membendung sampah bandung. media informasi air minum dan penyehatan lingkungan percik edisi agustus...

Upload: oswar-mungkasa

Post on 05-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    1/56

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    2/56

    Dari Redaksi 1

    Suara Anda 2

    Laporan Utama

    Membendung Sampah Bandung 3

    Pengurangan Sampah di Sumber 7

    Pilihan Konsep Penanganan Sampah Kota Bandung 8

    Walikota Bandung: Tak Bisa Lagi Cara Tradisional 9

    Pembelajaran Darurat Sampah Bandung 12

    WawancaraDirektur Pengairan dan Irigasi Bappenas:

    Jawa ButuhStorage-storage Baru 15

    Inovasi

    Filter Penjernih Segala Jenis Air 19

    Peraturan

    PP No. 16 Tahun 2005 21

    Teropong

    PDAM Sragen, Perpaduan Komitmen dan Manajemen 22

    Bupati Sragen: PDAM Harus Profesional 24Klinik IATPI 25

    Kisah

    Srikandi-srikandi Jamban 27

    Abstrak 29

    Wawasan

    Makna Kelembagaan AMPL Bagi Keberlanjutan Sarana 30

    Misteri Lorong Waktu Peradaban Teknologi Keairan 33

    Pembangunan dan Pemberdayaan 37

    Seputar AMPL 41Seputar WASPOLA 47

    Info Buku 48

    Info CD 49

    Info Situs 50

    Agenda 51

    Pustaka AMPL 52

    MajalahPercik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

    Media Informasi Air Minum

    dan Penyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:

    Kelompok Kerja Air Minum

    dan Penyehatan Lingkungan

    (Pokja AMPL)

    Penasihat/Pelindung:

    Direktur Jenderal Cipta Karya

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

    Penanggung Jawab:

    Direktur Permukiman dan Perumahan,

    BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

    DEPKES

    Direktur Pengembangan Air Minum,

    Dep. Pekerjaan Umum

    Direktur Pengembangan Penyehatan

    Lingkungan Permukiman,

    Dep. Pekerjaan Umum

    Direktur Bina Sumber Daya Alam dan

    Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang dan

    Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:

    Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:

    Supriyanto, Johan Susmono,

    ndar Parawansa, Bambang Purwanto

    Redaktur Pelaksana:

    Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

    Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,

    Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:

    Rudi Kosasih

    Produksi:

    Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi:

    Agus Syuhada

    Alamat Redaksi:

    Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

    Telp./Faks.: (021) 31904113

    http://www.ampl.or.id

    e-mail: [email protected]

    [email protected]

    [email protected]

    Redaksi menerima kiriman

    tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

    ngan air minum dan penyehatan lingkungan

    dan belum pernah dipublikasikan.

    Panjang naskah tak dibatasi.

    Sertakan identitas diri.

    Redaksi berhak mengeditnya.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    3/56

    Tanpa terasa, tiga tahun

    sudah kami hadir di ruang

    baca Anda. Tepat Agustus

    2003, kami terbit perdana. Waktu

    ituPercik hanya 24 halaman hitamputih. Rubriknya pun sedikit. Tata

    letak masih sederhana. Peredar-

    annya pun terbatas. Percik saat

    itu hanya dicetak 500 eksemplar.

    Sangat terbatas. Mungkin Anda

    yang ada di daerah tak kenal seper-

    ti apaPercik edisi awal.

    KiniPercik telah 14 kali terbit.

    Berbagai pembenahan terjadi di

    sana-sini, termasuk pengayaan ru-

    brik, penambahan warna halaman,dan perbaikan tata letak. Percik

    telah menjangkau seluruh kabu-

    paten/kota di tanah air, termasuk

    kalangan LSM, perguruan tinggi,

    dan kedutaan asing, serta sebagian

    masyarakat. Di jajaran stakeholder

    air minum dan penyehatan ling-

    kungan sepertinyaPercik telah men-

    dapat tempat tersendiri. Tujuan

    penerbitan Percik sebagai sarana

    informasi dan komunikasi stake-

    holder AMPL tampaknya sudah ter-wujud.

    Kendati begitu, bukan berarti

    kami telah puas. Kami akan terus

    mengadakan perbaikan. Rencananya

    mulai edisi depan, kami akan mener-

    bitkan Percik Yunior. Sisipan ini

    berisi informasi mengenai AMPL

    khusus bagi kalangan anak-anak.

    Kami berharap anak-anak pun bisa

    mulai peduli dengan masalah AMPL.

    Seperti apaPercikYunior ini, tunggu

    kehadirannya.

    Di edisi ulang tahun ini, kami

    menampilkan tema utama mengenai

    sampah Kota Bandung. Menurut

    kami, ini adalah topik yang masih

    cukup menarik. Hingga kini per-

    soalan persampahan di kota tersebut

    belum tuntas. Penyelesaian yang ada

    masih bersifat sementara. Tarik

    menarik antar kepentingan ada di

    sana. Apalagi semua orang tahu ada

    dana sangat besar untuk menyele-

    saikan masalah ini. Biasanya 'ada gula

    pasti ada semut.'Pembelajaran dari kasus sampah

    Bandung ini adalah betapa kita masih

    belum memberikan kepedulian yang

    cukup terhadap kebersihan, khusus-

    nya sampah. Kita masih lebih mem-

    prioritaskan sektor-sektor lain. Pa-

    dahal kebersihan memberi dampak

    yang signifikan bagi kesehatan dan

    keindahan. Pengabaian terhadap

    TPA, misalnya, terbukti menimbul-

    kan korban jiwa. Sampah yang takterbuang terbukti meresahkan warga

    dan merusak keindahan kota. Pe-

    nanganan sampah ternyata bukan hal

    yang mudah. Butuh kerja sama antar-

    wilayah atau antardaerah. Musibah

    sampah Bandung menunjukkan

    pemerintah kota saja tak cukup mam-

    pu menanganinya. Bahkan pemerin-

    tah propinsi dan pusat pun ha-

    rus turun tangan. Oleh karena

    itu, ini merupakan pelajaran

    berharga bagi kota-kota lain di

    Indonesia. Jangan sampai musi-bah serupa terjadi. Sayang, keti-

    ka tulisan ini disusun, musibah

    sampah terjadi di Bantar Ge-

    bang, Bekasi.

    Di rubrik Inovasi, kami me-

    nampilkan sebuah temuan yang

    dilakukan oleh seorang kakek di

    Bandung. Filter air ini mampu

    menjernihkan berbagai jenis air

    Bukan tidak mungkin ini bisa

    dikembangkan untuk mengatasimasalah air di Indonesia. Di

    rubrik Teropong, kita akan meli-

    hat model terobosan baru pena-

    nganan PDAM. Terobosan itu

    dilakukan oleh Pemda Kab

    Sragen, pemda yang kita kenal

    memiliki banyak terobosan

    dalam administrasi pemerintahan.

    Sedangkan di rubrik Kisah, kami

    menampilkan sosok-sosok pejuang

    jamban dari berbagai daerah. Berkat

    peran ibu-ibu inilah, program bebasbuang air besar sembarangan di

    wilayah mereka masing-masing suk-

    ses. Kini mereka menjadi contoh

    betapa masyarakat yang berdaya dan

    diberdayakan akan mampu men-

    dorong dan memicu proses pemba-

    ngunan, kendati mereka sendiri pun

    tak mendapat imbalan.

    Tak kalah menariknya, kami me-

    wawancarai Direktur Irigasi dan

    Pengairan Bappenas berkenaan de-

    ngan kekeringan yang melanda seba-

    gian wilayah Indonesia saat ini. Ter-

    nyata persoalan manajemen air men-

    jadi salah satu sebab kejadian terse-

    but, selain masalah alam dan ling-

    kungan. Akhirnya semoga Anda bisa

    mengambil banyak manfaat dari

    Percik edisi ini. Wassalam.

    DARI REDAKSI

    Percik Agustus 2006 1

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    4/56

    Hadits CLTS

    Pada tanggal 16-20 Mei 2006 ada

    pelatihan CLTS yang melibatkan tiga

    kabupaten di Pulau Lombok (Lotim,

    Loteng & Lobar). Masing-masing kabu-paten ada tiga desa yang akan menjadi

    tempat uji coba lapangan.

    Khusus untuk Kab. Lombok Timur,

    pelatihan CLTS dilaksanakan pada 16-

    18 Mei 2006, bertempat Hotel Meliwis,

    Jl. Labuhan Haji - Lombok Timur. Pada

    saat RTL di kelas (hari terakhir tanggal

    18 Mei 2006), hadir beberapa orang

    dari tiga desa lokasi uji coba, yaitu Desa

    Sikur, Kerongkong, dan Teros.

    Peserta sangat terkesima/termoti-

    vasi oleh salah seorang peserta dariDesa Sikur yaitu Ustadz Mohamad

    Saleh (Kadus Segire/Binong) yang

    menyampaikan hadits riwayat Muslim

    dan Abu Daud, yang terkait dengan

    CLTS, yaitu sangat dilaknat jika ham-

    bah Allah membuang hajat/kotoran

    dijalan dan di tempat manusia berte-

    duh.

    Adapun arti dari hadits tersebut

    yaitu:

    "Takutlah akan dua hal yang men-

    datangkan laknat", Para sahabatbertanya :

    "Apakah dua hal yang mendatang-

    kan laknat itu, wahai Rasullullah?

    Bersabdalah Rasullullah SAW :

    "Ialah yang buang hajat/kotoran

    di jalan tempat lewat manusia

    atau buang hajat/kotoran ditem-

    pat manusia berteduh"

    (Hadits riwayat Muslim dan Abu

    Daud)

    "Barang siapa yang buang airhendaknya ditutup/dihalangi, ti-

    dak terbuka"

    (Hadits riwayat Abu Daud)

    "Janganlah kamu melakukan ke-

    mudharatan terhadap dirimu dan

    orang lain"

    (Hadits riwayat Ibnu Majah dan

    Ad-Daruqutni)

    Ada hal yang cukup menarik juga

    dari salah seorang peserta perempuan

    dari Desa Teros yaitu Ibu Murni (Kader

    Posyandu sekaligus berperan sebagaikoordinator kesehatan masyarakat/pro-

    mosi kesehatan TKM Desa Taros). Dia

    memberikan informasi bahwa dirinya

    cukup terpicu untuk segera membuat

    jamban walaupun harus dengan meng-

    gali sendiri, tanpa menunggu bantuan

    suami, karena dia memiliki prinsip

    bahwa jika mau memotivasi orang lain,

    harus dimulai dari sendiri dan harus

    bisa menjadi contoh bukan hanya bisa

    sekedar pemberi contoh bagi orang lain.

    Sugito,

    Lombok Timur

    Suara Bising dan

    Bau Tak Sedap

    Saya mewakili warga di Vila Dago

    Tol, Kelurahan Serua, Kecamatan Cipu-

    tat, Kabupaten Tangerang, Banten ber-

    sama ini menyampaikan bahwa di tem-

    pat kami, tepatnya di depan blok rumahkami yang hanya dibatasi oleh aliran su-

    ngai yang membatasi Kecamatan Ci-

    putat dan Serpong, terdapat pabrik

    pengolahan karet dan peternakan babi.

    Keberadaan itu memunculkan ma-

    salah yaitu:

    1. Suara bising dari mesin pengolah

    karet dan mesin air untuk pengolahan

    karet yang berlangsung dari pagi hingga

    larut malam. (Saat ini hampir selama 24

    jam).

    2. Bau tak sedap tercium dari salah

    satu atau kedua tempat tersebut.

    Sehubungan dengan hal itu, kami

    mohon kiranya Kelompok Kerja Air

    Minum dan Penyehatan Lingkungan

    (Pokja AMPL) dapat memeriksa standar

    kelayakan dari pabrik/pengolahan karet

    dan peternakan babi tersebut, apakah

    sudah sesuai dengan aturan yang

    berlaku baik dari sisi standar kebisingan

    dan bau yang dapat diterima oleh

    manusia, maupun dari sisi dampak

    lingkungan (AMDAL). Kami khawatirkejadian ini akan berdampak kepada

    kesehatan masyarakat khususnya kelu-

    arga kami baik dalam jangka pendek

    maupun panjang.

    Sebelumnya warga telah menyampai-

    kan permasalahan ini kepada pejabat

    lingkungan (RT/RW) tetapi sampai saat

    ini tidak ada tindak lanjutnya. Besar ha-

    rapan kami Pokja AMPL dapat membantu

    kami mencarikan jalan keluar.

    A. Cholid, SIP(021) 74701362

    Terima kasih atas perhatiannya

    Surat Anda akan kami lanjutkan ke

    pihak-pihak yang terkait langsung

    dengan wilayah di mana Anda berada

    yakni Bapedalda Kab. Tangerang

    Semoga permasalahan ini segera tun-

    tas. (Redaksi).

    SUARA ANDA

    Percik Agustus 2006 2

    1.

    2.

    3.

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

    P E R C I K A R T U N

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    5/56

    Andai tidak ada tragedi Leuwigajah, 21 Februari

    2005, mungkin perhatian kita terhadap per-

    soalan sampah tetap saja minim. Kejadian itu

    seolah menyentakkan kita untuk melihat masalah per-sampahan ini secara lebih serius. Ternyata kita tak

    memiliki sarana pendukung baik fisik maupun non fisik

    (peraturan) yang komprehensif untuk mengatasi

    masalah persampahan baik di tingkat lokal maupun

    nasional.

    Tragedi sampah terbesar di Indonesia itu telah terja-

    di. Sebanyak 146 jiwa melayang sia-sia. Tak hanya itu,

    tragedi itu menyisakan persoalan baru khususnya bagi

    Kota Bandung dan sekitarnya. Penutupan Tempat

    Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah menyebabkan

    kota itu sulit membuang sampahnya.

    Selama 41 hari sampah di Kota Bandung parkir ditempatnya. Paris van Java ini berubah julukan menjadi

    kota sampah. Bau tak sedap tercium di mana-mana.

    Rombongan lalat berkeliaran ke sana ke mari.

    Onggokan-onggokan sampah mengganggu arus lalu lin-

    tas. Tak heran bila kemudian Bandung mendapat

    predikat Kota Terkotor di Indonesia dari Kementerian

    Lingkungan Hidup pada peringatan Hari Lingkungan

    Hidup Sedunia. Predikat yang sangat memalukan.

    Tanggap Darurat

    Berdasarkan prediksi, setiap hari warga Bandung

    dan sekitarnya menghasilkan sampah sebanyak 7.500

    meter kubik. Sejak Leuwigajah ditutup, sampah-sam-pah itu untuk sementara dibuang ke TPA Jelekong,

    Cicabe, dan Pasir Impun yang difungsikan sebagai TPA

    darurat. Ini mau tidak mau harus dilakukan karena

    dalam kondisi seperti itu, Kota Bandung harus menjadi

    tuan rumah peringatan Hari Ulang Tahun Konferensi

    Asia Afrika ke-50.

    Pengoperasian kembali TPA lama ini tidak mudah.

    Warga di sekitar TPA, misalnya di Jelekong, tidak mau

    menerima kenyataan pemfungsian kembali TPA terse-

    but. Selain itu, kapasitas TPA memang terbatas.

    TPA Jelekong seluas 10 hektar yang dibuka kembali

    Maret 2005, akhirnya ditutup 31 Desember 2005.Sebagai gantinya sampah dibuang ke TPA Cicabe mulai

    9 Januari 2006. Sebagian lainnya dibuang ke TPA Pasir

    Impun, yang sebenarnya telah ditutup tahun 1990, guna

    menghadapi HUT KAA. Akhirnya kedua TPA itu pun

    tak mampu lagi menampung sampah Kota Bandung.

    Sejak 15 April 2006 tak ada lagi TPA sampah.

    Sebenarnya, Pemkot Bandung juga telah berupaya

    mengurangi timbulan sampah dari sumbernya. Surat

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 3

    Gara-gara sampah, Bandung jadi kota terkotor di Indonesia.

    Beberapa langkah telah diupayakan untuk mengatasinya.

    Mampukah ini bisa bertahan lama?

    Strategi apa untuk penanganan ke depan?

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    6/56

    Edaran Walikota Nomor : 658.1 / SE

    055 - BPOD tanggal, 28 April 2005 ten-

    tang langkah-langkah proaktif pena-

    nganan sampah Kota Bandung melalui

    program 3 R, dan Surat Edaran Wali-

    kota Bandung Nomor : 658.1 / SE. 135 -PD.KBR tanggal, 27 Desember 2005

    tentang optimalisasi Surat Edaran No-

    mor : 658.1 / SE 055 - BPOD. Berbagai

    upaya telah dilakukan oleh masyarakat

    (Lihat: Kegiatan Persampahan Masya-

    rakat di Bandung). Tapi hasilnya kurang

    signifikan. Kegiatan ini maksimum

    hanya mampu mengurangi 10 persen

    dari total timbunan sampah.

    Bersamaan dengan itu, Pemkot

    Bandung mencari lahan kosong milik

    pemerintah kota, masyarakat danbadan usaha untuk digunakan sebagai

    tempat penimbunan sampah. Lokasi

    yang didapat yakni Kecamatan Regol

    (200 m2), Cibenying Kaler (50 m2),

    Kiaracondong (400 m2), Bandung

    Kidul (50 m2), Sumur Bandung (60

    m2), Bandung Kulon (264 m2), dan

    Arcamanik (1.800 m2). Karena hanya

    untuk menimbun, lahan-lahan itu pun

    penuh.

    Kondisi ini memaksa Pemkot Ban-

    dung mencari alternatif. Tapi itu tidakmudah. Ada 31 lokasi yang diharapkan

    bisa menjadi TPA baru atau darurat.

    Dari jumlah tersebut tiga daerah menja-

    di nominasi yakni Blok Cimerang, Desa

    Citatah, Kab. Bandung; Blok Legok

    Nangka, Kec. Nagrek, Kab. Bandung;

    dan Desa Sumur Bandung, Kec. Cipatat,

    Kab. Bandung. Namun ada kendala per-

    izinan. Sebagian ada kendala penolakan

    dari masyarakat sekitar lokasi.

    Pemerintah Propinsi Jawa Barat

    turun tangan. Apalagi pemerintah pusatmenaruh perhatian besar terhadap kon-

    disi Kota Bandung. Pemprop bersama

    Muspida, Pemkot Bandung, Pemkab

    Bandung, Pemkot Cimahi, Perum

    Perhutani Unit III Jabar, Kodam III

    Siliwangi, dan PTP VIII melalui se-

    rangkaian pembicaraan menyepakati

    tiga lokasi untuk dijadikan TPA

    sementara. Lokasi itu yaitu

    Blok Cikubang, Desa Sumur Bandung,

    Kec. Cipatat, Kab. Bandung (milik TNI

    AD) seluas 1,5 hektar; Blok Cigedig,

    Desa Sarimukti, Kec. Cipatat, Kab.

    Bandung (milik Perum Perhutani) selu-

    as 21,2 hektar; dan Blok Gunung Hejo,Desa Cianting, Kec. Sukatani, Kab.

    Bandung (milik PTP VIII). Blok yang

    terakhir belum bisa digunakan. Blok

    Cikubang digunakan pada 26 Mei hing-

    ga 11 Juni 2006. Sedangkan Blok

    Cigedig digunakan mulai 28 Mei hingga

    saat ini.

    Selama 15 April 2006-26 Mei 2006,

    sampah menumpuk. Volumenya diper-

    kirakan mencapai sekitar 400 ribu

    meter kubik. Sampah-sampah itu telah

    dipindahkan ke Blok Cigedig, Sarimuktidengan memaksimalkan armada yang

    ada-sekitar 140 truk sampah dari PD

    Kebersihan Kota Bandung, sewa truk,

    dan bantuan truk TNI. Sementara per-

    sampahan tertangani.

    Program Jangka Panjang Pemkot

    Bandung kini sudah bersih. Predikat

    kota terkotor, mungkin sudah bisa

    dicabut. Tapi bukan berarti permasa-

    lahan persampahan di kota ini sudah

    usai. Pekerjaan rumah besar kini yang

    menanti yaitu bagaimana mengelola

    sampah kota dalam jangka panjang

    Kalau tidak, persoalan ini akan menjadi

    bom waktu yang bisa kapan saja

    meledak dan membawa bencana.Pemerintah kota sendiri telah me-

    rencanakan untuk membangun pabrik

    pengolah sampah. Rencana ini muncul

    setelah Walikota Bandung mengunjungi

    Shanghai Cina dan Singapura untuk

    melihat dari dekat proses penanganan

    sampah di kedua kota tersebut

    ''Ternyata ada pengolah sampah di te-

    ngah kota yang menghasilkan energi

    Prosesnya tidak menyisakan sampah

    sedikitpun. Kota Bandung ingin

    menuju ke sana,'' kata H. Dada Ro-sada beberapa waktu lalu.

    Untuk kebutuhan itu, Pemkot

    telah mencari lahan sebagai lokasi

    pabrik. Letaknya di dalam kota, di

    wilayah Bandung timur. Luasnya 20

    hektar dengan pembagian 5 hektar

    untuk bangunan pabrik, 5 hektar untuk

    lahan cadangan, dan 10 hektar untuk

    penghijauan. Lokasi ini pun, menurut

    Walikota, secara prinsip tak masalah

    karena hanya dimiliki oleh satu orang

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 4

    FOTO:MUJIYANTO

    TPA darurat Sarimukti.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    7/56

    dan yang bersangkutan tak keberatan.

    Rencana Pemkot Bandung ini

    didasarkan pada konsep strategis peng-

    olahan sampah yakni (i) mengubah cara

    pandang dan persepsi tentang sampah

    (bagi penimbul sampah dan pengelolasampah) dari sesuatu yang harus

    dibuang dan dimusnahkan, menjadi

    sesuatu yang masuk memiliki nilai man-

    faat dan sebagai sumber daya yang ter-

    habiskan (sustainable resources), (ii)

    menjaga keberlanjutan sistem opera-

    sional pelayanan, karena dengan sistem

    pengolahan akan mengurangi kerentan-

    an macet atau jenuhnya mata rantai

    operasional yaitu sistem pembuangan.

    Bila mata rantai pembuangan macet

    atau jenuh maka akan memacetkanmata rantai sistem pelayanan lainnya

    seperti pengumpulan dan pengang-

    kutan sehingga sampah akan tertumpuk

    di TPS-TPS dan tempat lainnya.

    Sembari menuju ke arah sana,

    Pemkot bekerja sama dengan Institut

    Teknologi Bandung (ITB) mengem-

    bangkan pabrik pengolah sampah skala

    kecil. Setiap hari pabrik ini mengolah 24

    ton sampah. Energi yang dihasilkan

    sebesar 500 kWh.

    Energi ini dinilai terlalu kecil danbelum ekonomis. Nantinya pabrik yang

    akan dibangun mampu menghasilkan

    energi 25-30 Mega Watt. Sementara

    asupannya berupa sampah seberat

    1.500 ton per hari. Pabrik ini juga

    menghasilkan uap air dan abu untuk

    bahan bangunan (batako). Listrik terse-

    but nanti akan dijual kepada masyara-

    kat.

    Niat Pemkot ini tampaknya akan

    terwujud. Pemkot telah menggandeng

    PT. Bandung Raya Indah Lestari (BRIL)dan Daarut Tauhid, ITB, dan PLN.

    Pemkot akan bertindak sebagai pemilik

    sampah. PT BRIL dan Daarut Tauhid

    sebagai pengolah sampah, PLN sebagai

    pembeli dan penjual listrik. ITB bertu-

    gas menangani perencanaan tekno-

    loginya. Jika tidak ada aral melintang,

    pabrik akan berdiri tahun

    depan.

    Dalam kaitan manajemen, Pemkotmenyiapkan konsep. Pertama, pada

    perhitungan kondisi usaha berjalan dan

    beroperasi sesuai dengan mekanisme

    pasar (layak usaha), manajemen pabrik

    dapat sepenuhnya diserahkan kepada

    swasta. Kedua, jika pabrik tidak dapat

    berjalan dan beroperasi sesuai dengan

    mekanisme pasar (hasil penjualan pro-

    duk tidak mencukupi untuk men-

    jalankan usaha pabrik) manajemen

    pabrik dikelola bersama antara swasta

    dan pemerintah kota dengan meka-nisme subsidi.

    Menurut Walikota rencana pemba-

    ngunan pabrik ini tidak akan meng-

    ganggu program Greater Bandung

    Waste Management Corporation

    (GBWMC). Dia menilai sampah Ban-

    dung itu banyak. ''Kita akan tetap ikut

    program itu,'' kata Dada.

    Kebijakan Hasil Panitia Ad Hoc

    Penanganan sampah di Kota Ban-

    dung memang tak bisa hanya di-bebankan kepada Pemkot. Banyak pi-

    hak terkait dalam masalah ini, termasuk

    pemerintah daerah di sekitar ibukota

    Propinsi Jawa Barat tersebut. Mau tidak

    mau penanganannya pun harus terinte-

    grasi antarsemua stakeholder baik

    dalam jangka pendek (hingga akhir

    2007), menengah (2-3 tahun), dan pan-

    jang (10 tahun). Atas dasar itu, pe-

    merintah pusat pada 23 Juni 2006membentuk panitia ad hoc.

    Panitia itu beranggotakan tim

    daerah (Pemkot Bandung, Pem-

    kab Bandung, Pemkot Cimahi, dan

    ITB) dan tim pusat (Bappenas, Dep.

    PU, Kementerian LH, dan BPPT).

    Panitia ini bertugas menyusun langkah-

    langkah strategis dalam upaya penang-

    gulangan krisis sampah di Metropolitan

    Bandung, sekaligus melakukan koordi-

    nasi dan mempererat kerja sama.

    Melalui serangkaian pertemuanpanitia ad hoc menetapkan prinsip

    dasar bagi strategi program. Prinsip itu

    adalah:

    1. Pengurangan timbulan sampah

    dimulai dari sumbernya - gerakan 3 R

    (Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga

    sampah yang dikumpulkan, diangkut

    dan dibuang menjadi minim.

    2. Azaspolluter pays principle,yang

    mewajibkan siapapun yang meng-

    hasilkan sampah menanggung biaya

    penanganan sampah.3. Penyediaan TPA masih dibu-

    tuhkan dalam pengelolaan persam-

    pahan perkotaan.

    4. Kerja sama regional untuk

    memperoleh lokasi TPA dan mena-

    nganinya secara bersama.

    5. Program pengembangan

    lebih lanjut, yaitu memanfaatkan

    sampah untuk kepentingan lain dan

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 5

    NO. KOMPONEN BERAT DAN VOLUME

    Berat (ton) % Berat Vol (m3) %Vol

    1. Sampah basah 1.11 59,5 3.592,5 47,9

    2. Kertas 223 11,9 2.235 29,8

    3. Tekstil 10 0,5 112,5 1,5

    4. Plastik 236 12,6 697,5 9,3

    5. Pecah belah 26 1,4 60 0,8

    6. Logam 28 1,5 292,5 3,9

    7. Lain-lain 236 12,8 525 7,0

    Jumlah 1.875 100,0 7.500 100.0

    KONDISI FISIK SAMPAH KOTA BANDUNG PER HARI

    sumber: Pemkot Bandung

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    8/56

    sekaligus mengurangi jumlahnya secara

    efektif, seperti penerapan Waste to

    Energy

    Dalam jangka pendek, penanganan

    sampah di sumber akan dilakukan de-

    ngan program pemilahan, 3R, dancom-posting skala rumah tangga. Untuk itu

    akan ada sosialisasi, pelatihan dan pem-

    bentukan KSM (Kelompok Swadaya

    Masyarakat), proyek composting skala

    rumah tangga, disertai penegakan atur-

    an. Di tingkat TPS, program berupa

    peningkatan cakupan pelayanan peng-

    angkutan. Caranya dengan penambah-

    an jumlah armada pengangkutan,

    inventarisasi dan revitalisasi TPS, peng-

    aturan rute berbasis GIS (Geographic

    Information System) dan jadwalnya, re-plikasi program composting skala ka-

    wasan, serta studi dan Konstruksi TPS.

    Sedangkan di TPA, TPA Sarimukti akan

    direvitalisasi (landfill 21,2 Ha) melalui

    Detail Engineering Design (DED) dan

    Konstruksi, pembangunan instalasi kom-

    pos, serta operasi dan pemeliharaan. Selain

    itu, penetapan Lokasi, Instalasi Pengolahan

    Terpadu (IPT), Pembebasan Lahan, Anali-

    sis Dampak Lingkungan (AMDAL), DED,

    TPA Citiis/Legok Nangka; identifikasi ren-

    cana aksi sesuai hasil GBWMC; dan penye-

    lesaian status hukum TPA Leuwigajah.

    Pada jangka menengah, di tingkat

    sumber, program berupa replikasi pro-

    gram pemilahan, 3R, composting skalarumah tangga, serta pemberlakuan

    sanksi denda terhadap pelanggaran

    aturan. Di TPS, peningkatan cakupan pe-

    layanan pengangkutan, replikasi program

    composting skala kawasan, serta studi dan

    konstruksi SPA. Di TPA, studi kelayakan,

    Amdal, dan DED TPA Citiis/Legok Nang-

    ka; sosialisasi teknologiReusable Sanitary

    Landfill(RSL) dan Sanitary landfill(SL)

    di TPA Leuwigajah; studi kelayakan TPA

    Regional-Sanitary landfill; peraturan

    kerja sama antar daerah; kerja sama de-ngan swasta; DED pengolahan sampah

    terpadu;Pilot Project Waste to : (i) Energi

    (ii) Pupuk organik; dan pilot Project

    Landfill Gas to Energy (LFGTE).

    Sedangkan pada jangka panjang, pe-

    nanganan sampah di sumber sama de-

    ngan tahap sebelumnya. Di tingkat TPS,

    programnya yakni efisiensi dan pening-

    katan kapasitas manajemen pengelolaan

    persampahan, pencapaian target "full

    cost recovery" pada periode perencana-

    an jangka panjang dan pilot proyekcom-

    posting skala kawasan. Di TPA, program

    berupa konstruksi teknologi RSL dan SL d

    TPA Leuwigajah; pembangunan Peng-

    olahan Sampah Terpadu (kapasitas 100m3/hari, lahan: 1500 m2, dengan perkira-

    an investasi Rp. 2,3 milyar); Waste to Ener-

    gy - Pilot Project(konstruksi pilot projec

    Waste to Energy (100 ton/hari), supervis

    pilot project Waste to Energy, dan Evaluasi

    pilot project Waste to Energy).

    Penanganan sampah hasil panitia ad

    hoc ini, kalau disimak merupakan hasil

    kompilasi dan kompromi dari berbagai

    usulan dari stakeholder. (Lihat: Pilihan

    Konsep Penanganan Sampah Kota

    Bandung). Secara teori, kebijakan itucukup menjanjikan. Tapi apakah

    cukup aplikatif? Pertanyaan ini

    perlu diajukan mengingat imple-

    mentasi yang melibatkan banyak pihak

    biasanya justru malah tidak bisa ber-

    jalan sesuai harapan. Semoga ini hanya

    sebuah kekhawatiran yang tak terbukti

    Sekarang kita tinggal menunggu, aksi

    mana yang akan bisa membendung

    sampah Kota Bandung. mujiyanto

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 6

    G reater Bandung Waste Management Corporation (GBWMC) adalahsebuah lembaga yang dibentuk untuk menangani sampahMetropolitan Bandung (Bandung dan sekitarnya). Pembentukan kelemba-gaan ini didasarkan atas nota kesepahaman pengelolaan sampahMetropolitan Bandung 7 Maret 2005, SK Gubernur Jawa Barat tentangPembentukan Tim Perumus Pengelolaan Sampah di Metropolitan Bandung,dan SKB Pembentukan Wadah Pengelolaan Sampah Bersama diMetropolitan Bandung 27 Desember 2005. Pemerintah daerah yang terli-bat dalam GBWMC ini adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung,Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Dua kabupaten lainnya yakniPurwakarta dan Cianjur belum ada kepastian.

    Strategi pelaksanaan GBWMC menggunakan tiga prinsip yakni:1. Strategi teknis

    a. Pencegahan sampah dari sumber: permukiman, pertanian,pertokoan, termasuk kantor dan sekolah (Perlu regulasi danenforcement)

    b. TPA masih diperlukan2. Strategi kelembagaan dan SDM

    a. Sampah merupakan masalahpublic managementb. Peningkatan kapasitas aparatur publik atau out sourcing

    3. Strategi budaya dan spirituala. Sampah fisik merupakan resultan sampah non fisikb. Pendekatan: budaya/keteladanan dan spiritual

    (perlu kampanye/sosialisasi)

    Nantinya akan ada dua TPA untuk wilayah Metropolitan Bandung. Satuuntuk kawasan timur dan satunya untuk kawasan barat. Berdasarkansurvei ada dua daerah yang terpilih yakni Citiis (100 ha), dan Legok Selong(70 ha). Sementara tahap pengolahan sampah sebagai berikut.

    Pelaksanaan GBWMC (TPA Sanitary landfill dan pengurangan sampahdi sumber) membutuhkan dana sebesar Rp. 385 milyar. Skenario pendanaan-nya ada empat yaitu (i) sharing pusat-propinsi-kab/kota, (ii) sharing propinsi-kab/kota, (iii) sharing propinsi-kab/kota-investor, (iv) dana pinjaman dariBank Dunia dengan melibatkan swasta sebagai operator.

    GBWMC merencanakan selambat-lambatnya 27 Desember 2006 wadahpengelolaan sampah bersama di Metropolitan Bandung telah resmi terben-tuk. Gubernur Jawa Barat juga diharapkan telah mengeluarkan SK untukpenunjukan lokasi TPA. MJ

    S E K I L A S P R O G R A M G B W M C

    Area 1 TPA

    Masa Pakai

    ModelPenanganan

    Sampah

    ProduksiPendapatan

    TAHAP PENGOLAHAN SAMPAH

    Tahap-1 Tahap-2 Tahap-3

    100 ha

    20-25 tahun

    TPASanitaryLandfill

    ----Rp. 0

    100 ha

    > 25 tahun

    - gas, komposRp. XXX

    100 ha

    >>> 25 tahun

    - listrik, bhn kimiaRp. YYY

    TPA

    RecoveryStorage

    TPA Storage

    Waste to Energy

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    9/56

    Pengomposan oleh Yayasan Bitari di Eks TPA

    Pasir Impun

    Luas Lahan = 2000 m2

    Volume sampah yang masuk = 20 m3/hari

    Produksi Kompos = 660 Kg/ Hari

    Daur Ulang Plastik oleh CV Fajat di eks TPA Pasir Impun

    dan Jl. Holis

    Luas Lahan = 2000 m2

    Volume sampah Plastik = 0,5 - 1 ton/hari

    Jenis Produksi = Chips dan Kontainer

    Selain itu ada pula kegiatan melalui bantuan program

    WJEMP - CEF. Kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu

    pengomposan di 5 RW Kelurahan Gegerkalong, Keca-matan Sukasari

    Luas Lahan = 300 m2

    Volume sampah yang masuk = 2-3 ton /hari

    Produksi kompos = 1 - 1,5 ton/hari

    Residu Non Organik dipilah dan dijual

    Kegiatan Melalui Swadaya Masyarakat

    PT PINDAD

    Luas Lahan = 600 m2

    Volume sampah yang masuk = 9 - 10 m3/hari

    Produksi Kompos = 500 - 1000 Kg/ Hari

    Jenis Sampah yang masuk kelokasi 90 % da-

    un, 10 % hasil kegiatan kantor (kertas+sisa

    makanan) Residu Non Organik dibakar.

    RW 11 Cibangkong

    Luas Lahan = 400 m2

    (berikut lahan untuk uji coba tanaman)

    Volume sampah yang masuk = 10 m3/hari

    Produksi Kompos = 1 - 1,5 ton/ Hari

    Residu Non Organik dipilah dan dijual

    Jhon PietersLokasi RW 06 dan Jl. Cipamokolan No. 77

    Kel.Cipamokolan Kec.Rancasari

    Luas Lahan = 2.500 m2

    Volume sampah plastik = 6 ton/hari

    Volume sampah logam = 8 ton/hari

    Produk : Pelet plastik

    Pengomposan dengan Green Phoskko RW 04 Kelurahan

    Cipadung, Kecamatan Cibiru

    Luas Lahan = 100 m2

    Volume sampah yang masuk = 2 m3/hari

    Produksi kompos = 0.35 m3/hari Residu Non Organik dipilah dan dijual

    Lindi dari pengomposan untuk pupuk cair

    Pengomposan dengan Green Phoskko RW 14 Kelurah-

    an Palasari, Kecamatan Cibiru

    Luas Lahan = 100 m2

    Volume sampah yang masuk = 1,2 m3 /hari Produksi kompos = 0,2 m3/hari

    Residu Non Organik dipilah dan dijual

    Residu Non Organik dibakar,

    abu dibuat bata. z

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 7

    S elain mencari alternatif TPA, PD Kebersihan Bandungmengadakan kerja sama dengan berbagai pihak untukmengolah sampah di sumber sampah atau TPS. Kemitraan

    yang terjalin itu yaitu composting di Eks TPA Pasir Impun,

    daur ulang plastik jenis PET dan PE (Botol dan Gelas kemasan

    air minum mineral), dan daur ulang plastik menjadi kon-

    tainer (bin) sampah.

    Kegiatan-kegiatan itu antara lain :

    Pengurangan Sampah di Sumber

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    10/56

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 8

    Sampah Bandung memang sudahterbendung kendati masih se-

    mentara waktu. Musibah sam-

    pah ini mengundang berbagai pihak un-

    tuk ikut urun rembug dalam rangka

    memecahkan persoalan tersebut. Seti-

    daknya ada tiga instansi yang memiliki

    konsep, selain Pemerintah Kota Ban-

    dung sendiri. Usulan itu berasal dari

    Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-

    nologi (BPPT), Institut Teknologi Ban-

    dung (ITB), dan Kementerian Ling-

    kungan Hidup. Berikut usulan masing-masing lembaga tersebut.

    PEM K O T BANDUNGJangka Pendek sebelum ada teknologi

    pengolahan

    Peran serta masyarakat melalui

    konsep 3 R (Reduce, reuse, dan

    recycle)

    Pengomposan, insinerator mikro

    skala RW/pembakaran (hati-hati)

    Penimbunan setempat

    Pengolahan sampah dengan basisteknologi modern

    Pembangunan pabrik pengolah

    sampah yang bisa mengubah sam-

    pah menjadi energi listrik, pupuk

    organik, atau produk lain. Kapa-

    sitas pabrik 1.500

    ton/hari, operasi

    24 jam/hari. Ener-

    gi yang dihasilkan

    30 M Watt.

    Manajemen sepe-

    nuhnya diserahkanswasta bila perhi-

    tungan usaha sesuai

    mekanisme pasar.

    Jika tidak, pabrik

    dikelola bersama

    antara swasta dan

    pemerintah kota.

    ITBPengelolaan sampah terpadu, yakniKomposter rumah tangga

    Pengomposan Skala RT/RW, seki-

    tar 10 RT: 3 gerobak sampah de-

    ngan volume 4,5-5 m3/hari

    Pengolah sampah terpadu kapasi-

    tas 100 m3/hari. Butuh lahan

    1.500 m2. Butuh hanggar utama,

    hanggar kompos, rumah kaca,

    conveyor belt, mesin pencacah

    sampah organik, sistem suplai

    udara pengomposan aerasi, unitreactor uji coba gasifikasi dan bio-

    gas, penyaring kompos, insinera-

    tor, mesin batako, pencacahplas-

    tic, container stok, timbangan dan

    sebagainya. Biaya operasi pada

    kapasitas minimum (20 m3) yakni

    Rp. 27.000/m3 dan pada kapasi-

    tas maksimum kompos cepat (100

    m3) yakni Rp. 5.400/m3.

    KEM EN T ER I A N LH

    Penerapan konsep 3 R dengan me-maksimalkan 6 lokasi TPS potensial

    selama tahun 2006. Metode ini diper-

    kirakan dapat mengurangi sampah

    sebesar 725 m3 atau sekitar 22,66

    persen (total sampah terangkut 3.200

    m3/hari). Untuk jangka panjang pe-nerapan konsep 3R dapat mencapa

    40-60 persen dari total timbulan sam-

    pah. Total biaya yang dibutuhkan se-

    lama tahun 2006 yakni Rp. 2 milyar.

    B P P Tz Skenario 1

    Rehabilitasi dan pemakaian kembal

    TPA Leuwigajah (jika TPA itu bisa

    dimanfaatkan) menjadi reusable

    sanitary landfill dan pengelo-

    laan sampah terpadu berbasis3 R. Biaya pengolahan per ton

    sampah adalah Rp. 79.074.

    z Skenario 2

    Penerapan TPAreusable sanitary

    landfill (jika TPA Leuwigajah

    tidak dapat dimanfaatkan dan jika

    didapatkan TPA baru dengan luasan

    yang memadai) dan penerapan pe-

    ngelolaan sampah terpadu berbasis

    3 R. Butuh dua lokasi RSL dengan

    kapasitas 13.000 m3/hari dan 7.000

    m3/hari. Biaya pengolahan Rp87.079 per ton sampah.

    z Skenario 3

    Penerapan pengolahan sampah men-

    jadi energi melalui teknologi insinera-

    tor, TPA RSL ukuran kecil, dan pene-

    rapan pengelolaan sampah terpadu

    berbasis gerakan 3 R (jika TPA Leu-

    wigajah tidak dapat digunakan dan

    didapatkan TPA baru dengan

    luasan yang relatif sempit). Insi-

    nerator yang akan dibangun mem-

    punyai kapasitas 1.000 ton per hariyang dilengkapi sistem peman-

    faatan panas pembakaran untuk

    energi. Butuh lahan 5 hektar dan

    dua lokasi TPA RSL dengan

    kapasitas tampung masing-

    masing 8.000 m3/hari. Bia-

    ya perkiraan per ton sampah

    yakni Rp. 124.870. MJ

    z

    z

    z

    z

    PILIHAN KONSEP PENANGANANSAMPAH KOTA BANDUNG

    FOTO:MUJIYANTO

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    11/56

    Bisa digambarkan seperti

    apa pengelolaan sampah di

    kota Bandung sebelum ter-

    jadinya darurat sampah?

    Selama ini pengelolaan sampah di-

    lakukan secara tradisional yaitu sani-

    tary landfill, paling juga meningkat

    pada control landfill. Kalau sanitary

    landfill, sampah dibuang saja kemudian

    diratakan pada satu lokasi tertentu. Se-

    dangkan control landfill, sampah dira-takan kemudian ditumpuk tanah. Baik

    sanitary maupun control landfill ter-

    nyata keduanya menimbulkan masalah

    ke depan kalau dibiarkan terus.

    Sanitary landfillkan membutuhkan

    tanah yang luas. Kalau tanahnya sempit,

    pada suatu saat bisa menimbulkan

    musibah. Contohnya di Leuwigajah.

    Kalau kita menumpuk tanah akan

    berakibat yang sama juga karena air

    lindinya dan ambrolnya sampah bisa

    terjadi. Kalau kita mau membuat ver-tikal, memangnya mau ditembok ke

    atas? Dengan terjadinya kasus Leuwi-

    gajah kita harus berbuat lebih baik dan

    tidak mengulangi lagi kasus tersebut

    yang jelas menimbulkan korban dan

    merugikan masyarakat dan pemerintah

    kota.

    Apa yang dilakukan Pemda

    setelah Leuwigajah longsor?

    Seizin gubernur secara lisan, sekitar

    bulan Maret 2005 kami mengundang 16pengusaha yang mau bergerak di bidang

    pengolahan sampah baik yang mengha-

    silkan kompos, pupuk, energi, briket,

    batubata, semen dan sebagainya. Me-

    reka berasal dari dalam dan luar negeri.

    Untuk menyeleksi mereka, kami mem-

    bentuk tim perumus yang terdiri dari

    pemerintah kota, pakar lingkungan, dan

    dari Unpad. Tim bekerja dan akhirnya

    terseleksi menjadi lima, dan akhirnya

    menjadi tiga. Tiga itu kemudian mem-

    bentuk konsorsium yang namanya PT

    BRIL yaitu Bandung Raya Indah

    Lestari. Pada September 2005 kita

    mengadakan MoU dengan perusahaantersebut. Kewajiban PT BRIL adalah

    mencari tanah dan membebaskannya

    untuk pabrik, kemudian membuat pab-

    rik sendiri. Sebelumnya pada Juli-

    Agustus kita ke Shanghai, Cina, melihat

    pabrik di sana. Apa yang kita lakukan

    mengadopsi dari sana. Walaupun saya

    pribadi pernah dapat training dengan

    Bupati Bandung dan Walikota Cimahi

    dalam bidang sampah. Sehingga saya bi-

    sa melengkapi komparasi Jepang dan

    Cina itu. Setelah September, BRIL men-cari lahan. Ternyata tidak mudah. Yang

    dicari di Kab. Bandung dan Garut. Bebe-

    rapa lokasi di Bandung, masyarakat se-

    tuju, kita setuju, tapi Pemda Kab. Ban-

    dung tidak setuju. Ada juga yang kabu-

    paten setuju tapi masyarakat tidak se-

    tuju. Jadi tidak mudah. Yang terakhir ki-

    ta masih membuang sampah di Jelekong,

    Kab. Bandung. Terus ditutup. Kita juga

    punya di Pasir Impun, 7 Ha juga ditu-

    tup. Juga di Cicabe, 14 April ditutup

    Jadi pada 15 April kita tak bisa mem-

    buang sampah ke mana-mana. Sampa

    26 Mei 2006 sampah menumpuk

    Lamanya 41 hari. Setiap hari ada 7.500

    meter kubik sampah. Kali 41 hari jadi

    sekitar 400 ribu meter kubik. Oleh kare-

    na itu saya katakan Bandung itu musi-

    bah darurat sampah. Dan ini bukan

    hanya isu nasional tapi juga interna-sional. Saya terus berupaya menyele-

    saikannya. Pada 26 Mei Pak Gubernur

    dan Panglima Kodam III Siliwangi

    turun tangan sehingga mendapatkan

    tanah di Sarimukti, milik Perhutani

    seluas 21 hektar. Saat itu juga kita

    memakai tanah Kodam di Cikubang

    seluas 2,5 ha, dan itu hanya mampu

    dipakai selama 10 hari. Sekarang kita

    menggunakan Sarimukti. Dengan Sari-

    mukti, 7 Agustus lalu Pak Gubernur me-

    nandatangani perjanjian dengan Perhu-tani sebagai payung hukum penggunaan

    lahan tersebut. Bahwa sampah yang di-

    buang oleh Kab. Bandung, Cimahi, Kota

    Bandung, nantinya akan dijadikan tem-

    pat pengolahan menjadi kompos. Ini ju-

    ga atas saran tim yang dibentuk oleh

    Men PPN/Ketua bappenas, Meneg LH

    Menteri Ristek. Pemerintah menyedia-

    kan dana Rp. 14 milyar. Pembagiannya

    Kota Bandung Rp. 1,5 milyar untuk

    membangun fasilitas pengolahan kom-

    pos menjadi sampah di Sarimukti. Tapsetelah saya komparasi ke Singapura se-

    minggu lalu, ternyata ada fasilitas peng-

    olahan sampah di tengah kota menjadi

    energi, pembersih air. Ada empat lokasi

    Sehingga untuk energi listrik, Kota Ban-

    dung sangat memungkinkan karena ha-

    nya menggunakan 5 ha untuk pabrik, 15

    ha untuk green belt-nya. Saya meng-

    hendaki 5 ha untuk pabrik, 5 ha untuk

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 9

    Walikota Bandung, H. Dada Rosada:

    Tak Bisa Lagi Cara TradisionalFOTO:MUJIYANTO

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    12/56

    cadangan, dan 10 ha untuk penghijau-an. Dari pengalaman di beberapa ne-

    gara, ternyata prosesnya tidak menyisa-

    kan sampah sedikitpun karena sampah

    diolah terus. Kota Bandung ingin menu-

    ju ke sana. Mudah-mudahan kalau ini

    teralisasi, ini menjadikan yang pertama

    di Indonesia.

    Apakah Pemkot hanya bekerja

    sama dengan swasta itu saja?

    Pada 31 Juli lalu, kerja sama Pemkot

    Bandung dengan PT BRIL dikembang-kan lagi dengan ITB, PLN, dan Darut

    Tauhid. Keputusannya, Pemkot yang

    mempunyai sampah, PT BRIL dan Da-

    rut Tauhid yang mengolah sampah,

    PLN yang membeli dan menjual, dan

    ITB yang menangani perencanaan tek-

    nologinya. Sebelumnya ITB dan PLN

    sudah mengadakan kerja sama dengan

    skala kecil 1 hari 24 ton menghasilkan

    energi listrik 500 kWH. Ini dinilai ter-

    lalu kecil sehingga PLN menyarankan

    bekerja sama dengan Pemkot karenapunya sampah banyak. Kita ancer-

    ancer 1500 ton per hari dapat meng-

    hasilkan 25 Mega Watt.

    Kerja sama regional antarpem-

    da sendiri seperti apa?

    Kerja sama antar Pemkot, Pemkab

    Bandung, dan Cimahi wujudnya ya

    pembuangan bersama di Sarimukti, Kab

    Bandung itu. Kabupaten Bandung danCimahi sampahnya tidak banyak. Kalau

    kota Bandung per hari 7.500 meter

    kubik, sedangkan Cimahi tiga bulan saja

    450 meter kubik. Kami yang terbanyak

    menginginkan sampah ini jadi energi

    listrik. Kebetulan PLN juga belum bisa

    melayani semua warga.

    Di mana lokasi pabrik yang

    direncanakan?

    Ada di Bandung timur. Prosesnya

    sedang berlangsung. Insya Allah tidakakan mengalami kesulitan karena yang

    mempunyai tanah hanya seorang dan

    sudah menyerahkan kepada kita. Kita

    berharap tidak akan terjadi seperti yang

    di Bojong. Masyarakat sudah kita sosi-

    alisasikan dan mau.

    Soal anggaran bagaimana?

    Ya anggarannya bertahap.

    Berapa alokasinya?

    Kita belum menentukan. Yang pen-ting sekarang adalah payung hukumnya

    dulu. Business plan-nya belum dibuat.

    Kerja kita banyak terganggu, misalnya

    mencari lahan saja kan tidak gampang.

    Dengan kasus musibah sampah

    ini, apakah Bandung memperta-

    hankan master plan yang sudah

    ada atau membuat yang baru?

    Kita membuat yang baru. Yang lamakan sanitary landfill. Itu sudah tidak

    bisa lagi. Sekarang master plan sedang

    dibuat. Jadi master plan baru titik

    lokasi saja. Bahwa di RTRW dan

    RDTRK-nya kita memplot Bandung

    timur sebagai lokasi industri nonpolu-

    tan dan pergudangan.

    Apa yang Anda sampaikan

    menunjukkan bagaimana sampah

    akhir itu diolah. Lalu bagaimana

    dengan pemberdayaan masyara-kat dalam mengurangi sampah?

    Masyarakat kita imbau untuk memi-

    lah sampah di rumah dulu. Ini seperti

    yang dilakukan di negara-negara maju

    Paling tidak dipilah antara yang organik

    dan anorganik. Sampah itu kemudian

    kita ambil dan dibawa ke depot. Di situ

    juga ada orang yang memilah. Di pabrik

    nantinya akan ada tenaga kerja dari

    mulai yang kasar sampai yang trampil

    yang memiliki keahlian khusus.

    Bagaimana bentuk kerja sama

    dengan pihak swasta?

    Semua kita serahkan kepada swasta

    Nah kita tinggal nyicil, entah seperti apa

    bentuknya nanti. Operatornya swasta, kita

    bayar kepada mereka. Jadi mereka itu me-

    lakukan investasi dan yang mengoperasi-

    kannya. Jadi kita menyerahkan sampah

    dan kita bayar. Mereka memperoleh ke-

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 10

    PEMKOT

    ILLUSTRASI:RUDI KOZ

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    13/56

    untungan dari situ. Selain itu mereka men-

    jual hasil sampah berupa energi ke PLN.

    Bagaimana dampak adanya

    pabrik sampah terhadap kinerja

    PD Kebersihan Kota Bandung?Ya secara bertahap, mungkin kita

    kerja samakan. Yang akan datang kan

    akan kembali menjadi milik pemerintah

    kota jika BOT atau BTO selesai.

    Berapa jangka waktu kerja sa-

    ma dengan swasta ini?

    Ya, minimal 20 tahun.

    Apakah pemda menyiapkan

    Perda khusus untuk mengawal

    kerja sama ini?Ya, harus itu. Sekarang sudah ada per-

    danya. Judulnya yang ada Pengelolaan

    Sampah, dari rumah ke TPS dilakukan

    masyarakat bersama RT/RW, dari TPS

    diangkut ke TPA dan tidak diapa-apain.

    Masyarakat ditarik retribusi karena dari

    TPS ke TPA kita yang mengangkutnya.

    Belum ada perda khusus dalam

    kaitan kerja sama ini?

    Baru MoU.

    Berarti harus ada payung hu-

    kum?

    Harus. Apalagi kerja sama itu juga

    menyangkut ITB, PLN, dan Darut

    Tauhid.

    Berapa sih anggaran untuk pe-

    ngelolaan sampah selama ini?

    Dari Pemda kita membantu sebesar

    Rp. 20 milyar. Tapi beban yang dibe-

    rikan kepada PD Kebersihan untuk re-

    tribusi kan hanya 53 persen-an dari ke-

    butuhan anggaran yang lebih dari 20

    milyar.

    Mungkin Anda punya saran ba-

    gi kota lain agar tidak terjadi mu-

    sibah seperti di Bandung, apa

    yang harus dilakukan?

    Yang pertama, harus mengubah pe-

    rilaku. Tak bisa lagi membuang sampah

    seenaknya. Memilah sampah. Dan pe-merintah daerah tidak lagi mengguna-

    kan cara-cara yang tradisional, sanitary

    landfill.

    Apa yang harus dilakukan oleh

    pemerintah daerah jika mereka

    mengalami darurat sampah?

    Yang harus mengacu pada peng-

    olahan sampah secara teknologi, apa-

    kah bergabung (dengan pihak/pemda

    lain) atau sendiri-sendiri.

    Maksudnya dalam kondisi da-

    rurat?

    Ya kita dengan seluruh potensi ma-

    syarakat melaksanakan 3 R itu.Reduce

    Reuse, dan Recycle. Tapi itu sangat

    darurat sekali. Itupun hasilnya tidak

    banyak. Selama 41 hari ada sampah se-

    kitar 400 ribu meter kubik. Dengan 3 R

    kita bisa mengurangi paling hanya 10

    ribu meter kubik. Di samping itu proses

    itu tidak cepat untuk menimbulkan re-

    volusi. Model seperti ini untuk jangkapanjang. Membuat pengelolaan sampah

    di rumah kan juga tidak semua orang

    sanggup untuk itu. Jadi pengelolaan

    sampah dari tradisional ke teknologi itu

    mutlak.

    Mulai kapan pabrik berope-

    rasi?

    Tahun ini kan baru pembangunan

    pabrik. Butuh waktu 1 tahun. Selama

    itu sampah kita buang di Sarimukti

    Jadi ini sudah bagus sekali.

    Apakah langkah Anda tidak

    berbenturan dengan program

    GBWMC?

    GBWMC tidak ada masalah. Kita

    akan tetap ikut dalam program tersebut

    Lagipula sampah Bandung itu kan

    banyak. Jadi tidak perlu ada kekhawa-

    tiran dengan Sarimukti. MJ

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 11

    Kita dengan seluruh

    potensi masyarakat

    melaksanakan 3 R.

    Reduce, Reuse, danRecycle. Tapi itu

    sangat darurat

    sekali. Itupun hasilnya

    tidak banyak.

    FOTO:MUJIYANTO

    Sudut Kota Bandung yang sudah mulai bersih.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    14/56

    Kondisi persampahan di Indone-

    sia sudah sedemikian carut

    marut yang ditandai dengan

    berbagai kasus pencemaran akibat sam-

    pah. Puncaknya ketika TPA Leuwigajah

    longsor pada bulan Februari lalu yang

    memakan korban meninggal 146 orang

    dan diikuti dengan berbagai perdebatan

    sengit, saling menyalahkan. Namunseperti hal yang lazim terjadi di

    Republik kita tercinta ini, bencana long-

    sornya TPA Leuwigajah pun tidak diiku-

    ti dengan upaya perbaikan yang me-

    madai baik secara teknis maupun poli-

    tis. Rasanya itulah titik nadir paling

    rendah dalam dunia persampahan di

    Indonesia selama ini.

    Meskipun tidak ada pernyataan

    resmi Pemerintah mengenai "keadaan

    darurat" sampah di wilayah Bandung,

    kenyataannya sejak bulan Mei 2006

    setelah TPA Leuwigajah longsor, se-

    banyak 300.000 m3 sampah tertahan di

    dalam kota karena tidak ada TPA yang

    dapat menerima sampah yang setiap

    harinya mencapai 4.000 m3 atau lebih

    tepat karena kuatnya penolakan wargayang keberatan dengan keberadaan TPA

    alternatif (TPA Jelekong, TPA Babakan,

    dan lain-lain). Dengan kondisi demi-

    kian, sudah dapat dipastikan Bandung

    yang terkenal sejuk dan indah berubah

    menjadi kota lautan sampah yang bau

    dan menjijikkan bahkan kekhawatiran

    terjadinya penyebaran penyakit sempat

    terjadi di beberapa lokasi.

    Namun ada atau tidaknya pernya-

    taan darurat sampah Bandung secara

    resmi dari Pemerintah, kita mengakui

    bahwa kondisinya memang sudah super

    kritis dan harus segera ditangani de-

    ngan segera. Pada akhirnya tidak ku-

    rang dari empat menteri (PU, LH

    Bappenas dan BPPT) dan bahkan ITB

    disibukkan oleh kegiatan tanggap daru-

    rat sampah tersebut meskipun instruksi

    Presiden untuk mengatasi masalah

    sampah Bandung hanya ditujukankepada Menteri Lingkungan Hidup.

    Dalam kondisi tanggap darurat ini

    TNI juga turun gunung (tepatnya turun

    kota) untuk mengevakuasi sampah dari

    dalam kota (tentunya dibantu oleh apa-

    rat pemerintah daerah dan PD Keber-

    sihan Bandung), dengan mengerahkan

    personel, kendaraan dan alat berat serta

    menyediakan lokasi milik TNI di Ciku-

    bang, Kecamatan Darangdan-Kabu-

    paten Purwakarta (luas 4 ha) sebagai

    tempat pembuangan sampah. Inilahbarangkali yang dapat digunakan seba-

    gai indikator sampah Bandung dalam

    keadaan darurat, yaitu seperti dalam

    kondisi perang. TNI berada digaris

    depan. Selain itu juga dibentuknya tim

    Satgas dan tim Ad Hoc.

    Selain itu sampah juga dibuang ke

    lokasi perkebunan milik Perhutani di

    desa Sarimukti (luas 21 ha), kecamatan

    Cipatat-Rajamandala, Kabupaten Ban-

    dung. Sebenarnya ada banyak pilihan

    lokasi yang dapat digunakan sebagaitempat darurat pembuangan sampah

    namun banyaknya penolakan dari pihak

    masyarakat, akhirnya Gubernur memi-

    lih 3 lokasi yaitu :

    Cikubang (luas 4 ha), jarak dari kota

    Bandung 28 km, tanah milik TNI

    yang terletak di Kabupaten Pur-

    wakarta

    Sarimukti (21 ha), jarak dari kota

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 12

    Pembelajaran Darurat

    Sampah BandungOleh: Endang Setyaningrum*

    -

    -

    FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

    Sampah menumpuk di TPS.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    15/56

    Bandung 42 km, tanah milik Perhu-

    tani di wilayah kabupaten Bandung

    Gunung Hejo (8 ha), jarak dari kota

    Bandung 33 km, tanah milik PTP VIII

    di wilayah Kabupaten Purwakarta

    Proses pembuangan di lokasi Ciku-bang dilakukan oleh personil TNI de-

    ngan metode pembuangan "darurat"

    yang lumayan, yaitu metode gali dan

    timbun. Saya sempat berpikir, ternyata

    tentara tidak hanya belajar masalah

    kemiliteran saja tetapi juga tahu bagai-

    mana cara membuang sampah dengan

    "metode kucing" tersebut. Sayangnya

    sampah yang dapat ditampung di Ci-

    kubang kurang lebih hanya 50.000 m3

    (luas lahan yang dapat digunakan hanya

    1,5 ha dari 4 ha yang ada) selama 30hari.

    Sedangkan proses pembuangan di

    lokasi Sarimukti lebih darurat lagi kare-

    na hanya mengandalkan open dumping

    disertai pemadatan (tanpa penutupan

    tanah seperti yang dilakukan Cikubang)

    dengan kapasitas pembuangan menca-

    pai 800 m3/hari (saat ini telah menam-

    pung 70.000 m3). Sebenarnya izin

    penggunaan lokasi Sarimukti adalah

    untuk pembuatan kompos, namun

    mengingat kondisi darurat ini, maka ke-giatan kompos sampai saat ini juga be-

    lum dilakukan.

    Sementara itu untuk pemanfaatan

    lokasi di Gunung Hejo (luas 8 ha, dapat

    dimanfaatkan 5,5 ha) yang terletak di

    sisi jalan tol Cipularang, belum sempat

    dilakukan. Meskipun telah dilakukan

    suatu quick detail engineering design

    untuk menerapkan metode pembuang-

    an akhir sampah yang lebih baik, meng-

    ingat terdapatnya mata air di sekitar lo-

    kasi tersebut, namun sayang kemudianlokasi tersebut ditolak oleh DPRD

    Kabupaten Purwakarta meskipun per-

    syaratan penyediaan air bersih bagi

    warga di sekitar lokasi (Kampung Ci-

    bentar dan Pasirmalaka) sudah dipe-

    nuhi oleh Departemen PU. Bahkan izin

    jalan masuk melalui jalan TOL saat itu

    sedang diproses oleh Menteri Pekerjaan

    Umum.

    Harga Tanggap Darurat

    Upaya tanggap darurat yang semula

    diharapkan dapat selesai dalam 1 bulan

    sesuai instruksi Presiden, namun

    akhirnya memakan waktu sampai 3

    bulan. Dalam kurun waktu tersebut,

    telah banyak dana yang harus dibayar

    oleh berbagai pihak untuk hal-hal seba-gai berikut :

    Biaya angkutan (Rp. 750.000 / rit) yang

    mencapai 180 truk (2 rit/hari) selama 3

    bulan mencapai Rp. 8,1 milyar.

    Biaya pembuangan di Cikubang (alat

    berat, personel dan infrastruktur

    pengamanan lingkungan)

    Biaya pembuangan di Sarimukti (alat

    berat, personel, perbaikan jalan

    masuk menuju lokasi)

    Biaya DED Sarimukti

    Biaya penyiapan lokasi Gunung Hejo

    (DED, penyediaan air bersih)

    Tujuh unit alat berat senilai Rp. 11

    Milyar

    Biaya penyediaan air bersih di lokasi

    Gunung Hejo

    Biaya tersebut belum termasuk

    biaya yang jumlahnya sulit diperkirakanseperti biaya lahan baik di Cikubang

    maupun di Sarimukti, biaya koordinasi

    biaya angkutan sampah yang telah

    berulang kali ditolak warga, biaya kese-

    hatan masyarakat yang sakit akibat

    pencemaran sampah di dalam kota

    biaya akibat menurunnya turis

    domestik yang batal ke Bandung dan

    lain-lain.

    Betapa mahalnya harga sebuah

    darurat sampah di wilayah Bandung

    tercinta, andai dulu TPA Leuwigajahtidak longsor, andai TPA Leuwigajah

    dapat dioperasikan dengan metode sa-

    nitary landfillyang benar, andai alokas

    dana untuk mengelola sampah cukup

    memadai (sekarang hanya tersedia dana

    Rp 15.000,-/ m3, masih jauh di bawah

    kewajaran harga suatu pengelolaan

    sampah). Pada akhirnya kita memang

    hanya dapat berandai-andai saja.

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 13

    Sekarang hanyatersedia dana

    Rp 15.000,-/ m3,masih jauh di bawah

    kewajaran harga suatupengelolaan sampah.

    Pada akhirnya

    kita memang hanya dapatberandai-andai saja.

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Antrian Truk Sampah di Jalan Masuk TPA Cikubang

    FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    16/56

    Kapan Darurat Berakhir?

    Setelah 3 bulan berlalu dan dari

    hitung-hitungan matematik volume

    sampah yang berhasil dievakuasi dari

    kota Bandung dan Cimahi ke lokasi TPA

    darurat, sebenarnya masih ada puluhanribu m3 sampah yang masih tertahan di

    kota meskipun tidak se-jorok sebelum-

    nya. Bandung relatif kembali bersih

    bahkan sudah dipenuhi lagi oleh turis

    Jakarta terutama pada hari libur dan

    akhir pekan.

    Apakah itu berarti proses tanggap

    darurat berakhir? Bagaimana dengan

    kelanjutan peningkatan kualitas TPA di

    Sarimukti yang hanya dilaksanakan

    secara open dumping dan kemungkinan

    leachatenya sudah mulai mencemarilingkungan? Bagaimana kelanjutan

    pelaksanaan unit produksi kompos ter-

    padu di Sarimukti (sesuai dengan izin

    Perhutani)? Masih banyak hal yang

    perlu ditindaklanjuti agar tidak ada lagi

    "darurat sampah jilid 2".

    Skenario Pasca Tanggap Darurat

    Untuk skenario pasca tanggap daru-

    rat diusulkan perbaikan infrastruktur di

    lokasi Cikubang dan Sarimukti untuk

    mengatasi masalah pencemaran ling-kungan yang sudah mulai terlihat di

    lokasi Sarimukti, terutama pencemaran

    leachate dan penyediaan fasilitas peng-

    olahan sampah terpadu (kompos dan

    daur ulang)

    Sedangkan tahap lanjutannya

    adalah selain kembali ke skenario usu-

    lan WJEMP (GBWMC), yang meliputi :

    Pelaksanaan sosialisasi kepada ma-

    syarakat dan pihak-pihak terkait un-

    tuk menghindari masalah konflik

    sosial seperti yang selama ini terjadiPembebasan lahan (lokasi Citiis dan

    Kebon Nangka-Nagrek) dengan ganti

    rugi yang memadai.

    Penyediaan fasilitas landfill dan peng-

    olahan sampah yang memadai teruta-

    ma yang berkaitan dengan penyediaan

    zona penyangga, fasilitas perlindungan

    lingkungan dan lain-lain.

    Pengoperasian TPA (tempat pem-

    buangan/pemrosesan akhir) sampah

    perlu dilakukan secara profesional

    dan tidak menimbulkan dampak

    negatif maupun masalah sosial. Jugapenanganan pasca longsor TPA

    Leuwigajah dan TPA Jelekong.

    Renungan untuk Pembelajaran

    Meskipun badai (sampah) sudah ber-

    lalu dari Bandung, rasanya penting bagi

    kita semua untuk merenung, meng-

    endapkan semua yang terjadi di Bandung

    sebagai titik tolak menuju semangat pe-

    ngelolaan sampah yang lebih baik.

    Timbulnya kesadaran warga untuk

    mengurangi volume sampah yang

    dibuang ke TPA dengan cara membuat

    kompos dan daur ulang sedekat

    mungkin dengan sumbernya, perlu

    diberikan dorongan, seperti pemberianinsentif.

    Seyogyanya pihak eksekutif dan le-

    gislatif tidak lagi setengah hati dalam

    mengalokasikan dana untuk suatu pe-

    ngelolaan persampahan yang memadai

    terutama untuk peningkatan kualitas

    TPA pasca tanggap darurat (TPA Sa-

    rimukti) dan merealisasikan kompos

    terpadu skala besar.

    Pada akhirnya master plan sampah

    perlu ada dan menjadi acuan jangka

    panjang bagi semua pihak termasukalokasi ruang untuk lokasi TPA yang

    dilengkapi dengan zona penyangga dan

    pemberlakuan "garis sempadan TPA"

    Alokasi TPA adalah juga investasi jang-

    ka panjang karena kita akan menda-

    patkan "lahan baru" pasca TPA, mung-

    kin menjadi ruang terbuka hijau.

    * Staf Direktorat Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman

    Direktorat Jenderal Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum

    LAPORAN UTAMA

    Percik Agustus 2006 14

    Seyogyanya pihak

    eksekutif dan legislatif

    tidak lagi setengah hati

    dalam mengalokasikandana untuk suatu

    pengelolaan

    persampahan yang

    memadai.

    -

    -

    -

    - Kondisi Jalan Masuk ke TPA Cikubang.

    FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    17/56

    K ekeringan melanda berbagai

    daerah di Indonesia. Apa penye-

    babnya?

    Ada tiga faktor utama. Yang perta-

    ma, mungkin global climate change,perubahan iklim global. Karena hujan

    dan kekeringan terjadi di luar bulan-

    bulan yang standar. Yang kedua, faktor

    lingkungan. Yang ketiga, infrastruktur

    sumber daya air. Sektor lingkungan

    sudah jelas, ada sektor-sektor di luar

    pengairan itu sendiri yang sangat

    berpengaruh misalnya kehutanan, per-

    tanian lahan kering, dan sebagainya

    sehingga membuat kapasitas penyalur-

    an air secara natural maupun buatan

    menjadi berkurang. Kita melihat wa-duk-waduk yang dibuat endapannya

    sangat tinggi.

    Kalau soal infrastruktur bagai-

    mana?

    Soal infrastruktur, kita sendiri

    sudah punya investasi di sumber daya

    air termasuk irigasi, pengendalian su-

    ngai dan juga pengembangan rawa

    hampir sebesar 10 milyar dolar sejak

    awal Orde Baru. Yang terbesar irigasi,

    karena saat itu kita didorong untuk swa-

    sembada pangan sehingga pembangunan

    irigasi berlangsung besar-besaran.Sampai sekarang kita punya irigasi teknis

    sebesar 4,6 juta hektar, full control. Ada

    yang dikatakan semi teknis dan se-

    derhana hampir 7,2 juta hektar. Ada lagi

    irigasi tadah hujan. Biasanya di perde-

    saan yang tidak ada irigasi teknisnya.

    Sejauh mana hal itu mempe-

    ngaruhi kekeringan?

    Kalau bicara kekeringan, sering ter-

    jadi dua hal, seperti sebuah mata uang.

    Satu sisi kekeringan, tapi sisi lain ke-banjiran. Ini menunjukkan kemampuan

    suatu wilayah daerah aliran sungai yang

    berubah sehingga tidak mampu mena-

    han air yang cukup karena catchment

    area-nya sudah hancur dan sebagainya.

    Yang sedang kita teliti sekarang, apakah

    daerah yang kekeringan itu pada musim

    hujan juga kebanjiran? Ternyata su-

    ngai-sungai besar umumnya demikian.

    Tapi untuk wilayah-wilayah pengem-

    bangan seperti daerah irigasi, itu tidak

    selalu terjadi. Berarti ini masalah kon-

    trol. Di daerah-daerah yang artifisial,

    daerah-daerah irigasi buatan, pada saat

    banjir dia bisa melepaskan airnya ke

    sungai, dan saat musim kering ditahan

    Pola irigasi di Indonesia umumnya iri-

    gasi gravitasi. Jadi hanya membendungdan menaikkan air saja. Tidak ada kon-

    trol volume air, kecuali ada waduk

    Itulah fungsi waduk-waduk besar. Ini

    full control. Tapi sebagian besar irigas

    kita semi kontrol yaitu irigasi dengan

    menaikkan airnya.

    Campur tangan terhadap fak-

    tor lingkungan seperti apa?

    Soal lingkungan kita hanya bisa

    mengimbau. Hutan-hutan jangan dite-

    bangi. Para petani di upper catchmentareayang berpendapatan rendah biasa-

    nya juga menanam tanaman seperti

    singkong, jagung yang sangat buruk

    untuk aliran sungai karena tanaman itu

    tidak mampu menahan air. Permukim-

    an-permukiman sampai saat ini sering

    begitu banyaknya developer lupa bahwa

    daerah itu sebenarnya tempat parkir

    air. Misalnya dulu Jakarta punya ba-

    nyak rawa. Rawa itu sebenarnya tempat

    parkir air sebelum mengalir ke laut

    Sekarang itu dikembangkan, dinaikkandan sebagainya sehingga air tak memi-

    liki tempat parkir. Itu sering menye-

    babkan banjir.

    Adakah kaitan antara keke-

    ringan dan karakter sungai-su-

    ngai kita?

    Umumnya sungai di Jawa itu curam

    tapi pendek sehingga flushing-nya ce-

    WAWANCARA

    Percik Agustus 2006 15

    Direktur Pengairan dan Irigasi, Bappenas, Ir. M. Dony Azdan, MA, MS, PhD:

    Jawa ButuhStorage-storage Baru

    Akhir-akhir ini kekeringan melanda

    berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini

    menyebabkan kerugian yang tidak sedikit

    jumlahnya. Anehnya, di beberapa daerah

    tersebut pada musim hujan justru

    kebanjiran. Ini fenomena yang menarik

    untuk diperbincangkan. Mengapa ini bisa

    terjadi dan apakah ini sekadar masalahalam atau ada campur tangan manusia?

    Untuk itu Percik mewawancarai Direktur

    Pengairan dan Irigasi Bappenas, M Dony Azdan

    di kantornya. Berikut petikannya.

    FOTO:ISTIMEWA

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    18/56

    pat. Sementara itu kita tidak punya sto-

    rage-storage yang relatif cukup untuk

    menahan air tersebut untuk musim ke-

    ring. Kita tidak sempat saving. Saat ini

    kita punya 120 dam dengan waduk. Te-tapi kalau kita lihat, khususnya di Jawa,

    air yang bisa kita saving itu hanya 10

    persen. 90 persen air tidak pernah digu-

    nakan sebelum air itu sampai ke laut.

    Sudah alirannya curam, pendek, flush-

    ing, dan juga tidak punya storage.

    Sampai tahun 90-an, sebetulnya kita

    banyak membangun waduk-waduk.

    Dari awal 80-an sampai akhir 90-an,

    pertentangan dari teman-teman LH

    untuk membangun dam itu sangat

    besar dengan alasan perubahan efeklingkungan dan sebagainya yang mem-

    buat kita susah betul membuat waduk.

    Mereka membandingkan dengan Ame-

    rika atau Eropa. Amerika itu damnya

    ada 25 ribu. Kita cuma ratusan. Me-

    mang ada dua hal yaitu masalah pembe-

    basan tanah dan perubahan lingkungan

    tetapi memang kalau saya pribadi

    menganggap storage perlu. Kalau seka-

    rang kita perlu membangun dam, ya

    harus dibangun. Kebutuhannya besar.

    Artinya dengan kondisi alam

    itu sebenarnya kekeringan bisa

    diprediksi?

    Dari seluruh Indonesia, ada dua

    daerah yang mempunyai potensi defisit

    air yaitu Jawa dan Nusa Tenggara. Lain-

    nya berdasarkan skala water balance

    global, tidak defisit. Hanya saja kita

    melihat lokal per lokal. Intinya kalau

    kita melihat per kepulauan maka Jawa

    itu adalah daerah kritis defisit air.

    Perhitungan global kita, dari hasil studistrategi penanganan sumber daya air

    Pulau Jawa, Jawa defisit 5 milyar meter

    kubik per tahun. Itu berarti tingkat sa-

    ving harus dinaikkan. Kita masih butuh

    storage-storageyang cukup besar. Stra-

    teginya sekarang karena banyak perten-

    tangan dari sisi lingkungan hidup untuk

    dam-dam besar, maka kita akan usa-

    hakan yang medium dan small scale

    yang banyak seperti embung-embung.

    Setiap kabupaten misalnya, harus pu-

    nya satu.

    Bisa dijelaskan seperti apa

    kondisi Pulau Jawa dari studi itu?

    Kita mendapatkan suatu potensi

    kabupaten-kabupaten yang defisit sete-

    lah kita lihat hidrologi dan demand-nya

    bagi sektor pertanian dan industri.

    Sebanyak 77 persen kabupaten di Jawa

    mengalami defisit. Defisit itu ada tiga

    kategori yaitu biasa antara 0-3 bulan

    per tahun, sedang 3-6 bulan, dan parah

    lebih besar dari 6 bulan. Kalau kondisikita biarkan tanpa ada intervensi infra-

    struktur maka tahun 2015, 78 persen

    akan mengalami defisit. Tetapi dari

    yang biasa ke sedang atau ke parah akan

    semakin besar. Lokasi tidak banyak

    berubah, tapi defisitnya semakin parah.

    Pada 2025 defisit bisa menjadi 80,5

    persen. Begitu kita coba listdari infor-

    masi yang ada, ada 26 area yang keke-

    ringan. Misalnya Bandung, terjadi keke-

    ringan. Memang dalam studi daerah

    tersebut termasuk agak parah. Garutdefisit biasa. Indramayu parah. Kebu-

    men agak parah. Wonosobo agak aneh,

    harusnya tidak defisit, tapi kok faktanya

    defisit. Berarti ini ada masalah manaje-

    men air. Semarang defisit biasa. Pur-

    balingga harusnya tidak bermasalah ka-

    rena dapat air dari Comal dan Serayu

    yang cukup besar. Tapi kenapa keke-

    ringan? Ini ada masalah manajemen.

    Ini yang sekarang sedang kita teliti.

    Manajemen yang bagaimana

    agar tak terjadi kekeringan?

    Ambil contoh Jatiluhur yang fullcontrol. Punya saluran yang ke barat

    untuk suplai Jakarta, ke timur untuk

    daerah sampai Indramayu, ke utara

    untuk daerah-daerah pantai. Biasanya

    di akhir musim hujan atau pertengahan

    musim hujan, bisa dilihat tahun ini

    tahun kering atau tahun basah. Kalau

    tahun ini tahun kering berarti ditutup

    semua pintunya supaya muka air naik

    sampai optimal, tidak harus dilepas

    setiap saat. Kalau tahun ini agak basah

    sebagian di lepas. Katakanlah di tahunini kita sudah punya storage, setelah itu

    maka kita ada pola tanam khususnya di

    ujung. Jadi di Kabupaten Karawang

    Purwakarta, yang luasan hektarnya

    nanti akan dapat catuan air sekian me

    ter kubik untuk luasan sekian. Ada

    daerah-daerah yang umumnya airnya

    itu sudah kecil, maka biasanya kita pa-

    kai penggolongan. Sampai pada titik

    tertentu, jika air agak susut maka harus

    ada rencana pola tanam yang ditetap-

    kan. Misalnya, kali ini Indramayu ja-ngan menamam padilah karena airnya

    tidak cukup. Maka ada penggolongan

    misalnya dari padi-padi-palawija men-

    jadi padi-palawija-palawija. Dulu mana-

    jemen ini, ada ulu-ulu yang memegang

    kewenangan sangat kuat. Tapi di zaman

    sekarang petani susah diatur. Sudah

    tahu musim pertengahan kering, dia

    tanam padi lagi. Pada saatnya tidak da-

    pat air, marah. Sebetulnya sepanjang

    saluran, petani tidak boleh mengambil

    air begitu saja. Sebab ini kan sudah di-atur, untuk yang paling hilir. Kan se-

    mua dapat jatah. Kadang-kadang, pom-

    pa mudah, ambil aja sehingga yang di

    hilir sebenarnya belum waktunya keke-

    ringan jadi kekeringan.

    Bagaimana dengan enforcement?

    Sekarang repot. Dulu semua meng-

    ikuti ulu-ulu, sekarang tidak. Mana-

    WAWANCARA

    Percik Agustus 2006 16

    Kalau kita melihat

    per kepulauan maka

    Jawa adalah daerah

    kritis defisit air.

    Perhitungan global kita,

    Jawa defisit 5 milyar

    meter kubik per tahun.

    Itu berarti tingkat

    saving harus dinaikkan.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    19/56

    jemen ini sedikit berubah dengan ada-

    nya otonomi. Siapa yang bertanggung

    jawab? Walaupun sudah ada UU, untuk

    irigasi yang di atas 3 ribu hektar itu

    tanggung jawab pemerintah pusat, 1-3

    ribu propinsi, di bawah seribu tanggungjawab kabupaten, tapi apakah insti-

    tusinya sudah siap? Misalnya yang di

    atas 3 ribu, sekarang pusat yang ada di

    sana siapa? Mau tidak mau kan harus

    ada tugas perbantuan ke daerah. Kalau

    begitu, daerah terbebani. Propinsi juga

    begitu, belum tentu dia punya orang-

    nya. Akhirnya tugas perbantuan juga.

    Unit-unit ini sendiri sedang berubah.

    Dulu kan idealnya, meskipun dia orang

    pusat, dia kan tetap bisa digunakan oleh

    orang dinas di Kab/prop. Makanya darisisi manajemen masih dalam proses

    improvement.

    Berapa kebutuhan storage ki-

    ta?

    Untuk Jawa saja 5 milyar meter ku-

    bik. Sebagai ilustrasi, Indramayu itu

    daerah yang kering. Dari mana dapat

    air? Dia disuplai dari Jatiluhur. Maka-

    nya ada desain untuk Cimanuk yaitu

    Jatigede. Kalau waduk Jatigede terba-

    ngun maka storage-nya itu akan kitagunakan untuk daerah Indramayu dan

    Sumedang. Ini berarti akan mengurangi

    penggunaan air Jatiluhur. Jatiluhur

    akan kita gunakan lebih banyak ke barat

    atau ke utara. Misalnya kalau Jatigede

    hampir 500 juta meter kubik, maka bu-

    tuh 10 waduk sebesar Jatigede. Tapi kita

    bisa juga bikin waduk yang kecil-kecil.

    Bagus jika misalnya ada embung-em-

    bung kabupaten atau kecamatan. Bah-

    kan ada satu ide, per hektar ada tempat

    penampung air. Permasalahan di Jawakepemilihan lahan kecil, rata-rata 0,25

    hektar. Juga daerah-daerah subur,

    hampir 100 persen tidak mempunyai

    masalah air. Tapi di daerah kering, air

    juga sulit. Jadi ini bukan hanya sekadar

    masalah tempat tapi transformasi air itu

    sendiri. Misalnya ada orang cari air

    sampai 12 km, kalau diberi storage di

    situ juga belum tentu ada air.

    Bagaimana kondisi infrastruk-

    tur keairan kita saat ini?

    Dari sisi infrastruktur, kita punya

    masalah dengan operasi dan pemeliha-

    raan. Ternyata kalau kita membangun

    tempat lain, tempat yang pertama lupa

    dipelihara. Operasi dan pemeliharaan

    itu telah menjadi masalah sejak tahun

    80-an. Misalnya jaringan irigasi yang

    sudah kita tetapkan ternyata operasi

    pemeliharaannya sangat terbatas se-

    hingga baru 5 tahun harus direhabili-tasi. Sebetulnya kalau kita punya peren-

    canaan yang baik, mestinya 15 tahun

    baru direhab. Ini yang menjadi masalah

    di infrastruktur sumber daya air dan ini

    yang menjadi prioritas kita ke depan.

    Memang kita sangat mengerti pemerin-

    tah sendiri tidak mungkin, operasi dan

    pemeliharaan itu kan butuh ownership.

    Oleh sebab itu pendekatan kita, yang

    paling mendapat benefit adalah petani

    dan dia yang paling tahu mana yang

    diperlukan terlebih dahulu dalam me-melihara. Lain kalau orang dinas,

    mungkin hanya melihat mana penam-

    pakan infrastruturnya yang baik kendati

    belum tentu fungsinya berjalan baik.

    Oleh karena itu kita introdusir sejak

    tahun 1990-an bahwa untuk operasi pe-

    meliharaan kita memintakan partisipasi

    dari petani. Tadinya malah mau dise-

    rahkan tapi ada komplain yang luar

    biasa. Tapi ini hanya untuk saluran ter-

    siernya saja, yang primer dan sekunder

    tetap di tangan pemerintah karena itu

    rentan konflik karena penggunanya

    tidak hanya petani. Tersier ini kita ha-

    rapkan petani dengan membuat kelom-

    pok ikut memelihara infrastruktur ter-

    sebut. Untuk pendanaannya, pemerin-

    tah masih bisa membantu.

    Bagaimana komposisi penggu-

    naan sumber daya air?Biasanya, irigasi 89-94 persen. DMI

    municipal dan industri itu antara 4-11

    persen. Untuk daerah yang sedang

    berkembang bisa 8-9 persen. Misalnya

    Bekasi dan Karawang. Jadi masih

    banyak untuk irigasi.

    Artinya yang akan banyak me-

    nanggung beban kekeringan sek-

    tor pertanian?

    Kekeringan dampaknya lebih ba-

    nyak di pertanian. Tetapi juga tidak se-lalu. Ada daerah-daerah yang dari awal

    kering/defisit, misalnya Pacitan atau

    Indramayu. Problemnya itu kalau kita

    bicara untuk municipal dan industri

    khususnya municipal, kualitas air jadi

    masalah. Kalau irigasi, kualitas air tak

    terlalu dipersoalkan. Problem utama

    kita berubah dari kawasan pertanian

    menjadi kawasan urban, tidak serta

    WAWANCARA

    Percik Agustus 2006 17

    FOTO:MUJIYANTO

    Stok air di Situ Cibereum, Bandung, menurun.

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    20/56

    merta air itu bisa ditransformasikan.

    Untuk daerah-daerah urban atau rural

    yang kekeringan, mereka lebih banyak

    tergantung pada cekungan ari tanah.

    Problem air cekungan dengan air per-

    mukaan itu sangat berbeda, kalau dilapisan antara 30-60 meter di bawah

    permukaan, masih ada kemungkinan

    hubungan. Tetapi jika kedalaman lebih

    dari 60 meter, berdiri sendiri. Mungkin

    tidak lagi begitu mudah untukrecovery.

    Daerah terpencil, sulit dapat air per-

    mukaan, mungkin sulit juga bisa mem-

    buat sumur. Cekungan air bawah tanah

    punya resapan air di hulu, kalau kita

    bisa memelihara hulu sebetulnya mem-

    bantu dua hal yaitu air permukaan itu

    sendiri biar lebih bersih dan kapasitas-nya bagus, perkolasi lebih bagus sehing-

    ga air tanah bisa dipertahankan, tapi

    untuk yang kedalamannya sedang 30-

    60 meter. Kalau misalnya 125, mungkin

    lebih jauh lagi, mungkin di balikcatch-

    ment areayang lain.

    Bagaimana bentuk kerja sama

    dengan instansi terkait untuk

    menjaga SDA kita?

    Sejak 2001 ada TKSDA (Tim Koor-

    dinasi Sumber Daya Air), denganKeppres No 123. Ketuanya Menko

    Ekuin dan wakilnya Bappenas, ketua

    hariannya Menteri PU dengan anggota

    11 menteri. Tim ini adalah suatu wadah

    untuk membicarakan masalah-masalah

    air yang saling terkait antarsektor. Ada

    ESDM, Menkes, MenLH, Perhub dansebagainya. Harapannya jika ada ma-

    salah bisa diselesaikan bersama. Tim

    inilah yang membuat draft-draft regu-

    lasi. Salah satunya adalah UU SDA. Di

    dalam UU No 7 itu kita sudah meng-

    introdusir selain kewenangan pemerin-

    tah pusat sampai ke kabupaten, juga

    integrasi antara yang mengusahakan,

    mengelola SDA, dan yang diberi hak

    mengelola. Dan itu akan dijabarkan ke

    dalam PP masalah sungai, PP tentang

    Irigasi, dsb. Juga kepmen dan keppres.Penginterasian inilah yang diharapkan

    ada partisipasi sektor-sektor terkait.

    Selain itu ada lagi gerakan nasional

    kemitraan penyelamatan air (GNKPA).

    Kalau bisa itu masuk level implemen-

    tasi. Program itu kini memilih wilayah-

    wilayah sungai untuk diperbaiki. Upa-

    ya-upaya lain di dalam GNKPA itu tidak

    hanya pemerintah tapi kita minta se-

    mua stakeholder. Selain itu, sekarang

    sedang kita introdusir integrated water

    resource management. Buat kita itubukan hal yang baru tapi bagaimana

    mengimlementasikannya. Artinya sia-

    papun tahu dululah bahwa setiap

    kegiatan dia pasti akan terkait dengan

    air.

    Kita punya grand design soalair?

    Partisipasi. Salah satu yang paling

    penting bagi kita adalah bahwa ini

    bukan hanya pekerjaan pemerintah

    Yang bisa mengelola dengan baik ada-

    lah masyarakat. Yang perlu menjadi ke-

    sadaran adalah bagaimana konsep ma-

    syarakat terhadap air. Kita ini kan orang

    yang baru sadar kalau sudah kejadian

    Kalau bisa kita masuk ke pendidikan

    Gerakan-gerakan penyelamatan air ti-

    dak hanya gerakan yang sifatnya fisiktapi dari anak-anak harus sudah diajar-

    kan. Di wilayah-wilayah DAS akan disu-

    sun pola dan rencana. Setiap wilayah

    sungai harus punya pola dan rencana

    Dulu kita punya master plan. Bengawan

    Solo, isinya bagaimana membangun wa-

    duk, buat tanggul, ngeruk sungainya

    yang lebih pada fasilitas fisik. Pola di-

    maksudnya untuk menata apa yang ha-

    rus kita lakukan supaya SDA air kita te-

    tap berkelanjutan. Di dalam rencana

    juga tidak melulu fisik. Ini yang sedangkita lakukan untuk Citarum. Di situ

    nanti sektor apa mengerjakan apa sa-

    ngat jelas, kabupaten apa tanggung

    jawab apa, sekarang lagi didesain.

    Imbauan Anda terhadap ma-

    syarakat?

    Ikuti balai-balai atau dinas-dinas

    khususnya penyuluh pertanian. Kalau

    memang wilayah memungkinkan, buat

    storage meskipun kecil. Juga kita harus

    hemat air. Mulai sekarang masyarakatharus betul-betul menghargai air. Ini

    masalah kultur. Dianggap sungai tem-

    pat pembuangan. Ini masih kuat sekali

    di Jawa. Sungai harus dilihat sebagai

    sumber air yang sangat berharga. Ma-

    syarakat juga harus ikut mengawasi

    penggunaan air dan air yang dibuang ke

    sungai. Kalau perlu digugat bagi yang

    melanggar. MJ

    WAWANCARA

    Percik Agustus 2006 18

    FOTO:ISTIMEWA

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    21/56

    Anda mungkin sudah mengenal

    saringan pasir aktif. Saringan

    ini tersusun dari batu kerikil,

    arang, pasir, abu, dan ijuk. Saringan ini

    bisa digunakan untuk membersihkan

    air kotor/keruh. Namun hasilnya sering

    tidak memuaskan. Walhasil, orang

    akhirnya sering membeli saja saringan

    air pabrikan, baik produk dari dalam

    negeri atau impor. Harganya lumayanmahal. Daya tahannya pun kadang tidak

    terlalu lama.

    Padahal, kalau tepat menyusun

    komposisi, kita bisa dapatkan saringan

    air yang sangat baik. Air apa saja bisa

    disaring dan bisa langsung diminum.

    Anda tentu tak percaya. Tapi ini sudah

    dibuktikan oleh H. Ali Dinar, warga

    Cipamokolan, Bandung. Alat ini diberi

    nama "Filter Penjernih Air ala H. Ali

    Dinar".

    Alat ini, menurut H. Ali, mengan-dung tiga komposisi utama yakni abu,

    pasir, dan ijuk. Hanya saja, tentu dia

    memiliki resep sendiri untuk meramu

    komposisi ini sehingga mampu menya-

    ring segala jenis air. Saat ini, temuan

    yang sebenarnya telah diaplikasikan se-

    jak tahun 2003 itu memasuki pematen-

    an.

    Selain komposisi utama itu, ada

    komposisi tambahan. Bahan tambahan

    ini berasal dari berbagai jenis bahan

    alami yang didapatkan di alam/pasar.Misalnya semen merah, kapur, tanah

    merah, dan lem kayu. ''Penggunaan

    bahan ini tergantung jenis air yang akan

    disaring,'' kata H. Ali, kakek berusia 58

    tahun ini.

    Alat ini tidak dijual langsung ke

    pasar. Tapi harus pesan terlebih dahulu.

    Mengapa? Karena, setiap air di suatu

    daerah memiliki karakter tersendiri.

    Saringannya pun bisa berbeda-beda

    untuk setiap sumber air. Maka H. Ali,

    akan melakukan percobaan dulu ter-

    hadap contoh air yang akan disaring.

    Dia menyusun komposisi filter yang

    tepat. Kalau hasil uji itu bagus, barulah

    H. Ali akan memproduksi filter itu, baik

    satuan maupun massal. Sebelumnya dia

    juga menguji mutu air tersebut ke labo-

    ratorium untuk memastikan bahwa ha-silnya siap dikonsumsi. ''Supaya terja-

    min,'' kata kakek yang tidak lulus SD ini.

    Filter penjernih ini berbentuk me-

    nyerupai tabung. Diameternya 6 inci,

    dengan tinggi 30 cm, dan ketebalan

    sisinya 2 cm. Untuk kapasitas filter 500

    liter, berat saringan ini hanya sekitar 1

    kg. Ukuran filter bisa disesuaikan de-

    ngan volume air yang disaring. ''Bisa,

    sampai berapa pun bisa,'' katanya.

    Uji alat ini pertama kali dilak-

    sanakan tahun 2004 atas bantuan dana

    Camat Rancasari. Pemeriksaan mutu

    air dilakukukan oleh Dinas Kesehatan

    Kota Bandung. Saat itu air yang disaring

    adalah air di kantor kecamatan yang ti-

    dak jauh dari rumah H. Ali. Hasil uji

    tertera pada tabel di bawah.

    Alat ini telah menyebar ke berbaga

    daerah. Dari mulai Jakarta, Karawang

    hingga ke Riau. Para pengguna alat in

    tahu dari mulut ke mulut. Produksinyasudah mencapai lebih dari seribu buah.

    Saat ini H. Ali sedang mendesain fil-

    ter untuk air di tiga kabupaten di sepan-

    jang Sungai Siak, Riau. Dia menerima

    order dari perusahaan minyak besar di

    sana. ''Sekarang hasilnya lagi ditunggu

    di Riau,'' katanya.

    H. Ali membawa sampel dari sembi-

    lan titik di kawasan tersebut ke rumah-

    nya. Air ini berwarna hitam seperti oli

    ''Itu mah gampang. Lebih gampang dar

    air di Cipamokolan,'' katanya. Di rumah

    INOVASI

    Percik Agustus 2006 19

    Filter Penjernih Segala

    Jenis Air Ala H. Ali Dinar

    No.

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    1.

    2.

    3.4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    Satuan

    -

    mg/L

    Skala NTU

    -

    Celcius

    Skala TCU

    mg/L

    mg/L

    mg/Lmg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    mg/L

    Kadar Maksimum yang

    Diperbolehkan

    -

    1.000

    5

    -

    Suhu udara 30 C

    15

    0,20

    1,0

    1,50,025-1,0

    500

    250

    0,05

    10

    1,0

    6,5-9,0

    0,002-0,1

    400

    0,05-2,0

    0,01-5,0

    Hasil Periksaan

    Tidak berbau

    0.00

    Tidak berasa

    1,5

    0,00

    0,03

    0,300,00

    10

    7

    0,00

    0,05

    0,002

    7,8

    0,04

    60

    0,35

    0,0

    Parameter

    A. FISIKABau

    Jumlah zat padat terlarut

    Kekeruhan

    Rasa

    Suhu

    Warna

    B. KIMIAAluminium

    Besi

    FluoridaKadmium

    Kesadahan (CaCO3)

    Klorida

    Mangan

    Nitrat, sebagai N

    Nitrit, sebagai N

    pH

    Sianida

    Sulfat

    Tembaga

    Timbal

    HASIL UJI AIR PERDANA FILTER BUATAN H. ALI DINAR

  • 7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20

    22/56

    yang terletak di pinggir kali itulah dia

    mendesain sendiri filter dengan dibantu

    dua orang pekerja. Hasil penyaringan

    kemudian dimasukkan ke laboratorium

    di Jakarta. Dia pun menyatakan mampu

    membuat filter untuk air asin.Filter penjernih air ini sementara

    dijual dalam dua jenis yakni Rp. 1,2 juta

    untuk kapasitas 500 liter, dan Rp. 1,5

    juta untuk kapasitas 1.000 liter.

    Sedangkan untuk prasarana masjid,

    kakek ini menggratiskannya. Produk itu

    digaransi satu tahun penuh. Sementara

    alat itu sendiri bisa bertahan hingga

    lima tahun.

    Kendati telah sukses dengan

    temuannya, dia terus mengembangkan

    produk tersebut. Saat ini dia sedangmencoba menyaring air bekas minuman

    seperti Fanta dan Coca-cola. Hasil awal

    menunjukkan air ini bisa disaring de-

    ngan sukses. ''Warnanya jernih, dan

    rasanya hilang sama sekali. Jadi kayak

    air tawar,'' katanya seraya menam-

    bahkan bahwa untuk tambahan bahan

    filter dipergunakan puing semen bekas

    tembok yang dihaluskan.

    Selain menemukan alat penyaring

    air, H. Ali pun berhasil mengem-

    bangkan indikator untuk mengecek

    mutu air secara sederhana. Indikator ini

    didapatkan oleh istrinya berdasarkan

    pengamatan di kolam ikan miliknya

    Indikator ini adalah daun jambu biji

    daun salam, dan sebuah akar yang dira-

    hasiakan. Dengan mencampurkan

    remasan daun itu, kondisi air bisa

    ditentukan.

    INOVASI

    Percik Agustus 2006 20

    K alau para ilmuwan menemukansesuatu dari proses penelitianyang panjang dan melelahkan sertamakan biaya besar, H. Ali Dinar justrumampu membuat alat penjernih airini gara-gara mimpi. Awalnya, keluar-ga ini dililit kesulitan air bersih. Ituterjadi tahun 2002. Untuk mengatasiitu keluarga ini membeli mesin pen-jernih air produksi luar negeri.Namun mesin ini tak berfungsi de-ngan baik. Sampai-sampai keluargaH. Ali membeli tiga kali dengan harga

    Rp. 2 juta, Rp. 2,5 juta, dan