percobaan i 25 lembar

44
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA BATANG KELADI (Thyphonium flagelliforme) A. Tujuan Mengetahui dan mengidentifikasi kandungan senyawa pada batang keladi. B. Dasar Teori 1. Uraian sampel Gambar 2.1. Batang keladi (Sumber: Heyne, 1987) Keladi merupakan tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam kehidupan pemenuhan hidup manusia. Tumbuhan tersebut dapat digunakan dalam segala bidang seperti sumber makanan, kosmetik, ornamental dan obat- obatan. Pemanfaatan tanaman atau bahan alam sudah dilakukan oleh manusia sejak dulu untuk keperluan obat- obatan dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan. Keadaan ini menjadi peluang untuk pengobatan dalam perkembangannya itu untuk mencegah penyakit. Keladi merupakan salah satu jenis tanaman obat-obatan yang bermanfaat dalam menyembuhkan penyakit kanker diantaranya kanker payudara dan kanker rahim. Keladi merupakan suatu tanaman asli Indonesia yang banyak

Upload: rere-maulidina

Post on 30-Dec-2014

95 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan i 25 Lembar

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER

PADA BATANG KELADI (Thyphonium flagelliforme)

A. Tujuan

Mengetahui dan mengidentifikasi kandungan senyawa pada batang keladi.

B. Dasar Teori

1. Uraian sampel

Gambar 2.1. Batang keladi (Sumber: Heyne, 1987)

Keladi merupakan tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam

kehidupan pemenuhan hidup manusia. Tumbuhan tersebut dapat digunakan dalam

segala bidang seperti sumber makanan, kosmetik, ornamental dan obat-obatan.

Pemanfaatan tanaman atau bahan alam sudah dilakukan oleh manusia sejak dulu

untuk keperluan obat-obatan dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Keadaan ini menjadi peluang untuk pengobatan dalam perkembangannya itu

untuk mencegah penyakit. Keladi merupakan salah satu jenis tanaman obat-obatan

yang bermanfaat dalam menyembuhkan penyakit kanker diantaranya kanker

payudara dan kanker rahim. Keladi merupakan suatu tanaman asli Indonesia yang

banyak tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-300 m di atas permukaan air laut

dan banyak ditemui di pulau Jawa (Heyne, 1987).

Keladi (Thyphonium Flagelliforme) suku araceae merupakan salah satu

tanaman yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker karena dalam

tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai sitotopsik.

Secara empiris digunakan untuk mengobati kanker keladi adalah suatu tanaman

yang langka. Dimana tanaman ini sangat sulit tumbuh ditempat terbuka. Biasanya

tumbuh ditempat yang lembab yang tidak terkena sinar matahari langsung.

Tumbuhan keladi biasa tumbuhan diluar dibeberapa daerah di Indonesia. Keladi

Page 2: Percobaan i 25 Lembar

muncul pada musim hujan. Tumbuh di pinggir pematang sawah. Kebun-kebun

kosong serta parit-parit di pinggir jalan yang bertanah lembab dan mendapat

cahaya matahari 60 % (Syahid, 2008).

Kandungan kimia pada keladi diantaranya adalah alkaloid, saponin,

steroid, glukosida, flavonoid dan juga triterpenoid namun belum diketahui bahan

aktif yang spesifik pada keladi yang berperan dalam menyembuhkan penyakit

kanker. Umbu dari tanaman ini mengandung fenil propanoid glukosida, steroid,

dan cerebrosida yang berfungsi sebagai anti hepetotoksik. Sedangkan ekstrak

heksana dari tanaman keladi menunjukkan aktivitas sitotoksik yang cukup lemah

dalam melawan sel-sel leukimia (Sudewo, 2004).

Khasiat keladi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker karena

diduga mengandung senyawa golongan triterpenoid. Triterpenoid bekerja dengan

menghambat kerja enzim DNA. Enzim itu berperan dalam proses replikasi dan

pouferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja membuat proses dalam sel

terhenti dan menyebabkan pematian sel-sel kanker. Daun dan batang keladi juga

dimanfaatkan untuk pengobatan kanker darah (Syahid, 2008).

Tanaman keladi termasuk dalam kingdom plantae (tumbuhan), termasuk

subkingdom trakheobionta (tumbuhan berpembuluh), termasuk divisi

mognouoophyta, kelas liliopsida (monokotil), ordo aroles, famili araceae (suku

talas talasan), genus Typhonium, spesies Thyphonium flagelliforme (Heyne,

1987).

2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat yang berdasarkan perbedaan

palarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Metode-metode

ekstraksi terdiri dari maserasi, sukterasi, perkolasi serta sokletasi. Ekstraksi yang

biasanya digunakan yaitu metode sokletasi dan perkolasi yakni sejenis ekstraksi

dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah

pelarut relatif. Konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati

merupakan senyawa trigeliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.

Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik. Seperti heksan dan benzen

yang didapat dengan metode sokletasi (Djamal, 1990).

Page 3: Percobaan i 25 Lembar

Prinsip dari metode sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang

sehingga hasil yang didapat sesuai sempurna dan pelarut yang digunakan relatif

sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diucapkan kembali

dan sisanya adalah zat yang tersteril. Metode sokletasi menggunakan pelarut yang

mudah menguap dan dapat dilarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan

tersbut itu (Djamal, 1990).

3. Metabolit sekunder

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa golongan organik yang terbanyak ditemukan

di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan

tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling

sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan biasanya pada sebagian

besar atom ini bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang

ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu. Ada yang sangat

beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat

ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting, kulit dan

batang.

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.

Alkaloid termasuk senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau atom

nitrogen dan bentuk kristal. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu

asam akan membentuk garam alkaloid air dengan suatu asam akan membentuk

garam alakloid yang lebih mudah larut (Heyne, 1987).

Sifat fisika dan kimia alkaloid :

1. Berupa instal omotif dan ada yang cair

2. Tidak berwarna

3. Jika bersifat basa larut dalam pelarut organik

4. Garam alkaloid larut dalam air tidak dalam pelarut organik.

Page 4: Percobaan i 25 Lembar

Gambar 2.2. Struktur Alkaloid (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

b. Steroid

Steroid merupakan golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti

siklopentano perhidrofenatren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah

cincin siklopentana senyawa-senyawa turunan streroid memiliki fungsi yang

sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme keragaman dan keteraturan

steroid dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus. Fungsi steroid

berdasarkan reaksi-reaksi sekunder mengikuti keteraturan dari biogenetik.

Macam-macam pengelompokkan steroid yaitu sterol, glukosida, sterol-aglikon,

kardiak dan saponin.

Gambar 2.3. Struktur Steroid (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

c. Karatenoid

Karatenoid merupakan senyawa turunan dari isoprena yang berantai

panjang. Karatenoid adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang

terdapat pada pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya

karetenoid termasuk dalam golongan senyawa triterpenoid. Karatenoid merupakan

zat yang menyebabkan warna merah kuning, orange, dan hijau pada buah dan

sayuran. Peran penting karetenoid adalah sebagai antioksidan.

Page 5: Percobaan i 25 Lembar

Karatenoid selain berfungsi sebagai suatu zat anti oksidan dalam proses

fotosintesis. Selain itu karatonoid dapat diubah menjadi vitamin esensial.

Struktur karatenoid:

Gambar 2.4. Struktur Karatenoid (Sumber: Djamal, 1990)

(Djamal, 1990)

d. Fenol

Fenol merupakan senaywa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai

ciri yang sama yang mengandung satu atau dua penyuluh hidroksil. Senyawa

fenol cenderung mudah larut dalam air. Karena fenol umumnya berikatan dengan

gula sebagai glukosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel peranan beberapa

golongan senyawa fenol sudah diketahui misalnya lignin sebagai bahan

pembangun dinding sel, antosionin sebagai pigmen bunga.

Hidrolisis tumbuhan dalam senyawa asam akan membebaskan sejumlah

asam lenolat yang larut dalam eter. Beberapa diantaranya umum penyebarannya.

Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai ester atau

terdapat pada daun dalam kraksi yang tidak larut dalam etanol atau kraksi yang

larut dalam etanol yaitu sebagai glikosida sederhana.

Gambar 2.5. Struktur Fenol (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

e. Flavanoid

Page 6: Percobaan i 25 Lembar

Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit

yang dihasilkan oleh suatu tanaman yang bisa dijumpai pada bagian daun akar

kayu kulit tepung sari, bunga dan biji secara kimia. Flavanoid mengandung cincin

antibiotik tersusun dari isi atom karbon dengan inti atometik terhubung dengan 3

atom karbon. Manfaat dari flavanoid antara lain melindungi struktur sel,

meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah kropos tulang dan

sebagai antibiotik.

Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

karbon dimana susunan C6-C3-C5. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur dari senyawa flavanoid yaitu fluvonoida, isoflovonoid dan neflavonoida.

Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi

dan rantai propene dari sistem 1-3 dion propanol. Flavon, klanol dan antisiodin

adalah jenis yang banyak ditemukan di alam disebut klovonoida.

Flavonoid berupa senyawa yang larut dalam air. Diesktraksi dengan etanol

70 %, dan tetap ada dalam lapisan air setelah esktraksi ini dikocok dengan eter.

Flavonoid berupa senyawa fenol. Karena itu warnanya berubah bila ditambah

basa amonia. Jadi mudah dideteksi pada kromo ion atau dalam larutan.

Gambar 2.6. Struktur Flavanoid (Sumber: Lenny, 2006)

(Lenny, 2006)

f. Saponin

Saponin adalah ketosa senyawa kimia, salah satu dari metabolit sekunder

banyak ditemukan di alam. Saponin banyak ditemukan dalam kelimpahan spesies

tertentu dalam berbagai tanaman khususnya kelompok amphictic glukosida.

Dalam hal fenomenologi dengan sabun berbusa seperti yang dihasilkan ketika

terguncang dalam larutan berair dan dalam struktur oleh kompisisi maka satu atau

lebih gugus hidrifilik glukosida triter dikombinasikan dengan lipofilik clenuchf.

Page 7: Percobaan i 25 Lembar

Sebuah contoh siap dan terapi relevan adalah digoksin agen karatenoid aktif dari

koxglove umum.

Saponin secara historis telah dipahami sebagai tanaman yang diturunkan,

tapi mereka juga telah dari organisme laut. Saponin memang banyak ditemukan

dalam banyak tanaman, akar digunakan sebagai sabun. Saponin berfungsi sebagai

anti feedants dan untuk melindungi tanaman terhadap mikroba dan jamur.

Beberapa tanaman seperti bayam dapat meningkatkan penyerapan gizi dan

membantu pencernaan hewan. Namun saponin mempunyai rasa yang cukup pahit

sehingga mengurangi polatabilitas tanaman. Sumber utama dari saponin berupa

biji-bijian khusus nya kedelai, saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker

kolon dan juga membantu menurunkan kadar kolesterol menjadi normal.

Gambar 2.7. Struktur Saponin (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

g. Fenilpropanoid

Fenilpropanoid adalah senyawa fenol alam yang membuat cincin-cincin

aromatik dengan rantai samping terdiri atas tiga atom karbon. Secara biosintetis

senyawa ini merupakan turunan asam amino protein aromatik yakni fenilalanina

dan fenil propanoid dapat mengandung satu sisi C6, C3 atau lebih yang paling

tersebar luas adalah asam hidroksisi suatu senyawa yang penting bukan hanya

sebagai bangunan dasar lignin tetapi juga berikatan denagan pengaturan tubuh dan

pertahanan terhadap penyakit. Yang termasuk dalam fenol prpanoid antara lain

hidroksi fenatin, fenil propena, dan lignan. Empat macam asam hidroksinamat

terdapat umum dalam tumbuhan dan pada penyatuannya hampir terdapat dimana-

mana, keempat asam itu yaitu asam fenolat, sinamat, kokleat dan p-kumarat.

Page 8: Percobaan i 25 Lembar

Gambar 2.8. Struktur Fenilpropanoid (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

h. Antrakuinon

Antrakuinon merupakan senyawa metabolis sekunder yang berasal dari

tanaman dan tersebar luas di alam. Antrakuinon pada pengujian sampel biasanya

dilakukan dengan cara menambahkan 5 mL benzene dengan amonia 28 %

sebanyak 5 mL dikocok warna merah adalah hasil positif antrakuinon.

Gambar 2.9. Struktur Antrakuinon (Sumber: Dwiana, 2010)

(Dwiana, 2010)

i. Antosianin

Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya minuman,

karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik.

Antosianin merupakan senyawa flavanoid yang memiliki kemampuan sebagai

antioksidan. Umumnya senyawa flavanoid berfungsi sebagai antioksidan primer.

Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada glikosidanya. Kemampuan

antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi sebagai pendonor

hidrogen atau elektron, dan kemampuan radikal turunan polifenol untuk

menstabilkan dan mendelokasikan elektron tidak berpasangan serta kemampuan

menghelat ion logam. Antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang

dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi oksidasi.

Page 9: Percobaan i 25 Lembar

Gambar 2.10. Struktur Antosianin (Sumber: Ariviani, 2010)

(Ariviani, 2010)

j. Tanin

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat sebagai astringen, antidiare, anti bakteri, dan

antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks,

terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,

mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut.

Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin

terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari

pengendap protein hingga penghelat logam. Tanin juga berfungsi sebagai

antioksidan biologis.

Gambar 2.11. Struktur Tanin (Sumber: Paendong, 2010)

(Paendong, 2010)

k. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dibentuk melalui proses

fotosintesis pada tanaman. Gula pereduksi merupakan kelompok gula atau

karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi (Arivani, 2010).

Page 10: Percobaan i 25 Lembar

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang keladi

b. Batang pengaduk

c. Box ultraviolet

d. Gelas kimia 500 mL, 600 mL, dan 1000 mL

e. Penangas air

f. Penjepit tabung

g. Pipet tetes

h. Rak tabung reaksi

i. Tabung reaksi

2. Bahan

a. Aquades

b. Asam asetat anhidrat

c. FeCl3 1%

d. H2SO4 pekat

e. HCl 2%

f. HCl pekat

g. HNO3 pekat

h. Kloroform

i. Metanol

j. NaCl

k. NaOH 1 M

l. NH3 pekat

m. Pereaksi Dragendorff

n. Pereaksi Mayer

o. Pita Mg

p. α-naftol

Page 11: Percobaan i 25 Lembar

D. Prosedur Kerja

1. Pembuatan ekstrak

a. Dicuci sampel (batang keladi) dengan air untuk memisahkan dari zat

pengotor.

b. Dipotong kecil-kecil sampel, kemudian dimasukkan ke dalam dua buah gelas

kimia.

c. Diisi metanol pada gelas kimia I dan diisi air pada gelas kimia II sampai

sampel terendam.

d. Diaduk dan didiamkan selama 10 menit.

e. Disiapkan untuk masing-masing pengujian.

2. Pengujian sampel

a. Uji steroid

1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat, 0,5 mL kloroform dan 1 mL H2SO4

pekat.

3) Diamati, hasil positif jika larutan terbentuk cincin merah kecokelatan atau

ungu.

b. Uji karotenoid

1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.

3) Diamati, hasil positif jika biru kehijauan.

c. Uji alkaloid

1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat.

3) Dibagi menjadi tiga tabung. Tabung I pembanding, tabung II ditambahkan 2

tetes Pereaksi Dragendorff dan tabung III ditambahkan Pereaksi Mayer.

4) Diamati, hasil positif jika pada pereaksi Dragendorff menghasilkan larutan

keruh endapan jingga dan pereaksi Mayer endapan putih kekuningan.

Page 12: Percobaan i 25 Lembar

d. Uji fenol

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan ke dalam masing-masing

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%.

3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna biru kehitaman.

e. Uji flavonoid

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam

tabung reaksi dan dipanaskan selama 10 menit.

2) Ditambahkan pita Mg dan 5 tetes HCl pekat.

3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna merah.

f. Uji antrakuinon

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 1 mL NH3 pekat dan 1 mL NaOH.

3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna merah.

g. Uji saponin

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 1 mL air, dikocok dan didiamkan 15 menit.

3) Ditambahkan 1 mL HCl 2% dan dikocok.

4) Diamati, hasil positif bila terbentuk buih.

h. Uji fenil propanoid

1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit, kemudian dibagi menjadi 2

sama banyak, ditandai tabung uji dan pembanding.

3) Ditambahkan 0,5 mL NH3 pekat pada tabung uji.

4) Dibandingkan hasil uji dan pembanding dibawah sinar UV pada panjang

gelombang 253 nm. Hasil positif bila ada flouresensi hijau pada tabung uji.

i. Uji antosianin

Page 13: Percobaan i 25 Lembar

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam

4 buah tabung reaksi.

2) Ditambahkan 3 tetes HCl pekat pada tabung I dan tabung II ditetesi 3 tetes

NaOH berisi ekstrak air.

3) Ditambahkan 3 tetes HCl pekat pada tabung III dan 3 tetes NaOH pada tabung

IV yang berisi ekstrak metanol.

4) Diamati, rekasi positif apabila HCl berwarna merah dan pada NaOH larutan

berwarna biru.

j. Uji karbohidrat

1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 1 mL α-naftol.

3) Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.

4) Diamati, reaksi positif bila terdapat endapan cincin merah.

k. Uji tanin

1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%.

3) Diamati, reaksi positif bila larutan berwarna biru kehitaman.

l. Uji garam alkaloid

1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat.

3) Dibagi larutan menjadi dua tabung, tabung pertama untuk uji garam alkaloid

dan tabung kedua untuk uji basa kuartener.

4) Ditambahkan 1 mL NH3 pekat dan 1 mL HCl 2% ke dalam tabung pertama,

kemudian dibagi larutan menjadi 3 tabung. Tabung I pembanding, tabung II

ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Dragendorff dan tabung III ditambahkan 3-5

tetes pereaksi Mayer.

5) Diamati, reaksi positif jika pada tabung II terbentuk endapan jingga cokelat

dan tabung III terbentuk endapan putih kekuningan.

Page 14: Percobaan i 25 Lembar

6) Ditambahkan 0,5 gram NaCl dan 3 mL HCl pekat ke dalam tabung kedua

untuk pengujian basa kuartener. Dibagi larutan menjadi dua tabung. Tabung I

ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3-5 tetes dan pada tabung II

ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Mayer.

7) Ditambahkan 1 mL HNO3 pekat dan 1 mL kloroform pada masing-masing

tabung. Diambil air alkalis dan ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Dragendorff

serta 3-5 tetes pereaksi Mayer.

8) Diamati, reaksi positif jika pada Dragendorff terbentuk endapan jingga cokelat

dan pada Mayer terbentuk endapan putih.

Page 15: Percobaan i 25 Lembar

E. Hasil Pengamatan

1. Uji Organoleptis

Nama Simplisia : Typhonium flagelliforme caolis

Nama Indonesia : Batang Keladi

Nama Latin : Typhonium flagelliforme

Bau : Tidak berbau

Rasa : Agak manis, gatal, tidak berasa

Warna : Putih kulit hijau

2. Ekstraksi Sampel

Tabel 5.1. Tabel Pengamatan Hasil Ekstraksi

Perlakuan Hasil Ekstraksi Gambar

Sampel + aquades,

diaduk kemudian

didiamkan 10 menit

Larutan Bening

Sampel + methanol,

diaduk kemudian

didiamkan 10 menit

Larutan Hijau

Page 16: Percobaan i 25 Lembar

3. Pengujian Sampel

Tabel 5.2. Tabel Pengamatan Hasil Pengujian Sampel

PerlakuanEkstrak Hasil

PositifGambar

Air Metanol

Steroid

+ Asam asetat

anhidrat

+ Kloroform

+ H2SO4 pekat

(-)

Larutan

keruh

(+)

Cincin

merah

cokelat

Positif bila

terbentuk

cincin

merah

cokelat

Karotenoid

+ H2SO4 pekat

(-)

Bening

(-)

Kuning

Positif bila

berwarna

biru

kehijauan

Alkaloid

+ HCl pekat

a. Pembanding

(-)

Kuning

bening

(-)

Kuning

b. Dragendorff(-)

Orange

(+)

Endapan

jingga

Positif bila

terbentuk

endapan

jingga

cokelat

c. Mayer(-)

Bening

(-)

Hijau

Positif bila

terbentuk

endapan

putih

Page 17: Percobaan i 25 Lembar

Fenol

+ FeCl3 1%

(-)

Bening

(-)

Kuning

(+) Biru

kehitaman

Flavonoid

Dipanasakan

+ Pita Mg

+ HCl pekat

(-)Keruh

(-)

Kuning

keruh

(+) Merah

Antrakuinon

+ NH3 pekat

+ NaOH 1 M

(-)

Bening

(-)

Kuning (+) Merah

Saponin

+ Aquades

+ HCl 2%

(-)

Bening

(-)

Bening

Positif bila

terbentuk

buih

Page 18: Percobaan i 25 Lembar

Fenil propanoid

Dipanaskan

a. Pembanding

(-)

Tidak

fluoresensi

hijau

(+)

Fluoresensi

hijau

Air

Metanol

b. NH3 pekat

(-)

Tidak

flouresensi

hijau

(+)

Flouresensi

hijau

Positif bila

flouresensi

hijau

Antosianin

+ HCl pekat

(-)

Bening

(-)

kuning(+) Merah

+ NaOH(-)

Bening

(-)

Kuning(+) Biru

Karbohidrat

+ α-naftol

+ H2SO4 pekat

(+)

Cincin

merah

(-)

Jingga

Positif

bila

terbentuk

cincin

merah/

Page 19: Percobaan i 25 Lembar

ungu

Tanin

+ FeCl3 1%

(-)

Bening

(-)

Kuning

(+) Biru

kehitaman

Garam alkaloid

+ HCl pekat

a. Garam

alkaloid

+ NH3 pekat

+ HCl 2%

1) Pembanding

(-)

Bening

(-)

Bening

2) Dragendorff

(+)

Endapan

jingga

coklat

(-)

Jingga

cokelat

Positif

bila

terbentuk

endapan

jingga

cokelat

3) Mayer(-)

Bening

(-)

Putih

Positif

bila

terbentuk

endapan

putih

a. Basa

kuartener

+ NaCl

+ HCl pekat

(-)

Jingga

(-)

Jingga

Positif

bila

terbentuk

endapan

Air

Page 20: Percobaan i 25 Lembar

1. Dragendorff

+ HNO3 pekat

+ Kloroform

a) Dragendorff

jingga

kecokelat

an

Metanol

b) Mayer(-)

Kuning

(-)

Kuning

Positif

bila

terbentuk

endapan

putih

2. Mayer

+ HNO3 pekat

+ Kloroform

a) Dragendorff

(-)

Jingga

(-)

Kuning

Positif

bila

terbentuk

endapan

jingga

kecokelat

an

Air

Metanol

b) Mayer(-)

Jingga

(-)

Kuning

Positif

bila

terbentuk

endapan

putih

F. Pembahasan

Page 21: Percobaan i 25 Lembar

Tanaman keladi adalah tanaman jenis terna. Berdaun lebar dan berumbi.

Keladi ada yang bisa dimakan dan ada pula yang tidak bisa dimakan. Daun keladi

tipis seperti kertas, bentuk seperti mata panah, warna daun bermacam-macam.

Tanaman ini termasuk jenis tanaman hias daun yang populer. Tanaman ini cocok

untuk di dalam maupun diluar ruangan. Tanaman ini tumbuh ditempat terbuka

pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut. Di Indonesia

penyebarannya terdapat di sepanjang Pulau Jawa, sebagian Kalimantan, Sumatera

dan Papua.

Sebelum dilakukan pengujian, sampel diekstraksi dengan pelarut metanol

dan air. Sampel yang digunakan adalah batang keladi. Ekstraksi adalah

penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman. Penyarian

merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semua berada dalam sel,

ditarik oleh cairan penyari tersebut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik

komponen kimia yang terdapat dalam tanaman. Dalam percobaaan ini sampel

batang keladi yang telah dibersihkan, dipotong kecil-kecil untuk memperbesar

luas permukaan sampel, kemudian direndam di dalam gelas kimia yang berisi

pelarut air dan metanol Tujuan perendaman adalah untuk melarutkan atau menyari

zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi merupakan cara

penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam sampel dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif.

Kelebihan menggunakan metanol dan air sebagai pelarut ialah metanol

mampu menyari senyawa polar maupun nonpolar sesuai keinginan sedangkan air

merupakan pelarut yang murah, mudah didapat, stabil, tidak mudah menguap, dan

terbakar, tidak beracun serta alamiah. Kerugian menggunakan pelarut metanol dan

air ialah, metanol mudah menguap, sedikit toksik perlu pereaksi lain untuk

memisahkan senyawa yang diinginkan, sedangkan air tidak selektif mudah

ditumbuhi kapang dan kuman serta sari cepat rusak.

Pengujian yang pertama yaitu pembuatan ekstrak batang keladi yang

sudah dibersihkan terlebih dahulu. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari

bagian tumbuhan dengan pelarut tertentu. Tujuan dari ekstraksi adalah menarik

komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada

Page 22: Percobaan i 25 Lembar

perpindahan massa komponen zat pada zat padat kedalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi untuk

kedalam pelarut.

Pertama batang keladi dipotong kecil-kecil tujuan dipotong kecil-kecil

untuk memperkecil ukuran bentuk untuk memperluas permukaan ekstrak, setelah

dipotong batang keladi dimasukkan ke dalam pelarut yaitu metanol dan air.

Ekstrak yang dibuat dengan pelarut metanol segera ditutup alumunium foil

untuk menghindari penguapan. Metanol mudah menguap, pada saat perendaman

terjadi difusi dimana pelarut masuk menembus dinding sel ekstrak dan melarutkan

zat-zat aktif yang mungkin dikandung sehingga terjadi perbedaan kosentrasi.

Perbedaan kosentrasi inilah yang menyebabkan difusi. Keluar sel alasan

digunakan aquades sebagai pelarut karena mudah diperoleh, murah tidak beracun,

tidak mudah menguap namun kekurangannya air mudah ditumbuhi jamur pada

ekstraksinya selain itu juga pada ekstraksinya air melarutkan senyawa dengan

pengotor dan tidak selektif, sedangkan digunakan pelarut metanol karena lebih

selektif untuk melarutkan zat aktif pengotor tidak ikut dalam senyawa dan tidak

mudah ditumbuhi jamur namun kekurangannya metanol mudah menguap dan

lebih mahal.

Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah NH3 pekat, asam

asetat anhidrat, H2SO4 pekat, FeCl3 1%, HCl 2%, HCl 10%, HCl pekat, NaOH

1M, NH3 pekat, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Mayer, pita Mg, NaCl dan α-

naftol.

Pengujian pertama adalah uji senyawa steroid. Steroid adalah suatu

golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana

perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin

siklopentana. Pengujian ini dilakukan dengan penambahan asam asetat anhidrat

yang berfungsi untuk membentuk turunan asetil yang terdapat pada steroid,

kemudian ditambahkan kloroform untuk melarutkan asetil pada uji steroid dan

terakhir ditambahkan H2SO4 pekat yang berfungsi untuk menghidrasi air sehingga

dapat terbentuk cincin merah kecoklatan. Hasil positif uji steroid jika terbentuk

cincin merah kecoklatan atau ungu. Pada pengujian ekstrak batang keladi

Page 23: Percobaan i 25 Lembar

memberikan hasil positif pada pelarut metanol, hal ini sesuai dengan literatur yang

ada dimana dalam batang keladi mengandung senyawa steroid. Hal ini

dikarenakan dari sifat metanol yang semipolar sehingga dapat melarutkan semua

zat baik polar maupun non polar. Steroid merupakan senyawa non polar sehingga

dapat terekstraksi pada pelarut metanol dibandingkan pelarut air yang bersifat

polar.

Pengujian kedua adalah uji senyawa karotenoid. Karotenoid merupakan

golongan pigmen yang larut lipid dan tersebar luas terdapat dalam semua jenis

tumbuhan mulai bakteri sederhana hingga composite yang berbunga warna

kuning. Pada percobaan sampel ekstrak air dan metanol ditambahkan H2SO4 pekat

yang berfungsi untuk memutuskan ikatan pada ekstrak dan sebagai oksidator kuat

sehingga dapat membentuk larutan biru kehitaman yang menandakan positif

karotenoid. Namun pada pengujian ekstrak batang keladi memberikan hasil

negatif baik pada pelarut metanol maupun air.

Pengujian ketiga adalah uji senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa

siklik yang mengandung atom nitrogen yang penyebarannya terbatas pada

organisnme hidup. Pada uji alkaloid ditambahkan HCl 2%. Penambahan HCl 2%

bertujuan untuk membentuk garam alkaloid yang terlarut dalam larutan ekstrak.

Kemudian dibagi menjadi tiga tabung untuk ekstrak metanol dan tiga tabung

untuk ekstrak air. Pada ekstrak air tabung I sebagai pembanding, tabung II

ditambahkan pereaksi Dragendorff dan tabung III peraksi Mayer. Pereaksi

Dragendorff terdiri atas padatan KI yang dilarutkan dengan air suling dan padatan

bismut nitrat yang dilarutkan dengan air suling lalu keduanya dicampurkan. Pada

uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen yang digunakan untuk

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan bismut menghasilkan endapan

jingga sampai merah sebagai hasil positifnya. Sedangkan pereaksi Mayer terdiri

atas padatan HgCl2 dan padatan KI yang masing-masing dilarutkan dengan air

suling kemudian dicampurkan. Pereaksi Mayer berikatan dengan alkaloid melalui

ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg, sehingga menghasilkan

merkuri yang non polar mengendap berwarna putih kekuningan sebagai hasil

positifnya. Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg

Page 24: Percobaan i 25 Lembar

sehingga membentuk senyawa yang mengandung atom N sebagai ligannya. Pada

pengujian ekstrak batang keladi, memberikan hasil negatif pada penambahan

pereaksi mayer dengan tidak terbentuknya endapan putih kekuningan, namun

bereaksi positif pada pereaksi dregendroff pada pelarut air dengan membentuk

endapan jingga. Hal ini sesuai dengan teori karena batang keladi mengandung

senyawa klorida.

Pengujian keempat adalah uji senyawa fenol. Fenol mempunyai gugus

yang sama pada cincin aromatik. Pengujian ini dilakukan dengan penambahan

FeCl3 1% pada ekstrak metanol dan air. Fungsi penambahan FeCl3 sebagai

pengompleks yang bersifat oksidator yang bila bereaksi akan menghasilkan warna

biru kehitaman. Hal ini disebabkan karena larutan FeCl3 bereaksi dengan fenol

yang bersifat asam ketika dicampurkan dengan FeCl3, ion OH- pada fenol (ArOH)

disubstitusi, sehingga Fe3+ berubah menjadi Fe2+ dan menyebabkan terbentuknya

warna biru kehitaman. Hasil pengujian yang didapatkan negatif. Sampel dengan

ekstraksi air berwarna kuning muda dan sampel dengan metanol berwarna kuning

tua. Berdasarkan teori, keladi tidak mengandung senyawa fenol.

Pengujian kelima adalah uji senyawa flavonoid. Flavonoid adalah turunan

senyawa induk flavon yang dapat berupa tepung putih pada tumbuhan tertentu dan

semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Pertama ekstrak air dan metanol

dipanaskan agar dapat mempercepat reaksi, selanjutnya ditambahkan pita Mg dan

HCl pekat. Pita Mg sebagai pengompleks untuk memperkuat tampilan warna.

Sedangkan HCl pekat untuk mengoksidasi pita Mg serta flavonoid sehingga

membentuk warna. Pita Mg dapat berupa sebagai indikator pada penngujian ini,

apabila tidak terdapat kandungan flavonoid, maka HCl pekat akan bereaksi

dengan pita Mg, namun jika terdapat senyawa flavonoid maka HCl yang akan

bereaksi dengan senyawa flavonoid tersebut. Berdasarkan hasil percobaan

didapatkan hasil yang negatif bahwa batang keladi yang tidak mengandung

senyawa flavanoid. Pada sampel ekstraksi air didapatkan larutan bening dan pada

sampel ekstraksi metanol didapatkan larutan hijau. Berdasarkan teori keladi

mengandung flavanoid tetapi sampel yang digunakan adalah batangnya. Hal ini

Page 25: Percobaan i 25 Lembar

dimungkinkan senyawa flavanoid tidak terdapat pada batang keladi tetapi pada

organ tumbuhan keladi yang lain.

Pengujian keenam adalah uji senyawa antrakuinon. Antrakuinon adalah

salah satu dari empat kelompok senyawa kuinon. Kuinon adalah senyawa yang

berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon.

Ekstrak ditambahkan NH3 pekat dan NaOH. Penambahan NH3 pekat berfungsi

untuk mengendapkan larutan sehingga adanya antrakuinon dalam sampel dapat

terlihat dengan adanya perubahan warna, sedangkan penambahan NaOH untuk

membuat suasana basa pada ekstrak. Hal ini dikarenakan antrakuinon hanya dapat

dideteksi dalam keadaan basa. Hasil positif jika terbentuk warna merah setelah

dikocok. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat reaksi. Pengujian yang

dilakukan memberikan hasil negatif. Sampel pada ekstraksi air menghasilkan

larutan bening dan sampel pada ekstrak metanol menghasilkan larutan hijau.

Berdasarkan teori, batang keladi tidak mengandung senyawa antrakuinon.

Pengujian ketujuh adalah uji senyawa saponin. Saponin adalah segolongan

senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat khas

dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk buih bila dikocok.

Tahap pertama diencerkan ekstrak dengan air, dikocok bila ada buih lalu

didiamkan 15 menit. Kemudian ditambahkan HCl 2% untuk mengetahui apakah

buih yang terbentuk merupakan saponin atau protein. Berdasarkan teori, keladi

mengandung saponin, tetapi pada pengujian sampel bereaksi negatif. Hal ini

dimungkinkan karena saponin tersebut bukan terdapat pada batangnya.

Pengujian kedelapan adalah uji senyawa fenil propanoid. Fenil propanoid

merupakan senyawa fenol alami yang memiliki cincin aromatik dengan rantai

samping terdiri atas tiga karbon. Pada ekstrak dipanaskan untuk mempercepat

reaksi, setelah itu larutan dibagi dua menjadi uji dan pembanding pada tabung uji

ditambahkan NH3 pekat 0,5 ml. Kemudian perubahan warnanya dapat dilihat di

bawah sinar UV dengan terjadinya pergeseran batokrom pada senyawa fenol.

Penambahan NH3 pekat maka akan mengikat flouresensi di bawah sinar UV. Hasil

positif bila terdapat flouresensi hijau pada tabung uji. Adapun panjang gelombang

yang digunakan adalah 253 nm dimana merupakan panjang gelombang yang

Page 26: Percobaan i 25 Lembar

memiliki absorbansi besar yang dapat menyebabkan pergeseran. Berdasarkan

pengamatan dan teori, batang keladi bereaksi negatif mengandung senyawa fenil

propanoid.

Pengujian kesembilan adalah uji senyawa antosianin. Antosianin

merupakan senyawa flavonoid yang dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada

bentuk glikosidanya. Antosianin merupakan pigmen yang menyebabkan warna

merah sampai warna biru pada kulit buah-buahan maupun sayuran. Pada

pengujian ini dilakukan dengan penambahan HCl pekat dan NaOH pada tabung

yang berbeda pada masing-masing ekstrak air dan metanol. Salah satu faktor yang

mempengaruhi warna dari antosianin adalah pH. Sifat asam akan menyebabkan

warna antosianin menjadi merah, sedangkan sifat basa menyebabkan antosianin

menjadi biru. Selain faktor pH, konsentrasi pigmen, adanya campuran senyawa

lain (kopigmentasi), jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga mempengaruhi

warna dari antosianin. Jumlah gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna

cenderung biru dan relatif tidak stabil. Sedangkan jumlah gugus metoksi yang

dominan dibandingkan gugus hidroksi pada strukur antosianin, menyebabkan

warna cenderung merah dan relatif lebih stabil. Dari hasil percobaan kedua

ekstrak memberikan hasil negatif. Pada ekstrak air yang ditambahkan HCl

menghasilkan larutan bening, sedangkan pada ekstrak metanol menghasilkan

larutan kuning. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa batang keladi tidak

mengandung senyawa antosianin.

Pengujian kesepuluh adalah uji senyawa karbohidrat. Karbohidrat

merupakan sekelompok gugus aldehid, keton atau asam polihidroksi atau turunan-

turunannya yang bergabung bersama-sama dengan poliol siklik linier. Pertama

ekstrak air dan ekstrak metanol ditetesi α-naftol dan ditambahkan H2SO4 pekat.

Uji ini merupakan uji umum yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya

suatu karbohidrat pada sampel. Proses dehidrasi heksosa atau pentosa oleh karena

adanya pengaruh H2SO4 pekat sehingga membentuk furfural dan kondensasi

aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa khusus untuk

polisakarida dan disakarida. Pengujian ini memiliki tiga tahapan proses, yaitu

hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa dan diikuti

Page 27: Percobaan i 25 Lembar

oleh proses dehidrasi akibat H2SO4 pekat dan proses kondensasi. Reaksi positif

bila terdapat endapan cincin merah. Dari hasil pengujian, ekstrak metanol bereaksi

negatif menghasilkan larutan jingga sedangkan pada ekstrak air memberikan

reaksi positif menghasilkan cincin merah dari ikatan furfural terhidrolis sempurna

sehingga furfural dapat bereaksi dengan α. Naftol. Hasil ini sesuai dengan teori

bahwa batang keladi mengandung karbohidrat.

Pengujian kesebelas adalah uji senyawa tanin. Tanin merupakan

komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang

sukar dipisahkan dan sukar mengkristal. Pengujian ini dilakukan dengan

penambahan FeCl3 1% pada ekstrak metanol dan air. Fungsi penambahan FeCl3

sebagai pengompleks yang bersifat oksidator yang bila bereaksi akan

menghasilkan warna biru kehitaman. Warna biru yang terbentuk disebabkan

karena senyawa Fe3+ bereaksi dengan OH-. Dari hasil pengujian kedua ekstrak

memberikan hasil negatif. Pada ekstrak air menghasilkan larutan berwarna kuning

dan pada ekstrak metanol menghasilkan larutan berwarna kuning. Hasil ini sesuai

dengan teori bahwa batang keladi tidak mengandung senyawa tanin.

Pengujian terakhir adalah uji senyawa garam alkaloid. Uji ini dibagi atas

uji garam alkaloid dan uji basa kuartener. Pada ekstrak air dan metanol

ditambahkan HCl berlebih dahulu yang berfungsi sebagai zat penarik, sehingga

hanya alkaloid murni saja yang akan bereaksi dengan pereaksi uji. Kemudian

ekstrak ditambahkan NH3 pekat untuk mengendapkan senyawa alkaloid dalam

bentuk basa. Tabung I sebagai pembanding, tabung II ditambahkan Dragendorff

dan tabung III pereaksi Mayer. Sebelum dibagi, sampel ditambahkan HCl 2%

untuk menarik senyawa garam alkaloid dan pelarutannya. Reaksi positif apabila

pada Dragendorff membentuk endapan jingga kecoklatan dan pada Mayer

membentuk endapan putih. Dari hasil pengujian, ekstrak air dan metanol bereaksi

positif dengan pereaksi dragendoff menghasilkan endapan jingga kecoklatan.

Sedangkan dengan pereaksi mayer menghasilkan larutan bening pada ekstrak air

dan larutan putih pada ekstrak metanol. Hasil dari teori sesuai dengan percobaan

bahwa batang keladi mengandung garam alkaloid.

Page 28: Percobaan i 25 Lembar

Uji alkaloid basa kuartener, ekstrak ditambahkan HCl agar dapat menarik

zat alkaloid pada sampel, lalu dilakukan penambahan garam NaCl dan

ditambahkan HCl lagi kemudian dibagi menjadi dua bagian. Tabung pertama

ditambahkan pereaksi Dragendorff, sedangkan tabung kedua adalah pereaksi

Mayer lalu ditambahkan HNO3 pekat sebagai oksidator dan kloroform sebagai

pelarut. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa terbentuk 2

lapisan setelah penambahan kloroform, yaitu lapisan kloroform di bawah dan

lapisan air alkalis di atas. Lapisan atas diambil dan dibagi kedua tabung masing-

masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Hasil yang didapat pada ekstrak air

terbentuk larutan jingga pada pereaksi Dragendorff dengan Dragendorff dan

endapan merah coklat pada ekstrak methanol. Dari hasil pengujian, semua tabung

tidak terbentuk endapan atau memberikan hasil negatif dan dapat disimpulkan

bahwa batang keladi tidak mengandung basa kuartener. Dari hasil pengujian,

semua tabung tidak terbentuk endapan atau memberikan hasil negatif dan dapat

disimpulkan bahwa batang keladi tidak mengandung basa kuartener.

Page 29: Percobaan i 25 Lembar

G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

batang keladi mengandung senyawa steroid, alkaloid karbohidrat fenil propanoid

dan garam alkaloid.

Page 30: Percobaan i 25 Lembar

DAFTAR PUSTAKA

Ariviani, Setyaningrum. 2010. Antosianin Ekstrak Buah Salam dan Karalesinya

dengan Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoleat. Agrobiontek

volume 4 nomor 2

Dwiana, Sari. 2010. Uji Metabolit Sekunder pada Tanaman Herbal. Jurnal Sains

volume 3 nomor 2. Universitas Padjajaran: Semarang.

Djamal, Rusdi. 1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas: Semarang.

Heyne, S. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid, da Alkaloida. Jurnal

Farmasi volume 2 nomor 2

Paendong, Jessy. 2010. Penetuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Biji Buah Alpukat. Jurnal MIPA UNSTRAT volume 1 nomor 1

Sudewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit.

Agromedia Pustaka: Jakarta.

Syahid, S. F. 2008. Keragaman Morfologi Pertumbuhan Produk Mutu dan

Fitokimia Keladi. Jurnal Litri volume 14 nomor 3