percobaan 6
TRANSCRIPT
PERCOBAAN 6
RANGKAIAN TRANSISTOR
6.1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum dan membuat laporannya, praktikan
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami cara kerja rangkaian bias transistor bipolar common emitter.
2. Membuat grafik ciri keluaran transistor bipolar.
3. Menentukan titik kerja transistor bipolar secara grafik.
6.2. LANDASAN TEORI
Sebelum membahas model-model rangkaian sekutu pada transistor
terlebih dahulu kita harus menentukan keadaan operasi transistor.
Pengukuran beberapa parameter tegangan dalam rangkaian sangat membantu
dalam menentukan keadaan operasi. Perhatikan gambar 7.1.
Gambar 7.1. Penentuan keadaan operasi transistor
Gambar 7.2 Kurva karakteristik penentuan titik operasi transistor.
Dari gambar 7.1 diperoleh bahwa
VCC = VCE + ICRC + IERE (7.1)
Persamaan (7.1) dapat digunakan untuk melukiskan kurva karakteristik
transistor (gambar 7.2)
Keadaan operasi hanya dapat ditentukan dengan mengambil
pendekatan titik-q terletak di tengah garis beban, gambar 7.3, dengan
demikian kita dapatkan bahwa :
VCE(q) = ½ VCC (7.2)
Besarnya arus kolektor
IC(q) = IE = (VCE (q)) / (RC + RE) (7.3)
Sekarang kita merancang rangkaian pemberi bias basis dengan menentukan
nilai RB1 dan RB2.
Perhatikan gambar 6.1, terlihat bahwa :
VBB = RB2 / (RB1 + RB2) VCC (7.4)
Bila untaian bias masuk kita ganti dengan nilai untai secara thevenin maka
berlaku hubungan :
VBB = IB RB + VBE + IE RE (7.5)
Kita akan dapat menentukan RB dan selanjutnya dengan menggunakan
persamaan ini, RB1 dan RB2 dapat dihitung asal iB (q) dan VBE diketahui.
(http://www.avaible.co.cc/2010/01/transistor.html).
Transistor merupakan sebuah komponen yang memiliki berbagai fungsi
salah satunya adalah menguatkan arus. Dengan fungsi sperti ini, transistor dapat
dimanfaatkan dalam dua moda, yaitu moda nonlinier dan moda linier. Moda
nonlinear contohnya adalah pemanfaatan transistor sebagai saklar
elektronik,sedangkan moda linier adalah transistor sebagai penguat (amplifier).
Dalam penerapannya sebagai amplifier, terdapat beberapa jenis konfigurasi amplifier.
Dalam artikel ini, akan dibahas tiga buah konfigurasi amplifier, yaitu amplifier kelas
A, Kelas B dan kelas AB. Kelas dari amplifier ini dibedakan berdasarkan letak titik
beban dari kerja transistor. Titik beban ini berada dalam garis beban seperti yang
terlihat dalam Gambar , dengan menganggap rangkaian transistornya adalah dalam
konfigurasi common emitter .
(http://www.avaible.co.cc/2010/03/penguatan-transistor.html). Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai
prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu
daerah emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis
yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan
basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti
dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau
disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat dengan dioda
kolektor. Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda
emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap
tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial
barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial
barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
(http://elka.ub.ac.id/praktikum/de/de.php?page=3).
6.3.ALAT DAN BAHAN
Tabel 7.1 Tabel alat yang digunakan dalam percobaan Rangkaian Transistor
No Nama Alat Fungsi NST JU
1. Papan rangkaian Sebagai tempat membuat rangkaian - -
2. Multimeter Untuk mengukur tegangan masukan
dan tegangan masukan dari transistor
serta mengukur arus masukan dan
keluaran transistor
0,001
v
0,001
A
0-100V
3 Kabel
Penghubung
Untuk menghubungkan alat-alat dalam
rangkaian
- -
4 Catu daya Sebagai sumber tegangan 1
volt
1-12
volt
5 resistor Sebagai beban - -
6 kapasistor Sebagai filter - -
7 Transistor Sebagai penguat arus dan tegangan - -
6.4.PROSEDUR PERCOBAAN
Bias Transistor Bipolar
a. Mengambil resitor dengan nilai-nilai resistor yang sesuai di kotak
eksperimen. Kemudianmenyusun seperti pada gambar berikut:
Gambar penentuan operasi transistor
b. Mengatur potensiometer pada posisi nilai resistansi yang paling kecil.
c. Mengukur arus IC yang mengalir pada RC dan tegangan VCE dan VBE.
mengukur juga resistansi dari potensiometer.
d. Mengulangi langkah 3 dengan mengatur potensiometer (putarlah
potensiometer hingga tampak adanya perubahan arus IC dan tegangan VCE
dan VBE).
e. Membandingkan hasil yang anda peroleh dari pengukuran langsung
dengan perhitungan menggunakan rumus persamaan (7.1) untuk IC dan
persamaan (7.4) untuk VBE.
f. Membuat kurva hubungan antara IC dengan VCE dan menentukan titik
operasi (q) rangkaian penguat tersebut
6.5. DATA PENGAMATAN
𝐼𝑐 (A) 𝑉𝐶𝐸 (volt) 𝑉𝐵𝐸 (volt) 𝑅2 (Ω)
0,002 7,4 6,8 300
0,004 6 5,2 400
0,006 3,6 3 55
0,008 2 1,4 200
0,010 0,1 0,55 230
6.6.ANALISIS DATA
𝑉𝐶𝐶 = 9 V
𝑅1 = 4.7 𝑘Ω
6.7.PEMBAHASAN
Transistor merupakan sebuah alat mirip dengan diode namun tersiri atas tiga
peranti. Seperti halnya diode ,transistor memiliki banyak fungsi diantaranya
adalah dapat memperkuat arus. Alat ini terdiri atas dua jenis yaitu transistor
bipolar (BJT) dan trasnsisitor medan (FET). BJT (Bipolar Junction Transistor)
tersusun atas tiga material semikonduktor terdoping yang dipisahkan oleh dua
sambungan pn. Ketiga material semikonduktor tersebut dikenal dalam BJT
sebagai emitter, base dan kolektor. Daerah base merupakan semikonduktor
dengan sedikit doping dan sangat tipis bila dibandingkan dengan emitter (doping
paling banyak) maupun kolektor (semikonduktor berdoping sedang). Karena
strukturnya fisiknya yang seperti itu, terdapat dua jenis BJT. Tipe pertama terdiri
dari dua daerah n yang dipisahkan oleh daerah p (npn), dan tipe lainnya terdiri
dari dua daerah p yang dipisahkan oleh daerah n (pnp). Sambungan pn yang
menghubungkan daerah base dan emitter dikenal sebagai sambungan base-emiter
(base-emitter junction), sedangkan sambungan pn yang menghubungkan daerah
base dan kolektor dikenal sebagai sambungan base-kolektor (base-collector
junction).
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, ketika rangkaian transistor BJT
diberi tegangan yang mana base dihubungkan dengan catu tegangan positif dan
emiter dicatu dengan tegangan negative mengakibatkan muatan mayoritas (tipe n)
mampu untuk melewati daerah sambungan pn yang ada (pada sambungan BE).
Beberapa hole dan elektron akan mengalami rekombinasi di daerah sambungan
sehingga arus mengalir melalui device dibawa oleh hole pada base(daerah tipe-p)
dan elektron pada emiter (daerah tipe-n ). Karena derajat doping pada emiter
(daerah tipe n) lebih besar daripada base (daerah tipe p), arus maju akan dibawa
lebih banyak oleh electron. Sehingga Elektron banyak mengalir dari emiter ke
daerah base yang tipisKarena daerah base berdoping sedikit, elektron pada hole
tidak dapat berekombinasi seluruhnya tetapi berdifusi ke dalam daerah depletion
BC. Karena base dicatu negatif dan kolektor dicatu positif (reverse bias), maka
depletion BC akan melebar. Pada daerah depletion BC, elektron yang mengalir
dari emiter ke base akan terpampat pada daerah depletion BC. Karena pada
daerah kolektor terdapat muatan minoritas (ion positif) maka pada daerah
sambungan BC akan terbentuk medan listrik oleh gaya tarik menarik antara ion
positif dan ion negatif sehingga elektron tertarik kedaerah kolektor. Arus listrik
kemudian akan mengalir melalui device yang lebih besar dari arus masuk.
Kemudian hasil keluaran tegangan dapat dilihat pada data pengmatan, Nampak
,dari bebarapa kenaikan arus listrik pada kolektor, bahwa 𝑉𝐶𝐸 lebih besar dari pada
𝑉𝐵𝐸. Hal ini sesuai dengan funsi trasnsistor yang telah dipaparkan sebelumnya, yang
mana bagian basisi merupaka daerah input yang kemudian akan memperkuat arus
keluaranya pada daerah kolektor. Pembuktian ini sebenarnya dapat terperinci namun
karena kelalaian kami dalam mencatat nilai resisitor yag dignakan sehingga arus yang
melalui kolektor dan emitor tidak dapat ditentukan.