bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian sampah sampah

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau keberadaannya tidak diinginkan lagi. (Tchobanoglus, 1993) Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Soemirat (2009), menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah antara lain: a. Jumlah penduduk. Bahwa dengan semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan oleh penduduk. b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula jumlah per kapita sampah yang dibuang tiap harinya. Kualitas sampahnyapun semakin banyak yang bersifat non organik atau tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara

Upload: phungdan

Post on 21-Jan-2017

242 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah didefinisikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang

berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak

bermanfaat atau keberadaannya tidak diinginkan lagi. (Tchobanoglus, 1993)

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan

Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan

Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi sampah

rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah

tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah

rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau

fasilitas lainnya.

Soemirat (2009), menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas sampah sangat

dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor

penting yang mempengaruhi sampah antara lain:

a. Jumlah penduduk.

Bahwa dengan semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula

sampah yang dihasilkan oleh penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi.

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak pula

jumlah per kapita sampah yang dibuang tiap harinya. Kualitas sampahnyapun

semakin banyak yang bersifat non organik atau tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan

yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

12

pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam dapat

mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya.

2.2 Pengelolaan Sampah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis,

menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan

penanganan sampah.

Kegiatan pengurangan sampah meliputi:

a. Pembatasan timbulan sampah;

b. Pendauran ulang sampah;

c. Pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan

jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

terpadu;

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah

terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah; dan/atau

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu

hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dikatakan

bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan

sampah. Selain perorangan, produsen juga wajib melakukan pembatasan timbulan

sampah dengan cara:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

13

a. Menyusun rencana dan/atau program pembatsan timbulan sampah sebagai

bagian dari usaha atau kegiatannya.

b. Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh

proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin.

Menurut Dirjen Cipta Karya (2006), pengelolaan sampah dibagi menjadi 2

(dua) macam, yaitu:

1. Penanganan Setempat

Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh

penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau

dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila

daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan,

kepadatan penduduk yang rendah, dan lain-lain.

2. Pengelolaan Terpusat

Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan

penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota.

Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar

karena cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek – aspek tersebut

dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis

operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peranserta masyarakat

2.3 Aspek Pengelolaan Sampah

Berdasarkan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (2011) aspek

pengelolaan sampah perkotaan terdiri atas 5 aspek yaitu:

1. Aspek teknis operasional,

2. Aspek kelembagaan

3. Aspek hukum

4. Aspek pembiayaan

5. Aspek peranserta masyarakat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

14

Gambar 2.1 Aspek Pengelolaan Sampah (Sumber: Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman Dirjen Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum, 2011)

2.3.1 Aspek Teknis Operasional

1) Komposisi Sampah

Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dapat

dilakuan terhadap sampah. Komposisi menentukan jenis dan kapasitas peralatan,

sistem, dan program penanganannya. Komposisi sampah adalah setiap komponen

sampah yang membentuk suatu kesatuan, dalam prosentase (%). Komposisi

sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku

masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganan sampah

di sumber sampah. Pada tabel 2.1 dapat dilihat komposisi sampah berdasarkan

sumber sampah dan komposisi sampah dari masing-masing sumbernya.

Pengelolaan Sampah

Aspek Teknis

Operasional

Aspek Organisasi

Aspek Hukum dan Peraturan

Aspek Pembiayaan

Aspek Peran Serta

Masyarakat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

15

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Sumber dan Komposisi Sampah

No Sumber Sampah Komposisi Sampah

1 Kantor Kertas

karton

plastik

cartridge printer bekas

sampah makanan

2 Rumah Sakit Kertas

kapas bekas

plastik (pembungkus spuit, spuit bekas)

kaca (botol obat, pecahan kaca)

logam (jarum spuit)

perban bekas

potongan jaringan tubuh

sisa-sisa obat

sampah makanan

3 Pasar sampah organik mudah membusuk

plastik

kertas / karton, karet, kain

kayu pengemas

4 Rumah Makan sampah makanan

kertas pembungkus

plastik pembungkus

5 Lapangan Olahraga Kertas

plastik

sampah makanan

potongan rumput

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

16

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Sumber dan Komposisi Sampah (lanjutan)

6 Lapangan Terbuka ranting/daun kering

potongan rumput

7 Jalan dan Lapangan Kertas

plastik

daun kering

8 Rumah Tangga sampah makanan

kertas / karton

plastik, logam

kain

daun, ranting

9 Pembangunan

Gedung

pecahan bata

pecahan beton

pecahan genting

kayu

kertas

plastik

Sumber : (Dirjen Cipta Karya, 2011)

Selain itu, komposisi sampah akan berbeda untuk setiap kota atau negara,

tergantung kondisi ekonomi suatu kota atau negara yang bersangkutan. Pada

umumnya makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau negara, komposisi

organik akan makin menurun dan komposisi non organik (kertas, plastik) akan

meningkat.

Komposisi juga akan mempengaruhi pola penanganan sampah terutama

penanganan pada sumber sampah. Sebagai contoh jika sampah mengandung

banyak bahan organik pada pengelolaan pada sumber sampah akan lebih mudah

jika dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik serta adanya proses

pengomposan yang sederhana. (Dirjen Cipta Karya, 2011)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

17

2) Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah secara umum dibedakan atas :

1. Karakteristik fisik

- Kandungan kadar air

- Spesific Weight / Berat Jenis (berat/volume; kg/liter, lb/ft3)

- Ukuran partikel dan distribusi partikel

- Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat

ditahan oleh sampah secara gravitasi

- Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan

cairan dan gas dalam landfill.

2. Karakteristik kimiawi

- Proximate Analysis: Analisis terhadap kelembaban sampah,

kandungan volatile di dalam sampah, fixed carbon, dan ash di dalam

sampah.

- Fusing point of ash: Temperatur dimana bisa terbakar sebagai abu

(clinker) suhu diatas 1000oC

- Ultimate Analysis: Analisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun

sampah. Sampah mengandung komponen karbon, hidrogen, oksigen,

nitrogen, sulfur, dan ash. Analisis ini sangat menentukan sistem

pengolahan sampah yang efektif digunakan untuk memusnahkan

sampah.

- Energy content (Btu/lb): Analisis kandungan energi dalam sampah.

Sampah mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi. Beberapa jenis sampah yang mempunyai nilai kalor

tinggi seperti kayu, serbuk gergaji dan lainnya dapat digunakan

sebagai sumber energi. Bomb calorimeter dapat digunakan untuk

menentukan nilai kalor dari masing-masing komponen sampah.

3. Karakteristik biologi

Biodegradability adalah kemampuan sampah untuk diuraikan dengan

memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Produksi bau pada proses

penguraian sampah oleh mikroorganisme. Bau timbul akibat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

18

pembentukan asam-asam organik rantai pendek, merkaptan, dan H2S.

(Dirjen Cipta Karya, 2011)

3) Sumber Sampah

Sumber sampah sebagaimana dijelaskan dalam UU No.18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah terdiri atas:

a. Sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam

rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga: sampah yang berasal dari kawasan

komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas

umum dan/atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik:

- Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun

- Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun

- Sampah yang timbul akibat bencana

- Bongkaran bangunan

- Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah

- Sampah yang timbul secara tidak periodik.

Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan

klasifikasi sumber sampah, yaitu:

1) Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan

Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :

1. Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)

2. Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)

3. Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh (Low

income / slum area)

2) Daerah komersial

Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan

dan lain-lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan

hotel restauran bioskop salon kecantikan, industri dan lain-lain.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

19

3) Fasilitas umum

Fasilitas umum merupakan sarana / prasarana perkotaan yang dipergunakan

untuk kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini

adalah perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung olah raga,

museum, taman, jalan, saluran / sungai dan lain-lain.

4) Fasilitas sosial

Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan

untuk kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi

panti-panti sosial (rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah

(masjid, gereja pura, dan lain-lain).

5) Sumber lain

Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi

jenis sumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau

peruntukan tata guna lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari

tempat pemotongan hewan atau limbah pertanian ataupun buangan dari

instalasi pengolahan air limbah (sludge), dengan catatan bahwa sampah atau

limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukan kategori sampah B3.

Klasifikasi kategori sumber sampah tersebut pada dasarnya juga dapat

menggambarkan klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk

menilai tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan

menentukan pola subsidi silang.

2.3.2 Aspek Kelembagaan

Kelembagaan berasal dari kata lembaga yang berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia berarti badan (organisasi) yg tujuannya melakukan suatu

penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Menurut Ruttan dan Hayami

(1984) dalam Utami (2011), kelembagaan berarti aturan dalam organisasi atau

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

20

kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu

dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal

dan lembaga non-formal (http://organisasi.org). Lembaga formal adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang memiliki hubungan kerja rasional dan mempunyai

tujuan bersama, biasanya mempunyai struktur organisasi yang jelas, contohnya

perseroan terbatas, sekolah, partai politik, badan pemerintah, dan sebagainya.

Lembaga non-formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai

tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja, contohnya arisan ibu-

ibu RT, belajar bersama, dan sebagainya. Lembaga formal memiliki struktur

yang menjelaskan hubungan- hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas dan

tanggung jawab serta bagaimana bentuk saluran komunikasi berlangsung dengan

tugas-tugas bagi masing-masing anggotanya. Lembaga formal bersifat terencana

dan tahan lama karena ditekankan pada aturan sehingga tidak fleksibel. Pada

lembaga non-formal, biasanya sulit untuk menentukan waktu nyata seseorang

menjadi anggota organisasi, bahkan tujuan dari organisasi tidak terspesifikasi

dengan jelas, lembaga non-formal dapat dialihkan menjadi lembaga formal

apabila kegiatan dan hubungan yang terjadi di dalamnya dilakukan secara

terstruktur atau memiliki struktur organisasi yang lengkap dan terumuskan.

Menurut Scott (2001) dalam Saraswati (2007), institusi atau lembaga

memiliki tiga pilar yaitu sistem regulasi, sistem norma dan sistem kultur kognitif.

Pilar regulatif bermakna institusi menjaga dan mengatur perilaku. Proses regulasi

meliputi penetapan peraturan, pemeriksaan, penentuan sanksi dalam rangka

mempengaruhi perilaku di masa datang. Pilar normatif terdiri atas nilai dan norma

serta meliputi dimensi ketentuan (prescriptive), penilaian (evaluative) dan

kewajiban (obligatory) dalam kehidupan sosial. Pilar kultur kognitif dari institusi

adalah dengan menjembatani antara dunia luar dari stimulus dan respons dari

individu.

Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga garis (line organization, military

organization); lembaga garis dan staf (line and staff organization); lembaga

fungsi (functional organization). Lembaga garis bertanggungjawab pada satu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

21

atasan dan bertanggung jawab penuh pada tugasnya. Lembaga garis dan staf wajib

melaporkan laporan kegiatan pada satu atasan, pemberian nasehat dari beberapa

atasan kepada satu atasan yang lebih tinggi dan lembaga fungsi bertanggungjawab

kepada lebih dari satu atasan yang sesuai dengan spesialisasi masing- masing.

(Susanto, 1989 dalam Utami, 2011)

Menurut Wiryanto (1986) dalam Utami (2011), ada tiga jenis dasar dari

lembaga yaitu: Lembaga Sistem Otoriter, terdapat dua tingkatan kedudukan,

atasan dan bawahan. Atasan bertugas untuk membina dan menguasai yang lain,

suka maupun tidak suka, biasanya ditentukan oleh keturunan, kekayaan, umur,

pendidikan, kedudukan/kemampuan, hal ini menyebabkan atasan memutuskan

segala sesuatu sendiri; Lembaga Sistem Demokrasi, semua anggota memiliki hak

dan kewajiban yang sama dan seimbang, pemimpin berfungsi sebagai yang satu

dari yang sama; Lembaga Sistem “Biarkan Saja” (claissez faire) semua anggota

sama tingkat kedudukan dan fungsi sehingga menyebabkan pemimpin tidak

memiliki arti dan tidak mempunyai fungsi.

Dikaitkan dengan lingkungan, menurut Muller-Glode (1994) dalam

Saraswati (2007), kelembagaan lingkungan (environmental institution) merupakan

norma dan nilai sosial, kerangka politis, program-program lingkungan, pola

perilaku dan komunikasi serta pergerakan sosial yang memberntuk interaksi sosial

dari individu-individu yang menyusun organisasi dan kelompok secara langsung

dan tidak langsung mempengaruhi peraturan yang mengatur sumberdaya alam.

Berdasarkan Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi pengelolaan

sampah perkotaan yang berkaitan dengan aspek institusi atau kelembagaan adalah

sebagai berikut:

1. Sebagian besar institusi pengelola adalah berbentuk dinas, suku dinas, seksi,

sub seksi dimana belum ada pemisahan antara operator dan regulator

2. Struktur organisasi yang ada belum ditunjang dengan kapasitas (jumlah dan

kualitas SDM) yang memadai sesuai dengan kewenangannya

3. Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana teknis

lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta pengalokasian

anggaran untuk pendanaan invesrasi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

22

4. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada di

lapangan

Kelembagaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah

kelembagaan yang sesuai dengan amanat PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, PP 41/2007 tentang Pemerintahan Daerah, PP 23/2004

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, serta Permendagri

61/2009 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Perangkat peraturan tersebut di atas digunakan sebagai dasar untuk menngkatkan

kelembagaan pengelolaan sampah, antara lain:

1. Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya membentuk

UPTD atau kerjasama dengan swasta sebagai operator

2. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk jangka

panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemen

karena struktur organisasi mencerminkan tugas dan tanggungjawab yang jelas

dalam kegiatan-kegiatan penanganan sampaj yang harus senantiasa ditunjang

dengan kapasitas serta kualitas SDM yang memadai. (Dirjen Cipta Karya,

2011)

2.3.3 Aspek Pembiayaan

Menurut Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi yang berkaitan

dengan aspek pembiayaan pengelolaan sampah perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan untuk investasi dan operasi

atau pemeliharaan mengakibatkan pelayanan pengelolaan sampah yang tidak

optimal

2. Belum adanya paradigma pemda bahwa pengelolaan sampah adalah suatu

sumberdaya

3. Belum terciptanya iklim yang kondusif untuk kerja sama dengan swasta

(berdasarkan Perpres No.13 Tahun 2010 tentang Kerjasama antara Pemerintah

dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

23

4. Tarif/retribusi sampah belum didasarkan pada perhitungan dan pendataan

(klasifikasi wajib retribusi) yang memadai dan realisasi penarikan retribusi

masih rendah (rata-rata nasional=20%)

Pembiayaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

1. Investasi yang lebih memadai yang didasarkan pada kebutuhan dan

peningkatan sarana prasarana, kapasitas SDM serta kampanye dan edukasi

bidang persampahan

2. Biaya operasi dan pemeliharaan yang mencukupi untuk kebutuhan

pengoperasian sarana prasarana persampahan yang penghitungannya

didasarkan pada kebutuhan alternatif pengoperasian seluruh kegiatan

penanganan sampah dari sumber sampai TPA untuk jangka panjang

3. Tarif/retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib retribusi

(cross subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat yang dapat

mencukupi kebutuhan operasional pengelolaan sampah (mengarah pada pola

cost recovery)

4. Penerapan pola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat dalam

pengelolaan persampahan

5. Pendapatan dari penarikan tarif retribusi harus terkoordinasi dan tercatat baik

dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk kepentingan pengelolaan

sampah (Dirjen Cipta Karya, 2011)

2.3.4 Aspek Peraturan

Menurut Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi yang terkait dengan

aspek peraturan pengelolaan sampah perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Beberapa daerah belum memilik perda terkait institusi, retribusi dan ketentuan

penanganan persampahan

2. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai perda persampahan

3. Belum adanya penerapan sanksi atas pelanggaran bidang persampahan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

24

Hukum dan peraturan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah

sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah memiliki perda yang terdiri dari perda pembentukan

institusi, perda ketentuan penanganan persampahan dan perda retribusi, dimana

substansi materi perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat

diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun)

2. Penerapan perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba di

kawasan tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan

kesiapan aparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk

penerapan sanksi atas pelanggaran yang terjadi

Indonesia memiliki undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

menteri sebagai regulasi di tingkat nasional yang kemudian dirinci lagi dalam

rangka implementasi di masing-masing daerah dan diatur dalam peraturan daerah.

Berikut adalah beberapa regulasi terkait dengan pengelolaan sampah:

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Undang-

undang ini mengatur tentang tugas dan wewenang pemerintah mulai dari

tingkat pusat hingga daerah, hak dan kewajiban masyarakat, perizinan dan

penyelenggaraan pengelolaan sampah, pembiayaan dan kompensasi, kerjasama

dan kemitraan, serta peran serta masyarakat terhadap pengelolaan

persampahan.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2006 tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan.

Peraturan ini membahas tentang isu, permasalahan serta tantangan pengelolaan

persampahan dan mengatur strategi serta kebijakan dalam mengelola sampah.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pengelolaan Sampah. Permen Dalam Negeri ini mengatur tentang

implementasi pengelolaan sampah, retribusi, kompensasi, peran masyarakat,

pengawasan dan pembinaan, pelaporan, serta pembiayaan pengelolaan sampah.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

25

4. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Perkotaan. Standar ini membahas tentang persyaratan teknis pengelolaan

sampah kota serta teknik operasional pengelolaan sampah.

5. SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman. Standar ini

mengatur tentang pengelolaan sampah di pemukiman dangan perubahan

sebagian pada penerapan 3R mulai dari sumber sampai TPS.

2.3.5 Aspek Peranserta Masyarakat

Kata peranserta memiliki arti yang sama dengan partisipasi. (KBBI Online,

2016). Sebagian pakar mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental dan

emosional seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk ikut

serta menyumbangkan kemampuan dalam mencapai tujuan kelompok tersebut.

Sedangkan Mubyarto (1988) dalam Suparjan, et.al (2003) mendefinisikan

partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya program sesuai dengan

kemampuan setiap orang tanpa berarti harus mengorbankan kepentingan diri

sendiri.

Oakley dan Marsden (1987) dalam Mathbor (2008) mendefinisikan

partisipasi masyarakat sebagai proses dimana individu, keluarga, atau masyarakat

bertanggung jawab untuk kesejahteraan mereka sendiri dan mengembangkan

kapasitas untuk memberikan kontribusi pada pengembangan diri mereka sendiri

dan masyarakat.

Adisasmita (2006) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan

anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan

dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan

oleh masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam

pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota

masyarakat untuk turut berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program

yang dilaksanakan.

Menurut Diana Conyers (1954) dalam Suparjan et.al (2003), ada 3 (tiga)

alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

26

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika

merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya.

3. Adanya pandangan bahwa merupakan suatu hak demokrasi jika masyarakat

dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Lebih lanjut dikatakan oleh Suparjan et.al (2003), partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan sebuah program pembangunan mutlak diperlukan karena

masyarakatlah yang pada akhirnya akan melaksanakan program tersebut. Adanya

pelibatan masyarakat memungkinkan mereka mempunyai rasa tanggung jawab

dan rasa memiliki terhadap keberlanjutan suatu program kegiatan. Dengan

pendekatan partisipatif, diharapkan partisipasi, potensi dan kreativitas masyarakat

dapat lebih tergali.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi dalam empat jenis partisipasi

yaitu:

1. Participation in decision making atau partisipasi dalam pengambilan

keputusan.

Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan

masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan

bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain

seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat,

diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

2. Participation in implementation atau partisipasi dalam pelaksanaan.

Meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi

dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan

dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

3. Participation in benefits atau partisipasi dalam pengambilan manfaat.

Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang

telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

27

kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat

dari presentase keberhasilan program.

4. Participation in evaluation atau partisipasi dalam evaluasi.

Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang

sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan

untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Arnstein (1969) mengemukakan sebuah teori The Ladder of Citizen

Participation (Tangga Partisipasi Publik) atau yang populer dengan The

Arnstein’s Ladder (Tangga Arnstein) yang terdiri atas delapan anak tangga dan

dibagi menjadi tiga bagian. Bagian kesatu, Nonparticipation (Tidak ada

partisipasi) yang berjenjang dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini,

otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik.

Bagian kedua, Tokenism (Delusif) yang memiliki rentang dari Informing,

Consultation dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa

menciptakan citra, tidak lagi menghalangi partisipasi publik. Kenyataannya

berbeda. Benar partisipasi publik dibiarkan, namun mereka mengabaikannya.

Mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Bagian ketiga adalah Citizen

Power (Publik Berdaya) yang terdiri atas Partnership, Delegated Power dan

Citizen Control. Saat partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka

otoritas yang berkuasa benar-benar mendahulukan peran serta publik dalam

berbagai hal.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

28

Gambar 2.2. Teori Tangga Partisipasi (Arnstein, 1969)

Menurut Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi yang berkaitan

dengan aspek peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah:

1. Kesadaran masyarakat terhadap penanganan sampah masih rendah

2. Masyarakat belum terinformasikan dengan baik tentang berbagai peraturan,

pedoman, SOP yang ada dalam pengelolaan sampah

3. Kurang mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengelolaan sampah

4. Masyarakat belum menganggap sampah sebagai suatu sumberdaya

Komunikasi yang ada perlu dibangun secara terus menerus antara

pemerintah daaerah dengan masyarakat dan di antara masyarakat itu sendiri

terkait dengan masalah kebijakan ataupun masalah bimbingan teknis. Masyarakat

dapat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan

pengawasan dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

29

sejenis sampah rumah tangga yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau

pemerintah daerah.

Peranserta masyarakat yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah

sebagai berikut:

1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah melalui

kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang persampahan

2. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria) persampahan yang ada

3. Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan

pemerintah daerah.

2.4 Pengelolaan Sampah dengan 3R

Tata cara pengelolaan sampah di permukiman diatur dalam revisi SNI 03-

3242-1994 dengan diterapkannya 3R mulai dari kegiatan di sumber sampah

sampai dengan Tempat Penampungan Sementara (TPS). Penerapan 3R (reduce,

reuse dan recycle) di sumber sampah dilakukan dengan melibatkan masyarakat

untuk ikut serta mengelola sampah mulai dari pemilahan sampah organik dan

anorganik serta mengolah sampah organik dengan menggunakan komposter

rumah tangga. Sedangkan di TPS dilakukan dengan melibatkan pengelola yang

berasal dari masyarakat setempat untuk melakukan pendaur ulangan sampah

anorganik dan pengomposan skala lingkungan.

Penanganan sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara

reduce / mengurangi (R1), reuse/menggunakan kembali (R2), dan recycle/

mendaur ulang sampah (R3) mulai dari sumbernya (Dit, Bintek DJCK, 1999).

Penanganan sampah 3R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka

pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif sehingga diharapkan

dapat mengurangi biaya pengelolaan yang semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Berdasarkan perhitungan di atas kertas, bila sampah kota dapat ditangani

melalui konsep 3R, maka sampah yang sampai yang akan sampai di TPA hanya

20% saja. Hal itu berarti akan sangat mengurangi biaya pengangkutan dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

30

pembuangan akhir. Penanganan sampah 3-R akan lebih baik lagi bila dipadukan

dengan siklus produksi dari suatu barang yang akan dikonsumsi.

Gambar 2.3 Potensi 3R Dalam Pengelolaan Sampah

(Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2006)

Langkah-langkah pengerjaan penanganan sampah 3R dapat disesuaikan dengan

sumber penghasil sampah, seperti daerah perumahan, fasilitas sosial, fasilitas

umum, dan daerah komersial. Tabel 2.2, 2.3, dan 2.4 berikut menjelaskan tentang

upaya penanganan sampah 3-R di beberapa sumber sampah.

10%

SAMPAH

100 %

Sampah Anorganik

28%

B3

2%

Sampah Organik

70%

Pemanfaatan

Lain

2%

Pengomposan

38%

Residu

30%

Residu

8%

Daur-ulang

20%

Pembakaran

25% Residu

4%

Residu

2,5%

TPA

5%

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

31

Tabel 2.2 Upaya 3R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial

Penanganan

3R

Cara Pengerjaan

R-1

Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan

sampah dalam jumlah besar

Gunakan produk yang dapat diisi ulang

Kurangi penggunaan bahan sekali pakai

Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang

memerlukan.

R-2

Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau

fungsi lainnya

Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.

Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.

R-3

Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah

terurai

Lakukan penanganan untuk sampah organik menjadi kompos

dengan berbagai cara yang telah ada (sesuai ketentuan) atau

manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.

Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang

bermanfaat.

(Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2006)

Tabel 2.3 Upaya 3R di Fasilitas Umum

Penanganan

3R

Cara Pengerjaan

R-1

Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.

Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.

Sediakan jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas)

Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang

dapat dihapus dan ditulis kembali.

Khusus untuk rumah sakit, gunakan insinerator untuk sampah

medis.

Gunakan produk yang dapat diisi ulang.

Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.

R-2

Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.

Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan

ditulis kembali.

R-3

Olah sampah kertas menjadi kertas kembali.

Olah sampah organik menjadi kompos.

(Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2006)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

32

Tabel 2.4 Upaya 3R di Daerah Komersial (Pasar, Pertokoan, Restoran, Hotel)

Penanganan

3R

Cara Pengerjaan

R-1

Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan

kemasan yang dapat digunakan kembali.

Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta

kemasan/bungkusan untuk produk yang dibelinya.

Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-

benar memerlukannya.

Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah

dalam jumlah besar.

Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastik

belanjaan.

Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang

memerlukannya.

R-2

Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk

produk lain, seperti pakan ternak.

Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau

wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan

sebagai bukti pelanggan setia.

Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi

ulang (minyak, minuman ringan).

R-3

Jual produk-produk hasil daur-ulang sampah dengan lebih menarik.

Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur-

ulang sampah.

Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga

bermanfaat bagi proses lainnya,

Lakukan penanganan sampah organik menjadi kompos atau

memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.

Lakukan penanganan sampah anorganik.

(Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2006)

2.5 Bank Sampah

Definisi Bank Sampah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI

Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle

Melalui Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang

dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.

Sedangkan menurut Yayasan Unilever Indonesia, 2013, definisi bank sampah

adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering seara kolektif yang mendorong

masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

33

memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga

masyarakat mendapat keuntungan ekonomi dari menabung sampah.

Kegiatan 3R yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah beserta Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga sampai saat ini masih menghadapi kendala utama, yaitu rendahnya

kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Salah satu solusi untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah yang merupakan

kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah

sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah

secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke

TPA.

Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (reduce, reuse dan

recycle) dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat.

Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk

mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan menukarkan sampah dengan

uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik

untuk menghargai sampah sehingga mereka mau memilah sampah (Dirjen Cipta

Karya, 2011).

Selain itu, pelaksanaan bank sampah juga memiliki potensi ekonomi

kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output

nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen

operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan. Munculnya bank

sampah dapat menjadi momentum awal dalam membina kesadaran masyarakat.

Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus

disertai integrasi dengan gerakan 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat.

Hal ini perlu dilakukan agar manfaat langsung yang dirasakan masyarakat tidak

hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang

hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat (Dirjen Cipta

Karya, 2011)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

34

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga, peran Bank Sampah menjadi penting karena PP tersebut mewajibkan

produsen melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk dengan

menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang

menimbulkan sampah sesedikit mungkin, menggunakan bahan baku produksi

yang dapat didaur ulang dan diguna ulang dan/atau menarik kembali sampah dari

produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna ulang.

Bank Sampah dapat berperan sebagai dropping point bagi produsen

untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya telah usai. Sehingga

sebagian tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sampah juga menjadi

tanggungjawab pelaku usaha. Dengan menerapkan pola ini diharapkan volume

sampah yang dibuang ke TPA berkurang. Penerapan prinsip 3R sedekat mungkin

dengan sumber sampah juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah

secara terintegrasi dan menyeluruh sehinga tujuan akhir kebijakan Pengelolaan

Sampah Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik.

Statistik perkembangan pembangunan Bank Sampah di Indonesia pada

bulan Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah

berjalan dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah sampah

yang terkelola adalah 755.600 kg/bulan dengan nilai perputaran uang sebesar Rp.

1.648.320.000 per bulan. Angka statistik ini meningkat menjadi 886 buah Bank

Sampah berjalan sesuai data bulan Mei 2012, dengan jumlah penabung sebanyak

84.623 orang dan jumlah sampah yang terkelola sebesar 2.001.788 kg/bulan

serta menghasilkan uang sebesar Rp. 3.182.281.000 per bulan. (Asdep

Pengelolaan Sampah, 2013)

2.6 Dampak

Pengertian dampak menurut KBBI adalah benturan, pengaruh yang

mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.Pengaruh adalah daya yang ada

dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

35

timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan

apa yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2014).

Menurut Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Dirjen

Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2011, pengelolaan sampah yang tidak

baik dapat mengakibatkan dampak sebagai berikut:

a. Perkembangan vektor penyakit

Wadah sampah dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) merupakan

tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan

tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam

jumlah yang besar. Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial

berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama disebabkan oleh frekuensi

penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup

lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung sebelum penutupan dilaksanakan.

Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi

TPA

b. Pencemaran Udara

Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber

bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya

seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah

seringkali terjadi pada sumber dan lokasi pengumpulan terutama bila terjadi

penundaan proses pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat

terlampaui. Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi

lingkungan sekitarnya.

Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga sangat berpotensi

menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat

bercecerannya air lindi dari bak kendaraan. Proses dekomposisi sampah di TPA

secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas

seperti CO, CO2, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan

mengganggu komposisi gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan

global, disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

c. Pencemaran Air

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

36

Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial

menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau

tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran. Instalasi pengolahan

berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga

potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan

pencemaran air dan tanah di sekitarnya.

Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan

sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di

bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan

cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk

yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.

d. Pencemaran Tanah

Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan

kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan

lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan

mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi

maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau

larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi

menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Gangguan Estetika

Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan

pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan

sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan

pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di

sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang

bila tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula

dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan

tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.

f. Kemacetan Lalu lintas

Lokasi penempatan sarana / prasarana pengumpulan sampah yang biasanya

berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

37

kegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus

lalu lintas.

g. Gangguan Kebisingan

Kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat / truk timbul dari mesin-mesin,

bunyi rem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu

daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan sampah, kebisingan

timbul akibat lalu lintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin

pengolahan (tertutama bila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).

h. Dampak Sosial

Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya

pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya

tidak jarang menimbulkan sikap menentang / oposisi dari masyarakat dan

munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat

seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat

penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah

aktif untuk menghindarinya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah

38