perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor kb suntik...
TRANSCRIPT
1
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB
SUNTIK 3 BULAN(DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT/DMPA) DI POLINDES HUKO-HUKO
KECAMATAN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
ROSMIATI P P00312017133
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2018
4
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR
KB SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK
3 BULAN ( DMPA ) DI POLINDES HUKO – HUKO KECAMATAN
POMALAA KABUPATEN KOLAKA.
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan
Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari, Agustus 2018
Rosmiati. P
Nim.P00312017133
iv
5
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Rosmiati.P
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pomalaa, 25 Maret 1978
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Kebangsaan : Toraja – Sunda / Indonesia
6. Alamat : Jl.Mayjend Sutoyo No.17 Kel.Pomalaa
Kabupaten Kolaka
B. Pendidikan
1. Tamat TK Antam Pomalaa : Tahun 1984
2. Tamat SD Kumoro : Tahun 1990
3. Tamat SMP Antam Pomalaa : Tahun 1993
4. Tamat SPK Depkes Kendari : Tahun 1996
5. Tamat PPB A Depkes Kendari : Tahun 1997
6. Tamat DIII Kebidanan Poltekkes Kendari,Progsus Fillial Kolaka :
Tahun 2009
7. Masuk Poltekkes Kemenkes Kendari tahun 2017 sampai 2018
v
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “perbedaan peningkatan
berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan
akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo Medroksi ProgesteronAsetat/DMPA) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya terutama kepada IbuDr. Kartini, S.Si.T, M.Kes
selakuPembimbing I danIbu Fitriyanti, SST, M.Kebselaku Pembimbing II
yang telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak dr. Kamrullah selaku Kepala Puskesmas Pomalaa.
4. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb selaku penguji 1, Ibu Melania ASI, S.Si.T,
M.Kes selaku penguji 2, Ibu Farming, SST, M.Keb selaku penguji 3
dalam skripsi ini.
vi
7
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
x
xi
ABSTRAK ....................................................................................... xii
ABSTRACT ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 7
B. Landasan Teori.......................................................................... 26
C. Kerangka Teori.......................................................................... 28
D. Kerangka Konsep...................................................................... 29
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 30
A. Jenis Penelitian......................................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 31
D. Variabel Penelitian..................................................................... 33
viii
9
E. Definisi Operasional.................................................................. 33
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 34
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 34
H. Alur Penelitian........................................................................... 34
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 37
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 37
B. Pembahasan ............................................................................ 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 48
A. Kesimpulan .............................................................................. 48
B. Saran ....................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 50
LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Distribusi Peningkatan Berat Badan Akseptor KB 40
Suntik 1 Bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka ........................
Tabel 2 Tabel Distribusi Peningkatan Berat Badan Akseptor KB 41
Suntik 3 Bulan (DMPA) di Polindes Huko-Huko
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.........................
Tabel 3 Tabel Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara 42
Akseptor KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) dengan
Akseptor KB Suntik 3 Bulan (DMPA) di Polindes
Huko-Huko KecamatanPomalaa Kabupaten Kolaka.........
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengambilan Data Awal Penelitian
2. Surat Permohonan Izin Penelitian
3. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian Dan Pengembangan
(Balitbang)
4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
5. Kuesioner Penelitian
6. Surat Telah Melaksanakan Penelitian
7. Master Tabel
8. Output
9. Dokumentasi Penelitian
10. Surat Bebas Pustaka
xi
12
ABSTRAK
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
(CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN (DEPO MEDROKSI
PROGESTERON ASETAT/DMPA) DI POLINDES HUKO-HUKO
KECAMATAN POMALAA
KABUPATEN KOLAKA
Rosmiati1Kartini
2 Melania Asi
2
Latar belakang: Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah kontrasepsi
suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampel penelitian adalah akseptor KB Suntik 1 bulan dan akseptor KB Suntik 3 bulanyang berjumlah 58 orang. Instrumen pengumpulan data berupa lembar ceklist tentang akseptor KB suntik dan peningkatan berat. Data dianalisis dengan uji mann whitney. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka sebagian besar tidak mengalami peningkatan berat badan sebanyak 21 orang (72,6%). Akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka sebagian besar mengalami peningkatan berat badan sebanyak 20 orang (69,0%).Ada perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka (p=0,003). Rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan adalah 1,1 kg (mean=1,10±1,86) dan pada akseptor KB suntik 3 bulan adalah 2,8 kg (mean=2,83±2,00).
Kata kunci : kontrasepsi suntik, peningkatan berat badan
1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
xii
13
ABSTRACT
BODY HEIGHT IMPROVEMENT DIFFERENCES BETWEEN 1-MONTH KB KB ACCEPTORS (CYCLOFEM) WITH 3-MONTH KB ACCEPTORS (DEPO MEDROKSI
ACETIC PROGESTERON / DMPA) IN POLINDES HUKO-HUKO POMALAA DISTRICT KOLAKA REGENCY
Rosmiati1Kartini2 Melania Asi2
Background: One of the most popular contraceptives in Indonesia is injection contraception. The injectable contraception used was Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) and Cyclofem. Objective: The aim of this study was to determine differences in body weight gain
between 1-month injection injector acceptors (Cyclofem) and 3-month injectable birth control acceptors (Depo Medroksi Progesterone Acetate / DMPA) in Huko-Huko Polindes in Pomalaa District, Kolaka Regency. Research Method: The research design used was cross sectional. The research sample
was 1-month injection injector acceptors and injectable family planning acceptors for 3 months totaling 58 people. Data collection instruments in the form of a checklist about injectable family planning acceptors and weight gain. Data were analyzed by the Mann Whitney test. Results: The results showed 1 month injection injector acceptors (Cyclofem) in the Huko-Huko Polindes in Pomalaa Subdistrict, Kolaka District, most of them did not experience a weight gain of 21 people (72.6%). 3-month injection injector acceptors (Depo Medroksi Progesterone Acetate / DMPA) at the Huko-Huko Polindes in Pomalaa District, Kolaka Regency, most of them experienced an increase in body weight as much as 20 people (69.0%). Cyclofem) with 3-month injection injector acceptor (Depo Medroksi Progesterone Acetate / DMPA) at the Huko-Huko Polindes in Pomalaa Subdistrict, Kolaka Regency (p = 0.003). The average weight gain in 1-month injection KB acceptors was 1.1 kg (mean = 1.10 ± 1.86) and the 3-month injection family planning acceptor was 2.8 kg (mean = 2.83 ± 2.00 ) Keywords: injectable contraception, weight gain 1 Student of D-IV Midwifery Study Program, Poltekkes Kendari 2 Lecturers of the Department of Midwifery, Poltekkes Kendari
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ledakan penduduk merupakan salah satu masalah terpenting yang
dihadapi oleh Negara berkembang seperti diIndonesia. Ledakan penduduk
menyebabkan laju pertumbuhan penduduk pesat. Mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia telah menerapkan program
keluarga berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan
mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang
kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Linasi
Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana Nasional
bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Hartanto, 2014).
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh
wanita (Kemenkes RI, 2015). Permasalahan kesehatan reproduksi masih
banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja
tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini
tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi intrauteri device
(IUD), suntik, pil, implant, kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi),
kondom (BKKBN, 2016).
Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah
kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron
Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan
Cyclofem. Persentase metode KB di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015 yang terbanyak adalah suntik (47,5%), diikuti oleh pil (37,7%),
implant (6,7%), kondom (6,2%), IUD (1,2%), MOW (0,5%), MOP (0,2%)
(DinkesSultra, 2016). Demikian pula di Kabupaten Kolaka, metode
kontrasepsi terbanyak yang digunakan adalah suntik (43,18%), diikuti oleh
pil (38,55%), implant (10,06%), kondom (3,70%), IUD (2,36%), MOW
(1,78%), MOP (0,37%) (BPS Sultra, 2016). Di Kecamatan Pomalaa
persentase metode KB terbanyak adalah suntik (64,11%), diikuti oleh pil
(31,05%), implant (3,01%), MOW (0,26%), IUD (0,57%), kondom (0,71%)
(Kecamatan Pomalaa, 2017).
1
2
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Saifuddin (2014), kontrasepsi suntik memiliki efek samping yaitu
peningkatan tekanan darah, gangguan haid, depresi,keputihan,jerawat,
perubahan libido, perubahan berat badan, pusing, sakit
kepala,hematoma. Menurut BKKBN (2015), efek samping kontrasepsi
suntik adalah gangguan haid dengan gejala dan keluhan amenorhea,
spotting, menorargia. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi
frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Hipotesa para ahli DMPA
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hypothalamus,yang
menyebabkan akseptor makan lebih dari pada biasanya. Untuk
mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan
yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu
penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik
dengan peningkatan berat badan (Hartanto, 2014).
Perubahan berat badan akseptor KB suntik terjadi karena adanya
hormone progesterone yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu
makan yang ada di hipotalamus. Dengan meningkatnya nafsu makan
yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi.
Kelebihan zat-zat gizi oleh hormone progesterone dirubah menjadi lemak
dan disimpan dibawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya
penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi
lemak (Mansjoer, 2013).
Hasil penelitian Cahyani dan Kurniawati (2016) menunjukkan berat
badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan paling banyak
adalah berat badan naik sebesar 48 orang (55,2%), berat badan tetap 20
orang (23,0%), dan berat badan turun sebesar 19 orang (21,8).
Berdasarkan hasil uji statistikt -test didapatkan hasilt=- 7,749 dan t-hitung
sebesar 0,000, sehingga Ha ditolak Ho diterima. Maka dapat disimpulkan
ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik
3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM NY. Triyatmi
Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi. Hasil
penelitian Rufaridah dkk (2017) juga menyatakan ada perbedaan
perubahan berat badan antara aksepto ryang menggunakan kontrasepsi
suntik 1 bulan dan 3 bulan.
Hasil studi awal di Polindes Huko-huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka diperoleh data jumlah akseptor KB suntik pada tahun
2015 sebanyak 215 akseptor, tahun 2016 sebanyak 245 akseptor dan tahun
2017 sebanyak 315 akseptor. Hasil wawancara pada 20 akseptor KB suntik
3
10 akseptor KB suntik 1 bulan (Cyclofem) dan 10 akseptor KB suntik 3 bulan
(DMPA)) diperoleh data dari 10 akseptor KB suntik 1 bulan (Cyclofem)
terdapat 6 akseptor yang mengalami peningkatan berat badan, dan dari
10 akseptor KB suntik 3 bulan (DMPA) terdapat 7 akseptor yang mengalami
peningkatan berat badan. Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga
penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan peningkatan berat badan
antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik
3 bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-
Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu apakah ada perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor
KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan
(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan peningkatan berat badan antara
akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB
Suntik 3 bulan (Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 1
bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka.
b. Mengetahui peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 3
bulan (Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes
Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.
c. Menganalisis perbedaan peningkatan berat badan antara
akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB
4
Suntik 3 bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Akseptor KB
Untuk menambah wawasan ibu tentang peningkatan berat badan
antara akseptor KB Suntik 1 bulan dan akseptor KB Suntik 3
bulan.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Untuk dapat meningkatkan peran petugas dalam memberikan
asuhan kebidananpada akseptor KB Suntik.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Rufaridah dkk (2017) yang berjudul perbedaan indeks
massa tubuh pada akseptor KB suntik 1 dan3 bulan, diperoleh
hasil perbedaan perubahan berat badan antara akseptor yang
menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Rufaridah dkk adalah variabel
penelitian dan variabel penelitian. Pada penelitian Rufaridah dkk,
variabel penelitiannya adalah IMT, sedangkan pada penelitian ini
adalah peningkatan berat badan.
2. Penelitian Cahyani dan Kurniawati (2016) yang berjudul
perbedaan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB
suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 Tahun di BPM
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Perbedaan penelitian
5
adalah variabel penelitian. Variabel penelitian Cahyani dan
Kurniawati adalah KB suntik 3 bulan, variabel penelitian ini
perbedaan kenaikan berat badan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Akseptor Kontrasepsi Suntik
a. Keluarga Berencana (KB)
Menurut WHO (Expert Committe),KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan
objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana
adalah metode medis yang dicanangkan oleh pemerintah untuk
menurunkan angka kelahiran (Manuaba,2012).
KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak
setiap individu sebagai makhluk seksual (Saifuddin, 2014).
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk
mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara
tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan
keluarga. Secara umum keluarga berencana dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan
6
7
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah
serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan
sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2015). Jadi,KB
(FamilyPlanning,Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera. Berikut Tujuan KB:
1) Tujuan Umum
a) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.
8
2) Tujuan Khusus
a) Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
b) Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat bermacam-
macam metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh
masing-masing akseptor. Tetapi metode kontrasepsi yang
akan dibahas dalam karya tulis ini adalah metode KB
hormonal dan non hormonal (Hartanto, 2014).
b. Akseptor Keluarga Berencana (KB)
Akseptor keluarga berencana adalah pasangan usia subur
yang sedang menggunakan salah satu metode atau alat
kontrasepsi (BKKBN, 2015). Macam-macam akseptor KB yaitu:
1) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah: pasangan usia subur yang baru
pertama kali menggunakan alat kontrasepsi setelah
mengalami persalinan atau keguguran.
2) Akseptor KB Aktif
Akseptor KB aktif adalah: peserta KB yang terus menggunakan
alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
3) Akseptor KB ganti cara
Akseptor KB ganti cara adalah: peserta KB yang berganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi lain nyata tanpa
diselingi kehamilan. Untuk menyiapkan akseptor KB ini
menggunakan cara komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
9
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari akseptor KB adalah pasangan usia subur yang
masih menggunakan salah satu metode atau alat kontrasepsi.
c . Pengertian Kontrasepsi Hormonal
1) Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’
atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara
sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan
kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam
pelayanan kependudukan / KB. Faktor yang mempengaruhi
pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi
pemakaian dan efek samping,serta kemauan dan kemampuan
untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar.
Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga
didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur
budaya mengenai kontrasepsi tersebut.Faktor lainnya adalah
frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi,
efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut
dimasa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi,
kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual),yang efektif
10
mencegah kehamilan 100%. Kontrasepsi hormonal adalah
upaya untuk mengontrol kehamilan menggunakan hormon.
Beberapa metode kontrasepsi hormonal yang umum dilakukan
di antaranya melalui pil KB, pil mini, implan,dan
suntikan.Hormon yang dilibatkan dalam jenis kontrasepsi ini
adalah estrogen, progesteron, serta gabungan keduanya
(estrogen+progesteron= progestin) (Hanafi, 2014).
Kontrasepsi non hormonal adalah metode KB yang
dipergunakan tanpa bantuan obat-obatan atau bantuan orang
lain yang termasuk dalam metode ini adalah kondom. AKDR,
tubektomi, dan vasektomi (Manuaba, 2012). Mekanisme kerja
KB hormonal, yaitu
a) Mekaniseme kinerja kontrasepsi hormonal
1) Primer
Mencegah ovulasi dengan cara kerja kadar folikel
stimulating hormon dan Luteninzing hormon respons
kelenjar hypophyse terhadap gonadotrofin realizing
hormon tidak berubah, sehingga memberi kesan proses
terjadi di hipotalamus dari pada kelenjar
hipopise.Penggunaan KB hormonal tidak menyebabkan
hiposestrogenik (Hartanto, 2014).
11
2) Sekunder
Sekunder mengentalkan lendir servik sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa membuat
endormetrium menjadi kurang baik untuk implantasi
dan ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi
transporovum di dalam tuba falopi (Hartanto, 2014).
3) Komponen Progestron
a) Rangsangan balik ke hipotalamus dan hipofisis
sehingga pengeluaran LH tidak terjadi dan
menghambat ovulasi.
b) Progesteron mengubah endometrium sehingga
kapasitas spermatozoa tidak berlangsung.
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus
sperma.
d) Menghambat peristaltik tuba, menyulitkan konsepsi.
e) Menghindari implantasi melalui perubahan struktur
endometrium.
2) Kontrasepsi Suntik
a) Pengertian
Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai
karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis,
12
harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik,
kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan
tidak hamil. Pada umumnya pemakai suntikan KB
mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu
pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB,
termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal
5 tahun. Suntikan KB merupakan salah satu metode
pencegahan kehamilan yang paling banyak digunakan
diIndonesia. Secara umum, Suntikan KB bekerja untuk
mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus
oleh sperma. Selain itu, Suntikan KB juga membantu
mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga
kehamilan dapat dihindari (Saroha, 2015).
b) Jenis Kontrasepsi Injeksi
1) SuntikanKB 1Bulan
Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan
Estradiol Cypionate (hormonestrogen). Komposisi
hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip
dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama diberikan
7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu
setelah melahirkan bila Anda tidak menyusui.
13
2) Suntikan KB 3 Bulan atau DMPA
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo
medroxy progesterone Acetate (hormon progestin)
150mg. Sesuai dengan namanya, suntikan ini diberikan
setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan pertama biasanya
diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau
6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan
ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml (Kirana,
2015).
c) Cara Penyuntikan Kontrasepsi Injeksi
1) Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25mg Medroksi
Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat
diberikan setiap bulan.
2) Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam
dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap
8 minggu untuk 6 bulan pertama (=3kali suntikan
pertama), kemudian untuk selanjutny asekali setiap 12
minggu.
3) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan
dosis 150 mg secara intramuskuler dalam-dalam
didaerah pantat (bila suntikan terlalu dangkal, maka
penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung lambat,
tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan diberikan
14
setiap 90 hari. Jangan melakukan massae pada
tempat suntikan.
4) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
yang telah dibasahi dengan isopropylalcohol 60%-
90%. Tunggu dulu sampai kulit kering, baru disuntik.
5) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung
udara. Bila terdapat endapan putih di dasar ampul,
hilangkan dengan cara menghangatkannya.Kontrasepsi
suntikan ini tidak perlu di dinginkan.
6) Semua obat harus diisap ke dalam alat suntikannya
(Saifuddin, 2014).
d) Contoh Obat Injeksi beserta Dosisnya
Beberapa contoh obat Injeksi yang biasa digunakan antara
lain:
1. Depo Provera (3ml/150mg atau 1ml/150mg) diberikan
setiap 3 bulan (12 minggu)
2. Noristeran (200 mg) diberikan setiap 2 bulan (8 minggu)
3. Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg
Estrogen Sipionat diberikan setiap bulan(Kirana, 2015).
e) Interaksi Obat
Aminoglutethimide (Cytadren) mungkin dapat meningkatkan
eliminasi dari medroxyprogesterone lewat hati dengan
menurunkan konsentrasi medroxy progesterone dalam
15
darah dan memungkinkan pengurangan efektivitas medroxy
progesterone. Obat disimpan pada suhu 20-25°C (Saroha,
2015).
f) Cara Pemberian
1) Waktu Pemberian
a. Setelah melahirkan : 6 minggu pascasalin
b. Setelah keguguran: segera setelah dilakukan
kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu
belum hamil lagi)
c. Dalam masa haid : Hari pertama sampai hari ke-5
masa haid
2) Lokasi Penyuntikan dengan i.m sampai daerah glutus
a. Daerah bokong / pantat
b. Daerah otot lengan atas
Efektivitas :Keberhasilannya praktis 99.7%(Saifuddin,
2014).
g) Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntikan antara lain
1) Jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka
panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak
sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.
2) Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang
menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi
16
setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien
dengan kontra indikasi pemakaian estrogen.
3) Klien yang sedang menyusui.
4) Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang
menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan
kontrasepsi suntik (Saroha, 2015).
h) Kontra indikasi
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per
10000 kelahiran).
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara. Sampai saat ini terjadinya kanker payudara
diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor
genetika, lingkungan dan hormonal yaitu kadar hormon
estrogen yang berlebih dalam tubuh. Pertumbuhan
jaringan payudara sangat sensitif terhadap estrogen
pada wanita yang terpapar estrogen dalam jangka
waktu yang lama akan memiliki risiko yang besar
terhadap kanker payudara.
4) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,
terutama amenorea.
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi ,temuan sebuah
studi terbaru penggunaan kontrasepsi hormon tipe
17
tertentu selama 5 tahun sebelum hamil terkait dengan
risiko berkembang menjadi diabetes mellitus. Risiko ini
bervariasi tergantung pada tipe progrestin dalam
kontrasepsi hormonal (Saifuddin, 2014).
i) Efek Samping
Rusaknya pola pendarahan, terutama pada bulan-
bulan pertama dan sudah 3-12 bulan umumnya berhenti
dengan tuntas. Seringkali berat badan bertambah
sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan karena pengaruh
hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat
kontrasepsi tersebut berfungsi untuk mengentalkan
lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi
lemak,sehingga seringkali efek sampingnya adalah
penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan
bertambah dan menurunnya gairah seksual. Beberapa
efek samping yang biasa ditemui pada penggunaan
Suntikan KB 3 Bulan, yaitu
1) Timbul pendarahan ringan (bercak ) pada awal
pemakaian
2) Rasa pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga
sering dilaporkan pada awal penggunaan
18
3) Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun
hal ini dapat diatasi dengan diet dan olahraga yang
tepat
4) Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun
penggunaan, namun bisa lebih cepat). Namun, tidak
semua wanita yang menggunakan metode ini
terhenti haidnya
5) Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini
terjadi karena tingkat hormon yang tinggi dalam
suntikan 3 bulan, sehingga butuh waktu untuk dapat
kembali normal (biasanya sampai 4 bulan)
Efek samping suntikan KB 1 Bulan, efek samping
yang terjadi mirip dengan efek samping yang ditimbulkan
pada penggunaan Pil KB. Berbeda dengan Suntikan KB
3 Bulan, pengguna Suntikan KB 1 Bulan dilaporkan tetap
mendapatkan haidnya secara teratur. Kesuburan pun
lebih cepat kembali setelah penghentian metode ini
dibandingkan dengan Suntikan KB 3 Bulan (Saroha,
2015).
j) Kelebihan
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi
sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan
kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin,1996). Suntikan
19
KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI),
kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat
melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi
perlindungan terhadap radang panggul dan untuk
pengobatan kanker bagian dalam rahim. Kontrasepsi
suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan
dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal,dan dapat
dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat
maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak
mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara
serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan
darah.
Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga
medis / paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat
suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya
untuk kembali melakukan suntikan berikutnya.
Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan,
hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1,2 atau 3
bulan.Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang
dari 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di
atas 35 tahun, kecuali Cyclofem (Saifuddin, 2014).
20
k) Kelemahan
Kelemahan dari penggunaan kontrasepsi suntikan
antara lain:
1) Gangguan haid
Siklus haid memendek atau memanjang,
perdarahan yang banya katau sedikit, spotting,
tidak haid sama sekali.
2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3) Permasalahan berat badan merupakan efek
samping tersering
4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian
5) Terjadi perubahan pada lipid serum pada
penggunaan jangka panjang.
6) Pada penggunaan jangka panjang dapat
menurunkan densitas tulang. Pada penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi,sakit kepala, nervositas, dan jerawat
(Saifuddin, 2014).
2. Peningkatan Berat Badan Akseptor Kontrasepsi Suntik
Menurut Suparyanto (2015), Perubahan berat badan adalah
berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari
21
konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah
kulit. Perubahan berat badan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Berat badan meningkat atau naik jika hasil penimbangan berat badan
lebih besar dibandingkan dengan berat badan sebelumnya.
b. Berat badan menurun atau turun jika hasil penimbangan berat badan
lebih rendah dibandingkan berat badan sebelumnya
Kontrasepsi suntik umumnya menyebabkan pertambahan berat
badan yang bervariasi antara 1-5 kg dalam tahun pertama. Kenaikan
berat badan yang berlebihan merupakan salah satu efek samping dari
penggunaan kontrasepsi suntik. Bertambahnya berat badan terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh. Hormon progesteron merangsang pusat
pengendali nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan akseptor
makan lebih dari pada biasanya.Namun tidak semua akseptor akan
mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari obat tersebut tidak
selalu sama pada masing-masing individu dan tergantung reaksi tubuh
akseptor tersebut terhadap metabolisme progesteron (Hartanto,2014).
Peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh hormon
progesteron yaitu dengan meningkatkan nafsu makan yang disertai
dengan peningkatan penimbunan simpanan lemak. Hormon progesteron
mempengaruhi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga
lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah da nmenurunkan aktivitas fisik
akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan berat badan
22
bertambah (Glasier,2016). Suatu penelitian menunjukkan adanya
pengaruh penggunaan kontrasepsi suntik terhadap peningkatan berat
badan, dari 35 sampel yang diamati sebanyak 24 atau sebanyak 68,57%
akseptor KB suntik mengalami kenaikan berat badan. Hasil penelitian
tersebut semakin memperkuat dugaan adanya keterkaitan penggunaan
kontrasepsi suntik terhadap peningkatan berat badan (Ekawati,2014).
Wanita yang menggunakan kontrasepsi Depo medroxy
progesterone acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik tiga
bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon
atau 5,5 kilogram dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak
3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Universityof Texas Medical Branch (Mansjoer, 2013).
Sedangkan pada kontrasepsi suntik bulanan efek samping terhadap
berat badan sangatlah ringan,umumnya pertambahan berat badan sedikit
(Hartanto,2014). Hasil penelitian yang dilakukan di Bidan Praktek Swasta
Maria Purba Surabaya Barat, Jawa timur ditemukan jumlah sampel
ibu yang memakai kontrasepsi suntik periode Oktober-Nopember tahun
2011 sebanyak 267 ibu. Dari penelitian di ketahui sebagian besar
akseptor menggunakan suntik kombinasi (85,59%) mengalami kenaikan
berat badan,serta hampir seluruh akseptor menggunakan kontrasepsi
suntik DMPA (97,99%) mengalami kenaikan berat badan(Hawa,2011).
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan
23
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi massa
tubuh.Faktor-faktor itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
internal dan eksternal.
1) FaktorI Internal
a) Faktor genetik.
Kegemukandapat diturunkan dari generasi sebelumnya
pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga.Dalam hal ini
faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah unsur sel
lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran
normal,secara otomatis akan diturunkan kepada bayi yang ada
di dalam kandungan (Nadilla,2012).
b) Hormonal.
Hormon progesteron memerlukan terjadinya perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah
kulit bertambah, selain itu hormon progesteron menyebabkan
nafsu makan bertambah dan menurunnya aktifitasfisik
sehingga pemakaian suntikan KB progesteron dapat
menyebabkan beratbadan bertambah (Nadilla,2012).
c) Metabolisme
Metabolisme adalah proses pengolahan zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.
Metabolisme lemak merupakan salah satu faktor penentu
dalam diet. Seseorang dapat meningkatkan pembakaran
24
lemak dengan meningkatkan massa otot didalam tubuh.
Ketika massa otot meningkat, metabolisme makanan akan
meningkat. Proses ini akan meningkatkan kebutuhan kalori
(Suparyanto,2015).
2) Faktor Eksternal
a) Aktivitas Fisik.
Setiap melakukan aktivitas fisik, manusia memerlukan
sejumlah energi.Jika energi yang diberikan oleh makanan tidak
cukup, maka energi diperoleh dari hasil pemecahan lemak
didalam tubuh (Suparyanto,2015). Kegemukan dapat terjadi
bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena
aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.B
erbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya
aktifitas fisik, serta kemajuan teknologi di berbagai bidang
kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh
kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat
(Nadilla,2012).
b) Asupan Nutrisi.
Berat badan dapat diturunkan dengan mudah dengan cara
membatasi asupan nutrisi. Faktor penggali untuk energi yang
umum diterima oleh banyak orang adalah 1 gram karbohidrat
menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein 4 kkal, dan 1 gram lemak 9
kkal (Suparyanto,2015). Pola makanan masyarakat perkotaan
25
yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat memicu
peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat
diperkotaan cenderung sibuk, biasanyalebih menyukai
mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih
praktis.Meskipun mereka mengetahui bahwa nilai kalori yang
terkandung dalam makanan cepat saji sangat tinggi, dan
didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan
menjadi lemak tubuh (Nadilla,2012).
B. Landasan Teori
Salah satu alat kontrasepsi hormonal yang banyak digunakan
adalah kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem) dan suntik 3 bulan (DMPA).
Kontrasepsi suntikan Cyclofem mengandung kombinasi hormon Medroxy
progesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate
(hormonestrogen). Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut Saifuddin (2014), kontrasepsi suntik memiliki efek samping yaitu
peningkatan tekanandarah, gangguan haid,depresi,keputihan,jerawat,
perubahan libido, perubahan beratbadan, pusing,sakit kepala,hematoma.
Menurut BKKBN (2015), efek samping kontrasepsi suntik adalah
gangguan haid dengan gejala dan keluhan amenorhea, spotting,
menorargia. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi
frekuensinya yaitu peningkatan berat badan.
26
Menurut Suparyanto (2015), Perubahan berat badan adalah
berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari
konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah
kulit. Kontrasepsi suntik umumnya menyebabkan pertambahan berat
badanyang bervariasi antara 1-5 kg dalam tahun pertama. Kenaikan berat
badan yang berlebihan merupakan salah satu efek samping dari
penggunaan kontrasepsi suntik. Bertambahnya berat badan terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh. Hormon progesteron merangsang pusat
pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor
makan lebih dari pada biasanya. Namun tidak semua akseptor akan
mengalami kenaikan berat badan,karena efek dari obat tersebut tidak
selalu sama pada masing-masing individu dan tergantung reaksi tubuh
akseptor tersebut terhadap metabolisme progesteron (Hartanto,2014).
Peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh hormon
progesteron yaitu dengan meningkatkan nafsu makan yang disertai
dengan peningkatan penimbunan simpanan lemak. Hormon progesteron
mempengaruhi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga
lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormon progesteron juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik
akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Glasier,2016).
27
C. Kerangka Teori
Bertambahnya
lemak tubuh
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian di Modifikasi dari Saifuddin(2014);
BKKBN(2015); Suparyanto (2015); Hartanto (2014); Glasier (2016)
Faktor Eksternal 1. Aktifitas fisik
2. Asupan nutrisi
Faktor Internal 1. Genetik 2. Hormonal 3. Metabolisme
Peningkatan Berat
Badan
28
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel terikat (dependent): Peningkatan Berat Badan
Variabel bebas (Independent): Akseptor KB Suntik 1 Bulan (cyclofem),
Akseptor KB Suntik 3 Bulan (DMPA)
E. Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan Peningkatan Berat Badan antara akseptor KB suntik
1 bulan (cyclofem) dengan akseptor KB suntik 3 bulan (DMPA).
Akseptor KB Suntik
1 bulan (cyclofem)
Akseptor KB Suntik
3 Bulan (DMPA)
Peningkatan Berat
Badan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian komparasi untuk mencari
perbandingan dua sampel atau dua uji coba pada obyek
penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
peningkatan berat badan antara akseptor KB suntik 1 bulan dengan
akseptor KB suntik 3 bulan. Rancangan penelitian menggunakan
crosssectional (belah lintang) karena data penelitian ( variable independen
dan variable dependen ) dilakukan pengukuran pada waktu yang sama /
sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan, penelitian ini
tergolong penelitian kuantitatif (Notoatmodjo,2012)
Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional
Akseptor KB Suntik
Akseptor KB Suntik 1 bulan
1. Ada peningkatan berat badan
2. Tidak ada peningkatan berat badan
Akseptor KB Suntik 3 bulan
1. Ada peningkatan berat badan
2. Tidak ada peningkatan berat badan
29
30
G. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka pada bulan Juli tahun 2018.
H. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB Suntik di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka yang
berjumlah 285 akseptor.
2. Sampel dalam penelitian adalah akseptor KB Suntik 1 bulan dan
akseptor KB Suntik 3 bulan. Penentuan jumlah sampel dengan
rumus besar sampling yaitu
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)
Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)
p : perkiraan populasi yang diteliti (0,05)
q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)
(Notoatmodjo, 2012)
31
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 58 akseptor KB Suntik
yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 29 orang akseptor KB
Suntik 1 bulan dan 29 orang akseptor KB Suntik 3 bulan. Teknik
pengambilan sampel secara accidental sampling, yaitu setiap
akseptor KB Suntik yang datang berkunjung dijadikan sampel
penelitian pada waktu penelitian hingga mencapai jumlah sampel
yang diinginkan
Adapun criteria inklusi, eksklusi dan drop out sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan.
b. Akseptor KB Suntik ≥ 1 tahun.
c. Memiliki kartu kontrol KB.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
a. Akseptor KB suntik < 1 tahun.
3. Kriteria pengunduran
a. Akseptor KB suntik yang mengundurkan diri dari
penelitian.
32
I. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu peningkatan berat badan.
2. Variabel bebas (independent) yaitu akseptor KB Suntik 1 bulan
(Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan(Depo Medroksi
Progesteron Asetat/DMPA).
J. Definisi Operasional
1. Peningkatan berat badan adalah berubahnya ukuran berat, baik
bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi makanan yang
diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Skala ukur
adalah ordinal.
Kriteria objektif :
a. Ada peningkatan berat badan
b. Tidak ada peningkatan berat badan
(Suparyanto, 2015)
2. Akseptor KB Suntik adalah akseptor KB yang menggunakan
kontraspesi jenis suntik minimal 1 tahun sebagai akseptor KB
suntik. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif :
a. Akseptor KB Suntik 1 bulan
b. Akseptor KB Suntik 3 bulan
(Yasmin, 2013)
33
K. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari wawancara pada
responden tentang jenis kontrasepsi suntik yang digunakan dan
pengukuran berat badan akseptor pada saat penelitian serta berat badan
akseptor pada saat pertama kali menggunakan kontraspesi suntik
berdasarkan kartu KB.
L. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi tentang jenis KB suntik yang digunakan berdasarkan kartu KB
dan berat badan akseptor pada saat kunjungan serta berat badan
akseptor pada saat pertama kali menjadi akseptor KB suntik.Berat badan
diukur menggunakan timbangan berat badan.
M. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar5 :Alurpenelitian
Populasi Akseptor KB Suntik yang berjumlah 285 akseptor
Sampel Akseptor KB Suntik 1 bulan dan 3 bulanyang
berjumlah 58 akseptor
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan Kesimpulan
34
N. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan / pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan kedalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Univariat
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan
uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n: jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
Kxn
fX
35
X : Persentase hasil yang dicapai
2. Bivariat
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent
variable dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan
adalah uji t (independent sample t-test) dengan p=0,05.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB
Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo
Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka telah dilaksanakan pada bulan pada bulan
Juli 2018. Sampel penelitian adalah akseptor KB Suntik 1 bulan dan
akseptor KB Suntik 3 bulan yang berjumlah 58 orang. Perbandingan
sampel kasus kontrol 1:1 (29:29). Data yang telah terkumpul diolah dan
dianalisis. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian,
analisis univariabel dan bivariabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Huko –Huko memilki luas wilayah 570 Ha/m². Jumlah penduduknya
sebesar 2335 jiwa yang terdiri dari 1118 Laki-laki dan 1217 perempuan. Jumlah
KK 786 KK. Dengan batas – batas wilayah yaitu :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Puubenua
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sopura
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Langori
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pesouha.
Desa Huko-Huko memiliki sarana Pendidikan :
36
37
a. Paud 1 buah
b. SD 1 Buah
Desa Huko-Huko memiliki 2 buah Posyandu dengan 10 orang Kader
Posyandu, yaitu:
a. Posyandu Sukamaju dengan 5 orang kader
b. Posyandu Tetelara dengan 5 orang kader
c. 1 orang kader Sub PPKBD
Polindes Huko – Huko terletak di tengah Desa Huko-Huko dengan jarak 4
km dari Puskesmas Pomalaa sebagai Puskesmas Induk. Polindes Huko–Huko
didirikan pada tahun 2007 dan merupakan bantuan dari PT. Aneka Tambang
Tbk. Bangunan Polindes permanen dengan ukuran 5 x 7 m terdiri dari :
a. 1 buah ruang periksa pasien umum
b. 1 buah ruang jaga petugas
c. 1 buah ruang pemeriksaan ANC
d. 1 buah ruang persalinan / nifas
e. 1 buah kamar mandi / WC
Polindes Huko–Huko memilki ketenagaan:
a. 1 orang Bidan Senior ( Penanggung Jawab Polindes ) : Rosmiati.P,
Am.Keb
b. 1 orang tenaga Bakesra ( Perawat ) : Irawati Asdar, Amk
c. 1 orang tenaga Gemari ( Bidan ) : Erima, Amd.Keb
d. 1 orang Tenaga Gemari ( Perawat ) : Nisrina, Amk
e. 1 orang Tenaga Volunter ( Bidan ) : Ramlia Effendy,Amd.Keb
38
Kegiatan yang ada di polindes Huko-Huko terdiri dari :
a. Pelayanan Pasien Rawat Jalan (Pasien Umum )
b. Pelayanan ANC pada Ibu hamil
c. Pertolongan Persalinan normal
d. Pemberian obat sederhana
e. Pemeriksaan Laboratorium sederhana untuk ibu hamil ( HB, Gol.Darah,
Protein Urine )
f. Pelayanan KB
g. Pelayanan Rujukan
h. Pencatatan dan pelaporan
2. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis tiap variabel. Analisis univariabel
dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap variable baik variable terikat
maupun variable bebas yang kemudian ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis univariabel pada penelitian ini, yaitu analisis peningkatan berat
badan akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka, peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 3
bulan (Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka. Hasil analisis univariabel sebagai
berikut:
a. Distribusi Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 1 Bulan
(Cyclofem) Di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka
39
Peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) adalah
berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi
makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit akseptor KB
Suntik 1 Bulan (Cyclofem). Peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 1 Bulan
(Cyclofem) dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu ada
peningkatan berat badan dan tidak ada peningkatan berat badan. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel1
DistribusiPeningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka
Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 1 Bulan
(Cyclofem)
Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada peningkatan berat badan 8 27,4
Tidak ada peningkatan berat badan
21 72,6
Total 29 100
Sumber : Data Sekunder 2016
Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
akseptor KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka tidak mengalami peningkatan berat badan sebanyak
21 orang (72,6%).
40
b. Distribusi Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 3 Bulan
(Cyclofem) Di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka
Peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 3 Bulan (DMPA) adalah
berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi
makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit akseptor KB
Suntik 3 Bulan (DMPA). Peningkatan berat badan akseptor KB Suntik 1 Bulan
(DMPA) dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu ada peningkatan
berat badan dan tidak ada peningkatan berat badan. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel2
DistribusiPeningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 3 Bulan (DMPA) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka
Peningkatan Berat Badan Akseptor KB Suntik 3 Bulan
(DMPA)
Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada peningkatan berat badan 20 69,0
Tidak ada peningkatan berat badan
9 31,0
Total 29 100
Sumber : Data Sekunder 2016
Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
aAkseptor KB Suntik 3 Bulan (DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka mengalami peningkatan berat badan sebanyak 20
orang (69,0%).
41
3. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan dua
variabel. Analisis bivariabelbertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digunakan
Uji Mann-Whitney Test. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis
perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan
(Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3 bulan(Depo Medroksi
Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka. Hasil analisis bivariabel dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Akseptor KB Suntik 1 Bulan (Cyclofem) Dengan Akseptor KB Suntik 3 Bulan (Depo Medroksi
Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka
Variabel N Mean p Mann-Whitney U
Peningkatan Berat Badan KB Suntik 1 bulan
29 1,10±1,86 0,003 241,000
Peningkatan Berat Badan KB Suntik 3 bulan
29 2,83±2,00
Sumber: DataPrimer
p<0,05
Kesimpulan yang diperoleh dari tabel 3 adalah ada perbedaan
peningkatan berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem)
dengan akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo Medroksi Progesteron
Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten
Kolaka (p=0,003).
42
Rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1
bulan adalah 1,1 kg (mean=1,10±1,86) dan pada akseptor KB suntik 3
bulan adalah 2,8 kg (mean=2,83±2,00).
B. Pembahasan
Menurut WHO (ExpertCommitte), KB adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objetif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu
saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana adalah metode medis yang
dicanangkan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran
(Manuaba,2012).
Keluarga Berencana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
reproduksi untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu
sebagai makhluk seksual (Saifuddin, 2014). Keluarga Berencana (KB) adalah
suatu upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga
secara tidak melawan hokum dan moral Pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif
bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.
Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2015). Jadi,
KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
43
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Salah satu alat kontrasepsi hormonal yang banyak digunakan adalah
kontrasepsi suntik 1 bulan (cyclofem) dan suntik 3 bulan (DMPA). Kontrasepsi
suntikan Cyclofem mengandung kombinasi hormone Medroxy progesterone
Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate (hormonestrogen).
Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin banyak
dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya
relative murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu
untuk memastikan kecocokannya. Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan
tidak hamil.
Pada umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama
dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan
KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun.
Suntikan KB merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang paling
banyak digunakan diIndonesia. Secara umum, Suntikan KB bekerja untuk
mengentalkan lender rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma. Selain
itu,Suntikan KB juga membantu mencegah sel telur menempel didinding rahim
sehingga kehamilan dapat dihindari (Saroha, 2015). Jenis kontrasepsi injeksi
yaitu suntikan 1 Bulan (suntikan KB ini mengandung kombinasi hormone Medroxy
progesterone Acetate (hormone progestin) dan Estradiol Cypionate
(hormonestrogen) dan suntikan KB 3 Bulan atau DMPA (suntikan KB ini
mengandung hormone Depomedroxy progesterone Acetate (hormon progestin)
150 mg (Kirana, 2015).
44
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan peningkatan
berat badan antara akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan
akseptor KB Suntik 3 bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di
Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka (p=0,003).
Rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1 bulan
adalah 1,1 kg (mean=1,10±1,86) dan pada akseptor KB suntik 3 bulan
adalah 2,8 kg (mean=2,83±2,00).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cahyani dan
Kurniawati (2016) menunjukkan berat badan sebelum dan selama
memakai KB suntik 3 bulan paling banyak adalah berat badan naik
sebesar 48 orang (55,2%), berat badan tetap 20 orang (23,0%), dan berat
badan turun sebesar 19 orang(21,8). Berdasarkan hasil uji statistic t-test
didapatkan hasilt=-7,749 dan t-hitung sebesar 0,000, sehingga Ha ditolak
Ho diterima. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan berat badan
sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan dengan lama
pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM NY.Triyatmi Desa Tambirejo
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi. Hasil penelitian
Rufaridah dkk (2017) juga menyatakan ada perbedaan perubahan berat
badan antara akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan dan
3 bulan.
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Saifuddin
(2014), kontrasepsi suntik memiliki efek samping yaitu peningkatan tekanan
darah, gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan libido,perubahan
berat badan, pusing,sakit kepala, hematoma. Menurut BKKBN (2015), efek
45
samping kontrasepsi suntik adalah gangguan haid dengan gejala dan keluhan
amenorhea, spotting, menorargia. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling
tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan.
Menurut Suparyanto (2015), Perubahan berat badan adalah berubahnya
ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi makanan
yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit.Kontrasepsi suntik
umumnya menyebabkan pertambahan berat badan yang bervariasi antara 1-5 kg
dalam tahun pertama. Kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan salah
satu efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik. Bertambahnya berat
badan terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hormon progesterone
merangsang pusat pengendali nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan
akseptor makan lebih dari pada biasanya. Namun tidak semua akseptor akan
mengalami kenaikan berat badan, karena efek dari obat tersebut tidak selalu
sama pada masing-masing individu dan tergantung reaksi tubuh akseptor
tersebut terhadap metabolism progesterone (Hartanto,2014).
Peningkatan berat badan kemungkinan disebabkan oleh hormone
progesterone yaitu dengan meningkatkan nafsu makan yang disertai
dengan peningkatan penimbunan simpanan lemak. Hormon progesterone
mempengaruhi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga
lemak di bawah kulit bertambah. Selain itu hormone progesterone juga
menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik
akibatnya pemakaian kontrasepsi suntik dapat menyebabkan berat badan
bertambah (Glasier,2016).
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Akseptor KB Suntik 1 bulan (Cyclofem) di Polindes Huko-Huko
Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka sebagian besar tidak
mengalami peningkatan berat badan sebanyak 21 orang (72,6%).
2. Akseptor KB Suntik 3 bulan (Depo Medroksi Progesteron
Asetat/DMPA) di Polindes Huko-Huko Kecamatan Pomalaa
Kabupaten Kolaka sebagian besar mengalami peningkatan berat
badan sebanyak 20 orang (69,0%).
3. Ada perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB
Suntik 1 bulan (Cyclofem) dengan akseptor KB Suntik 3
bulan(Depo Medroksi Progesteron Asetat/DMPA) di Polindes
Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka (p=0,003).
Rata-rata peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik 1
bulan adalah 1,1 kg (mean=1,10±1,86) dan pada akseptor KB
suntik 3 bulan adalah 2,8 kg (mean=2,83±2,00).
B. Saran
1. Perlunya sosialisasi pada masyarakat tentang pengaruh
penggunaan KB suntik terhadap peningkatan berat badan,
sehingga akseptor KB dapat memilih kontrasepsi suntik dengan
efek samping rendah atau mencari alat kontrasepsi lain sesuai
dengan kondisinya.
46
47
2. Bagi Puskesmas atau petugas kesehatan hendaknya memberikan
informasi mengenai pengaruh pemakain kontrasepsi suntik
terhadap peningkatan berat badan untuk menentukan program
kesehatan yang cocok bagi masyarakat.
48
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan,
& Macro International Inc. (2013) Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta.
BKKBN, (2015) Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional
Materi Konseling. Jakarta:BKKBN.
_______, (2016).Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan
masyarakat. Jakarta:BKKBN.
BPS Sultra, (2016) Sulawesi Tenggara Dalam Angka Tahun 2015.
Kendari: BPS Sultra.
Cahyani, S., Kurniawati, I. (2016) Perbedaan Berat Badan Sebelum Dan
Selama Pemakaian Kb Suntik 3 Bulan Dengan Lama Pemakaian
Lebih Dari 1 Tahun di BPM Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Cuningham, F.G. (2013).Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Dinkes Sultra, (2016) Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
Kendari: Dinkes Sultra.
Guyton AC, Hall JE. (2012) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC.
Hanafi, H. ( 2014) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Handayani, S., Kamaruddin, I.R. (2017) Perbedaan Siklus Menstruasi
Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Suntik 3 Bulan Dan Pil
Kombinasi di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Hartanto, H. (2014) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Herman, S.(2014) Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta:
TransInfo Media.
Kemenkes RI, (2015). Profil kesehatan IndonesiaTahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
49
Kirana, R. (2015) Obat-obat Penting ed.6, 717. Jakarta:PT. Elex Media
Computa.
Manuaba, IBG.(2012)Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC.
Masud, I.(2012) Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo,S. (2012) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Polindes Huko-Huko, (2018). Profil Kesehatan Polindes Huko-HukoTahun
2017. Kabupaten Kolaka: Polindes Huko-Huko.
Rufaridah, A., Putri, K., Cumayunaro, A., Sidaria (2017) Perbedaan Indeks
Massa Tubuh Pada Akseptor Kb Suntik 1 Dan3 Bulan. Jurnal
Endurance 2(3) October 2017 (270-279).
Saifuddin, A.B.(2014) Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
Saroha, P. (2015) Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.Jakarta:TIM.
Sherwood L. (2015).Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Suratun, S. Heryani, Manurung, S. (2015) Pelayanan Keluarga
Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: TransInfo Media.
Yasmin, A. (2013) Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
Weber, M.A., Schiffrin, E.L., White, W.B., Mann, S., Lindholm, L.H., Kenerson, J.G., dkk. (2014) Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension. Journalof Clinical Hypertension (Greenwich,Conn.), 16:14–26.
54
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
.
Bapak / ibu / saudara responden
Di Polindes Huko-Huko
Nama saya ROSMIATI, mahasiswa Program D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui perbedaan
peningkatan berat badan antara akseptor KB suntik 1 bulan dengan
akseptor KB suntik 3 bulandi Polindes Huko-Huko, yang mana penelitian
ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak
yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan lembar
kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk diisi dengan
kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin kerahasiaan Jawaban dan
identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan hanya untuk
kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan
partisipasinya disampaikan terima kasih.
Huko-Huko, 2018 Responden Peneliti
(Ny.Linda) Rosmiati.P
55
KUESIONERPENELITIAN PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KB SUNTIK 1
BULAN (CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN ( DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT / DMPA ) DI POLINDES HUKO-HUKO KECAMATAN POMALAA
KABUPATEN KOLAKA
No. Responden : 01 Diisi oleh peneliti
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini
1. Umur : 28 tahun
2. Alamat : Huko - Huko
3. Pendidikan Terakhir : SMU
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
4. Pekerjaan : IRT
5. Jumlah Anak : 1 orang
6. Jenis Kontrasepsi Suntik : Suntik 3 Bulan
7. Berat Badan Sebelum KB : 52 kg
8. Berat Badan Sekarang : 55 kg
56
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.
Bapak / ibu / saudara responden
Di Polindes Huko-Huko
Nama saya ROSMIATI, mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang
bertujuan mengetahui perbedaan peningkatan berat badan antara akseptor KB
suntik 1 bulan dengan akseptor KB suntik 3 bulandi Polindes Huko-Huko, yang mana
penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu bersedia,
saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan
untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin kerahasiaan
Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan hanya untuk
kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disampaikan terima kasih.
Huko-Huko, 2018 Responden Peneliti
( Ny.Rini ) Rosmiati.P
KUESIONERPENELITIAN PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KB
SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN(DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT/DMPA)
DI POLINDES HUKO-HUKO KECAMATAN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
No. Responden : 04 Diisi oleh peneliti
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini
1. Umur : 23 tahun
2. Alamat : Huko - Huko
3. Pendidikan Terakhir : SMU
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
4. Pekerjaan : IRT
5. Jumlah Anak : 2 orang
6. Jenis Kontrasepsi Suntik : Suntik 1 Bulan
7. Berat Badan Sebelum KB : 52 kg
8. Berat Badan Sekarang : 52 kg
iii
MASTER TABEL PENELITIAN
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN (CYCLOFEM) DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3
BULAN (DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT/DMPA) DI POLINDES HUKO-HUKO KECAMATAN POMALAA
KABUPATEN KOLAKA
NO NAMA UMUR PEKERJAAN JUMLAH
ANAK
JENIS KONTRASEPSI
SUNTIK
BERAT BADAN
SEBELUM
BERAT BADAN
SEKARANG
1 Ny. Linda 28 th Irt 1 Suntik 3 bulan 52 55
2 Ny. Mariam 30 th Irt 4 Suntik 3 bulan 48 53
3 Ny. Ramdani 23 th Irt 2 Suntik 3 bulan 56 60
4 Ny. Hasna 42 th Irt 4 Suntik 3 bulan 70 72
5 Ny. Herlina 30 th Irt 2 Suntik 3 bulan 54 54
6 Ny. Arni 27 th Irt 1 Suntik 3 bulan 49 52
7 Ny. Murni 32 th Irt 2 Suntik 3 bulan 68 75
8 Ny. Riski 20 th Irt 1 Suntik 3 bulan 49 54
9 Ny. Aminah 24 th Irt 3 Suntik 3 bulan 60 65
10 Ny. Harnia 44 th Irt 5 Suntik 3 bulan 72 75
11 Ny. Ati 40 th Irt 4 Suntik 3 bulan 58 58
12 Ny. Nela 23 th Irt 1 Suntik 3 bulan 45 49
13 Ny. Dwi 38 th Irt 2 Suntik 3 bulan 66 69
14 Ny. Risnawati 21 th Irt 1 Suntik 3 bulan 58 58
15 Ny. Selviana 26 th Irt 2 Suntik 3 bulan 56 56
16 Ny. Efti 41 th Irt 4 Suntik 3 bulan 63 68
17 Ny. Mahrida 37 th Irt 3 Suntik 3 bulan 70 74
18 Ny. Hadra 36 th Irt 2 Suntik 3 bulan 58 58
19 Ny. Lince 31 th Irt 3 Suntik 3 bulan 69 69
20 Ny. Anna 38 th Irt 4 Suntik 3 bulan 57 57
21 Ny. Nurjannah 41 th Irt 3 Suntik 3 bulan 54 57
22 Ny. Nurbayah 33 th Irt 2 Suntik 3 bulan 69 72
23 Ny. Rosdiana 34 th Irt 3 Suntik 3 bulan 80 84
24 Ny. Erawati 38 th Irt 3 Suntik 3 bulan 74 77
25 Ny. Sriwahyuni 29 th Irt 3 Suntik 3 bulan 66 66
26 Ny. Anita 32 th Irt 2 Suntik 3 bulan 75 79
27 Ny. Dina 29 th Irt 4 Suntik 3 bulan 67 71
28 Ny. Aprisan 40 th Irt 4 Suntik 3 bulan 64 68
29 Ny. Ruth 42 th Irt 4 Suntik 3 bulan 60 64
30 Ny. Nining 34 th Irt 3 Suntik 3 bulan 50 54
iv
HASIL PENELITIAN
Statistics
UMUR_IBU PEKERJAAN JUMLAHANA
K
SUNTIK PENINGKATAN
N Valid 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0
UMUR_IBU
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
20-35 TAHUN 42 72,4 72,4 72,4
> 35 TAHUN 16 27,6 27,6 100,0
Total 58 100,0 100,0
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Honorer 3 5,2 5,2 5,2
Irt 55 94,8 94,8 100,0
Total 58 100,0 100,0
JUMLAH ANAK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1,0 9 15,5 15,5 15,5
2,0 24 41,4 41,4 56,9
3,0 13 22,4 22,4 79,3
4,0 10 17,2 17,2 96,6
5,0 1 1,7 1,7 98,3
6,0 1 1,7 1,7 100,0
Total 58 100,0 100,0
v
SUNTIK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SUNTIK 1 BULAN 29 50,0 50,0 50,0
SUNTIK 3 BULAN 29 50,0 50,0 100,0
Total 58 100,0 100,0
PENINGKATAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
TIDAK 30 51,7 51,7 51,7
YA 28 48,3 48,3 100,0
Total 58 100,0 100,0
PENINGKATAN * SUNTIK Crosstabulation
SUNTIK Total
SUNTIK 1
BULAN
SUNTIK 3
BULAN
PENINGKATAN
TIDAK
Count 21 9 30
% within PENINGKATAN 70,0% 30,0% 100,0%
% within SUNTIK 72,4% 31,0% 51,7%
% of Total 36,2% 15,5% 51,7%
YA
Count 8 20 28
% within PENINGKATAN 28,6% 71,4% 100,0%
% within SUNTIK 27,6% 69,0% 48,3%
% of Total 13,8% 34,5% 48,3%
Total
Count 29 29 58
% within PENINGKATAN 50,0% 50,0% 100,0%
% within SUNTIK 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
vi
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9,943a 1 ,002
Continuity Correctionb 8,355 1 ,004
Likelihood Ratio 10,250 1 ,001
Fisher's Exact Test ,003 ,002
N of Valid Cases 58
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mann-Whitney Test
Ranks
SUNTIK N Mean Rank Sum of Ranks
BERAT_BADAN
SUNTIK 1 BULAN 29 23,31 676,00
SUNTIK 3 BULAN 29 35,69 1035,00
Total 58
Test Statisticsa
BERAT_BADAN
Mann-Whitney U 241,000
Wilcoxon W 676,000
Z -3,007
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
a. Grouping Variable: SUNTIK