percik5 agustus 2004 sampah masih jadi sampah

56

Upload: ngone

Post on 17-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

adam

TRANSCRIPT

  • Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum dan

    Penyehatan Lingkungan

    Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

    Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

    Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

    BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

    DEPKESDirektur Perkotaan dan PerdesaanWilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

    Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:Hartoyo, Johan Susmono,

    Indar Parawansa, Poedjastanto

    Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

    Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

    Produksi:Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi:Anggie Rifki

    Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

    Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

    [email protected]@bappenas.go.id

    Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitandengan air minum dan penyehatan

    lingkungan dan belum pernahdipublikasikan. Panjang naskah tak

    dibatasi. Sertakan identitas diri.Redaksi berhak mengeditnya.

    Silahkan kirim ke alamat di atas.

    z foto cover: MUJIYANTO/PERCIK

    Dari Redaksi 1Suara Anda 2Laporan Utama 3

    Sampah Masih Jadi Sampah 3Seputar Sampah 6Upaya Mengurangi Emisi Metan dari TPA 8Belajarlah Sampah ke Negeri Cina 9Program Bangun Praja, Memacu Daerah Peduli Lingkungan 11

    WawancaraPenanganan Sampah Jelek, Tingkat Kesehatan Rendah 13

    WawasanSampah Sebagai Sumber Energi, Tantangan BagiDunia Persampahan Indonesia Masa Depan 16Pre-Studi Masalah Sampah, Kasus Kota Surabaya 18Pengelolaan Sampah di Makassar 20Pengelolaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungandan Tantangan ke Depan 22Masalah AMPL di Kabupaten Kebumen 23Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang 25Sampah Membawa Berkah di Desa Temesi, Kabupaten Gianyar, Bali 27

    ReportaseKiprah Ny. Bambang Sampah Wahono,Kelola Sampah, Hijaukan Banjarsari 29

    RagamRagam Teknologi Pengolahan Sampah 32Kapsul Sampah, Model Penyimpanan Sampah Jangka Panjang 34

    TeropongPerusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung 35

    Info Buku 37Info CD 38Info Situs 39Kunjungan

    Diseminasi Program WASPOLA di Propinsi Gorontalo 40Pringga Jurang Keruntuhan Bulan 41

    Seputar WASPOLAPelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah 42Lokakarya Kelompok Kerja WASPOLA 44Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA 45

    Seputar AMPLOrientasi MPA/PHAST 46Pokja AMPL Ikuti Nusantara Water 2004 47Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek ProAir 47Seminar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair 48Persiapan Proyek ProAir di Kabupaten Alor 49

    Pustaka AMPL 50Agenda 51Glosari 52

  • Pembaca, Percik mulai mena-paki babak baru yakni bagai-mana Percik mulai menjang-

    kau para pemangku kepentingan airminum dan penyehatan lingkungandi seluruh Tanah Air. Percik telahmenyebar dari Sabang sampai Me-rauke meski dalam jumlah yang ter-batas.

    Alhamdulillah, berbagai kala-ngan menyambut hangat kehadiranPercik. Ini dibuktikan dengan ba-nyaknya tanggapan yang datangkepada kami. Bahkan ada beberapakalangan yang berharap bisa ber-langganan Percik kendati harusmembayar padahal Percik meru-pakan majalah gratis. Ini tentu halyang membahagiakan kami.

    Beberapa waktu lalu kami meng-ikuti Nusantara Water 2004 di Ja-karta Convention Center bersamadengan Program WASPOLA dan Ke-lompok Kerja Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)sebagai induk kami. Langkah itumerupakan upaya kami untuk ma-kin mendekatkan Percik ke tengah-tengah pemangku kepentinganAMPL. Kami akan terus berupayaagar majalah ini makin eksis danmenjadi rujukan, referensi, dan wa-dah komunikasi bagi pihak-pihakterkait di bidang ini.

    Pembaca, pada edisi ini, Percikhadir dengan laporan utama menge-nai sampah. Mengapa ini diangkat?Sampah merupakan suatu hal yangmasih menjadi persoalan di negeriini. Isu penyehatan lingkungan takpernah lepas dari sampah. Semuaorang tahu itu, tapi tak semua orangmemiliki kepedulian terhadap ma-salah yang satu ini. Ibarat peribaha-sa, Anjing menggonggong, kafilahtetap berlalu, sampah tak pernahkunjung usai penanganannya meskibanyak pihak berbicara kebersihandan kesehatan.

    Persoalan sampah sebenarnyabukan sekadar persoalan teknis.Teknologi apa yang cocok dan bera-pa dana yang dibutuhkan. SekjenDepartemen Permukiman dan Pra-sarana Wilayah, Budiman Arief,menjelaskan itu. Kuncinya, pena-nganan sampah harus merupakanlangkah yang sistemik. Lebih dariitu, menarik kiranya pandanganM. Gempur Adnan, Deputi MenteriNegara Lingkungan Hidup BidangPeningkatan Kapasitas PengelolaanLingkungan Hidup Kewilayahanbahwa itu semua tergantung komit-men semua pihak. Tanpa ada komit-men, jangan diharap persoalan sam-pah akan tuntas. Dana hanyalahmasalah nomor kesekian.

    Percik kali ini juga banyakmemuat artikel-artikel sampah daripara praktisi dan pegiat sampah.Kami berharap dengan banyaknyaartikel yang sesuai dengan laporan

    utama, pengetahuan kita mengenaisampah semakin bertambah luas.

    Yang tak kalah menarik, adareportase mengenai peran perempu-an dalam mengelola sampah sejakdari hulu. Berkat keuletannya itu,kampungnya yang berada di jantungkota Jakarta, berubah hijau danasri. Bahkan kini kampung tersebutmenjadi salah satu tujuan wisatalingkungan. Banyak orang, baik daridalam dan luar negeri, yang belajardari perempuan tersebut. Dan ber-kat usahanya itu pula ia menyabetberbagai penghargaan.

    Seperti biasanya, Percik tetapmenampilkan rubrik-rubrik rutinlainnya. Kami berharap ada ma-sukan dan kritik dari para pembacademi perbaikan majalah ini ke de-pan.

    Akhirnya kami berharap Percikberguna bagi Anda, para pembaca.Salam.

    A R I R E D A K S ID

    1 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    LESEHANSalah satu kekhasan dari Kelompok Kerja AMPL Pusat adalah lesehan dalam beberapa lokakarya.

    FOTO: OM

  • MDGs Kurang Greget

    Kami ucapkan selamat atas terbitnyamedia informasi Percik. Izinkanlahkami menyarankan agar MillenniumDevelopment Goals (MDGs) disosialisa-sikan terlebih dahulu ke daerah supayagregetnya atau gaungnya sampai ke teli-nga masyarakat sehingga masyarakatsendiri terinspirasi dan memiliki tang-gung jawab moral untuk mewujudkantarget MDGs.

    Natalia SilitongaKantor Bupati Toba Samosir

    Bagian Perekonomian-Kasubbag KimpraswilJl. Pagar Batu No. 1 Balige

    Sumatera Utara

    Saran Anda sangat sesuai denganharapan kami. Para pemangku kepen-tingan soal ini kini sedang berupaya

    melakukan sosialisasi. Kami pun ikutandil dalam masalah ini dengan memu-atnya pada Percik edisi 3 yang lalu.Apa yang kami lakukan memang belumapa-apa tanpa ada gerakan sosialisasiyang tersistem dari para pemangku ke-pentingan MDGs itu sendiri. (Redaksi)

    Membantu Stakeholderdi Daerah

    Adanya media informasi air minumdan penyehatan lingkungan (Percik)akan sangat membantu kami dalam me-laksanakan interaksi dengan pemangkukepentingan (stakeholder) di bidang airminum agar tercipta suatu kerja samapara pemangku kepentingan denganprogram seksi penyehatan air danpengamanan limbah di Dinas Kese-

    hatan Kabupaten Musi Rawas, Prop.Sumatera Selatan, menuju IndonesiaSehat 2010.

    Drs. H. Syamsul Anwar, MF, MMKepala Dinas KesehatanKabupaten Musi Rawas

    Kami sangat senang bila para pembacabisa mengambil manfaat dari Percik. Ma-jalah ini memang diterbitkan untuk menyo-sialisasikan berbagai kebijakan dan pro-gram air minum dan penyehatan lingkung-an sekaligus menjadi ajang para pemangkukepentingan untuk saling berbagi penga-laman dan berkomunikasi. (Redaksi)

    Kami menerima ucapan selamat danterima kasih dari berbagai pihak yangtidak bisa kami sebut satu per satu atasterbit dan dikirimnya Percik.

    (Redaksi)

    U A R A A N D AS

    2 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) bekerja sama dengan DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah (Dep. KIMPRASWIL)Menyelenggarakan Lomba Karya TulisAir Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)

    TEMA :PENYELENGGARAAN AIR MINUM DANPENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

    SUB TEMA :1) Pemberdayaan Masyarakat dalam

    Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    2) Pendanaan Berbasis Masyarakat dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    3) Kelembagaan Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat

    4) Peran Wanita dalam Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    PERSYARATAN1. Peserta Lomba : Masyarakat Umum2. Panjang tulisan 10-15 halaman folio; 1,5 spasi

    dan ditulis dalam bahasa Indonesia.Naskah digandakan 5 (lima) kali.

    3. Tulisan belum pernah dipublikasikan4. Peserta melampirkan foto copy identitas.5. Karya Tulis diserahkan ke Panitia Lomba

    Paling Lambat tanggal 28 Oktober 20046. Pemenang Karya Tulis akan Diumumkan

    tanggal 28 November 20047. Hadiah:

    Pemenang 1 Rp. 5.000.000Pemenang 2 Rp. 3.000.000Pemenang 3 Rp. 1.500.000

    Keterangan lebih lanjut silakan hubungiPanitia Lomba Karya TulisJl Cianjur No. 4 Menteng,Jakarta PusatTelp. (021) 31904113

    L O M B A K A RYA T U L I S

  • Mungkin bagi sebagian orangselembar kertas, atau setaslimbah rumah tangga tak

    jadi masalah. Tapi begitu kertas danlimbah rumah tangga itu berkumpuldengan sampah sejenis dari banyakorang, persoalan akan timbul, apalagidi perkotaan yang lahannya terbatas.Dan faktanya menunjukkan potensitimbulan sampah terus meningkatseiring dengan pertambahan jumlahpenduduk.

    Timbulan sampahTidak tersedia data berapa persisnya

    jumlah timbulan sampah di Indonesia.Namun berdasar hasil perhitunganBappenas sebagaimana tercantum dalamBuku Infrastruktur Indonesia, padatahun 1995 perkiraan timbulan sampahdi Indonesia mencapai 22,5 juta ton, danmeningkat lebih dua kali lipat pada tahun2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara dikota besar di Indonesia diperkirakan tim-bulan sampah per kapita berkisar antara

    600 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa besarnya tim-

    bulan sampah yang dihasilkan, databeberapa kota besar di Indonesia dapatmenjadi rujukan. Kota Jakarta setiaphari menghasilkan timbulan sampahsebesar 6,2 ribu ton, Kota Bandung sebe-sar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar1,7 ribu ton, dan Kota Makassar 0,8 ributon (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebutmembutuhkan upaya yang tidak sedikitdalam penanganannya.

    Berdasarkan data tersebut diperki-rakan kebutuhan lahan untuk TPA diIndonesia pada tahun 1995 yaitu seluas675 ha, dan meningkat menjadi 1.610 hapada tahun 2020. Kondisi ini akan men-jadi masalah besar dengan memper-hatikan semakin terbatasnya lahankosong khususnya di perkotaan. Salahsatu contoh terkini adalah kesulitanpemerintah DKI Jakarta dalam menyedi-

    3 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Kita tidak pernah lepas dari sampah. Setiap hari ada sajasampah yang harus kita buang. Entah di kantor,

    di rumah, di manapun kita berada. Tidak heran ketikakita tidak mengelola dengan baik maka sampah

    akan dengan mudah kita temui bertebarandi sekitar kita.

    A P O R A N U T A M AL

    SAMPAHMasih Jadi Sampah

    SAMPAHMasih Jadi Sampah

    FOTO: MUJIYANTO

  • akan lahan untuk pengolahansampah setelah TPA BantarGebang tidak dapat dipergunakanlagi.

    Penanganan SampahMenurut data BPS, pada

    tahun 2001 timbulan sampahyang diangkut hanya mencapai18,03 persen, sementara selebih-nya ditimbun 10,46 persen, dibu-at kompos 3,51 persen, dibakar43,76 persen, dan lainnya(dibuang ke sungai, pekarangankosong dan lainnya) 24,24persen. Terlihat bahwa sampah yangdiangkut masih sangat sedikit, demikianpula sampah yang diproses menjadi kom-pos, sementara yang dibakar dan dibuangke tempat yang tidak seharusnya bahkanmasih mencapai 68 persen. Kondisi inimenunjukkan masih besarnya potensisampah menjadi sumber pencemaranbaik udara, maupun air termasuk menja-di pemicu timbulnya penyakit. Di dae-rah perkotaan sekalipun, sampah yangdibakar dan dibuang sembarangan masihmencapai 50,76 persen. Proporsi sampahyang ditimbun sendiri masih cukup besarmencapai 10,46 persen. Sampah sepertiplastik dan sejenisnya relatif sulit diuraisehingga penanganan sampah dengancara menimbun menjadi kurang tepat.Pengomposan juga belum populer dimasyarakat.

    Sebagian besar Tempat PengolahanAkhir (TPA) sampah direncanakan meng-gunakan sistem sanitary landfill. Namundalam perjalanan waktu, akhirnya seba-gian besar TPA tersebut akhirnya meng-gunakan sistem open dumping (70persen) dan hanya sebagian kecil yangtetap menggunakan sistem controlledlandfill dan sanitary landfill (30 persen).Beberapa kota yang menerapkan con-trolled landfill di antaranya Jakarta,Bandung, Semarang, Surabaya, Padang,Malang, Yogyakarta, Pontianak, Balik-papan, Banjarmasin, dan Denpasar.

    Penyebab rendahnya penerapan sis-tem sanitary landfill di Indonesia, antaralain, rendahnya disiplin pengelola dalammenerapkan prosedur teknis, terbatasnyaanggaran untuk operasi dan pemeli-haraan, sulitnya mendapatkan tanahpenutup, terbatasnya ketersediaan alatberat, rendahnya kualitas sumber dayamanusia, dan belum terorganisasikannyapemulung di lokasi TPA sebagai bagianterpadu sistem sanitary landfill.

    Karakteristik SampahKarakteristik sampah perkotaan

    berbeda dengan sampah perdesaan.Secara umum, sampah perkotaan diIndonesia memiliki komposisi 80 persensampah organik, dan selebihnya sampahnon-organik. Sampah non organik terse-but separuhnya merupakan sampah plas-tik.

    Isu UtamaCakupan pelayanan pengelolaan per-

    sampahan yang masih rendah khususnyadi perkotaan dapat berdampak padameningkatnya wabah penyakit menularseperti tipus, kolera, muntaber, disentri,pes, leptospirosis, salmonelosis, demamgigitan tikus. Selain juga sampah yangdibuang ke sungai dan saluran pembu-angan berpotensi menimbulkan banjir.

    Prinsip pengurangan timbulan sam-pah pada dasarnya telah dikenal dan

    mulai dilakukan walaupun masihdalam skala kecil dan sebagianbesar dilakukan oleh pemulung.Pengomposan pun sudah dila-kukan namun dalam jumlah yangsangat terbatas.

    Sementara itu TPA yang adatidak dikelola dengan baik. Masihterjadi pembakaran sampahuntuk mengurangi timbunansampah, dan tidak terkelolanyagas metan yang dihasilkan olehtimbunan sampah. Sementaradalam Kyoto Protocol yang sudahdiratifikasi oleh pemerintah

    Indonesia, pengurangan gas metan men-jadi salah satu persyaratan. Masalah lain-nya yang timbul akibat pengelolaan TPAyang tidak sesuai persyaratan diantaranya timbulnya bau, menurunnyakualitas air akibat pembuangan sampahke sungai, merembesnya air lindi dariTPA ke air tanah dangkal dan air per-mukaan, pencemaran udara serta mere-baknya dioxin yang bersifat karsinogen.

    Kesadaran masyarakat akan kebersih-an sudah baik tetapi terbatas hanya padalingkungan halaman rumah saja. Rumahmemang bebas dari sampah tetapi sam-pah tersebut dibuang tidak pada tempat-nya seperti selokan, sungai, dan bahkanhalaman kosong milik tetangga. Feno-mena NIMBY (Not In My Backyard) sa-ngat terasa di sini.

    Hal ini juga didorong oleh belumtersedianya pelayanan persampahanyang memadai.

    Jika dibandingkan dengan kesediaanmembayar pelayanan air minum makakesediaan membayar pengelolaan sam-pah relatif lebih rendah. Ini terjadi kare-na masyarakat tidak mengetahui sebe-narnya seperti apa pengelolaan sampahitu berlangsung.

    Rendahnya tingkat pengorbananmasyarakat untuk memberikan kon-tribusinya berbanding terbalik denganjumlah timbulan sampah. Kebutuhanlahan untuk lokasi TPA meningkat. Perlu

    A P O R A N U T A M AL

    4 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Penanganan Sampah (%)

    0102030405060

    Diangkut Ditimbun DibuatKompos

    Dibakar Lainnya

    pers

    en

    Perkotaan Perdesaan Total

  • dicari alternatif pengolahan sampah yangtidak memerlukan lahan yang luas.

    Di sisi lain, saat ini belum tersediakebijakan nasional persampahan yangdapat menjadi payung pengelolaan per-sampahan oleh seluruh pemangkukepentingan. Peraturan-peraturan yangada tercecer di daerah atau instansi sek-toral. Wajar bila hingga kini belum terwu-jud sistem kelembagaan, koordinasi danintegrasi pengelolaan sampah.

    Dimulainya era otonomi daerah men-jadikan pengelolaan sampah menjadikewenangan pemerintah daerah. Namundi lain pihak, masih banyak pemerintahdaerah yang menganggap persampahanbukan prioritas. Ini terlihat dari minim-nya alokasi anggaran ke sektor ini.

    Kebijakan ke DepanPenyelesaian persampahan mau tidak

    mau harus dilakukan secara sistemik danterintegrasi dengan melibatkan seluruhpemangku kepentingan. Apalagi pada2025 telah dicanangkan sebagai tahunzero waste (bebas sampah) dunia.Beberapa langkah yang bisa diambildalam rangka menuju ke arah itu yakni:

    1. Mengurangi volume timbulan sam-pah dengan menggunakan konsep 3R(reduce, reuse, dan recycle).

    Metode ini perlu disosialisa-sikan ke tengah-tengah masya-rakat agar mereka mau menggu-nakan kembali dan mendaurulang sampahnya. Tentu langkahini perlu dibarengi penyadaranakan pentingnya memilah sam-pah di rumah tangga sehinggamemudahkan pengolahan padatahap berikutnya. Konsep 3Rakan makin efektif jika didukungperaturan perundang-undanganyang memberikan penghargaandan hukuman (reward and pu-nishment) kepada semua pe-mangku kepentingan yang ter-kait, apakah itu pemulung, ma-

    syarakat, dan lainnya. Selain itu, peman-faatan sampah sebagai sumber energi(wasre to energy) layak untuk diper-hatikan mengingat hingga kini belum adapihak yang mempraktekkan langkah inidi Indonesia. Bila sampah telah terman-faatkan sejak dari hulu maka sistem sani-tary landfill tidak memerlukan lahanyang luas dengan biaya besar. Sanitarylandfill hanya digunakan untuk mengo-lah residu dari hasil pembakaran insine-rator.

    2. Peningkatan peran masyarakatdan dunia usaha

    Langkah mengurangi timbulan sam-pah tidak akan efektif tanpa peran aktifmasyarakat. Merekalah penghasil utamasampah dan mereka pula yang merasakandampak negatifnya bila sampah takdikelola dengan baik. Kuncinya adalahpeningkatan kesadaran dan tanggungjawab dalam pengelolaan sampah.Masyarakat bisa berperan sebagai a) pe-ngelola (mengurangi timbulan sampah darisumber); b) pengawas (mengawasi tahapanpengelolaan agar berjalan dengan benar); c)pemanfaat (memanfaatkan sampah secaraindividu, kelompok, atau kerja sama dengandunia usaha); d) pengolah (mengoperasikandan memelihara sarana dan prasarana peng-olah sampah); e) penyedia biaya pengelo-

    laan (lihat diagram.)

    3. Peningkatan peran antarpemerin-tah daerah dalam pengelolaan sampah

    Persoalan sampah pada dasarnyabukan persoalan individual kota tapi per-soalan regional. Polusi udara, air, dantanah berdampak pada wilayah yang luasmelintasi batas administratif. Oleh kare-na itu penentuan lokasi TPA yang selamaini berdasarkan wilayah administratif men-jadi tidak relevan. Di masa mendatang kon-sep TPA regional dan terpusat (regionalsolid waste management) perlu dikem-bangkan sebagai upaya bersama dalammengatasi kesulitan lahan TPA.

    4. Pengembangan teknologi baruKemampuan pelayanan persampahan

    tergantung pada pilihan teknologi yangtersedia. Penggunaan teknologi yangtepat akan mengoptimalkan pengelolaanpersampahan. Oleh karena itu, penggu-naan teknologi baru bisa menjadi alter-natif peningkatan kemampuan pengelo-laan persampahan khususnya di kotabesar.

    5. Peningkatan kampanye perilakuhidup bersih dan sehat

    Pengelolaan sampah tak akan berhasiltanpa ada kesadaran masyarakat bahwa

    lingkungan sehat juga merupakankebutuhan pokok mereka. Peningkat-an kesadaran ini harus dilakukansecara terus menerus kepada seluruhlapisan masyarakat. Program edukasidi bidang kesehatan perlu ditanam-kan sejak dini kepada siswa sekolah.

    Akhirnya, meningkatkan kepe-dulian semua pemangku kepenting-an (stakeholder) di bidang persam-pahan tak bisa ditawar-tawar lagi.Seberapa canggih teknologi, uangbanyak, sumber daya bagus, tapitidak ada perhatian serius dari pe-mangku kepentingan, maka persoal-an sampah akan tetap menjadi sam-pah. OM/MJ

    A P O R A N U T A M A L

    5 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

  • Apa itu sampah?Sampah adalah suatu bahan yang ter-

    buang atau dibuang dari sumber hasil ak-tifitas manusia maupun alam yang belummemiliki nilai ekonomis

    Bagaimana pengklasifikasiansampah?z Sampah dapat diklasifikasikan ber-

    dasar sumbernya yaitu (i) sampahdomestik yang terdiri dari sampah rumahtangga, bongkaran bangunan, sanitasidan sampah jalanan. Secara umum sam-pah jenis ini berasal dari perumahan dankompleks perdagangan (ii) sampahberbahaya seperti sampah industri dansampah rumah sakit yang kemungkinanmengandung racun. Beberapa sampahrumah tangga juga termasuk sampahberbahaya seperti baterai, semir sepatu-cat, botol obat; (iii) sampah medis z Sampah dapat diklasifikasikan ber-

    dasar bentuknya yaitu (i) sampah anorga-nik/kering seperti logam, besi, kaleng, bo-tol yang tidak dapat mengalami pembu-sukan secara alami; (ii) sampah or-ganik/basah seperti sampah dapur, res-toran, sisa makanan yang dapat mengala-mi pembusukan secara alami; (iii) sam-pah berbahaya seperti baterai, jarum sun-tik bekas.z Sampah dapat diklasifikasikan

    berdasar kemampuan sampah untuk di-hancurkan yaitu (i) biodegradable yaitusampah yang dapat mengalami pembu-sukan alami termasuk sampah organikseperti sampah dapur, sayuran, buah,bunga, daun dan kertas; (ii) nonbio-degradable yang terdiri dari sampah da-ur ulang seperti plastik, kertas, gelas;sampah beracun seperti obat, cat, bate-rai, semir sepatu; sampah medis sepertijarum suntik.

    Berapakah waktu yang dibutuhkanuntuk menghancurkan sampah?

    Lama waktu yang dibutuhkan untukmenghancurkan sampah sangat beragam

    tergantung pada jenis sampah. Padaumumnya sampah organik dapat dihan-curkan dalam jangka waktu singkat, se-mentara sampah seperti plastik bahkandiperkirakan baru akan hancur setelah 1juta tahun.

    Bagaimana langkah penguranganproduksi sampah domestik?

    Produksi sampah dapat dikurangi.

    Prinsipnya adalah pengurangan sampahtersebut harus dilakukan sedekat mung-kin dengan sumbernya. Dalam kaitan de-ngan pengurangan sampah, maka kita te-lah mengenal prinsip 3R (Reduce, Reuse,Recycle) yang kemudian berkembangmenjadi 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Re-fuse). Perbedaan mendasar dari prinsip3R dan 4R terletak pada penambahanprinsip Refuse (kadang disebut jugareplace) yang memfokuskan pada peng-gunaan barang yang lebih tahan lamadibanding barang sekali pakai.

    Keuntungan penerapan prinsip 4R diantaranya adalah mengurangi efek rumahkaca, mengurangi polusi udara dan air,menghemat energi, konservasi sumberdaya, mengurangi kebutuhan lahan untukTPA, menciptakan lapangan kerja, danmendorong penciptaan teknologi hijau.

    Jenis sampah sangat bergantung padabudaya masyarakat. Pada masyarakatmodern khususnya di kota besar penggu-naan sampah plastik sangat dominan.Sebagai ilustrasi, sebagian besar sampahdomestik berasal dari kantong plastik(kresek) belanja rumah tangga, atau sty-rofoam untuk wadah makanan. Semen-tara sampah plastik merupakan ancamanterbesar bagi lingkungan karena waktuhancurnya mencapai 1 juta tahun (mung-kin sudah keburu kiamat sebelum sam-

    A P O R A N U T A M A

    Seputar SampahL

    6 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Sampah organik (tumbuhan, buah dan sejenisnya)

    1-2 minggu

    Kertas 10-30 hari Baju katun 2-5 bulan Kayu 10-15 tahun wool 1 tahun Alumunium, kaleng, dan sejenisnya

    100-500 tahun

    Kantong plastik 1 juta tahun? Botol gelas Tidak diketahui

    1. Refuse. Menggunakan barang yang lebih tahan lama dari pada barang sekali pakai.

    2. Reduce. Mengurangi timbulan sampah.

    3. Reuse. Menggunakan barang yang bisa dipergunakan kembali.

    4. Recycle. Menggunakan

    4R (Refuse, Reuse, Recycle, Reduce)

    1. Refuse. Menggunakan barang yang lebih tahan lama dari pada barang sekali pakai.

    2. Reduce. Mengurangi timbulansampah.

    3. Reuse. Menggunakan barang yang bisa dipergunakan kembali.

    4. Recycle. Menggunakan barang yangbisa didaur ulang.

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

    Wool

  • pah plastik tersebut hancur). Kondisi inimenyadarkan kita akan semakin pen-tingnya penerapan prinsip 4R dalammengurangi timbulan sampah. Jadi ge-rakan mengurangi timbulan sampahharus dimulai dari sumbernya yaiturumah tangga itu sendiri. Oleh karenanyapenerapan prinsip ini sangat tergantungpada kesadaran masyarakat.

    Bagaimana cara pengolahansampah?

    Terdapat paling tidak lima cara yangdikenal secara umum dalam pengolahansampah yaitu

    (i). Open dumps. Open dumps me-ngacu pada cara pembuangan sampahpada area terbuka tanpa dilakukan prosesapapun.

    (ii). Landfills. Landfills adalah lokasipembuangan sampah yang relatif lebihbaik dari open dumping. Sampah yangada ditutup dengan tanah kemudiandipadatkan. Setelah lokasi penuh makalokasi landfill akan ditutup tanah tebaldan kemudian lokasi tersebut biasanyadijadikan tempat parkir.

    (iii). Sanitary landfills. Berbeda de-ngan landfills maka sanitary landfillsmenggunakan material yang kedap airsehingga rembesan air dari sampah tidakakan mencemari lingkungan sekitar.

    Biaya sanitary landfills relatif jauh lebihmahal.

    (iv). Insinerator. Pada cara pengolah-an menggunakan insinerator, dilakukanpembakaran sampah dengan terlebihdahulu memisahkan sampah daur ulang.Sampah yang tidak dapat didaur ulangkemudian dibakar. Biasanya proses pem-

    bakaran sampah dilakukan sebagai alter-natif terakhir atau lebih difokuskan padapenanganan sampah medis.

    (v). Pengomposan. Pengomposanadalah proses biologi yang memung-kinkan organisme kecil mengubah sam-pah organik menjadi pupuk.

    Sampai seberapa jauh tanggungjawab produsen?

    Jika rumah tangga diberi peran untukmengurangi timbulan sampah melaluiprinsip 4R, maka produsen seharusnyajuga diberi tanggungjawab yang jelas.Produsen dapat membantu rumah tanggadalam menerapkan prinsip 4R tersebut.Salah satunya melalui EPR (ExtendedProducer Responsibility/PerluasanTanggung jawab Produsen) yang meru-pakan usaha mendorong produsen untukmenggunakan kembali produk dankemasan yang diproduksinya. Pemberianinsentif bagi produsen menjadi suatukeniscayaan. OM

    7 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Fakta Sampah di Amerika Serikatz Tahun 2001 produksi sampah mencapai 229 juta ton atau sekitar 4,4 pon

    per orang per hari. Meningkat hampir dua kali produksi sampah tahun 1960.z Sekitar 30 persen sampah didaur ulang, 15 persen dibakar, dan 56 persen

    dibuang ke TPAz Pada tahun 1999, daur ulang dan pengomposan mengurangi 64 juta ton

    sampah yang seharusnya dikirim ke TPA. Sekarang ini proses daur ulangdilakukan terhadap 30 persen produksi sampah. Persentase ini meningkat duakali lipat dibandingkan kondisi 15 tahun yang laluz Daur ulang baterai mencapai 94 persen, kertas 42 persen, botol plastik 40

    persen, kaleng minuman ringan dan bir 55 persenz Jumlah TPA berkurang dari 8.000 lokasi pada 1998 menjadi 1.858 lokasi

    pada 2001 dengan kapasitas yang relatif sama.

    z Amerika Serikat merupakan negara maju penghasil sampah terbesar didunia yaitu 4,4 pon sampah per kapita per hari, disusul Kanada 3,75 pon danBelanda 3 pon. Jerman dan Swedia merupakan negara maju dengan produksisampah terendah.z Amerika Serikat merupakan negara maju dengan proporsi daur ulang

    terbesar yakni 24 persen, disusul Swiss 23 persen, dan Jepang 20 persen.

    Fakta Sampah Negara Lain

    A P O R A N U T A M AL

    FOTO: MUJIYANTO

  • TPA merupakan sumber terbesaremisi metan di Amerika Serikatbahkan mungkin juga di Indo-

    nesia. Padahal sebenarnya emisi metandari TPA dapat menjadi salah satu sum-ber energi yang potensial. LFG (LandfillGas) dihasilkan ketika sampah dihan-curkan di TPA. Gas ini terdiri dari 50persen metan (CH4), komponen utamagas alam, dan sisanya CO2. Sebagai ilus-trasi per Desember 2003, terdapat 360proyek energi berbasis LFG di AmerikaSerikat dan sekitar 600 TPA yang poten-sial untuk proyek sejenis.

    Beberapa keuntungan dari penggu-naan energi LFG adalah (i) akan mengu-rangi bau; (ii) mencegah gas metan ter-lepas ke atmosfir dan mempengaruhiiklim global. Diperkirakan proyek LFGakan mencegah sekitar 60-90 persenmetan yang dihasilkan dari proses diTPA, tergantung pada jenis teknologiyang dipergunakan. Metan tersebutdiproses menjadi air dan CO2 ketika gasdiubah menjadi listrik. Untuk sekitar

    4 megawatt listrik setara dengan me-nanam 60 ribu are hutan setahun ataumengurangi emisi CO2 dari 45 ribu mobilsetahun. Energi yang dihasilkan jugadapat menggantikan penggunaan batubara dari 1.000 kereta api atau penggu-naan 500 ribu barel minyak; (iii) mengu-rangi polusi udara dengan mengurangipenggunaan bahan bakar yang tidak ter-

    barukan seperti batu bara, gas alam danminyak; (iv) menciptakan lapangan kerja,penghasilan dan penghematan biaya.

    Program penggunaan LFG di AmerikaSerikat telah secara signifikan mengu-rangi emisi metan sebesar 14 juta m3 tonsetara karbon (MMTCE). Keuntunganreduksi gas rumah kaca setara denganpenanaman 18 juta are hutan atau me-ngurangi emisi tahunan dari 13 jutamobil. Sementara 600 TPA yangberpotensi menghasilkan listrik dari gasmetan, ternyata berdasar perhitungandapat menghasilkan listrik bagi 1 jutarumah.

    Terdapat beberapa pilihan prosesLFG menjadi energi, di antaranya berupa(i) pembangkit listrik, (ii) penggunaanlangsung untuk menggantikan bentukbahan bakar yang ada seperti gas alam,batu bara, bensin; (iii) cogeneration,merupakan kombinasi panas dan tenaga(Combined Heat and Power/CHP) yangmenghasilkan listrik dan energi panas.

    Terlepas dari berbagai keuntunganmengubah LFG menjadi energi tetapiternyata dalam prosesnya menghasilkanemisi NOx yang dapat merusak ozon danmembentuk kabut asap. OM

    A P O R A N U T A M A

    Upaya Mengurangi

    Emisi Metan dari TPA

    L

    8 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    M ungkin kita kurang menyadaribahwa sampah dapat mempe-ngaruhi iklim melalui emisi gas rumah

    kaca dengan berbagai cara.

    Bagaimana kaitan sampah dan

    perubahan iklim?

    Pertama. Penghancuran sampah di

    TPA menghasilkan gas metan, yang ber-

    potensi 21 kali lebih kuat dari gas CO2

    dalam menyumbang efek rumah kaca.

    Kedua. Insinerator menghasilkan

    CO2. Sebagai tambahan, kendaraan

    yang mengangkut sampah juga mem-

    produksi CO2.

    Bagaimana strategi pengelolaan

    sampah mengurangi emisi gas

    rumah kaca?

    z Pengurangan timbulan sampahorganik yang diolah di TPA akan me-

    ngurangi gas metan yang dihasilkan

    dalam proses penghancuran sampah

    tersebut.

    z Pengurangan timbulan sampahyang diolah insinerator akan mengu-

    rangi emisi gas rumah kaca.

    z Barang yang dapat di daur ulangbiasanya menggunakan lebih sedikit

    energi dalam proses pengolahannya

    sehingga dapat mengurangi emisi.

    Sampah dan Perubahan Iklim

    FOTO: FANI WEDAHUDITAMA

  • Pesta Olimpiade di Athena barusaja usai, Negara tirai bambuChina akan menyambut pesta

    Olimpiade berikutnya tahun 2008 di Bei-jing. Menjelang Olimpiade 2008 terse-but, Cina mulai sibuk berbenah diri mulaidari penataan infrastruktur kota sampaimasalah kebersihan kota. Ini tampak se-kali di ibukota Cina, Beijing. Kendati se-cara hitungan masih lama, pembenahanperkotaan dan pembangunan infrastruk-tur sudah mulai dilakukan. Maklum, me-reka tak ingin kota berpenduduk 16 jutajiwa itu mengecewakan para atlet, ofisial,dan penggembira yang datang dari selu-ruh penjuru dunia.

    Dalam rangka event Olimpiade ini,Pemerintah Cina telah mengeluarkan ke-bijakan khusus untuk meningkatkan ku-alitas lingkungan perkotaan termasuk pe-ningkatan sistem pengelolaan persam-pahan. Khusus Kota Beijing, PemerintahKota setempat memformulasikan sebuahkebijakan persampahan yakni (i)meningkatkan pelayanan 98 % pada2007; (ii) daur ulang dan kompos 30 %pada tahun 2007; (3) pemisahan sampahdi sumber sampai dengan 50 % padatahun 2007; (iv) tahun 2007 pengelolaanlokasi landfill harus sesuai dengan ke-tentuan standar lingkungan; dan (v) pe-ngembangan teknologi pengolahan le-chate terus dilakukan untuk mencapaistandar efluent yang dipersyaratkan.

    Kondisi Pengelolaan PersampahanAspek TeknisPenanganan persampahan di Beijing

    pada dasarnya tidak berbeda jauh dengandi Indonesia. Ini karena komposisi dankarakteristik sampah yang hampir sama.Pola penanganan sampah dari sumbersampai TPA hampir sama, termasuk ti-dak dilakukan proses pemilahan sampahdi sumber. Hanya saja, Beijing denganjumlah sampah 9000 ton per hari (seba-

    gai perbandingan Jakarta menghasilkansampah 6.000 ton/hari) memiliki pe-layanan yang yang jauh lebih baik, ter-utama bila ditinjau dari sudah tingginyacakupan pelayanan (90%) maupun kuali-tas pelayanannya. Meskipun tidak dila-kukan pemisahan sampah di sumber,namun transfer station yang ada kota itumemiliki fasilitas pemisahan sampah,sehingga sampah yang dibuang ke TPAhanya residu. Selanjutnya sampah or-ganik dimanfaatkan sebagai bahan bakukompos (diproses di instalasi komposskala kota, kapasitas 200400 ton/hari)dan daur ulang.

    Sistem pengumpulan dan pengang-kutan sampah juga hampir sama denganyang dilakukan di Indonesia, sepertimenggunakan gerobak sepeda dan truk(compactor truck). Namun kualitas danefisiensi pengangkutan sampahnya sa-ngat baik karena setiap radius 8 km di-lengkapi dengan transfer station.

    Metode pembuangan akhir sampahdilakukan dengan sistem sanitary land-fill yang sudah cukup memadai. Tabel dibawah ini menggambarkan jumlah land-fill, luas dan kapasitas.

    Tabel 1. Lokasi Landfill di Beijing

    Fasilitas landfill tersebut meliputilapisan dasar kedap air, jaringan pe-ngumpul leachate, kolam penampunganleachate, pengolahan leachate (oxidationditch), saluran drainase keliling landfilldan drainase setiap lapisan, pengumpul-an gas (saat ini hanya dibakar melaluiflare), jalan operasi dan keliling landfill,buffer zone, jembatan timbang, alat

    berat, mobil tangki air, penutupan tanah(harian), perkantoran, fasilitas olah raga,dan stok tanah penutup.

    Kendati fasilitas cukup lengkap, namunhasil proses pengolahan leachate masihbelum sesuai dengan standar effluent yangberlaku untuk kota Beijing. Tabel berikutmenggambarkan proses dan kualitas efflu-ent dari beberapa landfill yang ada di Beijingdan standar effluent China dan Beijing:

    Tabel 2.Hasil proses pengolahan leachate

    A P O R A N U T A M A

    Belajarlah Sampahke Negeri Cina

    L

    9 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    No Lokasi Landfill Luas (Ha) Kapasitas (ton/hari)

    1 Beishinshu landfill 33,7 1000

    2 Liulitun landfill 46,5 1500

    3 Asuwei landfill 60 2000

    4 Anding landfill 21,6 700

    Parameter kualitas efluent leachate

    Landfills

    Tipe Proses Pengolahan

    Leachate COD BOD Amonia

    Beishinshu Diangkut ke sewerage treatment plant

    - - -

    Liulitun Oxidition Ditch 324 22,9 17 Asuwei Oxidation Ditch 787 126 24 Pilot Test RO Membrane

    Filtrasi dengan reverse osmosis 3 - 17 - 1,2 15

    Pemilahan sampah melalui ban berjalan.

    FOTO: ENDANG SETYANINGRUM

  • Tabel 3.Standar efluent China dan Beijing

    Penutupan tanah akhir dilakukandengan menggunakan tanah lempung,geo textile, bentonite dan tanah lempung/top soil. Pemanfaatan lahan pasca ope-rasi sebagai lahan terbuka hijau.

    Aspek Manajemen Pengelolaan sampah di Beijing dila-

    kukan oleh Dinas Persampahan (BSW-AD). Lembaga ini memperoleh alokasidana (dana investasi maupun O/M) ber-asal dari dana Pemerintah kota Beijingdan kontriibusi dari masyarakat berupatarif.

    Tarif ditentukan berdasarkan jumlahanggota keluarga. Untuk keluarga lebihdari tiga orang, setiap orang harus mem-bayar tarif 3 RMB per bulan (atau setaradengan Rp.3000/orang/bulan). Sedang-kan untuk keluarga yang kurang dari tigaorang tarifnya 2 RMB/orang per bulan(Rp. 2000/orang/bulan). Peran sertamasyarakat kota Beijing sangat tinggi, na-mun peran swasta dalam pengelolaansampah masih sangat terbatas.

    PembelajaranAspek Teknis

    Peningkatan pelayanan hampir 100 %pada tahun 2007 menunjukkan komit-men Pemerintah sangat tinggi. Kondisiseperti ini diperlukan untuk kota-kotametropolitan seperti Jakarta Meskipun program 3R belum dilak-sanakan di Beijing, namun prosespemilahan yang dilakukan di transferstation sudah cukup memadai. Kota-kota besar/metropolitan di Indonesiadapat mengembangkan sistem serupadengan membuat transfer station yang

    dilengkapi dengan proses pemilahanHal lain yang menarik adalah dalamrangka Olimpiade 2008, pemisahansampah di sumber ditargetkan 50 %pada tahun 2007. Untuk penerapan diIndonesia program 3R harus mulaiserius dilaksanakanProses pengangkutan sangat efisienkarena setiap radius 8 km memilikitransfer station, di Indonesia transferstation diperlukan untuk jarak ke TPA> 25 kmProses composting dengan kapasitasbesar (200-400 ton/hari) cukupmemadai (kualitas kompos baik dandigunakan oleh petani). Untuk pene-rapan di Indonesia, composting skalabesar dapat dilakukan tanpa harusmenerapkan prinsip benefit system darisegi ekonomi Pembuangan akhir yang dilakukan de-ngan sistem sanitary landfill sangatmemadai ditinjau dari ketersediaanfasilitas dan kehandalan operasional.Untuk penerapan di Indonesia perlukemauan dan kerja keras dalam me-ningkatkan kualitas landfillPenerapan standar kualitas effluent yanglebih ketat di Beijing telah memacu pe-ngembangan teknologi pengolahan lea-chate seperti RO (reverse osmosis) se-mata-mata demi pengamanan kualitaslingkungan terutama sumber-sumber air

    Pembakaran sampah denganinsinerator tidak dilakukan diBeijing, karena selain karakter-istik sampah yang tidak layakbakar juga masih menunggu ka-jian kelayakan. Di Indonesia,banyak ditawarkan insineratorkecil yang tidak ramah ling-kungan dan pada umumnya ha-nya menyelesaikan masalahdengan masalah

    Aspek ManajemenPemerintah kota Beijing memi-liki komitmen yang tinggi dalammeningkatkan kualitas landfill

    (saat ini dalam kondisi sangat baik, ke-cuali masalah effluent) Adanya kesungguhan dan sikap profesio-nal dari petugas di lapangan merupakanmodal yang menentukan keberhasilanprogram kebersihan di Beijing. Di Indo-nesia, SDM yang ditempatkan sebagaiorang kebersihan pada umumnya mera-sa sebagai terpinggirkanRetribusi pengelolaan sampah dengan sis-tem insentif bagi keluarga kecil, di Indone-sia sistem insentif dapat dikembangkanberdasarkan pengurangan volume sampahPenerapan peraturan sudah cukup me-madai, sementara di Indonesia buangsampah sembarangan sah-sah saja, le-bih takut kena tilang lampu merah atauThree In One atau sabuk pengamanTingkat kesadaran masyarakat sudahsangat tinggi dalam bidang kebersihan.Di Indonesia perlu kesungguhan untukmembangun kesadaran masyarakat,bahkan mungkin perlu dikenalkan me-lalui pendidikan formal sejak dini

    Pelajaran-pelajaran di atas bisa diambiloleh para pengambil kebijakan di Indonesia.Apa salahnya kita belajar persampahan keCina, negara tirai bambu yang kualitaskebersihan kotanya tidak kalah dengannegara Eropa maupun Jepang?

    Endang Setyaningrum, Staf DirektoratPerkotaan, Ditjen TPTP, Depkimpraswil dan

    anggota Pokja AMPL

    A P O R A N U T A M AL

    10 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    z

    COD < 300 < 60

    BOD < 150 < 20

    Amonia < 25 < 25

    Salah satu TPA di Beijing.

    FOTO: ENDANG SETYANINGRUM

  • Tak ada Adipura, kebersihan pundiabaikan. Kepedulian pemerin-tah daerah yang dulu begitu ber-

    semangat berlomba menjaga kebersihandan keindahan kota tak begitu tampaklagi utamanya setelah tahun 1998.

    Kota-kota yang dulunya memilikinilai kebersihan cukup tinggi, mendadakmenurun drastis pada evaluasi tahun2003. Ini terjadi di hampir semua kota diIndonesia baik kota metropolitan, besar,sedang, dan kecil, seperti tergambardalam tabel 1.

    Kenyataan ini menunjukkan bahwamasalah lingkungan hidup cenderungmeningkat di berbagai daerah di tanahair. Ada yang terjadi secara alami, tapitak sedikit yang disebabkan oleh ulahmanusia, seiring dengan meningkatnyalaju pertumbuhan penduduk dan me-ningkatnya permintaan ruang dan sum-ber daya alam. Kerusakan lingkunganmakin diperparah oleh rendahnya ke-kuatan politik yang memiliki sense ofenvironment.

    Oleh karena itu, perlu ada peningkat-an kapasitas pengelolaan lingkungan hi-dup. Modelnya tentu tak lagi sentralistik,

    tapi desentralisasi. Setiap daerah bisamendayagunakan seluruh kemampuan-nya dan memobilisasi dukungan dari se-genap segmen masyarakat untuk bersa-ma-sama menyadari urgensi dari penye-lamatan kerusakan lingkungan hidup di da-erah masing-masing, dan menyusun ren-cana yang konkrit untuk pelestarianlingkungan. Hanya saja, untuk bisa mewu-judkan pengelolaan dan pelestarian hidupyang efektif perlu kepemerintahan yangbaik (good governance). Dari sinilah kemu-dian muncul paradigma baru yaitu good en-vironmental governance yang diterje-mahkan sebagai Tata Praja Lingkungan.

    Inilah yang mendasari lahirnya Pro-gram Bangun Praja, sebuah program dariKementerian Lingkungan Hidup yangbertujuan mendorong kemampuanpemerintah daerah untuk melaksanakankepemerintahan yang baik di bidanglingkungan hidup sekaligus untuk me-ningkatkan kinerja pemerintah. Programini juga didukung oleh Program WargaMadani yang bertujuan memberdayakanmasyarakat.

    Program Bangun Praja dimulai padatahun 2002. Pencanangannya dilaksana-

    kan bertepatan dengan peringatan HariLingkungan Hidup pada 5 Juni 2002 diDenpasar, Bali.

    Deputi Menteri Lingkungan HidupBidang Peningkatan Kapasitas Pengelola-an Lingkungan Hidup Kewilayahan, MGempur Adnan menjelaskan inti TataPraja Lingkungan adalah penguatan sis-tem koordinasi sehingga pemerintah bisamendapatkan respon yang tepat untukpenyelesaian masalah-masalah lingkung-an yang mendesak. Penguatan sistem inimeliputi mekanisme yang dapat menja-min semua pihak yang berkepentinganmenyampaikan suaranya secara demo-kratis, menjamin adanya prosedur yangtransparan dan adil dalam perencanaandan pelaksanaan rencana, serta adanyastandar dan kriteria untuk menilai pelak-sanaan yang adil dan transparan.

    Beberapa unsur penentu dalamProgram Bangun Praja agar Tata PrajaLingkungan tercapai yaitu:1. Motivasi kepala daerah2. Kompetensi dan komitmen pimpinan

    efektivitas institusi (kelembagaan)3. Kapasitas dan kemampuan sumber

    daya manusia

    A P O R A N U T A M A

    P r o g r a m B a n g u n P r a j a

    Memacu DaerahPeduli Lingkungan

    L

    11 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM BANGUN PRAJA

  • 4. Adanya kebijakan yang mendukung5. Adanya sistem pertanggungjawaban

    yang jelas7. Ketersediaan dana

    Kegiatan program ini tahun 2002-2003 difokuskan pada monitoring danevaluasi isu-isu lingkungan perkotaanatau daerah urban meliputi: pengelolaansampah, pengelolaan ruang terbukahijau, pengelolaan fasilitas publik, danpengendalian pencemaran air. Padatahun ini, jumlah yang ikut 59 kota.Setiap daerah didata melalui kuisionerdan pengamatan langsung di lapangan.

    Komponen yang dievaluasi yaitu manaje-men, daya tangkap, institusi, hasil (fisik),dan inovasi. Data itu kemudian disimpanpada data base dan diperbaharui setiapada evaluasi setiap tahun. Kebijakan danprogram peningkatan kapasitas daerahdisusun berdasarkan data yang ada.

    Pada tahun kedua (Juni 2003-Mei2004) jumlah peserta Program BangunPraja bertambah menjadi 133 kota. Darijumlah tersebut, 31 kota masuk nominasisebagai kota terbersih yang akan mem-peroleh penghargaan Adipura. Penghar-gaan ini terdiri atas Anugerah Adipurabagi kota-kota yang nilai kinerjanya

    melewati batas yang ditentukan, danPiagam Adipura bagi kota-kota yang ki-nerjanya mendekati nilai batas yangditentukan. Pada 7 Juni lalu, 15 kotamenerima Anugerah Adipura, dan 10 ko-ta meraih Penghargaan Adipura. Pe-nyerahan penghargaan itu dilakukan olehpresiden di Istana Negara.

    Program ini tak berhenti sampai disini. Program ini akan terus berlanjut,tentu dengan berbagai penyesuaian baikdalam pemantauan dan evaluasi, sertakelembagaannya. Tujuannya, terwujud-nya tata praja lingkungan. (MJ)

    A P O R A N U T A M AL

    12 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    S emua orang sebenarnya tahu ba-gaimana mengatasi masalah sam-pah. Orang juga tahu hambatan-hambat-annya, seperti kendala teknis, dana, per-alatan, dan SDM. Tetapi mengapa ma-salah ini tak pernah terselesaikan? Bebe-rapa daerah yang dibantu juga tetap takbisa menyelesaikan masalah ini.

    Lalu apa sebenarnya kata kunci daripermsalahan sampah itu? Kita sampaipada kesimpulan bahwa itu semua ter-gantung komitmen pemerintah daerah.Punya nggak pemerintah daerah danmasyarakat komitmen untuk mengatasisampah? Kalau mereka punya komitmen,sebenarnya uang itu tak jadi masalah.Sampah bisa bersih kalau pemerintah dae-rah punya komitmen. Kalau tidak adakomitmen, diberikan apapun maka takakan bisa berbuat banyak.

    Masalah uang itu sebenarnya ada.Hanya masalahnya dialokasikan ke arahyang betul.

    Melalui program ini, kita ingin me-naikkan komitmen pemerintah daerah.

    Biar kalau daerah itu kotor, pemerintah-nya malu. Kita mendorong agar masalahsampah dan kota bersih menjadi isu.Kalau isu ini tidak diangkat maka peme-rintah daerah akan tenang-tenang saja.Saat ini kita terus berupaya mengangkatisu sampah ke level pengambil keputus-an di daerah sampai ke pusat. Kita ber-harap muncul komitmen daerah dan na-sional. Coba kalau presiden teriak, gu-bernur teriak, kita bisa mengatasi hal itu.

    Program ini bersifat sukarela. Adadua hal dalam program ini yakni perta-ma mendorong daerah membuat kota-nya bersih dan teduh (clean and greencity). Kedua adalah capacity building.Kita mendorong daerah meningkatkankapasitasnya dalam bidang lingkungankhususnya perkotaan. Kita memberikanworkshop, pelatihan, studi banding dansebagainya yang berkaitan dengan caramengelola kota.

    Visinya untuk sementara sampahdulu, perbaikan fasilitas publik, dan ru-ang terbuka hijau. Kita batasi tiga dulu,

    karena masalah di daerah sudah kacau.Kalau semuanya, mereka tidak akan bi-sa-bisa.

    Sebenarnya program ini hampirsama dengan program Adipura dulu.Hanya saja berbeda, mekanismenya. Pa-da bangun praja ada peningkatan kapa-sitas, tapi tidak pada Adipura. Sistemevaluasinya juga berbeda. Kalau Adipurasekali setahun, Bangun Praja tiga kalisetahun. Semuanya transparan. Jadi se-tiap kota mengetahui perkembangan ko-tanya setiap ada pemantauan dan evalu-asi. Kota lain pun bisa tahu. Masyarakatpun juga tahu melalui media massa kare-na kita berusaha mengeksposnya.

    Memang kita belum bisa berharapkota-kota yang memperoleh pengharga-an itu benar-benar bersih. Semuanyamasih kotor. Tapi kalau kita menunggu,sampai kapan mereka sampai pada nilaitertentu bersih? Ini kan butuh waktu.

    Kita berharap, dalam 5 tahun kedepan lahir 50 kota yang bersih diIndonesia. (MJ)

    M. Gempur Adnan, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang PeningkatanKapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan

    Kuncinya, Komitmen Pemerintah Daerah

  • Mengatasi persoalan sampahbukan hal mudah. Terbukti,hingga kini masalah persam-

    pahan di Indonesia tidak kunjung usai.Banyak faktor yang mempengaruhi danfaktor-faktor itu saling terkait satu samalain. Oleh karena itu, pengelolaan sam-pah merupakan sebuah sistem sehinggapenanganannya memerlukan sinergisemua pemangku kepentingan.

    Begitu intisari perbincangan PERCIKdengan Sekjen Departemen Permukimandan Prasarana Wilayah, Budiman Arief,di kantornya beberapa waktu lalu.Berikut petikannya:

    Bagaimana kondisi pengelolaansampah di Indonesia saat ini?

    Secara umum, pengelolaan sampah,terutama sampah kota, masih kurang.Walaupun dulu pernah cukup baik padawaktu ada program Adipura pada tahun1986-1996, karena waktu itu dibantudengan reward (penghargaan) bagi kota-kota yang bisa menjaga kebersihan.Setelah itu kondisinya menurun. Danbaru saja ada lagi program Bangun Prajasejak 2002. Tapi gaungnya belum sepertiAdipura karena pesertanya terbatas.

    Mengapa kondisinya menurun?Apakah karena tidak ada rewardatau ada faktor lain?

    Memang reward tidak ada. Yangkedua karena ada krisis. Penanganansampah tak lagi menjadi prioritas.Pemerintah lebih banyak memperhatikansoal kemiskinan dan segala macamnya.Akhirnya penanganan sampah agak ter-tinggal. Perhatian pemerintah kota/ka-bupaten pun menurun. Saya kira ada fak-

    tor saling mempengaruhi. Tidak adareward maka perhatian berkurang.Padahal pengelolaan sampah itu meru-pakan layanan masyarakat yang sangatmendasar. Sampah terkait dengan kese-hatan. Kota yang tidak menangani sam-pah dengan baik, bisa dipastikan tingkatkesehatannya pun tidak baik sebab sam-pah merupakan salah satu vektor penya-kit.

    Bagaimana dengan faktor dana?Kalau kita lihat pengelolaan sampah

    secara umum, dan ini sudah kita sam-paikan ke seluruh pemerintah kota/kabu-paten, bahwa ada lima aspek dominandalam pengelolaan sampah. Antara aspeksatu dan yang lain saling terkait. Kalaumau berhasil, maka kelima aspek ituharus diwujudkan. Pertama, aspek insti-tusi. Kedua, aspek pembiayaan. Ketiga,

    aspek teknis. Keempat, aspek hukum.Dan kelima, aspek peran serta masyara-kat.

    Mungkin banyak yang menganggapbahwa sampah ini hanya soal teknis,padahal tidak. Semua harus saling men-dukung. Sebagai contoh aspek kelemba-gaan. Kalau di kota bentuk/derajat insti-tusi itu kelewat rendah maka ini kan su-sah. Seorang kepala seksi/sub seksi akansulit bertemu walikota karena tingkatnyaterlalu jauh. Makanya dulu ada kesepa-katan, kalau kota besar/metropolitanmaka pengelola sampah harus dinas. Ka-lau kota sedang bisa subdinas. Jadi ja-ngan kelewat rendah.

    Pembiayaan juga jangan terlalu ren-dah. APBD untuk sampah jangan terlalukecil. Susah. Walaupun sebetulnya, kalaunanti dikelola dengan bagus, sampah bisamenghasilkan retribusi meskipun tidak

    A W A N C A R A

    Budiman Arief, Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

    Penanganan Sampah Jelek,Tingkat Kesehatan Rendah

    W

    13 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    FOTO: MUJIYANTO

  • 100 persen. Paling tidak 70 persen bisadidapatkan dari retribusi. Jadi subsidihanya 30 persen saja. Tapi kalau aspekpembiayaan tidak dibenahi dan retribusitidak ditarik dengan baik, maka akanmembuang uang saja.

    Dari aspek hukum, peraturan harusdibenahi. Perdanya bagaimana, supayajelas. Kalau orang membuang sampahsembarangan didiamkan, wah susah.Sampah itu kan berasal dari manusia,maka hukumnya harus ditegakkan.

    Dari aspek teknis juga janganseenaknya. Ada hitungan-hitungannya.Sistemnya bagaimana, waktu meng-angkutnya bagaimana, waktu di TPA-nyabagaimana. Terus dari aspek peran sertamasyarakat, itu satu hal yang sangat pen-ting. Kalau masyarakat tidak mendukungmaka biaya menjadi mahal. Oleh karenaitu peran masyarakat harus selalu di-tingkatkan. Kelima itu saling terkait.

    Jadi tidak ada yang dominan?Ya. Tapi sebetulnya ada dananya dulu.

    Kalau tidak ada ya gimana? Tapi duit sajabukan jaminan.

    Apa yang telah dilakukan peme-rintah selama ini dalam menanganisampah ini?

    Tugas Depkimpraswil adalah membu-at pedoman-pedoman. Kita sudah banyakmenghasilkan pedoman mengenai pe-ngelolaan sampah yang betul. Tapi tidakhanya itu. Kita juga memberikan stimu-lan. Kita berikan kepada pemerintahdaerah yang memang ingin mengatasimasalah ini. Kalau tidak ingin, kita tidakmemberikannya karena itu buang-buanguang saja. Jadi kita akan berikan kepadayang benar-benar ada upaya. Kekuranganmereka kita bantu. Ini juga sebagaireward.

    Berapa banyak pemda yangmendapatkan stimulan ini?

    Sejak 2001, sudah cukup banyak pem-da yang mendapatkannya. Kita juga

    membantu kota-kota yang baru terben-tuk, misalnya untuk modal awal kitaberikan mobil pengangkut sampah. Kalauselanjutnya bagus, kita tambah lagi.

    Apa rencana pemerintah ke de-pan?

    Saya rasa kita akan tetap meneruskanapa yang sudah dilaksanakan. Pengelola-an TPA akan kita perbaiki lagi. Maunyapemda, mereka ingin menerapkan sani-tary landfill, tapi faktanya hanya opendumping saja. Ini yang menyebabkanbanyak protes. Mestinya open dumpingini sudah ditinggalkan. Meskipun kitabelum bisa menuju sanitary landfill pe-nuh. Kita akan memberikan bantuan ke-pada pemda yang kesulitan dalam pena-nganan TPA.

    Bagaimana penanganan terha-dap masyarakat?

    Semua pemda harus memberikan pe-ngertian kepada masyarakat mengenaipengelolaan sampah. Sebagai contoh, adawarga yang merasa sudah membayarkepada tukang sampah tapi ada tagihanlagi dari dinas kebersihan. Kalau sepertiini masyarakat bisa bingung. Mestinyadiberikan pengertian bahwa pengelolaansampah dari sisi teknis itu ada yangmengumpulkan, ada yang mengangkut,dan ada yang mengolah di akhir. Kalaumembayar ke RT/RW itu hanya me-ngumpulkan saja. Itupun sebenarnyahanya 30 persen dari seluruh proses tek-nis. Kadang-kadang yang diambil RT/RWitu terlalu besar sehingga dinas tidakkebagian. Makanya masyarakat harusdiberi pengertian sejelas-jelasnya sehing-ga mereka terbuka dan mengetahui de-ngan jelas bagaimana mengelola sampahdengan betul.

    Pandangan Anda terhadap kesa-daran masyarakat dalam hal sam-pah?

    Saya kira masyarakat belum mema-hami secara utuh betapa pentingnya pe-

    ngelolaan sampah itu. Bagi masyarakatdesa mungkin sampah tak jadi masalahkarena tanahnya luas, tapi tidak denganmasyarakat kota. Mereka tak bisa lagimengelola sampah secara individual, tapiharus kolektif. Hanya saja persoalannya,kebanyakan masyarakat kota kan berasaldari desa. Jadi kelakuannya masih kela-kuan desa. Ini kan susah. Dan kalausudah masuk kota tidak ada sistempelayanan yang tidak bayar.

    Bagaimana keterkaitan langkahpemerintah dalam penanganansampah dengan MDGs?

    Saya kira salah satu tujuan dari MDGsadalah perbaikan pelayanan sanitasi.Sekarang kita sedang menyusun NationalAction Plan. Kita harus menerjemahkanMDGs itu untuk Indonesia. TujuanMDGs itu bisa dianggap cukup kuanti-tatif, tapi juga kualitatif. Bisa saja sampahitu habis, tapi kalau diangkutnya seming-gu sekali atau dua minggu sekali, secarakualitatif itu jelek. Karena sampah harusdiangkut paling lambat tiga hari sekalisupaya tidak busuk. Jadi tingkat pe-layanan bisa kita anggap kuantitatif dankualitatif.

    Bisakah target MDGs dalammasalah sanitasi khususnya sam-pah tercapai pada 2015?

    Kalau kita seperti negara maju dengansanitary landfill, saya kira kita belumbisa. Hanya saja kita bisa menerjemahkanbagaimana penanganan secara kualitatif.Yang penting ada peningkatan lebih baikdari sebelumnya. Makanya NationalAction Plan perlu ada kesepakatan de-ngan departemen-departemen terkait dandaerah, bagaimana mencapai targetMDGs.

    Bagaimana Anda melihat keter-kaitan otonomi daerah dan pena-nganan sampah?

    Sebenarnya dari dulu pengelolaansampah ini menjadi tugas dari pemerin-

    A W A N C A R AW

    14 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

  • tah kota/kabupaten karena ada UU 22,PP 25, tapi dulu ada PP 18 tahun 1953yang menyatakan bahwa pengelolaansampah itu menjadi tugas pemerintahkota/kabupaten. Itu mestinya tugas yangmelekat di pemerintah daerah.

    Jadi adanya perubahan ke arahotonomi daerah beberapa tahun la-lu tak berpengaruh terhadap tugaspengelolaan sampah?

    Sebetulnya tidak. Hanya saja kita ber-harap daerah menjadi lebih baik dalammenangani sampah ini. Yang dulu belumbegitu tegas, sekarang sudah lebih tegaslagi.

    Bagaimana dengan penanganansampah lintas daerah yang banyakmenimbulkan pergesekan sepertikasus Bantar Gebang dan Bojong?

    Memang masalah muncul di kota met-ropolitan. Kalau kota kecil dan sedang,mereka bisa menyelesaikan karena masihcukup lahan yang tersedia. Di kota besarseperti Jakarta, penanganan menjadi su-lit. Makanya sebaiknya sanitary landfillitu dibangun secara bersama-sama de-ngan daerah lainnya. Insinerator saya ki-ra terlalu mahal baik dari sisi investasimaupun operasional. Makanya kita harushati-hati dalam menilai aspek teknis. Ka-lau income per kapita kita 5.000 dolar AS,bisa kita memikirkan insinerator.

    Bagaimana pandangan Anda ter-hadap perhatian pemerintah da-erah terhadap sampah?

    Saya kira masih kurang. MengapaAdipura itu diadakan? Karena dulu diang-gap pengelolaan sampah akan baik jikaada perhatian yang cukup baik. Saya kirainvestasi sampah tak cukup besar diban-dingkan dengan membuat jalan dan airminum. Kalau pemda ada perhatian seha-rusnya pengelolaan sampah itu bisa ber-langsung dengan baik.

    Bagaimana alokasi anggaran pe-merintah pusat dalam menangani

    sampah ini?Seperti saya jelaskan, pemerintah

    hanya memberikan stimulan saja. Depar-temen ini hanya membina infrastrukturdasar yakni air minum, limbah, sampah,drainase, dan jalan. Kita tak hanya me-ngeluarkan pedoman saja tapi juga stimu-lan. Ini juga supaya ada perhatian daerah.

    Maksudnya apakah anggaranyang ada sudah cukup?

    Kurang. Masih terlalu kecil. Dan me-mang infrastruktur itu masih dianggapkurang.

    Adakah negara yang mendekatiIndonesia yang bisa dijadikan con-toh dalam penanganan sampah?

    Saya kira perlu studi banding dengannegara lain yang kondisinya mirip denganIndonesia. Tidak ke negara-negara majuseperti Jepang, Australia. Itu terlalu jauh.Yang dekat-dekat kita. Misalnya kita bisastudi banding ke Kuching (Malaysia). Kitasudah lakukan.

    Dari apa yang Anda uraikan, pe-nanganan sampah ini sepertinyaharus menggunakan pendekataninstitusi?

    Menurut saya begini, institusi itu kan

    jelas penanggungjawabnya. Memang ha-rus ada institusinya, tapi masyarakat te-tap ikut dalam sistem yang jelas. Bisa sajaRT/RW atau kelompok masyarakat bisasaja ditugaskan dalam pengumpulan.Institusi yang bertanggung jawab secarakeseluruhan bisa bertugas mengambildari TPS ke TPA. Jadi institusi yang me-nangani harus jelas dan tingkatnya cukupmemadai.

    Harapan Anda ke depan terha-dap kota-kota kita?

    Kebersihan dan kerapian harus kita

    wujudkan. Kalau keindahan barangkaliitu suatu yang lux. Kebersihan adalahpangkal. Kalau mau membenahi yanglain, kebersihan harus didahulukan. Bu-pati dan Walikota perlu memberikan per-hatian yang lebih soal ini. Kalau perlu adareward, saya kira juga tak masalah.

    Bagaimana bentuk kerja samanya?Sampah itu kan dibilang nimby (not

    in my back yard), pokoknya jangan ditempat saya dech. Yang kena dampakharus memperoleh kompensasi yangmemadai sehingga merasa ada manfaat-nya. Dan teknik penanganan masyarakatpun harus betul. (mujiyanto)

    A W A N C A R AW

    15 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

  • Beberapa teknologi pemusnahansampah telah dicoba untuk dite-rapkan di Indonesia. Teknologi

    yang paling umum diterapkan adalahlahan urug saniter, yang dikembangkandi beberapa kota besar di Indonesia.Sesungguhnya lahan urug saniter terse-but merupakan suatu reaktor biologisuntuk mendegradasi sampah secara an-aerobik. Salah satu produk yang diharap-kan dari degradasi anaerobik tersebutadalah gas metana (CH4) yang memilikinilai kalor cukup tinggi. Ini bisa menjadisumber energi yang signifikan.

    Kompos Belum DimanfaatkanKompos dari sampah kota di Indo-

    nesia tidak berhasil dipasarkan denganbaik kepada masyarakat. Para petani,pengelola perkebunan dan pertamananbelum tertarik menggunakannya. Ini bisajadi karena kompos relatif tidak membe-rikan nutrisi tambahan bagi tanah dan ta-naman, serta tidak memberikan dampakyang langsung bagi peningkatan produksitanaman. Selain itu, kompos tidak dituju-kan untuk berperan seperti layaknya pu-puk kimia. Kompos lebih berperan untukmemperbaiki tekstur tanah dan mening-katkan cadangan air pada tanah, sehing-ga penyerapan air oleh tanaman akan le-bih baik. Di sisi lain, pemerintah kurangmenggalakkan gerakan pemanfaatankompos. Produksi kompos dari beberapainstalasi pengomposan sampah tidak op-timum, dan akhirnya berhenti beroperasiakibat ketiadaan pelanggan tetap danberkesinambungan.

    Sumber EnergiPerlu konsep baru untuk menangani

    sampah perkotaan. Sebagai alternatif,sampah bisa diubah menjadi suatu ma-teri baru yang memiliki nilai jual lebihdan dibutuhkan oleh masyarakat. Iniadalah energi. Mengapa? Karena Indo-nesia mulai mengalami krisis energi.BBM mulai langka, sumber minyak bumiyang terbatas, harga minyak mentah du-nia semakin mahal. Perlu dicari sumberenergi baru yang terbarukan dan membe-rikan dampak negatif yang lebih kecil ter-hadap lingkungan. Di sinilah sumberenergi dari sampah bisa menjadi alterna-tif sumber energi baru, sekaligus menjadisarana pemusnahan sampah secara si-

    multan. Dengan demikian diharapkanpemanfaatan bahan bakar fosil dapat di-tekan, serta mereduksi tingkat eksploitasibahan bakar fosil dari perut bumi.

    Teknologi Yang TersediaKompos pada dasarnya melakukan

    konversi energi. Namun energi yang adaterlepas dalam bentuk materi yang me-miliki nilai kalor yang lebih rendah. Halini disebabkan proses pengomposan se-cara aerobik akan melepas materi organikpadatan lain yang lebih sederhana, sertagas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaat-kan energinya secara langsung. Tersediabeberapa proses lain yang dapat meng-konversi energi yang tersimpan di dalamsampah menjadi suatu materi baru. Pro-ses itu antara lain yaitu:

    A W A S A N

    Sampah Sebagai Sumber Energi :

    Tantangan Bagi DuniaPersampahan Indonesia

    Masa Depan

    W

    16 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Sandhi Eko Bramono *)

    FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

  • Proses AnaerobikProses ini akan melepas energi yang

    tersimpan dalam gas CH4 ( metana ) yangmemiliki nilai kalor tinggi yang akan ter-bentuk. Lahan urug saniter, sesungguh-nya merupakan reaktor anaerobik dalamkapasitas yang besar. Beberapa tekniktelah dilakukan untuk meningkatkan pro-duksi gas metana yang terbentuk.Resirkulasi air lindi merupakan salah sa-tu teknik yang diterapkan untuk me-ningkatkan produksi gas metana, selainuntuk mempercepat degradasi sampahitu sendiri. Akan tetapi, reaktor anaerobikyang direncanakan secara khusus dengankapasitas yang lebih kecil, dapat lebihmudah untuk dimonitor dan dikontroldalam kinetika pembentukan gas metanadengan lebih baik ketimbang pada lahanurug saniter. Residu yang terbentuk dapatdimanfaatkan untuk kompos, yang se-belumnya telah diambil sebagian ener-ginya menjadi gas metana, ketimbangproses aerobik pada pengomposan yanghanya akan menghasilkan kompos saja.Jika tahapan proses anaerobik ini dihen-tikan hanya pada tahapan fermentasisaja, yaitu tahapan sebelum pemben-

    tukan gas metana, maka dapat dihasilkanalkohol yang memiliki nilai kalor tinggi.Penggunaan alkohol ataupun derivatnyasebagai sumber bahan bakar alternatifdari sampah dapat dipertimbangkan juga.

    Proses Gasifikasi dan PirolisisKedua proses ini membutuhkan ener-

    gi tambahan untuk menaikkan tempe-ratur hingga 600 oC yang dilakukan de-ngan oksigen substoikiometrik atau tanpakehadiran oksigen sama sekali. Prosespirolisis akan menghasilkan padatan(char) dan cairan (tar) yang memiliki nilaikalor tinggi. Produk ini dapat diman-faatkan sebagai biodiesel (salah satubahan bakar pengganti atau aditif solar)yang sedang marak digunakan dewasa ini.

    Sedangkan gasifikasi, akan mengha-silkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi.Pemanfaatannya sebagai sumber energialternatif dapat dipertimbangkan pula.

    Proses InsinerasiProses ini lebih mahal ketimbang dua

    proses di atas. Sampah dengan kadar airterendah sekalipun hanya dapat mengha-silkan temperatur alami sekitar 200 oC.

    Sementara temperatur kerja pada proses

    ini adalah pada rentang 600 - 800 oC,

    yang bertujuan untuk mereduksi pem-

    bentukan senyawa karsinogenik dioksin

    dan furan. Riset pada beberapa buah

    insinerator di Amerika Serikat masih

    belum menunjukkan hasil yang memu-

    askan dalam mereduksi pembentukan ke-

    dua senyawa ini, meskipun proses dija-

    lankan pada temperatur jauh di atas 600

    - 800 oC. Proses ini akan menghasilkan

    panas yang cukup tinggi sehingga bisa di-

    gunakan sebagai sumber energi pem-

    bangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat

    dikonversi menjadi energi listrik.

    Rentang Energi Yang Dihasilkan

    Sebagai suatu proses yang meng-

    hasilkan energi, jumlah input energi dan

    output energi harus dihitung dalam suatu

    neraca massa dan energi. Energi yang di-

    masukkan ke dalam suatu proses diha-

    rapkan seminimum mungkin, mengingat

    output dari proses yang diharapkan ada-

    lah energi pula, sehingga total energi yang

    dihasilkan dari proses dapat dihitung. Ji-

    ka terlalu banyak energi yang harus di-

    tambahkan ke dalam proses, maka proses

    tidak efisien.

    Selain itu, masih perlu dikaji rentang

    energi yang dapat dimanfaatkan, karena

    setiap output dari suatu proses memiliki

    rentang pemakaian. Dalam hal ini, efi-

    siensi pemanfaatan energi dengan jumlah

    energi tertentu yang dihasilkan dari suatu

    volume sampah harus dipertimbangkan.

    Harus disadari bahwa setiap proses me-

    miliki jangkauan pemanfaatan dalam se-

    tiap produk yang dihasilkan. Dengan de-

    mikian pemanfaatannya bisa dilakukan

    secara tepat dan efisien.

    *) Penulis adalah mahasiswa

    pascasarjana pada UNSW, Australia.

    A W A S A NW

    17 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

  • Perkembangan penduduk selainmembutuhkan ruang/lahan, pe-nyediaan prasarana dan sarana

    kota yang memadai, juga menghasilkansampah (Tchobanoglous, 1977: 4). Sesuaiaturannya, sampah harus ditangani de-ngan cara ditampung pada tempat pem-buangan sementara (TPS), kemudian di-angkut ke tempat pembuangan akhir(TPA) dan disortir antara sampah keringdan sampah basah. Barulah sampah dio-lah dengan berbagai macam teknologi,antara lain sanitary landfill, composting,pembakaran dengan incenerator, tekno-logi ATAD (autogenous ThermophilicAerobic Digestion) dan sebagainya.

    Namun di lapangan proses tersebuttidak berjalan sesuai dengan perenca-naan fasilitas kesehatan lingkungan yangtelah dilakukan oleh pemerintah kota(Chiara, 1982: 6). Akibatnya, sampah me-nimbulkan persoalan yang sangat kom-pleks, tidak hanya di daerah tapi ditingkat nasional.

    Sampah dan Kota SurabayaPengumpulan, pembuangan dan

    pengolahan sampah dalam wilayahperkotaan menjadi tanggung jawab pe-merintah kota (UU No. 22 Pasal 11, ayat2; Cointreau, 1982: 4), khususnya dinaskebersihan. Tapi Pemerintah Kota Su-rabaya tak lagi mampu menangani sam-pah. Banyak kendala yang dihadapi se-perti pengadaan lahan untuk TPA, pem-biayaan pengelolaan sampah yang sangatbesar dan kegiatan rutin pembangunanyang sudah cukup banyak. Untuk me-mecahkan persoalan tersebut pemkotSurabaya menggandeng pihak swasta.Hanya saja kerja sama ini terbatas padajual beli, sahingga pemkot sebenarnyabelum memiliki pengalaman kerja samadalam pengelolaan sampah secara me-nyeluruh.

    Komposisi dan Teknologi Peng-olahan Sampah

    Pada dasarnya, suatu teknologi peng-olahan sampah yang akan diterapkan ha-rus dapat mengatasi masalah yang timbulatau minimal dapat mengurangi bobotdari masalah yang telah timbul (Ryding,1994: 71). Dalam menentukan teknologipengolahan sampah yang akan diterap-kan, maka hal tersebut sangat bergan-tung kepada jenis sampah yang di-hasilkan (Cointreau, 1982: iv).

    Keterkaitan antara jenis sampah yangdihasilkan dan teknologi yang diterap-kan, menyebabkan perbedaan penerapanteknologi pengolahan sampah di negaraindustri dan negara berkembang. Dinegara berkembang kepadatan sampahdiperkirakan 2-3 kali lebih tinggi diban-dingkan kepadatan sampah di negara in-dustri. Komposisi sampah juga sebagianbesar organik dengan porsi terbesarberasal dari tanaman, dan diperkirakantiga kali lebih tinggi. Oleh karena jenissampah seperti yang disebutkan di atas,maka di negara berkembang salah satusistem pengolahan yang umum adalah

    open dumping dan sanitary landfill.Ada beberapa macam teknologi peng-

    olahan akhir sampah (Moenir, 1983: 33)yaitu:

    Masing-masing teknologi di atasmempunyai kelebihan dan kelemahan.Oleh karena itu perlu pengkajian menge-nai tiap-tiap teknologi tersebut agar tidakterjadi kesalahan yang dapat mengaki-batkan kegagalan penanganan sampah.

    Pemindahan dan pengangkutan sam-pah juga berperan dalam menentukankeberhasilan teknologi pengolahan sam-pah yang dipilih. Jadwal pengangkutansangat bergantung pada kapasitas pengo-lahan sampah di TPA, karena jika over-load maka akan menyebabkan pengolah-an terganggu.

    Simpul PersoalanBerdasarkan uraian mengenai ling-

    kup makro masalah sampah Kota Sura-baya, maka rumusan persoalan sampahKota Surabaya adalah sebagai berikut:

    1. Keterbatasan Pemerintah Kota Su-rabaya dalam penanganan sampah, baikdalam hal teknis, biaya, sumber daya ma-nusia, pengetahuan dan yang paling uta-ma, yaitu perencanaan penanganan sam-pah yang komprehensif dan terpadu;

    2. Sistem pengelolaan sampah yang ti-dak berjalan dengan baik, mulai dari sistempengangkutan, penyebaran dan penggu-naan TPS, fasilitas TPA, Fasilitas penunjangTPA, sistem pengolahan sampah dan sistemtreatment limbah cair sampah;

    A W A S A N

    Pre-Studi Masalah SampahKasus Studi: Kota Surabaya

    W

    18 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Klasifikasi Musim Hujan Musim Kemarau Paper Textil Organic Wood/grass Plastic Leather/rubber Metal (Ferrous) Metal (Non Ferrous) Glass Stone ceramic Bones Others

    13.54 1.85

    52.93 19.15

    7.7 0.45 0.82 0.08 1.12 1.61 0.62 0.13

    4.37 2.03

    55.59 15.72 7.51 0.03 0.74 0.16 0.68 4.46 0.74 0.07

    TOTAL 100 100

    Fany Wedahuditama *)

    1.2. 3.

    4.

    5.6.

    Metode open dumping Metode sanitary landfill Metode pengepakan sampah (balingmethod)Metode pembakaran (incineration/-thermal converter)Metode komposMetode ATAD (Autogenous Thermo-philic Aerobic Digestion)

    Sumber: JICA Study, 1992

  • 3. Teknologi pengolahan sampah yangsangat mahal;

    4. Kelangkaan lahan untuk fasilitasTPA, karena jika benar-benar harus di-pindahkan maka perlu lahan yang luas.Selain itu produksi sampah tidak akan te-tap pada angka + 8.000 m3 per hari, kare-na tingginya laju peningkatan penduduk;

    5. Terbatasnya atau kurangnya pe-ngalaman dan pengetahuan pemerintahkota mengenai kerja sama dengan pihakswasta maupun dengan pemerintah kotalain dalam penanganan sampah.

    Rekomendasi StudiMengacu pada uraian dalam studi ini,

    maka rekomedasi yang diberikan dimak-sudkan sebagai arahan bagi PemerintahKota Surabaya dalam rangka menanganimasalah sampah.

    1. Kerjasama antara Pemerintah Ko-ta Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Cepat atau lambat, jika setiap pemerintahkota dituntut untuk semakin sigap dalammelayani publik, maka harus terjadi kerjasama antara pemerintah kota. Suatu kota

    tidak dapat berdiri sendiri, tetapi suatukota hidup karena adanya kota-kota laindi sekelilingnya. Kerja sama itu taksebatas masalah sampah tapi masalahlainnya.

    2. Kerjasama dengan pihak swastadalam proses pengangkutan, pengolah-an sampah. Kata-kata bahwa pemerintahkota sudah bukan berperan sebagai fasili-tator tetapi sebagai enabler seharusnyamenjadi dasar dari kerja sama denganpihak swasta. Pada dasarnya adanya per-saingan di antara pihak swasta untukmenjadi rekanan pemerintah kota dalampenyelenggaraan layanan publik dapatmenekan harga layanan.

    3. Penggunaan lahan milik pemerin-tah propinsi

    Keterbatasan lahan yang dimiliki olehpemerintah kota selalu menjadi kendala,terutama dalam hal untuk dijadikan se-bagai TPA. Hal tersebut dikarenakan ma-sih dibutuhkannya lahan tersebut untukfungsi yang lebih memberikan nilai tam-bah pada perekonomian kota. Ke-terbatasan ini tak boleh jadi penghalang.

    Pemerintah kota berhak memintabantuan kepada pemerintah propinsi baikdalam hal dana, lahan atau bantuan lain-nya demi penyelenggaraan layanan publikyang sebaik-baiknya.

    4. Teknologi pengolahan sampahyang tepat bagi kota Surabaya dalamjangka waktu 10 tahun ke depan.

    Dengan menumpuknya sampah yangterdapat pada TPA di kota Surabaya,maka perlu ada pemusnahan sampah se-cara cepat. Paling tidak, dalam kurunwaktu setahun, volume sampah yang ma-suk ke TPS dan TPA harus dapat diku-rangi sampai 30 persen dari total volumesampah kurang lebih 8.000 m3 per hari.

    Teknologi pengolahan sampah yangdapat mengurangi volume sampah de-ngan cepat adalah teknologi incenera-tor/thermal converter. Selain itu, tekno-logi ini dapat juga menghasilkan produksampingan berupa tenaga listrik.

    Berkaitan dengan biaya teknologi peng-olahan sampah, seperti yang kita ketahui,hampir semua teknologi pengolahan sam-pah memerlukan biaya investasi yang tinggi.Hal ini karena tidak pernah dipertim-bangkannya faktor kandungan/potensi lo-kal. Menurut pengamatan selama ini, tek-nologi pembakaran ini mempunyai prinsipyang hampir sama dengan teknologi pem-bangkit listrik dengan bahan bakar batubara. Untuk membangun sebuah mesinpembakaran dengan bahan bakar sampahmenurut pakar-pakar dari ITB bukanlah halyang tidak mungkin. Hampir seluruh kom-ponen untuk membuat mesin tersebut terse-dia di Indonesia. Hanya beberapa komponensaja yang perlu diimpor dari negara lain.Pembuatan mesin dengan kandungan lokalyang besar tentu saja akan menekan biayainvestasi alat/teknologi pengolahan, dan haltersebut merupakan kesempatan bagi Pe-merintah Kota untuk menuntaskan masalahsampah.

    *) Penulis adalah alumni Magister

    Teknik Lingkungan ITB

    A W A S A NW

    19 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    FOTO: FANY WEDAHUDITAMA

  • Sampah selalu menjadi bagian ke-hidupan sehari-hari. Dalam setiapkegiatan, sampah selalu menjadi

    salah satu hasilnya, sebaik atau serapiapapun kegiatan itu. Sayang banyakorang yang belum peduli terhadap hal ini.

    Di sebagian besar rumah tangga uta-manya perkotaanpenanganan sampahdibebankan kepada pembantu rumahtangga. Walhasil, persoalan sampah su-dah dianggap selesai manakala sampahitu dibersihkan dan dimasukkan ke tongsampah. Ini jelas pandangan yang perludiluruskan.

    Kini sampah menjadi masalah yangbesar bagi kota-kota besar di Indonesiaseperti Jakarta, Surabaya, termasuk Ma-kassar. Di beberapa kota, masalah sam-pah kota melibatkan kota lain, tetanggamereka, akibat kekurangan lahan untukdijadikan Tempat Pembuangan Akhir(TPA) sampah.

    Tulisan ini mencoba mengupas per-masalahan sampah di Kota Makassar, sa-lah satu kota metropolitan di Indonesia.Kota Makassar berpenduduk 1,5 jutaorang. Luas 175,77 km persegi. Kota initerus berkembang seiring pembangunandaerah Makassar sebagai pusat pemba-ngunan di wilayah Indonesia Timur.

    Pengelolaan Sampah oleh DinasKebersihan dan Keindahan

    Penanganan sampah di KotamadyaMakassar mencakup tiga tahap kegiatanyaitu pengumpulan, pengangkutan darisumber sampah atau TPS/kontainer dilokasi pembuangan sementara, danpembuangan/penimbunan sampah dilokasi pembuangan akhir.

    Tahap pengumpulan terdiri atasdua cara yaitu:

    Sistem pengoperasian pengangkutansampah terbagi dalam dua waktu kegiat-an: pelayanan operasi pagi hingga siangdan pelayanan operasi sore hingga ma-lam. Wilayah pelayanan dibagi dalam tigakategori yaitu: wilayah inti, wilayah pe-nunjang inti, dan wilayah pengembang-an.

    Selain sampah yang dihasilkan olehperumahan dan daerah komersial, DinasKebersihan dan Keindahan juga meng-angkut hasil pembersihan jalan dan se-lokan sesuai dengan pembagian wilayahkerja rutin.

    Sumber dana Dinas Kebersihan danKeindahan berasal dari APBD Tk. I,APBD Tk. II dan restribusi yang berasaldari restribusi kebersihan dan restribusi

    septik tank.Sumber daya operasional Dinas Ke-

    bersihan dan Keindahan Kotamadya DatiII Makassar 135 orang pengemudi dan225 orang pengangkut sampah. Kotama-dya Makassar hingga saat ini telah meng-gunakan tujuh TPA yaitu : TPA Karuwisi,TPA Sappabulo, TPA Andi Tonro, TPAPanampu, TPA Kantisang, TPA TanjungBunga, dan TPA Tamangapa. Semua TPAtelah ditutup kecuali TPA Tamangapa.Perubahan TPA dilakukan akibat per-tumbuhan produksi sampah kota yangsemakin tahun semakin bertambah. TPAyang telah ditutup masih menggunakansistem open dumping.

    TPA Tamangapa menggunakan Meto-de Semi Sanitary Landfill. Metode ini di-lakukan untuk mengadaptasi metode Sa-nitary Landfill dengan metode OpenDumping. Hal ini dilakukan untuk pene-rapan pada daerah yang tidak mempu-nyai dana yang cukup untuk menerapkanmetode Sanitary Landfill.

    Di TPA Tamangapa, sampah dipisaholeh para pemulung untuk dijual padapara tengkulak kemudian disalurkan kepabrik-pabrik yang memerlukan. Peng-hasilan mereka cukup baik untuk me-menuhi kebutuhan. Selain pemulung, diTPA Tamangapa terdapat sapi yang dapatmengurangi jumlah sampah basah yangakan ditimbun.

    A W A S A N

    Pengelolaan Sampahdi Makassar

    W

    20 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    Nirman Niswan, ST. *)

    Kondisi Pengelolaan Sampah Di Kotamadya Makassar

    Luas Layanan 175,77 km

    Jumlah penduduk daerah layanan 1.300.000 jiwa

    Perkiraan Timbunan 3.535,20 m3

    - Domestik 1.576,60 m3

    - Komersial 1772,7 m3

    Volume yang tertangani 2996,67 m3

    Tingkat pelayanan 84,8 % Sumber : Dinas Kebersihan Kotamadya Ujung Pandang 1998

    Individual System (door to door) baik

    menggunakan gerobak atau alatpengangkut lain seperti alat angkutjauh (kendaraan pengangkut sam-pah) yang dilakukan oleh Dinas Ke-bersihan dan Keindahan atau pihakswasta.Comunal System yaitu pengangkutansampah dari lokasi penampungan(TPS) yang diangkut oleh armadapengangkutan sampah Dinas Ke-bersihan dan Keindahan.

    z

    z Sumber: Dinas Kebersihan Kotamadya Ujung Pandang 1998

  • PermasalahanMetode Semi Sanitary Landfill mem-

    butuhkan tanah penutup dalam jumlahyang cukup besar. Hal ini jelas menam-bah biaya operasional pengelolaan sam-pah, apalagi kalau tanah yang dibutuhkanjauh dari lokasi TPA. Untuk TPATamangapa, tanah penutup dapat diper-oleh pada daerah sekitar TPA.

    Selain itu, metode ini juga perlu penga-wasan yang ketat dalam pemasangan pipauntuk mengalirkan biogas yang dihasilkantimbunan sampah. Biogas ini baru berhen-ti setelah penimbunan berkisar 50 tahunanbahkan lebih. Jika biogas ini tidak disa-lurkan dapat mengakibatkan ledakan yangakan menghamburkan timbunan sampah.Perpipaan biogas TPA Tamangapa dilaku-kan setelah timbunan terbentuk selama se-tahun lebih. Hal ini patut disayangkan ka-rena pada perencanaan awal pipa biogastelah dirancang.

    Air hujan yang jatuh pada daerah tim-bunan sampah juga menimbulkanmasalah jika tidak tertangani denganbaik. Di TPA Tamangapa proses pengo-lahan menggunakan proses fotosintesiskarena merupakan sistem yang relatifmudah dan murah. Lindi (Leachate) yangdihasilkan oleh timbunan sampah dapatmerusak air tanah jika dasar timbunantidak kedap air. Bahkan dapat merusakair permukaan seperti sungai.

    Untuk lingkungan sekitarnya perlu puladiperhatikan faktor bau dan angin berhem-bus sehingga tidak mempengaruhi pemu-kiman sekitarnya. Berdasarkan standarpemilihan daerah TPA, sebenarnya tidakdibenarkan adanya pemukiman di sekitarTPA tetapi penduduk biasanya malahmembangun semakin dekat dengan TPAterutama para pemulung.

    Sampah Mereka Sampah Kita Masalah-masalah yang timbul sebe-

    narnya dapat direduksi dengan menerap-kan sistem pengelolaan yang terpaduantara masyarakat dan pemerintah kota.Selama ini masalah sampah hanya menja-

    di bagian pelengkap dalam strukturmasyarakat dan pemerintahan. Seharus-nya masalah sampah ini diberi perhatianyang cukup dari kedua belah pihak. Sebabluas lahan kota dan anggaran yang ter-batas memerlukan alternatif pengolahan.

    Seperti diketahui, pengelolaan sam-pah sebenarnya terdiri atas pengumpulansampah, pengangkutan sampah, danpengolahan sampah yaitu penimbunansampah sebagai salah satu cara. Pengum-pulan bisa ditangani oleh masyarakat. Ca-ra terbaik dalam pengumpulan ini adalahdengan pemilahan sampah sehinggadalam tahap selanjutnya pengolahanlebih mudah dan efisien. Namun inimemerlukan pemahaman yang tinggi darimasyarakat dan pelaksana di lapangan.Pada tahap ini pula kita dapat menerap-kan metode Zero Waste yaitu mengu-rangi sampah hingga tidak ada lagi yangdapat diolah dengan penimbunan.

    Penerapan aturan tentang sampah yangmasih sedikit membuat masyarakat tidakmenganggap penting masalah ini. Seperticontoh di Jakarta, dengan penuhnya TPABantar Gebang membuat pemerintah kotasulit menyalurkan sampahnya. Walaupunakhirnya masalah selesai tetapi sampai ka-pan lagi TPA selanjutnya akan penuh? Pe-merintah pasti akan mencari lahan baru lagi.Sedangkan lahan bekas TPA hanya dapat di-gunakan kembali sebagai lahan produktif se-

    telah puluhan tahun. Sampah bisa juga dibu-ang di lahan bekas galian tambang, tapi tiapkota tidak selalu mempunyai penambangan.Jadi betapa beruntunnya masalah jika tidakdipikirkan secara serius.

    Pola pikir masyarakat harus diubahdengan memandang sampah masyarakatlain merupakan sampah mereka juga.Maksudnya sampah menjadi tanggungjawab bersama. Karena jika sampah itusemakin hari semakin tinggi produksinyabisa dibayangkan kota besar sepertiJakarta dan Makassar khususnya akanmenjadi timbunan sampah.

    Untuk saat ini, tentu kita hanya dapatmengharapkan pengelolaan sampah yangmenjadi tanggung jawab pemerintah untukdikelola dengan baik. Karena seperti pence-maran lainnya dampak yang ditimbulkanakan terlihat atau dirasakan setelah ber-tahun-tahun. Sementara sumber pencemar-an sudah tidak dapat dideteksi lagi.

    Sebenarnya aturan mengenai ling-kungan di negara ini sudah cukup. Yangkurang adalah penerapan dan hukumanterhadap pelanggaran. Oleh karena itutanggung jawab kita semua untuk mem-perbaikinya.

    *)Penulis adalah Alumni Teknik Lingkungan ITB.Tulisan disarikan dari Tesis PenulisRencana Pengembangan Kapasitas

    Layanan TPA Tamangapa, Makassar

    A W A S A NW

    21 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus 2004

    FOTO: ISTIMEWA

  • Rachel Carson telah mengisyarat-kan, manusia perlu disadarkanbahwa lingkungan akan rusak

    parah karena ulahnya, sekalipun tindak-an itu dianggap produktif bagi manusia;(Majalah Silent Spring, 1963). Kondisilingkungan hidup sangat mempengaruhiperikehidupan dan kesejahteraan manu-sia serta makhluk hidup lainnya. Makh-luk hidup, baik manusia, hewan ataupuntumbuh-tumbuhan tidak akan mampubertahan hidup tanpa lingkungan hidupyang baik, lebih-lebih tanpa air.

    Air memegang peranan pentingdalam kehidupan. Saat ini sumber airyang ada dan dapat diambil langsungmanfaatnya yakni air hujan, mata air, airtanah, waduk embung situ-situ dan su-ngai. Namun kondisinya kini tak seim-bang lagi antara kebutuhan dan keterse-diannya. Gangguan keseimbangan ituterjadi akibat a) pertumbuhan pendudukyang sangat pesat, khususnya di daerahperkotaan; b) merebaknya berbagaiindustri yang mengubah peruntukanlahan dan sekaligus memanfaatkan airyang cukup besar; c) meningkatnya pene-bangan hutan liar, kebakaran hutan danpenambangan bahan galian di hutanyang tidak dibarengi dengan upaya kon-servasi dan rehabilitasi hutan dan lahan;serta d) terjadinya pencemaran air akibatlimbah industri, intrusi air laut dan lim-bah penambangan tanpa izin (PETI).

    Program AMPL di Era OtonomiDaerah

    Program Air Minum dan PenyehatanLingkungan (AMPL) bertujuan untukmeningkatkan derajat kesehatan masya-rakat berpenghasilan rendah di perdesa-an dan pinggiran perkotaan dengan pen-dekatan berbasis masyarakat. Caranya

    melalui penyediaan air yang lebih mudahterjangkau, murah, dan berkualitas sertapenyediaan sarana sanitasi (dasar) yanglebih sesuai dengan kondisi setempatserta dibarengi dengan upaya perbaikanperilaku hidup bersih dan sehat.

    Pengalaman di lapangan selama duatahun terakhir menunjukkan bahwa pro-gram AMPL yang didanai dari Bank Du-nia dan AusAID tersebut cukup berhasil.Ini karena metode yang diterapkan se-suai dengan prinsip-prinsip otonomidaerah, yaitu pembangunan sarana danprasarana air bersih dimulai dari bawahberdasarkan prakarsa sendiri, menam-pung dan memperhatikan aspirasi ma-syarakat serta dengan memperhatikankeragaman daerah. Tidak ada pemak-saan, keseragaman, instruksi dan mobil-isasi masyarakat. Semua dikelola melaluiupaya pemberdayaan masyarakat.

    Sesuai peran dan fungsinya, pemerin-tah pusat dan propinsi akan bertindaksebagai fasilitator, sedang pemerintahkabupaten/kota diharapkan mampumengkoordinasikan dan memadukanpembangunan di daerah serta member-dayakan masyarakatnya. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan oleh berbagaipihak, dari tingkat pusat hingga daerahdalam menyukseskan program/proyektersebut antara lain:

    Ada kebijakan, baik nasional, regionalmaupun lokal. Artinya pemerintahpusat dan daerah perlu menyiapkanperaturan perundangan, pedoman,standar dan lainnya yang memberikanarahan agar program/proyek AMPLdapat terlaksana dengan baik, benar,

    transparan, dan berkelanjutan.Masyarakat. Artinya masyarakat perlumemiliki kesiapan, kemauan, dan ke-mampuan untuk berpartisipasi dalamprogram/proyek ini. Sumber daya alam. Potensi sumberda-ya alam, khususnya air dapat memberi-kan kontribusi positif bagi pengem-bangan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat sehingga harus dikeloladengan baik dan benar.

    Tantangan ke Depan Keberhasilan program AMPL yang di-

    koordinasikan oleh Kelompok KerjaAMPL cukup menggembirakan. Tak he-ran bila banyak daerah berminat ikut ser-ta dalam proyek-proyek ini. Namun adakendala teknis yang menghalangi.

    Menyadari kondisi tersebut, tugasyang harus diemban instansi terkait yangtergabung di dalam Pokja AMPL adalaha) Mampu menyusun kebijakan umumyang dapat dijadikan landasan pemangkukepentingan (stakeholder) untuk berpar-tisipasi dalam penyediaan air minum danpenyehatan lingkungan yang berbasismasyarakat; b) Mampu meyakinkan ja-jaran pemerintah daerah dan stakeholderlainnya bahwa program ini merupakansalah satu upaya meningkatkan kesejah-teraan rakyat; c) Mampu meyakinkannegara donor, NGO dan pihak ke-3 lain-nya untuk berpartisipasi; dan d) Mampumemfasilitasi pengembangan jaringankerja di tingkat pelaksanaan (kab/kota)dengan mendorong pelibatan instansiterkait serta LSM yang memiliki komit-men terhadap AMPL.

    *)Staf Ditjen Bangda, Depdagri

    dan anggota Pokja AMPL

    A W A S A N

    Pengelolaan Program Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

    dan Tantangan ke Depan

    W

    22 PercikVol. 5 Tahun I/ Agustus

    S. Budi Susilo *)

    1.

    2.

    3.

  • Kabupaten Kebumen mempunyaikekhasan di bidang pembangun-an air minum dan penyehatan

    lingkungan (AMPL). Program rinci bi-dang AMPL tercantum di dalam Renstra2000 s/d 2005 (menyatu dalam PERDANo 18 thn 2002). Pemda setempat punsangat tanggap terhadap gagasan Ke-lompok Kerja WASPOLA untuk mendi-seminasi dan mengoperasionalisasikanKebijakan Nasional AMPL. Bahkan pem-da bersedia memberikan kontribusi fi-nansial bagi pelaksanaan kegiatan ter-sebut.

    Pemda mengalokasikan dana untukpembangunan AMPL bukan hanya dariDAK tetapi juga anggaran reguler tahun-an, dan itu sudah terlaksana. Tahun ang-garan 2005 mendatang, tak kurang limadesa mendapat alokasi dana AMPL ma-sing-masing sebesar Rp 100 juta. Usulanini merupakan aspirasi masyarakat yangdigali melalui mekanisme Jaring Asma-ra (jaring aspirasi masyarakat), yaknimekanisme jemput bola dengan mem-bentuk task force yang khusus untuk ke-perluan tersebut. Selain program yang di-susun melalui jaring asmara, programAMPL juga berasal dari usulan dinas(sektor). Dinas Pekerjaan Umum, padatahun anggaran 2005 mengalokasikandana untuk pembangunan AMPL sebesarRp 120 juta untuk tujuh desa.

    Selama ini, berbagai sarana yangdibangun cukup terpelihara. SaranaAMPL yang dibangun pada pertengahan1980 dan 1990-an, masih berfungsi mes-kipun mulai ada tanda-tanda kerusakan.

    Dari tabel di atas dapat ditarik pe-ngertian bahwa sarana AMPL di Kabu-paten Kebumen cukup terpelihara (bacaberkelanjutan). Namun, di balik data

    data tersebut sesungguhnya tersembunyimasalah yang rumit. Kebumen yang me-miliki sumber air berlimpahmeskipununtuk memanfaatkannya memerlukanteknologi khusus pada musim kemaraumengalami kesulitan air secara serius.Pada musim kemarau pemda selalumengerahkan armada tanki air bersih,membeli air bersih di PDAM dan mem-bagikan secara gratis ke desa-desa yangmengalami kesulitan air. Paling tidak 80desa selalu mengalami kekeringan danmemerlukan droping air bersih.

    Masalah LingkunganMasalah kelangkaan air di musim ke-