percobaan i orsin

28
PERCOBAAN I SINTESIS DIBENZALASETON I. Tujuan 1.1. Memahami reaksi adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehida yang lain. 1.2. Mempelajari sintesis dibenzalaseton dengan reaksi kondensasi aldol (Claisen- Schmidt) II. Tinjauan Pustaka Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskannya suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986). Bila suatu aldehid diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi satu molekul aldehida ke molekul alsehida

Upload: faradisa-anindita

Post on 25-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN ISINTESIS DIBENZALASETON

I. Tujuan1.1. Memahami reaksi adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehida yang lain.1.2. Mempelajari sintesis dibenzalaseton dengan reaksi kondensasi aldol (Claisen- Schmidt)II. Tinjauan PustakaSuatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskannya suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986).Bila suatu aldehid diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi satu molekul aldehida ke molekul alsehida lain. Reaksi ini disebut suatu reaksi kondensasi aldol. Kata aldol yang diturunkan dari aldehida dan alkohol produk itu, yang menarik produk itu, yang merupakan suatu aldehida B-hidroksil suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak dilepaskan suatu molekul kecil. Dua molekul aldehid bergabung membentuk b-hidroksi aldehid yang disebut aldol. Kondensasi aldol berasal dari dua molekul aldehid yang berkombinasi membentuk aldehid tak jenuh dan air. Reaksi yang lain juga dikenal adalah reaksi adisi aldol (Fessenden dan Fessenden, 1986).Enolat dapat bertindak sebagai nukleofilik karbon dan beradisi pada gugus karbonil pada molekul aldehid atau keton lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi kondensasi aldol yaitu suatu reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang sangat bermanfaat. Kondensasi yang paling sederhana adalah gabungan dua molekul asetaldehida, yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa. Kondensasi aldol mudah dibuat melalui pembentukan anion enolat dari satu senyawa karbonil yang diadisikan kepada karbon karbonil lain. Contohnya adalah reaksi antara asetaldehida dan benzaldehida. Dengan adanya basa, hanya satu macam enolat yang terbentuk (benzaldehida tidak memiliki hidrogen ). Jika enolat dari asetaldehida beradisi pada gugus karbonil benzaldehida, terbentuk kondensasi aldol campuran (Surdia, 1986). Secara umum, berlangsungnya reaksi konversi aseton adalah melalui mekanisme reaksi kondensasi aldol. Mekanisme reaksi mekanisme tersebut merupakan gabunagn antara langkah reaksi asam basa dari Bronsted (proton transfer) dan Lewis step (electron transfer). Reaksi aldol bermula dari pemisahan proton berposisi (alfa) membentuk enolat yang beresonansi. Anion ini sangat reaktif sebgai nukleofil yang mampu menyerang gugus karbonil yang miskin elektron dari molekul aseton (Lewis step) dan membentuk produk antara yakni alkoksida. Selanjutnya terprotonasi membentuk produk aldol yakni diaseton alkohol (DAA) (Setiadi, 2009).Kondensasi aldol adalah reaksi antar aldehida atau antar keton yang sama menggunakan basa sebagai katalis. Syarat terjadinya reaksi adalah tersedianya H pada karbonil yang terlibat dalam reaksi tersebut. Reaksi kondensasi aldol dalam beberapa kasus biasanya diikuti reaksi dehidrasi. Jika aldehida tidak memiliki H, maka dimerisasi dengan kondensasi aldol tidak dapatterjadi, kondensasi dapat terjadi jika pada aldehida tersebut ditambahkan aldehidaatau keton yang mempunyai H. Kondensasi aldol melibatkan adisi nukleofilik sebuah enolat keton ke sebuah aldehida, membentuk -hidroksi keton atau -hidroksi aldehida dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi Bila suatu aldehida yang memiliki atom H diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, maka akan terbentuk ion enolat, yang kemudian dapat bereaksipada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain Kondensasi aldol dengan menggunakan katalis basa akan membentuk ion enolat, yang kemudian akan terjadi serangan nukleofil oleh enolat padagugus karbonil lain yang terstabilisasi oleh resonansi. Produk reaksiini adalah garam alkoksida, aldol akan terbentuk dan mengalami dehidrasi menghasilkan senyawa karbonil tak jenuh (Arifin, 2012). Senyawa karbonil mempunyai hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dapat mengalami reaksi kondensasi. Reaksi ini dilakukan dengan katalis basa yang berfungsi untuk membentuk ion karbon dengan mengikat atom H alfa. Reaksi kondensasi ini banyak dijumpai, diantaranya reaksi pembuatan dibenzalaseton ini. Reaksi ini antara suatu aldehida dengan suatu keton dengan adanya basa adalah suatu contoh reaksi kondensasi aldol (aldehida - keton) campuran, yang sering dikenal dengan reaksi Claisen-Schmidt. Dibenzalaseton dapat dibuat melalui reaksi kondensasi dari aseton dan dua ekivalen benzaldehida. Gugus karbonil dari benzaldehida lebih reaktif dari gugus karbonil aseton sehingga bereaksi cepat dengan anion aseton menghasilkan beta hidroksi keton. Senyawa hidroksi keton ini selanjutnya dengan mudah mengalami dehidrasi dengan berkatalis basa. Tergantung pada jumlah relatif pereaksi yang digunakan, reaksi dapat menghasilkan mono atau dibenzalaseton ( Tim dosen kimia organik sintesis, 2014).Ikatan antara karbon-hidrogen biasanya stabil dan nonpolar serta tidak bersifatasam. Tapi dengan adanya gugus karbonil terjadilah hidrogen alfa yang sifatnya asam. Penyebab hidrogen alfa terhadap gugus karbonil bersifat asam ada dua. Pertama, karbon alfa berdekatan dengan satu atau lebih aton karbon yang positifsebagian. Karbon alfa itu juga ikut mengambil sebagian muatan positif ini, sehinggaikatan C-H menjadidilemahkan. Kedua, stabilisasi-resonansi dari ion enolat, yaitu anion yang terbentuk bila proton lepas. Dari struktur resonansi tampak bahwa muatan negatif ada di oksigen-oksigen karbonilmaupun di karbon alfa. Delokalisasi muatan ini menstabilkan ionenolat dan mendorong pembentukannya. Apabila suatu aldehida diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolatyang terjadi dapat bereaksi dengan gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain.Hasilnya adalah adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida lain.Reaksi ini disebutreaksi kondensasi aldol. Kata aldol diturunkan darialdehida dan alkohol. Reaksi kondensasi adalah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekulyang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnyasuatu molekul kecil (seperti air).Jika asetaldehida diolah dengan larutan NaOH dalam air, akan terbentuk ionenolat dalam konsentrasi rendah. Reaksi ini reversibel pada saat ion enolat bereaksi, akan terbentuk lagi yang baru. Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatuion alkoksida, yang kemudianmerebutsebuah proton dari dalam air untukmenghasilkan aldol produk itu (Silky, 2011).Benzaldehid (ArCHO) merupakan suatu aldehid (-COH) dengan gugus karbonnya adalah gugus benzena aromatik (Ar/aril). Pada gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120 disekitar karbon sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatanikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma, dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Sedangkan gugus aromatik/benzena (Ar) bersifat non polar. Kekuatan non polar dari benzaldehid lebih besar daripada kepolarannya. Oleh sebab itu sifat dari benzaldehid ini secara keseluruhan adalah non polar tetapi dapat larut dalam air, kelarutannya sebesar 3,3 gram/L. Semua sifat-sifat struktural ini, misalnya saja kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya electron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil. Gugus aldehid dari benzaldehid ini akan membentuk ikatan hidrogen dengan pelarut yang memiliki gugus N ataupun O, atau dalam larutan benzaldehid itu sendiri. Sehingga titik didihnya sangat tinggi, yaitu sekitar 179 C dan titik lebur sebesar -26 C, dengan berat jenis 1,05 gram/mL (Anonim, 2014).

Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil keton,2-propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasukpada tubuh manusia dalam kandungan kecil. Aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon-oksigen terdiri atas satu ikatan dan satu ikatan . Umumnya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom hidrogen yang berada pada karbon (C) disamping gugus karbonil yang disebut atom hidrogen alfa. Sebagai akibatpenarikan elektron oleh gugus karbonil, kerapatan elektron pada atom karbon alfa semakin berkurang, maka ikatan karbon dan hidrogen alfa semakin melemah, sehingga hidrogen alfa menjadi bersifat asam dan dapat mengakibatkan terjadinya substitusi alfa (). Substitusi melibatkan penggantian atom H pada atom karbon dengan elektrofil. Aseton mempunyai atom hidrogen alfa bersifat asam, oleh karena itu dapat terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua bentuk yaitu bentuk keto dan bentuk enol yang disebut bentuk tautomerisasi. Tautomer adalah isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan oleh kedudukan ikatan rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom hidrogen alfa ke atom oksigen (Hidayanti, 2012).

III. Alat dan Bahan

3.1. AlatAdapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain gelas kimia 500 ml, gelas ukur 10 ml, batang pengaduk, termometer, neraca analitik, corong kaca, corong buchner, cawan petri, botol semprot, stopwatch, erlenmeyer 500 mL, melting point, pipa kapiler, dan pipet tetes.

3.2. BahanAdapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain kristal NaOH, Etanol p.a, es batu, Benzaldehid, Aseton, kertas saring, dan Akuades.

IV. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu memasukkan 6,25 gram NaOH dalam 62,5 mL air dan 50 mL etanol ke dalam erlenmeyer 500 mL. Kemudian menjaga temperatur pada suhu 20o-25o C, selanjutnya mengaduk dan menambahkan separuh dari campuran 6,3 mL benzaldehid murni dan 2,3 mL aseton, kemudian mengaduk larutan sampai 15 menit.Setelah 15 menit, menambahkan kembali sisa campuran benzaldehid-aseton kemudian melanjutkan pengadukan selama 30 menit. Setelah itu menyaring campuran dengan corong buchner dan mencuci dengan air dingin untuk mengeliminasi alkali. Kemudian mengeringkan padatan yang diperoleh pada suhu ruang hingga diperoleh berat konstan. Kemudian melakukan rekristalisasi padatan dengan etanol dan merekoveri dibenzalaseton murni diperoleh sekitar 80 % dengan titik leleh 112o C.

V. Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil

1.

2.

3.

4.

NaOH 6,25 g + 62,5 ml Air + Alkohol 50 ml (mengaduk dan mempertahankan suhu 20oC- 25oC)+6,3 Benzaldehid + 2,3 ml Aseton

Setelah 15 menit + sisa benzaldehid dan aseton(mengocok selama 30 menit).Menyaring dengan penyaring buchner.

*Larutan bening.

*Larutan berwarna kuning bening, berbau dan menyengat.*Terdapat endapan dan Larutan berubah berwarna cream kental, berbau dan menyengat.*Larutan berwarna Orange susu, dan selanjutnya menjadi kuning.

*Terbentuk padatan berwarna kuning

Keterangan : *Berat dibenzalaseton = 19,386 gram*Volume etanol untuk rekristalisasi = 45 ml*titik didih sebelum direkristalisasi = 102oC*titik didih setelah direkristalisasi = 112oC

Mol aseton Volume Aseton= 1,2 mLMasa Jenis = 0,79 gr/mLBerat Aseton= Massa jenis x volume aseton = 0.79 g/mL x 1.2 mL= 0,948 gMol Aseton = = = 0.016 mol Mol Benzaldehid Volume Benzaldehid= 3,2 mLMasa Jenis = 1,04 gr/mLBerat Aseton= Massa jenis x volume aseton = 1,04 g/mL x 3.2 mL= 3,328 gMol Benzaldehid = = = 0.031 mol Massa dibenzalaseton secara teoritis2C6H5COH(aq) + C3H8O(aq) C7H14O(s) + 2H2O(l)Mula-mula : 0,031 mol 0,016 mol - -Bereaksi : 0,016 mol 0,016 mol 0,016 mol 0,016 molSisa : 0,015 mol- 0,016 mol 0,016 mol

Massa dibenzalaseton = mol dibenzalaseton x Mr dibenzalaseton= 0,016 mol x 234,30 g/mol= 3,7488 gram

% rendemen = x 100 % = x 100 % = 517,12 %

VI. Mekanisme Reaksi

VII. Pembahasan

Sintesis dibenzalaseton adalah reaksi antara benzaldehid dan aseton dengan katalis basa NaOH melalui reaksi kondensasi aldol silang. Reaksi kondensasi aldol adalah reaksi yang melibatkan dua reagen, yaitu aldehid (benzaldehid) dan keton (aseton). Benzaldehid merupakan senyawa benzil dengan gugus fungsi aldehid sedangkan aseton merupakan keton yang mempunyai hidrogen alfa.Pada percobaan sintesis dibenzalaseton ini bertujuan untuk memahami reaksi adisi suatu molekul aldehida ke molekul aldehida yang lain dan mempelajari sintesis dibenzalaseton dengan reaksi kondensasi aldol (Claisen-Schimdt).Pada perlakuan pertama yaitu mencampur NaOH dalam air dan etanol pada gelas kimia 500 ml sampai NaOH larut sempurna. Pencampuran dilakukan dengan menempatkan gelas kimia yang berisi campuran tersebut dalam wadah yang berisi air dingin. Hal ini dilakukan karena reaksi yang terjadi antara NaOH (basa kuat) dengan air merupakan reaksi eksoterm yang bersifat panas sehingga perlu dilakukannya pendinginan agar pada saat sintesis dibenzalaseton berlansung mudah membentuk kristal atau endapan. Penambahan etanol bertujuan agar larutan NaOH yang larut dalam air dan bersifat polar dapat saling melarutkan dengan campuran benzaldehid dan aseton yang bersifat nonpolar pada penambahan selanjutnya. Setelah itu dilakukan pengadukan dan penambahan separuh campuran benzaldehid murni dan aseton. Aseton ini kemudian bereaksi dengan NaOH membentuk ion enolat aseton dan air. Jadi NaOH disini berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi dengan membentuk ion enolat dengan gugus karbonil dari senyawa aseton. Proses pengadukan tersebut dilakukan selama beberapa menit sampai terbentuk endapan yang berwarna kuning pada dinding gelas kimia, adapun tujuan dari pengadukan tersebut ialah agar molekul-molekul dari setiap campuran dapat bertumbukan sehingga rekasi dapat berjalan dengan cepat. Reaksi ini merupakan tahap pertama pada sintesis dibenzalaseton. Suatu aldehid tanpa hidrogen alfa (benzaldehid) tidak dapat membentuk ion enolat sehingga tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun jika aldehid itu dicampur dengan senyawa yang memilki hidrogen alfa (aseton), maka kondensasi antara keduanya dapat terjadi. Reaksi ini disebut dengan kondensasi aldol silang. Dalam keadaan murni aseton berbentuk keto, tetapi dengan adanya basa kuat seperti NaOH, bentuk enol akan dengan cepat bereaksi untuk membentuk ion enolat. Ion ini sangat reaktif dan bertindak sebagai nukleofil lewat atom C negatif (karbanion). Karbanion ini akan menyerang atom C karbonil dari benzaldehid yang tidak memiliki atom H alfa yang bermuatan parsial positif, dan dengan dibantu oleh air akan terjadi suatu transfer proton dan terbentuklah benzalaseton dengan ion hidroksi.Setelah 15 menit menambahkan kembali sisa campuran benzaldehid-aseton, tujuan dari penambahan benzaldehid-aseton yang dilakukan secara bertahap yaitu agar terjadi penyempurnaan reaksi karena reaksi yang terjadi adalah bertahap, karena bila penambahan dilakukan sekaligus dikhawatirkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap kedua ini terjadi suatu kondensasi antara benzaldehid dengan benzalaseton dari tahap sebelumnya. Mekanismenya hampir sama dengan tahap sebelumnya, yang membedakan adalah atom H alfa disini diperoleh dari benzalaseton, sehingga enol yang terbentuk adalah dari benzalaseton pula. Mula-mula benzalaseton diserang oleh nukleofil (OH-) pada atom C karbonilnya. Kemudian sturktur tersebut mengalami tautomerisasi manjadi benuk enol dengan adanya transfer proton. Pada struktur enol ini, ion enolat dari benzalaseton menjadi suatu nukleofil dengan atom C alfa negatif (karbanion) sebagai gugus reaktifnya. Ion enolat dari benzalaseton ini yang kemudian menyerang atom C karbonil dari benzaldehid sehingga membentuk dibenzalaseton. Dalam pembentukan ini terjadi transfer air, yang mula-mula dibutuhkan air untuk penstabil muatan, tetapi pada akhir reaksi juga dihasilkan air dan ion hidroksida yang berasal dari NaOH.Setelah itu, melanjutkan kembali pengadukan selama 30 menit sampai larutan menjadi homogen. Ketika larutan sudah homogen, maka dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong buchner untuk mendapatkan endapan yang telah terbentuk dalam campuran. Kemudian mencuci endapan yang diperoleh dengan air dingin untuk mengeliminasi alkali. Selanjutnya mengeringkan padatan pada suhu ruang hingga diperoleh berat konstan karena kelarutan suatu senyawa dipengaruhi pula oleh temperaturnya. Ketika proses penyaringan selesai, maka dilakukan proses pengeringan dibenzalaseton dengan cara diangin-anginkan karena pelarut etanol yang digunakan bersifat mudah menguap pada suhu ruang hingga diperoleh berat konstan yaitu 19.386 gram. Dari hasil perhitungan diketahi berat dibenzalaseton secara teoritis yaitu 3.7488 gram, sehingga diperoleh persen rendemennya adalah 517,12 %. Rendemen yang sangat besar ini menunjukkan masih terdapat jauh perbedaan antara berat teori dan berat hasil praktikum, hal ini menandakan bahwa berat hasil praktikum belum konstan pada saat dilakukan pengukuran, atau juga masih terdapat banyak pengotor pada dibenzalaseton hasil praktikum. Kemudian dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan etanol 95% dimana setiap satu gram dibenzaldehid diperlukan 2,5 ml etanol. Adapun volume etanol yang digunakan untuk merekristalisasi dibenzalaseton 19,386 gram yaitu sebanyak 45 ml. Rekristalisasi ini bertujuan untuk mendapatkan dibenzalaseton yang murni dan bebas dari pengotor ataupun zat lain. Menurut Anonim (2014) rekristalisasi adalah proses pengulangan kristal agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi oleh sejumlah senyawa yang terjadi selama reaksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah melarutkan senyawa yang dimurnikan ke dalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya.Dari hasil pengamatan terlihat bahwa warna dibenzalaseton setelah rekristalisasi mengalami sedikit perubahan dari sebelum rekristalisasi. Setelah rekristalisasi warna dibenzalaseton terlihat lebih terang atau lebih pucat dari sebelumnya yang berwarna kuning. Hal ini disebabkan pada proses rekristalisasi sebagian pengotor telah larut dalam pelarut sehingga diperoleh dibenzalaseton yang lebih murni dari sebelumnya.Lalu dilakukan pengeringan kembali dan mengukur titik lelehnya dan diperoleh titik leleh dibenzalaseton setelah rekristalisasi yaitu 112oC. Kedua titik leleh dibenzalaseton tersebut telah sesuai dengan teori yang ada, menurut (Anonim, 2014) titik leleh dari dibenzalaseton bersikar antara 80OC - 120OC. Perbedaan kedua titik leleh tersebut karena dibenzalaseton yang sebelum direkristalisasi kemurniannya masih rendah atau masih terdapat banyak pengotor jika dibandingkan dengan dibenzalaseton setelah direkristalisasi.

VIII. Kesimpulan dan Saran

8.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air).2. Kondensasi aldol adalah reaksi antar aldehida atau antar keton yang sama menggunakan basa sebagai katalis, syaratnya adalah tersedianya H pada karbonil yang terlibat dalam reaksi tersebut yang melibatkan adisi nukleofilik sebuah enolat keton ke sebuah aldehida.3. Reaksi Kondensasi Claisen-Schmidt adalah Reaksi antara keton dengan aldehida atau antara dua aldehida yang biasa disebut juga reaksi kondensasi aldol silang.4. Prinsip sintesis dibenzalaseton adalah senyawa dibenzalaseton disintesis dari benzaldehid dan aseton melalui reaksi kondensasi aldol silang dengan menggunakan katalis basa yaitu NaOH dan air.5. Dari hasil percobaan diperoleh berat dibenzalaseton 19,386 gram, persen rendemen yaktu 517,12 %, titik leleh dibenzalaseton sebelum rekristalisasi yaitu 102OC dan setelah rekristalisasi yaitu 112OC.

8.2 SaranDiharapkan pada praktikum selanjutnya pada proses rekristalisasi digunakan etanol panas sehingga dibenzalaseton dapat larut, serta kristal setelah direkristalisasi dilakukan penyaringan dengan corong buchner agar pengeringan yang dilakukan tidak memerlukan waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://web.mnstate.edu/jasperse/Chem365/Aldol%20Reaction.doc.pdf Diakses pada tanggal 15 Maret 2014.

Anonim. 2014. Benzaldehid. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 16 Maret 2014,

Ahmad Ridhay dan Jaya Hardi. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis. FMIPA UNTAD. Palu

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Fathul, Arifin. 2007. Sintesis Senyawa Benzalaseton dan Dibenzalaseton dan Uji Potensinya sebagai Senyawa Tabir Surya. UNY. Yogyakarta

Hidayanti, Nurul. 2012. Optimasi Waktu Reaksi Pada Sintesis Dibenzalaseton dengan Bahan Dasar Benzaldehid dan Aseton. http://id.wikipedia.org

Silky Amanda Yuniar. 2011. Laporan Praktikum Kimia II Sintesisi Dibenzalaseton. FMIPA UGM. Yogyakarta

LEMBAR ASISTENSI

Nama: Faradisa AninditaNo.Stambuk: G 301 11 020Kelompok: I (Satu)Asisten: Wiwid Pratiwi

No.Hari/TanggalPerbaikanParaf