percobaan 4 argento

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan a. Untuk membuat larutan argentum nitrat (AgNO 3 ) b. Untuk membuat larutan natrium klorida (NaCl) c. Untuk menstandarisasi larutan NaCl dengan larutan atandard AgNO 3 d. Menetapkan kadar/kemurnian natrium klorida (NaCl) dalam garam dapur kotor dengan menggunakan metode Mohr 1.2 Pendahuluan Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag + . Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO 3 ). Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuranvolumenya.

Upload: michael-raymond-hutapea

Post on 09-Nov-2015

241 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

dzbzd

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Tujuana. Untuk membuat larutan argentum nitrat (AgNO3)b. Untuk membuat larutan natrium klorida (NaCl)c. Untuk menstandarisasi larutan NaCl dengan larutan atandard AgNO3d. Menetapkan kadar/kemurnian natrium klorida (NaCl) dalam garam dapur kotor dengan menggunakan metode Mohr1.2 PendahuluanIstilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuranvolumenya.

1.3 Dasar TeoriSalah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuranvolumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :1. Asidimetri dan alkalimetriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.2. OksidimetriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.

3. ArgentometriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+).Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood.1992)Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :1. Indikator2. Amperometri3. Indikator kimiaTitik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skogg.1965)

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :Asam: + 2H- + H2OBasa : 2 Ag+ + 2OH- 2 AgOH 2AgOH Ag2O + H2OSesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0.003 M atau 0.005 M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN.3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder.(Khopkhar, SM.1990)Pembentukan Endapan BerwarnaSeperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,010,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :2H+ + - 2HCrO4 + 2H2OMengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :NaCL + Ag+ AgCl + Na+KCN + Ag+ AgCl + K+KCN + AgCN K [Ag(CN)2 ]Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks K[Ag(CN)2] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum.(Harizul, Rivai. 1995)

BAB IIMETODOLOGI PERCOBAAN2.1 Bahan-bahan KimiaBahan-bahan kimia yang digunakan:1. NaCl2. K2CrO4 5%3. AgNO3 0.1 M4. HNO3 6 N5. Fe(NO)36. KSCN 0.1 M

2.2 Alat-alat yang DigunakanAlat-alat yang digunakan:1. Erlenmeyer 250 ml2. Pipet Volume 25 ml3. Pipet tetes

2.3 Prosedur Percobaana. Penentuan Klorida Secara Mohr1. Buat larutan NaCl2. Pipet 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml (duplo).3. Tambahkan indikator 1 ml K2CrO4 5%4. Titrasi dengan larutan standar AgNO3 0.1 M sampai terjadi endapan merah kuning.5. Hitung normalitas klorida.b. Penentuan Klorida Secara Volahrda. Buat larutan NaClb. Pipet 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml (duplo)c. Tambahkan 5 ml HNO3 6 Nd. Tambahkan 30 ml larutan AgNO3 0.1 M berlebih dan terukure. Tambahkan 1 ml larutan Fe3+ (indikator)f. Kocok agak kuatg. Titrasi langsung dengan larutan standar KSCN 0.1 M sampai timbul warna coklat kemerahan yang permanenh. Hitung kenormalan klorida

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Pengamatana. Penentuan Klorida Secara MohrTabel 3.1 Prosedur Penentuan Klorida secara MohrNoBahanPerlakuanHasil Pengamatan

110 ml NaClDicampurkan 3 tetes K2CrO4 5%Larutan berwarna kuning

2Larutan berwarna kuning (pada nomor 1) Ditritasi dengan AgNO3 0.1 MEndapan berwarna merah kuning

Volume AgNO3 yang terpakai adalah 10 ml.

b. Penentuan Klorida Secara VolhardTabel 3.2 Prosedur Penentuan secara VolhardNoBahanPerlakuanHasil Pengamatan

110 ml NaCl Dicampurkan dengan 5 ml HNO3 6 NTidak berwarna

2Larutan hasil nomor 1Dicampurkan dengan Fe3+Endapan berwarna merah kuning

3Larutan yang endapannya berwarna merah kuning (hasil nomor 2)Dititrasi dengan KSCN 0.1 MTerbentuk endapan berwarna coklat kemerahan

Volume KSCN yang terpakai sebanyak 18.8 ml.

3.2 Reaksi-reaksi Kimiaa. Penentuan Klorida secara MohrAg+ + Cl- AgCl2Ag+ + Ag2CrO4b. Penentuan Klorida Secara VolhardAg+ + Cl- AgClAg+ + SCN- AgSCNFe3+ + SCN- (FeSCN)2+3.3 Hasil3.3.1 Metode MohrNoVolume AgNO3 yang terpakai dalam titrasiKonsentrasiAgNO3Volume NaCl yang dipakaiKonsentrasiNaCl

110 ml0.01 N10 ml0.01 N

3.3.2 Metode VolhardNoVolume KSCN yang terpakai dalam titrasiKonsentrasiKSCNVolume NaCl yang dipakaiKonsentrasiNaCl

118.8 ml0.01 N10 ml0.19 N

3.4 Pembahasan3.4.1 Metode MohrPada percobaan penentuan klorida secara Mohr, AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan dari indikator K2CrO4 5% yang ditambahkan, dan titik akhir titrasi dicapai pada saat terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini ialah membuat larutan NaC namun kali ini larutan sudah tersedia. Setelah itu, pipet 10 ml larutan tersebut dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan indicator K2CrO4 5% kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui molaritasnya. Titrasi sampai terjadi perubahan warna dari endapan putih sampai terbentuk endapan merah kuning.Ketika melakukan titrasi asam-basa, digunakan indicator untuk mendeteksi titk akhir titrasi, Begitu pula dengan titrasi argentometri. Pada titrasi ini, digunakan kromat sebagai indicator sebab bila dibandingkan dengan Ag2CrO4 maka yang mengendap terlebih dulu adalah AgCl. Titik akhir titrasi ditandai dengan endapan merah bata dari perak kromat (Ag2CrO4). Kelarutan perak kromat beberapa kali lebih besar daripada kelarutan perak klorida. Akibatnya, endapan perak terbentuk lebih dulu daripada endapan perak kromat. Dengan mengatur ion kromat sebagai indicator, pembentukan perak kromat dapat ditangguhkan hingga semua ion klorida terendapkan sebagai perak klorida atau hingga konsentrasi ion mencapai titik ekivalen.Volume dari AgNO3 yang digunakan dalam titrasi adalah 10 ml, sehingga konsentrasi dari NaCl adalah 0.01 N3.4.2 Metode VolhardPada percobaan penentuan klorida secara Volhard, larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan NaCl yang telah ditambahkan HNO3 dan kelebihan konsentrasi larutan Ag+ ditrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indikator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah. Aplikasi metode Volhard yang sangat penting adalah penentuan ion halida secara tak langsung. Dibandingkan dengan perak halide lainnya, perak klorida lebih mudah larut daripada perak tiosianat. Akibatnya, dalam penentuan ion klorida, reaksinya:AgCl(s) + SCN- AgSCN(s) + Cl-Dalam percobaan ini, volume dari KSCN yang digunakan sebanyak 18.8 ml, sehingga konsentrasi dari NaCl adalah 0.19 N.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan1. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.2. Pada percobaan secaara Mohr, volume AgNO3 yang digunakan sebanyak 10 ml, dan normalitas dari NaCl adalah 0.1 N3. Pada percobaan secara Volhard, volume KSCN yang digunakan sebanyak 18.8 ml dan normalitas adri NaCl 0.19 N4.2 Saran Dalam melakukan titrasi, kecepatan dari tetesan haruslah lambat dan konstan.

BAB VJAWABAN PERTANYAAN1. Buatlah kurva titrasi dari 25 ml NaCl 0.1 N dengan AgNO3 0.1 N.

2. Apakah akibatnya jika titrasi secara Mohr dilakukan pada pH < 7 atau pH>0,5. Jika pH < 7, sebagian indicator K2CrO4 akan berbentuk , reaksinya adalah:H+ + Hal ini menyebabkan titik akhir titrasi tidak trlihat, dan larutan AgNO3 lebih banyak dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Jika pH>10.5, sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi Ag(OH)2 atau perak karbonat, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih benyak yang dibutuhkan.3. Apa guna nitrobenzene dalam titrasi Volhard. Nitrobenzen berfungsi sebagai pengendali dari NaCl jika ion Cl- berlebih.4. Dari titrasi diatas, metode titrasi manakah yang dilakukan secara titration. Titrasi secara Volhard5. AgCl dan Ag2CrO4, diantaranya yang mana mengendap lebih dahulu, apa sebabnya. Yang lebih dahulu mengendap adalah AgCl yaitu endapan berwarna putih, karena Ksp AgCl lebih besar dari Qc atau hasil kali ion-ionnya.

DAFTAR PUSTAKADay RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : ErlanggaHarizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI PressKhopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI PressSkogg, Douglass. 1965. Analytical Chemistry Edisi keenam. Florida : Sounders College Publishing

LAMPIRAN PERHITUNGAN1. Perhitungan normalitas kloridaVNaCl . NNaCl = . 10 ml . NNaCl= 10 ml . 0.1 N NNaCl = 0.01 N2. Perhitungan normalotas klorida VNaCl . NNaCl = . 10 ml . NNaCl= 18.8 ml . 0.1 N NNaCl = 0.188 N NNaCl 0.19 N

Laporan Praktikum Kimia AnalitikTITRASI ARGENTOMETRI

Nama: Hery Fiza SimarmataNIM: 1107111994Hari / Tanggal Praktikum: Jumat, 27 April 2012 Kelompok II ( Dua )Mutiara Adheva Putri1107114320Ricson Rinaldi1107136525Wan Elsa Novtari Adiani1107120246Fadhil Mubarak1107114207Program Sarjana Teknik KimiaFakultas TeknikUniversitas RiauPekanbaru2012

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Teori UmumArgentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion (Khopkar,1990).AmBn Ma++ Nb-Hasil kali kelarutan = (CA+)M (CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil (Harrizul.1995).Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.1992).Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.1990).Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis, aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks (Skogg.1965).Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik. Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat (Underwood.1995).Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan (Harizul.1995) :1) Menyempurnakan pengendapan2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapanUntuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Underwood,1986).Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 1990).Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,1985).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,1985) : a. Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.b. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya c. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasiAda beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain (Harizul,1995) :a. Metode MohrMetode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ .b. Metode VolhardMetode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.

c. Metode FajansDalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).HFl(aq) H+(aq) +Fl-(aq)Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 : Jakarta.

Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders College Publishing : Florida.

Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT. Kalman Media Pusaka : Jakarta.

Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta.