Download - Percobaan i 25 Lembar
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER
PADA BATANG KELADI (Thyphonium flagelliforme)
A. Tujuan
Mengetahui dan mengidentifikasi kandungan senyawa pada batang keladi.
B. Dasar Teori
1. Uraian sampel
Gambar 2.1. Batang keladi (Sumber: Heyne, 1987)
Keladi merupakan tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam
kehidupan pemenuhan hidup manusia. Tumbuhan tersebut dapat digunakan dalam
segala bidang seperti sumber makanan, kosmetik, ornamental dan obat-obatan.
Pemanfaatan tanaman atau bahan alam sudah dilakukan oleh manusia sejak dulu
untuk keperluan obat-obatan dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Keadaan ini menjadi peluang untuk pengobatan dalam perkembangannya itu
untuk mencegah penyakit. Keladi merupakan salah satu jenis tanaman obat-obatan
yang bermanfaat dalam menyembuhkan penyakit kanker diantaranya kanker
payudara dan kanker rahim. Keladi merupakan suatu tanaman asli Indonesia yang
banyak tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-300 m di atas permukaan air laut
dan banyak ditemui di pulau Jawa (Heyne, 1987).
Keladi (Thyphonium Flagelliforme) suku araceae merupakan salah satu
tanaman yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker karena dalam
tumbuhan ini mengandung senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai sitotopsik.
Secara empiris digunakan untuk mengobati kanker keladi adalah suatu tanaman
yang langka. Dimana tanaman ini sangat sulit tumbuh ditempat terbuka. Biasanya
tumbuh ditempat yang lembab yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Tumbuhan keladi biasa tumbuhan diluar dibeberapa daerah di Indonesia. Keladi
muncul pada musim hujan. Tumbuh di pinggir pematang sawah. Kebun-kebun
kosong serta parit-parit di pinggir jalan yang bertanah lembab dan mendapat
cahaya matahari 60 % (Syahid, 2008).
Kandungan kimia pada keladi diantaranya adalah alkaloid, saponin,
steroid, glukosida, flavonoid dan juga triterpenoid namun belum diketahui bahan
aktif yang spesifik pada keladi yang berperan dalam menyembuhkan penyakit
kanker. Umbu dari tanaman ini mengandung fenil propanoid glukosida, steroid,
dan cerebrosida yang berfungsi sebagai anti hepetotoksik. Sedangkan ekstrak
heksana dari tanaman keladi menunjukkan aktivitas sitotoksik yang cukup lemah
dalam melawan sel-sel leukimia (Sudewo, 2004).
Khasiat keladi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker karena
diduga mengandung senyawa golongan triterpenoid. Triterpenoid bekerja dengan
menghambat kerja enzim DNA. Enzim itu berperan dalam proses replikasi dan
pouferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja membuat proses dalam sel
terhenti dan menyebabkan pematian sel-sel kanker. Daun dan batang keladi juga
dimanfaatkan untuk pengobatan kanker darah (Syahid, 2008).
Tanaman keladi termasuk dalam kingdom plantae (tumbuhan), termasuk
subkingdom trakheobionta (tumbuhan berpembuluh), termasuk divisi
mognouoophyta, kelas liliopsida (monokotil), ordo aroles, famili araceae (suku
talas talasan), genus Typhonium, spesies Thyphonium flagelliforme (Heyne,
1987).
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat yang berdasarkan perbedaan
palarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Metode-metode
ekstraksi terdiri dari maserasi, sukterasi, perkolasi serta sokletasi. Ekstraksi yang
biasanya digunakan yaitu metode sokletasi dan perkolasi yakni sejenis ekstraksi
dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah
pelarut relatif. Konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati
merupakan senyawa trigeliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.
Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik. Seperti heksan dan benzen
yang didapat dengan metode sokletasi (Djamal, 1990).
Prinsip dari metode sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang
sehingga hasil yang didapat sesuai sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diucapkan kembali
dan sisanya adalah zat yang tersteril. Metode sokletasi menggunakan pelarut yang
mudah menguap dan dapat dilarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersbut itu (Djamal, 1990).
3. Metabolit sekunder
a. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa golongan organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan biasanya pada sebagian
besar atom ini bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang
ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu. Ada yang sangat
beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting, kulit dan
batang.
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid termasuk senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau atom
nitrogen dan bentuk kristal. Sifat lain yaitu sukar larut dalam air dengan suatu
asam akan membentuk garam alkaloid air dengan suatu asam akan membentuk
garam alakloid yang lebih mudah larut (Heyne, 1987).
Sifat fisika dan kimia alkaloid :
1. Berupa instal omotif dan ada yang cair
2. Tidak berwarna
3. Jika bersifat basa larut dalam pelarut organik
4. Garam alkaloid larut dalam air tidak dalam pelarut organik.
Gambar 2.2. Struktur Alkaloid (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
b. Steroid
Steroid merupakan golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentano perhidrofenatren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah
cincin siklopentana senyawa-senyawa turunan streroid memiliki fungsi yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme keragaman dan keteraturan
steroid dihasilkan melalui transformasi struktur dan gugus. Fungsi steroid
berdasarkan reaksi-reaksi sekunder mengikuti keteraturan dari biogenetik.
Macam-macam pengelompokkan steroid yaitu sterol, glukosida, sterol-aglikon,
kardiak dan saponin.
Gambar 2.3. Struktur Steroid (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
c. Karatenoid
Karatenoid merupakan senyawa turunan dari isoprena yang berantai
panjang. Karatenoid adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang
terdapat pada pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya
karetenoid termasuk dalam golongan senyawa triterpenoid. Karatenoid merupakan
zat yang menyebabkan warna merah kuning, orange, dan hijau pada buah dan
sayuran. Peran penting karetenoid adalah sebagai antioksidan.
Karatenoid selain berfungsi sebagai suatu zat anti oksidan dalam proses
fotosintesis. Selain itu karatonoid dapat diubah menjadi vitamin esensial.
Struktur karatenoid:
Gambar 2.4. Struktur Karatenoid (Sumber: Djamal, 1990)
(Djamal, 1990)
d. Fenol
Fenol merupakan senaywa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai
ciri yang sama yang mengandung satu atau dua penyuluh hidroksil. Senyawa
fenol cenderung mudah larut dalam air. Karena fenol umumnya berikatan dengan
gula sebagai glukosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel peranan beberapa
golongan senyawa fenol sudah diketahui misalnya lignin sebagai bahan
pembangun dinding sel, antosionin sebagai pigmen bunga.
Hidrolisis tumbuhan dalam senyawa asam akan membebaskan sejumlah
asam lenolat yang larut dalam eter. Beberapa diantaranya umum penyebarannya.
Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai ester atau
terdapat pada daun dalam kraksi yang tidak larut dalam etanol atau kraksi yang
larut dalam etanol yaitu sebagai glikosida sederhana.
Gambar 2.5. Struktur Fenol (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
e. Flavanoid
Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit
yang dihasilkan oleh suatu tanaman yang bisa dijumpai pada bagian daun akar
kayu kulit tepung sari, bunga dan biji secara kimia. Flavanoid mengandung cincin
antibiotik tersusun dari isi atom karbon dengan inti atometik terhubung dengan 3
atom karbon. Manfaat dari flavanoid antara lain melindungi struktur sel,
meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah kropos tulang dan
sebagai antibiotik.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon dimana susunan C6-C3-C5. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis
struktur dari senyawa flavanoid yaitu fluvonoida, isoflovonoid dan neflavonoida.
Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi
dan rantai propene dari sistem 1-3 dion propanol. Flavon, klanol dan antisiodin
adalah jenis yang banyak ditemukan di alam disebut klovonoida.
Flavonoid berupa senyawa yang larut dalam air. Diesktraksi dengan etanol
70 %, dan tetap ada dalam lapisan air setelah esktraksi ini dikocok dengan eter.
Flavonoid berupa senyawa fenol. Karena itu warnanya berubah bila ditambah
basa amonia. Jadi mudah dideteksi pada kromo ion atau dalam larutan.
Gambar 2.6. Struktur Flavanoid (Sumber: Lenny, 2006)
(Lenny, 2006)
f. Saponin
Saponin adalah ketosa senyawa kimia, salah satu dari metabolit sekunder
banyak ditemukan di alam. Saponin banyak ditemukan dalam kelimpahan spesies
tertentu dalam berbagai tanaman khususnya kelompok amphictic glukosida.
Dalam hal fenomenologi dengan sabun berbusa seperti yang dihasilkan ketika
terguncang dalam larutan berair dan dalam struktur oleh kompisisi maka satu atau
lebih gugus hidrifilik glukosida triter dikombinasikan dengan lipofilik clenuchf.
Sebuah contoh siap dan terapi relevan adalah digoksin agen karatenoid aktif dari
koxglove umum.
Saponin secara historis telah dipahami sebagai tanaman yang diturunkan,
tapi mereka juga telah dari organisme laut. Saponin memang banyak ditemukan
dalam banyak tanaman, akar digunakan sebagai sabun. Saponin berfungsi sebagai
anti feedants dan untuk melindungi tanaman terhadap mikroba dan jamur.
Beberapa tanaman seperti bayam dapat meningkatkan penyerapan gizi dan
membantu pencernaan hewan. Namun saponin mempunyai rasa yang cukup pahit
sehingga mengurangi polatabilitas tanaman. Sumber utama dari saponin berupa
biji-bijian khusus nya kedelai, saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker
kolon dan juga membantu menurunkan kadar kolesterol menjadi normal.
Gambar 2.7. Struktur Saponin (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
g. Fenilpropanoid
Fenilpropanoid adalah senyawa fenol alam yang membuat cincin-cincin
aromatik dengan rantai samping terdiri atas tiga atom karbon. Secara biosintetis
senyawa ini merupakan turunan asam amino protein aromatik yakni fenilalanina
dan fenil propanoid dapat mengandung satu sisi C6, C3 atau lebih yang paling
tersebar luas adalah asam hidroksisi suatu senyawa yang penting bukan hanya
sebagai bangunan dasar lignin tetapi juga berikatan denagan pengaturan tubuh dan
pertahanan terhadap penyakit. Yang termasuk dalam fenol prpanoid antara lain
hidroksi fenatin, fenil propena, dan lignan. Empat macam asam hidroksinamat
terdapat umum dalam tumbuhan dan pada penyatuannya hampir terdapat dimana-
mana, keempat asam itu yaitu asam fenolat, sinamat, kokleat dan p-kumarat.
Gambar 2.8. Struktur Fenilpropanoid (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
h. Antrakuinon
Antrakuinon merupakan senyawa metabolis sekunder yang berasal dari
tanaman dan tersebar luas di alam. Antrakuinon pada pengujian sampel biasanya
dilakukan dengan cara menambahkan 5 mL benzene dengan amonia 28 %
sebanyak 5 mL dikocok warna merah adalah hasil positif antrakuinon.
Gambar 2.9. Struktur Antrakuinon (Sumber: Dwiana, 2010)
(Dwiana, 2010)
i. Antosianin
Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya minuman,
karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik.
Antosianin merupakan senyawa flavanoid yang memiliki kemampuan sebagai
antioksidan. Umumnya senyawa flavanoid berfungsi sebagai antioksidan primer.
Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada glikosidanya. Kemampuan
antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi sebagai pendonor
hidrogen atau elektron, dan kemampuan radikal turunan polifenol untuk
menstabilkan dan mendelokasikan elektron tidak berpasangan serta kemampuan
menghelat ion logam. Antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang
dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi oksidasi.
Gambar 2.10. Struktur Antosianin (Sumber: Ariviani, 2010)
(Ariviani, 2010)
j. Tanin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui
mempunyai beberapa khasiat sebagai astringen, antidiare, anti bakteri, dan
antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks,
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut.
Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari
pengendap protein hingga penghelat logam. Tanin juga berfungsi sebagai
antioksidan biologis.
Gambar 2.11. Struktur Tanin (Sumber: Paendong, 2010)
(Paendong, 2010)
k. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dibentuk melalui proses
fotosintesis pada tanaman. Gula pereduksi merupakan kelompok gula atau
karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi (Arivani, 2010).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Batang keladi
b. Batang pengaduk
c. Box ultraviolet
d. Gelas kimia 500 mL, 600 mL, dan 1000 mL
e. Penangas air
f. Penjepit tabung
g. Pipet tetes
h. Rak tabung reaksi
i. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam asetat anhidrat
c. FeCl3 1%
d. H2SO4 pekat
e. HCl 2%
f. HCl pekat
g. HNO3 pekat
h. Kloroform
i. Metanol
j. NaCl
k. NaOH 1 M
l. NH3 pekat
m. Pereaksi Dragendorff
n. Pereaksi Mayer
o. Pita Mg
p. α-naftol
D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan ekstrak
a. Dicuci sampel (batang keladi) dengan air untuk memisahkan dari zat
pengotor.
b. Dipotong kecil-kecil sampel, kemudian dimasukkan ke dalam dua buah gelas
kimia.
c. Diisi metanol pada gelas kimia I dan diisi air pada gelas kimia II sampai
sampel terendam.
d. Diaduk dan didiamkan selama 10 menit.
e. Disiapkan untuk masing-masing pengujian.
2. Pengujian sampel
a. Uji steroid
1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat, 0,5 mL kloroform dan 1 mL H2SO4
pekat.
3) Diamati, hasil positif jika larutan terbentuk cincin merah kecokelatan atau
ungu.
b. Uji karotenoid
1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.
3) Diamati, hasil positif jika biru kehijauan.
c. Uji alkaloid
1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat.
3) Dibagi menjadi tiga tabung. Tabung I pembanding, tabung II ditambahkan 2
tetes Pereaksi Dragendorff dan tabung III ditambahkan Pereaksi Mayer.
4) Diamati, hasil positif jika pada pereaksi Dragendorff menghasilkan larutan
keruh endapan jingga dan pereaksi Mayer endapan putih kekuningan.
d. Uji fenol
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%.
3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna biru kehitaman.
e. Uji flavonoid
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam
tabung reaksi dan dipanaskan selama 10 menit.
2) Ditambahkan pita Mg dan 5 tetes HCl pekat.
3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna merah.
f. Uji antrakuinon
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1 mL NH3 pekat dan 1 mL NaOH.
3) Diamati, hasil positif bila larutan berwarna merah.
g. Uji saponin
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1 mL air, dikocok dan didiamkan 15 menit.
3) Ditambahkan 1 mL HCl 2% dan dikocok.
4) Diamati, hasil positif bila terbentuk buih.
h. Uji fenil propanoid
1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit, kemudian dibagi menjadi 2
sama banyak, ditandai tabung uji dan pembanding.
3) Ditambahkan 0,5 mL NH3 pekat pada tabung uji.
4) Dibandingkan hasil uji dan pembanding dibawah sinar UV pada panjang
gelombang 253 nm. Hasil positif bila ada flouresensi hijau pada tabung uji.
i. Uji antosianin
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, dimasukkan masing-masing ke dalam
4 buah tabung reaksi.
2) Ditambahkan 3 tetes HCl pekat pada tabung I dan tabung II ditetesi 3 tetes
NaOH berisi ekstrak air.
3) Ditambahkan 3 tetes HCl pekat pada tabung III dan 3 tetes NaOH pada tabung
IV yang berisi ekstrak metanol.
4) Diamati, rekasi positif apabila HCl berwarna merah dan pada NaOH larutan
berwarna biru.
j. Uji karbohidrat
1) Diambil 2 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1 mL α-naftol.
3) Ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat.
4) Diamati, reaksi positif bila terdapat endapan cincin merah.
k. Uji tanin
1) Diambil 1 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%.
3) Diamati, reaksi positif bila larutan berwarna biru kehitaman.
l. Uji garam alkaloid
1) Diambil 3 mL ekstrak air dan metanol, masing-masing dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1,5 mL HCl pekat.
3) Dibagi larutan menjadi dua tabung, tabung pertama untuk uji garam alkaloid
dan tabung kedua untuk uji basa kuartener.
4) Ditambahkan 1 mL NH3 pekat dan 1 mL HCl 2% ke dalam tabung pertama,
kemudian dibagi larutan menjadi 3 tabung. Tabung I pembanding, tabung II
ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Dragendorff dan tabung III ditambahkan 3-5
tetes pereaksi Mayer.
5) Diamati, reaksi positif jika pada tabung II terbentuk endapan jingga cokelat
dan tabung III terbentuk endapan putih kekuningan.
6) Ditambahkan 0,5 gram NaCl dan 3 mL HCl pekat ke dalam tabung kedua
untuk pengujian basa kuartener. Dibagi larutan menjadi dua tabung. Tabung I
ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3-5 tetes dan pada tabung II
ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Mayer.
7) Ditambahkan 1 mL HNO3 pekat dan 1 mL kloroform pada masing-masing
tabung. Diambil air alkalis dan ditambahkan 3-5 tetes pereaksi Dragendorff
serta 3-5 tetes pereaksi Mayer.
8) Diamati, reaksi positif jika pada Dragendorff terbentuk endapan jingga cokelat
dan pada Mayer terbentuk endapan putih.
E. Hasil Pengamatan
1. Uji Organoleptis
Nama Simplisia : Typhonium flagelliforme caolis
Nama Indonesia : Batang Keladi
Nama Latin : Typhonium flagelliforme
Bau : Tidak berbau
Rasa : Agak manis, gatal, tidak berasa
Warna : Putih kulit hijau
2. Ekstraksi Sampel
Tabel 5.1. Tabel Pengamatan Hasil Ekstraksi
Perlakuan Hasil Ekstraksi Gambar
Sampel + aquades,
diaduk kemudian
didiamkan 10 menit
Larutan Bening
Sampel + methanol,
diaduk kemudian
didiamkan 10 menit
Larutan Hijau
3. Pengujian Sampel
Tabel 5.2. Tabel Pengamatan Hasil Pengujian Sampel
PerlakuanEkstrak Hasil
PositifGambar
Air Metanol
Steroid
+ Asam asetat
anhidrat
+ Kloroform
+ H2SO4 pekat
(-)
Larutan
keruh
(+)
Cincin
merah
cokelat
Positif bila
terbentuk
cincin
merah
cokelat
Karotenoid
+ H2SO4 pekat
(-)
Bening
(-)
Kuning
Positif bila
berwarna
biru
kehijauan
Alkaloid
+ HCl pekat
a. Pembanding
(-)
Kuning
bening
(-)
Kuning
b. Dragendorff(-)
Orange
(+)
Endapan
jingga
Positif bila
terbentuk
endapan
jingga
cokelat
c. Mayer(-)
Bening
(-)
Hijau
Positif bila
terbentuk
endapan
putih
Fenol
+ FeCl3 1%
(-)
Bening
(-)
Kuning
(+) Biru
kehitaman
Flavonoid
Dipanasakan
+ Pita Mg
+ HCl pekat
(-)Keruh
(-)
Kuning
keruh
(+) Merah
Antrakuinon
+ NH3 pekat
+ NaOH 1 M
(-)
Bening
(-)
Kuning (+) Merah
Saponin
+ Aquades
+ HCl 2%
(-)
Bening
(-)
Bening
Positif bila
terbentuk
buih
Fenil propanoid
Dipanaskan
a. Pembanding
(-)
Tidak
fluoresensi
hijau
(+)
Fluoresensi
hijau
Air
Metanol
b. NH3 pekat
(-)
Tidak
flouresensi
hijau
(+)
Flouresensi
hijau
Positif bila
flouresensi
hijau
Antosianin
+ HCl pekat
(-)
Bening
(-)
kuning(+) Merah
+ NaOH(-)
Bening
(-)
Kuning(+) Biru
Karbohidrat
+ α-naftol
+ H2SO4 pekat
(+)
Cincin
merah
(-)
Jingga
Positif
bila
terbentuk
cincin
merah/
ungu
Tanin
+ FeCl3 1%
(-)
Bening
(-)
Kuning
(+) Biru
kehitaman
Garam alkaloid
+ HCl pekat
a. Garam
alkaloid
+ NH3 pekat
+ HCl 2%
1) Pembanding
(-)
Bening
(-)
Bening
2) Dragendorff
(+)
Endapan
jingga
coklat
(-)
Jingga
cokelat
Positif
bila
terbentuk
endapan
jingga
cokelat
3) Mayer(-)
Bening
(-)
Putih
Positif
bila
terbentuk
endapan
putih
a. Basa
kuartener
+ NaCl
+ HCl pekat
(-)
Jingga
(-)
Jingga
Positif
bila
terbentuk
endapan
Air
1. Dragendorff
+ HNO3 pekat
+ Kloroform
a) Dragendorff
jingga
kecokelat
an
Metanol
b) Mayer(-)
Kuning
(-)
Kuning
Positif
bila
terbentuk
endapan
putih
2. Mayer
+ HNO3 pekat
+ Kloroform
a) Dragendorff
(-)
Jingga
(-)
Kuning
Positif
bila
terbentuk
endapan
jingga
kecokelat
an
Air
Metanol
b) Mayer(-)
Jingga
(-)
Kuning
Positif
bila
terbentuk
endapan
putih
F. Pembahasan
Tanaman keladi adalah tanaman jenis terna. Berdaun lebar dan berumbi.
Keladi ada yang bisa dimakan dan ada pula yang tidak bisa dimakan. Daun keladi
tipis seperti kertas, bentuk seperti mata panah, warna daun bermacam-macam.
Tanaman ini termasuk jenis tanaman hias daun yang populer. Tanaman ini cocok
untuk di dalam maupun diluar ruangan. Tanaman ini tumbuh ditempat terbuka
pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan air laut. Di Indonesia
penyebarannya terdapat di sepanjang Pulau Jawa, sebagian Kalimantan, Sumatera
dan Papua.
Sebelum dilakukan pengujian, sampel diekstraksi dengan pelarut metanol
dan air. Sampel yang digunakan adalah batang keladi. Ekstraksi adalah
penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman. Penyarian
merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semua berada dalam sel,
ditarik oleh cairan penyari tersebut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat dalam tanaman. Dalam percobaaan ini sampel
batang keladi yang telah dibersihkan, dipotong kecil-kecil untuk memperbesar
luas permukaan sampel, kemudian direndam di dalam gelas kimia yang berisi
pelarut air dan metanol Tujuan perendaman adalah untuk melarutkan atau menyari
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi merupakan cara
penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam sampel dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif.
Kelebihan menggunakan metanol dan air sebagai pelarut ialah metanol
mampu menyari senyawa polar maupun nonpolar sesuai keinginan sedangkan air
merupakan pelarut yang murah, mudah didapat, stabil, tidak mudah menguap, dan
terbakar, tidak beracun serta alamiah. Kerugian menggunakan pelarut metanol dan
air ialah, metanol mudah menguap, sedikit toksik perlu pereaksi lain untuk
memisahkan senyawa yang diinginkan, sedangkan air tidak selektif mudah
ditumbuhi kapang dan kuman serta sari cepat rusak.
Pengujian yang pertama yaitu pembuatan ekstrak batang keladi yang
sudah dibersihkan terlebih dahulu. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari
bagian tumbuhan dengan pelarut tertentu. Tujuan dari ekstraksi adalah menarik
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat pada zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi untuk
kedalam pelarut.
Pertama batang keladi dipotong kecil-kecil tujuan dipotong kecil-kecil
untuk memperkecil ukuran bentuk untuk memperluas permukaan ekstrak, setelah
dipotong batang keladi dimasukkan ke dalam pelarut yaitu metanol dan air.
Ekstrak yang dibuat dengan pelarut metanol segera ditutup alumunium foil
untuk menghindari penguapan. Metanol mudah menguap, pada saat perendaman
terjadi difusi dimana pelarut masuk menembus dinding sel ekstrak dan melarutkan
zat-zat aktif yang mungkin dikandung sehingga terjadi perbedaan kosentrasi.
Perbedaan kosentrasi inilah yang menyebabkan difusi. Keluar sel alasan
digunakan aquades sebagai pelarut karena mudah diperoleh, murah tidak beracun,
tidak mudah menguap namun kekurangannya air mudah ditumbuhi jamur pada
ekstraksinya selain itu juga pada ekstraksinya air melarutkan senyawa dengan
pengotor dan tidak selektif, sedangkan digunakan pelarut metanol karena lebih
selektif untuk melarutkan zat aktif pengotor tidak ikut dalam senyawa dan tidak
mudah ditumbuhi jamur namun kekurangannya metanol mudah menguap dan
lebih mahal.
Pereaksi yang digunakan pada percobaan ini adalah NH3 pekat, asam
asetat anhidrat, H2SO4 pekat, FeCl3 1%, HCl 2%, HCl 10%, HCl pekat, NaOH
1M, NH3 pekat, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Mayer, pita Mg, NaCl dan α-
naftol.
Pengujian pertama adalah uji senyawa steroid. Steroid adalah suatu
golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
siklopentana. Pengujian ini dilakukan dengan penambahan asam asetat anhidrat
yang berfungsi untuk membentuk turunan asetil yang terdapat pada steroid,
kemudian ditambahkan kloroform untuk melarutkan asetil pada uji steroid dan
terakhir ditambahkan H2SO4 pekat yang berfungsi untuk menghidrasi air sehingga
dapat terbentuk cincin merah kecoklatan. Hasil positif uji steroid jika terbentuk
cincin merah kecoklatan atau ungu. Pada pengujian ekstrak batang keladi
memberikan hasil positif pada pelarut metanol, hal ini sesuai dengan literatur yang
ada dimana dalam batang keladi mengandung senyawa steroid. Hal ini
dikarenakan dari sifat metanol yang semipolar sehingga dapat melarutkan semua
zat baik polar maupun non polar. Steroid merupakan senyawa non polar sehingga
dapat terekstraksi pada pelarut metanol dibandingkan pelarut air yang bersifat
polar.
Pengujian kedua adalah uji senyawa karotenoid. Karotenoid merupakan
golongan pigmen yang larut lipid dan tersebar luas terdapat dalam semua jenis
tumbuhan mulai bakteri sederhana hingga composite yang berbunga warna
kuning. Pada percobaan sampel ekstrak air dan metanol ditambahkan H2SO4 pekat
yang berfungsi untuk memutuskan ikatan pada ekstrak dan sebagai oksidator kuat
sehingga dapat membentuk larutan biru kehitaman yang menandakan positif
karotenoid. Namun pada pengujian ekstrak batang keladi memberikan hasil
negatif baik pada pelarut metanol maupun air.
Pengujian ketiga adalah uji senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa
siklik yang mengandung atom nitrogen yang penyebarannya terbatas pada
organisnme hidup. Pada uji alkaloid ditambahkan HCl 2%. Penambahan HCl 2%
bertujuan untuk membentuk garam alkaloid yang terlarut dalam larutan ekstrak.
Kemudian dibagi menjadi tiga tabung untuk ekstrak metanol dan tiga tabung
untuk ekstrak air. Pada ekstrak air tabung I sebagai pembanding, tabung II
ditambahkan pereaksi Dragendorff dan tabung III peraksi Mayer. Pereaksi
Dragendorff terdiri atas padatan KI yang dilarutkan dengan air suling dan padatan
bismut nitrat yang dilarutkan dengan air suling lalu keduanya dicampurkan. Pada
uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen yang digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan bismut menghasilkan endapan
jingga sampai merah sebagai hasil positifnya. Sedangkan pereaksi Mayer terdiri
atas padatan HgCl2 dan padatan KI yang masing-masing dilarutkan dengan air
suling kemudian dicampurkan. Pereaksi Mayer berikatan dengan alkaloid melalui
ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg, sehingga menghasilkan
merkuri yang non polar mengendap berwarna putih kekuningan sebagai hasil
positifnya. Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg
sehingga membentuk senyawa yang mengandung atom N sebagai ligannya. Pada
pengujian ekstrak batang keladi, memberikan hasil negatif pada penambahan
pereaksi mayer dengan tidak terbentuknya endapan putih kekuningan, namun
bereaksi positif pada pereaksi dregendroff pada pelarut air dengan membentuk
endapan jingga. Hal ini sesuai dengan teori karena batang keladi mengandung
senyawa klorida.
Pengujian keempat adalah uji senyawa fenol. Fenol mempunyai gugus
yang sama pada cincin aromatik. Pengujian ini dilakukan dengan penambahan
FeCl3 1% pada ekstrak metanol dan air. Fungsi penambahan FeCl3 sebagai
pengompleks yang bersifat oksidator yang bila bereaksi akan menghasilkan warna
biru kehitaman. Hal ini disebabkan karena larutan FeCl3 bereaksi dengan fenol
yang bersifat asam ketika dicampurkan dengan FeCl3, ion OH- pada fenol (ArOH)
disubstitusi, sehingga Fe3+ berubah menjadi Fe2+ dan menyebabkan terbentuknya
warna biru kehitaman. Hasil pengujian yang didapatkan negatif. Sampel dengan
ekstraksi air berwarna kuning muda dan sampel dengan metanol berwarna kuning
tua. Berdasarkan teori, keladi tidak mengandung senyawa fenol.
Pengujian kelima adalah uji senyawa flavonoid. Flavonoid adalah turunan
senyawa induk flavon yang dapat berupa tepung putih pada tumbuhan tertentu dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Pertama ekstrak air dan metanol
dipanaskan agar dapat mempercepat reaksi, selanjutnya ditambahkan pita Mg dan
HCl pekat. Pita Mg sebagai pengompleks untuk memperkuat tampilan warna.
Sedangkan HCl pekat untuk mengoksidasi pita Mg serta flavonoid sehingga
membentuk warna. Pita Mg dapat berupa sebagai indikator pada penngujian ini,
apabila tidak terdapat kandungan flavonoid, maka HCl pekat akan bereaksi
dengan pita Mg, namun jika terdapat senyawa flavonoid maka HCl yang akan
bereaksi dengan senyawa flavonoid tersebut. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan hasil yang negatif bahwa batang keladi yang tidak mengandung
senyawa flavanoid. Pada sampel ekstraksi air didapatkan larutan bening dan pada
sampel ekstraksi metanol didapatkan larutan hijau. Berdasarkan teori keladi
mengandung flavanoid tetapi sampel yang digunakan adalah batangnya. Hal ini
dimungkinkan senyawa flavanoid tidak terdapat pada batang keladi tetapi pada
organ tumbuhan keladi yang lain.
Pengujian keenam adalah uji senyawa antrakuinon. Antrakuinon adalah
salah satu dari empat kelompok senyawa kuinon. Kuinon adalah senyawa yang
berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon.
Ekstrak ditambahkan NH3 pekat dan NaOH. Penambahan NH3 pekat berfungsi
untuk mengendapkan larutan sehingga adanya antrakuinon dalam sampel dapat
terlihat dengan adanya perubahan warna, sedangkan penambahan NaOH untuk
membuat suasana basa pada ekstrak. Hal ini dikarenakan antrakuinon hanya dapat
dideteksi dalam keadaan basa. Hasil positif jika terbentuk warna merah setelah
dikocok. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat reaksi. Pengujian yang
dilakukan memberikan hasil negatif. Sampel pada ekstraksi air menghasilkan
larutan bening dan sampel pada ekstrak metanol menghasilkan larutan hijau.
Berdasarkan teori, batang keladi tidak mengandung senyawa antrakuinon.
Pengujian ketujuh adalah uji senyawa saponin. Saponin adalah segolongan
senyawa glikosida yang mempunyai struktur steroid dan mempunyai sifat khas
dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk buih bila dikocok.
Tahap pertama diencerkan ekstrak dengan air, dikocok bila ada buih lalu
didiamkan 15 menit. Kemudian ditambahkan HCl 2% untuk mengetahui apakah
buih yang terbentuk merupakan saponin atau protein. Berdasarkan teori, keladi
mengandung saponin, tetapi pada pengujian sampel bereaksi negatif. Hal ini
dimungkinkan karena saponin tersebut bukan terdapat pada batangnya.
Pengujian kedelapan adalah uji senyawa fenil propanoid. Fenil propanoid
merupakan senyawa fenol alami yang memiliki cincin aromatik dengan rantai
samping terdiri atas tiga karbon. Pada ekstrak dipanaskan untuk mempercepat
reaksi, setelah itu larutan dibagi dua menjadi uji dan pembanding pada tabung uji
ditambahkan NH3 pekat 0,5 ml. Kemudian perubahan warnanya dapat dilihat di
bawah sinar UV dengan terjadinya pergeseran batokrom pada senyawa fenol.
Penambahan NH3 pekat maka akan mengikat flouresensi di bawah sinar UV. Hasil
positif bila terdapat flouresensi hijau pada tabung uji. Adapun panjang gelombang
yang digunakan adalah 253 nm dimana merupakan panjang gelombang yang
memiliki absorbansi besar yang dapat menyebabkan pergeseran. Berdasarkan
pengamatan dan teori, batang keladi bereaksi negatif mengandung senyawa fenil
propanoid.
Pengujian kesembilan adalah uji senyawa antosianin. Antosianin
merupakan senyawa flavonoid yang dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada
bentuk glikosidanya. Antosianin merupakan pigmen yang menyebabkan warna
merah sampai warna biru pada kulit buah-buahan maupun sayuran. Pada
pengujian ini dilakukan dengan penambahan HCl pekat dan NaOH pada tabung
yang berbeda pada masing-masing ekstrak air dan metanol. Salah satu faktor yang
mempengaruhi warna dari antosianin adalah pH. Sifat asam akan menyebabkan
warna antosianin menjadi merah, sedangkan sifat basa menyebabkan antosianin
menjadi biru. Selain faktor pH, konsentrasi pigmen, adanya campuran senyawa
lain (kopigmentasi), jumlah gugus hidroksi dan metoksi juga mempengaruhi
warna dari antosianin. Jumlah gugus hidroksi yang dominan menyebabkan warna
cenderung biru dan relatif tidak stabil. Sedangkan jumlah gugus metoksi yang
dominan dibandingkan gugus hidroksi pada strukur antosianin, menyebabkan
warna cenderung merah dan relatif lebih stabil. Dari hasil percobaan kedua
ekstrak memberikan hasil negatif. Pada ekstrak air yang ditambahkan HCl
menghasilkan larutan bening, sedangkan pada ekstrak metanol menghasilkan
larutan kuning. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa batang keladi tidak
mengandung senyawa antosianin.
Pengujian kesepuluh adalah uji senyawa karbohidrat. Karbohidrat
merupakan sekelompok gugus aldehid, keton atau asam polihidroksi atau turunan-
turunannya yang bergabung bersama-sama dengan poliol siklik linier. Pertama
ekstrak air dan ekstrak metanol ditetesi α-naftol dan ditambahkan H2SO4 pekat.
Uji ini merupakan uji umum yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya
suatu karbohidrat pada sampel. Proses dehidrasi heksosa atau pentosa oleh karena
adanya pengaruh H2SO4 pekat sehingga membentuk furfural dan kondensasi
aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa khusus untuk
polisakarida dan disakarida. Pengujian ini memiliki tiga tahapan proses, yaitu
hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa dan diikuti
oleh proses dehidrasi akibat H2SO4 pekat dan proses kondensasi. Reaksi positif
bila terdapat endapan cincin merah. Dari hasil pengujian, ekstrak metanol bereaksi
negatif menghasilkan larutan jingga sedangkan pada ekstrak air memberikan
reaksi positif menghasilkan cincin merah dari ikatan furfural terhidrolis sempurna
sehingga furfural dapat bereaksi dengan α. Naftol. Hasil ini sesuai dengan teori
bahwa batang keladi mengandung karbohidrat.
Pengujian kesebelas adalah uji senyawa tanin. Tanin merupakan
komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang
sukar dipisahkan dan sukar mengkristal. Pengujian ini dilakukan dengan
penambahan FeCl3 1% pada ekstrak metanol dan air. Fungsi penambahan FeCl3
sebagai pengompleks yang bersifat oksidator yang bila bereaksi akan
menghasilkan warna biru kehitaman. Warna biru yang terbentuk disebabkan
karena senyawa Fe3+ bereaksi dengan OH-. Dari hasil pengujian kedua ekstrak
memberikan hasil negatif. Pada ekstrak air menghasilkan larutan berwarna kuning
dan pada ekstrak metanol menghasilkan larutan berwarna kuning. Hasil ini sesuai
dengan teori bahwa batang keladi tidak mengandung senyawa tanin.
Pengujian terakhir adalah uji senyawa garam alkaloid. Uji ini dibagi atas
uji garam alkaloid dan uji basa kuartener. Pada ekstrak air dan metanol
ditambahkan HCl berlebih dahulu yang berfungsi sebagai zat penarik, sehingga
hanya alkaloid murni saja yang akan bereaksi dengan pereaksi uji. Kemudian
ekstrak ditambahkan NH3 pekat untuk mengendapkan senyawa alkaloid dalam
bentuk basa. Tabung I sebagai pembanding, tabung II ditambahkan Dragendorff
dan tabung III pereaksi Mayer. Sebelum dibagi, sampel ditambahkan HCl 2%
untuk menarik senyawa garam alkaloid dan pelarutannya. Reaksi positif apabila
pada Dragendorff membentuk endapan jingga kecoklatan dan pada Mayer
membentuk endapan putih. Dari hasil pengujian, ekstrak air dan metanol bereaksi
positif dengan pereaksi dragendoff menghasilkan endapan jingga kecoklatan.
Sedangkan dengan pereaksi mayer menghasilkan larutan bening pada ekstrak air
dan larutan putih pada ekstrak metanol. Hasil dari teori sesuai dengan percobaan
bahwa batang keladi mengandung garam alkaloid.
Uji alkaloid basa kuartener, ekstrak ditambahkan HCl agar dapat menarik
zat alkaloid pada sampel, lalu dilakukan penambahan garam NaCl dan
ditambahkan HCl lagi kemudian dibagi menjadi dua bagian. Tabung pertama
ditambahkan pereaksi Dragendorff, sedangkan tabung kedua adalah pereaksi
Mayer lalu ditambahkan HNO3 pekat sebagai oksidator dan kloroform sebagai
pelarut. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa terbentuk 2
lapisan setelah penambahan kloroform, yaitu lapisan kloroform di bawah dan
lapisan air alkalis di atas. Lapisan atas diambil dan dibagi kedua tabung masing-
masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Hasil yang didapat pada ekstrak air
terbentuk larutan jingga pada pereaksi Dragendorff dengan Dragendorff dan
endapan merah coklat pada ekstrak methanol. Dari hasil pengujian, semua tabung
tidak terbentuk endapan atau memberikan hasil negatif dan dapat disimpulkan
bahwa batang keladi tidak mengandung basa kuartener. Dari hasil pengujian,
semua tabung tidak terbentuk endapan atau memberikan hasil negatif dan dapat
disimpulkan bahwa batang keladi tidak mengandung basa kuartener.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
batang keladi mengandung senyawa steroid, alkaloid karbohidrat fenil propanoid
dan garam alkaloid.
DAFTAR PUSTAKA
Ariviani, Setyaningrum. 2010. Antosianin Ekstrak Buah Salam dan Karalesinya
dengan Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoleat. Agrobiontek
volume 4 nomor 2
Dwiana, Sari. 2010. Uji Metabolit Sekunder pada Tanaman Herbal. Jurnal Sains
volume 3 nomor 2. Universitas Padjajaran: Semarang.
Djamal, Rusdi. 1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas: Semarang.
Heyne, S. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid, da Alkaloida. Jurnal
Farmasi volume 2 nomor 2
Paendong, Jessy. 2010. Penetuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Biji Buah Alpukat. Jurnal MIPA UNSTRAT volume 1 nomor 1
Sudewo, Bambang. 2004. Tanaman Obat Populer Penggempur Aneka Penyakit.
Agromedia Pustaka: Jakarta.
Syahid, S. F. 2008. Keragaman Morfologi Pertumbuhan Produk Mutu dan
Fitokimia Keladi. Jurnal Litri volume 14 nomor 3