5) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit kelas C, terdiri
dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Keperawatan,
Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian Fisik,
Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(6) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit kelas D, terdiri
dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Keperawatan, Kefarmasian,
Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian Fisik, Keteknisan Medis
dan Non Tenaga Kesehatan.
(7) Untuk menghitung standar kebutuhan minimal formasi tenaga
kesehatan di rumah sakit umum dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.
Standar Kebutuhan Minimal Formasi Tenaga Kesehatan
Rumah Sakit Umum
NO JENIS TENAGA
RS
Kelas
A
RS
Kelas
B (P)
RS
Kelas
B (NP)
RS
Kelas
C
RS
Kelas
D
1 Dokter Spesialis 304 102 36 7 -
2 Dokter Umum - 11 11 11 3
3 Dokter Gigi 6 3 3 2 1
4 Keperawatan 1240 464 200 80 16
5 Kefarmasian 24 12 12 3 1
6 Kesehatan
Masyarakat
6 3 3 2 1
7 Gizi 24 12 12 3 1
8 Keterapian Fisik 34 15 15 5 1
9 Keteknisan Medis 52 23 23 7 2
10 Non Tenaga Kesehatan
- Pengadministrasi ruang
rawat inap
- Pramusaji
- Juru masak
- Juru cuci
- Pemulasaraan jenazah
- Sopir
348 282 282 87 28
Jumlah 2038 927 597 207 54
30
b) Standar kebutuhan minimal formasi tenaga kesehatan di Rumah Sakit
Khusus adalah sebagai berikut :
(1) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit khusus kelas A,
terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian
Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(2) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit khusus kelas B,
terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian
Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(3) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit khusus kelas C,
terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian
Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan.
(4) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit khusus kelas D,
terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi,
Keperawatan, Kefarmasian, Kesehatan Masyarakat, Gizi, Keterapian
Fisik, Keteknisan Medis dan Non Tenaga Kesehatan
(5) Untuk menghitung standar kebutuhan minimal formasi tenaga kese-
hatan di rumah sakit khusus dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Standar Kebutuhan Minimal Formasi Tenaga Kesehatan
Rumah Sakit Khusus
No Jenis Tenaga
Rs
Kelas A
Rs
Kelas B
Rs
Kelas C
Rs
Kelas D
1 Dokter Spesialis 15 10 5 3
2 Dokter Umum 1 2 2 1
3 Dokter Gigi 2 2 1 1
4 Keperawatan 72 56 32 20
5 Kefarmasian 4 2 1 1
6 Kes. Masyarakat 2 1 1 1
7 Gizi 8 6 4 2
8 Keterapian Fisik 8 7 4 3
9 Keteknisan Medis 8 7 4 3
10 Non Tenaga
Kesehatan
38 25 15 10
Jumlah 158 118 69 45
31
c) Standar kebutuhan minimal formasi tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya adalah sebagai berikut:
(1) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Perawatan Daerah
Strategis, terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Bidan,
Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
(2) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Perawatan Daerah
Terpencil, terdiri dari Dokter Umum, Perawat Gigi, Perawat, Bidan,
Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
(3) Tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Perawatan Daerah
Kepulauan, terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Bidan,
Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
(4) Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Perkotaan, terdiri
dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Tenaga Kesehatan lain dan Non
Tenaga Kesehatan.
(5) Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Pedesaan, terdiri
dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Tenaga Kesehatan lain dan Non
Tenaga Kesehatan
(6) Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Daerah
Terpencil/Tertinggal/Perbatasan, terdiri dari Dokter Umum, Perawat
Gigi, Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
(7) Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan di Puskesmas Pembantu, terdiri
dari Perawat, Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
(8) Tenaga Kesehatan yang dibutuhkan di Poliklinik Desa, terdiri dari
Bidan, Tenaga Kesehatan lain dan Non Tenaga Kesehatan.
d) Standar kebutuhan minimal formasi tenaga kesehatan di Puskesmas
dapat dihitung dengan menggunakan tabel di bawah ini.
32
Standar Kebutuhan Minimal Formasi
Tenaga Kesehatan Puskesmas dan Jaringannya
No Jenis Puskesmas Tenaga
Kesehatan
Tenaga Non
Kesehatan
Jumlah
1 Perawatan Daerah
Strategis
28 9 37
2 Perawatan Daerah
Terpencil
19 8 27
3 Perawatan Daerah
Kepulauan
29 9 38
4 Perkotaan 30 10 40
5 Pedesaan 18 5 23
6 Daerah Terpencil/
Tertinggal/Perbatasan
12 5 17
7 Puskesmas Pembantu 8*) 1 9
8 Poliklinik Desa 1 1 2
Keterangan: *) 1 Dokter Gigi melayani 3 Puskesmas Pembantu
D. Peta Jabatan
Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat Jabatan struktural dan
fungsional yang tergambar dalam suatu struktur unit organisasi dari tingkat paling
rendah sampai dengan yang tinggi Dalam menyusun Peta Jabatan, dibutuhkan data-
data sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
2. Daftar Susunan Jabatan (Struktural & Fungsional)
3. Bezetting Pegawai (Kekuatan Pegawai Saat Ini)
4. Kebutuhan Pegawai (Hasil dari Analisis Beban Kerja)
5. Tugas dan Fungsi Unit Organisasi
33
Badan Kepegawaian Negara CONTOH PETA JABATAN
Rekapitulasi
Kekuatan Pegawai
Struktur Organisasi
Lengkap dengan Golru & Pendidikan Beban kerja
berdasarkan Tugas dan
Fungsi Unit Organisasi
Nomenklatur Fungsional
beserta Bezetting dan Kebutuhan Pegawai
Penyusunan peta jabatan mengacu pada beban kerja unit kerja organisasi.
Beban kerja yang merupakan target kerja organisasi berlandaskan renstra dan renja
organisasi. Beban kerja inilah yang harus di laksanakan atau dicapai oleh unit
organisasi. Dalam pelaksanaan pencapaian target kerja (beban kerja), diperlukan
kegiatan –kegiatan tugas pekerjaan yang ditindak lanjuti dengan pembagian tugas –
tugas pekerjaan. Agar efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas – tugas pekerjaan
melalui pengornisasian tugas berupa nama jabatan – jabatan yang dibutuhka. Nama
jabatan ini terdiri dari nama jabatan paling rendah sampai dengan nama jabatan yang
tinggi dalam unit kerja organisasi.
Hasil pengorganisasian (nama jabatan dan uraian tugas) dapat dijadikan
unsur untuk menganalisa kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja (ABK), yang
bertujuan untuk menghitung jumlah dan jenis pekerjaan suatu unit
organisasi/pemegang jabatan, sebagaimana tertuang dalam definisinya yakni :
Analisis Beban Kerja adalah suatu teknik untuk menentukan jumlah dan jenis
pekerjaan suatu unit organisasi / pemegang jabatan yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan metode tertentu.
34
ABK digunakan juga untuk memotret jumlah pegawai dalam organisasi
melalui jabatan-jabatan dalam organisasi berdasarkan beban kerja jabatan. Jumlah
pegawai yang dibutuhkan organisasi hasil ABK dapat dijadikan menjadi kebutuhan
pegawai unit kerja organisasi. Setelah kebutuhan pegawai di dapatkan perlu ditindak
lanjuti dengan membandingkan data kelembagaan, jumlah persediaan pegawai
(bezetting), sehingga diketahui hasilnya apakah organisasi tersebut termasuk
katagori yang kelebihan, sesuai, atau kekurangan pegawai. Adapun tindak lanjut
katagori organisasi yang dihasilkan dengan pembandingan hasil ABK dengan data
kelembagaan, jumlah persediaan pegawai (bezetting), sebagai berikut :
1. Organisasi yang kekurangan pegawai :
a. Melakukan distribusi pegawai dari unit organisasi yang kelebihan kepada
unit organisasi yang kekurangan.
b. Penarikan PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan pada instansi lain
disesuaikan dengan syarat jabatan.
c. Memberdayakan dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan serta
memperkaya tugas pegawai yang ada.
d. Menyusun perencanaan pengembangan pegawai.
e. Menyusun perencanaan pegawai untuk 5 (lima) tahun ke depan dengan
pendekatan positive growth, dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.
2. Organisasi yang sesuai:
a. Melakukan distribusi pegawai dari unit organisasi yang kelebihan kepada
unit organisasi yang kekurangan.
b. Melakukan pemetaan potensi dalam rangka mengetahui minat dan bakat
pegawai.
c. Mengangkat PNS yang menduduki jabatan fungsional umum ke dalam
jabatan fungsional tertentu sesuai dengan kebutuhan instansi dan
mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihannya.
d. Menyusun perencanaan pengembangan pegawai.
e. Menyusun perencanaan pegawai untuk 5 (lima) tahun ke depan dengan
pendekatan zero growth, dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.
35
3. Organisasi yang kelebihan pegawai :
a. Melakukan distribusi pegawai dari unit organisasi yang kelebihan kepada
unit organisasi yang kekurangan.
b. Melakukan penilaian kinerja, penegakan disiplin PNS, dan penilaian
kompetensi untuk mengetahui PNS yang memiliki kompetensi dan
kapabilitas sesuai dengan syarat jabatan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Apabila hasil penilaian tersebut di atas menunjukan bahwa PNS yang
memiliki kompetensi dan kapabilitas sesuai dengan syarat jabatan kurang
dari jumlah yang dibutuhkan, maka dilakukan penyusunan peringkat bagi
PNS yang belum memiliki kompetensi dan kapabilitas sesuai dengan syarat
jabatan.
d. Menerapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 sebagaimana telah dua kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2008 bagi PNS yang
tidak memiliki kompetensi sesuai dengan syarat jabatan sebagaimana dalam
butir 2) dan mendapat peringkat terendah dibawah jumlah pegawai yang
dibutuhkan sebagaimana dalam butir 3) dengan alternatif sebagai berikut:
1) Bagi PNS yang telah mempunyai masa kerja minimal 10 tahun dan usia
minimal 50 tahun, dapat langsung diberhentikan dengan memperoleh hak
pensiun.
2) Bagi PNS yang belum mempunyai masa kerja 10 tahun, namun telah
mencapai usia minimal 45 tahun diberikan uang tunggu selama 1 tahun
dan dapat diperpanjang sampai 5 tahun.
3) Apabila dalam masa menerima uang tunggu PNS yang bersangkutan
telah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai masa kerja minimal 10
tahun, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan memperoleh
hak pensiun.
4) Apabila sampai berakhir masa uang tunggu, PNS yang bersangkutan:
a) Sudah mempunyai masa kerja 10 tahun tetapi belum mencapai usia
50 tahun, maka yang bersangkutan diberhentikan namun hak
36
pensiunnya baru diterima pada saat yang bersangkutan telah
mencapai usia 50 tahun.
b) Belum mempunyai masa kerja 10 tahun dan belum mencapai usia 50
tahun, dapat diberhentikan sebagai PNS tanpa memperoleh hak
pensiun.
e. Menyusun perencanaan pegawai untuk 5 (lima) tahun ke depan dengan
pendekatan minus growth berdasarkan skala prioritas sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.
f. Melakukan evaluasi dan analisis organisasi yang menyangkut tugas, fungsi,
dan struktur organisasi.
E. Latihan
Pilihlah jawaban dibawah ini yang paling tepat !!!!
(b) Perencanaan pegawai yang merupakan dasar penyusunan program kerja
organisasi itu ..................... dilaksanakan guna lebih menjamin kehidupan
organisasi dimasa depan
(1) Tidak harus
(2) Tidak perlu
(3) Mutlak
(4) Dapat
(5) Boleh
(c) Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dituangkan
dalam Peraturan Kepala BKN
(1) Nomor 19 Tahun 2011
(2) Nomor 12 Tahun 2011
(3) Nomor 54 Tahun 2003
(4) Nomor 37 Tahun 2011
(5) Nomor 97 Tahun 2000
(d) Perencanaan pegawai adalah aktivitas yang dapat menjamin terpenuhinya
kebutuhan pegawai bagi organisasi secara konstan dan memadai. Definisi ini
merupakan pendapat dari :
37
a. Siagian
b. Tulus
c. Handoko
d. Hasibuan
e. Schuller
(e) Perencanaan pegawai adalah proses pengkajian kebutuhan SDM di masa
mendatang serta pembuatan perencanaan program untuk memastikan
kompetensi dan kemantapan kerja pegawai yang dikaitkan dengan tujuan,
definisi ini merupakan pendapat dari
(1) Siagian
(2) Tulus
(3) Handoko
(4) Hasibuan
(5) French.
(f) Penulisan uraian tugas harus jelas, untuk itu dalam penulisannya harus
mengandung
(1) Tindak kerja (what)
(2) Proses kerja (how)
(3) Tindak kerja (what) dan Proses kerja (how)
(4) Tindak kerja (what), Proses Kerja (how), dan Tujuan (why)
(5) Proses kerja (how) dan Tujuan kerja (why)
Jawablah pertanyaan berikut ini dan uraikan
1. Uraikan hubungan perencanaan pegawai dengan visi dan misi organisasi !!
2. Apa tindak lanjut bagi organisasi yang berkatagori kelebihan pegawai ?
3. Pada Kabupaten Y terdapat 3 (tiga) SD Negeri (N), yaitu SDN 1, SDN 2, dan
SDN 3. Dengan jumlah rombel/kelas masing - masing SD sebagaimana
tersebut pada tabel di bawah:
Nama
Sekolah
Rombel/Kelas
Jumlah I II III IV V VI
SDN 1 2 2 2 2 2 2 12
38
SDN 2 3 3 3 2 2 2 15
SDN 3 4 4 3 2 2 2 17
Berdasarkan jumlah rombel/kelas sebagaimana tersebut dalam tabel, hitunglah
kebutuhan guru SD Kabupaten Y !!
c) Rangkuman
(a) Perencanaan pegawai negeri sipil adalah Kegiatan memprediksi kondisi masa
depan yang diinginkan yang meliputi jumlah, jenis keahlian, tingkat kompetensi
untuk menjamin tersedianya SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi sebagai
upaya untuk menyesuaiakan antara bidang-bidang jabatan dengan keahlian atau
kecakapan yang tersedia agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
(b)Analisis Jabatan Adalah Proses, Metode dan Tehnik untuk Mendapatkan Data
Jabatan, Mengolahnya Menjadi Informasi Jabatan, Dan Menyajikannya Untuk
Program-program Kelembagaan, Kepegawaian Serta Ketatalaksanaan, Dan
Memberikan Layanan Pemanfaatannya Bagi Pihak-pihak yang
Menggunakannya.
(c) Peta jabatan yang merupakan susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan
fungsional yang tergambar dalam suatu struktur organisasi dari tingkat paling
rendah sampai dengan tingkat paling tinggi;
(d) Analisis Beban Kerja adalah suatu teknik untuk menentukan jumlah dan jenis
pekerjaan suatu unit organisasi / pemegang jabatan yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan metode tertentu
(e) Hasil membandingkan kebutuhan pegawai dengan data kelembagaan, jumlah
persediaan pegawai (bezetting), sehingga diketahui hasilnya apakah organisasi
tersebut termasuk katagori yang kelebihan, sesuai, atau kekurangan pegawai.
(f) Perencanaan pegawai yang merupakan dasar penyusunan program kerja
organisasi itu mutlak dilaksanakan guna lebih menjamin kehidupan organisasi
dimasa depan, dimana perencanaan pergawai itu harus mempertimbangkan
prediksi kebutuhan pegawai kedepan dan harus berdasarkan alasan yang kuat,
jelas dan rasional sehingga dapat menghasilkan SDM yang mampu bekerja
secara efektif dan efisien, dalam memberikan kontribusi pada usaha organisasi
dalam mencapai tujuan strategik untuk mewujudkan visi dan misinya.
39
BAB III
FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Pembahasan
Pasal 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999, disebutkan bahwa jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang
diperlukan ditetapkan dalam formasi untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis,
sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan.Sejalan dengan hal tersebut dan
dalam rangka perencanaan kepegawaian secara nasional serta terpenuhinya jumlah
dan mutu Pegawai Negeri Sipil pada satuan organisasi Negara, sesuai dengan jenis,
sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan, maka formasi Pegawai Negeri Sipil
secara nasional ditetapkan setiap tahun anggaran. Selanjutnya, berdasarkan formasi
Pegawai Negeri Sipil secara nasional tersebut ditetapkan formasi Pegawai Negeri
Sipil untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah Propinsi/ Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan.
Penetapan dan persetujuan penetapan Formasi Pegawai Negeri Sipil Pusat
dan Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam satu kesatuan Formasi Pegawai
Negeri Sipil secara nasional tersebut didasarkan atas usul Pejabat Pembina
Kepegawaian Pusat, Pejabat Pembina Kepegawaian Propinsi, dan Pejabat Pembina
Kepegawaian Kabupaten/Kota.Dari uraian tersebut di atas mengisyaratkan bahwa
formasi Pegawai Negeri Sipil ditetapkan setiap tahun anggaran berdasarkan atas
usul Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing satuan organisasi Negara dalam
rangka perencanaan kepegawaian secara nasional serta terpenuhinya jumlah dan
mutu Pegawai Negeri Sipil pada satuan organisasi Negara sesuai dengan jenis, sifat,
dan beban kerja yang harus dilaksanakan. Dengan demikian dapat ditegaskan yang
dimaksud dengan formasi Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan
Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi Negara untuk
mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.
Penetapan Formasi Pegawai Negeri Sipil merupakan suatu proses penetapan
dalam menentukan mutu dan jumlah calon Pegawai Negeri Sipil yang akan di
rekrut yang berdasarkan dengan beban kerja dan tanggung jawab pada masing-
40
masing satuan organisasi haruslah berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan
pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia dengan memperhatikan informasi
jabatan yang disusun setiap tahun anggaran. Formasi Pegawai Negeri Sipil secara
nasional setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang pendayagunaan aparatur Negara, setelah memperhatikan pendapat Menteri
Keuangan dan pertimbangan dari Kepala BKN.
Formasi Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
1. Formasi Pegawai Negeri sipil Pusat
Formasi Pegawai Negeri sipil pusat untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Kepala BKN.
2. Formasi Pegawai Negeri sipil Daerah
Formasi Pegawai Negeri sipil daerah untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/kota setiap tahun anggaran ditetapkan
oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara,
berdasarkan pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara
3. Penetapan dan persetujuan formasi pegawai negeri sipil pusat dan formasi
pegawai negeri sipil daerah dilakukan berdasarkan usul dari :
a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
b. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang dikoordinasikan oleh Gubernur.
1. Perhitungan Dengan Metode Umum
Perhitungan dengan metode umum adalah perhitungan untuk jabatan
fungsional umum dan jabatan fungsional tertentu yang belum ditetapkan standar
kebutuhannya oleh instansi pembina. Perhitungan kebutuhan pegawai dalam
jabatan tersebut menggunakan acuan dasar data pegawai yang ada serta peta dan
uraian jabatan. Oleh karena itu, alat pokok yang dipergunakan dalam
menghitung kebutuhan pegawai adalah uraian jabatan yang tersusun rapi.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung kebutuhan pegawai adalah
mengidentifikasi beban kerja melalui :
41
x 1 orang = x 1 orang X 1 orang
Standar
kemampuan Rata-
rata
a. Pendekatan Hasil Kerja
Hasil kerja adalah produk atau output jabatan. Metode dengan pendekatan
hasil kerja adalah menghitung formasi dengan mengidentifikasi beban kerja
dari hasil kerja jabatan. Metode ini dipergunakan untuk jabatan yang hasil
kerjanya fisik atau bersifat kebendaan, atau hasil kerja non fisik tetapi dapat
dikuantifisir. Perlu diperhatikan, bahwa metode ini efektif dan mudah
digunakan untuk jabatan yang hasil kerjanya hanya satu jenis.
Dalam menggunakan metode ini, informasi yang diperlukan adalah :
Wujud hasil kerja dan satuannya
Jumlah beban kerja yang tercermin dari target hasil kerja yang harus
dicapai
Standar kemampuan rata-rata untuk memperoleh kerja
Rumus menghitung dengan pendekatan metode ini adalah :
Kebutuhan Pegawai = Beban kerja.
Standar Kemampuan rata-rata
Contoh :
Jabatan : Pengentri Data
Hasil Kerja : Data entrian
Beban Kerja/Target Hasil : 200 data entrian setiap hari
Standar kemampuan pengentrian : 30 data per hari
Perhitungannya adalah :
200 data entrian
x 1 orang = 6,67 orang
30 data entrian
dibulatkan menjadi 7 orang
b. Pendekatan Objek Kerja
Objek kerja yang dimaksud adalah objek yang dilayani dalam
pelaksanaan pekerjaan. Metode ini dipergunakan untuk jabatan yang beban
kerjanya bergantung dari jumlah objek yang harus dilayani. Sebagai contoh,
42
x 1 orang = x 1 orang X 1 orang
Standar
kemampuan
Rata-rata
dokter melayani pasien, maka objek kerja jabatan dokter adalah pasien.
Banyaknya volume pekerjaan dokter tersebut dipengaruhi oleh banyaknya
pasien.
Metode ini memerlukan informasi :
o Wujud objek kerja dan satuannya
o Jumlah beban kerja yang tercermin dari banyaknya objek yang harus
dilayani
o Standar kemampuan rata-rata untuk melayani objek kerja
Rumus menghitung dengan pendekatan metode ini adalah :
Kebutuhan Pegawai = Obyek kerja
Standar Kemampuan rata-rata
Contoh :
Jabatan : Dokter
Objek Kerja : Pasien
Beban Kerja : 80 pasien per hari
Standar kemampuan pemeriksaan : 25 pasien per hari
80 pasien
x 1 dokter = 3,2 orang Dokter
25 pasien
dibulatkan menjadi 3 orang
c. Pendekatan Peralatan Kerja
Peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan dalam bekerja.
Metode ini digunkan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung pada
peralatan kerjanya. Sebagai contoh, Pengemudi beban kerjanya bergantung
pada kebutuhan operasional kendaraan yang harus dikemudikan. Dalam
menggunakan metode ini, informasi yang diperlukan adalah :
o Satuan alat kerja
o Jabatan yang diperlukan untuk pengoperasian alat kerja
o Jumlah alat kerja yang dioperasikan
43
o Rasio jumlah pegawai per jabatan per jabatan per alat kerja ( RPK )
Rumus perhitungannya adalah :
Kebutuhan Pegawai =
Contoh : Bis angkutan pegawai
Dari tabel tersebut diatas dapat kita hitung kebutuhan pegawai adalah sebagai
berikut :
Satuan & jumlah alat kerja : 20 Bis
Jabatan yg diperlukan & rasio : 1 Sopir dan 1 Kernet untuk 1 Bis 1
Montir untuk 5 Bis
Kebutuhan Pegawai =
= 20 sopir + 20 kernet + 4 montir = 44 pegawai
d. Pendekatan Tugas per Tugas Jabatan
Metode ini adalah metode untuk menghitung kebutuhan pegawai
pada jabatan yang hasil kerjanya abstrak atau beragam. Hasil beragam
artinya hasil kerja dalam jabatan banyak jenisnya. Informasi yang diperlukan
untuk dapat menghitung dengan metode ini adalah :
Satuan alat kerja : Bis
Jabatan yang diperlukan untuk
pengoperasian alat kerja
: Pengemudi bis
Kernet bis
Montir bis
Jumlah alat kerja yang
dioperasikan
: 20 bis
Rasio pengoperasian alat kerja : 1 Pengemudi 1 bis
1 Kernet 1 bis
1 Montir 5 bis
20 bis 20 bis 20 bis X 1 sopir + X 1 kernet + x 1 montir
1 bis 1 bis 5 bis
Peralatan kerja X 1 orang
Rasio penggunaan alat kerja
44
Σ Waktu Penyelesaian Tugas
Σ Waktu Kerja Efektif
o Uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas
o Waktu penyelesaian tugas
o Jumlah waktu kerja efektif per hari rata-rata
Rumusnya adalah :
Kebutuhan pegawai = X 1 orang
Ket. : Waktu Penyelesaian Tugas disingkat WPT, sedangkan Waktu
Kerja Efektif disingkat WKE.
Contoh :
Jabatan : Pengadministrasi Umum
NO URAIAN TUGAS BEBAN TUGAS S K R W P T
1 2 3 4 5
(3x4)
1 Mengetik surat 70 lb/hari 12 menit/lb 840 menit
2 Mengagenda surat 24 surat/hari 6 menit/surat 144 menit
3 Mengarsip surat 24 surat/hari 5 menit/surat 120 menit
4 Melayani tamu 4 tamu/hari 6 menit/tamu 24 menit
5 Menyusun laporan
daftar hadir
1 laporan/hari 30 menit/lap 30 menit
6 Mengadministrasik
an kepegawaian
16 data/hari 90 menit/data 1.440 menit
7 dan seterusnya n menit
Σ WPT 2.598 + n menit
Jumlah waktu kerja rata-rata per hari yang ditetapkan sebagai waktu kerja efektif
adalah 300 menit. Jadi jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk jabatan
Pengadministrasi Umum adalah :
2.598 + n menit x 1 orang = ....... orang
300 menit
45
2. Perhitungan kebutuhan pegawai dalam jabatan dengan standar kebutuhan
minimum yang telah ditetapkan oleh instansi pembina
Perhitungan menggunakan metode ini adalah perhitungan bagi jabatan
fungsional tertentu atau jabatan lain yang standar minimalnya telah ditetapkan
oleh instansi pembinanya. Jabatan yang telah ditetapkan standar kebutuhan
minimalnya adalah jabatan yang berada dalam kelompok tenaga kesehatan dan
tenaga pendidikan.
3. Penetapan Formasi Pegawai Negeri Sipil
a. Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi pemerintah
ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan
aparatur negara berdasarkan pertimbangan tertulis kepala BKN paling
lambat bulan Juni.
b. Khusus untuk penetapan formasi PNS di luar negeri harus memperhatikan
pula pertimbangan Menteri Luar Negeri.
c. Formasi PNS Daerah ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang ber-
tanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara berdasarkan
pertimbangan tertulis dari Kepala BKN paling lambat bulan Juli.
d. Kepala BKN dalam memberikan pertimbangan tertulis kepada MenPAN dan
RB mengenai tambahan formasi PNS setiap tahun anggaran, memperhatikan
juga kebijakan tambahan alokasi formasi PNS yang dikeluarkan setiap tahun
anggaran oleh MenPAN dan RB, prioritas tambahannya antara lain untuk :
1) Guru dan Dosen
2) Tenaga Kesehatan ( Medis/Paramedis )
3) Tenaga teknis yang mendukung peningkatan perekonomian
4) Tenaga teknis yang mampu menciptakan/ membuka lapangan kerja
baru/usaha mandiri
5) Tenaga di bidang penegakan hukum
6) Tenaga pengendalian pertumbuhan penduduk
7) Tenaga pengamanan pada lembaga pemasyara-katan
8) Tenaga teknis yang mendukung keselamatan transportasi
46
9) Jabatan fungsional tertentu lainnya sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan/ Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
tentang jabatan fungsional dan angka kreditnya
10) Tenaga pada derah pemekaran, daerah sangat terpencil dan daerah
perbatasan
e. Instansi Pemerintah Pusat meliputi :
1) Kementerian Koordinator
2) Kementerian Negara
3) Lembaga Pemerintah Non Kementerian
4) Lembaga setingkat Menteri
5) Sekretariat Lembaga Negara
6) Sekretariat Lembaga Non Struktural
f. Instansi Pemerintah Daerah meliputi :
1) Provinsi
2) Kabupaten
3) Kota
g. Mekanisme usul dan penetapan formasi sebagai berikut :
h. Prosedur dan standar waktu penetapan formasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
47
i. Prosedur dan Standar Waktu Penetapan Formasi
B. Latihan
Pilihlah jawaban dibawah ini yang menurut saudara paling tepat !!!!
1. Formasi PNS Pemerintah Daerah Kabupaten ditetapkan oleh
a. Gubernur/
b. Bupati
c. Walikota
d. Menteri yang ber-tanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara
e. Kepala BKN
2. Formasi Pegawai Negeri sipil pusat untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh
a. Gubernur/
b. Bupati
c. Walikota
d. Menteri yang ber-tanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara
e. Kepala BKN
PROSEDUR BATAS WAKTU
1. Dep/Lembaga pada awal tiap tahun anggaran menyusun daftar
susunan kekuatan pegawai bagi tiap unit organisasi/kantor/
satuan kerja
2. PPK, Pusat dan Daerah menyusun formasi
3. PPK Pusat mengajukan usul penetapan formasi kepada Menpan
dan BKN
4. Gubernur mengajukan usul formasi Provinsi/Kab/Kota kepada
Menpan dan Kepala BKN
5. Pertimbangan oleh Kepala BKN kepada Menpan
6. Persetujuan penetapan formasi PNS Daerah oleh Menpan
7. Persetujuan formasi tersebut disampaikan kepada Gubernur dan
Gubernur menyampaikan kepada PPK Kab/Kota
Akhir bulan Januari
Akhir bulan Februari
Akhir bulan Maret
Akhir bulan Mei
Bulan Juni
Tujuh hari setelah
persetujuan
48
3. Metode dengan pendekatan hasil kerja adalah menghitung formasi dengan
mengidentifikasi beban kerja dari hasil kerja jabatan. Apabila dalam unit kerja
pengentri data beban kerja setiap harinya 750 data entri, dan kemampuan rata –
rata pegawai 125 data entri setiap hari. Maka pegawai yang dibutuhkan adalah :
a. 10 pegawai
b. 5 pegawai
c. 6 pegawai
d. 7 pegawai
e. 8 pegawai
4. Jumlah dan susunan Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan
organisasi Negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu
tertentu merupakan definisi atau pengertian dari
a. Formasi Pegawai Negeri Sipil
b. Analisis Jabatan
c. Analisis Beban Kerja
d. Peta Jabatan
e. Perencanaan Pegawai
5. Formasi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah
a. Nomor 19 Tahun 2011
b. Nomor 54 Tahun 2003
c. Nomor 12 Tahun 2011
d. Nomor 98 Tahun 2000
e. Nomor 12 Tahun 2002
C. Rangkuman
1. Formasi Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan Pegawai Negeri Sipil
yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi Negara untuk mampu
melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.
2. Formasi Pegawai Negeri Sipil terdiri dari formasi Pegawai Negeri Sipil Pusat
dan Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah
3. Formasi Pegawai Negeri sipil pusat untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang
49
bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Kepala BKN.
4. Formasi Pegawai Negeri sipil daerah untuk masing-masing satuan organisasi
Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/kota setiap tahun anggaran ditetapkan
oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara,
berdasarkan pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara
5. Instansi Pemerintah Pusat meliputi : Kementerian Koordinator, Kementerian
Negara, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Lembaga setingkat Menteri,
Sekretariat Lembaga Negara, dan Sekretariat Lembaga Non Struktural
6. Instansi Pemerintah Daerah meliputi : Provinsi, Kabupaten, dan kota
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan pada umumnya dan perencanaan SDM khususnya mutlak perlu,
guna lebih menjamin bahwa setiap organisasi semakin mampu memperhitung-
kan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisasi yang
bersangkutan di masa depan. Perencanaan SDM dirancang untuk menjamin
bahwa kebutuhan pegawai organisasi akan terpenuhi secara tepat. Perencanaan
seperti itu dapat dilakukan melalui analisis kebutuhan pegawai.
2. Perencanaan pegawai negeri sipil, yakni kegiatan memprediksi kondisi masa
depan yang diinginkan yang meliputi jumlah, jenis keahlian, tingkat kompetensi
untuk menjamin tersedianya SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi sebagai
upaya untuk menyesuaiakan antara bidang-bidang jabatan dengan keahlian atau
kecakapan yang tersedia agar tujuan organisasi dapat efektif dan efisien.
3. Perencanaan kepegawaian bertujuan untuk terpenuhinya jumlah dan mutu
Pegawai Negeri Sipil pada satuan organisasi Negara, sesuai dengan jenis, sifat,
dan beban kerja yang harus dilaksanakan, serta memperoleh sosok Pegawai
Negeri Sipil yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas secara
profesional dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan
dan pembangunan serta bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
4. Formasi PNS adalah jumlah dan susunan Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan
dalam suatu satuan organisasi Negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok
dalam jangka waktu tertentu.
5. Formasi PNS secara nasional setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri
yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara, setelah
memperhatikan pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan dari Kepala
BKN.
51
B. Tindak lanjut
Berbekal pemahaman perencanaan pegawai yang mengacuh pada norma, standar,
dan prosedur Pegawai Negeri Sipil, diharapkan para peserta diklat dapat
menerapkan pengetahuan tersebut diunit kerjanya yang berdampak pada
peningkatan kinerjanya. Dukungan semua pihak mutlak diperoleh agar pelaksanaan
perencanaan pegawai berjalan dengan baik dan mencapai tujuan organisasi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, H Hadari (2003), Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang
Kompetitif, Cetakan Ke 2, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Irawan, Prasetya, dkk. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. STIA-LAN Press:
Jakarta.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
Keputusan Menpan Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan
Formasi PNS;
Keputusan Kepala BKN Nomor 26 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun
2003.
Peraturan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis
Jabatan.
Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil.