membendung sampah bandung. media informasi air minum dan penyehatan lingkungan percik edisi agustus...
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
1/56
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
2/56
Dari Redaksi 1
Suara Anda 2
Laporan Utama
Membendung Sampah Bandung 3
Pengurangan Sampah di Sumber 7
Pilihan Konsep Penanganan Sampah Kota Bandung 8
Walikota Bandung: Tak Bisa Lagi Cara Tradisional 9
Pembelajaran Darurat Sampah Bandung 12
WawancaraDirektur Pengairan dan Irigasi Bappenas:
Jawa ButuhStorage-storage Baru 15
Inovasi
Filter Penjernih Segala Jenis Air 19
Peraturan
PP No. 16 Tahun 2005 21
Teropong
PDAM Sragen, Perpaduan Komitmen dan Manajemen 22
Bupati Sragen: PDAM Harus Profesional 24Klinik IATPI 25
Kisah
Srikandi-srikandi Jamban 27
Abstrak 29
Wawasan
Makna Kelembagaan AMPL Bagi Keberlanjutan Sarana 30
Misteri Lorong Waktu Peradaban Teknologi Keairan 33
Pembangunan dan Pemberdayaan 37
Seputar AMPL 41Seputar WASPOLA 47
Info Buku 48
Info CD 49
Info Situs 50
Agenda 51
Pustaka AMPL 52
MajalahPercik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id
Media Informasi Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh:
Kelompok Kerja Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL)
Penasihat/Pelindung:
Direktur Jenderal Cipta Karya
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Penanggung Jawab:
Direktur Permukiman dan Perumahan,
BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,
DEPKES
Direktur Pengembangan Air Minum,
Dep. Pekerjaan Umum
Direktur Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman,
Dep. Pekerjaan Umum
Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI
Direktur Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
Pemimpin Redaksi:
Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi:
Supriyanto, Johan Susmono,
ndar Parawansa, Bambang Purwanto
Redaktur Pelaksana:
Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,
Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,
Essy Asiah, Mujiyanto
Desain/Ilustrasi:
Rudi Kosasih
Produksi:
Machrudin
Sirkulasi/Distribusi:
Agus Syuhada
Alamat Redaksi:
Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Telp./Faks.: (021) 31904113
http://www.ampl.or.id
e-mail: [email protected]
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
ngan air minum dan penyehatan lingkungan
dan belum pernah dipublikasikan.
Panjang naskah tak dibatasi.
Sertakan identitas diri.
Redaksi berhak mengeditnya.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
3/56
Tanpa terasa, tiga tahun
sudah kami hadir di ruang
baca Anda. Tepat Agustus
2003, kami terbit perdana. Waktu
ituPercik hanya 24 halaman hitamputih. Rubriknya pun sedikit. Tata
letak masih sederhana. Peredar-
annya pun terbatas. Percik saat
itu hanya dicetak 500 eksemplar.
Sangat terbatas. Mungkin Anda
yang ada di daerah tak kenal seper-
ti apaPercik edisi awal.
KiniPercik telah 14 kali terbit.
Berbagai pembenahan terjadi di
sana-sini, termasuk pengayaan ru-
brik, penambahan warna halaman,dan perbaikan tata letak. Percik
telah menjangkau seluruh kabu-
paten/kota di tanah air, termasuk
kalangan LSM, perguruan tinggi,
dan kedutaan asing, serta sebagian
masyarakat. Di jajaran stakeholder
air minum dan penyehatan ling-
kungan sepertinyaPercik telah men-
dapat tempat tersendiri. Tujuan
penerbitan Percik sebagai sarana
informasi dan komunikasi stake-
holder AMPL tampaknya sudah ter-wujud.
Kendati begitu, bukan berarti
kami telah puas. Kami akan terus
mengadakan perbaikan. Rencananya
mulai edisi depan, kami akan mener-
bitkan Percik Yunior. Sisipan ini
berisi informasi mengenai AMPL
khusus bagi kalangan anak-anak.
Kami berharap anak-anak pun bisa
mulai peduli dengan masalah AMPL.
Seperti apaPercikYunior ini, tunggu
kehadirannya.
Di edisi ulang tahun ini, kami
menampilkan tema utama mengenai
sampah Kota Bandung. Menurut
kami, ini adalah topik yang masih
cukup menarik. Hingga kini per-
soalan persampahan di kota tersebut
belum tuntas. Penyelesaian yang ada
masih bersifat sementara. Tarik
menarik antar kepentingan ada di
sana. Apalagi semua orang tahu ada
dana sangat besar untuk menyele-
saikan masalah ini. Biasanya 'ada gula
pasti ada semut.'Pembelajaran dari kasus sampah
Bandung ini adalah betapa kita masih
belum memberikan kepedulian yang
cukup terhadap kebersihan, khusus-
nya sampah. Kita masih lebih mem-
prioritaskan sektor-sektor lain. Pa-
dahal kebersihan memberi dampak
yang signifikan bagi kesehatan dan
keindahan. Pengabaian terhadap
TPA, misalnya, terbukti menimbul-
kan korban jiwa. Sampah yang takterbuang terbukti meresahkan warga
dan merusak keindahan kota. Pe-
nanganan sampah ternyata bukan hal
yang mudah. Butuh kerja sama antar-
wilayah atau antardaerah. Musibah
sampah Bandung menunjukkan
pemerintah kota saja tak cukup mam-
pu menanganinya. Bahkan pemerin-
tah propinsi dan pusat pun ha-
rus turun tangan. Oleh karena
itu, ini merupakan pelajaran
berharga bagi kota-kota lain di
Indonesia. Jangan sampai musi-bah serupa terjadi. Sayang, keti-
ka tulisan ini disusun, musibah
sampah terjadi di Bantar Ge-
bang, Bekasi.
Di rubrik Inovasi, kami me-
nampilkan sebuah temuan yang
dilakukan oleh seorang kakek di
Bandung. Filter air ini mampu
menjernihkan berbagai jenis air
Bukan tidak mungkin ini bisa
dikembangkan untuk mengatasimasalah air di Indonesia. Di
rubrik Teropong, kita akan meli-
hat model terobosan baru pena-
nganan PDAM. Terobosan itu
dilakukan oleh Pemda Kab
Sragen, pemda yang kita kenal
memiliki banyak terobosan
dalam administrasi pemerintahan.
Sedangkan di rubrik Kisah, kami
menampilkan sosok-sosok pejuang
jamban dari berbagai daerah. Berkat
peran ibu-ibu inilah, program bebasbuang air besar sembarangan di
wilayah mereka masing-masing suk-
ses. Kini mereka menjadi contoh
betapa masyarakat yang berdaya dan
diberdayakan akan mampu men-
dorong dan memicu proses pemba-
ngunan, kendati mereka sendiri pun
tak mendapat imbalan.
Tak kalah menariknya, kami me-
wawancarai Direktur Irigasi dan
Pengairan Bappenas berkenaan de-
ngan kekeringan yang melanda seba-
gian wilayah Indonesia saat ini. Ter-
nyata persoalan manajemen air men-
jadi salah satu sebab kejadian terse-
but, selain masalah alam dan ling-
kungan. Akhirnya semoga Anda bisa
mengambil banyak manfaat dari
Percik edisi ini. Wassalam.
DARI REDAKSI
Percik Agustus 2006 1
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
4/56
Hadits CLTS
Pada tanggal 16-20 Mei 2006 ada
pelatihan CLTS yang melibatkan tiga
kabupaten di Pulau Lombok (Lotim,
Loteng & Lobar). Masing-masing kabu-paten ada tiga desa yang akan menjadi
tempat uji coba lapangan.
Khusus untuk Kab. Lombok Timur,
pelatihan CLTS dilaksanakan pada 16-
18 Mei 2006, bertempat Hotel Meliwis,
Jl. Labuhan Haji - Lombok Timur. Pada
saat RTL di kelas (hari terakhir tanggal
18 Mei 2006), hadir beberapa orang
dari tiga desa lokasi uji coba, yaitu Desa
Sikur, Kerongkong, dan Teros.
Peserta sangat terkesima/termoti-
vasi oleh salah seorang peserta dariDesa Sikur yaitu Ustadz Mohamad
Saleh (Kadus Segire/Binong) yang
menyampaikan hadits riwayat Muslim
dan Abu Daud, yang terkait dengan
CLTS, yaitu sangat dilaknat jika ham-
bah Allah membuang hajat/kotoran
dijalan dan di tempat manusia berte-
duh.
Adapun arti dari hadits tersebut
yaitu:
"Takutlah akan dua hal yang men-
datangkan laknat", Para sahabatbertanya :
"Apakah dua hal yang mendatang-
kan laknat itu, wahai Rasullullah?
Bersabdalah Rasullullah SAW :
"Ialah yang buang hajat/kotoran
di jalan tempat lewat manusia
atau buang hajat/kotoran ditem-
pat manusia berteduh"
(Hadits riwayat Muslim dan Abu
Daud)
"Barang siapa yang buang airhendaknya ditutup/dihalangi, ti-
dak terbuka"
(Hadits riwayat Abu Daud)
"Janganlah kamu melakukan ke-
mudharatan terhadap dirimu dan
orang lain"
(Hadits riwayat Ibnu Majah dan
Ad-Daruqutni)
Ada hal yang cukup menarik juga
dari salah seorang peserta perempuan
dari Desa Teros yaitu Ibu Murni (Kader
Posyandu sekaligus berperan sebagaikoordinator kesehatan masyarakat/pro-
mosi kesehatan TKM Desa Taros). Dia
memberikan informasi bahwa dirinya
cukup terpicu untuk segera membuat
jamban walaupun harus dengan meng-
gali sendiri, tanpa menunggu bantuan
suami, karena dia memiliki prinsip
bahwa jika mau memotivasi orang lain,
harus dimulai dari sendiri dan harus
bisa menjadi contoh bukan hanya bisa
sekedar pemberi contoh bagi orang lain.
Sugito,
Lombok Timur
Suara Bising dan
Bau Tak Sedap
Saya mewakili warga di Vila Dago
Tol, Kelurahan Serua, Kecamatan Cipu-
tat, Kabupaten Tangerang, Banten ber-
sama ini menyampaikan bahwa di tem-
pat kami, tepatnya di depan blok rumahkami yang hanya dibatasi oleh aliran su-
ngai yang membatasi Kecamatan Ci-
putat dan Serpong, terdapat pabrik
pengolahan karet dan peternakan babi.
Keberadaan itu memunculkan ma-
salah yaitu:
1. Suara bising dari mesin pengolah
karet dan mesin air untuk pengolahan
karet yang berlangsung dari pagi hingga
larut malam. (Saat ini hampir selama 24
jam).
2. Bau tak sedap tercium dari salah
satu atau kedua tempat tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, kami
mohon kiranya Kelompok Kerja Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) dapat memeriksa standar
kelayakan dari pabrik/pengolahan karet
dan peternakan babi tersebut, apakah
sudah sesuai dengan aturan yang
berlaku baik dari sisi standar kebisingan
dan bau yang dapat diterima oleh
manusia, maupun dari sisi dampak
lingkungan (AMDAL). Kami khawatirkejadian ini akan berdampak kepada
kesehatan masyarakat khususnya kelu-
arga kami baik dalam jangka pendek
maupun panjang.
Sebelumnya warga telah menyampai-
kan permasalahan ini kepada pejabat
lingkungan (RT/RW) tetapi sampai saat
ini tidak ada tindak lanjutnya. Besar ha-
rapan kami Pokja AMPL dapat membantu
kami mencarikan jalan keluar.
A. Cholid, SIP(021) 74701362
Terima kasih atas perhatiannya
Surat Anda akan kami lanjutkan ke
pihak-pihak yang terkait langsung
dengan wilayah di mana Anda berada
yakni Bapedalda Kab. Tangerang
Semoga permasalahan ini segera tun-
tas. (Redaksi).
SUARA ANDA
Percik Agustus 2006 2
1.
2.
3.
KARIKATUR:RUDI KOSASIH
P E R C I K A R T U N
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
5/56
Andai tidak ada tragedi Leuwigajah, 21 Februari
2005, mungkin perhatian kita terhadap per-
soalan sampah tetap saja minim. Kejadian itu
seolah menyentakkan kita untuk melihat masalah per-sampahan ini secara lebih serius. Ternyata kita tak
memiliki sarana pendukung baik fisik maupun non fisik
(peraturan) yang komprehensif untuk mengatasi
masalah persampahan baik di tingkat lokal maupun
nasional.
Tragedi sampah terbesar di Indonesia itu telah terja-
di. Sebanyak 146 jiwa melayang sia-sia. Tak hanya itu,
tragedi itu menyisakan persoalan baru khususnya bagi
Kota Bandung dan sekitarnya. Penutupan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah menyebabkan
kota itu sulit membuang sampahnya.
Selama 41 hari sampah di Kota Bandung parkir ditempatnya. Paris van Java ini berubah julukan menjadi
kota sampah. Bau tak sedap tercium di mana-mana.
Rombongan lalat berkeliaran ke sana ke mari.
Onggokan-onggokan sampah mengganggu arus lalu lin-
tas. Tak heran bila kemudian Bandung mendapat
predikat Kota Terkotor di Indonesia dari Kementerian
Lingkungan Hidup pada peringatan Hari Lingkungan
Hidup Sedunia. Predikat yang sangat memalukan.
Tanggap Darurat
Berdasarkan prediksi, setiap hari warga Bandung
dan sekitarnya menghasilkan sampah sebanyak 7.500
meter kubik. Sejak Leuwigajah ditutup, sampah-sam-pah itu untuk sementara dibuang ke TPA Jelekong,
Cicabe, dan Pasir Impun yang difungsikan sebagai TPA
darurat. Ini mau tidak mau harus dilakukan karena
dalam kondisi seperti itu, Kota Bandung harus menjadi
tuan rumah peringatan Hari Ulang Tahun Konferensi
Asia Afrika ke-50.
Pengoperasian kembali TPA lama ini tidak mudah.
Warga di sekitar TPA, misalnya di Jelekong, tidak mau
menerima kenyataan pemfungsian kembali TPA terse-
but. Selain itu, kapasitas TPA memang terbatas.
TPA Jelekong seluas 10 hektar yang dibuka kembali
Maret 2005, akhirnya ditutup 31 Desember 2005.Sebagai gantinya sampah dibuang ke TPA Cicabe mulai
9 Januari 2006. Sebagian lainnya dibuang ke TPA Pasir
Impun, yang sebenarnya telah ditutup tahun 1990, guna
menghadapi HUT KAA. Akhirnya kedua TPA itu pun
tak mampu lagi menampung sampah Kota Bandung.
Sejak 15 April 2006 tak ada lagi TPA sampah.
Sebenarnya, Pemkot Bandung juga telah berupaya
mengurangi timbulan sampah dari sumbernya. Surat
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 3
Gara-gara sampah, Bandung jadi kota terkotor di Indonesia.
Beberapa langkah telah diupayakan untuk mengatasinya.
Mampukah ini bisa bertahan lama?
Strategi apa untuk penanganan ke depan?
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
6/56
Edaran Walikota Nomor : 658.1 / SE
055 - BPOD tanggal, 28 April 2005 ten-
tang langkah-langkah proaktif pena-
nganan sampah Kota Bandung melalui
program 3 R, dan Surat Edaran Wali-
kota Bandung Nomor : 658.1 / SE. 135 -PD.KBR tanggal, 27 Desember 2005
tentang optimalisasi Surat Edaran No-
mor : 658.1 / SE 055 - BPOD. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh masyarakat
(Lihat: Kegiatan Persampahan Masya-
rakat di Bandung). Tapi hasilnya kurang
signifikan. Kegiatan ini maksimum
hanya mampu mengurangi 10 persen
dari total timbunan sampah.
Bersamaan dengan itu, Pemkot
Bandung mencari lahan kosong milik
pemerintah kota, masyarakat danbadan usaha untuk digunakan sebagai
tempat penimbunan sampah. Lokasi
yang didapat yakni Kecamatan Regol
(200 m2), Cibenying Kaler (50 m2),
Kiaracondong (400 m2), Bandung
Kidul (50 m2), Sumur Bandung (60
m2), Bandung Kulon (264 m2), dan
Arcamanik (1.800 m2). Karena hanya
untuk menimbun, lahan-lahan itu pun
penuh.
Kondisi ini memaksa Pemkot Ban-
dung mencari alternatif. Tapi itu tidakmudah. Ada 31 lokasi yang diharapkan
bisa menjadi TPA baru atau darurat.
Dari jumlah tersebut tiga daerah menja-
di nominasi yakni Blok Cimerang, Desa
Citatah, Kab. Bandung; Blok Legok
Nangka, Kec. Nagrek, Kab. Bandung;
dan Desa Sumur Bandung, Kec. Cipatat,
Kab. Bandung. Namun ada kendala per-
izinan. Sebagian ada kendala penolakan
dari masyarakat sekitar lokasi.
Pemerintah Propinsi Jawa Barat
turun tangan. Apalagi pemerintah pusatmenaruh perhatian besar terhadap kon-
disi Kota Bandung. Pemprop bersama
Muspida, Pemkot Bandung, Pemkab
Bandung, Pemkot Cimahi, Perum
Perhutani Unit III Jabar, Kodam III
Siliwangi, dan PTP VIII melalui se-
rangkaian pembicaraan menyepakati
tiga lokasi untuk dijadikan TPA
sementara. Lokasi itu yaitu
Blok Cikubang, Desa Sumur Bandung,
Kec. Cipatat, Kab. Bandung (milik TNI
AD) seluas 1,5 hektar; Blok Cigedig,
Desa Sarimukti, Kec. Cipatat, Kab.
Bandung (milik Perum Perhutani) selu-
as 21,2 hektar; dan Blok Gunung Hejo,Desa Cianting, Kec. Sukatani, Kab.
Bandung (milik PTP VIII). Blok yang
terakhir belum bisa digunakan. Blok
Cikubang digunakan pada 26 Mei hing-
ga 11 Juni 2006. Sedangkan Blok
Cigedig digunakan mulai 28 Mei hingga
saat ini.
Selama 15 April 2006-26 Mei 2006,
sampah menumpuk. Volumenya diper-
kirakan mencapai sekitar 400 ribu
meter kubik. Sampah-sampah itu telah
dipindahkan ke Blok Cigedig, Sarimuktidengan memaksimalkan armada yang
ada-sekitar 140 truk sampah dari PD
Kebersihan Kota Bandung, sewa truk,
dan bantuan truk TNI. Sementara per-
sampahan tertangani.
Program Jangka Panjang Pemkot
Bandung kini sudah bersih. Predikat
kota terkotor, mungkin sudah bisa
dicabut. Tapi bukan berarti permasa-
lahan persampahan di kota ini sudah
usai. Pekerjaan rumah besar kini yang
menanti yaitu bagaimana mengelola
sampah kota dalam jangka panjang
Kalau tidak, persoalan ini akan menjadi
bom waktu yang bisa kapan saja
meledak dan membawa bencana.Pemerintah kota sendiri telah me-
rencanakan untuk membangun pabrik
pengolah sampah. Rencana ini muncul
setelah Walikota Bandung mengunjungi
Shanghai Cina dan Singapura untuk
melihat dari dekat proses penanganan
sampah di kedua kota tersebut
''Ternyata ada pengolah sampah di te-
ngah kota yang menghasilkan energi
Prosesnya tidak menyisakan sampah
sedikitpun. Kota Bandung ingin
menuju ke sana,'' kata H. Dada Ro-sada beberapa waktu lalu.
Untuk kebutuhan itu, Pemkot
telah mencari lahan sebagai lokasi
pabrik. Letaknya di dalam kota, di
wilayah Bandung timur. Luasnya 20
hektar dengan pembagian 5 hektar
untuk bangunan pabrik, 5 hektar untuk
lahan cadangan, dan 10 hektar untuk
penghijauan. Lokasi ini pun, menurut
Walikota, secara prinsip tak masalah
karena hanya dimiliki oleh satu orang
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 4
FOTO:MUJIYANTO
TPA darurat Sarimukti.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
7/56
dan yang bersangkutan tak keberatan.
Rencana Pemkot Bandung ini
didasarkan pada konsep strategis peng-
olahan sampah yakni (i) mengubah cara
pandang dan persepsi tentang sampah
(bagi penimbul sampah dan pengelolasampah) dari sesuatu yang harus
dibuang dan dimusnahkan, menjadi
sesuatu yang masuk memiliki nilai man-
faat dan sebagai sumber daya yang ter-
habiskan (sustainable resources), (ii)
menjaga keberlanjutan sistem opera-
sional pelayanan, karena dengan sistem
pengolahan akan mengurangi kerentan-
an macet atau jenuhnya mata rantai
operasional yaitu sistem pembuangan.
Bila mata rantai pembuangan macet
atau jenuh maka akan memacetkanmata rantai sistem pelayanan lainnya
seperti pengumpulan dan pengang-
kutan sehingga sampah akan tertumpuk
di TPS-TPS dan tempat lainnya.
Sembari menuju ke arah sana,
Pemkot bekerja sama dengan Institut
Teknologi Bandung (ITB) mengem-
bangkan pabrik pengolah sampah skala
kecil. Setiap hari pabrik ini mengolah 24
ton sampah. Energi yang dihasilkan
sebesar 500 kWh.
Energi ini dinilai terlalu kecil danbelum ekonomis. Nantinya pabrik yang
akan dibangun mampu menghasilkan
energi 25-30 Mega Watt. Sementara
asupannya berupa sampah seberat
1.500 ton per hari. Pabrik ini juga
menghasilkan uap air dan abu untuk
bahan bangunan (batako). Listrik terse-
but nanti akan dijual kepada masyara-
kat.
Niat Pemkot ini tampaknya akan
terwujud. Pemkot telah menggandeng
PT. Bandung Raya Indah Lestari (BRIL)dan Daarut Tauhid, ITB, dan PLN.
Pemkot akan bertindak sebagai pemilik
sampah. PT BRIL dan Daarut Tauhid
sebagai pengolah sampah, PLN sebagai
pembeli dan penjual listrik. ITB bertu-
gas menangani perencanaan tekno-
loginya. Jika tidak ada aral melintang,
pabrik akan berdiri tahun
depan.
Dalam kaitan manajemen, Pemkotmenyiapkan konsep. Pertama, pada
perhitungan kondisi usaha berjalan dan
beroperasi sesuai dengan mekanisme
pasar (layak usaha), manajemen pabrik
dapat sepenuhnya diserahkan kepada
swasta. Kedua, jika pabrik tidak dapat
berjalan dan beroperasi sesuai dengan
mekanisme pasar (hasil penjualan pro-
duk tidak mencukupi untuk men-
jalankan usaha pabrik) manajemen
pabrik dikelola bersama antara swasta
dan pemerintah kota dengan meka-nisme subsidi.
Menurut Walikota rencana pemba-
ngunan pabrik ini tidak akan meng-
ganggu program Greater Bandung
Waste Management Corporation
(GBWMC). Dia menilai sampah Ban-
dung itu banyak. ''Kita akan tetap ikut
program itu,'' kata Dada.
Kebijakan Hasil Panitia Ad Hoc
Penanganan sampah di Kota Ban-
dung memang tak bisa hanya di-bebankan kepada Pemkot. Banyak pi-
hak terkait dalam masalah ini, termasuk
pemerintah daerah di sekitar ibukota
Propinsi Jawa Barat tersebut. Mau tidak
mau penanganannya pun harus terinte-
grasi antarsemua stakeholder baik
dalam jangka pendek (hingga akhir
2007), menengah (2-3 tahun), dan pan-
jang (10 tahun). Atas dasar itu, pe-
merintah pusat pada 23 Juni 2006membentuk panitia ad hoc.
Panitia itu beranggotakan tim
daerah (Pemkot Bandung, Pem-
kab Bandung, Pemkot Cimahi, dan
ITB) dan tim pusat (Bappenas, Dep.
PU, Kementerian LH, dan BPPT).
Panitia ini bertugas menyusun langkah-
langkah strategis dalam upaya penang-
gulangan krisis sampah di Metropolitan
Bandung, sekaligus melakukan koordi-
nasi dan mempererat kerja sama.
Melalui serangkaian pertemuanpanitia ad hoc menetapkan prinsip
dasar bagi strategi program. Prinsip itu
adalah:
1. Pengurangan timbulan sampah
dimulai dari sumbernya - gerakan 3 R
(Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga
sampah yang dikumpulkan, diangkut
dan dibuang menjadi minim.
2. Azaspolluter pays principle,yang
mewajibkan siapapun yang meng-
hasilkan sampah menanggung biaya
penanganan sampah.3. Penyediaan TPA masih dibu-
tuhkan dalam pengelolaan persam-
pahan perkotaan.
4. Kerja sama regional untuk
memperoleh lokasi TPA dan mena-
nganinya secara bersama.
5. Program pengembangan
lebih lanjut, yaitu memanfaatkan
sampah untuk kepentingan lain dan
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 5
NO. KOMPONEN BERAT DAN VOLUME
Berat (ton) % Berat Vol (m3) %Vol
1. Sampah basah 1.11 59,5 3.592,5 47,9
2. Kertas 223 11,9 2.235 29,8
3. Tekstil 10 0,5 112,5 1,5
4. Plastik 236 12,6 697,5 9,3
5. Pecah belah 26 1,4 60 0,8
6. Logam 28 1,5 292,5 3,9
7. Lain-lain 236 12,8 525 7,0
Jumlah 1.875 100,0 7.500 100.0
KONDISI FISIK SAMPAH KOTA BANDUNG PER HARI
sumber: Pemkot Bandung
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
8/56
sekaligus mengurangi jumlahnya secara
efektif, seperti penerapan Waste to
Energy
Dalam jangka pendek, penanganan
sampah di sumber akan dilakukan de-
ngan program pemilahan, 3R, dancom-posting skala rumah tangga. Untuk itu
akan ada sosialisasi, pelatihan dan pem-
bentukan KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat), proyek composting skala
rumah tangga, disertai penegakan atur-
an. Di tingkat TPS, program berupa
peningkatan cakupan pelayanan peng-
angkutan. Caranya dengan penambah-
an jumlah armada pengangkutan,
inventarisasi dan revitalisasi TPS, peng-
aturan rute berbasis GIS (Geographic
Information System) dan jadwalnya, re-plikasi program composting skala ka-
wasan, serta studi dan Konstruksi TPS.
Sedangkan di TPA, TPA Sarimukti akan
direvitalisasi (landfill 21,2 Ha) melalui
Detail Engineering Design (DED) dan
Konstruksi, pembangunan instalasi kom-
pos, serta operasi dan pemeliharaan. Selain
itu, penetapan Lokasi, Instalasi Pengolahan
Terpadu (IPT), Pembebasan Lahan, Anali-
sis Dampak Lingkungan (AMDAL), DED,
TPA Citiis/Legok Nangka; identifikasi ren-
cana aksi sesuai hasil GBWMC; dan penye-
lesaian status hukum TPA Leuwigajah.
Pada jangka menengah, di tingkat
sumber, program berupa replikasi pro-
gram pemilahan, 3R, composting skalarumah tangga, serta pemberlakuan
sanksi denda terhadap pelanggaran
aturan. Di TPS, peningkatan cakupan pe-
layanan pengangkutan, replikasi program
composting skala kawasan, serta studi dan
konstruksi SPA. Di TPA, studi kelayakan,
Amdal, dan DED TPA Citiis/Legok Nang-
ka; sosialisasi teknologiReusable Sanitary
Landfill(RSL) dan Sanitary landfill(SL)
di TPA Leuwigajah; studi kelayakan TPA
Regional-Sanitary landfill; peraturan
kerja sama antar daerah; kerja sama de-ngan swasta; DED pengolahan sampah
terpadu;Pilot Project Waste to : (i) Energi
(ii) Pupuk organik; dan pilot Project
Landfill Gas to Energy (LFGTE).
Sedangkan pada jangka panjang, pe-
nanganan sampah di sumber sama de-
ngan tahap sebelumnya. Di tingkat TPS,
programnya yakni efisiensi dan pening-
katan kapasitas manajemen pengelolaan
persampahan, pencapaian target "full
cost recovery" pada periode perencana-
an jangka panjang dan pilot proyekcom-
posting skala kawasan. Di TPA, program
berupa konstruksi teknologi RSL dan SL d
TPA Leuwigajah; pembangunan Peng-
olahan Sampah Terpadu (kapasitas 100m3/hari, lahan: 1500 m2, dengan perkira-
an investasi Rp. 2,3 milyar); Waste to Ener-
gy - Pilot Project(konstruksi pilot projec
Waste to Energy (100 ton/hari), supervis
pilot project Waste to Energy, dan Evaluasi
pilot project Waste to Energy).
Penanganan sampah hasil panitia ad
hoc ini, kalau disimak merupakan hasil
kompilasi dan kompromi dari berbagai
usulan dari stakeholder. (Lihat: Pilihan
Konsep Penanganan Sampah Kota
Bandung). Secara teori, kebijakan itucukup menjanjikan. Tapi apakah
cukup aplikatif? Pertanyaan ini
perlu diajukan mengingat imple-
mentasi yang melibatkan banyak pihak
biasanya justru malah tidak bisa ber-
jalan sesuai harapan. Semoga ini hanya
sebuah kekhawatiran yang tak terbukti
Sekarang kita tinggal menunggu, aksi
mana yang akan bisa membendung
sampah Kota Bandung. mujiyanto
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 6
G reater Bandung Waste Management Corporation (GBWMC) adalahsebuah lembaga yang dibentuk untuk menangani sampahMetropolitan Bandung (Bandung dan sekitarnya). Pembentukan kelemba-gaan ini didasarkan atas nota kesepahaman pengelolaan sampahMetropolitan Bandung 7 Maret 2005, SK Gubernur Jawa Barat tentangPembentukan Tim Perumus Pengelolaan Sampah di Metropolitan Bandung,dan SKB Pembentukan Wadah Pengelolaan Sampah Bersama diMetropolitan Bandung 27 Desember 2005. Pemerintah daerah yang terli-bat dalam GBWMC ini adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung,Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Dua kabupaten lainnya yakniPurwakarta dan Cianjur belum ada kepastian.
Strategi pelaksanaan GBWMC menggunakan tiga prinsip yakni:1. Strategi teknis
a. Pencegahan sampah dari sumber: permukiman, pertanian,pertokoan, termasuk kantor dan sekolah (Perlu regulasi danenforcement)
b. TPA masih diperlukan2. Strategi kelembagaan dan SDM
a. Sampah merupakan masalahpublic managementb. Peningkatan kapasitas aparatur publik atau out sourcing
3. Strategi budaya dan spirituala. Sampah fisik merupakan resultan sampah non fisikb. Pendekatan: budaya/keteladanan dan spiritual
(perlu kampanye/sosialisasi)
Nantinya akan ada dua TPA untuk wilayah Metropolitan Bandung. Satuuntuk kawasan timur dan satunya untuk kawasan barat. Berdasarkansurvei ada dua daerah yang terpilih yakni Citiis (100 ha), dan Legok Selong(70 ha). Sementara tahap pengolahan sampah sebagai berikut.
Pelaksanaan GBWMC (TPA Sanitary landfill dan pengurangan sampahdi sumber) membutuhkan dana sebesar Rp. 385 milyar. Skenario pendanaan-nya ada empat yaitu (i) sharing pusat-propinsi-kab/kota, (ii) sharing propinsi-kab/kota, (iii) sharing propinsi-kab/kota-investor, (iv) dana pinjaman dariBank Dunia dengan melibatkan swasta sebagai operator.
GBWMC merencanakan selambat-lambatnya 27 Desember 2006 wadahpengelolaan sampah bersama di Metropolitan Bandung telah resmi terben-tuk. Gubernur Jawa Barat juga diharapkan telah mengeluarkan SK untukpenunjukan lokasi TPA. MJ
S E K I L A S P R O G R A M G B W M C
Area 1 TPA
Masa Pakai
ModelPenanganan
Sampah
ProduksiPendapatan
TAHAP PENGOLAHAN SAMPAH
Tahap-1 Tahap-2 Tahap-3
100 ha
20-25 tahun
TPASanitaryLandfill
----Rp. 0
100 ha
> 25 tahun
- gas, komposRp. XXX
100 ha
>>> 25 tahun
- listrik, bhn kimiaRp. YYY
TPA
RecoveryStorage
TPA Storage
Waste to Energy
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
9/56
Pengomposan oleh Yayasan Bitari di Eks TPA
Pasir Impun
Luas Lahan = 2000 m2
Volume sampah yang masuk = 20 m3/hari
Produksi Kompos = 660 Kg/ Hari
Daur Ulang Plastik oleh CV Fajat di eks TPA Pasir Impun
dan Jl. Holis
Luas Lahan = 2000 m2
Volume sampah Plastik = 0,5 - 1 ton/hari
Jenis Produksi = Chips dan Kontainer
Selain itu ada pula kegiatan melalui bantuan program
WJEMP - CEF. Kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu
pengomposan di 5 RW Kelurahan Gegerkalong, Keca-matan Sukasari
Luas Lahan = 300 m2
Volume sampah yang masuk = 2-3 ton /hari
Produksi kompos = 1 - 1,5 ton/hari
Residu Non Organik dipilah dan dijual
Kegiatan Melalui Swadaya Masyarakat
PT PINDAD
Luas Lahan = 600 m2
Volume sampah yang masuk = 9 - 10 m3/hari
Produksi Kompos = 500 - 1000 Kg/ Hari
Jenis Sampah yang masuk kelokasi 90 % da-
un, 10 % hasil kegiatan kantor (kertas+sisa
makanan) Residu Non Organik dibakar.
RW 11 Cibangkong
Luas Lahan = 400 m2
(berikut lahan untuk uji coba tanaman)
Volume sampah yang masuk = 10 m3/hari
Produksi Kompos = 1 - 1,5 ton/ Hari
Residu Non Organik dipilah dan dijual
Jhon PietersLokasi RW 06 dan Jl. Cipamokolan No. 77
Kel.Cipamokolan Kec.Rancasari
Luas Lahan = 2.500 m2
Volume sampah plastik = 6 ton/hari
Volume sampah logam = 8 ton/hari
Produk : Pelet plastik
Pengomposan dengan Green Phoskko RW 04 Kelurahan
Cipadung, Kecamatan Cibiru
Luas Lahan = 100 m2
Volume sampah yang masuk = 2 m3/hari
Produksi kompos = 0.35 m3/hari Residu Non Organik dipilah dan dijual
Lindi dari pengomposan untuk pupuk cair
Pengomposan dengan Green Phoskko RW 14 Kelurah-
an Palasari, Kecamatan Cibiru
Luas Lahan = 100 m2
Volume sampah yang masuk = 1,2 m3 /hari Produksi kompos = 0,2 m3/hari
Residu Non Organik dipilah dan dijual
Residu Non Organik dibakar,
abu dibuat bata. z
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 7
S elain mencari alternatif TPA, PD Kebersihan Bandungmengadakan kerja sama dengan berbagai pihak untukmengolah sampah di sumber sampah atau TPS. Kemitraan
yang terjalin itu yaitu composting di Eks TPA Pasir Impun,
daur ulang plastik jenis PET dan PE (Botol dan Gelas kemasan
air minum mineral), dan daur ulang plastik menjadi kon-
tainer (bin) sampah.
Kegiatan-kegiatan itu antara lain :
Pengurangan Sampah di Sumber
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
10/56
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 8
Sampah Bandung memang sudahterbendung kendati masih se-
mentara waktu. Musibah sam-
pah ini mengundang berbagai pihak un-
tuk ikut urun rembug dalam rangka
memecahkan persoalan tersebut. Seti-
daknya ada tiga instansi yang memiliki
konsep, selain Pemerintah Kota Ban-
dung sendiri. Usulan itu berasal dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-
nologi (BPPT), Institut Teknologi Ban-
dung (ITB), dan Kementerian Ling-
kungan Hidup. Berikut usulan masing-masing lembaga tersebut.
PEM K O T BANDUNGJangka Pendek sebelum ada teknologi
pengolahan
Peran serta masyarakat melalui
konsep 3 R (Reduce, reuse, dan
recycle)
Pengomposan, insinerator mikro
skala RW/pembakaran (hati-hati)
Penimbunan setempat
Pengolahan sampah dengan basisteknologi modern
Pembangunan pabrik pengolah
sampah yang bisa mengubah sam-
pah menjadi energi listrik, pupuk
organik, atau produk lain. Kapa-
sitas pabrik 1.500
ton/hari, operasi
24 jam/hari. Ener-
gi yang dihasilkan
30 M Watt.
Manajemen sepe-
nuhnya diserahkanswasta bila perhi-
tungan usaha sesuai
mekanisme pasar.
Jika tidak, pabrik
dikelola bersama
antara swasta dan
pemerintah kota.
ITBPengelolaan sampah terpadu, yakniKomposter rumah tangga
Pengomposan Skala RT/RW, seki-
tar 10 RT: 3 gerobak sampah de-
ngan volume 4,5-5 m3/hari
Pengolah sampah terpadu kapasi-
tas 100 m3/hari. Butuh lahan
1.500 m2. Butuh hanggar utama,
hanggar kompos, rumah kaca,
conveyor belt, mesin pencacah
sampah organik, sistem suplai
udara pengomposan aerasi, unitreactor uji coba gasifikasi dan bio-
gas, penyaring kompos, insinera-
tor, mesin batako, pencacahplas-
tic, container stok, timbangan dan
sebagainya. Biaya operasi pada
kapasitas minimum (20 m3) yakni
Rp. 27.000/m3 dan pada kapasi-
tas maksimum kompos cepat (100
m3) yakni Rp. 5.400/m3.
KEM EN T ER I A N LH
Penerapan konsep 3 R dengan me-maksimalkan 6 lokasi TPS potensial
selama tahun 2006. Metode ini diper-
kirakan dapat mengurangi sampah
sebesar 725 m3 atau sekitar 22,66
persen (total sampah terangkut 3.200
m3/hari). Untuk jangka panjang pe-nerapan konsep 3R dapat mencapa
40-60 persen dari total timbulan sam-
pah. Total biaya yang dibutuhkan se-
lama tahun 2006 yakni Rp. 2 milyar.
B P P Tz Skenario 1
Rehabilitasi dan pemakaian kembal
TPA Leuwigajah (jika TPA itu bisa
dimanfaatkan) menjadi reusable
sanitary landfill dan pengelo-
laan sampah terpadu berbasis3 R. Biaya pengolahan per ton
sampah adalah Rp. 79.074.
z Skenario 2
Penerapan TPAreusable sanitary
landfill (jika TPA Leuwigajah
tidak dapat dimanfaatkan dan jika
didapatkan TPA baru dengan luasan
yang memadai) dan penerapan pe-
ngelolaan sampah terpadu berbasis
3 R. Butuh dua lokasi RSL dengan
kapasitas 13.000 m3/hari dan 7.000
m3/hari. Biaya pengolahan Rp87.079 per ton sampah.
z Skenario 3
Penerapan pengolahan sampah men-
jadi energi melalui teknologi insinera-
tor, TPA RSL ukuran kecil, dan pene-
rapan pengelolaan sampah terpadu
berbasis gerakan 3 R (jika TPA Leu-
wigajah tidak dapat digunakan dan
didapatkan TPA baru dengan
luasan yang relatif sempit). Insi-
nerator yang akan dibangun mem-
punyai kapasitas 1.000 ton per hariyang dilengkapi sistem peman-
faatan panas pembakaran untuk
energi. Butuh lahan 5 hektar dan
dua lokasi TPA RSL dengan
kapasitas tampung masing-
masing 8.000 m3/hari. Bia-
ya perkiraan per ton sampah
yakni Rp. 124.870. MJ
z
z
z
z
PILIHAN KONSEP PENANGANANSAMPAH KOTA BANDUNG
FOTO:MUJIYANTO
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
11/56
Bisa digambarkan seperti
apa pengelolaan sampah di
kota Bandung sebelum ter-
jadinya darurat sampah?
Selama ini pengelolaan sampah di-
lakukan secara tradisional yaitu sani-
tary landfill, paling juga meningkat
pada control landfill. Kalau sanitary
landfill, sampah dibuang saja kemudian
diratakan pada satu lokasi tertentu. Se-
dangkan control landfill, sampah dira-takan kemudian ditumpuk tanah. Baik
sanitary maupun control landfill ter-
nyata keduanya menimbulkan masalah
ke depan kalau dibiarkan terus.
Sanitary landfillkan membutuhkan
tanah yang luas. Kalau tanahnya sempit,
pada suatu saat bisa menimbulkan
musibah. Contohnya di Leuwigajah.
Kalau kita menumpuk tanah akan
berakibat yang sama juga karena air
lindinya dan ambrolnya sampah bisa
terjadi. Kalau kita mau membuat ver-tikal, memangnya mau ditembok ke
atas? Dengan terjadinya kasus Leuwi-
gajah kita harus berbuat lebih baik dan
tidak mengulangi lagi kasus tersebut
yang jelas menimbulkan korban dan
merugikan masyarakat dan pemerintah
kota.
Apa yang dilakukan Pemda
setelah Leuwigajah longsor?
Seizin gubernur secara lisan, sekitar
bulan Maret 2005 kami mengundang 16pengusaha yang mau bergerak di bidang
pengolahan sampah baik yang mengha-
silkan kompos, pupuk, energi, briket,
batubata, semen dan sebagainya. Me-
reka berasal dari dalam dan luar negeri.
Untuk menyeleksi mereka, kami mem-
bentuk tim perumus yang terdiri dari
pemerintah kota, pakar lingkungan, dan
dari Unpad. Tim bekerja dan akhirnya
terseleksi menjadi lima, dan akhirnya
menjadi tiga. Tiga itu kemudian mem-
bentuk konsorsium yang namanya PT
BRIL yaitu Bandung Raya Indah
Lestari. Pada September 2005 kita
mengadakan MoU dengan perusahaantersebut. Kewajiban PT BRIL adalah
mencari tanah dan membebaskannya
untuk pabrik, kemudian membuat pab-
rik sendiri. Sebelumnya pada Juli-
Agustus kita ke Shanghai, Cina, melihat
pabrik di sana. Apa yang kita lakukan
mengadopsi dari sana. Walaupun saya
pribadi pernah dapat training dengan
Bupati Bandung dan Walikota Cimahi
dalam bidang sampah. Sehingga saya bi-
sa melengkapi komparasi Jepang dan
Cina itu. Setelah September, BRIL men-cari lahan. Ternyata tidak mudah. Yang
dicari di Kab. Bandung dan Garut. Bebe-
rapa lokasi di Bandung, masyarakat se-
tuju, kita setuju, tapi Pemda Kab. Ban-
dung tidak setuju. Ada juga yang kabu-
paten setuju tapi masyarakat tidak se-
tuju. Jadi tidak mudah. Yang terakhir ki-
ta masih membuang sampah di Jelekong,
Kab. Bandung. Terus ditutup. Kita juga
punya di Pasir Impun, 7 Ha juga ditu-
tup. Juga di Cicabe, 14 April ditutup
Jadi pada 15 April kita tak bisa mem-
buang sampah ke mana-mana. Sampa
26 Mei 2006 sampah menumpuk
Lamanya 41 hari. Setiap hari ada 7.500
meter kubik sampah. Kali 41 hari jadi
sekitar 400 ribu meter kubik. Oleh kare-
na itu saya katakan Bandung itu musi-
bah darurat sampah. Dan ini bukan
hanya isu nasional tapi juga interna-sional. Saya terus berupaya menyele-
saikannya. Pada 26 Mei Pak Gubernur
dan Panglima Kodam III Siliwangi
turun tangan sehingga mendapatkan
tanah di Sarimukti, milik Perhutani
seluas 21 hektar. Saat itu juga kita
memakai tanah Kodam di Cikubang
seluas 2,5 ha, dan itu hanya mampu
dipakai selama 10 hari. Sekarang kita
menggunakan Sarimukti. Dengan Sari-
mukti, 7 Agustus lalu Pak Gubernur me-
nandatangani perjanjian dengan Perhu-tani sebagai payung hukum penggunaan
lahan tersebut. Bahwa sampah yang di-
buang oleh Kab. Bandung, Cimahi, Kota
Bandung, nantinya akan dijadikan tem-
pat pengolahan menjadi kompos. Ini ju-
ga atas saran tim yang dibentuk oleh
Men PPN/Ketua bappenas, Meneg LH
Menteri Ristek. Pemerintah menyedia-
kan dana Rp. 14 milyar. Pembagiannya
Kota Bandung Rp. 1,5 milyar untuk
membangun fasilitas pengolahan kom-
pos menjadi sampah di Sarimukti. Tapsetelah saya komparasi ke Singapura se-
minggu lalu, ternyata ada fasilitas peng-
olahan sampah di tengah kota menjadi
energi, pembersih air. Ada empat lokasi
Sehingga untuk energi listrik, Kota Ban-
dung sangat memungkinkan karena ha-
nya menggunakan 5 ha untuk pabrik, 15
ha untuk green belt-nya. Saya meng-
hendaki 5 ha untuk pabrik, 5 ha untuk
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 9
Walikota Bandung, H. Dada Rosada:
Tak Bisa Lagi Cara TradisionalFOTO:MUJIYANTO
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
12/56
cadangan, dan 10 ha untuk penghijau-an. Dari pengalaman di beberapa ne-
gara, ternyata prosesnya tidak menyisa-
kan sampah sedikitpun karena sampah
diolah terus. Kota Bandung ingin menu-
ju ke sana. Mudah-mudahan kalau ini
teralisasi, ini menjadikan yang pertama
di Indonesia.
Apakah Pemkot hanya bekerja
sama dengan swasta itu saja?
Pada 31 Juli lalu, kerja sama Pemkot
Bandung dengan PT BRIL dikembang-kan lagi dengan ITB, PLN, dan Darut
Tauhid. Keputusannya, Pemkot yang
mempunyai sampah, PT BRIL dan Da-
rut Tauhid yang mengolah sampah,
PLN yang membeli dan menjual, dan
ITB yang menangani perencanaan tek-
nologinya. Sebelumnya ITB dan PLN
sudah mengadakan kerja sama dengan
skala kecil 1 hari 24 ton menghasilkan
energi listrik 500 kWH. Ini dinilai ter-
lalu kecil sehingga PLN menyarankan
bekerja sama dengan Pemkot karenapunya sampah banyak. Kita ancer-
ancer 1500 ton per hari dapat meng-
hasilkan 25 Mega Watt.
Kerja sama regional antarpem-
da sendiri seperti apa?
Kerja sama antar Pemkot, Pemkab
Bandung, dan Cimahi wujudnya ya
pembuangan bersama di Sarimukti, Kab
Bandung itu. Kabupaten Bandung danCimahi sampahnya tidak banyak. Kalau
kota Bandung per hari 7.500 meter
kubik, sedangkan Cimahi tiga bulan saja
450 meter kubik. Kami yang terbanyak
menginginkan sampah ini jadi energi
listrik. Kebetulan PLN juga belum bisa
melayani semua warga.
Di mana lokasi pabrik yang
direncanakan?
Ada di Bandung timur. Prosesnya
sedang berlangsung. Insya Allah tidakakan mengalami kesulitan karena yang
mempunyai tanah hanya seorang dan
sudah menyerahkan kepada kita. Kita
berharap tidak akan terjadi seperti yang
di Bojong. Masyarakat sudah kita sosi-
alisasikan dan mau.
Soal anggaran bagaimana?
Ya anggarannya bertahap.
Berapa alokasinya?
Kita belum menentukan. Yang pen-ting sekarang adalah payung hukumnya
dulu. Business plan-nya belum dibuat.
Kerja kita banyak terganggu, misalnya
mencari lahan saja kan tidak gampang.
Dengan kasus musibah sampah
ini, apakah Bandung memperta-
hankan master plan yang sudah
ada atau membuat yang baru?
Kita membuat yang baru. Yang lamakan sanitary landfill. Itu sudah tidak
bisa lagi. Sekarang master plan sedang
dibuat. Jadi master plan baru titik
lokasi saja. Bahwa di RTRW dan
RDTRK-nya kita memplot Bandung
timur sebagai lokasi industri nonpolu-
tan dan pergudangan.
Apa yang Anda sampaikan
menunjukkan bagaimana sampah
akhir itu diolah. Lalu bagaimana
dengan pemberdayaan masyara-kat dalam mengurangi sampah?
Masyarakat kita imbau untuk memi-
lah sampah di rumah dulu. Ini seperti
yang dilakukan di negara-negara maju
Paling tidak dipilah antara yang organik
dan anorganik. Sampah itu kemudian
kita ambil dan dibawa ke depot. Di situ
juga ada orang yang memilah. Di pabrik
nantinya akan ada tenaga kerja dari
mulai yang kasar sampai yang trampil
yang memiliki keahlian khusus.
Bagaimana bentuk kerja sama
dengan pihak swasta?
Semua kita serahkan kepada swasta
Nah kita tinggal nyicil, entah seperti apa
bentuknya nanti. Operatornya swasta, kita
bayar kepada mereka. Jadi mereka itu me-
lakukan investasi dan yang mengoperasi-
kannya. Jadi kita menyerahkan sampah
dan kita bayar. Mereka memperoleh ke-
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 10
PEMKOT
ILLUSTRASI:RUDI KOZ
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
13/56
untungan dari situ. Selain itu mereka men-
jual hasil sampah berupa energi ke PLN.
Bagaimana dampak adanya
pabrik sampah terhadap kinerja
PD Kebersihan Kota Bandung?Ya secara bertahap, mungkin kita
kerja samakan. Yang akan datang kan
akan kembali menjadi milik pemerintah
kota jika BOT atau BTO selesai.
Berapa jangka waktu kerja sa-
ma dengan swasta ini?
Ya, minimal 20 tahun.
Apakah pemda menyiapkan
Perda khusus untuk mengawal
kerja sama ini?Ya, harus itu. Sekarang sudah ada per-
danya. Judulnya yang ada Pengelolaan
Sampah, dari rumah ke TPS dilakukan
masyarakat bersama RT/RW, dari TPS
diangkut ke TPA dan tidak diapa-apain.
Masyarakat ditarik retribusi karena dari
TPS ke TPA kita yang mengangkutnya.
Belum ada perda khusus dalam
kaitan kerja sama ini?
Baru MoU.
Berarti harus ada payung hu-
kum?
Harus. Apalagi kerja sama itu juga
menyangkut ITB, PLN, dan Darut
Tauhid.
Berapa sih anggaran untuk pe-
ngelolaan sampah selama ini?
Dari Pemda kita membantu sebesar
Rp. 20 milyar. Tapi beban yang dibe-
rikan kepada PD Kebersihan untuk re-
tribusi kan hanya 53 persen-an dari ke-
butuhan anggaran yang lebih dari 20
milyar.
Mungkin Anda punya saran ba-
gi kota lain agar tidak terjadi mu-
sibah seperti di Bandung, apa
yang harus dilakukan?
Yang pertama, harus mengubah pe-
rilaku. Tak bisa lagi membuang sampah
seenaknya. Memilah sampah. Dan pe-merintah daerah tidak lagi mengguna-
kan cara-cara yang tradisional, sanitary
landfill.
Apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah jika mereka
mengalami darurat sampah?
Yang harus mengacu pada peng-
olahan sampah secara teknologi, apa-
kah bergabung (dengan pihak/pemda
lain) atau sendiri-sendiri.
Maksudnya dalam kondisi da-
rurat?
Ya kita dengan seluruh potensi ma-
syarakat melaksanakan 3 R itu.Reduce
Reuse, dan Recycle. Tapi itu sangat
darurat sekali. Itupun hasilnya tidak
banyak. Selama 41 hari ada sampah se-
kitar 400 ribu meter kubik. Dengan 3 R
kita bisa mengurangi paling hanya 10
ribu meter kubik. Di samping itu proses
itu tidak cepat untuk menimbulkan re-
volusi. Model seperti ini untuk jangkapanjang. Membuat pengelolaan sampah
di rumah kan juga tidak semua orang
sanggup untuk itu. Jadi pengelolaan
sampah dari tradisional ke teknologi itu
mutlak.
Mulai kapan pabrik berope-
rasi?
Tahun ini kan baru pembangunan
pabrik. Butuh waktu 1 tahun. Selama
itu sampah kita buang di Sarimukti
Jadi ini sudah bagus sekali.
Apakah langkah Anda tidak
berbenturan dengan program
GBWMC?
GBWMC tidak ada masalah. Kita
akan tetap ikut dalam program tersebut
Lagipula sampah Bandung itu kan
banyak. Jadi tidak perlu ada kekhawa-
tiran dengan Sarimukti. MJ
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 11
Kita dengan seluruh
potensi masyarakat
melaksanakan 3 R.
Reduce, Reuse, danRecycle. Tapi itu
sangat darurat
sekali. Itupun hasilnya
tidak banyak.
FOTO:MUJIYANTO
Sudut Kota Bandung yang sudah mulai bersih.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
14/56
Kondisi persampahan di Indone-
sia sudah sedemikian carut
marut yang ditandai dengan
berbagai kasus pencemaran akibat sam-
pah. Puncaknya ketika TPA Leuwigajah
longsor pada bulan Februari lalu yang
memakan korban meninggal 146 orang
dan diikuti dengan berbagai perdebatan
sengit, saling menyalahkan. Namunseperti hal yang lazim terjadi di
Republik kita tercinta ini, bencana long-
sornya TPA Leuwigajah pun tidak diiku-
ti dengan upaya perbaikan yang me-
madai baik secara teknis maupun poli-
tis. Rasanya itulah titik nadir paling
rendah dalam dunia persampahan di
Indonesia selama ini.
Meskipun tidak ada pernyataan
resmi Pemerintah mengenai "keadaan
darurat" sampah di wilayah Bandung,
kenyataannya sejak bulan Mei 2006
setelah TPA Leuwigajah longsor, se-
banyak 300.000 m3 sampah tertahan di
dalam kota karena tidak ada TPA yang
dapat menerima sampah yang setiap
harinya mencapai 4.000 m3 atau lebih
tepat karena kuatnya penolakan wargayang keberatan dengan keberadaan TPA
alternatif (TPA Jelekong, TPA Babakan,
dan lain-lain). Dengan kondisi demi-
kian, sudah dapat dipastikan Bandung
yang terkenal sejuk dan indah berubah
menjadi kota lautan sampah yang bau
dan menjijikkan bahkan kekhawatiran
terjadinya penyebaran penyakit sempat
terjadi di beberapa lokasi.
Namun ada atau tidaknya pernya-
taan darurat sampah Bandung secara
resmi dari Pemerintah, kita mengakui
bahwa kondisinya memang sudah super
kritis dan harus segera ditangani de-
ngan segera. Pada akhirnya tidak ku-
rang dari empat menteri (PU, LH
Bappenas dan BPPT) dan bahkan ITB
disibukkan oleh kegiatan tanggap daru-
rat sampah tersebut meskipun instruksi
Presiden untuk mengatasi masalah
sampah Bandung hanya ditujukankepada Menteri Lingkungan Hidup.
Dalam kondisi tanggap darurat ini
TNI juga turun gunung (tepatnya turun
kota) untuk mengevakuasi sampah dari
dalam kota (tentunya dibantu oleh apa-
rat pemerintah daerah dan PD Keber-
sihan Bandung), dengan mengerahkan
personel, kendaraan dan alat berat serta
menyediakan lokasi milik TNI di Ciku-
bang, Kecamatan Darangdan-Kabu-
paten Purwakarta (luas 4 ha) sebagai
tempat pembuangan sampah. Inilahbarangkali yang dapat digunakan seba-
gai indikator sampah Bandung dalam
keadaan darurat, yaitu seperti dalam
kondisi perang. TNI berada digaris
depan. Selain itu juga dibentuknya tim
Satgas dan tim Ad Hoc.
Selain itu sampah juga dibuang ke
lokasi perkebunan milik Perhutani di
desa Sarimukti (luas 21 ha), kecamatan
Cipatat-Rajamandala, Kabupaten Ban-
dung. Sebenarnya ada banyak pilihan
lokasi yang dapat digunakan sebagaitempat darurat pembuangan sampah
namun banyaknya penolakan dari pihak
masyarakat, akhirnya Gubernur memi-
lih 3 lokasi yaitu :
Cikubang (luas 4 ha), jarak dari kota
Bandung 28 km, tanah milik TNI
yang terletak di Kabupaten Pur-
wakarta
Sarimukti (21 ha), jarak dari kota
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 12
Pembelajaran Darurat
Sampah BandungOleh: Endang Setyaningrum*
-
-
FOTO:ENDANG SETYANINGRUM
Sampah menumpuk di TPS.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
15/56
Bandung 42 km, tanah milik Perhu-
tani di wilayah kabupaten Bandung
Gunung Hejo (8 ha), jarak dari kota
Bandung 33 km, tanah milik PTP VIII
di wilayah Kabupaten Purwakarta
Proses pembuangan di lokasi Ciku-bang dilakukan oleh personil TNI de-
ngan metode pembuangan "darurat"
yang lumayan, yaitu metode gali dan
timbun. Saya sempat berpikir, ternyata
tentara tidak hanya belajar masalah
kemiliteran saja tetapi juga tahu bagai-
mana cara membuang sampah dengan
"metode kucing" tersebut. Sayangnya
sampah yang dapat ditampung di Ci-
kubang kurang lebih hanya 50.000 m3
(luas lahan yang dapat digunakan hanya
1,5 ha dari 4 ha yang ada) selama 30hari.
Sedangkan proses pembuangan di
lokasi Sarimukti lebih darurat lagi kare-
na hanya mengandalkan open dumping
disertai pemadatan (tanpa penutupan
tanah seperti yang dilakukan Cikubang)
dengan kapasitas pembuangan menca-
pai 800 m3/hari (saat ini telah menam-
pung 70.000 m3). Sebenarnya izin
penggunaan lokasi Sarimukti adalah
untuk pembuatan kompos, namun
mengingat kondisi darurat ini, maka ke-giatan kompos sampai saat ini juga be-
lum dilakukan.
Sementara itu untuk pemanfaatan
lokasi di Gunung Hejo (luas 8 ha, dapat
dimanfaatkan 5,5 ha) yang terletak di
sisi jalan tol Cipularang, belum sempat
dilakukan. Meskipun telah dilakukan
suatu quick detail engineering design
untuk menerapkan metode pembuang-
an akhir sampah yang lebih baik, meng-
ingat terdapatnya mata air di sekitar lo-
kasi tersebut, namun sayang kemudianlokasi tersebut ditolak oleh DPRD
Kabupaten Purwakarta meskipun per-
syaratan penyediaan air bersih bagi
warga di sekitar lokasi (Kampung Ci-
bentar dan Pasirmalaka) sudah dipe-
nuhi oleh Departemen PU. Bahkan izin
jalan masuk melalui jalan TOL saat itu
sedang diproses oleh Menteri Pekerjaan
Umum.
Harga Tanggap Darurat
Upaya tanggap darurat yang semula
diharapkan dapat selesai dalam 1 bulan
sesuai instruksi Presiden, namun
akhirnya memakan waktu sampai 3
bulan. Dalam kurun waktu tersebut,
telah banyak dana yang harus dibayar
oleh berbagai pihak untuk hal-hal seba-gai berikut :
Biaya angkutan (Rp. 750.000 / rit) yang
mencapai 180 truk (2 rit/hari) selama 3
bulan mencapai Rp. 8,1 milyar.
Biaya pembuangan di Cikubang (alat
berat, personel dan infrastruktur
pengamanan lingkungan)
Biaya pembuangan di Sarimukti (alat
berat, personel, perbaikan jalan
masuk menuju lokasi)
Biaya DED Sarimukti
Biaya penyiapan lokasi Gunung Hejo
(DED, penyediaan air bersih)
Tujuh unit alat berat senilai Rp. 11
Milyar
Biaya penyediaan air bersih di lokasi
Gunung Hejo
Biaya tersebut belum termasuk
biaya yang jumlahnya sulit diperkirakanseperti biaya lahan baik di Cikubang
maupun di Sarimukti, biaya koordinasi
biaya angkutan sampah yang telah
berulang kali ditolak warga, biaya kese-
hatan masyarakat yang sakit akibat
pencemaran sampah di dalam kota
biaya akibat menurunnya turis
domestik yang batal ke Bandung dan
lain-lain.
Betapa mahalnya harga sebuah
darurat sampah di wilayah Bandung
tercinta, andai dulu TPA Leuwigajahtidak longsor, andai TPA Leuwigajah
dapat dioperasikan dengan metode sa-
nitary landfillyang benar, andai alokas
dana untuk mengelola sampah cukup
memadai (sekarang hanya tersedia dana
Rp 15.000,-/ m3, masih jauh di bawah
kewajaran harga suatu pengelolaan
sampah). Pada akhirnya kita memang
hanya dapat berandai-andai saja.
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 13
Sekarang hanyatersedia dana
Rp 15.000,-/ m3,masih jauh di bawah
kewajaran harga suatupengelolaan sampah.
Pada akhirnya
kita memang hanya dapatberandai-andai saja.
-
-
-
-
-
-
-
-
Antrian Truk Sampah di Jalan Masuk TPA Cikubang
FOTO:ENDANG SETYANINGRUM
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
16/56
Kapan Darurat Berakhir?
Setelah 3 bulan berlalu dan dari
hitung-hitungan matematik volume
sampah yang berhasil dievakuasi dari
kota Bandung dan Cimahi ke lokasi TPA
darurat, sebenarnya masih ada puluhanribu m3 sampah yang masih tertahan di
kota meskipun tidak se-jorok sebelum-
nya. Bandung relatif kembali bersih
bahkan sudah dipenuhi lagi oleh turis
Jakarta terutama pada hari libur dan
akhir pekan.
Apakah itu berarti proses tanggap
darurat berakhir? Bagaimana dengan
kelanjutan peningkatan kualitas TPA di
Sarimukti yang hanya dilaksanakan
secara open dumping dan kemungkinan
leachatenya sudah mulai mencemarilingkungan? Bagaimana kelanjutan
pelaksanaan unit produksi kompos ter-
padu di Sarimukti (sesuai dengan izin
Perhutani)? Masih banyak hal yang
perlu ditindaklanjuti agar tidak ada lagi
"darurat sampah jilid 2".
Skenario Pasca Tanggap Darurat
Untuk skenario pasca tanggap daru-
rat diusulkan perbaikan infrastruktur di
lokasi Cikubang dan Sarimukti untuk
mengatasi masalah pencemaran ling-kungan yang sudah mulai terlihat di
lokasi Sarimukti, terutama pencemaran
leachate dan penyediaan fasilitas peng-
olahan sampah terpadu (kompos dan
daur ulang)
Sedangkan tahap lanjutannya
adalah selain kembali ke skenario usu-
lan WJEMP (GBWMC), yang meliputi :
Pelaksanaan sosialisasi kepada ma-
syarakat dan pihak-pihak terkait un-
tuk menghindari masalah konflik
sosial seperti yang selama ini terjadiPembebasan lahan (lokasi Citiis dan
Kebon Nangka-Nagrek) dengan ganti
rugi yang memadai.
Penyediaan fasilitas landfill dan peng-
olahan sampah yang memadai teruta-
ma yang berkaitan dengan penyediaan
zona penyangga, fasilitas perlindungan
lingkungan dan lain-lain.
Pengoperasian TPA (tempat pem-
buangan/pemrosesan akhir) sampah
perlu dilakukan secara profesional
dan tidak menimbulkan dampak
negatif maupun masalah sosial. Jugapenanganan pasca longsor TPA
Leuwigajah dan TPA Jelekong.
Renungan untuk Pembelajaran
Meskipun badai (sampah) sudah ber-
lalu dari Bandung, rasanya penting bagi
kita semua untuk merenung, meng-
endapkan semua yang terjadi di Bandung
sebagai titik tolak menuju semangat pe-
ngelolaan sampah yang lebih baik.
Timbulnya kesadaran warga untuk
mengurangi volume sampah yang
dibuang ke TPA dengan cara membuat
kompos dan daur ulang sedekat
mungkin dengan sumbernya, perlu
diberikan dorongan, seperti pemberianinsentif.
Seyogyanya pihak eksekutif dan le-
gislatif tidak lagi setengah hati dalam
mengalokasikan dana untuk suatu pe-
ngelolaan persampahan yang memadai
terutama untuk peningkatan kualitas
TPA pasca tanggap darurat (TPA Sa-
rimukti) dan merealisasikan kompos
terpadu skala besar.
Pada akhirnya master plan sampah
perlu ada dan menjadi acuan jangka
panjang bagi semua pihak termasukalokasi ruang untuk lokasi TPA yang
dilengkapi dengan zona penyangga dan
pemberlakuan "garis sempadan TPA"
Alokasi TPA adalah juga investasi jang-
ka panjang karena kita akan menda-
patkan "lahan baru" pasca TPA, mung-
kin menjadi ruang terbuka hijau.
* Staf Direktorat Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum
LAPORAN UTAMA
Percik Agustus 2006 14
Seyogyanya pihak
eksekutif dan legislatif
tidak lagi setengah hati
dalam mengalokasikandana untuk suatu
pengelolaan
persampahan yang
memadai.
-
-
-
- Kondisi Jalan Masuk ke TPA Cikubang.
FOTO:ENDANG SETYANINGRUM
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
17/56
K ekeringan melanda berbagai
daerah di Indonesia. Apa penye-
babnya?
Ada tiga faktor utama. Yang perta-
ma, mungkin global climate change,perubahan iklim global. Karena hujan
dan kekeringan terjadi di luar bulan-
bulan yang standar. Yang kedua, faktor
lingkungan. Yang ketiga, infrastruktur
sumber daya air. Sektor lingkungan
sudah jelas, ada sektor-sektor di luar
pengairan itu sendiri yang sangat
berpengaruh misalnya kehutanan, per-
tanian lahan kering, dan sebagainya
sehingga membuat kapasitas penyalur-
an air secara natural maupun buatan
menjadi berkurang. Kita melihat wa-duk-waduk yang dibuat endapannya
sangat tinggi.
Kalau soal infrastruktur bagai-
mana?
Soal infrastruktur, kita sendiri
sudah punya investasi di sumber daya
air termasuk irigasi, pengendalian su-
ngai dan juga pengembangan rawa
hampir sebesar 10 milyar dolar sejak
awal Orde Baru. Yang terbesar irigasi,
karena saat itu kita didorong untuk swa-
sembada pangan sehingga pembangunan
irigasi berlangsung besar-besaran.Sampai sekarang kita punya irigasi teknis
sebesar 4,6 juta hektar, full control. Ada
yang dikatakan semi teknis dan se-
derhana hampir 7,2 juta hektar. Ada lagi
irigasi tadah hujan. Biasanya di perde-
saan yang tidak ada irigasi teknisnya.
Sejauh mana hal itu mempe-
ngaruhi kekeringan?
Kalau bicara kekeringan, sering ter-
jadi dua hal, seperti sebuah mata uang.
Satu sisi kekeringan, tapi sisi lain ke-banjiran. Ini menunjukkan kemampuan
suatu wilayah daerah aliran sungai yang
berubah sehingga tidak mampu mena-
han air yang cukup karena catchment
area-nya sudah hancur dan sebagainya.
Yang sedang kita teliti sekarang, apakah
daerah yang kekeringan itu pada musim
hujan juga kebanjiran? Ternyata su-
ngai-sungai besar umumnya demikian.
Tapi untuk wilayah-wilayah pengem-
bangan seperti daerah irigasi, itu tidak
selalu terjadi. Berarti ini masalah kon-
trol. Di daerah-daerah yang artifisial,
daerah-daerah irigasi buatan, pada saat
banjir dia bisa melepaskan airnya ke
sungai, dan saat musim kering ditahan
Pola irigasi di Indonesia umumnya iri-
gasi gravitasi. Jadi hanya membendungdan menaikkan air saja. Tidak ada kon-
trol volume air, kecuali ada waduk
Itulah fungsi waduk-waduk besar. Ini
full control. Tapi sebagian besar irigas
kita semi kontrol yaitu irigasi dengan
menaikkan airnya.
Campur tangan terhadap fak-
tor lingkungan seperti apa?
Soal lingkungan kita hanya bisa
mengimbau. Hutan-hutan jangan dite-
bangi. Para petani di upper catchmentareayang berpendapatan rendah biasa-
nya juga menanam tanaman seperti
singkong, jagung yang sangat buruk
untuk aliran sungai karena tanaman itu
tidak mampu menahan air. Permukim-
an-permukiman sampai saat ini sering
begitu banyaknya developer lupa bahwa
daerah itu sebenarnya tempat parkir
air. Misalnya dulu Jakarta punya ba-
nyak rawa. Rawa itu sebenarnya tempat
parkir air sebelum mengalir ke laut
Sekarang itu dikembangkan, dinaikkandan sebagainya sehingga air tak memi-
liki tempat parkir. Itu sering menye-
babkan banjir.
Adakah kaitan antara keke-
ringan dan karakter sungai-su-
ngai kita?
Umumnya sungai di Jawa itu curam
tapi pendek sehingga flushing-nya ce-
WAWANCARA
Percik Agustus 2006 15
Direktur Pengairan dan Irigasi, Bappenas, Ir. M. Dony Azdan, MA, MS, PhD:
Jawa ButuhStorage-storage Baru
Akhir-akhir ini kekeringan melanda
berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit
jumlahnya. Anehnya, di beberapa daerah
tersebut pada musim hujan justru
kebanjiran. Ini fenomena yang menarik
untuk diperbincangkan. Mengapa ini bisa
terjadi dan apakah ini sekadar masalahalam atau ada campur tangan manusia?
Untuk itu Percik mewawancarai Direktur
Pengairan dan Irigasi Bappenas, M Dony Azdan
di kantornya. Berikut petikannya.
FOTO:ISTIMEWA
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
18/56
pat. Sementara itu kita tidak punya sto-
rage-storage yang relatif cukup untuk
menahan air tersebut untuk musim ke-
ring. Kita tidak sempat saving. Saat ini
kita punya 120 dam dengan waduk. Te-tapi kalau kita lihat, khususnya di Jawa,
air yang bisa kita saving itu hanya 10
persen. 90 persen air tidak pernah digu-
nakan sebelum air itu sampai ke laut.
Sudah alirannya curam, pendek, flush-
ing, dan juga tidak punya storage.
Sampai tahun 90-an, sebetulnya kita
banyak membangun waduk-waduk.
Dari awal 80-an sampai akhir 90-an,
pertentangan dari teman-teman LH
untuk membangun dam itu sangat
besar dengan alasan perubahan efeklingkungan dan sebagainya yang mem-
buat kita susah betul membuat waduk.
Mereka membandingkan dengan Ame-
rika atau Eropa. Amerika itu damnya
ada 25 ribu. Kita cuma ratusan. Me-
mang ada dua hal yaitu masalah pembe-
basan tanah dan perubahan lingkungan
tetapi memang kalau saya pribadi
menganggap storage perlu. Kalau seka-
rang kita perlu membangun dam, ya
harus dibangun. Kebutuhannya besar.
Artinya dengan kondisi alam
itu sebenarnya kekeringan bisa
diprediksi?
Dari seluruh Indonesia, ada dua
daerah yang mempunyai potensi defisit
air yaitu Jawa dan Nusa Tenggara. Lain-
nya berdasarkan skala water balance
global, tidak defisit. Hanya saja kita
melihat lokal per lokal. Intinya kalau
kita melihat per kepulauan maka Jawa
itu adalah daerah kritis defisit air.
Perhitungan global kita, dari hasil studistrategi penanganan sumber daya air
Pulau Jawa, Jawa defisit 5 milyar meter
kubik per tahun. Itu berarti tingkat sa-
ving harus dinaikkan. Kita masih butuh
storage-storageyang cukup besar. Stra-
teginya sekarang karena banyak perten-
tangan dari sisi lingkungan hidup untuk
dam-dam besar, maka kita akan usa-
hakan yang medium dan small scale
yang banyak seperti embung-embung.
Setiap kabupaten misalnya, harus pu-
nya satu.
Bisa dijelaskan seperti apa
kondisi Pulau Jawa dari studi itu?
Kita mendapatkan suatu potensi
kabupaten-kabupaten yang defisit sete-
lah kita lihat hidrologi dan demand-nya
bagi sektor pertanian dan industri.
Sebanyak 77 persen kabupaten di Jawa
mengalami defisit. Defisit itu ada tiga
kategori yaitu biasa antara 0-3 bulan
per tahun, sedang 3-6 bulan, dan parah
lebih besar dari 6 bulan. Kalau kondisikita biarkan tanpa ada intervensi infra-
struktur maka tahun 2015, 78 persen
akan mengalami defisit. Tetapi dari
yang biasa ke sedang atau ke parah akan
semakin besar. Lokasi tidak banyak
berubah, tapi defisitnya semakin parah.
Pada 2025 defisit bisa menjadi 80,5
persen. Begitu kita coba listdari infor-
masi yang ada, ada 26 area yang keke-
ringan. Misalnya Bandung, terjadi keke-
ringan. Memang dalam studi daerah
tersebut termasuk agak parah. Garutdefisit biasa. Indramayu parah. Kebu-
men agak parah. Wonosobo agak aneh,
harusnya tidak defisit, tapi kok faktanya
defisit. Berarti ini ada masalah manaje-
men air. Semarang defisit biasa. Pur-
balingga harusnya tidak bermasalah ka-
rena dapat air dari Comal dan Serayu
yang cukup besar. Tapi kenapa keke-
ringan? Ini ada masalah manajemen.
Ini yang sekarang sedang kita teliti.
Manajemen yang bagaimana
agar tak terjadi kekeringan?
Ambil contoh Jatiluhur yang fullcontrol. Punya saluran yang ke barat
untuk suplai Jakarta, ke timur untuk
daerah sampai Indramayu, ke utara
untuk daerah-daerah pantai. Biasanya
di akhir musim hujan atau pertengahan
musim hujan, bisa dilihat tahun ini
tahun kering atau tahun basah. Kalau
tahun ini tahun kering berarti ditutup
semua pintunya supaya muka air naik
sampai optimal, tidak harus dilepas
setiap saat. Kalau tahun ini agak basah
sebagian di lepas. Katakanlah di tahunini kita sudah punya storage, setelah itu
maka kita ada pola tanam khususnya di
ujung. Jadi di Kabupaten Karawang
Purwakarta, yang luasan hektarnya
nanti akan dapat catuan air sekian me
ter kubik untuk luasan sekian. Ada
daerah-daerah yang umumnya airnya
itu sudah kecil, maka biasanya kita pa-
kai penggolongan. Sampai pada titik
tertentu, jika air agak susut maka harus
ada rencana pola tanam yang ditetap-
kan. Misalnya, kali ini Indramayu ja-ngan menamam padilah karena airnya
tidak cukup. Maka ada penggolongan
misalnya dari padi-padi-palawija men-
jadi padi-palawija-palawija. Dulu mana-
jemen ini, ada ulu-ulu yang memegang
kewenangan sangat kuat. Tapi di zaman
sekarang petani susah diatur. Sudah
tahu musim pertengahan kering, dia
tanam padi lagi. Pada saatnya tidak da-
pat air, marah. Sebetulnya sepanjang
saluran, petani tidak boleh mengambil
air begitu saja. Sebab ini kan sudah di-atur, untuk yang paling hilir. Kan se-
mua dapat jatah. Kadang-kadang, pom-
pa mudah, ambil aja sehingga yang di
hilir sebenarnya belum waktunya keke-
ringan jadi kekeringan.
Bagaimana dengan enforcement?
Sekarang repot. Dulu semua meng-
ikuti ulu-ulu, sekarang tidak. Mana-
WAWANCARA
Percik Agustus 2006 16
Kalau kita melihat
per kepulauan maka
Jawa adalah daerah
kritis defisit air.
Perhitungan global kita,
Jawa defisit 5 milyar
meter kubik per tahun.
Itu berarti tingkat
saving harus dinaikkan.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
19/56
jemen ini sedikit berubah dengan ada-
nya otonomi. Siapa yang bertanggung
jawab? Walaupun sudah ada UU, untuk
irigasi yang di atas 3 ribu hektar itu
tanggung jawab pemerintah pusat, 1-3
ribu propinsi, di bawah seribu tanggungjawab kabupaten, tapi apakah insti-
tusinya sudah siap? Misalnya yang di
atas 3 ribu, sekarang pusat yang ada di
sana siapa? Mau tidak mau kan harus
ada tugas perbantuan ke daerah. Kalau
begitu, daerah terbebani. Propinsi juga
begitu, belum tentu dia punya orang-
nya. Akhirnya tugas perbantuan juga.
Unit-unit ini sendiri sedang berubah.
Dulu kan idealnya, meskipun dia orang
pusat, dia kan tetap bisa digunakan oleh
orang dinas di Kab/prop. Makanya darisisi manajemen masih dalam proses
improvement.
Berapa kebutuhan storage ki-
ta?
Untuk Jawa saja 5 milyar meter ku-
bik. Sebagai ilustrasi, Indramayu itu
daerah yang kering. Dari mana dapat
air? Dia disuplai dari Jatiluhur. Maka-
nya ada desain untuk Cimanuk yaitu
Jatigede. Kalau waduk Jatigede terba-
ngun maka storage-nya itu akan kitagunakan untuk daerah Indramayu dan
Sumedang. Ini berarti akan mengurangi
penggunaan air Jatiluhur. Jatiluhur
akan kita gunakan lebih banyak ke barat
atau ke utara. Misalnya kalau Jatigede
hampir 500 juta meter kubik, maka bu-
tuh 10 waduk sebesar Jatigede. Tapi kita
bisa juga bikin waduk yang kecil-kecil.
Bagus jika misalnya ada embung-em-
bung kabupaten atau kecamatan. Bah-
kan ada satu ide, per hektar ada tempat
penampung air. Permasalahan di Jawakepemilihan lahan kecil, rata-rata 0,25
hektar. Juga daerah-daerah subur,
hampir 100 persen tidak mempunyai
masalah air. Tapi di daerah kering, air
juga sulit. Jadi ini bukan hanya sekadar
masalah tempat tapi transformasi air itu
sendiri. Misalnya ada orang cari air
sampai 12 km, kalau diberi storage di
situ juga belum tentu ada air.
Bagaimana kondisi infrastruk-
tur keairan kita saat ini?
Dari sisi infrastruktur, kita punya
masalah dengan operasi dan pemeliha-
raan. Ternyata kalau kita membangun
tempat lain, tempat yang pertama lupa
dipelihara. Operasi dan pemeliharaan
itu telah menjadi masalah sejak tahun
80-an. Misalnya jaringan irigasi yang
sudah kita tetapkan ternyata operasi
pemeliharaannya sangat terbatas se-
hingga baru 5 tahun harus direhabili-tasi. Sebetulnya kalau kita punya peren-
canaan yang baik, mestinya 15 tahun
baru direhab. Ini yang menjadi masalah
di infrastruktur sumber daya air dan ini
yang menjadi prioritas kita ke depan.
Memang kita sangat mengerti pemerin-
tah sendiri tidak mungkin, operasi dan
pemeliharaan itu kan butuh ownership.
Oleh sebab itu pendekatan kita, yang
paling mendapat benefit adalah petani
dan dia yang paling tahu mana yang
diperlukan terlebih dahulu dalam me-melihara. Lain kalau orang dinas,
mungkin hanya melihat mana penam-
pakan infrastruturnya yang baik kendati
belum tentu fungsinya berjalan baik.
Oleh karena itu kita introdusir sejak
tahun 1990-an bahwa untuk operasi pe-
meliharaan kita memintakan partisipasi
dari petani. Tadinya malah mau dise-
rahkan tapi ada komplain yang luar
biasa. Tapi ini hanya untuk saluran ter-
siernya saja, yang primer dan sekunder
tetap di tangan pemerintah karena itu
rentan konflik karena penggunanya
tidak hanya petani. Tersier ini kita ha-
rapkan petani dengan membuat kelom-
pok ikut memelihara infrastruktur ter-
sebut. Untuk pendanaannya, pemerin-
tah masih bisa membantu.
Bagaimana komposisi penggu-
naan sumber daya air?Biasanya, irigasi 89-94 persen. DMI
municipal dan industri itu antara 4-11
persen. Untuk daerah yang sedang
berkembang bisa 8-9 persen. Misalnya
Bekasi dan Karawang. Jadi masih
banyak untuk irigasi.
Artinya yang akan banyak me-
nanggung beban kekeringan sek-
tor pertanian?
Kekeringan dampaknya lebih ba-
nyak di pertanian. Tetapi juga tidak se-lalu. Ada daerah-daerah yang dari awal
kering/defisit, misalnya Pacitan atau
Indramayu. Problemnya itu kalau kita
bicara untuk municipal dan industri
khususnya municipal, kualitas air jadi
masalah. Kalau irigasi, kualitas air tak
terlalu dipersoalkan. Problem utama
kita berubah dari kawasan pertanian
menjadi kawasan urban, tidak serta
WAWANCARA
Percik Agustus 2006 17
FOTO:MUJIYANTO
Stok air di Situ Cibereum, Bandung, menurun.
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
20/56
merta air itu bisa ditransformasikan.
Untuk daerah-daerah urban atau rural
yang kekeringan, mereka lebih banyak
tergantung pada cekungan ari tanah.
Problem air cekungan dengan air per-
mukaan itu sangat berbeda, kalau dilapisan antara 30-60 meter di bawah
permukaan, masih ada kemungkinan
hubungan. Tetapi jika kedalaman lebih
dari 60 meter, berdiri sendiri. Mungkin
tidak lagi begitu mudah untukrecovery.
Daerah terpencil, sulit dapat air per-
mukaan, mungkin sulit juga bisa mem-
buat sumur. Cekungan air bawah tanah
punya resapan air di hulu, kalau kita
bisa memelihara hulu sebetulnya mem-
bantu dua hal yaitu air permukaan itu
sendiri biar lebih bersih dan kapasitas-nya bagus, perkolasi lebih bagus sehing-
ga air tanah bisa dipertahankan, tapi
untuk yang kedalamannya sedang 30-
60 meter. Kalau misalnya 125, mungkin
lebih jauh lagi, mungkin di balikcatch-
ment areayang lain.
Bagaimana bentuk kerja sama
dengan instansi terkait untuk
menjaga SDA kita?
Sejak 2001 ada TKSDA (Tim Koor-
dinasi Sumber Daya Air), denganKeppres No 123. Ketuanya Menko
Ekuin dan wakilnya Bappenas, ketua
hariannya Menteri PU dengan anggota
11 menteri. Tim ini adalah suatu wadah
untuk membicarakan masalah-masalah
air yang saling terkait antarsektor. Ada
ESDM, Menkes, MenLH, Perhub dansebagainya. Harapannya jika ada ma-
salah bisa diselesaikan bersama. Tim
inilah yang membuat draft-draft regu-
lasi. Salah satunya adalah UU SDA. Di
dalam UU No 7 itu kita sudah meng-
introdusir selain kewenangan pemerin-
tah pusat sampai ke kabupaten, juga
integrasi antara yang mengusahakan,
mengelola SDA, dan yang diberi hak
mengelola. Dan itu akan dijabarkan ke
dalam PP masalah sungai, PP tentang
Irigasi, dsb. Juga kepmen dan keppres.Penginterasian inilah yang diharapkan
ada partisipasi sektor-sektor terkait.
Selain itu ada lagi gerakan nasional
kemitraan penyelamatan air (GNKPA).
Kalau bisa itu masuk level implemen-
tasi. Program itu kini memilih wilayah-
wilayah sungai untuk diperbaiki. Upa-
ya-upaya lain di dalam GNKPA itu tidak
hanya pemerintah tapi kita minta se-
mua stakeholder. Selain itu, sekarang
sedang kita introdusir integrated water
resource management. Buat kita itubukan hal yang baru tapi bagaimana
mengimlementasikannya. Artinya sia-
papun tahu dululah bahwa setiap
kegiatan dia pasti akan terkait dengan
air.
Kita punya grand design soalair?
Partisipasi. Salah satu yang paling
penting bagi kita adalah bahwa ini
bukan hanya pekerjaan pemerintah
Yang bisa mengelola dengan baik ada-
lah masyarakat. Yang perlu menjadi ke-
sadaran adalah bagaimana konsep ma-
syarakat terhadap air. Kita ini kan orang
yang baru sadar kalau sudah kejadian
Kalau bisa kita masuk ke pendidikan
Gerakan-gerakan penyelamatan air ti-
dak hanya gerakan yang sifatnya fisiktapi dari anak-anak harus sudah diajar-
kan. Di wilayah-wilayah DAS akan disu-
sun pola dan rencana. Setiap wilayah
sungai harus punya pola dan rencana
Dulu kita punya master plan. Bengawan
Solo, isinya bagaimana membangun wa-
duk, buat tanggul, ngeruk sungainya
yang lebih pada fasilitas fisik. Pola di-
maksudnya untuk menata apa yang ha-
rus kita lakukan supaya SDA air kita te-
tap berkelanjutan. Di dalam rencana
juga tidak melulu fisik. Ini yang sedangkita lakukan untuk Citarum. Di situ
nanti sektor apa mengerjakan apa sa-
ngat jelas, kabupaten apa tanggung
jawab apa, sekarang lagi didesain.
Imbauan Anda terhadap ma-
syarakat?
Ikuti balai-balai atau dinas-dinas
khususnya penyuluh pertanian. Kalau
memang wilayah memungkinkan, buat
storage meskipun kecil. Juga kita harus
hemat air. Mulai sekarang masyarakatharus betul-betul menghargai air. Ini
masalah kultur. Dianggap sungai tem-
pat pembuangan. Ini masih kuat sekali
di Jawa. Sungai harus dilihat sebagai
sumber air yang sangat berharga. Ma-
syarakat juga harus ikut mengawasi
penggunaan air dan air yang dibuang ke
sungai. Kalau perlu digugat bagi yang
melanggar. MJ
WAWANCARA
Percik Agustus 2006 18
FOTO:ISTIMEWA
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
21/56
Anda mungkin sudah mengenal
saringan pasir aktif. Saringan
ini tersusun dari batu kerikil,
arang, pasir, abu, dan ijuk. Saringan ini
bisa digunakan untuk membersihkan
air kotor/keruh. Namun hasilnya sering
tidak memuaskan. Walhasil, orang
akhirnya sering membeli saja saringan
air pabrikan, baik produk dari dalam
negeri atau impor. Harganya lumayanmahal. Daya tahannya pun kadang tidak
terlalu lama.
Padahal, kalau tepat menyusun
komposisi, kita bisa dapatkan saringan
air yang sangat baik. Air apa saja bisa
disaring dan bisa langsung diminum.
Anda tentu tak percaya. Tapi ini sudah
dibuktikan oleh H. Ali Dinar, warga
Cipamokolan, Bandung. Alat ini diberi
nama "Filter Penjernih Air ala H. Ali
Dinar".
Alat ini, menurut H. Ali, mengan-dung tiga komposisi utama yakni abu,
pasir, dan ijuk. Hanya saja, tentu dia
memiliki resep sendiri untuk meramu
komposisi ini sehingga mampu menya-
ring segala jenis air. Saat ini, temuan
yang sebenarnya telah diaplikasikan se-
jak tahun 2003 itu memasuki pematen-
an.
Selain komposisi utama itu, ada
komposisi tambahan. Bahan tambahan
ini berasal dari berbagai jenis bahan
alami yang didapatkan di alam/pasar.Misalnya semen merah, kapur, tanah
merah, dan lem kayu. ''Penggunaan
bahan ini tergantung jenis air yang akan
disaring,'' kata H. Ali, kakek berusia 58
tahun ini.
Alat ini tidak dijual langsung ke
pasar. Tapi harus pesan terlebih dahulu.
Mengapa? Karena, setiap air di suatu
daerah memiliki karakter tersendiri.
Saringannya pun bisa berbeda-beda
untuk setiap sumber air. Maka H. Ali,
akan melakukan percobaan dulu ter-
hadap contoh air yang akan disaring.
Dia menyusun komposisi filter yang
tepat. Kalau hasil uji itu bagus, barulah
H. Ali akan memproduksi filter itu, baik
satuan maupun massal. Sebelumnya dia
juga menguji mutu air tersebut ke labo-
ratorium untuk memastikan bahwa ha-silnya siap dikonsumsi. ''Supaya terja-
min,'' kata kakek yang tidak lulus SD ini.
Filter penjernih ini berbentuk me-
nyerupai tabung. Diameternya 6 inci,
dengan tinggi 30 cm, dan ketebalan
sisinya 2 cm. Untuk kapasitas filter 500
liter, berat saringan ini hanya sekitar 1
kg. Ukuran filter bisa disesuaikan de-
ngan volume air yang disaring. ''Bisa,
sampai berapa pun bisa,'' katanya.
Uji alat ini pertama kali dilak-
sanakan tahun 2004 atas bantuan dana
Camat Rancasari. Pemeriksaan mutu
air dilakukukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Bandung. Saat itu air yang disaring
adalah air di kantor kecamatan yang ti-
dak jauh dari rumah H. Ali. Hasil uji
tertera pada tabel di bawah.
Alat ini telah menyebar ke berbaga
daerah. Dari mulai Jakarta, Karawang
hingga ke Riau. Para pengguna alat in
tahu dari mulut ke mulut. Produksinyasudah mencapai lebih dari seribu buah.
Saat ini H. Ali sedang mendesain fil-
ter untuk air di tiga kabupaten di sepan-
jang Sungai Siak, Riau. Dia menerima
order dari perusahaan minyak besar di
sana. ''Sekarang hasilnya lagi ditunggu
di Riau,'' katanya.
H. Ali membawa sampel dari sembi-
lan titik di kawasan tersebut ke rumah-
nya. Air ini berwarna hitam seperti oli
''Itu mah gampang. Lebih gampang dar
air di Cipamokolan,'' katanya. Di rumah
INOVASI
Percik Agustus 2006 19
Filter Penjernih Segala
Jenis Air Ala H. Ali Dinar
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Satuan
-
mg/L
Skala NTU
-
Celcius
Skala TCU
mg/L
mg/L
mg/Lmg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan
-
1.000
5
-
Suhu udara 30 C
15
0,20
1,0
1,50,025-1,0
500
250
0,05
10
1,0
6,5-9,0
0,002-0,1
400
0,05-2,0
0,01-5,0
Hasil Periksaan
Tidak berbau
0.00
Tidak berasa
1,5
0,00
0,03
0,300,00
10
7
0,00
0,05
0,002
7,8
0,04
60
0,35
0,0
Parameter
A. FISIKABau
Jumlah zat padat terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
B. KIMIAAluminium
Besi
FluoridaKadmium
Kesadahan (CaCO3)
Klorida
Mangan
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagai N
pH
Sianida
Sulfat
Tembaga
Timbal
HASIL UJI AIR PERDANA FILTER BUATAN H. ALI DINAR
-
7/31/2019 Membendung Sampah Bandung. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 20
22/56
yang terletak di pinggir kali itulah dia
mendesain sendiri filter dengan dibantu
dua orang pekerja. Hasil penyaringan
kemudian dimasukkan ke laboratorium
di Jakarta. Dia pun menyatakan mampu
membuat filter untuk air asin.Filter penjernih air ini sementara
dijual dalam dua jenis yakni Rp. 1,2 juta
untuk kapasitas 500 liter, dan Rp. 1,5
juta untuk kapasitas 1.000 liter.
Sedangkan untuk prasarana masjid,
kakek ini menggratiskannya. Produk itu
digaransi satu tahun penuh. Sementara
alat itu sendiri bisa bertahan hingga
lima tahun.
Kendati telah sukses dengan
temuannya, dia terus mengembangkan
produk tersebut. Saat ini dia sedangmencoba menyaring air bekas minuman
seperti Fanta dan Coca-cola. Hasil awal
menunjukkan air ini bisa disaring de-
ngan sukses. ''Warnanya jernih, dan
rasanya hilang sama sekali. Jadi kayak
air tawar,'' katanya seraya menam-
bahkan bahwa untuk tambahan bahan
filter dipergunakan puing semen bekas
tembok yang dihaluskan.
Selain menemukan alat penyaring
air, H. Ali pun berhasil mengem-
bangkan indikator untuk mengecek
mutu air secara sederhana. Indikator ini
didapatkan oleh istrinya berdasarkan
pengamatan di kolam ikan miliknya
Indikator ini adalah daun jambu biji
daun salam, dan sebuah akar yang dira-
hasiakan. Dengan mencampurkan
remasan daun itu, kondisi air bisa
ditentukan.
INOVASI
Percik Agustus 2006 20
K alau para ilmuwan menemukansesuatu dari proses penelitianyang panjang dan melelahkan sertamakan biaya besar, H. Ali Dinar justrumampu membuat alat penjernih airini gara-gara mimpi. Awalnya, keluar-ga ini dililit kesulitan air bersih. Ituterjadi tahun 2002. Untuk mengatasiitu keluarga ini membeli mesin pen-jernih air produksi luar negeri.Namun mesin ini tak berfungsi de-ngan baik. Sampai-sampai keluargaH. Ali membeli tiga kali dengan harga
Rp. 2 juta, Rp. 2,5 juta, dan