percobaan enzim i
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Biokimia
Modul Biologi Molekuler
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KERJA ENZIM
Kelompok 9
Najmah Muhammad Kuddah
Muhammad Hanifi
Bayu Kusumawardhani
Dinda Larastika Riyanto
Nur Aisyah Rahmawati
Yudistira Salwaramadhan
Andira Hardjodipuro
Inayah Syafitri
Ika Julianti
Nizma Permaisuari
1106010622
1106010641
1106010742
1106013416
1106013662
1106015472
1106016323
1106016815
1106017181
1106017225
Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
1
PRAKTIKUM I
PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan
kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.
Tinjauan Pustaka
Hampir semua enzim pada tubuh manusia bekerja optimal pada suhu 37o karena pada
suhu yang lebih tinggi terjadi denaturasi protein. Kenaikan dari suhu 0o – 37o meningkatkan
kecepatan reaksi enzim sehingga menambah energy kinetic yang dihasilkan dan menambah
keoptimalan kerja enzim.1,2
Suhu yang tinggi akan meningkatkan benturan antar molekul yang menyebabkan
terjadinya suatu reaksi. Maka semakin tinggi suhunya reaksi yang terjadi akan semakin cepat.
Namun apabila suhunya terlalu tinggi maka enzim akan mengalami denaturasi.1
Alat dan Bahan
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Es
Pemanas air
Microfuge
Penjepit tabung reaksi
Spektrofotometer
Air liur sebagai sumber amylase
Larutan pati 0,4 mg/mL
Larutan iodium
Air suling
Cara Kerja
1. Menampung liur di tabung reaksi, kemudian encerkan 10x menggunakan air suling
2. Menyiapkan 12 tabung reaksi yang bersih dan dibagi menjadi masing-masing 3 tabung
dengan komposisi 1 untuk kontrol dan 2 tabung uji untuk 4 percobaan.
a. Kelompok pertama ditempatkan di dalam bejana berisi es 0o C
b. Kelompok kedua ditempatkan di dalam pemanas air yang dipertahankan pada suhu
37o C
c. Kelompok ketiga ditempatkan di dalam pemanas air yang dipertahankan pada suhu
60o C
2
d. Kelompok keempat ditempatkan di dalam pemanas air yang mendidih yaitu pada
suhu 100o C
3. Beri tanda B untuk blangko dan U untuk uji
4. Tambahkan pati sebanyak 1 ml pada setiap tabung
5. Eramkan semua tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit
6. Tambahkan air liur yang telah diencerkan pada kedua tabung uji sebanyak 200mikroL
dan keram tepat 1 menit.
7. Tambahkan larutan iodium pada setiap tabung. Penambahan ini dilakukan di dalam
bejana suhu masing-masing, kecuali untuk suhu 60o dan 100o.
8. Tambahan air suling pada masing-masing tabung sebanyak 8 ml dan dihomogenisasi.
9. Ukur serapan panjang gelombang setiap tabung dengan spektrofotometer dan hitung
selisih antar tabung kontrol dan uji
Hasil dan Pembahasan
Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan selisih serapan antara tabung
blangko dan tabung uji pada suhu tertentu. Kerja enzimatik diketahui dengan melihat
perubahan warna pada masing-masing tabung. Pati yang direaksikan dengan iodium akan
berubah warna menjadi biru tua yang menggambarkan banyaknya substrat pati dalam suatu
tabung. Air liur yang mengandung enzim amilase akan berkerja sama dengan substrat,
sehingga menyebabkan penurunan jumlah substrat yang digambarkan dengan perubahan
warna dari biru tua hingga menjadi lebih muda, bahkan dapat memunculkan warna bening.
Perubahan konsentrasi diukur dengan metode spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-
Beer yang menyatakan hubungan antara absorbansi (Serapan) larutan terhadap cahaya dengan
konsentrasi larutan.
A=εlC
A = Absorbansi
ε = Absorbansi molar
l = Jarak yang ditempuh cahaya selama di larutan
C = Konsentrasi larutan
3
Tabel 1. Kecepatan Reaksi Enzim di Berbagai Suhu
SUHU AB AU1 AU2 AU ∆A/menit (ʋ)
0° C 0,252 0,095 0,188 0,1415 0,1105
37° C 0,173 0 0,005 0,0025 0,1705
60° C 0,175 0,113 0,140 0,1265 0,0485
100° C 0,138 0,119 0,119 0,119 0,0190
Grafik 1. Kecepatan Reaksi Enzim Amilase di Berbagai Suhu
0° C 37° C 60° C 100° C0
0.020.040.060.08
0.10.120.140.160.18
0.2
0.1105
0.1705
0.0485
0.019
∆A/menit (ʋ)
Suhu
Grafik tersebut menunjukkan bahwa suhu lingkungan mempengaruhi kecepatan kerja
enzim. Peningkatan kecepatan reaksi menuju puncak sejalan dengan peningkatan suhu,
sedangkan penurunan setelah mencapai titik puncak menunjukkan penurunan kecepatan
reaksi enzimatik.
37°C sebagai titik puncak disebut sebagai suhu optimum karena memicu kecepatan
reaksi enzimatik maksimal melalui tumbukan anatara molekul enzim dengan substrat. Suhu
ini akan menghasilkankompleka enzim-substrat yang memicu pembentukan produk yang
optimal. Hal ini dapat dilihat secara visual dengan membandingkan warna pada tabung
blangko dan tabung uji yang sangat jelas. Tabung blangko berwarna biru tua karena tidak
mengalami reaksi enzimatik, sedangkan tabung uji berwarna bening yang menunjukkan
penurunan substrat pati akibat kerja enzim.
Berdasarkan teori, enzim tidak dapat bekerja pada suhu yang mendekati titik beku.
Suhu rendah tersebut menyebabkan enzim berhenti bekerja secara reversible karena tidak
terjadi benturan antara enzim dengan substrat. Kompleks enzim-substrat yang tidak
dihasilkan ini membuat produk tidak mungkin diperoleh. Kondisi enzim pada suhu 0°C
4
bersifat reversible karena enzim masih dapat bekerja seiring kenaikan suhu . berbeda halnya
dengan suhu 100° C yang menyebabkan penurunan enzim yang aktif karena denaturasi
ireversibel.
Kesalahan yang mungkin dilakukan pada percobaan ini antara lain tidak
berpengaruhnya penempatan tabung pada suhu tertentu pada kerja enzimatik Hal ini dapat
disebabkan oleh pengaruh suhu ruangan pada lingkungan yang dikondisikan bersuhu 0°C.
Hasil yang diperoleh pada suhu 100°C juga tidak sesuai dengan teori denaturasi enzim. Hal
ini disebabkan pemanasan tabung dilakukan hanya selama5 menit. Eenzim amilase tidak
begitu terpengaruh terhadap perubahan suhu. Enzim tidak sepenuhnya mengalami denaturasi
dan masih bertumbukan dengan substrat. Hal lain yang mungkin berpengaruh adalah akurasi
pengukuran absorban.
Kesimpulan
1. Suhu berpengaruh pada kecepatan reaksi enzimatik
2. Pada suhu 0°C, enzim amilase tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan,
enzim mulai bekerja sebagian.
3. Suhu 37°C merupakan suhu optimum karena enzim amilase bekerja secara maksimal,
sehingga mencapai puncak kecepatan reaksi enzimatik .
4. Suhu 60°C dan 100°C, enzim amilase berada pada suhu yang lebih tinggi dari suhu
optimumnya, sehingga jumlah enzim yang aktif berkurang karena mengalami denaturasi.
5
PRAKTIKUM II
PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
Tujuan
Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.
Landasan Teori
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja maksimum pada pH
optimum. Di luar pH optimum aktivitas enzim dapat terganggu. Seperti yang tentunya sudah
diketahui bahwa enzim merupakan protein. Kefektifan kerja suatu protein sangat bergantung
pada struktur 3D yang dimiliki protein tersebut. Struktur 3D protein sangatlah bergantung
pada jenis struktur sekunder apa yang dimilikinya. Dalam penyusunan struktur sekunder
protein, salah satu aspek yang sangat berperan adalah jenis serta muatan yang terdapat dalam
rantai polipeptida. Konsentrasi ion H+ yang dalam hal ini digambarkan dengan pH
lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap muatan pada rantai polipeptida. Karena itulah
dapat disimpulkan bahwa keefektifan kerja suatu enzim sangat dipengaruhi oleh pH
lingkungannya dan terdapat suatu pH tertentu dimana secara struktur 3D enzim tersebut
memberibentuk optimum untuk kerja enzim.1 Hal inilah yang disebut sebagai fenomena pH
optimum.
Grafik 2. Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim
Graph diatas menunjukkan fenomena pH optimum pada aktivitas kerja enzim. Dapat
dilihat bahwa aktivitas optimum enzim hanya terjadi dengan satu kondisi pH lingkungan saja.
6
Penurunan ataupun peningkatan pH dari pH optimum dengan rentan yang tidak jauh akan
menurunkan aktivitas enzim, namun tidak membuat enzim terdenaturasi. Di lain pihak,
apabila perubahan pH sangat jauh/ekstrem, maka akan terdapat kemungkinan keseluruhan
enzim terdenaturasi dan aktivitas dengan sendirinya akan terhenti.
Pada percobaan ini, enzim yang dianalisa merupakan enzim yang berasal dari kelenjar
air liur atau salivary gland. Enzim yang dimaksud disini merupakan enzim amylase yang
dapat mengkatalisis proses pemecahan amilum/pati (polisakarida) menjadi karbohidrat yang
lebih sederhana yaitu gula maltosa. pH optimum untuk kerja enzim amylase yang berasal
dari salivary gland adalah 6.8 (sedikit bersifat asam).
Untuk menganalisis kerja enzim amylase pada percobaan ini, digunakan tes iodine
untuk memperlihatkan apakah enzim amylase dapat bekerja setelah dikondisikan dengan
beberapa pH tertentu, yang dalam percobaan ini digunakan pH 1, 3, 5, 7, dan 9. Tes iodine
merupakan tes yang menunjukkan presensi amilum/pati dengan memberikan hasil positif zat
dengan warna ungu kebiru-biruan tua. Dalam percobaan ini, apabila tabung yang telah diisi
dengan amilum/pati, enzim amylase(berasal dari saliva), dan iodine menunjukkan hasil
positif, hal ini berarti enzim amylase tidak bekerja karena amilum/pati tidak terurai.
Sedangkan apabila hasilnya negatif, maka disimpulkan bahwa enzym amylase bekerja.
Untuk dapat menentukan kerja optimum dari enzym amylase, dilakukan pengukuran
spektometri yang dapat menentukan saturasi zat yang terkandung di dalam larutan hasil
reaksi. Dengan tes ini diharapkan dapat ditarik kesimpulan pada pH berapa enzym amylase
bekerja secara maksimal.
Aktivitas enzim amylase ini dapat diamati dengan menggunakan tes iodine.
Alat
1. Gelas Kimia
2. Tabung reaksi
3. Mikropipet
Bahan dan Pereaksi
1. Liur sebagai sumber amilase, ditampung sebanyak 2 mL dalam gelas kimia atau tabung
reaksi
2. Larutan pati 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1, 3, 5, 7, 9)
3. Larutan iodium
7
Cara Kerja
1. Encerkan liur 10X dengan akuades
2. Siapkan 5 pasang tabung reaksi. Tiap pasangan diberi tanda B untuk blanko dan U untuk
uji
3. Pipetkan ke dalam masing-masing tabung
Larutan Tabung B Tabung U
Larutan pati dalam berbagai pH 1 mL 1 mL
Keram pada suhu 37 C min. 5 menit
Liiur (diencerkan 10x) - 200 µL
Campurkan, keram 1 menit
Larutan iodium 1 mL 1 mL
Air Suling 8 mL 8 mL
Hasil
Diskusi
Grafik 3. Kecepatan Reaksi Enzim Amilase di Berbagai pH
1 3 5 7 90
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
v (Δ A/menit)
:
pH AB AU Δ A/menit (v)
1 0,23 0,15 0,08
3 0,29 0,25 0,04
5 0,28 0,0075 0,2725
7 0,24 0,0025 0,2375
9 0,15 0,005 0,145
8
Seperti molekul lainnya, efektivitas kerja enzim sangat dipegaruhi oleh kondisi
lingkungan, salah satunya pH. Secara teoritis, enzim α amilase bekerja paling efektif pada pH
7. Meski demikian, pada praktikum ini nilai maksimum aktivitas enzim amilase didapatkan
pada pH 5. Kesalahan ini mungkin diakibatkan oleh berbagai hal antara lain kesalahan alat
atau kesalahan prosedur praktikum.
Kesimpulan
Enzim α amilase memiliki aktivitas maksimum pada pH sekitar 7 dan aktivitasnya
terus menurun seiring tingkat keasaman lingkungan menjauhi netral.
9
PRAKTIKUM III
PENGARUH KADAR ENZIM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.
Bahan dan Pereaksi
1. Amilase, yang bisa diambil dari air liur.
2. Larutan pati 0,4mg/dl
3. Larutan iodium
Landasan Teori
Enzim adalah protein katalitik yang menjadi biokatalisator dari suatu reaksi. Enzim
berfungsi terutama untuk mempercepat tercapainya bentuk transisi dari substrat, tanpa
mengubah massa dan komponen substratnya atau nilai tetapan Michaelis-Menten (Km).
Enzim hanya mengatasi sawar energi yang menjadi penghalang substrat unutk membentuk
konformasi 3D transisi yang selanjutnya membentuk substrat, dengan reaksi
E + S ES E+P
Sebagai makromolekul, khususnya protein, semua sifat dari enzim memenuhi sifat
protein secara umum. Seperti halnya protein, enzim juga aktif pada titik optimum yakni suhu
dan ph optimum yang menyebabkan puncak efisiensi kerja enzim. Selain itu, enzim juga
dipengaruhi oleh konsentrasi dari enzim itu sendiri dalam suatu reaksi. Dengan kondisi
substrat tertentu, penambahan konsentrasi enzim akan meningkatkan terbentuknya kompleks
ES, sehingga jumlah produk akan semakin meningkat.3
Cara Kerja
1. Tampunglah 2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung reaksi yang kering dan bersih.
2. Encerkan liur 100X, 200X, 300X, 400X, dan 500X dengan air suling.
3. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang telah dilabeli, 5 untuk uji dan 1 untuk blanko
4. Pada masing masing tabung, pipetkan 1ml larutan pati.
5. Keram pada suhu 370C selama 5 menit.
10
6. Pada 5 tabung uji pipetkan 0,2 mL liur yang sudah diencerkan dengan pengenceran yang
berbeda.
7. Campur kan baik-baik, kemudian keram pada suhu 370C selama 1 menit.
8. Kemudian pada setiap tabung, tambahkan larutan iodium masing-masing sebanyak 1
mL.
9. Setelah itu tambahkan 8 mL air suling.
10. Baca serapan (A) pada λ =680 nm
11. Hitung selisih serapan antara tabung blanko (A pada t=0 menit) dengan tabung uji dari
setiap pengenceran enzim.
12. Buatlah tabel dan gambarkan kurva hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik
(v=∆A/menit) dengan konsentrasi atau pengenceran enzim.
Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil pembacaan pada λ =680nm, diketahui besar serapan yakni:
Pengenceran
EnzimAB (Blanko) AU (Uji) ΔA/menit (v)
50X 0,108 0.078 0,030
40X 0,108 0,057 0,051
30X 0,108 0,037 0,071
20X 0,108 0,019 0,089
10X 0,108 0,003 0,105
Kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik dengan
konsentrasi enzim.
11
Kesimpulan
Pada hasil percobaan, terlihat bahwa pada pengenceran 10x lah aktivitas enzim akan
berjalan maksimal. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar pengenceran maka larutan akan
semakin pekat, yang disebabkan oleh enzim yang berikatan dengan amilase semakin sedikit.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi enzim
maka reaksi enzimatik akan semakin cepat.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Rodwell VW, Weil PA. Harper’s
illustrated biochemistry. 28th ed. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc.;
2009.
2. Koolman J, Roehm K H. Color Atlas of Biochemistry. 2nd ed. New York: Thieme
Stuttgart; 2005.
3. Soewoto H, Sadikin M, Kurniati MM, at all. Biokimia Eksperimen Laboratorium.1st
ed. Jakarta: Widya Medika;2001.